Sertifikasi Cadangan Migas Wahyu Djatmiko PPPTMGB “LEMIGAS” Pentingnya Sertifikasi Cadangan Di industri perminyakan baik di dunia maupun di Indonesia, jumlah cadangan migas merupakan salah satu parameter yang paling penting untuk diketahui. Hal ini disebabkan cadangan menggambarkan kekayaan atau aset suatu perusahaan, sebuah daerah penghasil minyak atau bahkan sebuah negara. Untuk sebuah perusahaan migas, jumlah cadangan ini penting karena aset yang dikelola tersebut dapat digunakan untuk keperluan pendanaan operasional perusahaan baik itu melalui bursa saham untuk perusahaan yang telah ‘go publik’ atau keperluan pinjaman keuangan melalui jasa perbankan. Bagi sebuah daerah penghasil migas di Indonesia, setelah diundangkannya UU no-22 dan UU no 25 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, jumlah cadangan tentunya akan menggambarkan besarnya bagian pendapatan tersebut yang dapat dikelola oleh daerah yang bersangkutan. Makin besar jumlah cadangan migas, akan makin besar jumlah APBD bagi daerah tersebut. Bagi sebuah negara seperti Indonesia, jumlah cadangan migas akan menentukan besarnya RAPBN yang akan diajukan ke DPR karena besarnya cadangan tersebut berhubungan erat dengan kemampuan produksi migas sebuah negara. Pengertian migas di sini adalah minyak dan gas beserta turunan produksi lainnya yang disebabkan oleh adanya kegiatan produksi, seperti kondensat, nafta yang mempunyai nilai ekonomis. Biasanya nilai ekonomis suatu produk migas di ukur oleh nilai kalor yang dapat dihasilkan akibat pembakaran. Produk migas di sini diklasifikasikan sebagai energi. Perlunya sertifikat Cadangan Besarnya cadangan migas sangat penting bagi berbagai pihak. Pihak-pihak yang berkepentingan terutama adalah investor, seperti pihak perbankan, pengelola bursa efek, perusahaan yang berniat membeli konsesi dan perusahaan asuransi dan lain-lain. Pihak perbankan sangat berkepentingan di dalam perhitungan jumlah cadangan apabila perusahaan migas yang bersangkutan berniat untuk mengajukan permohonan kredit perbankan. Dalam hal ini jumlah cadangan perusahaan merupakan agunan utamanya disamping property lainnya yang bisa diagunkan. Bagi pengelola bursa efek jumlah cadangan migas diperlukan untuk melindungi kepentingan publik (calon investor) yang berniat membeli saham di penawaran perdana perusahaan. Selain pihak-pihak tersebut di atas, di Indonesia cadangan migas selalu dilaporkan ke departemen ESDM, c.q. ditjen migas. Dalam hal ini cadangan migas dapat menggambarkan posisi cadangan migas di Indonesia untuk tahun yang bersangkutan. Mengingat pentingnya jumlah cadangan bagi berbagai pihak tersebut, maka penentuan cadangan migas pada umumnya pihak-pihak independen yang mengevaluasinya berdasarkan kaidah-kaidah keteknikan dan kaidah-kaidah geologi yang lazim diterima di industri. Karena cadangan migas bersifat dinamis, yaitu besarnya bisa berubah sesuai dengan kondisi operasional pada daerah tersebut, maka evaluasi cadangan biasanya dilaksanakan secara berkala.
Klasifikasi Cadangan. Di dalam sejarah industri migas, terdapat sejumlah definisi cadangan yang telah banyak digunakan untuk kepentingan-kepentingan seperti tersebut di atas. Secara umum pada masa tersebut selalu dikatakan bahwa cadangan migas dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori berdasarkan derajad kepastian, yaitu cadangan terbukti (proven reserve), cadangan mungkin (probable reserve) dan cadangan harapan (possible reserve). Cadangan terbukti merupakan cadangan dengan tingkat kepastian yang paling tinggi, cadangan harapan merupakan cadangan yang mempunyai derajad kepastian terendah, sedangkan cadangan mungkin merupakan cadangan dengan tingkat kepastian di antara keduanya. Klasifikasi ini yang banyak digunakan di dalam industri perminyakan, baik di Indonesia maupun di dunia. Pihakpihak investor pada umumnya mangadopsi pengertian ini untuk melihat feasibility study untuk proyek-proyek yang diajukan oleh perusahaan migas. Pada umumnya untuk melihat jumlah aset yang dikelola suatu perusahaan, investor akan menilai aset sebagai 100% proven reserve + 50% probable reserve dan 25% possible reserve. Cadangan terbukti selanjutnya dapat dipilah-pilah menjadi cadangan terbukti yang sudah dikembangkan dan cadangan terbukti yang belum dikembangkan. Hasil perhitungan cadangan tersebut kemudian dinyatakan dalam kondisi standard (14.7 psi dan 80 oF) Meskipun klasifikasi ini secara umum dapat diterima, akan tetapi interpretasi proven, probable dan possible reserve merupakan interpretasi yang bersifat subyektif. Hal ini disebabkan batasan yang diberikan masing-masing klasifikasi dapat diperdebatkan, terutama oleh pakar yang banyak berkecimpung di bidang sertifikasi cadangan. Oleh karena itu, badan atau perusahaan yang menyediakan jasa sertifikasi cadangan seharusnya bersifat independen, berdiri di atas semua pihak yang memerlukan nilai cadangan sebenarnya. Untuk itulah diperlukan definisi cadangan yang dapat dipakai secara universal dan diterima oleh semua pihak yang berkepentingan. Di samping klasifikasi seperti yang telah disebutkan di atas ada beberapa alternatif lainnya untuk menyatakan jumlah cadangan di suatu tempat. Pada tahun 2002 SPE (Society of Petroleum Engineers), WPC (World Petroleum Congresses) dan AAPG (American Association of Petroleum Geology) yang merupakan badan-badan dunia yang sangat berkompeten di dalam perhitungan cadangan, telah membuat definisi cadangan secara lebih rinci. Berbeda halnya dengan klasifikasi cadangan yang telah banyak digunakan di industri migas dewasa ini, badan-badan dunia tersebut disamping mendefinisikan cadangan juga telah bersepakat untuk mendefinisikan resources secara lebih rinci. Resources didefinisikan sebagai cadangan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan pada masa mendatang. Pengertian dikembangkan ini merupakan perwujudan dari status pelaksanaan proyek migas. Pada tahapan ini cadangan potensial ini dapat dihitung berdasarkan data kuantitatif yang bersifat interpretatif, seperti data seismik. Derajad kepastian resource potensial ini adalah di luar cadangan yang telah disebutkan sebelumnya.
D I S CO V E R E D P E T R O L E U M I N I T I A L L Y I N P L A C E
PROJECT STATUS
SUB COMERCIAL
COMERCIAL
RESERVES
UNDISCOVERED PETROLEUM INITIALLY IN PLACE
TOTAL PETROLEUM INITIALLY IN PLACE
PRODUCTION
PROVED
PROVED Plus PROBABLE
PROVED Plus PROBABLE Plus POSSIBLE
CONTINGENT RESOURCES Low Estimate
Best Estimate
High Estimate
On Production Under Development Planned for Development
Development Pending Development on Hold Development not Viable
UNRECOVERABLE PROSPECTIVE RESOURCES Prospect Low Estimate
Best Estimate
High Estimate
Lead Play
UNRECOVERABLE
Gambar-1 Klasifikasi Cadangan Berdasarkan SPE, WPC dan AAPG
Gambar-1 menunjukkan klasifikasi cadangan berdasarkan definisi SPE, WPC dan AAPG. Pada Tabel ini setiap penemuan cadangan dikelompokkan menjadi dua klasifikasi, yaitu cadangan (reserve) dan contingent resources. Pada kolom sebelah kanan dapat dilihat pada dasarnya kedua klasifikasi ini dibedakan terutama berdasarkan status proyek yang sedang dilaksanakan. Cadangan merupakan akumulasi hidrokarbon dengan status proyek telah berproduksi, dalam tahap pengembangan dan direncanakan untuk dikembangkan. Di lain pihak contingent resources dibedakan menjadi pengembangan lapangan yang sedang tidak dijalankan, baik itu sedang ditunda, dihentikan atau pengembangan lapangan tersebut tidak layak. Di luar klasifikasi tersebut masih terdapat satu klasifikasi lagi, yaitu prospective resources, yang dibedakan lagi menjadi lead and prospect. Dibandingkan dengan definisi cadangan terdahulu yang banyak digunakan oleh industri, definisi SPE, WPC dan AAPG ini lebih komprehensif, karena selain cadangan juga dapat dihitung jumlah resources (baik yang bersifat potensial maupun yang masih bersifat prospektif). Dengan demikian seharusnya definisi SPE, WPC dan AAPG ini dapat diterima untuk semua pihak, baik calon investor, perusahaan migas dan badan pengelola wilayah kerja (pemerintah). Metoda lain yang juga dapat digunakan perhitungan cadangan adalah metoda klasifikasi cadangan yang dikembangkan oleh UNFC (United Nation Framework Classification). Metoda ini membagi akumulasi hidrokarbon berdasarkan tiga buah paramater, yaitu parameter ekonomi, parameter feasibility dan parameter geologi. (Parameter E,F dan G). Masing-masing parameter mempunyai nilai kualitatif dan diberi angka 1,2, 3 atau 4. Dengan demikian akan terdapat 36 klasifikasi akumulasi hidrokarbon.
Gambar-2 Klasifikasi cadangan berdasarkan UNFC Gambar-2 menunjukkan diagram skema klasifikasi akumulasi hidrokarbon berdasarkan definisi UNFC. Gambar ini menunjukkan bahwa akumulasi hidrokarbon dapat dilihat berdasarkan tiga buah axis yang berbeda. Axis E menunjukkan axis ekonomi yang dapat dibedakan dalam tiga klasifikasi, yaitu E1, E2 dan E3. Klasifikasi E1 menunjukkan bahwa akumulasi tersebut merupakan akumulasi yang secara ekonomis adalah dapat diproduksikan secara komersial (profitable), sedangkan klasifikasi E2 dan E3 berturut-turut adalah klasifikasi yang bersifat kemungkinan komersial dan tidak komersial. Klasifikasi E1 merupakan klasifikasi yang mempunyai derajad yang paling tinggi. Sedangkan klasifikasi E2 dan E3 lebih rendah dari pada E1. Axis kedua di dalam diagram ini adalah axis feasibility. Axis ini menyatakan seberapa besar komitmen perusahaan di dalam pengembangan lapangan. Komitmen ini dinyatakan dalam tahap pelaksanaan proyek pengembangan lapangan. Axis ini dibagi lagi menjadi proyek yang pasti dilaksanakan (F1), proyek yang dijadwalkan akan dilaksanakan (F2) dan proyek eksplorasi (F3). Proyek yang pasti dilaksanakan merupakan bukti tertinggi komitmen perusahaan di dalam pelaksanaan pengembangan lapangan. Pada umumnya proyek yang pasti dilaksanakan akan mempunyai jadwal perencanaan yang dinyatakan di dalam jumlah proyek beserta kerangka waktu yang telah disetujui. Biasanya pada tahap ini jadwal pengeluaran finasial sudah terlihat di dalam kerangka pelaksanaan. F2 merupakan proyek-proyek yang masih dalam tahap perencanaan. Di sini belum dapat dilihat kerangka acuan pelaksanaan proyek secara nyata. Akan tetapi pada skala ini sudah dapat dilihat secara filosofis keinginan perusahaan untuk melaksanakan pengembangan lapangan. Sedangkan exploration proyek merupakan proyek yang belum mempunyai perencanaan pada tahap ini.
Axis terakhir di dalam klasifikasi ini adalah axis G, geologi. Axis ini menyatakan besarnya kemungkinan cadangan ditemukan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa seberapa besar derajad kepastian ditemukan cadangan secara geologi dan tentu saja secara keteknikan yang dapat diterima secara umum. Axis ini dibagi menjadi empat kelas, yaitu G1, G2, G3 dan G4. Klasifikasi G1 merupakan klasifikasi yang menyatakan bahwa secara geologi akumulasi hidrokarbon tersebut bersifat terbukti. Klasifikasi G2 merupakan klasifikasi geologi yang pada tahap ini lapangan sedang pada tahap delineasi dan explorasi (sudah terjadi penemuan cadangan akan tetapi jumlah cadangan pasti belum diketahui). Klasifikasi G3 merupakan klasifikasi yang mana telah ditemukan cadangan migas di suatu daerah. Sedangkan klasifikasi G4 menyatakan bahwa di daerah tersebut sedang diselidiki kemungkinan adanya akumulasi hidrokarbon (prospect and leads). Dengan demikian sebuah akumulasi hidrokarbon di suatu daerah dapat dinyatakan di dalam klasifikasi dengan tiga buah angka (1 hingga 4). Angka ini merupakan perwujudan tingkat kepastian ditinjau dari axis ekonomi, feasibility study dan geologi. Sebagai contoh akumulasi hidrokarbon pada sebuah daerah X adalah X111 adalah 2 juta MMSTB, artinya bahwa cadangan ekonomis yang telah mempunyai jadwal proyek dan secara geologi adalah terbukti adalah sebesar 2 juta MMSTB. Pada gambar-2 dapat dilihat bahwa kumulatif produksi hidrokarbon terletak di luar axis E,F dan G dan bukan merupakan klasifikasi cadangan. Definisi ini adalah sama dengan definisi klasifikasi cadangan yang terdahulu. Metoda Perhitungan Cadangan Metoda perhitungan cadangan yang lazim digunakan adalah metoda volumetrik dan metoda analisis kinerja produksi. Pada perhitungan secara volumetrik, pertama-tama dihitung awal isi minyak ditempat (OOIP). Cadangan dihitung sebagai OOIP x faktor pengambilan (RF). Perhitungan RF biasanya dilakukan dengan mempertimbangkan jenis mekanisme pendorong. Perhitungan cadangan dengan menggunakan kinerja produksi dilakukan secara langsung dengan memplot laju alir minyak terhadap waktu produksi. Metoda ini hanya dapat dilakukan untuk lapangan-lapangan minyak saja dan tidak berlaku untuk lapangan gas. Metoda volumetrik dilakukan dengan cara membuat peta-peta geologi seperti peta struktur, peta ketebalan bersih (net pay) ,peta distribusi porositas dan peta distribusi saturasi awal. Peta-peta tersebut dapat digabungkan untuk membuat peta distribusi hidrokarbon. Volume fluid dapat dihitung dengan menghitung luas kontur yang terdapat di peta distribusi hidrokarbon. Peta-peta tersebut dapat digambarkan dengan memperhitungkan tingkat kepastian masing-masing daerah. Di sini dapat digambarkan daerah hidrokarbon yang masuk klasifikasi terbukti, mungkin dan harapan. Klasifikasi ini akan mengacu kepada ketersediaan data, baik data engineering seperti well testing, data log sumuran, data produksi dan data geologi seperti posisi patahan, penyebaran permeabilitas dan lainlain. Dengan kemajuan teknologi, peta-peta tersebut dapat digantikan dengan memodelkan geologi secara 3 dimensi. Faktor perolehan dihitung dengan mempertimbangkan jenis tenaga pendorong reservoir. Faktor perolehan ini bervariasi antara 20% untuk reservoir dengan tenaga
pendorong gas terlarut, hingga 40% untuk reservoir dengan tenaga pendorong akuifer yang kuat (strong water drive). Simulasi reservoir banyak digunakan untuk memperkirakan harga faktor perolehan sebuah akumulasi hidrokarbon. Selain secara volumetrik, cadangan migas dapat dihitung dengan menggunakan analisis kinerja produksi. Metoda ini memerlukan data produksi yang cukup lama, sehingga penurunan laju alir dapat diamati secara meyakinkan. Metoda ini sangat cocok terutama untuk mengevaluasi lapangan-lapangan tua (matured reservoir) dimana sudah terjadi penurunan tingkat produksi secara signifikan. Sisa cadangan dapat ditentukan dengan cara mengekstrapolasi penurunan produksi ke tingkat yang disetujui (abandonment rate). Analisis ini relatif lebih mudah dibandingkan perhitungan cadangan dengan metoda volumetrik. Kesimpulan • • • •
•
• •
Sertifikasi cadangan yang selama ini dilakukan oleh lembaga penyedia jasa penghitungan cadangan merujuk kepada metoda perhitungan cadangan yang secara umum diterima oleh kalangan industri migas. Perhitungan cadangan dibedakan menjadi tiga macam saja yaitu cadangan terbukti, mungkin dan harapan. Berdasarkan tingkat kepraktisan, klasifikasi ini sangat sesuai dengan kehendak kalangan industri migas baik perusahaan migas maupun calon investor yang memerlukan sertifikasi cadangan migas secara cepat. Klasifikasi cadangan yang dikeluarkan oleh SPE, WPC dan AAPG lebih bersifat komprehensif. Hal ini disebabkan klasifikasi ini tidak hanya menyebutkan jumlah cadangan hidrokarbon akan tetapi juga jumlah resources baik yang bersifat contingent maupun yang bersifat prospektif. Klasifikasi cadangan dari UNFC melihat potensial hidrokarbon dari tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu sudut ekonomi, sudut feasibility dan sudut keteknikan geologi. Dengan melihat hal ini, maka cadangan dapat diklasifikasikan ke dalam 36 kelompok. Untuk keperluan jangka panjang, klasifikasi dari UNFC lebih komprehensif, karena klasifikasi ini sudah memasukkan parameter-parameter yang berbeda yang dapat dituangkan dalam bentuk tahapan pengembangan lapangan. Metoda ini dapat menggambarkan seluruh cadangan migas baik yang sudah berupa cadangan yang telah berproduksi maupun yang masih berupa potensi.