KORELASI KAMPANYE KESELAMATAN KERJA DENGAN SIKAP PEGAWAI DALAM MENJAGA KESELAMATAN KERJA DI PPPTMGB “LEMIGAS” JAKARTA
Skripsi Disusun untuk Memenuhi Prasyarat Kelulusan Program strata 1 (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi
DISUSUN OLEH : NAMA
: RANI INDRIYANI
NIM
: 4420401 – 027
JURUSAN : PUBLIC RELATIONS
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI 2008
1
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama NIM Fakultas Jurusan Judul
: : : : :
RANI INDRIYANI 4420401 – 027 Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Korelasi Kampanye Keselamatan Kerja dengan Sikap Pegawai dalam Menjaga Keselamatan Kerja Di PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta. Jakarta, 2 Agustus 2008 Disetujui dan Diterima Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Diah Wardhani, M.Si
Drs. Tri Heru Rahardjanto, M.Sc
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Bidang Studi Humas
Dra. Diah Wardhani, M.Si
Marhaeni F. Kurniawati, S.Sos., M.Si
2
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama NIM Fakultas Jurusan Judul
: : : : :
RANI INDRIYANI 4420401 – 027 Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Korelasi Kampanye Keselamatan Kerja dengan Sikap Pegawai dalam Menjaga Keselamatan Kerja Di PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta.
Jakarta, 2 Agustus 2008
Mengetahui :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Diah Wardhani, M.Si
Drs. Tri Heru Rahardjanto, M.Sc
3
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama NIM Fakultas Jurusan Judul
: : : : :
RANI INDRIYANI 4420401 – 027 Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Korelasi Kampanye Keselamatan Kerja dengan Sikap Pegawai dalam Menjaga Keselamatan Kerja Di PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta.
Jakarta, 2 Agustus 2008
1. Ketua Sidang SM. Niken Restaty, S.sos, M.si
(.........................................)
2. Penguji Ahli Drs. Farid Hamid., M.Si
(.........................................)
3. Pembimbing I Dra. Diah Wardhani., M.Si
(.......................................)
4. Pembimbing II Drs. Tri Heru Rahardjanto., M.Sc
(.......................................)
4
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS
ABSTRAKSI RANI INDRIYANI 4420401 – 027 Korelasi Kampanye Keselamatan Kerja dengan Sikap Pegawai dalam Menjaga Keselamatan Kerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta. 112 Halaman, 23 Lampiran - 2008 Faktor manusia memegang peran paling signifikan pada faktor kecelakaan kerja khususnya dalam eksploitasi dan eksplorasi. Sumber daya manusia menjadi alat produksi utamanya, oleh karena itu instansi sangat perlu memberikan perhatian khusus pada unsur sumber daya manusia.Untuk itu perlu peningkatan kewaspadaan terhadap bahaya kerja caranya dengan menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan, wawasan, serta sikap pegawai tentang pentingnya menjaga keselamatan kerja melalui kampanye keselamatan kerja dalam lingkungan kerja. Untuk itu Humas merencanakan dan melaksanakan kampanye keselamatan kerja, Humas berfokus pada hal-hal yang terkait dengan komunikasi di dalam suatu organisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana korelasi kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta. Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayaknya yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Dan sikap pegawai adalah suatu kesadaran individu untuk menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial. Penulis menggunakan tipe eksplanasi dengan pendekatan bersifat kuantitatif, metode penelitiannya survei, dengan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesoner kepada 86 responden dan dokumentasi untuk menelusuri data historis implementasi pelaksanaan kampanye. Rangkaian kegiatan penelitian ini dilakukan pada periode bulan Februari hingga Juli 2008 pada bidang Afiliasi PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta. Hasil penelitian ini yakni adanya korelasi kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta.
5
KATA PENGANTAR
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan program strata satu (S1) untuk menyelesaikan sebuah penelitian guna menyusun skripsi sebagai bentuk tugas akhir mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam keadaan nyata. Demikian pula halnya di Fakultas Ilmu Komunikasi ProgramStudi Public
Relations
Universitas
Mercu
Buana,
semua
mahasiswa
akan
menyelesaikan program strata satu (S1) wajib melakukan penelitian guna menyusun skripsi. Penulisan skripsi ini mengambil judul : Korelasi Kampanye Keselamatan Kerja dengan Sikap Pegawai dalam Menjaga Keselamatan Kerja Di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta. Di dalam topik ini diuraikan sekilas tentang bagaimana upaya sebuah instansi besar yang mempekerjakan 631 orang seperti halnya PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta membina pegawainya agar dapat menciptakan situasi dan kondisi, serta mempunyai sikap dan mentalitas yang selalu memperhatikan keselamatan kerja dalam setiap aktivitasnya sehingga tercapai tujuan dari instansi yaitu mencapai ‘nol kecelakaan’ (zero principle) sebagai sasaran akhir dari program pencegahan kecelakaan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan studi program strata satu (S1) di Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations Universitas Mercu Buana Kepada:
6
1. Dra. Diah Wardhani, M.Si selaku Dekan fakultas Ilmu Komunikasi dan Pembimbing I. Terima kasih ya bu atas dukungan dan bantuannya yang tak pernah lelah selama membimbing penulis dalam menyusun skripsi. 2. Marhaeni F. Kurniawati, S.Sos., M.Si selaku Ketua program bidang studi Public Relations. 3. Drs. Tri Heru Rahardjanto, M.Sc selaku pembimbing II. Terima kasih atas masukan-masukan yang bapak berikan sehingga wawasan penulis semakin bertambah dan membuat penulis semakin semangat dalam mengerjakan skripsi. 4. Bapak Tri Juwono selaku dosen metodologi penelitian. Terima kasih atas waktu yang bapak luangkan untuk terus membantu penulis menyelesaikan skripsi serta dukungan moril yang bapak berikan agar penulis tetap semangat untuk dapat cepat menyelesaikan skripsi. 5. Pihak PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian selama pengerjaan skripsi. 6. Terima kasih yang tak terhingga kepada Kedua orang tua ku yang telah membantu baik secara moril dan materil dan selalu memberikan semangat serta cinta tulus nya kepada penulis… Semoga aku dapat membalas semua jasa kalian, aku sangat sayang kalian. 7. Buat Mas.Oki dan Ian,.. makasih ya dukungan nya selama ini, makasih juga udah mau direpotin.
7
8. Untuk Nouval, Farhan, Bunda, Mas Nash dan Mbk. Liliek yang selalu memberi semangat kepada penulis dan selalu membawa keceriaan kepada penulis, terima kasih yaa semua nya..luv u.. 9. Buat orang yang sangat special dan selalu ada untuk penulis..Adhi… terima kasih ya atas cinta, sayang, dan juga dukungan nya selama ini, dan terima kasih juga udah mau direpotin. Aku sayang kamu. 10. Seluruh teman-teman di Public Relations 2004, terus semangat ya..
Jakarta, Juli 2008
Penulis
8
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI…………………………………………………….
v
KATA PENGANTAR…………………………………………...
vi
DAFTAR ISI…………………………………………………….
viii
DAFTAR TABEL……………………………………………….
xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….
11
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………
11
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis………………………………
11
1.4.2 Manfaat Praktis…………………………………
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Organisasi…………………………………
12
2.1.1 Fungsi Komunikasi Organisasi…………………
14
2.2.2 Aliran Informasi dalam Organisasi………………
16
2.2 Komunikasi Internal…………………………………….
17
2.2.1 Jenis Komunikasi Internal……………………….
20
2.2.2 Media Komunikasi Internal………………………
22
2.3 Hubungan Masyarakat (Humas)…………………………
27
2.3.1 Tugas, Peran, dan Fungsi Humas……………….
28
2.3.2 Public Humas……………………………………
29
2.4 Humas Pemerintahan……………………………………
31
2.4.1 Fungsi Pokok Humas Pemerintahan……………
33
2.4.2 Kegiatan Humas Pemerintahan…………………
34
2.5 Kampanye………………………………………………
35
2.5.1 Jenis-Jenis Kampanye…………………………
36
2.5.2 Unsur-Unsur Kampanye………………………
37
9
2.6 Sikap (Attitude)…………………………………………
44
2.6.1 Ciri-Ciri Sikap…………………………………
45
2.6.2 Struktur Sikap…………………………………
46
2.7 Pegawai………………………………………………..
48
2.8 Hipotesis Penelitian……………………………………
49
BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe penelitian…………………………………………
50
3.2 Metode Penelitian………………………………………
50
3.3 Populasi dan Sample Penelitian 3.3.1 Populasi…………………………………………
51
3.3.2 Sampel……………………………………………
52
3.3.3 Teknik Penarikan Sampel…………………………
53
3.4 Definisi Konsep…………………………………………
54
3.5 Operasionalisasi Konsep…………………………………
55
3.6 Teknik Pengumpulan data 3.6.1 Data Primer………………………………………
57
3.6.2 Data Sekunder…………………………................
57
3.8 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 3.8.1 Uji Validitas………………………………...........
58
3.8.2 Uji Reliabilitas……………………………………
63
3.7 Teknik Analisa Data………………………………………..
65
3.7.1 Koefisien Korelasi……………………………….
66
3.7.2 Uji Hipotesis……………………………………..
68
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Instansi………………………………......
70
4.1.1 Profil Instansi…………………………………..........
70
4.1.2 Visi dan Misi Instansi……………………………….
71
4.1.3 Sejarah Singkat PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta….
72
4.1.4 Tugas dan Fungsi PPPTMGB “LEMIGAS”……….
74
4.1.5 Lingkup Kegiatan …………………………………
75
4.1.6 Program Kerja …………………………………………...
76
10
4.1.7 Struktur Instansi ………………………………………. ............
80
4.1.8 Pentingnya keselamatan kerja di Instansi ………………………
84
4.1.9 Komunikasi dan konsultasi Keselamatan kerja…………………
85
4.1.10 Kegiatan Kampanye Keselamatan Kerja di Instansi………….
86
4.1.11 Mission, goals, objectives kampanye……......................
88
4.1.12 Tugas dan tanggung jawab pelaksanaan kampanye……
88
4.2 hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif ………………………………………
90
4.2.2 Koefisien Korelasi…………………………………….....
106
4.2.3 Uji Hipotesis……………………………………………
107
4.3 Pembahasan………………………………………………………
108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………………………………………………………
110
5.2 Saran……………………………………………………………..
111
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN CV
11
DAFTAR TABEL
Jumlah Pegawai……………………………………………………
52
Teknik Penarikan Sampel…………………………………………
54
Operasionalisasi Konsep………………………………………….
56
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas………………………………….
60
Analisis Deskriptif………………………………………………..
91
Koefisien Korelasi…………………………………………………
106
12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan baik di tempat kerja, masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam aktivitas komunikasi. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu instansi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu instansi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi di dalam instansi dapat mengakibatkan instansi tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar. Menurut Hovland komunikasi bukan saja proses penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum dan sikap publik yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan penting 1. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi, korelasi antara komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus pada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu2. Mengenai hubungan organisasi dengan komunikasi, William V. Hanney dalam buku Ilmu Komunikasi yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, 1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1990, hal 10. 2 Ibid, hal 115.
13
menyatakan bahwa organisasi terdiri atas sejumlah orang, ia melibatkan keadaan saling
bergantung,
kebergantungan
memerlukan
koordinasi,
koordinasi
mensyaratkan komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi adalah suatu sin qua non 3 bagi organisasi .
Suatu proses komunikasi pada organisasi dikenal dengan komunikasi organisasi. Menurut Goldhaber dalam buku Komunikasi Organisasi yang dikutip oleh Arni Muhammad, komunikasi organisasi merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah 4. Dalam kegiatan komunikasi organisasi mencakup di dalamnya komunikasi internal. Komunikasi internal merupakan komunikasi dalam organisasi itu sendiri. Komunikasi internal memiliki tiga wujud. Yang pertama adalah komunikasi ke bawahn (downward communication), yakni dari pihak manajemen atau pimpinan instansi kepada para pegawai (dari atasan ke bawahan). Yang kedua adalah komunikasi ke atas (upward communication), yakni dari pegawai ke pihak manajemen (dari bawahan ke atasan). Adapun yang ketiga adalah komunikasi sejajar (sideways communication), yakni yang berlangsung antara sesama pegawai. Dalam pelaksanaan Komunikasi Internal dalam suatu organisasi, Humas juga turut terlibat didalamnya. Menurut (British) Institute of Public Relations (IPR) Humas adalah seluruh upaya yang dilakukan secara terencana dan
3 4
Ibid, hal 116. Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2007, hal 66.
14
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good 5 will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya .
Dalam kaitan Humas dengan komunikasi internal, tingkat efektivitas dari Humas sangat dipengaruhi oleh tiga hal pokok, yaitu: keterbukaan pihak manajemen, kesadaran dan pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan para pegawai, dan keberadaan seorang manajer komunikasi (manajer Humas) yang tidak hanya ahli da berpengalaman tetapi juga di dukung oleh sumber daya teknis yang modern6. Keberadaan Humas sebagai suatu bagian yang bergerak secara penuh dalam melaksanakan kegiatan kehumasan tidak dapat dipisahkan dari fungsi instansi. Dengan kata lain Humas melekat pada manajemen instansi yang menyelenggarakan hubungan komunikasi dua arah yang baik antara instansi dengan publik sasarannya. Di dalam suatu instansi, Humas juga melakukan program kampanye. Kampanye menurut Rogers dan Storey dalam buku manajemen kampanye yang dikutip oleh antar venus adalah “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yakni (1) tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) jumlah khalayak sasaran yang besar (3) biasanya
5 6
Jefkins Frank, Public Relations, Edisi Kelima, Jakarta, Erlangga, 2003, hal 9. Ibid, hal 195.
15
dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan (4) melalui serangkaian tindakan 7 komunikasi yang terorganisasi .
Kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Penyelenggaraan kampanye pada umumnya bukanlah individu melainkan lembaga atau organisasi. Lembaga tersebut dapat berasal dari lingkungan pemerintah, kalangan swasta atau lembaga swadaya masyarakat (LSM). Terlepas siapa pun penyelenggaranya, kampanye selalu memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan tersebut sangat beragam dan berbeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya8. Pencapaian tujuan tidak dapat dilakukan melalui tindakan sekenanya, melainkan harus didasari pengorganisasian tindakan secara sistematis dan strategis. Dalam kaitan ini Johnson-Cartee dan Copeland dalam buku Manajemen Kampanye panduan teoritis dan praktis dalam mengefektifkan kampanye yang dikutip oleh Antar Venus, menyebutkan kampanye sebagai an organized behavior, harus direncanakan dan diterapkan secara sistematis dan hati-hati. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan kampanye membutuhkan sentuhan manajemen yakni kemampuan merancang, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi suatu program kegiatan secara rasional, realistis, efisien dan efektif. Dengan dimasukannya unsur manajerial dalam pengelolaan kampanye diharapkan peluang keberhasilan pencapaian tujuan kampanye menjadi lebih terbuka dan lebih besar 9.
7
Venus Antar, manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan kampanye Komunikasi, bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2004hal 7 8 Ibid, hal 9. 9 Ibid, hal 26.
16
Dalam kegiatan kampanye yang diberikan oleh instansi, diharapkan dapat memberikan efek kepada para pegawai untuk bersikap seperti apa yang telah di informasikan oleh instansi. Pengertian sikap itu sendiri, menurut W.J. Thomas adalah sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan 10 yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi dalam kegiatan-kegiatan sosial .
Dalam hal ini W.J. Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau suatu obyek tertentu. Tidak ada satu sikap pun yang tanpa obyek. Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam betuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenagkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap11. Kegiatan kampanye untuk merubah sikap pegawai perlu di lakukan oleh setiap organisasi, baik profit maupun non profit. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” merupakan lembaga penelitian dan pengembangan milik pemerintah yang beroperasi dalam bidang hulu dan hilir minyak dan gas bumi (migas) dan berperan besar dalam
10
S. Sunarjo Djoenaesih, Opini Publik, Yogyakarta, Liberty, 1997, hal 100. Azwar Saifuddin, Sikap Manusia teori dan pengukurannya, edisi kedua, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995, hal 15.
11
17
perkembangan
industri
migas
melalui
penelitian,
perekayasaan
dan
pengembangan bidang migas. Lembaga ini didirikan pada bulan Juni tahun 1965 sebagai wujud dari kepedulian dan keinginan bangsa Indonesia agar sumber daya alam migas dapat dikelola dengan sebaik – baiknya untuk kesejahteraan rakyat. PPPTMGB ”LEMIGAS” melaksanakan penelitian – penelitian terapan untuk mengembangkan teknologi dibidang minyak, gas dan panas bumi. Kegiatan – kegiatan penelitian ini merupakan wujud tanggung jawabnya dalam memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan kepada pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan serta membantu memecahkan masalah – masalah dalam industri migas. PPPTMGB “LEMIGAS” telah memiliki pengalaman yang sangat banyak dan lengkap dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi hulu dan hilir minyak dan gas bumi. Dalam menjaga kualitas yang tinggi dalam pelaksanaan tugas, LEMIGAS melengkapi dirinya dengan standar mutu yang diterapkan secara konsisten, yaitu ISO 9001:2000 (Standar Tinggi Pengelolaan Manajemen), SNI -17025-200 (Standar Tinggi Pemeliharaan dan kalibrasi Laboratorium), sertifikasi cadangan Minyak dan Gas bumi tenaga Ahli Perminyakan Tersertifikasi, proses Laboratorium Berstandar Tinggi, Tenaga Laboratorium Tersertifikasi12.
12
www.lemigas.go.id
18
PPPTMGB “LEMIGAS” telah melakukan berbagai macam kegiatan 13 penelitian dan pengembangan dibidang migas, diantaranya :
1. Eksplorasi, yakni mengoptimasi proses hidrokarbon serta mengurangi resiko eksplorasi secara signifkan. 2. Eksploitasi dalam rangka untuk memaksimalkan nilai cadangan hidrokarbon. 3. Tekhnologi proses migas, yakni proses pengolahan minyak dan gas bumi dengan tepat guna dan ramah lingkungan. 4. Tekhnologi gas. LEMIGAS meningkatkan nilai tambah penyaluran gas bumi untuk kehidupan dan kelestarian lingkungan Dilihat dari proses kegiatan yang dilakukan di LEMIGAS, serta pemakaian tekhnologi yang semakin maju akan dapat menimbulkan resiko atau potensi bahaya cukup tinggi pada sebagian aktivitas pekerjaannya. Resiko atau potensi bahaya dapat ditimbulkan dari dua faktor, yakni (1) unsafe condition yaitu kondisi tidak aman dari peralatan perlengkapan atau sarana dan prasarana kerja, seperti peralatan laboratorium yang kurang terpelihara dan peralatan yang berusia sudah lama. (2) faktor unsave action yakni perilaku tidak aman dalam melaksanakan kegiatan, hal ini terjadi akibat training dan sosialisasi yang kurang, adanya orang-orang baru yang direkrut, serta kurangnya pemahaman prosedur14. Menurut data yang diperoleh, dalam 2 tahun terkhir ini ada beberapa kasus kecelakaan kerja yang telah terjadi di LEMIGAS, diantaranya 15:
13
Ibid. Hasil wawancara dengan Sugeng Riyono, Koordinator Kampanye. 15 Ibid. 14
19
1. 10 Januari 2006 seorang tukang yang bernama Beny Pasaribu, kakinya terluka akibat terkena atap gedung Telematika yang ambruk. Hal ini terjadi karena faktor unsafe condition dari pihak LEMIGAS. 2. 12 Desember 2006 Marsigit, Ir. Albert Alarop dan Datuk, cidera akibat terkena tangki air. Hal ini terjadi karena faktor unsafe condition dari pihak LEMIGAS. 3. 27 Januari 2007, Desi Yulia mengalami luka bakar akibat terkena alat Flash Point COA. Hal ini terjadi akibat factor unsafe action dari pihak pegawai yang kurang berhati-hati dalam menjaga keselamatan kerja. 4. Uus dari PT. Traffikom Abata, pada 3 Oktober 2007 mengalami kecelakaan akibat plafon yang rusak. Hal ini terjadi karena faktor unsafe condition dari pihak LEMIGAS. 5. Pegawai PT. Lukulo Bangkit, pada 1 November 2007 terluka pada bagian kepala kanan akibat terkena kayu penahan bekisting. hal ini terjadi karena faktor unsafe condition dari pihak LEMIGAS. 6. 19 Februari 2008 di laboratorium Chemical Flooding, Partomo terluka di pelipis matanya akibat terkena tabung tes injeksi surfaktan. Hal ini terjadi akibat factor unsafe action dari pihak pegawai yang kurang berhati-hati dalam menjaga keselamatan kerja. 7. Dan pada 26 Februari 2008 Partomo kembali mengalami cidera pada lengan atas tangan kanan, akbat terkena pecahan sample batuan. Hal ini terjadi akibat factor unsafe action dari pihak pegawai yang kurang berhati-hati dalam menjaga keselamatan kerja.
20
Untuk itu, LEMIGAS perlu mengadakan tindak pengamanan diperlukan suatu cara yang dapat mendorong terciptanya keamanaan dan keselamatan dalam lingkungan instansi. Usaha ini dapat dilaksanakan dengan jalan mencari salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan keselamatan kerja. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan instansi, karena melalui keahlian dan keterampilannya, mereka dapat menggerakan kegiatan instansi untuk mencapai tujuan. Keadaan ini menempatkan manusia sebagai salah satu aset instansi yang berharga perlu mendapatkan perlindungan dari kecelakaan yang dapat menimpanya. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila LEMIGAS perlu dilaksanakan usaha pembinaan keselamatan kerja, yang salah satunya melalui kampanye Keselamatan Kerja. Kampanye yang diadakan sejak tahun 2003 ini, dilaksanakan untuk menjamin bahwa keselamatan kerja di LEMIGAS di implementasikan dan 16 untuk menekan tingkan kecelakaan kerja .
Implementasi keselamatan kerja tersebut dilakukan dengan mengacu kepada “Standard International Occupational Health and Safety Assessment (OHSAS) 18001:1999”. Dan bilamana kampanye dilaksanakan secara intensif oleh pihak manajemen dan Humas, diharapkan tingkat kecelakaan dapat menurun dibandingkan tidak adanya kampanye Keselamatan kerja. Adapun
periodisasi
kampanye
yang
dilakukan
oleh
PPPTMGB”LEMIGAS” Jakarta dilaksanakan dari bulan Januari hingga Desember, pelaksanaan kampanye yang dilakukan secara rutin ini dimaksudkan 16
www. Lemigas.go.id Ibid.
21
dalam rangka memantapkan kesiapsiagaan dalam menghadapi keadaan darurat dan menyelamatkan / melindungi pegawai dari resiko kecelakaan kerja Untuk
menunjang
kampanye
keselamatan
kerja
di
17
PPPTMGB
“LEMIGAS” Jakarta, tidak lupa disediakan alat-alat seperti camera, handycam, sound level meter, apar hydrant, penampung limbah, alat pelindung diri, light meter, disibel meter, serta water teskid agar kegiatan kampanye bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan18. Kampanye keselamatan kerja ini merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana komunikasi yang dilakukan mendambakan efek yang positif. Kampanye yang diberikan bisa terlaksana dengan baik jika ada kesamaan tujuan antara pegawai dengan pihak instansi. Berdasarkan fenomena inilah, penulis melakukan penelitian tentang korelasi kampanye Keselamatan Kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta, karena bervariasinya kondisi lingkungan dan cara eksplorasi membutuhkan kecakapan mengantisipasi kecelakaan kerja, sehingga kegiatan kampanye terus dilakukan. Penulis memilih objek penelitian di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta, karena LEMIGAS salah satu BUMN pemerintah yang mempunyai jumlah tenaga kerja sebanyak 631 orang, tugas pekerjaannya tersebar diseluruh Indonesia yang kondisi tempat mereka bekerja yaitu eksplorasi migas yang memiliki resiko kecelakaan kerja tinggi.
17 18
Ibid. Hasil Wawancara dengan Sugeng Riyono, koordinator keselamatan kerja.
22
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah korelasi kampanye Keselamatan Kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta” ?.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah untuk mengetahui sejauhmana korelasi kampanye Keselamatan Kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada pengembangan Ilmu Komunikasi (Humas) tentang kampanye dan sikap pegawai dalam bekerja yang penuh resiko.
1.4.2 Manfaat Praktis Penelitan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan masukan kepada PPPTMGB “LEMIGAS” tentang kegiatan kampanye dan hubungannya dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja.
23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi dapat berlangsung pada diri seseorang maupun organisasi. Proses komunikasi pada organisasi dikenal juga dengan komunikasi organisasi. Komunikasi dan organisasi merupakan hal penting yang perlu menjadi perhatian pimpinan organisasi, karena faktor tersebut sedikit banyak ikut berpengaruh kepada tingkah laku pegawai. Untuk memenuhi kebutuhan instansi dalam meningkatkan pelayanan kepada pegawai, maka sudah waktunya instansi membentuk suatu bagian yang mengatur hubungan harmonis antar pegawai dengan instansi yang diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap instansi yang secara langsung pula dapat meningkatkan produktivitas instansi. Ada bermacam – macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan komunikasi organisasi. Redding dan sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks19. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang sama level atau tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis, dan komunikasi evaluasi program. 19
Muhammad Arni, Op Cit, hal 65
24
Sedangkan Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam 20 suatu organisasi . Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai suatu
system terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan. Dan menurut Zelko dan Dance, komunikasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal21. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri, sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produk, pembuatan iklan, dan berhubungan dengan masyarakat umum. Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu komunikasi pribadi diantara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan diantara sesama anggota organisasi. Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan yaitu22: a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang di pengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.
20
Ibid, hal 65-66. Ibid, hal 66. 22 Ibid, hal 67. 21
25
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media c.
Komunikasi
organisasi
meliputi
orang
dan
sikapnya,
perasaannya,
hubungannya dan keterampilan atau skillnya.
2.1.1 Fungsi Komunikasi Organisasi Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersil maupun sosial, tindakan komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan 23 empat fungsi, yaitu :
1. Informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu system pemrosesan informasi. Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaan secara pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi dalam suatu
organisasi.
Sedangkan
pegawai
membutuhkan
informasi
untuk
melaksanakan pekerjaan, disamping itu juga informasi tentang jaminan keamanaan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya. 2. Regulatif
23
Sendjaja S.Djuarsa, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka, 2004, hal 4.8 – 4.9
26
Berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua instansi atau orgaisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen
yaitu
mereka
yang
memiliki
kewenangan
untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberi instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapisan atas supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. 3. Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasif bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh pegawai akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibandingkan kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangan. 4. Integratif Setiap
organisasi
berusaha
untuk
menyediakan
saluran
yang
memungkinkan pegawai dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan kenginan untuk berpatisipasi yang lebih besar dalam diri pegawai terhadap organsisasi.
27
2.1.2 Aliran Informasi dalam Organisasi Dalam komunikasi organisasi, informasi yang berpindah secara formal memiliki tiga bentuk utama dari arus pesan dalam komunikasi antar pegawai yang 24 mengikuti garis komunikasi, yaitu :
1. Downward Communications Jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan ke bawahan adalah: a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan c. Informasi mengenai kebijakan dan praktek-praktek organisasi d. Informasi mengenai kinerja pegawai e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas. 2. Upward Communications Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap pegawai, tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan. Hal yang perlu di komunikasikan ke atas biasanya mengenai: a. Apa saja yang dilakukan bawahan mengenai mereka, prestasi, kemajuan, dan rencana-rencana untuk waktu mendatang b. Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan
24
Muhammad Arni, Op Cit, hal 23.
28
c. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan d. Mengungkapkan bagaiaman pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan mereka, rekan kerja mereka dan organisasi. 3. Horizontal Communications Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti pemecahan maslaah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Bentuk paling umum dari komunikasi horizontal adalah kontak interpersonal seperti rapat komite, interaksi informal.
2.2 Komunikasi Internal 25 Komunikasi internal didedinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai :
“Interchange of ideas among the administrators and its particular strcture (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm wich gets work done (operations and management).” (pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan atau jawata yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).) Organisasi sebagai kerangka (framework) menunjukan adanya pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklasifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Untuk menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai, manajer dan administrator
25
Onong Uchjana Effendi, Op Cit, hal 122.
29
mengadakan peraturan sedemikian rupa sehingga ia tidak perlu berkomunikasi langsung dengan seluruh pegawai. Ia membuat kelompok-kelompok menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat seorang sebagai penaggung jawab atas kelompoknya. Dengan demikian pimpinan cukup berkomunikasi dengan para penanggung jawab kelompok. Dan jumlah kelompok serta besarnya kelompok bergantung pada besar-kecilnya organisasi. Untuk memperoleh kejelasan, komunikasi internal dapat dibagi menjadi 26 dua dimensi, yaitu :
1. Komunikasi Vertikal Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik (two-way traffic communication). Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan
instruksi-instruksi,
petunjuk-petunjuk,
informasi-
informasi, penjelasan-penjelasan, dan lain-lain kepada bawahannya. Dalam pada itu, bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran,pengaduan-pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan. Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi penting sekali karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan ke bawahan, roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para pegawai sehingga suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi vertikal
26
Ibid, hal 122-125
30
Dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh pegawai, bisa juga bertahap melalui eselon-eselon yang banyaknya bergantung pada besarnya dan kompleksnya organisasi. Karena komunikasi menyangkut masalah hubungan manusia dengan manusia, maka suksesnya komunikasi ditentukan oleh frame of refrence (paduan nilai-nilai yang dicakup) dan field of experience (rata-rata orang yang menjadi subjek dan objek) manusia-manusia yang terlibat di dalamnya. 2. Komunikasi horizontal Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf, pegawai sesama pegawai, dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu saat mereka bekerja, melainkan pada saat istirahat, sedang rekreasi, atau pada waktu pulang kerja. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desus-desus cepat sekali menyebar dan menjalar. Dan yang didesus-desuskan sering kali mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka. Pemecahan masalah yang timbul akibat proses komunikasi dengan jalur seperti itu adalah tugas public relations officer (kepala hubungan masyarakat). Tugas pekerjaan kepala humas sebenarnya tidak hanya keluar (eksternal), tetapi juga kedalam (internal). Oleh karena itu, dalam ruang lingkup kegiatan Humas terdapat apa yang disebut internal public relations, yang diantaranya mencakup apa yang dinamakan employee relations, yakni hubungan dengan pegawai. Dalam
31
rangka pelaksanaan employee relations ini, Humas terjun ke bawah, bergaul dengan para pegawai untuk menampung keluhan, keinginan, atau apa saja yang mungkin berpengaruh pada pekerjaan. Menjalarnya desas-desus di kalangan pegawai mengenai suatu hal sering kali disebabkan ileh interpretasi yang salah. Tugas kepala humaslah untuk meluruskan, menetralisasi, atau menganalisisnya sehingga berada dalam proporsi yang sebenarnya. Antara komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal tersebut kadang-kadang terjadi apa yang disebut komunikasi diagonal. Komunikasi diagonal atau disebut dengan komunikasi silang (cross communication) adalah komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain. Andaikata seperti itu terjadi tak formal, tidak akan menimbulkan masalah. Akan tetapi, tidak jarang terjadi komunikasi antara kepala bagian personel dengan seorang pegawai di bagian dan seksi lain mengenai keluhan yang menyangkut nasibnya disebabkan oleh kurang memuaskannya informasi yang dieroleh langsung dari atasan.
2.2.1 Jenis komunikasi Internal Komunikasi internal meliputi berbagai cara yang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu27: 1. Komunikasi Personal (personal communication) Komunikasi personal ialah komunikasi antara dua orang dapat berlangsung dengan dua cara:
27
Ibid, hal 125-128
32
a. Komunikasi tatap muka (face to face communication) b. Komunikasi bermedia (mediated communication) Komunikasi personal tatap muka berlangsung secara dialogis sambil saling menatap sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact). Ini disebut komunikasi
antar
personal
(interpersonal
communication).
Sedangkan
komunikasi personal bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat, maka antara kedua orang tersebut tidak terdapat kontak pribadi. Komunikasi antar personal karena situasi tatap muka, oleh para ahli komunikasi dianggap sebagai jenis komunikasi efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku. 2. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Kelompok ini bisa kecil, dapat juga besar, tetapi beberapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan beberapa jumlahnya yang termasuk kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak, dengan ditentukan berdasarkan cirri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Oleh karena itu, dalam komunikasi kelompok dibedakan antara komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Seperti halnya dengan komunikasi antar personal, yang dimaksudkan dengan komunikasi kelompok disini ialah komunikasi secara tatap muka, seperti komunikasi yang terjadi dalam rapat, breafing, brainstorming, dan upacara bendera.
33
a. Komunikasi Kelompok Kecil Komunikasi kelompok kecil ialah komunikasi antara seseorang manajer atau administrator dengan sekelompok pegawai yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan lain perkataan, dalam komunikasi kelompok kecil si pimpinan dapat melakukan komunikasi antar personal dengan salah seorang peserta kelompok. Berbeda dengan kelompok besar, individu-individu dalam kelompok kecil bersifat rasional sehingga setiap pesan yang sampai kepadanya akan ditanggapi secara kritis. b. Komunikasi Kelompok Besar (large group communication) kelompok besar (large group) adalah kelompok komunikasi yang karena jumlahnya yang banyak, dalam situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan lain perkataan, dalam komunikasi dengan kelompok besar, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan.
2.2.2 Media Komunikasi Internal Media merupakan saluran, sarana penghubung, atau alat-alat komunikasi. Sementara media Humas adalah berbagai macam sarana penghubung yang digunakan Humas dengan publiknya untuk membantu pencapaian tujuan 28.
28
Siregar, Ashadi dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Komunikasi Organisasi, Cetakan Kelima, Yogyakarta, Kanisius, 200, hal 1.
34
Sementara itu, Media Komunikasi Internal adalah media yang digunakan untuk mengkomunikasikan suatu informasi kepada pendengar atau pembaca 29 (audience) .
Wahana komunikasi internal memiliki berbagai bentuk, antara lain 30: 1. Jurnal Internal Jurnal internal yakni yang semata-mata bersifat internal(khusus untuk para staf dan pegawai) dan bersifat eksternal (yang juga diarahkan kepada pihak luar tertentu). Jurnal-jurnal ini hendaknya tidak dikacaukan dengan jurnal-jurnal yang dijual bebas, yang merupakan terbitan dari publikasi komersial. 2. Papan Pengumuman Papan pengumuman standar dapat ditempatkan pada berbagai lokasi yang ramai atau yang sering disinggahi agar segenap pegawai dapat memperoleh informasi yang sama dalam waktu yang bersamaan pula. 3. Kaset Video dan CCTV Media modern ini menghadirkan komunikasi tatap muka secara artificial (seolah-olah penonton yang ditonton dapat saling berkomunikasi secara langsung) yang memiliki potensi besar untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antara pihak manajemen dengan segenap pegawai. 4. Stasiun Radio Isi suatu siaran radio berupa berita-berita internal instansi, laporan dan komentar terhadap suatu peristiwa olah raga yang diminati pegawai, permintaan
29
Rosadi Ruslan, Manajemen Public Relations dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi, Edisi Revisi, Cetakan Kelima, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2003, hal 20. 30 Jefkins Frank, Public Relations, edisi kelima, Jakarta, Erlangga, 1998, hal196-202
35
lagu dan penyampaian pesan-pesan pribadi dari seorang pegawai kepada rekannya. 5. Jasa Penyampaian berita dan Ide lewat Telepon Bulletin berita instansi dapat dikemas dalam bentuk kaset rekaman, dan setiap pegawai yang ingin menyimak isinya tinggal memutar nomor telepon unit PR dan langsung dapat “mendengar” bulletin tersebut. Melalui telepon tersebut, setiap pegawai juga dapat menyampaikan gagasan mengenai berbagai hal. 6. Kotak Saran Setiap pegawai yang memiliki komentar, ide-ide cemerlang, keluhan, atau bahkan kecaman pedas terhadap atasan atau instansi dipersilahkan menyampaikan secara anonym melalui kotak-kotak saran seluruh penjuru lokasi intansi. 7. Rangsangan Berbicara Selain jasa telepon dan kotak saran, banyak pucuk pimpinan instansi yang membuka nomor telepon khusus sehingga setiap pegawai bisa menghubunginya secara langsung tanpa harus menempuh liku-liku birokrasi. Selain itu, ada teknik “pintu terbuka” yang dijalankan pihak manajemen, menulis surat kepada manajemen, dan penggunaan ‘formulir aduan’ yang kemudian dimasukan kedalam kotak pengumpulan formulir aduan. 8. Siaran Umum (Public Address broadcast) Pihak manajemen juga dapat memanfaatkan sistem siaran
umum
yang
terdiri dari sejumlah pengeras suara dan instalasi sentral (public address system) untuk
menyampaikan
pesan-pesan
kepada
36
segenap
pegawainya.
Cara
penyampaian ini demikian fleksibel sehingga sekalipun suatu pesan bisa disiarkan ketika semua pegawai tengah asik bekerja. 9. Obrolan Langsung Tersedianya suatu fasilitas bagi para pegawai untuk mengadakan komunikasi ke atas dan bagi pihak manajemen untuk melangsungkan komunikasi ke bawah jelas sangat penting demi terciptanya komunikasi yang efektif di kalangan para pegawai. 10. Dewan dan Komite Pekerja Seandainya saja kehadiran dan keikutsertaan segenap pegawai diakui dan diberi tempat, maka dengan sendirinya mereka akan selalu mengetahui apa yang sedang terjadi di perusahaan. Mereka juga akan memiliki akses pengaruh ke pihak manajemen. 11. Presentasi Video atau Slide Perangkat-perangkat audio visual ini dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan, seperti mendidik para pegawai baru, menjelaskan standard keamanan kerja, menguraikan kemajuan yang telah dicapai perusahaan, memaparkan laporan dan pembukuan tahunan, mengadakan rekrutmen, mendemonstrasikan kegunaan atau cara pemakaian produk-produk baru, atau untuk menjelaskan alasan-alasan dan potensi pembukaan cabang baru perusahaan disuatu tempat 12. Literatur Pengenalan Literatur pengenalan adalah berbagai macam naskah, materi, atau buklet yang berisi riwayat singkat instansi, berbagai kegiatan pokoknya, cara kerjanya, fungsi-fungsi operasi yang dijalankan instansi lengkap dengan bagan-bagannya,
37
struktur manajemen, dan aneka hal penting lainnya yang harus diketahui oleh para pegawai baru 13. Konferensi Staf dan Pertemuan Bisnis Pertemuan-peremuan dinas yang melibatkan para staf pegawai, merupakan acara berkumpul yang bermanfaat untuk menggalang kebersamaan dan keakraban, sekaligus untuk menciptakan hubungan baik antara pihak manajemen dengan para pegawai. Dalam acara-acara tersebut, berlangsung komunikasi tatap muka. 14. Kunjungan oleh Pihak Manajemen Salah satu cara yang ampuh untuk menggalang kedekatan dan hubungan baik antara pimpinan instansi dengan para pegawainya adalah dengan mengadakan kunjungan secara langsung oleh para pimpinan instansi. Kunjungan bisa menjebatani jauhnya jarak fisik dan tidak harus bersifat resmi atau kedinasan. 15. Kunjungan Staf Mengadakan suatu program kunjungan timbal balik dikalangan staf nya dapat memupuk keakraban dan rasa kekeluargaan, program itu juga mendidik segenap pegawai. 16. Acara-Acara Kekeluargaan Berbagai kegiatan dan acara tidak resmi yang menyertakan para anggota keluarga dan lingkungan terdekat dari masing-masing pegawai, sangat besar manfaatnya untuk merekatkan hubungan baik antara pihak manajemen dengan segenap pegawainya.
38
17. Pameran dan Peragaan Pameran dan peragaan yang diselenggarakan bisa dimanfaatkan untuk mendemonstrasikan dan menjelaskan sejarah atau suatu kebijakan instansi, bidang-bidang yang digeluti, dan tata cara pelaksanaannya. 18. Klub-Klub Sosial Pada organisasi yang mapan biasanya terdapat klub-klub sosial dengan berbagai fasilitas kenyamanan lainnya. Secara berkala, klub-klub sosial semacam itu perlu mengadakan berbagai acara, termasuk mensponsori aneka kegiatan sosial, guna mempererat hubungan antara pihak manajemen dengan para pegawai. 2.3 Hubungan Masyarakat ( Humas ) Public Relations atau yang dikenal dengan istilah hubungan masyarakat atau disingkat “Humas” memliki banyak pengertian, antara lain definisi menurut (British) Institute of Public Relations (IPR) yang menyatakan bahwa Humas adalah seluruh upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling 31 pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya .
Menurut Frank Jefkins, Humas adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian32.
31 32
Jefkins Frank, Op Cit, hal 9. Ibid, hal 10.
39
Menurut The International Public Relations Association, Humas adalah fungsi manajemen dari budi yang dijalankan secara berkesinambungan dan berencana, dengan mana organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berusaha memperoleh dan membina pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada sangkut pautnya atau yang mungkin ada sangkut pautnya – dengan menilai pendapat umum diantara mereka dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan mereka, guna mencapai kerja sama yang lebih produktif dan untuk melaksanakan kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan melancarkan informasi yang berencana dan 33 tersebar luas .
Jadi Humas merupakan suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, sood will, kepercayaan, penghargaan pada dan dari publik instansi khususnya dan masyarakat umumnya.
2.3.1 Tugas, Peran dan Fungsi Humas. Tugas dari Humas adalah berkomunikasi serta membangun hubungan dengan publik organisasi tersebut. Humas harus menyadari apa yang terjadi di lingkungan tempat organisasi tersebut beroperasi. Hal ini penting karena publik berada di lingkungan tersebut dan untuk memahami suatu masyarakat dengan baik adalah sulit, kecuali terdapat pemahaman atas faktor-faktor dan permasalahan
33
Onong Uchjana Effendy, Op Cit, hal 134.
40
sosial, teknologi, ekonomi, politik dan budaya yang mempengaruhi kehidupan 34 mereka .
Humas juga memiliki peran dua sisi. Sisi yang pertama adalah untuk memberikan informasi kepada manajemen senior atas apa yang terjadi dilingkungan sosial, yang dihuni oleh para stakeholder, sehingga hal-hal tersebut akan diperhitungkan ketika mengambil keputusan. Sisi yang kedua adalah untuk memberikan saran kepada manajemen atas akibat yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil, dengan mempertimbangkan kemungkinan rekasi dari publik utama yang akan mempengaruhi secara langsung kesejahteraan atau keberadaan perusahaan. Humas harus memonitor opini public dan menjadi hati nurani serta mentor bagi organisasi dalam hal etika 35. Selain tugas dan peran, Humas juga memiliki fungsi sebagai bagian integral dari proses pengembangan strategik yang didasarkan pada riset menyeluruh serta analisis yang objektif. Fungsi Humas lainnya adalah untuk menjalin kontak dengan para spesialis yang ada di masyarakat. Kontak ini dapat menjadi sumber yang sangat berharga untuk mendapatkan informasi awal dan untuk menemukan permasalahan yang baru timbul, yang mungkin berdampak terhadap organisasi36.
34
Gregory Anne, Op Cit, hal 6. Ibid, hal 7-8 36 Ibid, Hal 6. 35
41
2.3.2 Public Humas Public adalah sekelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi,baik secara internal maupun eksternal. Meskipun khalayak dari suatu organisasi boleh jadi berbeda dari khalayak organisasi lainnya, tetapi kita dapat mengidentifikasikan sepuluh khalayak utama yang paling sering menjadi 37 subjek khalayak dari berbagai organisasi secara umum, yaitu :
a. Masyarakat luas Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan dan masalah komunikasi yang berlainan seperti hal-hal yang berkaitan dengan soal keamanan, suara bising, onggokan sampah, polusi, pemogokan, bau tidak sedap, dll. Sebuah organisasi yang bijaksana akan mewakili kegiatan Humasnya dengan mengenali masalah dan kebutuhan masyarakat di sekelilingnya. b. Calon pegawai atau anggota Mereka bisa berada di instansi lain atau bisa juga dilembaga pendidikan mulai dari sekolah menengah kejuruan, akademik hingga keperguruan tinggi atau dari luar negeri. c. Pegawai atau anggota Meliputi semua orang yang bekerja pada atau menunjang suatu instansi, seperti : petugas gudang, para eksekutif, staf kantor, dll. d. Pemasok Pemasok jasa seperti air bersih dan energi serta pemasok berbagai bahan baku, komponen produksi, serta jasa professional.
37
Jefkins Frank, opcit hal 80.
42
e. Masyarakat keuangan Masyarakat keuangan disini, lebih kepada investor atau pemegang saham f. Distributor Adalah mereka yang menangani fungsi perantara antara produsen dan konsumen. Seperti grosir, broker, dll. g. Konsumen Adalah pemakai produk, bukan hanya rumah tangga,tetapi juga perusahaan atau instansi. h. Pemimpin pendapat Mereka terdiri dari orang-orang yang berpengaruh, sehingga setiap pendapatnya bisa jadi menentukan jatuh bangunnya instansi i. Serikat pekerja Serikat kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam suatu instansi atau perusahaan. j. Media massa Merupakan penghubung langsung antara instansi dan khalayaknya. Sebuah instansi harus dapat mengenali atau menetapkan unsur luas publiknya. Tujuannya untuk mendefinisikan khalayak, menciptakan skala prioritas, memilih media dan teknik Humas yang tepat, dan mempersiapkan pesan-pesan sedemikian rupa agar efektif dan mudah diterima.
43
2.4 Humas Pemerintahan Perbedaan utama antara hubungan masyarakat (humas) yang terdapat di instansi dinas pemerintahan dan lembaga non pemerintah (perusahaan komersial swasta) yaitu tidak ada sesuatu yang diperjualbelikan atau transaksi terjadi, baik berbentuk produk barang maupun jasa pelayanaan yang ditawarkan kepada pihak yang membutuhkan secara komersial. Walaupun ada pihak humas pemerintah melakukan hal yang sama dengan perusahaan komersial, seperti melaksanakan kegiatan kampanye publikasi, promosi pemasaran, dan periklanan, namun hal tersebut lebih menekankan pada bentuk public service atau public utilities demi kepentingan pelayanan umum (masyarakat). Melalui unit atau program kerja humas tersebut, pemerintah dapat melaksanakan penyampaian informasi pembangunan, penjelasan mengenai kebijakan atau tindakan-tindakan tertentu serta kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan kewajiban atau tugas dinas pemerintahan. Menurut John D.Millet terdapat beberapa hal dalam pelaksanaan tugas atau kewajiban utama 38 pemerintahan, yaitu sebagai berikut :
1. Mengamati dan mempelajari keinginan-keinginan,dan aspirasi yang terdapat dalam masyarakat 2. Kegiatan untuk memberikan nasihat atau sumbang saran dalam menanggapi apa yang sebaiknya dapat dilakukan instansi atau lembaga pemerintah seperti apa yang dikehendaki oleh pihak publiknya
38
Ruslan Rosadi, Etika Kehumasan konsepsi dan aplikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo persada, 2004, hal 100.
44
3. Kemampuan untuk mengusahakan terciptanya hubungan memuaskan antara publik dengan para pejabat pemerintahan 4. Memberikan penerangan dan informasi tentang apa yang telah diupayakan oleh suatu lembaga atau instansi pemerintahan yang bersangkutan Menurut Dimock dan Koening, pada umumnya tugas dan kewajiban pihak 39 humas lembaga pemerintahan adalah sebagai berikut :
1. Berupaya memberikan penerangan atau informasi kepada masyarakat tentang pelayanan masyarakat (public service), kebijaksanaan, serta tujuan yang akan dicapai oleh pihak pemerintah dalam melaksanakan program kerja pembangunan tersebut 2. Mampu menanamkan keyakinan dan kepercayaan, serta mengajak masyarakat dalam partisipasinya untuk melaksanakan program pembangunan di berbagai bidang, seperti sosial,ekonomi,hokum, politik, serta menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban nasional 3. Keterbukaan dan kejujuran dalam memberikan pelayanan serta pengabdian dari aparatur pemerintah bersangkutan perlu dijaga atau dipertahankan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing secara konsisten serta profesional
2.4.1 Fungsi Pokok Humas Pemerintahan Fungsi pokok humas pemerintah pada dasarnya sebagai berikut40: a. Mengamankan kebijakan dan program kerja pemerintah yang diwakilinya 39 40
Ibid, hal 100. Ibid, hal 102
45
b. Memberikan pelayanan, menyebarluaskan pesan-pesan dan informasi mengenai kebijaksanaan, hingga mampu mensosialisasikan program-program pembangunan, baik secara nasional maupun daerah kepada masyarakat c. Menjadi komunikator sekaligus mediator yang proaktif dalam upaya menjebatani kepentingan instansi pemerintah disatu pihak dan menampung aspirasi atau opini public (masyarakat), serta memperhatikan keinginan keinginan masyarakat dilain pihak d. Berperan serta secara aktif dalam menciptakan iklim yang kondusif dan dinamis demi mengamankan stabilitas dan program pembangunan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
2.4.2 Kegiatan Humas Pemerintahan Dalam pemerintahan, Humas merupakan bagian dari tugas penerangan pemerintah dan rakyat, antara rakyat dengan rakyat dan kelompok masyarakat 41 dengan kelompok masyarakat . Humas merupakan suatu alat untuk mempelancar
jalannya penyebaran informasi baik ke dalam maupun ke luar yaitu kepada masyarakat pada umumnya. Untuk itu, sebagai aparat kehumasan pemerintah, maka Humas harus dapat melakukan berbagai kegiatan yang perlu diperhatikan antara lain 42: a. Membina pengertian pada khalayak atau publik terhadap kebijaksanaan pimpinan,
41
Sunarto, Humas Pemerintahan dan Komunikasi Persuasif, Jakarta, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama), 2003, hal 57-58. 42 Ibid, hal 60.
46
baik kepada khalayak intern maupun khalayak ekstern. Pembinaan pengertian kepada khalayak termasuk pemberian dan pelayanan informasi. b. Menyelenggarakan dokumentasi kegiatan-kegiatan pokok instansi pemerintah, terutama yang menyangkut publikasi. c. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat masyarakat d. Mengumpulkan data dan informasi yang datang dari berbagai sumber bentuk produk Humas yang dihasilkan seperti majalah, bulletin, perss release, poster, folder, pamflet, selebaran dan lain-lain. Kemampuan yang dimiliki seorang humas dituntut sekali bekerja secara profesional, karena cara kerja humas dapat dilihat langsung oleh publik internal dan eksternalnya. Informasi yang disampaikan harus sangat akurat, jelas dan memberikan kepuasan informasi yang didapat, sehingga tidak ada kesalah pahaman atau kerancuan informasi yang diterima oleh publik.
2.5 Kampanye Banyak para ahli yang mendefinisikan pengertian tentang kampanye. Menurut Rogers dan Storey kampanye sebagai : “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yakni (1) tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) jumlah khalayak
47
sasaran yang besar (3) biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan (4) 43 melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi .
Menurut Pfau dan Parrot “A campaign is conscious sustained and incremental process designed to be implemented over a specified periode of time for the porpose of influencing a specified audience” (kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan untuk mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan)44 . Leslie B. Snyder berpendapat bahwa “A Communication campaign is an organized communication activity, directed at a particular audience, for a particular period of time, to achieve a particular goal” (kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode waktu tertentu guna mencapai tujuan tertentu) 45. Dan menurut Rajasundaram “A campaign is a coordinated use of different methods of communication aimed at focusing attention on a particular problem and its solution over a period of time” (kampanye dapat diartikan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya)46.
43
Venus Antar, Op Cit, hal 7 Ibid, hal 8 45 Ibid, hal 8 46 Ibid, hal 8 44
48
2.5.1 Jenis-Jenis Kampanye Membicarakan
jenis-jenis
kampanye
pada
prinsipnya
adalah
membicarakan motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut pada gilirannya akan menentukan ke arah mana kampanye akan digerakkann dan apa tujuan yang akan dicapai. Jadi secara inhere nada keterkaitan antara motivasi dan tujuan kampanye. Bertolak dari keterkaitan tersebut, Charles U. Larson dalam buku Manajemen Kampanye yang dikutip oleh Antar Venus, kemudian membagi jenis kampanye kedalam tiga kategori yakni: product-oriented campaigns, candidate47 oriented campaigns dan ideologically or cause oriented campaigns .
product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk pada umumnya terjadi dilingkungan bisnis. Istilah lain yang sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalah commercial campaigns atau corporate campaign. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan financial. Cara
yang
ditempuh
adalah
dengan
memperkenalkan
produk
dan
melipatgandakan penjualan sehingga memperoleh keuntungan yang diharapakan. Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat pada umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Tujuan antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat
47
Ibid, hal 11.
49
menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali berdimensi perubahan sosial. Karena itu jenis kampanye ini dalam istilah Kotler disebut social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. Terlepas dari perbedaan yang ada diantara jenis-jenis kampanye diatas, dalam prkatiknya ketiga macam kampanye tersebut hamper tidak berbeda. Ketiganya dapat menggunakan strategi komunikasi yang sama untuk menjual produk, kandidat atau gagasan mereka kepada kahalayak.
2.5.2 Unsur-Unsur Kampanye Kampanye pada hakikatnya adalah tindakan komunikasi yang bersifat goal oriented. Pada kegiatan kampanye selalu ada tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan tersebut harus didasari pengorganisasian tindakan secara sistematis dan strategis. Kampanye harus direncanakan dan diterapkan secara sistematis dan berhati-hati. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan kampanye membutuhkan sentuhan manajemen yakni kemampuan merancang, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi suatu program kegiatan secara rasional, realistis, efisien dan efektif. Adapun kegiatan kampanye dapat dijabarkan sebagai berikut:
50
1. Perencanaan Kampanye Membuat perencanaan yang matang sebenarnya bukan sesuatu yang sulit. Tim perencanaan kampanye dapat merumuskan perencanaan berdasarkan lima pertanyaan sederhana yaitu: apa yang ingin dicapai? Siapa yang akan menjadi sasaran? Pesan apa yang akan disampaikan? Bagaimana menyampaiannya? Bagaimana mengevaluasinya? Kelima pertanyaan tersebut dapat dituangkan kedalam tahap-tahap perencanaan 48 seperti berikut :
a) Analisis Masalah Titik tolak untuk merancang suatu perubahan lewat kampanye adalah dengan membuat perencanaan. Langkah awal suatu perencanaan adalah melakukan analisis masalah. Agar dapat diidentifikasi dengan jelas, maka analisis masalah hendaknya dilakukan secara terstruktur. Pengumpulan informasi yang berhubungan dengan permasalahan harus dilakukan secara objektif dan tertulis serta memungkinkan untuk dilihat kembali setiap waktu. Hal ini dapat menghindarkan terjadinya pemecahan masalah yang tidak tepat. b) Penyusunan Tujuan Penyusunan tujuan yang realistis ini merupakan hal yang wajib dilakukan dalam sebuah proses perencanaan kampanye agar kampanye yang akan dilaksanakan mempunyai arah yang terfokus pada pencapaian tujuan tersebut. Ada beragam tujuan yang bisa dicapai dengan menggunakan program kampanye. Tujuan tersebut diantaranya menyampaikan sebuah pemahaman
48
Ibid, hal 145-158.
51
baru, memperbaiki kesalah pahaman, menciptakan kesadaran, mengembangkan pengetahuan
tertentu,
menghilangkan prasangka,
menganjurkan
sebuah
kepercayaan, menginformasikan persepsi, serta mengajak khalayak untuk melakukan tindakan tertentu. c) Identifikasi dan Segmentasi Sasaran Dengan melakukan identifikasi dan segmentasi sasaran maka proses perencanaan selanjutnya akan lebih mudah, hingga akhirnya akan melancarkan pelaksanaan kampanye. Pemilihan publik mana yang akan menjadi sasaran bergantung pada tujuan kampanye yang akan dilaksanakan. d) Menentukan Pesan Pesan kampanye merupakan sarana yang akan membawa sasaran mengikuti apa yang diinginkan dari program kampanye, yang pada akhirnya akan sampai pada pencapaian tujuan kampanye. Agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan maka pesan harus disusun berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. e) Strategi dan Taktik Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang akan diterapkan dalam kampanye, atau untuk lebih mudahnya dapat disebut sebagai guiding principle atau the big idea. guiding principle atau the big idea ini dapat diartikan sebagai pendekatan yang diambil untuk menuju pada suatu kondisi tertentu dari posisi saat ini, yang dibuat berdasarkan analisa masalah dan tujuan yang telah ditetapkan. Strategi ini kemudian dituangkan secara konkret dalam bentuk taktik.
52
Taktik sangat bergantung pada tujuan dan sasaran yang akan dibidik program kampanye. Pemilihan taktik didasari pada dua fungsi yaitu fungsi menghubungkan dan fungsi meyakinkan. f) Alokasi Waktu dan Sumber Daya Kampanye selalu dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu. Adakalanya rentang waktu tersebut berasal dari pihak luar, ada pula rentang waktu yang ditetapkan sendiri. Berkaitan dengan perencanaan waktu ini, ada hal lain yang harus diidentifikasikan dengan jelas dan pasti yaitu sumber daya kampanye yang akan menyokong agar kampanye terlaksana dan selelsai tepat pada waktunya. Secara umum, sumber daya pendukung kampanye terbagi menjadi tiga, yaitu sumber daya manusia, dana operasional dan peralatan. g) Evaluasi dan Tinjauan Evaluasi berperan penting untuk mengetahui sejauh mana pancapaian yang dihasilkan kampanye. Untuk kampanye yang berkelanjutan evaluasi merupakan bagian yang terus berjalan seiring dengan kegiatan kampanye tersebut. Karena hasil evaluasi terhadap program kampanye tersebut nantinya akan digunakan sebagai tinjauan untuk program kampanye yang akan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terstruktur.
53
2. Pelaksanaan Kampanye Pelaksanaan kampanye merupakan penerapan dari konstruksi rancangan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada beberapa hal yang harus 49 dilakukan dalam tahap pelaksanaan meliputi :
a) Perekrutan dan Pelatihan Personel kampanye Orang-rang yang akan menjadi personel kampanye harus diseleksi dengan teliti
dengan
memperhatikan
aspek
motivasi,
komitmen,
kemampuan
bekerjasama, dan pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis. Pada tahap ini ditegaskan pula apakah keterlibatan orang-orang tersebut sebagai sukarelawan atau staf professional yang akan mendapatkan bayaran. Segera setelah itu mereka harus mengikuti pelatihan, baik yang bersifat teknis atau non teknis, yang berkaitan dengan berbagai aspek dan proses yang akan dijalankan selama kampanye berlangsung. Disamping keterampilan tersebut, personel setiap kampanye juga harus diperhatikan memahami tema, objek dan tujuan kampanye. b) Mengkonstruksi Pesan Pesan kampanye memiliki berbagai dimensi yang meliputi pesan verbal, nonverbal, dan visual. Namun apapun dimensinya, secara umum konstruksi pesan kampanye harus didasarkan pada pertimbangan kesederhanaan(simplicity), kedekatan (familiarity) dengan situasi khalayak, kejelasan (clarity), keringkasan (conciseness), kebaruan (novelty), konsistensi, kesopanan (courtessy), dan kesesuaian dengan objek kampanye.
49
Ibid, hal 200-208.
54
c) Menyeleksi Penyampaian Pesan Kampanye Pada umumnya faktor pokok yang harus diperhatikan dalam menyeleksi pelaku kampanye adalah kesesuaian tokoh tersebut dengan objek kampanye, media yang digunakan, dan kredibilitas yang bersangkutan di mata publik. Menurut Hovland, Janis dan Kelly, ada tiga aspek yang mempengaruhi kredibilitas sumber yakni: Keterpercayaan (trustworthiness), keahlian (expertise), dan daya tarik (attractiveness). Peneliti kemudian menambahkan faktor kedinamisan (dynamism), komposur, sosiabilitas dan karisma sebagai faktor pendukung kredibilitas. Aspek mana yang lebih dominan dalam meningkatkan keefektivan penyampaian pesan bergantung pada jenis dan setting kampanye yang dihadapi. d) Menyeleksi Saluran kampanye Menyeleksi media mana yang akan digunakan sebagai saluran kampanye harus dilakukan dengan penuh pertimbangan. Beberapa faktor yang harus di pertimbangkan dalam pemilihan media kampanye diantaranya: jangkauan media, tipe dan ukuran besarnya khalayak, biaya, waktu, dan tujuan serta objek kampanye.
3. Evaluasi Kampanye Evaluasi merupakan upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kampanye. Menurut Ostergaard dalam buku Manajemen Kampanye yang dikutip oleh Antar Venus,
55
evaluasi kampanye dapat dikategorisasi dalam empat level atau tingkatan sebagai berikut: a.Tingkat Kampanye (campaign level) Pada campaign lavel
kita ingin mengetahui apakah khalayak sasaran
terterpa kegiatan kampaye yang dilakukan atau tidak. Dengan demikian pertanyaan pokok untuk evaluasi level ini adalah apakah kampanye yang dilakukan dapat menjangkau khalayak sasaran yang ditetapkan? Dan apakah khalayak memberi perhatian pada kampanye terebut? b. Tingkat Sikap (attitude level) Dalam perspektif Ostergaard, terdapat empat aspek yang terkait dengan evaluasi pada tingkatan sikap yakni aspek kognitif ( pengetahuan, kesadaran, kepercayaan dsb), konatif (komitmen untuk bertindak) dan aspek keterampilan atau skill. c. Tingkat Perilaku Para ahli memandang tingkatan perilaku sebagai level yang penting dalam kebanyakan evaluasi kampanye. Sayangnya jenis evaluasi ini sering diabaikan atau dilakukan sekedarnya dengan mengamati realitas permukaan (superficial rality). Pada realitas permukaan dimana orang lain juga dapat mengamati secara langsung, orang sering kali tampak berubah perilakunya, padahal sebenarnya tidaklah demikian. d. Tingkat Masalah Problem atau masalah disini diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dengan harapan atau dengan yang seharusnya terjadi.
56
2.6 Sikap (Attitude) Fenomena sikap timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga oleh kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi disaat sekarang, dan oleh harapan-harapan kita untuk masa yang akan datang. Istilah sikap dalam bahasa inggris disebut “attitude” digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer. Istilah attitude (sikap) oleh Herbert Spencer digunakan 50 untuk menunjukan suatu status mental seseorang .
W.J. Thomas seorang pakar psikologis memberi batasan, sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial51. Dalamhal ini W.J. Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau suatu obyek tertentu. tidak ada satu sikap pun yang tanpa obyek. Menurut prof. Dr. Bimo Walgito, sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek atau situasi yang relative tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berprilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya52 .
2.6.1 Ciri-Ciri Sikap Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsangan yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah
50
S. Sunarjo Djoenaesih, Op Cit, Hal 100. Ibid, Hal 100. 52 Ibid, Hal 104. 51
57
dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. 53 Adapun ciri-ciri sikap sebagai berikut :
a. Sikap itu dipelajari Sikap merupakan hasil belajar. Beberapa sikap dipelajari secara tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Mempelajari sikap secara sengaja apabila individu mengerti bahwa hal itu akan berguna bagi dirinya sendiri ataupun dapat bermanfaat bagi kelompoknya, ataupun memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perorangan. b. Memiliki kestabilan Sikap yang pada mulanya dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat melalui pengalaman, akhirnya menjadi tetap dan stabil. Misalnya perasaan suka atau tidak suka terhadap sesuatu warna tertentu yang spesiifik da hal ini biasanya terjadi berulang-ulang dengan frekuensi yang cukup tinggi. c. Personal-sociental significance Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan benda / barang atau situasi tertentu. Bila seseorang merasa bahwa orang lain menyenagkan, terbuka serta hangat, maka hal ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia akan merasa bebas dan favourable (menyenagkan) d. Berisi kognisi dan afeksi Komponen kognisi dari sikap adalah berisi informasi yang factual misalnya obyek itu dirasakan menyenagkan atau tidak menyenagkan.
53
Ibid, Hal 106.
58
Sedangkan seperti kita ketahui komponen afeksi menyangkut perasaan-perasaan tertentu misalnya ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dan sebagainya. e. Approach – avoidance directionality Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap suatu obyek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang unvaforable, mereka akan menghindarinya.
2.6.2 Struktur Sikap Mengikuti skema tiadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif komponen afeksi dan komponen 54 konatif .
1. Komponen kognitif Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karateristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu. Dengan demikian, interaksi kita dengan pengalaman dimasa datang serta prediksi kita mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai arti dan keteraturan. Tanpa adanya sesuatu yang kita percayai, maka fenomena dunia
54
Azwar Saifuddin, Op Cit , Hal 23-27.
59
disekitar kita pasti menjadi terlalu kompleks untuk dihayati dan sulitlah untuk ditafsirkan artinya. Kepercayaanlah yang menyederhanakan dan mengatur apa yang kita lihat dan kita temui. b. Komponen Afeksi Komponen afeksi menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan peasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Reaksi emosional yang merupakan komponen afeksi ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud. c. Komponen prilaku Komponen prilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berprilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang berprilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaiman kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Pengertian kecenderungan berprilaku menunjukan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi pula bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang.
60
2.7 Pegawai “Pegawai merupakan suatu kekuatan yang hidup dan dinamis, yang dibina dan diabadikan dalam bentuk hubungan dengan perseorangan sehari-hari dibelakang bangku kerja tukang kayu, di belakang mesin atau di belakang meja tulis.” Demikian kata seorang ahli hubungan masyarakat bernama Archibald William. Jadi, pemimpin organisasi atau kepala humas kerjanya bukan hanya duduk dikantornya, melainkan harus berkomunikasi langsung dengan para 55 pegawai. Ia harus senantiasa mengadakan kontak pribadi (personal cantact) .
Yang dimaksud dengan pegawai disini ialah semua pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor yang serba bersih pula maupun kerja kasar seperti sopir atau pesuruh. Dengan senantiasa berkomunikasi dengan merekan akan dapat mengetahui sikap, pendapat, kesulitan, keinginan, perasaan, dan harapannya. Dalam melaksanakan kegiatan komunikasi ke bawahan (downward communication), informasi dapat dilakukan dengan: 1. mengadakan rapat 2. memasang pengumuman 3. menerbitkan majalah intern 4. dan sebagainya56. Dalam membina komunikasi ke atas (upward communication) untuk mengetahui opini para pegawai dapat dilakukan dengan: 1. mengadakan pertemuan untuk menampung pendapat 55 56
Onong Uchjana Effendy, Op Cit, Hal 135-136. Ibid, hal 136
61
2. mengadakan rubrik khusus dalam majalah intern, semacam kontak pembaca, tetapi khusus untuk diisi oleh pegawai 3. mengadakan kotak saran (suggestion box) untuk menampung saran-saran bagi 57 kepentingan organisasi dan kepentingan pegawai .
2.8 Hipotesis Teoritis Pada penelitian ini, hipotesis penelitian adalah: Bila kampanye keselamatan kerja berkorelasi positif dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja maka kampanye Keselamatan Kerja berkorelasi terhadap sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPMGB ”LEMIGAS” Jakarta.
57
Ibid, hal 136
62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian Dari berbagai tipe penelitian, tipe yang sesuai dengan penelitian si penulis adalah penelitian tipe eksplanasi dengan pendekatan bersifat kuantitatif. Penelitian eksplanasi bertujuan untuk menjelaskan korelasi antar varibel-variabel melalui pengujian hipotesa. Penulis menggunakan tipe penelitian eksplanasi karena peneliti ingin mengetahui korelasi kampanye Keselamatan Kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta.
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian komunikasi ini dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif-survei yakni penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fata-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual 58. Dalam metode survei pengumpulan data – data penelitian dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan tertulis kepada responden, adapun tujuan dari metode survei yaitu untuk mengetahui hubungan dua variabel dan bertujuan untuk memaparkan distribusi data yang diteliti. 58
Nazir Moh, Op Cit, hal 65.
63
Dengan metode survei, peneliti ingin mendapatkan data dan jawaban dari penyebaran kuesioner terhadap responden yang terdiri dari pegawai dan Humas PPPTMGB “LEMIGAS”, mengenai korelasi kampanye Keselamatan Kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Populasi merupakan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian
merupakan keseluruhan
(universum) dari objek penelitian sehingga objek dapat menjadi sumber data 59 penelitian .
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di PPPTMGB “LEMIGAS” yang berjumlah 631 orang pegawai 60. Berikut rincian pegawai berdasarkan jumlah per bidang.
59 60
Bungin Burhan, Op. Cit, hal 100. Wawancara dengan Doni, bagian kepegawaian.
64
Bidang
Jumlah
Kepala Pusat
4 orang
Tata Usaha
143 orang
Sarana Litbang
28 orang
Bidang Program
12 orang
Afiliasi
48 orang
Eksplorasi
103 orang
Eksploitasi
99 orang
Proses
93 orang
Aplikasi produk
41 orang
Teknogas
46 orang
KPU
8 orang
LK3
6 orang
631 orang data pegawaian PPPTMGB ”LEMIGAS” tahun 2008
3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak di selidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Jumlahnya lebih sedikit dari populasi). Dalam sampel, dilakukan perhitungan secara pasti jumlah besaran sampel dengan d = 10 %. Rumus perhitungan besaran sampel adalah dengan menggunakan Yamane, yakni sebagai berikut 61:
61
Rakhmat Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapai Contoh Analisis Statistik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal 82
65
N n= N (d)² + 1
Keterangan : n : Jumlah sampel yang dicari N : Jumlah populasi d : Nilai presisi ( 10 % ) maka perhitungan sampel adalah sebagai berikut: 631 n=
631 =
631 (0.1)² + 1
7,31 = 86, 3201094 ˜ 86 orang pegawai
Dengan demikian maka dari jumlah populasi 631 orang diperoleh ukuran sampel sebesar 86 sampel penelitian.
3.3.3 Teknik Penarikan Sampel Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik propotionate stratified random sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional62. Hal yang terpenting dalam teknik ini adalah penggunaan perwakilan berimbang, karena itu harus diketahui dahulu besar kecil unit-unit populasi yang ada.
62
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi diLengkapi dengan metode R&D, Bandung, Alfabeta, 2006, hal 93.
66
Per Divisi
ukuran % dalam populasi populasi
Kapus 4 Tata Usaha 143 Sarana Litbang 28 Bidang Program 12 Afiliasi 48 Eksplorasi 103 Ekspoitasi 99 Proses 93 Aplikasi Produk 41 Teknogas 46 KPU 8 LK3 6
1% 23 % 4% 2% 8% 16 % 16 % 15 % 6% 7% 1% 1%
631
100 %
pecahan sampling 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13
N sampel
% dalam sample
1 19 4 2 6 14 13 12 5 6 1 1
1% 23 % 5% 2% 7% 18 % 15 % 14 % 6% 7% 1% 1%
86
100 %
3.4 Definisi dan Operasionalisasi Konsep 3.4.1 Definisi Konsep Untuk lebih memahami dalam menafsirkan data–data yang ada, ada beberapa definisi konsep yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu : 1. Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. 2. Sikap adalah suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.
67
3. Pegawai ialah semua pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor yang serba bersih pula maupun kerja kasar seperti sopir atau pesuruh.
3.4.2 Operasionalisasi Konsep Operasionalisasi konsep adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi 63 konstruk yang dapat diukur .
Operasionalisasi konsep disini mengenai korelasi kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta.
63
Ibid, hal 12
68
Variabel Kampanye Keselamatan Kerja (Variabel X )
Sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja ( variabel Y )
Dimensi
Indikator
1. Personel kampanye
a. Kemampuan bekerjasama para personel kampanye b. Pengalaman para personel kampanye
2. Komunikator
a. Keterpercayaan komunikator b. keahlian komunikator c. sosiabilitas komunikator
3. Pesan
a. kesederhanaan pesan kampanye b. jelas atau tidak jelasnya pesan kampanye c. Konsistensi pesan kampanye
4. Media kampanye
a. ketepatan media kampanye yang digunakan b. frekuensi penggunaan media media kampanye
5. Alokasi Waktu
a. kecukupan waktu kampanye (periode kampanye) b. intensitas waktu kampanye
1. Kognisi
a. Pengetahuan pegawai tentang pentingnya keselamatan kerja b. Pengalaman pegawai tentang bagaimana menjaga keselamatan kerja
2. Afeksi
a. Evaluasi pegawai tentang pentingnya keselamatan kerja b. Kesediaan pegawai untuk menerima isi kampanye keselamatan kerja
3. Konasi
a. Kesiapan pegawai untuk bertindak b. penerimaan pegawai untuk menjaga keselamatan kerja
69
Skala Likert 5=SS 4=S 3=RR 2=TS 1=STS
5=SS 4=S 3=RR 2=TS 1=STS
3.5 Tehnik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara tehnik mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi tehnik pengumpulan data. 3.5.1 Data Primer Merupakan data dari data pertama melalui pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti kepada responden untuk mendapatkan data-data yang di perlukan. Kuesioner merupakan serangkaian daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis yang kemudian di isi oleh responden yang bertujuan mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang diteliti. 3.5.2 Data Sekunder 1. Dokumenter. Dokumenter adalah teknik yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberikan peluang kepada peneliti untuk halhal yang telah silam64. 2. Kepustakaan Teknik ini di lakukan dengan mempelajari buku-buku literatur di perpustakaan yang berkaitan dengan objek dan permasalahan penelitian.
64
Bungin Burhan, Op Cit, hal 144.
70
3.5.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji Validitas Tingkat validitas suatu alat ukur dapat diperoleh dengan menggunakan Korelasi Produk Moment Pearson. Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkapkan apa yang ingin di ungkap. Koefisien korelasi item-item dengan Bivariate Pearson dapat di cari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N (SXY) – (SX SY) r= v [ NSX² - (SX)² ] [ NSY² - (SY)² ]
Keterangan: r = korelasi X = skor setiap item Y = skor total item X N = jumlah responden Dalam uji validasi jimlah responden minimal 30 orang, dengan jumalah minimal 30 orang ini maka distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal sangan diperlukan dalam perhitungan statistik.
71
Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan dengan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skot total.
72
Berikut hasil perhitungan uji validitas terhadap 30 responden : Correlations Variabel Kampanye Keselamatan Kerja Skor total x.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,000
N x.2
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,432(*) ,017
N Skortot
,629(**) ,000
N x.12
,755(**) ,000
N x.11
,624(**) ,000
N x.10
,571(**) ,001
N x.9
,658(**) ,000
N x.8
,722(**) ,000
N x.7
,648(**) ,000
N x.6
,471(**) ,009
N x.5
,672(**) ,000
N x.4
,552(**) ,002
N x.3
,600(**)
30
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
30
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
73
Dari hasil uji validitas di atas, didapat nilai korelasi yakni: butir 1 sebesar 0,600 , butir 2 sebesar 0,552 , butir 3 sebesar 0,672 , butir 4 sebesar 0,471 , butir 5 sebesar 0,648 butir 6 sebesar 0,722 , butir 7 sebesar 0,658, butir 8 sebesar sebesar 0,571 , butir 9 sebesar 0,624 , butir 10 sebesar 0,755 , butir 11 sebesar 629 dan butir 12 sebesar 0,432. Koefisien korelasi yang di dapat dibandingkan dengan nilai r tabel (signifikan 0,05) dengan uji 2 sisi dan jumlah sample (n) = 30, maka didapat r tabel sebesar 0,361. Dari uji coba didapat nilai korelasi butir 1 hingga 12 nilainya lebih dari 0,361 maka dapat disimpukan bahwa butir instrument kampanye keselamatan kerja tersebut berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan valid). Butir yang memiliki validitas tertinggi adalah butir 10, dengan koefisien korelasi 0,755 dan paling rendah adalah butir 12 dengan koefisien korelasi 0,432.
74
Tabel Variable sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja Skor total Y.1
Pearson Correlation
,709(**)
Sig. (2-tailed)
,000
N Y.2
30
Pearson Correlation
,732(**)
Sig. (2-tailed)
,000
N Y.3
30
Pearson Correlation
,607(**)
Sig. (2-tailed)
,000
N Y.4
30
Pearson Correlation
,614(**)
Sig. (2-tailed)
,000
N Y.5
30
Pearson Correlation
,695(**)
Sig. (2-tailed)
,000
N Y.6
30
Pearson Correlation
,782(**)
Sig. (2-tailed)
,000
N skortot
30
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari uji coba didapat nilai korelasi yakni: butir 1 sebesar 0,709 , butir 2 sebesar 0,732 , butir 3 sebesar 0,607 , butir 4 sebesar 0,614 , butir 5 sebesar 0,695 dan butir 5 sebesar 0,782. Koefisien korelasi yang di dapat dibandingkan dengan nilai r tabel (signifikan 0,05) dengan uji 2 sisi dan jumlah sample (n) = 30, maka didapat r tabel sebesar 0,361. Dari uji coba didapat nilai korelasi butir 1 hingga 6 nilainya lebih dari 0,361 maka dapat disimpukan bahwa butir instrument sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja tersebut berkorelasi signifikan dengan skor total
75
(dinyatakan valid). Butir yang memiliki validitas tertinggi adalah butir 6, dengan koefisien korelasi 0,782 dan paling rendah adalah butir 3 dengan koefisien korelasi 0,607 . Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini reliabilitas instrumen yang digunakan adalah teknik belah dua, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. membagi item yang valid ke dalam dua belahan yaitu item ganjil dalam belahan pertama dan item genap dalam belahan ke dua 2. menjumlahkan masing-masing skor dalam belahan sehingga diperoleh total masing-masing belahan 3. skor total ganjil dan skor total genap dikorelasikan dengan korelasi product moment Untuk mencari reliabilitas dengan metode belah dua ini menggunakan rumus : 2 ( r. tt )
r tot
= 1 + r. tt
Keterangan:
r tot
= angka reliabilitas keseluruhan item
r tt
= angka korelasi belahan pertama dan kedua
76
berikut adalah perhitungan uji reliabilitas terhadap 30 responden: Tabel Reliability Statistics Variabel kampanye keselamatan kerja Cronbach's Alpha
Part 1
Value
Part 2
6(a)
Value
,722
N of Items
6(b)
Total N of Items Correlation Between Forms Spearman-Brown Coefficient
,768
N of Items
12 ,712
Equal Length
,832
Unequal Length
,832
Guttman Split-Half Coefficient
,815
a The items are: x.1, x.2, x.3, x.4, x.5, x.6. b The items are: x.7, x.8, x.9, x.10, x.11, x.12.
Dari hasil analisis di atas di dapat nilai Spearman-Brown sebesar 0,832. sedangkan nilai r kritis pada signifikansi 0,05 dengan jumlah data (n) = 30, di dapat sebesar sebesar 0,306. karena nilainya lebih dari 0,306, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen kampanye keselamatan kerja tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.
77
Tabel Sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja Cronbach's Alpha
Part 1 Part 2
Value
,682
N of Items
3(a)
Value
,687
N of Items
3(b)
Total N of Items
6
Correlation Between Forms Spearman-Brown Coefficient
,543
Equal Length
,704
Unequal Length
,704
Guttman Split-Half Coefficient
,704
a The items are: Y.1, Y.2, Y.3. b The items are: Y.4, Y.5, Y.6.
Dari hasil analisis di atas di dapat nilai Spearman-Brown sebesar 0,704. sedangkan nilai r kritis pada signifikansi 0,05 dengan jumlah data (n) = 30, di dapat sebesar sebesar 0,306. karena nilainya lebih dari 0,306, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.
3.6 Teknik Analisis Data Analisa adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca 65. Sesuai dengan penelitian dan pembahasan masalah untuk menganalisa korelasi kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta, yaitu dengan analisa kuantitatif.
65
Nazir Moh, Op Cit, hal 419.
78
Dalam penelitian ini penulis memberikan skor atas jawaban – jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan di kuesioner, adapun alat yang digunakan yaitu dengan menggunakan skala likert. Skala Likert yaitu merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa 66 kata-kata antara lain :
1. 5 (Sangat Setuju) 2. 4 (Setuju) 3. 3 (Ragu Ragu) 4. 2 (Tidak Setuju) 5. 1 (Sangat Tidak Setuju)
3.6.1
Koefisien Korelasi
Kuat dan tidaknya pengaruh antara X dan Y dapat diukur melalui koefisien korelasi yang dilambangkan rs . Di Korelasi Spearman Rank sumber data untuk kedua variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang tidak sama, jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal. Kemudian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel dipergunakan rumus uji Koefisien Korelasi Spearman, dengan rumus: 66
Sugiono, Op Cit, hal 107.
79
6 rs
1
d
n
3
2 i
n
rs = Koefisien Korelasi Spearman Rank d1 = Selisih setiap pasang rank (Xi, Yi) n = Banyaknya pasangan rank Nilai koefisien korelasi ini paling sedikit -1 dan paling besar 1, jadi jika ‘r’ = koefisien, maka nilai ‘r’ dapat dinyatakan sebagai berikut: -1 < r < 1 Dimana : r = +1 hubungan X dan Y adalah sempurna positif (mendekati 1 hubungan sangat kuat dan positif) r = -1 hubungan X dan Y adalah sempurna negatif (mendekati -1 hubungan sangat kuat dan negatif) r = 0 hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan Sedangkan koefisien korelasi menurut Guilford (1956; 145) secara kasar adalah sebagai berikut39: Kurang dari
Hubungan rendah sekali; lemah sekali
0,20
-
0,40
Hubungan rendah tetapi pasti
0,40
-
0,70
Hubungan yang cukup berarti
0,70
-
0,90
Hubungan yang tinggi; kuat
0,90
Hubungan sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan
Lebih dari 39
0,20
Rakhmat Jalaluddin, Op Cit, hal 29
80
Penelitian ini menggunakan Rumus Rank Spearman, untuk mencari seberapa besar korelasi antara variabel kampanye keselamatan kerja (X) dengan variabel sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja (Y). Karena penelitian yang dilakukan terdiri atas dua buah variabel yang masing-masing berskala ordinal, untuk itu digunakan rumus Rank Spearman, untuk mempermudah digunakan SPSS (Statistical Packages Social Science) dalam pengolahan datanya.
3.6.2 Uji Hipotesis Hipotesis Statistik: Ho = 0 = Tidak ada korelasi antara kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta. Hi
0 = Ada korelasi antara kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB “LEMIGAS” Jakarta.
Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi dengan n lebih besar dari 86, maka rumus yang digunakan adalah dengan rumus uji Z yaitu 67:
r Z = 1/vn-1
67
Ibid, hal 149
81
Jika Z hitung > Z tabel, maka signifikan artinya ada korelasi antara kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta.
82
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Instansi 4.1.1 Profil Instansi PPPTMGB “LEMIGAS” yang pada awalnya disebut sebagai Lembaga Minyak dan Gas Bumi, berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 17/M/Migas/65 tanggal 11 Juni 1965 dan Surat Keputusan Menteri Migas Nomor 208a/M/Migas/65 dengan memiliki 3 tugas pokok yaitu Riset, Pendidikan dan Pelatihan,
serta
Dokumentasi
dan
Publikasi
di
bidang
perminyakan.
Latar belakang berdirinya Lembaga Minyak dan Gas Bumi adalah karena hampir semua pengetahuan, data dan tenaga ahli di bidang perminyakan dikuasai atau menjadi monopoli perusahaan-perusahaan asing, sedangkan lapangan maupun cadangan
minyak
dan
gas
bumi
merupakan
milik
negara.
Pemerintah menyadari bahwa kebutuhan atas minyak dan gas bumi akan berkembang dengan pesat, dimana hal ini harus disikapi dengan kemajuan kemampuan teknis ilmiah serta teknologi, agar minyak dan gas bumi benar-benar dapat
dimanfaatkan
bagi
kepentingan
masyarakat,
bangsa
dan
negara.
Seiring dengan berkembangnya industri minyak dan gas bumi di dunia, para pendiri Lembaga Minyak dan Gas Bumi telah mempelajari dari pihak-pihak luar atas kebutuhan suatu lembaga yang melakukan penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi untuk disesuaikan dan diterapkan. Maka sejak tahun 1977, Lembaga Minyak dan Gas Bumi berubah nama menjadi PPTMGB “LEMIGAS”
83
berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 646 Tahun 1977, tanggal 26 Desember
1977
yang
kemudian
berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor 1092 Tahun 1984, tanggal 5 Nopember 1984, PPTMGB “LEMIGAS” menjadi PPPTMGB “LEMIGAS”. PPPTMGB “LEMIGAS” menjamin bahwa dalam menghasilkan jasa litbang selalu berupaya memenuhi persyaratan standart dan kepuasan pelanggan, melaksanakan perbaikan berkelanjutan terhadap keefektifan sistem manajemen mutu, serta memastikan bahwa seluruh personel berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran mutu sesuai fungsinya, berdasarkan Surat Keputusan Nomor 21.K/12/BLM/2003 tentang Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Manajemen Mutu Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” yang berdasarkan SNI 19-9001-2001atau ISO 9001:2000. Sedangkan untuk system mutu Peralatan Laboratorium saat ini LEMIGAS telah terakreditasi dengan SNI 19-17025 atau ISO 17025:1999 Untuk memenuhi perioritas tertinggi dalam pelaksanaan operasional, maka LEMIGAS telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja yang mengacu pada standard internasional OHSAS 18001:1999 yang diperoleh dari TUV Internasional- Indonesia.
4.1.2 Visi dan Misi Instansi a. Visi Instansi Terwujudnya LEMIGAS sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang unggul, profesional dan bertaraf internasional di bidang minyak dan gas bumi.
84
b. Misi Instansi 1. Meningkatkan
peran
LEMIGAS
dalam
memberikan
masukan
bagi
penyusunan kebijakan pemerintah guna meningkatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri minyak dan gas bumi 2. Meningkatkan kualitas jasa penelitian dan pengembangan untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan 3. Menciptakan produk unggulan dan mengembangkan produk andalan 4. Meningkatkan iklim kerja yang kondusif melalui sinergi, koordinasi, serta penerapan sistem manajemen secara konsisten
4.1.3 Sejarah Singkat PPPTMGB ”LEMIGAS”. PPPTMGB “LEMIGAS” yang pada awalnya disebut sebagai Lembaga Minyak dan Gas Bumi, berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 17/M/Migas/65 tanggal 11 Juni 1965 dan Surat Keputusan Menteri Migas Nomor 208a/M/Migas/65 dengan memiliki 3 tugas pokok yaitu Riset, Pendidikan dan Pelatihan,
serta
Dokumentasi
dan
Publikasi
di
bidang
perminyakan.
Latar belakang berdirinya Lembaga Minyak dan Gas Bumi adalah karena hampir semua pengetahuan, data dan tenaga ahli di bidang perminyakan dikuasai atau menjadi monopoli perusahaan-perusahaan asing, sedangkan lapangan maupun cadangan
minyak
dan
gas
bumi
merupakan
milik
negara.
Pemerintah menyadari bahwa kebutuhan atas minyak dan gas bumi akan berkembang dengan pesat, dimana hal ini harus disikapi dengan kemajuan kemampuan teknis ilmiah serta teknologi, agar minyak dan gas bumi benar-benar
85
dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Seiring dengan berkembangnya industri minyak dan gas bumi di dunia, para pendiri Lembaga Minyak dan Gas Bumi telah mempelajari dari pihak-pihak luar atas kebutuhan suatu lembaga yang melakukan penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi untuk disesuaikan dan diterapkan. Maka sejak tahun 1977, Lembaga Minyak dan Gas Bumi berubah nama menjadi PPTMGB “LEMIGAS” berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 646 Tahun 1977, tanggal 26 Desember 1977 yang kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1092 Tahun 1984, tanggal 5 Nopember 1984,
PPTMGB
“LEMIGAS”
menjadi
PPPTMGB
“LEMIGAS”.
PPPTMGB “LEMIGAS” menjamin bahwa dalam menghasilkan jasa litbang selalu berupaya memenuhi persyaratan standart dan kepuasan pelanggan, melaksanakan perbaikan berkelanjutan terhadap keefektifan sistem manajemen mutu, serta memastikan bahwa seluruh personel berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran mutu sesuai fungsinya, berdasarkan Surat Keputusan Nomor 21.K/12/BLM/2003 tentang Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Manajemen Mutu Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” yang berdasarkan SNI 19-9001-2001atau ISO 9001:2000. Sedangkan untuk system mutu Peralatan Laboratorium saat ini LEMIGAS telah terakreditasi dengan SNI 19-17025 atau ISO 17025:1999 Untuk memenuhi perioritas tertinggi dalam pelaksanaan operasional, maka LEMIGAS telah menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
86
Kerja (SMK3) yang mengacu pada standard internasional OHSAS 18001:1999 yang diperoleh dari TUV Internasional- Indonesia.
4.1.4 Tugas dan Fungsi PPPTMGB ”LEMIGAS”. Pembentukan PPPTMGB ”LEMIGAS” di dasari oleh dasar hukum yang jelas seperti Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1748 tahun 1992, tanggal 31 Desember 1992 tentang organisasi dan tata kerja Departemen Pertambangan dan energi. Kedudukan PPPTMGB ”LEMIGAS’ adalah sebagai pelaksana tugas Direktoral Jendral Minyak dan Gas Bumi di Bidang Penelitian dan Pengembangan, dokumentasi dan informasi ilmiah, serta pelayanan jasa teknologi di bidang pertambangan minyak dan gas bumi dan penguasaan panas bumi bertanggung jawab kepeda Direktur Jendral Migas. A. Tugas Dalam menjalankan tugasnya PPPTMGB ”LEMIGAS” mempunyai tugas pokok yang selalu menjadi acuannya. Tugas pokok itu berupa : Melaksanakan penelitian dan pengembangan, dokumentasi dan informasi ilmiah, serta pelayanan jasa teknologi di bidang pertambangan minyak dan gas bumi (migas) dan pengusahaan panas bumi. B. Fungsi Fungsi dari tugas pokok tersebut adalah: 1. Penelitian dan Pengembangan 2. Pelayanan jasa laboratorium dan petunjuk teknologi
87
3. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, evaluasi, interpretasi, dokumentasi dan penyebaran data atau informasi ilmiah, serta penyususnan peristilahan teknis di bidang teknologi eksplorasi, eksploitasi, proses, aplikasi, sistem dan informasi serta urusan tata usaha dan rumah tangga pusat.
4.1.5 Lingkup Kegiatan Kegiatan yang dilaksanakan oleh LEMIGAS berpedoman pada tujuan Program Utama penelitian, yaitu: A. Penelitian Cadangan Penelitian dan pengembangan peningkatan cadangan di tujukan untuk menemukan cadangan baru, di darat dan di lepas pantai dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan cadangan migas dan panas bumi B. Peningkatan Pengurasan Penelitian dan pengembangan peningkatan pengurusan ditujukan untuk mengoptimalkan produksi, perolehan dan pengurasan migas dan reservoar dan panas bumi serta komersial. C. Peningkatan Nilai Tambah Penelitian dan pengembangan nilai tambah migas ditujukan untuk meningkatkan nilai dari segenap satuan volume produksi hasil olahan yang akrab lingkungan dan bermutu tinggi. D. Konsevasi Penelitian dan pengembangan yang ditujukan ke arah konservasi sumber daya migas tak terbarukan, dikegiatan hulu hilir melalui pengoptimalan manfaat migas
88
dan energi E. Energi Pengganti Penelitian dan pengembangan diajukan untuk mendapatkan energi pengganti guna mensubstitusi migas sebagai energi secara maksimal, khusus BBM, sehingga sumber daya migas dapat dimanfaatkan ke arah paling optimal bagi pembangunan. F. Lingkungan Penelitian dan pengembangan lingkungan ditujukan untuk menciptakan industri migas dan panas bumi yang akrab di lingkungan serta pengolahan dampaknya, baik dampak fisik maupun dampak sosial, agar kelestarian lingkungan hidup dapat terpelihara. G. Teknologi Materi Penelitian dan pengembangan teknologi materi ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan bahan dan material dalam negeri di industri migas dan panas bumi, khususnya material penunjang kegiatan pengeboran dan produksi disamping mendukung program pembangunan.
4.1.6 Program Kerja PPPTMGB ”LEMIGAS”. Program utama adalah suatu program yang dibentuk sebagai bahan acuan bagi para peneliti dalam menjalankan tugasnya. Program kerja juga terdiri dari subsub koordinasi yang didasari dengan profesi dan keahlian mereka. Tidak hanya mengedepankan pengembangan penelitian saja, program kerja juga memiliki tujuan yaitu menjadi litbang yang unggul dan bertaraf internasional. Oleh sebab itu program
89
ini tidak hanya mengutamakan teknologi yang tinggi, tetapi juga diikuti dengan mutu bagi para SDMnya sehingga selalu siap pakai dan sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Untuk lebih jelasnya disini akan dijelaskan program kerja utama litbang yang ingin dicapai sesuai dengan sub-sub koordinasinya: Menemukan cadangan baru 1. Revaluasi cekungan-cekungan tersier yang sudah matang 2. Kombinasi struktur geologi dan analisa sekuen stratigrafi 3. Mencari ”Play Baru” pada oligosen akhir atau awal musim 4. Analisis rekahan reservoir pada sebelum tersier / tersier bawah 5. Cekungan Frontier, contoh : busur depan lepas pantai Mentawai 6. East Indonesia, EEZ, DEEP Water. Mempertahankan produksi MIGAS 1. Kompleksitas geologi, dengan tujuan untuk pemahaman arsitektur reservoir 2. Kembangkan lapangan-lapangan marginal 3. Improved oil Recorvery IOR 4. Strategi dan manajemen produksi yang optimal 5. Kempabngkan teknologi baru Pengolahan dan Petrokimia Proses: 1. Pemilihan dan optimalisasi proses 2. Peningkatan Kinerja katalis pelarut 3. Penghematan energi
90
Pengembangan produk: 1. BBM dan pelumnas, dengan tujuan untuk kemajuan mesin dan tuntunan lingkungan 2. Kebutuhan produk baru, untuk mengetahui rekayasa molekul Konservasi 1. Kebijakan energi dan migas 2. Perekonomian migas dan energi 3. Tata kerja dan manajemen migas 4. Sistem Informasi 5. Permodelan ekonomi dan energi 6. Metode dan prosedur operasi instalansi migas Setelah diadakan konservasi litbang juga mencari energi pengganti agar kelangkaan Migas dapat dihindari. Energi Pengganti: 1. Gas bumi 2. Coal Bed Methanem 3. BBM dari batubara 4. Biodiesel pengganti solar (minyak sawit sisa) 5. Ganggang laut dari CO2 Natuna Lingkungan Setiap teknologi yang terdiri dari proyek Migas ini, juga harus menitik beratkan pada lingkungan sekitarnya apakah penelitian yang kita lakukan dapat mengganggu habitat atau mungkin merusak siklus dari makhluk hidup. Oleh sebab itu, litbang juga memfokuskan program lingkungan dalam setiap langkah-
91
langkahnya agar antara teknologi da lingkungan dapat hidup berdampingan dan saling melengkapi. Karena itu litbang memfukuskan penelitian lingkungan terhadap hal-hal sebagai berikut: a. Produk dan Teknologi bersih Penciptaan teknologi dengan memperhitungkan dampak produk dari awal sampai akhir siklus hidup b. dampak: 1. Kualitas dan manajemen udara, air, limbah dan tanah 2. Kesehatan 3. Asem resiko 4. Pemodelan peluruhan dan penyebaran limbah 5. Teknik pengukuran / pemantauan Teknologi material
adalah suatu teknologi yang masih berupa bahan
petrokimia yang pemanfaatnnya dilakukan untuk penunjang operasi penelitian dan pengembangan migas Teknologi Material Bahan dan produk dalam negeri untuk penunjang operasi Migas: 1. Semen untuk pengeboran 2. Zeoloit untuk katalis 3. Ketahanan Peralatan Industri
92
4.1.7 PPPTMGB ”LEMIGAS’ Terdiri dari beberapa bagian / bidang yaitu: A. Bagian Tata Usaha Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga kantor, serta peneliharaan sarana dan prasarana dilingkungan pusat. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian tata usaha mempunyai fungsi: 1. Pengurusan perencanaan, pengangkatan, pengembangan, pemberhentian dan kesejahteraan pegawai, serta dokumentasi tata naskah kepegawaian 2. Pelaksanaan persuratan dinas dan kearsipan 3. Pelaksanaan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akuntansi 4. Penyiapan sarana dan prasarana kerja kantor, serta pelaksanaan keamanan, kebersihan, keselamatan kerja dan keprotokolan 5. Evaluasi pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan ketatausahaan pusat Bagian tata usaha terdiri dari: 1. Subbagian umum dan kepegawaian, yang mempunyai tugas melakukan urusan administrasi kepegawaian, persuratan dinas dan kearsipan, organisasi dan ketatalaksanaan pusat. 2. Subbagian Keuangan dan Rumah Tangga, yang mempunyai tugas melaksanakan urusan administrasi anggaran, perbendaharaan dan akuntansi, serta pegadaan, pemeliharaan sarana kerja, keamanan, dan kebersihan pusat.
93
B. Bidang Sarana Penelitian dan Pengembangan Bidang
sarana
penelitian
dan
pengembangan
mempunyai
tugas
melaksanakan pengelolaan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan teknologi pusat. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang sarana penelitia dan Pengembangan menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan rumusan pedoman dan prosedur kerja penggunaan sarana dan prasarana 2. Penyiapan rencana pengembangan sarana penelitian dan pengembangan teknologi 3. Pelaksanaan operasi penggunaan, penyediaan bahan baku, jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana penelitian dan pengembangan teknologi 4. Pelaksanaan pengembangan sistem manajemen mutu kelembagaan pusat 5. Evaluasi pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan teknolgi pusat Bidang Sarana penelitian dan pengembangan terdiri dari: 1. Subbidang Pengembangan Sarana, yang mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penelaahan, penyiapan, pelaksanaan, serta evaluasi atas pengembangan dan pengadaan laboratorium, sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan teknologi pusat 2. Subbagian Pengoperasian, yang memiliki tugas melakukan pengumpulan bahan, penelaahan, penyiapan, pelaksanaan, serta evaluasi atas dukungan operasi penggunaan,
penyediaan
bahan
baku,
94
pemeliharaan
dan
penjadwalan
penggunaan pada laboratorium, sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan teknologi pusat.
C. Bidang Program Bidang program mempunyai tugas melaksanakan penyiapan rumusan rencana program, serta penyusunan akuntabilitasi kinerja, pelaporan dan dokumentasi kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir bidang minyak dan gas bumi. Dalam melaksanakan tugasnya, bidang program menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan rumusan rencana dan program, serta rencana strategis penelitian dan pengembangna teknologi kegiatan hulu dan hilir bidang minyak dan gas bumi 2. Penyiapan rumusan akuntabilitasi kinerja, serta analisis, evaluasi, pelaporan dan dokumentasi hasil pelaksanaan penelitian dan pengembangan teknologi 3. Evaluasi peaksanaan rencana dan program, serta penyusunan akuntabilitasi kinerja, pelaporan dan dokumentasi kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir bidang minyak dan gas bumi Bidang Program terdiri dari: 1. Subbidang Penyiapan Rencana mempunyai tugas melakukan pengumpula bahan, penelaahan, penyiapan, serta evaluasi pelaksanaan atas rencana dan program, rencana strategis penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir bidang minyak dan gas bumi. 2. Subbidang Analisis dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penelaahan, penyiapan, serta evaluasi pelaksanaan atas akuntabilitas
95
kinerja, pelaporan dan dokumentasi hasil pelaksanaan penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir bidang minyak dan gas bumi.
D. Bidang Afiliasi Bidang afiliasi mempunyai tugas melaksanakan pengembangan kerja sama, serta penyebarluasan informasi hasil penelitian dan pengembangan teknologi pusat. Dalam melaksanakan tugasnya, bidang afiliasi menyelenggarakan fungsi; 1. Penyiapan rumusan pedoman dan prosedur kerja pengelolaan kerjasama 2. Pelaksanaan pengembangan kerja sama penggunaan peralatan, pelayanan jasa teknologi dan pengurusan administrasi kerja sama 3. Pelaksanaan penanganan masalah hukum dan pengelolaan hak atas kekayaan intelektual 4. Pelaksanaan pengelolaan sistem, jaringan, situs dan penyebaraluasan informasi, serta publikasi hasil kelitbangan dan kemampuan jasa teknologi 5. Evaluasi pelaksanaan pengembangan kerjasama, serta penyebarluasan informasi hasil penelitian dan pengembangan teknologi pusat Bidang Afiliasi terdiri dari : 1. Subbidang Afiliasi Jasa teknologi mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penelaahan, pelaksanaan, serta evaluasi atas pengelolaan kerja sama penggunaan peralatan, pelayanan jasa teknologi, administrasi kerja sama kelitbangan dan hak atas kekayaan intelektual. 2. Subbidang Informasi dan Publikasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penelaahan, pelaksanaan, serta evaluasi atas pengelolaan sistem, jaringan,
96
situs dan penyebarluasan informasi, dan publikasi hasil kelitbangan dan kemampuan jasa teknologi pusat. 3. Unit Mutu dan Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) mempunyai tugas mengawasi dan menjamin penerapan sistem manajemen mutu dibidang koordinasi dengan wakil manajemen dan mengelola keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan kerja di bidang koordinasi dengan komite LK3.
4.1.8 Pentingnya Keselamatan Kerja di Instansi Pusat penelitian dan pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” sebagai instansi pemerintah yang melayani jasa litbang bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia, perlu memiliki organisasi yang mampu dalam mengikuti tuntunan dinamika penggunaan jasa dan dapat bersaing dalam pasar global. Menyadari hal tersebut LEMIGAS perlu menerapkan suatu sistem manajemen yang dapat mengelola organisasi secara fungsional dan diakui secara nasional maupun internasional Pada tahun 1998, kelompok program riset teknologi (KPRT) proses telah menetapkan sistem manajemen mutu ISO / IEC Guide 25 dan dilanjutkan oleh KPRT lain dan laboratorium kalibrasi pada tahun beriktnya. Kemudian dilanjutkan dengan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001-2000 pada kelompok program riset teknologi eksploitasi pada tahun 2001 dan KPRT lainnya pada tahun 2003. saat ini PPPTMGB ”LEMIGAS” sudah menerapakan sistem manajemen keselamatan kerja berdasarkan ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:1999
97
Pedoman keselamatan kerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” merupakan dokumen yang berisikan sistem manajemen lingkungan berdasarkan ISO 14001:2004 dan sistem manajemen keselamatan kerja berdasarkan OHSAS 18001-1999 yang diterapkan dapat di terapkan dapat menggambarkan SMLK3 yang
telah
ditetapkan
dalam
kebijakan
keselamatan
kerja
PPPTMGB
”LEMIGAS’.
4.1.9. Komunikasi dan Konsultasi Keselamatan Kerja Sistem manajemen keselamatan kerja, kebijakan, tujuan maupun kinerja keselamatan kerja harus dikomunikasikan secara internal maupun eksternal dan dalam penerapannya mengacu kepada prosedur komunikasi dan konsultasi keselamatan kerja (p.07). Metode komunikasi dan konsultasi internal LEMIGAS yang telah di tetapkan adalah sebagai berikut: 1. Rapat 2. Papan informasi 3. Buletin 4. e-mail 5. Konsultasi formal atau informal Keikutsertaan pegawai dalam mengelola keselamatan kerja melalui PJU LK3, pasunit LL, pasunit K3 dari setiap satuan kerja sebagai wakil pegawai untuk mengikuti pertemuan keselamatan kerja yang diselanggarakan dalam penyusunan dan peninjauan atas kebijakan dan prosedur. Komunikasi eksternal proaktif dapat dilakukan melalui:
98
1. laporan yang di buat setiap tiga bulan sekali ke instansi pemerintah terkait. 2. Surat, e-mail maupun telepon / Fax bagi pihak luar yang memerlukan informasi tentang kebijakan keselamatan kerja 3. Pemasangan salinan kebijakan keselamatan kerja di pos keamanan dan papan kebijakan keselamatan kerja dalam ukuran besar di pintu masuk utama
4.1.10. Kegiatan Kampanye Keselamatan Kerja di Instansi Kegiatan kampanye keselamatan kerja yang dilaksanakan di lingkungan PPPTMGB ”LEMIGAS” dimulai dari usaha menentukan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja, akan tetapi tidak ada keseragaman dalam cara penggolongannya. Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di instansi. Faktor yang pertama, ialah adanya tindakan tidak aman yang di lakukan oleh manusia (unsafe action),. Faktor kedua, karena adanya kondisi tidak aman dari peralatan mesian atau alat serta lingkungan kerja (unsafe condition). Tindakan tidak aman merupakan produk dari kekurangan-kekurangan pegawai (pengetahuan, kemampuan, keterampilan) dan sikap mereka. Kesalahankesalahan manusia dapat berupa: 1. Gagal melaksanakan tugas yang harus dilakukan 2. Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dikerjakan 3. Langkah-langkah kerja yang tidak sesuai dengan prosedur. 4. Mengabaikan pemakaian alat pelindung diri untuk mesin maupun orang pada saat bekerja di daerah berbahaya.
99
Keadaan tidak aman suatu lingkungan kerja pada umumnya disebabkan aspek-aspek tehnik, meliputi peralatan, permesinan, sarana, bahan-bahan, bangunan serta lingkungan. Bentuk penyimpangan unsur lingkungan fisik, antara lain: 1. Salah satu dari fungsi peralatan rusak, bekerja tidak sesuai dengan program, rusak sebelum waktunya. 2. Salah penanganan bahan berbahaya, misalnya waktu penyimpanan, pengangkutan, penggunaan. 3. Lingkungan yang berbahaya, baik yang sifatnya fisik, kimiawi, biologis. Berdasarkan
pandangan
tersebut,
PPPTMGB
”LEMIGAS”
telah
menetapkan pedoman / metode yang dilaksanakan dalam mewujudkan keselamatan kerja di lingkungannya. Metode yang dipergunakan dalam mewujudkan usaha keselamatan kerja instansi yang disebut sebagai program pencegahan kecelakaan. Untuk itu pembinan personil melalui kegiatan kampanye merupakan cara yang efektif untuk mencegah tindakan yang tidak aman melalui instruksi yang benar, kemampuan personil yang ditingkatkan serta pengembangan sikap yang aman. Langkah-langkah kegiatan kampanye yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Sosialisasi, melalui komunikasi periodik, yang dilakukan setiap hari Selasa pukul 09.00-11.00 WIB. 2. Safety Meeting, pertemuan yang pesertanya terdiri dari seluruh perwakilan satuan-satuan kerja di LEMIGAS untuk membahas unsafe condition dan unsafe action yang ditentukan dan cara menindak lanjutinya. 3. patroli Safety (investigasai mingguan), dilakukan untuk melihat lebih datail kejadian unsafe condition dan unsafe action di setiap satuan kerja yang bekerja
100
sama dengan pejabat LK3 setempat. 4. Pelatihan, di rencanakan sesuai dengan kebutuhan pemenuhan kompetensi baik untuk perorangan maupun kelompok
4.1.11. Mission, goals, Objectives Kampanye Keselamatan Kerja Mission
: Terpenuhinya ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan sesuai dengan peraturan pemerintah dan perundang-undangan, serta yang dikeluarkan oleh badan internasional yang berwenang di bidang keselamatan kerja.
Goals
: Mencegah timbulnya kecelakaan kerja dalam kaitannya dengan usaha peningkatan produktivitas dan efisisensi kerja
Objectives
: 1. Mengintegrasikan program pencegahan kecelakaan kerja pada setiap aktivitas yang dilakukan instansi 2. Meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan sikap sadar terhadap aspek keselamatan kerja pada setiap pegawai 3. Mengeliminir potensi-potensi bahaya di tempat kerja dan penekanan jumlah kecelakaan kerja
4.1.12 Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksanaan kampanye Keselamatan kerja 1. Kepala PPPTMGB ”LEMIGAS” : a. Menyiapkan dan mensahkan kebijakan keselamatan kerja PPPTMGB ”LEMIGAS”
101
b. Menetapkan keputusan yang berkaitan dengan keselamatan kerja dalam rapat manajemen 2. Wakil Manajemen : a. Memastikan bahwa persyaratan sistem manajemen keselamatan kerja tersedia, terpenuhi, dan di pelihara b. menyiapkan struktur organisasi dan tanggung jawab yang terkait degan sistem manajemen keselamatan kerja 3. Bidang Afiliasi a. Menganalisa seluruh hasil identifikasi aspek lingkngan dan bahaya, mengevaluasi kinerja pencapaian sasaran dari masing-masing program keselamatan kerja serta menginformasikan hasil evaluasi kepada masing-masing satuan kerja b. bertanggung jawab mengidentifikasi, memelihara dan memperbaharui peraturan atau ketentuan keselamatan kerja, serta mengkomunikasikannya kepada seluruh unit satuan kerja c. Mengidentifikasi dan menyediakan sarana dan perlindungan / pencegahan keadaan darurat, P3K, serta mengkomunikasikan tata cara penanganan keadaan darurat d. Mengelola aspek dan bahaya kecelakaan kerja yang berkaitan denga pengendalian pegawai, pihak luar atau tamu yang sedang berada dalam lingkungan PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta e. Memastikan prosedur pelaksanaan keselamatan kerja dilaksanakan
102
f. Mempertahankan dan menjamin bahwa pemeriksaan dan pemantauan terhadap semua parameter SMLK3 dilaksanakan g. Menunjuk pegawai yang kompeten untuk melakukan pemantauan dan pengukuran atau sebagai pendamping petugas pengukuran eksternal sebelum pengukuran dan pemantauan dilakukan 3. Unit Administrasi a. Menyiapkan dan melaksanakan administrasi pelatihan keselamatan kerja dalam lingkup satuan kerjanya b. Menjalankan fungsi pengendalian dokumen dan rekaman 4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian a. Menyiapkan rencana pelatihan tahunan keselamatan kerja dan usulan anggaran pelatihan 5. Kepala Bagian Tata Usaha a. Mengkaji dan menyetujui rencana pelatihan tahunan keselamatan kerja dan pelaksanaan sertifikasi / regristrasi personel b. Memenuhi kebutuhan sumber daya yang terkait dengan pengendalian kontraktor, keselamatan tamu, penataan ruangan, pengendalian limbah dan pengendalian pelaksanaan resiko kerja
103
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Sedangkan sikap adalah suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial. Sebelum penulis menjelaskan hasil dari penelitian tentang pelaksanakan kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” , penulis akan menguraikan data dan jawaban responden yang di dapat dari hasil penyebaran kuesioner.
Tabel 1 Jenis kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah responden
Presentase %
a.
Laki-laki
47
54,65 %
b.
Perempuan
39
45,35 %
Jumlah
86
100 %
Kuesioner identitas responden
Dari tabel diatas terlihat jelas tentang jenis kelamin responden yang menunjukan bahwa sebagian besar adalah laki-laki yaitu 54,65 % sedangkan perempuan sebanyak 45,35 %.
104
Tabel 2 Usia Responden No
Usia Responden
Jumlah responden
Presentase %
a.
20 – 30 Tahun
28
32,56 %
b.
31-40 Tahun
19
22,09 %
c.
41-50 Tahun
20
23,26 %
d.
Diatas 50 Tahun
19
22,09 %
Jumlah
86
100 %
Kuesioner identitas responden
Dari keseluruhan responden yang terjaring, bila dikelompokan ke dalam usia, sebagian besar responden berusia antara 20-30 Tahun yang merupakan usia produktif. Tabel 3 Pendidikan Responden No
Pendidikan responden
Jumlah responden
Presentase %
a.
SD – SLTP
-
-
b.
SLTA
29
33,72 %
c.
Sarjana Muda
11
12,79 %
d.
Sarjana
46
53,49 %
Jumlah
86
100 %
Kuesioner identitas responden
Tabel 3 menunjukan pengelompokan responden menurut pendidikan yang pernah di selesaikan. Dari hasil yang di dapat adalah 33,72 % berpendidikan SLTA,
105
12,79 % berpendidikan sarjana Muda, dan 53,49 % berpendidikan sarjana. Ini berarti sebagian besar pegawai PPPTMGB ”LEMIGAS” adalah sarjana.
Tabel 4 Lama Bekerja responden No
Lama Bekerja responden
Jumlah responden
Presentase %
a.
1-5 Tahun
29
33,72 %
b.
6-10 Tahun
30
34,88 %
c.
11-15 Tahun
9
10,47 %
d.
16 Tahun keatas
18
20,93 %
Jumlah
86
100 %
Kuesioner identitas responden Dalam tabel 4 menunjukan bahwa mayoritas lama bekerja responden adalah 6-10 Tahun yaitu 34,88 % sedangkan minoritas lama bekerja responden sebanyak 10,47 %.
Tabel 5 Status Golongan responden No
Golongan Responden
Jumlah responden
Presentase %
a.
1A – 1C
-
-
b.
2A – 2D
21
24,42 %
c.
3A – 3D
58
67,44 %
d.
4A - 4E
7
8,14 %
Jumlah
86
100 %
Kuesioner identitas responden
106
Dari tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki status golongan 3A – 3D yaitu sebesar 67,44 %. Tabel 6 Kemampuan Personel dalam bekerja sama Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
32
37,21 %
Setuju
52
60,46 %
Ragu-Ragu
2
2,33 %
Tidak setuju
-
-
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no. 1 Dari hasil tabel 6 dapat dilihat sebanyak 37,21 % responden menjawab sangat setuju, 60,46 % menjawab Setuju, dan 2,33 % menjawab ragu-ragu. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa para personel kampanye mempunyai kemampuan bekerja sama (team work).
Tabel 7 Pengalaman para personel kampanye Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
18
20,93 %
Setuju
58
67,44 %
Ragu-Ragu
8
9,30 %
Tidak setuju
2
2,33 %
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner Variabel X no. 2
107
Dalam Tabel 7 dapat dilihat bahwa sebanyak 20,93 % responden menjawab sangat setuju, 67,44 % responden menjawab Setuju, 9,30 % responden menjawab ragu-Ragu dan hanya 2,33 % menjawab tidak setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian responden menjawab setuju bahwa para personel kampanye memiliki pengalaman dalam bidangnya.
Tabel 8 Keterpercayaan Komunikator Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
42
48,84 %
Setuju
34
39,53%
Ragu-Ragu
9
10,47 %
Tidak setuju
1
1,16 %
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no.3
Dari hasil tabel 8 dapat dilihat bahwa 48,84 % responden responden menjawab sangat setuju, 39,53 % responden menjawab Setuju, 10,47 % responden menjawab ragu-Ragu dan 1,16 % menjawab tidak setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa komunikator merupakan sumber penyampai pesan yang dapat dipercaya.
108
Tabel 9 Keahlian Komunikator Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
30
34,88 %
Setuju
52
60,46 %
Ragu-Ragu
2
2,33 %
Tidak setuju
2
2,33 %
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no. 4
Dari hasil tabel 9 dapat dilihat bahwa 34,88 % responden menjawab sangat setuju, 40,46 % responden menjawab Setuju, dan hanya 2,33 % responden yang menjawab Ragu-Ragu dan tidak setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa komunikator (penyampai pesan) adalah orang yang memiliki keahlian.
Tabel 10 Sosiabilitas Komunikator Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
33
38,37 %
Setuju
42
48,84 %
Ragu-Ragu
11
12,79 %
Tidak setuju
-
-
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no. 5
109
Dari hasil tabel 10 dapat dilihat bahwa 38,37 % responden menjawab sangat setuju, 48,84 % responden menjawab Setuju, dan 12,79 % responden yang menjawab Ragu-Ragu. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa komunikator merupakan orang yang memiliki tingkat sosibilitas / pandai bergaul.
Tabel 11 Pemahaman Isi Pesan Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
17
19,77 %
Setuju
56
65,12 %
Ragu-Ragu
12
13,95 %
Tidak setuju
1
1,16 %
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no. 6
Dari hasil tabel 11 dapat dilihat bahwa 19,77 % responden menjawab sangat setuju, 65,12 % responden menjawab Setuju, 13,95% % responden yang menjawab Ragu-Ragu dan hanya 1,16 % yang menjawab tidak setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa isi pesan yang disampaikan dalam kampanye keselamatan kerja dapat dipahami.
110
Tabel 12 Kejelasan Isi pesan Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
22
25,58 %
Setuju
47
54,65 %
Ragu-Ragu
15
17,44 %
Tidak setuju
2
2,33 %
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no. 7
Dari hasil tabel 12 dapat dilihat bahwa 25,58 % responden menjawab sangat setuju, 54,65 % responden menjawab Setuju, 17,44 % responden yang menjawab Ragu-Ragu dan 2,33 % responden menjawab tidak setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa isi pesan yang disampaikan di dalam kampanye cukup jelas.
Tabel 13 Konsistensi isi pesan Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
12
13,95 %
Setuju
54
62,79 %
Ragu-Ragu
18
20,93 %
Tidak setuju
2
2,33 %
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no. 8
111
Dari hasil tabel 13 dapat dilihat bahwa 13,95 % responden menjawab sangat setuju, 62,79 % responden menjawab Setuju, 20,93 % responden yang menjawab Ragu-Ragu dan hanya 2,33 % yang menjawab tidak setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa isi pesan kampanye keselamatan kerja memiliki konsistensi isi (ketetapan isi).
Tabel 14 Ketepatan Media kampanye Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
10
11,63 %
Setuju
54
62,79 %
Ragu-Ragu
19
22,09 %
Tidak setuju
3
3,49 %
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no. 9
Dari hasil tabel 14 dapat dilihat bahwa 11,63 % responden menjawab sangat setuju, 62,79 % responden menjawab Setuju, 22,09 % responden yang menjawab Ragu-Ragu dan 3,49 % responden yang menjawab tidak setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa media kampanye yang digunakan dalam kampanye keselamatan kerja sudah tepat.
112
Tabel 15 Frekuensi Penggunaan Media Kampanye Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
8
9,30 %
Setuju
55
63,95 %
Ragu-Ragu
17
19,77 %
Tidak setuju
4
4,65 %
Sangat Tidak setuju
2
2,33 %
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no. 10 Dari hasil tabel 15 dapat dilihat bahwa 9,30 % responden menjawab sangat setuju, 63,95 % responden menjawab Setuju, 19,77 % responden yang menjawab Ragu-Ragu, 4,65 % responden menjawab tidak setuju dan 2,33 % yang menjawab sangat tidak setuju . Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa frekuensi penggunaan media kampanye untuk kegiatan publisitas sudah mencukupi
Tabel 16 Periode Waktu Kampanye Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
12
13,95 %
Setuju
43
50 %
Ragu-Ragu
24
27,91 %
Tidak setuju
7
8,14 %
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no. 11
113
Dari hasil tabel 16 dapat dilihat bahwa 13,95 % responden menjawab sangat setuju, 50 % responden menjawab Setuju, 27,91 % responden yang menjawab RaguRagu dan 8,14 responden yang tidak setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa periode waktu pelaksanaan kampanye keselamatan kerja yang diselanggarakan pada hari Selasa, sudah tepat.
Tabel 17 Intensitas waktu Kampanye Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
23
26,74 %
Setuju
46
53,49 %
Ragu-Ragu
12
13,96 %
Tidak setuju
5
5,81 %
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel X no. 12
Dari hasil tabel 17 dapat dilihat bahwa 26,74 % responden menjawab sangat setuju, 53,49 % responden menjawab Setuju, 13,96 % responden yang menjawab Ragu-Ragu dan hanya 5,81 % responden yang menjawab tidak setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa intensitas waktu pelaksanaan kampanye sudah dianggap cukup.
114
Tabel 18 Pengetahuan Pegawai Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
39
45,35 %
Setuju
47
54,65 %
Ragu-Ragu
-
-
Tidak setuju
-
-
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel Y no. 1 Dari hasil tabel 18 dapat dilihat bahwa 45,35 % responden yang menjawab sangat setuju, dan 54,65 % responden yang menjawab setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa pengetahuan mereka tentang pentingnya menjaga keselamatan diri bertambah setelah mengikuti kampanye keselamatan kerja
Tabel 19 Pengalaman Pegawai Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
40
46,51 %
Setuju
44
51,16 %
Ragu-Ragu
2
2,33 %
Tidak setuju
-
-
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel Y no. 2
115
Dari hasil tabel 19 dapat dilihat bahwa 46,51 % responden yang menjawab sangat setuju, dan 51,16 % responden yang menjawab setuju, sedangkan yang menjawab ragu-ragu hanya 2,33 % responden. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa adanya kampanye keselamatan kerja membuat pengalaman pegawai bertambah dalam mengantisipasi kecelakaan kerja.
Tabel 20 Evaluasi Pegawai Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
65
75,58 %
Setuju
21
24,42 %
Ragu-Ragu
-
-
Tidak setuju
-
-
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel Y no. 3
Dari hasil tabel 20 dapat dilihat bahwa 75,58 % responden yang menjawab sangat setuju, dan 24,42 % responden yang menjawab setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa kecelakaan fisik sangat perlu dihindari saat bekerja.
116
Tabel 21 Kesediaan Pegawai Menerima Isi Kampanye Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
37
43,02 %
Setuju
48
55,82 %
Ragu-Ragu
1
1,16 %
Tidak setuju
-
-
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel Y no. 4
Dari hasil tabel 21 dapat dilihat bahwa 43,02 % responden yang menjawab sangat setuju, 55,82 % responden yang menjawab setuju dan hanya 1,16 % responden yang menjawab ragu-ragu. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa mereka akan melaksanakan prosedur kerja sesuai dengan ketentuan yang ada.
Tabel 22 Sikap Pegawai Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
62
72,09 %
Setuju
24
27,91 %
Ragu-Ragu
-
-
Tidak setuju
-
-
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel Y no. 5
117
Dari hasil tabel 22 dapat dilihat bahwa 72,09 % responden yang menjawab sangat setuju, dan 27,91 % responden yang menjawab setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju bahwa sikap mereka akan selalu menjaga keselamatan diri agar dapat terhindar dari kecelakaan kerja.
Tabel 23 Penerimaan Pegawai Jawaban responden
Jumlah responden
Presentase %
Sangat Setuju
37
43,02 %
Setuju
49
56,98 %
Ragu-Ragu
-
-
Tidak setuju
-
-
Sangat Tidak setuju
-
-
Jumlah
86
100 %
Kuesioner variabel Y no.6
Dari hasil tabel 23 dapat dilihat bahwa 43,02 % responden yang menjawab sangat setuju, dan 56,98 % responden yang menjawab setuju. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa para pegawai akan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan keselamatan kerja.
118
4.2.2 Koefisien Korelasi Berdasarkan data yang telah disusun, berikut ini disajikan hasil pengujian hubungan antara variabel / korelasi dengan menggunakan rumus koefisien korelasi spearman (rs), diperoleh hasil pengujian hipotesa penelitian sebagai berikut:
Tabel 28 Correlations
Var X Spearman's rho
Var X
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Var Y
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Var Y
1,000
,546(**)
.
,000
86
86
,546(**)
1,000
,000
.
86
86
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari data tersebut diatas, dapat dikemukakan nilai korelasi Spearman’s antara kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” sebesar 0,546. Itu berarti ada hubungan yang cukup berarti (koefisien korelasi menurut Guilford), dengan kata lain semakin sering kampanye keselamatan kerja di galakan semakin meningkat sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja, begitu pula sebaliknya.
119
4.2.3 Uji Hipotesis Rumus mencari Z hitung adalah:
r
z
= 1 /
n 1
Keterangan: r = koefisien korelasi n = jumlah data atau kasus jadi Z hitung dapat dicari sebagai berikut:
0,546
z = 1 / 86 1 0,546 = 1 / 9, 22 = 5, 034 Berdasarkan perhitungan diatas nilai Z hitung diketahui sebesar 5,034 dan angka ini dibandingkan dengan nilai Z tabel dengan nilai a = 0,05 dimana nilai Z tabel = 1,989. Dengan demikian nilai Z hitung > Z tabel (5,973 > 1,989) maka Ho di tolak dan Ha diterima, artinya bahwa ada hubungan secara signifikan antara kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja. Karena t hitung nilainya positif, berarti kampanye keselamatan kerja berhubungan positif dan signifikan terhadap sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja.
120
4.3 Pembahasan Berdasarkan analisa uji signifikansi korelasi yang ada antara kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja sebesar 5,973 yang di konsultasikan langsung dengan t tabel yang taraf kesalahan 5 % maka didapat t tabel sebesar 1,989 . Ketentuannya bila t hitung lebih kecil dari t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, tetapi sebaliknya bila t hitung lebih besar dari t tabel maka Ha yang diterima. Dari hasil penelitian ternyata t hitung lebih besar dari t tabel maka dengan demikian terdapat signifikansi hubungan antara kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 86 responden dan hasil penelitian, jawaban cenderung sangat setuju dan setuju. Itu berarti mereka setuju bahwa suatu kampanye keselamatan kerja jika diimplementasikan dengan baik yang di dukung oleh para personel kampanye yang memiliki kemampuan dan pengalaman di bidangnya, komunikator yang memiliki kredibilitas serta mampu bersosialisasi dengan baik, isi pesan kampanye yang diampaikan jelas dan mudah dimengerti, ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan media kampanye, serta adanya alokasi waktu pelaksanaan kampanye yang baik sehingga kampanye tersebut akan dapat menimbulkan efek yang diharapkan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman pegawai dalam mengantisipasi kecelakaan kerja, serta dapat menumbuhkan sikap positif para pegawai agar senantiasa menjaga keselamatan diri disaat bekerja serta mau mengikuti prosedur kerja yang yang berlaku.
121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum dapat dikatakan bahwa instansi telah berusaha melaksanakan program keselamatan kerja dalam mencegah terjadinya kecelakaan. Hal ini terlihat dengan telah disusunnya rencana program pencegahan kecelakaan yang menitik beratkan selain kepada aspek engineering, juga aspek pembinaan keselamatan kerja yang diberikan kepada segenap pegawai di PPPTMGB ”LEMIGAS”. 2. Instansi cukup berhasil dalam melaksanakan program keselamatan kerja diseluruh lingkungannya, khususnya dalam bidang pembinaan yang diberikan melalui kampanye keselamatan kerja. Hal ini terlihat dengan adanya berbagai program kampanye diantaranya safety meeting, patroli safety, pelatihan, kursus, serta workshop. 3. Para pegawai sudah cukup mengerti dan memahami arti pentingnya keselamatan kerja serta sudah dapat menerapkan kampanye keselamatan kerja yang diberikan dengan mengimplementasikannya kedalam sikap mereka untuk selalu berhatihati disaat bekerja untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan. 4. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS, di dapat korelasi X dan Y dengan menggunakan rumus Spearman (rs) sebesar 0,546 termasuk
122
kategori yang cukup berarti, dengan kata ada hubungan antara kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja, begitu pula sebaliknya. 5. Berdasarkan hasil uji t menunjukan Ho di tolak karena t hitung > t tabel. Dengan nilai t hitung sebesar 5,973 > t tabel sebesar 1,989. dengan hasil tersebut menunjukan kampanye keselamatan kerja mempunyai korelasi yang signifikan terhadap sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” Jakarta.
5.2 Saran 5.2.1 Saran Akademis Bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi khususnya jurusan Public Relations atau Humas, dalam melakukan penelitian yang sama mengenai korelasi kampanye keselamatan kerja dengan sikap pegawai dalam menjaga keselamatan kerja sebaiknya hal yang harus dilakukan adalah dengan melakukan beberapa pendekatan yang lebih dalam lagi dalam upaya mencari data-data atau informasi yang dibutuhkan berkenaan dengan penelitian yang ditulis ini berupa data yang konkret dan jelas sumbernya.
123
5.2.2 Saran Praktis Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan perhitungan dan pengujian , sehingga menghasilkan kesimpulan yang cukup akurat di atas, adapun penulis memberikan saran yang mungkin berguna, sebagai berikut: 1. Instansi harus terus menyelenggarakan kampanye keselamatan kerja sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja serta meningkatkan pengetahuan serta sikap pegawai tentang pentingnya menjaga keselamatan diri saat bekerja. 2. Pemberian penghargaan juga merupakan salah satu cara terbaik untuk memotivasi pegawai agar senantiasa dapat menjaga dan menciptakan tindakan aman ditempat mereka bekerja. 3. Adanya studi banding dengan perusahaan atau instansi lain yang mempunyai tingkat keselamatan kerja yang baik sehingga dapat menambah wawasan untuk menurunkan tingkat kecelakaan yang terjadi.
124
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddun, 1995, Sikap Manusia Teori dan pengukurannya, Edisi Kedua, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Bungin, Burhan, 2005, Metode penelitian Kuantitatif, Edisi Pertama, Kencana, Jakarta. Jefkins, Frank, 1998, Pubic Relations, Edisi Kelima, Jakarta, Erlangga. Gregory, Anne, 2004, Perencanaan dan Manajemen Kamapanye Public Relations, Edisi Kedua, Jakarta, Erlangga. Muhammad, Arni, 2007, Komunikasi Organisasi, Jakarta, PT. Bumi Aksara. Nazir, Moh, 1998, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Rakhmat, Jalaluddin, 2004, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Ruslan, Rosadi, 2004, Etika Kehumasan konsepsi dan aplikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo persada. , 2003, manajemen Public Relations dan Komunikas konsep dan aplikasi, Edisi revisi, Cetakan kelima, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. S. Djuarsa, Sendjaja, 2004, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas terbuka. S. Sunarjo, Djoenaesih, 1997, Opini Publik, Yogyakarta, Liberty. Siregar, Ashadi dan Rondang Pasaribu, 2000, Bagaimana Mengelola Media Komunikasi Organisasi, Cetakan kelima, Yogyakarta, Kanisius.
125
Sugiono, 2006, Metode Penelitian Administrasi diLengkapi dengan metode R&D, Bandung, Alfabeta. Sunarto, 2003, Humas Pemerintah dan Komunikasi Persuasif, Jakarta, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama). Uchjana Effendy, Onong, 1990, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Venus, Antar, 2004, Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung, Simbiosa Rekatama Media.
Sumber lain: Hasil wawancara dengan Sugeng Riyono, Koordinator Komite K3. www. Lemigas.go.id
126
127
Kuesioner Saya mohon kesediaan anda yang terpilih sebagai responden agar bersedia menjawab semua pertanyaan atau pernyataan yang sesuai dengan pendapat anda. Segala sesuatu yang tidak jelas dapat ditanyakan kepada peneliti, kerahasiaan jawaban di jamin oleh peneliti. Petunjuk pengisian kuesioner adalah sebagai berikut: 1. Berilah tanda checklist ( v ) pada kotak jawaban yang telah tersedia 2. Isilah identitas responden yang tersedia sesuai dengan pendapat anda
1. Identitas Responden Jenis Kelamin
:
a. Laki-laki
b. Perempuan
Usia
:
a. 20-30 th
b. 31-40 th
c. 41-50 th
d. diatas 50 th
a.SD - SLTP
b. SLTA
c.Sarjana muda
d. Sarjana
a. 1-5 th
b. 6-10 th
c. 11-15 th
d. 16 tahun ke atas
a. 1A-1C
b. 2A-2D
c. 3A-3D
d. 4A-4E
Pendidikan
Lama bekerja
Golongan
:
:
:
Keterangan Jawaban 1. Sangat Setuju
:SS
Setuju
:S
Ragu Ragu
:RR
Tidak Setuju
:TS
Sangat Tidak Setuju
:STS
128
Variabel X : Kampanye Keselamatan Kerja SS
Skala Likert
1. Menurut pendapat saya personel kampanye (staf pendukung) adalah orang yang mampu bekerjasama 2. Para personel pelaksana kampanye menurut saya adalah orang yang memiliki pengalaman 3. komunikator (penyampain pesan) kampanye adalah sumber informasi yang dapat di percaya 4. Menurut pendapat saya komunikator adalah orang yang mempunyai keahlian 5. Komunikator kampanye adalah orang yang dapat bersosialisasi dengan baik (pandai bergaul). 6. Saya dapat memahami isi pesan kampanye yang di sampaikan 7. Menurut pendapat saya isi pesan yang berikan cukup jelas 8. Pesan kampanye yang disampaian menurut saya memiliki konsistensi isi (ketetapan isi kampanye) 9. Media kampanye yang digunakan menurut pendapat saya sudah tepat 10. Menurut saya frekuensi penggunaan media kampanye untuk publisitas sudah mencukupi
129
S
RR
TS
STS
11. Periode waktu pelaksanaan kampanye (hari Selasa, pada setiap minggu) menurut saya sudah tepat. 12. Menurut pendapat saya intensitas waktu kampanye (pukul 09.00-11.00 WIB) sudah cukup.
Variabel Y: Sikap Pegawai dalam Menjaga SS
Skala Likert Keselamatan Kerja
1. Pengetahuan saya tentang pentingnya menjaga keselamatan diri bertambah setelah mengikuti kegiatan kampanye keselamatan kerja 2. Kegiatan kampanye membuat pengalaman saya bertambah dalam mengantisipasi kecelakaan kerja 3. Menurut pendapat saya kecelakaan fisik saat bekerja perlu di hindari 4. Saya akan melaksanakan prosedur kerja sesuai dengan ketentuan yang ada. 5. Sikap saya akan selalu menjaga keselamatan diri Agar terhindar dari kecelakaan kerja 6. Saya akan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkait dengan dengan keselamatan kerja
130
S
RR
TS
STS