Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014
ISSN : 2337 - 8085
EFEKTIFITAS METODE RESITASI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA N 1 BAITUSSALAM ACEH BESAR Ruslan, dan Mariati Pendidikan Kimia Universitas Serambi Mekkah Email :
[email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian”Efektifitas metode resitasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi ikatan kimia di SMA N.1 Baitussalam Aceh Besar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifitasan metode resitasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi ikatan kimia. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswa SMA N. 1 Baitussalam kelas X-2 yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Untuk mengetahui efektifitas metodeada materi ikatan kimia dilakukan pre-tes dan post-tes, observasi terhadap keaktifan siswa. Kemampuan guru dalam mengajar dan tanggapan siswa dari instrument yang digunakan berupa angket. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua mengalami peningkatan dari 80,5% menjadi 86,1% dan ketrampilan guru mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sebesar 77,5% menjadi 82,5%. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari 20,8% (5 siswa tuntas) menjadi 63% (15 siswa tuntas). Dengan demikian, hasil belajar siswa dikatakan tuntas secara keseluruhan, aktifitas siswa dan ketrampilan guru mengalami peningkatan dan sebagian besar siswa member respon yang positif terhadap efektifitas metode resitasi yantu sebesar: 77 %. Bedasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode resitasi efektif digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi ikatan kimia di kelas X-2 SMAN 1 Baitussalam Aceh Besar. Kata Kunci: Metode Resitasi, Materi Ikatan Kimia PENDAHULUAN Dalam pendidikan di sekoalah, prestasi belajar berupa hal yang sangat penting diperhatikan setelah proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Djamarah, (1994) menyatakan bahwa” prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Selanjutnya Ihsan (2005) menjelaskan pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadi yaitu rohani (pikiran, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) sedangkan jasmani (panca indera dan ketrampilan). Bermacam-macam metode pembelajaran yang diterapkan guru sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Suryosubroto (2002) menjelaskan dengan menggunakan metode tumbuhlah berbagai kegiatan belajar siswa berhubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, terciptanya kegiatan interaksi induktif. Dengan demikian penggunaan metode yang bervarasi, memungkinkan proses belajar mengajar di sekolah dapat
173
Ruslan, dan Mariati lebih berkembang. Selanjutanya Ahmadi (2005) mengemukakan bahwa metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasi guru untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, didalam kelas baik secara individu ataupun secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Kemudian Ahmadi (2005) menjelaskan melalui syarat-syarat penggunaan metode, sebagai berikut: 1. Metode mengajar yang digunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat dan gairah belajar siswa 2. Metode mengajar yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa 3. Metode mengajar yang digunakan dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk menwujudkan hasil karya 4. Metode mengajar yang digunakan harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembahasan) 5. Metode mengajar yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi 6. Metode mengajar yang digunakan harus dapat mentiadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantikannya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan 7. Metode mengajar yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan syarat di atas, nyata sekali bahwa proses belajar yang dilakukan guru tidak dapat dipisahkan dari proses belajar siswa, berhasil tidaknya siswa dalam mengajar tergantung pada metode mengajar yang dipergunakan. Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, Djamarah (2002) menyatakan bahwa masalah tugas dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan dimana saja asal tugas tersebut dapat dikerjakan. Selanjutnya Ahmadi (2005) menjelaskan dalam penggunakan teknik resitasi, siswa , mempunyai kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat mempelajari dan mendalami uraian orang lain. Kemudian Slameto (1990:115) mengemukakan : Metode resitasi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru. Langkah-langkah metode resitasi menurut Djamarah (2002) yang harus diperhatikan yaitu dengan pemberian tugas antara lain: 1. Tujuan yang akan dicapai 2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga siswa mengerti apa yang ditugaskan guru 3. Sesuai dengan kemampuan siswa 4. Ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa 5. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut Untuk mengajar khususnya IPA harus memiliki kriteria (Moh. Amien, 1987) menjelaskan sebagai berikut : (1) dapat mengarahkan perhatian siswa terhadap hakikat belajar IPA yang spesifik sehingga ia akan mengetahui dengan pasti tentang apa yang diharapkan, (2) dapat memberikan atau motivasi belajar IPA, (3) dapat meningkatkan interest terhadap IPA, (4) dapat memberikan umpan balik dengan segera, (5) dapat memberikan kesempatan untuk 174
Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014
ISSN : 2337 - 8085
mengusai dengan kecepatan/kemampuan sendiri, (6) dapat menghindarkan dari frustasi dan kegagalan, (7) dapat meningkatkan transfer of learning pada situasi di luar kelas, (8) dapat mengembangkan dan membina sikap positif terhadap diri sendiri, guru, materi pelajaran dan proses pendidikan pada umumnya. Dalam pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah (1991) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran untuk dapat meningkatkan belajar kimia siswa. Dalam pelajaran kimia sub pokok bahasan ikatan kimia dipelajari di kelas X SMA. Ikatan kimia adalah ikatan yang terbentuk antar atom atau antar molekul dengan cara : 1. Atom yang satu melepaskan elektroEn, sedangakan atom yang lain menerima elektron (serah terima elektron) 2. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang berikatan 3. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah guna terjadi pencapaian kestabilan suatu unsur. Kestabilan unsur terjadi apabila suatu unsur mengikuti aturan oktet. Aturan Oktet adalah kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnnya sama seperti gas mulia. Unsur gas mulia (Gol VIIIA) mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet, hanya unsur Helium). LANDASAN TEORI Peranan Elektron pada Pembentukan Ikatan Kimia 1. Aturan Oktet Atom-atom dikatakan stabil apabila konfigurasi elektronnya sama dengan konfigurasi gas mulia (golongan VIII A) yang dinamakan duplet untuk konfigurasi elektron terluarnya dua atau oktet untuk konfigurasi elektron terluarnya delapan. Untuk mencapai keadaan stabil seperti gas mulia, maka atom-atom membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia. Untuk membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia, dapat dilakukan dengan cara membentuk ion atau membentuk pasangan elektron bersama. 2. Lambang Lewis Lambang Lewis adalah lambang atom disertai elektron valensinya. Ikatan Ion (Ikatan Elektrovalen) Ikatan ion adalah ikatan kimia yang terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis antara ion positif dengan ion negatif. Pembentukan Ikatan Ion : 1. Terjadi akibat terjadinya serah terima elektron 2. Terjadi antara ion positif dan ion negatif 3. Terjadi antara unsur logam dan nonlogam 175
Ruslan, dan Mariati 4. Terjadi antara unsur yang memiliki energi ionisasi dengan unsur afinitas elektron yang besar Pembentukan Ikatan Kovalen Menurut G.N.Lewis, atom-atom dapat berikatan dengan menggunakan pasangan electron secara bersama-sama untuk mencapai kestabilan seperti gas mulia. Ikatan semacam ini disebut dengan ikatan kovelen. Ikatan adalah ikatan antara atom yang dibentuk dengan menggunakan bersama pasangan electron oleh atom-atom yang berikatan. Ikatan kovalen terjadi karena atom-atom yang akan berikatan memiliki keelektronegatifan sama atau hamper sama. Jadi, atom tidak melepaskan atau menerima electron, tetapi menggunakan pasangan electron secara bersama-sama. Kepolaran Senyawa Kovalen Elektron tidak selalu digunakan secara merata diantara atom-atom yang berikatan kovalen. Atom-atom yang memiliki keelektronegatifan besar cenderung menarik electron lebih sering kearahnya. Senyawa kovalen adalah senyawa yang terbentuk melalui penggunaan pasangan electron secara bersama oleh atom-atom. Senyawa kovalen terdiri atas dua jenis berdasarkan kepolarannya yaitu senyawa kovalen polar dan nonpolar. Molekul polar tidak membagikan penggunaan electron secara merata,sedangkan molekul nonpolar membagikan electron secara marata. Ikatan Logam Umumnya, unsure logam merupakan elektropositif karena memiliki kecenderungan untuk kehilangan electron valensi membentuk ion positif. Akibatnya, terjadi penataan teratur ion-ion positif logam dan sekitarnya terdapat “lautan” electron valensi yang telah terlepasdari atom logam. Elektron bertindak seperti “pelekat” pada ikatan logam . Jadi, ikatan logam adalah ikatan antara atom logam yang dikarenakan “ lautan” electron mengelilingi ion logam positif, adanya “ lautan” electron menyebabkan logam mudah meenghantarkan arus listrik. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 September s/d Oktober 2011 di SMA N ! Baitussalam Aceh Besar. Adapun yang menjadi sabjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa SMAN 1 kelas X-2 sebanyak 24 orangsiswa yang terdiri dari 9 oarang laki-laki dan 15 orang siswa perempuan, dengan instrument penelitian berupa observasi, tes dan angket. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini untuk aktivitas siswa dikemukakan oleh Chotimah (2009) yaitu:
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode resitasi dengan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (1992) yaitu:
Sedangkan untuk angket pada penelitian ini terlampir kuisioner respon siswa terhadap efektifitas metode resitasi pada materi ikatan kimia di SMA N 1 Baitussalam Aceh Besar. 176
Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014
ISSN : 2337 - 8085
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengawali proses pembelajaran, penelitian memberikan tes awal (Pre-Tes) pada pertemuan pertama yang dilaksanakan pada tanggal 23 September 2011 pada pukul 08:30 WIB di kelas X-2 dengan hasildapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Nilai Pre-tes Nilai Pre-Tes Kete rangan KKM ≥ 60 Jumalah Siswa Tuntas Dan Tidak Tuntas 60 – 100 Tuntas 5 orang 0 – 59 Tidak tuntas 19 orang Sumber: Dari hasil penelitian di SMA N 1 Baitussalam Aceh Besar 23 September 2011 Berdasarkan tabel diatas diperoleh yang sudah tuntas 20,8 % sedangkan yang belum tuntas hanya 79,2 % dengan melihat nialai KKM di sekolah tersebut yaitu 60. Sedangkan pada pertemuan kedua pada tanggal 7 Oktober 2011 pada pukul 8:30 WIB samapai 10:00 WIB dikelas X-2 dengan jumla sampel yang sama yaitu 24 siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar,guru menyampaikan lanjutan materi ikatan kimia dengan menggunakan metode resitasi yang dilaksanakan sesuai dengan RPP. Hal ini, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel:2. Nilai Hasil Post Tes Nilai Post-Tes
Kete rangan KKM ≥ 60
Jumalah Siswa Tuntas Dan Tidak Tuntas 60 – 100 Tuntas 15 orang 0 – 59 Tidak tuntas 9 orang Sumber: Dari hasil penelitian di SMA N 1 Baitussalam Aceh Besar 7 Oktober 2011 Berdasarkan hasil tabel diatas diperoleh yang tuntas yaitu 15 orang dengan jumlah yang diperoleh 63 % , sedangkan yang 9 orang lagi siswa yang tidak tuntas yaitu 37%. Dari hasil tersebut terdapat peningkatan hasil belajar siswa yaitu yang tuntas dari 20,8% menjadi 63%, sedangkan yang tidak tuntas menurun dari 79,2% turun menjadi 37%. Untuk kaktifitas siswa dapat dilihat dari hasil angket diperoleh skor rata-rata sebesar 3,3 (82,5%0 dikatakan baik. Hal ini,tampak bahwa ketrampilan guru pada proses pembelajaran adalah membimbing siswa dengan baik. Pada dasarkan semua ketrampilan guru dalam menerapkan metode pembelajaran Resitasi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan angket yang dibagikan pada siswa terhadap penerapan metode resitasi yang telah dilaksanakan maka dapat diketahui bahwa 77% siswa menanggapi positif dan merasa senang dalam belajar dengan menggunakan metode resitasi. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disampaikan bahwa: 1. Penerapan metode pembelajaran resitasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia di SMAN 1 Baitussalam Aceh Besar. Tingkat keberhasilan siswa pada materi ikatan kimia mencapai ketuntasan sebesar dari 20,8% menjadi 63%,. Dari ketuntasan tersebut dikatakan siswa tuntas secara individu 2. Penerapan metode resitasi dapat meningkatkan nilai persentase aktivitas siswa pada materi ikatan kimia sangat baik dapat dilihat berdasarkan hasil pengamatan terhadap 177
Ruslan, dan Mariati aktifitas siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua mengalami peningkatan dari 80,5% menjadi 86,1% dikatakan baik 3. Siswa menyukai penggunaan metode resitasi pada pembahasan ikatan kimia dilihat dari tanggapan (respon) positif iswa pada penyebaran angket pada siswa yang dibagikan ke siswa sebesar 77% siswa menanggapi positif dan merasa senang dalam belajar dengan menggunakan metode resitasi. Saran-Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penerapan metode resitasi dapat memberi pengaruh positif terhadap ketuntasan belajar siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa SMAN 1 kelas X-2 Baitussalam Aceh Besar. Untuk hasil yang baik lagi diharapkan kepada guru bidang studi kimia agar dapat melakukan uji coba untuk menggunakan metode resitasi pada pokok materi yang lain yang sesuai DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Widodo S. 2003. Psikologi Belajar,. Jakarta: Rineka Cipta Ahmadi, Abu dan Joko T.P.2005.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Amin.Moh.1987. Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan Metode Discovery Inquiry. PPLPTK: Jakarta Djamarah,S.B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi guru. Surabaya: Uasaha Nasional Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Rostiyah, N.K. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara. Slameto. 1990. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit (SKS). Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
178