[110] Militer Mesir di Ketiak Amerika dan Israel Wednesday, 18 September 2013 17:57
Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat.
Detik demi detik perubahan di Mesir tidak lepas dari restu Amerika Serikat. Ketika Jenderal Abdul Fatah al-Sisi menggulingkan Presiden Mohamad Mursi, Amerikalah yang memberi lampu hijau. Dan Amerika tak mempermasalahkan tindakan al-Sisi itu meski bertentangan dengan konstitusi negara demokrasi.
Tidak hanya Amerika, Israel pun sudah tahu kudeta itu. Analis militer Israel, Roni Daniel, mengungkapkan Jenderal al-Sisi, memberitahu Israel terkait usahanya menggulingkan Presiden Muhamad Mursi tiga hari sebelum kudeta.
Fakta tersebut bisa mengungkapkan begitu dekatnya hubungan militer Mesir dengan Amerika Serikat dan Israel. Ini tidak lepas dari campur tangan Amerika dalam tubuh militer Mesir.
Sebelum militer menguasai pemerintahan Mesir sejak era Gamal Abdul Naser, pemerintahan Mesir berkiblat ke Inggris. Melalui kudeta militer dengan dibantu Amerika, militer Mesir menggulingkan Raja Farouk I, antek Inggris. Mulailah era Amerika di Bumi Kinanah.
Sejak itu Amerika memelihara anjing pudelnya itu. Caranya, setiap tahun Amerika memberikan bantuan sebesar 1,3 milyar dolar kepada militer Mesir. Tentu ini tidak gratis. Militer Mesir pun menyetujui perjanjian Camp David yang mencegah militer Mesir untuk menyerang Israel.
Posisi Mesir ini memang sangat strategis bagi Amerika. Melalui Mesir, semua pergerakan pasukan Amerika di berbagai kawasan jadi mudah. Baik itu melalui laut yakni Terusan Suez maupun lewat zona udaranya. Terlebih dari itu, anak emas Amerika yakni Israel jadi aman.
1/5
[110] Militer Mesir di Ketiak Amerika dan Israel Wednesday, 18 September 2013 17:57
Ketundukan militer Mesir kepada Amerika inilah yang menyebabkan Amerika tak segan-segan membangun infrastruktur militer Mesir. Dari segi kuantitas, saat ini tentara Mesir saat ini menduduki peringkat ketujuh terbesar di dunia, dan paling besar di Afrika. Bahkan di kawasan Timur Tengah, kekuatannya terbesar setelah Israel.
Jumlah tentaranya mencapa 1,1 juta orang, ada yang menyebut 1,4 juta orang. Angkatan Darat Mesir memiliki 3.723 tank. Hampir setengah dari jumlah tersebut adalah tank-tank Т-54, Т-55, dan Т-62 dari Uni Soviet. Dan yang setengahnya lagi merupakan tank-tank termasuk tank sangat modern “Abrams" buatan Amerika Serikat. Pasukan Mesir memiliki sekitar lima ribu wagon panser berlapis baja. Angkatan Udara Mesir mempunyai 405 pesawat tempur-pesawat pemburu Dassault Mirage 2000 buatan Prancis dan Mesir, pesawat pemburu F-16 baik yang dibuat di AS, maupun di Turki, pesawat pemburu F4 buatan AS, dan juga pesawat tempur MIG-21 (hasil modifikasi Soviet Uni dan China). Militer pun memiliki persenjataan penangkis serangan udara. Peralatan itu seperti ”Stinger” dan “Grad” buatan Amerika.
Kekuatan militer Mesir itu tidak hanya menentukan di bidang politik tapi juga di bidang ekonomi. Militer terlibat dalam sektor industri dan jasa, termasuk senjata, elektronik, produk konsumen, pembangunan infrastruktur, agribisnis, penerbangan, pariwisata dan keamanan. Demikian pula sebagian besar gubernur daerah di Mesir adalah para pensiunan perwira tentara. Banyak institusi sipil yang besar dan perusahaan-perusahaan di sektor publik yang dijalankan oleh para mantan jenderal.
Tiga otoritas pengembangan lahan negara (pertanian, perkotaan dan pariwisata) dipimpin oleh para mantan perwira militer. Tentara sangat terlibat dalam perekonomian nasional. Menurut beberapa perkiraan, sebanyak 40 persen perekonomian Mesir dikendalikan oleh militer dan mereka punya alasan yang jelas untuk mempertahankan posisi tersebut.
Beberapa ahli ekonomi Mesir, pasca kudeta Mursi menyebut, militer adalah geng yang hidup di atas penderitaan rakyat karena 25 persen rakyat Mesir (24 juta orang) berada di bawah garis kemiskinan. Keluarga militer ini justru hidup mewah di jalan-jalan ketika rakyat antre bahan bakar minyak.
2/5
[110] Militer Mesir di Ketiak Amerika dan Israel Wednesday, 18 September 2013 17:57
Didikan Amerika
Tidak hanya memberikan fasilitas yang mewah, Amerika Serikat betul-betul mengkader dan memanjakan militer Mesir. Caranya dengan mendidik secara langsung para perwira militer ke Amerika. Setiap tahun ada 500 perwira militer Mesir mendapat pelatihan dan bersekolah di Amerika.
Pemimpin kudeta Mesir Abdel Fattah al-Sisi sendiri adalah alumnus US Army War College di Pennsylvania. Sedangkan Kepala Angkatan Udara Mesir, Reda Mahmoud Hafez Mohamed, melakukan tur di Amerika Serikat sebagai pejabat penghubung. Bahkan ada rumah khusus di barat laut Washington, DC, di mana para pejabat militer Mesir yang berkunjung di sana dapat tinggal ketika berada di ibukota Amerika itu.
Inilah mengapa Amerika pun membiarkan anteknya melakukan apa saja, apakah kudeta maupun pembantaian terhadap rakyat Mesir. Amerika hanya sekadar menyatakan kecaman terhadap tindakan militer Mesir dan perlunya pemerintah Mesir menahan diri, tanpa tindakan nyata apapun.
Tak heran banyak analis dan politikus menyebut Amerika berada di balik pembantaian di Mesir. Tindakan militer Mesir sesungguhnya sudah direstui oleh Amerika, sama ketika militer Mesir menjatuhkan Mursi.
Dan ini terbukti ketika muncul dukungan terhadap pemerintah militer Mesir dan kebijakan yang diambil dari sekutu dekat Amerika yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait. Raja Abdullah mendukung tindakan Mursi yang ia sebut sedang menghadapi para ‘teroris’. Mustahil para antek itu mendukung al-Sisi tanpa petunjuk/arahan Amerika.
Sikap yang sama ditunjukkan oleh Israel. Seorang pejabat Israel yang tak mau disebut namanya mendesak agar Amerika dan Barat mendukung sepenuhnya pemerintahan militer yang ada saat ini demi ‘berfungsinya negara’.[] emje
BOKS
3/5
[110] Militer Mesir di Ketiak Amerika dan Israel Wednesday, 18 September 2013 17:57
Standar Ganda Amerika dan Barat
Masih ingat kejadian Santa Cruz di Indonesia di era Soeharto? Saat itu beberapa pemuda Timor Timur tewas akibat bentrok dengan militer Indonesia. Amerika langsung turun tangan dan mengambil kebijakan berupa embargo senjata bagi Indonesia bertahun-tahun.
Tapi hal yang sama tidak terjadi di Indonesia, meski yang tewas di Mesir mencapai ratusan orang—bahkan kalangan non pemerintah menyebut ribuan—pemerintah Amerika tak ambil pusing dengan itu. Bahkan untuk menghentikan bantuan militer pun tidak.
Padahal Human Rights Watch (HRW) menyebut insiden pembantaian oleh militer Mesir dalam pembubaran paksa dua kubu besar demonstran pro-Mursi pada 14 Agustus sebagai ‘pembantaian massal terburuk dalam sejarah negara modern’. Tidak ada suara sedikitpun untuk menyeret pimpinan militer Mesir ke Mahkamah Internasional sebagaimana halnya presiden beberapa negara bekas Uni Sovyet yang membantai rakyatnya.
Prinsip kebebasan berpendapat yang selama ini disuarakan oleh Barat pun tak berlaku bagi rakyat Mesir. Demokrasi yang memberikan kebebasan bagi setiap orang bersuara, ternyata dibungkam oleh pihak militer dan Amerika sebagai dedengkot demokrasi membiarkannya.
Pemenang pemilu mendapatkan semuanya (the winners take all) tak berlaku. Sebaliknya, Barat merestui tindakan militer karena militer adalah kaki tangan mereka. Dalam kasus Mesir, prinsip demokrasi di mana ada larangan bagi militer berpolitik tidak berlaku lagi.
Walhasil, Amerika dan Barat menerapkan standar ganda di dunia Islam. Demokrasi hanyalah sistem semu yang diterapkan untuk melanggengkan cengkeraman mereka. Begitu demokrasi tak menguntungkan Barat, tak masalah sebuah negara mencampakkannya bahkan menghabisi rakyatnya sendiri. Inilah wajah Amerika dan Barat yang sesungguhnya.
4/5
[110] Militer Mesir di Ketiak Amerika dan Israel Wednesday, 18 September 2013 17:57
5/5