DRAFT BUKU PUTIH
TRAGEDI KEMANUSIAAN ATAS KUDETA MILITER DI MESIR
Disusun oleh Komite Nasional untuk Kemanusiaan dan Demokrasi Mesir Agustus 2013 1
Daftar Isi 1. Executive Summary ………………………………………………………...…..….. 3 2. Pendahuluan ………………………………………………………………………....7 3. Metodologi ……………………………………………………………………......…9 4. Konteks ……………………………………………………………………….….....11 5. Kronologi …………………………………………………………………….…..…15 5.1. Pembantaian Massal Garda Republik ……………………..…………………..15 5.2. Pembantaian Massal Monumen Sadat ………………………………………...16 5.3. Pembantaian Rab’ah …………………………………………………………..17 5.4. Pembantaian Ramsis …………………………………………………………..26 5.5. Pembantaian Penjara Abou Za’bal ……………………………………………28 6. Daftar Kejahatan Kemanusiaan dan Hukum Internasional yang dilanggar ……....30 7. Kesimpulan dan Rekomendasi ………………………………………………….....35 7.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………35 7.2. Rekomendasi …………………………………………………….……………37
2
1. Executive Summary 1. Pada tanggal 14 Agustus 2013 terjadi kejahatan kemanusiaan (Crime Against Humanity) yang mengerikan di Kairo, Mesir. Aparat militer bersenjata lengkap melakukan serangan brutal kepada para demonstran damai di sekitar Masjid Rab’a al adawiyah dan Nahda Square. Perkiraan jumlah korban tewas dalam peristiwa tersebut berkisar 638 korban tewas (versi Kementrian Kesehatan Mesir1), 2600 korban tewas (versi Rumah Sakit Darurat2) atau 4712 korban tewas (versi Prof. Dr. Salah Soltan3). Tidak hanya membunuh dengan peluru tajam yang diarahkan tepat ke bagian tubuh yang mematikan seperti kepala, dada atau leher, saksi mata juga melaporkan bahwa militer Mesir juga membakar demonstran hidup-hidup. Kekejaman ini pun tidak hanya menimpa para demonstran. Ditutupnya 9 channel TV oleh militer di awal kudeta menandai hilangnya kebebasan pers. Para wartawan dari berbagai jurnalis media lokal dan internasional menjadi sasaran kekejaman rezim militer Mesir, seperti Mick Deane, wartawan Sky News Inggris, yang meninggal dengan peluru yang bersarang di tubuhnya. Hingga saat ini tercatat 3 jurnalis terbunuh dan 6 jurnalis luka-luka4. Dengan demikian, pembantaian ini adalah kekerasan yang paling brutal dan dalam skala paling besar yang pernah terjadi dalam sejarah modern Mesir. Peristiwa ini dapat dibandingkan atau bahkan lebih mengerikan dari peristiwa Pembantaian Tian Anmen pada 4 Juni 1989 (Tian Anmen Massacre / June 4th Massacre)5. Bahkan mantan wakil gubernur Alexandria, Hasan Prince berkomentar “Al Sisi telah dinobatkan dengan gelar pembunuh tercepat karena telah menewaskan 4 sipil dalam 1 menit. Dalam 12 jam menewaskan 2600 jiwa di Rab’ah saja. Sementara tentara Mesir baru mampu membunuh 2700 tentara Yahudi dalam beberapa minggu pada perang 10 Ramadhan (Oktober 1973)”6. Pemimpin Ikhwanul Muslimin, 1
http://english.ahram.org.eg, 2013-08-15, "Death toll from Egypt violence rises to 638: Health ministry ". Retrieved 2013-08-18. 2 http://www.aljazeera.com, 2013-‐08-‐15, "Brotherhood plans Cairo march after crackdown -‐ Middle East". Retrieved 2013-‐08-‐17. 3 Facebook Dr. Salah Soltan. Retrieved 2013-‐08-‐23. 4 http://news.yahoo.com, 2013-‐08-‐14, “3 journalists killed in Egypt turmoil”. Retrieved 2013-‐08-‐23. 5 Tiananmen Square protests of 1989, http://en.wikipedia.org/wiki/Tiananmen_Square_protests_of_1989. Retrieved 2013-‐08-‐23. 6 http://rassd.com/1-‐ 69547_%D8%A7%D9%84%D8%A8%D8%B1%D9%86%D8%B3_%D8%A7%D9%84%D8%B3%D9%8A%D8%B3%D9%8 A_%D8%A3%D8%B3%D8%B1%D8%B9_%D9%82%D8%A7%D8%AA%D9%84_%D9%84%D9%84%D9%85%D8%AF%D 9%86%D9%8A%D9%8A%D9%86, 2013-‐08-‐16. Retrieved 2013-‐08-‐23.
3
Muhammad al-Baltaji juga mengatakan “Tindakan keras militer terhadap aksi unjuk rasa damai di Alun-alun Rabaa dan Nahda, Kairo pada "Rabu Hitam" pekan lalu (14 Agustus 2013) mengakibatkan kematian lebih banyak dari yang dilaporkan tewas dalam setiap harinya oleh Bashar al-Assad atau Muammar Gaddafi sepanjang revolusi Suriah dan Libya. Angka-angka yang tewas sejak awal kudeta yang diperkirakan lebih dari dua kali lipat dari yang tewas selama serangan Israel 2008 terhadap Gaza”7. Kejahatan kemanusiaan (Crime Against Humanity) merupakan kebiadaban yang terulang dalam sejarah Mesir, seperti apa yang pernah dilakukan oleh Fir’aun, sehingga Abdul Fattah Al Sisi dapat dijuluki sebagai Fir’aun abad 21. 2. Di seluruh negeri, pembantaian dan kekacauan meluas di berbagai tempat (di antaranya : Ramses Square, Fayoum, Ismalia, Damietta, Al Arish, Penjara Abu Zaabal) seiring dengan diberlakukannya darurat militer (martial law) yang menetapkan diterapkannya jam malam (curfew) di seluruh Mesir sejak tanggal 15 Agustus 2013. Sejak tanggal 14 hingga 18 Agustus 2013 jumlah korban tewas 978 (versi Kemenkes) hingga 2868 orang versi RS Darurat. Sejak peristiwa kudeta sampai saat ini total tercatat 6.181 orang tewas, 25.552 lukaluka dan 18.565 dipenjara (versi Prof. Dr. Sholah Sulthon). 3. Kebiadaban rezim militer tersebut seketika mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Demo besar-besaran mengutuk serangan brutal militer Mesir meluas di seluruh dunia, seperti Turki, Inggris, Belanda, Amerika, Jepang, Yordania, Australia, Malaysia, Indonesia, Palestina, dan di banyak negara lagi yang tidak terekspos oleh media. Secara pemerintahan, negara-negara Turki, Ekuador, dan Venezuela telah menarik Duta Besarnya dari Mesir. Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia (menlu Emma Bonino) memanggil duta besar Mesir di negara mereka masing-masing terkait atas tindakan biadab di Mesir yang menyebabkan kematian ribuan orang. Uni Eropa melalui Kepala Kebijaksanaan Luar Negeri (Catherine Ashton) mengunjungi Mesir dan bertemu Presiden Mursi 29 Juli 2013. Akhirnya melalui pembicaraan tingkat menteri Uni Eropa pada 21 Agustus 2013 UE mengeluarkan sikap terang-terangan mengembargo militer Mesir8. Sebelumnya Menteri Luar Negeri Jerman (Guido Westerwelle) juga mengunjungi Mesir 31 Juli 2013, tetapi gagal menemui Mursi karena permintaannya ditolak pemerintah interm militer. Uni Afrika mengambil sikap untuk 7
http://www.theguardian.com, 2013-‐08-‐21, “The Muslim Brotherhood will not turn to violence to fight the coup in Egypt”, Retrieved 2013-‐08-‐23. 8 http://www.aljazeera, 2013-‐08-‐21, “EU restricts arms sales to Egypt”. Retrieved 2013-‐08-‐23.
4
menangguhkan keanggotaan Mesir serta mungunjungi Rab’ah sebagai bentuk dukungan kepada Aliansi Nasional untuk Legitimasi. Amerika Serikat dikabarkan diam-diam menghentikan bantuan militer ke Mesir9. Hasil survey Pew Research Center AS menunjukkan bahwa hanya 1 dari 4 warga AS yang setuju untuk melanjutkan bantuan10. Serangkain peristiwa tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan kudeta militer tidak mendapat legimitasi dari dunia internasional. Seperti diketahui bahwa berdasarkan Foreign Assistance Act pasal 508, AS segera menghentikan bantuan (militer) jika terjadi penggantian pimpinan pemerintahan melalui aksi kudeta. 4. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa kecaman atau ancaman saja tidak cukup untuk menghentikan kebrutalan yang termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (Crime Against Humanity). Hal ini harus segera diajukan ke United Nation Council of Human Rights dalam bentuk resolusi agar lembaga ini segera membentuk Commission on Enquiry. Dengan terang benderang, militer Mesir telah melakukan kejahatan kemanusiaan (Crime Against Humanity). 5. Berbagai kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah kudeta merupakan kejahatan kemanusiaan sebagaimana disebutkan dalam Statuta Roma Pasal 5 Ayat 1 yang biasa jadi landasan hukum bagi kasus-kasus pelanggaran HAM di Dunia11. Tindakan kekerasan tersebut di antaranya : (1) melakukan pembunuhan dengan serangan yang meluas atau sistematik yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil (masuk dalam kriteria Statuta Roma Pasal 7 Ayat 1(a); Pasal 8 Ayat 2(a)(i)). (2) Melakukan tindakan-tindakan tidak berperikemanusiaan yang menyebabkan penderitaan atau rasa sakit yang luar biasa terhadap tubuh atau kesehatan (Statuta Roma Pasal 7 Ayat 1(k); Pasal 8 Ayat 2(a)(ii-iii)). (3) Dengan sengaja juga mengarahkan penyerangan, pembakaran terhadap masjid, rumah sakit dan tempat-tempat di mana orang sakit dan terluka dikumpulkan (Statuta Roma Pasal 8 Ayat 2(b)(ix)). (4) Melakukan penangkapan, penahanan, penculikan terhadap ribuan warga Negara yang menentang kudeta, yang dapat dikategorikan sebagai “penghilangan paksa terhadap seseorang” (Statuta Roma Pasal 7 Ayat 2(i)). (5) Berbagai tindak kekerasan lain. 6. Buku putih ini ditulis untuk menjadi bahan pokok untuk menyusun resolusi pemerintah RI yang ditujukan kepada United Nation Human Rights Council di Jenewa tentang kejahatan 9
www.11alive.com, “Official: U.S. temporarily holds up some military aid to Egypt”, 2013-‐08-‐20. Retrieved 2013-‐ 08-‐23. 10 http://www.pewresearch.org, 2013-‐08-‐19. “Public Backs Cutoff of Military Aid to Egypt”, Retrieved 2013-‐08-‐23. 11 Rome Statute on International Criminal Court 1998.
5
kemanusiaan (Crime Against Humanity) di Mesir. Resolusi ini juga harus memuat agar United Nation Human Rights Council segera membentuk Commission on Enquiry kemudian segera disidangkan pada bulan September tahun ini juga. 7. Buku putih ini dapat pula dijadikan bahan informasi untuk masyarakat luas di Indonesia yang peduli atas peristiwa yang terjadi di Mesir. 8. Buku putih ini merupakan bahan utama Komite Nasional untuk Kemanusiaan dan Demokrasi Mesir dalam upaya untuk mendorong masyarakat internasional agar mengajukan resolusiresolusi tentang kejahatan kemanusiaan (Crime Against Humanity) di setiap pemerintahan negaranya masing-masing.
6
2. Pendahuluan
1. Tragis melihat legitimasi demokrasi dan kemanusiaan yang saat ini benar-benar hilang di Mesir, yaitu atas lebih dari 3.000 korban tewas dan lebih dari 10 ribu rakyat Mesir mengalami luka-luka dalam rangkaian serangan militer Mesir. Kebiadaban yang dilakukan militer jelas melanggar sendi - sendi kemanusiaan di Mesir. 2. Penggulingan kekuasaan oleh militer telah merusak proses demokratisasi yang perlahan dibangun di Mesir setelah sekian lama hidup di bawah tirani. Kekerasan militer dan cara perebutan kekuasaan yang dilakukan militer Mesir telah menodai nilai-nilai luhur demokrasi yang sedang ditegakkan serta dihormati di seluruh dunia, yang didambakan oleh umat manusia di abad 21 ini. 3. Legitimasi tersebut berkorelasi dengan mulainya proses perubahan dari tirani ke demokrasi, yakni peristiwa pasca-revolusi 25 Januari 2011. Rakyat Mesir mulai menghirup aroma demokrasi. Telah lima kali pemilu diadakan di Mesir; Pemilihan legislatif DPR (28 November 2011 – 11 Januari 2012), Pemilihan legislatif MPR (29 Januari 2012 – 22 Februari 2012), Pemilihan Presiden tahap I (23 – 24 Mei 2012), Pemilihan Presiden tahap II (16 – 17 Juni 2012) dan Referendum Konstitusi (15 Desember 2012). Revolusi membawa asa demokratisasi dalam kehidupan Mesir. 4. Tepat menginjak satu tahun pasca dipilihnya Presiden Muhammad Mursi sebagai Presiden Mesir keempat dalam sejarah, terjadi gelombang demonstrasi di Tahrir Square terhadap pemerintah yang dilakukan oleh gerakan Tamarrod (pembangkangan) yang menghendaki mundurnya Presiden Mursi sebagai Presiden Mesir. Sejalan dengan hal tersebut, militer mengeluarkan ultimatum terhadap Presiden Mursi untuk melakukan rekonsiliasi nasional
7
dalam 48 jam. Gejala campur tangan militer dalam proses demokratisasi ini sudah terlihat kemana arahnya. 5. Arah langkah dan tindakan militer ini semakin nyata ketika kudeta berlangsung, Presiden Mursi digulingkan dan ditahan oleh militer, media dibungkam militer, dan semakin diperburuk dengan adanya aksi pembantaian rakyat sipil yang dilakukan oleh militer sebagai respon atas aksi bertahan (sit-in) rakyat sipil. Hal ini menjadi sebuah tragedi kemanusiaan dan demokrasi. 6. From Ballot to Bullet (dari Suara Pemilu ke Peluru). Sejarah demokrasi tidak bisa dibangun dengan semangat kekerasan. Melihat fenomena tersebut, dengan semangat kemanusiaan dan solidaritas kebangsaan, respon harus segera diberikan. Komisi Nasional Kemanusiaan dan Demokrasi Mesir menyusun sebuah ‘Buku Putih Kejahatan Kemanusiaan: Kekerasan Militer Mesir Terhadap Rakyat Sipil Mesir (14 – 18 Agustus 2013)’. 7. Signifikansi dari penyusunan buku putih ini dimaksudkan untuk menjadi bahan pokok Pemerintah Indonesia untuk mengangkat masalah kejahatan kemanusiaan (Crime Against Humanity) di Mesir, menggugah serta membangkitkan semangat rakyat Indonesia agar mengutuk, memprotes dan menuntut peristiwa kejahatan internasional di Mesir ini sampai ke Peradilan Pidana Internasional di Den Haag, dan juga buku putih ini dimaksudkan untuk menggalang solidaritas masyarakat dunia atas tragedi kemanusiaan di Mesir agar kasus ini bisa diseret sampai ke Pengadilan Pidana Internasional (International Criminal Court).
8
3. Metodologi 1. Metodologi diperlukan dalam buku putih ini sebagai jalan untuk memahami konteks berpikir dalam menjelaskan fenomena pembantaian yang terjadi di Mesir. Hal ini juga terkait dengan bagaimana pembaca lebih mudah dalam memahami alur berpikir dalam buku putih. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif – analitis mengingat keragaman sumber data. 2. Pengumpulan dan menyaring informasi yang banyak tersebar lantas melakukan validasi atas informasi tersebut, selanjutnya menganalisis hingga menghasilkan kesimpulan serta rekomendasi merupakan bagian utama dalam kerangka buku putih ini. Selain menyaring informasi dilakukan juga pengumpulan fakta-fakta yang aktual dan akurat. 3. Peranan Aktor - aktor menimbulkan aksi - reaksi dalam kekerasan di Mesir. Dinamika isu yang ada dipengaruhi oleh adanya interaksi antar aktor sehingga menjadi bagian penting dalam melihat kronologis, analisis terhadap dinamika isu serta akhirnya rekomendasi terhadap kekerasan yang terjadi di Mesir. 4. Cakupan penelitian ini meliputi pembahasan tentang kekerasan yang dilakukan oleh rezim militer Mesir sejak kudeta yang menggulingkan Presiden Mursi, dengan fokus pada peristiwa kekerasan yang terjadi pada tanggal 14 hinggal 18 Agustus 2013. 5. Konteks sejarah dalam melihat fenomena ini diawali dengan peristiwa Musim Semi Arab (Arab Spring) tahun 2011 –khusus di Mesir dengan Revolusi pada 25 Januari 2011-- yang memberikan dampak dalam dinamika politik Timur Tengah dan khususnya Mesir hingga adanya operasi pembantaian militer terhadap rakyat Mesir di Rab’a Al Adawiyah, Nasr City, Nahda Square serta sejumlah titik lain di Mesir juga menjadi perhatian utama terhadap pembantaian militer di Mesir.
9
6. Pandangan normatif dalam buku putih ini memuat pandangan Statuta Roma tentang Pengadilan Pidana Internasional (Rome Statute of The International Criminal Court). 7. Khusus kronologis kekerasan yang terjadi terhadap rakyat sipil di Mesir menjadi perhatian kusus dalam buku putih dimulai sejak penggulingan Presiden Mursi secara dari hari ke hari. Hal ini diperlukan dalam melihat ekskalasi kekerasan yang terjadi di Mesir yang dilakukan oleh Militer Mesir. 8. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, sumber didapatkan dari (1) beragam literatur dan sumber yang relevan dan valid, (2) keterangan saksi mata dan korban yang didapat secara online serta mereka yang memiliki informasi perihal kekerasan yang terjadi di Mesir, (3) analisis dari video, foto yang didapat dari kalangan independen secara langsung serta sumber berita video dan foto dari sejumlah media, (5) laporan jumlah korban meninggal dan luka-luka yang terjadi dalam peristiwa kekerasan yang terjadi pasca 14 Agustus 2013 baik dari pihak pelaku (Kementrian Kesehatan Pemerintah rezim militer) maupun dari pihak korban (Aliansi Nasional untuk Legitimasi), (6) analisis terhadap penggunaan senjata serta alutsista oleh militer Mesir yang dilakukan dalam pembantaian terhadap rakyat sipil Mesir. 9. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan dapat dipercaya, kajian ini berupaya untuk mendapatkan informasi primer (first-handed information), termasuk yang didapatkan melalui akun media-sosial dari individu-individu yang berada dekat dengan kejadian (terdapat akun twitter jurnalis yang meliput kejadian). 10. Buku Putih ini merupakan langkah awal dari suatu Buku Putih yang akan mencantumkan fakta-fakta, keterangan-keterangan saksi mata, korban dan saksi ahli forensik maupun kedokteran dalam rangka memperkuat gugatan ke Peradilan Pidana Internasional. 10
4. Konteks 1. Setelah berkuasa selama selama 30 tahun dengan tangan besi, Hosni Mubarak akhirnya terpaksa mengundurkan diri pada tanggal 11 Februari 2011. Tuntutan rakyat Mesir untuk mengakhiri rezim otoriter Mubarak yang digelar di seantero Mesir sejak tanggal 25 Januari 2011 tak terbendung lagi, meskipun aparat keamanan mencoba menghentikan dengan berbagai cara, mulai dari kekerasan hingga penutupan akses komunikasi. 2. Pada masa pemerintahan Mubarak (1981-2011), berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia sering dilakukan oleh negara untuk membungkam oposisi. Menurut laporan Human Rights Watch 2010, pada tahun 2009 saja diperkirakan ada 5000-10.000 orang yang dipenjarakan tanpa pengadilan. Al Ikhwan Al Muslimun, populer dikenal sebagai Ikhwanul Muslimin (IM), adalah kekuatan oposisi utama Mesir pada periode tersebut yang bergerak di bawah tanah karena dinyatakan sebagai organisasi terlarang. 3. Berbagai inisiatif untuk menentang kekuasaan otoriter Mubarak sebenarnya sudah dilakukan sejak sebelum 2011. Pada tahun 2004, gerakan Kefaya (“Cukup Sudah!”) digelar oleh para aktivis dari berbagai spektrum ideologi yang menentang kecenderungan Mubarak untuk menyiapkan anaknya Gamal Mubarak sebagai pewaris kepemimpinan politik Mesir. Sempat membesar pada tahun 2005, Kefaya akhirnya surut seiring dengan kuatnya represi aparat negara. 4. Pada tahun 2010, kematian seorang pemuda Mesir bernama Khaled Saeed memicu kembali gerakan-gerakan protes yang diawali dari media sosial. Saat revolusi meletus di Tunisia dan berhasil menggulingkan Zine El Abidine Ben Ali yang telah berkuasa 23 tahun, gerakan protes terhadap pemerintah Mesir semakin mendapatkan momentum. Setelah demonstrasi besar pada tanggal 25 Januari 2011 mendapatkan represi yang keras, perlawanan terus 11
berlanjut dan membesar. Mubarak menawarkan berbagai konsesi, termasuk menjanjikan tidak akan maju lagi sebagai presiden pada pemilihan umum selanjutnya, namun gerakan perlawanan tidak berhenti. Mubarak akhirnya mengundurkan diri pada tanggal 11 Februari 2011. 5. Mubarak menyerahkan kepemimpinan politik kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF). Ragu dengan komitmen SCAF pada demokrasi, massa terus berdemonstrasi menuntut militer untuk menarik diri dari politik dan segera menggelar Pemilihan Umum. 6. Atas desakan publik yang terus menerus, pemilihan umum untuk memilih anggota parlemen akhirnya digelar pada bulan November 2011 hingga Januari 2012. Pemilihan umum tersebut mengantarkan Aliansi Demokrasi untuk Mesir yang dipimpin oleh Partai Kebebasan dan Keadilan (Freedom and Justice Party, sayap politik IM) memenangkan kursi terbanyak (235 kursi). Peringkat kedua diraih oleh Blok Islamis yang dipimpin oleh Partai Al Nour (kelompok salafi, 121 kursi). Sementara itu, partai-partai sekuler (Nasseris, Sosialis, Liberal, dan anasir rezim lama) mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. 7. Selanjutnya, Pemilihan Presiden yang dilangsungkan selama dua putaran menunjukkan persaingan ketat antara Muhammad Mursi yang didukung oleh FJP (peringkat pertama putaran 1 dengan 24,78% suara) dan Ahmad Shafik yang dianggap sebagai bagian dari rezim Mubarak (peringkat kedua putaran 1 dengan 23,66% suara). Mursi memenangkan pemilu presiden putaran 2 dengan 51,78% suara (Shafik mendapatkan 48,27% suara). Saat memenangkan Pemilihan Umum, Mursi menjanjikan untuk melibatkan berbagai kelompok dalam pemerintahannya. 8. Kepemimpinan politik Mesir setelah Pemilihan Umum demokratis pertama itu pun berjalan dengan tidak mulus. Fragmentasi antara kelompok-kelompok revolusioner yang sekuler dan
12
kelompok Islam membelah panggung politik Mesir. Sementara itu, kekuatan rezim lama (sering disebut “deep state”) pun masih bercokol di birokrasi negara. Benturan demi benturan kemudian terjadi di antara kekuatan-kekuatan tersebut. 9. Pada tanggal 14 Juni 2012, Mahkamah Konstitusi Mesir membubarkan Parlemen. Sebagai akibatnya, Ahmad Shafik yang merupakan pejabat pada masa Mubarak dapat maju sebagai kandidat Presiden (terlarang menurut Undang-Undang yang dibuat oleh Parlemen hasil pemilu yang dibubarkan tersebut). Kelompok-kelompok Islam dan sekuler yang pro demokrasi mengecam pembubaran tersebut sebagai upaya rezim lama untuk kembali berkuasa. 10. Peristiwa pembubaran parlemen ini juga yang membuat IM dan Mursi merasa khawatir bahwa upaya perumusan konstitusi baru akan digagalkan oleh Mahkamah Konstitusi Mesir yang merupakan peninggalan dari masa Mubarak. Dengan alasan untuk melindungi proses tersebut sebagai amanat Revolusi, pada bulan November 2012 Mursi mengeluarkan Dekrit Presiden yang memberinya wewenang yang besar yang menempatkannya dalam waktu sementara tidak dapat disentuh hukum untuk melakukan langkah-langkah “yang diperlukan untuk melindungi Revolusi.” Kelompok-kelompok sekuler menentang keras dekrit tersebut dengan keluar dari tim perumus konstitusi. Upaya ini dipandang oleh kelompok-kelompok tersebut sebagai upaya IM untuk menguasai politik Mesir. Demonstrasi-demonstrasi pun digelar untuk memprotes dekrit tersebut. Aksi-aksi inilah yang kemudian berevolusi menjadi gerakan Tamarrud (“Pembangkangan”) yang menuntut Mursi mundur. 11. Tepat di masa satu tahun pemerintahan Presiden Mursi, sekitar 500.000 rakyat Mesir melakukan demonstrasi di Tahrir Square. Tuntutan mereka adalah meminta Presiden Mursi untuk mundur dari posisi sebagai Presiden Mursi. Militer merespon demonstrasi dengan
13
mengeluarkan ultimatum terhadap Presiden Mursi yang dikeluarkan oleh Jenderal Abdul Fatah As Sisi yang berisi bahwa dalam 48 jam Presiden Mursi harus mencari solusi atas demonstrasi yang dilakukan oleh gerakan Tamarrud. Pengamat melihat bahwa ultimatum ini adalah sinyal bagi militer untuk melakukan kudeta dikarenakan waktu 48 jam tidaklah memungkinkan untuk menghasilkan rekonsiliasi nasional. 12. Kekhawatiran ini terbukti setelah militer melakukan kudeta terhadap Presiden Mursi pada tanggal 3 Juli 2013. Jenderal As Sisi mengumumkan bahwa posisi Presiden Mursi telah digantikan oleh Presiden Ad Interim Adly Mansour yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi dan ditunjuk Hazem Al Beblawi sebagai pejabat Perdana Menteri (PM) Mesir menggantikan PM Hisyam Qandil. Digulingkannya Presiden Mursi diikuti dengan dibekukannya konstitusi Mesir, akan diadakannya pemilihan umum yang dipimpin oleh pemerintahan ad interim, penangkapan dan diberlakukannya larangan perjalanan (travel ban) bagi petinggi Ikhwanul Muslimin, penutupan sejumlah media Mesir, pembubaran Majelis Syuro. 13. Rakyat yang menentang kudeta merespon tindakan anti-demokrasi dari militer Mesir melalui kudeta dengan melakukan aksi bertahan (sit-in) di Rab’a Al Adawiyah wilayah Nasr City dan di Nahda Square di wilayah Giza. Dari kedua tempat tersebut memicu gelombang aksi demonstrasi rakyat di sejumlah titik lain di luar kota Kairo. Militer merespon aksi demonstrasi tersebut dengan kekerasan yang mengakibatkan jatuhnya 36 korban tewas di pihak sipil sampai dengan 4 Juli 2013 pasca Mursi digulingkan.
14
5. Kronologi
5.1. Pembantaian Massal Garda Republik Jumlah Korban: 51 syahid dan 435 luka-luka. Waktu
: Shalat Shubuh pk 03.17 (Tepatnya di Raka’at kedua, sedang sujud)
Hari
: Senin, 29 Sya’ban 1434 H – 8 Juli 2013 M.
Deskripsi
:
1. Pada Senin, Ramadan 1434 H - 8 Juli 2013, Pk 03.17 pagi, Dokter Yahya Musa Mantan Jubir Depkes, berada diluar Gedung Garda Republik (Paspamres) bersama sekitar 2000 pendukung Mursiy. Dokter Musa ini ikut mendirikan kemah untuk i`tishoom menentang penggulingan Mursiy yang diyakininya berada di dalam gedung Garda Republik. Ia duduk dekat kawat berduri
depan gedung, tak jauh dari nya duduk Dr
Ridho
Muhamadiy, seorang dosen di Al Azhar, dibelakangnya Prof. Yasir Thoha, dosen kimia di Al Azhar, mereka bertiga bersahabat dekat. Bersama-sama pada aksi damai dalam satu kemah. Sejam selepas Shubuh, Sang Profesor, Thaha, telah menemui ajalnya dengan peluru panas yang menembus lehernya. Muhamadiy juga tak sadarkan diri setelah ditembak pahanya. Sementara Musa, kedua kakinya tertembak, jari-jari tangannya pun banyak yang hilang. Mereka bertiga ini contoh kecil dari korban pembataian massal yang dilakukan militer terhadap demonstran damai. Telah terbunuh lebih dari 51 orang, dan 435 yang terluka, sementara dari pihak militer terdapat dua korban jiwa dan 42 lainnya luka-luka. 2. Militer mengklaim bahwa peristiwa ini merupakan aksi teroris (‘amal irhaabiy). Mereka katakan sekitar pk 04 pagi, 6 orang bersenjata mengendarai motor ke arah gedung, lalu
15
para demonstran damai berusaha ikut menerobos gerbang Garda Republik. Para tentara berusaha membela diri dan mempertahankan gedung. 3. Namun berdasar investigasi selama seminggu, juga wawancara dengan 31 saksi mata, baik dari para demonstran maupun kalangan dokter (tim medis) plus analisa konten rekaman video kejadian, tidak ditemukan bukti motor kelompok bersenjata. Bahkan dari penuturan banyak saksi, ada indikasi kuat bahwa milter lah yang melakukan serangan terorganisir atas kelompok aksi damai yang terdiri dari warga sipil tak bersenjata. 4. Militer menolak empat permintaan untuk mewawancarai para tentara yang berada di lokasi kejadian. Jubir militer menampilkan 3 gambar pro Mursiy yang sedang membawa senjata. Tapi setelah menela’ah apa yang di dalam konten rekaman video militer, nampak bahwa para demonstran melempari tentara dengan batu pada pk 04.05 pagi, yaitu tepatnya setengah jam setelah awal serangan tembakan dimulai . Mereka terbukti tidak membawa senjata.
5.2. Pembantaian Massal Monumen Sadat Jumlah Korban: 200 tewas dan 4500 luka-luka versi RS Darurat/ 60 tewas versi Kemenkes. Waktu
: Fajar setelah sholat Shubuh .
Lokasi
: Monumen Sadat dekat dengan Rab’ah Adawiyah.
Hari
: Senin, 18 Ramadan 1434 H – 27 Juli 2013 M.
Deskripsi
:
1. Setelah “Jum’at Al Furqoon”, 17 Ramadan 1434 H - 26 Juli 2013, betapa terhentaknya para penyokong kudeta melihat masyarakat tumpah ruah mendukung legitimasi dan melawan kudeta. Pemeran utama pembantaian ini adalah aparat yang berseragam polisi
16
dan preman bersenjata yang berpakaian sipil. Preman lebih menonjol dengan bertebaran menembaki demonstran secara ganas. Yang memilukan adanya para sniper yang menembaki para demonstran dari atas gedung Al Azhar. Tak heran jika kita dapati, banyak diantara korban yang tewas bukan disebabkan peluru nyasar, tapi disebabkan peluru yang tepat mengenai kepala dan dada. 3 minggu setelah pembantaian massal Garda Republik, lebih dari seratus nyawa terenggut akibat ulah biadab hasil kolaborasi preman dan aparat. 2. Egemen Bagis, Menteri Turki Urusan Uni Eropa mengecam keras terbunuhnya 200 an warga sipil dan lebih dari 4000 korban luka-luka dalam penembakan massal sejak fajar pagi Sabtu, “Kami sangat mengutuk penembakan atas warga sipil, perempuan dan anakanak, hanya karena mereka mengimpikan kembalinya kehidupan demkratis di negeri mereka”. 3. Ahmad Mansour, wartawan terkemuka Arab mengatakan “Sungguh, kejahatan ternista yang dilakukan as Sisiy terwujud pada suasana gembira dan justifikasi yang diperankan oleh kaum sekuler, liberal dan sindikat media yang merusak”. 4. Koran-koran di Inggris menyebutkan bahwa peristiwa Monumen Sadat ini merupakan pembantaian massal tersadis sejak lengsernya Mubarak.
5.3. Pembantaian Rab’ah Jumlah Korban: Lebih dari 2000 orang tewas dan puluhan ribu orang luka-luka Waktu
: Pukul 07.00 pagi
Hari
: Rabu, 14 Agustus 2013 M.
Kronologi
:
17
Pukul 01.15 Saksi mata mengatakan kepada situs berita rassd.com, bahwa kendaraan dan truk militer bergerak menuju Nadi Sikkah, Nasr City. 6 truk militer berisikan tentara menuju Nasr City dikawal dengan polisi berbaju sipil dengan kendaraan box.
Pukul 02.20 Kelompok anti kudeta yang berada di Rab'ah telah mengubah ruang media yang berada di dekat masjid menjadi rumah sakit darurat. Langkah ini diambil sebagai persiapan menghadapi hal yang tidak diinginkan dalam proses pembubaran demonstran damai di Rab'ah oleh pihak militer yang diperkirakan akan menggunakan kekerasan. Tersiar kabar bahwa pihak militer akan menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstran di Rab'ah, diantaranya dengan membakar tenda-tenda demonstran dan memutuskan aliran listrik ke lokasi tersebut.
Pukul 06.58 Untuk pertamakalinya jatuh korban dari pihak sipil dalam serangan militer. Tentara menembakkan senjatanya ke arah menara masjid. Dan snipper militer mengintai dari atas gedung Taiba Mall. Kemudian terlihat tentara dengan menggunakan kendaraan lapis baja dan kendaraan polisi yang melepaskan tembakan dan gas air mata.
Pukul 7.03
18
Keadaan semakin genting. Setelah menyerang demonstran di Rab'ah, keamanan dalam negeri menembakkan peluru tajam ke arah demonstran dan menembakkan gas air mata dari Jl. Anwar Al-Mufti, yang berada di belakang Taiba Mall. Dari arah jembatan 6 Oktober, setelah kendaraan lapis baja militer datang, disusul oleh kendaraan pihak kepolisian.
Pukul 7.08 Tentara militer Mesir memberikan keamanan kepada para polisi dengan menjadikan tank-tank mereka sebagai tameng.
Pukul 7.10 Pihak rumah sakit darurat yang ada di Rab'ah melaporakan, bahwa saat ini korban akibat serangan militer kepada demonstran damai bertambah menjadi 5 orang
Pukul 7.28 Di lokasi demonstrasi damai yang berbeda, tepatnya di lapangan An-Nahdhoh, pihak militer berhasil menerobos rintangan yang dibuat demonstran dari serangan militer. Belum ada informasi berapa jumlah korban yang jatuh di sana, dan beberapa helikopter tempur militer terus berputar-putar di atas langit lapangan Nahdhoh.
Pukul 7.35
19
Miiter dan polisi mulai menyerang dari arah Jl. Tairan dan menembakkan gas air mata ke arah demonstran. Kepolisian berpakaian sipil bersenjata datang dari arah Jl. Tairan dengan mendapatkan pengawalan dari militer.
Pukul 7.44 Dokter di rumah sakit darurat melaporkan bahwa jumlah korban mereka yang lemas akibat gas yang ditembakkan milite sebanyak 150 orang
Pukul 7.48 Internet diputus dari rumah sakit darurat, dan militer bertubi-tubi menembakkan gas air mata ke arah rumah sakit
Pukul 8.06 Seorang saksi mata melalui statusnya di jejaring sosial facebook menuliskan kronologis penyerangan yang ia hadapi. Awal serangan terjadi dari pada pukul 6.30 dari arah jl. Anwar Mufti yang berada di belakang Tiba Mall. Kemudian muncul di jalan kendaraan lapis baja milik militer. Selang 5 menit, kendaraan lapis baja sudah berkumpul di depan penghalang kantong pasir di jalan Anwar Mufti. Dan para demonstran kemudian berkumpul di belakang penghalang kantong pasir tersebut dan bersorak dengan damai ke arah para tentara. Tepat pukul 6.45 kepolisian kemudian menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa. Para demonstran kemudian tercerai berai dan mundur ke sekitar rumah sakit Rabi'ah Adawiyah.
20
Militer dengan kendaraan lapis bajanya berada di belakang pihak polisi dan mengamankan jalan mereka dengan menembakkan peluru tajam.
Awal kali tembakan peluru tajam dimuntahkan pada pukul 7 pagi tepat Saat ini saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bagaimana militer dan polisi mengarahkan senjata mereka dengan peluru tajam langsung ke arah para demonstran Desingan peluru membahana saat ini, tidak ada lagi suara lain yang melebihi itu diselingi yel-yel dari para demonstran
Pukul 08.00 Desingan suara tembakkan terus terdengar sejak pukul 7 pagi. Baik militer maupun polisi melakukan serangan secara membabi buta dengan senjata mereka kepada para pengunjuk rasa damai. Mereka menyerang dari empat arah dan menembakkan gas air mata secara intens.
pukul 08.33 Jumlah syuhda meningkat menjadi 77 orang. Tentara melepaskan tembakan gas air mata dan peluru tajam ke arah demonstran di Rab'ah dari empat arah; sholah salim, Tiba Mall, Thariq Nashar dan Thairan.
Pukul 08.57 Rumah sakit darurat di Rab'ah melaporkan, 120 orang syahid dan 5000 orang terluka di Rab'ah dan Nahdhoh.
21
Pukul 08.59 Laporan dari lapangan Nahdhoh, para demonstran diserang oleh peluru tajam, dan saksi mata mengatakan peluru-peluru itu ditembakkan oleh para polisi dan militer.
Pukul 09.09 Menteri Dalam Negeri versi kudeta, membantah pihaknya menggunakan kekerasan dalam membubarkan demonstran. Ia mengklaim polisi hanya menembakkan gas air mata. Ia kemudian menuduh bahwa pemberitaan yang disebar aljazeera tidak benar, dan menyebutkan media yang memberitakan hal serupa dengan kekerasan itu adalah media pro Ikhwan.
Pukul 09.13 Rakyat Mesir membuat kumpulan massa tandingan untuk menentang kudeta militer. Ribuan warga berkumpul di depan masjid Musthofa Mahmud. Namun mengalami kesulitan karena tentara dengan kendaraan lapis baja menghalangi warga untuk menuju ke lokasi masjid tersebut.
Pukul 09.35 Kerumunan massa anti kudeta yang berkumpul di depan masjid Musthofa Mahmud akhirnya diserang oleh tentara militer dan polisi. Mereka menembakkan gas air mata, peluru tajam dan peluru khurtus.
Pukul 10.17 Jumlah mereka yang syahid di Rab'ah Adawiyah sedikitnya sebanyak 500 orang dan korban luka yang berjumlah ribuan
22
Pukul 10.22 Kepolisian tembakkan Alkhourtousy, gas air mata ke arah demonstran di Alfumaskan.
Pukul 10.32 Militer Israel memutus saluran listrik ke rumah sakit darurat.
Pukul 11.32 Salah seorang sniper kedapatan menembak dari atas hotel An-Nashr di Rab'ah adawiyah.
Pukul 11.15 Baltaji: lebih dari 300 orang terbunuh di Rab'ah, dan tidak ada ambulance masuk. Gudang obatobatan sukses dibakar. Sudah empat jam serangan tembakan berlangsung tanpa henti dari berbagai arah.
Pukul 11.22 CNN merilis tentara Mesir melepaskan tembakan ke arah demonstran yang berupaya bergabung dengan demonstran Rab'ah.
Pukul 11.37 Sepuluh orang demonstran anti kudeta tewas ditembak oleh militer di Helwan.
Pukul 12.09
23
Salah seorang saksi mata mengatakan bahwa tentara dan polisi dengan senjata otomatis dari arah Tiba Mall
Pukul 12.19 Dr. Yahya Makiyah, Koordinator RS. Rab'iah melaporkan, lebih dari 2000 orang syahid dan puluah ribu terluka. Aula masjid Rab'ah menjadi kamar mayat.
Pukul 12.38 Seorang fotografer asing tewas dalam srangan ke demonstran Rab'ah.
Pukul 14.30 Putri petinggi IM, Aisyah Khairat Syathir bersama suaminya dan Asma' Albaltaji dikabarkan syahid.
Pukul 15.55 Skynews membenarkan bahwa salah seorang cameraman yang bernama Mick Dien bekerja selama 15 tahun tewas dalam penyerangan militer ke arah demonstran damai di Rab'ah.
Pukul 21.49 Rumah sakit darurat dibakar oleh militer pada waktu sore. Setelah mereka membubarkan para pengunjuk rasa dengan anarkis, menangkap para demonstran yang terluka dan mengeluarkan paksa jasad-jasad dari rumah sakit darurat tersebut.
24
Tanggal 15 Agustus 2013 Pukul 12.15 Para relawan memindahkan jasad-jasad syuhada Rab'ah yang ada di sekitar masjid untuk dibawa ke masjid Al-Iman
Pukul 13.20 keluarga syuhada di masjid Iman mempertahankan diri dari serangan militer, ada 315 jasad syuhada di dalam masjid Iman yang berhasil diselamatkan sebelum dibakarnya rumah sakit darurat di rab'ah adawiyah kemarin.
Pukul 20.12 Kameramen Rassd yang syahid ditembak dua peluru dalam serangan di Rab'ah. Mus'ah Syami. Kementerian kesehatan tidak mengeluarkan izin penguburan yang menerangkan bahwa Mus'ab meninggal karena ditembak oleh militer dengan dua peluru.
Tanggal 16 Agustus 2013 Pukul 00.37 Tentara militer menangkap pihak keluarga korban kejahatan di depan masjid Al-iman, mengepung dan menyerangnya., Dan meminta kepada para keluarga korban yang menginggalkan jasad syuhada di dalam masjid yang belum mereka kenali identitasnya. Lebih dari 150 jasad di dalamnya yang terkepung di dalam masjid, dan polisi mengeluarkan perinta untuk meninggalkan jasad korban di dalam masjid dan keluarganya keluar satu persatu.
25
Pukul 4.30 Seorang petugas medis, Ibrahim Musthofa tewas ditembak dengan sengaja oleh militer dengan dua tembakan di kepala dan ditulang belakang. Namun pihak kepolisian membantah hal itu dan menyebut itu karena kesalahan dan ketidaksengajaan polisi dalam menembak.
Pukul 11.19 Wagub Hasan Pernes, wagub Iskandaria yang mengundurkan diri mengatakan, bahwa Asisi digelari sebagai pembunuh tercepat karena dapat membunuh 4 orang tak berdosa dalam setiap satu menit selama 12 jam. Sehingga membunuh sebanyak 2600 syahid untuk di Rab'ah Adawiyah saja. Sedangkan tentara Mesir dalam sejarah bisa membunuh 2700 tentara Israel dan itu dilakukan selama peperang 10 Ramadhan
5.4. Pembantaian Ramsis Jumlah Korban: Lebih dari 80 orang tewas rata-rata korban tembak sniper militer Waktu
: Pukul 18.30 sore
Hari
: Jum’at, 16 Agustus 2013 M.
Kronologi
:
Pukul 11.57 Aliansi Nasional serukan gelar aksi secara massif di berbagai lapangan dalam aksi Jum'at amarah. Pukul 12.37 Demonstran terus berdatangan ke masjid Alfath, Ramsis. Pukul 14.38
26
Sebanyak 28 kumpulan aksi bergerak menuju lapangan Ramsis. Mereka menentang pembantaian yang dilakukan militer terhadap para demonstran yang berunjukrasa di Rab'ah dan Nahdhoh, dengan korban tewas lebih dari 2600 orang. Pukul 16.26 Mulai dibuka rumah sakit darurat di masjid Tauhid sekitar Ramsis, dan para dokter diumumkan agar turut bergabung. Karena militer sudah mulai melepaskan tembakan peluru tajam kepada para demonstran. Pukul 17.54 43 orang syahid ditembak peluru tajam polisi di Ramsis. Para jasad berada di dalam masjid Ramsis. Pukul 18.14 Longmarch dari Nasr City menuju Ramsis. Ratusan orang terluka dan 43 orang syahid. Tanggal 17 Agustus Pukul 9.36 Seorang anak tewas di Ramsis, ditembak oleh snipper di bagian lehernya yang berusia 10 tahun. Pukul 10.24 Tentara dan para preman bayaran masih berusaha menembus masjid alfath. Ada lebih 2000 orang yang berada di dalam masjid Alfath. Massa sudah berkumpul sejak pukul 6.30 sore kemarin. Syarif Manshur, seorang demonstran yang terkurung kepada situs berita rassd.com melaporkan, bahwa saat ini militer menembakkan 4 gas air mata ke dalam masjid
27
5.5. Pembantaian Penjara Abou Za'bal Jumlah Korban: 36 Tewas versi Ahram Waktu
: Pagi
Lokasi
: Penjara Abou Za’bal, Qolyubiyah.
Hari
: Ahad, 11 Syawal 1434 H – 18 Agustus 2013 M.
Deskripsi
:
1. Ada tiga kronologis mengenai kematian 38 tahanan ini: a. Berdasar keterangan kemendagri menyebutkan bahwa tawanan ini terbunuh karena berusaha melarikan diri dari penjara, namun hal ini dibantah oleh Kepala Lapas Abu Za'bal yang menegaskan tidak ada tindakan keributan di dalam penjara. b. Tahanan ini berusaha lari saat 700 tahanan dipindahkan dari penjara berbeda ke penjara Abou Za'bal, maka mereka pun ditembak, yang menyebabkan 37 orang meninggal. c. Berdasarkan penuturan kemendagri bahwa tawanan terbunuh akibat serangan milisi bersenjata yang tak diketahui yang berusaha melepaskan para tawanan. 2. Semua keterangan resmi dari aparat banyak kejanggalan dan Nampak rekayasa riwayat. Para ahli dan praktisi hukum mendapatkan bukti nyata bahwa korban jiwa di penjara Abou Za’bal ini mengalami fase penyiksaan, pembakaran dan pembunuhan sistematis. Keluarga korban menolak menerima jenazah sebelum dilakukan otopsi oleh tim pencari fakta karena telah hilangnya kepercayaan kepada lembaga hukum dan peradilan di era kudeta militer. 3. Para korban yang tewas dikarenakan mereka dimasukkan ke dalam bus tahanan lalu dilempari gas air mata dan terpanggang dalam mobil. 4. Dr Ahmad Arif, “Peristiwa hari ini sangat mengerikan reaksi dendam para penyokong kudeta setelah gagal menyempurnakan pembantaian massal di Masjid Al Fath, Ramses, dimana
28
kamera-kamera sederhana berhasil merekam dan mengungkap kebiadaban militer dan setelah berhasilnya para korban yang terkepung melarikan diri. Barang siapa yang berhasil kabur maka penyiksaan sudah menanti di penjara-penjara.. boleh jadi pembantaian ini sebagai perpanjangan tangan as Sisiy yang nyatakan ‘Mesir menampung seluas-luasnya ke seluruh elemen. Jadi siapa pun yang tunduk dan setuju dengan perusak Negara, berarti ia berhak hidup diatas muka bumi”.
29
6. Daftar Kejahatan Kemanusiaan dan Hukum Internasional yang dilanggar 1. Statuta Roma mencantumkan kejahatan kemanusiaan, kejahatan perang, agresi dan genosida sebagai yurisdiksi internasional yang bisa diadili di International Criminal Court (ICC). Pasal 7 Statuta Roma menjelaskan secara terperinci definisi kejahatan kemanusiaan yakni serangan yang meluas atau sistematik yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil yang mengakibatkan penderitaan, luka parah baik tubuh maupun mental ataupun kesehatan fisiknya. 2. Dari peristiwa demi peristiwa yang sudah dipaparkan di atas, kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukan militer Mesir terhadap demonstran dan hukum internasional yang dilanggar dapat digolongkan ke dalam kategori sebagai berikut, a. Pembunuhan b. Penganiayaan c. Penyiksaan d. Penyerangan, pembakaran terhadap masjid e. Perusakan dan Pembakaran rumah sakit dan tempat-tempat dimana orang sakit dan luka dikumpulkan f. Penyerangan dan perusakan fasilitas umum g. Perampasan kemerdekaan, perampasan kebebasan fisik secara sewenang-wenang, atau penghilangan paksa orang h. Kekerasan terhadap perempuan i. Kekerasan terhadap anak-anak j. Pembunuhan terhadap wartawan k. Pembunuhan terhadap tenaga medis l. Perlakuan terhadap jenazah m. Perlakuan terhadap pasien n. Penghilangan orang secara paksa o. Kekerasan yang tidak wajar terhadap demonstran 30
p. Pembubaran demonstran dengan paksa q. Kudeta terhadap pemerintah legitimate r. Penangkapan orang tanpa tuntutan jelas s. Tuduhan pidana yang tidak berbasis bukti jelas dan absennya asas praduga tak bersalah 3. Maka untuk menyeret pelaku maupun aktor intelektual aksi ke Peradilan Pidana Internasional, di sini diperlukan fakta-fakta dan saksi-saksi yang bersedia menjadi saksi di muka siding peradilan itu. 4. Detail kejahatan terhadap kemanusiaan, jumlah korban dan hukum internasional yang dilanggar sebagai berikut. No
Kejahatan
Jumlah
Hukum Internasional yang
terhadap
Korban
dilanggar
6.181
Roma Statuta Pasal 7 Ayat
orang
1(a); Pasal 8 Ayat 2(a)(i)
meningga
Deklarasi Universal PBB
l
tentang Hak Sipil dan Politik
Keterangan
Kemanusiaa n 1
Pembunuhan
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
(ICCPR) Universal Declaration of Human Rights Article 3 2
Penganiayaan
25.552
Roma Statuta Pasal 7 Ayat
orang
1(k); Pasal 8 Ayat 2(a)(ii-
luka-luka
iii), Universal Declaration of
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
Human Rights Article 3 3
Penyiksaan
??? orang
Universal Declaration of
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
Human Rights Article 3
31
4
Penyerangan,
???
Roma Statuta Pasal 8 Ayat
12
pembakaran
masjid,
2(b)(ix)
pengrusakan masjid di
Penyerangan dan
terhadap
Alexandria.
masjid
13
Masjid Rab’ah yang hancur
terbakar. 14
Saat-saat masjid Rab’ah
terbakar. 5
Perusakan dan ???
Roma Statuta Pasal 7 Ayat
Pembakaran
rumah
2(b)
rumah sakit
sakit, ???
dan tempat-
gedung
tempat
hancur
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
dimana orang sakit dan luka dikumpulkan 6
Penyerangan
?
dan perusakan
Roma Statuta Pasal 8 Ayat
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
2(b) ix
fasilitas umum 7
Perampasan
18.565
Roma Statuta Pasal 7 Ayat
kemerdekaan,
orang
2(i), Universal Declaration
perampasan
ditahan
of Human Rights Article 3
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
kebebasan fisik secara sewenangwenang, atau penghilangan paksa orang 12
http://www.youtube.com/watch?v=_0gpZ5gJYqE, dan http://www.youtube.com/watch?v=G91b2IitjrE. http://www.youtube.com/watch?v=OguZNqktaVc. 14 http://www.youtube.com/watch?v=KudBUhClovM 13
32
8
9
Roma Statuta Pasal 8 Ayat
15
terhadap
2,e (vi), Universal
pengepungan masjid Al Fath
perempuan
Declaration of Human
Ramses serta pelecehan atas
Rights Article 3
wanita bercadar.
Roma Statuta Pasal 8 Ayat
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
Kekerasan
Kekerasan
?
?
terhadap
3, b (i), Universal
anak-anak
Declaration of Human
Penyerangan dan
Rights Article 3 10
11
12
Pembunuhan
3 jurnalis
Roma Statuta Pasal 8 Ayat
terhadap
tewas, 6
2,c ( iv), Universal
wartawan
jurnalis
Declaration of Human
luka-luka
Rights Article 18
?
Roma Statuta Pasal 7 Ayat
Pembunuhan terhadap
2(b), Universal Declaration
tenaga medis
of Human Rights Article 3
Perlakuan
?
terhadap
Roma Statuta Pasal 8 Ayat
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
16
Korban-korban Yang
2(xxi)
dibakar di dalam masjid Al
jenazah (pembakaran
Iman. 17
Video mayat
jenazah)
bergelimpangan penuh sesak di Rab’ah Adawiyah, Nampak juga korban yang dibakar. 18
Tubuh-tubuh terpanggang di dalam kemah-kemah yang dibakar aparat.
15
http://www.youtube.com/watch?v=7c3wQmG0ibo.
16
http://www.awda-‐dawa.com/Pages/Articles/Default.aspx?id=18917 http://www.youtube.com/watch?v=YeR0jdtLzpU 18 http://www.youtube.com/watch?v=Hd1mKYuddS0 17
33
13
Perlakuan
?
terhadap
Roma Statuta Pasal 8 Ayat
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
2(xxi)
pasien 14
15
Penghilangan
?
Roma Statuta Pasal 7 Ayat
orang secara
2(i), Universal Declaration
paksa
of Human Rights Article 3
Kekerasan
?
Universal Declaration of
yang tidak
Human Rights Article 18 &
wajar
19
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
terhadap demonstran 16
17
Pembubaran
?
Universal Declaration of
demonstran
Human Rights Article 18 &
dengan paksa
19
Kudeta
?
terhadap
Universal Declaration of
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
Human Rights Article 21
pemerintah legitimate 18
19
Penangkapan
?
Universal Declaration of
orang tanpa
Human Rights Article 9, 10
tuntutan jelas
& 11
Tuduhan pidana yang
?
Universal Declaration of
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
*) Perlu didalami oleh Komnas KDM
Human Rights Article 11
tidak berbasis bukti jelas dan absennya asas praduga tak bersalah
34
7. Kesimpulan dan Rekomendasi 7.1. Kesimpulan 1. Telah terjadi kejahatan kemanusiaan (Crime Against Humanity) di Mesir yang dilakukan oleh rezim militer Mesir. Sejak peristiwa kudeta sampai saat ini militer Mesir telah melakukan berbagai kekerasan brutal yang menyebabkan 6.181 orang tewas, 25.552 lukaluka dan 18.565 dipenjara. 2. Kejahatan rezim militer pelaku kudeta di Mesir sudah dapat dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan, sebagaimana disebutkan dalam Statuta Roma, dan pelaku maupun actor intelektualnya harus diajukan ke International Criminal Court (ICC). Kejahatan-kejahatan mereka meliputi pembunuhan, penganiayaan, penculikan, penyerangan terhadap jurnalis, kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, penyerangan dan pembakaran terhadap masjid dan rumah sakit, perusakan fasilitas umum, dan sejumlah kekerasan lainnya. Kelompok HAM dari Amnesty International mengatakan bahwa aksi kekerasan ini menunjukkan terulangnya “pelanggaran pola lama” ala rejim Mubarak. 3. Pembantaian militer terhadap rakyat sipil sejatinya adalah bukan penegakan ketertiban, penegakan keamanan, apalagi penegakan hukum. Karena militer-lah yang justru merusak tatanan demokrasi dan kedamaian di Mesir dengan cara-cara yang inkonstitusional dan tidak demokratis. 4. Pembantaian militer yang menewaskan dan melukai ratusan hingga ribuan rakyat sipil, tidak dalam kondisi perang, adalah tidak memiliki justifikasi apapun dari hukum internasional dan bahkan dari hukum Mesir sendiri. 5. Pembantaian oleh militer tersebut adalah suatu kejahatan kemanusiaan (Crime Against Humanity) dimana pelaku maupun intelektualnya dapat dipidana maksimal. 6. Kejahatan terhadap Kemanusiaan di Mesir secara terang benderang melanggar Universal Declaration of Human Rights 1948, International Covenant on Civil and Political Rights 1966, Convention Against Torture 1984, dan Rome Statute on International Criminal Court 1998 utamanya tentang Hak Hidup (right to live) , Hak Bebas dari Penyiksaan (Freedom of Torture) dan Hak Atas Rasa Aman (Freedom from Fear). 7. Kebiadaban rezim militer tersebut mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Hal ini tercermin dari demo besar-besaran mengutuk serangan brutal militer Mesir meluas di seluruh 35
dunia, seperti Turki, Inggris, Belanda, Amerika, Jepang, Australia, Malaysia, Indonesia, Palestina, dan di banyak negara lagi yang tidak terekspos oleh media. Tidak ketinggalan, pemerintah negara-negara Turki, Ekuador, Venezuela, Inggris, Perancis, Jerman, Qatar, Iran, Amerika serta PBB secara tegas mengutuk aksi biadab tersebut. Namun, kecaman saja ternyata tidak cukup karena kekerasan masih terus berlanjut. 8. Rangkuman jumlah korban kebiadaban rezim militer sebagai berikut.
Hasil 50 Hari Kudeta Militer Berdarah Sumber : Prof. Dr. Sholah Sulthon, Guru Besar Fakultas Darul Ulum, Universitas Kairo19 25.552
>6.181
Luka-‐luka
Syahid 18.565 Dipenjara
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tragedi Garda Republik I Garda Republik II Ramses Rab’ah dan Nahda Damietta Masjid Qoid Ibrahim Monumen Sadat JS. Mansura Perempuan Mansura Mansyiah Penjara Abu Ja’bal Tentara Rafah
Syahid 5 111 7 4.712 9 7 250 3 4 1 52 25
Luka-‐luka 4 300 261 19.800 47 220 4500 122 200 100 0 2
Dipenjara 0 500 401 12.000 22 -‐ -‐ -‐ -‐ -‐ -‐ -‐
19
Salah Soltan, Op. Cit.
36
7.2. Rekomendasi Bedasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa rekomendasi yang mendesak untuk dilakukan, antara lain : 1. Sudah sepatutnya masyarakat internasional mengutuk peristiwa pembantaian tersebut dan mendorong para pelaku dan aktor intelektualnya untuk diadili di pengadilan pidana internasional. 2. Menuntut sikap tegas dan peran aktif pemerintah Republik Indonesia, pemerintah di negara-negara yang peduli atas kejahatan kemanusiaan dan Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan kekerasan dan kezaliman militer Mesir terhadap rakyatnya. Hendaknya diingat bahwa Indonesia memiliki hubungan historis dengan negara dan rakyat Mesir yang tercatat sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. 3. Buku Putih ini direkomendasikan menjadi bahan pokok untuk menyusun resolusi pemerintah RI kepada United Nation Human Rights Council di Jenewa tentang kejahatan kemanusiaan (Crime Against Humanity) di Mesir. Resolusi ini harus memuat isi agar Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk mengajukan kasus ini ke International Criminal Court atau United Nation Human Rights Council (sesuai hasil Commission on Enquiry).
37