PEMANFAATAN FESES DAN URIN SAPI SEBAGAI PUPUK ORGANIK DALAM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacg.) ODIT FERRY KURNIADINATA
Fakultas Pertanian - Universitas Mulawarman Provinsi Kalimantan Timur
ABSTRAK Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur saat ini semakin berkembang . Hampir disetiap kabupaten dan kota memiliki areal perkebunan kelapa sawit yang terus bertambah, sejalan dengan program Pemerintah Daerah Kalimantan Timur yakni peningkatan usaha dan pendapatan melalui penanaman sawit sejuta hektar . Terdapat beberapa persyarantan agar tanaman kelapa sawit dapat berproduksi dengan optimal, diantaranya adalah penggunaan benih unggul yang mampu berproduksi tinggi, pengelolaan kebun yang professional dan pembangunan pabrik CPO (crude palm oil) maupun biodiesel yang dapat menampung seluruh TBS (tandan buah segar) yang dihasilkan serta pemupukan yang tepat jenis, jumlah dan waktunya . Penggunaan pupuk anorganik (pupuk buatan) sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa saawit dapat dilengkapi dengan pemberian pupuk organik . Hal ini karena penggunaan pupuk organik secara tepat mampu mempertahanan dan memperbaiki tekstur tanah serta menyeimbangkan organisme didalam tanah yang tidak dapat dilakukan oleh pupuk anorganik, sehingga dapat menjamin daya dukung tanah terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit secara kontinyu. Pupuk kandang sapi merupakan salah satu pupuk organik yang dapat digunakan dalam perkebunan kelapa sawit, hal ini mengingat bahwa peternakan sapi dapat diintegrasikan dengan perkebunan kelapa sawit, sehingga pupuk kandang sapi yang diperoleh dari petemakan tersebut (berupa faeses dan urin) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik . Penggunaan faeses dan urin sapi sebagai pupuk organik memberikan keuntungan berupa harga yang relatif murah, mudah didapat, memiliki kandungan hara yang dibutuhkan oleh tanaman serta mudah dan murah dalam pengaplikasianya, sehingga sangat baik untuk diaplikasikan pada perkebunan kelapa sawit terutama pada perkebunan rakyat yang umumnya memiliki modal kecil dan tidak dapat melakukan pemupukan secara intensif apabila secara keseluruhan menggunakan pupuk anorganik . Kota kunci : Feses sapi, urin sapi, kelapa sawit, pupuk organik PENDAHULUAN Kalimantan Timur mempunyai areal lahan kering yang cukup luas dan potensial untuk dikembangkan menjadi areal perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar yang dikelola oleh pemerintah atau swasta, selain itu Kalimantan Timur memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah dan sampai saat ini berbagai industri telah banyak berkembang dengan memanfaatkan sumber daya alam tersebut, balk sektor migas maupun non migas . Perkebunan merupakan sub sektor pertanian yang dapat menyediakan lapangan pekerjaan cukup banyak selain dapat menambah devisa bagi negara bila dikelola secara cermat dan bertanggung jawab . Selain itu perkebunan merupakan satu usaha yang
dapat diperbaharui (renewable resources) serta sebagai alternatif usaha yang sangat prospektif untuk dikembangkan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya . perkebunan yang dapat Komoditas diunggulkan guna menambah devisa di samping dapat meningkatkan pendapatan keluarga serta kesejahteraan masyarakat diantaranya adalah tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacg .) . Secara agronomis tanaman ini mudah ditanam, mudah tumbuh, dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya . Beberapa aspek penting yang melatarbelakangi memilih komoditas kelapa sawit adalah sebagai berikut :
65
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak
1 . Pemanfaatan dan penggunaan produk yang berbahan baku asal minyak sawit semakin luas . 2 . Ditemukannya teknologi pengolahan minyak sawit yang semakin maju . 3 . Adanya penemuan varietas-varietas tanaman sawit yang mempunyai daya hasil dan kualitas minyak yang tinggi . 4 . Minyak sawit mempunyai keunggulan tertentu yang tidak mudah tersaingi oleh minyak sintetis lainnya . 5 . Meningkatnya harga bahan bakar minyak bumi di samping telah berkurangnya potensi minyak bumi . 6 . Memiliki posisi strategis dalam pembangunan daerah maupun pembangunan nasional, ditinjau dari aspek pengembangan wilayah bukaan baru, kependudukan, menciptakan prakondisi industrialisasi, pembangunan ekonomi pedesaan dan kemitraan . 7 . Prospek pemasaran jangka panjang cukup balk, karena kebutuhan akan minyak nabati pada tahun-tahun mendatang diperkirakan akan terus meningkat secara proporsional sejalan dengan perkembangan penduduk . 8. Produk minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) dapat dikembangkan menjadi puluhan industri hilir, yang akan memberi peluang bagi pengembangan perekonomian rakyat . Kondisi Kalimantan Timur sangat cerah untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit . Hal ini sesuai dengan visi dan misi pembangunan daerah yaitu pengembangan sumber daya alam yang dapat diperbaharui . Selain itu areal penanaman kelapa sawit di Indonesia dan di Kalimantan Timur sampai saat ini menunjukkan peningkatan yang cukup besar, sehingga sejalan dengan program pemerintah daerah Kalimantan Timur yakni peningkatan usaha dan pendapatan melalui penanaman sawit sejuta hektar . Terdapat beberapa persyaratan agar produksi tanaman kelapa sawit optimal serta memiliki mutu yang balk, diantaranya adalah penggunaan benih unggul yang mampu berproduksi tinggi, pemupukan yang tepat jenis, jumlah dan waktunya, pengelolaan kebun yang professional dan pembangunan pabrik CPO (Crude Palm Oil) maupun Biodiesel yang
66
dapat menampung seluruh TBS (Tandan Buah Segar) yang dihasilkan . Hal ini penting untuk diperhatikan karena penggunaan benih yang tidak memiliki kualitas yang baik maupun penggunaan pupuk yang tidak tepat menyebabkan produksi yang rendah . Salah satu jenis pupuk yang dapat diaplikasikan dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk yang berasal pcternakan sapi, yaitu kotoran sapi berupa feses maupun urin sapi . Pupuk kandang sapi merupakan salah satu pupuk organik yang bermanfaat dalam meningkatkan kualitas tanah balk tekstur maupun kandungan unsur hara bagi tanaman . Penggunaan pupuk kandang sapi merupakan salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman kelapa sawit yang umumnya disuplai dengan menggunakan pupuk buatan (anorganik) . Penggunaan pupuk organik memiliki beberapa keunggulan apabila dibandingkan dengan penggunaan pupuk buatan, diantaranya harga yang murah, mudah didapat, serta mampu memperbaiki struktur tanah . TANAMAN KELAPA SAWIT Kelapa sawit termasuk komoditas pertanian yang banyak diminati oleh investor untuk dikembangkan karena nilai ekonominya yang cukup tinggi . Menurut Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, luas pertanaman kelapa sawit tahun 2002 di Kalimantan Timur adalah 139 .174 ha (ANONIM, 2003) . Hal ini terus akan meningkat karena adanya program pengembangan kelapa sawit sejuta hektar yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sampai tahun 2010 . Perkembangan ekspor yang terus meningkat disertai dengan harga yang semakin membaik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit cukup potensial untuk dikembangkan . Hal ini terlihat dari data tahun 1988 volume ekspor minyak sawit sebesar 852 .843 ton dengan nilai US $ 333 .866, tahun 1989 volume ekspor minyak sawit sebesar 917 .291 ton dengan nilai US $ 297 .728 dan tahun 1990 volume ekspor minyak sawit sebesar 973 .683 ton dengan nilai US $ 307 .689 serta tahun 1991 volume ekspornya mencapai 1 .167 .689
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak
ton dengan nilai US $ 335 .481 (BALM INFORMASI PERTANIAN, 1992) . Pada umumnya tanaman kelapa sawit di Indonesia berasal dari bibit yang dikembangbiakan dengan cara generatif, yaitu dengan biji . perkembangan sejalan dengan Namun, teknologi, pengadan bibit kelapa sawit sudah dilakukan dengan menggunakan dapat teknologi kultur jaringan . Cara ini dinilai Iebih praktis dan mampu menghasilkan bibit yang seragam (FAUZI et al., 2003) . Bibit yang dihasilkan kemudian dipindahkan ketahap hingga kemudian ditanam pembibitan dilapangan . Disebutkan oleh LUBIS (1992), sistematika kelapa sawit adalah Divisi : Tracheophyta ; Subdivisi : Pteropsida ; Klas : Angiospermae ; Subklas : Monocotyledoneae, Ordo : Palmales ; Famili : Palmaceae ; Subfamili : Palmaniae ; Genus ; Elaeis ; Spesies : Elaeis guineensis Jacq . Morfologi tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif meliputi bunga, dan buah .
Daun Susunan daun tanaman kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk . Daundaun tersebut akan membentuk suatu pelepah daun yang panjangnya dapat mencapai 7,5-9 m . Jumlah anak daun pada tiap pelepah berkisar antara 250-400 helai . Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm . Pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai tua mencapai waktu sekitar 7 tahun, dan jumlah pelepah dalam satu pohon dapat mencapai 60 pelepah (RISZA, 1993) . Bunga
Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter . Akar primer tumbuh ke bawah permukaan tanah, sedangkan akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan tanah . Secara umum fungsi utama akar adalah menyangga bagian atas tanaman, menyerap air, dan unsur hara dari dalam tanah (IMAM dan YUSTINA, 2001) .
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur sekitar 2 tahun . Pembungaan kelapa sawit termasuk monoccious yaitu bunga jantan dan bunga,betina terdapat dalam satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama . Kadang dijumpai dalam satu tandan terdapat bunga jantan dan bunga betina, bunga seperti ini disebut bunga banci (hermaprodit) . Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk secara silang dan juga menyerbuk sendiri . Bunga jantan dan bunga betina keluar dari ketiak pelepah daun . Satu tandan bunga jantan terdiri dari kurang Iebih 200 spiklet, dalam satu spikiet terdapat 700-1 .000 bungajantan . Dalam satu tandan bunga jantan terdapat sekitar 50 g tepungsari (RISZA, 1993) . Satu tandan bunga betina terdiri dari kurang lebih 200 spiklet, dalam satu spikiet terdapat kurang Iebih 20 bunga betina . Dalam satu tandan bunga betina terdapat kurang Iebih 3 .000 bunga betina (FAUZI et al., 2003) .
Batang
Buah
Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya tidak mempunyai kambium, dan umumnya tidak bercabang . Batang kelapa sawit tumbuh tegak dibungkus oleh pangkal pelepah daun . Batang berbentuk silender berdiameter 0,5 m pada tanaman dewasa . Bagian bawah batang umumnya Iebih besar disebut bongkol batang (bow!) . Sampai umur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah daun yang belum dipangkas . (LUBIS, 1992)
Proses pembentukan buah sejak penyerbukan sampai buah matang kurang Iebih enam bulan . Proses pematangan buah dapat terjadi Iebih lambat atau Iebih cepat tergantung dari keadaan iklim setempat . Jumlah buah dalam satu tandan dewasa dapat mencapai kurang Iebih 2 .000 buah . Panjang buah antara 2-5 cm dan beratnya berkisar 10-20 g (FAUZI el al., 2003) . Warna buah kelapa sawit tergantung dari varietas dan umurnya . Buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah warna menjadi hijau hitam . Semakin tua warna buah
Akar
67
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak
menjadi kuning muda dan pada waktu masak berwarna merah kuning (jingga) . Perubahan warna pada Wit buah terjadi karena proses pembentukan minyak pada daging buah (mesocarp) dan butir-butir minyak mengandung zat warna carotein (R!SZA, 1993 ; IMAM dan YUSTINA, 2001) . Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang terdiri dari 3 bagian yaitu : I . Lapisan luar (Epicarpium) disebut kulit luar . 2 . Lapisan tengah (Mesocarpium) disebut daging buah, mengandung minyak sawit . 3 . Lapisan dalam (Endocarpium) disebut inti, mengandung minyak inti . Diantara inti dan daging buah terdapat lapisan tempurung (cangkang) yang keras. Biji kelapa sawit (kernel) terdiri dari 3 bagian yaitu : 1 . Kulit biji (Spermodermis) disebut cangkang . 2 . Tali pusat (Funiculus) 3 . Inti biji (Nucleus seminis) Di dalam inti biji terdapat lembaga (embrio) yang merupakan calon tanaman baru . Secara anatomi, bagian-bagian buah kelapa sawit dari luar ke dalam adalah sebagai berikut : 1 . Pericarpium, terdiri dari : a . Epicarpium yaitu kulit buah yang keras dan licin . b . Mesocarpium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak . 2 . Biji terdiri dari : a . Endocarpium (cangkang atau ternpurung), berwarna hitam dan keras . b . Endosperm (kernel atau daging buah), berwarna putih dan dari bagian ini akan dihasilkan minyak inti sawit setelah melalui ekstraksi . Lembaga (embrio) : Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dibedakan dalam 3 tipe yaitu : 1 . Tipe Dura : Tempurung (cangkang) sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah . 2 . Tipe Pisifera : Tempurung (cangkang) sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin dan hampir tidak
68
kandungan minyak bertempurung, dalam buah tinggi . 3 . Tipe Tenera : Merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu dengan Pisifera sebagai pohon bapak . Tenera bertempurung tipis dan kandungan minyak tinggi . (FAUZI et al., 2003) . PUPUK KANDANG SAPI Pengunaan pupuk anorganik merupakan hal yang umum dilakukan dalam perkebunan kelapa sawit . Terdapat bermacam merk dan jenis pupuk anorganik yang beredar di pasaran, termasuk pula keberadaan pupuk palsu yang akan merugikan perkebunan kelapa sawit . Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit meliputi kebutuhan unsur hara yang terdiri dari unsur hara makro dan mikro yang terdiri dari N, P, K, Ca, Mg, S, B, Mo, Cl, Zn, Cu, Fe dan Mn yang tersedia dalam tanah, dan disuplai oleh penggunaan pupuk terutama pupuk anorganik yang memiliki kandungan hara yang cukup tinggi seperti penggunaan Urea, SP-36, KCL, pupuk majemuk, dan lain sebagainya 2006 ; (RoSMARKAM dan YUwoNO, INDRANADA, 1986) . Namun penggunaan pupuk anorganik dalam jangka panjang secara terus-menerus dan tidak terkontrol akan berdampak buruk pada kesuburan tanah dan lingkungan disekitar areal perkebunan . Disebutkan oleh NOVIZAN (2005) bahwa penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah serta menyebakan penurunan pH tanah, menggangu keseimbangan organisme didalam tanah dan mengganggu kualitas air permukaan . Ditarnbahkan oleh SUTEJO (2002) bahwa penggunaan pupuk anorganik sebaiknya ikuti dengan pemberian pupuk organik sebagai pelengkap dan penyeimbang penggunaan pupuk anorganik, karena sifatnya yang mampu menjaga struktur tanah dan menjaga keseimbangan organisme didalam tanah . Dalam budidaya tanaman kelapa sawit selain menggunakan pupuk anorganik dapat juga digunakan pupuk organik . Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan adalah pupuk kandang . Pupuk ini merupakan alternatif pengganti maupun sebagai pelengkap pupuk anorganik . Pupuk kandang memiliki kan-
Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak
dungan unsur hara yang sangat bervariasi tergantung waktu dan cara penyimpanannya, jenis hewan, dan kesehatan hewan . Selain dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman, pupuk kandang juga membantu memperbaiki
struktur tanah dan aktifitas hewan dan mikroba tanah . Tabel 1 . menunjukkan bahwa rata-rata kandungan unsur hara beberapa jenis pupuk kandang
Tabel 1 . Rata-rata kandungan unsur hara beberapa jenis pupuk kandang Pupuk kandang
N
Sapi Kambing Domba Babi Ayam
5 8 10 9 15
Sumber : AGUS dan
Kandungan P kg /ton pupuk kandang 2 7 7 3 5
K
Ca
5 15 15 6 6
3 8 17 12 23
RUIrrER (2004)
Selain jenis pupuk yang didaparkan sumber pupuk tersebut, pupuk kandang juga dibagi menjadi pupuk kandang bahan padat (feses) dan pupuk kandang bahan cair (urin) . Disebutkan oleh TISDALE dan NELSON (1966) disitasi SUTEJO (2002) bahwa rata-rata kandungan unsur hara pupuk kandang sapi dibagi dua yaitu bahan padat (feses) mengandung N sebesar 0 .40%, P205 sebesar 0 .20% dan K 2 0 sebesar 0 .10%, sedangkan bahan cair (urin) mengandung N sebesar 1 .00%, P 2 0 5 sebesar 0 .20% dan K 2 0 sebesar 1 .35%. Pupuk kandang sapi memiliki kandungan hara yang relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan jenis pupuk kandang lain, namun hal bukan berarti bahwa pupuk kandang sapi tidak dapat digunakan . Disebutkan oleh NOVJZAN (2005) pupuk kandang sapi padat yang telah kering termasuk kedalam pupuk yang berdekomposisi lambat sehingga panas yang dikeluarkan dalam proses tersebut relatif kecil sehingga aman untuk digunakan pada tanaman dan didukung oleh RACHMAWATI dan MANSHUR (2000) yang menyebutkan bahwa pupuk kandang sapi paling baik untuk digunakan sebagai pupuk karena sifatnya yang dingin . Sedangkan menurut SUTEJO (2002) bahwa urin sapi selain dapat diserap lebih cepat oleh tanaman karena berbentuk cair, juga mengandung unsur N dan K yang cukup tinggi . Selain kandungan hara yang dimiliki, pupuk kandang sapi relatif lebih mudah didapatkan, terutama untuk aplikasi pada
perkebunan kelapa sawit mengingat peternakan sapi dapat diintegrasikan dengan perkebunan kelapa sawit . Disebutkan oleh MARSONO dan SIGIT (2002) bahwa pupuk kandang sapi lebih banyak digunakan sebagai pupuk karena ketersediannya yang lebih banyak dibandingkan hewan lain . PEMANFAATAN FESES DAN URIN SAPI Dalam pengaplikasiannya, feses sapi (pupuk padat) yang telah kering dapat digunakan langsung sebagai pupuk dan dapat pula diolah terlebih dahulu menjadi bokashi agar proses dekompisisi pupuk tersebut lebih sempurna dan siap untuk diberikan ke tanaman . Sedangkan pupuk urin sapi (pupuk cair) harus melalui proses fermentasi terlebih dahulu untuk kemudian dapat digunakan pada tanaman . Adapun cara pembuatan bokashi pupuk kandang sapi adalah : Bahan
• Kotoran sapi : 300 kg • EM4 : 200 mI • Rumput sisa makanan ternak : 150 kg • Gula pasir : 200 g • Air: secukupnya Cara pembuatan 1 . EM4 dan gula pasir yang telah dicairkan dilarutkan ke salam air
69
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak
2 . Kotoran sapi dan rumput sisa makanan ternak dicampur secara merata 3 . Larutan EM 4 disiramkan secara perlahan-lahan kedalam adonan secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30% atau bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan dan apabila adonan dilepas maka adonan akan megar 4 . Adonan dimasukkan kedalam karung goni selama bebera?a hari . Pertahankan suhu donan 40-50 C . Jika suhu lebih dari 50° C, karung dibuka dan adonan dibolak-balik sebentar kemudian karung ditutup kembali 5 . Setelah lebih kurang 4-5 hari, bokashi telah slap digunakan dengan indikasi pupuk terlihat berwarna kehitaman, suhu tidak lagi panas, tidak berbau dan teksturnya yang remah . Adapun cara pembuatan pupuk urin sapi adalah : Bahan
• • •
Urin sapi : 100 liter EM 4 : I liter Gula pasir : 1 kg
Cara pembuatan 1 . Ketiga bahan dicampur dan dimasukkan kedalam tempat penampungan dengan tutup (drum) dan diaduk agar merata kemudian ditutup . 2 . Satu hari sekali drum dibuka tutupnya kemudian larutan diaduk rata untuk mengeluarkan gas yang terbentuk selam proses fermentasi, kemudian drum ditutup kembali 3 . Setelah lebih kurang 7 hari pupuk urin sapi telah dapat digunakan dengan indikator pupuk urin terlihat berwarna kehitaman dan bau yang tidak terlalu menyengat. Hasil penelitian NOORHIDAYATI (2005) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urin sapi mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L Var . monel) . Hal ini menunjukkan bahwa pupuk urin sapi dapat segera diserap oleh tanaman, sesuai dengan pendapat oleh LINGGA dan MARSONO (2003) bahwa penggunaan pupuk berbentuk cair mampu menyediakan
70
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dengan cepat . Pengaplikasian pupuk kandang sapi balk dalam bentuk padat (feses dan bokashi pupuk kandang sawit) dan pupuk urin sapi dapat digunakan pada setiap masa pertumbuhan sawit sebagai pelengkap penggunaan pupuk anorganik, sejak pembibitan hingga tanaman berproduksi . Pupuk padat dapat digunakan dalam kegiatan pembibitan kelapa sawit dengan cara dicampurkan dengan media pembibitan (tanah) dalam polybag. Serta diberikan pada saat penanaman sawit dilapangan dengan cara memberikan pupuk padat kandang sapi didalam lubang tanam yang telah disiapkan . Selain itu penggunaan pupuk padat ini dapat diberikan pada areal penanaman sawit yang telah berproduksi dengan cara larikan ataupun membuat ) ubang tanam disekitar tanaman sawit, bersama dengan pupuk urin sapi yang telah difermentasi . Disebutkan oleh PLASTER (1992) cara pemupukan yang umum dilakukan adalah ditebar dipermukaan tanah, dibenam di dalam tanah, disemprot pada daun, atau melalui air irigasi yang biasa disebut fertigasi . Cara terakhir dipandang lebih efisien terutama pada areal pembibitan kelapa sawit, mengingat pemupukan dengan cara ditebar dipermukaan tanah ternyata banyak terbuang dan pembenaman pupuk padatan memerlukan lebih banyak air dan waktu untuk dapat diserap tanaman . Fertigasi banyak dikembangkan melalui sistem irigasi curah, irigasi pancaran (menggunakan springkle) dan irigasi tetes dengan hasil yang memuaskan, yakni dapat menghemat pupuk, tenaga, dan jumlah serta waktu pemberian dapat disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi . Mengingat harganya yang relatif murah, manfaat serta ketersediaannya, maka penggunaan pupuk kandang sapi dinilai sangat tepat didalam kegiatan perkebunan kelapa sawit terutama perkebunan rakyat (plasma) yang umumnya memiliki modal yang tidak terlalu besar . Dengan menggunakan pupuk kandang sapi biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk membeli pupuk anorganik dapat dikurangi . Selain itu untuk kebutuhan akan pupuk kandang sapi juga dapat dengan mudah dipenuhi apabila dilakukan integrasi peternakan sapi dengan perkebunan kelapa sawit .
Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Indusiri Olahannya sebagai Pakan Ternak
Para petani kelapa sawit ataupun pekerja pada perusahaan kelapa sawit dapat menikmati keuntungan tambahan berupa semakin mudahnya mendapatkan pupuk kandang sapi
Saran 1.
kelapa sawit perlu dilakukan dengan
balk
tepat dan sesuai dengan kebutuhan
feses maupun urin sebagai pupuk organik, hasil peternakan berupa daging dan susu sapi, serta
tanaman 2.
ketersediaan pakan sapi dari perkebunan kelapa sawit, seperti pelepah sawit, rerumputan/hijauan diantara pohon sawit maupun limbah sawit yang dapat diolah menjadi pakan 3.
sapi .
Penggunaan pupuk kegiatan perkebunan
Dalam perkebunan kelapa sawit sebaiknya digunakan pupuk kandang sapi sebagai pupuk organik unutk
meleng-
kapi penggunan pupuk anorgaik Perlu percontohan atau pilot
project
dalam jumlah terbatas oleh pemodal (perusahaan) sebelum dikembangkan secara luas .
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1 . Agar tanaman kelapa sawit berproduksi optimal,
perlu
adanya
penggunaan
benih unggul yang mampu berproduksi tinggi, pemupukan yang tepat jenis, jumlah dan waktunya, pengelolaan kebun
yang
professional
dan
pembangunan pabrik CPO
(Crude Palm
Oil)
yang
maupun Biodiesel
dapat
menampung seluruh TBS (Tandan Buah Segar) yang dihasilkan 2.
Penggunaan pupuk anorganik dalam waktu
yang lama
dan berkelanjutan
dapat
mempengaruhi
stuktur tanah
menjadi kurang menguntungkan bagi tanaman kelapa sawit . 3.
Penggunaan sebagai
pupuk
membantu tanah,
pupuk kandang
sapi organik mampu
mempertahankan struktur
meningkatkan populasi jasad
renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air serta menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman kelapa sawit . 4.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari
tanaman
penggunaan dilakukan
kelapa sawit, pupuk kandang
sebagai
pelengkap
maka sapi dari
penggunaan pupuk anorganik . 5.
Penggunaan pupuk kandang sebagai pelengkap
pupuk
anorganik
dapat
dilakukan pada perkebunan kelapa sawit
AGUS dan RuuTER . 2004 . Perhitungan kebutuhan pupuk. Word Agroforestry Center . Jakarta . ANONIM . 2003 . Peluang investasi perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur . Dinas Perkebunan Kalimantan Timur . Samarinda . BALAI INFORMASI PERTANIAN . 1992 . Statistika Perkebunan Indonesia Tahun 1990 - 1992 Kelapa Sawit . Departemen Pertanian . Jakarta . FAUZI, Y ., WIDYASTUTI, Y .E ., SATYAWIBAWA, 1 ., dan HARTONO, R. 2002 . Kelapa sawit budidaya, pemanfaatan hasil dan limbah, analisis usaha dan pemasaran . Penebar Swadaya . Jakarta . IMAM, S . dan E . W . YUSTINA. 2001 . Kelapa sawit, budidaya pemanfaatan hasil dan aspek pemasaran . Penebar Swadaya . Jakarta . INDRANADA . 1986 . Pengelolaan kesuburan tanah . Bina Aksara . Jakarta . LUBIS, A . U . 1992 . Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacg.) di Indonesia . Pusat Penelitian Perkebunan Marihat . Bandar Kuala, Pematang Siantar. Sumatera Utara . MARSONO dan SIGIT, P . 2002 . Pupuk akar jenis dan aplikasi . Penebar Swadaya . Jakarta . NOORHIDAYATI . 2005 . Pemanfaatan bokashi sapi dan fermentasi urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman baby buncis (Phaseolus vulgaris L . Var. Monel) . Fakultas Pertanian Univeritas Mulwarman . Samarinda. (Unpublish) .
khususnya pada perkebunan rakyat (plasma)
mengingat harganya relatif
lebih murah dan mudah untuk didapat .
NovIZAN . 2005 . Petunjuk pemupukan yang efektif. PT . AgroMedia Pustaka. Jakarta. PLASTER, E .J . 1992 . Soil science and management . Second edition . Delmar Publisher Inc . Albany New York . 12212 .
71
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawa dan Industri Olahannya sebagat Pakan Ternak
RACHMAWATI,
M . dan MASHUR . Ilmu bokashi . Lembaga Indonesia . Jakarta .
Pupuk Pengetahuan
2000 .
ROSMARKAN, A . dan YUWONO,N .W . 2006 .
Pupuk dan cara pemupukan . Rineka Cipta.Jakarta .
SuTeJO, M .M . 2002 .
RISZA, S . 1993 . Kelapa sawit, upaya peningkatan
produktivitas . Kanisius . Yogyakarta .
t
72
Ilmu
kesuburan tanah . Kanisius . Jakarta