Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT Lembaga Riset Perkebunan Indonesia
INOVASI TEKNOLOGI Teknologi kompos dari tandan kosong sawit Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah pada pabrik kelapa sawit (PKS)/ yang jumlahnya sekitar 23% dari tandan buah segar (TBS) yang diolah. Biasanya TKS dibakar di incinerator dan abunya dimanfaatkan sebagai pupuk, tetapi cara ini sudah tidak diizinkan lagi karena mencemari lingkungan. Oleh karena itu pada saat ini TKS banyak digunakan sebagai mulsa pada tanaman kelapa sawit dewasa yang sekaligus berfungsi sebagai pupuk organik. Akan tetapi cara ini memerlukan biaya transportasi dan penyebaran yang cukup besar. Alternatif lainnya yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi dari sekedar aplikasi TKS di lapang adalah pengolahan TKS menjadi kompos. Pemanfaatan TKS untuk kompos di PKS dengan kapasitas olah 30 ton TBS/jam memberikan nilai ekonomis yang sangat besar. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa potensi keuntungan yang dihasilkan adalah sekitar Rp 2,8-3 milyar per tahun atau setara dengan keuntungan yang dihasilkan oleh sekitar 1.200 ha kebun kelapa sawit dengan asumsi keuntungan/kg TBS adalah 130 rupiah dan dengan investasi pabrik kompos sebesar Rp 3,18 milyar yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan investasi 1.200 ha kebun yaitu sekitar Rp 24 milyar. Keunggulan lain teknologi ini ialah penggunaan seluruh limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) sehingga biaya pengolahan timbah tidak diperlukan lagi. Kompos banyak digunakan untuk tanaman hortikultura/sehingga PKS yang dekat dengan daerah hortikultutra seperti di sekitar Medan/Lampung, Sumatera Barat/Bengkulu dan Jawa Barat mempunyai peluang yang baik untuk mengembangkan pabrik kompos. Pada saat ini PPKS telah memproduksi kompos dengan kualitas baik di PKS Mini Aek Pancur (kapasitas 6 ton TBS/jam) dengan skala 5 ton per hari. Saat ini akan dikembangkan menjadi 10 ton kompos per hari yang hasilnya dipasarkan ke petani hortikultura di Berastagi dan PT Perkebunan Nusantara IV. Perbandingan pengelolaan limbah kelapa sawit Secara umum teknologi pengomposan lebih unggul dibandingkan dengan teknologi pengolahan limbah lainnya karena teknologi ini merupakan kombinasi pengolahan limbah cair dan limbah padat dalam satu proses (Lampiran 1). Dengan demikian biaya pengolahan LCPKS dapat dihilangkan dan sebagai hasil akhir diperoleh kompos bermutu tinggi yang dapat dijual atau digunakan sendiri untuk perkebunan kelapa sawit sebagai pupuk alternatif.
67
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Kandungan hara limbah Kandungan hara kompos yang dicampur dengan LCPKS paling tinggi dibandingkan limbah lainnya (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa kompos TKS yang dibuat oleh PPKS mempunyai kualitas yang baik. Selain itu dengan pemanfaatan kedua jenis limbah ini, yaitu TKS dan LCPKS maka selain nilai tambah yang meningkat, juga mendukung program pelestarian lingkungan yang mengarah pada zero emision. Data untuk perencanaan pengomposan TKS Dalam pembuatan pengomposan TKS digunakan asumsi dasar sebagai berikut: •
Kapasitas olah PKS •
TBS diolah
• 30 ton TBS/jam
•
Produksi limbah cair
•
Produksi tandan kosong
• 600 ton/hari 480 mVhari 138 ton/hari 50%
•
Rendemen kompos
• Rp 250.000,-
•
Produksi kompos
• 20.700 ton/th Rp 250.000,-
•
Harga kompos bulk/ton
Teknologi produksi kompos a. Persiapan lahan Untuk proses pengomposan TKS dari PKS kapasitas 30 ton TBS/jam diperlukan lantai pengomposan dengan luas 25.000 m2, lantai dibuat dari semen cor dengan ketebalan 12 cm. Lokasi pengomposan sebaiknya tidak jauh dari pabrik untuk memudahkan pengangkutan TKS dan pengaliran LCPKS. Lahan ini digunakan sebagai lokasi pengomposan untuk 138 ton TKS/hari atau 5.796 ton TKS per 42 hari. Sekitar 10-20 % dari lantai pengomposan sebaiknya beratap untuk digunakan sebagai areal pengeringan, pengayakan dan pengepakan. Dasar perhitungan serta areal yang dibutuhkan untuk PKS kapasitas olah 30 ton per jam adalah sebagai berikut: • Waktu pengomposan
: 42 hari
• Kebutuhan areal
: 600 m2 per hari (25.000 m2 per 42 hari)
• Panjang tumpukan
: 220 m per hari (9.240 m per 42 hari)
b. Persiapan bahan baku Tandan kosong sawit dicacah dengan menggunakan mesin pencacah (chipper) yang dirancang khusus oleh PPKS dengan ukuran antara 40 - 60 mm. TKS yang telah dicacah dibawa ke lokasi pengomposan dengan menggunakan dump truck.
68
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
c. Proses pengomposan Tandan kosong sawit yang telah dicacah dibuat menjadi tumpukan memanjang dengan ukuran lebar 3 m dan tinggi 1,2 m. Pembuatan tumpukan dilakukan dengan wheel loader. Selama proses pengomposan/tumpukan disiram dengan sejumlah tertentu air limbah cair PKS segar dan dibalik dengan mesin pembalik. Pembalikan dan penyiraman dilakukan 5 kali dalam satu minggu. Perubahan suhu selama proses pengomposan diukur setiap hari. Proses pengomposan berlangsung selama 42 hari. Peralatan dan bangunan yang dibutuhkan Persiapan bahan
Mesin perajang TKS
• Pengangkutan
Dump truck/loader
• Pengomposan
Lantai semen 25.000 m2, tebal 12 cm
• Pembalikan
Mesin pembalik Backus
• Pengeringan
Bangunan beratap 5.000 m2
• Pengemasan
Mesin pengayak, conveyor Mesin pengemas
69
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Biaya investasi dan produksi Investasi pembuatan "pabrik" kompos terdiri dari pembangunan lantai semen dan atap, pengadaan chipper untuk mencacah TKS, pengadaan mesin pembalik, instalasi pipa penyiram beserta pompanya dan wheel loader untuk mengangkut TKS yang telah dicacah ke "pabrik" kompos. Total biaya investasi adalah sekitar Rp 3,17 milyar yang terdiri dari Rp 2,9 milyar investasi alat dan Rp 0,27 milyar biaya supervisi pembangunan termasuk biaya transfer teknologi. Biaya produksi kompos terdiri dari enerji untuk dump truck, chipper, wheel loader dan pompa serta mesin pembalik, upah, biaya pemeliharaan (6%), biaya patent/royalty (5%) serta biaya pemasaran (5% dari penjualan). Kontribusi biaya langsung terhadap biaya produksi adalah 53% sedangkan sisanya merupakan biaya tetap yang terdiri dari penyusutan (10%), biaya administrasi (15%), biaya umum (5%), biaya bunga bank dan biaya asuransi (5%). Dengan asumsi produksi kompos/tahun adalah 20.700 ton, maka biaya produksi kompos adalah Rp 115/kg dalam bentuk bulk. Dengan harga jual kompos bulk Rp. 250/kg, maka keuntungan langsung adalah Rp 133/kg atau sekitar Rp 2,8 milyar per tahun diluar pajak. Aplikasi kompos tandan kosong sawit a. Tanaman jagung Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi kompos meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung, namun secara umum umur kompos tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman jagung, walaupun tanaman menunjukkan tinggi bibit tertinggi pada umur kompos 13 minggu. Hasil serupa dijumpai pada parameter bobot tanaman, dimana umur kompos tidak berpengaruh terhadap bobot tanaman. Kesuburan tanah. Analisis tanah yang dilakukan pada akhir percobaan menunjukkan bahwa penambahan kompos cenderung meningkatkan KTK, pH, ketersediaan hara N, P, K, dan Mg. Kemasaman tanah tanpa kompos mencapai 5,6 dan 6,0, sedangkan aplikasi kompos dapat menyebabkan kenaikan pH hingga 6,3. Hal ini dapat disebabkan oleh pH kompos yang mencapai 8,0. Sementara penambahan pupuk juga menyebabkan ketersediaan P dan Mg. 70
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Tinggi tanaman. Pada tahap awal pertumbuhan (2 minggu setelah tanam), terdapat interaksi antara perlakukan pupuk dan kompos. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman akibat aplikasi kompos akan meningkat jika ada penambahan pupuk dasar. Pengaruh kompos (K) terlihat nyata dua minggu setelah tanam, sementara tidak ada pengaruh pemupukan terhadap tinggi tanaman. Hal ini mungkin terjadi akibat pemupukan dilakukan pada akhir minggu pertama sehingga pada saat pengamatan tanaman sedang dalam tahap awal penyerapan hara. Pengaruh aplikasi kompos, dengan atau tanpa penambahan pupuk, terhadap tinggi tanaman terlihat hampir sama pada umur tanaman 4 dan 10 minggu. Penambahan kompos dengan dosis 5% mampu meningkatkan tinggi tanaman secara tajam dibandingkan dengan aplikasi kompos dengan dosis 10%. Peningkatan dosis kompos dari 10% menjadi 15% tidak menunjukkan pengaruh terhadap tinggi tanaman. Penambahan pupuk (PI) mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman pada seluruh perlakuan. Pengaruh aplikasi pupuk pada pemberian kompos dosis rendah (0 dan 5%) berbeda sangat nyata dibandingkan dengan pada aplikasi kompos dosis tinggi (10 dan 15%). Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara aplikasi pupuk dan kompos terhadap perbaikan sifat tanah. Unsur hara yang berasal dari kompos, khususnya K mampu meningkatkan ketersediaan K tanah. Selain itu KTK tanah meningkat dengan adanya aplikasi kompos. Tinggi tanaman pada perlakuan P1K5 (penambahan pupuk dan 5% kompos) tidak berbeda nyata dibandingkan periakuan POK10 (penambahan 10% kompos) baik pada umur 4 maupun 10 minggu setelah tanam. Hal ini dimungkinkan akibat hara yang berasal dari kompos tersedia bagi tanaman, yang selanjutnya merangsang pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan tentang ketersediaan hara dari tandan kosong sawit. Berkaitan dengan efisiensi pemupukan/aplikasi kompos dengan dosis 10% tanpa penambahan pupuk menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman dibandingkan dengan aplikasi kompos dengan dosis 5% yang dikombinasikan dengan pemupukan standar berupa 500 mg N/100 mg P, 500 mg K, dan 5 mg Mg per kg tanah. Bobot tanaman. Pengamatan terhadap bobot tanaman yang dilakukan 4 dan 10 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa penambahan pupuk (P) atau kompos (K), dan interaksi keduanya berpengaruh terhadap bobot dan akar tanaman jagung. Aplikasi pemupukan pada tanaman jagung diikuti dengan aplikasi kompos menunjukkan pengaruh terhadap bobot tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi kompos tanpa pemupukan. Interaksi antara pemupukan dengan aplikasi kompos juga diamati pada pengamatan bobot tanaman seperti halnya pada pengamatan tinggi tanaman. Aplikasi kompos mampu memperbaiki sifat fisik tanah sehingga perakaran tanaman jagung dapat tumbuh lebih cepat dan besar, yang selanjutnya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu terdapat korelasi yang kuat antar berat daun dengan berat akar, dengan nilai koefisien korelasi (r2) sebesar 0,81 dan 0,65 masing-masing untuk tanaman berumur 4 dan 10 minggu. b. Tanaman cabai Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi kompos TKS berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan produksi cabai, yang nyata lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk organik (kontrol) maupun aplikasi pupuk kandang. Aplikasi 0/25 dan 0/50 kg kompos TKS dapat meningkatkan hasil cabai berturut-turut hingga 24% dan 45% terhadap perlakuan kontrol, sedangkan aplikasi pupuk kandang hanya dapat meningkatkan hasil sebesar 7% terhadap kontrol (Lampiran 3). 71
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
c. Tanaman tomat Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi kompos TKS berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tomat lebih baik dibanding dengan kontrol maupun aplikasi pupuk kandang. Aplikasi 0,25 dan 0,5 kg kompos TKS dapat meningkatkan produksi tomat berturut-turut hingga 70 dan 53% terhadap kontrol, sedangkan aplikasi pupuk kandang 0,25 dan 0,50 kg hanya dapat meningkatkan produksi tomat berturut-turut hingga 29 dan 12% terhadap kontrol (Lampiran 4). Namun demikian hasil sementara produktivitas tanaman tomat menunjukkan bahwa dosis pupuk organik yang optimum adalah 0,25 kg. Peningkatan pupuk hingga 0,5 kg justru menekan produktivitas tanaman tomat. d. Tanaman jeruk manis Hasil pengamatan terhadap produksi tanaman jeruk selama dua kali panen menunjukkan bahwa aplikasi kompos berpengaruh terhadap peningkatan produksi jeruk yang dihasilkan (Lampiran 5). Aplikasi kompos TKS hingga 30 kg dapat meningkatkan produksi jeruk sebesar 49-74 % dibanding kontrol tanpa kompos. Adopsi teknologi Teknologi produksi kompos tandan kosong sawit yang dihasilkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit telah diadopsi oleh perusahaan perkebunan di antaranya, PT Perkebunan Nusantara IV di Kebun Adolina dan PT Perkebunan Nusantara V di Kebun Rambutan. KEGIATAN YANG PERLU DUKUNGAN UNIT KERJA LAIN Prospek pemanfaatan kompos tandan sawit kosong untuk komoditas lain Dilihat dari unsur hara yang terkandung didalam kompos tandan kosong sawit ini, penggunaan/penerapannya dapat diperluas pada komoditas lain, terutama yang mengarah kepada pertanian organik, misalnya padi organik dan kakao organik. Untuk itu, perlu dukungan dari unit kerja lain dalam lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yaitu sebagai berikut.
72
•
Puslitbang Tanaman Pangan (Balitpa)
•
Puslitbang Hortikultura
•
BPTP
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Lampiran 1. Perbandingan teknologi pengolahan limbah kelapa sawit untuk PKS kapasitas 30 ton tbs/jam Keterangan Limbah yang ditangani Kebutuhan lahan Investasi Tenaga kerja Nilai tambah sebagai pupuk Bau
Kolam limbah Limbah cair saja
Land aplikasi Limbah cair saja
Mulsa Kompos Limbah padat saja Limbah padat dan cair
7 ha
4 ha untuk kolam 130 ha kebun
1200 ha kebun
3 ha
Rp. 2 miliar
Rp. 4 miliar
Tidak ada
Rp 3,2 miliar
5 orang
10 orang
5 orang/ha
10 orang
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Limbah yang dibuang
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Baku mutu
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Kemungkinan pencemaran Dampak sosial negatif
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Nilai tambah bagi PKS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Pemeliharaan
Sulit
Sedang
Mudah
Mudah
Memenuhi program produksi bersih
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Lampiran 2. Perbandingan kesetaraan hara
Urea Kompos
SP36
MOP Dolomit LCPKS
Kompos & LCPKS
73
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Lampiran 3. Pertumbuhan dan produksi cabai pada umur 16 minggu Dosis pupuk organik (kg/phn)
Tinggi tanaman (cm)
Produksi (kg/phn)
0 (tanpa pupuk organik) 0,25 kg/phn komposTKS
78,0 b 103,1 a
1,66 c 2,06 b
0,50 kg/phn kompos TKS
102,8 a
2,41 a
0,25 kg/phn ppk kandang
83,7 b
1,79 c
C.V.
9,60
0,19
LSD 0,05
17,65
4,70
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5% Lampiran 4. Pertumbuhan dan produksi tomat umur 8 minggu
0 (tanpa pupuk)
Tinggi (cm) 116,2
Tomat Buah/phn 21,8
0,25 – kompos
126,6
36,1
Dosis (kg/phn) pupuk organik
Kg/phn 1,7 2,9
0,50 – kompos
141,1
32,8
2,6
0,25 - ppk kandang
113,4
27,7
2,2
0,50 - ppk kandang
126,1
23,6
1,9
Lampiran 5. Produksi tanaman jeruk manis pada beberapa dosis kompos Dosis kompos TKS (kg/phn) 0 15 30
74
Panen Desember 2000 Buah/phn 42 64 73
Kg buah/phn 3,80 5,77 6,54
Panen Januari 2001 Buah/phn 41 58 62
Kg buah/phn 3,73 5,26 5,57