POTENSI DAN PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KALIMANTAN SELATAN ENI
Srn RoHAEN!', M .
SABRAN'
dan M . NAJB 2
'BPTP Kalimantan Selatan iiglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru zi Penelitian Pertanian Lahan Rawa ii. Kebun Karet - Loktabat Banjarbaru
ABSTRAK Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang mendapat prioritas pengembangannya di Kalimantan Selatan . Pada tahun 2006, pengembangan kelapa sawit tercatat telah ditanam seluas 243 .441 Ha dengan produksi CPO 307 .369,02 ton dan inti sawit 67 .981,77 ton . Dalam pengembangan kelapa sawit dapat dihasilkan limbah balk padat maupun cair seperti pelepah, daun, lumpur sawit, bungkil kelapa sawit, tandan kosong, serat/perasan buah dan cangkang sawit . Limbah ini mempunyai potensi sebagai pakan balk untuk ternak ruminansia maupun non ruminansia. Bila tidak dimanfaatkan, limbah yang dihasilkan ini akan merusak lingkungan . Temak sapi merupakan salah satu komoditas yong cukup diandalkan sebagai penyuplai daging untuk konsumen seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan, kesejahteraan dan kesadaran masyarakat akan pangan bergizi . Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan ternak sapi adalah ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau . Limbah sawit berpeluang untuk mengatasi kekurangan pakan/hijauan sebagai pakan sapi . Pemanfaatan limbah sawit ini dapat dilakukan dengan optimal melalui cara integrasi ternak sapi . Selain itu diperlukan teknologi pengolahan limbah sawit baik untuk silase, pakan lengkap atau lainnya . Dengan luas tanam kelapa sawit di Kalimantan Selatan pada tahun 2006 seluas 243 .441 Ha dan produksi CPO sebesar 307 .369,02 ton, dapat diprediksi produksi limbah yang dihasilkan sebesar 193 .920 ton hanya terserap 17,62-52,86% dari total produksi limbah sawit . Produksi limbah kelapa sawit yang dihasilkan ini merupakan potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu solusi yang dapat menjawab masalah kekurangan pakan terutama pada musim kemarau dan untuk meningkatkan populasi temak dengan memanfaatkan daya dukung sumber daya yang ada. Kata kunci: Potensi, peluang, limbah sawit, pakan, sapi, Kalimantan Selatan
PENDAHULUAN Luas wilayah Kalimantan Selatan sekitar 3 .737.743 Ha diantaranya adalah lahan kering 1 .845 .090 Ha, dan sebesar 507 .910 Ha (13,59%) dari total luas telah dimanfaatkan untuk perkebunan . Pemanfaatan lahan untuk usaha perkebunan diantaranya adalah kelapa sawit . Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang mendapat prioritas dalam pengembangannya selain karet, kelapa dalam dan kopi . Luas perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan pada tahun 2006 sekitar 243 .441 Ha dengan produksi CPO sebesar 307 .369,02 ton dan inti sawit 67 .981,77 ton (DINAS PERKEBUNAN KALIMANTAN SELATAN,
2006) . Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai potensi limbah yang besar berupa daun, pelepah, tandan
kosong, cangkang, serabut buah, batang, lumpur sawit, dan bungkil kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan, baik untuk unggas maupun ruminansia . Limbah ini mengandung bahan kering, protein kasar dan serat kasar yang nilai nutrisinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pakan ternak ruminansia (PURBA, et al., 1997 ; PURBA dan GINTING, 1997; MATHIUS, et a!., 2003) . Populasi ternak sapi pada tahun 2006 sebesar 193 .920 ekor, yang tersebar di semua kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Selatan. Ternak sapi merupakan salah satu sumber penghasil daging yang potensial . Hal ini ditunjukkan dengan tingginya kontribusi daging yang dihasilkan dari ternak sapi di Kalimantan Selatan pada tahun 2006 yang mencapai 81,49% dari total produksi asal ternak besar maupun kecil (DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN, 2006) .
133
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak
Permintaan daging dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, kesadaran gizi, dan tingkat pendidikan . Peningkatan permintaan akan daging harus diimbangi dengan peningkatan populasi dan produksi ternak. Pakan merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan produktivitas ternak sapi di Kalimantan Selatan . Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya penurunan bobot hidup sapi pada saat musim kemarau (di daerah lahan kering) dan penjualan ternak dengan harga yang relatif lebih murah . Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan yang berasal dari ternak dan mengatasi salah satu masalah ketersediaan pakan pada musim tertentu seperti yang telah diuraikan di atas, pemanfaatan limbah sawit merupakan salah satu alternatif . Hal tersebut karena adanya potensi, peluang dan prospek yang baik karena tingginya kemungkinan limbah sawit yang dihasilkan dan belum optimal pemanfaatannya . Diversifikasi pemanfaatan produk samping (by-product) yang sering dianggap sebagai limbah (waste product) dari kegiatan agroindustri dan biomassa yang berasal dari limbah pertanian menjadi pakan akan mendorong perkembangan usaha agribisnis ternak secara integratif dalam suatu produksi terpadu dengan pola pertanian melalui daur ulang biomassa yang ramah lingkungan atau yang dikenal "minimum waste production system" . Salah satu limbah yang berpotensi untuk digunakan sebagai pakan adalah limbah sawit baik yang berasal dari perkebunan maupun pabrik pengolahan sawit . Potensi ini didukung dengan kondisi di Kalimantan Selatan yang memprioritaskan kelapa sawit sebagai salah satu komoditas unggulan untuk sub sektor perkebunan (HARDIANTO, 2004) . Makalah ini bertujuan untuk melihat potensi dan peluang serta permasalahan pemanfaatan limbah sawit sebagai pakan sapi di Kalimantan Selatan .
134
PERAN DAN PERMASALAHAN USAHA TERNAK SAPI Ternak sapi mempunyai peran sebagai penghasil daging, pupuk organik, sumber pendapatan petani, sumber tenaga kerja dan membuka peluang usaha serta pemanfaat limbah pertanian (NAJIB, et al., 1997). Ternak sapi merupakan salah satu sumber pangan protein hewani melalui daging yang dihasilkannya. Kotoran yang dapat dihasilkan dari seekor sapi dewasa sekitar 4-6 kg/ekor/hari dalam keadaan kering yang slap untuk dikompos sehingga dengan populasi ternak sapi di Kalimantan Selatan pada tahun 2006 sebanyak 193 .920 ekor (DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN, 2006) diperkirakan dapat dihasilkan pupuk kandang sebesar 283 .123,2 - 424 .684,8 ton/ tahun . Pupuk ini imempunyai nilai ekonomi yang besar bila dikelola secara optimal untuk usaha pertanian . Dalam pengembangan usaha temak terutama sapi potong di Kalimantan Selatan mempunyai beberapa masalah yang dihadapi yaitu: (i) kesulitan pakan pada saat musim kemarau, (ii) rendahnya produktivitas, rendahnya ketrampilan' sumber daya manusia (SDM) dalam mengelola usaha peternakan, (iii) usaha peternakan dengan sistem integrasi belum banyak dilakukan, (iv) pengelolaan lingkungan usaha belum optimal, (v) populasi ternak sapi yang ada belum mampu sapi slap potong menyediakan untuk dikonsumsi masyarakat, (vi) modal yang diperlukan untuk usaha sapi potong relatif besar, (vii) swasta belum banyak berminat, dan (viii) modal masyarakat untuk beli sapi masih kurang (ROHAENI dan HAMDAN, 2004; DINAS PETERNAKAN, 2005) . Salah satu permasalahan yang dihadapi peternak dalam melakukan usaha ternak sapi adalah berkaitan dengan ketersediaan sumber hijauan pakan terutama pada musim kemarau . Keadaan ini bahkan menyebabkan peternak harus menjual ternaknya karena ketidak mampuan menyediakan hijauan pakan . Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhannya yang menurun .
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak
Untuk mengatasi masalah ini, bagi peternak yang mempertahankan ternaknya biasanya mencari pakan ke luar desa/ kecamatan bahkan kabupaten dengan cara sendiri-sendiri atau kolektif. Sementara itu, potensi limbah pertanian dan agroindustri untuk bahan pakan cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal . Sebagian limbah tersebut digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik, bahan baku industri dan sebagian besar masih terbuang atau dibakar karena dianggap mengganggu lingkungan (HARDIANTO, 2004). Berdasarkan salah satu permasalahan kesulitan pakan di atas dan potensi (perkebunan kelapa sawit dan populasi ternak sapi) yang ada maka terdapat peluang untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan usaha ternak sapi. Salah satu diantaranya adalah dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai pakan .
POTENSI DAN PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT Luas areal kelapa sawit di Kalimantan Selatan pada tahun 2006 mencapai 243 .441 Ha yang tersebar di 11 kabupaten dan kota, serta terdiri atas model Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) . Produksi CPO yang dihasilkan dari pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) di Kalimantan Selatan sebesar 307 .369,02 ton/tahun dan inti sawit 67 .981,77 ton (DINAS PERKEBUNAN KALIMANTAN SELATAN, 2006) . Pada Tabel I ditampilkan data luas dan produksi CPO yang dihasilkan di Kalimantan Selatan pada tahun 2006 sebesar 307 .369,02 ton dan inti sawit 67 .981,77 ton . Berdasarkan data luas tanam kelapa sawit di Kalimantan Selatan, terlihat potensi limbah yang cukup besar .
Tabel 1 . Luas tanam dan produksi kelapa sawit di Kalimantan Selatan No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabalong Balangan Hulu Sungai Utara Hulu Sungai Selatan Tapin Tanah Laut Kotabaru Tanah Bumbu Banjar Barito Kuala Banjarbaru Jumlah
Sumber:
Luas tanam Ha 6 .989 2,87 2 .437 1,00 10 0,004 1 .083 0,44 100 0,04 73 .636 30,25 115 .691 47,52 42 .438 17,43 945 3,88 68 0,03 54 0,02 243 .441 100,00
Produksi (ton) CPO Inti sawit 10.988,69 2 .271,29 3 .039,94 645,23
39 .096,07 201 .100,58 53 .143,74
8 .790,37 44 .339,95 11 .934,93
307 .369,02
67 .981,77
DINAS PERKEBUNAN KALIMANTAN SELATAN (2006)
Mengacu pada Tabel 2, bila produksi CPO di Kalimantan Selatan sebanyak 307 .369,02 ton maka produksi tandan buah segar (TBS) diperkirakan sebesar 1 .336 .387,04 ton . Limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yaitu tandan kosong, serat buah, lumpur sawit, bungkil dan cangkang . Sedangkan limbah yang dihasilkan dari perkebunan yaitu pelepah, daun dan batang kelapa sawit . Pelepah merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari tanaman sawit yang diperoleh dari hasil pemangkasan yang rutin dilakukan .
Berdasarkan perkiraan, tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan 18-25 pelepah/pohon/ tahun (LUBIS, 1992) atau sekitar 10 ton kering/Ha/tahun (PURBA dan GINTING, 1997) . Bila diasumsikan bahwa 50% luas areal kelapa sawit yang ada di Kalimantan Selatan dapat menghasilkan pelepah dan daun kelapa sawit maka pelepah yang dihasilkan tidak kurang dari 1 .217 .205 ton/tahun . Selain pelepah juga dihasilkan daun sekitar 0,5 kg/pelepah sehingga akan diperoleh bahan kering dari daun untuk pakan sejumlah 0,66 ton/Ha/tahun
1 35
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak
et al ., 2003) . Berdasarkan informasi ini dapat diprediksi produksi daun kelapa sawit di Kalimantan Selatan dihasilkan sebanyak 80 .335,53 ton/tahun . (DIWYANTO,
Tabel 2 . Presentase produk limbah yang dapat dihasilkan dari pengolahan minyak kelapa sawit No
1 2 3 4 5
Uraian Tandan buah segar (TBS) Crude palm oil (CPO) Tandan buah kosong (TBK) Serat perasan buah (SPB) Bungkil inti sawit (BIS) Solid Cangkang
Sumber:
WIDJAJA
% 100 23 16 26 2,2 3 6
Selanjutnya untuk mengestimasi limbah yang dihasilkan dari pabrik pengolahan kelapa sawit disajikan pada Tabel 3 . Prediksi produksi limbah yang dihasilkan sebanyak 2 .008 .498,33 ton, jumlah yang sangat besar . Hal ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menjawab masalah yang dihadapi setiap tahun yaitu kurang dan terbatasnya ketersediaan hijauan sebagai pakan sapi terutama di daerah sentra ternak seperti Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Tapin. Prediksi produksi limbah sawit pada tahun 2006 ini meningkat bila dibandingkan prediksi limbah sawit tahun 2004 yaitu sebesar 1 .294 .473,07 ton (ROHAENI, 2005), berarti peningkatan ini mencapai 55% .
dan UTOMO (2004) r
Tabel 3. Prediksi produksi limbah dari kelapa sawit di Kalimantan Selatan tahun 2006 No I 2 3 4 5 6 7
Limbah Pelepah Daun Solid Bungkil inti sawit Tandan kosong Serabut Cangkang Jumlah
Ton/tahun 1 .217 .205 80 .335,53 40.091,6 29.400,5 213 .821,9 347 .460,6 80 .183,2 2 .008 .498,33
60,60 4 2 1,46 10,65 17,30 3,99 100,00
Tabel 4 . Populasi temak sapi di Kalimantan Selatan pada tahun 2006 No I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sumber :
1 36
Kabupaten/Kota Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Jumlah DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN (2006)
Ekor 74 .874 7.550 16 .499 7 .904 13 .918 10.682 11 .173 1 .168 10 .967 29.303 4 .967 1 .284 3 .631 193 .920
38,61 3,89 8,51 4,08 7,18 5,51 5,76 0,6 5,66 15,11 2,56 0,66 1,87 100,00
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak
Pada Tabel 4 disajikan data populasi ternak sapi di Kalimantan Selatan . Bila diasumsikan ternak dapat mengkon-sumsi limbah kelapa sawit antara 5-15 kg/ekor/hari, maka produksi limbah sawit hanya dimanfaatkan sebanyak 17,62-52,86% dari total produksi limbah sawit . Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kelebihan produksi limbah sawit dan menunjukkan potensi yang besar untuk ternak sapi bila menambah populasi diintegrasikan dengan kelapa sawit . Selain itu keuntungan lain yang dapat digunakan adalah kotoran sapi yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit .
KUALITAS GIZI DAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT Bila ditinjau dari segi potensi kandungan gizi/nutrien limbah sawit sangat memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan pakan . Hasil beberapa penelitian yang dilaporkan menunjukkan bahwa limbah sawit mempunyai kandungan nutrien pakan seperti yang disajikan pada Tabel 5 dan 6 .
Tabel 5 . Kandungan nutrien limbah kelapa sawit No I 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nutrien BK (%) PK (%) SK (%) LK (%) BETN (%) Abu (%) Kalsium (%) Fosfor (%) TDN (%) GE (MJ/kg)
PS I 86,2 5,8 48,6 5,8 36,5 3,3 0,32 0,27 29,8 4,02
Sumber : IDRIS, et al., (1998) disitasi (2003)
LS'
BIS'
91,1 1l'1 17,0 12,0 50,,4 9,0 0,7 0,5 45,0 6,52
91,8 15,3 15,0 8,9 55,8 5,0 0,2 0,52 65,4 9,8
ELISABETH
dan
Limbah sawit DS 2 tanpa lidi
SP 2 93,11 6,2 48,1 3,22
46,18 14,12 21,52 4,37 46,59 13,4 0,84 0,17
5,9
4,46
4,68
GINrING (2003), MATHIUS,
et al., (2003);
TK 2
BS'
92,1 3,7 47,93 4,7 7,89
88-92 1,6-3,2 36-39 0,6-1,0 51-54 2,8-3,2
4,3-4,6
GINTING dan ELISABETH
Keterangan : PS : pelepah sawit ; LS : lumpur sawit; BIS : bungkil inti sawit; DS : daun sawit; SP: serat perasan ; TK : tandan kosong; BS : batang sawit; BK : bahan kering ; PK: protein kasar; SK: serat kasar; LK : lemak kasar
Tabel 6 . Kandungan gizi limbah sawit di Kalimantan Selatan No
Gizi Serat
I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber :
Bahan kering (%) Protein kering (%) Serat kasar (%) Lemak kasar (%) Abu (%) Kalsium (%) Fospor (%) BETN (%) Energi bruto (kal/g) TDN (%)
61,76 4,65 30,19 2,37 3,70 0,48 0,19 20,85 1 .993
DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN
(2004)
Limbah kelapa sawit Lumpur 23,64 3,43 8,82 3,67 4,64 0,30 0,65 3,24 774
Bungkil 90,49 14,98 16,99 14,53 3,95
75,51
1 37
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak
Limbah sawit berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak, namun dalam penggunaan terdapat kekurangan dan kelemahan yang harus diantisipasi dan dikelola dengan baik . Menurut MATHIUS, el al ., (2003) kekurangan dari limbah sawit bila digunakan sebagai pakan ternak yaitu mengandung serat kasar yang cukup tinggi . Untuk mengatasi masalah itu dapat dilakukan beberapa perlakuan . Menurut IBRAHIM (1981) yang disitasi SUDARYANTO (1999) ada 4 (empat) macam perlakuan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas limbah sawit yaitu perlakuan fisik, kimia, fisik dan kimia, serta biologi . Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, perendaman, perebusan, dibuat pelet atau penjemuran/ pengeringan . Perlakuan fisik yang dapat dilakukan pada limbah sawit yaitu pencacahan agar menjadi ukuran yang Iebih kecil sehingga layak untuk dikonsumsi ternak . Perlakuan kimia yaitu menggunakan bahan kimia misalnya NaOH, Ca (OH)2, amonium hidroksida, urea, sodium karbonat, sodium klorida dan lain-lain ; perlakuan fisik dan kimia adalah menggabungkan kedua cara di atas; perlakuan biologi dilakukan dengan menambah enzim, jamur, bakteri atau lainnya . Menurut HARDIANTO (2004), teknologi pengolahan limbah pertanian dan agroindustri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kedua limbah tersebut. Metode prosesingnya adalah sebagai berikut : 1 . Perlakuan pencacahan (chopping) untuk merubah ukuran partikel dan melunakkan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien 2. Perlakuan pengeringan (drying) dengan panas matahari atau dengan alat pengering untuk menurunkan kadar air bahan 3 . Perlakuan penggilingan dengan alat giling yang disebut Hammer Mill 4 . Proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampur (mixer) 5 . Proses pengemasan (packing) Hasil estimasi (label 3), pelepah yang dapat dihasilkan di Kalimantan Selatan dalam jumlah yang paling besar (60,6%), dapat dikatakan belum dimanfaatkan . Menurut SITOMPUL (2003) pelepah sawit merupakan sumber pakan bagi ternak yang dapat digunakan untuk mensubstitusi pakan hijauan . Bila mengacu pada kandungan gizi dan nilai
138
kecemaan pelepah sawit (48%), maka kontribusi energi diperkirakan hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok . Untuk pertumbuhan, bunting dan laktasi diperlukan pakan tambahan agar kekurangan protein dan energi dapat terpenuhi (PURBA, el al ., 1997) . Kendala utama yang dihadapi dalam pemanfaatan pelepah sawit sebagai pakan ternak adalah rendahnya protein kasar dan terikatnya serat kasar pada lignin, sehingga penggunaannya maksimal 50% dalam pakan domba atau kambing . Menurut WAN ZAHARI, et al., (2003) yang disitasi MATHIUS, et al ., (2003) pemanfaatan pelepah sawit untuk ternak tidak melebihi dari 30% dan pemberian pelepah dalam waktu panjang menghasilkan kualitas karkas yang baik . Menurut ABU HASAN dan ISHIDA (1991) yang disitasi MATHIUS, et al., (2003) pemanfaatan pelepah sawit untuk,ternak ruminansia dapat dilakukan dalam bentuk silase yang dikom-binasikan dengan bahan lain atau konsentrat sebagai campuran . Selanjutnya ISHIDA dan HASAN (1993) yang disitasi MATHIUS et. a!. (2003) bahwa penggunaan silase pelepah sawit sebanyak 50% untuk ternak sapi memberikan pertambahan bobot hidup harian sebesar 0,620,75 kg/ekor dengan konversi 9-10 . Menurut GINTING, et al ., (1997), pemanfaatan silase pelepah dan batang kelapa sawit dapat menggantikan 25-50% pakan konsentrat untuk ternak ruminansia. Perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan dari pelepah dan batang kelapa sawit dengan proses fermentasi menjadi silase, pengolahan dengan perlakuan NaOH dan perlakuan uap . OsHIO, et al., (1988) yang disitasi MATHIUS, et al ., (2003) bahwa pemberian batang sawit sebanyak 30% dan 70% konsentrat menghasilkan PBBH antara 0,66-0,72 kg/ekor . Salah satu limbah dari perkebunan kelapa sawit yang disukai temak sapi adalah daun kelapa sawit . Daun dihasilkan dari tunas panen yang dilakukan saat pemanenan TBS (SITOMPUL, 2003) . Dalam pemanfaatan daun kelapa sawit yang perlu diperhatikan adalah lidinya harus dibuang karena akan memberikan pengaruh kurang aman terhadap ternak . Daun kelapa sawit dapat diberikan segar untuk ternak sapi, namun bila diberikan lebih dari 20% perlu pengelolaan untuk meningkatkan nilai biologisnya (WINUGOHO dan MARYATI, 1999) . Dalam BATUBARA penelitian (2002),
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan lndustri Olahannya sebagai Pakan Ternak
pemberian daun kelapa sawit tanpa lidi sebanyak 40% dan konsentrat memberikan PBBH pada sapi jantan muda sebesar 0,76 kg/ekor dan nilai B/C yang dihasilkan sebesar 1,5 . SUHARTO (2003) menyatakan bahwa serat buah sawit mempunyai kandungan energi (TDN) 56% . Hal ini menunjukkan potensi yang balk, namun kurang disukai ternak . Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan palatabilitasnya adalah dengan memberikan perlakuan seperti fermentasi atau mencampur dengan bahan pakan lain menjadi konsentrat atau pakan lengkap . Hasil penelitian pemanfaatan serat buah yang difermentasi sebanyak 15-30% untuk pakan sapi perah jantan memberikan kenaikan berat badan antara 1,33-1,74 kg/ekor/hari . Tandan kosong dan serat perasan merupakan limbah yang cukup berpotensi, meskipun belum banyak dimanfaatkan . Hal ini disebabkan karena mengandung serat kasar yang cukup tinggi . Hingga saat ini kedua produk tersebut masih dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos (MATHIUS, et al ., 2003) . Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang jumlahnya sekitar 55-58% dari TBS . Pemanfaatannya disarankan agar dicampur dengan bahan pakan lain yang berkualitas. Pemanfaatan tandan kosong untuk ternak sapi harus diberikan perlakuan fisik agar dihasilkan ukuran yang mudah untuk dikonsumsi ternak (± 2 cm), pemberiannya antara 30-50% . Serat perasan merupakan hasil ekstraksi minyak sawit, mempunyai kandungan gizi dan nilai kecernaan (24-30%) yang rendah sehingga pemanfaatannya belum banyak disarankan (MATHIUS, et a!., 2003) . Lumpur sawit merupakan limbah cair yang dihasilkan dari proses pemeraian buah sawit untuk menghasilkan minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO). Jumlah produksi lumpur sawit sangat tergantung dari jumlah buah sawit yang diolah (SINURAT, 2003) . Pemanfaatan lumpur dari industri yang dihasilkan pengolahan kelapa sawit masih belum dilakukan untuk tujuan ekonomi . Pada umumnya lumpur sawit digunakan sebagai penimbun jurang atau bahkan dibuang sehingga menimbulkan polusi . Menurut SUHARTO (2003), pemanfaatan lumpur sawit memberikan hasil ganda yaitu menambah
persediaan bahan pakan dan mengurangi polusi . Kekurangan dari lumpur sawit yaitu tingginya kadar air, hal ini kemungkinan yang menyebabkan kurang disukai . Pemanfaatan lumpur sawit untuk ternak tidak bisa tunggal karena kandungan energinya rendah dan abu yang tinggi sehingga penggunaannya harus dicampur dengan bahan pakan lain (MATHIUS, et al., 2003) . Menurut SINURAT (2003) untuk meningkatkan kualitas gizi lumpur sawit dapat dilakukan dengan fermentasi menggunakan Aspergillus niger . Selanjutnya diketahui bahwa produk yang dihasilkan dari proses fermentasi dengan A . niger mengandung enzim mananase dan selulose. Enzim yang dihasilkan selama proses fermentasi diharapkan dapat memecah serat sehingga menjadi molekul karbohidrat yang lebih sederhana dan meningkatkan energi yang dapat dimetabolisme oleh ternak. Bungkil kelapa sawit merupakan produk samping yang mengandung nutrien dan nilai biologis yang tinggi sehingga pemanfaatannya tidak diragukan. Bungkil kelapa sawit dilaporkan oleh DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN (2004) saat ini mempunyai nilai ekonomi yaitu telah dijual dengan harga Rp 500/kg di tempat (pabrik) dan pada tahun 2006 dilaporkan ada yang mencapai Rp 1 .250/kg . Hasil yang dilaporkan SUHARTO (2003) bahwa substitusi dedak padi dengan lumpur sawit sebanyak 30% memberikan performans yang baik pada sapi perah jantan . Dilaporkan oleh ELISABETH dan GINTING (2003) bahwa pemberian pelepah 60%, lumpur dan bungkil sawit masing-masing 18%, dedak padi 4% memberikan pertambahan bobot hidup harian pada sapi potong sebesar 0,58 kg/ekor dan paling ekonomis . Penelitian lain yang dilaporkan WIDJAYA dan UTOMO (2001) bahwa pemberian solid/lumpur sawit untuk ternak sapi PO jantan memberikan PBBH yang nyata lebih tinggi dibanding pakan kontrol . PBBH yang dihasilkan dari sapi yang diberi pakan solid ad libitum dan rumput sebesar 0,77 kg/ekor sedang pemberian 1,5% solid dari BB ternak dihasilkan PBBH 0,44 kg/ekor .
139
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit don Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak
MASALAH DAN ALTERNATIF PEMECAHAN Dalam pelaksanaan integrasi sapi dan kelapa sawit terutama di daerah yang tidak atau belum melakukannya, terdapat beberapa kemungkinan masalah yang dihadapi, yaitu : • Adanya keterbukaan dari pihak perkebunan kelapa sawit untuk kemungkinan pemanfaatan limbah pengolahan kelapa sawit oleh peternak . • Perlu koordinasi dan kerjasama antara pihak perkebunan kelapa sawit dan peternak . • Belum terbinanya koordinasi dan kerjasama antar pihak perkebunan kelapa sawit dan peternak dalam hal pemanfaatan limbah sawit sebagai pakan . • Perlunya modal tambahan untuk peralatan yang diperlukan dalam pengolahan limbah sawit terutama limbah kebun dan biaya mengangkut limbah dari lokasi kebun atau pabrik ke lokasi peternak . • Petani perlu pendampingan teknologi dalam pelaksanaan pemanfaatan limbah sawit sebagai pakan . Melihat permasalahan dan potensi sumberdaya yang ada di Kalimantan Selatan seperti yang telah diuraikan di atas, beberapa praktisi menyarankan beberapa upaya yang mungkin dapat dan perlu dilakukan oleh Dinas/Instansi terkait/Perbankan yaitu : 1 . Melakukan identifikasi potensi, kendala dan sumberdaya yang ada untuk pengembangan usaha integrasi sapikelapa sawit 2 . Melakukan sosialisasi pada pengelola baik model Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara, Perkebunan Besar Swasta dan Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) tentang potensi produksi dan peluang pemanfaatan limbah sawit untuk ternak 3 . Melakukan pengkajian, penelitian atau demplot tentang integrasi sapi dan kelapa sawit di lokasi perkebunan dan atau lokasi terdekat dengan pengolahan kelapa sawit (PKS) dengan melibatkan peternak yang dibimbing oleh peneliti, penyuluh dan Dinas terkait
1 40
4 . Merakit teknologi tepat guna dan spesifik lokasi yang layak secara teknis, sosial dan ekonomi 5 . Memfasilitasi dan memberikan pinjaman modal dengan bunga ringan untuk pengembangan usaha integrasi ternak sapi-kelapa sawit 6 . Monitoring dan evaluasi seluruh kegiatan untuk menilai perkembangan dan kelayakannya KESIMPULAN Luas area] perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan pada tahun 2006 sekitar 243 .441 Ha mempunyai potensi sebagai penghasil limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak . Prediksi produksi limbah yang dihasilkan sebesar 2 .008 .498,33 ton berupa pelepah, daun, cangkang, tandan kosong, lumpur dan bungkil kelapa sawit . Bila limbah kelapa sawit yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi dengan asumsi konsumsi aritara 5-15 kg/ekor/hari dengan populasi ternak sapi sebesar 193 .920 ekor hanya terserap 17,6252,86% dari total produksi limbah sawit . Produksi limbah kelapa sawit yang dihasilkan ini merupakan potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu solusi yang dapat menjawab masalah kekurangan pakan terutama pada musim kemarau dan untuk meningkatkan populasi ternak dengan memanfaatkan daya dukung sumberdaya yang ada . DAFTAR PUSTAKA L . 2002 . Potensi biologis daun kelapa sawit sebagai pakan basal dalam ransum sapi potong . Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor, 30 September - I Oktober 2002 . P. 135-138 .
BATUBARA,
1978. The utilization of feedingstuffs from the oil palm plant. Proc. Symp. on Feedingstuffs for Livestock in South East Asia. 17-19 October 1977 . Kuala Lumpur. P. 116-131 .
DEVENDRA, C .
2006. Buku Saku Perkebunan Tahun 2006 . Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru . (In Press).
DINAS PERKEBUNAN KALIMANTAN SELATAN .
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan lndustri 0lahannya sebagai Pakan Ternak
DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN . 2004 . Laporan Kegiatan Pendampingan integrasi peternakan pada lahan perkebunan tahun 2004 . Dinas Petemakan Kalimantan Selatan . Banjarbaru. DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN . 2005 . Kebijakan pembangunan peternakan Kalimantan Selatan . Makalah disampaikan dalam Acara Temu Informasi Teknologi Pertanian . BPTP Kalimantan Selatan . Banjarbaru, 26-28 Juli 2005 . DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN . 2006. Satistik Petemakan di Kalimantan Selatan Tahun 2006 . Dinas Petemakan Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru . DIWYANTO, K., D . SITOMPUL, 1 . MANTI, 1 . W . MATHius dan SoENTORO. 2003 . Pengkajian pengembangan usaha sistem integrasi kelapa sawit . Prosiding Lokakarya Nasional : Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 . P. 11-22 . ELISABETH, J ., dan S . P . GINTING. 2003 . Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak sapi potong. Prosiding Lokakarya Nasional : Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 . P . 110-119. ERNINGPRAJA, L. dan DARNOKO. 2005 . Pengelolaan limbah kelapa sawit ramah Iingkungan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan . GINTING, S . P ., dan J. ELISABETH. 2003 . Teknologi pakan berbahan dasar basil sampingan perkebunan kelapa sawit. Prosiding Lokakarya Nasional : Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 . P. 129-136 . HARDIANTO, R. 2004. Pemanfaatan limbah pertanian dan agroindustri sebagai bahan baku untuk pengembangan industri pakan temak complete feed. Program Magang dan Transfer Teknologi Pakan . BPTP Jawa Timur. Malang. LUBIS, A . U . 1992 . Kelapa sawit (Elaeis guineensis . Jacq .) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara . MASKAMIAN, A . 2005 . Rencana pengembangan peternakan pada sistem integrasi sawit sapi di Kalimantan Selatan . P . 83-87 . MATHIUS, 1 . W., D . SITOMPUL, B. P . MANURUNG dan ASMI . 2003 . Produk samping tanaman dan pengolahan buah kelapa sawit sebagai bahan dasar pakan komplit : Suatu tinjauan . Prosiding Lokakarya Nasional : Sistem Integrasi Kelapa
Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 . P . 120-128 . NAJIB, M ., E . S . ROHAENI, dan TARMUDJI . 1997 . Peranan ternak sapi dalam sistem usahatani tanaman pangan di lahan kering . Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner . Jilid II . Bogor, 17-19 Nopember 1997 . Him . 759-766. PURBA, A ., S . P . GINTING, Z. POELOENGAN, K . SIMANIHURUK dan JUNJUNGAN . 1997 . Nilai nutrisi dan manfaat pelepah kelapa sawit sebagai pakan domba. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 5 (3) : 161-177 . PuRBA, A . dan S . P . GINTING. perkebunan kelapa sawit
1997. Integrasi dengan ternak
ruminansia. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 5 (2) :55-60. ROHAENI, E. S ., dan A . HAMDAN . 2004 . Profil dan prospek pengembangan usahatani Sapi potong di Kalimantan Selatan . Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong . Yogyakarta, 8-9 Oktober 2004 . P. 132-139 . ROHAENI, E . S . 2005 . Potensi limbah sawit untuk pakan ternak sapi di Kalimantan Selatan . Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Teak . Bogor, 16 September 2005 . P . 169-176. SINURAT, A. P . 2003 . Pemanfaatan lumpur sawit untuk bahan pakan unggas . Wariazoa 13 (2) : 39-47 . Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Banjarbaru, 2223 Agusrus 2005 . P . 3-9 . SITOMPUL, D . 2003 . Desain pembangunan kebun dengan sistem usaha terpadu ternak sapi Bali . Prosiding Lokakarya Nasional : Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 . P. 81-88 . SUHARTO. 2003 . Pengalaman pengembangan usaha sistem integrasi sapi-kelapa sawit di Riau . Prosiding Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003 . P . 57-63 . SUDARYANTO, B . 1999 . Peluang penggunaan daun kelapa sawit sebagai pakan ternak ruminansia . Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner . Bogor, 1-2 Desember 1998 . P. 428433 . WIDJAJA, E ., dan B . N . UTOMO . 2001 . Pemanfaatan limbah kelapa sawit solid sebagai pakan tambahan temak ruminansia di Kalimantan Tengah. Prosiding Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner . Bogor, 17-18 September 2001 . P. 262-268 .
141
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak
dan B . N . UTOMO . 2004. Pemanfaatan limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang berupa solid untuk pakan ternak (sapi, domba dan ayam) di Kalimantan Tengah . Succes Story. Pengembangan Teknologi Inovatif Spesifik Lokasi. Buku I. Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif (PAATP) . Badan Litbang Pertanian . Jakarta . P . 171-185.
WIDJAJA, E .,
M ., dan MARVATL . 1999 . Kecemaan daun kelapa sawit sebagai pakan ternak ruminasia . Laporan APBN 1998/1999 . Balai Penelitian Ternak . Bogor .
WINUGROHO,
f
1 42