Sektor Informal
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Kompetensi/Tujuan Mampu menjelaskan sebab munculnya, karakteristik sektor informal, yang berkembang di masyarakat, terutama masyarakat kota Manfaat dalam kehidupan sehari-hari. -Semangat Kreatifivitas -Semangat enterpreneur/wirausaha -Semangat kerja keras
Konsep sektor informal • sejak Keith Hart dari University of Manchester pada tahun 1971.
• ketika melakukan penelitian tentang peranan wiraswasta ukuran kecil di Ghana • mulai dari istilah ekonomi bayangan (shadhow economy), black economy atau underground economy.
Definisi Feige: Sektor informal meliputi tindakan-tindakan aktor ekonomi yang gagal mentaati aturan kelembagaan yang telah mapan atau terabaikan dari perlindungan Castells dan Portes: Sektor informal meliputi semua aktivitas yang menghasilkan pendapatan yang tidak diatur oleh negara.
Tiga Tipe Ekonomi Informal 1. Produksi subsistensi: Bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup melalui produksi subsistensi langsung atau melalui penjualan ke pasar dari barang dan jasa yang dihasilkan sendiri. -Berorientasi konsumsi -Tenaga kerja tak dibayar
2. Sektor informal: Bertujuan untuk peningkatan fleksibilitas managerial dan pengurangan biaya tenaga kerja dari perusahaan sektor formal melalui subkontrak kepada sektor informal atau penggajian yang dicacat di dalam pembukuan tidak resmi - ada jaringan sosial - magang - Pendapatan lebih tinggi dari sektor formal - Fenomena di negara maju dan berkembang
3. Sektor Informal Bayangan: Bertujuan untuk akumulasi modal oleh perusahaan kecil melalui hubungan kesetiakawanan, fleksibilitas dan pembiayaan yang rendah.
Ciri-ciri sektor informal: • • • • • • • • • • • •
bersifat marginal, kegiatannya tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil, bersifat harian, tempat tidak tetap, berdiri sendiri, berlaku di kalangan berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus, dijalankan oleh lingkungan kecil atau keluarga, tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan maupun perkreditan (Herlianto, 1986).
Ciri sektor informal di kota adalah: (Alan Gilbert dan Josef Gugler, 1996). (1) Mudah untuk dimasuki siapa pun; (2) bersandar pada sumber daya lokal; (3) usaha milik sendiri; (4) operasinya skala kecil; (5) padat karya dan teknologi bersifat adaptif; (6) ketrampilan dapat diperoleh di luar sistem sekolah formal dan (7) tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif
Karakteristik khas sektor informal (Michael P Todaro (2000:351)) • bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa, • berskala kecil, • unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, • banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya) • teknologi yang dipakai relatif sederhana. • para tenaga kerja menciptakan sendiri lapangan kerjanya, • tidak memiliki pendidikan formal, • tidak memiliki ketrampilan khusus, • sangat kekurangan modal kerja, • tidak ada jaminan keselamatan kerja dan fasilitas kesejahteraan,
Dua pandangan untuk memahami sektor informal 1. Pandangan transisi: • kegiatan ekonomi yang tidak efisien karena skala usahanya bersifat sementara. • stagnan dalam pengertian tidak dapat maju dengan pesat. • tempat batu loncatan bagi pencari pekerja yang berasal dari pedesaan. • sektor informal akan hilang ketika kesempatan sektor formal meluas • akan hilang ketika ekonomi berkembang pesat dan mapan. • Di negara yang paling majupun sektor ini masih tetap ada
Pandangan struktural • diakibatkan hambatan struktural dalam proses pembangunan. • memberi peluang yang luas dan besar pada sektor formal • menganaktirikan sektor informal. • mengedepankan sektor industri yang padat modal • menipisnya pekerjaan di pedesaan • semakin padatnya jumlah penduduk • sektor pertanian semakin kecil peluangnya • dinamik, efisien dan sangat menguntungkan dilihat dari sudut ekonomi. • sangat berpotensi menjadi wiraswasta yang kreatif dan cukup besar.
Munculnya sektor informal melahirkan dua pandangan. 1. sebagai benih-benih kewirausahaan yang berfungsi mendorong pertumbuhan ekonomi kota, 2. sektor informal berdiri sendiri dan terpisah dari kegiatan ekonomi kota. • bukan gejala sementara • fenomena permanen terlepas dari sektor formal
Ciri-ciri PKL (1) pedagang yang kadang sekaligus sebagai produsen; (2) ada yang menetap dan tidak di satu lokasi tertentu; (3) menjajakan bahan makanan, minuman, barang-barang konsumsi secara eceran; (4) bermodal kecil, (5) kualitas barang-barang yang diperdagangkan relatif rendah dan biasanya tidak berstandar; (6) volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli umumnya merupakan pembeli yang berdaya beli rendah; (7) usaha skala kecil bisa berupa pekerja keluarga; (8) tawar-menawar antara penjual dan pembeli merupakan relasi (9) perdagangan dilakukan baik secara penuh maupun pada waktu setelah kerja. (10)ada pula yang melakukan secara musiman.
Beberapa tahap perkembangan perdagangan informal (Hernando De Soto) 1. masyarakat formallah yang memberikan ruang sektor informal - perdagangan informal sebagai ciri dari budaya - tata kebiasaan kota. - perdagangan informal celah untuk menyatu dengan sistem kota. 2. pengakuan legal eksistensi perdagangan informal. 3. dasar untuk hak milik khusus. -mengembangkan hak milik khusus berupa bertahannya di tempat-tempat menggelar dagangannya. - melakukan pengaplingan jalan sebagai batas wilayah.
4.Persaingan dengan pedagang formal. 5. munculnya pasar informal. 6. pengakuan politik. 7. masalah yang bersifat struktural, 8. memperkuat organisasi perdagangan informal. 9. kesadaran dari pemerintah kota 10. perdagangan informal menjadi permainan politik pemerintah kota.