BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sektor informal di negara berkembang seperti Indonesia merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal tersebut merupakan salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor informal dan adanya sektor informal ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam menampung kelebihan tenaga kerja di Indonesia. Keadaan ini dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia (Muzakir, 2010). Karakteristik sektor informal menurut Todaro (2000) meliputi kegiatan usahanya sederhana, skala usaha relatif kecil, umumnya tidak memiliki ijin usaha seperti sektor formal, untuk bekerja di sektor informal lebih mudah dibandingkan bekerja di sektor formal, penghasilannya umumnya relatif rendah meskipun keuntungannya cukup tinggi, tidak punya jaminan kesehatan dan fasilitas kesejahteraan, usaha sektor informal beraneka ragam seperti pedagang kaki lima, penjual koran, warung nasi, warung kopi, dan lain-lain. Sektor informal yang berkembang di Yogyakarta saat ini adalah yang berkaitan dengan penyediaan jasa seperti usaha laundry, usaha warung makan, pedagang kaki lima, dan lain-lain. Salah satu sektor informal yang berkembang saat ini khususnya di Yogyakarta adalah warung bubur kacang hijau yang menyasar konsumen dengan kebutuhan yang tinggi tetapi dengan harga yang murah dan terjangkau. Pertumbuhan sektor informal di Yogyakarta juga mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah pendatang. Yogyakarta sebagai pusat kota di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai macam kelengkapan fasilitas umum dianggap sebagai tempat yang sangat baik dan strategis untuk membuka suatu usaha baik usaha di sektor formal maupun di sektor informal. Yogyakarta yang disebut sebagai kota pelajar juga mempengaruhi jumlah pendatang (pelajar dan mahasiswa) baik dari luar kota maupun luar provinsi. Penduduk setempat serta pendatang yang memiliki pendidikan formal yang rendah akan mencari 1
pekerjaan di sektor informal yang lebih mudah dijangkau dibandingkan sektor formal. Sektor informal di Yogyakarta menyasar pada pelajar atau mahasiswa, serta pekerja dan masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah. Usaha Sektor informal sangat diminati oleh banyak pihak terutama yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi. Bermodalkan uang yang tidak terlalu besar seseorang sudah dapat membuka usaha sendiri bahkan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain meskipun penghasilan yang didapat di bawah UMR (Upah Minimum Regional). Produktivitas sektor informal juga rendah seperti warung-warung kecil ataupun lapak-lapak kecil di pinggir jalan hanya menjual barang dagangan dengan jumlah yang sedikit hal ini berkaitan dengan modal serta jumlah konsumen yang kecil. Usaha sektor informal tidak semuanya memiliki penghasilan yang rendah meskipun produktivitasnya rendah tetapi juga dapat memberikan penghasilan yang lebih besar bahkan jika dibandingkan dengan penghasilan dari pekerja sektor formal. Jika seorang pekerja sektor informal memiliki bakat dan mengerti dengan benar bagaimana ia harus menjalankan usahanya, maka usahanya tersebut akan terus berkembang salah satunya dengan adanya cabang usaha. Semakin banyak cabang usaha yang dimiliki maka pendapatan yang didapat akan semakin tinggi. Usaha sektor informal tidak semuanya terlihat buruk dan memiliki penghasilan yang rendah tetapi dari sektor informal juga dapat membuat seseorang sukses bahkan dapat disebut sebagai pengusaha meskipun bekerja atau usahanya di bidang sektor informal.
1.2 Perumusan Masalah Pendidikan yang rendah dan kurangnya keterampilan membuat banyaknya angkatan kerja yang memilih untuk berwirausaha, dengan modal yang kecil dapat membuka warung kecil yang masuk dalam sektor informal. Sektor informal merupakan salah satu usaha yang sangat menjanjikan dari segi penghasilan bahkan dapat melebihi penghasilan pekerja sektor formal. Pengangkatan kisah seorang pedagang bubur kacang hijau (sektor informal) menjadi seseorang yang berhasil dalam usahanya dapat dijadikan inspirasi bagi calon pekerja lainnya yang ingin mengambil keputusan untuk berwirausaha di sektor informal. Keberhasilan 2
usaha seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal (motivasi, pengalaman dan pengetahuan, kepribadian) dan eksternal (lingkungan keluarga dan lingkungan tempat bekerja). Bagaimanakah
peran
mobilitas
vertikal
dan
horisontal
dalam
mempengaruhi kesuksesan seseorang dalam berwirausaha khususnya di sektor informal.
1.3 Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui peranan mobilitas vertikal (dinamika ketenagakerjaan) terhadap keberhasilan pedagang bubur kacang hijau.
2.
Mengetahui peranan mobilitas horisontal (cakupan ruang gerak) terhadap keberhasilan pedagang bubur kacang hijau.
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha sektor informal.
2.
Dapat dijadikan referensi studi kualitatif yang berbasis geografi.
1.5 Tinjauan Pustaka 1.5.1
Sektor informal Dalam sejarah perekonomian Indonesia, kegiatan usaha sektor informal
sangat potensial dan berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri. Jauh sebelum krisis ekonomi sektor informal sudah ada, resesi ekonomi nasional tahun 1998 hanya menambah jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor informal. Pedagang sektor informal adalah orang yang bermodal relatif sedikit berusaha dibidang produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat. Usaha tersebut dilaksanakan di tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal (Winardi, 2000). Sektor informal rata-rata disetiap provinsi menyerap sekitar lebih dari 50 persen angkatan kerja perkotaan. Sektor ini juga mampu bertahan dalam situasi 3
krisis ekonomi dibanding usaha lain. Hal ini disebabkan karena sektor informal relatif tidak tergantung pada pihak lain, khususnya bidang permodalan, fleksibel, mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan mampu mengidentifikasi peluang yang muncul. Perdagangan di sektor informal ini kurang dapat berkembang kearah usaha yang lebih besar walaupun mempunyai daya jual yang cukup tinggi, hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan dalam pengelolaan usaha yang masih bersifat tradisional, tambahan modal kredit dari pihak ketiga yang masih kecil dan informasi tentang dunia usaha sangat terbatas, jumlah dan kualitas tenaga kerja yang terbatas, sifat kualitas barang yang dijual hanya sebatas kebutuhan untuk barang dagangan saja. Karena itu yang harus dicapai dalam usaha sektor informal ini dalam peningkatan pendapatan usaha harus didukung oleh penguasaan terhadap usaha tersebut. Todaro (2000) mengatakan bahwa karakteristik khas sektor informal adalah sebagai berikut: 1.
Kegiatan usaha umumnya sederhana, tidak sangat tergantung kepada kerjasama banyak orang dan sistem pembagian kerja yang ketat. Dengan demikian dapat dilakukan oleh perorangan atau keluarga, atau usaha bersama antara beberapa orang kepercayaan tanpa perjanjian tertulis.
2.
Skala usaha relatif kecil. Modal usaha, modal kerja dan omset penjualan umumnya kecil, serta dapat dilakukan secara bertahap.
3.
Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki ijin usaha seperti halnya Firma atau Perusahaan Terbatas.
4.
Untuk bekerja di sektor informal lebih mudah dari pada bekerja di sektor formal.
5.
Tingkat penghasilan di sektor informal umumnya relatif rendah, walaupun tingkat keuntungan terkadang cukup tinggi, akan tetapi karena omset penjualan relatif kecil, keuntungan absolut umumnya menjadi kecil.
6.
Keterkaitan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil. Kebanyakan usaha sektor informal berfungsi sebagai produsen atau penyalur kecil yang langsung melayani konsumennya.
4
7.
Pekerjaan di sektor informal tidak memiliki jaminan kesehatan kerja dan fasilitas-fasilitas kesejahteraan seperti dana pensiun dan tunjangan keselamatan kerja.
8.
Usaha sektor informal beraneka ragam seperti pedagang kaki lima, pedagang keliling, penjual koran, kedai lontong sayur, tukang cukur, tukang becak, tukang sepatu, warung nasi dan warung kopi.
Sektor informal dapat dilihat sebagai bentuk kegiatan perekonomian ataupun sebagai wadah penampung angkatan kerja, sehingga dapat berperan mengurangi pengangguran. Pemberdayaan sektor informal merupakan bagian dari pemberdayaan perekonomian rakyat guna pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Dalam beberapa hal, sektor informal lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku. Dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal yang bersifat adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu
mengembangkan
peluang-peluang
usaha
dibandingkan
dengan
perusahaan besar (Muzakir, 2010). Seseorang yang memiliki sedikit kemampuan, pengetahuan, memiliki peralatan yang sederhana dan keuletan berusaha maka ia dapat melakukan usaha dalam sektor informal. Adanya sifat alamiah dan sifat manusia, menyebabkan timbulnya perpindahan penduduk dari daerah yang kurang menguntungkan, seperti daerah pedesaan ke daerah yang lebih menjanjikan, seperti daerah perkotaan atau pusat pertumbuhan baru sebagai tempat bermukim, bekerja, berusaha dan bermasyarakat. Migrasi ini telah menciptakan berbagai macam lapangan usaha baru, seperti keberadaan pekerja sektor informal. Keberadaan pekerja sektor informal turut memberikan sumbangan bagi perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten dimana terdapatnya sektor informal tersebut. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan
5
daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan sektor informal mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan (Muzakir,2010). Hutajulu (2004) memberikan batasan tentang sektor informal, adalah suatu bidang kegiatan ekonomi yang untuk memasukinya tidak selalu memerlukan pendidikan formal dan keterampilan yang tinggi, dan memerlukan surat-surat izin serta modal yang besar untuk memproduksi barang dan jasa. Sektor informal memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian untuk bekerja di sektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki. Sektor informal secara nyata juga mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
1.5.2
Faktor-faktor keberhasilan suatu usaha Keberhasilan seseorang dalam berwirausaha di sektor informal di
pengaruhi oleh beberapa faktor. Secara khusus Clelland menggolongkan dua faktor yang menentukan keberhasilan wirausaha (Handayani, 2013), antara lain: a) Faktor Internal, meliputi: 1. Motivasi Keberhasilan kerja membutuhkan motif-motif untuk mendorong atau memberi semangat dalam pekerjaan. Motif itu meliputi motif untuk kreatif dan inovatif yang merupakan motivasi yang mendorong individu mengeluarkan pemikiran spontan dalam menghadapi suatu perubahan dengan memberi alternatif yang berbeda dari yang lain. Motif lain yaitu motif untuk bekerja yang ada pada individu agar mempunyai semangat atau minat dalam memenuhi kebutuhan serta menjalankan tugas dalam pekerjaan. 2. Pengalaman atau pengetahuan Kebutuhan akan pengalaman merupakan pengetahuan yang harusdicari sebanyak mungkin. Pengalaman merupakan pengetahuan atau keterampilan yang harus dikuasai atau diketahui sebagai akibat dari perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya selama jangka waktu tertentu. Wirausaha yang
6
berpengalaman lebih jeli dalam melihat lebih banyak jalan untuk membuka usaha baru. 3. Kepribadian Kepribadian
yang
rapuh
akan
berdampak
negatif
terhadap
pekerjaan.Kepribadian yang baik yaitu apabila wirausaha dapat bekerjasama dengan baik serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar dan efektif.
b) Faktor Eksternal, meliputi: 1. Lingkungan keluarga Keadaan keluarga dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memulai usaha. Ketegangan dalam keluarga akan menurunkan motivasi kerja dan pekerjaan menjadi terganggu. Lingkungan keluarga yang harmonis dalam interaksinya akan menunjang kesuksesan serta mengarahkan tenaga untuk bekerja lebih efisien. 2. Lingkungan tempat bekerja Lingkungan tempat kerja mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam menjalankan usaha. Lingkungan ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu: 2.a) Situasi kerja secara fisik Seorang wirausaha harus dapat menciptakan pekerjaannya dalam situasi apapun melalui bakat dan keterampilan yang dimilikinya. Namun yang utama bagi seorang wirausaha adalah dapat mencari peluang atau mengambil inisiatif agar usahanya bisa maju. 2.b) Hubungan dengan mitra kerja Hubungan dengan teman sejawat atau teman kerja yang menjadi mitra usaha dapat dijadikan pertimbangan untuk mewujudkan harapan dan untuk memotivasi dalam menyelesaikan permasalahan usaha dengan baik dan bijaksana.
7
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi atau menentukan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam berwirausaha khususnya di sektor Informal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi, pengalaman atau pengetahuan, dan kepribadian. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga dan tempat bekerja. a) Motivasi Motivasi sangat diperlukan untuk memberikan semangat kepada diri sendiri ataupun orang lain dalam melakukan suatu pekerjaan. Adanya tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang dapat menjadi motivasi atau pacuan agar melakukan usaha dengan sebaik-baiknya dan menjadi lebih baik. b). Pengalaman atau Pengetahuan Semakin banyak pengalaman seseorang dalam melakukan berbagai macam hal khususnya dalam bidang sektor informal (berdagang) maka semakin luas pula pengetahuan orang tersebut akan dunia perdagangan. Adanya pengalaman dan pengetahuan membuat seseorang dapat lebih mengerti pasang surut ketika berdagang. Pengalaman pula dapat menjadi guru yang baik dalam menuju kesuksesan. Pengalaman menjadikan seseorang dapat lebih berinovasi dalam mengembangkan usahanya lebih maju. c). Kepribadian Kepribadian seseorang dapat berdampak pada usaha yang dijalaninya. Kepribadian dapat menentukan kegagalan dan juga keberhasilan seseorang dalam berusaha. Seseorang yang berkepribadian rapuh maka akan berdampak negatif terhadap usahanya, sebaliknya jika kepribadian seseorang tersebut kuat maka orang tersebut akan mampu menghadapi situasi dan kondisi dalam bidang
usaha
serta
dapat
beradaptasi
dan
menyesuaikan
dengan
lingkungannya. d). Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga yang harmonis akan menciptakan hubungan yang baik antar sesama anggota keluarga. Dukungan antar anggota keluarga baik dukungan secara moril maupun materil dapat menjadikan motivasi
8
seseorang dalam berwirausaha dan juga mempengaruhi perkembangan usaha seseorang. e). Lingkungan tempat Bekerja Lingkungan tempat bekerja atau tempat usaha seseorang sangat berpengaruh dalam menjalankan usahanya. Lingkungan tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu situasi kerja secara fisik dan hubungan dengan mitra kerja. Situasi kerja secara fisik yaitu dilihat dari seseorang tersebut menciptakan usahanya dalam situasi apapun melalui bakat dan keterampilan yang dimiliki dalam mencari peluang atau mengambil inisiatif agar usahanya bisa maju. Hubungan dengan mitra kerja atau teman kerja yang baik akanmempermudah kita dalam melakukan pekerjaan dan jika ada konflik dapat diselesaikan dengan baik.
Menurut Arif (dalam Mahanani, 2014) Faktor internal merupakan karakteristik individu. faktor-faktor dari dalam individu yang mempengaruhi individu dan merupakan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor ekternal berupa faktor lingkungan yaitu menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia (life processes). Menurut Putri (dalam Mahanani, 2014) lingkungan (environment) dalam lingkup luas memiliki arti sesuatu yang bersifat fisik dan non fisik yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Menurut Zulkifli dalam jurnalnya yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Seorang Wirausaha Dihubungkan Dengan Pemilihan Bidang Usaha” menyatakan bahwa bahwa keberhasilan dan kegagalan wirausaha dipengaruhi oleh pemilihan bidang usaha yang tepat (dalam Handayani, 2013). Faktor yang menyebabkan wirausaha berhasil antara lain rasa percaya diri, selalu berorientasi pada hasil, suka tantangan dan risiko, jiwa kepemimpinan, mempunyai ide kreativitas, dan berorientasi pada masa depan. Sedangkan faktor penyebab kegagalan antara lain tidak kompeten dalam 9
manajerial, kurangnya pengalaman teknik, kegagalan dalam perencanaan, kurangnnya pengawasan dan pemilihan lokasi yang kurang strategis.
1.5.3
Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Bagdan dan Tylor (dalam Moleong, 2000) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian (Afriani, 2009) yaitu : a) Biografi Penelitian Biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasikan subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri. Penelitian biografi memiliki banyak macam diantaranya yaitu potret, profil, memoir, life history, auto biografi dan diary. b) Fenomenologi Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan pada situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memahami atau memaknai fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998) pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep
epoche
menjadi
pusat
dimana
peneliti
menyusun
dan
mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden. 10
c) Grounded Theory Walaupun suatu studi pendekatan menekankan art dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu. Situasi dimana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan ghrounded theory adalah pengembangan suatu teory yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa yang dipelajari. d) Etnografi Penelitian etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibant langsung dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok. e) Studi Kasus Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas atau individu.
1.5.4
Analisis Life History Penelitian kualitatif mempunyai keuntungan yaitu mampu mengungkap
masalah lebih mendalam. Penelitian ini terutama perlu untuk mengungkap perilaku manusia dan reaksi manusia sebagai individu terhadap ling kungannya, pikiran yang mendasari sikap dan pendapatnya, dan aspek sosio budaya dari suatu masyarakat tertentu (Hoedijono, 2000). Metode Pengalaman hidup “Life history 11
technique” adalah suatu metode yang mengungkap riwayat hidup seseorang / sekelompok orang baik secara menyeluruh maupun hanya aspek tertentu yang digambarkan secara rinci, multifaset dan cakrawala pandang yang luas dari interaksi seseorang/sekelompok orang dengan lingkungan, dan masyarakat tanpa batas ruang dan waktu. Masalah yang dapat diteliti dengan cara ini meliputi pendapat, tanggapan, pikiran, perasaan, pilihan, interpretasi, keputusan dan pengalaman seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat (Hoedijono, 2000).
a)
Aplikasi metode Life history Riwayat hidup yang dihasilkan secara hati hati oleh peneliti, telah dipakai untuk beberapa tujuan penelitian dengan sasaran satu gambaran menyeluruh dari bagian masing masing dimensi sebagai suatu refleksi kehidupan manusia. Cara ini bila dikumpulkan secara cermat dan hati-hati merupakan perangkat penelitian yang tak ternilai dan bermanfaat. Berbagai aplikasi dalam beberapa aspek penelitian yang menggunakan tehnik ini adalah :1. Kebudayaan suatu kelompok masyarakat (Antropologi-Budaya) Dengan melakukan pengumpulan data bagaimana individu atau suatu kelompok masyarakat menapaki seluruh sejarah hidupnya akan dihasilkan gambaran sosio budaya masyarakat tertentu. Misalnya data kehidupan suku bangsa yang terisolir (Dayak, Badui dll.) 2. Perubahan kebudayaan dan norma norma yang berlaku. Susunan keluarga, sifat ikatan kekeluargaan, kwalitas dan hubungan antara suami isteri dan anak-orang tua; orientasi waktu, pola pemanfaatan waktu luang, sistim value dan rasa keterikatan dengan masyarakat disekitarnya di lokasi yang berbeda yaitu di pedesaan dan perkotaan. 3. Riwayat hidup "tersembunyi" seseorang. Seringkali kita melihat film atau membaca tentang kehidupan seseorang berperilaku aneh dan bahkan sangat berbahaya, yang ditelusuri riwayat hidupnya oleh psikolog, psikiater ataupun anthropolog. Misalnya pada mereka yang melakukan tindak pembunuhan berseri, penyimpangan 12
seksual, faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang yang terkenal dan lain-lain. Metode Sisterhood dan Brass-Macrae dalam menghitung maternal mortality secara tidak langsung pada dasarnya memanfaatkan life history yang khusus pada fungsi reproduksi wanita. 4. Menggali perbandingan secara retrospektif dan inter generasional. Bencha Yoddumnern (1989) memunculkan riwayat kehidupan beberapa subyek sehingga pembaca dapat mengikuti perubahan perilaku dan kondisi kependudukan di dalam kurun waktu yang berbeda. Penelitiannya difokuskan pada wanita di bagian utara Thailand meliputi perubahan struktur keluarga, pengambilan keputusan, sampai pada penurunan fertilitas dari masa kemasa. Ia juga mengungkapkan perubahan pandangan norma keluarga besar menjadi kecil dan dasar alasannya, perubahan peran dari tiap anggota keluarga termasuk orang tua dan mertua, kehidupan seksual dari generasi sekarang dibandingkan dengan generasi pendahulunya. 5. Penelitian terhadap kasus yang mengalami gangguan penyimpangan. Pengalaman hidup atau life history sering digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengungkapkan gejala penyimpangan perilaku. Misalnya
homoseksualitas,
transvestism,
paedophili,
kleptomani,
homicide, bahkan akhir ini juga diteliti mereka yang cenderung melakukan kriminalitas. Pada pengguna narkotika dan pencandu alkohol juga sering ditemukan adanya gangguan perkembangan psikoseksualnya sejak masa kanak-kanak sampai menjelang dewasa. 6. Perubahan perkembangan yang mencolok Adanya perubahan perilaku manusia sering begitu cepat, apalagi dengan globalisasi dan teknologi informasi yang sangat cepat dan meluas. Misalnya saja perilaku seksual remaja masa kini yang pernah diungkap faktanya beberapa peneliti. Akan lebih bermakna bila ditelusuri faktor apa saja yang berpengaruh sehingga remaja kita terbawa arus modernisasi yang
tak
terkendali.
Pengungkapan
secara
mendalam
dengan
menggunakan tehnik "Pengalaman Hidup" pada masalah ini akan dapat 13
memberikan alternatif tindakan untuk mengatasi terutama dalam kaitan penanggulangan penyakit Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dan penyakit kelamin lainnya. (Hoedijono, 2000).
b) Cara Pengumpulan Data Pada umumnya penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri khusus diantaranya adalah terbatasnya subyek penelitian, dibutuhkan ketrampilan yang tinggi dari penggali informasi, pengolahan data yang handal dan penulisan laporan yang objektif namun tetap menarik. Berbagai determinan yang perlu diperhatikan pada saat pengumpulan data dengan menggunakan metode "pengalaman hidup" adalah 1. Peneliti atau penggali informasi Kondisi yang diperlukan adalah mampu menanamkan rasa kepercayaan subjek penelitian (responden) tanpa terlibat secara emosional. Dengan demikian subjek dapat menyampaikan perasaan, pikiran, pendapatnya secara terbuka. Namun peneliti atau pewawancara harus jeli menilai informasi yang diberi apakah benar atau dimanipulasi oleh subjek. Informasi yang tidak lengkap, salah atau tidak benar juga dapat disebabkan oleh proses pengingatan kembali retrieval tentang hal-hal yang ditanyakan, terlupakan atau sengaja disembunyikan. Selain dapat dipercaya, peneliti juga punya bakat menimbulkan suasana hangat dan akrab sehingga hubungan antara peneliti atau pewawancara dapat bebas dan wawancara dilakukan dalam suasana yang nyaman. Namun peneliti atau pewawancara perlu tetap memperhatikan keobjektipannya dalam menilai hubungan sikap dan informasi yang disampaikan oleh subjek penelitian. Boonchalaksi (1989) mengemukakan perlunya kepercayaan (trust) dan hubungan yang baik (rapport), dan kepekaan yang tinggi agar memudahkan penggalian informasi. 2. Subyek penelitian Mengingat terbatasnya subjek penelitian, maka pemilihan subjek adalah satu titik tolak yang sangat penting. Koentjoroningrat (1977) 14
mengungkapkan cara Oscar Lewis melakukan pemilihan subjek dalam penelitiannya yang sangat terkenal "Lavida" sebagai berikut : dipilih sejumlah keluarga yang diminta mengisi angket yang disebarkan; kemudian diseleksi 10 keluarga untuk diamati (observasi), dilengkapi dengan wawancara dan test psikologis, dan akhirnya dipilih 5 keluarga yang ditelusuri pengalaman hidupnya. Yoddumnern memilih subjek penelitian dengan pilihan variasi umur yang berbeda untuk mempelajari sikap, norma-norma dan perilaku yang berbeda dari kurun waktu yang berbeda. Perlu diperhatikan bahwa subjek harus dapat memberi informasi sesuai topik yang akan diteliti. Misalnya apabila topik yang dipilih adalah perilaku yang menyimpang, maka tentunya pilihan yang cocok adalah individu yang diduga punya perilaku menyimpang. Selain itu juga perlu diperhatikan akan kesediaan subyek meluangkan waktu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Tidak kalah pentingnya diperhitungkan kemampuan subyek memberi informasi dalam bahasa yang dimengerti peneliti dan jujur apa adanya serta konsistensi data dari waktu kewaktu, agar data tetap dijamin validitas dan reliabilitasnya. 3. Proses pengumpulan data. Agar validitas dan reliabilitas data terjaga perlu ketelitian peneliti dalam merekam seluruh informasi yang didapat yang kemudian diurutkan sesuai
tema
(subtopik)
yang
akan
diungkapkan
dengan
cara
mengkategorisasikan menjadi kelompok informasi yang sepadan. Validitas data dapat di cek dengan menggunakan cross-check (koreksi silang). Informasi yang didapat dari subyek di tanyakan pada orang lain baik keluarga atau orang-orang yang dekat dengan subyek lainnya atau ditanyakan pada subyek pada waktu yang berbeda untuk melihat konsistensi datanya (Hoedijono, 2000). Catatan-catatan peneliti meliputi : pendapat dan komentar terhadap apa yang diungkapkan oleh subyek yang langsung direkam dalam catatan khusus. Peneliti juga mencatat waktu, kondisi, tempat dan suasana yang dihadapi saat penggalian informasi 15
misalnya wawancara yang dilakukan dipenjara pada seorang individu yang terlibat tindak kriminal dan wawancara yang dilakukan di restoran pasti hasilnya akan berbeda. 4. Data yang dikumpulkan Informasi (data) yang digali dapat berasal dari : a. Data primer berasal langsung dari subyek penelitian dengan cara : a.1) Subyek menulis apa saja yang dilakukan olehnya baik kegiatan, perasaan, pendapat dari waktu ke waktu dalam satu periode tertentu yang telah disepakati oleh peneliti dan subyek. a.2) Merekam informasi dengan menggunakan tape recorder yang dilakukan oleh subyek tanpa kehadiran peneliti. Peneliti hanya memberi beberapa panduan topik-topik yang ingin digali secara tertulis. a.3) Merekam pembicaraan antara peneliti dan subyek dengan tape recorder sehingga diperoleh informasi utuh. a.4) Subyek memberi informasi yang dicatat oleh peneliti secara lengkap dan utuh atau diseleksi sesuai topik yang dipilih.
b. Data sekunder b.1) Data historis dalam dokumen resmi yang tentu terbatas dan dangkal b.2) Biografi atau anthropologi dari kelompok etnik tertentu. b.3) Peneliti menggali informasi tentang riwayat hidup seseorang melalui anggota keluarga, orang-orang yang terdekat (teman, sahabat, kekasih atau musuh). 5. Reliabilitas dan Validitas data. Untuk mempertahankan validitas dan reliabilitas data perlu "CrossCheck" (koreksi silang). Informasi yang didapat dari subyek di tanyakan pada orang lain baik keluarga atau orang-orang yang dekat dengan subyek lainnya atau ditanyakan pada subyek pada waktu yang berbeda untuk melihat konsistensi datanya. Meskipun ada pedoman wawancara tentang topik-topik yang akan dibahas, metode ini jauh lebih bebas dan tak terarah 16
dibandingkan dengan wawancara mendalam. Pedoman biasanya terpusat pada kategori yang spesifik. misalnya peran, pendapat, rangkaian masa kehidupan atau peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan (Hoedijono, 2000).
c). Pengolahan Dan Analisis Data Proses pengolahan data terdiri atas pemilihan, kategorisasi, klasifikasi dan pengarsipan data Sorting, cathegorizing,classifying, filing ke dalam sub topik yang sejenis (sepadan) sesuai tema yang ditetapkan. 1. Sorting (memilah data) Data-data yang berupa catatan dari lapangan (field-notes) dipilah sesuai dengan jenisnya secara sistematis. Catatan ini sebaiknya dilengkapi dengan hal-hal : Subjek yang ditemui, situasi, tempat, waktu saat wawancara berlangsung. 2. Kategorisasi (Cathegorizing). Sambil memilah-milah peneliti sekaligus mengerjakan kategorisasi data untuk masing-masing jenis informasi sehingga dapat dibandingkan hasil penggalian informasi untuk kasus yang berbeda dengan sub topik yang sama. Contoh-contoh berikut ini diambil dari penelitian dengan judul :"Continuity and Change in a Northern Thai Village : Determinants and Consequences of Fertility Decline on Northern Thai Family Structure". (Yoddumnern, 1989). Catatan lapangan Ibu A, pindah ke desa ini dari B ke desa tetangga. Seluruhnya ia mempunyai 6 Saudara : 2 kakak dan 3 adik 4 diantaranya wanita & hanya 1 laki-laki Ibu A, adalah anak ke 3 dan ia bekerja di sawah milik keluarganya dan bekerja sejak usia 14 th. Sebelumnya ia mengerjakan tata rumah tangga.
Indexing - Catagory - Tempat tinggal dan asal. - Jumlah saudara, besar
anggota keluarga.
- Pekerjaan menjelang
menikah. - Umur pertama kali bekerja. - Jenis pekerjaan (Tani). 17
Secara garis besar ada 3 kategori: a. Unit yang dapat dihitung (waktu, umur, tinggi dan lama suatu peristiwa). b. Recording unit adalah jawaban dari pertanyaan tunggal dan sering dipakai sebagai indikator. Misalkan tempat tinggal baru, aturan warisan, aturan adat dan kebiasaan, dan sikap anak terhadap orang tua. c. Context unit (klas/sub klas) sebagai hasil informasi sejenis. 3. Pengarsipan data Dalam analisis, pengolahan dan pengarsipan data yang efektif dan efisien merupakan satu tahap yang penting. Kegiatan ini sangat menentukan pada saat pembuatan laporan. Arsip yang ditata baik memudahkan peneliti menelusuri unit-unit analisis yang dibutuhkan. 4. Analisis data Peneliti mencoba melakukan analisis dari rangkuman data berdasarkan data yang sudah di tata secara rapi dan sistematis sehingga dapat ditarik kesimpulan, dapat dibandingkan, ataupun dihubungan berbagai item (masalah) sesuai dengan konsep yang telah disusun. Untuk memudahkan analisis, pedoman wawancara sudah dibagi secara sistematis misalnya informasi umum, data spesifik sesuai topik penelitian dan lainlain masalah yang ada kaitannya tapi tak langsung (Attiq GA, 1989).
Langkah analisis data pada studi biografi (Afriani, 2009), yaitu : a.
Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanakkanak, remaja, dewasa, dan lansia yang ditulis secara kronologis atau seperti pengalaman pendidikan, pernikahan atau pekerjaan.
b.
Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode.
c.
Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis
d.
Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan serta mencari epipani dari kisah tersebut.
18
e.
Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah, kemudian memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu,
f.
Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan bentuk narasi yang berfokus pada proses dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut.
1.6 Telaah Penelitian Sebelumnya Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hanum Risfi Mahanani (2009) dan Arung Lamba (2011). Judul penelitian skripsi Hanum Risfi Mahanani adalah Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Faktor Lingkungan Eksternal Terhadap Minat Berwirausaha (Studi pada Siswa SMA Negeri 1 Semarang). Persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanum Risfi Mahanani adalah adanya pengaruh faktor internal dan eksternal dalam berwirausaha dan keberhasilannya dalam melakukan usaha baik di sektor formal maupun sektor informal. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Hanum Risfi Mahanani meneliti faktor internal dan faktor eksternal lebih kepada minat berwirausaha sedangkan penelitian ini lebih kepada pengaruh mobilitas vertikal dan horisontal terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan usaha seseorang di sektor informal. Penelitian kedua adalah milik Arung Lamba (2011) yang berjudul kondisi sektor informal perkotaan dalam perekonomian Jayapura-Papua. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Arung Lamba adalah samasama meneliti mengenai sektor informal di suatu daerah, dan ternyata memiliki persamaan mengenai ciri sektor informal yang tidak melihat pada tingkat pendidikan, jenis kelamin, umur, suku, dan modal. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian Arung Lamba lebih kepada sektor informal terhadap perekonomian kota Jayapura-Papua yang dilihat dari tingkat fleksibilitas dan produktivitasnya sedangkan penelitian ini lebih kepada faktor keberhasilan sektor informal yang dipengaruhi oleh mobilitas vertikal dan horisontal. 19
Tabel 1.1 Telaah penelitian sebelumnya mengenai sektor informal dan faktor yang mempengaruhinya No 1
Peneliti Hanum Risfi Mahanani (2009)
2
Arung Lamba (2011)
Judul Tujuan Analisis Pengaruh a. Mengetahui besarnya minat Faktor Internal berwirausaha pada siswa SMA Dan Faktor Negeri 1 Semarang dilihat dari Lingkungan faktor internal yaitu meliputi Eksternal Terhadap percaya diri, berorientasi pada Minat tugas dan hasil, keberanian Berwirausaha mengambil risiko, kepemimpinan, (Studi Pada Siswa berorientasi pada masa depan, serta SMA Negeri 1 inovasi dan kreatifitas. Semarang) b. Mengetahui besarnya minat berwirausaha pada siswa SMA Negeri 1 Semarang dilihat dari faktor lingkungan eksternal yang meliputi lingkungan sosial dan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan teknologi. c. Mengetahui seberapa kuat faktor lingkungan eksternal memoderasi pengaruh faktor internal terhadap minat berwirausaha pada siswa SMA Negeri 1 Semarang. Kondisi Sektor Mengkaji kondisi sektor informal Informal Perkotaan perkotaan dalam perekonomian kota dalam Jayapura–Papua, utamanya dalam hal Perekonomian tingkat fleksibilitas dan Jayapura-Papua produktivitasnya.
Analisis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi
Hasil Variabel lingkungan sosial dan keluarga serta variabel lingkungan teknologi masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha. Sedangkan untuk variabel baik itu percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, keberanian mengambil risiko, kepemimpinan, berorientasi pada masa depan, inovasi dan kreatifitas, serta lingkungan sekolah tidak ada pengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha.
Penelitian kualitatif
Kondisi sektor informal di kota Jayapura sangat fleksibel dalam menerima tenaga kerja dengan latar belakang yang berbeda-beda (jenis kelamin, umur, suku, tingkat 20
pendidikan, bahkan modal). Produktivitas mereka juga sangat tinggi, karena omzet yang dihasilkan oleh seorang pelaku sektor informal jauh lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Faktor yang mempengaruhi tingkat fleksibilitas sektor informal kota Jayapura adalah sumberdaya manusia dan permintaan, yang berpengaruh negatif, berkebalikan dengan pengaruhnya terhadap produktivitas.
21
1.7 Kerangka pemikiran Sektor informal merupakan salah satu sektor yang paling banyak menampung angkatan kerja di negara berkembang khususnya di Indonesia. Sektor informal di Indonesia dipengaruhi tingginya arus migrasi di suatu daerah. Tingkat pendidikan yang rendah dan juga minimnya keterampilan yang dimiliki seseorang membuat sektor informal lebih banyak diminati oleh angkatan kerja di Indonesia. Seseorang yang melakukan pekerjaan di sektor informal disebut sebagai wirausaha. Sektor informal yang terdapat di Indonesia khususnya di Yogyakarta umumnya bergerak pada bidang barang dan jasa. Salah satu sektor informal yang berkembang di Yogyakarta adalah warung bubur kacang hijau. Seorang pedagang bubur kacang hijau dapat mencapai keberhasilan ataupun kesuksesan dalam usahanya dikarenakan oleh faktor internal (motivasi, pengalaman atau pengetahuan, dan kepribadian) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga dan lingkungan tempat bekerja) yang dilalui oleh pedagang bubur kacang hijau tersebut. Adanya mobilitas vertikal (dinamika ketenagakerjaan) dan mobilitas horisontal (cakupan ruang gerak) yang dilalui oleh seseorang juga dapat dipengaruhi dan mempengaruhi Faktor internal dan faktor eksternal yang menyebabkan keberhasilan dalam usaha sektor informal. Adanya mobilitasa vertikal dan
dan mobilitas horisontal sangat berperan penting dalam faktor
keberhasilan usaha sektor informal.
22
Sektor Informal
Wirausaha
Warung bubur kacang hijau
Pedagang Warung bubur kacang hijau
Faktor internal : motivasi, pengalaman atau pengetahuan, kepribadian. Faktor eksternal : lingkungan keluarga dan lingkungan tempat bekerja. Mobilitas Vertikal (Dinamika ketenagakerjaan) Mobilitas Horisontal (Cakupan ruang gerak) Berhasil atau Sukses
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
1.8 Batasan Operasional 1.
Mobilitas horisontal adalah perubahan dan perkembangan serta pengalaman seseorang yang di dapat dari berbagai daerah hingga menjadi orang yang berhasil atau sukses.
2.
Mobilitas vertikal adalah dinamika ketenagakerjaan seseorang hingga menuju kesuksesan.
3.
Dinamika ketenagakerjaan adalah perubahan pekerjaan yang dialami dari mulai lulus sekolah hingga saat ini menjadi orang yang berhasil atau sukses.
4.
Analisis life history adalah metode yang mengungkap riwayat hidup seseorang/sekelompok orang baik secara menyeluruh maupun hanya aspek tertentu yang digambarkan secara rinci, multifaset dan cakrawala pandang 23
yang luas dari interaksi seseorang/sekelompok orang dengan lingkungan, dan masyarakat tanpa batas ruang dan waktu (Attig GA dalam Hoedijono, 2000). 5.
Faktor internal merupakan karakteristik individu. faktor-faktor dari dalam individu yang mempengaruhi individu dan merupakan faktor yang dapat dikendalikan (Arif dalam Mahanani, 2014).
6.
Faktor eksternal berupa faktor lingkungan yaitu lingkungan (environment) dalam lingkup luas memiliki arti sesuatu yang bersifat fisik dan non fisik yang mempengaruhi kehidupan seseorang (Putri dalam Mahanani, 2014).
7.
Pedagang sektor informal adalah orang yang bermodal relatif sedikit berusaha dibidang produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu didalam masyarakat (Winardi, 2000).
8.
Pedagang bubur kacang hijau adalah orang yang memiliki usaha warung bubur kacang hijau.
9.
Berhasil adalah suatu pencapaian seseorang dan ada hasilnya serta menghasilkan sesuatu.
10. Sukses adalah keberhasilan seseorang dalam menjalankan usahanya.
24