ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL ( Studi kasus Sektor Informal Usaha Rumahtangga Warung Tegal di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur ) Oleh : Dewi Atika, MSi.,SE (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor) ABSTRACT
Patterns of Adaptation that has been done by the business households such as Warung Tegal be able to handle the economic situation which is not yet back to normal situation after the crisis. It shown positve results and evidenced by the efforts of houseolds still providing a good livelihood and appropriate for a working household and business viabiliy of staying awake despite the economic conditions have not headed toward a better. I.
PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan penduduk yang tinggi disatu pihak merupakan sumberdaya yang potensial bagi pembangunan, namun pada pihak yang lain jumlah penduduk yang sangat besar akan merupakan masalah bagi pembangunan. Penduduk Indonesia yang tersebar di 33 provinsi penyebarannya masih belum merata, sebagian besar masih terpusat di pulau Jawa khususnya di wilayah perkotaan. Hal ini menyebabkan masalah bagi kependudukan yang langsung berkaitan dengan sektor lapangan kerja. Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan, angkatan kerja yang diserap sektor informal merupakan refleksi ketidak mampuan sektor formal dalam membuka kesempatan kerja lebih luas terhadap sebagian besar penduduk usia kerja. Beberapa hasil peneltian juga membuktikan bahwa lapangan kerja sektor informal sebagai lapangan kerja sementara, namun cukup banyak tenaga kerja umur produktif yang terlibat didalamnya dan cukup lama menekuni pekerjaan ini, serta tidak ada pekerjaan sampingan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Hal ini merupakan tolak ukur bahwa lapangan kerja disektor informal bukanlah media sementara atau batu loncatan sebelum seseorang memperoleh pekerjaan di sektor formal (Nasution,, 1988). Kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum membaik sejak terjadi krisis moneter berantai di negara-negara kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur yang dimulai pertengahan Juli 1997 hingga kini membawa perekonomian Indonesia yang tidak bersahabat dengan jumlah angkatan kerja yang selalu tumbuh setiap tahunnya. Pada sisi yang lain daya beli masyarakat menurun yang diikuti oleh kelesuan pasar, iklim berusaha tidak bergairah. Banyak perusahaan-perusahaan menurunkan aktivitas atau malahan tidak mampu lagi untuk beroperasi yang pada akhirnya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. Sri Edi Swasono (1986) mengulas tentang sektor informal bahwa selama iklim usaha mengalami kelesuan justru sektor informal terbukti dapat memberikan penampungan pada PHK sektor formal dan juga selama ini sektor informal mampu
1
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
memberikan dukungan pada sektor formal. Selain itu sektor informal memiliki beberapa potensi yang tidak dimiliki oleh sektor formal diantaranya sebagai sumberdaya manusia (tenaga), mobilitas tinggi (luwes menyesuaikan keadaan), etos kerja tinggi, ada jenis pekerjaan yang tidak bisa diganti dengan IPTEK dan eksistensinya selalu terkait dengan keadaan yang ada. Penelitian ini dilalukan pada rumahtangga migran yang berusaha di sektor informal yaitu rumahtangga migran yang berusaha dibidang perdagangan makanan warung nasi sederhana Warung Tegal atau yang lebih dikenal dengan “Warteg”. Selain bertindak sebagai konsumen rumahtangga migran sektor informal usaha warung Tegal juga bertindak sebagai produsen. Dimana setiap rumahtangga memiliki sumberdaya berupa waktu, ketrampilan (tenaga) serta kekayaan (modal) yang dapat dimanfaatkan sepenuhnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup keluarga melalui pasar kerja atau di rumah tangga itu sendiri. Sebagai produsen, rumahtangga usaha Warung Tegal bertujuan memaksimumkan keuntungan dari kegiatan usaha rumahtangga yang dilakukannya, sedangkan sebagai konsumen rumahtangga usaha warung Tegal bertujuan memaksimumkan kepuasan dari barang-barang yang dikonsumsi dan kepuasan yang diperoleh pada saat menikmati waktu luang. I.2. Perumusan Masalah Disatu sisi wilayah perkotaan menjanjikan harapan yang besar bagi para migran yang datang dari desa untuk meningkatkan taraf hidup ataupun untuk mempertahankan kelangsungan hidup, pada sisi yang lain tingkat pengangguran di perkotaan semakin meningkat sejalan dengan menurunnya tingkat kegiatan ekonomi, dan juga sebagai akumulasi dari kebijakan urban biasa yang bersifat padat modal yang mengakibatkan banyak tenaga kerja yang tidak terserap di sektor formal. Sektor formal selama ini memang diakui sebagai pemberi kontribusi pendapatan terbesar bagi perekonomian secara keseluruhan, namun ketidak mampuan sektor ini menyerap banyak tenaga kerja telah menimbulkan jurang perbedaan pendapatan yang semakin lebar. Oleh karena itu peranan sektor
2
informal sebagai katup pengaman bagi masalah ketenagakerjaan sebagai salah satu bagian dari kehidupan kota, yang mempunyai potensi untuk tetap eksis walaupun dengan ciri skala kecil, produktivitas rendah, modal relatif rendah perlu mendapat dukungan sehingga pola kegiatan dan karakteristik sektor informal khususnya bagi tenaga kerja migran dapat memberikan dukungan terhadap pembangunan ekonomi khususnya dalam penyerapan tenaga kerja. Menurut Sethuraman (dalam Manning dan Effendi,1985) bahwa sektor informal mempunyai kemampuan untuk menghasilkan surplus bagi investasi, oleh karena itu membantu dalam meningkatkan kegiatan ekonomi. Dimana hal ini dapat dilihat dari usaha-usaha sektor informal menggunakan modal yang sangat terbatas yang menjadi suatu sarana kehidupan bagi mereka yang tidak mempunyai pekerjaan, dimana modal yang mereka gunakan kebanyakan dari usaha sendiri, modal ini sama sekali tidak menghabiskan sumberdaya ekonomi yang langka; malahan ia akan mendorong mobilitas sumberdaya. Sektor informal adalah bagian dari kehidupan keluarga migran di kota, dimana kesempatan kerja sektor informal semakin bermakna dalam konteks alternatif penghidupan yang ditawarkan oleh sektor formal tidak selalu tersedia bahkan tidak selalu lebih baik . Dengan belum membaiknya kondisi ekonomi dewasa ini dimana semua sektor usaha harus melakukan penyesuaian-penyesuaian didalam kegiatan-kegiatan usahanya, demikian juga dengan usaha yang dilakukan oleh usaha sektor informal Warung Tegal. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana pola adaptasi rumahtangga migran sektor informal khususnya Warung Tegal dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi yang disebabkan oleh kondisisi ekonomi yang masih mengalami kelesuan, untuk itu perlu diteliti dan dilihat lebih mendalam mengenai masalah-masalah yang menyangkut : “Faktor - faktor apa yang mempengaruhi serta bagaimana keterkaitan curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga migran sektor informal diperkotaan”.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
I.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dilemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola adaptasi rumahtangga migran sektor informal usaha Warung Tegal dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi yang disebabkan oleh krisis ekonomi dengan menganalisis keterkaitan aktivitas ekonomi yang tercakup dalam rumahtangga serta faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang berguna, berkaitan dengan perilaku setiap peubah yang berpengaruh terhadap curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga migran sektor informal khususnya di perkotaan. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam usaha untuk meningkatkan taraf hidup rumahtangga migran sektor informal. II.
Kesempatan Kerja Sektor Informal 2.1. Pengertian Sektor Informal Hingga saat ini beberapa ahli mendefenisikan istilah sektor informal masih berbeda-beda, dimana sektor informal ini dapat saja termasuk pada sektorsektor yang ada. Sethuraman (dalam Manning dan Effendi, 1985) mengemukakan bahwa istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Selanjutnya dikatakan pula bahwa sektor informal merupakan suatu manifestasi dari suatu pertumbuhan kesempatan kerja negara-negara sedang berkembang, oleh sebab itu mereka yang memasuki kegiatan ini tujuannya adalah mencari pekerjaan dan pendapatan dari pada memperoleh keuntungan. Jadi defenisi mengenai sektor informal menurut Sethuraman adalah unit-unit usaha yang berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang/jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan dalam usahanya itu sangat dihadapkan dengan berbagai kendala seperti faktor modal fisik, faktor pengetahuan dan faktor ketrampilan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Sektor informal diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1976 - 1978 oleh sekelompok peneliti dari International Labor Organization (ILO). Dalam konferensi International Statistisi Tenaga Kerja yang ke XV pada bulan Januari 1993, ILO telah mencoba merumuskan kembali defenisi informal yang didasarkan pada “Own Account Workers” yaitu usaha yang tidak mempunyai pembukuan tersendiri atau dengan kata lain membaurkan asset usaha dengan asset pribadi. Rumusan dari ILO tersebut banyak mendapat tanggapan dari Indonesia antara lain Dhanani , mengajukan tanggapan antara lain kurang lengkapnya defenisi mengenai “Own Account Workers”, “Unpaid Family Workers” dan perbedaan yang tidak tegas antara “Paid Employment” dengan “Self Employment”. Menurut Dhanani (dalam Final Report Penelitian Profil Kesempatan Kerja Sektor Informal, Depnaker 1994), pekerja keluarga tak dibayar harus dibedakan dengan “Self Employmed Workers” karena adanya perbedaan situasi kerja yang mendasar yaitu bekerja untuk orang lain dalam hal pekerja keluarga dan bekerja untuk dirinya sendiri dalam hal “Self Employed Workers”, dimana dalam hal yang terakhir ini secara ekonomi terdapat faktor resiko dan imbalan dari kewirausahaannya. Biro Pusat Statistik (BPS) sebagai institusi yang berkompeten mengeluarkan berbagai jenis data, mendefinisikan pekerja sektor informal yang didasarkan atas peubah utama status dan jenis pekerjaan. Bekerja sendiri atau dibantu anggota rumah tangga/buruh tidak tetap sebagai profesional teknisi, pimpinan dan manager,dianggap sebagai pekerja formal. Walaupun aktivitasnya mandiri, tetapi jenis pekerjaan yang dilakukan menunjukkan sifat modern dan formal. Menurut Hidayat (1980), bahwa selain konsep yang dikemukakan oleh Sethuraman, perlu ditambahkan dengan defenisi yang terdiri dari tiga butir yaitu: 1. Sektor informal ialah sektor yang tidak menerima bantuan ataupun proteksi ekonomi dari pemerintah. 2. Sektor yang belum dapat menggunakan bantuan meskipun pemerintah telah menyediakannya.
3
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
3.
Sektor yang telah menerima bantuan tetapi bantuan itu belum sanggup membuat sektor itu berarti. Defenisi yang dikemukakan disini kelihatannya menekankan faktor bantuan dari luar dimana para pekerja sektor informal belum memanfaatkannya walaupun telah tersedia. Jadi yang dipersoalkan disini bukanlah ada tidaknya bantuan dari pemerintah, melainkan fokusnya tertuju pada kriteria accessability bagi sektor informal terhadap penggunaan bantuan yang telah tersedia dan juga perihal kualitas bantuan. Konsep sektor informal yang dikemukakan oleh Keith Hart (dalam Manning dan Effendi, 1985) adalah suatu konsep dengan mengemukakan ciri-ciri dari sektor informal yaitu bersifat padat karya, kekeluargaan, pendidikan formal rendah, mudah dimasuki, berubah-rubah tidak stabil dan tingkat penghasilan tidak sepenuhnya dibenarkan. Dari ciriciri yang dikemukakan ini maka oleh Hidayat,1986 (dalam Ponto, 1987) dikemukakan 11 ciri pokok dari sektor informal di Indonesia, yaitu : 1. Kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia di sektor formal. 2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai suatu izin usaha. 3. Pola kegiatan usah tidak teratur baik dalam arti lokasi, maupun jam kerja. 4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini. 5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu sub sektor ke lain sektor/sub sektor. 6. Teknologi yang digunakan bersifat primitif atau sederhana. 7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga kecil. 8. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja. 9. Pada umumnya bekerja sendiri atau hanya dibantu oleh pekerja keluarga yang tidak dibayar.
4
10. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi. 11. Hasil produksi atau jasa yang tertutama dikonsumsikan oleh golongan masyarakat kota/ desa yang berpenghasilan rendah dan kadangkadang juga berpenghasilan menengah. Dengan adanya ke 11 ciri kegiatan ini diharapkan dapat merupakan suatu panduan mengenai sektor informal. Namun perlu diperhatikan bahwa untuk mengatakan bahwa seseorang termasuk pekerja sektor informal atau tidak maka harus memenuhi ciriciri tersebut. Tetapi dengan beberapa ciri saja yang dimiliki maka seseorang dapat dikatakan sebagai pekerja sektor informal. Demikian sebaliknya tidak dapat mengatakan seseorang bekerja di sektor informal apabila sudah memiliki/memenuhi salah satu ciri yang dikemukakan tersebut. Sebaliknya pula ada kegiatan yang termasuk sektor informal walaupun tidak memenuhi beberapa ciri yang telah dikemukakan. Ciri-ciri yang dikemukakan memang sudah banyak digunakan untuk keperluan penelitian sektor informal, tetapi perlu diingatkan bahwa ciriciri tersebut bukanlah merupakan suatu yang sudah baku, karena ada ciri-ciri yang dikemukakan diatas tidak lagi berkompeten dengan situasi sekarang. Misalkan ciri mengenai sektor informal yang menggunakan teknologi yang primitif, kenyataannya sudah banyak kegiatan sektor informal yang sudah menggunakan media elektronik dalam melakukan kegiatan usahanya. 2.2. Peranan Sektor Informal Keberadaan sektor informal di perkotaan tidak dapat dihilangkan dari lingkungan kota, sedangkan desa tidak dapat menampung jumlah penduduk yang bertambah terus sementara sektor formal di kota juga tidak mampu menyerap angkatan kerja yang terus tumbuh di kota. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa munculnya sektor informal di kota berhubungan erat dengan besarnya populasi penduduk dan angkatan kerja serta ketidak seimbangan pembangunan di kota dan desa yang mempengaruhi distribusi penduduk. Ada pendapat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
yang mengatakan bahwa sektor informal juga meningkat sesuai dengan besar kota (Bakir dan Manning, 1984). Peranan sektor informal dalam pemasaran barang produsen ke konsumen antara lain telah menempatkan posisi penting sebagai salah satu mata rantai perekonomian didalam proses distribusi barang, yang berarti produsen mengurangi biaya pemasaran yang semestinya harus dikeluarkan. Disamping itu juga sektor informal dapat juga berfungsi membantu effisiensi pemasaran untuk komoditas tertentu terutama untuk barang yang cepat rusak misalnya buah-buahan dan lainnya yang mampu memungkinkan berperan dalam soal waktu dan tempat. Hal ini juga dapat membantu bagi pembeli yang bergegas. Bila ditinjau dari segi konsumen sektor informal dapat memberikan kemudahan dalam berbelanja. Konsumen dapat lebih leluasa dalam memilih dan menawar barang, dimana kehadiran sektor informal ini telah berperan positif untuk meredam lonjakan pergeseran nilai dari budaya berbelanja tradisional ke budaya berbelanja masyarakat modern, dimana hal ini sangat berarti untuk masyarakat perkotaan yang berpenghasilan rendah dan menengah. Nasution (dalam Ponto ,1987) menjelaskan peranan sektor informal dalam perekonomian nasional. Pertama, sektor informal mampu menyediakan lapangan kerja baru, memberikan penghidupan mandiri, memberikan penghidupan murah bagi si miskin, serta menampung pengangguran. Kedua, meskipun sektor informal tidak mendapat proteksi, subsidi dan lainnya, tetapi sektor ini mampu menjadi produktif dan potensial untuk produktif, serta effisiensi dalam kegiatannya. Ketiga, sektor informal memanfaatkan berbagai barang bekas dan rongsokan, melakukan proses daur ulang dengan cara memperbaiki, menambah, remodeling dan lainnya, sehingga memberikan nilai tambah marginal (extra value added). Keempat, sektor informal sebagai penyalur efektif bagi sektor formal, mendapatkan produsen dengan konsumen akhir, sehingga sektor ini merupakan bagian integratif dari seluruh kegiatan ekonomi internasional. Dengan kata lain, sektor informal adalah sisi lain dari perekonomian
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
sektor formal yang tidak bisa dipisahkan. Kelima, sektor informal mendukung atau membantu kegiatan sektor formal. Sektor formal yang seringkali tidak efisien, bisa bertahan hidup dikarenakan upah buruh yang rendah. Sementara itu buruh bisa hidup dengan upah rendah dikarenakan adanya sektor informal, yang mampu menyediakan kebutuhan hidup secara murah. Dengan demikian sesungguhnya sektor informal telah mensubsudi sektor formal. Keenam, sektor informal berfungsi sebagai peredam dalam pancaroba pembangunan bagi pendatang dari berbagai golongan atau suku, yang berkaitan dengan proses urbanisasi dan yang tidak tertampung di sektor formal. Terakhir ketujuh, sektor informal membuktikan dirinya mampu mendukung pembangunan daerah, yang diwujudkan dalam bentuk pembayaran retribusi, dan berupaya menjaga ketertiban dan kebersihan di wilayah kerjanya. Dukungan ini semakin meningkat dan terwujud, setelah adanya koperasi yang menggerakkan pekerja di sektor informal Menurut Ananta dan Prijono (1985), besarnya persentase pekerja yang masuk sektor informal dan meningkatnya persentase tersebut untuk daerah kota merupakan pencerminan ketidak mampuan sektor formal untuk menampung pertambahan angkatan kerja. Dimana pendapat ini didasarkan asumsi bahwa kalau dapat dan mempunyai kesempatan orang akan selalu berusaha untuk bekerja di sektor formal. Hanya bila tidak ada lowongan di sektor formal, maka orang lalu mencari atau menciptakan kesempatan kerja di sektor informal. Dengan kata lain, sektor informal dilihat sebagai suatu sektor sisa. Hidayat (dalam Ponto,1987), sektor informal merupakan sumber penghidupan yang bergerak dalam sektor ekonomi lemah dan hidup subur didaerah perkotaan pada negara-negara yang sedang berkembang karena tidak terorganisir dan terjangkau oleh kebijakan ekonomi pemerintah. Ditinjau dari sudut pandangan ekonomi dan politik, berarti bahwa kegiatan ekonomi pada sektor informal di kota-kota besar memegang kunci utama dalam memelihara stabilitas politik di daerah-daerah perkotaan yang rawan. Dalam keadaan situasi ekonomi yang tidak
5
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
menentu seperti dalam waktu akhir-akhir ini sektor informal akan mempunyai peranan yang lebih penting lagi, karena pembangunan ekonomi akan lebih banyak bertumpu pada aktivitas yang lebih mengakar pada kekuatan ekonomi domestik, baik dari segi aktivitas produksinya maupun pemasarannya. Sethuraman (Manning dan Effendi, 1985) berpendapat bahwa sektor informal mempunyai kemampuan untuk menghasilkan surplus bagi investasi, oleh karena itu membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dimana hal ini dapat dilihat dari usaha-usaha sektor informal menggunakan modal yang sangat kecil yang menjadi suatu sarana kehidupan bagi mereka yang tidak mempunyai pekerjaan, dimana modal yang mereka gunakan kebanyakan dari usaha sendiri, modal ini sama sekali tidak menghabiskan sumberdaya ekonomi yang langka; malahan ia akan mendorong mobilitas sumberdaya. Kesempatan kerja di sektor informal semakin bermakna dalam konteks dimana alternatif penghidupan yang ditawarkan oleh sektor formal tidak selalu lebih baik. Buruh-buruh yang bekerja pada pabrik-pabrik besar dan berstatus formal sering harus menghadapi perlakuan yang tidak layak dari majikannya yang sangat kuat karena mendapatkan perlindungan dari negara dan aparat keamanan resmi. Sektor informal menjadi besar karena imbalan dan kondisi kerja yang ditawarkannya cukup baik. III. PROSEDUR ANALISIS 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta, dimana pemilihan lokasi ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu Jakarta Barat dan Jakarta Timur dengan pertimbangan secara cluster. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini seluruhnya selama 6 (enam) bulan, 2 (dua) bulan penelitian lapang dan selama 4 (empat) bulan pengolahan data serta penulisan. 3.2. Sumber Data dan Penentuan Responden Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden melalui pertanyaan-
6
pertanyaan yang diajukan berdasarkan pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi seperti BPS, Departemen Tenaga Kerja dan instansi terkait lainnya. Adapun populasi dari penelitian ini adalah rumahtangga migran yang berusaha di sektor informal warung makan “Warung Tegal” yang tersebar di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Dari kedua lokasi yang telah ditetapkan, masing-masing dipilih 20 orang responden yang dipilih secara acak terstratifikasi (stratified random sampling) sehingga jumlah responden seluruhnya adalah sebanyak 40 usaha rumahtangga . Adapun stratifikasi yang dilakukan berdasarkan rumahtangga yang berasal dari luar wilayah DKI Jakarta dan telah berada dan menetap secara permanent di wilayah penelitian, berusaha di sektor informal selama satu tahun atau lebih. Disamping itu juga stratifikasi berdasarkan lokasi usaha, kepemilikan tempat usaha dan kepemilikan rumah. Terhadap rumahtangga contoh di tiap-tiap lapisan atau strata diteliti untuk melihat alokasi tenaga kerja dan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga . 3.3. Identifikasi Model Menurut Koutsoyiannis (1977), ada dua syarat yang harus dipenuhi semua persamaan dalam model untuk proses identifikasi yaitu syarat keharusan (order condition) dan syarat kecukupan (rank condition). Syarat keharusan menghendaki bahwa suatu persamaan dalam model dapat diidentifikasi jika memenuhi kriteria jumlah peubah predeterminan yang dikeluarkan dari persamaan yang diperiksa adalah lebih besar atau samadengan jumlah peubah endogen yang dimasukkan dalam persamaam tersebut dikurangi satu. Adapun proses identifikasi model struktural terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan, yaitu: K = Total peubah dalam model yaitu peubah endogen dan peubah predeterminan M = Jumlah peubah endogen dan eksogen yang dimasukkan dalam suatupersamaan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
G = Jumlah persamaan (jumlah peubah endogen) Berdasarkan syarat keharusan (order condition), suatu persamaan adalah teridentifikasi jika memenuhi rumus sebagai berikut : (K - M )³( G - 1 ) Jika ( K - M ) < ( G - 1 ) maka persamaan dalam model dikatakan under identifed dan jika ( K - M ) > ( G - 1 ), maka persamaan didalam model dikatakan over identified. Pada model ekonomi rumahtangga usaha warung Tegal terdapat 9 persamaan hubungan prilaku dan 7 persamaan identitas, dengan 16 peubah endogen dan 26 peubah eksogen sehingga total peubah yang ada didalam model ekonomi usaha rumahtangga warung Tegal sebanyak 42 peubah. Dengan menggunakan syarat keharusan (order condition) terhadap seluruh persamaan menunjukkan bahwa setiap persamaan hubungan perilaku/strukturall adalah over identified. 3.4. Analisis Data Analisis keterkaitan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomi rumahtangga migran sektor informal menggunakan persamaan simultan. Karena semua persamaan over identified, maka persamaan dapat diduga dengan metode 2SLS (Two Stage Least Squares) atau pun 3SLS ( Three Stage Least Squares ). Dari kedua alternatif metode tersebut maka dalam penelitian ini metode pendugaan model yang terbaik adalah menggunakan 2SLS karena dapat menghasilkan nilai dugaan parameter yang lebih efisien (Koutsoyiannis, 1977). 3.5. Validasi Model Adapun kriteria statistik yang digunakan untuk validasi model nilai pendugaan model ekonometrika adalah Root Mean Square Error (RMSE), Root Mean Square Percent Error (RMSPE) dan U-Theil’s inequality cefficient (U) (Pyndick and Rubinfeld, 1991).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Semakin kecil nilai RMSE, RMSPR dan U semakin baik pendugaan model. Adapun nilai U berkisar antara 0 dan 1, jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, sebaliknya jika nilai U = 1 maka pendugaan model tidak sempurna. IV. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI USAHA RUMAHTANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL WARUNG TEGAL Model ekonomi rumahtangga migran sektor informal usaha Warung Tegal dirumuskan dengan menggunakan model persamaan simultan, dimana pendugaan model dilakukan dengan menggunakan 2 SLS (Two Stage Least Squares) pada program SAS melalui prosedur SYSLIN. Hasil pendugaan dianalisis berdasarkan (1) nilai statistik uji-t (dengan taraf a = 1 persen, a = 10 persen dan a = 20 persen ), hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing peubah penjelas terhadap peubah endogen; (2) nilai statistik uji F, untuk mengetahui pengaruh peubah penjelas secara bersama-sama terhadap peubah endogen; (3) nilai koefisien determinasi (R2), untuk mengukur kebaikan suai (goodness of fit) yaitu proporsi keragaman peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh peubah penjelas; (4) nilai elastisitas untuk mengetahui persentase perubahan (peningkatan atau penurunan) peubah endogen apabila penjelas naik satu persen. 4.1. Curahan Kerja di Dalam Usaha Rumahtangga Curahan kerja di dalam usaha rumahtangga diduga dipengaruhi oleh curahan kerja di luar usaha rumahtangga, penyerapan tenaga kerja dari dalam rumahtangga, jam kerja warung usaha, jumlah warung usaha, penyerapan tenaga kerja dari luar rumahtangga, biaya usaha total dan pendapatan dari dalam usaha rumahtangga
7
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
Tabel 1. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja di Dalam Usaha Rumahtangga pada Rumah tangga Usaha Warung Tegal. Perubah
Parameter Dugaan
Intercep
t-Hitung
Taraf Nyata
Elastisita
373.1119889
2.103
0.0449
Curahan kerja diluar usaha rumahtangga
-0,644518
-3.536
0.0015 B
-0.10
Penyerapan TK dlm RT Jamkerja Warung
55.627375
1.757
0.0902 B
0.26
3.409628
0.338
0.7382
294.640648
3.554
0.0014 B
0.50
-4.798
0.0001
A
-0.34
1.989
0.0570 B
0.31
-0.929
0.3613
-0.14
dr
Jmlh warung ush Penyerapan TK luar RT Biaya ush total
dr -130.87616 0.000035118
Pendapatan dr dlm -0.000056947 usaha RT R2 0.7414 F-hitung
0.06
11.057
Keterangan : A berbeda nyata pada taraf uji a = 1 persen B berbeda nyata pada taraf uji a = 10 persen C berbeda nyata pada taraf uji a = 15 persen 4.2. Curahan Kerja di Luar Usaha Rumahtangga Curahan kerja di luar usaha rumahtangga diduga dipengaruhi oleh curahan kerja di dalam usaha rumahtangga, umur suami, konsumsi total rumahtangga, pengalaman usaha dan dummy bekerrja di luar usaha rumahtangga serta jumlah warung usaha Tabel 2. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja di Luar Usaha Rumahtangga pada Rumah tangga Usaha Warung Tegal. Perubah
Parameter Dugaan
Intercep
206.155205
Keterangan : A berbeda nyata pada taraf uji a = 1 persen B berbeda nyata pada taraf uji a = 10 persen C berbeda nyata pada taraf uji a = 20 persen 4.3. Curahan Kerja Total Rumahtangga Curahan kerja total tumahtangga merupakan persamaan identitas yang dibentuk dari penjumlahan curahan kerja di dalam usaha rumahtangga dan curahan kerja di luar usaha rumahtangga. 4.4. Penyerapan Tenaga Kerja dari Dalam Rumahtangga. Penyrapan tenaga kerja dari dalam rumahtangga diduga dipengaruhi oleh pendapatan total, biaya bahan baku, penyerapan tenaga kerja dari luar rumahtangga, jumlah angkatan kerja, curahan kerja di dalam usaha rumahtangga, jumlah anak sekolah dan upah tenaga kerja Tabel 3. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja dari Dalam Usaha Rumahtangga pada Rumahtangga Usaha Warung Tegal.
Taraf Nyata
Curahan kerja di dlm ush RT Umur Suami Konsumsi Total RT
0.064613 -4.055516 0.000008891
-1.066 -1.869 0.375
-0.40
0.0721 0.7106
Pengalaman usaha
2.490327
3.265497
0.4521
Dummy bkrja dr luar ush RT
260.883438
8.115
0.0001 A
Jumal warung usaha
-22.646483
-0.637
0.5293
-0.11
-1.404
0.1718C
Biaya Bahan Baku
0.77
0.447
0.09
Penyerapan TK dari luar
-0. 17597
-1.003
0.3249
-0.09
Jumlah angkatan kerja keluarga. Curahan Kerja di dlm ush RT
0.448558
5.671
0.0001A
0.58
0.001372
2.346
0.0266B
0.29
-0.360226
-2.697
0.0119B
-0.18
0.000000557
-0.339
2
0.2954
Elastisita
-5.07E-08
anak
Elastisita
0.0614
Taraf Nyata 0.1606
-0.000000172
Upah tenaga kerja 1.949
t-Hitung 1.443
Pendapatan Total
Jumlah sekolah t-Hitung
Parameter Dugaan 0.964569
Perubah Intercep
0.7375
0.04
0.7133
R
9.597 F-hitung
B
-1.34 0.12 -0.15
0.24
Keterangan : A berbeda nyata pada taraf uji a = 1 persen B berbeda nyata pada taraf uji a = 10 persen C berbeda nyata pada taraf uji a = 20 persen
2
R
F-hitung
8
0.7692 15.556
4.5. Penyerapan Tenaga Kerja dari luar Rumahtangga Penyerapan tenaga kerja dari luar rumahtangga diduga dipengaruhi oleh biaya bahan baku, penyerapan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
tenaga kerja dari dalam rumahtangga, omzet usaha, jumlah warung, jam kerja usaha dan jumlah anak sekolah
dari biaya beras, daging sapi, ayam, telur, ikan, tahu tempe, minyak goring, bumbu, sayuran, gula the kopi dan pengeluaran untuk bahan bakar.
Tabel 4. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja dari Luar Rumahtangga pada Rumahtangga Usaha Warung Tegal.
4.9. Pendapatan dari dalam Usaha Rumahtangga Pendapatan dari dalam usaha rumahtangga diduga dipengaruhi oleh omzet usaha, penyerapan tenaga kerja dari luar rumahtangga, penyerapan tenaga kerja dari dalam rumahtangga, biaya usaha dan pendapatan dari luar usaha rumahtangga
Perubah Intercep
Parameter Dugaan -1.787044
Biaya Bahan Baku -0.000000339 -0.658203
Penyerapan TK dari dlm Omzet Usaha 0.000000516
t-Hitung .-1.402
Taraf Nyata . 0.1719
Elastisita
-0.657
0.5162
-1.06
-3.753
0.008B
-1.21
1.272
0.2138
2.16
Jmlh warung
.386628
2.556
0.0163B
0.91
Jam kerja ush
1.566
0.1286C
0.77
Jmlh ank sklh
0.104804 0.237442
1.323
R2
0.8694
0.1966C
F-hitung
31071
Tabel 5. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan dari Dalam Usaha Rumahtangga pada Rumahtangga Usaha Warung Tegal.
0.22 .
Keterangan : A berbeda nyata pada taraf uji a = 1 persen B berbeda nyata pada taraf uji a = 10 persen C berbeda nyata pada taraf uji a = 20 persen 4.6. Penyerapan Tenaga Kerja Total Usaha Rumahtangga. Penyerapan tenaga kerja total usaha rumahtangga warung Tegal juga merupakan persamaan identitas yang dibentuk dari penjumlahan penyerpan tenaga kerja dari dalam rumahtangga dan penyerapan tenaga kerja dari luar rumahtangga.
Parameter Dugaan 133971 0.917098
t-Hitung . 1.163 14.049
Penyerapan TK Dr luar RT
-2.29668
-1.164
Penyerapan TK dari dlm RT
76143
Biaya Usaha
-0.88535
Pendapatan dari luar usaha RT
-0.053373
Perubah Intercep Omzet Usaha
R2 F-hitung
Taraf Nyata 0.2544 0.0001A
Elastisita 4.15
0.2541
-0.03
2.24
0.0329B
0.15
-11.317
0.0001A
-3.32
-1.847
0.0750B
-0.01
0.9781 259.218
Keterangan : A berbeda nyata pada taraf uji a = 1 persen B berbeda nyata pada taraf uji a = 10 persen C berbeda nyata pada taraf uji a = 20 persen 4.10.
4.7. Biaya Total Usaha Rumahtangga. Biaya usaha total pada rumahtangga usaha warung Tegal merupakan persamaan identitas yang dibentuk dari penjumlahan dari pengeluaran untuk upah tenaga kerja, biaya bahan baku, dan biaya lainnya. 4.8. Biaya Bahan Baku Usaha Rumahtangga. Biaya bahan baku usaha rumahtangga pada usaha rumahtangga warung Tegal juga merupakan persamaan identitas yang dibentuk dari penjumlahan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pendapatan dari Luar Usaha Rumahtangga Pendapatan dari luar usaha rumahtangga diduga dipengaruhi oleh pendapatan yang siap untuk dibelanjakan, omzet usaha, curahan kerja di luar usaha rumahtangga, curahan kerja di dalam usaha rumahtangga, dummy bekerja di luar usaha rumahtangga, umur suami serta dummy pendapatan di luar kerja
9
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
Tabel 6. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan dari Luar Usaha Rumahtangga pada Rumahtangga Usaha Warung Tegal. Perubah Intercep Pendapatan siapdiblanjakan
Parameter Dugaan 445739
t-Hitung 0.804
Taraf Nyata 0.4283
Elastisita
Tabel 7. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Konsumsi Pangan pada Rumahtangga Usaha Warung Tegal. Peubah
Parameter Dugaan
Intercep
-617986
-3.089
0.0045
4.733
0.0001A
0.962678
11.481
0.0001A
4.20
-0.177143
-8.593
0.0001A
-2.71
Pendapatan siapdiblanjakan
0.529556
Omzet Usaha Curahan kerja diluar ush RT
93.794374
0.084
0.9340
-0.02
Jml anggota kel
76724
Curahan kerja didlm ush RT 380.930759
-1.165
0.2543
Dummy bekerja diluar ush RT 148413
0.429
0.6713
Umur suami
-12079
-1.064
0.2966
Dummy pendapatan diluar kerja
490081
2.184
0.0378B
R2
0.8722
F-hitung
259.218
-0.54
-0.92
Keterangan : A berbeda nyata pada taraf uji a = 1 persen B berbeda nyata pada taraf uji a = 10 persen C berbeda nyata pada taraf uji a = 20 persen
t-Hitung
Taraf Nyata
0.40
B
3.426
Elastisita
0.0019
0.50
Investasi SDM
0.102098
0.332
0.7500
0.02
Konsumsi nonpangan
-0.111100
-0.789
0.4369
-0.08
Jam kerja Wrng
45051
3.885
0.0006B
0.73
Dummy tempat 165303 anak sekolah
2.153
0.0401B
R2
0.7859
F-hitung
17.125
Keterangan : A berbeda nyata pada taraf uji a = 1 persen B berbeda nyata pada taraf uji a = 10 persen C berbeda nyata pada taraf uji a = 20 persen 4.14.
4.11. Pendapatan Total Rumahtangga Pendapatan total rumahtangga usaha warung Tegal merupakan persamaan identitas yang dibentuk dari penjumlahan pendapatan dari dalam usaha rumahtangga dan pendapatan dari luar usaha rumahtangga 4.12. Pendapatan Siap Dibelanjakan Pendapatan siap dibelanjakan pada rumahtangga usaha warung Tegal juga merupakan persamaan identitas yang dibentuk dari pengurangan peubah pendapatan total rumahtangga dengan pajak yang dibayarkan oleh rumahtangga, 4.13.
Pengeluaran Rumahtangga untuk Konsumsi Pangan Pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi pangan diduga dipengaruhi oleh pendapatan yang siap untuk dibelanjakan, jumlah anggota keluarga, investasi sumberdaya manusia, konsumsi non pangan, jam kerja warung dan dummy tempat anak sekolah
Pengeluaran Rumahtangga untuk Konsumsi Nonpangan Pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi non pangan diduga dipengaruhi oleh pendapatan dari dalam usaha rumahtangga, pendapatan dari luar usaha rumahtangga, konsumsi pangan, jumlah anggota keluarga, investasi sumberdaya manusia dan dummy kepemilikan rumah Tabel 8. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Konsumsi Nonpangan pada Rumahtangga Usaha Warung Tegal. Peubah
Parameter Dugaan
t-Hitung
Intercep
-106369
-0.811
Pendapatan dr dlm usaha RT
0.2808000
6.701
0.0001A
Pendapatan dr luar usaha RT
0.064237
1.745
0.0919B
0.05
Konsumsi pangan
-0.16417
-1.132
0.2674
-0.21
Jam anggota keluarga Investasi SDM
1.071503
Dummy kepemilikan rumah
38072
R2
0.8464
F-hitung
10
31632
1.324 4.435 0.542
Taraf Nyata
Elastisita
0.4245
0.1963
C
0.0001A
0.75
0.27 0.29
0.5919
25.725
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
Keterangan : A berbeda nyata pada taraf uji a = 1 persen B berbeda nyata pada taraf uji a = 10 persen C berbeda nyata pada taraf uji a = 20 persen 4.15.
Pengeluaran Konsumsi Total Rumahtangga Pengeluaran konsumsi total merupakan persamaan identitas yang dibentuk dari penjumlahan pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi pangan dan konsumsi non pangan 4.16.
Pengeluaran Rumahtangga untuk Investasi Sumberdaya Manusia Pengeluaran investasi sumberdaya manusia diduga dipengaruhi oleh pendapatan yana siap dibelanjakan perkapita, jumlah anak sekolah, konsumsi non pangan, pendidikan istri, dummy tempat anak sekolah dan umur suami Tabel 9. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Investasi Sumberdaya Manusia pada Rumahtangga Usaha Warung Tegal. Perubah
Parameter Dugaan
t-Hitung
Taraf Nyata
Elastisita
Intercep
189962
-0.709
0.0986
Pendapatan yg siap diblnjakan
0.41922
0.604
0.5509
0.09
Jmlh anak sklh
38591
2.271
0.0310B
0.36
-0.194841
3.422
0.0019B
0.67
Pendidikan istri
1222.646925
0.264
0.7934
0.07
Dummy tempat anak sekolah
36474
0.997
0.3275
Umur Suami
3879
1.518
0.1402C
Konsumsi nonpangan
2
R
F-hitung
0.80
0.6069 7.205
Keterangan : A berbeda nyata pada taraf uji a = 1 persen B berbeda nyata pada taraf uji a = 10 persen C berbeda nyata pada taraf uji a = 20 persen
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Modal kerja yang diperlukan pada usaha rumahtangga migran sektor informal Warung Tegal meningkat secara drastis sebagai akibat adanya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi. Dengan adanya krisis ekonomi, usaha Warung Tegal untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup usaha melakukan pola adaptasi peningkatan terhadap harga jual dengan resiko unit penjualan berkurang yang berdampak pada turunnya omzet usaha rumahtangga, disamping itu turunnya omzet disebabkan oleh menurunnya daya beli pelanggan 2. Pola curahan kerja menunjukkan bahwa curahan kerja didalam usaha rumahtangga mendominasi curahan kerja total yang berarti usaha rumahtangga merupakan usaha pokok. Pada rumahtangga usaha warung Tegal, curahan kerja dari dalam rumahtangga didomonasi oleh istri. 3. Pola penyerapan tenaga kerja pada usaha rumahtangga warung Tegal menunjukkan penyerapan tenaga kerja dari dalam rumahtangga akan berkurang dengan meningkatnya pendapatan total. 4. Tingkat pendapatan rumahtangga memiliki kontribusi pendapatan dari dalam usaha rumahtangga yang lebih besar daripada pendapatan dari luar usaha rumahtangga. 5. Pola pengeluaran untuk konsumsi pada rumahtangga sebahagian besar masih dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan. 6. Pola pengeluaran untuk investasi sumberdaya manusia menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya konsumsi nonpangan.
11
ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL Oleh : Dewi Atika, M.Si., MM.
7.
Pola adaptasi rumahtangga migran sektor informal usaha warung Tegal dalam menghadapi krisis ekonomi menunkukkan hasil yang positif yang dapat dilihat dari usaha rumahtangga yang tetap dapat memberikan penghidupan yang baik dan layak bagi rumahtangga yang mengusahakannya yang dapat dilihat dari ratarata pendapatan yang ditrima dari usaha rumahtangga serta kontinuitas usaha tetap terjaga meskipun kondisi ekonomi masih belum membaik.
5.2. S a r a n Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian dan saran untuk penelitian lanjutan adalah sebagai berikut 5.2.1. Saran Hasil Penelitian 1. Pendapatan dari dalam usaha rumahtangga sangat dipengaruhi oleh modal kerja dan biaya usaha total, maka usaha rumahtangga warung Tegal harus tetap menjaga konsistensi modal kerjanya, demikian juga terhadap biaya usaha total yang didominasi oleh biaya bahan baku. Oleh karena itu disarankan usaha rumahtangga untuk menjadi anggota koperasi yang telah ada. Hal ini juga untuk menjaga agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja dari luar rumahtngga, karena penyerapan tenaga kerja sangat responsive terhadap perubahan biaya bahan baku. 2. Untuk lebih mengefektifkan kegiatan usaha rumahtangga maka hendaknya usaha rumahtangga memisahkan antara pengeluaran biaya untuk kebutuhan pribadi rumahtangga dengan pengeluaran biaya untuk kegiatan usaha rumahtangga. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya mengenai tingkat keuntungan/kerugian usaha rumahtangga yang dapat dipakai sebagai pedoman membuat perencanaan dalam rangka untuk pengembangan kegiatan usaha rumahtangga. DAFTAR PUSTAKA Ananta, Aris.1990.Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Demografi Universitas Indonesia.
12
Jakarta. Anwar, Moh, Arsjad. dkk .1986. Ekonomi Indonesia Masalah dan Prospek 1986/1987. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Bakir, Zainab dan Chris Manning. 1984. Angkatan Kerja di Indonesia CV. Rajawali. Jakarta. Becker, G. S. 1976. The Economic Approach to Human Bahavior The University of Chicago Press. Chicago dan London. Belante, Don dan Mark Jackson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Chandrakirana,Kemala dan Isono Sadoko.1995. Dinamika Ekonomi Informal Di Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Gujarati.1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta. Intriligator, M.D. 1978. Econometric Models, Techniques, and Application.Prentice-Hall International. New Delhi. Kholil. 1996. Profil Sektor Informal di DKI Jakarta dalam Ilmu dan Wisata Edisi 13 Desember 1996. Koutsoyiannis, A . 1977. Theory of Economics : An Introduvtory Exposition of Economic Method. Second Edition. Harper & Row Publisher, Inc. Great Britain. Manning,Chris dan Tadjuddin Noer Effendi.1985. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal Di Kota. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. Pindyck , R.S and D.L. Rubinfeld.1991. Econometric Models, and Economics Forcast. 3rd. ed. McGraw-Hill International Edition. Singapore. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja. 1994. Penelitian Profil Kesempatan Kerja Sektor Informal Dan Implikasi Kebijaksanaan. Rusli. Said. 1982. Pengantar Ilmu Kependudukan. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial. Simanjuntak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jkt
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KAJIAN KEMUNGKINAN DIKEMBANGKANNYA “INDUSTRI ARANG TEMPURUNG” DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Oleh : Ir. Munawir, MM. (Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI)
ABSTRACT
Smallholder coconut plantation area in Indragiri Hilir District, Riau Province approximately 250.000 ha. It’s potensial to be proceed become coconut-shell about 293.225 ton and to be proceed become shell-charcoal about 87.967 ton. Up to now unusually and not much process from coconut-shell to become shell-charcoal, so possibly to research developing coconut- shell to become shell-charcoal. Processing methodology of coconut-shell to become shell-charcoal is socialization, farmer group process shell-charcoal grouping, provide “Kiln Drum”, provide shell-charcoal collector, provide credit facility, training, schedule processing coconut-shell to become shell-charcoal and creation of link institutional. The result of the research is fisible. In conclution that the benefit can be attained as follow : clean environmental, employment creation, income increase and welfare, area developing and national security. Key words : Farmer, Coconut, Coconut-shell, Shell-charcoal, Income, Welfare. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara berpotensi sumber daya alam pertanian, antara lain kelapa diperkirakan memiliki areal tanaman kelapa pada tahun 2006 seluas 3.817.796 ha dengan produksi sebesar 3.156.876 ton setara kopra, yang tersebar di 32 provinsi (Direktorat Jenderal Perkebunan, Deptan, 2006). Pada umumnya kelapa yang dihasilkan Indonesia, sebagian besar diolah menjadi kopra yang merupakan hasil utama, yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan minyak kelapa dan sebagian lainnya diproses menjadi produk minyak kelapa tidak melalui kopra. Hasil samping buah kelapa berupa tempurung, air buah dan sabut, pada umumnya masih belum dimanfaatkan secara baik. Indonesia pada saat ini adalah sebagai negara
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
produsen kelapa/kopra terbesar ke-2 dunia setelah Filipina. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha kelapa mencakup 7,017 juta kepala keluarga (KK). Ekspor komoditi kelapa mencapai nilai US$ 437,099 juta dengan volume 1,072 juta pada tahun 2005 (Direktorat Jenderal Perkebunan, Deptan, 2006b: 5). Selain diperoleh hasil utama berupa kopra (yang berasal dari daging buah kelapa), maka dapat diperoleh pula hasil samping berupa tempurung, sabut dan air buah. Komposisi menurut jumlah berat (%) pada buah kelapa (bagian buah pada buah kelapa tua) adalah tempurung 12 %, air buah 25 %, daging buah 28 % dan sabut 35 % (Bambang Djadmiko, di dalam Pedoman Pengolahan Hasil Limbah Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Deptan, 1982a: 20).
13
KAJIAN KEMUNGKINAN DIKEMBANGKANNYA “INDUSTRI ARANG TEMPURUNG” DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Oleh : Ir. Munawir, MM.
Khususnya pada tempurung, pada umumnya masih jarang diproses atau dimanfaatkan menjadi arang tempurung atau produk lainnya atau dikatakan sebagian besar hilang begitu saja. Pemrosesan batok/ tempurung kelapa menjadi arang tempurung dapat berfungsi pula sebagai upaya meningkatkan kebersihan lingkungan. Tempurung dapat digunakan untuk membuat arang tempurung (shell charcoal), arang aktif/activated carbon (yang diproses dari arang tempurung, yang banyak digunakan sebagai absorbsi cairan pada industri gula, industri minyak goreng, minuman ringan dan alkohol), bahan baku obat nyamuk dan untuk kerajinan tangan (Puslitbangtri, Badan Litbang Hutbun, 1998a: 6). Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi permasalahan adalah bahwa pada umumnya batok/ tempurung kelapa masih belum dimanfaatkan secara baik untuk diproses menjadi arang tempurung, masih banyak dibiarkan begitu saja, sehingga dapat mengotori lingkungan yang perlu ditangani. Sejalan dengan hal tersebut bahwa areal kelapa yang tersebar disetiap provinsi adalah sangat luas, sehingga potensi yang dihasilkan untuk memperoleh arang tempurung kelapa adalah sangat besar, maka pada gilirannya akan dapat menampung pengangguran atau memberikan kesempatan kerja, akan dapat diperoleh tambahan pendapatan bagi petani kelapa, bagi masyarakat, bagi negara, devisa, meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan pengembangan wilayah. METODE PENELITIAN Kajian kemungkinan dikembangkannya “Industri Arang Tempurung” di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, dilakukan dengan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif yang dimaksudkan disini adalah suatu metode dalam meneliti pada suatu obyek atau suatu set kondisi dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Pada kajian ini dilakukan dengan melalui studi referency/literature/pustaka (Nazir Moh., 1983: 63).
14
ASPEK PASAR Pemasaran merupakan sebuah faktor penting dalam suatu siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Pemasaran adalah termasuk salah satu kegiatan dalam perekonomian dan membantu dalam penciptaan nilai ekonomi (Swastha B, 1979, 4). Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatankegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lain serta kemampuan dalam mengkombinasikannya. Pengertian pemasaran menurut William J.Stanton dalam bukunya Swastha B (1990 : 5 ) menyatakan bahwa : “Pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial” Berkaitan dengan hal tersebut, arang tempurung dapat dipasarkan di dalam negeri (termasuk disini produk arang aktif) dan keluar negeri/ekspor. Pasar luar negeri antara lain ke Norwegia, Jepang, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, Sri Langka, China, Hongkong, Saudi Arabia, Italia, Uni Emirat Arab, Perancis, Belanda dan negara lainnya. Negara pesaing ekspor arang tempurung Indonesia adalah Filipina dan Sri Langka. Harga arang tempurung di dalam negeri, di tingkat pengumpul utama sebesar Rp. 1.000,-/kg, di tingkat grosir sebesar Rp. 1.500,-/kg dan di tingkat eceran sebesar Rp. 2.000,-/kg. Sedangkan harga arang tempurung di tingkat ekspor (2005) tercatat yang paling tinggi sebesar US$ 0,29/kg ke Belanda (Direktorat Jenderal Perkebunan, Deptan, 2006c: 93).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KAJIAN KEMUNGKINAN DIKEMBANGKANNYA “INDUSTRI ARANG TEMPURUNG” DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Oleh : Ir. Munawir, MM.
Pasar dalam negeri memerlukan arang tempurung antara lain sebagai bahan bakar untuk memasak makanan/minuman. Dari arang tempurung kelapa dapat diproses menjadi arang aktif (activated carbon) yang banyak digunakan sebagai absorbsi cairan pada industri gula, industri minyak goreng, minuman ringan dan alkohol. Kemudian dalam industri kimia untuk pembuatan aseton, methanol, fenol dan eresol. Sedangkan pada industri karet digunakan sebagai bahan koagulasi. Selain itu arang aktif tersebut digunakan pada penjernihan air minum, industri kaca dan gelas serta selebihnya arang aktif tersebut diekspor. Disamping itu dari arang tempurung selain dapat dibuat arang aktif juga dapat dibuat arang briket. Sebagai contoh produk arang aktif adalah arang aktif yang dihasilkan oleh PT.Sumatra Carbon Indo Utama (Lampung), dengan cara pembakaran permanen, sebagian untuk memenuhi pasar dalam negeri yang digunakan pada penjernihan air minum, industri kaca dan gelas, dan sebagian untuk ekspor. Sedangkan arang aktif yang dihasilkan oleh PT.Mapalus Makawanua Charcoal Ind (Sulawesi Utara) pembuatannya dengan cara silinder berputar, seluruh produknya diekspor (Puslitbangtri, Badan Litbang Hutbun, 1998b: 16). Pertumbuhan ekspor baik arang tempurung maupun arang aktif sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan industri dan pertumbuhan ekonomi negara pengimpor. Apabila pertumbuhan industri dan pertumbuhan ekonomi negara pengimpor meningkat maka mempunyai kecenderungan pertumbuhan untuk mengekspor arang tempurung dan arang aktif meningkat. Berkatan dengan landasan teori pemasaran tersebut di atas, maka pada saatnya nanti bila produksi sudah mencapai skala ekspor baik ditinjau dari segi kualitas, kuantitas, modal maupun kemampuan lainnya maka usaha-usaha yang perlu dilakukan agar pemasaran arang tempurung dan arang aktif tersebut dapat berhasil dijual antara lain yaitu : Mengadakan kontak-kontak dagang/pemasaran dengan negara-negara pengimpor yang sudah biasa membeli.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Melakukan terobosan pada negara-negara baru yang belum pernah melakukan impor dengan kita. Memberikan insentif tertentu bila diperlukan.
ASPEK TEKNIS Aspek teknis disini merupakan hal-hal yang mendasari secara teknis yang berhubungan antara kelapa, kopra, hasil ikutan/hasil samping (khususnya tempurung), proses, rendemen, arang tempurung dan nilai kalor arang tempurung yang dihasilkan sesuai dengan ukuran-ukuran teknisnya. Pada sekitar 4-5 butir kelapa (kelapa dalam) dapat dihasilkan 1 kg kopra. Pada setiap memproduksi 1 ton kopra akan dihasilkan produk ikutan/hasil samping berupa tempurung sebanyak 0,81 ton, air kelapa sebanyak 1,17 ton dan sabut sebanyak 1,8 ton. Pada proses peng-arangan dari batok/tempurung kelapa menjadi arang tempurung kelapa akan diperoleh rendenen sekitar 30 % (Media Perkebunan No.37, 2001: 48). Arang tempurung kelapa yang dimaksud adalah arang tempurung yang dibuat dengan cara karbonisasi (peng-arangan) dari tempurung kelapa tersebut. Untuk mendapatkan arang tempurung yang baik, maka proses karbonisasi harus berlangsung dalam kondisi udara yang terbatas dan terkontrol. Untuk keperluan tersebut digunakan Kiln Drum (KD), suatu teknologi yang lebih baik dalam memperoleh mutu dan rendemen. Kondisi peng-arangan yang baik adalah jika asap yang terbentuk cukup banyak. Jika jumlah asap yang terbentuk relatife kecil, maka arang yang dihasilkan berupa potongan-potongan kecil, berdebu dan rendemennya rendah. Arang tempurung yang baik mempunyai warna hitam yang seragam dan bebas dari kotoran berupa sabut. Bagian ujung yang pecah mempunyai permukaan yang bercahaya dan merupakan pecahan yang tajam. Bila jatuh di atas lantai berbatu, kepingan tersebut menampakkan lingkaran yang terang dan bila kepingan-kepingan tersebut dibakar menimbulkan suara (Direktorat Jenderal Perkebunan, Deptan, Pedoman Pengolahan Hasil Limbah Perkebunan 1982b: 36).
15
KAJIAN KEMUNGKINAN DIKEMBANGKANNYA “INDUSTRI ARANG TEMPURUNG” DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Oleh : Ir. Munawir, MM.
Yang perlu mendapatkan perhatian adalah terjaminnya ketersediaan bahan baku batok/ tempurung kelapa yang baik dan mencukupi, proses peng-arangan berjalan dengan baik sehingga dapat diperoleh mutu dan rendemen yang baik, pengemasan penyimpanan dan perlindungan pada arang tempurung kelapa sampai pembeli/pengguna/konsumen. Arang tempurung kelapa dapat menghasilkan nilai kalor sekitar 6.540-7.600 kkal/kg dan merupakan bahan pokok untuk pembuatan arang aktif. Sebagai gambaran beberapa spesifikasi arang tempurung yang dibuat oleh Inggris yaitu : Tertinggal dalam saringan, ukuran lubang : 1 inc : > 60 ; 0,5-1 inc : < 20 ; 0,25-0,50 inc : < 20 Kadar air = 1 Zat-zat yang menguap pada suhu 25 derajat C : < 20 Kadar abu : < 2 Bahan terlarut dalam air : < 0,3 Bahan terlarut dalam alkali : < 0,1 Bahan terlarut dalam chloride : < 0,1 Kerapatan : > 0,6 / cm2. Ketebalan : 2,5 mm (minimum), 3,0 mm (maksimum); (Sutcliffe Speakman & Co, di dalam Pedoman Pengolahan Hasil Limbah Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Deptan, 1982c: 37). Kemudian spesifikasi arang tempurung yang dibuat oleh Jepang yaitu : Kadar air = 8 (maks) Zat-zat yang menguap pada suhu 25 derajat C : 16 (maks) Kadar abu : 3 (maks) Benda asing (maks) : 0,1 Kadar karbon (min) : 81 Kemasan : karung goni atau plastik; (Sutcliffe Speakman & Co, di dalam Pedoman Pengolahan Hasil Limbah Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Deptan, 1982d: 37). Bila selanjutnya memproduksi arang aktif maka yang perlu diperhatikan adalah kebersihan arang dan bahan asing lainnya, sedangkan jika dijadikan
16
komoditas ekspor maka harus dapat memenuhi syarat mutu arang yaitu kadar kotoran minimum 2,0 %, kadar air minimum 8,0 % dan kadar karbon minimum 75 %. Pembuatan arang aktif dilakukan dengan proses aktivasi arang tempurung dengan suhu tinggi sekitar 500-700 derajat Celcius ( Puslitbangtri, Badan Litbang Hutbun, 1998c: 16). PENDEKATAN PENELITIAN DAN ASPEK MANAJEMEN Agroindustri perkebunan merupakan salah satu sub sistem yang penting di samping tiga sub sistem lainnya (prasarana, usaha tani dan pemasaran) dalam agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari peranan pengolahan hasil untuk merubah bentuk, memperpanjang daya simpan dan mendiversifikasikan produk perkebunan. Agroindustri perkebunan merupakan suatu proses transformasi/konversi yang mengubah input komoditas primer (perkebunan) menjadi output barang setengah jadi/barang jadi yang lebih bermanfaat dan bisa memberikan nilai tambah bagi para pelaku yang terlibat di dalamnya (Assauri S, 1993: 5). Penanganan agroindustri perkebunan harus didasarkan kepada fleksibilitas yang tinggi, melalui diversifikasi baik jenis dan kualitas produk sehingga lebih mudah berakses terhadap pasar maupun menyesuaikan dengan lokasi (Baharsyah S, 1997: 3). Pengembangan agroindustri perkebunan pada dasarnya bertujuan untuk : (a). Mengembangkan agroindustri perkebunan yang inputnya berasal dari komoditas primer, yang diprioritaskan pada komoditas unggulan; (b). Mengembangkan agroindustri perkebunan hasil samping/limbah yang inputnya berasal dari hasil samping/limbah dari komoditas primernya; (c). Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi penduduk pedesaan dan sekitarnya sehingga dapat meredam perpindahan/urbanisasi penduduk pedesaan ke kota; (d). Mengisi dan memperluas pasar dalam negeri, mengisi potensi pasar yang ada; (e).Meningkatkan pendapatan dan keluarganya serta pihak-pihak yang terkait dengan adanya kegiatan agroindustri perkebunan (Tondok A.R, 1997: 4).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KAJIAN KEMUNGKINAN DIKEMBANGKANNYA “INDUSTRI ARANG TEMPURUNG” DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Oleh : Ir. Munawir, MM.
Pengembangan agroindustri berbasis bahan lokal (resource based industri), seperti halnya pada pengolahan tempurung yang berasal dari batok/ tempurung kelapa menjadi produk yang dipasarkan di dalam negeri dan ekspor, merupakan terobosan untuk mengatasi pengangguran, memberikan kesempatan kerja, pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan, meningkatkan nilai tambah komoditas, meningkatkan pendapatan petani, masyarakat, negara dan devisa, meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan pengembangan wilayah. Gordon B.Davis dalam Sistem Informasi Manajemen oleh PT.Pustaka Binaman Pressindo (1992 : 9) mengenai ilmu pengetahuan manajemen mengatakan bahwa ; “Ilmu pengetahuan manajemen dalam penyelesaiannya cenderung memakai kriteria ekonomis atau teknis daripada kriteria perilaku, dengan penekanan metode teknis dalam memecahkan persoalan”.
2.
3.
4. Usaha industri arang tempurung ini dikembangkan dengan pola agribisnis dengan membentuk kelompok petani. Oleh karena itu dan berdasarkan tinjauan ilmu pengetahuan manajemen tersebut maka kegiatan ini langsung diarahkan perhitungan pada kebutuhan orang, kebutuhan bahan dan pengorganisasian, maka dapat didesain sebagai berikut : Kegiatan dan kebutuhan yang diperlukan : 1. Sosialisasi kepada petani kelapa tentang adanya program/proyek/kegiatan penanganan industri kecil arang tempurung berbahan baku dari batok kelapa, meliputi antara lain : · Gambaran pelaksanaan diadakannya pembuatan arang tempurung kelapa, dimulai dengan skala kecil (pilot proyek). · Pembentukan Kelompok Pengolah Arang Tempurung (KPAT). · Pengadaan peralatan “Kiln Drum” yang dipergunakan untuk proses pengarangan. · Pembentukan kolektor arang tempurung (KUD setempat/Perusahaan Swasta).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
5.
· Disediakannya fasilitas kredit, berupa kredit modal kerja dan kredit investasi dari Perbankan bagi yang memerlukannya. · Perhitungan analisa biaya dan pendapatan. · Dilakukan pelatihan dalam pembuatan arang tempurung kelapa. · Jadual pelaksanaan dimulainya kegiatan. · Dilakukan pembinaan oleh Pemda setempat dan Dinas Teknis yang terkait. Setiap Kelompok Pengolah Arang Tempurung (KPAT) mempunyai 10 anggota (KK), setiap anggota mengoperasikan 2 buah Kiln Drum (KD), sehingga 1 KPAT mengoperasikan sebanyak 20 KD. Setiap KPAT mempunyai kapasitas menghasilkan = 20 KD x 30 kg arang tempurung x 25 hari kerja per bulan = 15.000 Kg arang tempurung per bulan. Memerlukan batok kelapa sebanyak 50.000 Kg/bl (rendemen 30 %) , memerlukan kopra sebanyak 61.700 kg/bl dan memerlukan areal TM seluas 42 Ha. Arang tempurung yang diperoleh setiap anggota KPAT dikumpulkan setiap 5 hari sekali (= 300 kg/5 hari/anggota KPAT) disetorkan ke KPAT (terkumpul 3.000 kg /5 hari/KPAT), yang selanjutnya oleh KPAT disetor/dikirim ke kolektor (KUD atau Perusahaan Swasta). Semuanya diadministrasikan mulai dari pembelian batok kelapa, proses pengarangan, produksi arang tempurung kelapa, pengiriman arang tempurung kelapa oleh anggota KPAT ke KPAT, pengiriman arang tempurung kelapa oleh KPAT ke kolektor, pembayaran, sesuai dengan tata cara pembukuan yang berlaku dan kesepakatan yang telah disetujui bersama.
Skema hubungan kerja Pengolahan Arang Tempurung Kelapa. K O LE KT O R KU D / PER US. SW AST A
P E M B IN A : - PEM D A - D I N A S T E K N IS
KPAT
PER B AN KA N
A N GGO TA–AN GGO TA K PAT
17
KAJIAN KEMUNGKINAN DIKEMBANGKANNYA “INDUSTRI ARANG TEMPURUNG” DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Oleh : Ir. Munawir, MM.
PROFIL PERKEBUNAN KELAPA RAKYAT DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Potensi luas areal dan produksi kelapa rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau sebagai berikut :
Tabel 1 : Luas areal dan produksi kelapa rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. KAB/PROV AREAL AREAL AREAL JUML. PROD. RERATA JUML. TBM TM TTM/TR AREAL KOPRA PRODTAS PETANI (HA) (HA) (HA) (HA) (TON) (KG/HA) (KK) Indrag.Hilir 50.673 246.430 82.647 379.750 362.128 1.469 106.318 9 Kab lain 16.678 67.679 13.871 98.185 50.544 747 163.964 RIAU 67.351 314.109 96.478 477.935 412.672 1.314 270.282
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia, Kelapa, 2004-2006, Ditjen Perkebunan, 2006. Keterangan : · TBM : Tanaman Belum Menghasilkan. · TM : Tanaman Menghasilkan. · TTM/TR : Tanaman Tua Menghasilkan / Tanaman Rusak. · Rerata Prodtas (kg/Ha) = Rata-rata produktivitas kopra (kg/Ha). · Juml. Petani (KK) = Jumlah Petani (satuan dalam Kepala Keluarga). Pada tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa: Jumlah areal kelapa rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir sangat mendominasi yaitu sebanyak 379.750 Ha atau sebanyak 79,46 % dalam Provinsi Riau, dibandingkan dengan sejumlah 9 kabupaten lainnya. Jumlah areal TM kelapa rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir sangat mendominasi yaitu sebanyak 246.430 Ha atau sebanyak 78,45 % dalam Provinsi Riau, dibandingkan dengan sejumlah 9 kabupaten lainnya. Hal ini berarti potensi dalam menghasilkan kopra dan tempurung serta arang tempurung adalah sangat besar. Disini jumlah produksi kopra dapat mencapai 362.128 Ton (87,75 % share-nya dalam Provinsi Riau) dan rata-rata produktivitas kopra dapat mencapai 1.469 Kg/Ha (lebih besar dari rata-rata produktivitas kopra Provinsi Riau).
18
Jumlah petani kelapa rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 106.318 KK atau sebanyak 39,34 % dalam Provinsi Riau, dibandingkan dengan sejumlah 9 kabupaten lainnya. Potensi yang besar di Kabupaten Indragiri Hilir tersebut karena pengaruh pada beberapa decade yang lalu yaitu sekitar tahun 1987 pernah dilakukan kegiatan Proyek PRPTE (Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor) untuk tanaman kelapa. Hal-hal tersebut yang menunjukkan dominasi areal, produksi, produktivitas dan jumlah petani kelapa rakyat di Kabupaten Indragigri Hilir merupakan hal yang sangat menarik sehingga dipilih dalam kajian ini.
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA SKALA PILOT PROYEK SELUAS AREAL 42 HA/Bl/1KPAT DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Kajian ini merupakan kajian yang bersifat proyek mikro. Menurut Sutrisno Ph (1982 : 242) membedakan pengertian proyek mikro dan proyek makro sebagai berikut : “Apabila proyek mikro yang diutamakan adalah penerimaan dan pengeluaran yang berbentuk uang atau dapat dikerta-aji, maka bagi proyek makro kadang-kadang yang dititik beratkan adalah manfaat dan pengurbanan yang bersifat kualitatif seperti kesatuan bangsa, patriotisme, kepentingan superstruktur dan sebagainya”. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh serta berbagai pendekatan yang dilakukan, maka analisis biaya dan pendapatan pengolahan arang tempurung kelapa per bulan (25 hari) skala pilot proyek di kabupaten Indragiri Hilir sebagai berikut : Tabel 2 : Analisis Biaya dan Pendapatan Pengolahan Arang Tempurung Kelapa Per Bulan Skala Pilot Proyek di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KAJIAN KEMUNGKINAN DIKEMBANGKANNYA “INDUSTRI ARANG TEMPURUNG” DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Oleh : Ir. Munawir, MM.
NO. URAIAN I. Penerimaan Hasil penjualan arang tempurung = 15.000xRp.1.000,Jumlah I II. Pengeluaran 1. Biaya pengumpulan batok, angkut = 50.000 KgxRp.100,-/Kg 2. Biaya pembelian & pembuatan 20 KD = 20xRp200.000,3. Upah mengolah arang 2 orang = 2x25xRp.50.000,4. Biaya pengiriman ke kolektor = 5xRp.200.000,Jumlah II III. Pendapatan bersih (I-II)
Rp. 15.000.000,15.000.000,5.000.000,4.000.000,2.500.000,1.000.000,12.500.000,2.500.000,-
Sumber : Analisis data primer. Pada tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa: Pada kurun waktu 25 hari kerja (periode bulanan) 1 KPAT dapat memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp.2.500.000,-/25 hari, yang dikurangi honor untuk pengurus kelompok KPAT secara musyawarah sekedarnya sekitar Rp.300.000,-/3 orang (Ketua, Sekretaris, Bendahara). 1 KPAT terdiri atas 10 anggota, sehingga setiap anggota dapat memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp.220.000,- (25 hari kerja) atau memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp.110.000,-/orang/25 hari (ada 2 orang), atau memperoleh Rp.4.400,-/orang/hari. Hal ini masih ditambah upah secara internal karena mengerjakan pekerjaan yang terkait dengan pengolahan arang tempurung kelapa sebesar Rp.50.000,-/hari. Hal-hal tersebut merupakan tambahan pendapatan disamping pendapatan dari usaha/pekerjaan pokok sebagai petani kelapa dan usaha komoditi lainnya yang dilakukannya. Dengan demikian maka dapat memberikan berbagai manfaat pada aspek lingkungan, pendapatan individu, pendapatan masyarakat, pengembangan ekonomi pedesaan, dll. PROYEKSI PENGEMBANGAN KE SKALA KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, SKALA PROVINSI RIAU DAN SELURUH INDONESIA. Pada skala pilot proyek yang dijalankan, kemudian dengan desain tersebut dapat dimantapkan yang selanjutnya dapat dikembangkan pada skala yang lebih besar. Misalnya pada tahun I dari 1 KPAT dengan luasan 42 Ha, dapat dikembangkan pada tahun II menjadi 10 KPAT dengan luasan 420 Ha, tahun Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
III 20 KPAT dengan luasan 840 Ha, tahun IV 40 KPAT dengan luasan 1.680 Ha dan seterusnya pada setiap tahun dengan kelipatan dua kali atau lebih, maka pada saatnya seluruh areal TM Kabupaten Indragiri Hilir dapat tertangani pengolahan batok kelapanya menjadi arang tempurung kelapa. Selanjutnya pada gilirannya seluruh kabupaten di Provinsi Riau dan bahkan dapat meningkat pengembangannya pada seluruh areal kelapa di Indonesia dapat tertangani pengolahan batok kelapa menjadi arang tempurung kelapa. PEMBINAAN Pembinaan merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada penanganan pembuatan arang tempurung kelapa ataupun proses lebih lanjut menjadi arang aktif bisa berjalan dengan baik, lancar, tidak terjadi hambatan-hambatan yang berarti, dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat disekitarnya. Pembinaan ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat khususnya jajaran dari Kabupaten Indragiri Hilir sampai pada aparat kecamatan dan desa terutama pembinaan yang bersifat non teknis. Misalnya tentang keamanan, kelancaran jalur transportasi, lingkungan hidup dan lain-lain yang pada dasarnya bisa mengayomi dan memberikan iklim yang kondusif pada pelaksanaan kegiatan arang tempurung kelapa. Pembinaan oleh Dinas Teknis di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir seperti Dinas Perkebunan/ Pertanian, Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan terutama pembinaan yang bersifat teknis. Misalnya tentang cara pembuatan arang tempurung kelapa sampai dengan arang aktif, pengadaan peralatan, analisa biaya dan pendapatan, standar mutu hasil sesuai ketentuan yang ada/SNI (Standar Nasional Indonesia), pemasaran dalam negeri dan ekspor, resiko dan lain-lain. Pembinaan oleh perbankan yang terkait dengan tersedianya skim kredit investasi dan kredit modal kerja, jangka waktu, suku bunga serta penggunaan kredit dalam pembuatan arang tempurung kelapa. Pembinaan-pembinaan tersebut kalau bisa dikelompokkan dapat meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek finansial dan aspek
19
KAJIAN KEMUNGKINAN DIKEMBANGKANNYA “INDUSTRI ARANG TEMPURUNG” DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Oleh : Ir. Munawir, MM.
resiko dalam penanganan pembuatan arang tempurung kelapa. KESIMPULAN Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai potensi jumlah areal tanaman kelapa rakyat seluas 379.750 Ha, diantaranya merupakan tanaman menghasilkan (TM) seluas 246.430 Ha, menghasilkan kopra sebesar 362.128 Ton, dengan produktivitas sebesar 1.469 Kg/Ha dan dengan jumlah petani sebanyak 106.318 KK. Areal Tanaman Menghasilkan di Kabupaten Indragiri Hilir tersebut dapat menghasilkan batok kelapa sebanyak 293.225 Ton, dapat menghasilkan arang tempurung kelapa sebanyak 87.967 Ton. Dengan desain yang ada, pada skala pilot proyek 42 Ha dapat diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp.2,5 juta/25 hari yang dilakukan dalam sebulan. Dengan desain yang ada, penanganan pengolahan arang tempurung kelapa dapat diawali dengan membuat pilot proyek (dengan luasan 42 Ha), membentuk satu Kelompok Pengolah Arang Tempurung, menggunakan Kiln Drum (KD) sebagai alat pengolah, hasilnya berupa arang tempurung disetor/dijual ke kolektor (KUD/Perusahaan Swasta). Sebelum dimulainya pilot proyek dilakukan sosialisasi terlebih dahulu. Bila diperlukan pendanaan maka dapat diupayakan fasilitas dana dari perbankan. Pembinaan dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) setempat dan Dinas Teknis serta perbankan yang terkait di daerah setempat. Pengolahan batok kelapa menjadi arang tempurung (Shell Charcoal) dapat diperoleh banyak manfaat yang merupakan solusi dalam pemecahan permasalahan yang meliputi aspek lingkungan (kebersihan, sanitasi), penyerapan tenaga kerja, mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan petani / individu / keluarga / masyarakat / negara / devisa, meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, pengembangan wilayah dan ketahanan nasional. Bila diolah menjadi arang aktif akan mempunyai nilai tambah yang lebih besar.
20
Berdasarkan analisa perhitungan biaya dan pendapatan, hasilnya cukup/sangat significant bahwa pengolahan arang tempurung kelapa sangat menguntungkan. Oleh karena itu dapat direkomendasikan bahwa penanganan pengolahan arang tempurung kelapa yang semula dengan skala pilot proyek, dapat dimantapkan dan dapat dikembangkan menjadi skala yang lebih besar atau lebih luas yang meliputi seluruh areal di Kabupaten Indragiri Hilir kemudian keseluruh wilayah kabupaten di Provinsi Riau yang selanjutnya dapat dilanjutkan/ diteruskan keseluruh wilayah areal kelapa di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Assauri S, 1993, “Manajemen Produksi dan Operasi”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Baharsyah S, 1997, “Pengarahan Menteri Pertanian RI” pada Simposium Nasional Agroindustri III di IPB, 4-5 September 1997, Bogor. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, 1982 “Pedoman Pengolahan Hasil Limbah Perkebunan”, Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, 2006, “Statistik Perkebunan Indonesia 2004-2006, Kelapa (Coconut)”, Jakarta. Gordon B.Davis, 1992, “Sistem Informasi Manajemen”, PT.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Media Perkebunan, 2001, “Pasar Arang Tempurung Kelapa dan Karbon Aktif 2001”, Nomor 37 Januari-Pebruari 2001, Jakarta. Nazir Muh., 1983, “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia, Jakarta. Puslitbangtri, Badan Litbang Hutbun, 1998, “Diversifikasi Hasil, Pengolahan Hasil Utama dan Hasil Samping”, Jakarta. Rahman Yamin, 1999, “Potensi dan Peluang Pasar Produk-produk Kelapa” (Makalah pada Seminar Perkelapaan Indonesia di Jakarta tanggal 2 September 1999), Jakarta. Swastha B, 1979, “Azas-azas Marketing”, Liberty, Yogyakarta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI BANTEN Oleh : H. Zaharuddin, MM. (Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI) ABSTRACT
For nerly 12 years of reform have passed there has ben no essential change in the governance. It's from the government of BJ Habibie to Susilo Bambang Yudhoyono cabinet. Proved from internal and external conditions of the reforms which is expectation people of Indonesia. Since the first the government called the era of Sukarno's Demokrasi Terpimpin (Orla), Soeharto era's until 1998 Orde Baru (ORBA). Basically that's era has geraliteknistik authority and support during the reform siding with the anti collusion, corruption and nepotism (KKN) Pengantar Sudah sepuluh tahun reformasi bergulir, selama itu pula birokrasi pemerintahan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan namun tetap sama, nampak seperti berlari di tempat. Empat puluh tahun yang lalu dalam bukunya Agricultural Involution, Clifford Geertz membuat studi komparatif antara kondisi masyarakat Jawa/Indonesia dan Tokyo/ Jepang: “for Java, plus ca change, plus c’est la meme chose may be a fitting epitome. But for Japan it would have to read plus c’est la meme chose, plus ca change,”untuk Jawa “many changes all about the same” sedangkan untuk Jepang harus dibaca seperti “everything the same many changes.”1 Banyak berubah tapi segala sesuatunya sama artinya yang berubah bukan “esensinya” namun hanya “sebutannya” atau “penyebutnya” yang berubah atau berganti. Selama sepuluh tahun sejak reformasi 1998 bahkan sejak masa pemerintahan Sukarno, kemudian Suharto, dan sejak pemerintahan era reformasi, mulai dari BJ. Habibi hingga pemerintahan Yudoyono, birokrasi pemerintah di Indonesia tidak ada perubahan yang esensial. Sehingga dalam studi dan penelitian ini melalui strategi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
analisis tekstual dan diskursus akan dijelaskan tentang perubahan yang dianggap esensial dan yang dianggap tidak esensial, bahkan trivial or trivialization. Kemudian gambaran tentang perubahan-perubahan yang terjadi selama era reformasi, yaitu kondisi interior dan exterior dari fenomena perubahan tersebut. Kemudian hal-hal yang melatar belakangi (background) perubahan tersebut, penampilan luarnya (appearance), keadaan lingkungan sekitarnya (circumstance), kendala-kendala yang melingkupinya (constraints), dan habitus, atau dimensi ekologis dari ruang dan waktu setiap specific events, beserta latar belakang alasan-alasannya yang niscaya.2 Sebelum memasuki ranah kajian periode reformasi, telaah sejarah kontemporer sebagai kilas balik atau flash back ke masa sebelum reformasi secara sepintas perlu untuk dilakukan. Masa sebelum reformasi adalah bagian dari landasan berpijak bagi kerangka analisis genealogis (asal-usul dan proses kejadiannya), sebagai warisan sejarah atau historical legacy bagi era reformasi yang hingga sekarang masih tetap bertahan, yaitu dalam bentuk memori kolektif masyarakat yang manifest dan latent, dan warisan sejarah tersebut bahkan cenderung semakin
21
REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI BANTEN DAERAH Oleh : H. Zaharudin, MM..
menguat, dan pada akhirnya justru menjadi modal sosial atau social capital. Selain merupakan modal sosial adalah juga menjadi historical signatures, dan bukan sekedar spectacles bagi spectators namun menjadi tanda sejarah, historical landmark yang digunakan dalam memahami birokrasi di Indonesia, hal mana tanpa terjadinya perubahan yang radikal dan fundamental secara metafisik dan epistemologis melalui sudden irruptions and rupture events, reformasi tidak akan pernah melahirkan sebuah perubahan paradigmatik yang esensial. Sehingga misi dan aksi dari studi dan penelitian tentang reformasi birokrasi pemerintah seharusnya membuat perbedaan atau differentiation dan pembedaan atau distinction antara aspek-aspek yang bersifat kontinyu dan diskontinyu. Sekilas kita lakukan telaah flash back ke masa lalu yaitu jauh ke masa sebelum reformasi, sejak pemerintahan Sukarno dikenal dengan sebutan era Demokrasi Terpimpin, Guided Democracy atau ORLA, Orde Lama, kemudian era pemerintahan Suharto dikenal dengan era Demokrasi Pancasila atau ORBA, New Order atau Orde Baru hingga tahun 1998 dengan lengsernya Suharto maka era Orde Baru secara politis berarkhir. Dua Orde Demokrasi Terpimpin, baik masa ORLA maupun masa ORBA bentuk birokrasi pemerintahannya memiliki karakteristik yang sama, yaitu otoritarian. ORLA lebih dominan berorientasi kepada kepentingan politik yang populis dengan melakukan mobilisasi masa secara ekstensif, sedangkan ORBA lebih dominan berorientasi kepada kepentingan politik yang teknokratis yang dibarengi dengan mobilisasi kapital yang ekspansif seiring dengan proyek Transnational Hegemony, yaitu proyek kekuasaan tentang hegemoni Amerika Serikat via IMF dan World Bank, dan dukungan signifikan dari kelompok terpelajar sebagai “bridge heads” dengan latar belakang pendidikan Barat (Eropa dan Amerika) terutama dari kalangan western trained scientists, yang pada tahun 1970an dikenal sebagai Mafia Berkeley. Oleh karenanya fokus studi dan penelitian melihat adanya diskontinyuitas tentang tipikal birokrasi yang sifatnya otoritarian dari masa sebelum (pra) reformasi dan ketika masa sesudah (pasca) reformasi adanya
22
kontinyuitas orientasi kepentingan ideologi dan politik serta tendensi keberpihakan dari kelas penguasa, oligarki atau ruling class sebelum dan sesudah reformasi, yaitu keberpihak terhadap gerakan anti KKN, pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Perumusan Masalah Masalah yang distudi dan diteliti dapat dirumuskan kedalam tiga buah pertanyaan yang bersifat esoterik, yaitu: (1) Bagaimana proses reformasi birokrasi pemerintah yang dilakukan sejak berakhirnya rezim Orba? (2) Aspek-aspek apa yang tidak berubah (kontinyu) dan sebaliknya aspek-aspek apa yang berubah (diskontinyu)? Kajian Pustaka (Literature Review) Kajian pustaka dalam studi dan penelitian tentang reformasi birokrasi pemeritah pusat dan daerah mencakup beberapa tulisan, dalam bentuk buku, artikel dalam jurnal, dalam majalah ilmiah, dan dokumen lain yang membahas birokrasi di masa pemerintahan atau rezim Orde Lama Sukarno, Orde Baru Suharto, dan Orde Reformasi pasca Suharto. Masalah birokrasi dari waktu ke waktu sejak masa pemerintahan rezim Orde Lama hingga Order Reformasi memiliki ciri-ciri karakteristik yang tidak berubah dan yang berubah, atau yang kontinyu dan yang diskontinyu. Dalam pustaka yang berkenaan dengan birokrasi pemerintahan dari kedua rezim sebelum rezim reformasi, masing-masing rezim memiliki ciri-ciri karakteristik yang unik. Demikian pula halnya dengan rezim reformasi nampak jelas berbeda dengan kedua rezim sebelumnya. Ciri-ciri karakteristik yang kontinyu bahkan semakin menguat dan mengglobal adalah orientasi ekonomi politik negara yang prokapitalisme global. Pada waktu rezim Orde Lama orientasi ekonomi politik negara pro-sosialis, kemudian berpaling dari sosialisme ke kapitalisme sejak masa Order Baru. Proyek Hegemoni Transnational dari kapitalisme dibawah kendali Amerika Serikat, melalui program bantuan pinjaman Bank Dunia, dan skema IMF, berhasil menguasai
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI BANTEN DAERAH Oleh : H. Zaharudin, MM..
negara-negara dunia ketiga, sebagai contoh dari “success story” adalah Indonesia yang dijadikan showcase state bagi dunia. Keberhasilan proyek hegemoni TNC kapitalisme dibawah pengaruh AS tidak berlangsung lama, dan setiap satu dasawarsa selalu mengalami krisis. Bahkan di dalam kurun waktu satu dasawarsa itupun krisis demi krisis bermunculan. Krisis yang begitu dalam terjadi pada tahun 1997 dikenal dengan istilah “flu Asia,” yaitu krisis moneter yang lebih parah bila dibandingkan dengan krisis yang terjadi pada tahun 1987, ketika Rusia saat itu mengalami krisis moneter. Krisis moneter tahun 1997 telah menyebabkan berbagai krisis, disamping krisis ekonomi, juga krisis sosial dan politik yang secara meluas yang telah mengantarkan Indonesia kepada siatuasi dimana presiden Suharto harus lengser dari puncak kekuasaannya. Tipikal birokrasi pada waktu rezim Orde Lama adalah birokrasi otoriter di bawah kepemimipinan presiden Sukarno yang telah mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup. Fenomena korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) berlangsung secara sistemik dan terorganisir melalui jalur kesamaan kepentingan ideologi dan politik melawan neokoloniasme dan neoimperialisme (Nekolim) dan kapitalisme dunia yang dipimpin oleh AS. Presiden Sukarno mendirikan Nefos atau New Emerging Forcis di seluruh negara-negara Asia dan Afrika, serta negara-negara sosialis di Eropa Timur. Bung Karno bersama-sama Tito presiden Yogoslavia, Gamal Abdel Naser presiden Mesir, Nkrumah presiden Gana, dan Ho Chi Min presiden Vietnam membuat Gerakan Non Blok melawan hegemoni AS dan Uni Soviet. Tipikal birokrasi pada waktu rezim Orde Baru adalah sama-sama birokrasi otoriter di bawah kepemimpinan presiden Suharto yang telah berkuasa menjadi presiden selama tiga puluh dua tahun. Fenomena korupsi, kolusi, dan nepotisme berlangsung secara sistemik dan lebih terencana dan terorganisir dibandingkan masa rezim Order Lama. Jalur KKN terwujud melalui kepentingan ideologi melawan komunisme dan kelompok lainnya yang melawan modernisasi dan westernisasi serta menghambat pembangunan ekonomi dengan orientasi pertumbuhan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
dan akumulasi kapital. Pada masa pemerintahan presiden Suharto, rezim Orde Baru membangun kerjasama regional dan internasional, diantaranya Asean, kemudian terakhir diselenggarakan konferensi Gerakan Non Blok dan Apec. Pewristiwa lokal dan global selalu terdapat hubungan saling mempengaruhi. Terdapat paralelisme kejadian yang terjadi dalam skala global internasional dengan yang terjadi pada tingkat lokal skala nasional. Krisis ketika presiden Sukarno harus diturunkan dari tahta kekuasaannya, krisis ketika presiden Suharto harus mundur dan menyerahkan kepada wakil presiden BJ. Habibi, kedua peristiwa yang menjadi turning point tersebut terdapat paralelisme dengan kejadian yang terjadi di dunia. Metodologi Alasan pemilihan daerah provinsi Banten sebagai perbandingan karena Banten adalah provinsi yang masih baru, Banten awalnya merupakan bagian atau pemekaran dari wilayah provinsi Jawa Barat. Sedangkan masalah reformasi birokrasi pemerintah adalah masalah nasional yang seyogianya secara taken for granted harus diwujudkan juga sampai ke tingkat birokrasi pemerintah daerah. Mulai dari tingkat nasional sampai ke tingkat lokal secara diametral atau diachronic dapat memberikan gambaran utuh tentang event reformasi birokrasi. Melalui analisis kontinyuitas dan diskontinyuitas kita sudah dapat melihat asal-usul kejadian perubahan (genealogi) yang dijumpai dalam reformasi birokrasi. Dalam kerangka analisis diametral kita melihat hubungan antara tingkat nasional dan tingkat lokal sebagai sebuah refleksi dan sekaligus defleksi. Dengan demikian kita berpijak di atas kaidah ilmiah yang senantiasa menuntut sikap skeptikal dan semangat untuk memelihara sikap kritis yang sehat sehingga tidak terjebak kedalam taken for granted dan ready made synthesis sebagai ketergesaan dan gegabah dari perwujudan ambisi ego-logical yang cenderung corruptible. 3 Studi dan penelitian menerapkan pendekatan Pierre Bourdieu (1977) dalam Outline of Theory of Practice dengan menyikapi symbolic power and habitus tentang apa saja yang (posible, probable, dan
23
REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI BANTEN DAERAH Oleh : H. Zaharudin, MM..
plausible) terkandung di dalam setiap ungkapan (utterance) dan makna (meaning) dengan mengamati ekologi simbolik dan metafor dalam rangka menempatkan events dengan konteks ruang dan waktu (spatio temporal context), dengan keberadaan ontologis (sebagai jawaban historis) dan dalam konteks epistemologis (jawaban metafisik dan filosofis).4 Analisis simbolik menerapkan pendekatan Michel Foucault (1973) melalui analisanya tentang the Semantic Web of Resemblance atau Similitudes digunakan terutama dalam rangka mencari profil, ciriciri interioritas (wajah dalaman) dan eksterioritas (wajah luaran), spectacles dari yang dimaksudkan dengan Order Reformasi (Ormasi), atau the Order of Reforms. Analisis simbolik di atas diarahkan pada analisis tentang resemblance atau similitudes yang antara lain dalam praktiknya dengan melihat/ menelaah: (1) convenientia atau adjacency of places, atau proximities, kedekatan secara fisik atau tempat seakan-akan menyatu tanpa jarak, (2) aemulatio atau emulation, sebagai bentuk kedua dari convenience tapi sudah terbebas dari the law of place, peniruan, proliferasi, duplikasi, berfungsi dari jarak yang jauh tanpa motion misalnya muka manusia dari jarak jauh emulate langit, (3) analogy, ibarat, perumpamaan yang menyerupai, teka-teki atau riddle, (4) sympathy, afinitas, afiliasi, dekat dan cocok melintasi kedalaman dimensi kesemestaan secara leluasa, bebas dan merdeka. Pasangannya dari sympathy adalah antipathy yang membuat kejadiankejadian menjadi niscaya. Pasangan antara simpati/ antipati ini menciptakan terbentuknya sebuah tegangan atau tension. Melalui dorongan, hasrat dan kepentingan yang didasari simpati/antipati maka branching-out, proses proliferasi, yaitu perkembangan dan pertumbuhan secara cepat berlipat-lipat (manifolds).5 Studi dan penelitian tentang reformasi diperlukan pendekatan multimethods, diperlukan keberanian berspekulasi, menyeberang dari perspektif behaviorist/positivist/empiricist/modernist yang hanya mengandalkan inferensi statistik, menuju perspektif simbolik/deduktif humanist/phenomenologist/critical hermeneutic/post-modernists melalui analisis tentang
24
synecdoche – a type of metaphor, yaitu dengan melihat paralelisme sebagai hal yang utama dengan melihat dan memperhitungkan (melakukan kalkulasi sosial) mengenai aspek-aspek yang terkandung di dalam hubungan relational atau linkages antara realitas yang bersifat general/universal dengan yang bersifat lokal/partikular, dalam rangka membuat kesimpulan umum tentang sebuah realitas dengan cara membandingkan antara makrokosmos (larger parts) dengan mikrokosmos (smaller parts). Menurut Brewer and Hunter (2006) dinyatakan bahwa, Generalizing by synecdoche is not, however, simply a metaphor. It is a claim that the essential features of the larger social unit are reproduce in microcosm within the smaller social unit, and that by studying them in micro we might make influences about the macrostructure of which they are a part. Claims of generalizability made by synecdoche stress not simply a statistical representativeness but most importantly a functioning parallelism [or similitudes] and such claims often include an explicit set of functioning linkages between the larger whole and the smaller part. This is the point at which sampling crosses into the realm of what we may call contexted sampling. 6 Penentuan sampel dalam studi dan penelitian bersifat kontekstual atau memakai metoda contexted sampling, yaitu dengan memilih unit observasi. Unit observasi yang dipilih dalam konteks masalah reformasi birokrasi mencakup lima dimensi, yaitu dimensi paradigma (epistemologi, ontologi, dan apparatus pengetahuan), dimensi budaya (nilai-nilai, norma-norma, sikap dan perilaku), dimensi kelembagaan (bentuk, format, sistem, struktur, fungsi, dan/atau krasi), dimensi kebijakan (proses perumusan kebijakan, keterlibatan stakeholder, kepentingankepentingan yang diwakili), dan dimensi administrasi (tata laksana dan prosedur administrasi). Selain menetapkan lima dimensi unit observasi, yaitu menetapkan unit analisis. Unit analisis ditemukan atau dijumpai dalam setiap konteks dari masing-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI BANTEN DAERAH Oleh : H. Zaharudin, MM..
masing konten, dimensi yang tercakup dalam reformasi birokrasi, yaitu menganalisis aspek-aspek kontinyuitas dan diskontinyuitas dari setiap event reformasi birokrasi. Analisis aspek-aspek kontinyuitas dan diskontinyuitas menggunakan analisis diskursus (discourse analysis), yaitu melihat dan memahami secara genealogis tentang event secara diakronik atau diametral. Proses pemunculan events or discourses) dapat dilihat secara cut-a-cross historis, dengan demikian penampang dari irisan secara arkeologis, baik horizontal maupun vertikal atau secara diametral akan nampak jelas untuk memperlihatkan aspekaspek kontinyuitas dan diskontinyuitas. Analisis diskursus dapat menjelaskan kelima dimensi dan konten secara kontekstual dan kritis. Dalam perspektif pemikiran teoritis pasca-modern/pasca-struktural, dua element yang saling berhubungan dalam analisis genealogis (genealogical analysis), yaitu analisis tentang asal-usul garis turunan (descent) dan proses kemunculan sebuah kejadian (emergence). Selain analisis diskursus yang melakukan dekonstruksi terhadap setiap struktur dan sistem makna dan pemaknaan (regime of meanings), struktur dan sistem kebenaran dan pembenaran (regime of truths) dan setiap struktur dan sistem pemikiran (regime of thoughts). The analysis of descent does not conjure up a history of unintereupted continuity; on the contrary, it attempts to reveal the multiplicity of factors behind an event [italic is mine], to maintain events in their proper dispersion, and to identify the accidents, the minute diviations, the errors that gave birth to those things that continue to exist and have value for us [as referred to Michel Foucault]. This emphasis within genealogy is disruptive of traditional historical analyses employing conceptions of uninterrupted continuities in history; it disturbs the formerly secure foundations of our knowledge and understanding – not, however, in order to substitute an alternative and more secure foundation, but to produce an awareness of the complexity, contingency, and fragility of historical forms and events to which traditional history has attributed a stability.7 Kekuatan analisis diskursus yang sanggup melihat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
konten dan konteks secara kritis dimungkinkan oleh strategi dekonstruksi yang dimilikinya. Dengan pendekatan dekonstruktif terhadap setiap event akan memudahkan melakukan interogasi dan investigasi secara skeptikal tidak mudah menerima setiap sintesa yang terburu-buru dan siap cerna (ready made synthesis). Setiap event akan berada pada suatu lokasi ruang dan waktu yang sarat dengan content beserta landscape kontekstualnya di dalam arena symbolic habitus atau ibarat di dalam sebuah “Kebun Metafora,” a garden of metaphors. Sebuah event tepat berada di tengah, sebagai pusat perhatian pada posisi center dalam sebuah bingkai (frame), terhampar di atas landscape peristiwa atau masalah, maka fokus perhatian akan tertuju kepada kinerja (performance) interioritas dari penampilan (appearance) ekterior kejadian, melihat spectacles, penonjolan-penonjolan yang kelihatan sebagai tanda pengenal (semiotique) bagi setiap pemerhati, antara lain sebagai spectators. Kata lain dari analisis genealogis atau analisis yang kritis tentang historis adalah dengan melihat perkembangan sejarah bukan sebagai bentuk kulminasi dari tujuan, disain, dan proses perjalanan sejarah, namun sebagai penentu dalam manifestasi dari setiap episode tentang penguasaan, pengekangan, penindasan, dan perwujudanperwujudan yang bersifat temporer dari keseluruhan tahapan di dalam “the play of domination.” Kemunculan suatu kejadian atau terjadinya event sebagai landasan untuk bermulanya sebuah ledakan dahsyat yang membawa kepada suatu perubahan, dan tidak ada pihak manapun yang dapat mempertanggung jawabkannya. Hal tersebut dinyatakan bahwa genealogi: “[It] conceptualizes the emergence of an event or development as the entry or erruption of forces for which no subject may be held responsible.”8 Sebagai sebuah performing event yang muncul di atas panggung (on-stage), maka pandangan perhatian dari pemerhati tidak melupakan atau melewatkan selain latar depan panggung (front-stage) dan latar belakang panggung (back-stage), juga unsurunsur atau elemen-elemen yang berada di luar panggung (off-stage), segala sesuatu yang berkaitan
25
REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI BANTEN DAERAH Oleh : H. Zaharudin, MM..
dengan event yang turut serta melakukan kontribusi, intervensi, dan investasi melalui bentuk sponsorship dan berbagai bentuk pendukung lainnya, seperti tekanan (pressure), gugatan (claim and disclaimer), dan tuntutan (demand). Semua elemen yang terlibat, atau dengan sengaja dilibatkan dalam pemunculan sebuah event, terdiri dari elemen-elemen: what is the mater (object), who is the agent (actor, subject), where it occurs (location, space, spatial), when it takes palce (time, tempo), how it happens (process, mechanic, motion), and whay it happens (reason, rationale, argument, premise). Hubungan secara vertikal dari bawah berupa obyek (mater) bersifat fisikal dan kuantitatif kemudian semakin ke atas menjadi subyek (eter) bersifat kekal non-fisikal dan kualitatif. Dengan kata lain mulai dari yang paling dasar adalah “data” kemudian bergerak ke atas menjadi “informasi” (information), lalu di atas informasi menjadi “pengetahuan” (knowledge), di atas pengetahuan adalah “intelegensia” (intelligent). Strategi tekstual dan pemikiran terdapat pada level intelligent, dimana vision, yaitu pandangan yang jauh ke masa depan, dan light, yaitu cahaya dari atas (as the stollen light from heaven, from God, and parts of its power is stollen, taken down from the sky) dari sumber makna dan pemaknaan yang absolut menjadi kekuatan yang tidak sempurna dalam memposisikan perspektif pemikiran yang konseptual. Dengan sedikit cahaya dari atas, dari Tuhan, maka manusia mampu menyinari lanskap di bawahnya, sehingga cahaya yang sedikit tersebut dapat berperan dalam melihat dan memahami dramaturgi dari setiap kejadian, maupun dari setiap kelahiran sebuah tragedi moral, yaitu the rule of opposites, or binary philosophical opposition : kebaikan versus keburukan, kebajikan versus kejahatan, penciptaan versus
26
pemusnahan, kehidupan versus kehancuran, dan kelahiran versus kematian. Kesimpulan 1. Proses Reformasi yang diidam-idamkan oleh rakyat individu belum menunjukkan perubahan yang esensial sehingga perlu ditinjau ulang apa saja yang harus terlebih dahulu didahulukan dan dilaksanakan sehingga berangsur-angsur refrmasi ini dapat bergulir sesuai apa yang diharapkan. 2. Dilihat pada sat ini aspek-aspek perubahan setelah reformasi dilaksanakan dengan adanya otonomi daerah dan pelayanan publik yang diharapkan dapat lebih baik. Daftar Pustaka Agricultural Involution, The Processes of Ecological Change in Indonesia , Berkeley , Los Angeles and London , 1963 ..: University of California Press, hal 133. Bourdieu, Pierre, Outline of a Theory of Practice , Cambridge: Cambridge University Press, 1977, hal. 72-95. 5 Foucault, Michel, The Order of Things, An Archeology of the Human Sciences , New York: Vintage Book, A Division of Random House, 1973, hal. 17-23. Brewer, John, Albert Hunter, Foundations of Multimethod Research, Synthesizing Style , London, 2006: SAGE Publications Inc., hal 79103. 7 Smart , Barry., Foucault, Marxism and Critique , London: Routledge & Kegan Paul, 1983, hal. 76 Smart, Barry., Foucault, Marxism and Critique, London: Routledge & Kegan Paul, 1983, hal. 7677.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI BANTEN DAERAH Oleh : H. Zaharudin, MM..
STUDI KURIKULUM KULIAH KERJA NYATA BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI LULUSAN Oleh : Dr. Zulkifli Amsyah, MLS.
(Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI) ABSTRACT This course is called Kuliah Kerja Nyata (KKN) which is especially on the field of Management Science. It prepares students to go to the office for works as an office worker. Like KKN in the other fields such as Agriculture, Industry, Technology, Manufacture, etc. KKN in the field of Management especially will be exist on the office. In the Office, students could practice any aspect of Office. This experience will increase student knowledge about working in the office, real office, as a development of student knouledge about office. This lesson is about study of Office in Theory, especially on its aspects such as procedures and technology. Its materials will help students to: (1) Understand both the role of the modern office in today’s business world and the role of office worker in the office environment; (2) Develop marketable skills using the most current procedures and technologies; (3) Develop an understanding of emerging technologies; (4) Recognize the importance of organization, accuracy, and efficiency as they relate to productivity; (5) Communicate and interact effectively with co-workers, employers, and the general public; (6) Identify opportunities for employment and for professional growth in office occupations. PERMASALAHAN Dunia kerja secara umum dapat dibagi menjadi dua wilayah yaitu pekerjaan kantor dan pekerjaan lapangan. Di dalam pendidikan masa kini, kedua wilayah pekerjaan tersebut harus disiapkan secara teoritis di kelas dengan praktiknya dalam bentuk miniatur di ruang praktik, laboratorium, bengkel praktik, media-center, operation-room, ruang simulasi, arena bermain, dan sebagainya. Karena perkembangan kemajuan dunia kerja masa kini yang sangat cepat, utamanya aspek teknologinya, maka upaya pendidikan menghubungkan dan mencocokkan (link & match) dunia teori dengan dunia nyata dirasakan semakin ketinggalan, maka berbagai upaya bentuk kerja simulasi miniatur harus dikembangkan lagi dalam bentuk kuliah kerja nyata (KKN). Dengan KKN yang dipersiapkan di ruang kuliah secara teoritis dengan baik, dan kemudian berpraktik KKN secara
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
langsung terjun ke lapangan pekerjaan yang sebenarnya, niscaya akan lebih menyempurnakan upaya “link & match”. Secara keseluruhan, pembangunan Indonesia yang berkaitan erat dengan pekerjaan sumber daya manusia (SDM) Indonesia, memang tertinggal jauh dalam semua bidang dipercaturan pembangunan Negara di dunia. Kemajuan Pembangunan Negaranegara di Dunia dipengaruhi oleh perkembangan kemajuan Teknologi. Demikian dahsyatnya pengaruh tersebut, Pembangunan Dunia berjalan maju menurut era pembangunan modern seperti berikut: (1) Era Pertanian (Agricultural Era), yaitu era pembangunan yang berorientasi pada pekerjaan pertanian sesuai dengan tingkat standar teknologi zaman pertanian, (2) Era Industri (Industrial Era) yaitu era pembangunan yang dikembangkan sejalan dengan berkembangnya teknologi industri yang
27
STUDI KURIKULUM KULIAH KERJA NYATA BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI LULUSAN Oleh : Dr. Zulkifli Amsyah, MLS.
menggeser teknologi yang digunakan di zaman pertanian, dan (3) Era Informasi (Information Technology) yaitu era pembangunan dengan menggunakan teknologi informasi yang sudah berkembang menggeser teknologi industry. Negara yang secara konsekuen melakukan perubahan teknologi dalam pembangunannya sejalan dengan perubahan era tersebut niscaya sudah dapat menyesuaikan diri atau “benchmarking” dengan pembangunan di Negara Maju, untuk selanjutnya menyusul menjadi Negara Maju Baru. Pendidikan yang merupakan kawah untuk merekrut sumber tenaga kerja (SDM) harus dikembangkan juga pembangunannya sejalan dengan perkembangan teknomogi sesuai era-era tersebut di atas, kalau tidak maka dunia pendidikan akan menghasilkan SDM yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Dan kalau terus-terusan tidak mengadakan perubahan atau kalaupun mengikuti perubahan hanya ala kadarnya, seperti mengikuti arus sungai, maka SDM Indonesia disebut tidak berkualitas, disbanding dengan SDM Negara-negara Maju. Akhirnya akan menghasilkan Pembangunan Negara yang tidak berkualitas. Untujk mencapai Link & Match antara dunia pendidikan manajemen dengan dunia perkantoran maka KKN harus dipersiapkan secara teoritis di kelas dengan sebaik-bainya, utamanya dengan membelajarkan pekerjaan di perkantoran yang berbasis teknologi kantor modern sejalan dengan Kantor Era Informasi. Hal itu dipersiapkan agar sejalan dengan berbagai pekerjaan manajemen di kantor masa kini. Kantor akan menjadi tempat mahasiswaa KKN melaksanakan proses belajar mengajar (PBM). Kantor memang merupakan tempat KKN yang tepat untuk kuliah sambil berpartisipasi dalam pekerjaan manajemen. Berbagai mata kuliah yang dipelajari di bangku kuliah dapat pula dipelajari dalam praktik pekerjaan nyata di kantor, dan sekaligus dapat pula menjadi lokasi pengumpulan data dalam rangka penulisan skripsi. Persiapan KKN dalam bentuk teori, dilaksanakan di ruang kuliah dengan berisikan materi pelajaran yang dapat membimbing mahasiswa mempersiapkan diri ber-KKN di kantor. Kuliah tersebut adalah mengenai dasar-dasar pekerjaan kantor (Office Works) yang tentu saja umumnya dikerjakan pegawai/atau/karyawan kantor. Pekerjaan KKN
28
umumnya merupakan pekerjaan manajer pemula di perkantoran yang dipersiapkan untuk berkarir sebagai manajer lini bawah, lini tengah, dan lini atas di dalam pekerjaan. Dengan adanya program ini, para mahasiswa akan memperoleh manfaat dan keuntungan yang sangat berharga dalam mengembangkan ilmu manajemen yang telah diperoleh dibangku kuliah, kemudian mendalaminya melalui praktik dan studi banding langsung dari lapangan pekerjaan yaitu kantor.. Program KKN tersebut sama seperti program-program KKN (atau magang) bidang lain seperti Pertanian, Industri, Komunikasi, Informasi, Infrastruktur, Transportasi, dll. atau bahkan akan mirip dengan praktik magang murid-murid SLTA. Kita ketahui bahwa pekerjaan di dalam organisasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pekerjaan kantor (office works) dan pekerjaan lapangan (field works). melaksanakan berbagai pekerjaan Di Negara Maju atau di Negara Berkembang yang kini sudah menjadi Negara Maju Baru, pekerjaan pembangunan bidang apapun akan dikerjakan dikantor. Di Negara Maju bahkan sudah tidak diperlukan lagi adanya program KKN, baik di lapangan atau di perkantoran, karena Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) yang sudah bagus dan tepat guna, antara lain sudah “Link and Match” antara kurikulum pendidikan di bangku kuliah dengan kenyataan pekerjaan di perkantoran atau di lapangan. Di sana, dunia pendidikan merupakan sumber rekrutmen SDM untuk berbagai bidang pembangunan. Andaikan Sisdiknas sudah benar dan tepat, maka akan menghasilkan SDM berkualitas, yang dapat mensukseskan Pembangunan Nasional sehingga Indonesia dapat menjadi Negara Maju. KURIKULUM DAN KOMPETENSI LULUSAN Dalam kurikulum atau Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mata Kuliah KKN, mahasiswa akan di PBMkan mengenai Prosedur dan Teknologi Kantor sebagai persiapan Praktik KKN di Perkantoran Modern. Untuk itu Buku Wajib yang digunakan adalah berdasarkan buku Oliverio, Mary Ellen dan Pasewark, William R. The Office: Procedures and Technology (Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing, 1988). Bahan buku tersebut akan diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk bahan kuliah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STUDI KURIKULUM KULIAH KERJA NYATA BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI LULUSAN Oleh : Dr. Zulkifli Amsyah, MLS.
(hand-out). Untuk Negara Maju atau Negara Maju Baru, pekerjaan “kantor” yang diberikan pada kuliah KKN ini, sudah lama dijalankan. Tetapi untuk kebanyakan Organisasi di Indonesia, khususnya Organisasi Kenegaraan, praktik pekerjaan kantor modern ini belum banyak dijalankan. Karena itu 6 (enam) bahan kuliah KKN ini sangat sesuai untuk perkantoran di negara yang sedang bergerak untuk menjadi Negara Maju seperti Indonesia. Berikut ini adalah materi yang akan di prosesbelajar-mengajar kan dalam perkuliahan: 1) Kantor dalam Kehidupan Bisnis Modern, 2) Ketrampilam dalam Bekerja Bersama, 3) Pemrosesan Informasi Dokumen Umum, 4) Pemrosesan Informasi Aplikasi Keuangan, 5) Waktu dan Manajemen Tugas, 6) Administrasi Rekord dan Teknologi, 7) Pengiriman Pesan dan Sistem Telekomunikasi. Materi tersebut dikembangkan lagi menjadi lebih aplikatif dan langsung dapat disebutkan kompetensi yang diharapkan. Topik-topik tersebut adalah seperti berikut: 1. Definisi Kantor. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan kantor yang mengkreasikan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi. b) Mengenal perubahan-perubahan yang terdapat di kantor, c) Menjelaskan pentingnya ergonomik, d) Menyebutkan alamiah umum suatu produktivitas. 2. Penataan agar Kantor Berfungsi. Kompetensi yang diharapkan: a) Mengenal tujuan umum tiga jenis organisasi, b) Menyebutkan kontribusi karyawan dalam organisasi, c) Menyebutkan peran unik karyawan kantor. 3. Spesialisasipada Tenaga Kerja Kantor. Kompetensi yang diharapkan: a) Mengenal perbedaan-perbedaan utama dalam keterampilan yang dipersyaratkan bagi karyawan dalam kelompok-kelompok pekerjaan kantor yang utama. b) Menyebutkan secara umum bagaimana karyawan kantor diberi pelajaran oleh Biro Statistik Depnaker, c) Menyebutkan kualifikasi umum bagi semua pekerja kantor. 4. Pengenalan pada Pekerjaan Baru. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan jenis-jenis orientasi yang disediakan bagi karyawan baru. b) Menjelaskan jenis pelajaran
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
yang diharapkan dalam pekerjaan. c) Menyebutkan bagaimana kinerja karyawan dievaluasi 5. Kemampuan Membaca. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan jenis-jenis bacaan yang harus dibaca di dalam suatu pekerjaan kantor. b) Mengenal apa yang harus dikerjakan oleh pembaca yang berkompentensi. c) Menyebutkan teknik untuk meningkatkan keterampilan membaca. 6. Kemampuan Menulis. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan jenis-jenis penulisan yang diperlukan di dalam kantor. b) Menulis surat dan memorandum yang mencerminkan kualitas komunikasi bisnis yang baik. c) Menyebutkan prosedur tugas penulisan keseluruhan. 7. Kemampuan Berbicara dan Mendengar. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan apa yang dimaksud dengan bicara yang sukses. b) Mengenal teknik untuk membantu dalam mendengar secara aktif. 8. Human Relations dalam Pekerjaan. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan peran karyawan dalam bergaul dengan orang lain. b) Menjelaskan bagaimana sikap mempengaruhi dalam kaitan pekerjaan. c) Menyebutkan bagaimana tindakan, penampilan, dan suara yang mempengaruhi human relations dalam pekerjaan, d) Menyebutkan peran karyawan dalam mewakili perusahaan menghadapi publik 9. Peningkatan Keterampilan Hubungan Antarpribadi. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan cara-cara berinteraksi yang sukses dengan atasan tempat karyawan harus melapor.b) Mengenal cara-cara bekerja saling membantu dengan teman sekerja, c) .Menjelaskan bagaimana dapat berlaku efektif dengan lainnya di bawah kondisi tertekan 10. Sistem Informasi dalam Organisasi Modern. Kompetensi yang diharapkan: a) Menjelaskan mengapa sistem-sistem informasi adalah penting dalam organisasi masa kini, b) Menyebutkan apa yang dimaksud dengan sistem informasi manajemen, c) Menyebutkan hubungan antara sistem informasi manajemen dan sistem pemrosesan informasi.
29
STUDI KURIKULUM KULIAH KERJA NYATA BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI LULUSAN Oleh : Dr. Zulkifli Amsyah, MLS.
11. Organisasi dan Teknologi untuk Pemrosesan Informasi. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan sistem pemrosesan informasi secara manual, b) Menyebutkan sistem pemrosesan informasi berbantuan komputer, c) Menyebutkan sistem pemrosesan informasi elektronik terintegrasi 12. Pengorganisasian Sistem Berbantuan Komputer. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan perubahan dari bentuk data menjadi bentuk yang mempunyai arti yaitu informasi, b) Menjelaskan mengenai struktur organisasi sentralisasi, b) Menjelaskan mengenai struktur organisasi desentralisasi, c) Menjelaskan mengenai struktur terdistribusi, d) Menyebutkan jenis-jenis peralatan yang digunakan.‘ 13. Tugas Pekerja Kantor. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan urutan pekerjaan keamananan komputer, b) Menyebutkan jenis pekerjaan pemeliharaan komputer, c) Menjelaskan masa depan sistem pemrosesan informasi dan karyawan sendiri. 14. Surat. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan bagaimana suatu surat mencerminkan bonafinitas perusahaan, b) Menyebutkan bagian-bagian dasar dari suatu surat bisnis, c) Mempersiapkan surat-surat yang diformat sesuai standar umum. 15. Memorandum , laporan , dan tabel. Kompetensi yang diharapkan: a) Mengenal bagian-bagian dasar dari memorandum formal dan informal, b) Menjelaskan bagaimana memorandum berbeda dari surat, c) Mengenal bagianbagian dasar dari laporan informal (tidak dijilid), d) Mengenal bagian-bagian dasar suatu tabel, e) Menyebutkan cara bagaimana dokumen dibuat oleh manajer, f) Menyebutkan kegunaan bentuk surat dan alinea 16. Tata Pemrosesan Dokumen. Kompetensi yang diharapkan: a) Menjelaskan fase-fase siklus pemrosesan word/text, b) Menyebutkan bagaimana tugas pemrosesan word/text diorganisasikan pada kantor multiguna, c) Menyebutkan bagaimana tugas pemrosesan word/text diorganisasikan dalam kelompok satelit dan unit sentralisasi, d).Menjelaskan tujuan dan jenis evaluasi kin erja yang digunakan dalam pusat pemrosesan word
30
17. Peralatan memasukkan word/text untuk pemrosesan. Kompetensi yang diharapkan: a) Mengenal jenis peralatan yang digunakan untuk mengetik (keyboarding), b) Menjelaskan perbedaan antara jenis-jenis peralatan yang digunakan untuk mengetik , c) Menyebutkan kelebihan dari sisten pemrosesan word, d) Mengenal peralatan bukan keyboarding untuk memasukkan teks untuk pemrosesan. 18. Pemrosesan pesanan manual. Kompetensi yang diharapkan: a) Menjelaskan bagaimana pesanan diterima di perusahaan, b) Menyebutkan pemrosesan pesanan dari penerimaan sampai pengiriman, c) Menyebutkan cara-cara pemrosesan pesanan manual. 19. Pemrosesan pesanan elektronik. Kompetensi yang diharapkan: a) Menjelaskan bagaimana tugas pemrosesan pesanan sistem batch, b) Menjelaskan bagaimana tugas pemrosesan sistem on-line, c) Menyebutkan perbedaan dalam pemrosesan manual, batch, dan on-line. 20. Pembelian bahan. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan mengapa pembelian bahan merupakan kegiatan penting banyak perusahaan, b) Menjelaskan prosedur pemrosesan pembelian, c) Menyebutkan fungsi pembelian, d) Menjelaskan bagaimana menyiapkan pesanan pembelian. 21. Pemeliharaan Inventaris. Kompetensi yang diharapkan: a) Menyebutkan mengapa pemeliharaan inventaris merupakan bagian penting banyak perusahaan, b) Menjelaskan fungsi pemeliharaan inventaris dikerjakan, c) Menyebutkan bagaimana pemeliharaan record di ruang stok, d) Menjelaskan bagaimana pemeliharaan inventaris dengan sistem komputer. 21. Penerimaan secara kontan. Kompetensi yang diharapkan: a) Menjelaskan nilai dari kontrol internal untuk prosedur penanganan kontan, b) Mempersiapkan suatu slip deposit, c) Mempersiapkan entri-entri untuk dana petty cash. 22. Penerimaan melalaui rekening. Kompetensi yang diharapkan: a) Mempersiapkan suatu rekonsiliasi rekening bank, b) Menyebutkan prosedur bagi pemeliharan penerimaan rekening,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STUDI KURIKULUM KULIAH KERJA NYATA BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI LULUSAN Oleh : Dr. Zulkifli Amsyah, MLS.
23.
24.
25.
26.
27.
c) Mempersiapkan record penagihan bagi pelanggan Kegiatan Pembayaran Barang. Kompetensi yang diharapkan: a) Menjelaskan tujuan dari bagian pembayaran dengan rekening, b) Menyebutkan prosedur pemrosesan pembayaran untuk barang, c) Mempersiapkan penulisan chek Pembayaran Upah dan Gaji. Kompensasi yang diharapkan: a) Menyebutkan metode pembayaran, b) Mempersiapkan pemotongan dari penerimaan, c) Mempersiapkan rekord untuk penggajian. Tempat Kerja (Workstation) dan Manajemen Waktu. Kompetensi yang diharapkan: a) Mengenal fungsi dari tempat kerja kantor karyawan sendiri, b) Mengenal peralatan tempat kerja kantor, ATK, dan peralatan tambahan yang umum, c) Menyebutkan bagaimana menyusun tempat kerja karyawan sendiri untuk meningkatkan produktivitasnya, d) Mendaftar terbuangnya waktu kantor yang umum, e) Menggunakan prosedur analisis waktu dasar untuk membantu karyawan memanaj waktu lebih baik. Pelayanan Penggunaan Reprografik. Kompetensi yang diharapkan: a) Menjelaskan bagaimana mesin pengcopyan kantor dikelompokkan, b) Mengenal kelebihan mesin pengcopyan yang umum yang mungkin karyawan gunakan dalam pekerjaan dan menjelaskan bagaimana karyawan dapat membantu mengontrol biaya pengcopyan, c) Menjelaskan bagaimana perusahaan mengontrol prosedur pengoperasian alat pengcopyan, d) Menggunakan prosedur untuk mempersiapkan bahan untuk dicopy pada pengcopyan kantor, e) Mengenal alat reprografik kantor lainnya. Keselamatan kantor dan keamanan. Kompetensi yang diharapkan: a) Menjelaskan sikap keselamatan yang positif penting bagi karyawan kantor, b) Mengenal cara-cara membuat tempat kerja karyawan sendir lebih selamat, c) Menyebutkan prosedur keselamatan darurat, d) Menjelaskan bagaimana karyawan sendiri dapat meyakini keamanan pribadinya dalam pekerjaan, e) Menyebutkan bagaimana gedung dan perhitungan keamanan kantor
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
28.
29.
30.
31.
32.
33.
berkontribusi pada keamanan semua karyawan. Kalender, Pertemuan Bisnis, dan Perjalanan. Kompetensi yang diharapkan: a) Mengenal prosedur yang layak untuk memelihara kalender dan file tickler, b) Menyebutkan tugas asisten kantor dalam membantu mengenai peretemuan bisnis, c) Mempersiapkan dokumen yang berhubungan dengan pertemuan bisnis, d) Menyebutkan formulir-formulir utama dari perjalanan bisnis, e) Mengenal prosedur yang layak bagi kelengkapan penyusunan perjalanan bisnis. Laporan Bisnis. Kompetensi yang diharapkan: a) Mengenal bagian-bagian dari laporan bisnis formal dan menyebutkan fungsi masing-masing bagian, b) Mengenal dan menjelaskan dua laporan keuangan yang vital yang digunakan dalam bisnis Pemeliharaan Rekord Kantor. Kompetensi yang diharapkan: a) Menjelaskan tujuan dari manajemen rekord, b) Mengenal keuntungan dari manajemen rekord, c) Menyebutkan jenisjenis media untuk informasi yang disimpan, d) Mengenal faktor biaya yang terlibat dalam suatu sistem manajemen rekord, e) Menyebutkan fase suatu siklus kehidupan rekord. Sistem Filing Kertas. Kompetensi yang diharapkan: a) Mengenal komponen suatu sistem filing, b) Menyebutkan 4 (empat) sistem filing abjad, c) Menjelaskan bagaimana sistem filing numerik diorganisasikan, d) Menjelaskan bagaimana suatu sistem filing kronologis diorganisasikan. Memanaj File Kertas. Kompetensi yang diharapkan: a) Menjelaskan bagaimana mempersiapkan rekord untuk difile, b) Melaksanakan prosedur filing yang efisien, c) Mendaftar 3 (tiga) prosedur rekord keluar file, d) Menyebutkan bagaimana file inaktif ditransfer dan disimpan. Memanaj Media Magnetik dan Mikrografik. Kompetensi yang diharapkan: a). Menjelaskan bagaimana menyimpan rekord perorangan pada media magnetik, b) Menyebutkan perlengkapan yang digunakan untuk menyimpan dan mengorganisasikan media magnetik, c) Menjelaskan Mengapa database berguna dalam bisnis, d) Menyebutkan 2
31
STUDI KURIKULUM KULIAH KERJA NYATA BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI LULUSAN Oleh : Dr. Zulkifli Amsyah, MLS.
34.
35.
36.
37.
38.
(dua) cara untuk memproduksi file mikrofilm, e) Menjelaskan bagaimana sistem penemuan kembali berbantuan komputer digunakan untuk mempercepat proses penemuan kembali. Prosedur Pesan Tertulis Masuk. Kompetensi yang diharapkan: a): Melaksanakan prosedur untuk sortir dan mendistribusikan pesan tertulis, b) Menangani pesan tertulis masuk untuk atasan (-atasan). Prosedur Pesan Tertulis Keluar. Kompetensi yang diharapkan: a) Mempersiapkan pesan tertulis keluar untuk pengiriman oleh Pelayanan Kantor Pos, b) Mengenal kelas-kelas pesan tertulis domistik, c) Menjelaskan berbagai pelayanan yang disediakan di Kantor Pos, d) Menyusun pelayanan bagi kurir, e) Mengirim bahan melalui suatu sistem pesan tertulis antarkantor. Komunikasi Telepon Masuk. Kompetensi yang diharapkan: a) Mengkreasikan impresi pertama yang menyenangkan pada waktu bertelepon, b) Melaksanakan teknik dan prosedur telepon yang memungkinkan karyawan menangani telepon masuk secara sopan dan efisien. Komunikasi Telepon Keluar. Kompetensi yang diharapkan: a). Menyebutkan jenis-jenis direktori telepon yang berguna bagi karyawan, b) Menyambung telepon lokal dan domestik jarak jauh, c) Menyambung telepon internasional. Teknologi Telekomunikasi. Kompetensi yang diharapkan: a) Mengenal jenis peralatan dan pelayanan telepon, b) Menjelaskan bagaimana data dan gambar ditransmisikan, c) Menyebutkan suatu sistem kumunikasi terpadu.
KESIMPULAN Sesudah sekian lama pembangunan pendidikan berjalan, ternyata tetap saja hasilnya memperihatinkan, dewasa ini kembali banyak terjadi diskusi pada berbagai forum termasuk konferensi dan pelatihan manajemen yang membahas masalah kualitas, termasuk kualitas kurikulum. Berkaitan dengan kualitas, muncul juga pembahasan mengenai upaya Link & Match antara kurikulum dunia
32
pendidikan dengan dunia kerja. Dunia kerja dan dunia pendidikan Indonesia harus saling berinteraksi dan saling membuka diri bagi perkembangan pembangunan bidang masing-masing. Untuk kemajuan Pembangunan Indonesia, dunia pendidikan harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan kemajuan teknologi dunia, sehingga dunia pendidikan harus berubah mengikuti perkembangan Pembangunan Negara Maju, dan menyesuaikan diri dengan perubahan era, dari Era Pertanian, berubah ke Era Industri, dan harus berubah pula ke Era Informasi. Terbukti bahwa Pembangunan Negara yang mengikuti perubahan kemajuan era secara konsekuen dan total, kesemuanya sudah menjadi Negara Maju, adil, makmur, dan sejahtera bagi seluruh rakyat negara bersangkutan. Agar terjadi link & match lebih cepat, langsung, dan menguntungkan kedua belah pihak baik bagi dunia pendidikan maupun dunia pembangunan (baca: dunia kerja), dan secara umum dapat kita katakan, baik untuk Pembangunan Indonesia di bidang Pendidikan maupun bidang-bidang Pembangunan lainnya yang menjadi tempat bekerja para SDM tamatan dunia pendidikan. Sampai sekarang, dunia pendidikan belum dapat menghasilkan SDM yang siap kerja, tetapi baru siap latih. Karena itu program KKN niscaya akan dapat membuat dunia pendidikan dapat menghasilkan SDM Tenaga Kerja, yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan Pembangunan akan tenaga kerja berjualitas, yang notabene adalah merupakan tempat bekerja para tenaga kerja yang direkrut dari dunia pendidikan yang juga berkualitas. Semoga dengan KKN, SDM Tenaga Kerja Indonesia menjadi berkualitas. REFERENSI Amsyah, Zulkifli. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005. Amsyah, Zulkifli. Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003. Oliverio, Mary Ellen dan Pasewark, William R. The Office Procedures and Technology. West Chicago, Il.: South-Western Publishing Co, 1988. Smith, Allen N. ; Alexander, Wilma Jean; dan Medley, Donald B. Advanced Office Systems. Cincinnati: South-Western Publishing Co. 1986.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM. (Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI) ABSTRACT
The purpose of this research is to examine systematic risk, firm growth, fixed asset ratio, firm size that influence the financial leverage on food & beverage industry listed in Jakarta Stock Exchange during 2000-2006. Collecting sample used purposive sampling method. The data of this research is 89. Data has been analyzed using normality test, classic assumption test, and description statistic. The hypotesis were tested using statistic test, and F statistic test This research finding can be summarized as follow. First, partially the result showed that systematic risk and firm size influenced financial leverage. Firm growth and fixed asset ratio did not influenced financial leverage. Second, simultaneously the dependent variable was influenced by the independent variables. Keywords : Systematic risk, Firm Growth, Fixed Asset Ratio, Firm Size, Debt Policy, and Leverage Ratio. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Manajer diberikan kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan. Para manajer ini diharapkan bekerja untuk kemakmuran pemegang saham dengan menaikkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka panjang mengalami kenaikan yang signifikan. Manajer yang diberi kepercayaan oleh pemegang saham disebut sebagai agen. Sebagai manajer tentunya dapat memahami bagaimana mengendalikan perusahaan supaya dapat bertahan dan bertumbuh, oleh karena itu diperlukan cara yang tepat supaya ada keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan dana yang tersedia dalam perusahaan. Kemudian dalam
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
usahanya untuk mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan, manajer memerlukan dana untuk kegiatan ekspansi bisnisnya. Salah satu alternatif bagi perusahaan dalam memenuhi dana tersebut adalah dengan melakukan hutang. Hutang dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) Hutang jangka pendek (2) Hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek dapat diperoleh lebih cepat dibandingkan dengan hutang jangka panjang, karena hutang jangka panjang selalu mempunyai syaratsyarat tertentu atau sebuah kontrak yang akan membatasi perusahaan di masa depan (Bringham,1992). Walaupun hutang jangka panjang selalu memiliki persyaratan yang akan menyulitkan perusahaan, namun biasanya manajer perusahaan lebih memilih hutang jangka panjang daripada hutang jangka pendek. Hal ini terjadi karena resiko hutang jangka
33
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
pendek lebih tinggi dibandingkan dengan resiko hutang jangka panjang, salah satu resiko hutang jangka pendek adalah sebagai berikut: bunga yang berfluktuasi. Bila perusahaan sedang mengalami kondisi keuangan yang lemah lalu disertai dengan fluktuasi bunga yang tinggi, maka hal ini tentu saja akan menyulitkan perusahaan pada saat melakukan pembayaran hutang. Sedangkan alasan perusahaan melakukan hutang menurut Modligiani dan Miller (1997) adalah: dengan melakukan hutang maka beban pajak perusahaan akan terkurangi, hal ini terjadi karena pembayaran bunga membuat optimal bagi perusahaan untuk bergantung secara penuh terhadap hutang. Dengan kata lain manajer perusahaan lebih suka melakukan hutang daripada harus membayar beban pajak yang tinggi kepada Pemerintah. Karena dengan sejumlah dana yang mereka pinjam, manajer berharap akan mendapatkan return atau keuntungan yang besar bagi perusahaan. Keuntungan penggunaan hutang: 1. biaya bunga mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga biaya utang efektif menjadi lebih rendah, 2. kreditor hanya mendapat biaya bunga yang relatif bersifat tetap, sehingga kelebihan keuntungan merupakan klaim bagi pemilik perusahaan, 3. bondholder tidak memiliki hak suara sehingga pemilik dapat mengendalikan perusahaaan dengan dana yang lebih kecil. Risiko keuangan yang dihadapi oleh perusahaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen dalam mengambil keputusan pendanaan. Pada tingkat risiko tinggi, manajer berani mengambil risiko (risk seeker) sehingga memilih proyek beresiko tinggi untuk mendapatkan return tinggi. Dalam menghadapi risiko tinggi manajer bekerja sama dengan pihak kreditor sehingga terjadi transfer kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham. Berdasarkan uraian-uraian di atas dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul yaitu “ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA”
34
1.2. Rumusan Masalah Penelitian ini menyajikan beberapa permasalahan yang dirumuskan dalam beberapa pertanyaan, yaitu: 1 Apakah resiko sistematis berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang? 2 Apakah kesempatan bertumbuh berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang? 3 Apakah rasio aktiva tetap berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang? 4 Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang? 5 Apakah resiko sistematis, kesempatan bertumbuh, rasio aktiva tetap, dan ukuran perusahaan bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari resiko sistematis terhadap kebijakan hutang. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari kesempatan bertumbuh terhadap kebijakan hutang. 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari rasio aktiva tetap terhadap kebijakan hutang. 4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. 5. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan secara bersama dari resiko sistematis, kesempatan bertumbuh, rasio aktiva tetap, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Bagi investor, hasil penelitian berupa pengaruh resiko sistematis, kesempatan bertumbuh, rasio aktiva tetap, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam melakukan investasi. 2. Bagi perusahaan, dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian ini untuk membantu membuat keputusan dalam masalah pendanaan dan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
3.
faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan. Bagi akademisi, dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan menambah referensi.
1.4. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika pemabahasan. BAB II KERANGAKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Bab ini menguraikan kerangka teoritis, model penelitian dan perumusan hipotesis yang memberikan uraian yang tepat berdasarkan teori dan konsep yang diperoleh dari buku-buku/ pendapat-pendaoat yang berhubungan dengan penelitian yang akan / telah dilakukan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan rancangan penelitian, obyek penelitian, definisi opersaional variabel dan pengukurannya, teknik pengumpulan data serta metode analisis data yang digunakan. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berupa hasil penelitian dan analisis data dari data yang mencakup gambaran umum obyek penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan, keterbatasan, dan rekomendasi dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis. KERANGKA TEORITIS DAN PERMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. Pembahasan pada bagian ini difokuskan pada satu atau lebih teori yang akan mendukung untuk memecahkan masalah penelitian. 2.1.1. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang pengetahuan yang menarik untuk dipelajari
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
sekaligus menantang. Seorang yang ahli di bidang manajemen keuangan akan mendapatkan kesempatan yang luas untuk mendapatkan pekerjaan seperti: corporate finance manager, bank, perusahaan asuransi dan sektor pemerintah yang lain, yang sangat memiliki kesempatan untuk mengembangkan karir. Banyak usaha yang berskala besar maupun kecil, baik yang bersifat profit motif maupun nonprofit motif akan mempunyai perhatian besar di bidang keuangan. Keberhasilan ataupun kegagalan usaha hampir sebagian besar sangat ditentukan oleh kualitas keputusan keuangan. Dengan kata lain bidang keuangan merupakan salah satu faktor utama masalah yang biasa timbul dalam setiap organisasi. Secara umum pengertian keuangan diartikan sebagai satu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan dana, mengelola dana, kemudian mendistribusikan laba dari usaha tersebut. Definisi Manajemen Keuangan menurut Gitman (1997:4) adalah sebagai berikut: “Mangerial Finance is concern the duties of the financial manager in the business firm”. Selanjutnya Gitman menjelaskan manager keuangan adalah sebagai berikut: “Financial Manager is actively manages the financial affairs of any type of business, whether financial, private or public, large or small, profit seeking or not for profit". Menurut Sartono (1998:8) pengertian manajemen keuangan adalah sebagai berikut: Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana dalam berbagai bentuk investasi atau pembelanjaaan secara efisien. Pengertian Manajemen Keuangan menurut Bringham et.al (1996:5) adalah sebagai berikut: “Managerial finance is important all types of business, whether the are public or private deal with financial service or are manufactures”. Bringham, Weaston dan Besley (1996:8-9), menjelaskan kegiatan utama dari manajemen keuangan terdiri dari 4 aspek yaitu:
35
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
1.
2.
3.
4.
Forecasting and planning Manajer keuangan harus bekerjasama dengan eksekutif lainnya untuk merencanakan usaha yang dilakukan di masa yang akan dating dan meramalkan kedudukan perusahaan yang lebih baik dari periode sebelumnya. Mayor investment and financing decision Perusahaan yang sukses biasanya memiliki pertumbuhan yang pesat dalam usahanya, peralatan dan persediaan. Manajer keuangan harus membantu dalam menentukan pertumbuhan penjualan yang optimal serta memutuskan pendanaan yang terbaik dalam menjalankan usahanya. Coordination and Controlling Manajer harus berinteraksi dengan eksekutif lainnya untuk menjamin pengoperasian perusahaan agar dilaksanakan seeefisien mungkin. Dealer with financial market Manajer keuangan harus berinteraksi pada pasar uang dan pasar modal yang diharapkan dapat menambah dana perusahaan untuk menjalankan operasinya.
Menurut Van Horne (1995:4) menguraikan bahwa keputusan keuangan terdiri dari keputusan investasi, pemenuhan kebutuhan dana atau pembelanjaan dan kebijakan dividen. 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi dapat dikelompokkan ke dalam investasi jangka pendek seperti misalnyainvestasi dalam kas, persediaan, piutang dan surat berharga maupun investasi jangka panjang dalam bentuk gedung, peralatan produksi, tanah, kendaraan dan aktiva tetap lainnya. Keputusan investasi ini akan tercermin pada sisi aktiva dalam neraca perusahaan. 2. Keputusan Pemenuhan Kebutuhan Dana atau Pembelanjaan Keputusan pembelanjaan ini menjawab berbagai pertanyaan penting seperti bagaimana pembelanjaan kegiatan perusahaan yang optimal, bagaimana memperoleh kebutuhan dana untuk investasi yang efisien, bagaimana
36
3.
komposisi sumber dana optimal yang harus dipertahankan, apakah perusahaan sebaiknya menggunakan modal asing atau modal sendiri, adakah pengaruh keputusan pembelanjaan terhadap nilai perusahaan, serta bagaimanakah bentuk insentif terbaik untuk meningkatkan prestasi manajemen. Pengumpulan dana tidak lagi terbatas dalam satu negara melainkan terbuka kesempatan untuk menarik dana dari investor asing. Keputusan pemenuhan dana ini akan tercermin pada sisi pasiva dalam neraca perusahaan. Keputusan Kebijakan Dividen Pada prinsipnya kebijakan dividen ini menyangkut keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan seharusnya dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas dan pembelian kembali saham atau laba tersebut sebaiknya ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembelanjaan investasi di masa yang akan datang.
Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan adanya tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Walaupun ada berbagai macam tujuan, tujuan akhir yang harus dicapai dari keseluruhan keputusan keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau maximination of stockholders melalui maksimasi nilai perusahaan. 2.1.2. Sumber Pembiayaan Perusahaan Menurut Bambang Riyanto (1997: 209-214) Sumber modal ditinjau dari asalnya, yaitu dapat dibedakan menjadi sumber internal dan sumber eksternal. 1. Sumber Internal Sumber internal adalah sumber modal yang dapat dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Metode pembelanjaan yang menggunakan sumber internal disebut pembelanjaan dari dalam perusahaan (internal financing). A. Laba ditahan (retained earning) Besarnya laba yang dimaksimalkan dalam
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
2.
cadangan atau laba ditahan, selain tergantung dari besarnya laba yang diperoleh selama periode satu tahun juga tergantung kepada kebijakan deviden yang dijalankan oleh perusahaan. B. Depresiasi Besarnya depresiasi atau penyusutan setiap tahunnya tergantung pada metode depresiasi yang digunakan dalam perusahaan. Depresiasi merupakan biaya operasional. Sumber Eksternal Sumber eksternal adalah sumber dana yang berasal dari luar perusahaan. Dana tersebut bisa berasal dari kreditur, pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. A. Hutang (debt) Modal yang berasal dari para kreditur disebut juga dengan modal asing, sedangkan metode pembelanjaan yang menggunakan modal asing disebut dengan pembelanjaan hutang (debt financing) Hutang dapat dibedakan menjadi : Hutang jangka pendek (kurang dari 1 tahun) Misalnya : kredit modal kerja dari bank, kredit pemasok, kredit pembeli. Hutang jangka panjang (lebih dari 1 tahun) Misalnya : obligasi, kredit investasi dari bank dan leasing. B. Modal sendiri Merupakan modal yang berasal dari pemilik sendiri yang ditahan di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Sumber pembiayaan modal sendiri yaitu saham biasa, saham preferen, dan saham kumulatif.
2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Financial Leverage 2.2.1.Resiko Sistematis Ada dua buah resiko yang dihadapi oleh perusahaan yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan resiko tidak sistematis (unsystematic risk). Mengacu pada teori manajemen keuangan, penyerdehanaan risiko-risiko atau klasifikasi risiko menurut (Ahmad, 1996:97) adalah : Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
1.
2.
Risiko sistematis Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat di diversifikasikan (undiversifiable) disebut pula risiko pasar yang berkaitan dengan perekonomian secara makro, misalnya kondisi perekonomian, perubahan tingkat suku bunga, inflasi dan kebijakan pajak. Risiko tidak sistematis Disebut juga risiko yang disebabkan oleh faktorfaktor unik pada suatu sekuritas. Faktor-faktor tersebut antara lain; kemampuan manajemen kebijakan investasi, kondisi dan lingkungan kerja. Risiko ini disebut pula “Unsystematic risk” atau risiko yang dapat didiversifikasi.
Diversifikasi digunakan dalam upaya mengurangi risiko portofolio dengan cara mempelajari pola tingkat keuntungan (return) berbagai surat berharga (sahamsaham), artinya jika satu proporsi saham mengalami kerugian maka keuntungan dari proporsi portofolio lainnya dapat menutupi. Systematic risk disebut juga risiko pasar. Jones (1996) mengatakan bahwa risiko sistematis diukur dengan beta. Definisi beta menurut Ross, R. W. Westerfield, and J. Jaffe (1999:257) “Beta measure responsiveness of security to movements in the market portofolio”. Sedangkan definisi beta menurut Reily and Brown (1997:289) “Beta can be viewed as standarlized measure of systematic risk. Specially, we already know that the covariance of any asset with the market portofolio is the relevan risk measure”. Menurut Hartono (2000) beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas terhadap return pasar. Volatilitas merupkan fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio. Jika fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio secara sistematik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar, maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1. Hal ini menunjukkan bahwa resiko sistematik suatu sekuritas atau portofolio sama dengan resiko pasar. Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa beta merupakan ukuran kepekaan return sekuritas dalam pergerakan pasar
37
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
dan beta merupakan ukuran risiko sistematik. Moh’d, Perrry dan Rimbey (1995) mengatakan perusahaan yang mempunyai resiko tinggi akan kesulitan mencari dana eksternal. Hal ini konsisten dengan penemuan Chung (1993) bahwa semakin tinggi resiko yang dihadapi perusahaan maka perusahaan tersebut cenderung untuk mempunyai hutang yang sedikit. Maka pendapat Nisa Fidyati (2003) sesuai dengan pendapat Chung (1993) bahwa risiko sistematik mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaaan. 2.2.2. Kesempatan Bertumbuh Pengertian growth opportunity menurut Maljuf (1984) adalah : “Bila perusahaan menggunakan dana eksternal, perusahaan akan lebih menggunakan hutang, sekuritas dan sebagai sumber terakhir perusahaan akan menggunakan equity”. Myers (1977) mengatakan bahwa tingkat pinjaman berhubungan terbalik dengan rasio dari nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dapat didefinisikan sebagai peningkatan yang terjadi pada perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan yang berarti pula bahwa kesempatan bertumbuh perusahaan semakin tinggi, maka akan semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan. Terkait dengan ini Bradley et. al. (1984) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh tinggi akan memiliki biaya kebangkrutan yang relatif tinggi pula. Biaya kebangkrutan yang tinggi mengimplikasikan adanya financial leverage yang rendah dan tidak optimal, karena dana yang dimiliki banyak dipergunakan untuk menutup biaya kebangkrutan. Hal ini konsisten dengan penelitian Ghosh et. al. (2000) dimana pertumbuhan asset mempunyai hubungan yang negatif signifikan terhadap tingkat hutang perusahaan. Dan sesuai juga dengan pendapat Nisa Fidyati (2003). 2.2.3. Rasio Aktiva Tetap Variabel ini berhubungan dengan jumlah kekayaan (asset) yang dapat dijadikan jaminan. Perusahaan dengan struktur aktiva yang fleksibel cenderung menggunakan hutangnya lebih besar daripada
38
perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel (Wahidahwati, 2000). Dalam suatu perusahaan, fixed asset atau aktiva tetap merupakan salah satu bagian penting dari kekayaan yang diharapkan akan memberikan sumbangan dalam menghasilkan pendapatan di masa yang akan datang. Pengertian fixed asset menurut Smith dan Scousen (1996:41) adalah sebagai berikut : “Aktiva tetap merupakan harta berwujud yang sifatnya jangka panjang dalam aktivitas operasi perusahaan”. Dan pengertian fixed asset menurut Sumarsono S.R (1996:83) adalah sebagai berikut : “Aktiva tetap adalah aktiva yang jangka waktu pemakaiannya lama, digunakan dalam kegiatan perusahaaan, dimiliki untuk tidak dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta nilainya cukup material”. Walaupun suatu aktiva termasuk dalam kategori aktiva tetap, tetapi bila tujuannya untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan maka aktiva tersebut dalam kategori persediaan. Menurut Sofyan Safri Harahap (1995:22) mengatakan bahwa aktiva tetap dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Tangible fixed asset (aktiva tetap berwujud) Yaitu aktiva yang dapat dilihat, diraba secara langsung serta bersifat jangka panjang dalam operasi perusahaan seperti : tanah, mesin, gedung dan peralatan. 2. Intangible asset (aktiva tidak berwujud) Yaitu aktiva yang tidak bisa diamati secara langsung dan tidak mempunyai wujud nyata, bukti adanya aktiva ini terdapat dalam bentuk perjanjian, yaitu kontrak dimana masa manfaatnya ternatas seperti : merek, hak paten dan good will. Tangibility fixed asset ini biasanya dijadikan sebagai jaminan atas hutang oleh perusahaan, karena dengan adanya jaminan maka kepercayaan pemberi pinjaman akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Bevan dan Danbolt (2000) mengenai tangibility fixed asset bahwa : “Pemberi pinjaman mempunyai hak untuk meminta sekuritas dan nilai jaminan pada Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
perushaan karena sekuritas dan nilai jaminan pada perusahaan merupakan penentu utama tersedianya tingkat hutang yang diberikan oleh pemberi pinjaman.” Dengan kata lain besar kecilnya tangibility asset yang dijadikan jaminan oleh perusahaan akan mempengaruhi tinggi rendahnya hutang yang disediakan oleh pemberi pinjaman. Dan investor akan sealu memberikan pinjaman bila ada jaminan. Myers dan Majluf (1984) mengatakan bahwa komposisi asset perusahaan mempengaruhi sumber pembiayaan. Brigham dan Gapensky (1996) mengatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Berdasarkan pengertian aktiva tetap para peneliti di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat utama dari aktiva tetap antara lain : 1. Aktiva tetap berwujud merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang digunakan dalam proses produksi. 2. Aktiva tetap tersebut dapat dipakai lebih dari satu tahun. 3. Aktiva tetap yang dimiliki ini tidak untuk dijual tetapi dipakai dalam proses produksi baik secara langsung atau tidak langsung. 4. Aktiva tetap biasanya digunakan sebagai jaminan atas hutang yang dilakukan oleh perusahaan. 5. Besar kecilnya aktiva tetap yang dijadikan jaminan oleh perusahaan akan menentukan tinggi rendahnya hutang yang disediakan oleh pemberi pinjaman. Hasil dari Moh’d et. al. (1998), Ghosh et. al. (2000) dan Chung (1993) mengatakan bahwa rasio aktiva tetap mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap tingkat hutang perusahaan. Hal ini sesuai juga dengan pendapat Nisa Fidyati (2003). 2.2.4. Ukuran Perusahaan Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal. Karena kemudahan tersebut maka berarti bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana (Wahidahwati, 2000). Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Ukuran perusahaan biasanya dilihat dari besar kecilnya perusahaan tersebut. Salah satu cara untuk melihat besar kecilnya suatu perusahaan dapat menggunakan total assetnya. Pengertian firm size menurut Riyanto (1999:313) adalah sebagai berikut : “Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat dilihat dan besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai total asset dari perusahaan tersebut”. Jadi, semakin besar total asset suatu perusahaan maka perusahaan tersebut dikatakan perusahaan yang besar. Maka karakteristik yang akan digunakan untuk melihat pengaruh ukuran perusahaan terhadap long term debt/total asset adalah dengan menggunakan total asset perusahaan. Hasil studi yang dilakukan oleh Feri dan Jones (1979) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan positif signifikan terhadap hutang perusahaan. Hal ini konsisten dengan penelitian Chung (1993), Moh’d et. al. (1998) dan Ghosh (2000) dan sesuai juga dengan pendapat Nisa Fidyati (2003). 2.3. Kebijakan Hutang (Financial Leverage) Kebijakan hutang perusahaan dalam penelitian ini diproxykan dengan financial leverage. Suatu perusahaan yang menggunakan hutang dalam rangka pembiayaan perusahaan berarti perusahaan akan mempunyai financial leverage, yaitu terikat dengan bunga atau kewajiban untuk membayar kas secara berkala dalam pembiayaannya. Sebaliknya bila semua dana berasal dari pemilik dalam bentuk saham biasa, maka perusahaan tidak mempunyai financial leverage dan tidak terikat dengan bunga. Pengertian financial leverage menurut Weston dan Bringham (1996:154) adalah sebagai berikut : “Suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap yaitu hutang dan saham preferen digunakan dalam struktur modal perusahaan”. Dan pengertian financial leverage menurut Suad Husnan (1999:661) adala sebagai berikut : “Financial leverage terjadi pada perusahaan yang menggunakan hutang dan menimbulkan beban tetap berupa bunga yang harus dibayar
39
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
dari hasil operasi”. Agus Sartono (1998:221) menjelaskan pengertian dasar dalam financial leverage adalah : a. Struktur aset tercermin dalam sisi kiri suatu neraca yang menunjukkan komposisi aset yang harus dibayar. b. Struktur financial leverage tercermin dari sisi kanan suatu neraca yang mencerminkan komposisi sumber dana yang dipergunakan untuk membiayai aset perusahaan. c. Struktur modal ditujukan oleh perimbangan pembelanjaan jangka panjang yang permanen, yaitu perimbangan antara hutang jangka panjang dan saham preferen dengan modal sendiri termasuk modal saham biasa, capital surplus dan laba ditahan. d. Financial leverage adalah rasio antara hutang (D) terhadap total asset (TA) atau total nilai perusahaan. e. Bussines risk adalah inheren variabilitas pendapatan sebelum pajak yang diharapkan dari portofolio aset perusahaan, resiko bisnis ini timbul karena penggunaan aset dengan beban tetap. Sedangkan financial risk adalah variabilitas laba perusahaan karena penggunaan financial leverage. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan menggunakan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya financial leverage juga meningkatkan variabilitas (resiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan lebih rendah dari biaya tetapnya maka financial leverage akan menurunkan pemegang saham. Penggunaan financial leverage atau hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi, yaitu : 1. Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan. 2. Dengan menggunakan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya maka pemilik
40
3.
perusahaan keuntungannya akan meningkat. Dengan menggunakan hutang, pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan. Namun resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan yaitu semakin tinggi financial leverage yang digunakan semakin besar resiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi.
2.4. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang telah banyak dilakukan oleh para ahli keuangan. Wahidahwati (2000) melakukan penelitian pada 61 perusahaan pada tahun 1995 dan 1996 di BEJ mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijaksanaan hutang perusahaan dengan menggunakan variabel kontrol divident payout ratio, size perusahaan, dan risiko saham. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa untuk perusahaan di Bursa Efek Jakarta kepemilikan manajemen atau managerial ownership tidak mempunyai hubungan yang signifikan begitu pula dengan divident payout ratio. Sedangkan untuk variabel size perusahaaan dan resiko saham mempunyai hubungan yang signifikan dengan kebijakan hutang perusahaan. Chung melakukan studi dengan menggunakan 1449 perusahaan. Data diambil dari Standard and Poor’s Compustad Annual Industry dan file PDE tahun 1980-1984. Chung mengambil dua periode waktu yang berbeda untuk menguji asumsi seimbang yaitu periode 1975-1979 dan periode 1980-1984. Hasil studi dua periode ini ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan. Chung (1993) menggunakan variabel antara lain Systematic Risk, Fixed Asset Ratio dan Size. Variabel yang digunakan Chung (1993) adalah rasio hutang jangka panjang, rasio hutang jangka pendek dan rasio total hutang dan asset perusahaan. Model yang digunakan adalah model regresi berganda. Fixed Asset Ratio dan Size variable ini ditemukan mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan financial leverage sedangkan resiko ditemukan mempunyai hubungan negatif signifikan dengan financial leverage. Hasil studinya menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
aktiva tetap yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang tinggi sedangkan perusahaan yang menghadapi resiko yang tinggi cenderung menggunakan hutang lebih sedikit, baik untuk hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek. Ghosh et. al. (2000) meneruskan studi Chung (1993) dengan menambahkan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. Beberapa variabel yang digunakan Ghosh et. al. (2000) dalam penelitiannya adalah Asset Size, Growth of Asset, Fixed Asset Ratio, Research and Development Expenditure, Selling Expense dan Coefficient of Variation of Cash Flow. Sedangkan proxy yang digunakan untuk kebijakan hutang perusahaan adalah rasio hutang jangka panjang dibagi denga total asset (rasio leverage). Ghosh et. al. (2000) menggunakan sampel perusahaan industri manufaktur di Amerika Serikat. Data ini diambil dari Compustat dan Fortune 500. Hasil dari studi Ghosh et. al. (2000) menunjukkan bahwa Growth of Asset, Fixed Asset Ratio dan Research and Development Expenditure meruapakan factor-faktor yang mempengaruhi struktur modal secara signifikan. Penemuan Ghosh et. al. (2000) ini konsisten dengan studi Chung (1993). Nisa Fidyati (2003) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. Dengan menngunakan variabel resiko sistematis, kesempatan bertumbuh, rasio aktiva tetap dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil penelitian menyatakan bahwa untuk variabel resiko sistematis menunjukkan mempunyai hubungan yang negative signifikan dengan kebijakan hutang perusahaan. Hal ini sesua dengan yang diperkirakan bahwa semakin berisiko suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan cenderung menggunakan hutang yang sedikit sebab perusahaan kesulitan mencari dana dari luar (Crutchley dan Hansen, 1989). Namun untuk variabel kesempatan bertumbuh menunjukkan bahwa hasilnya mempunyai hubungan yang yang positif sehingga tidak mendukung teori yang ada. Rasio aktiva tetap dan ukuran perusahaan menunjukkan hasil yang sama
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
bahwa kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif signifikan dengan kebijakan hutang perusahaan. Jadi variabel resiko sistematis, rasio aktiva tetap dan ukuran perusahaan merupakan variabel-variabel yang mempunyai pengaruh signifikan khususnya untuk perusahaan manufaktur dalam menentukan kebijakan hutangnya. 2.5. Kerangka Penelitian Tinggi rendahnya tingkat financial leverage suatu perusahaan ditentukan oleh besar kecilnya hutang yang digunakan oleh perusahaan. Jika investor menilai bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik, maka biasanya financial leverage perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan total aset perusahaan. Namun sebaliknya bila financial leverage perusahaan lebih besar dibandingkan dengan total asset, maka tidak hanya hutang yang menjadi penyebab utama tetapi banyak factor-faktor lain yang mempengaruhi financial leverage perusahaan, faktor-faktornya antara lain: (1) Resiko Sistematis, (2) Kesempatan Bertumbuh, (3) Rasio Aktiva Tetap, dan (4) Ukuran Perusahaan. Dengan melakukan analisis financial leverage dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka manajer akan dapat mengetahui saat yang tepat kapan harus menggunakan hutangnya atau tidak. Maka dari kerangka pemikiran di atas dapat dibentuk model penelitian yang melihat pengaruh resiko sistematis, kesempatan bertumbuh, rasio aktiva tetap, dan ukuran perusahaan terhadap financial leverage. Bagan Kerangka Penelitian 2.6. Perumusan Hipotesis Resiko Sistematis
Kesempatan Bertumbuh Kebijakan Hutang Rasio Aktiva Tetap
Ukuran Perusahaan
41
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ho1 : Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara risiko sistematis dengan kebijakan hutang. Ha1 : Adanya pengaruh yang signifikan antara risiko sistematis dengan kebijakan hutang . Ho2 : Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara kesempatan bertumbuh dengan kebijakan hutang. Ha2 : Adanya pengaruh yang signifikan antara kesempatan bertumbuh dengan kebijakan hutang. Ho3 : Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara rasio aktiva tetap dengan kebijakan hutang. Ha3 : Adanya pengaruh yang signifikan antara rasio aktiva tetap dengan kebijakan hutang. Ho4 : Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang. Ha4 : Adanya pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang. Ho5 : Tidak adanya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara resiko sistematis, kesempatan bertumbuh, rasio aktiva tetap, dan ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang. Ha5 : Adanya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara resiko sistematis, kesempatan bertumbuh, rasio aktiva tetap, dan ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kausalitas yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, karena dalam penelitian ini dilakukan pengamatan tentang hubungan sebab akibat antara resiko sistematis, kesempatan bertumbuh, rasio aktiva tetap, dan ukuran perusahaan terhadap financial leverage. 3.2. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan periode penelitian selama 7 tahun, yaitu dari tahun 2000 sampai dengan 2006. Metode
42
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dalah sebagai berikut : 1. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 2. Perusahaan yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Jakarta selama periode pengamatan, yakni tahun 2000 – 2006. 3. Perusahaan memiliki laporan keuangan lengkap yang diperlukan dalam penelitian terutama selama periode 2000-2006. 3.4. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang tersedia di Bursa Efek Jakarta yaitu : data laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan dan data lain yang relevan dengan penelitian ini. Sumber data berasal dari : a. Indonesian Capital Market Directory tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 pada bagian summary of financial statement. b. Laporan keuangan tahunan dan catatan atas laporan keuangan dari tiap-tiap perusahaan yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Jakarta. c. Jurnal atau publikasi lain yang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini. 3.5. Uji Kualitas Data 3.5.1 Uji Normalitas Digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi antara variabel dependend dan variabel independend terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian ini dapat dilihat dengan menggunakan tabel KOLMOGROV – SMIRNOV dan grafik P-P Plot. Dengan analisis jika nilai significant lebih besar dari (>) 0,05 maka data terdistribusi normal tetapi jika nilai significant lebih kecil dari (<) 0,05 maka data tidak terdistribusi normal ( Santoso 2002:36). Tujuan dari
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Uji Normalitas untuk memastikan bahwa dalam model regresi harus memenuhi asumsi normalitas. Cara mendeteksi normal atau tidaknya suatu data juga dapat dilihat dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Santoso, 2002:214). 1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan dekat serta mengikuti arah dari garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dan tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3.6. Metode Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini, adalah: 3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai karakteristik variabel-variabel dan data penelitian. Di dalam statistik deskriptif, penulis akan menganalisa nilai tertinggi, nilai terendah serta ratarata dari variabel yang diteliti. 3.6.2 Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis menggunakan analisis kuantitatif yaitu melalui model analisis regresi sederhana (Simple Regression) dan berganda (Multiple Regression). Bentuk umum dari persamaan regresi berganda adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e1 Di mana : Y : Kebijakan Hutang (Financial Leverage) X1 : Resiko Sistematis X2 : Kesempatan Bertumbuh X3 : Rasio Aktiva Tetap X4 : Ukuran Perusahaan a : coefisien regression e1 : error term
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3.6.3. Uji Koefisien Determinasi ( Uji R dan Adjusted R-Square ) Uji R dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan diantara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai R semakin mendekati 1, maka hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen semakin erat. Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square). Jika nilai Adjusted R-Square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai Adjusted R-Square berkisar antara 0 sampai dengan 1, di mana jika nilai Adjusted R-Square semakin mendekati angka 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen. Sebaliknya jika nilai Adjusted R-Square semakin mendekati angka 0 berarti seamkin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen. 3.6.4. Uji F-Statistik Uji F-Statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Ho : b1,b2,b3,.....bn = 0, artinya bahwa variabelvariabel independen secara bersama-sama (simultan) tidak mempengaruhi variabel dependen. 2. Ha : b1,b2,b3,.....bn ‘“ 0, artinya bahwa variabelvariabel independen secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel dependen. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Jika nilai probability F lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha gagal ditolak.
43
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
3.6.5 Uji t-Statistik Uji t-Statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Ho : bi = 0, artinya bahwa masing-masing variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. 2. Ha : bi = 0, artinya bahwa masing-masing variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak. Sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha gagal ditolak. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor industri konsumsi yaitu perusahaan Makanan dan Minuman di BEJ periode 2000 – 2006. Data yang dijadikan sampel dalam penelitian ini terdiri dari 19 perusahaan yang memenuhi kriteria obyek penelitian. Data penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Tabel 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian No
Perusahaan
Kode
1
Ades Waters Indonesia Tbk
ADES
2
Aqua Golden Mississippi Tbk
AQUA
3
Cahaya Kalbar Tbk
CEKA
4
Davomas Abadi Tbk
DAVO
5
Delta Djakarta Tbk
DLTA
6
Fast Food Indonesia Tbk
FAST
7
Indofood S ukses Makmur Tbk
8
Mayora Indah Tbk
MYOR MLBI
INDF
9
Multi Bintang Indonesia Tbk
10
Pioneerindo Gourmet International Tbk
PTSP
11
Prasidha Aneka N iaga Tbk
PSDN
12
Sekar Laut Tbk
SKLT
13
Siantar Top Tbk
STTP
14
Sierad Produce Tbk
SIPD
15
SMART Tbk
SMAR
16
Suba Indah Tbk
SUBA
17
Tunas Baru Lampung Tbk
TBLA
18
Ultra Jaya Milk Tbk
ULTJ
44
4.2. Analisa Statistik Deskriptif Analisa statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari suatu data variabel penelitian yang dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi. Hasil statistik deskripsi untuk masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Statistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
LDR
89
.0428
.8214
.271527
BETA
89
-.3839
.3857
-.006085
.2028814 .1134171
PER
89
-32.9500
51.9500
7.073820
12.0617251
FAR
89
.0178
.9259
.458670
.1938454
TA
89
11.2439
16.5951 13.352521
1.1427406
Valid N (listwise)
89
Sumber : Data Olah SPSS Berdasarkan pada tabel 4.2 dengan 89 data menunjukan bahwa Financial Leverage (LDR) mempunyai nilai maksimum sebesar 0.8214, terdapat pada perusahaan Sierad Produce Tbk tahun 2002, nilai minimum sebesar 0.0428, terdapat pada perusahaan Cahaya Kalbar Tbk tahun 2002, nilai ratarata (mean) dari setiap emiten sebesar 0.271527, dan standar deviasi sebesar 0.2028814. Untuk Resiko Sistematis (BETA) mempunyai nilai maksimum sebesar 0.3857, terdapat pada perusahaan SMART Tbk tahun 2006, nilai minimum sebesar 0.3839, terdapat pada perusahaan Ades Waters Indonesia Tbk tahun 2000, nilai rata-rata (mean) dari setiap emiten sebesar -0.006085, dan standar deviasi sebesar 0.1134171. Untuk Kesempatan Bertumbuh (PER) mempunyai nilai maksimum sebesar 51.9500, terdapat pada perusahaan Tunas Baru Lampung Tbk tahun 2005, nilai minimum sebesar -32.9500, terdapat pada perusahaan Suba Indah Tbk tahun 2000, nilai rata-rata (mean) sebesar 7.073820, dan standar deviasi sebesar 12.0617251. Untuk Rasio Aktiva Tetap (FAR) mempunyai nilai maksimum sebesar 0.9259, terdapat pada perusahaan Suba Indah Tbk tahun 2002, nilai minimum sebesar 0.0178, terdapat pada perusahaan Suba Indah Tbk tahun 2000, nilai rata-rata (mean) sebesar 0.458670, dan standar deviasi sebesar 0.1938454. Untuk Ukuran Perusahaan (TA) mempunyai nilai Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
maksimum sebesar 16.5951, terdapat pada perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2006, nilai minimum sebesar 11.2439, terdapat pada perusahaan Pioneerindo Gourmet International Tbk tahun 2005, nilai rata-rata (mean) sebesar 13.352521, dan standar deviasi sebesar 1.1427406.
a Dependent Variable: LDR Sumber : Data Olah SPSS
4.4. Hipotesis 1 : Pengaruh yang signifikan antara Beta terhadap Long Term Debt Ratio (LDR) 4.4.1. Pengujian Regresi
Hasil uji t antara Beta dan LDR adalah 0.005 (sig > á = 0.05), artinya Ha1 diterima, Ho1 ditolak, ini menunjukkan bahwa Beta memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Long Term Debt Ratio (LDR). Berdasarkan tabel t, diperoleh bahwa dalam penelitian ini nilai t dapat ditentukan dengan cara menentukan á/2 dan df = n - 2, dimana n adalah jumlah sampel dalam penelitian. Dengan á= 5%, maka nilai á/2 = 0.05/2 =0.025 dan df = 89 – 2 =87. Hasil tabel t adalah 1.9876. Berdasarkan uji t, nilai t Beta terhadap LDR sebesar 2.879 atau lebih kecil dari nilai t 1.9876 (2.879 > 1.9876), berarti bahwa Ha1 diterima, Ho1 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial Beta memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Long Term Debt Ratio (LDR).
Tabel 4.6 Model Summary
Gambar 4.3 Kurva Distribusi t (1)
4.3. Uji Hipotesis dan Uji Regresi Berikut ini akan dibahas pengujian regresi sederhana dan regresi berganda serta hasil dari hasil pengujian hipotesis dari setiap variabel. Pengujian hipotesis terdiri dari pengujian korelasi, Uji F, dan Uji t dengan tingkat signifikasi á = 5%.
Model 1
R .295(a)
R Square .087
Adjusted R Square .076
Std. Error of the Estimate .1949701
a Predictors: (Constant), BETA Sumber : Data Olah SPSS
- 1.9876
1.9876 2.879
Tabel 4.6 menjelaskan hubungan atau korelasi antara variabel independen yaitu Beta terhadap Variabel Dependen yaitu LDR. Untuk menunjukkan korelasi tersebut dapat dilihat dari nilai R dan R square. Dari tabel 4.6 dapat dilihat nilai R sebesar 0.295, ini menunjukkan bahwa hubungan antara Beta dan LDR adalah sangat rendah. Sedangkan nilai R square sebesar 0.087, ini artinya bahwa variasi variabel dependen yaitu LDR dapat dijelaskan oleh variasi variabel indepen yaitu Beta sebesar 8.7%, dan sisanya sebesar 91.3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
Model Regresi antara Beta dan LDR yaitu : Y = 0.275 + 0.528BETA + e Persamaan diatas menunjukkan bahwa variabel LDR akan bernilai konstan sebesar 0.275, jika faktorfaktor lain tetap dan tidak berubah nilai. Variabel Beta bernilai 0.528 menunjukkan bahwa hubungan Beta dengan LDR berbanding lurus, sehingga jika variabel Beta mengalami kenaikan sebesar 1% maka variabel LDR akan mengalami kenaikan sebesar 0.528%. 4.4.3. Hipotesis 2 : Pengaruh yang signifikan antara Price Earning Ratio (PER) terhadap Long Term Debt Ratio (LDR) 4.4.3.1.Pengujian Regresi
4.4.2. Uji t Hasil uji t dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Model
Unstandardized Coefficients
1
B .275
Std. Error .021
.528
.183
(Cons tant) BETA
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
.295
Tabel 4.8 Model Summary
13.274
.000
2.879
.005
Model 1
R .071(a)
R Square .005
Adjusted R Square -.006
Std. Error of the Estimate .2035271
45
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
a Predictors: (Constant), PER Sumber : Data Olah SPSS
Gambar 4.4 Kurva Distribusi t (2)
Tabel 4.8 menjelaskan hubungan atau korelasi antara variabel independen yaitu PER terhadap Variabel LDR. Untuk menunjukkan korelasi tersebut dapat dilihat dari nilai R dan R square. Dari tabel 4.8 dapat dilihat nilai R sebesar 0.071, ini menunjukkan bahwa hubungan antara PER dan LDR adalah masih terdapat hubungan. Sedangkan nilai R square sebesar 0.005, ini artinya bahwa variasi variabel dependen yaitu LDR dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu PER sebesar 0.5% dan sisanya sebesar 99.5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. 4.4.3.2. Uji t Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.9. Hasil uji t antara PER dan LDR adalah 0.508 (sig > á = 0.05), artinya Ho2 diterima, Ha2 ditolak, ini menunjukkan bahwa PER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Long Term Debt Ratio (LDR). Berdasarkan tabel t, diperoleh bahwa dalam penelitian ini nilai t dapat ditentukan dengan cara menentukan á/2 dan df = n - 2, dimana n adalah jumlah sampel dalam penelitian. Dengan á= 5%, maka nilai á/2 = 0.05/2 =0.025 dan df = 89 – 2 =87. Hasil tabel t adalah 1.9876.
1.9876 - 0.665
Model Regresi antara Beta dan LDR yaitu : Y = 0.280 - 0.001PER + e Persamaan diatas menunjukkan bahwa variabel LDR akan bernilai konstan sebesar 0.280, jika faktorfaktor lain tetap dan tidak berubah nilai. Variabel PER bernilai -0.001 menunjukkan bahwa hubungan PER dengan LDR berbanding terbalik, sehingga jika variabel PER mengalami kenaikan sebesar 1% maka variabel LDR akan mengalami penurunan sebesar 0.001%. 4.3.4. Hipotesis 3 : Pengaruh yang signifikan antara Fixed Asset Ratio (FAR) terhadap Long Term Debt Ratio (LDR) 4.3.5. Pengujian Regresi Tabel 4.10 Model 1
R .102(a)
Model Summary
R Square .010
Adjusted R Square -.001
Std. Error of the Estimate .2029756
a Predictors: (Constant), FAR Sumber: Data Olah SPSS
Tabel 4.9
Uji t
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
1
(Constant)
B .280
Std. Error .025
PER
-.001
.002
t
Sig.
Beta -.071
11.179
.000
-.665
.508
a Dependent Variable: LDR Sumber : Data Olah SPSS Berdasarkan uji t, nilai t PER terhadap LDR sebesar -0.670 atau lebih kecil dari nilai t -1.9876 (0.665 < -1.9876), berarti bahwa Ho2 diterima, Ha2 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial PER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Long Term Debt Ratio (LDR).
46
- 1.9876
Tabel 4.10 menjelaskan hubungan atau korelasi antara variabel independen yaitu FAR terhadap Variabel LDR. Untuk menunjukkan korelasi tersebut dapat dilihat dari nilai R dan R square. Dari tabel 4.10 dapat dilihat nilai R sebesar 0.102, ini menunjukkan bahwa hubungan antara FAR dan LDR adalah sangat rendah. Sedangkan nilai R square sebesar 0.010, ini artinya bahwa variasi variabel dependen yaitu LDR dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu FAR sebesar 1% dan sisanya sebesar 99% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
4.3.6. Uji t Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.11. Hasil uji t antara FAR dan LDR adalah 0.562 (sig > á = 0.05), artinya Ho3 diterima, Ha3 ditolak, ini menunjukkan bahwa FAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Long Term Debt Ratio (LDR). Berdasarkan tabel t, diperoleh bahwa dalam penelitian ini nilai t dapat ditentukan dengan cara menentukan á/2 dan df = n - 2, dimana n adalah jumlah sampel dalam penelitian. Dengan á= 5%, maka nilai á/2 = 0.05/2 =0.025 dan df = 89 – 2 =87. Hasil tabel t adalah 1.9960. Tabel 4.11 Uji t Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant) FAR
Std. Error
.321 -.107
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
.056 .112
-.102
5.773 -.958
.000 .341
a Dependent Variable: LDR Sumber : Data Olah SPSS Berdasarkan uji t, nilai t FAR terhadap LDR sebesar -0.958 atau lebih kecil dari nilai t -1.9876 (0.958 < -1.9876), berarti bahwa Ho3 diterima, Ha3 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial FAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Long Term Debt Ratio (LDR). Gambar 4.5 Kurva Distribusi t (3)
- 1.9876
1.9876 - 0.958
Model Regresi antara FAR dan LDR yaitu : Y = 0.321 - 0.107FAR + e Persamaan diatas menunjukkan bahwa variabel LDR akan bernilai konstan sebesar 0.321, jika faktorfaktor lain tetap dan tidak berubah nilai. Variabel FAR bernilai -0.107 menunjukkan bahwa hubungan FAR dengan LDR berbanding terbalik, sehingga jika variabel FAR mengalami kenaikan sebesar 1% maka variabel LDR akan mengalami penurunan sebesar 0.107%. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
4.3.7. Hipotesis 4 : Pengaruh yang signifikan antara Total Asset (TA) terhadap Long Term Debt Ratio (LDR) 4.3.7.1.Pengujian Regresi Tabel 4.12 Model 1
R .334(a)
Model Summary
R Square .111
Adjusted R Square
Std. Error of the Estim ate
.101
.1923460
a Predictors: (Constant), TA Sumber : Data Olah SPSS Tabel 4.12 menjelaskan hubungan atau korelasi antara variabel independen yaitu TA terhadap Variabel LDR. Untuk menunjukkan korelasi tersebut dapat dilihat dari nilai R dan R square. Dari tabel 4.12 dapat dilihat nilai R sebesar 0.334, ini menunjukkan bahwa hubungan antara TA dan LDR adalah rendah. Sedangkan nilai R square sebesar 0.111, ini artinya bahwa variasi variabel dependen yaitu LDR dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu TA sebesar 11.1% dan sisanya sebesar 88.9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. 4.3.7.2. Uji t Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.13. Hasil uji t antara TA dan LDR adalah 0.001 (sig < á = 0.05), artinya Ha4 diterima, Ho4 ditolak, ini menunjukkan bahwa TA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Long Term Debt Ratio (LDR). Berdasarkan tabel t, diperoleh bahwa dalam penelitian ini nilai t dapat ditentukan dengan cara menentukan á/2 dan df = n - 2, dimana n adalah jumlah sampel dalam penelitian. Dengan á= 5%, maka nilai á/2 = 0.05/2 =0.025 dan df = 89 – 2 =87. Hasil tabel t adalah 1.9876. Tabel 4.13 Uji t Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) TA
B -.520 .059
Std. Error .240 .018
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta .334
-2.161 3.302
.033 .001
a Dependent Variable: LDR Sumber : Data Olah SPSS
47
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Berdasarkan uji t, nilai t TA terhadap LDR sebesar 2.196 atau lebih besar dari nilai t 1.9876 (3.302 > 1.9876), berarti bahwa Ha4 diterima, Ho4 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial TA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Long Term Debt Ratio (LDR). Gambar 4.6 Kurva Distribusi t (4)
- 1.9876
1.9876 3.302
Model Regresi antara TA dan LDR yaitu : Y = -0.520 + 0.059TA + e Persamaan diatas menunjukkan bahwa variabel LDR akan bernilai konstan sebesar -0.520, jika faktorfaktor lain tetap dan tidak berubah nilai. Variabel TA bernilai 0.059 menunjukkan bahwa hubungan TA dengan LDR berbanding lurus, sehingga jika variabel TA mengalami kenaikan sebesar 1% maka variabel LDR akan mengalami penurunan sebesar 0.059%. 4.3.8.
Hipotesis 5 : Pengaruh yang signifikan antara Beta, PER, FAR dan TA terhadap Long Term Debt Ratio (LDR) 4.3.8.1.Pengujian Regresi Tabel 4.14 menjelaskan hubungan atau korelasi antara variabel independen yaitu Beta, PER, FAR, dan TA terhadap Variabel Dependen yaitu Long Term Debt Ratio (LDR). Untuk menunjukkan korelasi tersebut dapat dilihat dari nilai R dan Adjusted R square. Dari tabel 4.14 dapat dilihat hasil R sebesar 0.423, ini menunjukkan bahwa hubungan antara Beta, PER, FAR dan TA terhadap Long Term Debt Ratio (LDR) adalah rendah.
Sedangkan Adjusted R square sebesar 0.140, ini artinya bahwa variasi variable dependen yaitu Long Term Debt Ratio (LDR) dappat dijelaskan oleh variasi variable independent yaitu Beta, PER, FAR, dan TA sebesar 14%, dan sisanya sebesar 86% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. 4.3.8.2. Uji F Uji F dapat dilihat pada table 4.15. Hasil uji F sebesar 0.002 ( sig > á = 0.05), artinya Ha5 diterima, Ho5 ditolak. Ini menunjukkan bahwa Beta, PER, FAR, dan TA secara baersama – sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Long Term Debt Ratio (LDR). Tabel 4.15 ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares .647
df 4
Residual
2.975
84
Total
3.622
88
Regression
Mean Square .162
F 4.568
Sig. .002(a)
.035
a Predictors: (Constant), TA, FAR, PER, BETA b Dependent Variable: LDR Sumber : Data Olah SPSS Dari hasil perhitungan diatas diperoleh F hitung sebesar 4.568 dan F tabel sebesar 2.49. Karena nilai F hitung lebih besar dari nilai table F yaitu 4.568 > 2.49. Digambarkan pada kurva, nilai F lebih besar dari nilai F table. Ini menunjukkan bahwa Ha5 diterima, Ho5 ditolak, artinya bahwa secara bersama-sama Beta, PER, FAR dan TA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Long Term Debt Ratio (LDR). Gambar 4.7 Kurva distribusi F
Tabel 4.14 Model Summary Model 1
R .423(a)
R Square .179
Adjusted R Square .140
Std. Error of the Es timate .1881927
a Predictors: (Constant), TA, FAR, PER, BETA b Dependent Variable: LDR Sumber : Data Olah SPSS
48
2.37
4.568
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Model Regresi antara Beta, PER, FAR dan TA terhadap LDR yaitu: Y = -0.373 + 0.382BETA – 0.002PER – 0.087FAR + 0.052TA + e Persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa variabel LDR akan bernilai konstan sebesar -0.373, jika faktor-faktor lain tetap dan tidak berubah nilai. Variabel Beta bernilai positif sebesar 0.382 menunjukkan bahwa hubungan Beta dengan LDR berbanding lurus, sehingga jika variabel Beta mengalami kenaikan sebesar 1% maka variabel LDR akan mengalami kenaikan sebesar 0.382%. Variabel PER bernilai negatif sebesar 0.002 menunjukkan bahwa hubungan PER dengan LDR berbanding terbalik, sehingga jika variabel PER mengalami kenaikan sebesar 1% maka variabel LDR akan mengalami penurunan sebesar 0.002%. Variabel FAR bernilai negatif sebesar 0.087 menunjukkan bahwa hubungan FAR dengan LDR berbanding terbalik, sehingga jika variabel FAR mengalami kenaikan sebesar 1% maka variabel LDR akan mengalami penurunan sebesar 0.087%. Variabel Total Asset (TA) bernilai positif sebesar 0.052 menunjukkan bahwa hubungan Tota Asset (TA) dengan LDR berbanding lurus, sehingga jika variabel Total Asset (TA) mengalami kenaikan sebesar 1% maka variabel LDR akan mengalami kenaikan sebesar 0.052%. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis melalui regresi berganda yang dilakukan terhadap 89 sampel perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEJ selama periode 2000-2006 diperoleh hasil sebagai berikut. 1. Variabel independen (Risiko Sistematis atau Beta) memiliki arah positif dan berpengaruh signifikan terhadap Financial leverage/ Kebijakan hutang pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2000-2006. Jika perusahaan menggunakan hutang semakin banyak, maka semakin besar beban tetap yang berupa bunga dan angsuran pokok pinjaman yang harus Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2.
3.
4.
dibayar. Ini akan memperbesar kemungkinan perusahaan menghadapi default akibat kewajiban yang semakin besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin besar financial leverage, makin tinggi risiko keuangannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki risiko tinggi diasumsikan bahwa perusahaan tersebut mempunyai tngkat hutang yang tinggi. Variabel independen (Kesempatan Bertumbuh atau PER) memiliki arah negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial leverage/kebijakan hutang pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2006. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nisa Fidyati (2003) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh tinggi akan memiliki biaya kebangkrutan yang relatif tinggi pula. Biaya kebangkrutan yang tinggi mengimplikasikan adanya financial leverage yang rendah dan tidak optimal. Variabel independen (Rasio Aktiva Tetap atau FAR) memiliki arah negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial leverage/kebijakan hutang pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2000-2006 . Hasil ini konsisten dengan teori Pecking Order Hyphothesis (1984) yang mengatakan bahwa semakin tinggi assets tangibility perusahaan, maka perusahaan akan lebih memilih untuk mendanai perusahaan dengan menggunakan dana internal yang berasal dari earning dibandingkan menggunakan dana eksternal dalam membiayai kegiatan-kegiatan perusahaan, sehingga hal ini assets tangibility akan berpengaruh secara negatif terhadap leverage perusahaan Variabel independen (Total Asset) memiliki arah positif dan berpengaruh signifikan terhadap Financial leverage/kebijakan hutang pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 20002006. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Omer dan Terando (1999), Wald
49
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
4.
(1999) yang menemukan bahwa semakin tinggi Total asset yang dimiliki oleh perusahaan, tingkat leverage akan semakin tinggi (memiliki hubungan yang searah/positif). Variabel Risiko Sistematis (Beta), Kesempatan Bertumbuh (PER), Rasio Aktiva Tetap (FAR), dan Total Asset secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Financial leverage atau kebijakan hutang pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2000-2006. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nisa Fidyati (2003) yang menemukan bahwa Variabel Risiko Sistematis (Beta), Kesempatan Bertumbuh (PER), Rasio Aktiva Tetap (FAR), Total Asset secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Financial leverage atau kebijakan hutang.
5.2 Keterbatasan Berikut ini adalah keterbatasan yang diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 1. Penelitian ini hanya difokuskan pada satu sub sektor perusahaan saja yaitu perusahaan Makanan dan Minuman. 2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 4 variabel yaitu Risiko Sistematis (Beta), Kesempatan Bertumbuh (PER), Rasio Aktiva Tetap (FAR), dan Ukuran Perusahaan (Total Asset) sehingga banyak variable lain yang mungkin berpengaruh terhadap Financial Leverage tidak diteliti. 3. Kurang panjangnya jumlah waktu. 5.3 Rekomendasi Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang dapat digunakan oleh penelitian selanjutnya. 1. Menambahkan variabel-variabel lain yang diduga akan berpengaruh terhadap Financial Leverage seperti struktur kepemilikan, profitabilitas, leverage operasi dan lain sebagainya. 2. Menambahkan jumlah sampel yang digunakan tidak hanya terbatas pada perusahaan Makanan dan Minuman saja.
50
DAFTAR REFERENSI Bevan and Danbot, Dynamic in the Determinantsof Capital Structure in the UK, University of Glasgow Working Paper, 2000, 1-30. Brigham, E.F., Fundamental of Financial Management , The Dryden Press – International Edition, 1992. Brigham, E.F., and I.C. Gapenski, Intermediate Financial Management, Fifth edition, The Dryden Press, New York, 1996. Chung, Assets Characteristic and Corporate Debt Policy, Journal Business Finance and Accounting, 1993, pp. 83-98. Feri, M. and W. Jones, Determinant of Financial Structure : A New Methodological Approach, Journal of Finance (June 1979), pp.631-644. Ghosh, Arvin., Francis Cai and Wenhui Li, The Determinant of Capital Structure, American Business Review, 2000,pp.129-132. Gitmant, Lawrence, J., Principal of Management of Finance, 8th ed, Harper Collins College Publishers, New York, 2000. Modligiani, F., and Miller, M.H., Corporate Income Taxes and The Cost of Capital, The American Economic Review, 1993. Moh’d, M.A., L.G. Perry and J.N. Rimbey, The Impact of Ownership Structure on Corporate Debt Policy : A Time Series Cross-Sectional Analysis, Financial Review, August, Vol 33, 1998, PP 85-89. Myers, S.C., and Maljuf, N.S, Corporate Financing and Investment Decisions when firm have information than information that investor do not have, Journal of Financial Economics, VI. 13, 1984, 187-221. Reilly, F.K., and K.C. Brown., Invesment Analysis and Portfolio Management, The Dryden Press., Orlando, Florida, 1997. Ross, Stephen A, Randolph W. Westerfield and Jeffrey F. Jaffe. Corporate Finance (5thed), The Mc Graw- Hill Companies,Inc., United States of Amerika, 1999. Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Usaha Gramedia, Jakarta, 2002.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN (Studi kasus unit pelayanan telkom Dago kota Bandung) Oleh : Noverdi Bross (Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI) ABSTRACT
This research has three major objektives : a) To assess the customer Satisfied b) To assess the ervice quality of the TELKOM c) To assess the level of adjust between TELKOM service and the customer Satisfied This research is restricted to the customer in Bandung region, especially Dago area. The data collected from 40 respondents who return back the questionaries, have been analyzed. The service is better, and the customer was satisfied. Hospitality and friendliness, comfortable, responsiveness are the important factors what the customers satisfied.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan publik adalah sebuah pelayanan terhadap masyarakat dalam bentuk peraturan yang nantinya diimpelentasikan ke dalam sebuah tindakan kongkret pembangunan untuk masyarakat. Tindakan tersebut meliputi penyediaan sarana dan prasarana untuk umum dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan publik. Sebuah sarana dan prasarana tersebut nantinya berfungsi sebagai jembatan interaksi pemerintah dengan masyarakat. Sebagai bagian dari kebijakan publik, komunikasi membawa pemikiran kita pada sarana di mana kita terbiasa berinteraksi menggunakan alat komunikasi tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari hal yang terkecil: kita pergi ke sekolah, berbelanja ke pasar, ke kantor untuk bekerja, hingga kembali lagi ke rumah, aktivitas tersebut melibatkan sarana umum bagi mayoritas masyarakat.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Hal inilah yang membuat kerap kali sarana komunikasi umum menjadi Andalan satu-satunya bagi masyarakat luas untuk berinteraksi dan menjalin komunikasi antara sesama masyarakat. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tanpa sarana dan prasarana telekomunikasi umum berupa komunikasi kehidupan sebuah kota dikatakan kurang berjalan optimal di era globalisasi ini seperti yang diutarakan oleh Coen Husain Pontoh dalam bukunya Akhir Globalisasi; Dari Perdebatan Teori Menuju Gerakan Massa, (2003: 30). Pada awalnya alat komunikasi berfungsi hanya sebagai penghubung saja dalam bentuknya yang sederhana seperti: isyarat, adat dan ucap serta lainlain, kini bertambah fungsinya, juga untuk kenyamanan, keamanan, sebuah prestise dan sebagainya. Adanya alat komunikasi ini, jasa tersebut menempati posisi yang strategis dalam pembangunan, lihat J.W.M Bakker SJ dalam Filsafat Kebudayaan;
51
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Sebuah Pengantar, (1984: 40). Pelayanan yang diberikan kepada setiap pelanggan, dalam hal ini pemakai, harus dapat menjadi patokan dan referensi terbaik bagi para pelanggan itu sendiri seperti yang diutarakan di dalam Http://www.MSN com, (data diambil pada tanggal 23 Januari 2009). Salah satu perusahaan telkomunikasi menjadi perhatian kami dan yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah adalah TELKOM. TELKOM merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang komunikasi dan berpusat di Bandung. TELKOM mempunyai 67 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Perusahaan ini pernah mendapatkan The Best Customer pada tanggal 30 Desember 2008. B.
Rumusan Masalah Adapun mengenai rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimanakah harapan pelanggan terhadap TELKOM di tahun 2008 ini? 2. Bagaimanakah Pelayanan yang telah diberikan oleh TELKOM di tahun 2008 ini? 3. Bagaimanakah tingkat kesesuaian antara pelayanan TELKOM di tahun 2008 ini dengan harapan pelanggan? C.
52
Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian 1. Untuk dapat mengetahui harapanharapan apa saja yang diinginkan oleh setiap pelanggan terhadap TELKOM. 2. Untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk pelayanan apa saja yang telah dilaksanakan oleh TELKOM. 3. Untuk dapat mengetahui bagaimana tingkat kekesuaian antara harapan pelanggan dengan pelayanan diberikan oleh TELKOM. b. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal komunikasi, terutama tentang pelayanan terhadap pelanggan untuk kepuasan pelanggan sesuai dengan kemajuan teknologi pada saat ini
D.
Metodologi Penelitian Metodologi yang akan digunakan oleh adalah berupa : 1. Metode pengumpulan data yang terdiri dari : a. Data Primer Adalah data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan di lapangan terhadap perusahaan yang dijadikan obyek penelitian. Adapun pengambilan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab atau wawancara kepada staf dan karyawan TELKOM serta memberikan quisioner kepada beberapa pelanggan Telkom. Pemberian quisioner kepada para pelanggan untuk pencarian data diambil secara acak dan dipilih sample sebanyak 40 orang responden. b. Data Skunder Adalah data yang diperoleh melalui pengamatan secara tidak langsung antara lain dari perpustakaan, surat kabar, website, dokumen dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. 2. Populasi dan Sampel Populasi yang menjadi sasaran adalah hanya pelanggan TELKOM wilayah Dago. Sampel yang digunakan dari pelanggan tersebut berjumlah 40 orang yang dipilih secara acak (random sampling) dengan berbagai latar pendidikan dan jenis kelamin. 3. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data penelitian ini digunakan metode kualitatif, yaitu model service quality gap yang dikembangkan oleh Valerie A. Zeithaml, A. Prasauraman dan Leonard L. Berry (1998). Analisis melalui pendekatan kualitatif dilakukan dengan tabel frekuensi dari setiap indikator sumbu. Setiap frekwensi ini dapat menjadi tingkatan indikator yang dibagi menjadi: Sangat Penting, penting, kurang penting dan sangat tidak penting atau disebut skala lima tingkat (Likert). Kelima penilaian tersebut diberi bobot sebagai berikut :
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Score 1) 2) 3) 4) 5)
Sangat Penting / Sangat Baik Penting / Baik Kurang Penting / Kurang Baik Tidak Penting / Tidak Baik Sangat Tidak Penting / Sangat Tidak Baik
5 4 3 2 1
Berikut ini akan kita lihat table penentuan skalanya penilaiannya: Skala
4,1 – 5
Pelayanan/
Korelasi/
%
Harapan
Kesesuaian
Sangat Baik/ Sangat
Sangat Puas
81 – 100
Penting 3,1 – 4
Baik/ Penting
Puas
61 – 80
2,1 – 3
Cukup Baik/ Cukup
Cukup
41 – 60
Tidak Puas
21 -40
Sangat Tidak Baik/
Sangat
0 - 20
Sangat Tidak
Tidak Puas
Penting 1,2 – 2
Tidak Baik/ Tidak Penting
0–1
Penting
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi Sektor ekonomi merupakan bagian dari kehidupan yang sering mendapatkan sorotan. Ia bukan dilihat sebagai sektor yang paling penting diantara sektor lainnya, namun karena posisinya merupakan elan vital bagi roda kehidupan dan rawan akan penyalahgunaan. Daerah perkotaan dengan kondisi mobilitas penduduk begitu tinggi, hampir seluruh kepentingan berpaut erat dengan sektor ekonomi dan pemerintah sudah seharusnya berkepentingan terhadap tingginya pergerakan penduduk tersebut. Logika sistem ekonomi perkotaan memang selalu bersAndar pada sektor jasa dan perdagangan, di mana semakin tinggi mobilitas penduduk, semakin tinggi pula potensi ekonomi yang digarap seperti yang diungkapkan oleh Andrinof A. Chaniago dalam bukunya Gagalnya Pembangunan; Kajian Ekonomi Politik terhadap Akar Krisis Indonesia, (2001: 213). Ketika mobilitas ini menghasilkan interaksi antar penduduk, kemudian setiap interaksi memberi peluang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
untuk melakukan transaksi dan transaksi akan membuat perputaran uang. Semakin banyak transaksi, semakin banyak pula peluang ekonomi, baik bagi pengusaha maupun pemerintah. Berikut ini akan membahas secara terperinci mengenai pengertian-pengertian mengenai komunikasi, diantaranya menurut H.M.N Nasution, di dalam Manajemen Komunikasi (1996:11), dia menjelaskan bahwa komunikasi diartikan sebagai pemindahan isyarat, bahasa dan hubungan dari tempat asal ke tempat tujuan. 1.
Pengertian Komunikasi Pelayanan Paling tidak ada tiga hal yang membuat sebuah bangsa menjadi besar dan makmur, yakni sumber daya alam yang melimpah, kerja keras, dan kelancaran komunikasi orang dan barang dari satu bagian negara ke bagian lainnya. Tanah yang subur tidak banyak artinya apabila tidak digarap, dimanfaatkan, dan dikelola secara tepat. Sumber daya alam yang dimiliki suatu negara tidak berarti apaapa bila tetap berada di tempatnya tanpa disentuh oleh tangan manusia untuk dimanfaatkan. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut, membutuhkan suatu sistem pengtelekomunikasi yang baik. Sistem telekomunikasi tersebut adalah sebuah sistem komunikasi yang menjamin keamanan, keselamatan, kecepatan dan yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Peranan komunikasi sungguh Sangat Penting untuk saling menghubungkan daerah sumber daya baku, daerah produksi, daerah pemasaran, dan daerah pemukiman sebagai tempat tinggal konsumen (lihat di Tinjauan Perkembangan Ekonomi Indonesia; Tenggelam Berdiri, Jurnal Analisis CSIS tahun XXX no. 4, 2001:383). Melihat definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam komunikasi ada tiga hal yang saling berhubungan yaitu : 1. Adanya hubungan dua arah. 2. Tersedianya fasilitas atau penghubung atau alat. 3. Ada jalur atau jalan yang dapat dilalui. Ketiga hal di atas tersebut saling terkait dan menjadi penopang satu sama lain demi tercapainya kemajuan di bidang komunikasi.
53
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
2.
Teori Produsen dan Konsumen Menurut Celia Lury dalam bukunya Budaya konsumen (1998: 1), bahwa dalam membahas teori produsen dan konsumen tidak terlepas dari pengertian pasar. Menurut Basu Swastha dalam bukunya AzasAzas Marketing (1999:53) pengertian pasar yang berkaitan dengan teori produsen dan konsumen dibedakan sebagai berikut: a. Pasar Konsumen Pasar Konsumen adalah sekelompok pembeli yang membeli barang-barang untuk dikonsumsikan, bukannya dijual atau diproses lebih lanjut. Termasuk dalam pasar konsumen ini adalah pembeli-pembeli individual dan atau pembeli rumah tangga (non-nis). b. Pasar Produsen Pasar Produsen, juga disebut pasar indivindu atau pasar nis. Merupakan suatu pasar yang terdiri atas indivindu-indivindu dan lembaga atau organisasi yang membeli barang-barang untuk diproses lagi sampai menjadi produk akhir yang kemudian dijual. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Abbas Salim dalam Manajemen Komunikasi (2006: 15), bahwa pasar konsumen sebagai pelanggan dan pasar produsen dapat disebut sebagai pengusaha dalam hal ini adalah TELKOM. Pengertian Kualitas Pelayanan Pelayanan merupakan salah satu unsur yang penting untuk menunjang kelangsungan hidup suatu perusahaan. Pelayanan berkualitas merupakan kunci utama dalam berbagai usaha dan jasa. Pelayanan yang berkualitas merupakan faktor penentu kepuasan pelanggan, seperti yang dikemukakan oleh Suryadi Prawirosentono (2005), bahwa perusahaan wajib memberikan pelayanan berkualitas untuk bersaing secara global dengan cara: i. Organizational learning, yaitu perusahaan berikut SDM-nya mempunyai kemampuan mendapatkan dan menumbuhkembangkan perkembangan teknologi baru. ii. Continuous improvement, di mana setiap SDM sebuah perusahaan selalu melakukan
54
iii.
perbaikan terus-menerus sesuai dengan ilmu produk yang berkesesuaian (comformance quality of products), biaya produk, desain produk dan pelayanan atau service kepada konsumen. Competitive culture, yaitu budaya bersaing secara sehat. Ini berarti memfokuskan tenaga yang dimiliki para karyawan menjadi tugas untuk memenangkan persaingan dalam pemasaran (task of winning the competition in the marketplace).
Bagi sebuah perusahaan, pelayanan merupakan hal yang Sangat Penting untuk diperhatikan agar perusahaan dapat bertahan hidup dan bersaing dengan perusahaan lain dalam memperebutkan pelanggan yang semakin gencar menuntut pelayanan yang semakin baik dari waktu ke waktu. Hal ini seperti dungkapkan oleh Nangoi (1993: 41), bahwa kualitas pelayanan merupakan faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam upaya mendapatkan konsumen sebanyakbanyaknya. C.
Kesesuaian dan Harapan Pelanggan Dengan pelayanan TELKOM Bentuk terbaik dari sebuah service adalah kesesuaian antara harapan dan pelayanan. Refleksi sebuah perusahaan terhadap kinerja visi dan misi selama bekerja adalah melihat secara benar-benar apakah perjalanan pelayanannya sudah sesuai dengan harapan pelanggan. Harapan dalam bentuk penilaian selalu jauh lebih tinggi daripada pelayanan. Memang sebuah perusahaan tidak ada yang sepenuhnya 100 % sesuai dengan harapan pelanggan, namun demikian sebuah perusahaan pelayanan akan senantiasa mengejar target supaya visioner dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan. Apa yang telah dilaksanakan TELKOM memang belum sepenuhnya memenuhi harapan pelanggan seperti yang tercantum di dalam visi-misi perusahaan. Terlihat masih ada pelanggan yang mengeluhkan masalah kenyamanannya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
1. a.
Pengertian Jasa dan Kualitas Jasa Pengertian Jasa Menurut Basu Swastha (1999: 318) dalam bukunya Azas-Azas Marketing, jasa adalah barang yang tidak ketara (intangible product) yang dibeli dan dijual dipasar melalui suatu transaksi pertukaran yang saling memuaskan. Sedangkan menurut Philip Kottler (1997: 83) bahwa jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Berdasarkan batasan-batasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan mengenai jasa yaitu suatu kegiatan pelayanan yang pada hakekatnya bersifat tidak teraba (intangible) yang dapat memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan pihak lain yang diberikan untuk dijual. Pengertian Kualitas Jasa Kualitas adalah sebuah ukuran, takaran bagi tingkatan baik-buruknya kadar sesuatu pelayanan. Kualitas jasa menurut Goetsch Davis yang dikutip oleh Zulian Yamit (2001: 8) dalam bukunya Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, kualitas jasa merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau bahkan melebihi harapan pelanggan. Jika pelayanan yang diberikan kurang mengakibatkan pelanggan tidak berminat lagi menggunakan jasa yang ditawarkan. Sebaliknya, jika pelayanan yang dialami memenuhi atau melebihi harapan, pelanggan akan menggunakan jasa yang ditawarkan itu lagi. Menurut Philip Kottler (1997 : 93) ada lima penentu kualitas jasa, yaitu: a. KeAndalan (Reliability) atau X1 Yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan terpecaya dan akurat. Hal ini dalam pembahasan Telkom meliputi: Kecepatan tersambung TELKOM dan ketepatan waktu tersambung TELKOM. b. Daya Tanggap (Responsiveness) atau X2. Kemampuan karyawan untuk membantu
c.
d.
b.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
e.
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Hal ini dalam pembahasan Telkom meliputi ketanggapan staff TELKOM menghadapi masalah komunikasi dan ketanggapan staff TELKOM menghadapi keluhan pelanggan. Jaminan (Assurance) atau X3 Jaminan yang diberikan oleh perusahaan melalui pengetahuan, kesopanan karyawan dan kemampuan karyawan unruk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan. Hal ini dalam pembahasan kami mengenai Telkom meliputi: kenyamanan selama menggunakan TELKOM dan keramahtamahan staff TELKOM kepada semua pelanggan. Empati (Emphaty) atau X4 Kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan. Hal ini meliputi: perhatian secara individu kepada pelanggan oleh staff TELKOM dan pelayanan tanpa membedakan kelas dan status sosial oleh staff TELKOM. Bukti Langsung (Tangibles) atau X5 Meliputi penampilan fasilitas fisik (meja, kursi, ruang tunggu), penampilan karyawan, sarana komunikasi, dan lain sebagainya. Hal ini meliputi: perhatian secara individu kepada pelanggan oleh staff TELKOM dan pelayanan tanpa membedakan kelas dan status sosial oleh staff TELKOM
2.
Pengertian Kepuasan Pelanggan (Y) Sebuah pekerjaan jasa akan sia-sia apabila hanya menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas kalau tidak dapat menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Mempertahankan pelanggan berarti mengharapkan pelanggan melakukan pembelian ulang atas produk jasa pada saat kebutuhan yang sama muncul di kemudian hari. “kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui”. (Richard F. Gerson, 1993: 3)
55
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
2.
Manfaat Pengukuran Mutu dan Kepuasan Pelanggan Pelanggan merupakan pendapatan bagi perusahaan yang harus diberikan pelayanan berkualitas, supaya mereka tidak meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan pesaing. Menurut Richard F. Gerson dalam bukunya Mengukur Kepuasan Pelanggan, (2001: 33-34) mengemukakan bahwa manfaat pengukuran mutu dan kepuasan pelanggan a diringkas dalam lima butir sebagai berikut: 1. Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan berprestasi, yang kemudian diterjemahkannya menjadi pelayanan yang prima kepada pelanggan. 2. Pengukuran dijadikan dasar menentukan standar kerja dan standar prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan mereka menuju mutu yang semakin baik dan kepuasan pelanggan yang meningkat. 3. Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada pelaksana, terutama bila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau perusahaan yang memberi pelayanan. 4. Pengukuran memberi tahu Anda apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan, serta bagaimana harus melakukannya. Informasi ini juga datang langsung dari pelanggan. 4.
Kisi-Kisi Instrumen Kepuasan Pelanggan Berikut ini kami tampilkan instrumen apa saja yang dapat dijadikan patokan untuk menetukan kepuasan pelanggan berdasarkan jasa yang dilakukan..
56
Sumbu Harapan Pelanggan dan pelayanan
Menurut Zulian Yamit, (2001: 78) kepuasan pelanggan adalah hasil (outcome) yang dirasakan atas pelangganan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan. Oleh karena itu, memberikan mutu yang tinggi dan pelayanan yang prima adalah suatu keharusan apabila perusahaan ingin mencapai tujuan utama supaya pelanggan puas dan setia menggunakan jasanya.
Dimensi
Instrumen
KeAndalan (X1)
-Kecepatan tersambung
(Reliability)
TELKOM -Ketepatan waktu tersambung TELKOM.
Daya
Tanggap
-Ketanggapan staff
(X2)
TELKOM menghadapi
(Responsiveness)
masalah komunikasi. -Ketanggapan staff TELKOM menghadapi keluhan pelanggan.
Jaminan (X3)
-Kenyamanan selama
(Assurance)
menggunakan TELKOM. -Keramahtamahan staff TELKOM kepada semua pelanggan.
Empati (X4)
-Perhatian secara individu
(Emphaty)
kepada pelanggan oleh staff TELKOM. -Pelayanan tanpa membedakan kelas dan status sosial oleh staff TELKOM.
Bukti Langsung -Fasilitas dan keunggulan (X5)
yang diberikan oleh
(Tangible)
TELKOM kepada pelanggan. -Penataan interior TELKOM.
GAMBARAN UMUM TELKOM A. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. TELKOM (yang selanjutnya disebut juga Perseroan atau Perusahaan) menyediakan jasa telepon tidak bergerak kabel (fixed wire line), jasa telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (cellular), data & internet dan network & interkoneksi baik secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Sampai dengan 31 Desember 2006 jumlah pelanggan TELKOM sebanyak 48,5 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,7 juta, pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel sejumlah 4,2 juta pelanggan dan 35,6 juta pelanggan jasa telepon bergerak. Pertumbuhan jumlah pelanggan TELKOM di tahun 2006 sebanyak 30,73% telah mendorong kenaikan Pendapatan Usaha TELKOM dalam tahun 2006 sebesar 23% dibanding tahun 2005. Sejalan dengan visi TELKOM untuk menjadi perusahaan InfoComm terkemuka di kawasan regional serta mewujudkan TELKOM Goal 3010 maka berbagai upaya telah dilakukan TELKOM untuk tetap unggul dan leading pada seluruh produk dan layanan. Hasil upaya tersebut tercermin dari market share produk dan layanan yang unggul di antara para pemain telekomunikasi. Selama tahun 2006 TELKOM telah menerima beberapa penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, di antaranya The Best Value Creator, The Best of Performance Excellence Achievement, Asia’s Best Companies 2006 Award dari Majalah Finance Asia. Saham TELKOM per 31 Desember 2006 dimiliki oleh pemerintah Indonesia (51,19%) dan pemegang saham publik (48,81%), yang terdiri dari investor asing (45,54%) dan investor lokal (3,27%). Sementara itu harga saham TELKOM di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2006 telah meningkat sebesar 71,2% dari Rp 5.900,- menjadi Rp 10.100,-. Kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir 2006 sebesar USD 22,6 miliar (www.telkom.co.id) Pencapaian dan pengakuan yang diperoleh TELKOM, penguasaan pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya kinerja keuangan, serta potensi pertumbuhannya di masa mendatang, saat ini TELKOM menjadi model korporasi terbaik Indonesia. METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode pengumpulan data yang terdiri dari : a. Data Primer Merupakan data data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan di lapangan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
terhadap perusahaan yang dijadikan obyek penelitian. Adapun pengambilan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pelanggan TELKOM berdasarkan aktivitas ke pelanggan. Pemberian quisioner kepada para pelanggan untuk pencarian data diambil secara acak dan dipilih sample sebanyak 40 orang responden. b. Data Skunder Adalah data yang diperoleh melalui pengamatan secara tidak langsung antara lain dari perpustakaan, surat kabar, website, dokumen dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. 2. Populasi dan Sampel Populasi yang menjadi sasaran penulis adalah hanya pelanggan TELKOM aktif. Sampel yang digunakan dari pengguna tersebut berjumlah 40 orang yang dipilih secara acak (random sampling) dengan berbagai latar pendidikan dan jenis kelamin. 3. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data penelitian ini digunakan metode kualitatif, yaitu model service quality gap yang dikembangkan oleh Valerie A. Zeithaml, A. Prasauraman dan Leonard L. Berry (1998). Analisis melalui pendekatan kualitatif dilakukan dengan tabel frekuensi dari setiap indikator sumbu. Setiap frekwensi ini dapat menjadi tingkatan indikator yang dibagi menjadi: Sangat Penting, penting, kurang penting dan sangat tidak penting atau disebut skala lima tingkat (Likert). Kelima penilaian tersebut diberi bobot sebagai berikut : Score 6) Sangat Penting / Sangat Baik 5 7) Penting / Baik 4 8) Kurang Penting / Kurang Baik 3 9) Tidak Penting / Tidak Baik 2 10) Sangat Tidak Penting / Sangat Tidak Baik 1 Di bawah ini akan kita lihat table penentuan skalanya penilaiannya:
57
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Skala
4,1 – 5
Pelayanan/
Korelasi/
%
Harapan
Kesesuaian
Sangat Baik/
Sangat Puas
81 - 100
Keterangan : r 11 = Reabilitas instrumen k = Banyak butir pertanyaan ót 2 = Varians total “ó = Jumlah varians butir
Sangat Penting 3,1 – 4
Baik/ Penting
Puas
61 – 80
2,1 – 3
Cukup Baik/
Cukup
41 – 60
Tidak Puas
21 -40
Sangat Tidak
Sangat Tidak
0 - 20
Baik/ Sangat
Puas
Cukup Penting 1,1– 2
Tidak Baik/ Tidak Penting
0–1
Tidak Penting
a.
Validitas, menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran itu mampu mengukur apa yang ingin diukur (Husein Umar, Metode Riset Prilaku Konsumen Jasa, (Ghalia Indonesia: Jakarta, 2006: 80). Untuk mengukur validitas dari suatu kuesioner maka digunakan rumus teknik korelasi produk moment, yang rumusnya sebagai berikut :
rxy
Nxy xy NX 2 (X) 2 NY 2 (Y ) 2
Keterangan : r xy = Korelasi nilai butir dengan nilai total N = Jumlah Responden X = Skor Pertanyaan Y = Skor Total b.
Uji Reabilitas. Reabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Mengukur reabilitas dari suatu kuesioner maka digunakan rumus teknik cronbach, yang sebagai berikut : 2 k b r11 1 2 t k 1
58
2.
Mengukur hubungan antara bauran pemasaran [product(X 1 ), price(X 2 ), place(X 3 ), dan promotion(X3 )] dengan loyalitas konsumen TELKOM (Y) adalah dengan menggunakan perhitungan melalui metode pengujian korelasi Rank Spearman.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Era globalisai meniscayakan persaingan yang ketat sekali, di mana kelebihan, fasilitas, serta manfaat akan berujung kepada kepuasan pelanggan. Pelanggan akan mencari kepuasan dari benefit yang diberikan sebuah pelayanan atau jasa atau mereka akan beralih ke perusahaan lain yang memiliki nilai lebih dibandingkan perusahaan sebelumnya. Pelanggan yang tidak puas akan meninggalkan perusahan dan menjadi pelanggan pesaing, hal ini mengakibatkan penurunan penjualan dan pada giliranya akan menurunkan laba dan perusahaan mengalami kerugian. TELKOM unit Dago Bandung harus berusaha mengintrospeksi diri dengan melakukan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan agar segera mengetahui tindakan dan alasan apa yang a membuat pelanggan puas atau sebaliknya. Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan dalam menggunakan jasa TELKOM di bawah ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner terhadap pelanggan secara langsung, lihat Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (1989: 14). Kuesioner tersebut kami fokuskan terhadap beberapa tindakan penting yang dirasakan oleh pelanggan dan dimengerti serta dipahami sebagai benar-benar kehendak dan kemauan pelanggan secara luas sebagai pelanggan layanan TELKOM.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Sumbu
Dimensi
Instrumen
Harapan Pelanggan dan pelayanan
KeAndalan (X1)
-Kecepatan tersambung TELKOM
(Reliability)
-Ketepatan
waktu
tersambung
TELKOM. Daya
Tanggap
-Ketanggapan
staff
TELKOM
(X2)
menghadapi masalah komunikasi.
(Responsiveness)
-Ketanggapan
staff
TELKOM
menghadapi keluhan pelanggan. Jaminan (X3)
-Kenyamanan selama menggunakan
(Assurance)
TELKOM.
A. Analisis Kualitas Pelayanan (Variabel Y) KeAndalan (Reliability) a. Kecepatan TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pelaksanaan terhadap sub operasional ini dapat kita lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Tingkat Pelaksanaan: Kecepatan TELKOM Kete ranga n
Bobot
Ja waba n
% Ja wa ba n
N ilai
Responden
Res ponde n
Sanga t Baik
5
38
95
190
Baik
4
2
5
8
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Baik
2
0
0
0
Sanga t
1
0
0
0
40
100
198
-Keramahtamahan staff TELKOM kepada semua pelanggan. Empati (X4)
-Perhatian secara individu kepada
(Emphaty)
pelanggan oleh staff TELKOM. -Pelayanan tanpa membedakan kelas dan
status
sosial
oleh
staff
keunggulan
yang
TELKOM. Bukti Langsung -Fasilitas
dan
(X5)
diberikan oleh TELKOM kepada
(Tangible)
pelanggan.
Sumber: data olahan Dari uraian hasil kuisioner di atas akan kami simpulkan berdasarkan: 1. Tingkat kepuasan (X) 2. Tingkat pelaksanaan (Y) Setelah hasil kuisioner tersebut didapatkan, akan ditabulasikan dan akan dianalisa tingkat kesesuaiannya yang pada akhirnya akan dibuatkan suatu gambar atau diagram skala likert yang akan dijelaskan pada sub-sub bab selanjutnya. Di bawah ini akan kita lihat profil pelanggan TELKOM yang dijadikan responden dan dipilih secara acak : Tabel 4.1 Profil Pelanggan TELKOM Sebagai Responden B IO D A T A
JU M LAH
Tidak Baik Tota l R ata-ra ta
-Penataan interior TELKOM.
PER S EN TAS E
PE L A N G G A N
Berdasarkan jawaban responden diketahui yang menjawab sangat baik adalah 38 responden atau 38/ 40 X 100% = 95% dan yang menjawab baik 2 responden atau 2/40 X 100% = 5%, sedangkan yang menjawab biasa saja, tidak baik dan sangat tidak baik tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,95 (total bobot sebesar 198 dengan jumlah responden sebanyak 40 orang). b. Ketepatan Waktu TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pelaksanaan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Tingkat Pelaksanaan: Ketepatan Waktu TELKOM Keterangan
25
6 2 ,5 %
B . w a n ita
15
3 7 ,5 %
A . < 3 0 ta h u n
25
6 2 ,5 %
B . 3 0 - 4 0 ta h u n
10
25%
5
1 2 ,5 %
2 . U s ia p e la n g g a n
C . > 4 0 ta h u n 3 .K e w a r ga n e ga ra a n A .W N I
40
100%
B W NA
-
-
4 . K a te g o r i p e la n g g a n
4,95
Sumber : Data olahan
1 . J e n is k e la m in A . p r ia
Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Baik
5
34
85
170
Baik
4
6
15
24
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Baik
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
Tidak Baik Total Rata-rata
A .U m u m
15
3 7 ,5 %
B . M a h a s is w a /p e la ja r
25
6 2 ,5 %
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Bobot
194 4,85
Sumber : Data olahan
59
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat baik adalah 34 responden atau 34/40 X 100% = 85%, baik 6 responden atau 6/40 X 100% = 15%, sedangkan jawaban biasa saja, tidak baik dan sangat tidak baik tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,85 (total bobot sebesar 194 dengan jumlah responden 40). Ketanggapan (Responsiveness) a. Ketanggapan staff TELKOM menghadapi masalah komunikasi. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pelaksanaan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.4 Tingkat pelaksanaan: Ketanggapan staff TELKOM menghadapi masalah mKomunikasi Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Baik
5
32
80
160
Baik
4
8
20
32
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Baik
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
192
Tidak Baik Total Rata-rata
4,8
Sumber : Data olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat baik adalah 32 responden atau 32/40 X 100% = 80%, baik 8 responden atau 8/40 X 100% = 20%, sedangkan jawaban biasa saja, tidak baik dan sangat tidak baik tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,8 (total bobot sebesar 192 dengan jumlah responden 40). b.
Ketanggapan staff TELKOM menghadapi keluhan pelanggan. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pelaksanaan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
60
Tabel 4.5 Tingkat pelaksanaan: Ketanggapan staff TELKOM menghadapi keluhan pelanggan. Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Baik
5
35
87,5
175
Baik
4
5
12,5
20
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Baik
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
195
Tidak Baik Total Rata-rata
4,87
Sumber : Data Olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat baik adalah 35 responden atau 35/40 X 100% = 87,5%, baik 5 responden atau 5/40 X 100% = 12,5%, sedangkan jawaban biasa saja, tidak baik dan sangat tidak baik tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,87 (total bobot sebesar 195 dengan jumlah responden 40). Jaminan (Assurance) a. Kenyamanan Selama Menggunakan TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pelaksanaan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Tingkat Pelaksanaan: Kenyamanan selama menggunakan TELKOM Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Baik
5
35
87,5
175
Baik
4
5
12,5
20
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Baik
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
195
Tidak Baik Total Rata-rata
4,87
Sumber Data olahan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat baik adalah 35 responden atau 35/40 X 100% = 87,5%, baik 5 responden atau 5/40 X 100% = 12,5%, sedangkan jawaban biasa saja, tidak baik dan sangat tidak baik tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,87 (total bobot sebesar 195 dengan jumlah responden 40). b.
Keramahtamahan staff TELKOM kepada semua pelanggan. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pelaksanaan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Tingkat Pelaksanaan: Keramahtamahan staff TELKOM kepada semua pelanggan.
Tabel 4.8 Tingkat Pelaksanaan: Perhatian secara individu kepada pelanggan oleh staff TELKOM. Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Baik
5
31
77,5
155
Baik
4
9
22,5
36
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Baik
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
191
Tidak Baik Total Rata-rata
4,77
Sumber: Data Olahan
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Baik
5
35
87,5
175
Baik
4
5
12,5
20
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Baik
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat baik adalah 31 responden atau 31/40 X 100% = 77,5%, baik 9 responden atau 9/40 X 100% = 22,5%, sedangkan jawaban biasa saja, tidak baik dan sangat tidak baik tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,77 (total bobot sebesar 191 dengan jumlah responden 40).
40
100
195
b.
Keterangan Bobot
Tidak Baik Total Rata-rata
4,87
Sumber Data olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat baik adalah 35 responden atau 35/40 X 100% = 87,5%, baik 5 responden atau 5/40 X 100% = 12,5%, sedangkan jawaban biasa saja, tidak baik dan sangat tidak baik tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,87 (total bobot sebesar 195 dengan jumlah responden 40). Empati (Emphaty) a. Perhatian secara individu kepada pelanggan oleh staff TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pelaksanaan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pelayanan Tanpa Membedakan Kelas dan Status Sosial oleh staff TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pelaksanaan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Tingkat Pelaksanaan: Pelayanan tanpa Mmembedakan kelas dan status sosial oleh staff TELKOM. Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Baik
5
38
95
190
Baik
4
2
5
8
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Baik
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
198
Tidak Baik Total Rata-rata
4,95
Sumber : Data olahan
61
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Berdasarkan jawaban responden diketahui yang menjawab sangat baik adalah 38 responden atau 38/ 40 X 100% = 95% dan yang menjawab baik 2 responden atau 2/40 X 100% = 5%, sedangkan yang menjawab biasa saja, tidak baik dan sangat tidak baik tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,95 (total bobot sebesar 198 dengan jumlah responden sebanyak 40 orang). Berwujud (Tangible) a. Fasilitas dan keunggulan yang diberikan oleh TELKOM kepada pelanggan. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pelaksanaan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.10 Tingkat Pelaksanaan: Fasilitas dan keunggulan yang diberikan oleh TELKOM kepada pelanggan. Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Baik
5
31
77,5
155
Baik
4
9
22,5
36
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Baik
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
191
Tidak Baik Total Rata-rata
4,77
Tabel 4.11 Tingkat Pelaksanaan: penataan interior TELKOM Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Baik
5
36
90
180
Baik
4
4
10
16
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Baik
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
196
Tidak Baik Total Rata-rata
4,9
Sumber: Data Olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat baik adalah 31 responden atau 36/40 X 100% = 90%, baik 4 responden atau 4/40 X 100% = 10%, sedangkan jawaban biasa saja, tidak baik dan sangat tidak baik tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,9 (total bobot sebesar 196 dengan jumlah responden 40). Setelah didapatkan hasil tabulasi di atas, maka dapat dibuatkan sebuah rekapitulasi yang merupakan jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan pada variabel Y, yaitu sebagai berikut: Tabel IV. Y Rekapitulasi hasil penilaian tingkat pelayanan (Variabel Y) Pertanyaan Jumlah Responden
Sumber: Data Olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat baik adalah 31 responden atau 31/40 X 100% = 77,5%, baik 9 responden atau 9/40 X 100% = 22,5%, sedangkan jawaban biasa saja, tidak baik dan sangat tidak baik tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,77 (total bobot sebesar 191 dengan jumlah responden 40). b.
Penataan interior TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pelaksanaan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
62
Total
SB
B
BS
TB
STB
1.
38
2
0
0
0
40
2.
34
6
0
0
0
40
3.
32
8
0
0
0
40
4.
35
5
0
0
0
40
5.
35
5
0
0
0
40
6.
35
5
0
0
0
40
7.
31
9
0
0
0
40
8.
38
2
0
0
0
40
9.
31
9
0
0
0
40
10.
36
4
0
0
0
40
Jumlah
345
55
0
0
0
400
Prosentase
86,25
13,75 0
0
0
100
(%)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Dari hasil rekapitulasi jawaban responden tertinggi adalah sangat baik sebesar 345, atau 345/400 X 100% = 86,25%. Ini berarti pelayanan penting dilakukan agar dapat memuaskan pelanggan. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan (Variabel X) KeAndalan (Reliability) a. Kecepatan tersambung TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.12 Tingkat Kepuasan: kecepatan TELKOM Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Puas
5
0
0
0
Puas
4
8
20
32
Biasa Saja
3
32
80
96
Tidak Puas
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
128
Tidak Puas Total Rata-rata
Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Puas
5
0
0
0
Puas
4
34
85
136
Biasa Saja
3
6
15
18
Tidak Puas
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
154
Tidak Puas Total Rata-rata
3,85
Sumber: Data Olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab puas adalah 34 responden atau 34/ 40 X 100% = 85%, biasa saja 6 responden atau 6/40 X 100% = 15%, sedangkan jawaban sangat puas, tidak puas dan sangat tidak puas tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 3,85 (total bobot sebesar 154 dengan jumlah responden 40).
3,20
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab puas adalah 8 responden atau 8/40 X 100% = 20%, biasa saja 32 responden atau 32/40 X 100% = 80%, sedangkan jawaban sangat puas, tidak puas dan sangat tidak puas tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 3,20 (total bobot sebesar 128 dengan jumlah responden 40). b.
Tabel 4.13 Tingkat Kepuasan: Ketepatan waktu TELKOM
Ketepatan waktu TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Ketanggapan (Responsiveness) a. Ketanggapan staff TELKOM menghadapi masalah komunikasi. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.14 Tingkat Kepuasan: Ketanggapan staff TELKOM menghadapi masalah komunikasi Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Puas
5
5
12,5
25
Puas
4
17
42,5
68
Biasa Saja
3
18
45
54
Tidak Puas
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
147
Tidak Puas Total Rata-rata
3,67
Sumber : Data olahan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
63
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat puas adalah 5 responden atau 5/40 X 100% = 12,5%, puas 17 responden atau 17/ 40 X 100% = 42,5%, biasa saja 18 responden, atau 18/40 X 100% = 45%, sedangkan jawaban tidak puas dan sangat tidak puas tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 3,67 (total bobot sebesar 147 dengan jumlah responden 40).
Tabel 4.16 Tingkat Kepuasan: Kenyamanan selama menggunakan TELKOM. Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Puas
5
7
17,5
35
Puas
4
25
62,5
100
Biasa Saja
3
8
20
24
Tidak Puas
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
159
Tidak Puas
b.
Ketanggapan staff TELKOM senghadapi seluhan pelanggan. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.15 Tingkat Kepuasan: Ketanggapan Staff TELKOM Menghadapi Keluhan Pelanggan Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Puas
5
7
17,5
35
Puas
4
25
62,5
100
Biasa Saja
3
8
20
24
Tidak Puas
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
159
Tidak Puas Total Rata-rata
3,97
Sumber: Data Olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat puas adalah 7 responden atau 7/40 X 100% = 17,5%, puas 25 responden atau 25/ 40 X 100% = 62,5%, biasa saja 8 responden, atau 8/ 40 X 100% = 20%, sedangkan jawaban tidak puas dan sangat tidak puas tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 3,97 (total bobot sebesar 159 dengan jumlah responden 40). Jaminan (Assurance) a. Kenyamanan selama menggunakan TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
64
Total Rata-rata
3,97
Sumber: Data Olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat puas adalah 7 responden atau 7/40 X 100% = 17,5%, puas 25 responden atau 25/ 40 X 100% = 62,5%, biasa saja 8 responden, atau 8/ 40 X 100% = 20%, sedangkan jawaban tidak puas dan sangat tidak puas tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 3,97 (total bobot sebesar 159 dengan jumlah responden 40). b.
Keramahtamahan staff TELKOM kepada semua pelanggan. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.17 Tingkat Kepuasan: Keramahtamahan staff TELKOM kepada semua pelanggan. Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Puas
5
9
22,5
45
Puas
4
31
77.5
124
Biasa Saja
3
0
0
0
Tidak Puas
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
169
Tidak Puas Total Rata-rata
4,22
Sumber: Data Olahan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab sangat puas adalah 9 responden atau 9/40 X 100% = 22,5%, puas 31 responden atau 31/ 40 X 100% = 77,5%, sedangkan jawaban biasa saja, tidak puas dan sangat tidak puas tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 4,22 (total bobot sebesar 169 dengan jumlah responden 40). Empati (Emphaty) a. Perhatian Secara individu kepada pelanggan oleh staff TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.18 Tingkat Kepuasan: Perhatian Secara individu kepada pelanggan oleh staff TELKOM. Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Puas
5
0
0
0
Puas
4
23
57,5
92
Biasa Saja
3
17
42,5
51
Tidak Puas
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
143
Tidak Puas Total Rata-rata
3,57
b.
Pelayanan tanpa membedakan kelas dan status sosial oleh staff TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.19 Tingkat Kepuasan: Pelayanan tanpa membedakan kelas dan status sosial oleh Staff TELKOM. Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Puas
5
0
0
0
Puas
4
24
60
96
Biasa Saja
3
16
40
48
Tidak Puas
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
144
Tidak Puas Total Rata-rata
3,6
Sumber: Data Olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab puas adalah 24 responden atau 24/ 40 X 100% = 60%, biasa saja 16 responden atau 17/ 40 X 100% = 40%, sedangkan jawaban sangat puas, tidak puas dan sangat tidak puas tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 3,6 (total bobot sebesar 144 dengan jumlah responden 40).
Sumber: Data Olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab puas adalah 23 responden atau 23/ 40 X 100% = 57,5%, biasa saja 17 responden atau 17/40 X 100% = 42,5%, sedangkan jawaban sangat puas, tidak puas dan sangat tidak puas tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 3,57 (total bobot sebesar 143 dengan jumlah responden 40).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Berwujud (Tangible) a. Fasilitas dan keunggulan yang diberikan oleh TELKOM kepada pelanggan. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
65
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Tabel 4.20 Tingkat Kepuasan: Fasilitas dan keunggulan yang diberikan oleh TELKOM kepada pelanggan. Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Puas
5
0
0
0
Puas
4
35
87,5
140
Biasa Saja
3
5
12,5
15
Tidak Puas
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
155
Tidak Puas Total Rata-rata
3,87
Sumber: Data Olahan Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab puas adalah 35 responden atau 35/ 40 X 100% = 87,5%, biasa saja 5 responden atau 5/ 40 X 100% = 12,5%, sedangkan jawaban sangat puas, tidak puas dan sangat tidak puas tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 3,87 (total bobot sebesar 155 dengan jumlah responden 40). b.
Penataan interior TELKOM. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan terhadap sub operasional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.21 Tingkat Kepuasan: Fasilitas dan keunggulan yang diberikan oleh TELKOM kepada pelanggan. Keterangan Bobot
Jawaban
% Jawaban Bobot
Nilai
Responden
Responden
Sangat Puas
5
0
0
0
Puas
4
28
70
112
Biasa Saja
3
12
30
36
Tidak Puas
2
0
0
0
Sangat
1
0
0
0
40
100
148
Tidak Puas Total Rata-rata
Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa yang menjawab puas adalah 28 responden atau 28/ 40 X 100% = 70%, biasa saja 12 responden atau 12/ 40 X 100% = 30%, sedangkan jawaban sangat puas, tidak puas dan sangat tidak puas tidak ada jawaban (0%). Total bobot rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 3,70 (total bobot sebesar 148 dengan jumlah responden 40). Dari hasil tabulasi di atas, maka dapat dibuatkan sesuah rekapitulasi yang merupakan jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan pada variabel X, yaitu sebagai berikut: Tabel IV. X Rekapitulasi hasil penilaian tingkat kepuasan (Variabel X) Pertanyaan Jumlah Responden
Tota
SP
P
BS
TP
STP
l
1.
0
8
32
0
0
40
2.
0
34
6
0
0
40
3.
5
17
8
0
0
40
4.
7
25
8
0
0
40
5.
7
25
8
0
0
40
6.
9
31
0
0
0
40
7.
0
23
17
0
0
40
8.
0
24
16
0
0
40
9.
0
35
5
0
0
40
10.
0
28
12
0
0
40
Jumlah
28
250
122
0
0
400
Prosentase
7
62,5
30,5
0
0
100
(%)
Sumber: Data Olahan Dari hasil rekapitulasi jawaban responden tertinggi adalah puas sebesar 250, atau 250/400 X 100% = 62,5%. Ini berarti pelanggan merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh TELKOM c.
Analisis Tingkat Kesesuaian Kualitas Pelayanan (Variabel Y) dan Tingkat Kepuasan Pelanggan (Variabel X).
3,70
Sumber: Data Olahan
66
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Tabel 4.C.1 Tingkat kesesuaian pada unsur-unsur pelayanan pelangganan TELKOM No Operasional
Kualitas Nilai Rata-rata
Tingkat
Pelayanan
Pelaksanaan
Kepuasan
Kesesuaian
A.
Dimensi Reliability
Y
X
%
1.
Kecepatan
3,20
64,64
tersambung 4,95
No.
1.
TELKOM 2.
Tabel 4.C.2 Perhitungan rata-rata penilaian dan penilaian kepuasan pada unsur-unsur kualitas TELKOM.
Ketepatan
waktu 4,85
3,85
Ope rasional
Kualitas Nilai Rata-rata
X
Y
128
3,20
4,95
Pelayanan
Pelaksana Kepuasan
Kecepatan tersambung
198
TELKOM
79,38
TELKOM
2.
Ketepatan waktu TELKOM
194
154
3,85
4,85
B.
Dimensi Responsiveness
3.
Ketanggapan staff TELKOM
192
147
3,67
4,8
3.
Ketanggapan
195
159
3,97
4,87
195
159
3,97
4,87
195
169
4,22
4,87
191
143
3,57
4,77
198
144
3,6
4,95
191
155
3,87
4,77
196
148
3,70
4,9
1945
1506
37,6
48,6
TELKOM
staff 4,8
3,67
komunikasi
menghadapi
masalah komunikasi 4
4.
Ketanggapan TELKOM
menghadapi masalah
76,56
staff 4,87
3,97
pelanggan
menghadapi 5.
keluhan pelanggan C.
Dimensi Assurance
5.
Kenyamanan
selama 4,87
3,97
81,53
6.
Keramahtamahan
staff 4,87
4,22
pelanggan
86,67 7.
TELKOM
Dimensi Emphaty Perhatian secara individu 4,77 kepada
pelanggan
3,57
74,86
8.
oleh
status sosial oleh staff
Pelayanan membedakan
tanpa 4,95 kelas
3,6
72,72
9.
9.
Fasilitas dan keunggulan yang diberikan oleh
dan
TELKOM kepada pelanggan
status sosial oleh staff
E.
Pelayanan tanpa membedakan kelas dan
staff TELKOM 8.
Perhatian secara individu kepada pelanggan oleh staff
pelanggan
7.
Keramahtamahan staff TELKOM kepada semua
TELKOM kepada semua
D.
Kenyamanan selama menggunakan TELKOM
menggunakan TELKOM 6.
Ketanggapan staff TELKOM menghadapi keluhan
81,53
TELKOM
10.
Dimensi Tangible
Jumlah
Fasilitas dan keunggulan 4,77
3,87
Penataan interior TELKOM
2
81,15 Rata-rata Keseluruhan (Y dan X)
3,76
4,86
Sumber: Data Olahan Dari tabel tingkat kesesuaian tersebut dapat kita lihat bahwa tingkat kesesuaian terendah antara pelaksanaan dengan kepuasan pelanggan terdapat pada dimensi reliability. Dimensi tersebut merupakan kecepatan TELKOM sebesar 64,64%. Ini berarti Kecepatan TELKOM kurang sesuai dengan keinginan pelanggan. Sedangkan prosentase keseluruhan kesesuaian variabel X dan Y sebesar 77,42%. Secara keseluruhan pelayanan yang diberikan oleh TELKOM. Berikut ini akan ditampilkan tabel yang merupakan perhitungan rata-rata penilaian pelaksanaan dan penilaian kepuasan pada unsur-unsur kualitas pelayanan TELKOM.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Sumber: Data Olahan Dari hasil tabulasi rata-rata secara keseluruhan antara variabel X dan variabel Y maka didapatkan hasil 3,76 dan 4,86. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden tertinggi adalah sangat baik (variabel Y) sebesar 345 atau 345/400 X 100% = 86,25%. Ini berarti pelayanan penting dilakukan agar dapat memuaskan pelanggan. 2. Dari hasil rekapitulasi jawaban responden tertinggi adalah puas (variabel X) sebesar 250 atau 250/400 X 100% = 62,5%. Ini berarti
67
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
pelanggan merasa cukup puas atas pelayanan yang diberikan 3.
A. Unsur-unsur pelayanan yang menjadi prioritas utama dan diperhatikan pelaksanannya adalah: a. Reliability atau X1 Kecepatan tersambung TELKOM b. Responsiveness atau X2 Ketanggapan staff TELKOM menghadapi masalah komunikasi. c. Emphaty atau X4 1. Perhatian secara individu kepada pelanggan oleh staff TELKOM 2. Pelayanan tanpa membedakan kelas dan status sosial oleh staff TELKOM d. Tangible atau X5 Penataan interior TELKOM B. Unsur-unsur yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan oleh perusahaan adalah: 1. Assurance atau X3 a. Keramahtamahan staff TELKOM kepada semua pelanggan. b. Kenyamanan selama menggunakan TELKOM. 2. Responsiveness atau X2 Ketanggapan staff TELKOM menghadapi keluhan pelanggan. C. Unsur-unsur pelayanan yang dinilai penting dan pelaksanannya telah baik dilakukan oleh perusahaan, yaitu: 1. Tangible atau X5 Fasilitas dan keunggulan yang diberikan oleh TELKOM kepada pelanggan 2. Reliability atau X1 Ketepatan waktu TELKOM.
B.
68
Saran 1. TELKOM sebaiknya mengadakan peremajaannya tehnis untuk mengantisipasi kelemahan dalam hal kecepatan tersambung yang dikeluhkan para pelanggan. 2. Staff TELKOM sebaiknya lebih tanggap dan
ramah lagi dalam menanggapi masalah komunikasi, pelayanan dan keluhan pelanggan, sehingga para pelanggan tidak berpindah menggunakan komunikasi lain. 3. Perusahaan harus lebih memprioritaskan faktor-faktor keramahan staff dalam memberikan pelayanan, memperhitungkan waktu, karena faktor-faktor tersebut dianggap Sangat Penting oleh pelanggan. 4. Untuk memberikan kesan yang baik dan melekat pada diri pelanggan serta menimbulkan rasa puas kepada pelanggan, seharusnya perusahaan dan petugas dapat memperhatikan prinsip-prinsip kepuasan pelanggan, yaitu: a. Memahami akan pentingnya kepuasan pelanggan b. Memahami bahwa harapan pelanggan adalah kunci c. Mencari faktor-faktor yang menjadi kepuasan pelanggan. d. Dengarkanlah aspirasi pelanggan. e. Peran karyawan Sangat Penting dalam memuaskan pelanggan. DAFTAR PUSTAKA Agung, Nugroho Buwono, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, ANDY: Yogyakarta, 2005. Chaniago, Andrinof A; Gagalnya Pembangunan; Kajian Ekonomi Politik terhadap Akar Krisis Indonesia, LP3ES: Jakarta, 2001. Darmadi, Durianto et all. , Strategi Menaklukan Pasar, PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2001. Cross Selling Process; Turn Prospect Into Buyers, PT. Bakrie Telecom: Jakarta, 2008. Gerson, Richard F.; Measuring Customer Satisfaction (Mengukur Kepuasan Pelanggan), PPM: Jakarta, 2001. Kottler, Philip; Manajemen Pemasaran; Analisis, Perencanaan, Inmpelemtasi dan Pengendalian, Jilid I dan II, Salemba Empat: Jakarta; 1997. Kottlet, Philip, Gary Amstrong; Dasar-Dasar Pemasaran, Tej. Alexander Sindoro, Edisi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN Oleh : Uzair Ahmadi, MM.
Kesembilan, PT.Indeks: Jakarta, 2004. Lury, Celia; Budaya Konsumen, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 1998. Mowen, John C., dan Michael Minor; Perilaku Konsumen, Jilid I Edisi Kelima Erlangga: Jakarta, 2001. Pontoh, Coen Husain; Akhir Globalisasi; Dari Perdebatan Teori Menuju Gerakan Massa, C BOOKS: Jakarta, Juni 2003. Singarimbun, Masri, Sofian Effendi; Metode Penelitian Survai, LP3ES: Jakarta, 1989. Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta: Bandung, 2006. Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran, Edisi II, Penerbit ANDI: Yogyakarta, 2002.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Tinjauan Perkembangan Ekonomi Indonesia; Tenggelam Berdiri, Jurnal Analisis CSIS tahun XXX no. 4, 2001. Umar, Husein, Metode Riset Bisnis, Ghalia Indonesia: Jakarta, 2002. Umar, Husein, Metode Riset Prilaku Konsumen Jasa, Ghalia Indonesia: Jakarta, 2006. Yamit, Zulian; Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Ekosinia: Yogyakarta, 2001. Http://www.MSN com data diakses pada tanggal 20 Agustus 2008. h t t p : / / w w w. p i n t u n e t . c o m / produk.php?vproduk_id=kota29&vpid=&jd=3 data diambil tanggal 26 Agustus 2008
69
ISSN 1907 - 3666
Volume Volume1, 4,Nomor Nomor3, 8, Nopember Nopember 2007 2009
Penanggung jawab/Pemimpin Umum : Dra. Yenny Budiasih, MBA Pemimpin Redaksi : Dr. Zulkifli Amsyah, MLS. Staf Ahli : Dr. Mohamad Ilmi, M.Ec. Dr. Marinus R. Manurung, MPA Dr. Suyanto, SE, MM, M.Ak. Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH. Dr. Noverdi Bross Drs. Kemal Taufik, MM M. Riduan Karim, SE, MM Pelakasana Harian : H. Zaharuddin, SE, MM Tim Editing Sugito Hartadi Budi Purnomo Sirkulasi & Pemasaran Hadi Mulyo Wibowo Dewi Listyorini
Alamat Redaksi : Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta Jl. Tanjung Barat No.11 Jakarta Selatan 12530 Telp. (021) 781 7823, 781 5142 Fax. (021) 781 5144 E-mail :
[email protected]
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
71
Volume Volume1, 4,Nomor Nomor3, 8, Nopember Nopember 2007 2009
DARI REDAKSI Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen Volume 4, Nomor 7, bulan Nopember 2009 dapat menjumpai pembaca sesuai waktu yang direncanakan. Dalam edisi ini, redaksi Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen menyajikan beberapa topik antara lain: Analisis ekonomi usaha rumah tangga migran sektor informal, Kajian kemungkinan dikembangkannya “Industri arang Tempurung” Di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, Reformasi Birokrasi Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi Daerah Banten, Studi kurikulum kuliah kerja nyata bagi peningkatan kompetensi lulusan , Analisis pengaruh fundamental keuangan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman di bursa efek jakarta dan topik mengenai Kualitas pelayanan telkom Terhadap pelanggan Redaksi mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dengan penulis, dan dengan pembaca yang menggunakan jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen sebagai salah satu referensi. Besar harapan kami Jurnal ini turut memberikan kontribusi dalam pengembangan bisnis dan manajemen. Kami sangat terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan Jurnal kita pada edisi mendatang.
Terima kasih Redaksi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
73
Volume Volume1, 4,Nomor Nomor 3, 8, Nopember 2007 2009
DAFTAR ISI ANALISIS EKONOMI USAHA RUMAH TANGGA MIGRAN SEKTOR INFORMAL ( Studi Kasus Sektor Informal Usaha Rumahtangga Warung Tegal Di Wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur ) Dewi Atika, M.Si., SE.
--------------------------------------------------------------------------
1
KAJIAN KEMUNGKINAN DIKEMBANGKANNYA “INDUSTRI ARANG TEMPURUNG” DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Ir. Munawir, MM. -------------------------------------------------------------------------------------
13
REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI DAERAH BANTEN H. Zaharuddin, MM.
-------------------------------------------------------------------------------
21
STUDI KURIKULUM KULIAH KERJA NYATA BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI LULUSAN Dr. Zulkifli Amsyah, MLS.
--------------------------------------------------------------------
27
ANALISIS PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK JAKARTA Uzair Ahmadi, MM. ---------------------------------------------------------------------------------
33
KUALITAS PELAYANAN TELKOM TERHADAP PELANGGAN (Studi Kasus Unit Pelayanan Telkom Dago Kota Bandung) Noverdi Bross
---------------------------------------------------------------------------------------
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
51
75