1 ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO
Hendy Adiemas S, Rhina Uchyani F, dan Erlyna Wida Riptanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir Sutami 36 A Surakarta 57125, Telp/Fax: (0271) 637457 Email :
[email protected], Telp : 081567928888 Abstract: This research aims at analyzing of the amount scale of cost, income, degree of efficiency, risk, and other additional values produced from the industry of tape in Sukoharjo Sub-Province. The research is descriptive analysis. The object observation was chosen randomly (purposive), that is Sukoharjo Sub-Province. The researcher uses primary and secondary data. The result of the research shows that the average of total cost of home industry is Rp. 1.164.974,57/month. Total income is Rp. 2.445.065,22 so the net income is Rp. 1.280.090,65. The efficiency of home industry is 2,1. It means that the home industry runs efficiency.The amount of coefficient variant (CV) is 0,36 with low limit income is Rp. 360.125,39. It can be concluded that home industry of tape in Sukoharjo is low risk. The scale of home industry in Sukoharjo produces Rp. 1.240,21 as additional value for each row of cassava used. Key Words: Tape, income, risk, additional value. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan, pendapatan usaha yang diterima, tingkat efisiensi usaha, risiko usaha yang dihadapi dan nilai tambah yang dihasilkan pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Sukoharjo. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya total dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar Rp 1.164.974,57 per bulan. Besarnya penerimaan total rata-rata per bulan Rp 2.445.065,22 sehingga pendapatan yang diterima pengusaha tape adalah sebesar Rp1.280.090,65. Efisiensi usaha yang dijalankan sebesar 2,1 yang berarti usaha yang dijalankan sudah efisien.Besarnya nilai koefisien variasi (CV) adalah 0,36 sedangkan besarnya nilai batas bawah pendapatan Rp 360.125,39. Hal ini dapat diartikan bahwa industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berisiko kecil. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 untun setiap kilogram singkong yang digunakan. Kata Kunci : Tape, pendapatan, risiko usaha, nilai tambah
2 PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara agraris dimana mayoritas penduduknya menjadikan sektor pertanian sebagai sumber penghidupan. Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian bangsa Indonesia. Hampir semua sektor yang ada di Indonesia tidak lepas dari sektor pertanian. Oleh karena itu, perlu adanya pembangunan nasional yang bertumpu pada pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam pemulihan ekonomi nasional. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia belum setinggi seperti yang diharapkan namun kualitas pertumbuhan itu sendiri sudah semakin baik. Selain makin mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri, peranan kreatifitas diseluruh daerah semakin besar dalam pembangunan. Pembangunan yang dihela oleh kreatifitas akan mampu mewujudkan pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan pembangunan secara sekaligus (Saragih, 2004). Sejak tahun 1983, Pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi dan upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak banyak memberi keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah, bahkan justru perusahaan besar dan konglomerat yang mendapat keuntungan (Kuncoro, dan Abimanyu, 1995). Sehingga menurut Kuncoro dan Widjajanto (2001) menyebutkan bahwa perhatian untuk menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) karena dilandasi 3 alasan. Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja. Dari sisi kebijakan, IKRT perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan
penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Dengan demikian, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter. Produk pertanian mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan lama, oleh sebab itu perlu adanya proses pengolahan agar dapat meningkatkan nilai tambah produk. Oleh karena itu, diperlukan suatu industri pengolahan untuk mengolah hasil pertanian tersebut. Salah satu industri pengolahan yang menggunakan produk pertanian sebagai bahan baku adalah industri tape. Tapai (sering dieja sebagai tape) adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti singkong. Menurut Hidayat (2009) fermemntasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir, dan kapang. Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme (Wikipedia, 2010). Dengan keadaan iklim dan tanah Indoneia yang subur tanaman singkong mudah tumbuh dengan subur dan produktif, sehingga banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah di Kabupaten Sukoharjo. Industri tape di Kabupaten Sukoharjo ditunjang dengan kapasitas produksi singkong di Kabupaten Sukoharjo yang relatif tinggi sehingga kontinuitas produksi tape terjaga. Industri tape di Kabupaten Sukoharjo merupakan industri rumah tangga yang sudah bertahun-tahun dijalankan secara
3
turun temurun yang mana lemah permodalan dan lemah manajemen seperti industri-industri rumah tangga lain pada umumnya. Menurut Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (2003) pengertian industri rumah tangga yakni perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja maksimal 4 orang. Nilai kapasitas produksi dan daya serap akan tenaga kerja, mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini mengangkat perumusan masalah : (1) Berapa besarnya pendapatan yang diterima dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo?; (2) Berapa besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo?; (3) Berapa besarnya risiko usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo?; dan (4) Berapa besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pembuatan tape di Kabupaten Sukoharjo? Berdasarkan perumusuan masalah maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo; (2) Menganalisis besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo; (3) Menganalisis besarnya risiko usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo; dan (4) Menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pembuatan tape di Kabupaten Sukoharjo. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis melalui survei dan observasi. Metode deskriptif analitis
merupakan metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalahmasalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual, dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2001). Daerah Penelitian Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purpossive), yaitu pengambilan daerah penelitian secara sengaja berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah yang diambil dalam penelitian adalah Kabupaten Sukoharjo karena terdapat sentra industri tape skala rumah tangga di Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Jumlah populasi responden dalam penelitian ini berjumlah 23 orang. Berdasarkan hal tersebut, maka pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, yaitu teknik pengambilan responden secara keseluruhan. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data menggunakan data Primer dan data Sekunder. Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden maupun pihakpihak yang terkait dalam penelitian ini melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo (Dispertan), Dinas Perindustrian dan
4
Perdagangan Kabupaten Sukoharjo (Disperindag), serta lembaga-lembaga lain yang terkait di dalamnya. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan pencatatan. Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer melalui wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya. Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti. Sedangkan teknik pencatatan Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dihitung secara matematis, disajikan dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis dan dijelaskan secara deskriptif. Besarnya pendapatan, tingkat efisiensi, risiko usaha dan nilai tambah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Dimana R adalah penerimaan usaha dan C adalah biaya usaha yang dikeluarkan. Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah : (1) jika nilai R/C > 1 berarti usaha tape skala rumah tangga yang dijalankan sudah efisien; dan (2) jika nilai R/C ≤ 1 berarti usaha tape skala rumah tangga yang dijalankan belum efisien. Risiko Usaha Perhitungan risiko usaha menurut Hernanto (1993): = (5) Dimana CV adalah koefisien variasi, v simpangan baku pendapatan dan E adalah pendapatan rata-rata. =
Efisiensi Usaha Efisiensi = R C
(4)
(6)
Dimana Ei adalah pendapatan yang diterima, dan n adalah jumlah pengusaha tape. =√
(7)
Ragam dirumuskan sebagai berikut : =
∑
( (
) )
(8)
Sedangkan batas bawah pendapatan usaha tape dapat diketahui dengan menggunakan rumus : =
Pendapatan Perhitungan pendapatan menurut Soekartawi (1995): B = BT + BTT (1) Dimana B adalah biaya total, BT adalah biaya tetap, BTT adalah biaya tidak tetap. PrT = Y x H (2) Dimana PrT adalah penerimaan total, Y adalah jumlah produk yang dihasilkan dan H adalah harga jual produk Pendapatan = PrT – B (3)
∑
−2
(9)
Dimana L adalah batas bawah pendapatan, E adalah pendapatan rata-rata, dan v adalah simpangan baku pendapatan. Semakin besar nilai koefisien variasi (CV) menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung pengusaha tape semakin besar. Batas bawah pendapatan (L) menunjukkan nilai terendah yang mungkin akan diterima oleh pengusaha tape. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai ≤ 0,5 atau ≥ 0 menyatakan bahwa pengusaha tape akan selalu terhindar dari kerugian. Sedangkan apabila nilai > 0,5 atau < 0 berarti pengusaha tape berpeluang mengalami kerugian.
5
Nilai Tambah Nilai tambah pembuatan tape terhadap ubi kayu segar menurut Alamsyah (2007) dapat dirumuskan sebagai berikut : = − (10) Dimana NT adalah nilai tambah yang dihasilkan, NO adalah nilai output dan NI adalah nilai input. × = (11) Dimana Y adalah jumlah produk, Hy adalah harga produk dan JBB adalah jumlah bahan baku yang digunakan. = (12) Dimana BB adalah jumlah biaya bahan baku yang digunakan, Blain adalah biaya selain bahan baku. Kriteria analisis yang digunakan adalah : jika NT > 0, maka produk memberikan nilai tambah dan jika NT ≤ 0, maka produk tidak memberikan nilai tambah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Identitas Responden dan Karakteristik Industri Identitas responden adalah gambaran umum dari responden industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yang masih aktif berproduksi pada saat dilakukannya penelitian. Identitas responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur responden, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam produksi, status usaha serta lama mengusahakan.
Tabel 1. Karakteristik Responden Pengusaha Tape No 1. 2. 3. 4. 5.
Uraian Umur (thn) Lama pendidikan (thn) Jumlah anggota keluarga (org) Jumlah anggota keluarga aktif dalam produksi (org) Lama mengusahakan (thn)
Rata-rata 57,26 4,61 3,61 3,13 26,91
Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa umur rata-rata pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah 57,26 yang berarti termasuk dalam umur produktif karena menurut Mantra (2003) penduduk umur 1564 termasuk dalam penduduk produktif. Rata-rata pendidikan formal yang ditempuh pengusaha tape adalah 4,61 tahun. Jumlah anggota keluarga rata-rata 4 orang dengan jumlah anggota keluarga aktif dalam kegiatan produksi rata-rata sebanyak 3 orang. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo telah dijalankan selama 26,91 tahun. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi dua macam status usaha yaitu usaha utama dan usaha sampingan. Tabel 2. Status Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo No. Status Jumlah Persentase Usaha (orang) (%) 1. Utama 20 86,96 2. Sampingan 3 13,04 Jumlah 23 100
Sumber : Data Primer Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berstatus sebagai usaha utama yaitu sebesar 86,96 % atau 20 industri tape, sedangkan 3 industri tape atau 13,04 % berstatus sebagai usaha sampingan. Responden mengusahakan industri tape dengan berbagai macam alasan. Alasan responden mengusahakan industri
6
tape yang terbanyak yaitu sebesar 43,48% adalah karena industri tape merupakan usaha warisan dan karena tidak mempunyai pekerjaan lain (Tabel 3). Tabel 3. Alasan Mengusahakan Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo No
Uraian
1. 2. 3.
Usaha warisan Menguntungkan Tidak mempunyai pekerjaan lain Jumlah
Jumlah (orang) 10 3 10
Persentase (%) 43,48 13,04 43,48
23
100
Sumber : Data Primer Modal Usaha Modal adalah sejumlah uang yang digunakan untuk memulai usaha maupun untuk menjalankan usaha, seperti untuk membeli peralatan maupun bahan-bahan yang dibutuhkan. Seluruh responden industri tape skala rumah tangga dalam menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri yaitu sebanyak 23 orang atau sebesar 100% yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sumber Modal Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo No 1. 2.
Uraian Modal sendiri Modal pinjaman Jumlah
Jumlah (orang) 23 23
Persentase (%) 100 100
Sumber : Data Primer
Pengadaan Bahan Baku Singkong merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam industri pembuatan tape. Pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo menggunakan mekanisme pembelian borongan (tebasan) dengan harga Rp 500.000,00 - Rp 800.000,00 untuk digunakan sebagai bahan baku produksi selama satu bulan. Pengambilan singkong disesuaikan dengan kapasitas produksi
yang dimiliki masing-masing pengusaha tape atau dengan kata lain kuantitas pengambilan bahan baku hanya untuk satu kali produksi saja. Pengadaan Bahan Penolong Bahan penolong yang digunakan dalam industri tape adalah ragi. Ragi tape banyak dijual di pasar umum ataupun di pasar-pasar tradisional dengan kisaran harga yang bervariasi antara Rp2.000,00 hingga Rp3.500,00 per bungkus. Namun demikian responden usaha industri tape di Kabupaten Sukoharjo lebih memilih untuk menggunakan ragi NKL dengan alasan ragi NKL memberikan cita rasa yang paling baik. Cita rasa yang baik yaitu menghasilkan produk tape yang manis, warna terang menarik, struktur yang lembut dan butiran ragi yang halus. Pemasaran Pemasaran produk industri tape di Kabupaten Sukoharjo masih terbatas di dalam kota, yaitu dipasarkan di pasar-pasar yang ada di Sukoharjo seperti Pasar Tawangsari, Pasar Polokarto, Weru, Krisak dan Nguter. Tabel 5. Jalur Pemasaran Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Jumlah Persentase No Uraian (orang) (%) 1. Dipasarkan 23 100 sendiri 2. Lewat 0 0 pedagang Jumlah 23 100 Sumber: Data Primer
Terlihat bahwa 100% responden atau sebanyak 23 orang responden memasarkan tape yang dihasilkan dengan cara dipasarkan sendiri ke konsumen akhir (Tabel 5). Pemasaran biasa dilakukan setiap 2 hari sekali yaitu pada pasaran pon dan legi. Produsen lebih memilih untuk menjual langsung ke konsumen tanpa melalui
7
pedagang perantara dengan alasan untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi.
Tabel 7. Rata-rata Biaya Total Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo Selama Satu Bulan Produksi
Perhitungan Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usaha
No
Uraian
1.
Produksi Bahan baku singkong (Kg) Bahan penolong Ragi (pack) Bahan bakar (ikat) Pengemasan a. Daunpisan g/plastik kecil (pack) b. Plastik (pack) Transportasi Bensin/Angk utan umum (Liter) Jumlah
Biaya Biaya merupakan sejumlah uang atau korbanan yang dikeluarkan dalam proses produksi. Karena dalam penelitian ini menggunakan konsep pendekatan pendapatan maka biaya dalam penelitian ini adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan (biaya variabel) sedangkan untuk biaya tetap yang terdiri dari biaya penyusutan peralatan, biaya bunga modal investasi, ataupun biaya tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan karena merupakan biaya yang tidak sebenarnya dikeluarkan oleh pengusaha tape rumah tangga. Tabel 6. Rata-rata Biaya Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo Untuk Satu Kali Produksi No
Uraian
1.
Produksi Bahan Baku Singkong(Kg) Bahan Penolong Ragi (pack) Bahan bakar (ikat) Pengemasan a.Daun pisang/plastik kecil (pack) b.Plastik (pack) Transportasi Biaya yang dikeluarkan
2. 3.
4.
Fisik
Biaya (Rp)
71,7 3
35.680
43,53
1,66 4,58
5.775 18.320
7,05 22,35
6,7
13.400
16,35
3,47 1,13
6.940 7.627,5 81.967,5
8,47 9,31 100,00
Persentase (%)
Sumber : Data Primer Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk satu kali produksi adalah sebesar Rp 81.967,5 dengan proporsi biaya terbesar berasal dari pengadaan bahan baku singkong yaitu sebesar Rp 35.680 atau sebesar 43,53% dari biaya yang dikeluarkan (Tabel 6).
2. 3.
4.
Rata-rata per responden/bulan Fisik Biaya (Rp)
Persentase (%)
1.075,87
537.934,78
46,18
24,68 68,70
86.389,13 201.167
7,42 17,27
100,46
162.693
13,97
52,06
93.882,61
8,06
16,91
116.718,75
10,02
1.164.974,57
100,00
Sumber : Data Primer
Rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dalam satu bulan produksi adalah sebesar Rp 1.164.974,57 dengan proporsi biaya terbesar berasal dari pembelian bahan baku singkong yaitu sebesar Rp 537.934,78 atau sebesar 46,16% dari total biaya yang dikeluarkan (Tabel 7). Biaya terkecil dikeluarkan untuk keperluan pembelian bahan penolong ragi yaitu sebesar Rp 86.389,13 (7,42%). Penerimaan Penerimaan adalah keseluruhan nilai produk yang diterima yang merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi fisik dengan harga produk tersebut.
8 Tabel 8. Rata-rata Penerimaan pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo No. Uraian Jumlah 1. Output (Kg) 642,59 2. Harga satuan (Rp/kg) 3.913,04 Penerimaan (Rp) 2.445.065,22 Sumber : Data Primer
Besarnya hasil produksi rata-rata yang dihasilkan industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dalam satu bulan sebesar 642,59 Kg (Tabel 8). Harga jual rata-rata tape sebesar Rp 3.913,04 sehingga penerimaan rata-rata yang diterima pengusaha tape adalah sebesar Rp 2.445.065,22. Pendapatan Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total industri tape skala rumah tangga yang telah dikeluarkan. Tabel 9. Rata-rata Pendapatan Pengusaha Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo No. Uraian Jumlah 1. Penerimaan (Rp) 2.445.065,22 2. Biaya total (Rp) 1.164.974,57 Pendapatan (Rp) 1.280.090,65 Sumber : Data Primer
Rata-rata penerimaan yang diterima pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo selama satu bulan produksi adalah sebesar Rp 2.445.065,22 dengan rata-rata biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp 1.164.974,57 (Tabel 9). Pendapatan merupakan selisih (margin) antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan, dengan demikian dapat dihitung besarnya rata-rata pendapatan pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah Rp 1.280.090,65. Efisiensi Efisiensi adalah rasio antara output dengan input yang digunakan yang dimana
rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa efisien pengusaha dalam menjalankan usahanya khususnya dalam penggunaan masukan. Tabel 10. Efisiensi Usaha pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo No. Uraian Jumlah 1. Penerimaan (Rp) 2.445.065,22 2. Biaya total (Rp) 1.164.974,57 Efisiensi 2,1 Sumber : Data Primer
Nilai efisiensi usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar 2,1 (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan oleh pengusaha tape rumah tangga sudah efisien. Nilai R/C rasio 2,1 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memberikan penerimaan sebesar 2,1 kali dari biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian terlihat bahwa rata-rata penerimaan pengrajin tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo mampu menutup biaya total yang telah dikeluarkan dalam industri tape. Risiko Usaha Risiko usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo merupakan kemungkinan merugi yang dihadapi pengusaha industri tape dalam menjalankan usahanya yang dapat diketahui kemungkinannya. Besarnya risiko dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan koefisien variasi (CV) dan batas bawah pendapatan (L).
9 Tabel 11. Analisis Risiko Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo No 1. 2. 3. 4.
Uraian Pendapatan (E) Batas bawah pendapatan (L) Simpangan baku pendapatan(V) Koefisien variasi (CV)
Jumlah 1.280.090,65 360.125,39 459.982,63 0,36
Sumber : Data Primer
Pendapatan rata-rata yang diterima oleh pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar Rp 1.280.090,65 dengan batas bawah pendapatan sebesar Rp 360.125,39 (Tabel 11). Simpangan baku pendapatan sebesar Rp 459.982,63. Koefisien variasi sebesar 0,36. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa usaha industri tape skala rumah tangga mempunyai nilai CV≤0,5 atau L≥0. Hal tersebut menunjukkan bahwa industri tape di Kabupaten Sukoharjo mempunyai risiko kecil, karena setidaknya pengusaha tape akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp 360.125,39. Besarnya risiko yang harus ditanggung pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh berbagai risiko yang ada,yaitu : (1) risiko harga; (2) risiko produksi; dan (3) risiko pasar. Risiko harga Risiko harga yang dihadapi oleh pelaku usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah pada waktuwaktu tertentu harga bahan baku mengalami fluktuasi harga. Adanya industri-industri pembuat produk keripik singkong ataupun tepung tapioka turut mempengaruhi ketersediaan bahan baku yang ada. Keterbatasan bahan baku akan berakibat pada terjadinya fluktuasi harga bahan baku singkong. Kenaikan harga bahan-bahan akan mengakibatkan biaya produksi industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo semakin meningkat sehingga akan
berpengaruh pada menurunnya pendapatan yang akan diterima. Sementara itu harga jual tape cenderung selalu stabil. Pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo tidak mampu untuk menaikkan harga jual tape. Dengan demikian salah satu langkah yang dapat ditempuh pengusaha industri tape adalah dengan jalan memperkecil ukuran potongan tape dalam setiap bungkusnya dan tetap menjaga mutu tape yang dihasilkan apabila terjadi kenaikan harga bahan. Risiko produksi Risiko produksi adalah risiko adanya kemungkinan terjadi kegagalan produksi yang ditanggung pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Sebagai contoh kegagalan produksi meliputi rasa pahit/masam pada tape yang dihasilkan, sehingga merusak mutu produk tape yang dihasilkan. Keadaan cuaca/iklim secara tidak nyata turut mempengaruhi kegiatan produksi industri tape. Terlebih beberapa tahun terakhir cuaca semakin sulit diprediksi. Musim penghujan dapat mempengaruhi kualitas produksi tape yang dihasilkan. Oleh sebab itu pengrajin tape harus memperhatikan ketelitian dan senantiasa menjaga kebersihan selama kegiatan produksi baik dari alat ataupun dari bahan yang digunakan harus bersih, terutama dari lemak dan minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai untuk mengolah bahan tape bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Kebersihan yang kurang terjaga akan mempengaruhi kualitas tape yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga jual dan penerimaan yang diperoleh produsen. Pada waktu musim penghujan, pengrajin tape harus memperhatikan kebersihan air yang digunakan. Penggunaan air yang telah terkena air hujan akan dapat mengakibatkan tape yang dihasilkan menjadi tidak manis. Hal tersebut tentunya akan menurunkan
10
mutu tape yang dihasilkan karena tape yang dihasilkan tidak berada pada kualitas prima, yang akan berpengaruh pada menurunnya harga jual dan penerimaan pengrajin tape. Risiko pasar Risiko pasar adalah ketidakpastian karena adanya perubahan kebiasaan masyarakat. Risiko pasar yang dihadapi pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo antara lain dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan / selera masyarakat. Kondisi permintaan pasar pada saat musim penghujan menjadi berkurang dibandingkan permintaan pada saat musim kemarau. Oleh sebab itu pengrajin tape akan menurunkan kuantitas produksi tape yang dihasilkan agar tidak mengalami kerugian karena terjadinya penurunan permintaan. Perhitungan Nilai Tambah Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi. Tabel 12. Nilai Tambah Per Bahan Baku Singkong Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Uraian Jumlah tape yang dihasilkan (Kg) Harga jual tape (Rp) Jumlah bahan baku (Kg) Biaya bahan baku (Rp) Biaya penolong (Rp) Biaya bahan bakar (Rp) Biaya pemasaran (Rp) Nilai produk (Rp/Kg) Nilai input (Rp/Kg) Nilai tambah per bahan baku (Rp/Kg)
Jumlah 642,59 3.913,04 1.075,87 537.934,78 86.389,13 201.166,39 354.683,39 2.337,16 1.096,95 1.240,21
Sumber : Data Primer
Besarnya nilai produk yang dihasilkan pada industri tape adalah sebesar Rp 2.337,16 sedangkan nilai inputnya adalah sebesar Rp 1,096,95 (Tabel 12). Dengan demikian dapat diketahui besarnya nilai
tambah per bahan baku yang digunakan adalah sebesar Rp 1.240,21. Hal ini berarti bahwa pembuatan tape pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memberikan tambahan sebesar Rp 1.240,21 untuk setiap kilogram singkong segar yang digunakan. Kendala Kendala yang dihadapi oleh pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo meliputi turunnya permintaan tape pada saat musim penghujan, rendahnya harga jual, serta keterbatasan modal. Pada saat musim penghujan, terjadi penurunan permintaan tape. Hal ini terjadi karena adanya perubahan selera konsumen yang terjadi karena tape yang dihasilkan pada saat musim penghujan tidak semanis dibandingkan pada saat musim kemarau. Fermentasi yang baik dilakukan pada suhu 28-300C. Suhu dingin akan membuat tape yang dihasilkan menjadi keras sedangkan suhu yang panas akan membuat tape yang dihasilkan menjadi lembek. Suhu yang dingin juga memperlambat proses fermentasi. Apabila mikroba bekerja tidak dalam suhu optimum maka akan mengakibatkan kerja mikroba dalam proses fermentasi menjadi terhambat sehingga penguraian molekul-molekul pati menjadi dekstrin dan gula sederhana tidak bisa maksimal. Hal inilah yang mengakibatkan hasil produksi tape yang diperoleh pada saat musim penghujan menjadi kurang manis. Sejauh ini pengrajin tape hanya melakukan pengurangan produksi tape pada saat musim penghujan untuk meminimalisir kerugian. Kendala ini dapat diatasi dengan diversifikasi produk dan perluasan pasar dengan bantuan sosialisasi dan pelatihan dari pemerintah daerah setempat, yaitu dengan memasarkan produk tape masuk ke pasar-pasar modern. Di pasar modern dapat dijumpai aneka makanan tape yang mampu menggugah minat dan selera konsumen
11
yang mana tidak hanya berasal dari daerah lokal saja, tapi berasal dari Jawa Timur. Salah satu diantara nya adalah tape Bondowoso. Tape tersebut menggunakan variasi kemasan dari besek, bambu, maupun kotak karton untuk menarik minat pelanggan, dengan seluruh bagian tape dibungkus dulu dengan daun pisang yang bertujuan untuk memunculkan aroma menggugah selera. Penggunaan besek sebagai pengemas merupakan salah satu cara agar tape mempunyai daya tahan yang lebih lama, tidak cepat masam dibandingkan apabila menggunakan bahan plastik sebagai pengemas. Selain variasi kemasan, pengusaha tape rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo juga dapat mengadopsi variasi produk yang dilakukan pengusaha tape Bondowoso yaitu tape bakar. Pada produk tersebut, bagian tengah tape disisihkan yang kemudian diisi dengan gula merah, selai buah ataupun coklat, yang kemudian dioleskan dengan mentega dan selanjutnya dibungkus dengan daun pisang. Dengan adanya variasi produk tersebut diharapkan minat beli konsumen pada saat musim penghujan akan tetap stabil. Rendahnya harga jual dapat diatasi dengan memanfaatkan informasi pasar. Kendala dapat diatasi dengan cara pembentukan semacam kelompok usaha bersama yang mewadahi masing-masing produsen tape dalam memasarkan hasil produksi merek, sehingga diharapkan ada pertukaran informasi pasar yang mampu memberikan harga jual lebih baik sehingga bisa meningkatkan pendapatan. Keterbatasan modal, adalah kendala yang sering dijumpai untuk kalangan usaha skala kecil terutama skala rumah tangga. Permasalahan ini dapat teratasi dengan adanya peran aktif dari pemerintah daerah, yaitu dengan memberikan pinjaman bergilir tanpa bunga, sehingga diharapkan usaha industri tape skala rumah tangga tetap dapat berproduksi dan berkembang yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Biaya total rata-rata yang dikeluarkan pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar Rp 1.164.974,57 per bulan. Penerimaan ratarata yang diperoleh sebesar Rp 2.445.065,22 sehingga pendapatan rata-rata yang diterima pengusaha tape adalah sebesar Rp 1.280.090,65. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memiliki nilai efisiensi lebih dari satu, yaitu sebesar 2,1 dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha industri tape ini sudah efisien. Setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan industri tape memberikan penerimaan sebesar 2,1 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memiliki nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,36 dan nilai batas bawah pendapatan (L) sebesar Rp 360.125,39. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko usaha yang harus ditanggung semakin besar demikian pula sebaliknya. Nilai koefisien variasi yang kurang dari 0,5 dan nilai batas bawah pendapatan lebih dari nol menunjukkan bahwa usaha tape yang dijalankan berisiko kecil dengan jumlah pendapatan terendah yang dapat diperoleh pengusaha sebesar Rp 360.125,39. Industri tape skala rumah tangga yang dijalankan memberikan nilai tambah per bahan baku sebesar Rp 1.240,21 yang berarti bahwa pembuatan tape akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 untuk setiap kilogram singkong segar yang digunakan.
12
Saran Dalam upaya menghadapi risiko dan upaya meningkatkan pendapatan usaha sebaiknya produsen tape membentuk semacam kelompok usaha bersama untuk mewadahi masing-masing pengusaha dalam memasarkan produk tape yang dihasilkan sehingga produsen tape rumah tangga akan lebih maksimal dalam memanfaatkan informasi pasar, dengan melakukan pemasaran produk ke daerah-daerah yang memberikan nilai jual lebih tinggi. Selain itu pengusaha sebaiknya melakukan pemasaran produk tidak hanya bergantung pada pasaran pon dan legi saja, tapi juga ke pasaran yang lain untuk meningkatkan pendapatan yang diterima. Untuk meningkatkan pendapatan usaha, produsen tape sebaiknya melakukan inovasi pengemasan dan perluasan pasar untuk meningkatkan penjualan produk, yaitu dengan melakukan variasi kemasan menggunakan besek atau bambu yang di dalamnya dibungkus dengan menggunakan daun pisang. Penggunaan besek atau bambu merupakan salah satu cara agar tape mempunyai daya tahan yang lebih lama dan tidak mudah berganti rasa menjadi masam. Sedangkan penggunaan daun pisang bertujuan untuk memberikan aroma yang menggugah selera. Sebaiknya pemerintah memberikan bantuan kredit bergilir bagi produsen tape untuk menguatkan permodalan, sehingga diharapkan industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat bertahan dan berkembang karena usaha pembuatan tape di Kabupaten Sukoharjo mampu memberikan nilai tambah produk.
Agribisnis dan Industri Pertanian, Volume 5 Edisi 1 Juni 2007, Universitas Sriwijaya, Palembang Wikipedia. 2010. Tapai. Diakses dari http://www.wikipedia.com pada tanggal 12 April 2010. Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Pengertian dan Klasifikasi Industri. http://epserv.unila.ac.id/jurnal. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2009. Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta Hidayat, N. 2009, Fermentasi, Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Volume XX Edisi no 1 2009. Kuncoro, Mudrajad dan Anggito Abimanyu, 1995, "Struktur dan Kinerja Industri Indonesia dalam Era Deregulasi dan Debirokratisasi", Kelola (Gadjah Mada University Business Review), no.10/IV/1995. Kuncoro, Mudrajad dan Widjajanto, 2001, ”Analisis Pofil dan Masalah Industri Kecil dan Rumah Tangga, Studi Kasus di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 6 Edisi No 1 2001. Mantra, I.B. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Saragih, Bungaran. 2004. Perkembangan Mutakhir Pertanian Indonesia dan Agenda Pembangunan Ke Depan disampaikan dalam widyaloka kuliah tamu Universitas Brawijaya. Malang.
DAFTAR PUSTAKA
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Alamsyah, I. 2007, “Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan Usaha Industri Kemplang Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Sagu dan Ikan”, Jurnal
Surakhmad, W .2001. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung.