ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN PREEKLAMSIA RINGAN (PER) DI RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh: RUSYANI DAMHUDI NIM.13DB277036
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN PREEKLAMSIA RINGAN (PER) DI RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA1 Rusyani Damhudi2Metty Nurherliyany3Dewi Nurmala4 INTISARI Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Masalah Potensial yang dapat terjadi pada preeklamsia ringan yaitu resiko terjadinya preeklamsia berat dan pada bayi resiko terjadinya gawat janin. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Preeklamsia Ringan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada persalinan dengan Preeklamsia Ringan ini dilakukan selama 8 jam di Ruang VK RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan mendapatkan pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Preeklamsia Ringan. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Preeklamsia Ringan di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dilaksanakan dengan baik.
Kata Kunci
: Persalinan, Preeklamsia Ringan
Kepustakaan : 17 buku (2007-2015), 2 jurnal Halaman
: i-xi, 50 halaman, 12 lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25 – 50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak reproduksinya (Prawihardjo,2011). Word Health Organization (WHO) pada tahun 2010, kematian ibu (maternal) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahirana hidup. Sedangkan jumlah anak yang tidak menunjukan tanda-tanda hidup, ditambah dengan jumlah anak yang meninggal dalam minggu pertama kehidupannya untuk 1.000 kelahiran disebut kematian perinatal. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 pertahun. Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar negara-negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi persalinan di Indonesia yang termasuk negara berkembang menurut survey SDKI tahun 2012 angka kematian ibu berkisar 359 per 100.000 kelahiran. Angka kematian ibu menurun sangan lambat dalam beberapa tahun terakhir ini. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di Negara lain adalah, perdarahan, infeksi dan preeklamsia. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsia sampai saat ini masih merupakan masalah dalam pelayanan obstetri di Indonesia. Angka morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal akibat penyakit ini masih tinggi. Kematian ibu juga masih banyak diakibatkan dari keterlambatan (tiga terlambat),
1
2
yaitu terlambat mengambil keputusan dan mengenali tanda bahaya, terlambat di rujuk dan terlambat mendapatkan penanganan medis. Salah satu tujuan pembangunan Sustainable Development Goals (SDGs) adalah menjamin adanya kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan untuk semua orang di dunia pada semua usia.Sustainable Development Goals ini melanjutkan konsep pembangunan global Millennium Development Goals yang berakhir pada tahun 2015. Angka kematian ibu berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2014 Angka Kematian Ibu sebesar 96/100.00 kelahiran hidup (Dinkes Jabar, 2014). Sementara Angka Kematian Ibu di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 sebanyak 20 kasus. Angka kejadian preeklamsia sebanyak 157 kasus. (Dinkes Tasikmalaya, 2015). Salah satu program pemerintah dalam kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan ibu, pengetahuan dan antenatal yang teratur, yang meliputi asuhan dalam pencegahan infeksi, agar tidak terjadi komplikasi infeksi, baik infeksi pada ibu maupun janin. Data kasus yang diperoleh dari ruang vk RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya pada bulan Januari – Maret 2016 preeklamsia ringan 67 kasus, letak sungsang 104 kasus, IUH 68 kasus, ketuban pecah dini 183 kasus, IUFD 58 kasus, sisa placenta 45 kasus.(Data Ruang Vk, 2016). Penelitian yang telah dilakukan oleh Novida (2012) menyebutkan dari hasil uji chi square yang telah dilakukan terhadap hubungan umur dan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang didapatkan bahwa responden berumur < 20 tahun sebanyak 8 (11,6%) responden, antara 20-35 tahun sebanyak 3 (4,3%) responden dan berumur > 35 tahun sebanyak 58 (84,1%). Hal ini berarti ada hubungan antara umur dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang . Hasil
penelitian
didapat
bahwa
sebagian
responden
yang
mengalami
preeklamsiayaitu ibu hamil dengan umur > 35 tahun. Hasil ini sesuai dengan Norwitz (2007) bahwa angka preeklamsia pada setiap negara akan berbedabeda karena banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu faktor penyebabnya
3
adalah umur yang ekstrim yaitu yang lebih dari 35 tahun. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nurmalichatun (2012) di RSUD dr. H. Soewondo
Kabupaten
Kendal menyebutkan dari hasil uji chi squarejumlah ibu hamil yang mengalami kejadian preeklamsia yaitu sebanyak 129 (11,6%) dari 574 responden pada primipara yang mengalami kejadian preeklamsia cenderung lebih banyak yaitu 81 orang. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara primipara dengan kejadian preeklamsiapada ibu hamil. Hasil ini sesuai dengan Winkjosastro (2008) factor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan yaitu pada primigravida. Kejadian preeklamsia dan eklamsia sulit dicegah tetapi diagnosa dini sangat menentukan prognosis janin. Pengawasan pada masa kehamiln sangat penting karena preeklamsia berat dan eklamsia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi, terutama di negara berkembang. Diagnosis ditetapkan dengan tiga dari trias preeklamsi yaitu kenaikan berat badan edema, kenaikan tekanan darah, terdapat proteinuria (Manuba, 2012). Etiologi terjadinya preeklamsia belum bisa diketahui secara pasti sampai saat ini, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklamsia yaitu primigravida/ nulliparitas, usia ibu yang ekstrim ( < 20 th dan > 35 th ), riwayat keluarga pernah preeklamsia/ eklamsia, penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, obesitas, diabetesmelitus, penyakit trofoblas (70% terjadi pada kasus molahidatidosa) ( Varney, 2008; Prawirohardjo, 2009). Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya belum jelas setelah perdarahan dan infeksi, preeklamsia dan eklamsia merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam kebidanan. Karena itu diagnosa dini sangatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati preeklamsia ringan agar tidak berlanjut menjadi preeklamsia berat. Hal ini hanya bisa diketahui bila ibu hamil memeriksakan dirinya selama hamil. Jadi jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur sangatlah penting dalam upaya pencegahan preeklamsia dan eklamsia (Mochtar, 2013).
4
Sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. Yunus, 57 yang berbunyi.
َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ َق ْد َجا َء ْت ُك ْم َم ْو ِع َظ ٌة ِمنْ َر ِّب ُك ْم َو ِش َفا ٌء ين ُّ لِ َما ِفي ال َ ور َو ُه ًدى َو َرحْ َم ٌة لِ ْلم ُْؤ ِم ِن ِ ص ُد Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dari surat tersebut, menjelaskan bahwa setiap penyakit yang Allah SWT berikan pasti ada obatnya, asalkan kita selaku mahluk ciptaan-Nya tidak menyerah dan selalu berikhtiar juga berdo’a demi kesembuhan penyakit tersebut. Oleh karena itu bidan di tuntut untuk memiliki kompetensi dalam memberikan asuhan yang terbaik dan berkualitas, terutama pada kasus kegawatdaruratan yang terjadi agar tidak menimbulkan komplikasi, khususnya pada ibu bersalin dengan preeklamsia ringan. Dari uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan “ Asuhan Kebidanan Secara Komprehensif pada Ibu Bersalin Ny.E Umur 38 Tahun Hamil 40 Minggu dengan Preeklamsia Ringan “. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, adapun rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu bersalin dengan preeklamsia ringan di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya?”. C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu bersalin dengan preeklamsia ringan menggunakan manajemen menurut varney.
5
2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengumpulan data pada ibu bersalin dengan preeklamsia ringan. b. Mampu menginterpretasikan data diagnosa pada ibu bersalin dengan preeklamsia ringan. c. Mampu mengindentifikasi masalah atau diagnosa potensial pada ibu bersalin dengan preeklamsia ringan. d. Mampu melakukan intervensi asuhan kebidanan yang tepat pada ibu bersalin dengan preeklamsia ringan. e. Mampu membuat rencana asuhan kebidanan yang tepat paa ibu bersalin dengan preeklamsia ringan. f.
Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklamsia ringan.
g. Melaksanakan penatalaksanaan kebidanan dan melakukan evaluasi penatalaksanaan pada ibu bersalin dengan preeklamsia ringan. h. Mampu membandingkan antara teori dengan lahan praktik.
D. Manfaat 1. Bagi Institusi Diharapkan dapat berguna bagi mahasisw kebidanan sebagai bahan masukan dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut dan menjadi bahan bacaan bagi dosen dan mahasiswa terutama tentang kesehatan ibu dan anak. 2. Manfaat Bagi Lahan Praktik Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi bagi lahan praktik sehingga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan melaksanankan asuhan kebidanan pada ibu bersalin preeklamsia ringan. 3. Bagi ibu hamil dan ibu bersalin Diharapkan dapat berguna sebagai bahan keilmuan dan. menambah wawasan serta diharapkan meningkatkan pengetahuan tentang preeklamsia ringan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Persalinan Dan Preeklamsia 1. Persalinan a. Definisi Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi, durasi, dan
kekuatan
yang
teratur
(Winkjosastro, 2010). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun pada janin (Nurasiah, 2012). b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan Menurut
Rohani dkk,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
persalinan adalah: 1) Power Power (tenaga/ kekuatan) yang mendorong janin dalam persalinan
adalah
his,
kontraksi otot-otot
perut,
kontraksi
diafragma dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu. 2) Passage Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus. Jalan lahir yang paling penting dalam menentukan proses persalinan adalah pelvis minor, yang terdiri dari susunan tulang yang kokoh dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yang kuat. Untuk menilai penurunan bagian terendah janin, ditentukan dengan bidang Hodge, yaitu: Hodge I
:
Sejajar dengan pintu atas panggul.
6
7
Hodge II
:
Sejajar dengan Hodge I, melalui tepi bawah sympisis.
Hodge III
:
Sejajar dengan Hodge II, melalui spinaischiadika.
Hodge IV
:
Sejajar
dengan
Hodge
III,
melalui
ujung
oskoksigeus. 3) Passenger Merupakan janin dan plasenta, terdiri dari janin dengan ukuran dan moulage, sikap fetus, letak janin, presentasi fetus dan posisi fetus (Nurasiah, 2012). c. Tanda-tanda Persalinan 1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara. 2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. 3) Perasaan sering atau susah BAK (polakirusia) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. 4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labour pains”. 5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan
sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (bloody show). Sementara tanda-tanda in-partu adalah sebagai berikut: 1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur. 2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. 3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. 4) Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Nurasiah, 2012). d. Tahapan Persalinan Persalinan dibagi dalam 4 kala (Nurasiah, 2012), yaitu: 1) Kala I : dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase
8
aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. 2) Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. 3) Kala III : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. 4) Kala IV : dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post-partum. e. Mekanisme Persalinan Normal Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah sebagai berikut: 1) Penurunan Kepala Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul (PAP) biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya terjadi pada saat mulai persalinan. Masuknya kepala ke PAP biasanya dalam keadaan sutura sagitalis melintang dengan fleksi ringan. 2) Fleksi Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini, dagu di bawah lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar. Hal ini disebabkan karena adanya fleksi, suboccipito
bregmatika
(9,5
cm)
mengagantikan
diameter diameter
suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal. 3) Rotasi Dalam (Putaran Faksi Dalam) Putaran faksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bahwa sympisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah ke arah sympisis. Rotasi
9
dalam penting untuk menyelesaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah panggul. 4) Ekstensi Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubunubun kecil berada di bawah sympisis, makan terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Jika kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi, maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya. 5) Rotasi Luar (Putaran Faksi Luar) Kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran faksi dalam. 6) Ekspulsi Setelah putaran faksi luar, bahu depan sampai bawah sympisis dan menjadi hipormochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan
bayi
dilahirkan
searah
dengan
sumbu
jalan
lahir
(Winkjosastro, 2010).
2. Preeklampsia a. Definisi Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Preeklampsia dan eklampsia, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas hal itu terjadi. Preeklampsia diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urine dan oedema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Diagnosa preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, oedema, hipertensi dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu berapa kali. Oedema
10
terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembekakan kaki jari tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik> 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit (Elisabeth Siwi Walyani, Amd.Keb, 2015). Preeklampsia
digolongkan
menjadi
2
golongan
yaitu
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. 1) Definisi Preeklampsia Ringan Preeklampsia
ringan
adalah
suatu
sindrom
spesifik
kehamilan dengan menurunnya fungsi organ yang berakibat terjadi vasospasme
pembuluh
darah dan
aktivasi endotel
(Prawirohardjo, 2011). Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyebab preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas, penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation symdrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya (Rukiyah dan Yulianti, 2010). 2) Definisi Preeklampsia Berat Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah distolik > 140 mmHg disertai proteinuria 5 g/24 jam (Prawirohardjo, 2011). b. Etiologi Apa yang menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang ada dapat diterima harus menerangkan hal-hal berikut (Prawirohardjo, 2009) : 1) Sebab bertambahnya frekuensi pada primigradivitas, kehamilan ganda, hidramnion dan molahidatidosa. 2) Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
11
3) Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. 4) Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya. 5) Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah “Iskemia Plasenta”. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering sekali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat (Prawirohardjo, 2009). c. Patofisiologi Preeklampsia jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu sebagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal dari penderita eklampsia yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada preeklampsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan eklampsia. Perlu dikemukakan disini bahwa tidak ada perubahan
histopatologik
yang
khas
pada
preeklampsia
dan
eklampsia. Perdarahan, infark, nekrosis dan trombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat tubuh.
Perubahan
tersebut
mungkin
sering
kali
disebabkan
vasospasme arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut (Prawirohardjo, 2009). d. Manifestasi Klinis Preeklampsia Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga tanda dan gejala yaitu kenaikan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria (Prawirohardjo, 2007). 1) Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan kg beberapa
kali
dalam
seminggu,
edema
terlihat
sebagai
peningkatan berat badan, pembengkakan pada kaki, jari tangan, dan muka.
12
2) Tekanan darah > 140/90 mmHg atau kenaikan sistolik > 30 mmHg atau diastolik> 15 mmHg. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. 3) Proteinuria bila terdapat protein sebanyak 0.3 gr/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2, kadar protein > 1 gr/liter dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. e. Gejala-gejala Gejala-gejala preeklampsia menurut Prawirohardjo (2009) diantaranya yaitu: 1) Hipertensi Hipertensi merupakan tanda terpenting guna menegakkan diagnosis
hipertensi
menggambarkan
dalam
resistensi
kehamilan. perifer,
Tekanan
diastolik
sedangkan
sistolik
menggambarkan besaran curah jantung. Pada preeklampsia peningkatan reaktivitas vaskular dimulai umur kehamilan 20 minggu tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester dengan ukuran tekanan darah > 140/90 mmHg selama 6 jam. Tekanan distolik ditentukan pada hilangnya suara korotkoff phase V. dipilihnya tekanan diastolik 90 mmHg sebagai batas hipertensi, karena batas tekanan 90 mmHg yang disertai proteinuria, mempunyai korelasi dengan kematian perinatal tertinggi. 2) Edema Edema dapat terjadi pada kehamilan normal. Edema yang terjadi pada kehamilan mempunyai banyak interpretasi, misalnya 40% edema dijumpai pada hamil normal, 60% edema dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi dan 80% edema dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi dan proteinuria. Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler. Edema yang patologik adalah edema yang nondependent pada muka dan tangan atau edema generalisata dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.
13
3) Proteinuria a) Bila Proteinuria Timbul (1) Sebelum hipertensi, umumnya merupakan gejala penyakit ginjal. (2) Tanpa hipertensi, maka dapat dipertimbangkan sebagai penyulit kehamilan. (3) Tanpa kenaikan darah diastolik > 90 mmHg, umumnya ditemukan pada infeksi saluran kencing atau anemia. Jarang ditemukan proteinuria pada tekanan diastolik < 90 mmHg. b) Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah lahir terlebih dahulu. c) Pengukuran proteinuria dapat dilakukan dengan (a) urin dipstick 100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa 2 kali urin acak selang 6 jam dan (b) pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria > 300 mg/24 jam. f.
Klasifikasi Klasifikasi preeklampsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu (Prawirohardjo, 2011) : 1) Preeklampsia Ringan a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam sebaiknya 6 jam. b) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu. c) Proteinuria kuantitatif 0.3 gr atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter. 2) Preeklampsia Berat a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
14
b) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. c) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam. d) Adanya gangguan selebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium. e) Terdapat edema paru dan sianosis. g. Penatalaksanaan Penanganan preeklampsia ringan menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), dapat dilakukan dengan dua cara tergantung gejala yang timbul yakni: 1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklampsia ringan, dengan cara: ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring, tidur/miring), diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam; pemberian sedativa ringan: tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg/oral selama 7 hari (atas instruksi dokter); roborantia; kunjungan ulang selama 1 minggu; pemeriksaan laboratorium; hemoglobin, hematocrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal. a) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklampsia ringan berdasarkan kriteria: setelah dua minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklampsia; kenaikan berat badan ibu 1kg atau lebih/minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu); timbul salah satu alat lebih gejala atau tanda-tanda preeklampsia berat. Bila setelah satu minggu perawatan di atas tidak ada lagi perbaikan maka preeklampsia ringan dianggap sebagai preeklampsia berat. Jika dalam perawatan di rumah sakit sudah ada dalam perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru
dipulangkan.
Perawatan
lalu
disesuaikan
dengan
perawatan rawat jalan. Perawatan
obstetri pasien
preeklampsia
menurut
Rukiyah dan Yulianti (2010) adalah : (1) Kehamilan preterm (kurang 37 minggu): bila desakan darah mencapai normotensi selama perawatan, persalinan
15
ditunggu sampai aterm, bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensi selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih. (2) Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) : persalinan ditunggu
sampai
terjadi
onset
persalinan
atau
dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada tanggal taksiran persalinan. (3) Cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Apabila dalam pemeriksaan tidak ada kemajuan persalinan maka tindakan terakhir adalah secio cesarea (SC) (Prawirohardjo, 2011). Menurut Winkjosastro (2008), pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis (pencegahan) karena etiologi preeklampsia dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya belum diketahui, tujuan penanganan ialah: mencegah terjadinya preeklampsia berat dan eklampsia, melahirkan janin hidup, melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2008).
2. Proses Manajemen Kebidanan Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan di mana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke tujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam
16
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi lebih langkah-langkah yang lebih rinci bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien. Ke tujuh langkah tersebut adalah : a. Langkah I : Pengkajian Data Pengkajian
adalah
tahap
awal
yang
dipakai
dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2009). b. Langkah II : Interpretasi Data Interpretasi data adalah langkah yang kedua bergerak dari data interpretasi menjadi masalah atau diagnosa yang teridentifikasi secara spesifik. c. Langkah III : Diagnosa Potensial Diagnosa
potensial adalah
suatu
hal
untuk
antisipasi,
pencegahan jika mungkin, penantian dengan pengawasan penuh dan persiapan untuk kejadian apapun (Varney, 2008). d. Langkah IV : Antisipasi Tindakan yang dilakukan berdasarkan data baru yang diperoleh secara terus-menerus dan dievaluasi supaya bidan dapat melakukan tindakan segera dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin muncul sehubungan dengan keadaan yang dialami ibu (Varney, 2008). e. Langkah V : Rencana Tindakan Sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang telah diantisipasi (Varney, 2008). Pada langkah ini meliputi halhal yang diindikasikan oleh kondisi pasien dan masalah lain yang berkaitan dan berdasarkan kerangka pedoman antisipasi terhadap pasien, seperti apa yang akan dilakukan lebih lanjut, apakah kolaborasi atau tidak dan disetujui oleh kedua belah pihak, baik dari pihak keluarga maupun petugas kesehatan. Pada langkah ini seorang bidan merumuskan rencana tindakan yang sebelumnya telah didiskusikan dengan pasien dan kemudian
membuat
kesepakatan
bersama
sebelum
17
melaksanakannya. Semua keputusan berdasarkan pengetahuan dan prosedur yang telah ditetapkan dengan pertimbangan. Apakah hal ini perlu dilakukan atau tidak. f.
Langkah VI : Pelaksanaan Pelaksanaan adalah pelaksanaan semua asuhan menyeluruh seperti pada langkah perencanaan (Varney, 2008). Langkah ini dapat dilakukan pada wanita yang bersangkutan, bidan atau tim kesehatan lain.
g. Langkah VII : Evaluasi Merupakan salah satu pemeriksaan dari rencana perawatan, apakah kebutuhan yang teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa sudah terpenuhi atau belum. Di dalam evaluasi diharapkan mendapat hasil.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat menghadap klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu: a. Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney. b. Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. c. Assessment atau Analisa Data Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa/ masalah, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/ kolaborasi atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
18
d. Planning atau Penatalaksanaan Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assessment sebaga ilangkah 5, 6, 7 Varney. Dalam praktiknya, langkah-langkah asuhan kebidanan, ditulis dengan menggunakan SOAP.
Alurpikir bidan
Pencatatan dari Asuhan
Dokumentasi Kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
7 Langkah Varney
5 langkah kompetensi bidan
Pengumpulan data dasar
Data
Interprestasi data dasar
SOAP NOTES
Mengidentifikasi diagnosa potensial Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan penanganan segera
Assessment atau diagnosis
Merencanakanasuhan yang komprehensif
Melaksanakan
Perencanaan
Subjektif Objektif Analisa Data Penatalaksanan: Konsul Tesdiagnostik/Lab Rujukan Pendidikan/ Konseling Follow up
Pelaksanaan
perencanaan Evaluasi
Evaluasi
Gambar 2.1 : Langkah-langkah Asuhan Kebidanan Varney Dan SOAP (Jannah, 2011).
19
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan dengan Preeklampsia Ringan 1. Pengumpulan Data Data atau fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan objektif dari pasien. a. Data Subjektif Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditemukan oleh tim kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009). 1) Biodata yang menyangkut identitas pasien (Ambarwati, 2008) a) Nama Nama jelas dan lengkap bila perlu panggilan seharihari agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan. b) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan masa nifas. c) Agama Untuk mengetahui pasien tersebut dalam membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d) Suku Bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan seharihari. e) Pendidikan Berpengaruh
pada
tindakan
kebidanan
dan
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan
dapat
pendidikannya.
memberikan
konseling
sesuai
dengan
20
f)
Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
g) Alamat Ditanyakan karena mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat yang berbeda. 2) Keluhan Utama keluhan
yang
terjadi
pada
ibu
bersalin
dengan
preeklampsia ringan. Misalnya ibu datang dengan keluhan: a) Kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat pada usia kehamilan 39 minggu. (Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 3 kali dalam waktu 10 menit). b) Nyeri pada punggung bawah (low back pain). c) Adanya darah bercampur lendir. d) Adanya perasaan menekan daerah serviks. e) Pusing. 3) Riwayat Menstruasi Umur menarche, siklus, lamanya haid, banyaknya darah, haid teratur atau tidak, sifat darah (air atau ada bekuan, warnanya), adanya dismenorhea (Rohani dkk., 2011). 4) Riwayat Kehamilan Sekarang Menurut Rohani dkk (2011), data subjektif dari riwayat kehamilan antara lain: a) Haid pertama dan haid terakhir merupakan data dasar yang diperlukan untuk menentukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau prematur. b) Kapan bayi lahir (menurut taksiran ibu) merupakan data dasar untuk menentukan usia kehamilan menurut taksiran perkiraan ibu. c) Taksiran persalinan. d) Keluhan pada waktu trimester I, II, dan III.
21
e) Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilan dan dimana ibu memeriksakan
kehamilannya.
Hal
ini
diperlukan
untuk
mengidentifikasi masalah potensial yang dapat terjadi pada persalinan kali ini. f)
Imunisasi TT. Sudah pernah diimunisasi TT atau belum, berapa kali, di mana, teratur atau tidak (Winkjosastro, 2008).
5) Riwayat kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu Untuk mengetahui riwayat kehamilan yang lalu apakah ada penyulit atau penyakit yang menyertai kehamilan, mengetahui apakah usia kehamilan aterm atau premature dan normal atau tidak, untuk mengetahui nifas yang lalu normal atau ada komplikasi dan bagaimana cara laktasinya (Retna, 2010). 6) Riwayat Pernikahan Perlu dikaji tentang berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan
berkaitan
dengan
psikologisnya,
sehingga
akan
mempengaruhi proses nifas (Ambarwati, 2008). 7) Riwayat Keluarga Berencana Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, apakah ada keluhan selama menggunakan alat kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, 2010). 8) Riwayat Penyakit Sekarang Untuk mendeteksi adanya komplikasi pada persalinan dan kehamilan, dengan menanyakan apakah ibu mengalami sakit kepala
hebat,
epigastrium,
pandangan
sehingga
berkunang-kunang,
dapat
mempersiapkan
atau bila
nyeri terjadi
kegawatan dalam persalinan (Rohani dkk., 2011). 9) Riwayat Penyakit Keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit
(Prawirohardjo, 2009).
menular,
ataupun
penyakit
keturunan
22
10) Keadaan Psikososial Menurut Prawirohardjo (2009), untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu takut, cemas atau bingung. 11) Pola Kebiasaan Sehari-hari a) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makanan dan minum, frekuensi banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati, 2008). b) Eliminasi BAB harus ada dalam 3 hari post-partum dan BAK harus sudah dilakukan spontan dalam 6 jam post-partum (Winkjosastro, 2008). c) Pola Istirahat Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan uang berlebihan, tidur siang atau beristirahat selagi abyi tidur (Saifuddin, 2006). d) Penggunaan Obat-obatan dan Rokok Menurut Winkjosastro (2008), harus dikaji apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan atau jamu-jamuan selama hamil atau tidak. Jamu-jamuan dapat menyebabkan perlekatan plasenta semakin kuat sehingga memicu terjadinya retensio plasenta. b. Data Objektif Data objektif adalah data yang diobservasi dan diukur oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2009). 1) Keadaan Umum Keadaan umum ini meliputi: baik, sedang atau jelek. Pada kasus preeklampsia keadaan umumnya baik (Nugroho, 2012). 2) Kesadaran Kesadaran adalah kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungannya, serta dengan dirinya sendiri melalui panca indranya dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri melalui perhatian.
23
Tingkatan
menurunnya
kesadaran
dibedakan
menjadi
6,
diantaranya: a) Composmentis, suatu bentuk kesadaran normal yang ditandai individu sadar tentang diri dan lingkungannya sehingga daya ingat, perhatian dan orientasinya mencakup ruang, waktu, dan dalam keadaan baik. b) Amnesia, menurunnya kesadaran ditandai dengan hilangnya ingatan atau lupa tentang suatu kejadian tertentu. c) Apatis, menurunnya kesadaran ditandai dengan acuh tak acuh terhadap stimulus yang masuk (mulai mengantuk). d) Samnolensi,
menurunnya
kesadaran
ditandai
dengan
mengantuk (rasa malas dan ingin tidur). e) Spoor, menurunnya kesadaran ditandai dengan hilangnya ingatan, orientasi, dan pertimbangan. f)
Subkoma dan koma, menurunnya kesadaran ditandai dengan tidak ada respon terhadap rangsangan yang keras.
3) Pemeriksaan Fisik Untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin serta mendeteksi dini adanya komplikasi, informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa digunakan
dalam
menentukan
diagnosa,
mengembangkan
rencana, dan pemberian asuhan yang sesuai (Hidayat dan Sujiyanti, 2009). a) Tanda-tanda Vital (1) Tekanan Darah Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmHg (Saifuddin, 2006). (2) Suhu Untuk
mengetahui
suhu
tubuh
klien,
memungkinkan febris atau infeksi dengan menggunakan skala derajat Celcius. Suhu wanita saat bersalin tidak lebih dari 38o C (Winkjosastro, 2008). Suhu tubuh pada ibu
24
bersalin dengan ketuban pecah dini > 38o C (Varney, 2008). (3) Nadi Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit
(Siafuddin,
2006).
Batas
normalnya
69-100
kali/menit. (4) Respirasi Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung dalam 1 menit (Syaifuddin, 2006). Batas normalnya 12-22 kali/menit. b) Tinggi Badan Untuk mengetahui tinggi badan ibu. Tinggi badan yang kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar persalinan berlangsung kurang lancar (Rohani dkk, 2011). c) Berat Badan Untuk mengetahui berat badan ibu. d) Lila Untuk mengetahui lingkar lengan ibu 23,5 cm atau tidak, termasuk resti atau tidak. 4) Pemeriksaan Fisik Sistematis Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut ujung kaki meliputi: a) Kepala Untuk mengetahui kebersihan rambut, rontok atau tidak. b) Muka Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema. Pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini muka tampak pucat (Winkjosastro, 2008). c) Mata Untuk mengetahui conjungtiva pucat atau tidak. Sclera ikterik atau tidak. Pada pasien dengan preeklampsia, konjungtiva terlihat merah muda.
25
d) Mulut dan Gigi Untuk mengetahui ada karies gigi atau tidak, lidah bersih atau kotor, ada stomatitis atau tidak. e) Kelenjar Tyroid Untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak. f)
Kelenjar Getah Bening Untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar gerah bening atau tidak.
g) Dada Untuk mengetahui retraksi dada kanan-kiri saat bernapas sama atau tidak. h) Payudara Untuk mengetahui simetris atau tidak, areola berpigmentasi atau tidak, putting susu menonjol atau tidak, kolostrum sudah keluar atau belum. i)
Perut Untuk mengetahui ada bekas operasi atau tidak, ada strie atau tidak, ada linea atau tidak.
j)
Vulva Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, ada varices atau tidak, laserasi atau tidak.
k) Anus Untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak. l)
Ekstremitas Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, ada varices atau tidak, hofman sign atau mengetahui tanda trombo flebitis.
5) Pemeriksaan Kusus Obstetri (Lokalis) a) Abdomen (1) Inspeksi Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembesaran, ada luka bekas operasi atau tidak, striae gravidarum, linea nigra atau alba, ada luka bekas operasi atau tidak, ada strie atau tidak (Manuaba, 2007).
26
(2) Palpasi Pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsia terjadi gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan kontraksi uterus yang ditandai dengan rasa nyeri di bagian perut, ekspresi wajah meringis, ibu menahan sakit dan keadaan umum lemah (Elzahara, 2012). Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri sehingga dapat diketahui berat janin, umum kehamilan dan bagian janin apa yang terjadi di fundus uteri seperti membujur atau akan kosong jika posisi janin melintang. Kepala:
bulat
(ballottement).
padat Bokong:
mempunyai tidak
padat,
gerakan
pasif
lunak,
tidak
mempunyai gerak pasif (bantuan atau gerak ballottement) (Manuaba, 2007). Leopold II : Untuk menentukan letak punggung janin dapat digunakan untuk mendengar detak jantung janin pada puctum maksimum dengan teknik kedua telapak tangan melakukan palpasi pada sisi kanan dan kiri, bersama-sama
bila
punggung
janin
rata,
sedikit
melengkung, mungkin teraba tulang iganya tidak terasa gerak ekstremitas, bila bagian abdomen teraba gerakan ekstremitas (Manuaba, 2007). Leopold III : Untuk menentukan bagian terendah janin, bila teraba bulat, padat (kepala) dan bila bokong teraba tidak bulat, tidak keras (Manuaba, 2007). Leopold IV : Pemeriksaan dengan menghadap ke arah kaki ibu. Untuk mengetahui apa yang menjadi bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul (Manuaba, 2007). TBJ : TBJ (Tafsiran Berat Janin) dapat ditentukan berdasarkan Johnson Toschack yang berguna untuk mengetahui pertimbangan persalinan secara spontan pervaginam.
27
(3) Auskultasi DJJ (Denyut Jantung Janin) : terdengarnya detak jantung janin menunjukkan bahwa janin hidup dan tanda pasti kehamilan. Punctum maksimum janin tergantung presentasi, posisi, dan kehamilan kembar, biasanya pada daerah punggung janin. Frekuensi di atas 120-160 kali/ menit keteraturan denyut jantung janin menunjukkan keseimbangan asam basa atau kurang O2 pada janin (Manuaba, 2007). Pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini dapat dilakukan auskultasi dengan stetoskop laenec atau stetoskop ultrasonik (dopler), untuk penentuan tekanan darah dan DJJ. b) Data Pemeriksaan Laboratorium Data diagnosa,
penunjang apabila
diperlukan
diperlukan.
sebagai
Misalnya
pendukung pemeriksaan
laboratorium, seperti pemeriksaan Hb dan Papsmear atau pemeriksaan USG (Nugroho, 2010).
2. Interpretasi Data Dasar a. Diagnosa Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Varney, 2008). b. Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2008). Masalah yang sering muncul pada ibu bersalin dengan preeklampsia ringan yaitu ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan (Manuaba, 2007). c. Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah didapatkan dengan analisa data (Varney, 2008).
28
Menurut Manuaba (2007), kebutuhan pada ibu bersalin dengan preeklampsia ringan adalah: 1) Informasi tentang keadaan ibu. 2) Informasi tentang makanan bergizi dan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. 3) Support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan.
3. Diagnosa Potensial/ masalah Potensial Diagnosa potensial dalam kaitannya dengan diagnosa kebidanan adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan pasien. Menurut Winkjosastro (2009), masalah potensial yang terjadi pada ibu yang mencegah terjadinya preeklampsia berat dan melahirkan janin hidup dengan trauma atau gawat janin sekecilkecilnya.
4. Kebutuhan Tindakan Segera Antisipasi yang dilakukan pada ibu bersalin dengan preeklampsia ringan yaitu dengan memberikan obat penurun tekanan darah (Manuaba, 2007). Antisipasi
pertama
yang
dilakukan
pada
pasien
dengan
preeklampsia ringan adalah Kolaborasi dengan Dokter SpOG.
5. Intervensi/perencanaan Adapun rencana tindakan pada persalinan dengan preeklampsia ringan menurut Varney (2008), adalah sebagai berikut: a. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan. b. Jelaskan tentang proses persalinan c. Jelaskan tentang nyeri saat persalinan itu fisiologis. d. Anjurkan ibu agar miring ke kiri. e. Lakukan masase bila ada kontraksi uterus. f.
Anjurkan ibu untuk tarik napas panjang bila ada kontraksi uterus.
g. Beri obat sesuai terapi dokter. h. Observasi DJJ tiap 30 menit.
29
i.
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.
j.
Observasi kemajuan persalinan.
k. Evaluasi pengeluaran bau dan warna. l.
Hubungi bagian gizi agar memberikan nutrisi yang adekuat.
m. Siapkan set partus dan set resusitasi bayi.
6. Implementasi Menurut Sarwono (2010) tindakan pada Preeklamsia Ringan yaitu beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan, kemajuan persalinan, HIS, DJJ, observasi TTV, dan kolaborasi dengan Dokter Sp.OG.
7. Evaluasi Mengacu pada kriteria hasil.
D. Landasan Hukum Tugas dan Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang disebutkan pada: Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: 1. Pelayanan kesehatan ibu 2. Pelayanan kesehatan anak 3. Pelayanan kesehatan reproduksi dan KB Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, disebutkan pada kompetensi keempat bahwa bidan harus memiliki pengetahuan dasar dan berwenang memberikan pertolongan persalinan abnormal pada: perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklampsia kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term serta tali pusat menumbung. Sehingga dengan peran bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti dapat dilakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi terhadap
30
persalinan preterm. Meskipun demikian, sebagai bidan dengan fasilitas terbatas mana persalinan preterm sebaiknya dikonsultasikan dan sedapat mungkin dilakukan rujukan ke rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.
E. Tinjauan Islam QS. Yunus, 57 mengenai setiap penyakit pasti ada obatnya
اس َقدْ َجا َء ْت ُك ْم َم ْو ِع َظ ٌة مِنْ َر ِّب ُك ْم ُ َيا أَ ُّي َها ال َّن ُور َو ُهدًى َو َر ْح َم ٌة ُّ َوشِ َفا ٌء لِ َما فِي ال ِ صد َلِ ْل ُم ْؤ ِمنِين Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. HR. Al-Bukhari No. 5678 mengenai setiap penyakit ada obatnya
َما َأ ْن َزل َ هللا ُ دَا ًء إ ََِّّل َأ ْن َزل َ َل ُه َش َفا ًء “Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya”
Dari surat dan hadist ini menunjukkan bahwa seluruh jenis penyakit yang menimpa seseorang, pasti memiliki obat yang digunakan untuk mencegah, menyembuhkan, atau paling tidak untuk meringankan penyakit tersebut. Hadits ini juga mengandung dorongan dan motivasi kepada kita untuk mempelajari pengobatan penyakit-penyakit tersebut. Karena Allah telah menjelaskan kepada kita bahwa seluruh jenis penyakit memiliki obat, sehingga
kita
hendaknya
memperaktekannya.
berusaha
mempelajarinya
dan
kemudian
31
Disebutkan pula dalam Hadits riwayat Ibnu Atsir mengenai persalinan: “Bila seorang wanita menderita sakit saat persalinan dan dia mengikhlaskan rasa sakitnya itu maka ia akan mendapat pahala setara dengan pahala seorang prajurit yang berperang di jalan Allah dalam keadaan berpuasa”. Seorang ibu yang akan berjuang (melahirkan) tentunya harus mutlak tergantung kepada pertolongan Allah, sedangkan para bidan atau dokter hanya membantu saja. Di sinilah nilai tambah dari persalinan Islami. Proses persalinan akan dialami dengan menggantungkan harapan pada Allah. Dzikir dan doa akan menguatkan jiwanya dan di sisi lain kebaikan serta pahala akan dia dapatkan. Dia yakin Allah yang menentukan pada hari apa, jam berapa anaknya akan lahir, hingga kepasrahan dirinya membuat otot-otot jalan lahir menjadi relaksasi untuk bisa dilalui oleh janin dan hormon-hormon persalinan menjadi sangat maksimal untuk berfungsi, sedangkan hormon adrenalin yang membantu ibu menjadi tegang dan labil akan tertekan.
7