ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives of the study was to analyze the Positive Deviance of stunting problems among under-five children in poor family. Design of this research was retrospective study, with 140 samples of under five children aged between 24 and 59 months from poor family in Bogor. Family socio-economic characteristics, maternal characteristics, children characteristics, maternal knowledge of nutrition and health, feeding and health patterns, pregnancy history, birth children history, breastfeeding (consumption of milk) history, children health history, and consumption patterns of children, were the factors analyzed in this study. Data were collected directly through interviews using a questionnaires, then analyzed using chi square and logistic regression. The results showed that factors significantly influence the nutritional status of under-five children in poor family based on the index TB/U are maternal education (OR = 0.236; 95%CI: 0.057–0.973), children health history (OR = 0.328; 95%CI: 0.129–0.835) and maternal employment status (OR= 3.161; 95%CI: 1.087–9.194). In other hands, the logistics regression analysis showed that pregnancy history (OR= 0.385; 95%CI: 0.169-0.879) and environmental sanitation practices (OR= 0.491; 95%CI: 0.243-0.990) were significantly influence of positive deviance. The good habits were significantly owned by group of normal children, among others: mothers who have never experienced a miscarriage, do not consume herbal medicine during pregnancy and regular pregnancy checkups. The house is always cleaned every day before the child is playing, there is the distance between the family house with neighbors, attention to cleanliness of the family toilet after being used. Keywords: positive deviance of stunting, under five children, maternal education, history of children health, maternal employment status, environmental sanitation practices,
RINGKASAN ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Kajian Positive Deviance Masalah Stunting Balita pada Keluarga Miskin di Kota Bogor. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA dan YAYAT HERYATNO. Anak-anak merupakan masa depan bangsa yang sangat penting dalam pembangunan SDM yang berkualitas. Tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak, merupakan periode yang sangat menentukan masa depannya. Selain masalah gizi kurang dan gizi buruk (underweight) yang didasarkan pada indikator berat badan menurut umur, masalah gizi lain yang perlu mendapat perhatian serius, adalah stunting yang berarti terhambatnya pertumbuhan tubuh. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 (Kemenkes 2010a), secara nasional terjadi penurunan prevalensi anak balita stunting dari 36,8 persen (2007) menjadi 35,6 persen (2010). Sementara prevalensi anak balita stunting di Jawa Barat berdasarkan umur 24-59 bulan mendekati angka nasional 33,6 persen. Walaupun secara nasional terjadi penurunan, namun perbedaan persentase yang terjadi sangat sedikit dan menurut WHO (1995) dalam Riyadi (2001), prevalensi stunting 30%-39% masih menggambarkan status gizi yang diklasifikasikan dalam masalah gizi tinggi. Pendekatan positive deviance merupakan pemecahan masalah gizi yang berbasis keluarga dan masyarakat, dengan mengidentifikasi berbagai perilaku ibu atau pengasuh yang memiliki anak bergizi baik tetapi dari keluarga kurang mampu dan menularkan kebiasaan positif kepada keluarga lain yang memiliki anak dengan gizi kurang (Zeitlin et al. 1990). Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan kajian mengenai positive deviance masalah stunting balita pada keluarga miskin. Penelitian ini menggunakan desain case control. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data primer yaitu wawancara dan pengukuran langsung oleh peneliti terhadap karakteristik sosial-ekonomi keluarga, karakteristik ibu, karakteristik balita, pengetahuan gizi dan kesehatan ibu, pola asuh makan (praktek pemberian makan dan sanitasi pangan), pola asuh kesehatan (praktek perawatan diri anak dan sanitasi lingkungan), riwayat kehamilan, kelahiran, konsumsi ASI, riwayat kesehatan (diare, ISPA, dan penyakit lain) serta pola konsumsi makan balita (kebiasaan makan dan keragaman makanan). Data sekunder meliputi jumlah populasi dan gambaran tempat penelitian yang diambil dari Dinas Kesehatan, kantor kecamatan setempat dan BPS Kota Bogor. Penelitian dilaksanakan di Kota Bogor pada bulan Mei – Juli 2011. Sampel dalam penelitian ini adalah 140 responden yaitu 70 untuk kasus dan 70 untuk kontrol dengan kriteria inklusi yaitu: balita berumur 24 bulan sampai 59 bulan, tidak cacat fisik, berasal dari keluarga miskin dan keluarga bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Setelah data diperoleh, kemudian diolah menggunakan komputer program Ms.Excel dan program SPSS 16.00 for windows. Analisis deskriptif statistik digunakan untuk analisis statistik dasar, meliputi distribusi frekuensi pada semua variabel. Analisis inferensia statistik yang digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel adalah uji chi-square. Sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang merupakan positive deviance masalah stunting balita digunakan analisis regresi logistik.
Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.414,- dengan jenis pengeluaran proporsi pangan yang masih tinggi (>65%). Keluarga balita normal memiliki persentase tertinggi antara lain pada besar keluarga termasuk kategori keluarga kecil < 4 orang (56,4%), memiliki satu balita (82,9%), umur ibu termasuk dalam golongan dewasa awal (91,4%) dan sebagian besar ibu tidak bekerja (87,1%). Sedangkan keluarga balita stunting memiliki persentase tertinggi antara lain pada umur ayah tergolong dewasa awal (85,7%), lama pendidikan ayah (80%) dan ibu (94,3%) kurang dari 9 tahun, dan tinggi badan ayah (57,1%) dan ibu (90%) berada dibawah standar referensi AKG menurut umur. Sementara seluruh ayah balita memiliki pekerjaan dan sebagian besar sebagai buruh. Berdasarkan karakteristik ibu, sebagian besar balita normal memiliki ibu dengan 2 orang anak (67,1%) dan tidak memiliki penyakit berat sebelum dan selama masa kehamilan (77,1%). Sementara pada kelompok balita stunting, sebagian besar (85,7%) umur ibu pada saat hamil contoh berada pada kelompok umur 20-40 tahun dan jarak kehamilan antar anak lebih dari 24 bulan (72,9%). Karakteristik anak yang banyak berpengaruh pada tumbuh kembang dari beberapa penelitian terdahulu antara lain jenis kelamin, umur dan urutan kelahiran anak. Pada kelompok normal, sebaran data menunjukkan balita laki-laki lebih banyak (51,4%), kecenderungan yang diperoleh berdasarkan penggolongan umur yaitu semakin tinggi umur anak semakin menurun pertumbuhan (stunting). Sementara menurut urutan kelahiran, menunjukkan sebagian besar merupakan anak bungsu baik pada kelompok balita normal (52,9%) maupun stunting (61,4%), selanjutnya diikuti oleh anak sulung dan tengah. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu termasuk dalam kategori baik (55,7%), dan persentase tertinggi dimiliki oleh ibu-ibu dari kelompok balita normal (68,6%) dibanding kelompok balita stunting (42,9%). Penentuan Riwayat kehamilan ibu meliputi jenis persalinan, tempat persalinan, komplikasi persalinan, riwayat persalinan, pemeriksaan kesehatan serta makanan dan minumam yang dikonsumsi selama kehamilan. Sebagian besar riwayat kehamilan ibu termasuk dalam kategori baik (75,7%), dan tertinggi berada pada kelompok balita normal (84,3%) daripada kelompok balita stunting (67,1%). Penentuan riwayat kelahiran anak meliputi panjang dan berat badan, sumber informasi saat lahir serta riwayat penyakit bawaan yang dimiliki anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar riwayat kelahiran contoh berada pada kategori kurang baik (50,7%), dan paling banyak terjadi pada kelompok balita normal (54,3%) dibanding kelompok balita stunting (47,1%). Penentuan riwayat konsumsi ASI contoh meliputi pemberian kolostrum, ASI eksklusif, makanan-minuman saat lahir, MP-ASI serta pemberian susu formula. Sebagian besar riwayat konsumsi ASI berada pada kategori baik (75,7%) dan persentase tertinggi berada pada kelompok balita normal (77,1%) daripada kelompok stunting (74,3%). Pola asuh makan yang diukur dalam penelitian ini meliputi praktek pemberian makan dan praktek sanitasi pangan. Persentase tertinggi (63,6%) praktek pemberian makan berada pada kategori baik dan ibu yang memiliki praktek pemberian makan kategori baik pada kelompok balita normal lebih tinggi (70%) dibanding kelompok stunting (57,1%). Sebagian besar (56,4%) praktek
sanitasi pangan yang dilakukan ibu berada pada kategori baik dan persentase tertinggi pada kelompok balita normal lebih rendah (51,4%) daripada kelompok stunting (61,4%). Penentuan pola asuh kesehatan meliputi praktek perawatan diri anak dan praktek sanitasi lingkungan. Praktek perawatan diri balita termasuk kategori baik (65%), dan persentase tertinggi berada pada kelompok balita normal (67,1%) dibanding kelompok stunting (62,9%). Sebagian besar praktek sanitasi lingkungan balita termasuk kategori baik (60%), dan persentase tertinggi berada pada kelompok balita normal (68,6%) dibanding kelompok stunting (51,4%). Penentuan riwayat kesehatan balita meliputi sebaran kejadian diare, ISPA, dan penyakit lain yang pernah diderita contoh selama tiga bulan terakhir. Sebagian besar riwayat kesehatan balita berada pada kategori sakit (pernah terkena penyakit infeksi) (77,9%), dan persentase tertinggi berada pada kelompok balita stunting (85,7%) dibanding kelompok normal (70%). Pola konsumsi makan merupakan berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh setiap orang dan keragaman makanan balita pada penelitian ini masih kurang, sebagian besar terdapat pada kelompok ≤ 3 jenis kelompok makanan (88,6%), dan tertinggi berada pada kelompok balita stunting (94,3%). Sementara keragaman menu makanan tinggi ( ≥ 6 jenis kelompok makanan) berada pada kelompok balita normal (2,9%). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap stunting, antara lain: pendidikan ibu yang rendah (kurang dari 9 tahun), balita dengan riwayat kesehatan kurang (pernah menderita penyakit infeksi), dan balita yang ibunya bekerja (lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja). Sementara faktor-faktor yang merupakan positive deviance masalah stunting yaitu riwayat kehamilan ibu dan praktek sanitasi lingkungan. Hal ini dapat diartikan bahwa balita yang memiliki ibu dengan riwayat kehamilan baik, memiliki peluang terhindar dari stunting 0.385 kali (95%CI: 0.169-0.879) dibanding memiliki ibu dengan riwayat kehamilan kurang baik dengan kebiasaan positif yang dimiliki ibu yaitu: selama kehamilan tidak mengkonsumsi jamu dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Balita dengan praktek sanitasi lingkungan baik, memiliki peluang terhindar dari stunting 0.491 kali (95%CI. 0.243-0.990) dibanding balita dengan praktek sanitasi lingkungan kurang baik, dengan kebiasaan positif yang significan yaitu: rumah selalu di pel setiap hari sebelum anak bermain, memiliki jarak antara rumah keluarga dengan tetangga, dan memperhatikan kebersihan jamban keluarga setelah digunakan.