SEAMOLEC Magazine Team
Advisors SEAMOLEC Director Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto Manager of Public Relation Muhammad Andriansyah, MT. Editor Novel Meilanie Muhammad Andriansyah Staffs Yusmar Hadi Saputra Abbas Supardi Layout M. Dinul Fathan Haidi
SEAMOLEC Magazine
Kompleks Universitas Terbuka Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang 1 541 8 Jakarta, INDONESIA Phone: (62-21 ) 7423725, 74241 54 Fax: (62-21 ) 7422276, 7423830 http://www.seamolec.org
[email protected] SEAMOLEC Magazine is a monthly publication magazine of the SEAMEO Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC). Any comments and information you wish to contribute, please contact PR/ Marketing Division:
[email protected] For further information, please contact: Muhammad Andriansyah (Manager of Public Relation and Marketing)
Salam Redaksi Edisi September 2013 kali ini istimewa karena dalam satu bulan SEAMOLEC Magazine terbit dua kali dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kenapa dua kali? Karena dimaksudkan untuk bisa mengakomodasi beritaberita seputar workshop Project Based Learning atau biasa disingkat PBL yang dilaksanakan oleh SEAMOLEC di tujuh negara di Asia Tenggara baik di Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) maupun di sekolah lokal. Artikel yang kami himpun dalam terbitan kali ini adalah sebagian kumpulan kisahkisah menarik anak Indonesia yang berada di luar negeri, seperti di Filipina. Keseharian mereka menekuni bahasa Indonesia yang ternyata tidak atau belum mereka kuasai karena seharihari menggunakan bahasa setempat merupakan cerita yang layak untuk dibagi dengan para pembaca SEAMOLEC Magazine. Ceritacerita tersebut mendampingi berita lain mengenai workshop PBL yang bisa pembaca sekalian ikuti di SEAMOLEC Magazine edisi September dalam versi bahasa Inggris. Artikel lain dalam edisi bahasa Indonesia kali ini membahas kunjungan kerjasama Indonesia dengan American Samoa, di mana SEAMOLEC yang diwakili oleh Deputy Directof for Administration melakukan kunjungan ke berbagai institusi pendidikan dan kebudayaan setempat dan memfasilitasi terjalinnya kerjasama antar dua negara. Kepada para pembaca setia SEAMOLEC Magazine, kami ucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat.
Konten... Serba Serbi Nasib, Anak WNI tak Bisa Bahasa Indonesia | 4 Belajar tentang Indonesia di Filipina |
6
Anak WNI di Filipina: Saya Naik Sepatu |
7
Orientasi Pertukaran Guru dan Siswa dari SMK |
8
IndonesiaFilipina Kembangkan Project Learning |
9
Pelatihan Banjarnegara Melaksanakan Project Based Learning Kolaborasi dengan Negara Lain di ASEAN | 10 Workshop SeaEdunet 2.0 di Situbondo |
Rapat 2 Days Workshop “Preparation for 16th SEAMOLEC Governing Board Meeting 2013 in Krabi, Thailand” at Park Hotel, Jakarta | 12
Kerjasama Kunjungan Kerja ke American Samoa | 14
11
Serba-serbi Kisah WNI Belajar Bahasa Indonesia
Nasib, Anak WNI tak Bisa Bahasa Indonesia Oleh Erdy Nasrul (Wartawan Republika)
R
EPUBLIKA.CO.ID,Reymark Mendome Arban adalah siswa SMA Indonesia Davao (SID), Filipina Selatan. Ayahnya bernama Deamento Mendome. Ibunya adalah Tisi Arbaan. Kakek mereka berasal dari sekitar Kepulauan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. Dengan trah itu, darah Indonesia mengalir dalam tubuhnya. Padahal, Reymark sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di nusantara. Hanya, remaja berkulit putih itu kesulitan saat hendak berbahasa Indonesia. Padamulanya, dia berbicara dengan bahasa Visaya, bahasa yang sejumlah kosakatanya mirip bahasa jawa atau melayu. Lima dalam bahasa Indonesia disebut limo. enam disebut anim. Tujuh disebut pitu. Tak lupa, dia juga mampu berbicara Bahasa Sangihe, salah satu bahasa daerah Sulawesi Utara. Bahasa Inggris sedikit dikuasainya. Ketika itu 2011, tahun pertama kali baginya menginjakkan kaki di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Davao. Dia masuk dan menjadi murid Sekolah Indonesia Davao (SID).
4
SEAMOLEC Magazine
Reymark bingung, karena sama sekali tidak bisa berbicara bahasa Indonesia. Awalnya dia mengucapkan selamat pagi, apa kabar. Sudah. Tidak lebih. Setiap hari kemudian dia mengikuti program kursus Bahasa Indonesia di SID. Dia kemudian menginap di Asrama SID, sekitar Kompleks KJRI Davao. Setelah beberapa pekan mengikuti kursus, mulailah Reymark merangkai kata. "Kamu sudah makan?" jelasnya. Itupun mengucapkannya terbatabata. Namun demikian semangatnya untuk bisa berbahasa Indonesia sangat besar. Dia mulai menghimpun kosakata berbahasa Indonesia. Awalnya adalah kosakata yang dilihat mata, sekitar tempat tinggalnya. Ada bangku, meja, peralatan sekolah, taman, dan lainnya. Dia juga memanfaatkan tamu dari Indonesia untuk berdialog dengan bahasa Indonesia. "Saya beranikan diri. Salah sedikit tidak apa apa," imbuhnya menggelengkan kepala sambil tersenyum.
Serba-serbi
Jika ada kosakata yang tidak diketahuinya dalam bahasa Indonesia akan dia tanyakan kepada tamu yang disambutnya dengan bahasa Inggris. Dia mempelajari Bahasa Indonesia menggunakan direct method atau metode langsung dalam percakapan sehari hari. Semangatnya adalah harus bisa berbahasa Indonesia.
"Knowledge is something extraordinary in case someone does not have to spend his life on it."
Awalnya pasti tidak sempurna. Lambat laun dia semakin mahir berkata. Bahkan saat diwawancarai Republika, Jumat (23/8), dia sudah lancar berbahasa Indonesia.
Albert Einstein
Satu pemikiran menjadi penguat Reymark untuk berbahasa Indonesia. Ini adalah bahasa Ibu Pertiwi. Rasanya tidak enak sekali jika menjadi orang Indonesia, namun tidak bisa berbahasa Indonesia.
Kini harga ikan Salmon di Filipina Selatan dan Indonesia tidak berbeda jauh. Tidak ada lagi perpindahan penduduk seperti yang dilakukan nelayan Indonesia pada 1970an.
Keluarga Reymark bukan kemarin sore datang menginjak tanah bekas jajahan Amerika Serikat itu. Sekitar 1970an, pendahulu Reymark mendatangi Pulau Mindanao, Filipina Selatan. Pekerjaannya nelayan. Target tangkapannya yang paling utama adalah ikan tuna yang berada si Perairan Pasifik. Harga ikan Salmon, menurutnya, ketika itu bisa sepuluh kali lipat lebih mahal di Filipina. Pelabuhan General Santos dikenal memiliki tempat pengolahan ikan terbaik. Alasan ini membuat nelayan Indonesia di Sulawesi Utara banyak berdatangan ke Filipina Selatan.
Ayah Reymark, Deamento Mendome, kini tinggal di Pulau Balut, selatan Davao. Dia bekerja sebagai nelayan, seperti kakeknya dulu. Pekerjaannya akan mengalami hambatan saat gelombang air laut meninggi dan bergoyang hebat. "Apalagi jika ada badai. Kami kesulitan bekerja," jelasnya. Dimuat di Republika Online, Jumat, 30 Agustus 2013, 13:09 WIB
SEPTEMBER 201 3
5
Serba-serbi
Belajar tentang Indonesia di Filipina Oleh Erdy Nasrul (Wartawan Republika) "Berkibarlah benderaku. Lambang suci gagah perwira. Di seluruh bangsa Indonesia. Kau tetap pujaan bangsa..." Lirik lagu nasional itu bukan dinyanyikan murid sekolah di Indonesia. Lagu itu dinyanyikan murid learning center, sekitar daerah Tupi, Cotabato, Filipina, Nurma Sapati, dan 16 anak anak setingkat sekolah dasar. Semuanya warga Indonesia yang berdomisili di sekitar learning center. Mereka belum mengerti banyak hal tentang Indonesia. Yang mereka ketahui hanyalah nama negara, Indonesia, tanpa mengetahui sejarah dan dasar negara Indonesia. Nurma Sapati belum lancar berbahasa Indonesia. Dia lebih mengerti Bahasa Visaya. Ketika ditanya, "Nama kamu siapa?" Bocah tujuh tahun itu terdiam sambil menatap si penanya. Kemudian gurunya, Lito Ambalaw, berbicara dengan Bahasa Visaya. Nurma kemudian menyebut namanya. Sejak tiga pekan lalu dia menyanyikan lagu lagu nasional. Baru dua lagu nasional dia mampu menyanyikan dengan terbatabata, berkibarlah benderaku dan satu nusa satu bangsa. Butuh waktu sedikit lama untuk mempelajari itu. Hanya Sabtu dan Ahad, waktu yang digunakan untuk mempelajari hal yang berkaitan dengan Indonesia.
Belajar di tempat itu bukanlah hal mudah. Mereka harus kaki jauh dari rumah mereka yang berada di sekitar Pegunungan Matutum, 180 KM sebelah selatan Kota Davao. Nurma misalkan, meskipun tinggal di satu daerah dengan learning center, dia harus berjalan kaki selama hampir satu jam. Namun, anak kedua dari tiga bersaudara ini mengatakan bakal terus mempelajari berbagai hal tentang Indonesia di learning center yang dibangun pemerintah RI. Itulah aktifitas pusat belajar Indonesia di Filipina yang secara langsung Republika amati. Learning center itu mengajarkan pancasila dan kewarganegaraan, lagulagu nasional, dan yang paling utama adalah bahasa Indonesia. "Kami ingin mereka mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia seperti kita," kata Atase Pendidikan KBRI Filipina, Paristiyanti Nurwandani, di Cotabato, Filipina Selatan, Ahad (25/8). Learning center dibangun sekitar 2007 lalu. Pembangunannya berawal dari keprihatinan terhadap kondisi anakanak Indonesia di Mindanao. Orang tua mereka datang ke Mindanao untuk bekerja. Ada yang menjadi nelayan atau bekerja di perkebunan, sebagai pemetik buah. Sebagian anakanak mereka belajar di sekolah Filipina. Dimuat dalam Republika Online, Selasa, 27 Agustus 2013, 19:45 WIB
6
SEAMOLEC Magazine
Serba-serbi Kisah WNI Belajar Bahasa Indonesia
Anak WNI di Filipina: Saya Naik Sepatu Oleh Erdy Nasrul (Wartawan Republika)
M
enjadi Warga Negara Indonesia (WNI) di negeri orang tak selamanya mudah. Kendala bahasa kadang menjadi permasalahan. Alihalih dapat bertahan untuk berbahasa Indonesia sebagai identitas budaya, WNI seringkali harus mengorbankan 'bahasa Indonesianya' demi adaptasi. Setelah bertahuntahun tinggal di negeri orang, anakanak Indonesia pun harus belajar kembali bahasa ibunya. Tak jarang, kejadian lucu pun mewarnai upaya belajar anakanak 'merah putih'. Seperti yang dialami oleh para pelajar di Filipina Selatan. Tidak kurang dari 120 anak menjadi murid Sekolah Indonesia Davao (SID) belajar disini. Wakil Kepala SID Nanang Sumanang menyatakan, sebagian dari mereka sudah bisa berbahasa Indonesia, tapi masih harus ditingkatkan. Pernah dalam proses belajar mengajar di kelas, anakanak diminta membuat kalimat menggunakan kata penghubung. "Saya pak," teriak seorang murid sambil mengacungkan tangan. Bukannya menggunakan kata dan, atau, dan lainnya, anak itu malah membuat kalimat lain. "Penghubung Jansen sudah datang di Davao," jelas anak itu seperti dituturkan Nanang. Pernah juga seorang anak ditanya oleh Konsul Jenderal RI di Davao periode lalu, "Naik apa kesini?" Kemudian seorang anak WNI dari General Santos, menjawab, "Saya naik sepatu." Mereka, menurutnya, adalah anakanak yang dididik untuk mengenal Indonesia. Meskipun mereka dibesarkan di Tanah Filipina, mereka harus tetap bersemangat merah dan putih, memiliki satu Tanah Air, Tanah Air Indonesia.
Sambil mengepalkan tangan, dia menyatakan dalam Bahasa Inggris, harus bisa Bahasa Indonesia. "Saya sangat malu sebagai orang Indonesia tidak mampu berbahasa Indonesia," paparnya. Stanley mengaku selalu berusaha keras untuk menguasai Bahasa Indonesia. Dia mempelajari makna Burung Garuda, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika. Kemudian, dia ditunjukkan gambar gambar sejumlah daerah di Indonesia. Jakarta tentu tidak ketinggalan. "Saya tahu Jakarta macet dan penuh kesibukan, namun saya belum pernah kesana," imbuhnya. Dia juga ditunjukkan gambar candi borobudur. "Wow," jelasnya dengan mata terbelalak. Semakin bangga rasanya menjadi WNI, karena memiliki peninggalan sejarah yang usianya lebih dari 1.500 tahun. Dia penasaran bagaimana bisa pada zaman tersebut orang orang membuat bangunan seperti itu. Bagaimana pula bangunan itu bisa ada sampai saat ini. Stanley dan kawannya sesama pelajar Indonesia, Reymark Mendome Arban semakin kagum dan bangga menjadi WNI. Keduanya juga ditunjukkan gambar pura di Bali. Kalau sudah membahas propinsi satu ini, mereka akan terkejut, karena Bali menjadi pusat pariwisata dunia. Daerah yang bersebelahan dengan Pulau Jawa ini menjadi tempat shooting film film Hollywood. Presiden Amerika juga berwisata kesana. Reymark dan Stanley tambah berhasrat mengunjungi Indonesia. Dia yakin akan kesana. Dan jika kesempatan itu datang, Stanley akan maksimalkan untuk mencintai tanah air. "Tidak lupa, saya akan berbicara Bahasa Indonesia dengan orangorang disana," jelasnya.
Kesulitan berbahasa Indonesia dirasakan seorang murid SID, Stanley Tagoreri Dalisang (18). Orang tuanya berasal dari Sulawesi Utara.
SEPTEMBER 201 3
7
Serba-serbi
Orientasi Pertukaran Guru dan Siswa dari SMK Berita dari Kepala Perwakilan Konsulat RI di Songkhla
T
he Office of Vocational Education Commission (OVEC) Thailand telah menyelenggarakan orientasi bagi para guru dan siswa yang berasal dari 18 SMK di lima provinsi Thailand Selatan pada tanggal 30 Agustus 2013 di Haad Kaew Resort, Songkhla. Acara ini dibuka oleh Kepala Perwakilan RI Songkhla dengan dihadiri oleh Dr.Preecha Vatchasart, Direktur College of Fishery Pattani, Dr.Sermsak Nilwilai, Direktur Sungai Kolok Community College, serta 130 orang peserta onentasi. Setelah membuka acara, Keppri Songkhla juga memberikan paparan informasi singkat tentang Indonesia dari segi politik, ekonomi, dan sosialbudaya. Rombongan guruguru dan siswasiswa dari 18 SMK tersebut direncanakan akan mengunjungi sekolah mitra mereka yang berada di Yogyakarta, Jawa Tengah, Surabaya, Malang dan Bali pada bulan September untuk kurun waktu dua minggu. Kerjasama SMK ThailandIndonesia dimulai pada tahun 2009 setelah diadakannya pertemuan "lndonesiaThailand School
8
SEAMOLEC Magazine
Partnership" yang pertama di Bangkok oleh SEAMEO SEAMOLEC, Jakarta bekerjasama dengan the Office of Vocational Education Commission (OVEC), kemudian pada tahun 2012 diselenggarakan "IndonesiaThailand School Partnership" yang kedua di Hatyai yang dihadiri oleh 12 sekolah SMK di Thailand selatan dan 17 SMK dan Yogyakarta, Jawa dan Bali. Sekolah kejuruan ini diharapkan dapat membantu pemerintah dan siswa untuk dapat segera siap bekerja, karena pertimbangan antara lain kemampuan ekonomi keluarga yang terbatas untuk biaya sekolah, adanya keinginan untuk segera memperoleh penghasilan dan mengisi beberapa lowongan pekerjaan yang mensyaratkan untuk diisi oleh tenaga kerja berkewarganegaraan Thailand. Di samping itu, kerja sama dengan Indonesia diperlukan di antara mereka guna meningkatkan standard dan jejaring (networking) serta kerjasama intemasional, khususnya dalam rangka menghadapi ASEAN Community 2015.
Serba-serbi
IndonesiaFilipina Kembangkan Project Learning Oleh Erdy Nasrul (Wartawan Republika)
I
ndonesia dan Filipina mengembangkan project learning dalam sejumlah bidang pelajaran. Pembelajaran semacam ini melibatkan SMKN 5 Banjarmasin, SMKN 4 Jember, dan sejumlah sekolah di Filipina."Guru dan siswa akan terlibat," jelas Manajer Training dan ISO South East Asian Ministry of Education Organization Regional Open Learning Center (SEAMOLEC), Timbul Pardede, Kamis (22/8). Project learning ini bisa seputar pembuatan alat sanitasi dan penerapannya di sekolah. Mereka juga bisa membicarakan tentang trigonometri atau tentang sistem informatika yang lebih sederhana. "Semua bisa dijadikan obyek pembelajaran ini," papar Timbul. Empat SMA di Manila dan empat madrasah di Cotabato, Filipina, siap menerapkan pembelajaran seperti ini. Mereka nantinya akan bersinergi dengan SMKN 5 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan SMKN 4 Jember, Jawa Timur. Dua sekolah asal Indonesia itu menjadi tim ahli yang akan memandu sekolahsekolah di Filipina.Timbul menyatakan mereka akan
membuat kesepakatan seputar obyek pembelajaran. Lalu akan dipresentasikan dihadapan guru guru Indonesia, dan negara negara di Asia Tenggara, melalui web conference. Menurut Timbul, kegiatan ini akan menghasilkan langkah langkah pembelajaran yang mengarah kepada praktikum di sekolah masing masing. Namun, pembahasannya dilakukan melalui komunikasi berbasis tekhnologi. Jadi, tambahnya, guru guru di Filipina bisa langsung berdiskusi dengan guru guru di Indonesia. Project learning ini dilaksanakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Filipina, Manila. Atase Pendidikan KBRI, Paristiyanti Nurwardani, terlibat langsung dalam proses pembelajaran ini. Selain itu, kegiatan ini juga didukung oleh menteri menteri pendidikan Asia Tenggara atau Southeast Asian Ministers of Education Regional Open Learning Center (SEAMOLEC). Terbit di Republika Online, 22 agustus 2013 http://m.republika.co.id/berita/internasional/asean/13/08/22/mrxpfn indonesiafilipinakembangkanprojectlearning
SEPTEMBER 201 3
9
Pelatihan
Banjarnegara Melaksanakan Project Based Learning Kolaborasi dengan Negara Lain di ASEAN Oleh : Agus Maryono
D
alam rangka menjelang dibukanya ASEAN Community mulai tahun 2015, maka South East Asia Minister Education Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC) dengan Dinas Pendidikan Banjarnegara mengadakan kegiatan yang sangat prestisius berupa training SEAEDUNET 2.0 dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis AktivitasProject (Project Based Learning atau disingkat dengan PBL) untuk 182 SMA/SMA di sebelas Negara ASEAN, secara face to face dan online pada tanggal 22, 23 dan 24 Agustus 2013. Salah satu kabupaten yang dipilih untuk mengikuti program SEADUNET 2.0 dan PBL di Jawa Tengah adalah Kabupaten Banjarnegara, dan dilaksanakan di SMKN 1, Bawang. Jumlah Peserta 25 orang dari 21 SMK Banjarnegara. Program kegiatan ini akan dihubungkan langsung dengan program kegiatan serupa yang sedang berlangsung juga di 182 SMK/SMA di ASEAN diantaranya di Thailand, Philipina,Kamboja, Malaysia, Singapur, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dl. Program SEADUNET 2.0 berisi program pembelajaran online yang meliputi Content Development (antara lain Digital book, Vidio Streaming), Delivering System dan Manajemen Pembelajaran (mengunakan Edmodo, BBB) dan Evaluation System (menggunakan program Sea Cyber Class atau disingkat SCC). Sedangkan PBL menekankan pada pembelajaran modern di mana peserta merencanakan sebuah aktivitas/proyek secara mandiri lengkap dengan ide, pengungkapan masalah, usulan penyelesaian masalah dan penyelesaian masalah serta mempresentasikannya. Acara dibuka oleh Dinas Pendidikan Banjarnegara dan SMKN 1 Bawang, dilanjutkan sambutan secara online dari Direktur SEAMOLEC
1 0 SEAMOLEC Magazine
(Dr. Gatot Hari Prowirjanto) dan sambutan oleh Deputy Director for Administration SEAMOELEC, Dr. –Ing. Agus Maryono. Materi hari pertama dan kedua, 2223 Agustus 2013 adalah pengenalan filosofi program SEAEDUNET 2.0 dan PBL serta software pembelajaran online jarak jauh melalui EDMODO, software seminar online jarak jauh BigBlueBotton dll. Disamping itu peserta diberikan pengenalan dan praktek PBL. Hari ketiga, 24 Agustus 2013 peserta merampungkan aktivitas PBLnya dan dimasukkan dalam media pembelajaran online EDMODO, termasuk konten dalam digital book, video streaming, dll. Selanjutnya akan dilakukan koneksi Internet dari Banjarnegara ke seluruh SMK/SMA di ASEAN yang mengikuti, untuk melaksanakan seminar online secara serentak. Keluaran dan manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah para pengajar dan pendidik di Indonesia dan negara lain di ASEAN bisa menggunakan pembelajaran jarak jauh secara online maupun offline menggunakan EDMODO, dapat bekerjasama dengan sesama pendidik baik dari dalam Indonesia maupun negara lain di ASEAN bahkan di seluruh dunia. Khusus untuk Banjarnegara, harapannya agar bisa menjadi penggerak pengembangan pembelajaran online dan PBL untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di sekolah.
"If the facts don't fit the theory, change the facts"
Albert Einstein
Pelatihan
Workshop SeaEdunet 2.0 di Situbondo Oleh: Harum
S
MKN 1 Panji Situbondo mengadakan Workshop SEA Edunet 2.0 dengan judul “E Collaborative Learning using Project Based Learning Model.” Workshop tersebut diikuti oleh 45 guruguru dari 19 sekolah SMA dan SMK se Kabupaten Situbondo. Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) Singapura juga berpartisipasi sebagai partner workshop ini yang akan berlangsung selama 3 hari.
Uji coba mulai dilakukan dengan berkolaborasi online antar guru menggunakan media pembelajaran berbasis jejaring sosial Edmodo. Kolaborasi tersebut dibagi dalam Group Bahasa Inggris, Group Matematika, Group Fisika dan Group BiologiKimia. Masingmasing group akan bersinergi untuk mengembangkan project learning dalam berbagai bidang pelajaran.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Situbondo, Dwi Totok Irianto, S.Pd, M.M membuka kegiatan ini pada Kamis, 22 Agustus 2013. Dilanjutkan dengan pengantar singkat oleh Cahya Kusuma Ratih selaku koordinator workshop dan pemutaran video sambutan direktur SEAMOLEC, Dr. Gatot Hari Priowirjanto. Pembukaan ini juga dihadiri Kepala Sekolah SMKN 1 Panji, Dra. Kumudawati, M.Pd. Acara ditutup dengan penyerahan souvenir dan foto bersama.
Project learning yang dihasilkan, dipresentasikan di hadapan guruguru di Indonesia dan negaranegara di Asia Tenggara melalui web conference. Perwakilan Situbondo adalah Ibu Dia Febrianti, S.Pd dengan judul “Amazing Animals in Baluran”. Partisipan mendapat tanggapan yang bagus dari SILN Manila. Setiap kelompok juga membuat video pembelajaran. Video ini digunakan sebagai pengantar proyek yang akan dilaksanakan.
“Kegiatan ini bertujuan menguji coba model pendidikan jarak jauh, meningkatkan interaksi guru dan siswa dan bertukar ide pengalaman terbaik dalam proses belajar mengajar di Indonesia dan Asia Tenggara”, papar Cahya.
Penutupan acara dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo, Dr. Fathor Rakhman, M.Pd. Menurut Fathor, kegiatan ini akan menciptakan pembelajaran yang menarik di sekolah masingmasing.
SEPTEMBER 201 3
11
Rapat Formal
2 Days Workshop “Preparation for 16th SEAMOLEC Governing Board Meeting 2013 in Krabi, Thailand” at Park Hotel, Jakarta Oleh : Sajarwo Anggai
G
overning Board Meeting (GBM) adalah acara sidang tahunan yang dilaksanakan oleh setiap SEAMEO Centre di Asia Tenggara. Pada acara ini SEAMOLEC akan melaporkan pertangungjawaban program di hadapan Kementerian Pendidikan se Asia Tenggara. Untuk menyukseskan kegiatan tersebut, SEAMOLEC mengadakan workshop selama dua hari (23 September 2013), di Hotel Park, Jakarta untuk mempersiapkan kegiatan yang berhubungan dengan GBM ke16 yang diadakan pada tanggal 911 September 2013 di Krabi, Thailand. Kegiatan persiapan ini diikuti oleh staf SEAMOLEC yang ditunjuk oleh Pimpinan sebagai penanggung jawab kegiatan dan kontributor material, siswa magang PRM dari SMK Negeri 1 Surabaya. Kegiatan ini menghasilkan 16 Working Paper dengan judul sebagai berikut: 1. (WP01/GBM16/2013) The Annual Report 2. (WP02/GBM16/2013) The Followup Actions on the 15th SEAMEO SEAMOLEC Governing Board Meeting 2012, Centre Director Meeting
1 2 SEAMOLEC Magazine
2013, Higher Official Meeting 2012, and SEAMEO Council Conference 2013 3. (WP03/GBM16/2013) Report on Public Auditor 4. (WP04/GBM16/2013) SEAMOLEC 3 Years Budget 5. (WP05/GBM16/2013) University Partnership 6. (WP06/GBM16/2013) School Partnership 7. (WP07/GBM16/2013) SEA Edunet 2.0 & SEA Twin 8. (WP08/GBM16/2013) Report on Trainings 9. (WP09/GBM16/2013) Development of Centre of Excellence 10. (WP10/GBM16/2013) Community College 11. (WP11/GBM16/2013) MAGIS Camp 12. (WP12/GBM16/2013) Modeling SEAMOLEC School 13. (WP13/GBM16/2013) Proposed Consortium on Electronics, Electricals, and Mechatronics: Worldskills as Global Standard for Competencies in Vocational Education 14. (WP15/GBM16/2013) Modeling of E Collaborative Learning for K712 in 12 Countries 15. (WP16/GBM16/2013) Contribution of SEAMOLEC in SEAMEO College Program 16. (WP17/GBM16/2013) SEAMOLEC Digital Magazine 17. (WP18/GBM16/2013) Proposed Venue and Date
Kerjasama
Kunjungan Kerja ke American Samoa Oleh : Agus Maryono
P
ada 2630 Agustus 2013 telah dilaksanakan kunjungan kerja ke American Samoa yag dipimpin oleh Deputi Direktur SEAMEO SEAMOLEC, Dr. Ing. Agus Maryono didampingi dua staf Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Kemdikbud. Kunjungan kerja ini merupakan tindak lanjut dari beberapa pertemuan dan kesepakatan antara Presiden RI dan Presiden Amerika Serikat yang tertuang dalam U.S. Indonesia Comprehensive Partnership di Jakarta pada tanggal 9 November 2010, dan U.S.Indonesia Joint Commission Meeting sebagai mekanisme dari Comprehensive Partnership yang terkategorisasi dalam sejumlah working group. Kemdikbud sebagai focal point bidang pendidikan di Indonesia mengampu Working Group on Education, kemudian pertemuan the 3rd Joint Commission Meeting Working Group
on Education yang dilaksanakan di Washington, D.C. pada tanggal 20 September 2012, kunjungan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat ke American Samoa pada tanggal 8 Maret 2013, terakhir adalah kunjungan Gubernur Sulawesi Utara sebagai utusan khusus Presiden RI ke American Samoa pada tanggal 4 Juni 2013. Dengan mempertimbangkan hal tersebut diatas kunjungan kerja kali ini memiliki dua misi utama, yaitu pembentukan Indonesia American Samoa Information Technology and ELearning Center (IT & ELearning Center) di American Samoa sebagai pusat pengembangan, pertukaran pengalaman, dan pengetahuan serta diseminasi kepada masyarakat American Samoa, terutama generasi muda dalam hal IT & ELearning, dan penawaran dan penyeleksian awal para calon penerima Beasiswa Darmasiswa dan Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) di American Samoa SEPTEMBER 201 3
13
Kerjasama
sebagai bagian dari soft diplomacy Indonesia kepada Amerika Serikat pada umumnya dan American Samoa pada khususnya. Delegasi dari Indonesia disambut oleh Dr. Roy Ausage, Acting Director of Youth and Women’s Affairs, dilanjutkan dengan diskusi program dan kerangka waktu kunjungan serta realisasi pembentukan IndonesiaAmerian Samoa Information Tecnology and ELearning Center. Dalam kesempatan tersebut delegasi Indonesia menawarkan beasiswa kepada kurag lebih lima generasi muda American Samoa untuk belajar di Indonesia tentang kekayaan kebudayaan Indonesia, pendidikan IT, pendidikan vokasi dan pendidikan tinggi melalui Beasiswa Darmasiswa dan Beasiswa KNB (Kemitraan Negara Berkembang) yang merupakan kolaborasi antara Kemdikbud, Kemlu, dan KBRI Washington D.C. IndonesiaAmerian Samoa Information Technology and ELearning Center ini nantinya berlokasi di Amerian Samoa Commnuity College
1 4 SEAMOLEC Magazine
(ASCC). Pemilihan lokasi ini mempertimbangkan ASCC sebagai institusi pendidikan tertinggi di American Samoa yang menampung kurang lebih 2000 pelajar, sehingga target utama untuk menyasar generasi muda tercapai. Di samping itu, masyarakat luas juga dapat mengakses center tersebut. Presiden ASCC dan Gubernur American Samoa menyambut baik inisiatif pemerintah Indonesia dalam mempererat hubungan kerjasama. Diharapkan tidak hanya pemudapemudi American Samoa yang mengenal dan mendalami kebudayaan Indonesia, tetapi begitu pula sebaliknya pemudapemudi Indonesia dapat mengenal dan mencintai kebudayaan American Samoa.