281
scale) sebesar -0,0042 berarti bertambahnya (berkurangnya) 1 persen luas lahan kritis di wi/ayah DAS Citarum yang menjadi sumber air baku PAM Jaya pada periode sekarang dengan elastisitas substitusi yang konstan sebesar 14,87 maka akan menurunkan (meningkatkan) produksi air PAM Jaya sebesar 0.1429 juts m 3 tetapi penurunan output keseluruhan aka" semakin menurun sebesar 0,0042 Informasi ini mengindikasikan bahwa bertambahnya luas lahan kritis di luar kawasan hutan sebesar 1 persen mengakibatkan penurunan output produksi sebesar 0,1429 juta m3 , tetapi akan menyebabkan penurunan yang semakin menurun di dalam output total sebesar 0,0042 juta m 3 setara dengan
4200 m3ltahun. Ofeh karena ~bih kecilnya peningkatan penurunan di dalam output total sebagai akibal ber1wrangnya Iuas lahan kritis di luar kawasan hutsn periocfe sekarang, maka kebijakan PAM Jaya adaIah harus metakukan konservasi terfladap lahan hutsn di wilayah DAS Citarum.
4. Variabel luas lahan kritis periode satu tahun talu dengan koefisien negatif sebessr -0.2251 (probability 0.1897 tidak signifikan pads tarat 5 persen) dan
koefisien elastisitas input sebesar -14,87 dan skala faktor proctuksinya sebesar· 0,0042, berarti bertambahnya (berkurangnya) 1 persen luss lahan kritis di wilayah DAS Citarum yang menjadi sumber air baku PAM Jays pada periode sekarang dengan e&astisitas substitusi yang konstan sebesar -14,87, males akan menurunlesn (meningkatkan) produksi
air PAM Jays sebesar 0,2251 juts m 3
tetapi penurunan output keseluruhS1 akan semakin menurun aebesar 0,0042. Berarti berkurangnya luss lahan kritis antara periode sekarang dengan periode
satu tahun sebelumnya tidaklah jauh bertJeda di dalam mempengaruhi penurunan produkst; maknanya usaha konseNasi tidak akan btsa hanya dilakukan dalam selang waldu satu tahun.
Informasi ini mengindikasikan bahwa
bertambahnya luss lahan kritis di luar kawasan hutan periode satu tahun ialu sebesar 1 parsen mengakibatkan penurunan output produksi sekarang sebesar 0,2251 juta m 3 , tetapi akan menyebabkan penurunan yang semakin menurun di dalam output total sekarang sebesar 0,0042 juts m3 setara dengan 420 m 3/tahun. Oleh karena Iebih besamya peningkatan penurunan di dalsm output total sebagai akibat be!1(.urangnya luss Ishan krilis di luar kawasan hutan periode satu tahun Ialu, maka kebijakan PAM Jaya adalah harus melakukan konsefVasi terfladap Iahan huts" di wilayah DAS Citarum.
282
5. Variabel luas lahan kritis periode dua tahun yang lalu memiliki taoda koefisien positif sebesar 0,1940 (probability 0,0739, sigoifikan pada tarat 10 persen) dan
koefisien elastisitas input sebesar -14,87 dan skala faktor produksinya sebesar0,0042, berarti bertambahnya 1 persen luas lahan kritis di wilayah DAS Citarum yang menjadi sumber air baku PAM Jaya pads periode dua tahun yang lalu, maka akan menyebabkan bertambah pula produksi
air PAM Jaya sebesar
0.1940 juts m 3 tetapi penambahan output keseluruhan akan semakin menurun sebesar 0,0042. Artinya berkurangnya
IUBS
lahan hutan pada dua periode lalu
tidak menyebabkan berkurangnya produksi air PAM Jaya, dirnana berkurangnya
luss Jahan hutsn hanya berpengaruh pads produksi PAM Jaya pads saat sekarang dan tahun sebelumnya. tetapi
pacta periode tahun yang lebih besar
&tau sarna dengan dua tahun kebetakang justru akan meningkatkan preduksi PAM Jaya, karena telah ma.ukan upaya konseNasi pads periode satu tahun lalu. Informasi ini mengindikasikan bahwa bertambahnya luss lahan kritis di luar kawasan hutan periode dua tahun laIu sebesar 1 persen mengakibatkan bertambahnya
output
procluksi
sebesar
0,1940
m3 ,
juts
tetapi
akan
menyebabkan penurunan yang semakin menurun di daIam output total sebesar 0,0042 juta m 3 setara dengan 4200 m3ltahun. Oleh karena lebih kecilnya peningkatan penurunan di dalam output total aebagai akibat bef1wrangnya luas Iahan kritis di luar kawasan hutan periode sekarang, maka kebijakan PAM Jaya
adalah harus melakukan kon8elVaai terhadap lahan hutan di wilayah DAS Citarum paling kurang satu periode lalu. 6. Variabel pengambi&an air tanah memiliki koefisien positif sebesar 0,2788 (Probability 0,3301, tidak signifikan pacta tarat 5 persen) dan koefisien ~astisitas substitusi input sebesar -14.87 dan skala fa4dof produksinya sebesar -0,0042. berarti peningkatan 1 persen pengambilan air tanah pacta periode sekarang dengan
elastisitas substitusi
yang
konstan
sebesar
14,87 maka
akan
3
meningkatan produksi air PAM Jaya sebesar 0,2788 juta rn tetapi peningkatan output keseluruhan ini akan semakin ,menurun sebesar 0,0042 juta rn 3 , Informasi ini mengindikasikan bahwa penambahan input pengambilan air tanah 1 persen hanya menyumbang temadap peningkatan output sebesar 0,2788 juta m3 , tetapi akan menyebabkan penurunan di dalam output total sebesar 0,0042 juta m3 , Oleh karena lebih kecilnya penurunan di dalam output total sebagai akibat dan
283
ditambahnya pengambilan air tanah,
maka kebijakan
PAM
Jaya untuk
menambah 1 persen pengambilan air tanah dengan mempertahankan proporsi yang tetap dan input, kebijakan yang dapat meningkatkan produksL
7. Variabel harga rata-rata periode sekarang
mem~iki
koefisien negatif sebesar
sebesar 0,1780 (probability 0,6537, tidak signifikan pada tarat 5 persen) dan koefisien elastisitas substitusi input sebesar -14,87 dan skala faldor produksinya .sebesar -0,0042 berarti penurunan 1 persen harga rata-rata periode sekarang dengan elastisitas substitusi yang konstan sebesar -14,87
maka akan
3
meningkatkan produksi air PAM Jaya sebesar 0,1780 juts m tetapi peningkatan output keseluruhan ini akan semakin menurun sebesar 0,0042 juts m 3 . Infonnasi ini mengindikasikan bahwa punurunan harga rata-rata aebesar 1 persen hanya menyumbang terhadap peningkatan output sebesar 0,1780 juts m 3 setara dengan 178.000 m3ltahun, tetapi akan menyebabkan penurunan di dalam output
total sebesar 0,0042 juta m3 setara dengan 4.200 m3/tahun. Ofeh karena lebih kecilnya penurunan di dalam output total cfibandingkan dengan bertambahnya output sebagai akibat dan menurunkan harga
rata-rata, maka kebijakan PAM
Jaya untuk menurunkan 1 persen harga rata--rata dengan mempertahanakan proporsi yang tetap dan input, adaiah kebijakan yang disarankan, karens berkurangnya produksi secara total sebagai akibat dari penunman harga rata-
rata, yang berarti harga rata-rata air PAM Jaya belum mempertihatkan sifat kelangkaan sumberdaya air di wilayah DAS Carum, terutama karena pelanggan PAM Jaya pada rumahtangga. 8. Variabel harga marginal pada periode sekarang memiliki koefisien positif sebesar 0,0409 (Probability 0,8940 tidak signifikan pada tarat 5 parsen) dan koefisten elastisitas substitusi input sebesar -14,87 dan skala faldor produksinya sebesar -0,0042 berarti peningkatan 1 perse" harga marginal pada periode sekarang dengan elastisitas substitusi yang konstan sebesar 14,87, maka akan meningkatkan
produksi
air PAM Jaya sebesar 0,0409 juta m 3 secara tidak
signifikan tetapi penurunan output k~uruhan akan semakin menurun sebesar 0,0042 juta m 3 . Informasi ini mengindikasikan bahwa peningkatan harga marginal air sebesar 1 persen mengakibatkan peningkatan output sebesar 0,0409 juta m 3 , tetapi akan menyebabkan penurunan di dalam output total sebesar 0,0042 juta m 3 . Oleh karena h!bih kecilnya penurunan di dalam output
284
totat
sebagai akibat dan dinaikan harga marginal. maka kebijakan PAM Jaya
untuk meningkatkan 1 persen harga marginal air dengan mempertahanakan proporsi yang tetap dan input, kebijakan yang disarankan. Dan kebijakan harga, maka akan lebih baik PAM Jaya menetapkan harga marginal dan pada harga rata-rata, karena dalam jangka pendek, kebijakan harga rata-rata kelihatan meningkatkan produksi tetapi dalam jangka panjang justru menurunkan produksi. Berbeda dengan peningkatan harga marginal. baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang akan menurunkan output dan
total
output
produksi,
ini
berarti
mampu
menunjukan
kcMangkaan
sumberdaya air. Jadi harga marginallebih berespon datam jangles pendek dan jangka panjang dan pada harga rabHata.
9. Variabel harga marginal periode satu tahun sebelumnya
rnemitiki tanda
koefisien positif sebesar 0,7109 (Probability 0,0040 signifilesn pads taraf 5 persen) dan koefisien elastisitas substitusi input sebesar -14,87 dan skala faldor
produksinya sebesar -0,0042, berarti peningkatan 1 persen harga marginal pada satu periode tahun laIu
dengan elastisitas substitusi yang konstan sebesar
14,87, maka akan meningkatan produksi air PAM Jaya sebesar 0,7109 juts
m3
tetapi peningkatan output keseluruhan akan semakin menurun sebesar 0,0042
juta m 3 • Infonnasi ini mengindikasikan bahwa peningkatan harga marginal periode satu tahun laIu
sebesar 1 persen daAam jangka pendek hanya
menyumbang terhadap peningkatan output sebesar 0,7109 juts m 3 • tetapi dalam jangka panjang akan menyebabkan penurunan di daiam output total sebesar
0,0042 juts m 3 .
Oleh karena lebih kecitnya penurunan di datam output total
sebagai akibat dan ditingkatkannya harga marginal periode lalu, make kebijakan PAM Jaya untuk meningkatkan 1 persen harga marginal periode satu tahun lalu dengan mempertahankan proporsi yang tetap dan input, untuk jangka pendek mampu meningkatkan output produksi, tetapi datam jangles panjang bukaniah kebijakan yang disarankan. Berarti harga marginal periode tahun sei*umnya rnasih bisa ditingkatkan karena dalam jangka pendek belum mempertihatkan ketangkaan sumberdaya air. Implikasinya PAM Jaya masih bisa meningkatkan harga marginal air setiap tahunnya, sampai harga tetah memper1ihatkan kelangkaannya.
285
10. Variabel harga marginal air pada periode dua tahun lalu memiliki koefisien yang bertanda negatif sebesar -0,4477 (Probability 0,0195 signifikan pada tarat 5
persen) dan koefisien elastisitas substitusi input sebesar -14,87 dan skala faktor produksinya sebesar -0,0042, berarti peningkatan 1 parsen harga marginal pada periode due tahun lalu dengan elastisitas substitusi yang konstan sebesar 14,87 maka akan menurunkan produksi air PAM Jaya sebesar 0,4477 juts m3 tetapi penurunan output keseturuhan akan sernakin menurun sebesar 0,0042 juta m 3 • Oeh karena iebih kedlnya penurunan di dalsm output total sebagai akibat dan dinaikan harga marginal dua tahun lalu, maka kebijakan PAM Jaya untuk meningkatkan 1 parsen harga marginal air pariode dua tahun Ialu dengan mempertahanakan proporsi yang tetap deli input, adalah kebijakan yang disarankan karena untuk meningkatkan produksi tahun sekarang harga harus sudah dinaikan pada tahun sebelumnya, deogan kata lain peningkatan herga sekarang masih memungkinkan untuk meningkatkan produksi di tahun depan. Pendeknya masih memungkinkan untuk rnen8kan harga pacta saat sekarang, agar produksi bisa meningkat di mass depan.
11. Variabel jumlah karyawan memiliki koefisien yang bertanda positif sebesar 0.3991 (Probability 0,5715 tidak signifikan pads taraf 10 parsen) dan koefisien e&astisitas substituai input sebesar -14,87 dan skala fattor produkainya (f8tum to scale) sebesar -0,0042, bet'arti peningkatan 1 persen jumlah karyawan PAM pada periode sekarang dengan elastisitas substilusi yang konstan aebesar 14,87
maka akan meningkatan produksi air PAM Jays secara tidak signifikan sebesar
0,3991 juta m 3 tetapi peningkatan output keseturuhan ini akan menurun sebesar 0,0042 juta m 3 . Informasi ini mengindikasikan bahwa penambahan jumlah karyawan PAM sebesar 1 persen hanya menyumbang terhadap peningkatan output sebesar 0,3991 juta m 3 , tetapi akan menyebabkan panurunan di dalam output total sebesar 0,0042 juts m 3 . O~h karena ~bih kedlnya penurunan di dalam output total sebagai akibat dan ditambahnya jumlah karyawan, maka kebijakan PAM Jaya untuk menambah (mengurangi) 1 persen jumlah karyaw~n adalah kebijakan yang dianjurkan.
12. Vanabel pengambilan air sungai memiliki koefisien yang bertanda positif sebesar 0,4908 (Probability 0,0020, scgnifikan pada tarat 1 persen) dan koefisien elastisitas substitusi input sebesar -14,87 dan skala faktor produksinya (return to
286
scale) sebesar -0,0042, berarti peningkatan 1 persen pengambilan air sungai pada periode sekarang dengan elastisitas substitusi yang konstan sebesar -
14,87 maka akan meningkatan produksi air PAM Jaya sebesar 0,4908 juta m
3
tetapj peningkatan output keseluruhan ini akan semakin menurun sebesar
0,0042 juts m 3 . Informasi ini mengindikasikan bahwa penambahan input air sungai sebesar 1 persen akan menyumbang terhadap peningkatan output sebesar 0,4908 juts m a, sehingga pads gilirannya akan menyebabkan penurunan di dalam output total sebesar 0,0042 juts m 3 .
Oleh karena lebih
kecilnya penurunan di dalam output total sebagai akibat
dan
ditambahnya
pengambilan air sungat, maka kebijakan PAM Jaya untuk menambah 1 persen
penganbilan air sungai dengan mempertahankan proporsinya yang tetap rnerupakan kebijakan yang sangst dianjurkan, karena penambahan air sungai mempef1ihatkan respon yang melebihi penurunan di deism totat output sehingga produksi total dapat meningkat sebesar 726.900 m'Jtahun. 13. Variabel pengambilan air sungai periode
satu tahun sebelumnya memHiki
koefisien yang bertanda positif sebesar 0,2846 (Probabiity 0,0605 signifikan
pacta taraf 5 persen) dan koefisien elastisitas ..b8titusi input sebesar -14,87 dan skala faklor produksinya (return to scale) sebesar -0,0042 berarti peningkatan 1 persen pengambilan air sungai pads pariode
satu tahun sebelumnya dengan
etastisitas substitusi yang konstan sebesar -14,87 maka akan meningkatkan produksi
air PAM Jaya sebesar 0,2&46 juts m a tetapi peningkatan output
keseluruhan akan semakin menurun sebesar 0,0042 juts m'. Infonnasi ini mengindikasikan bahwa penambahan input air sungai sebesar 1 persen akan menyumbang terhadap peningkatan output sebesar 0,2846 juts m 3 , sehingga pada gilirannya akan menyebabkan penurunan di dalsm output total pads saat
sekarang sebesar 0,0042 juts m 3 •
Oleh karena lebih kecilnya penurunan di
dalam output total sebagai akibat dan ditambahnya pengambilsn air sungai periode satu tahun lalu, maka kebijakan PAM Jaya untuk menambah 1 persen pengambilan
air
sungai
periode
satu
tahu.,
sebelumnya
dengan
mempertahankan proporsinya yang tetap merupakan kebijakan yang dianjurkan, karena penambahan air sungai periode satu tahun sebefumnya memper1ihatkan respon yang lebih besar di dalam total output sekarang sehingga produksi total akan menurun sebesar 0,0042 juta m 3ltahun. yang berarti penambahan input air
287
sungai periode satu tahun sebetumnya, dimasa datang hanya befpengaruh lebih besar terhadap procluksi total, hal ini dtduga disebabkan karena sistem reservoimya cukup besar, sehingga pemngkatan pengambifan air sungai yang memang sangat meningkatkan produksi tetapi karena tidak diiringi oleh pennintaan air yang cukup, sehingga sebagian akan disimpan di reservoir untuk didistribusikan pada tahun selanjutnya. 14. Variabel nilai perolehan air yang merupakan pajak yang harus dibayar PAM Jaya memiliki koefisien yang bertanda positif sebesar 0.0552 (Probabtlity 0.2673 tidak signifikan pads tarat 10 persen) dan koefisien elastisitas substitusi input sebesar -14,87 dan skala faktor produksinya (retum to
~)
sebesar -0.0042. berarti
peningl
pads periode sekarang dengan etastisias substitusi yang kcnstan sebesar 14,87 maka akan meningkatkan preduksi air PAM Jays aebesar 0.0552 juts m3 ini akan menyumbang terhadap penurunan output total yang semakin menurun sebesar 0.0042 juts m 3 . Informasi ini mengindikasikan bahwa pembayaran nitai NPA sebagat pajak air sebesar 1 persen akan menyumbang terhadap peningkatan output sebesar 0,0552 juts m3 • sehingga pada gilirannya akan menyebabkan penurunan di dalam output total sebesar 0,0042 juts m 3 . Oleh kerena lebih kecilnya penurunan di dalam output total sebagai akibal dan dikenakan pajak nilai perolehan air, maka kebijakan PAM Jaya untuk membayar
1 persen pajak perolehan air dengan mempertahankan proporsinya yang tetap merupakan
kebijakan
yang
masih
dapat diterima karena
tidak tertalu
mempengaruhi karena dalam jangka pendek belum menga'1ggu produksi, tetapi dalam jangka panjang akan mengakibatkan supply air PAM Jaya akan menjadi menurun dalam peningkatannya. Keadaan ini juga mencenninkan kelangkaan sumberdaya
air,
karena
peningkatan
pajak
akan
rneningkatkan
biaya
operasional, oleh karena itu, agar tetap mempertahankan output totalnya PAM Jaya akan membutuhkan peningkatan harga air, agar mampu menutup peningkatan biaya ini.
15. Variabel nilai pero6ehan air periode satu tahun sebelumnya memiliki koefisien yang bertanda negatif sebesar -0,0954 (Probability 0,7259 tidak signmkan pada tarat 5 persen) dan koefisien
elastisitas substitusi input sebesar -14,87 dan
skala faktor produksinya (return to scale) sebesar -0,0042. berarti peningkatan 1
288
persen nilai perolehan air periode satu tahun sebelumnya yang harus dibayar ~h PAM Jaya dengan elastisitas substitusi yang konstan
sebesar -14,87, maka
akan mengurangi (meningkatan) produksi air PAM Jaya sebesar 0,0954 juta m
3
ini akan menyumbang temadap penurunan output total yang semakin menUNn sebesar 0,0042 juta
m3 . Informasi
ini berindikasi bahwa chatge system yang
dibertakukan kepada PAM Jays dapat mengontrol produksi air PAM Jaya yang menggunakan air sunQ8i, beban nilai peroIehan air yang haNS dibayar oIeh PAM Jaya pads jangka pendek berpengaruh kepada output, tetapi di mass datang akan menyebabkan pengurangan produksi, karena beban biaya nUai perolehan air akan dibebankan kepada konsumen PAM Jaya, sehtngga mengakibatkan harga air menjadi meningkat yang pada gililannya konsumen berespon dengan mengurangi konsumsi aimya. 16. Variabel nilai perolehan air periode dua tahun aebetumnya memiliki koefiaien yang bertanda negatif sebesar ..0,3251 (Probability 0,1074 tidak signifikan
pacta
tarat 5 persen) dan koefisien eIastisitas subltituai input sebalar -14.87 dan skala faktor produksinya (tetum
to scale) sebesar ..0,0042 beratti peningkatan 1
persen niCsi perotehan air periode dua tahun aebelumnya yang harus dibayar oIeh PAM Jaya dengan eIastiatas substitusi yang konstan sebesar -14,87 maka akan mengurangi (meningkatan) produksi air PAM Jays sebesar 0,3251 juts m3 ini akan menyumbang terhadap penurunan output total yang semakin rnenUNn sebesar 0,0042 juts m3
.
Informasi ini berindikasi bahwa chatr1fl system yang
diber1akukan kepada PAM Jaya dapat rnengontrot produksi air PAM Jaya yang menggunakan air sungsi, namun beban nilai peroIehan air yang haNS dibayar oIeh PAM Jaya pada jangka pendek akan berpengaNh kepada output, tetapi di
masa datang akan menyebabkan pengurangan produksi, karena beban biaya nilsi perotehan air akan dibebankan kepada konsumen PAM Jaya, sehingga mengakibatkan harga air menjadi meningkat yang pads gilirannya konsumen
berespon dengan mengurangi konsumsi aimya.
17. Variabel produksi air PAM Jaya pada periode saW dan dua tahun yang lalu memiliki koefisien yang bertanda positif sebesar 0,1117 dan -0,0246 (Probability
0,3634, dan 0,7538 tidak signifikan pada tarat 5 persen) dan koefisten elastisitas substitusi input sebesar -14,87 dan skala faktor produksinya (return to scale) sebesar -0,0042, berarti peningkatan 1 persen produksi air PAM Jaya periode
289
satu tahun sebelumnya dengan elastisitas substitusi yang konstan sebesar 14,87, maka akan meningkatkan produksi air PAM Jaya sebesar 0.1117 juta m
3
tetapi pada skala faktor produksi peningkatan ini justru akan menurunkan output total yang semakin menurun sebesar 0,0042 juts m 3 . Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh produksi air PAM Jaya tahun lalu sangat kedl tertladap peningkatan produksi tshun sekarang, teIapi sangst besar pengaruhnya di dalam penurunan
produksi
total.
Artinya
karena
peningkatan
produksi
tahun
sebelumnya, telah menyebabkan produksf total tahun sekarang menjadi menurun karena masih adanya cadangan air mentah di reservoir yang betum terdistribusikan. Hal ini diduga karena harga yang terlalu rendah sehingga tidak mendorong untuk peningkatan distribusi. Oleh
karena itu,
keactaan
ini
mengharuskan PAM Jaya dapat rnenerapka1 harga yang 1epat agar proctuksi air PAM Jays dapat menjadi efisien. 8erdasafkan hasiI yang diperoleh dati informasi yang disajikan dalam fungsi produksi CES air PAM Jays. maka diperoleh ganbaran bahwa produksi air PAM Jaya tetah mengalami decrBasing retum to scale daIam ska&a proctukainya, sehingga
pena11bahs1 dan pengurangan input teIah menyebabkan output total justru semakin menurun. Penambahan input yang masih memberikan respon positif adalah pengambilan air sungai dan peningkatkan jumlah karyawan
serta kinerja karyawan
PAM Jays terutama karyawan tehnis, untuk menambah distribusi petayanan. Sedangkan input lainnya seperti air tanah, dan biaya opetB8ionaI justru telah memberikan respon negatif terhadap peningkatan output secara total. Respon negatif yang paling besar berasal dan biaya operasi, luss lahan kritis nilsi perolehan air, dimana apabiLa dikenakan harga rat&-rata, harga marginal harga air, nilai perolehan air yang harus dibayar oIeh PAM Jaya kepada mitra kerjanya pemerintahan Jaws Barat dan PJT II, maka proctuksi sangst turun secara drastis. Hal ini benmplikas4 bahwa harga rat&-rata, harga marginal masih tertalu rendah. sehingga
negatif
terhadap
peningkatan
penawaran
dan
menunjukan
slat
kefangkaan dari sumberdaya air. Kemudian, pengaruh tehnologi sangat lemah mempengaruhi peningkatan produksi PAM Jaya karens nilai konstanta A, sebagai variabei yang mencerminkan kemajuan tehnologi (tehnical prog!ess) memiliki tanda posM dengan nilai yang rendah. perubahan konstanta A sepanjang waktu mewakili kemajuan tehnC>&ogi,
290
sehingga level input menjadi lebih produktif sepanjang waktu. Jika pertumbuhan kombinasi input akan menghasilkan output, setelah dihitung maka kemajuan tehnok)gi dicapai pada rata-rata 1,2 persen pertahun oIeh PAM Jaya ini masih lebih rendah dan pertumbuhan yang dapat dicapai dalsm output liil yang disebabkan oIeh pertumbuhan kuantitas fisik dan faldor·faktor produksi air PAM Jays sebesar 15 persenltahun. Sunguhpun demikian, kombinasi diantara input di dalam mencapai peningkatan pertumbuhan output total mash mengalami decresing retum to scale. oIeh karen a itu, diperiukan pengaturan dan kombinasi bahkan pembaharuan input agar terjadi peningkatan output totaL Oipertukan kebijakan pembaharuan dan
peningkatan input yang memberikan kombinasj yang memacu per1umbuhan output
total, maka salah satunya adalah dengan peningkatan harga rata-f'ata dan menerapkan harga marginal atas peIanggan. Peningkatan tehnologi terutama masih dapat dilakukan pads pengambilan air sungai dan
s;stem
reservoimya agar mengurangi tingkat
kebocoran, dan
peningkatan kinerja dan karyawan PAM itu sendiri terutarna di dalam sistem pengambilan dan penjimpanan daIam reaervoir dan sistem dtstribusi petaysnan PAM
Jays. setain iN, yang tidak kalah pentingnya adaIah penentuan harga rat&-rata dan harga
marginal
merupakan
faktor
preduksi
yang
sangat
responsif
untuk
meningkatkan dan mengurangi produksi PAM Jays, harga rata-rata belum menunjukan kektngkaan sumberdaya air untuk jangka pendek, sebaliknya harga marginal telah menunjukan kelangkaan sumberdaya air dalam jangka pendek apalagi dalsm jangka panjang, oIeh kerena itu, agar sumberdaya air dapat dikonsetvasi PAM Jaya harus mempertimbangkan untuk menerapkan harga marginal air lebih tegas. Keputusan penentuan harga harus bersifat endogenous di dalam manajemen PAM Jaya itu sendiri bukan pada dewsn komila air, atoritas penentuan harga air harus dimiliki oleh PAM Jaya, sehingga kebijakan yang bersifat lintas regional seperti penerapan nilai perofehan air, dan usaha untuk mengkonservasi luas lahan klitis yang merupakan keputusan exogenous bagi PAM Jaya dapat dilaksanakan sebaga4 stakeholders yang berkepentingan dengan sildus htdrologi air dan ekonomi air pada satu oMlayah aliran sungai.
291
7.3. Eftsienai Harga dan Penggunaan Air
Bag ian
ini
menekankan
pentingnya
kondisi
marginal
bagi
eflSiensi
sumberdaya air, dan hak kepemilikan atas pengunaan sumberdaya air terutama ok!h rnasyarakat komunal Iokal atau antara masyarakat di hulu aliran sungai dengan di hilir. Basis bagi pandangan dan pengaturan serta veluasi terhadap sumberdaya air adalah bagaimana air dihargai datam berbagai macam penggunaannya. Peralatan penting dalam ilmu ekonomi dalam menentukan harga dan pengunaan air yang efisien adaah modef sedemana penawaran dan pennintaan air sebagai modet statik karena air dianggap sebagai sumberdaya yang dapat diperbaharu; (non renewable). Modef ini mampu memberikan salusi yang efisien
secara ekonomi. Efisiensi ekonomi memerlukan matginal value air menjadi sarna diantara pengguna pads unit terakhir air yang dikonsumsi oIeh setiap keIompok pengguna dan sarna pada marginal cost dari penawaran air. Ketika penawaran air adaIah inelastic sempuma; dirnana penawaran air adalah tetap, maka pennintaan menentukan harga. ini yang terjadi pada kasus PAM Jaya; dimana harga yang
bertaku saat sekarang kurang responsive terhadap penawaran atau produksi air, tetapi ketika diterapkan harga marginal, maka responsnya sangat kuat. Pada keadaan demikian harga ditentukan oIeh keseimbangan penawaran dan pennintaan.
Ofeh karena itu, ben:fasarbn fungsi pernW1taan dan penawaran yang teaah diperofeh di dalam penelitian ini akan dapat ditentukan apakah sifat dan penawaran dan pennintaan terhadap air PAM Jays ini, apakah penawarannya inelastic atau tidak, jika permintaan yang menentukan harga berapa harga yang pantas befdasarkan keadaan pennintaan air PAM Jaya saat sekarang. Apakah harga ini berada di bawah harga pasar atau melampaui harga pasar. Pertu direlis kembali fungsi pennintaan dan penawaran yang tetah diperoleh pada sub bab terdahulu. 8erdasarkan fungsi permintaan air yang diperoleh, maka pennintaan dan harga air pada saat sekarang jika dimasukan nilai ><.t seperti harga, jumlah penduduk, curah hujan dan lain lain dengan asumsi variabel lain konsta" adalah sebagai ber'kut:
In Q,
= 4,4035 + 24,0438In[X + 6,0973 tn Qt-m i, ]
Sehingga dengan menghitung nilai
+ Et
at ke dalam persarnaan pennintaan ini,
dimana permintaan air PAM Jaya saat sekarang (2003) adalah sebesar 249 juta m3 ,
292
dengan mengasumsikan variabel lain adalah tetap dan biaya
sews meteran, biaya
administrasi belum dimasukan, maka harga pasar air pada nilai permintaan air
saat ini adalah sangat rendah yakni sebesar Rp 29,46 per m3 . Harga jual air kepada konsumen ini jauh sangat rendah dan harga air baku yang haNS dibayar oteh PAM 3
Jaya kepada PJT II sebesar Rp.85 per m
•
Selanjutnya, dengan mempematikan fungsi penawaran air yang tetah diperoleh dari sub bab sebelumnya, yakni:
Y
=1.1441 (r~ci·1".87)~.00t2
Sehingga dengan menghitung nilsi Vt ; sebagai nilai penawaran dafam persamaan penawaran air ini, dimana jumlah penawaran air PAM Jaya saat sekarang adalah sebesar Y
=1,1 [0,9. 89]'6 atau setara dengan 155 juta m
3
,
maka
penawaran air lebih rendah dan pads pennintaan air, keadaan ini memper1ihatkan penyediaan air minum di wilayah OKI Jakarta, belum QJkup untuk memenuhi pennintaan penduduk. Oengan mengasumsikan valiabel lain kenstan, harga
penawaran yang pantas untuk air minum PAM Jaya itu adaiah aebesar Rp 185 per m 3 • Namun penawaran air PAM Jaya ini adaIah inelastic terhadap harga. harga keseimbangan
pasar
ditentukan
oIeh
hatga
pem1intaan
keseimbangsn air sekarang menjadi sebesar Rp 15 per m
3
•
sehingga
harga
Harga pennintaan air
sudah dua kali lipat di atas harga keseimbangan pasar pads harga
~rata
(Ii hat
Gambar 32 di bawah). 8erdasarkan gambar kurva pennintaan dan kurva penawaran air PAM Jays di bawah. maka dapat dilihat bahwa jumlah air baku seluruhnya yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna air di wilayah OAS Citarum bagian Barat adalah sebesar 430 juta m 3 ltahun sedangkan jumlah yang diproduksi dan didistribusikan oIeh PAM Jaya untuk wilayah
per1(otaan; dalam hal ini melatui pengolahan dan
distribusi oleh PAM Jaya sebesar 155 juta m 3 . Sedangkan jumlah pennintaan air PAM Jaya mencapai 249 juta m 3ltahun. sisanya adaIah air yang digunakan untuk pertanian dan industri di sepanjang wilayah miran sungai Citarum. Jumlah ini belurn mampu memenuhi permintaan terhadap air PAM Jaya yang k!bih besar dan jumlah yang drtawarkan, dengan demikian permintaan yang baru terpenuhi sebesar 62,5 persen, namun karena respon harga yang sangat rendah penawaran air sudah sulit untuk ditingkatkan lagi, karena produksi PAM Jaya sudah mencapai skala produksi yang menurun (decreasing return to scale).
293
DR
DU
s
Harp
«Rp)
D
30
15
o
155
248
430
Gambar 32: Kurva Permintaan dan Penawaran Air PAM Jaya Jika demikian halnya, penduduk yang tidak teriayani oIeh sistem distribusi air PAM Jaya akan menggunakan sumber air aIlematif yakni air fanah. ltutah sebabnya pengambilan air tanah di wilayah OK' Jakarta sangst intensif, teNtama di daerah yang betum ada jaringan pipa distribusi air PAM Jaya dan di daerah dimana air PAM Jaya sering meogalami gangguan. Keadaan ini dibuktikan di deism studi empiris yang dHakukan pads tiga wilayah aquifeIs dangkal, sedang dan daIam yakni witayah Jakarta Utara; Tanjung Periok dan Penjaringan, Jakarta Timur; Kelurahan Cipinang
Besar Selatan dan Jakarta Setatan; kelurahan Jati Padang dan kelurahan Passr Minggu. Kerjasama dengan Mitra asing dengan hampan teljadi transfer tehnologi
terutama untuk meningkatkan treatment temyata tidak dapat dilakukan, karena dengan kondisi
penawaran saat ini respon tehnologi terhadap peningkatan
penawaran air sangat rencJah, lebfh besar respon 5Ubstitusj diantara input terutama
input air sungai, karensnya swastanisasi dengan pihak asing hanya menambah beban masalah pengelolaan sumberdaya air di wilayah OKI Jakarta. Sebab masalah yang dihadapi dalam pengelaaan sumberdaya air di wilayah OKI Jakarta adatah karena rendahnya harga air yang disebabkan oIeh rendahnya kesejahteraan masyarakat, sehingga harga air yang ada tidak mampu merespon peningkatan
294
jumlah penawaran yang akan memenuhi besamya pennintaan. Terbukti setelah kerjasama dengan pihak asing, kekurangan penawaran dan distribusi air tetap ada. Oleh karena kerjasama dengan Mitra asing hanya menambah rumitnya persoalsn, karena days beli mssysrakat
secara aggregate rendah, distribusi air tidak merata
dan hanya diprioritaskan kepada kelompok pelanggan derived demand. Masuknya Mitra asing, justru mempel1ebar kesenjwlgan jumlah penawaran dan distribusi ini, sedangkan peningkatan jumlah penswaran agar dapat memenuhi pennintaan tidak dilakukan. Peneliti melihat, bahwa keljasama dengan pihak &Sing harus ditinjau ulang karena
bukanlah
soIusi
yang
sebenamya
delam
rnenyelesaikan
masalah
sumberdaya air di wilayah Jakarta, melainkan justru memperumit keaclaan dan menambah beban masyarakat. kerens kenaikan harga yang diakukan tidak diiringi dengan peningkatan kualitas air, kualitas pelayanan, dS'I yang paing penting tidak
mampu mendorong tumbuhnya peNkDnomian wilayah, karana pads dasamya top
managementnya berasaI;
dari penduduk asing, sehingga merugikan kepentingan
ekonomi wilayah, keuntungan hanya diperoleh oleh pejabat birokrat yang memberikan izin, sedangkan bagi masyaratud dan ekonomi wilayah secara umum jelas tidak ada pengaruhnya. Seianjutnya, Harga keseimbangan (equilibrium price) air itu berada pads angke Rp 15 per m 3 sedangkan kerna'1lpuan bayar harga air rat.rata penduduk Jakarta itu hanya mencapai Rp 30 per
nr. Kecilnya rata-rata kemampuan bayar ini
adafah karena jumlah petanggan air PAM Jays yang terbesar itu adalah kelompok nnal demand yang sangat rendah membayar harga air, sedangkan kefompok derived demand yang lebih tinggi di dalam membayar harga air jumlahnya retatif
sedikit. Oleh karena itu. sangat tepat digunakan metoda skim harga yang mampu membedakan antars pelanggan derived demand dengan pe6anggan final demand yaknj skim peningkatan btock rata-rata (increasing block rate structute). Penawaran air PAM Jaya yang masih belum mampu menutupi tingginya permintaan air di wilayah OKI Jakarta, hanya bisa dihasilkan dengan menambah treatment pada air sungai dan kanal Tarum Barat, serta meningkatkan kinerja
karyawan
PAM
Jaya. sedangkan
peningkatan skala produksi sudah tidak
memungkinkan lagi terkecuali dilakukan penyegaran input -input sebagai sumber air
295
baku, maka diper1ukan pembangunan infrastruktur yang baru misalnya dengan menambah IPA baru agar produksi menjadi meningkat. Bila ditinjau dan sisi penawaran, harga air yang pantas itu adaIah Rp 185,· per m 3 , sehingga mampu menutupi biaya operasi, biaya investasi PAM Jaya, tetapi yang febih penting adaIah membayar halga dasar air (HDA) PAM Jaya berkewajiban untuk membayar nilsi perolehan air (NPA) kepada masyarakat di Hulu sungai Citarum. Sehingga dengan demikian keseimbangan penggunaan air antara wilayah hulu dengan wilayah hilir dapat terjadi, dimana wilayah hilir dapat membayar konpensasi pengunaan air masyarakat hulu karena dialirkannya air sampai ke hilir sesuai dengan debit dan volume yang diharapkan. Selanjutnya, harga air yang dapat mencapai efisiensi sumberdaya air itu adalsh dengan mengabungkan antara penentuan harga air baku yang dihitung oIeh pihak PJT 11 dengan metoda nilai manfaal air (NIMA). harga yang mengacu kepada nilai perolehan air (NPA) yang menunjukan sebagai biaya degradasi penggunaan air
Barat, dan harga penawaran; sebagai akibat usaha penggunaan air oIeh PAM Jays yang melakukan treatment
ke hulu yang dihitung oIeh pemerintahan Jaws
untuk menjadi air bersih yang telah dihitung meIaIui studi ini. Akhimya, harga air yang mencenninkan efisiensi sumberdaya air itu adalah: - Nilai Air Baku (NIMA) SK Menkimprasw;t No:3351KPTSIMI2002. 28 Oktober 2003 Rp.
851 m
3
- Nilai Perolehan Air (NPA) berdasa~ UU No: 3412000 jo Perda No: 61 2001 Jawa 8arat· Kep.Gub Jabar No: 1112002 Rp.1.235/m 3 - Harga Supply Produksi Air PAM Jaya (Marginal Cost) Harga Pasar Air
Rp
1851m3
Rp 1.505/m3
Harga air sebesar ini belum tennasuk biaya beban dan biaya administrasi lainnya, yang kemudian apabila digabungkan akan menjadi tant penggunaan air PAM Jaya, di dalam studi ini hanya rnenghitung harga air, bukan
tam
yang
ditetapkan. Jika dibandingkan dengan penyesuaian tam air minum sesuai dengan SK Gubemur OKI Jakarta No: 4164/2003 tanggal 31 Oesember 2003 tentang kenaikan tam air minum PAM Jaya, maka untuk kelompok rumahtangga sederhana dan menengah (kelompok pelanggan '" A dan IU 8) besamya tam blok pemakaian
296
0-10 m 3 adalah sebesar Rp 2. 250 dan Rp. 3.250, maka harga air yang ada sekarang sudah jauh lebih tinggi dari hasil perhitungan yakni sekitar 66,8 persen untuk golonga" tam III A dan 46,3 persen untuk goIongan '" B. Oleh karena itu, PAM Jaya dengan mitra asingnya telah berperilaku komersiat Pada sisi lain. kemampuan membayar konsumen rata-rata hanyafah sebesar Rp 301m 3 jumlah ini sangat kecil, sehingga memang pertu disesuaikan dengan harga penawaran yang berdasarkan kepada biaya marginal, dengan jalan terjadi subsidi
silang oleh kelompok petanggan rumahtangga mewah dan ;ndustri ke kelompok petanggan rumahtangga sederhana dan miskin.
7.... Kecenderungan Pillhan Penggunaan Sumberdaya Air Penduduk Di Wilayah DKI Jakarta Penduduk wiiayah DKJ Jakarta sering dihadapkan
kepacta sejumlah altematif
pilihan penggunaan sumber-sumber air minum untuk memenuN kebutuhan mereka, pilihan antara menggunakan air kKleng (pAM Jays), air tanah, dan air
dan
penjaja
air keliling (water vendot). Altematif piUhan yang diambil oleh penduduk adatah berurutan mulai dari prioritas pertama air PAM Java; air PAM Jays di daerah mereka
ada
tersedia
jaringan
pipanya.
make
pilihan
pertama
penduduk
adalah
menggunakan air PAM Jays, karena lebih bersih, sehat. dan murah, tetapi kalau kriteria itu tidak terpenuhi, maka penduduk OKI Jakarta menggunakan sumber air
altematif kedua yakni air tanah. Penggunaan air tanah ini ditentukan deh kriteria bersih, tktak berbau, tidak benninyak, mudah mengambilnya, lebih mahal dan air PAM jika dibandingken antara membayar biaya listrik akibat penggunaan pompa air tanah dengan biaya rekening air PAM Jaya. Altematif yang ketiga adalah menggunakan air dan pedagang jalanan. jika altematif pertama dan kedua tidak terpenuhi kriterianya. Altematif terakhir. adalah mengkornbinasikan ketiga sumbersumber air bagi penduduk di stas. Model yang dapat digunakan untuk menganaUsis sejumlah pilihan yang tersedia untuk penggunaan air penduduk di atas adaIah multi response models. Apakah akan menggunakan air PAM Jaya. air tanah, dan air dari pedagang jalanan. atau pengabungan ketiga sumber air tersebut ditentukan ofeh sejumlah vanabel penjelas seperti pendapatan. jumlah kamar mandi, harga air. jumlah anggota
297
keluarga, nilai rumah, rata-rata umur anggota keluarga, dan variabet f'8UH8ta umur rumah.
Multi I8sponse models dikembangkan untuk mendeskripsikan probability dari setiap kemungkinan
outcome
sebagai suatu fungsi dan altematif pili han yang
dispesifikasi oIeh seorang individu atau rumah tangga (Verbeek, 2000:189-194), dalam memilih attematif sumber-sumber air yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
7 A.1. H••II Estimasi Multi Response Model Dengan Metoda ML· Ordered Logtt Untuk Aitematif Pill han Sumber-sumber Air Penduduk Hasil estimasi model pilihan altematif menggunakan sumber-sumber air minum penduduk di wilayah DKJ Jakarta antara air PAM, air tanah, air dan pedagang keliling
dan
kombinasi
diantara ketiganya,
memper1ihatkan
bahwa variabel
pendapatan penduduk sangat menentukan pilihan sumber.sumber air yang digunakan. sebagai mana dalam tabeI di bawah ini. Untuk hasllebih ~kap lihat pada lampiran 3.
SematQn tinggi pendapatan rumahtangga dengan jumlah anggota keluarga lebih dan 5 orang, semakin kuat kecenderungan untuk menggunakan semua sumbar-sumber air bersih yang tersedia yakni air PAM Jays. air tanah dengan menggunakan pompa air, air dari pedagang jalanan untuk keperiuan sanilasi.
Sebaliknya semakin rendah pendapatan rumah tangos dangen jumlah anggota keluarga kurang dari lima orang, maka kecenderungan untuk memilih air dan pedagang jalanan, pads hat jika dikalkulasikan harga yang dibayar tebih mahal dan biaya bulanan air jika bertangganan dengan PAM Jaya. Namun !<arena mahalnya biaya baban dan biaya administrasi yang ditetapkan PAM Jaya rumahtangga miskin tidak memiliki uang yang cukup untuk memenuhi persyaratan pennohonan pemasangan instalasi air pipa PAM Jays. Pada
seat penelitian dilakukan, biaya yang haNS dikeluarkan oleh rumahtangga miskin untuk dapat memasang instalasi jaringan pipa PAM ke rumahn1a adaiah sebesar lebih kurang Rp. 600 ribu.
298
label 28: Hasil Regresi ML- Ordered logit Unluk Altematif Sumber Air Minum Penduduk OK' Jakarta Dependent Variabel: QT Method: ML - Ordered Logit (Quadratic hill dimbing) Date: 11/01104 Time: 10:44 Sample: 1 117 Included observations: 117 Number of ordered indicator values: 4 Convergence achieved after 5 iterations Covariance matrix computed using second derivatives HARGA INCOME J_KMD
Std. Error
z-statistik
-0.000764
0.002058 OJ)OO216 0.273249 0.107370 0.006753
-0.371368
0 .7104
0.235597 1.011554
0.B137
-1.()05374
0.3147 0.7496 OA676
5.09E-05
0.276406 -0.107947
JAK NR
0.002155 0.015225
RUAK JMBL
-0.009464 -0.740566 Limit Points
LIMIT_2:C(9) LIMIT_3:C(10) LIMIT 4:9'1)
-0.555831 1.026257 1.344350
RUR
Akaike info criterion log likelihood Restr. log likelihood LR statistik (8 df) Probabilit)t(LR stat)
Prob.
Coefficient
2.615945
-142.0328 -145.3268 6.588091
0.020961
0.011034 0.553483 0.7952<48 0.794831 0.800124
0.319154
0.3118
0.728357 -0.857680
0.3911
-1.338012
0.1809
-0.698943 1.291163 1.680177
0.4846 0.1966 0.0929
Schwaa criterion
2.875636
Hannan-Quinn after. Avg. log likelihood LR Index (Pseud0-R2)
2.n1376 -1.213955
0.022666
0.581654
Berdasarkan tabeI 28 di stas, maka dapat dikemukakan bahwa bentuk model altematif pilihan sumber-sumber air yang dipiUh oleh penduduk dengan variabet penjelas harga air, pendapatan, jumlah kamar mandi, jumiah anggota keluarga, jumlah mobil yang dim iliki , nilai rumah. raUHata umur anggota keluarga dan rata-
rata umur rumah adalah sebagai berikut: Pr( r,• )
= P" =
-0,000764 (Harga) + 5,09005 (Income) + 0,276406 (J_KMO) (0,7104) (0,8137) (0,3118) -0,107947 (JAK) - 0,740566 (JMBL) + 0,002155 (NR) (0,3147) (0,1809) (O,7496) + 0,015225 (RUAK) - 0,009464 (RUR) (0,4676) (0,3911) Pseudo R2 =0,0226 LR Stat (8df) =6,5881 Log Likehood =-142 Hasil uji keseluruhan model dengan melihat Pertama: LR yang lebih kedl dari distribusi X2 (8 df) table
stat (8 df)
=6,5881
=15,507 yang berarti terima hipotesis
Ho yang menyatakan bahwa restriksi model adalah valid, Kedua: n~ai log likelihood
ratio seharusnya tidak jauh bedanya dengan 1 lerpenuhi karena log likelihood ratio
299
adalah 1,021 yang berarti restriksi dapat ditelima. Ketiga: nilai maksimum log likelihood (IU) dengan restriksi fogfikelihood (lR) harusnya tidak terialu jauh bedanya. Berdasar1
memmh air PAM Jays atau tidak. 2. Penelapats" (income) merupakan variabel yang menentukan peluang untuk memilih kombinasi penggunaan ketiga sumber-sumber air minum. PAM. Air tanah, dan air pedagang jalanan. karena probability,
r,·
sebesar 5,09
(0,8137) febih bessr dan threshold value (limit poinf), V3, sebesar 1,34. Tands positif koefisien mempertihatkan arah perubahan daam peningkatan probability pengurutan rangking alternative yang dipifih manakala terjadi perubahan pendapatan. Artinya jika pendapatan naik sebesar satu salusn
Rp, make ~uang untuk memilih kombinasi penggunaan air PAM, air tansh dan sir dan pedsgang jalanan semakin meningkat sebesar 5,09 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok rnasysrakat yang berpendspatan tinggi lebih berpeluang untuk mengkombinasikan penggunaan air PAM dengan Air tanah, dan air dan pedagang jalanan. Semakin rendah pendapatan semakin
300
besar peluang hanya untuk memWih urutan rang king yang terakhir dalam penggunaan air yakni air dan pedagang jalanan. 3. Jumlah kamar mandi merupakan variabel yang menentukan peluang untuk memilih alternative penggunaan air tanah dengan probability Y;· sebesar 0,2764 lebih besar dan threshold value, y1 sebesar -0,5558, tetapi lebih kedl dan threshold value,
y2 sebesar 1,0263 (y1 < Yi - S y2). Tanda positif
koefisien memper1ihatkan arah perubahan dalsm peningkatan probability pengurutan rangking attematif yang dipiJih menakala terjadi peningkatan jumlah kamar mandi deism satu rumah tangga. Artinya semakin banyak kamar mandi dimiliki oleh rumah tangga, semekin besar peluangnya untuk memilih attematif kedua yakni menggunakan air tanah sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan keluarganya setelah menggunakan air PAM. 4. Jumlah anggota keluarga merupakan variabeI yang menentukan petusng untuk memilih attematif penggunaan air tanah setetah air PAM, dengan probability
Y,. sebesar -0,1079 lebih
besar dari threshold value, y1 sebesar-
0,5558, tetapi lebih keeil dan threshold value, y2 sebesar 1.0263 (y1 < Yt - S V2). Tanda negatif koefisien memper1ihatkan arah perubahan dalsm menurunnya probability pengurutan rangking aJtemati yang dipilih manakala
tefjadi bertambahnya jumlah anggota keluarga. Artinya semakin besar jumlah anggota
keluarga
semakin
kecil
peluangnya
untuk
hanya
memUih
menggunakan air tanah. 5. Jumlah mobil yang dimiliki merupakan variabet yang menentukan petuang untuk mem~ih attematlf penggunaan air PAM Jaya dengan probability
yi
e
sebesar -0,741 yang lebih kedl dan threshold value (limit point) y1. sebesar 0,556. Tanda negatif koefisien memperlihatkan erah perubahan dalam menurunnya probability pengurutan rangking altematif yang dipilih manakala terjadi peningkatan jumlah mobil yang dimiliki. Artinya, semakin banyak jumlah
mobil
yang
dimiliki
semakin
kedl
peluangnya
untuk hanya
menggunakan air PAM Jaya, sehingga semakin besar peluangnya untuk memilih attematn lain selain air PAM Jaya.
301
6. Nilai Rumah merupakan varia bel yang menentukan peluang untuk memilih altematif penggunaan air tanah dengan probability
Yi " sebesar 0,00216 yang
lebih besar dan threshold value, V1 tetapt lebih kedl dan threshold value y2 sebesar 1,026 (y1 < r/:i y2). Tands positif koefisien memper1ihatkan bahwa peningkatan nilai rumah akan meningkatkan peluang untuk tidak hanya memilih menggunakan air PAM, tetapi juga menggunakan air tanah. Artinya semakin tinggi nilai rumah semakin tinggi peluang untuk menggunakan air PAM yang dikombinasikan dengan penggunaan sumber air tanah dan lainnya.
7. Rata-rata umur anggota keluarga merupakan variabel yang menentukan peluang untuk memilih attematif penggunaan air tanah dengan probability fl· sebesar 0,015 yang lebih besar dari tht8shoId value. y1 yakni -0,556 tetapi Iebih keciI dari nilai batas ambang untuk piJihan kedua yakni y2 sebesar
1,0263. Tands positif koefisfen mempertihatkan bahwa peningkatan jumlah anggota keluarga akan meningkatka'l peluang untuk menggunakan air tanah
sete&ah menggunakan air PAM Jays. 8. Rata rata umur rumah merupakan variabel yang menentukan pe4uang untuk memilih altematif penggunaan air PAM Jays dengan probability
rl•
sebesar
-0,0095 yang lebih kedl dari nilsi batas anbang (threshold value), y1 yakni-
0,556. Tanda negatif koefisien memperlihatkan bahwa rata-rata umur rurnah yang tebih tinggi akan menurunkan peluang untuk hanya menggunakan air PAM Jaya. karena semakin tua rumah semakin banyak menggunakan air karena kecenderungan kebocoran pads instalasi air di rumah tersebut. Jadi. variabel yang sangat menentukan pili han yang akan diambii oleh penduduk OKI Jakarta di dalam menentukan jenis sumberdaya air mana yang akan dipilih untuk digunakan sebagai sumber aimya guna memenuhi kebutuhan air mereka adalah variabel pendapatan, jumlah mobil, jumlah kamar mandi dan jumlah anggota keJuarga. Vanabel pendapatan telah menjadi penentu untuk menentiJkan altematif urutan pilihan. semakin rendah pendapatan peluang untuk memilih altematif yang pertama sangat kedl, dan hanya mampu memilih alternatif yang terakhir yakni mengunakan air dan pedagang jalanan.
302
Sedangkan variabef harga, rata-rata umur anggota keluarga, dan nilai rumah bukan variabel yang dapat menentukan altematif ptlihan penggunaan sumbefsumber air yang akan digunakan ofeh penduduk OKI Jakarta karena memiliki nilsi koefisien dari limit point adalah 0,5558 yang mengindikasikan bahwa aJasan untuk memilih pilihan tersebut yang dijetaskan oIeh variabef independent tersebut tidak benar, ada variabet lain yang seharusnya mampu menjefaskan perubahan probability penduduk tersebut untuk mem~ih pilihannya . ., ...... ,. ........ I C O ..
Qf"IC]T'
.0LL::------"--::--:-: . 0.0 o.
_, . . -
G ..
..t''''~
1'- - "' - ]
,f
D .... D_~
r_'-~-""'----"
~
rr
~o"---.ooo==-----::_==------::_=-~_~--'
Gambar 33: Pendapatan Menentukan Pilihan Penggunaan Sumberdaya Air
Sementara itu di sisi lain. sebenamya harga sir pads pedagang jaianan lebih tinggi dan harga bayar air bulanan PAM Jays, dimana dari hasil penetitian empiris
rata-rata pembayaran air rumahtangga yang menggunakan air dart pedagang jalanan ini dengan volume pemakaian satu gerobak yang berisi 12 denjen dengan harga satu denjen air adalah Rp_ 750,-. maka pengeluaran untuk air sebulan dengan vofume pemakaian satu gerobak sehari adafah Rp 135 ribu Kemudian jika dibandingkan dengan pembayaran rata-rata rumahtangga pelanggan PAM Jaya, pembayaran tertinggi adalah Rp 200 ribu per bu&an bagi rumahtangga berpendapatan tinggi. pembayaran terendah adatah Rp 60 ribu dengan volume pemakaian rata-rata 30 m 3/bulan setara dengan 30 ribu liter. Maka rumahtangga yang menggunakan air dan pedagang jalanan membayar air febih
303
mahal
2
(dua)
kali
dan
rumahtangga yang berpendapatan
tinggi dengan
menggunakan semua sumber·sumber air, dan 6 kali lebih mahal dari rumahtangga yang berpendapatan sedang. Artinya. semakin lebih tinggi pendapatan rumahtangga semakin lebih murah membayar air. demikian sebaliknya. Indikasi dan temuan ini dan dikaitkan dengan hasil analisis mutti respon model, maka sebenamya harga air belum mencenninkan kesediaan membayar rumahtangga yang didassr1tan kepada tingkat peodapatannya. walaupun tingkat pendapatan mampu memberikan altematif pilihan kepada rumahtangga untuk lebih leluasa memilih sumber·sumber aif, tetapi harga air belum mampu mempertihatkan kesediaan membayar rumahtangga beniasarialn tingkat pendapatan. Artinya. soIusi persoatan inj tertetak pada harga air. rumahta1gga yang volume menggunakan air sedikit membayar dengan harga lebth mahal, tetapi rumahtangga yang volume penggunaan aimya lebih banyak membayar dengan harga murah. hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oIeh Hartwick dan Olewilens (1998) dan juga Fauzi
(2004). bahwa masalah yang dihadapi oIeh konsumen air sekarang adaIah high volume low value. low volume high value. 7.5. Kesejahteraan Ekonoml dan Efts_. .t Penggunaan Air Penduduk di Wilayah OKI Jakarta Pennintaan air pads kelompok final demand--dalam
hal ini adalah
rumahtangga-dalam penelitian ini sebenamya membedakan pennintaan air rumahtangga untuk penggunaan air di dalam rumah (indool) dengan penggunaan air di luar ruangan (out door), hal ini ter1ihat dari penggunaan variabel jumlah kendaraan yang dimiliki, dan jumlah kamar mandi yang ada. Tetapi karakteristik penggunaan air rumahtangga di wilayah OKI Jakarta lebih didominasj oIeh penggunaan air di datam ruangan, seperti untuk kepel1uan minum, dan sanitasi Iainnya. Jenis penggunaan air di dalam ruangan dan di luar ruangan ini merupakan indikator juga. bagi pengukuran tingkat kesejahteraan ekonomi rumahtangga pengguna air di wilayah OKI Jakarta. Semakin ban yak penggunaan air di luar ruangan. semakin tinggi pendapatan rumahtangga tersebut, demikian sebaliknya. Pada Tabel29 di bawah. memper1ihatkan bahwa rumahtangga pengguna air di wilayah OKI Jakarta dapat di bedakan etas dua kelompok yakni kelompok yang
304
berpendapatan linggi yakni di atas Rp 1 juts per bulan, dan kelompok yang berpendapatan rendah yakni di bawah Rp 1 juta per bulan. Efastisitas harga air total pada permintaan air kelompok rumahtangga miskin ~bih rendah dari elastisitas harga air total pada rumahtangga kaya. Artinya, pada perubahan harga misalnya penurunan (kenaikan) harga 1persen akan menyebabkan kenaikan permintaan pada rumahtangga kaya sebesar 0,062 m3 sedangkan pada kelompok rumahtangga miskin sebesar 0,059 m3 . Jadi permintaan air pads rumahtangga kaya lebih efastis tertladap perubahan harga total, tetapt apabila dimasukan variabel lainnya maka rumahtangga kaya lebih elastis pada harga yang rendah (P1), sedangkan rumahtangga miskin sebaliknya. Hal ini terjadi karena rumahtangga kava pads kenaikan harga,
~bih
memilih untuk berhemat menggunakan air PAM dengan
mengkombinasikannya dengan sumber-sumber air lainnya seperti air tanah dan air
dan pedagang jalanan. Tabel 29: Elastisitas Harga Pada Pennintaan Air Rumahtangga Kelompok Rumahtangga
Eiastisitas Harga (Pi)
Elastisitas Harga (P2l
-0,027
-0,094
-0,062
-0,029
-0,113
-0,059
Elastisitas HargaTotal
(P..J Rumahtangga kaya Rumahtangga miskin ..
Sumber: Hastl Peneliban Empiris (2004) . Pada rumahtangga miskin, permintaan aimya
~bih
eIastis pads harga yang
tingg; dari pada rumahtangga kaya, tetapt pacta harga yang lebih rendah. pem1intaan air rumahtangga kaya yang in elastis, karena rumahtangga miskin jumlah volume penggunaan air lebih sedikit dan lebih banyak menggunakan air untuk kepet1uan di dalam rumah (indoo". sebaliknva rumahtangga kaya lebih banyak menggunakan air untuk kepertuan selain untuk minum dan sanitasi. Permintaan air rumahtangga kava lebih tinggi dan Iebih datar daripada permintaan air rumahtangga miskin pada harga yang lebih rendah. Hal ini mempertihatkan bahwa rumahtangga mjskin sangat elastis permintaannya pada perubahan harga yang lebih tinggi. dari pada rumahtangga kava (Iihat gambar 36 di bawah). Kompensasi vanasi sebagai akibat perubahan harga pada P1 antara rumah tangga kaya dengan rumah tangga miskin adafah adalah sebesar Rp 8.468, dan sebesar Rp 230.060 pacta perubahan harga P2. Artinya, perubahan pada harga yang rendah (P1) misalnva mengalami kenaikan. akan menvebabkan rumahtangga miskin
305
akan menyesuaikan permintaannya terhadap air minumnya, sehingga akan mengkonpensasi perubahan konsumsi itu sebesar Rp 8.468 dari pendapatannya untuk dikeluarkan sebagai tambahan pengeluaran sebagai akibat kenaikan harga
(P,). Sehingga share pendapatannya untuk memenuhi permintaan air minum semakin besar. konsekwensinya mengurangi untuk pengeluaran lain. artinya kesejahteraannya menurun. Rp
Rp
290.870 10.687
2.219
3.]84
3.184
14.715
14.785
m3
Gambar 34: Bastisitas Kurva Pennintaan Pada Qua KeIompok Rumahtangga Berdasarkan Gambar 34 di stas, maka terlihat bahwa pada harga yang lebih
rendah maupun tinggi. lebih
curam
kurve pennintaan rumahtangga misfdn lebih rendah dan
daripada rumahta.ngga
kaye.
sehingga perUbahan
harga air,
rumahtangga miskin lebih cepat berespon dengan mengurangi &tau menambah volume penggunaan air mereka. Volume penggunaan air rumahtangga miskin 27 persen ~bih rendah daripada penggunaan air rumahtangga kaya, dan hanya 21 persen lebih rendah membayar air daripada rumahtangga kaya pada kedua harga. (untuk hasil regressi fungsi kesejahteraan sefengkapnya dapat di lihat pada lampiran 4).