BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Upaya kesehatan tersebut adalah perbaikan gizi terutama di usia sekolah dasar yaitu usia 7-12 tahun. Gizi yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Jadi perbaikan gizi anak sekolah dasar khususnya merupakan langkah strategis karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian SDM yang berkualitas (Depkes RI, 2005). Hasil analisis data Riskesda 2010 yang diterbitkan oleh Depkes (2010) menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi kekurusan pada anak umur 6-12 tahun adalah 12,2 persen terdiri dari 4,6 persen sangat kurus dan 7,6 persen kurus. Prevalensi kekurusan pada anak laki – laki lebih tinggi yaitu 13,2 persen daripada anak perempuan yaitu 11,2 persen. Secara nasional masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2 persen atau masih di atas 5,0 persen. Salah satu provinsi yang mengalami prevalensi kegemukan adalah Sumatera Utara. Prevalensi kegemukan pada anak laki-laki umur 6-12 tahun lebih tinggi dari prevalensi pada anak perempuan yaitu berturut-turut sebesar 10,7 persen dan 7,7 persen. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah kebiasaan makan. Anak sekolah umumnya lebih memilih makan jajanan daripada makan masakan ibu di rumah. Kebiasaan anak senang jajan dapat berdampak buruk sebab banyak makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat beredar. Mengonsumsi makanan jajanan yang
Universitas Sumatera Utara
tidak aman dan tidak sehat dapat menyebabkan anak terkena penyakit dan dapat menurunkan status gizi anak (Haryanto, 2002). Walaupun mempunyai nilai gizi yang cukup untuk memenuhi kecukupan gizi anak usia sekolah, namun jajanan yang ada di sekolah banyak yang tidak aman. Hal ini dibuktikan dari profil Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dalam laporan semester BPOM (2012), pengambilan sampel yang dilakukan pada para penjaja PJAS di 876 Sekolah Dasar/ Madarasah Ibtidaiyah yang tersebar di 30 kota di Indonesia. Jumlah sampel yang diambil adalah 6.213 sampel dengan rincian : 4.778 (76.9%) sampel memenuhi syarat dan 1.435 (23.10%) sampel tidak memenuhi syarat. Penyebab sampel tidak memenuhi syarat antara lain karena menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan, menggunakan bahan tambahan pangan melebihi batas maksimal, mengandung cemaran logam berat melebihi batas maksimal, mengandung cemaran mikroba melebihi batas maksimal dan mengandung cemaran bakteri patogen. Promosi kesehatan untuk memberikan informasi gizi merupakan sarana yang tepat. Salah satu bentuk promosi yang dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan yang berkaitan dengan makanan bergizi, beragam, berimbang, dan aman kepada anak sekolah dasar kelas 1 – 3 di lingkungan sekolah. Menurut Lucie (2005) promosi kesehatan di lingkungan sekolah sangat efektif karena anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab terorganisasi dengan baik serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima perubahan. Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melakukan pendidikan kesehatan diperlukan alat bantu atau media. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Menurut Elgar Dale dalam Notoatmodjo (2007) alat peraga berupa gambar berada pada lapisan kedua dari kerucut intensitas media. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, alat peraga berupa gambar mempunyai intensitas yang tinggi untuk mempersepsikan bahan pendidikan/pengajaran karena gambar dapat memperjelas konsep abstrak dan mentransformasikan pengetahuan verbal yang disampaikan. Salah satu bentuk media gambar adalah flash card. Flash card merupakan kartu bergambar yang dilengkapi kata – kata. Flash card merupakan kartu permainan yang juga digunakan untuk belajar. Penggunaan flash card sebagai media penyuluhan dengan metode ceramah sambil bermain sangat tepat karena menurut Kurniawan (2008) karakteristik anak usia Sekolah Dasar awal yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Penggunaan flash card sebagai media penyuluhan juga sesuai untuk perkembangan kecerdasan anak usia kelas awal SD/MI yang ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab dan akibat, dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu (Haditono, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Sebelumnya, peneliti telah menguji coba flash card makanan yang terdapat informasi gizi di belakangnya untuk memperkenalkan makanan bergizi kepada anak sekolah dasar pada sekolah yang berbeda yang berusia 6 – 8 tahun sebanyak 17 orang. Dalam uji coba tersebut sebanyak 14 orang dapat menjawab pertanyaan dengan sempurna seputar makanan bergizi, beragam, berimbang, dan aman dengan menggunakan flash card tersebut. Sekolah Dasar Islam Titi Berdikari terletak di Kecamatan Medan Labuhan dengan jumlah seluruh murid 250 orang. Ketika penulis melakukan survei dan pengukuran berat badan siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3 yang berjumlah 80 siswa di sekolah tersebut diperoleh bahwa 36% siswa mempunyai status gizi kurang, 53% siswa mempunyai status gizi normal, dan 11% mempunyai status gizi lebih, kemudian di sepanjang pagar sekolah terdapat banyak penjual makanan seperti bakso, gorengan, jagung rebus dengan saus, dan es doger dengan kondisi yang kurang bersih dan warna makanan terlalu mencolok, peneliti juga mengamati bahwa pada saat istirahat dan pulang sekolah anak – anak selalu membeli jajanan yang ada di sepanjang pagar sekolah tersebut. Menurut kepala sekolah SDI Titi Berdikari, Hj. Syamsiah, penyuluhan kesehatan di sekolah SDI Titi Berdikari pernah dilakukan oleh Puskesmas Labuhan Deli dan Lembaga Swadaya Masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat khususnya cuci tangan pakai sabun dan juga pernah menerima Pendamping Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) berupa roti dari Puskesmas Labuhan Deli. Namun, penyuluhan gizi tentang makanan bergizi dan jajanan sehat belum pernah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang makanan bergizi beragam berimbang dan aman menggunakan media flash card dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap anak usia sekolah.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penyuluhan kesehatan dengan media flash card terhadap pengetahuan dan sikap anak usia sekolah tentang makanan bergizi, beragam, berimbang, dan aman di SD Islam Titi Berdikari Kecamatan Medan Labuhan.
1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan dengan media flash card terhadap pengetahuan dan sikap anak usia sekolah tentang makanan bergizi, beragam, seimbang, dan aman di SD Islam Titi Berdikari Kecamatan Medan Labuhan.
1.4. Manfaat Penelitian Untuk mendapatkan alternatif atau metode baru dalam penyuluhan gizi pada anak usia sekolah dasar.
Universitas Sumatera Utara