SATUAN TUGAS PARA GUBERNUR DI BIDANG IKLIM DAN KEHUTANAN (GCF) BERITA ACARA DAN KEPUTUSAN PERTEMUAN BISNIS 15 Juni 2015 Pertemuan Temuan GCF, Catalonia, Spain
Robert Palace, Barcelona, 15 Juni 2015
AGENDA ........................................................................................................................................................ 3
Sambutan, Pengenalan dan Pengakuan Para Pengamat ................................................................................ 3 Prosedur dan Keputusan Anggota Baru ............................................................................................................ 4 Pemilihan Ketua GCF 2016 ................................................................................................................................... 5 UNFCCC COP 21 ..................................................................................................................................................... 7 Intervensi oleh Uttarakhand, India (Pengamat) ............................................................................................... 9 Tata Kelola dan Operasi GCF ............................................................................................................................... 9 Tinjauan & Adopsi Rencana Strategis GCF ..................................................................................................................9 Pendanaan GCF ................................................................................................................................................................... 10 Dana GCF ................................................................................................................................................................ 11 Strategi Dana GCF.............................................................................................................................................................. 11 Hasil Penilaian Winrock ................................................................................................................................................... 11 Logo Dana GCF Baru ........................................................................................................................................................ 12 Pemilihan Dewan Dana GCF .......................................................................................................................................... 12 Peluang Pasar ICAO .......................................................................................................................................................... 12
LAMPIRAN ............................................................................................... Error! Bookmark not defined.
Daftar Hadir Delegasi Negara Bagian Anggota .......................................... Error! Bookmark not defined. Daftar Hadir Delegasi Negara Bagian Anggota Baru ............................... Error! Bookmark not defined. Daftar Hadir Delegasi Negara Bagian Pengamat ....................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN: PENERIMAAN CAVALLY PASCA PERTEMUAN BISNIS ............................. 16 DAFTAR KEPUTUSAN ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
2
AGENDA Ini adalah berita acara Pertemuan Bisnis para anggota Satuan Tugas Para Gubernur Di Bidang Iklim dan Kehutanan (GCF) yang diselenggarakan pada hari Senin, 15 Juni 2015 di Robert Palace (La Sala de Actos) sebagai bagian dari acara Pertemuan Tahunan GCF 2014 di Barcelona, Catalonia (Spanyol). Hadir di pertemuan tersebut adalah perwakilan dari 221 negara bagian anggota GCF; perwakilan dari negara bagian pengamat, perwakilan dari negara bagian non-anggota yang memohon untuk menjadi Pengamat, Koordinator2 Negara anggota GCF dan staf Sekretariat GCF dan Dana GCF.3 Untuk melihat semua daftar hadir pertemuan silahkan lihat lampiran.
Sambutan, Pengenalan dan Pengakuan Para Pengamat Dr. William Boyd membuka pertemuan dengan memberikan sambutan khusus kepada para negara bagian Pengamat GCF yang telah menyelesaikan periode satu tahun mereka dalam status Pengamat dan telah memasukkan permohonan untuk menjadi anggota penuh GCF berdasarkan pemungutan suara pada pertemuan ini. Para negara bagiannya adalah: Bélier dan Cavally (Pantai Gading), and Rondônia, Brasil. Pemohon ke-empat, Piura (Peru) tidak dapat hadir ke pertemuan ini. Dr. William Boyd juga mengakui dan menyambut lima negara bagian Pengamat baru: Maranhão (Brasil), Oromia (Ethiopia), Uttarakhand (India), Yucatán (México), Huánuco (Peru). Penjelasan singkat mengenai Under 2 MOU Dr. Boyd membuka diskusi singkat mengenai Under 2 MOU, memberikan sebuah gambaran umum dan konteks mengenai bagaimana inisiatif ini bisa masuk kedalam strategi GCF untuk meningkatkan komitmen tingkat tinggi di tingkat sub-nasional. Beliau menjelaskan MOU sebagai “sebuah kendaraan penting bagi aksi sub-nasional dan sebuah peluang untuk meningkatkan profil GCF dan Deklarasi Rio Branco.” MOU ini diluncurkan pada bulan Mei 2015 oleh negara bagian California dan Baden1
Negara bagian anggota Cross River, Illinois, Madre de Dios, dan Amazonas-Peru tidak hadir.
Mariano Cenamo dan Luiza Lima (Brazil); Silvia Irawan, Bernadius Steni dan Guntur Prabowo (Indonesia); dan Romeo Domínguez Barradas, Renata Gomez dan Camillo Thompson (Mexico). Wilayah Peru diwakili oleh Patricia Donayre (Sekretaris Teknis CIAM) 2
Sekretariat GCF: Dr. William Boyd, Penasihat Senior & Pimpinan Proyek GCF; Colleen Scanlan Lyons, Direktur Proyek GCF, Carly Hernandez, Direktur Operasi dan Urusan Eksternal; Joshua Walker, Koordinator Proyek; Amelia Chizwala Peterson, Direktur Pelatihan dan Jaringan Pengetahuan; dan Laura Friedli (Pekerja Magang GCF). Dana GCF: Rosa Maria Vidal, Direktur Eksekutif; Luke Pritchard, Manajer Program. 3
3
Württemberg (Jerman). MOU ini memiliki 12 pendiri, beberapa merupakan anggota GCF seperti Jalisco, Acre, California dan Catalonia, dan fokusnya adalah untuk membatasi kenaikan pemanasan di bawah 2 derajat Celsius sebelum akhir abad ini. Para yurisdiksi dapat mengkomitmenkan beragam jalur untuk mencapai tujuan bersama ini. MOU ini adalah sebuah pernyataan penting para aktor sub-nasional dari “Perjalanan menuju Paris”, dan Sasaranya adalah untuk mendapatkan 100 pemerintah sub-nasional untuk menandatanganinya. Kalimantan Barat (Dr. Ir. Gusti Herdiansyah, MSC, QAM) mengingatkan para anggota GCF bahwa Para Gubernur baru saja memberikan komitmennya kepada Deklarasi Rio Branco kurang dari satu tahun yang lalu dan dibutuhkan aksi langsung untuk Deklarasi Rio Branco sebelum para Gubernur dihadirkan dengan kesepakatan lainnya. Dr. Herdiansyah juga menunjukkan bahwa Under 2 MOU menggunakan baseline tahun 1990, yang bertentangan dengan baseline nasional Indonesia yang menggunakan tahun 2000. Sebagai tanggapan, Dr. Boyd menekankan bahwa tujuan dari Deklarasi Rio Branco dan Under 2 MOU adalah untuk meningkatkan komitmen tingkat tinggi untuk menghadapi deforestasi dan perubahan iklim, dimana aksi spesifik di lapangan akan ditentukan oleh masing-masing negara bagian dan provinsi berdasarkan konteks nasional dan daerahnya. Under 2 MOU dan Deklarasi Rio Branco saling melengkapi—dan sebenarnya para pemerintah yang telah berkomitmen kepada Deklarasi Rio Branco telah melakukan lebih dari yang dipersyaratkan di dalam Under 2 MOU. Menanggapi juga, Louise Bedsworth, Wakil Direktur, Kantor Gubernur Brown (Kantor Perencanaan California) mengklarifikasi bahwa terdapat ruang di dalam Under 2 MOU untuk mengakomodasi baseline yang berbeda-beda dengan menjelaskan ketentuan ini pada bagian lampiran dari MOU ini. Lihat Pedoman Lampiran Under 2 MOU. Catatan: Sebuah upacara penandatanganan dilakukan pada tanggal 17 Juni, memberikan kesempatan bagi para Gubernur yang hadir pada Sesi Tingkat Tinggi Pertemuan Tahunan GCF untuk menandatangani MOU ini, bersama dengan Deklarasi Rio Branco, komitmen GCF untuk menghadapi tata kelola hutan dan perubahan iklim di tingkat sub-nasional.
Prosedur dan Keputusan Anggota Baru Dr. Boyd menjelaskan prosedur untuk keanggotaan dan menggarisbawahi pentingnya bagi para anggota GCF untuk berpikir strategis mengenai pertumbuhan. Sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh para anggota pendiri GCF di tahun 2009 di Belem, negara bagian yang tertarik untuk menjadi anggota GCF harus didukung oleh setidaknya satu anggota pendiri4 GCF dan harus mendapatkan suara konsensus. Para anggota yang dikonfirmasi pada Pertemuan Tahunan di Madre de Dios yang menjadi Pengamat selama satu tahun merupakan aturan yang tertanam di dalam Kebijakan Tata Kelola GCF merupakan sebuah persyaratan untuk memohon menjadi anggota penuh. Mato Grosso (Elaine Corsini) Anggota Pendiri GCF: Acre, Amapá, Amazona, Mato Grosso, Pará, Aceh, Papua, California, Illinois 4
4
mengingatkan para anggota mengenai kebijakan ini. Negara bagian pengamat Rondônia, Brasil, dan Bélier dan Cavally (Pantai Gading) dihadapkan untuk menjadi anggota. Berbicara sebagai anggota pendiri yang mendukung permohonan Rondônia’s, Acre (Magaly Medeiros, Presiden IMC-Acre) menyatakan pentingnya Rondônia sebagai negara bagian tetangga Acre, dan merupakan sebuah negara bagian yang dapat berbagi pemikiran dan pembelajaran bagi Acre, negara bagian Brasil lain dan seluruh GCF. Mengingat pertumbuhan GCF dari yang awalnya sembilan (9) anggota menjadi 29 dalam pertemuan ini, Aceh (Anwar Muhammad, Badan Lingkungan Hidup, Provinsi Aceh) mengangkat kebutuhan untuk menyusun kebijakan prosedural tertulis. Butir Aksi 1: Sekretariat GCF akan mengedarkan Kebijakan Tata Kelola GCF kepada para anggota baru dan yang ada. Keputusan 2015.1: Rondônia telah terpilih dengan suara bulat sebagai anggota GCF ke-27 dan merupakan negara bagian Brasil ke-7. Dr. Boyd mengundang Djetau N'Guessan Kouassi, Penasihat Dewan Daerah Bélier, untuk mewakili, Pantai Gading. Bélier merupakan penghasil kakao utama dan telah membentuk, selain upaya lainnya, sebuah program reforestasi yang dapat dibagikan kepada anggota GCF lainnya. Berbicara sebagai salah satu Anggota Pendiri GCF mendukung permohonan keanggotaan Bélier’s, Provinsi Papua (Mr. Noak Kapisa, Kepala Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup) menjelaskan kalau Papua juga berencana untuk mengembangkan kakao dan sangat ingin untuk belajar dari wilayah Pantai Gading mengenai bagaimana mereka dapat menghapuskan deforestasi dari komoditas pentingnya ini. Dr. Boyd melakukan pemungutan suara. Keputusan 2015.2: Bélier telah terpilih dengan suara bulat sebagai anggota GCF ke-28, dan Anggota Afrika ke-2. Catatan: Walaupun Kawasan Piura (Peru) telah memasukkan permohonan untuk keanggotaan sebelum pertemuan ini, namun tidak ada perwakilan dari Piura yang menghadiri Pertemuan Tahunan ini. Dengan demikian, pemungutan suara tidak dapat dilakukan untuk permohonan mereka. Perwakilan dari Kawasan Cavally (Pantai Gading) mengalami keterlambatan dalam perjalanan ke Barcelona. Permohonan Cavally untuk keanggotaan ditunda sampai perwakilan mereka datang. Lihat Bagian Adendum section.
Pemilihan Ketua GCF 2016 Dr. William Boyd menjelaskan peran dari Ketua GCF, yang sebelumnya adalah: menjadi tuan rumah dan menyediakan kepemimpinan dalam Pertemuan Tahunan GCF dan memberikan masukan,5
kepemimpinan dan arahan kepada agenda, pertumbuhan, keuangan, pembinaan GCF, dll. Anggota berikut dinominasikan untuk menjadi Ketua GCF 2016: Jalisco (MX), Papua dan Kalimantan Timur (Indonesia) (sebagai ketua bersama). Papua (Peter Kamarea, Sekretariat dari Satgas Pembangunan Rendah Karbon di Papua) menyampaikan permohonan maaf dari Pak Gubernur Enembe karena tidak bisa hadir dalam Pertemuan Tahunan GCF. Gubernur negara bagian Jalisco, Yang Terhormat Bapak Aristóteles Sandoval Díaz, memasukkan sebuah surat untuk mencalonkan negara bagiannya untuk menjadi ketua GCF berikutnya. Catatan: Jalisco mengalah kepada Catalonia untuk menjadi Ketua GCF pada Pertemuan Tahunan di Acre (2014). Maria Magda Ruiz Meija, Sekretaris Badan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Wilayah Jalisco mengundang para anggota GCF untuk bertemu di Guadalajara pada tahun 2016, menjelaskan bahwa kota Guadalajara sebagai sebuah “lokasi konferensi yang maju dan diakui secara internasional” dengan infrastruktur yang cukup untuk mendukung Pertemuan Tahunan GCF. Diskusi mengenai hal ini adalah sebagai berikut: Mato Grosso (Elaine Corsini, SEMA) mencatat bahwa GCF harus berpikir strategis dalam pemilihan sebuah ketua, sebagai contoh, sasaran GCF adalah untuk meningkatkan anggota “negara bagian dari sisi permintaan” dengan demikian kehadiran Catalonia sejalan dengan strategi ini. Sebagai salah satu yang terdepan dalam Under 2 MOU, Jalisco sudah dalam posisi yang baik untuk bekerjasama dengan California. Mato Grosso mengusulkan Jalisco untuk menjadi Ketua GCF tahun 2016, dilanjutkan dengan Indonesia untuk ketua tahun berikutnya. Baik Chiapas (Ricardo Hernandez, Wakil Menteri untuk Lingkungan Hidup) dan Kalimantan Barat (Dr. Ir. Gusti Herdiansyah) mencalonkan California untuk menjadi ketua berikutnya. Pará (Justiniano Netto, Menteri Khusus Para) dan Acre (Magaly Medeiros) mendukung Jalisco untuk memimpin agenda Amerika Latin, menunjukkan bahwa Meksiko cukup dekat dengan AS, sehingga tidak sulit untuk memobilisasi negara bagian-negara bagian AS untuk bekerja sama dengan Jalisco. Papua Barat (Herman Orisoe, Satgas REDD+ Papua Barat) memuji para anggota GCF atas budaya dimana negara bagian yang memilih dirinya sendiri untuk mengalah kepada Ketua yang lain untuk manfaat yang lebih besar kepada GCF, mengizinkan posisi Ketua untuk sejalan dengan Strategi GCF. Campeche (Dr. Evelia Arriaga, Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan) setuju dengan pendapat Papua Barat, menekankan bahwa Jalisco akan memberikan tongkat kepemimpinan ini kepada Indonesia dan menggunakan pengalamannya untuk menjamin kesuksesan pertemuan di Indonesia. Acre menekankan bahwa peran Ketua GCF adalah untuk menjadi panggung bagi Ketua/Tuan Rumah untuk menyoroti program dan aksi daerahnya. Dengan Jalisco menjadi Ketua maka ini akan memfasilitasi California dan Jalisco karena dekatnya jarak Jalisco ke AS. Catalonia (David Solano, Direktur Kerjasama Internasional, CTFC) menyebutkan bahwa Asia dan Afrika merupakan kawasan-kawasan yang strategis bagi arah kerja tata kelola hutan, dan harus dipertimbangkan dalam pemilihan Ketua GCF. Pemungutan suara dilakukan dimana para anggota memilih Jalisco dengan suara bulat untuk menjadi Ketua GCF tahun 2016.
6
Keputusan 2015.3: Jalisco terpilih sebagai Ketua GCF tahun. California berkomitmen untuk bekerjasama dengan Jalisco untuk melanjutkan upaya-upaya GCF untuk meningkatkan partisipasi dari negara bagian-negara bagian sisi permintaan. Para anggota memiliki preferensi agar Kalimantan Timur dan Papua menjadi Ketua GCF tahun 2017 bila Gubernur mereka menyambut peran ini, namun bukan merupakan kewajiban.
UNFCCC COP 21 Dr. Boyd sedikit membahas mengenai beberapa opsi partisipasi GCF pada COP 21 di Paris, Prancis (30 November – 11 Desember), seperti acara sampingan resmi (official side event) atau berpartisipasi di dalam Forum Lanskap Global CIFOR (CIFOR’s Global Landscapes Forum). Melanjutkan kolaborasi dengan jejaring sub-nasional lainnya (misalnya NRG4SD dan Climate Group), GCF dapat berpartisipasi di dalam sebuah “Paviliun” aksi sub-nasional. Rintangan utamanya adalah dibutuhkan akreditasi untuk sebuah acara resmi dan GCF bukanlah organisasi pengamat sehingga tidak bisa melakukan akreditasi kepada para anggotanya. Butir-butir utama yang diangkat oleh para anggota mengenai partisipasi GCF di dalam COP adalah sebagai berikut: GCF harus berpartisipasi sebagai Platform yang Berbeda. Campeche (Dr. Evelia Arriaga) menyatakan bahwa platform CIFOR sangat berbeda dengan GCF, menekankan bahwa GCF memiliki tema sub-nasional, terfokus kepada strategi-strategi tingkat daerah, misalnya pembagian manfaat, yang memberikan tantangan baik bagi pemerintah nasional dan pemerintah negara bagian. Dengan kekuatan pada inovasi di tingkat daerah dan upaya akar rumput milik GCF, maka kelompok ini harus berusaha untuk sebuah acara subnasional di dalam acara-acara resmi yang ada di COP. Mato Grosso (Elaine Corsini) menyoroti keunikan dari platform sub-nasional, memberikan contoh dari Amazon Brasil, dimana para Gubernur pada bulan Mei 2015 menyampaikan “Surat Cuiaba” kepada pemerintah nasional, untuk menguatkan kembali visi bersama mereka untuk menurunkan deforestasi di dalam Amazon. Aceh (Anwar Muhammad) menekankan bahwa filosofi mendasar GCF adalah untuk memberdayakan masyarakat untuk melestarikan hutan tropis, suatu pembeda yang harus dipelihara pada partisipasi GCF di COP. Partisipasi Harus Meningkatkan Visibilitas GCF. Chiapas (Ricardo Hernandez) menyatakan bahwa GCF harus visibel dan berpartisipasi di dalam kesepakatankesepakatan yang sedang dinegosiasikan di COP. Dimana para negara menyatakan komitmen mereka, maka negara bagian-negara bagian anggota GCF harus menunjukan bagaimana mereka berkontribusi kepada posisi atau komitmen nasional. Hal ini seharusnya membuka peluang pendanaan kepada sub-nasional. San Martín (Mario Rios Vela, Otoritas Lingkungan Hidup Daerah) merespon bahwa besarnya minat pemerintah sub-nasional untuk bergabung ke GCF bertumbuh dari kekecewaan terhadap 7
lambannya kemajuan aksi dan keputusan pada tingkat nasional di mana kebijakan iklim sudah didiskusikan selama bertahun-tahun. San Martín, misalnya, berkontribusi secara signifikan kepada komitmen nasional Peru, namun kontribusi sub-nasional ini tidak didengarkan atau terwakilkan dengan baik di tingkat nasional. Mengingat fokusnya pada tingkat sub-nasional, GCF secara memiliki posisi unik untuk menyampaikan pesan ini di COP. Papua (Noak Kapisa) setuju mengenai pentingnya visibilitas bagi platform subnasional untuk aksi tata kelola hutan/iklim. COP adalah sebuah peluang untuk membentuk posisi nasional dengan menggunakan contoh-contoh yang ada di tingkat akar rumput. Papua Barat (Herman Orisoe) menunjukkan bahwa semenjak pembubaran BP REDD+ tahun lalu, provinsi-provinsi jejaring GCF harus bekerja dengan GCF untuk menyusun dan menyampaikan kepada pemerintah nasional agenda bersama mereka untuk COP 21, di saat pemerintah nasional sedang menyusun posisi Indonesia. Kalimantan Barat (Dr. Ir. Gusti Hardiansyah) mengemukakan bahwa GCF memiliki posisi yang unik untuk mendemonstrasikan aksi nyata yang terjadi di lapangan, sebagai contoh proyek Dana GCF di Indonesia baru-baru ini melakukan pengembangan kapasitas bagi masyarakat untuk mengukur karbon hutan dan membuat plot-plot untuk melacak karbon hutan. COP 21 adalah sebuah forum penting bagi para anggota GCF untuk menunjukkan baik visi bersama kita (tingkat politis) dan kemajuan-kemajuan yang kita hasilkan di lapangan, termasuk dalam bidang MRV. Jenis Intervensi COP 21 yang paling strategis: o Koordinasi Daerah dan Koordinasi Vertikal dengan pemerintah nasional. Dr. Boyd (Sekretariat GCF Secretariat) mendorong para anggota GCF untuk berdiskusi di dalam beragam kluster/wilayah, berkoordinasi dengan pemerintah nasional terkait, mengenai jenis intervensi yang harus dibuat pemerintah subnasional pada COP. o Intervensi yang menyoroti arti penting dari komitmen kolektif GCF. Aceh (Husaini Syamaun, Sekretaris Lingkungan Hidup) menunjukkan bahwa suara kolektif dari 29 negara bagian adalah sesuatu yang kuat. Intervensi COP harus menyampaikan keberhasilan di tingkat daerah, misalnya, moratorium hutan Aceh dan pembentukan 7 kawasan pengelolaan hutan (yang memperkerjakan lebih dari 2,000 orang untuk menjaga hutan). Sangat penting untuk menyampaikan modelmodel ini di forum internasional. o Memanfaatkan forum-forum bilateral. Amazonas, Brasil (Luis Piva) mendorong GCF untuk menemukan cara terbaik untuk menempatkan dirinya sendiri langsung 8
dalam diskusi yang terjadi di PBB. Dapatkan GCF menggunakan forum bilateral? Forum internasional merupakan sesuatu yang penting untuk mengakses pendanaan bagi upaya-upaya sub-nasional. o Intervensi yang melibatkan partisipasi tingkat tinggi dari para Gubernur GCF. Acre (Magaly Medeiros) menyatakan bahwa GCF harus memobilisasi para Gubernur-nya dalam perjalanan menuju COP untuk mengamankan komitmen dan langkah implementasi untuk menurunkan perubahan iklim.
Keputusan 2015.4: Disimpulkan bawah COP tetap merupakan forum dan prioritas strategis kunci bagi GCF, dan partisipasi GCF di COP 21 harus terlihat, berbeda, dan melibatkan sebanyak mungkin Gubernur anggota GCF. Butir Aksi 2: Sekretariat GCF akan terus berkoordinasi dengan daerah (melalui Koordinator Negara GCF) untuk menentukan platform dan kegiatan GCF pada COP di Paris.
Intervensi oleh Uttarakhand, India (Pengamat) Dinesh Agrawal, Yang Terhormat Menteri Kehutanan & Satwa Liar dari negara bagian India, Uttarakhand, secara singkat memaparkan sebuah pernyataan bagi para anggota GCF. Negara bagian Uttarakhand berada di kawasan Himalaya di India dan merupakan yang terdepan dalam pengurangan dampak pertanian terhadap hutan.
Tata Kelola dan Operasi GCF Tinjauan dan Adopsi Rencana Strategis GCF Dr. Boyd mencatat bahwa Rencana Strategis GCF ("GCF 2020") dan Rencana Aksi Tiga Tahun GCF (Lampiran A Rencana Strategis) sekarang sudah selesai setelah proses selama 2 tahun yang mencakup retret sepanjang satu hari untuk penyusunan rencana strategis ini dalam Pertemuan Tahunan di Acre, diikuti oleh beberapa putaran penyuntingan dan pemeriksaan. Beliau mengajak para anggota untuk mendukung Rencana Strategis ini sebagai dokumen pedoman dan visi GCF untuk lima tahun kedepan. Dokumen terkait tersedia bagi para anggota dalam bentuk flash disk di Pertemuan Tahunan Barcelona dan juga tersedia di Google Drive GCF. 9
Keputusan 2015.5: Para Anggota GCF mendukung GCF 2020 dan Rencana Aksi Tiga Tahun. Pendanaan GCF Dr. Boyd memaparkan Diagram Pendanaan GCF (2009-2015), yang menunjukkan tingkat pendanaan GCF dalam 5 tahun terakhir. Proposal pendanaan GCF saat ini telah dimasukkan kepada Norwegia pada bulan Mei 2015 dan dibatasi pada tingkat kurang lebih 1 Juta Dollar per tahun dari tahun 20162020, dimana ini tidak cukup untuk mempertahankan aktivitas-aktivitas inti dari GCF. GCF harus menggalang uang tambahan kedepannya, dan penggalangan dana merupakan prioritas baik bagi sekretariat dan para anggotanya. Sebuah proposal telah dibuat di Madre de Dios (2013) dan dilakukan kembali di Acre (2014) meminta para anggota GCF untuk mulai mengalokasikan beberapa pendanaan bagi koordinasi tingkat negara dalam bentuk dukungan pendamping. Dr. Boyd mengingatkan para anggota pentingnya untuk memanfaatkan peluang-peluang pendanaan khusus tingkat daerah. Para anggota mengangkat beberapa butir di dalam diskusi: Kontribusi Negara Bagian. Chiapas (Ricardo Hernandez) mendukung usulan yang ada dimana negara bagian harus mengembangkan cara-cara untuk mendukung para koordinator, sebuah kontribusi penting yang dapat menjamin keberlanjutan aliansi. Campeche (Dr. Evelia Arriaga) mendukung posisi Chiapas, menekankan bahwa negara bagian-negara bagian Meksiko sudah dekat untuk mendapatkan pendanaan dari Kongres Meksiko, yang akan mengizinkan mereka untuk mendukung koordinator GCF. Beliau juga mengingatkan para anggota bahwa pada Pertemuan Tahunan tahun 2010, para anggota mendiskusikan pengembangan sebuah portfolio proyek yang dapat digunakan untuk mendekati para donor, menghimbau untuk menghidupkan kembali strategi ini untuk menutup beberapa gap pendanaan. Dalam balasannya, Dr. Boyd menekankan bahwa dibutuhkan komitmen dari para anggota, walaupun kontribusi uang akan sulit untuk dilakukan para anggota. GCF tidak dapat menarik pendanaan penting dari negara bagian. Bahkan Dana GCF dibentuk untuk menjadi sebuah mekanisme di mana pendanaan dapat mengalir kepada negara bagian-negara bagian. Herman Orisoe menjelaskan bahwa di Papua Barat, tingkat kemiskinan yang ada di provinsi tersebut merupakan hambatan yang signifikan untuk memberikan dukungan pendanaan bagi kegiatan-kegiatan GCF. Memanfaatkan Donor yang Ada. Papua (Peter Kamarea) menjelaskan bahwa pemerintah Inggris, Jerman, Kanada dan pemerintah donor lainnya saat ini mendukung proyek di Papua—potensi untuk memanfaatkan pendanaan ini untuk GCF selama ini belum pernah dilakukan. Pendanaan Berdasarkan Kluster Kebutuhan. Ucayali (Lizardo Lazo Pacheco) menjelaskan bahwa sebuah strategi alternatif lainnya adalah untuk menggalang dana namun tidak berdasarkan wilayah atau kawasan melainkan berdasarkan kesamaan kebutuhan. 10
Sebagai kesimpulan, para anggota mengakui kebutuhan untuk menjadi kreatif dalam mengenali dan mengejar pendanaan bagi GCF, begitu juga dengan kebutuhan bagi para anggota dan koordinatornya untuk lebih aktif untuk menjangkau peluang-peluang yang ada di tingkat daerah untuk mendukung GCF.
DANA GCF Strategi Dana GCF Direktur Eksekutif Dana GCF, Rosa Maria Vidal, memaparkan Strategi Dana GCF yang baru saja diselesaikan. Dana GCF menguraikan sebuah Rencana Implementasi untuk Rencana Strategis ini, termasuk: merekrut lebih banyak staf, kapitalisasi dana, pengembangan kelembagaan Dana GCF, pengembangan siklus program, dan akreditasi institusi-institusi (kapasitas teknis dan administrasi, menghindari korupsi dan penyalahgunaan dana), selain kegiatan-kegiatan lainnya. Strategi Dana GCF memiliki tiga pilar: (1) Memperbaiki Taka Kelola Hutan; (2) Memperbaiki Penghidupan Berkelanjutan; (3) Pengembangan Kapasitas untuk Melakukan Transisi ke Pembangunan Daerah Pedesaan yang Rendah Emisi. Rosa Maria Vidal mengingatkan para anggota bahwa protokol Standar Dana GCF telah difinalisasi dengan memadukan masukan dari seluruh anggota GCF yang mengikuti pertemuan tahunan di Acre, Brasil. Protokol versi akhir telah disediakan kepada para anggota di dalam flash disk dan tersedia dalam bahasa Inggris, Spanyol, Portugis dan Indonesia. Hasil Penilaian Winrock Rosa Maria Vidal juga membahas mengenai hasil Penilaian Winrock terhadap 19 negara bagian yang baru saja dikeluarkan, sebuah penilaian singkat terhadap REDD+ di negara bagian-negara bagian, didesain untuk menentukan ketimpangan-ketimpangan kapasitas yang ada. Beliau membuka sebuah diskusi mengenai bagaimana Penilaian Winrock dapat digunakan, mengumpulkan beberapa umpan balik dari para delegasi berikut: Laporan Seharusnya Mencerminkan Konteks Unik dari Para Negara Bagian. Aceh (Husaini Syamaun) menjelaskan bahwa laporan disesuaikan untuk mengintegrasikan nuansa dari konteks daerah, dimana belum tercermin dengan baik dalam bentuk yang ada saat ini. Laporan seharusnya mendorong pengembangan kapasitas GCF. Campeche (Evelia Arriaga) dan Aceh (Husaini Symaun) menjelaskan bahwa laporan ini memiliki potensi untuk mengarahkan upaya-upaya pengembangan kapasitas. Laporan seharusnya menyasar para donor. Campeche (Evelia Arriaga) dan Aceh (Husaini Symaun) menjelaskan bahwa para donor seharusnya menjadi target pembaca laporan ini (sebagai contoh, ini dapat menjadi perangkat kolektif bagi seluruh anggota GCF dari Indonesia, untuk digunakan ketika tidak terdapat laporan nasional). 11
Menunjukan kemajuan dan dampak. Aceh (Husaini Symaun) mendorong Dana GCF untuk menggunakan laporan ini sebagai sebuah baseline untuk mengukur dan menunjukkan dampak GCF di lapangan pada tingkat negara bagian dan provinsi.
Logo Dana GCF Baru Para anggota membahas beragam opsi untuk logo baru, sebuah upaya untuk menghilangkan kebingungan antara Dana Iklim Hijau (Green Climate Fund) and Dana GCF (GCF Fund). Butir Aksi 3: Staf Dana GCF akan mengedarkan sebuah survei berisi semua pilihan yang untuk menentukan logo yang baru. Pemilihan Dewan Dana GCF Dr. William Boyd menjelaskan bahwa peran anggota Dewan Dana GCF adalah sebagai berikut: Mewakili kepentingan para daerah. Secara aktif bekerjasama dengan para anggota dan berfungsi sebagai saluran bagi para anggota untuk mengarahkan Dana GCF. Menghubungkan GCF kepada peluang-peluang pendanaan dan menyediakan panduan penggalangan dana. Sejalan dengan Anggaran Rumah Tangga Dana GCF, anggota dewan secara kolektif mewakili Peru, Meksiko dan Nigeria (saat ini Pablo Farias) perlu dipilih ulang atau calon-calon baru harus dimajukan untuk pertemuan Dewan Direksi Dana GCF 2015 (tanggal belum ditentukan). Mengingat pertumbuhan keanggotaan baik di Meksiko dan Peru, maka bisa jadi pantas bila negara-negara ini masing-masing memiliki Anggota Dewannya. Butir Aksi 4: Staf Dana GCF akan menghubungi para anggota dan berkoordinasi dengan Dewan Direksi untuk memastikan Anggota Dewan yang baru ditunjuk dengan cara yang menjamin semua negara memiliki representasi yang cukup di dalam Dewan Dana GCF. Peluang Pasar ICAO Luke Pritchard, Manajer Program Dana GCF, menjelaskan potensi pendanaan melalui kolaborasi dengan Organisasi Aviasi Sipil Internasional/International Civil Aviation Organization (ICAO), sebuah
12
grup global yang berkomitmen untuk mencapai “pertumbuhan netral-karbon dari tahun 2020”5 Sebuah pengukuran berbasis pasar/market-based measure (MBM) akan menjadi sebuah komponen penting untuk mencapai komitmen-komitmen ini. Ini menghadirkan potensi dari sisi permintaan yang signifikan hingga 500 juta tC/tahun. Modalitas MBM ini masih belum ditentukan namun terdapat potensi untuk memasukkan REDD+. Ini akan dilakukan pemungutan suara pada tahun 2016. Luke Pritchard membuka sebuah diskusi tentang apakah GCF perlu mengejar peluang ini dan menggunakan pengaruh politik untuk mendukung supaya REDD+ dimasukkan kedalamnya. Butir Aksi 5: Staf Dana GCF akan terus mengejar peluang pasar ICAO. Dr. Boyd menutup Pertemuan Bisnis dengan menjelaskan agenda dari 3 hari yang tersisa dari Pertemuan Tahunan GCF, dan mengucapkan terimakasih kepada para Delegasi GCF dan koordinator negaranya dan para mitra atas kehadirannya di Barcelona. Pertemuan kemudian ditutup.
Organisasi Aviasi Sipil Internasional (ICAO) telah menetapkan sebuah sasaran: “Untuk berusaha untuk mencapai sebuah sasaran jangka menengah global yang aspirasional untuk menjaga jaringan emisi global dari aviasi internasional dari tahun 2020 berada di tingkat yang sama …” 5
13
LAMPIRAN Daftar Hadir Delegasi Negara Bagian Anggota Brasil Acre: Magaly Medeiros Amazonas: Antonio Ademir Stroski dan Luis Henrique Piva Amapá: Jorge Amanajás, Marcelo Creão dan Marcos Tenório Mato Grosso: Ana Luiza Peterlini dan Elaine Corsini Pará: Justiniano Netto dan Ronaldo Lima Tocantins: Luzimeire Carreira dan Rubens Brito Indonesia Aceh: Anwar Muhammad, Husaini Syamaun, dan Dedek Hadi Ismanto Kalimantan Barat: Gusti Hardiansyah Machmud dan Yenny Kalimantan Tengah: Rawing Rambang Donald Arthemas, Syahrin Dualay Kalimantan Timur: Daddy Ruhiyat dan Riza Indra Riadi Papua Barat: Herman Donatus Pelix Orisoe dan Fredrik Hendrik Runaweri Papua: Noak Kapisa dan Peter Vincentius Kamarea Peru Amazonas: Percy Chavez Escalante Loreto: Juan Carlos Vilca Tello San Martín: Victor Manuel Noriega Reátegui dan Mario Antonio Rios Ucayali: Lizardo Paul Lazo Pacheco dan Manuel Gambini Rupay Meksiko Campeche: Andrea Contreras dan Evelia Rivera Arriaga Chiapas: Carlos Morales Orsoe dan Ricardo Hernandez Jalisco: María Magdalena Ruiz Mejía dan Rodrigo Aguilar Benignos Tabasco: Claudia Elena Zenteno Ruiz dan Luis Felipe Zamora Quintana Roo: José Roch Vázquez Spanyol Catalonia: David Solano Amerika Serikat California: Richard Corey, Louise Bedsworth, dan Jason Gray ***Para Delegasi dari Nigeria tidak dapat hadir 14
Daftar Hadir Delegasi Negara Bagian Anggota Baru Rondônia, Brasil: Vilson Machado dan Eliezer Oliveira Bélier, Pantai Gading: Djetau N’Guessan Kouassi
Daftar Hadir Delegasi Negara Bagian Pengamat Maranhão, Brasil
Yang Terhormat Wakil Gubernur Carlos Brandão
Uttarakhand, India
Bapak Dinesh Agrawal, Menteri Kabinet, Hutan dan Satwa Liar, Uttarakhand Dr. Ranbir Singh, Sekretaris Utama, Lingkungan Hidup dan Hutan, Uttarakhand Dr. Parag Madhukar Dhakate, Pejabat Nodal, REDD Plus, Uttarakhand Bapak Swapan Mehra, CEO Iora Ecological solutions, New Delhi
Huánuco, Peru
Wilfredo Lopez, Manajer Daerah Sumber Daya Alam dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Oromia, Ethiopia
Diga Dirriba Ayane- Direktur Jenderal, Badan Usaha Hutan & Satwa Liar Oromia Ararsa Regassa Fayissa- Wakil Direktur, Badan Usaha Hutan & Satwa Liar Oromia Tesfaye Gonfa Negassa- Koordinator REDD+ Oromia
Yucatán, Meksiko
Andres Sierra Gomez
15
LAMPIRAN: PENERIMAAN CAVALLY PASCA PERTEMUAN BISNIS Paul Dehe, Anggota Parlemen (Wilayah Cavally) dan perwakilan dari negara bagian pengamat Cavally, Pantai Gading bergabung di dalam Pertemuan Tahunan GCF pada pagi tanggal 16 Juni. Para anggota menghentikan sejenak sesi pertemuan terbuka dari Pertemuan Tahunan GCF untuk sebuah sesi khusus dimana Paul Dehe menyampaikan pidato memohon penerimaan Cavally kedalam GCF. Berbicara mewakili salah satu Anggota Pendiri GCF yang mendukung permohonan Cavally, dari Papua (Peter Kamarea) menekankan peluang bagi Papua dan para anggota GCF lainnya untuk belajar dari program kakao berkelanjutan yang canggih dari Pantai Gading. Para anggota dengan suara penuh menerima Cavally ke dalam kedalam GCF. Campeche (Dr. Evelia Arriaga) menyambut Cavally, menekankan bahwa jika terdapat pendanaan, GCF akan berupaya untuk menghadirkan juru bahasa Prancis pada pertemuan tahunan kedepannya untuk memfasilitasi keterlibatan penuh dari dua anggota baru Afrika. Keputusan 2015.6: Cavally terpilih dengan suara bulat untuk menjadi anggota GCF ke-29, dan anggota GCF ke-tiga dari Kawasan Afrika.
DAFTAR KEPUTUSAN Keputusan 2015.1: Rondônia telah terpilih dengan suara bulat sebagai anggota GCF ke-27 dan merupakan negara bagian Brasil ke-7. Keputusan 2015.2: Bélier telah terpilih dengan suara bulat sebagai anggota GCF ke-28, dan Anggota Afrika ke-2. Keputusan 2015.3: Jalisco terpilih sebagai Ketua GCF tahun. California berkomitmen untuk bekerjasama dengan Jalisco untuk melanjutkan upaya-upaya GCF untuk meningkatkan partisipasi dari negara bagian-negara bagian sisi permintaan. Para anggota memiliki preferensi agar Kalimantan Timur dan Papua menjadi Ketua GCF tahun 2017 bila Gubernur mereka menyambut peran ini, namun bukan merupakan kewajiban. Keputusan 2015.4: Disimpulkan bawah COP tetap merupakan forum dan prioritas strategis kunci bagi GCF, dan partisipasi GCF di COP 21 harus terlihat, berbeda, dan melibatkan sebanyak mungkin Gubernur anggota GCF. Keputusan 2015.5: Para Anggota GCF mendukung GCF 2020 dan Rencana Aksi Tiga Tahun. Keputusan 2015.6: Cavally terpilih dengan suara bulat untuk menjadi anggota GCF ke-29, dan anggota GCF ke-tiga dari Kawasan Afrika. 16