Santi E. Purnamasari 2016
Definisi Sampel yang baik adalah sampel
yang dapat mewakili populasi. Artinya sampel memiliki ciri atau karakteristik yang sama dengan populasi.
Lanjutan…. Tujuannya adalah agar hasil
penelitian kita dapat digeneralisasikan pada populasi. Seberapa luas generalisasi yang dilakukan terhadap populasi tergantung pada seberapa terwakilinya data yang diperoleh dari sampel.
Probality Sampling Metode ini sering disebut dengan random selection, artinya bahwa setiap anggota memliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek penelitian. Ada 3 jenis proses pengambilan sampel secara random yaitu : simple random sampling, stratified random sampling dan cluster sampling.
Simple random sampling Setiap subjek yang ada dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek penelitian. Jika dalam suatu populasi terdapat 1 juta orang maka tiap orang tersebut berhak menjadi subjek. Melalui proses ini maka peneliti dapat memahami populasi tersebut tanpa harus mempelajari subjeknya satu persatu. Teknik adalah dengan menggunakan dadu, atau membuat daftar kemudian dipilih secara acak ataupun dengan metode lotere.
Stratified random sampling Apabila peneliti mengetahui bahwa
populasi penelitian terdiri dari beberapa kelompok yang berbeda, maka pengambilan subjek dapat dilakukan dengan metode stratified random sampling. Caranya adalah dengan melakukan random pada tiap sub kelompok yang ada, dimana proporsi sampel adalah sama dengan proporsi populasi
Cluster sampling
Teknik ini digunakan saat jumlah populasi sangat besar dan sangat tidak praktis untuk melakukan random satu persatu. Random dilakukan tidak terhadap individu atau sub kelompok namun terhadap cluster-nya atau kelompoknya
Non Probability Sampling Quota sampling
Convenience sampling
Quota sampling Peneliti mengambil subjek berdasarkan jumlah yang telah
ditentukan sebelumnya. Misalnya peneliti ingin mengambil data dari 40 subjek yaitu 20 mahasiswa perempuan dan 20 mahasiswa laki-laki di suatu universitas. Tidak ditentukan bagaimana caranya untuk mendapatkan subjek tersebut, sepanjang jumlahnya 40 maka itu sudah dianggap memenuhi. Kelemahannya adalah data yang diperoleh mungkin saja tidak mewakili seluruh populasi yang ada dari universitas tersebut. mungkin saja 20 mahasiswa yang diambil, baik perempuan maupun laki-laki adalah yang datang pertama ke kampus. Sehingga yang berhak untuk menjadi subjek penelitian adalah hanya mahasiswa yang datang di pagi hari.
Convenience sampling Metode ini sering disebut dengan accidental sampling dan mendasarkan pada pemilihan subjek dengan menggunakan kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Misalnya kelompok pemuda, kelompok mahasiswa psikologi, kelompok pencinta bola, dll. Metode ini dianggap sangat lemah karena peneliti tidak melakukan kontrol pada “keterwakilan” subjek yang dipilih terhadap populasinya. Untuk itu, peneliti harus hati-hati dalam mengambil kesimpulan atas hasil penelitiannya. Hal ini disebabkan oleh subjek yang dipilih mungkin saja tidak dapat mewakili populasinya secara menyeluruh.
Definisi Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat tersebut dapat digunakan pada lebih dari satu kali eksperimen dan cara kerjanya sama antara satu eksperimen dengan eksperimen lain. Selain itu, hasilnya juga akan relatif sama tiap kali digunakan. Akan lebih aman jika alat tersebut telah terstandardisasi. Jika belum terstandardisasi maka pastikan prosedurnya jelas, definisinya pun jelas dan konkrit.
Interrater reliability Yaitu 2 atau lebih rater menilai
suatu respon atau aitem yang sama. Jika terbangun kesepakatan antara mereka maka dikatakan bahwa respon atau aitem tersebut reliabel.
Test-retest reliability Yaitu dengan membandingkan
skor subjek antara pengukuran 1 dan 2 (yang diberikan tes yang sama). Jika hasilnya relatif sama maka dapat dikatakan reliabel.
Interitem reliability Bagian dari tes/kuisioner/alat ukur
yang dirancang untuk satu variabel yang sama dan menghasilkan hasil yang konsisten. Biasanya skor antar tiap aitem menunjukkan korelasi yang tinggi.
Validitas Validitas artinya adalah mengukur
apa yang harus diukur. Misalnya mengukur mengenai kecemasan maka pertanyaannya harus yang mengungkap masalah kecemasan. Nama tesnya pun adalah skala kecemasan
Face validity Dikenal dengan sebutan validitas tampang. Yaitu jika peneliti ingin mengukur suatu variabel maka ia harus menggunakan alat yang tepat. Misalnya mengukur tinggi badan harus menggunakan alat ukur tinggi badan. Misalnya mengukur berat badan maka harus menggunakan timbangan badan
Content validity Yaitu mengukur apa yang
menjadi tujuan ukur. Artinya aitem-aitem yang disusun haruslah mengarah pada variabel yang diukur
Predicitive validity Maknanya hampir sama dengan
content validity, yaitu peneliti haruslah dapat mengukur apa yang harusnya diukur sehingga peneliti dapat melakukan prediksi terhadap jawaban subjek.
Concurrent validity Validitas ini dicapai dengan membandingkan antara alat yang dibuat peneliti dengan alat lain yang ada yang mengukur hal yang sama.
Construct validity Merupakan transisi dari teori ke aplikasi
Definisi Desain ini digunakan jika peneliti tidak dapat melakukan random assignment kepada subjek untuk menerima perlakuan yang berbeda-beda di tiap kelompoknya. Disini akan dilihat bagaimana pengaruh dari perlakuan tersebut terhadap perilaku yang menjadi target penelitian eksperimen. Proses pelaksaan quasi-eksperimen sama dengan eksperimen murni, hanya saja pada quasi eskperimen, peneliti tidak melakukan kontrol terhadap subjek penelitian yang terlibat dalam eksperimen.
Definisi Peneliti dapat mengukur suatu
perilaku sebelum dan sesudah perlakuan untuk melihat pengaruh dari perlakuan tersebut terhadap perilaku subjek. Berikut ini adalah contoh penelitian dengan desain pretest – posttest.
Desain bentuk ini tidak menjamin bahwa perubahan terjadi karena perlakuan yang diberikan pada subjek, masih banyak faktor
lain yang juga memberikan pengaruh. Menurut anastasi (1958), subjek akan menunjukkan hasil kerja yang lebih baik saat mengerjakan sesuatu untuk yang kedua kalinya, meskipun tanpa adanya perlakuan atau pelatihan antara tes pertama dan kedua. Hal ini disebabkan adanya familiaritas terhadap tes yang subjek kerjakan.
Subjek juga akan menjadi lebih tidak cemas saat mengerjakan tes untuk yang kedua kalinya. Bisanya subjek juga mendapatkan informasi baru dari lingkungannya yang akan membuat skor tesnya menjadi lebih baik. atau bisa saja subjek masih ingat jawaban yang ia berikan di tes pertama sehingga ia banyak melakukan perbaikan di tes kedua.
Tugas !!! Dari desain eksperimen yang telah dibuat secara berkelompok maka tugas anda adalah :
a. menguraikan proses samplingnya b. Menunjukkan dan menjelaskan jenis vailiditasnya
c. Menunjukkan dan menjelaskan jenis reliabilitasnya
Tugas !!! Buatlah contoh rancangan penelitian dengan desain quasi eksperimen (jelaskan dimana letak quasi/alasan menggunakan quasi) Buatlah contoh penelitian pretestposttest design (jelaskan asalan menggunakan desain tersebut)
Dikerjakan secara berkelompok
Dikumpulkan pada pertemuan berikutnya