Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) (The Correlation between the Structure of Management Control System and Process of Management Control System and the Company Financial Performance at Indonesia Railway Company Limited (PT. KAI) Imas Purnamasari *) Abstract Reaching more than 100%, the decrease of financial performance of PT.KAI in 2006 is the highest in recent years. This condition is, to certain extent, caused by insufficient control system. The structure and process of management control system are two parts researchable in an effort to explain the financial performance of PT. KAI. This research is, therefore, conducted to identify: (1) the simultaneous correlation between the structure and process of management control system and company financial performance, (2) the correlation between the structure of management control system and company financial performance, and (3) the correlation between the process of management control system and company financial performance. This research uses survey-explanatory method by using three different levels of management as research respondent, namely top, middle, and low. Each level represents financial performance and operation area in terms of return on investment (ROI) year 2006. Findings of the research are as follows: (1) the structure and process of management control system have a simultaneously positive correlation with financial performance. This means that the company financial performance is strongly determined by the system of management control consisting of structure and process, (2) individually, the structure of management control system has positive correlation with financial performance, and (3) the process of management control system has positive correlation with financial performance. Keywords: Management control system, The structure of management control system, The process of management control system, Financial performance, Investment return level.
*) Dosen Universitas Pendidikan Indonesia
Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Imas Purnamasari
27
Abstraksi Dalam tahun 2006 kinerja keuangan PT. KAI mengalami penurunan yang sangat besar dibanding tahun-tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 100%. Kondisi ini, salah satunya disebabkan oleh sistem pengendalian yang belum memadai. Struktur dan proses sebagai bagian dari sistem pengendalian manajemen merupakan dua hal yang dapat diteliti dalam upaya untuk memberikan penjelasan mengenai kinerja keuangan PT. KAI. Oleh karena itu, terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui: (1) hubungan antara struktur sistem pengendalian manajemen dan proses sistem pengendalian manajemen dengan kinerja keuangan perusahaan secara simultan, (2) hubungan antara struktur sistem pengendalian manajemen dengan kinerja keuangan perusahaan, dan (3) hubungan antara proses sistem pengendalian manajemen dengan kinerja keuangan perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey-explanatory dengan menggunakan manajer setiap jenjang manajemen yaitu manajemen puncak, manajemen tingkat menengah, dan manajemen tingkat bawah sebagai responden yang mewakili tiap daerah operasi, dan kinerja keuangan dalam bentuk tingkat kembalian investasi (ROI) tahun 2006. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) secara simultan struktur dan proses sistem pengendalian manajemen memiliki hubungan yang positif dengan kinerja keuangan, artinya kinerja keuangan perusahaan sangat ditentukan oleh sistem pengendalian manajemen yang didalamnya terbagi atas struktur dan proses, (2) secara individu struktur sistem pengendalian manajemen memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan, dan (3) proses sistem pengendalian manajemen memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan. Kata kunci: Sistem pengendalian manajemen, Struktur sistem pengendalian manajemen, Proses sistem pengendalian manajemen, Kinerja keuangan, Tingkat kembalian investasi.
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot menjadi 13,7 % dari pertumbuhan tahun sebelumnya (Seda: 2002). Kita bisa lihat pada 2002, angka pertumbuhan ekonomi nasional cuma berkisar 3,5 % padahal, banyak kalangan yang menilai bahwa untuk melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi, paling tidak dibutuhkan angka pertumbuhan di atas 5%1. Semua gambaran tersebut akhirnya menjadi cermin betapa buruknya keadaan perekonomian nasional saat ini. Salah satu akibat yang timbul dari keterpurukan ekonomi Indonesia adalah jatuhnya sejumlah perusahaan baik itu perusahaan swasta maupun BUMN.. Dalam beberapa kurun terakhir semenjak BUMN dibentuk, BUMN secara umum belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Perolehan laba yang dihasilkan masih sangat rendah. Sebagai contoh, pada tahun 2000 BUMN memiliki total asset sebesar Rp. 861,52 trilyun hanya mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 13,34 Trilyun, atau dengan tingkat Return on Assets (ROA) sebesar 1,55%. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa tingkat ROA BUMN Indonesia pada tahun 1997-2001 hanya berkisar antara 1,55% sampai dengan 3,25%. 1 Tersedia dalam http/www.wartaekonomi.com 28
Fokus Ekonomi
Vol. 4 No. 1 Juni 2009 : 27 - 43
Gambar 1.1 Return on Asset BUMN selama Tahun 1997-2001
0,035
0,033
0,030
ROA (%)
0,025
0,024
0,024
0,020 0,017
ROA
0,016 0,015
0,010
0,005
0,000 1997
1998
1999
2000
2001
Tahun
Sumber : Laporan Perkembangan Kinerja BUMN – Dirjen Pembinaan BUMN, Departemen Keuangan R.I., April 2001. (Diolah kembali). Jika dilihat dari gambar 1.1 kinerja BUMN secara keseluruhan pada tahun 1997 sampai 2001 masih kurang memuaskan. Namun pada tahun 2002-2006 dari master plan BUMN bahwa kinerja keuangan seluruh BUMN naik cukup signifikan. Jelasnya dilihat dari gambar dibawah ini: Gambar 1.2 ROA dan ROE BUMN selama Tahun 2001 - 2006 5,00% 4,47%
4,50%
4,16%
4,00%
3,90%
3,82%
3,68%
3,60%
Persentase ROE & ROA
3,50% 3,00% 2,50% 1,95%
2,00%
1,99%
2,06%
2,20%
2,37%
ROA (%) ROE (%)
1,50% 1,00% 0,50% 0,00%
0,02% 2001
2002
2003
2004
2005
2006
TAHUN
Sumber : Kementrian BUMN, (diolah kembali)
Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Imas Purnamasari
29
Dengan mengamati dan menganalisis kinerja BUMN dari tahun 1997 sampai 2001 dan membandingkannya dengan kinerja BUMN pada tahun 2002 sampai 2006 sudah terlihat adanya peningkatan kinerja BUMN. Namun untuk tetap menjaga peningkatan kinerja BUMN supaya tidak mengalami penurunan lagi seperti tahun-tahun sebelumnya, maka proses pengendalian dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen perlu dioptimalkan. PT Kereta Api Indonesia (PT. KAI) adalah salah satu BUMN yang bergerak di bidang pelayanan jasa transportasi darat, mulai tahun 1998 perusahaan ini berbentuk PT (Persero). Keberhasilan PT KAI dalam menghasilkan jasanya tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana maupun dana yang tersedia, melainkan juga tergantung kepada kepercayaan publik terhadap kinerja manajemen yang mempunyai peranan penting untuk menjamin kelangsungan aktivitas bisnis perusahaan sesuai yang diharapkan. Para pengelola PT KAI harus selalu menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam pengeloaan semua sumber dayanya. Karena itu para pengelola PT KAI seharusnya mampu mengelola perusahaannya dengan mengedepankan prinsip-prinsip pengelolaan yang memiliki pertanggungjawaban kepada stakeholder-nya. Apalagi dijaman yang serba cepat, perubahan yang tajam dan radikal, para pengelola BUMN diharapkan mampu mengendalikan perusahaannya dan bisa mengiringi perubahan yang terjadi dilingkungan perusahaan, dan bersaing secara sehat. Keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan dapat dilihat dari pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya, salah satunya adalah memperoleh laba yang besar. Bagi perusahaan yang berorientasi kepada laba (profit-oriented), mendapatkan laba adalah tujuan utama untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan perusahaan dapat ditunjukkan oleh ROI yang dicapai perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bambang Riyanto (2001: 325) bahwa “Return On Investment (ROI), menggambarkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto”. Semakin tinggi ROI perusahaan maka semakin baik keadaan perusahaan. Hal ini termuat dalam pendapat Darsono dan Ashari (2005: 57) bahwa “Semakin tinggi ROI yang dicapai suatu perusahaan menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal kerja atau aktiva secara efisien dan efektif”. ROI diketahui dengan membagi laba bersih dengan jumlah aktivanya (Munawir, 2004: 335). Jika dilihat pada gambar 1.3 perolehan laba pada PT. Kereta Api dari tahun 2001 sampai 2006, terlihat masih sangat rendah jika dibandingkan dengan aktiva yang ditanamkan dalam perusahaan.
30
Fokus Ekonomi
Vol. 4 No. 1 Juni 2009 : 27 - 43
Gambar 1.3 ROA PT. Kereta Api selama Tahun 2001 – 2006 0.50%
0.05%
0.11%
0.13%
0.16%
2002
2003
2004
2005
0.00%
ROI (%)
-0.50% -1.00%
2001
2006
-0.02%
-1.50% -2.00%
ROI (%)
-2.50% -3.00% -3.50%
Tahun
-3.05%
Sumber : Laporan keuangan perusahaan, (diolah kembali) Untuk mendorong perusahaan mampu bersaing dalam persaingan global yang semakin ketat, pengendalian manajemen merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan para manajer profesional. Manajemen modern dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan telah menawarkan konsep yang dikenal sistem pengendalian manajemen (management control system). Sistem pengendalian manajemen merupakan suatu proses dan struktur yang tertata secara sistematik yang digunakan manajemen dalam pengendalian kegiatan agar sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan tercapai. Salah satu tujuan setiap perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan atau laba, beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah pendapatan yang diterima, kembalian dari investasi (ROI), dan biaya yang harus dikeluarkan. Dalam memperbesar laba, usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah memperbesar pendapatan, menurunkan biaya, dan memperbesar kembalian investasi (ROI). Untuk memperbesar pendapatan, penurunan biaya, dan memperbesar kembalian investasi (ROI) dapat dilakukan dengan memotivasi para manajer agar dapat melakukan efisiensi dan memberikan penilaian atas peran manajer tersebut dalam setiap pusat pertanggungjawaban tertentu. Berdasarkan uraian di atas, diidentifikasi permasalahan di PT. KAI yaitu adanya penurunan kinerja keuangan disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Berdasarkan pengamatan dan hasil survey pendahuluan, dari kedua faktor tersebut faktor internal merupakan faktor yang diduga menjadi faktor penyebab dari makin menurunnya kinerja keuangan. Faktor tersebut diantaranya adalah sistem pengendalian manajemen yang belum berjalan sebagaimana mestinya. 1.2. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen Mulyadi (2001:3-5) menyampaikan bahwa “Sistem pengendalian manajemen pada dasarnya merupakan suatu sistem yang dipergunakan manajemen dalam membangun masa depan organisasi”.
Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Imas Purnamasari
31
Yoseph A. Maciariello dan Calvin J. Kirby (1994:5) mengatakan bahwa: “A management Control System is a set of interrelated communication structures that facilitates the processing of information for the purpose of on organization on a continuous basis”. Berdasarkan uraian di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang digunakan oleh para manajer untuk mengarahkan para anggota organisasi agar melaksanakan kegiatan organisasi secara efektif dan efisien sesuai strategi pokok yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1.3. Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Edy Sukarno (2000:111) ”Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi”. Dalam pembahasan ini, kata kinerja dimaksudkan sebagai hasil yang telah dicapai atas segala aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumbersumber yang tersedia dalam suatu organisasi atau perusahaan, maka kinerja dimaksud adalah kinerja keuangan. 1.4. Rasio Return On Investment sebagai Ukuran Kinerja Perusahaan ROI merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Bambang Riyanto, (2001: 335)“Salah satu rasio dalam profitabilitas adalah Return On Investment (ROI), yang menggambarkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto”. ROI yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti pula efisiensi manajemen sehingga semakin tinggi ROI maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. Hal ini termuat dalam pendapat Darsono dan Ashari (2005: 57) bahwa “Semakin tinggi ROI yang dicapai suatu perusahaan menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal kerja atau aktiva secara efisien dan efektif”. Dari uraian di atas disimpulkan ROI dapat memberikan informasi menyeluruh mengenai efisiensi penggunaan modal, juga dapat memberikan informasi mengenai profitabilitas perusahaan, serta berguna dalam keperluan perencanaan dan kontrol mengenai kebijakan yang diterapkan perusahaan.
32
Fokus Ekonomi
Vol. 4 No. 1 Juni 2009 : 27 - 43
informasi mengenai profitabilitas perusahaan, serta berguna dalam keperluan perencanaan dan kontrol mengenai kebijakan yang diterapkan perusahaan. Kerangka pemikiran pembahasan ini digambarkan dapat digambarkan sebagai Kerangka pemikiran dalam dalam pembahasan ini dapat sebagai berikut: berikut:
Gambar Gambar 1.41.4 Kerangka Pemikiran Kerangka Pemikiran STRUKTUR SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
2
1 4
PROSES SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
3
2. Metode Penelitian 2. Metode Penelitian MetodeMetode penelitian yangyang digunakan dalam penelitian penelitian digunakan dalam penelitian adalah adalah pendekatan pendekatan surveyexplanatory. Pendekatan survey artinya penelitian ini diadakan untuk memperoleh fakta-fakta, survey-explanatory. Pendekatan survey artinya penelitian ini diadakan untuk mencari keterangan-keterangan faktual serta berusaha untuk menggambarkan gejala-gejala memperoleh fakta-fakta, mencari (M. keterangan-keterangan dari praktek yang sedang berlangsung Nazir, 2006: 65). faktual serta berusaha untuk menggambarkan praktek yang sedang berlangsung Populasi penelitian inigejala-gejala adalah pusatdari pertanggungjawaban yang ada di 10 (M. DAOP dan 3 DIVRE, dan 2006: populasi Nazir, 65).respondennya adalah seluruh manajer dan karyawan yang ada di 13 DAOP dan DIVRE tersebut. Mengingat populasi dari DAOP dan DIVRE PT. KAI hanya berjumlah Populasi penelitian ini adalah pusat pertanggungjawaban yang ada di 10 13, maka keseluruhan populasi tersebut dijadikan sampel seluruhnya atau disebut sampel DAOP dan 3 DIVRE, dan populasi respondennya adalah seluruh manajer dan jenuh (census sampling). Setiap DAOP dan DIVRE diwakili oleh satu orang manajer dari ada di 13 DAOP dan DIVRE tersebut. Mengingat populasi dari tingkat setiap karyawan tingkatan yang manajemen yaitu manajemen puncak (top management), manajemen menengah (middle management), manajemen bawah (lower management). DAOP dan DIVRE PT. KAIdan hanya berjumlahtingkat 13, maka keseluruhan populasi Teknik pengumpulan data dalam mengumpulkan datasampel yang berkaitan dengan masalah tersebut dijadikan sampel seluruhnya atau disebut jenuh (census penelitian ini, direncanakan menggunakan : sampling). Setiap DAOP dan DIVRE diwakili oleh satu orang manajer dari setiap a) Kuesioner/daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden penelitian ini. tingkatanyang manajemen yaitu manajemen puncak (toplebih management), manajemen b) Observasi dilakukan, untuk mengamati secara spesifik perilaku dari variabel tingkat menengah (middle management), dan manajemen tingkat bawah (lower yang sedang diteliti. Observasi juga dilakukan dalam upaya mendapatkan data-data umum lainnya tentang organisasi tersebut. management). c) Wawancara mendalam dengan pimpinan dan karyawan di lingkungan objek penelitian. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 16 8 3.1. Deskripsi tentang Struktur Sistem Pengendalian Manajemen PT. KAI Gambaran struktur sistem pengendalian manajemen berdasarkan dimensi pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi ditunjukkan pada bagian selanjutnya. Gambaran umum dimensi pusat biaya berdasarkan hasil jawaban 39 responden dapat dilihat pada Tabel 3.1. Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Imas Purnamasari
33
Gambaran struktur sistem pengendalian manajemen berdasarkan dimensi pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi ditunjukkan pada bagian selanjutnya. Gambaran umum dimensi pusat biaya berdasarkan hasil jawaban 39 responden dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel3-1 3-1 Tabel Perhitungan SkorJawaban Jawaban3939 Responden Perhitungan Skor Responden Berdasarkan Biaya BerdasarkanDimensi DimensiPusat Pusat Biaya
Pernyataan Jumlah Skor Selalu 83 Sering 96 Kadang-kadang 39 Jarang Sekali 16 Tidak pernah 0 234 Jumlah Sumber: Hasil pengolahan data
Persentase 35.47 41.03 16.67 6.84 0.00 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, nampak bahwa sebagian besar responden
Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, nampak bahwa sebagian besar responden menjawab menjawab ‘sering’, hal ini bisa berarti bahwa di setiap pusat biaya daerah operasi ‘sering’, hal ini bisa berarti bahwa di setiap pusat biaya daerah operasi PT. KAI telah memahami PT. KAI telah memahami pentingnya perencanaan biaya sebagai upaya untuk pentingnya perencanaan biaya sebagai upaya untuk mewujudkan efektivitas penggunaan biaya. mewujudkan efektivitas penggunaan biaya. PadaPada pusatpusat pendapatan sebagian besar manajer pada pusat pendapatan menjawab ‘selalu’ pendapatan sebagian besar manajer pada pusat pendapatan atas berbagai pertanyaan yang diajukan sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2. menjawab ‘selalu’ atas berbagai pertanyaan yang diajukan sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2.
Tabel3-2 3-2 Tabel Perhitungan SkorJawaban Jawaban3939 Responden Perhitungan Skor Responden Berdasarkan BerdasarkanDimensi DimensiPusat PusatPendapatan Pendapatan
16 Pernyataan Jumlah Skor Selalu 91 Sering 87 Kadang – kadang 12 Jarang Sekali 5 Tidak pernah 0 195 Jumlah Sumber: Hasil pengolahan data
Persentase 46.67 44.62 6.15 2.56 0.00 100.00
9
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan jawaban setiap manajer pusat pendapatan dapat diketahui
Berdasarkan jawaban setiap manajer pusat pendapatan dapat diketahui bahwa di setiap bahwa di setiap daerah operasi telah memiliki perencanaan yang matang atas daerah operasi telah memiliki perencanaan yang matang atas estimasi pendapatan yang estimasi dalam pendapatan diperoleh dalam upaya untuk melibatkan mencapai bagian akan diperoleh upayayang untukakan mencapai maksimalisasi laba dengan maksimalisasi dengandilakukan melibatkankontrol bagianyang pemasaran, telah dilakukan pemasaran, dan telahlaba dilakukan baik atasdan pendapatan yang diterima, dan nampak telah ada upaya dalam menilai kinerja setiap manajer pendapatan dilakukan kontrol yang baik atas pendapatan yang diterima, danpusat nampak telah ada di setiap daerah operasi. upaya dalam menilai kinerja setiap manajer pusat pendapatan di setiap daerah operasi. Tabel 3-3 Perhitungan Skor Jawaban 39 Responden Berdasarkan Dimensi Pusat Laba
34
Pernyataan Jumlah Skor Selalu 101 Sering 106 Fokus Ekonomi Kadang – kadang 24 Vol. 4 No. 1 Juni 2009 : 27 - 43 Jarang Sekali 3 Tidak pernah 0 234 Jumlah Sumber: Hasil pengolahan data
Persentase 43.16 45.30 10.26 1.28 0.00 100.00
maksimalisasi laba dengan melibatkan bagian pemasaran, dan telah dilakukan dilakukan kontrol yang baik atas pendapatan yang diterima, dan nampak telah ada upaya dalam menilai kinerja setiap manajer pusat pendapatan di setiap daerah operasi.
Tabel3-3 3-3 Tabel Perhitungan SkorJawaban Jawaban3939 Responden Perhitungan Skor Responden BerdasarkanDimensi DimensiPusat Pusat Laba Berdasarkan Laba Pernyataan Jumlah Skor Selalu 101 Sering 106 Kadang – kadang 24 Jarang Sekali 3 Tidak pernah 0 234 Jumlah Sumber: Hasil pengolahan data
Persentase 43.16 45.30 10.26 1.28 0.00 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel di atas,dapat diperoleh informasi mengenai karakteristik
Berdasarkan tabel di atas,dapat diperoleh informasi mengenai karakteristik yang terjadi yang terjadi pada setiap pusat laba di masing-masing daerah operasi, yaitu ada pada setiap pusat laba di masing-masing daerah operasi, yaitu ada upaya untuk memaksimalkan upaya untuk memaksimalkan jumlah laba di setiap periodenya. Dalam jumlah laba di setiap periodenya. Dalam perhitungan pendapatan telah menggunakan prinsip perhitungan pendapatan telah menggunakan prinsip pemaduan (matching) atas pemaduan (matching) atas jumlah pendapatan yang akan diterima dengan jumlah biaya yang jumlah pendapatan akan selalu diterima dengan jumlah biaya laba yangyang akan akan dikeluarkan. Manajer yang pusat laba mempertanggungjawabkan dihasilkan setiap dikeluarkan. periodenya. Manajer pusat laba selalu mempertanggungjawabkan laba yang dihasilkan setiap periodenya.
Tabel 3-4 Tabel Perhitungan Skor Jawaban 39 Perhitungan Skor Jawaban 39 Responden Responden Berdasarkan Dimensi Pusat Investasi Berdasarkan Dimensi Pusat Investasi 16
Pernyataan Jumlah Skor Selalu 112 Sering 99 Kadang – kadang 21 Jarang Sekali 2 Tidak pernah 0 234 Jumlah Sumber: Hasil pengolahan data
10
Persentase 47.86 42.31 8.97 0.85 0.00 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel tersebut, nampak sebagian besar responden menjawab
‘selalu’ atastabel pertanyaan yang diajukan. Ini berarti secara struktur dari sistem Berdasarkan tersebut, nampak sebagian besar responden menjawab ‘selalu’ atas pertanyaan yang diajukan. Ini berarti secara struktur dari sistem manajemen pengendalian manajemen setiap daerah operasi sudah pengendalian baik. Selanjutnya setiap daerah operasitabel sudah baik. Selanjutnya berdasarkan tabel tersebut, diperoleh beberapa berdasarkan tersebut, diperoleh beberapa karakteristik dari pusat investasi karakteristik dari pusat investasi yaitu telah ada upaya yang baik dalam mengelola investasi yaitu telah ada upaya yang baik dalam mengelola investasi yang ditanamkan. Ada yang ditanamkan. Ada kesesuaian atas rencana dan realisasi atas investasi, dan sekaligus kesesuaian ataskomitmen rencana dan realisasi ataskegiatan investasi,investasi. dan sekaligus membuktikan membuktikan adanya yang baik atas adanya komitmen yang baik atas kegiatan investasi. 3.2. Deskripsi tentang Proses Sistem Pengendalian Manajemen PT. KAI Tabel 3-5 Perhitungan Skor Jawaban 39 Responden Berdasarkan Dimensi Pemograman Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen
dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan Pernyataan Jumlah Skor Persentase pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Selalu Sering Kadang – kadang
127 112 25
46.52 Imas Purnamasari 41.03 9.16
35
3.2. Deskripsi tentang Proses Sistem Pengendalian Manajemen PT. KAI Tabel 3-5 Tabel 3-4 Perhitungan 39 Responden Responden PerhitunganSkor Skor Jawaban Jawaban 39 Berdasarkan DimensiPusat Pemograman Berdasarkan Dimensi Investasi Pernyataan Jumlah Skor Selalu 112 Sering 99 Kadang – kadang 21 Jarang Sekali 2 Tidak pernah 0 234 Jumlah Sumber: Hasil pengolahan data
Persentase 47.86 42.31 8.97 0.85 0.00 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel tersebut, nampak sebagian besar responden menjawab
Berdasarkan 3.5 terlihat responden menjawab Ini berarti ‘selalu’ atasTabel pertanyaan yang sebagian diajukan.besar Ini berarti secara struktur ‘selalu’. dari sistem berdasarkan dimensi pemograman terkait dengan proses sistem pengendalian manajemen telah pengendalian manajemen setiap daerah operasi sudah baik. Selanjutnya berjalan dengan baik. berdasarkan tabel tersebut, diperoleh beberapa karakteristik dari pusat investasi
Tabel 3-6 yaitu telah ada upaya yang baik dalam mengelola investasi yang ditanamkan. Ada Tabel 3-6
Perhitungan Skor 39 Responden Perhitungan SkorJawaban Jawaban 39 Responden kesesuaian atas rencana dan realisasi atas investasi, dan sekaligus membuktikan Berdasarkan BerdasarkanDimensi Dimensi Penganggaran Penganggaran adanya komitmen yang baik atas kegiatan investasi. Pernyataan Jumlah Skor Persentase Selalu 140 44.87 3.2. Deskripsi tentang Proses Sistem Pengendalian Manajemen PT. KAI Sering 148 47.44 Kadang – kadang 17 5.45 Jarang Sekali 6 1.92 Tabel 3-5 Tidak pernah 1 0.32 Perhitungan Skor Jawaban 39 Responden 312 100.00 Jumlah Berdasarkan Dimensi Pemograman Sumber: Hasil pengolahan data
Sumber: Hasil pengolahan data
Pernyataan Jumlah Skor Persentase Berdasarkan Tabel 3.6 terlihat sebagian besar responden menjawab Selalu 127 46.52 Berdasarkan 3.6Sering terlihat aspek sebagian besar112 responden menjawab ‘sering’.Hal ini ‘sering’.Hal Tabel ini menandakan penganggaran dalam 41.03 proses pengendalian menandakan aspek penganggaran dalam proses pengendalian manajemen sudah dilakukan Kadang – kadang 25 9.16 manajemen sudah dilakukan dengan baik. Ini berarti telah ada upaya yang baik Jarang Sekali 7 2.56 dengan baik. Ini berarti telah ada upaya yang baik dari manajemen dalam upaya untuk dariproses manajemen dalam melakukan pengendalian atas dibutuhkan. kegiatan, Tidakupaya pernah 2 sumber 0.73 melakukan pengendalian atasuntuk kegiatan, orang,proses dan daya yang 273 100.00 Jumlah orang, dan sumber daya yang dibutuhkan. Sumber: Hasil pengolahan data Tabel 3-7 Perhitungan Skor Jawaban 39 Responden Berdasarkan Dimensi Pelaksanaan dansebagian Pengukuran Berdasarkan Tabel 3.5 terlihat besar responden menjawab
36
‘selalu’. Ini berarti berdasarkan dimensi pemograman terkait dengan proses sistem Pernyataan Jumlah Skor Persentase Selalu 0 0.00 pengendalian manajemen telah berjalan dengan baik. Sering 0 0.00 Kadang – kadang 91 38.89 Jarang Sekali 106 45.30 16 11 Tidak pernah 37 15.81 234 100.00 Fokus EkonomiJumlah Vol. 4 No. 1 Juni 2009 : 27 - 43
Tabel 3.7 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden menjawab ‘jarang sekali’. Ini berarti dalam hal pelaksanaan dan pengukuran proses pengendalian manajemen belum optimal.
Jarang Sekali 6 1.92 ‘sering’.Hal ini menandakan aspek penganggaran dalam proses pengendalian Tidak pernah 1 0.32 100.00 Jumlah dengan baik. Ini 312 manajemen sudah dilakukan berarti telah ada upaya yang baik Sumber: Hasil pengolahan data dari manajemen dalam upaya untuk melakukan proses pengendalian atas kegiatan, orang, dan sumber daya yang3.6 dibutuhkan. Berdasarkan Tabel terlihat sebagian besar responden menjawab
Tabel 3-7 Tabel 3-7 ‘sering’.Hal ini menandakan aspek penganggaran dalam proses pengendalian Perhitungan Skor39 Jawaban 39 Responden Perhitungan Skor Jawaban Responden Berdasarkan Dimensi manajemen sudah dilakukan dengan baik. Ini berarti telah ada upaya yang baik dan Pengukuran BerdasarkanPelaksanaan Dimensi Pelaksanaan dan Pengukuran dari manajemen dalam upaya untuk melakukan proses pengendalian atas kegiatan, Pernyataan Jumlah Skor Persentase orang, dan sumber daya yang dibutuhkan. Selalu 0 0.00 Tabel 3-7 0 Sering 0.00 Perhitungan Skor–Jawaban Kadang kadang 39 Responden 91 Berdasarkan 38.89 Dimensi dan Pengukuran JarangPelaksanaan Sekali 106 45.30 Tidak pernah 37 15.81 Pernyataan Jumlah Skor 234 Persentase 100.00 Jumlah Selalu 0 0.00 Sering 0 0.00 3.7 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden Tabel 3.7Tabel memperlihatkan bahwa sebagian besar responden menjawabmenjawab ‘jarang sekali’. Kadang – kadang 91 38.89 Jarang Sekali 106 ‘jarang Ini berarti dalam hal pelaksanaan dan45.30 pengukuran proses belum Ini berarti dalamsekali’. hal pelaksanaan dan pengukuran proses pengendalian manajemen Tidak pernah 37 15.81 optimal.pengendalian manajemen belum optimal. 234 100.00 Jumlah Tabel 3-8 Tabel 3-8 Perhitungan Responden PerhitunganSkor SkorJawaban Jawaban 39 39 Responden Berdasarkan dan Pelaporan Pelaporan BerdasarkanDimensi DimensiAnalisis Analisis dan Pernyataan Jumlah Skor Selalu 0 Sering 0 Kadang – kadang 103 Jarang Sekali 117 Tidak pernah 14 16 234 Jumlah Sumber: Hasil pengolahan data
Persentase 0.00 0.00 44.02 50.00 5.98 100.00
12
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel 3.8 menunjukkan sebagian besar responden menjawab ‘jarang sekali”. Hal 12 proses ini mengindikasikan kegiatan analisis dan 16 pelaporan yang merupakan bagian dari pengendalian manajemen belum optimal. 3.3. Deskripsi tentang Kinerja Keuangan Daerah Operasi PT. KAI Kinerja keuangan merupakan gambaran secara menyeluruh tentang pengelolaan perusahaan dalam suatu periode. Kinerja keuangan yang makin baik dan cenderung meningkat menggambarkan manajemen telah berhasil dalam mengelola perusahaan melalui pemanfaatan berbagai sumber daya yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Gambar 3.1 memperlihatkan kinerja keuangan perusahaan setiap daerah operasi ditinjau dari ROI yang diperoleh dalam tahun 2006.
Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Imas Purnamasari
37
Gambar 3.1. ROI setiap Daerah Operasi Tahun 2006 1.00
0.68
0.69
0.50
0.13 0.17
0.00
ROI
-0.50
-0.38
-0.55
-0.30
DAOP 1 DAOP 2
0.05
DAOP 3 DAOP 4
1 -0.05 -0.18 -0.43
DAOP 5 -0.53
DAOP 6 DAOP 7
-1.00
DAOP 8
-1.50
DAOP 9 DAOP 10
-2.00
DAOP 11 DAOP 12
-2.50
DAOP 13
-2.66
-3.00
(Sumber: Hasil pengolahan data) Berdasarkan gambar tersebut, nampak dari 13 daerah operasi terdapat 8 daerah operasi memperoleh ROI negatif. Ini menunjukkan rata-rata pengelolaan atas sejumlah investasi yang ditanamkan di setiap daerah operasi masih belum dapat dikelola secara efektif dan efisien, dan menunjukkan kinerja manajemen yang kurang baik. 3.4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji 3.4. Pengujian Hipotesis hubungan variabel struktur sistem pengendalian manajemen (X1) dan proses Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hubungan variabel sistem pengendalian manajemen (X2) terhadap variabel kinerja keuangan di PT. struktur sistem pengendalian manajemen2 (X1) dan proses sistem pengendalian manajemen (X2) KAI. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui nilai X sebesar 24,154, sedangkan terhadap variabel kinerja keuangan di PT. KAI. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui nilai nilai X2 tabel dengan tingkat kesalahan alpha 5% dengan k = 3 adalah 5,991. 2 XDengan sebesar 24,154, sedangkan nilai X2 tabel dengan tingkat kesalahan alpha 5% dengan k = 3 demikian dapat ditarik kesimpulan pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak adalah dapat“Struktur ditarikSistem kesimpulan pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak sebab X25,991. hitung Dengan > X2 tabel,demikian artinya hipotesis Pengendalian 2 2 sebab X hitung > X tabel, artinya hipotesis “Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen Secara Simultan Proses Pengendalian Secara Simultan Memiliki Hubungan Positif dengan MemilikiSistem Hubungan Positif denganManajemen Kinerja Keuangan Perusahaan”, dapat diterima. Keuangan Perusahaan”, dapat diterima. Kinerja Selanjutnya secara individu, pengujian hipotesishipotesis dilakukan dilakukan dengan Selanjutnya secara individu, pengujian dengan menggunakan nilai Z. menggunakan nilai Z. Untuk nilai Z terlebih dahulu dihitungkorelasi Kendall Tau. Berdasarkan Untuk memperoleh nilai Zmemperoleh terlebih dahulu dihitung koefisien koefisien korelasi Kendall Tau. Berdasarkan diperoleh hasil variabel struktur pengendalian hasil perhitungan diperoleh hasil hasil nilaiperhitungan koefisien korelasi nilai koefisien korelasi variabel struktur pengendalian manajemen dan proses manajemen dan proses pengendalian manajemen terhadap kinerja keuangan masing – masing pengendalian manajemen terhadap kinerja keuangan masing – masing sebesar sebesar 0,588 dan 0,693. 0,588 dan 0,693. Selanjutnya berdasarkan nilai korelasi yang diperoleh, nilai z-score untuk masing Selanjutnya berdasarkan nilai korelasi yang diperoleh, nilai z-score untuk – masing variabel dihitung sebagai berikut: masing – masing variabel dihitung sebagai berikut:
τˆ τˆ Z= = var(τ ) 2(2n + 5) 9n(n + 1) Z1 =
0,673 2 ((2 x 19) + 5) 9 x 19 (19 + 1)
0,673 = = 4,287 0,157
Dengan cara yang sama diperoleh nilai Z2 sebesar 4,809. Sementara itu nilai
38
Z-tabel berdasarkan tingkat kesalahan alpha ( ) 5% sebesar 1,960. Hasil
Fokus Ekonomi
perbandingan antara nilai Z1 dan Z2 dengan Z tabel nampak nilai Z1, Z2 > Z
Vol. 4 No. 1 Juni 2009 informasi : 27 - 43hipotesis nol (H ) ditolak, artinya tabel. Dengan demikian diperoleh 0
16
14
Dengan cara yang sama diperoleh nilai Z2 sebesar 4,809. Sementara itu nilai Z-tabel berdasarkan tingkat kesalahan alpha () 5% sebesar 1,960. Hasil perbandingan antara nilai Z1 dan Z2 dengan Z tabel nampak nilai Z1, Z2 > Z tabel. Dengan demikian diperoleh informasi hipotesis nol (H0) ditolak, artinya terdapat hubungan positif antara variabel struktur pengendalian manajemen, proses pengendalian manajemen terhadap kinerja keuangan. 3.5. Hubungan Secara Simultan antara Struktur dan Proses Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Hasil pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa secara simultan variabel struktur dan proses sistem pengendalian manajemen memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan dengan nilai korelasi sebesar 0,929 artinya memiliki hubungan yang sangat kuat. Dengan demikian perubahan dalam variabel kinerja keuangan yang disebabkan oleh variabel struktur dan proses pengendalian manajemen secara bersama-sama sebesar 86,30%. Menurut Mulyadi (2001:6) struktur dan proses merupakan dua hal yang membangun sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen menyediakan struktur yang memungkinkan proses perencanaan dan implementasi rencana dapat dijalankan. Sistem pengendalian manajemen juga menyediakan berbagai sistem untuk melaksanakan proses perencanaan dan implementasi rencana. Melalui sistem pengendalian manajemen, keseluruhan kegiatan utama untuk menjadikan perusahaan sebagai institusi pencipta kekayaan dapat dilaksanakan secara terstruktur, terkoordinasi, terjadwal, dan terpadu, sehingga menjanjikan tercapainya tujuan perusahaan dan bertambahnya kekayaan dalam jumlah yang memadai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagai sistem, struktur dan proses sistem pengendalian manajemen keduanya saling berinteraksi, dimana ketercapaian tujuan organisasi untuk menciptakan kekayaan sangat ditentukan oleh keduanya. 3.6. Hubungan Struktur Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh informasi bahwa struktur pengendalian manajemen memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja keuangan. Selanjutnya dari nilai koefisien korelasi yang diperoleh dapat diketahui keberagaman variabel kinerja keuangan setiap daerah operasi di PT. KAI melalui nilai ROI ditentukan oleh struktur pengendalian manajemen sebesar 34,57% (0,5882 x 100%). Hal ini mengindikasikan kinerja keuangan setiap periode salah satunya ditentukan oleh struktur pengendalian manajemen. Struktur pengendalian manajemen menggambarkan garis dan tanggung jawab mengenai pengelolaan perusahaan. Secara teoritis struktur pengendalian manajemen yang baik adalah struktur pengendalian yang menggambarkan secara jelas peran dan tanggung jawab sebuah organisasi. Bila melihat struktur organisasi di PT. KAI hal-hal tersebut sudah terlihat dengan baik dimana struktur organisasi yang ada menggambarkan kejelasan fungsi, pembagian tugas atas keempat pusat pertanggungjawaban yaitu pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi. Struktur yang tepat atas struktur pengendalian manajemen sebuah perusahaan, pada akhirnya akan berkontribusi pada capaian kinerja keuangan. Hal ini disebabkan dalam struktur pengendalian manajemen terdiri dari empat pusat pertanggungjawaban yaitu pusat biaya, pusat
Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Imas Purnamasari
39
pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi. Secara jelas Suadi (1995:10) menjelaskan pusat biaya merupakan pusat tanggung jawab dimana input diukur, sedangkan output tidak diukur dengan satuan uang. Dengan demikian dalam pusat biaya dapat terlihat secara jelas efektivitas dan efisiensi pengelolaan dana. Bila biaya dapat diperlakukan secara efektif dan efisien, maka akan turut berkontribusi pada jumlah laba yang diperoleh. Selain pusat biaya, terdapat pusat pendapatan dimana yang menjadi tanggung jawab utama manajer pusat pendapatan adalah memaksimalkan pendapatan. Maksimalisasi pendapatan merupakan bentuk seberapa efektif manajemen menggunakan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Bila pendapatan yang diperoleh setiap periodenya dapat dioptimalkan maka hal ini akan berkontribusi terhadap perolehan laba begitu juga terhadap ROI. Pusat laba bertanggung jawab terhadap upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka memperoleh laba yang optimal. Dengan demikian terjadinya peningkatan atau penurunan laba secara langsung turut berkontribusi pada nilai ROI. Pusat investasi menggambarkan tanggung jawab manajer investasi dalam upaya pemanfaatan investasi yang ditanamkan dalam upaya menghasilkan laba secara optimal. Bila investasi yang ditanamkan dapat dimanfaatkan sebaik – baiknya, sudah pasti akan berkontribusi pada jumlah laba dan ROI yang akan diperoleh. Bila melihat kondisi yang terjadi di setiap daerah operasi mengenai keempat pusat pertanggungjawaban tersebut, dapat disimpulkan secara struktur masalah pengendalian manajemen tidak terlalu begitu lemah, artinya secara empirik manajemen di PT. KAI dilihat dari strukturnya sudah memadai dan seharusnya menjadi katalisator pencapaian laba yang optimal. 3.7. Hubungan Proses Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh informasi bahwa proses pengendalian manajemen memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja keuangan. Selanjutnya dari nilai koefisien korelasi yang diperoleh dapat diketahui keberagaman variabel kinerja keuangan setiap daerah operasi di PT. KAI melalui nilai ROI ditentukan oleh proses pengendalian manajemen sebesar 48,02% (0,6932 x 100%). Hal ini mengindikasikan kinerja keuangan setiap periode salah satunya ditentukan oleh proses pengendalian manajemen. Proses sistem pengendalian manajemen merupakan langkah yang diambil oleh organisasi untuk mengalokasikan sumber daya dan tujuan organisasi yang terdiri dari pemograman (programming), penganggaran (budgeting), pelaksanaan dan pengukuran (operating and measurement), dan analisa serta pelaporan (reporting and analyzing). Pemograman diartikan sebagai proses penyusunan program organisasi yang akan dilaksanakan dan menetapkan jumlah sumber daya yang dialokasikan kepada masing-masing program tersebut. Dengan demikian pemograman yang tepat akan berdampak pada pengelolaan sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi perusahaan yang baik menunjukkan perolehan laba secara optimal yang juga berarti ROI dapat diperoleh secara optimal. Sesuai dengan hasil penelitian atas sejumlah responden, pemograman yang dilakukan setiap daerah operasi di PT. KAI sudah baik.
40
Fokus Ekonomi
Vol. 4 No. 1 Juni 2009 : 27 - 43
Hal kedua dalam proses pengendalian manajemen yaitu penganggaran. Anthony and Recce (1999:859) menyampaikan bahwa penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengintegrasian program-program yang sebelumnya bersifat individual ke dalam pusat-pusat pertanggungjawaban. Produk akhir dari proses ini adalah sejumlah biaya, pendapatan, laba, dan penghasilan yang diharapkan dapat direalisasikan dalam satu periode anggaran. Dengan demikian bila proses penganggaran berlangsung baik, maka penafsiran tentang biaya pendapatan, laba, dan penghasilan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Setelah penetapan program dan penganggaran, tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan dan pengukuran. Pelaksanaan merupakan implementasi antara rencana dalam bentuk kegiatan maupun biaya. Bila manajemen menginginkan ada kesesuaian antara rencana dengan realisasi, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah konsistensi pelaksanaan dengan rencana baik program maupun penganggaran. Artinya kedua hal tersebut harus dapat dipedomani dalam melaksanakan kegiatan, bila tidak maka akan terjadi penyimpangan. Sementara itu pengukuran berhubungan dengan penilaian dan pengendalian kegiatan berdasarkan program dan anggaran yang ditetapkan. Terkait dengan pelaksanaan dan pengukuran di setiap daerah operasi PT.KAI, hasil jawaban responden menyatakan bahwa kegiatan pelaksanaan dan pengukuran belum optimal, bisa jadi hal ini yang menyebabkan ketercapaian ROI pada periode tersebut sebagian besar adalah negatif. Atau dengan kata lain diperolehnya ROI negatif merupakan cerminan ada pelaksanaan yang menyimpang dari seharusnya. Hal terakhir dalam proses pengendalian manajemen adalah analisa dan pelaporan. Hasil jawaban responden mengenai hal ini adalah ‘jarang sekali’. Ini berarti kegiatan yang berhubungan dengan proses analisa dan pelaporan belum terlaksana dengan baik. Kegiatan analisis dan pelaporan terkait dengan berbagai evaluasi atas kegiatan selama berlangsung maupun akhir kegiatan. Apabila hal ini tidak berjalan maka kedua kegiatan sebelumnya berupa pemograman, penganggaran di tahun mendatang menjadi tidak sesuai relevan sebab kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menilai kemajuan ketiga kegiatan sebelumnya.
4. Simpulan dan Rekomendasi 4.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang diuraikan di atas maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisa atas jawaban responden, struktur pengendalian manajemen setiap daerah operasi PT. KAI telah memadai, akan tetapi proses pengendalian manajemen dikatakan belum memadai hal ini disebabkan terdapat aspek pelaksanaan dan pengukuran serta analisa dan pelaporan yang belum berjalan sebagaimana mestinya. Ini berarti masih terdapat kelemahan sistem pengendalian manajemen terutama dalam hal proses pengendalian manajemen. 2. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh informasi secara simultan variabel struktur dan proses pengendalian manajemen memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan. Dengan demikian perubahan kinerja keuangan disebabkan oleh kedua variabel tersebut secara bersama-sama.
Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Imas Purnamasari
41
3. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh informasi variabel struktur pengendalian manajemen memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja keuangan. Dengan demikian perubahan kinerja keuangan setidaknya ditentukan oleh struktur pengendalian manajemen. 4. Selain variabel struktur pengendalian manajemen, hasil perhitungan statistik juga menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara proses pengendalian manajemen dengan kinerja keuangan. Dengan demikian proses pengendalian manajemen merupakan variabel yang menyebabkan perubahan dalam kinerja keuangan. 4.2. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan, hasil penelitian dan pembahasan maka dapat uraikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Adanya temuan mengenai proses pengendalian manajemen yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengukuran serta analisa dan pelaporan, maka sebaiknya manajemen PT. KAI segera mengambil langkah – langkah stratejik untuk memperbaiki hal tersebut, dengan cara mengaktifkan peran pimpinan puncak untuk lebih berperan aktif pada level manajemen menengah dan bawah sebagai pelaksana kebijakan manajemen puncak. 2. Adanya temuan hubungan yang kuat antara variabel struktur pengendalian manajemen dengan kinerja keuangan, maka sebaiknya pimpinan manajemen puncak, menengah, dan atas untuk senantiasa melakukan koordinasi antar pimpinan sebab secara struktural dalam lingkungan sistem pengendalian manajemen, keempat pusat pertanggungjawaban tersebut dalam pelaksanaannya saling melengkapi dan dapat berjalan dengan baik bila ada kesepahaman diantara pusat pertanggung jawaban tersebut dalam upaya mencapai ROI secara lebih baik. 3. Adanya temuan hubungan yang kuat antara variabel proses pengendalian manajemen dengan kinerja keuangan, dan hasil analisis atas aspek pelaksanaan dan pengukuran serta analisa dan pelaporan yang belum berjalan sebagaimana mestinya, maka sebaiknya manajemen PT. KAI segera memperbaiki hal tersebut dengan cara mengoptimalkan peran manajer dari berbagai level untuk saling mengawasi dan mengingatkan satu sama lainnya sebagai kontrol dalam pelaksanaan aspek tersebut secara lebih baik, dan bila hal tersebut belum teratasi dapat dilakukan rotasi jabatan. 4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian serupa dengan memasukkan unsur keputusan manajerial sebagai variabel akibat setelah adanya struktur dan proses sistem pengendalian yang diterapkan di perusahaan.
42
Fokus Ekonomi
Vol. 4 No. 1 Juni 2009 : 27 - 43
Daftar Pustaka Anthony, Robert N., and Dearden, John, and Bedford, Norton M. (1992). Sistem Pengendalian Manajemen (Management Control System). Jakarta Erlangga. Anthony, Robert N., and Govindarajan. J. (1995). Management Control System. Prentice Hall inc, New Delhi India. Charles T. Horngren. (1984). Introduction to Management Accounting. New Jersey PrenticeHall Inc. Englewood Clifts Frans Seda. (2002). Krisis Moneter Indonesia. In Jurnal Ekonomi Rakyat. Tersedia di http:// www.ekonomirakyat.org Harun Al Rasyid. (1997). Statistika Sosial. Modul Bahan Kuliah pasa PPS UNPAD, Bandung. Hendry Simamora. (2000). Akuntansi – Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta, Salemba Empat. Husein Umar. (1999). Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. Maciariello A., Joseph and Kirby J. Calvin. (1994). Management Control Systems. Prentice Hall inc., Englewood, New Jersey. Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim. (2003). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN Mulyadi dan Johny Setiawan, (2001). Sistem Perencanaan dan PengendalianManajemen, Jakarta, Salemba Empat. Mulyadi. (1993). Akuntansi Manajemen. Yogjakarta, STIE YKPN. Munawir. (1993). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta, BPFE. Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung, Alfabeta. Supriyono. (1992). Akuntansi Manajemen I – II. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta, UGM.
Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Imas Purnamasari
43