SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Yogyakarta, 26-27 Mei 2004
Para Pejabat eselon I dan II lingkup Badan Ltbang Pertanian, Para peneliti dan penyuluh, Hadirin sekalian,
Selamat pagi, Mengawali sambutan ini, saya ingin mengajak hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rakhmat dan berkahnya kita dapat berkumpul bersama-sama untuk mengikuti Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian ini.
Saya pandang Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian ini
memiliki arti strategis karena akan membahas dan merumuskan rencana strategis jangka menengah, sebagai acuan operasional untuk menghasilkan inovasi teknologi, rekayasa kelembagaan, dan rumusan kebijakan pertanian dalam rangka mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani dan masa depan bangsa ini. Meskipun platform Presiden dan Rencana Kerja Pemerintah periode 20052009 belum tersusun, namun Badan Litbang Pertanian dalam Rapat kerja ini secara proaktif mengagendakan pembahasan hal-hal yang berkaitan dengan: (1) Rencana Strategis 2005-2009; (2) Program rintisan pemasyarakatan inovasi pertanian; dan (3) Manajemen
sistem penelitian dan pengkajian.
Ketiga pokok bahasan tersebut
memiliki arti strategis dan penting sebagai masukan bagi pemerintah periode yang akan datang.
Untuk itu, saya menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada
Badan Litbang Pertanian. Para peserta rapat kerja yang saya hormati, Pada kesempatan ini, saya ingin mengingatkan kembali Saudara sekalian, betapa besar harapan saya kepada Badan Litbang Pertanian untuk secara terus menerus mampu menghasilkan terobosan inovasi teknologi layak terap bagi para
131
pengguna, yaitu para petani dan pengusaha agribisnis, rekayasa kelembagaan yang mampu mengefisienkan sistem usaha agribisnis, dan kebijakan yang mampu mengatasi permasalahan mendasar pembangunan sektor pertanian. Pada tahun ini, harapan saya ini dicerminkan pula oleh kebijakan pengalokasian dana lebih besar bagi Badan Litbang Pertanian dibanding eselon I lainnya. Saya sudah sering mengatakan hal yang sama pada setiap pertemuan dengan jajaran Badan Litbang Pertanian, namun kali ini saya ingin menegaskan lagi hal tersebut kepada jajaran Badan Litbang Pertanian, karena modal dasar untuk itu telah dimiliki lembaga riset ini. Menurut penilaian saya, Badan Litbang Pertanian telah memiliki prasyarat untuk berkarya dengan baik, yaitu struktur organisasi yang lengkap, sarana dan prasarana penelitian yang memadai, dan sumberdaya manusia yang handal untuk menjadi Center of Excellence, menjadi suatu institusi riset terdepan yang mampu menghasilkan inovasi pertanian, yang mampu mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas, dan daya saing. Badan Litbang Pertanian memiliki sistem organisasi yang cukup lengkap, dengan 11 unit eselon II, yang menangani penelitian komoditas, sumberdaya dan lintas masalah. Selain itu, Badan Litbang Pertanian juga memiliki jaringan unit kerja di seluruh propinsi, yaitu BPTP, yang tidak dipunyai oleh lembaga riset manapun di tanah air. Sarana dan prasarana penelitian yang dimiliki Badan Litbang Pertanian, walaupun tidak lengkap, namun sudah cukup memadai untuk mendukung suatu kegiatan riset standar. Begitu juga dengan sumberdaya manusia. Badan Litbang Pertanian diperkuat oleh sekitar 7800 pegawai, dan sekitar 300 diantaranya bergelar doktor, 150 berpredikat Ahli Peneliti Utama. Data tersebut menunjukkan bahwa Badan Litbang Pertanian, sungguh merupakan suatu organisasi besar yang diperkuat
oleh
sumberdaya
yang
berkualitas,
sehingga
saya
tidak
salah
menggantungkan harapan munculnya berbagai inovasi pertanian terobosan dari Badan Litbang Pertanian. Walaupun kinerja Badan Litbang Pertanian saat ini saya nilai cukup baik, namun saya melihat masih banyak yang perlu dikerjakan dan dapat dihasilkan oleh lembaga riset ini. Pada kesempatan ini, saya meminta kepada jajaran pimpinan Badan Litbang Pertanian agar mampu mengoptimalkan kapasitas kemampuan organisasi, sarana dan prasarana penelitian, sumberdaya manusia, dan dana yang dimiliki untuk meningkatkan kinerjanya lebih baik lagi. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya ingin menegaskan tiga hal yang perlu diperhatikan oleh jajaran pimpinan Badan Litbang Pertanian agar kapasitas yang dimiliki dapat didayagunakan secara optimal yaitu : (1) Pertajam
132
perumusan program penelitian dengan orientasi pada pengguna; (2) kembangkan sistem manajemen yang transparan dan fleksibel namun tetap dalam koridor aturan birokrasi; dan (3) kembangkan sistem kepemimpinan yang kritis dan kreatif, terbuka, dan team work untuk memecahkan suatu masalah secara cepat dan akurat. Hadirin sekalian, Dalam kaitan dengan hal tersebut di atas, saya ingin mengingatkan berbagai kelemahan bahkan ketimpangan yang berkaitan dengan orientasi program Badan Litbang Pertanian selama ini, antara lain : (a) penelitian lebih banyak berorientasi jangka menengah dan panjang, tidak banyak menghasilkan teknologi yang segera dimanfaatkan, (b) output kegiatan lebih banyak tertuju pada aspek teknis biologis, sangat sedikit yang berupa rumusan kebijakan, (c) volume kegiatan aspek penelitian jauh lebih dominan dibandingkan dengan kegiatan aspek pengembangannya, dan (d) upaya menghasilkan teknologi belum secara sepadan diiringi dengan upaya pendesiminasinya. Akibatnya banyak program dan kegiatan yang sudah dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian dan hal tersebut membuat kesibukan yang luar biasa bagi para peneliti dan penyuluhnya, tetapi belum terlihat secara jelas kontribusi yang bersifat langsung dan signifikan dalam mengatasi berbagai persoalan besar pembangunan pertanian di Indonesia. Oleh karena itu, Badan Litbang Pertanian perlu melakukan proporsionalisasi dan “balancing” atas berbagai ketidakseimbangan aktivitas dan fokus kegiatan sebagaimana saya sebutkan di atas. Orientasi penelitian yang diinginkan dalam kerangka pembangunan sistem dan usaha agribisnis bukanlah untuk kepuasan para penelitinya atau menyesuaikan diri dengan bidang keahlian penelitinya. Penelitian harus didasarkan pada assesment kebutuhan nyata akan dukungan teknologi atau rumusan kebijakan untuk pembangunan sistem dan usaha agribisnis (research for agribusiness development). Orientasi penelitian adalah kebutuhan pengguna, baik itu petani dan dunia usaha sebagai pengguna langsung hasil penelitian/pengkajian dalam bentuk teknologi, maupun pemerintah sebagai pengguna hasil penelitian/pengkajian dalam bentuk alternatif rumusan kebijakan. Pada kesempatan ini, saya meminta kepada para peserta Raker agar mampu merumuskan program Badan Litbang Pertanian yang lebih berorientasi kepada pengguna dan implementatif. Para peserta rapat kerja yang saya hormati, Saya ingin menitipkan beberapa hal yang menjadi permasalahan mendasar bagi pembangunan sektor pertanian untuk didiskusikan secara serius dan dirumuskan berbagai alternatif pemecahaannya.
133
Pertama,
adalah
bagaimana
cara
meningkatkan
kesejahteraan
dan
mengurangi jumlah petani gurem, sementara pada saat bersamaan muncul gejala pelambatan produktivitas dan penurunan nilai tukar petani?; kedua, bagaimana caranya mempertahankan momentum pertumbuhan tinggi produk pertanian dan membalikkan kecenderungan deselerasi pertumbuhan produksi menjadi akselerasi?; ketiga, bagaimana cara mengatasi fenomena ketidakstabilan produksi?; dan keempat, bagaimana meningkatkan daya saing produk pertanian kita? Untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi jumlah petani gurem tersebut dapat ditempuh tiga cara yaitu : peningkatan produktivitas lahan; (2) efisiensi sistem produksi dan (3) perluasan areal pertanaman. Berbagai upaya telah kita lakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan baik melalui penciptaan varietas unggul maupun peningkatan kesuburan lahan.
Namun saat ini sedang terjadi
pelambatan produktivitas lahan, utamanya di lahan sawah karena mengalami kelelahan (soil fatigue). Selain karena kelelahan tanah, perlambatan produktivitas di lahan sawah disebabkan oleh menurunnya efisiensi jaringan irigasi di beberapa wilayah yang dibangun sejak pemerintahan kolonial, karena upaya rehabilitasinya mengalami perlambatan. Kondisi ini semakin diperparah oleh menurunnya kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS), karena makin meningkatnya kegiatan usahatani di daerah hulu. Oleh karena itu, saya meminta Badan Litang Pertanian untuk segera mencari inovasi teknologi antara lain; (1)
varietas unggul baru toleran terhadap
cekaman biotik dan abiotik dan produktivitasnya tinggi; (2) pola managemen air irigasi yang efisien; (3) teknologi penanggulangan kelelahan lahan (soil fatigue); (4) sistem
usahatani
konservasi
di
DAS
yang
berwawasan
lingkungan;
(5)
pengembangan komoditas pertanian bernilai tinggi, khususnya untuk lahan sawah di Jawa. Cara kedua untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dengan usaha skala kecil adalah melalui peningkatan efisiensi sistem produksi. Sampai saat ini tingkat kehilangan hasil panen masih cukup tinggi, yaitu sekitar 15 - 20 persen dan sistem pengolahan hasil juga tidak terintegrasi sepenuhnya dengan sistem usahatani. Di sini saya ingin menegaskan bahwa betapa pentingnya inovasi teknologi panen dan pasca panen agar tingkat kehilangan hasil panen dapat diperkecil dan nilai tambah yang diterima petani semakin meningkat. Sehubungan dengan itu, sudah waktunya Badan Litbang Pertanian memprioritaskan programnya pada inovasi teknologi panen dan pasca penen. Selain itu, perlu dipikirkan secara mendalam kemungkinan rekayasa kelembagaan dan organisasi sistem dan usaha agribisnis untuk meningkatkan efisiensi sistem produksi. Badan Litbang Pertanian
134
perlu mengembangkan laboratorium agribisnsis sebagai percontohan penerapan sistem dan usaha agribisnis yang komprehensif dan terintegrasi di tingkat petani. Cara ketiga adalah mencari sumber pertumbuhan produksi baru.
Seperti
telah kita ketahui bahwa ke depan kapasitas produksi pangan nasional semakin terbatas, karena menurunnya luas baku lahan sawah akibat konversi. Penurunan luas baku lahan telah berlangsung sejak paruh kedua dekade 1980-an dan cenderung semakin besar seiring dengan peningkatan konversi ke non pertanian, khususnya di pulau Jawa. Pada beberapa tahun terakhir, penurunan luas baku lahan sawah juga telah terjadi di luar Jawa. Untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan nasional, maka satu-satunya jalan yang harus kita tempuh adalah mencari sumber pertumbuhan baru melalui eksplorasi pembukaan lahan baru. Dalam lima tahun ke depan, kita perlu memanfaatkan secara optimal lahan kering yang banyak tersedia di luar Jawa. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Badan Litbang Pertanian perlu mengidentifikasi lokasi dan luasan lahan kering yang cocok untuk budidaya pertanian dan merakit inovasi teknologi budidaya di lahan kering yang menghasilkan produktivitas tinggi, efisien, dan melestarikan sumberdaya dan lingkungan. Para peserta rapat kerja yang saya hormati, Untuk mempertahankan momentum pertumbuhan produksi tinggi dan membalikkan kondisi deselerasi pertumbuhan menjadi akselerasi, saya meminta Badan Litbang Pertanian untuk mencari dan mengembangkan
inovasi teknologi
peningkatan produktivitas berupa varietas unggul baru dan sistem pertanaman yang efisien. Fenomena ketidakstabilan produksi pertanian kita banyak berkaitan dengan anomali iklim, dan serangan hama dan penyakit. Untuk mengurangi atau paling tidak mengantisipasi ketidakstabilan produksi, saya meminta Badan Litbang Pertanian untuk mengembangkan Sistem Informasi Dini yang berkaitan dengan iklim maupun serangan hama dan penyakit tanaman; inovasi teknologi sistem pola tanam yang mampu memitigasi anomali iklim maupun serangan hama. Permasalahan lain adalah daya saing komoditas yang merupakan kunci eksistensi pertanian kita dalam era globalisasi perdagangan dunia. Daya saing yang ingin kita ciptakan adalah daya saing yang riil bukan daya saing yang semu. Daya saing riil tercipta dari inovasi pengembangan teknologi, sementara daya saing semu tercipta dari proteksi dan pemberian subsidi yang berlebihan terhadap suatu produk pertanian yang dilakukan oleh suatu negara. Fenomena daya saing semu inilah yang mengakibatkan ketidakadilan perdagangan dunia (unfair trade) saat ini. Untuk itu, saya meminta kepada Badan Litbang Pertanian untuk merumuskan sistem promosi dan proteksi komoditas pertanian kita. Sistem promosi yang dikembangkan adalah
135
untuk meningkatkan daya saing riil produk pertanian kita melalui inovasi teknologi, sementara sistem proteksi dikembangkan dalam rangka memproteksi komoditas pertanian kita dari ketidakadilan perdagangan melalui kebijakan tarif atau non tarif seperti proposal produk strategis (strategic products). Dalam kaitan itu, saat ini sedang terjadi kecenderungan negara-negara di dunia untuk melakukan kerja sama perdagangan bersifat bilateral dan regional. Suatu pertanyaan yang memerlukan kajian lebih mendalam adalah apakah kerjasama perdagangan bilateral atau regional seperti ASEAN lebih menguntungkan bagi Indonesia dibanding multilateral? Badan Litbang Pertanian harus mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan analisis yang lebih kuantitatif dan akurat. Para peserta rapat kerja dan hadirin yang berbahagia, Saya tadi mengatakan bahwa Badan Litbang Pertanian mempunyai kemampuan untuk menjadi Center of Excellence, menjadi suatu instutusi riset yang mampu menghasilkan inovasi pertanian terdepan dan profesional di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Maksud terdepan di sini adalah kemampauan Badan Litbang Pertanian menguasai IPTEK pertanian mutakhir, sehingga teknologi yang dihasilkan berdaya saing tinggi. Kunci kehandalan lembaga riset adalah pada kemampuannya dalam menguasai IPTEK. Ke depan daya saing hanya akan ditentukan oleh kemampuan lembaga risetnya dalam menguasai IPTEK. Oleh karena itu, saya mengharapkan Badan Litbang Pertanian mampu mengusai bioteknologi mutakhir untuk menciptakan inovasi teknologi pertanian. Saya menyadari bahwa permintaan saya di atas sangat banyak dan tidak mungkin dipenuhi oleh Badan Litbang Pertanian sendiri dengan keterbatasan dana pemerintah. Untuk itu, saya meminta jajaran pimpinan Badan Litbang Pertanian untuk secara kreatif dan inovatif mengembangkan kerja sama dengan lembaga riset baik di dalam negeri maupun di luar negeri, secara sinergis melakukan kegiatan riset yang saya minta di atas. Akhirnya, saya minta pertemuan seperti ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin karena tentu sangat besar korbanan yang harus diberikan, baik berupa waktu, tenaga, dan pikiran setiap individu peserta maupun anggaran negara yang dihabiskan. Kultur ilmiah yang kritis, terbuka tetapi juga kreatif perlu diwujudkan melalui diskusi dalam pertemuan ini untuk menghasilkan berbagai kesepakatan mengenai tema-tema yang dibahas dalam Rapat Kerja ini. Marilah kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar kita diberi kekuatan lahir dan batin dalam melalsanakan tugas profesional kita. Dengan mengharapkan lindungan dan bimbingan Tuhan Yang Maha Pengasih, saya
136
nyatakan Rapat Kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dibuka dengan resmi. Selamat ber-Rapat Kerja dan terima kasih.
Menteri Pertanian,
Prof.Dr.Ir. Bungaran Saragih, MEc
137