METODE PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN ISLAM DI KODIM 0714/Salatiga Tahun 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: DINA IMAMI NIM: 11108074
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012 i
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : Hal
: Pengajuan Skripsi Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi: Nama
: DINA IMAMI
NIM
: 11108074
Jrusan/Progdi
: Tarbiyah/ PAI
Judul
:
METODE
KEAGAMAAN
PEMBINAAN ISLAM
DI
MENTAL
KODIM
0714
SALATIGA Th 2012 Untuk diajukan dalam sidang munaqosah. Demikian untuk menjadi periksa. Wassalamu’alaikum.Wr. Wb. Salatiga, 28 September 2012 Pembimbing
Dra. Djami’atul Islamiah, M. Ag. NIP. 19570812 198802 2 001 ii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI METODE PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN ISLAM DI KODIM 0714/ SALATIGA
DISUSUN OLEH DINA IMAMI NIM: 11108074 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 5 November 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag
: _____________________
Sekretaris Penguji
: Drs Djoko Sutopo
: _____________________
Penguji I
: Drs Imam Baihaqi, M.Ag
: _____________________
Penguji II
: Drs Ahmad Sultoni, M.Pd
: _____________________
Penguji III
: Dra Djami‟atul Islamiah, M.Ag : _____________________
Salatiga, 6 November 2012 Kepala STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.19580827 198303 1 002
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang betanda tangan dibawah ini: Nama
: Dina Imami
NIM
:11108074
Jurusan
:Tarbiyah
Progam studi
:Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 28 September 2012 Penulis
Dina Imami Nim. 11108074
iv
MOTTO
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
) Carilah ilmu walaupun ke negeri Cina, maka sesungguhnya mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang Islam laki-laki perempuan.
v
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Ayahku Dan Ibuku tersayang yang selalu mendo’akan, memberikan banyak kasih sayang dan banyak berkorban untukku hingga aku seperti sekarang. 2. Adik-adikku, semua saudaraku dan seluruh keluarga yang telah mendukungku. 3. Mas Eko
yang selalu memberiku semangat dan dukungan penuh untuk
menyelesaikan skripsi ini. 4. Semua teman-temanku PAI C yang telah melukis begitu banyak kenangan, nafik,Umami, serta semua teman-teman angkatan 2008. 5. Para dosen yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepadaku.
vi
ABSTRAK
Dina Imami. 2012. 11108074. Metode Pembinaan Mental keagamaan Islam di Kodim 0714 Salatiga Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag. Kata Kunci: Metode pembinaan mental keagamaan Islam, Kodim Penelitian ini dirasa penting mengingat tugas setiap prajurit TNI dalam mengembankan tugas dan tanggungjawab untuk mempertahankan negara. tentu di butuhkan bukan hanya fisik yang kuat namun juga mental keagamaan yang memadai. Penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan (1) bagaimana metode pembinaan mental keagamaan islam di Kodim 0714/Salatiga? (2) bagaimana isi pembinaan mental keagamaan islam di Kodim 0714/Salatiga? (3) faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi metode pembinaan mental keagamaan islam tersebut? Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Dari data yang di peroleh di lapangan kemudian disusun dengan melakukan reduksi data yaitu pemilihan dan penyederhanaan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data sehingga dapat di tarik kesimpulan. Dalam temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa (1) metode yang digunakan dalam metode pembinaan mental keagamaan islam prajurit di Kodim 0714/Salatiga antara lain: ceramah, diskusi, tanya jawab, Konseling. (2) sedangkan isi pembinaan mental keagamaan islam meliputi: fiqih, ahlak, serta memperingati hari-hari besar keagamaan. (3) serta faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam mempengaruhi pembinaan mental keagamaan islam antara lain: faktor pendukung: sarana dan prasarana yang ada di Kodim, dukungan komando atas, bantuan organisasi dari luar dan faktor penghambat: SDM yang tidak dari profesinya, semua kegiatan bergantung siapa yang menyampaikannya, tidak ada jabatan secara khusus yang menangani tentang bintal.
vii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmad dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Metode pembinaan mental keagamaan islam di kodim 0714 salatiga tahun 2012 “. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr.Imam Sutomo,M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga 2. Dra. Siti Asdiqoh M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam. 3. Dra. Djami‟atul Islamiyah,M.Ag, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak dan ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. 5. Joae Xavier Bareto Nuner selaku Komendan Kodim yang telah memberikan ijin penelitian sehingga penelitian ini dapat selesai.
viii
6. Kedua orang tuaku, adik-adikku, semua saudaraku serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan materi dalam penyusunan skripsi ini. 7. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Seluruh staf anggota Kodim Salatiga yang telah membantu penelitian, yaitu bapak Mujahidin, bapak-bapak yang tidak bisa saya sebut satu persatu pada khususnya yang telah bekerja sama dalam penelitian ini. 9. Semua pihak yang terkait dengan ikhlas telah memberikan bantuan baik materiil maupun spiritual dalam penulisan skripsi ini. Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bias berdo‟a semoga bantuan dan bimbingan dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT sebagai amal ibadah. Akhirnaya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untk kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 28 September 2012 Penulis
Dina Imami Nim. 11108074 ix
DAFTAR ISI
…………………………………………………….......
i
…………………………………………...
ii
………………………………………………………….........
iii
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING DEKLARASI MOTTO
………………………………………………………………….......
v
…………………………………………………………...
vi
.......................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
…………………………………………………........
………………………………………………………………....
DAFTAR TABEL
…………………………………………………………....
viii x xiii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..........
1
B. Rumusan Masalah
…………………………………………………..
5
C. Tujuan Penelitian
…………………………………………………..
5
D. Manfaat Penelitian
…………………………………………………..
5
E. Penegasan Istilah
..………………………………………………….
6
F. Metode Penelitian
…………………………………………………..
9
A. Latar Belakang Masalah
G. Sistematika Penulisan …………………………………………………..
x
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembinaan mental keagamaan islam ......................................... 19 1. Pengertian metode pembinaan mental keagamaan islam .................. 19 2. Materi pembinaan mental keagamaan islam ..................................... 25 3. Metode pembinaan menta keagamaan islam..................................... 28 4. Faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan islam ........................ 30 B. Fungsi Agama dalam Kehidupan Sosial ................................................. 35 C. Lingkungan Kodim ................................................................................. 36 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah lingkungan Kodim................................................................... 39 2. Kondisi lingkungan Kodim .................................................................. 40 3. Visi, Misi, 8 Wajib TNI ....................................................................... 41 4. Gambaran Informal ............................................................................. 42 5. Kondisi Kodim ..................................................................................... 43 6. Data Organisasi .................................................................................... 45 7. Metode Pembinaan mental keagamaan islam di Kodim ...................... 48 8. Metode Pembinaan mental keagamaan islam di Kodim ...................... 51 B. Temuan Penelitian 1. Metode Pembinaan………………………………………………….52 2. Metode Pembinaan mental keagamaan islam………………………..55
xi
3. Isi Pembinaan Mental Keagamaan islam…………………………… 56 4. Faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi keagamaan Islam................................................................................ 58 BAB IV PEMBAHASAN A. Metode Pembinaan Mental Keagamaan Islam……………………….. 60 B. Isi Pembinaan Mental Keagamaan Islam…………………………….. 63 C. Faktor Pendukung dan Penghambat implementasi keagamaan Islam... 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
………………………………………………………...68
……………………………………………………………….70
C. Penutup ……………………………………………………………….. 70
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Informal..............................................................................43 Table 2 Pimpinan Kodim 0714/Salatiga..................................................44
xiii
BAB l PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembinaan Mental merupakan salah satu sarana meningkatkan mental para prajurit TNI-AD. Pembinaan mental berfungsi untuk memelihara dan meningkatkan Keimanan, Ketaqwaan, serta mempertinggi moral/ ahklak yang luhur di lingkungan TNI-AD yang berguna untuk mendukung keberhasilan tugas pokok TNI-AD. Komando Resor Militer 073/Maktarama (Korem 073/Mkt) adalah satuan di jajaran Tentara Nasional Angkatan Darat (TNI-AD) dibawah Kodam IV/ Diponegoro. Sebagai Komado kewilayahan sesuai dengan paradigma Tentara Nasional Indonesia, dan lahirnya Undang-undang no. 34 tahun 2004 tentang TNI,
adalah modal dasar
yang handal dalam memperbesar kekuatan dan
kemampuan pertahanana negara. Oleh sebab itu segala bentuk upaya
yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas kemapuan aparat Kowil, berarti “concern” dan “inhernt” dalam peningkatan kualitas sumber daya aparat Kowil itu sendiri. dalam bahasa TNI, peningkatan kualitas yang dimaksud tertuang dalam konsep “tri pola dasar pembinaan prajurit , Pinaka baladika” yang meliputi kualitas intelektual, spritual dan aspek fisik. Semua unsur ini diramuh menjadi satu yang utuh dalam rangka mewujudkan postur TNI yang profesional ,efektif, efisien dan
1
modern dalam rangka melaksanakan tantangan tugas dan menghadapi perang modern. Tugas pokok TNI sesuai amanat UU Nomor 34 Tahun 2004, tentang TNI bahwa TNI mempunyai tugas sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam
menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik
negara. TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi “ Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dari dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. Penindak setiap bentuk ancaman Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. TNI merupakan komponen utama sistem pertahanan negara. ( UU TNI No. 34 Tahun 2004: 1) Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.”(UU TNI No.
34 Tahun 2004: 1). Sesuai Keputusan
Pimpinan TNI tentang keberadaan satuan KOWIL adalah keputusan yang sudah final karena Komando kewilayahan merupakan “gelar kekuatan TNI AD” untuk itu kemampuan aparat Kowil merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan tugas secara umum sehingga kemampuan prajurit harus secara terus-menerus dipelihara dan ditingkatkan agar selalu mampu menghadapi tugas.
2
Pembinaan personil TNI-AD adalah salah satu fungsi organik yang merupakan bagian yang terpenting dari pembinaan TNI-AD secara keseluruhan, fungsi organik ini penyelengaraanya menjadi tangung jawab Komandan/Pimpinan kesatuan TNI-AD mulai dari tingkat kesatuan yang terendah sampai yang tertingi. (Bintal Fungsi Komando,2009:1). Komando Resor Militer 073/Makutarama (Korem 073/Mkt) Salatiga sebagai bagian dari Komando kewilayahan (Kowil) maka kualitas sumber daya personel Kodim 0714/Salatiga merupakan masalah yang perlu mendapatkan prioritas dalam pembinaan. Untuk mencapai tujuan diatas, Kodim 0714/Salatiga sangat membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki mental yang bersih dan berkualitas serta dapat mengendalikan diri dari pengaruh-pengaruh yang dapat merusak, menghancurkan mental dan jati diri parajurit Kodim 0714/Salatiga. Tidaklah mudah bagi Komando resor militer 0714/Salatiga dalam mencapai hal ini, dibutuhkan prajurit yang memiliki mental bersih, suci dan berkualitas dalam melaksanakan tugasnya. Tidak terpengaruh dengan imingiming, rayuan-rayuan, bujukan-bujukan yang menyesatkan sehingga tugas yang dibebankan kepada prajurit mengalami banyak kendala yang diakibatkan mental yang rendah. Sebagai satuan
di jajaran Angkatan Darat yang bertugas sebagai
Komando kewilayahan sangat dibutuhkan personel yang profesional, memiliki motivasi juang yang tinggi, dan tingkat loyalitas tinggi pula serta mental bersih yang dapat dihandalkan agar tujuan dapat dicapai secara efektif. Efektivitas kerja 3
akan ditentukan oleh pengalaman yang memberikan keahlian dan mental yang bersih. Oleh karena itu penting sekali bagi Kodim 0714/Salatiga untuk memperhatikan faktor
mental yang bersih sebagai faktor
menentukan
pelaksanaan kerja secara efektif di Kodim 0714/Salatiga. Cara yang tepat dilakukan untuk mencapai itu adalah dengan cara pembekalan peningkatan profesionalisme, pembinaan mental yang baik secara terprogram
dan
terencana
serta
dapat
dilaksanakan
secara
rutin
dan
berkesinambungan. Selain itu tuntutan tugas yang dihadapi oleh prajurit
Komando
kewilayahan Kodim 0714/Salatiga dengan berbagai persoalan bangsa yang sedemikian komplek, diperlukan ketahanan mental prajurit beserta keluarganya. Salah satu upaya guna
mewujutkan mental yang baik prajurit Kodim
0714/Salatiga perlu adanya model pembinaan mental prajurit yang baik untuk mewujutkan pembinaan mental yang baik dapat dibentuk dengan banyak cara misalnya dengan pendidikan, penataran-penataran, pelatihan-pelatihan, ceramahceramah, penyuluhan-penyuluhan dan pengarahan-pengarahan secara rutin dan terprogram. Aspek lain tidak kalah pentingnya adalah aspek pembinaan mental keprajuritan dalam buku “ Bintal Fungsi Komando (2009: 18-19) di jelaskan bahwa aspek ini meliputi 3 hal yaitu mental Rohani, mental Ideologi, mental Keprajuritan. Dari berbagai uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang model pembinaan mental, khususnya mental keagamaan Islam dengan judul 4
sebagai berikut “METODE PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN ISLAM DI KODIM 0714/SALATIGA “
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan kami angkat adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah metode pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim 0714/Salatiga? 2. Bagaimana isi pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim 0714/Salatiga tahun 2012? 3. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi metode pembinaan mental keagamaan tersebut?
C. TUJUAN PENELITIAN Setiap penelitian pasti memiliki tujuan yang berfungsi sebagai pedoman arah dan titik akhir sebuah penelitian di sini yaitu: 1. Untuk mengetahui metode pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim 0714/Salatiga. 2. Untuk mengetahui isi
pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim
0714/Salatiga tahun 2012. 5
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi model pembinaan mental keagamaan tersebut.
D. MANFAAT PENELITIAN Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik yaitu : 1. Secara praktis Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan. Bagi Instansi : hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan bagi Kabintalrem 0714/Kodim dalam pengambilan keputusan, khususnya yang berkaitan dengan keagamaan. Bagi Stain Salatiga : menjadikan pembelajaran yang berharga dalam rangka memajukan pendidikan mental keagamaan Islam bagi para mahasiswa sebagai anak didik untuk menuju masa depan. 2. Secara teoritik Diharapkan memperoleh temuan baru di bidang pelaksanaan pola pembinaan kehidupan beragama Islam, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia
pembinaan kehidupan beragama Islam di Kodim 0714/
Salatiga.
E. PENEGASAN ISTILAH
6
Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dalam menggunakan kata dalam judul penelitian ini, maka perlu di jelaskan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian. Sedangkan istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 1) Prajurit Adalah anggota angkatan darat dan udara yang tidak memandang pangkat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:892)
2) Model pembinaan mental keagamaan Islam Model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat (EM Zul Fajri: 572). Pembinaan berasal dari kata “Bina” yang mendapat awal “pe” dan akhiran “an” yang bisa diartikan membangun, mengusahakan supaya lebih baik. Secara luasnya pembinaan yaitu proses pembuatan, cara membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Purwadiminto, 2007: 160). Mental yaitu kondisi jiwa yang terpantul dalam sikap seseorang terhadap berbagai situasi yang dihadapi (Bintal, 2009: 40). Definisi lain, mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (autitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang
7
menekan perasaan, mengecewakan, atau mengembirakan, menyenangkan dan sebagainya (Daradjat, 1975:35) Menurut Zakiah Daradjat (1975: 33) syarat-syarat yang di perlukan dalam pembinaan mental adalah pendidikan, moral, jiwa taqwa. Dengan pembinaan mental keagamaan menjadi salah satu unsur penting dalam konteks pembinaan mental secara keseluruhan ( Daradjat, 1975: 33-41). Keagamaan yaitu yang berhubungan dengan agama (Kamus besar bahasa indonesia, 2007:12). Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ajaranya berdasarkan hadis dan alquran (Em Zul Fajri:385). Sedangkan menurut kamus besar Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT. (Kamus Besar Bahasa Indonesia:444). Proses
pembinaan
moral/mental
agama
terjadi
melalui
dua
kemungkinan: melalui proses pendidikan, melalui pembinaan kembali (Daradjat, 1975:59) Jadi pembinaan mental melalui proses pendidikan, secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembinaan mental keagamaan Islam adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan dalam
rangka
membangun,
membina,
dan
menyempurnakan
serta
menanamkan nilai-nilai keagamaan yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhamamad SAW yang berpedoman kepada Alquran dan Al Hadis untuk 8
memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan fikroh serta nilai-nilai keagamaan yang sempurna. Sementara ini, dapat di simpulkan model pembinaan mental keagamaan Islam atau upaya lembaga kodim sebagai berikut: pembinaan Mental Rohani, pembinaan Mental Ideologi, dan pembinaan Mental Kejuangan. Ketiganya ini di laksanakan untuk mewujudkan tujuan yang ingin di capai. Yaitu terbentuknya kualitas mental prajurit yang sesuai dengan nilainilai Sapta Marga yang pada akhirnya dapat dijadikan panutan dan pendorong bagi pembentukan watak dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai bangsa prajurit.
F. METODE PENELITIAN 1. Pedekatan dan Jenis Penelitian Jika ditinjau dari segi tempat penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field veasearch). Sebab data-data yang di kumpulkan dari lapangan terhadap obyek yang bersangkutan yakni Kodim Salatiga. Namun jika di lihat dari pendekatan penelitian maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kwalitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di lapangan yang bersifat verbal, kalimat, serta fenomena-fenomena yang terjadi di kodim 0714/ Salatiga.
9
Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahanya (Margono, 2000: 36). Sedangkan penelitian kualitatif menurut
Bogdan dan Taylor
mendefinisikan “Metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang dapat diamati. (Lexy J.Moloeng, 2002 : 3).
2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data yang ada di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainya di sini mutlak diperlukan. 3. Lokasi dan Subyek Penelitian
10
Untuk lokasi penelitian dilakukan di Kodim 0714/Salatiga bidang pembinaan mental, yaitu dikantor Bintal Kodim 0714/Salatiga. sedangkan untuk waktunya yaitu, setelah sholat dzuhur kurang lebih jam setengah satu sampai selesai. Sedangkan subyek yang akan kami teliti yaitu: Dinas Pembinaan Mental Kodim 0714/Salatiga dan Prajurit Kodim. 4. Sumber Data Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu : a. Data primer Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti mengunakan data ini untuk mendapatkan informasi
secara langsung
tentang pembinaan keagamaan Islam di lingkungan Kodim 0714/Salatiga Tahun 2012. Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari pembina keagamaan yaitu petugas pembinaan mental keagamaan Islam Kodim dan tokoh agama di sekitar sekaligus dari anggota Kodim Salatiga Tahun 2012. b. Data sekunder Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat, perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data ini dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai 11
organisasi, hasil-hasil studi, hasil survei, studi historis dan sebagainya. Peneliti mengunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan pembina keagamaan. 5. Prosedur pengumpulan data a. Wawancara Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Margono, 2000:165). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pembinaan keagamaan Islam di lingkungan kodim 0714/Salatiga Tahun 2012. b. Observasi Bungin (2007:115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu, observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. Adapun pada teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pembinaan keagamaan Islam di lingkungan Kodim 0714/Salatiga Tahun 2012. c. Dokumentasi Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, foto dan 12
sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau gambar tentang pembinaan keagamaan Islam di lingkungan Kodim 0714/Salatiga Tahun 2012. 6. Analisis Data Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya mengunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif. Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat diamati dengan tujuan untuk mengambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara: a. Mendeskripsikan data dari informan b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian 7. Pengecekan Keabsahan Temuan
13
Ada empat kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (kreadibility), keteralihan
(transferability),
ketergantungan
(dependebility),
kepastian
(konfermability) (Lexy J. Moleong, 2008 : 324). Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam antara lain sebagai berikut: a. Kepercayaan ( kreadibility) Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ini antara lain : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan referensi. Menurut Nasution (1992:10) dalam bukunya “Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif” menjelaskan ciri-ciri penelitian naturalistic di antaranya trianggulasi data yaitu mengecek data dengan cara memperoleh data dari sumber lain, missal dari pihak dua, tiga yang menggunakan metode yang berbeda-beda. Bertujuan membandingkan informasi tentang hal yang sama yang di peroleh dari berbagai pihak. b. Ketergantungan (depandibility) Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu dan 14
pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipandibility oleh auditor independent oleh dosen pembimbing. c. Kepastian (konfermability) Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
8. Tahap-tahap penelitian Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Tahap sebelum ke lapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan keagamaan di lingkungan Kodim 0714/Salatiga
15
Tahun 2012. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. c. Tahap Analisis Data Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan prajurit dan pembina keagamaan di lingkungan Kodim Salatiga. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. d. Tahap Penulisan Laporan Tahap ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing
untuk
mendapatkan
perbaikan
saran-saran
demi
kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. SISTEMATIKA PENULISAN 16
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang dimasud adalah: Bab I: Pendahuluan Meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. Bab II: Kajian Pustaka Meliputi : A. Pembinaan mental keagamaan Islam yang pembahasanya meliputi: 1.
Pengertian metode pembinaan mental Islam keagamaan Islam.
2. Materi pembinaan mental keagamaan Islam. 3. Metode pembinaan mental keagamaan Islam. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan Islam. B. Fungsi agama dalam kehidupan. C. Lingkungan Kodim 1. Karakteristik lingkungan kodim 2.
Perilaku sosial keagamaan di lingkungan kodim
Bab III: Paparan Data dan Temuan Penelitian A. Paparan Data: 1. Sejarah lingkungan Kodim 2. Kondisi lingkungan Kodim 3. Visi, misi, 8 wajib Tentara Nasional Indonesia. 17
4. Gambaran informan 5. Kondisi Kodim 0714/Salatiga B. Temuan penelitian: 1. Metode
pembinaan
mental
keagamaan
Islam
di
Kodim
0714/Salatiga. 2. Isi pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim 0714/Salatiga tahun 2012. 3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi metode pembinaan mental keagamaan tersebut. Bab IV: Pembahasan yang berisi tentang: A. Metode pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim 0714/Salatiga. B. Isi pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim 0714/Salatiga tahun 2012. C. Faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi metode pembinaan mental keagamaan tersebut. Bab V: Penutup, meliputi: A. Kesimpulan B. Saran C. Penutup
18
BAB ll KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Pembinaan Mental Keagamaan Islam 1. Pengertian Metode Pembinaan Mental Keagamaan Islam Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Djamarah, 2002:20). Secara luasnya pembinaan yaitu proses pembuatan, cara membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Purwadiminto, 2007: 160). Mental yaitu kondisi jiwa yang terpantul dalam sikap seseorang terhadap berbagai situasi yang dihadapi (Bintal, 2009: 40). Mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (autitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan,
atau
mengembirakan, menyenangkan dan sebagainya
(Daradjat, 1975: 35) J. Milton Yinger seorang ahli sosiologi agama berpendapat bahwa agama adalah sistem kepercayaan dan praktek dengan makna, suatu
19
masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga untuk menghadapi masalah terakhir di dunia ini (Hendropuspito, 1983: 35) Agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan berpola-pola perilaku yang memenuhi syarat. Menurut Durkheim 1964 mendefinisikan agama ialah seperangkat bentuk dan tindakan simbolik yang menghubungkan manusia dan akhir eksistensinya (Bellah, 1964) jadi agama dapat dirumuskan sebagai suatu sistem kepercayaan dan praktik dimana suatu kelompok manusia berjuang menghadapi masalah-masalah akhir kehidupan manusia. (Ishomuddin, 2002:29-30) Menurut etimologi kata agama berarti percaya atau kepercayaan, sedangkan menurut terminologi pendapat Quraish Shihab bahwa agama adalah sebagai hubungan antara makhluk dengan kholiknya, hubungan ini terwujud dalam sikap batin serta tampak pada ibadah yang dilakukanya, dan tercermin pula dalam sikap keseharianya (Quraish Shihab, 1994:210). Menurut Aat Syafaat dkk, dalam buku „ Peranan Pendidikan Agama Islam‟ pengertian pembinaan mental keagamaan adalah pembinaan mental yang bersifat Islami. Pembinaan yang Islami merupakan upaya untuk menyempurnakan watak dan batin seseorang dengan melalui pendekatanpendekatan yang ada di dalam Al qur‟an dan al hadist.(Aat Syafaat dkk,2008:156). 20
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian metode pembinaan keagamaan Islam adalah proses perbuatan yang meliputi unsurunsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (autitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan dan manusia dengan lingkungan, sesuai dengan Al qur‟an dan Al Hadits. Dalam penelitian ini mengenai religiusitas yang ditinjau dari agama Islam menyimpulkan ada lima dimensi yang mencangkup agama seseorang: a.
Dimensi akidah Dimensi akidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap rukun iman (iman kepada Allah, malaikat,
kitab, nabi, hari
pembalasan, serta qadha dan qadar), kebenaran agama dan masalahmasalah ghoib yang diajarkan agama (Fuad Nashori dan Rachmi Diana Muchrom, 2002: 78). Firman Allah Dalam QS Albaqoroh ayat 1-3 yang berbunyi:
Artinya: “ Alif laam miin. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
21
sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka”. Baqoroh : 1-3)
(QS. Al-
Setelah mencapai dimensi akidah diharapkan prajurit benar-benar mampu meyakini akan kehadiran Tuhan, meyakini segala sesuatu yang terjadi pada diri sendiri entah itu baik atau buruk merupakan takdir dari Tuhan, dan dapat meyakini segala perbuatan baik atau buruk mendapat balasan dari Tuhan sehingga mereka senantiasa melakukan hal yang baik. b. Dimensi Ibadah Ibadah atau praktek agama (syariah) merupakan peraturanperaturan yang mengatur hubungan langsung seorang hamba dengan khaliknya dan sesama manusia, yang menunjukkan seberapa patuh tingkat ketaatan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual keagamaan yang diperintahkan dan dianjurkan. Dimensi ibadah (ritual) berkaitan dengan frekuensi, intensitas, pelaksanaan ibadah seseorang (Fuad Nashori dan Rachmi Diana Muchrom, 2002: 78).Dimensi Ini mencakup shalat, puasa, zakat dan haji. Firman Allah SWT tentang tujuan hidup manusia dan jin dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
22
Ibadah adalah penghambaan diri kepada Allah SWT dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Pada dimensi ini prajurit diharapkan melaksanakan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah bukan yang lain, misalkan mereka beribadah bukan karena diawasi oleh pembina keagamaan atau teman melainkan mereka melaksanakan ibadah hanya karena Allah. c.
Dimensi Ikhsan Yaitu mencakup pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan dan kehidupan, ketenangan hidup, takut melanggar larangan Tuhan, keyakinan menerima balasan, perasaan dekat dengan Tuhan, dan dorongan melaksanakan perintah agama (Fuad Nashori dan Rachmi Diana Muchrom, 2002: 81). Adapun ikhsan adalah cara agar prajurit bisa khusyu‟ dalam beribadah kepada Allah. Ikhsan ini harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika kita berbuat baik, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk Allah SWT. Firman Allah SWT dalam Q.S Yasin ayat 65 yang berbunyi:
Artinya:
23
“Pada hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (QS. Yasin:65). d. Dimensi Ilmu Yaitu tingkat sampai seberapa jauh pengetahuan seseorang tentang ajaran-ajaran agamanya. Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan
dan
pemahaman
seseorang
terhadap
ajaran-ajaran
agamanya (Fuad Nashori dan Rachmi Diana Muchrom, 2002: 91). Allah berfirman dalam Q.S Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi:
Artinya: “(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar: 9). Dari ayat di atas sangatlah jelas bahwa Dengan ilmu mereka akan mengetahui apakah amalan yang dikerjakan benar atau salah misalnya shalat merupakan ibadah wajib, jadi mereka harus mempelajarinya yaitu segala macam yang berkaitan dengan sahnya shalat seperti wudhu. e.
Dimensi Amal
24
Yaitu meliputi pengalaman keempat dimensi yang telah disebutkan, serta dilakukan dalam tingkah laku seseorang, misalnya melihat norma-norma Islam. Dimensi amal ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama (Fuad Nashori dan Rachmi Diana Muchrom, 2002: 79).
Firman Allah SWT dalam Q.S Al-An‟am yang berbunyi:
Artinya: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al-An’am: 132). Di dalam Al-Qur‟an banyak ayat yang menulis bahwa orang yang beriman dan beramal baik akan masuk surga dan orang yang tidak beramal baik diumpamakan seperti orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkanya itu seperti pohon yang tidak berbuah, tidak ada manfaatnya. Kaitannya
dengan
pengetahuan
agama
Islam,
dimensi
pengetahuan atau ilmu menunjukkan pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya.
25
2. Materi pembinaan mental keagamaan Islam a. Materi pembinaan mental keagamaan Islam Menurut Yusuk Burhanuddin, dalam bukunya „ Kesehatan Mental‟ menjelaskan bahwa materi pembinaan mental keagamaan sebagai berikut: 1) Pelajaran Al Qur‟an Ditujukan untuk melatih penyempurnaan bacaan Al Qur‟an dilanjutkan dengan pemahaman dan aplikasi ajaran dalam kehidupan sehari-hari, pelajaran al quran merupakan sarana utama dalam mewujudkan tujuan. 2) Pelajaran Hadits Ditujukan agar umat Islam meneladani Rasul SAW, dalam beribadah, bermuamalah dll. 3) Pelajaran tauhid Tujuan mempelajari tauhid adalah menambah keimanan anak didik dalam ketaatan kepada Allah, menambah ayat-ayat al Qur‟an dan perenungan ayat-ayat Allah. Seperti pemahaman rukun iman sehingga perilaku umat Islam dapat bersumber dengan konsep-konsep keimanan. 4) Pelajaran fiqih Memperkenalkan perilaku Islami, baik secara individu maupun secara sosial yang bersumber dari Al Qur‟an dan sunnah meliputi: cara beribadah, berperilaku dan bermasyarakat. 5) Pelajaran budaya Islam 26
Pelajaran ini dititikberatkan pada pengaruh budaya Barat terhadap budaya Islam. Hal ini ditujukan untuk menanamkan akidah Islam agar tidak terpengaruh dengan budaya barat.(Aat Syafaat, 2008:156-158)
b. Syarat-syarat pembinaan mental dalam pendidikan Syarat-syarat pembinaan mental menurut Zakiyah Daradjat dalam buku „Pendidikan Agama dalam pembinaan mental „ sebagai berikut: 1) Pendidikan Pembangunan mental mulai sejak anak lahir, di mana pengalaman di mulai sejak lahir sampai mencapai usia 21 tahun, menjadi bahan dalam pembinaan mentalnya. Maka syarat-syarat yang di perlukan, dalam pendidikan baik di rumah di sekolah dan di masyarakat antara lain: merasa di sayangi, merasa aman, merasa bahwa dia di hargai, merasa bebas, merasa sukses dll. 2) Pembinaan moral Pembinaan moral harus di lakukan sejak kecil, sesuai dengan umurnya. Pendidikan moral harus dilakukan pada permulaan di rumah dengan latihan terhadap tindakan-tindakan yang di pandang baik menurut ukuran-ukuran di mana ia hidup. Pendidikan moral yang paling 27
baik terdapat dalam agama. Maka pendidikan agama yang mendukung nilai-nilai moral, perlu dilaksanakan sejak lahir, sekolah dan dalam lingkungan masyarakat di mana ia hidup. 3) Pembinaan jiwa taqwa Pembangunan mental, tak mungkin tanpa menanamkan jiwa agama pada tiap-tiap orang, karena agamalah yang memberikan dari luar atau polisi yang mengawasi atau mengontrolnya. Karena setiap kali terpikir atau tertarik hatinya kepada hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agamanya, taqwanya akan menjaga dan menahan diri dari kemungkinan jatuh kepada perbuatan-perbuatan yang kurang baik itu. Mental yang sehat ialah yang iman dan taqwa kepada Allah SWT dan mental yang beginilah yang akan membawa perbaikan hidup dalam masyarakat dan bangsa.(Zakiah Daradjat,1975:33-41) Maka dapat disimpulkan bahwa perkembagan moral erat bertalian dengan proses kemampuan menentukan sesuatu peran dalam pergaulan dan menjalankan peran tersebut. 3. Metode pembinaan mental keagamaan Islam Melaksanakan pembinaan terhadap perilaku seseorang agar memiliki rasa beragama bukanlah hal yang mudah. Semua itu membutuhkan metode dan teknik yang sistematis, efektif, dan efisien. Dan apabila berbicara mengenai metode yang digunakan, maka sebenarnya ada banyak metode yang ditawarkan oleh beberapa buku mengenai hal tersebut. Namun, persoalannya 28
adalah bagaimana menanamkan rasa iman, rasa cinta kepada Allah SWT, rasa hormat kepada orang tua, dan sebagainya. Oleh karena itu Zaenuddin Dja‟far mencoba untuk menawarkan beberapa metode dalam bukunya yang berjudul “Didaktik Metodik” menjelaskan beberapa metode mengajar. Metode-metode tersebut antara lain:
a.
Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu metode dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi dilaksanakan dengan jalan penerangan dan penularan secara lisan.
b.
Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dimana guru bertanya
dan
murid
menjawab.
Metode
ini
diberikan
untuk
memperkenalkan pengetahuan dan faktor-faktor tertentu yang telah diajarkan kepada murid-murid. c.
Metode Diskusi Metode
diskusi
ialah
mempelajari
sesuatu
bahan
atau
menyampaikan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan perubahan tingkah laku dan pengertian dari pada muridmurid. d.
Metode Demonstrasi dan Eksperimen
29
Metode demontrasi dan eksperimen ialah metode mengajar dengan jalan guru atau bantuan orang lain memperlihatkan kepada murid-murid proses atau kaifiat melakukan sesuatu. Pelaksanaan metode ini dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara guru dan murid sebagai latihan praktis dari yang sudah atau belum diketahui oleh murid-murid.
e.
Metode Sosio Drama Metode sosio drama suatu bentuk metode mengajar dengan cara memerankan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial. Kadang-kadang metode ini disebut juga dengan “bermain peranan” (Dja‟far, 1995: 27-39)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan Islam. Adapun faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan Islam seseorang ada 2 yaitu intern dan ekstern. a. Faktor intern meliputi: 1)
Faktor keturunan
2)
Tingkat usia
3)
Kepribadian
4)
Kondisi kejiwaan (Jalaludin,2000:213-219)
b. Faktor ekstern meliputi: 1)
Keluarga 30
2)
Institusi
3)
Masyarakat (Jalaludin, 2000: 220-223) Dari keterangan di atas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
mental keagamaan seseoarang dapat di simpulkan bahwa keduanya faktor di atas saling berhubungan. Di mana faktor intern itu yang timbul dari diri sendiri seperti faktor keturunan, faktor usia yang tidak dapat di tambah maupun di kurangi, faktor kepribadian yang melekat pada diri individu yang bersifat positif atau negative. Adapun fator eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar individu, seperti: keluarga, lembaga pendidikan, lingkungan masyarakat serta kondisi kejiwaan seseorang. Menurut Glack dan Stark dalam bukunya Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashari yang berjudul “Psikologi Agama” menjabarkan ada lima macam dimensi keberagamaan seseorang, yaitu: 1) Dimensi Keyakinan Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang religius
berpegang
teguh
pada
doktrin
tersebut.
Setiap
agama
mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi sering kali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama. 2) Dimensi Praktik Agama
31
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas 2 kelas penting yaitu: a) Ritual, mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakannya. b) Ketaatan, ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas public, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relative spontan , informal, dan khas pribadi. 3) Dimensi Pengalaman Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, mesti tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural). Seperti telah kita kemukakan, dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang di alami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) 32
yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transcendental. 4) Dimensi Pengetahuan Agama Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan
mengenai
suatu
keyakinan
adalah
syarat
bagi
penerimaannya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan bahwa kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau percaya bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. 5) Dimensi pengalaman atau Konsekuensi Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi yang sudah dibicarakan di atas. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat
keyakinan
keagamaan,
praktek,
pengalaman,
dan
pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Oleh karena itu, maka keberagamaan seseoarang akan meliputi berbagai macam dimensi.
33
Kaitannya dengan pengetahuan agama Islam, dimesi pengetahuan atau ilmu menunjukkan pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman Muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai termuat dalam kitab sucinya. Dalam keberIslaman, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al-Qur‟an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun iman), hukumhukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya. Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam Islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah SWT. Dan tidak perlu dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji, tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah. Dari segi yang lain dapat dilihat, betapa pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia. Bisa diakui adanya dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan oleh tiap individu. Orang ingin memiliki harta, memiliki pangkat untuk menjamin rasa aman dan rasa harga dirinya, bahkan yang terpenting menjamin makan dan minum. Namun dalam memenuhi semua kebutuhan itu ada ketentuan-ketentuan agama yang akan memelihara orang agar jangan sampai jatuh kepada kesusahan dan kegelisahan yang mengganggu ketentraman batin. Agama memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya. Mulai dari hidup 34
pribadi, keluarga, masyarakat dan hubungan kepada Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup yang lain. Jika bimbingan tersebut dijalankan betul-betul akan terjaminlah kebahagiaan dan ketentraman batin dalam hidup ini (Zakiyah Daradjat, 1984:58-59). Proses
pembinaan
moral/mental
agama
terjadi
melalui
dua
kemungkinan: melalui proses pendidikan, melalui pembinaan kembali (Daradjat, 1975:59) Jadi pembinaan mental melalui proses pendidikan, secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
B. Fungsi Agama dalam Kehidupan Sosial Masalah agama tidak akan mungkin di pisahkan dari kehidupan masyarakat. Dalam buku „Sosiologi Agama‟ fungsi agama dalam masyarakat antara lain: 1. Fungsi Edukatif Berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran agama yang harus di patuhi. Yang menurut agama Islam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. 2. Fungsi Penyelamat
35
Manusia selalu mengiginkan dirinya selamat. Keselamatan yang berupa keselamatan dunia da akhirat. Dengan pengenalan yang sakral, yang berupa keimanan kepada Allah SWT. 3. Fungsi Sebagai Pendamaian Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa yang demikian itu bisa ditebus dengan taubat atas kesalahannya dan tidak akan mengulanginya. 4. Fungsi Sebagai Sosial Control Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama, baik secara pribadi maupun kelompok. Ajaran agama di anggap sebagai norma, maka dalam hal ini agama di sebut sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.
5. Fungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan iman dan kepercayaan. 6. Fungsi Tranformatif Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. 7. Fungsi Kreatif
36
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kebutuhan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Bukan saja di suruh untuk bekerja secara rutin dalam pola yang sama, akan tetapi di tuntut untuk melakukan inovasi penemuan baru. (Ishomuddin, 2002:54-56)
C. Lingkungan Kodim 1. Karakteristik Lingkungan Kodim Berbicara masalah Kodim 0714/Salatiga tentunya tidak asing lagi di teliga kita. Yang setiap harinya selalu di padati oleh para prajurit-prajuri TNI AD yang melakukan berbagai kegiatan masing-masing. Mulai dari yang pangkat rendah sampai ke pangkat yang tinggi. Komandan
Distrik
Militer
0714/Salatiga
merupakan
Satuan
Pelaksanaan Korem 073/Makutarama yang dislokasinya berada di jalan Diponegoro nomer 35 Salatiga, yang wilayahnya meliputi kabupaten Semarang dan Kota Salatiga membawahi 16 koramil (14 koramil di wilayah kabupaten Semarang, dan 2 koramil di wilayah Salatiga).(Bintal Fungsi Komando, 2009:7-10) 2. Perilaku Sosial Keagamaan di Lingkungan Kodim 0714/Salatiga Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai 37
dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas individu dalam relasi interpersonal ini biasa disebut perilaku sosial. Sejak masa kanak-kanak, seorang individu mulai belajar dari lingkungan keluarga. Ia belajar menyerap nilai-nilai dan unsur-unsur budaya orang tua, dimana budaya orang tua pun bersumber dari budaya komunitas yang lebih luas, kemudian ketika menginjak masa remaja, seorang akan memperluas pergaulan sosialnya, seperti dengan teman sebaya, orang dewasa maupun lembaga sosial yang lain. Sedangkan Skinner (1976) membedakan prilaku manusia menjadi dua yaitu: a. Perilaku yang alami (innate behavior) Yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yaitu yang berupa refleks-refleks dan insting-insting.
b. Perilaku operan (operan behavior) Yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar (Skinner, 1976:17). Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Skinner perilaku manusia ada dua yaitu alami dan operan, alami dalam artian bahwasanya perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme yang bersangkutan, misal reaksi kedip mata bila mata kena sinar yang 38
kuat, gerak lutut bila lutut kena palu, menarik jari bila jari terkena api dan lain sebagainya, reaksi atau perilaku ini terjadi secara dengan sendirinya, secara otomatis tidak diperintah oleh pusat susunan syaraf atau otak karena dalam perilaku yang refleksif
respons langsung timbul begitu
menerima stimulus. Dengan kata lain begitu stimulus diterima oleh reseptor, langsung timbul respons melalui afektor tanpa melalui pusat kesadaran otak sedangkan dalam perilaku operan dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak karena perilaku ini terbentuk melalui proses belajar. (Skinner, 1976 : 17).
39
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data 1. Sejarah Lingkungan Kodim Pada periode tahun 1950 sampai dengan tahun 1961 merupakan periode penampakan dan pembangunan bagi Ko Diponegoro. Sejak itulah tantangan-tantangan yang berupa pengacau-pengacau bersenjata pada saat itu dapat diatasi oleh Divisi Diponegoro, yang akhirnya jadilah satu kesatuan yang berkedudukan di Komando Tentara dan Teritorium IV Jawa Tengah, sehingga kesatuan tersebut terus tumbuh dan berkembang menjadi semakin kokoh dan dewasa dalam organisasi serta mutu keprajuritannya. Pembagunan
Angkatan
Darat
terus
berkembang
di
samping
menjalankan tugas melakukan operasi-operasi keamanan dalam Negeri, demikian pula Divisi Diponegoro dengan seluruh kesatuannya, pengalamanpengalaman operasi dan hasil pendidikan dan latihan yang dijalankan terus menerus secara terencana telah dapat membawa kemajuan. Dari Kesatuan Divisi Diponegoro tersebut pada akhirnya terbentuklah susunan Organisasi yaitu Kodam VII/Diponegoro sebagai alat pertahanan dan keamanan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertahanan Republik Indonesia nomer S/D/AP/49 tanggal 31 Oktober 1949 ditunjuk sebagai Panglima Kolonel Gatot Soebroto. 40
Surat Keputusan KASAD nomer 983/KASAD/PNPT/50 tanggal 20 juli 1950 tentang wilayah Indonesia menjadi 7 Teritorium, dan Jawa Tengah menjelma menjadi Teritorium IV sebagai pengganti nama Divisi IIIbyang meliputi wilayah Jawa Tengah, yang pada saat itu terdiri atas 8 Brigade. Pada tanggal 5 Oktober 1950 bertepatan hari Ulang Tahun ke 5 Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI), dengan Surat Keputusan Panglima Teritorium IV Divisi Diponegoro nomer 34/B-4/D. III/50 secara resmi berlakunya dan harus dipakainya emblim Divisi Diponegoro, sekaligus menghapus semua emblim yang dipakai sebelumnya, dan selanjutnya oleh Panglima (Kolonel Gatot Soebroto) ditetapkannya bahwa hari jadi Kodam IIV/Diponegoro adalah tanggal 1 Maret 1951(D/01-06-2012/F). 2. Kondisi Lingkungan Kodim Kodim 0714 terletak di daerah yang srategis yaitu di jalan di ponegoro no 35 Salatiga. Yang berada di wilayah Sidorejo Lor Kodya Salatiga propinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 7.484 m2 dan luas bangunan 2.295 m2.dengan bentuk permukaan tanah daratan.Yang memiliki 529 personel TNI AD dan Kowal 1 orang. Adapun batas wilayah Kodim adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Jl. raya Diponegoro Sebelah barat : Perpustakaan Umum Salatiga Sebelah timur : Rumah makan Sebelah selatan: Pemukiman penduduk 41
3. Visi Misi, 8 Wajib Tentara Nasional Indonesia a. VISI TNI AD 1. TNI AD yang solid. 2. TNI AD yang professional. 3. TNI AD yang modern. 4. TNI AD yang tangguh. 5. TNI AD yang berwawasan kebangsaan. 6. TNI AD yang dicintai rakyat.
b. MISI TNI AD 1. Mewujudkan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan jajaran TNI AD yang berprofesional dan modern dalam penyelenggaraan pertahanan NKRI di darat. 2. Meningkatkan dan memperkokoh jati diri prajurit TNI AD yang tangguh, memiliki keunggulan moral, rela berkorban dan pantang menyerah dalam lembaga kedaulatan Negara dan mempertahankan integrasi keutuhan wilayah NKRI berlandaskan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. 3. Mewujudkan kwalitas prajurit TNI AD yang memiliki penguasaan ilmu dan ketrampilan prajurit melalui pembinaan doktrin, pendidikan dan latihan serta meningkatkan kesejahteraan.
42
4. Mewujudkan kesiapan operasional penindakan ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri dalam bentuk ancaman tradisional maupun non tradisional. 5. Mewujudkan kerjasama militer dengan Negara-negara sahabat baik dalam rangka CBM (confidence building measure) maupun untuk meningkatkan nasionalisme prajurit. 6. Mewujudkan kemanunggalan TNI rakyat sebagai roh kekuatan TNI AD dalam upaya pertahanan Negara. c. Delapan Wajib TNI 1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat. 2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat. 3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita. 4. Menjaga kehormatan diri di muka umum. 5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaan. 6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat. 7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat. 8. Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya (D/01-06-2012/F) 4. Gambaran Informan Untuk mengetahui pembinaan keagamaan Islam di lingkungan Kodim, dapat di dasarkan pada beberapa pendapat tokoh masyarakat dan petugas pembinaan keagamaan yaitu pasimen yang membina di lingkungan tersebut. 43
Untuk itu terlebih dahulu akan disampaikan beberapa data Pasimen dan Pemateri yang telah dimintai bantuan untuk bimbingan antara lain: TABEL I DATA INFORMAN NO NAMA
STATUS
1.
Bpk Joae Xavier Barreto Nunes
Komandan Kodim
2.
Bpk Warjo Supriyadi
Pasimen
3.
Bpk Mujahidin
Pembantu Pasimen, dan pemateri
4.
Bpk Nur Sholeh
Pemateri
5.
Bpk H.M. Kharir
Pemateri dan Ta;mir masjid
Keterangan : (D/30-06-2012/F)
5. Kondisi Kodim 0714 Salatiga a. Sarana dan prasarana Segala macam lembaga system, peralatan dan alat-alat bantuan yang secara sengaja diadakan untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan (Kartini Kartono,1992: 252) Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Kodim 0714 Salatiga: 1) Ruangan -
Ruang kantor
-
Ruang aula
-
Ruang perpustakaan dll
2) Fasilitas -
Meja dan kursi
44
-
Senjata pistol
-
Computer, mesin tik, mesin penghancur kertas, mesin foto copy, TV
-
Peta
-
Kamar mandi
-
Kamera digital, kompas, teropong
-
Pesawat telepon
-
Lapangan
-
Kantin
-
Lapangan
-
Lapangan Olahraga
-
Sepeda motor
-
Sound sistem
-
Mobil dinas dll (P/30-06-2012)
TABEL II DATA PIMPINAN KODIM 0714 SALATIGA NO
NAMA PIMPINAN
TAHUN MENJABAT
1
Letkol Inf Sugiman
1963-1966
2
Letkol Inf Zaeni Dahlan
1966-1969
3
Kolonel Inf Sujadmo
1969-1971
4
Letkol Inf Ahmad
1971-1973
5
Letkol Hadi Suyono
1973-1975
45
6
Letkol Inf R Samudro
1975-1975
7
Letkol Inf Toni Suprapto
1975-1977
8
Letkol Inf Agus Sutresno
1977-1980
9
Letkol Inf Pratikto
1980-1981
10
Letkol Inf Y.R Warsono
1981-1982
11
Letkol Art M.H Hutauruk
1982-1987
12
Letkol Kav A.L Surono
1987-1988
13
Letkol Inf I Ketut Dunia
1988-1991
14
Letkol Inf Sudi Silalahi
1991-1992
15
Letkol Inf Agus Suyitno
1992-1993
16
Letkol Inf Hardiwan
1993-1997
17
Letkol Chi David M Hutapea
1997-1999
18
Letkol Czi Wahyu Agung S
1999-2000
19
Letkol Czi Untung Waluyo
2000-2001
20
Letkol Kav E.A Silitoga
2001-2003
21
Letkol Inf Satmoko
2003-2004
22
Letkol Inf Agus Subiyakto
2004-2007
23
Letkol Inf Dwi Wahyu Winarto
2008-2009
24
Letkol Inf Rosidin
2009-2010
25
Letkol Inf Joae Xavier Barreto Nunes
29 Juni-sekarang
Keterangan: (D/30-06-2012/F)
6. Data Organisasi a. Pembinaan Organisasi Organisasi militer dalam Satuan Kodim 0714 Salatiga adalah sebagai berikut:
46
1. Dandim
: Letkol Inf Joao Xavier Barreto Nunes
2. Kasdim
: Mayor Inf Otok Kusnaniwoto
3. Pabung
: Mayor Inf Ngatija
4. Pasiintel
: Kapten Inf Mariman
5. Pasiops
: Kapten Arh Sunaryo
6. Pasimen
: Kapten Inf Warjo Supriyadi
7. Pasintel
: Kapten Kav Budi Saroyo
8. Danramil 01 : Kapten Inf Sumardi 9. Danramil 02 : Kapten Inf Sutrimo 10. Danramil 03 : Kapten Inf Jaswadi 11. Danramil 04 : Kapten Inf Tarimo 12. Danramil 05 : Kapten Inf Sulimat 13. Danramil 06 : Kapten Inf Sofianto 14. Danramil 07 : Kapten Inf Totok Sumaryono 15. Danramil 08 : Kapten Arh Widarto 16. Danramil 09 : Kapten Inf Sudiyono 17. Danramil 10 : Kapten Inf Moch Wahyudi 18. Danramil 11 : Kapten Inf Sudi Mudiyono 19. Danramil 12 : Kapten Inf Witarso 20. Danramil 13 : Kapten Inf Nurkamid 21. Danramil 14 : Kapten Inf Andy Slamet 22. Danramil 15 : Kapten Inf Sungatno 47
23. Danramil 16 : Katen Czi Agus Daryanto 24. Dan Unit Intel : Letda Inf Rahman Sugiarto
b. Pembinaan Personel Kegiatan Pembinaan Personel antara lain:
1. Pembinaan Karier 2. Pengisihan dan pengesahan Jabatan 3. Pendidikan/ Penataran 4. Pembinaan Mental 5. Pembinaan Hukum Disiplin dan Tata Tertib 6. Pembinaan Kesejahteraan dan Moril 7. Pembinaan Administrasi 8. Pembinaan Persit 9. Pembinaan Koperasi c. Pembinaan Materiil Melaksanakan
perawatan
terhadap
barang-barang
yang
dipertanggungjawabkan kepada Satuan. d. Pembinaan Pangkalan Melaksanakan perawatan terhadap bangunan bak di mako maupun di Koramil masing-masing, dengan mengadakan perbaikan sesuai dengan kemampuan Satuan.
48
e. Pembinaan Piranti Lunak Mengiventarisir piranti lunak yang ada di Satuan, pengadaan yang belum ada dengan koordinasi dengan Satuan tetangga maupun melaporkan kepada Komando Atas. f. Pembinaan Latihan Melaksanakan kegiatan latihan sesuai Progam dari Komando Atas maupun non Progam yang di rencanakan Satuan. Struktur Organisasi
DANDIM ESELON PIMPINAN ---------------------------------------------------------------------------------------------------ESELON PEMBANTU PIMPINAN KASDIM PASI
PABUNG
PASI PASI PASI
INTEL OPS
MIN
TER
---------------------------------------------------------------------------------------------------ESELON PELAYANAN KAPOK TUUD
49
--------------------------------------------------------------------------------------------------ESELON PELAKSANA
DANRAMI L
DANUNIT
7. Model Pembinaan Mental Keagamaan Islam di Kodim Temuan data yang ada di lapangan menunjukkan bahwa model pembinaan mental keagamaan Islam yang di terapkan di lingkungan Kodim dari pasimen yang memiliki kemampuan dalam mengembangkan misi pembinaan tersebut menerapkan berbagai pilihan atau model pembinaan mental yang di gunakan dalam melakukan pembinaan keagamaan. Pilihan model di sesuaikan dengan materi pembinaan mental keagamaan Islam, maupun yang berorientasi kedalam penyampaian misi pembinaan keagamaan prajurit di lingkungan Kodim. Untuk mengetahui model pembinaan mental keagamaan terbagi menjadi 3 yaitu: Pembinaan mental rohani, pembinaan mental ideologi, pembinaan mental kejuangan. a. Pembinaan mental rohani didayagunakan untuk memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan mempertinggi akhlak yang luhur, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, maupun dengan diri pribadi dan lingkungannya.
50
b. Pembinaan mental ideologi didayagunakan untuk membina ideologi pancasila dalam kehidupam anggota TNI AD dan PNS sebagai insan Pancasila yang berjiwa Sapta Marga dan memegang teguh Sumpah Prajurit serta Panca Prasetya Korpri. c. Pembinaan mental kejuangan didayagunakan untuk membangkitkan dan memelihara semangat juang, pengabdian, pengorbanan dan kepahlawanan berdasarkan nilai-nilai kejuangan serta tradisi TNI AD dalam rangka memelihara identitas/jati dirinya.(Bintal Fungsi Komando, 2009:10). Namun penulis menbatasi dalam hal penelitian ini, dengan pembinaan mental keagamaan/kerohaniannya saja. Aspek rohani ada 3 Komponen: 1. Sekat di antara iman dan ibadah adalah: a.
Sinkretisme (menyamaratakan paham/ ajaran agama).
b. Politisasi agama (agama hanya dijadikan simbul yang bersifatnya seremonial belaka. c. Sekuralisme (kecintaan pada hal-hal duniawi). d. Pendangkalan spiritual. 2. Sekat di antara ibadah dan akhlak adalah: a. Individualisme b. Meterialisme c. Hedonism (pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah tujuan utama dalam hidup). 51
d. Konsumerisme e. Komersialisme (perbuatan menjadikan sesuatu sesuatu sebagai barang dagangan). 3. Sekat di antara akhlak dan iman adalah: a. Hipokrit (munafik,berpura-pura setia kepada agama). b. Pengkhianat (tidak setia kepada Negara). c. Penyalahgunaan wewenang. d. Inkonsistensi (tidak taat asas, tidak sesuai). (D/30-06-2012/F)
8. Metode Pembinaan Mental Keagamaan Islam di Kodim a. Ceramah: yaitu metode yang dititik beratkan pada penyampaian informasi, keterangan, penjelasan suatu masalah yang disampaikan secara formal dan lisan. Forum yang digunakan antara lain: Perayaan Hari Raya Agama, Peringatan Hari Besar Agama, Amanat Irup, Sambutan-sambutan, Jam Komandan, Arahan Apel pagi/siang. b. Diskusi: yaitu metode yang dititik beratkan pada pendalaman masalah dan kasus, dengan maksud mendorong peserta mendayagunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk merumuskan konsep pemecahannya. Forum yang digunakan antara lain:Rapar, Briefing, Seminar. c. Tanya Jawab : yaitu metode yang dititik beratkan pada pengalaman butirbutir penting yang diceramahkan. 52
d. Sosiodrama
:
yaitu metode
yang dititik
beratkan pada upaya
memvisualisasikan atau mendramakan suatu permasalahan gabungan antara manusia atau kelompok dalam bahasan. e. Bermain Peran : yaitu metode yang di titik bertkan pada upaya memainkan peran seorang tokoh masyarakat dalam sikap atau perilaku tertentu yang dijadikan obyek bahasan. f. Simulasi : yaitu metode yang dititik beratkan pada permainan atau perumpamaan dengan menerapkan aturan tertentu, sebagai
dalam
memilih cara memecahkan masalah yang terbaik. g. Pelatihan : yaitu metode yang dititik beratkan pada aspek-aspek tertentu dari individu agar lebih mendalami dan terampil dalam membawakan peran yang diharapkan. h. Konseling : yaitu metode yang dititik beratkan pada pemberian pertimbangan atau nasihat kepada orang tertentu yang sedang menghadapi masalah khusus. i. Bimbingan penyuluhan : yaitu metode yang menitik beratkan pada penyampaian penjelasan dan uraian tuntunan dari suatu materi atau masalah yang disampaikan secara lisan da formal disertai dengan contoh atau peraga. j. Wisata Rohani : yaitu metode yang menitik beratkan pada penyampaian sesuatu materi melalui bentuk kegiatan-kegiatan dengan mengunjungi obyek yang memiliki nilai spiritual dan nilai juang (D/30-06-2012). 53
B. Temuan Penelitian 1. Model pembinaan mental keagamaan Islam yang diterapkan di lingkungan Kodim Temuan penelitian yang ada di lapangan menunjukkan bahwa model pembinaan mental keagamaan Islam yang diterapkan di lingkungan Kodim oleh informan dari tempat tersebut maka menetapkan berbagai pilihan atau model yang di gunakan dalam melakukan pembinaan mental keagamaan. Pilihan model pembinaan mental disesuaikan dengan kajian materi keagamaan, maupun berotientasi kedalam penyampaian misi pembinaan mental prajurit di lingkungan Kodim 0714/Salatiga. Seperti yang di tuturkan bapak MJ, model pembinaan yang di pilih dalam rangka pembinaan mental keagamaan Islam prajurit di lingkungan Kodim/Salatiga tahun 2012 adalah mencangkup dimensi-dimensi keagamaan sebagai berikut: a. Pembinaan prajurit pada pengetahuan agama b. Pembinaan keagamaan prajurit pada praktek agama c. Pembinaan keagamaan prajurit pada pengalaman agama Dalam misi pembinaan mental keagamaan yang dilakukan secara insentif yang mencangkup tiga dimensi keagamaan di atas, penelitian memulai pertayaan kepada bapak Mujahidin, untu memperdalam pengetahuan pada prajurit terhadap pengetahuan agama, guna/bertujuan pembinaan 54
keagamaan maka langkah-langkah apa yang di ambil oleh Pembina keagamaan,
untuk
memperdalam
pengetahuan
agama
maka
Kodim
melakukan kegiatan keagamaan antara lain: Melakukan kegiatan keagamaan diantaranya adalah ceramah keagamaan, kajian keagamaan agar iman dan ketaqwaan prajurit bertambah kuat.jam Komandan pada saat dilaksaakan apel pagi.menbaca tahlil dan surat yasin sebelum kutbah jum’at dll.(W/PI/IS/MJ/8-7-2012). Setelah dirasa cukup untuk menggali informasi tentang mental keagamaan Islam maka pada dimensi ilmu pengetahuan maka pertanyaan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui informasi pembinaan mental keagamaan Islam pada dimensi praktik ibadah. Pada praktek pengetahuan pembinaan keagamaan pada saat informan di tanya,guna mendukung pengetahuan agama yang diperoleh di pembinaan keagamaan di ambil, prajurit memptaktekkan pengetahuan agama yang telah diperoleh, pihak keagamaan bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk bersosialisasi dan pemateri kegiatan yang ada di kodim.untuk mendukung kegiatan praktek keagamaan maka pihak kodim menyediakan fasilitas seperti masjid yang digunakan untuk melaksanakan idalah sholat maka prajurit dapat melaksanakan ibadah sholat, jadi prajurit memperoleh pengetahuan tentang bagaimana adab dan cara melaksanakan ibadah sholat maka prajurit dapat mempraktekkan pengetahuan yang telah diperoleh(W/PI/PK/NS/18-6-2012). Tutur Bapak SN ketika di tanya tentang pembinaan mental keagamaan pada dimensi praktek ibadah. Guna lebih mengetahui mendalam tentang pembinaan mental keagamaan Islam prajurit pada praktek agama maka peneliti memberi pertayaan untuk informan pada saat wawancara berlangsung, bagaimana cara
55
atau upaya anda untuk dapat menciptakan suasana agar tetap kondusif, sehingga prajurit dapat tenang dan selalu khusyuk dalam menjalankan ajaranajaran agama, Upaya untuk menciptakan suasana yang kondusif salah satunya adalah dengan cara menciptakan suasana aman di lingkungan kodim serta saling menghormati antara Pembina dan prajurit yang dibina. Di kodim para prajurit sudah disiplin dalam hal apapun.jadi para prajurit berantusias dalam mengikuti kegiatan tersebut (W/PI/PK/HMK/2-72012). Tutur Bapak HMK menjawab pertanyaan dari peneliti pada dimensi praktek agama. Untuk lebih memperjelas gambaran bagaimana pembinaan mental keagamaan Islam di lingkungan kodim melakukan pembinaan keagamaan prajurit pada pengalaman agama. pada pengalaman agama yang di terapkan dikodim, adalah sebagai berikut setelah mendengarkan ceramah dari pemateri, para prajurit mendapatkan ketenangan jiwa dalam hatinya.dan akan memberikan motivasi dalam melaksanakan tugas keprajuritan.tutur bapak NS(W/PI/PK/NS/8-6- 2012). 2. Metode Pembinaan Mental Keagamaan Islam Temuan penelitian di lapangan yang membahas tentang metode yang ada di Kodim antara lain adalah ceramah, diskusi, tanya jawab dll. Hasil wawancara kepada informal mengenai metode pembinaan antara lain: Metode yang saya berikan kepada prajurit antara lain ceramah keagamaan, diskusi kelompok, terkadang saya beri selebaran. Metodenya
56
saya buat bergantian agar para prajurit tidak jenuh dengan materi yang saya sampaikan.(W/PI/MP/MJ/8-6-2012).
Menurut bapak SN metode yang beliau terapkan antara lain: Metode yang saya gunakan adalah ceramah, dan di selingi dengan tanya jawab serta humor agar para prajurit maupun persit tidak jenuh. Jika ceramah terus menerus mereka jenuh dan ngantuk. Maka pintarpintarnya pemateri dalam menyampaikan.(W/PJ/MP/NS/18-7-2012).
Wawancara yang senada dengan metode yang di sampaikan kepada para Prajurit. Seperti yang di tuturkan oleh bapak HMK. Seperti pada waktu-waktu tertentu menggunakan ceramah, diskusi kelompok, konseling pada prajurit dan keluarga apabila membutuhkan bantuan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.tiap prajurit berbeda-beda tingkat keimanannya mbak, jadi saya mengikuti sikon dan kondisi yang tepat dalam menngunakan metode yang ada.(W/PI/MP/HMK/2-7-2012). Dari penuturan ke tiga pemateri metode yang mereka sampaikan sama. Yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, konseling. Metode yang disampaikan sudah memenuhi syarat yang ada di dalam buku paduan yaitu buku bintal fungsi Komando. 3. Isi pembinaan mental keagamaan Islam Penemuan wawancara untuk para responden agar lebih tepat sasaran dengan tujuan penelitian, guna pengambilan data tentang pelaksanaan
57
penbinaan mental keagamaan di Kodim/Salatiga. Untuk mengawali wawancara penelitian memulai pertayaan yang terkait dengan isi pembinaan mentalkeagamaan Islam pada prajurit.metode pembinaan yang lakukan menurut Bapak MJ antara lain: Untuk materi saya memilih seperti isi dalam kegiatan pembinaan mental keagamaan Islam, tentunya yang berbasis dengan fiqih seperti tata cara slalat, perawatan jenazah, puasa, zakat, haji dll. Menyesuaikan momen tertentu.(W/PI/IS/MJ/8-6-2-2012). Selanjutnya untuk informal yang lain, seperti bapak SN, ketika di wawancarai mengenai isi pembinaan mental keagamaan Islam beliau berkata “Ketika isi pembinaan mental keagamaan Islam di sini, maksudnya Kodim. saya mengisi tentang yang berkaitan dengan agama. Seperti fiqih Islam, ahkhlak, kerukunan hidup beragama, dll.”(W/PI/IS/NS/18-6-2012). Kemudian untuk informal yang lain, sekaligus tam‟mir masjid yang ada di Kodim. Bapak HMK di tanya berhubungan isi pembinaan mental keagamaan Islam beliau berkata” untuk isi yang saya berikan berhubungan dengan ahklak, fiqih”.Contoh dalam fiqih seperti halnya: shalat, waris, nikah, merawat jenazah, hadits-hadits, menbaca al qur’an dll.(W/PI/IS/HMK/2-72012) Maka dapat di simpulkan isi pembinaan mental keagamaan Islam yang ada di Kodim antara lain: slahat, zakat, puasa, haji, ahklak, perawatan jenazah, waris dll. Tentunya yang berhubungan dengan rukun Islam. Dan intinya agar bisa membagun keimanan dan ketaqwaan prajurit kepada Allah SWT.
58
4. Faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi keagamaan Islam Faktor pendukung dan penghambat kegiatan pembinaan mental keagamaan Islam sangat penting sekali, karena dengan adanya faktor pendukung dan penghambat pembinaan mental keagamaan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Temuan data penelitian menunjukkan bahwa faktor pendukung dan penghambat pembinaan mental keagamaan Islam seperti yang bapak Mujahidin tuturkan selaku pelaksana dan pemateri, sebenarnya untuk pelaksanaannya sudah saya fasilitasi mbak bentuk apapun. pada saat wawancara kepada bapak Mujahidin tentang faktorfaktor pendukung dan penghambat implementasi keagamaan Islam antara lain: faktor pendukungnya antara lain: fisik dan non fisik. Fisik misalnya masjid yang berguna untuk beribadah, serta kegiatan yang lain seperti di bentuk suatu pengurus, pengelola kegiatan dll, kemudian yang non fisik seperti dukungan dari Komando atas, buku petunjuk kegiatan dan serta arahan dari Komandan. Karena setiap kegiatan apapun saya membuat laporannya mbak, guna untuk mempertanggung jawabkan kepada atasan.(W/PI/FP/MJ/8-6-2012). Untuk faktor penghambat antara lain yaitu tidak ada jabatan yang menanggulagi tentang bintal, pembinaan personel ini masuk dalam tanggung jawab atau tugas pokok staf administrasi, kehidupan prajurit di pengaruhi dengan srata kepangkatan mbak, jadi penyampaian keagamaan di pengaruhi sekali dengan siapa yang menyampaikan (W/PI/FP/MJ/8-62012). Menurut pendapat bapak HMK untuk faktor-faktor penghamhat implementasi kegiatan keagamaan. Beliau berkata: untuk faktor-faktor pendukung dan penghambat. Untuk faktor pendukungnya Alhamdulillah banyak, seperti dukungan dari komandan, sarana dan prasarana seperti masjid, rekan-rekan prajurit, rekan-rekan dari BHBI,IPHI, PMII Se-Salatiga. Kemudian untuk faktor 59
penghambat dari profesi ada.(W/PI/FP/HMK,2-7-2012).
saya,
Alhamdulillah
tidak
Bapak SN menjelaskan terkait dengan faktor-fator pendukung dan penghambat dari kegitan keagamaan: “untuk pendukungnya adalah sarana prasarana seperti masjid, aula dll, setiap saat prajurit mudah di kumpulkan. kemudian faktor penghambatnya bagi saya yaitu karena SDM dari pembinaan keagamaan yang terkadang tidak dari profesinya, betuk kegiatan apapun tergantung dan bergantung kepada komandan”.(W/PI/FP/NS/18-6-2012). Dengan keterangan di atas dari hasil wawancara kepada informal, maka dapat disimpulkan antara lain: Faktor pendukung implementasi mental keagamaan Islam: a.) Fasilitas yang disediakan oleh Komandan atau pembinaan keagamaan untuk mendukung keagamaan prajurit. b.) Berbagai macam kegiatan keagamaan seperti ceramah keagamaan, sholat berjamaah dan tadarus, jam Komandan dll c.) Kepedulian pembina dan seluruh elemen masyarakat sekitar. d.) Setiap saat prajurit mudah dikumpulkan untuk kegiatan keagamaan. e.) Semangat, antusias prajurit dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keagamaan. f.) Bekal keagamaan prajurit yang cukup diperoleh dari lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat yang agamis.
60
g.) Rekan-rekan dari luar BHBI, IPHI, PMII dalam meyelenggarakan kegiatan ketika di dalam lingkungan Kodim maupun bergabung dengan organisasi di luar.
Faktor penghambat implementasi mental keagamaan Islam: a) Tidak ada jabatan secara khusus yang menangani bintal, menjadi tugas staf administrasi. b) Penyampaian keagamaan Islam di pengaruhi sekali dengan siapa yang menyampaikan. c) SDM prajurit yang berbeda-beda, ketika masuk di TNI AD sangat mempengaruhi tingkat kereligius dalam mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam. d) Keterbatasan pemahaman pembina terhadap pengetahuan agama pada masalah-masalah tertentu. e) SDM dari pembina yang terkadang tidak dari prefesinya. f) Seluruh kegiatan tergantung kepada Komandan.
61
BAB IV PEMBAHASAN
A. Metode Pembinaan Mental Keagamaan Islam Dari hasil observasi dan wawancara di Kodim 0714/ Salatiga, ditemukan beberapa metode yang digunakan dalam kegiatan keagamaan Islam, yaitu sebagai berikut: 1.
Metode Ceramah Dalam menyampaikan informasi atau kegiatan keagamaan Islam, para ustad/ mubalig keagamaan Islam salah satunya menggunakan metode ceramah, supaya para pendengar/prajurit lebih mudah untuk memahami isi dari ceramah tersebut. “Kebanyakan prajurit yang mengikuti kegiatan mental keagamaan Islam di Kodim, rata-tara menyukai metode ceramah. Karena ceramah lebih mengena ketika di terapkan dalam kehidupan sehari-hari”(W/PJ/WT/05/167-2012).
2.
Metode Tanya Jawab Selain metode ceramah dalam pembinaan mental keagamaan Islam digunakan juga
metode tanya jawab. Hal ini dimaksudkan untuk
memperhatikan dan mendalami materi pembinaan mental keagamaan Islam, para ustad/ mubalig yang mengisi suatu kegiatan.
62
“ Setiap seminggu sekali ada kegiatan rutin yaitu Jam Komandan yang berisi arahan pembinaan mental keagamaan Islam kepada prajurit. Serta ada tanya jawab yang belum paham”(W/PJ/MJ/01/ 8-7- 2012)
3.
Metode Konseling Menurut Prayitno (1983) dalam bukunya Sukardi “Pengantar Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di Sekolah” mengatakan “bahwa Konseling adalah pertemuan empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik, dan human (manusiawi), yang dilakukan dengan suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku” (Sukardi, 2000: 21) Metode konseling digunakan ketika seseorang mendapatkan masalah dalam kehidupan dan perlu orang lain dalam penyelesaian masalah tersebut. Oleh karena itu Pembina keagamaan Islam, memberikan konseling akan tetapi di lakukan secara khusus. Karena menyangkut kepribadian seseorang yang dirahasiakan, seperti perkawinan, karir, masalah dll. “Meskipun banyak sekali metode yang ada dalam buku pedoman pembinaan mental keagamaan Islam, yang sering di gunakan adalah ke 3 metode yaitu ceramah, tanya jawab, dan konseling.”(D/F/7-6-2012) Membaca temuan di atas kaitannya dengan metode konseling, maka metode
tersebut terkadang masih konvensional. Jika di lihat dari perkembangan metode konseling dengan metode yang ada sekarang ini. Namun hal ini itu tentunya 63
sangat terkait dengan kompetensi bintal di bidang pembinaan mental keagamaan Islam pada Kodim 0714/Salatiga. Namun ada juga segi positifnya karena karena sudah menggunakan metode konseling. Hal itu tentu sangat membantu para prajurit jika mengalami problem mental keagamaan maupun pribadi. Terkait dengan metode pengajaran Zainuddin Dja‟far menulis dalam bukunya “ Didaktik Metodik” (1995:27-39) menjelaskan beberapa metode pengajaran di antaranya: 1. Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu metode dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi dilaksanakan dengan jalan penerangan dan penularan secara lisan. 2. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dimana guru bertanya dan murid menjawab. Metode ini diberikan untuk memperkenalkan pengetahuan dan faktor-faktor tertentu yang telah diajarkan kepada muridmurid. 3. Metode Diskusi Metode diskusi ialah mempelajari sesuatu bahan atau menyampaikan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan perubahan tingkah laku dan pengertian dari pada murid-murid. 4. Metode Demontrasi dan Eksperimen
64
Metode demontrasi dan eksperimen ialah metode mengajar dengan jalan guru atau bantuan orang lain memperlihatkan kepada murid-murid proses atau kaifiat melakukan sesuatu. Pelaksanaan metode ini dapat dilaksanakan secara bersama-sama antara guru dan murid sebagai latihan praktis dari yang sudah atau belum diketahui oleh murid-murid. 5. Metode Sosio Drama Metode sosio drama suatu bentuk metode mengajar dengan cara memerankan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial. Kadang-kadang metode ini disebut juga dengan “bermain peranan” (Dja‟far, 1995: 27-39)
B. Isi Pembinaan Mental Keagamaan Islam Isi pembinaan mental keagamaan Islam di kodim seperti yang diungkapkan di bawah ini: Isi pembinaan mental keagamaan Islam yang disampaikan meliputi: fiqih, aqidah ,ahlaq, al qur‟an disesuaikan dengan kondisi prajurit. “Untuk isi pembinaan mental keagamaan Islam yang di berikan antara lain: fiqih, ahklaq, peringatan hari-hari besar”(W/PJ/NS/02/ 12-7- 2012). “Sedangkan menurut HMK
mengatakan bahwa isi pembinaan
keagamaan Islam yang saya berikan sebagai berikut: fiqih, ahklaq kerukunan umat beragama dan keluarga”(W/PJ/HMK/03/2-7-2012).
65
“Dari keterangan ketiga informan/pemateri sama semua untuk isi, karena sudah ada buku pedoman untuk setiap kegiatan. Dan sudah ada arahan dari bapak komendan. Serta kegiatan apapun harus ada laporan pertanggung jawaban.(W/PJ/HMK/8-7- 2012). Menurut Tono, Sulasno dkk untuk isi pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim, dalam bukunya “Ibadah dan akhlak dalam Islam” sebagai berikut: 1. Fiqih : seperti shalat: kedudukan shalat,pengaruh shalat dalam kehidupan individu dan sosial,keutamaan shalat berjamaah, urgensi shalat dll. Seperti zakat: macam-macam zakat seperti cara menhitung zakat fitrah dan zakat mal. Seperti puasa: menjelakan puasa wajib, puasa sunah. 2. Ahklak: menjelaskan bagaimana cara menghormati antar umat beragama, ahlaq muslim di tengah keluarga, masyarakat dan Negara. (Tono, Sularno dkk,1998) 3. Serta isi dari pembinaan mengikuti moment-moment tertentu. Seperti pengajian Isro‟ Mi‟roj, maulid Nabi Muhammad SAW dll. Membaca temuan di atas, tentang isi pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim 0714/Salatiga secara keseluruhan sudah memenuhi standar dari buku paduan yang sudah ada, yaitu berpedoman dengan al Qur‟an dan Hadits. Yang kemudian di persempit menjadi beberapa tema seperti: fiqih, ahlaq ,tauhid, al qur‟an sesuai dengan kebutuhan bintal yang ada. serta dengan menggunakan reverensi buku-buku yang berhubungan dengan mental keagamaan Islam.
66
Bertujuan untuk menambah wawasan mubalig/ustad di bidang ilmu pengetahuan keagamaan Islam. Kemudian untuk pelaksanaannya kegiatan mental keagamaan Islam Kodim 0714/Salatiga bekerja sama dengan organisasi yang ada di luar seperti PMII, PHBI, mubalig dosen stain untuk mewujudkan sosialisasi dalam memumbuhkan mental para prajurit beserta keluarga. Terkait dengan isi pembinaan mental keagamaan Islam
Yusuk
Burhanuddin, dalam bukunya „Kesehatan Mental‟ menjelaskan bahwa materi pembinaan mental keagamaan sebagai berikut: 1. Pelajaran Al qur‟an Di tujukan untuk melatih penyempurnaan bacaan al qur‟an di lanjutkan dengan pemahaman dan aplikasi ajaran dalam kehidupan seharihari, pelajaran al quran merupakan sarana utama dalam mwujudkan tujuan. 2. Pelajaran Hadist Di tujukan agar umat Islam meneladani Rosul SAW, dalam beribadah, bermuamalah dll. 3. Pelajaran Tauhid Tujuan mempelajari tauhid adalah menambah keimanan anak didik dalam ketaatan kepada Allah, menambah ayat-ayat al Qur‟an dan perenungan ayatayat Allah. Seperti pemahaman rukun iman sehingga perilaku umat Islam dapat bersumber dengan konsep-konsep keimanan. 4. Pelajaran Fiqih 67
Memperkenalkan perilaku Islami, baik secara individu maupun secara sosial yang bersumber dari Al qur‟an dan sunnah meliputi: cara beribadah, berperilaku dan bermasyarakat.
5. Pelajaran Budaya Islam Pelajaran ini dititikberatkan pada pengaruh budaya Barat terhadap budaya Islam.hal ini di tujuakan untuk menanamkan akidah Islam agar tidak terpengaruh dengan budaya barat.( Aat Syafaat, 2008:156-158).
C. Faktor-faktor
Pendukung dan Penghambat Implementasi Keagamaan
Islam. 1. Faktor Pendukung Faktot pendukung menurut Bapak MJ yaitu: Sarana seperti tempat, pelaratan, buku-buku, brosur dan prasarana seperti bantuan pemateri dari luar, para prajurit yang berantusias mengikuti kegiatan yang ada di Kodim tentunya serta di dukung oleh Komendan atas yang memberikan arahan dan memberikan ijin pelaksanaan kegiatan.(W/PJ/FP/MJ/8-7-2012). Kemudian menurut bapak NS faktor pendukung meliputi: sarana seperti: masjid, ruang, sound sistem.prasarana seperti: dukungan dari komandan, setiap saat prajurit mudah di kumpulkan.(W/PJ/PK/NS/18-72012). 68
Tutur kata bapak HMK untuk faktor pendukung adalah: Faktor pendukung pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim antara lain: para prajurit, rekan-rekan dari PHBI,IPHI,PMII, masjid sebagai tempat ibadah, aula sebagai pelasanaan kegiatan,dukungan dari Komandan atas, buku petunjuk kegiatan dll.(W/PI/FP/HMK/02-7-2012). 2. Faktor penghambat Kemudian untuk faktor penghambat menurut bapak MJ di antaranya: seperti tidak ada jabatan secara khusus yang menangani tentang bintal, maka dari itu yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah tugas pokok staf adminisrtasi. penyampaian pembinaan mental keagamaan masih di pengaruhi oleh siapa yang menyampaikannya.(W/PI/FP/MJ/8-7-2012). Kemudian tutur kata ustad/mubalig yang lain yaitu: Faktor penghambat pelaksanaan kegiatan keagamaan Islam di kodim salatiga antaranya seperti: SDM dari Pembina yang terkadang tidak dari profesinya, tidak ada jabatan khusus mengurusi kegiatan pembinaan mental, dan segala sesuatu kegiatan tergantung kepada komendan.(W/PI/PK/NS/187-2012). Bapak ustad HMK mengutarakan: Faktor penghanbat selama saya menjadi ustad di kodim tidak ada hambatan. Jikalau ada cara saya mengatasi saya mengacu pada al qur’an dan al hadits serta penanganan dan penambahan.(W/PI/FP/HMK/02-7-2012). Dari penjelasan di atas maka dapat di simpulkan faktor pendukung dan penghambat sebagai berikut: a. Faktor pendukung a) Sarana dan prasarana yang ada di Kodim.
69
b) Dukungan Komando atas. c) Bantuan organisasi dari Luar dll. b. Faktor penghambat a) SDM yang tidak dari profesinya. b) Semua kegiatan bergantung dengan siapa yang menyampaikannya. c) Tidak ada jabatan secara khusus yang menangani tentang bintal.
70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian tersebut, yaitu: 1. Metode pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim. a. Ceramah: yaitu teknik yang dititikberatkan pada penyampaian informasi, keterangan, penjelasan suatu masalah yang disampaikan secara formal dan lisan. Forum yang digunakan antara lain: Perayaan Hari Raya Agama, Peringatan Hari Besar Agama, Amanat Irup, Sambutan-sambutan, Jam Komandan, Arahan Apel pagi/siang b. Diskusi: yaitu teknik yang dititikberatkan pada pendalaman masalah dan kasus, dengan maksud mendorong peserta mendayagunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk merumuskan konsep pemecahannya. Forum yang digunakan antara lain: Rapar, Briefing, Seminar. c. Tanya Jawab: yaitu teknik yang dititik beratkan pada pengalaman butirbutir penting yang diceramahkan. d. Konseling:
yaitu
teknik
yang
dititik
beratkan
pada
pemberian
pertimbangan atau nasihat kepada orang tertentu yang sedang menghadapi masalah khusus. 71
2. Isi pembinaan mental keagamaanIslam di Kodim a. Fiqih yang berisi tentang:
Shalat: bagaimana melaksanakan shalat dengan khusyu‟.
Zakat: bagaimana cara menghitung zakat fitrah dan zakat mal.
Puasa: menjelakan puasa wajib, puasa sunah.
b. Ahklak: menjelaskan bagaimana cara menghormati antarumat beragama. c. Serta isi dari pembinaan mengikuti moment-moment tertentu. Seperti pengajian Isro‟ Mi‟roj, maulid Nabi Muhammad SAW dll. 3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pembinaan Mental Keagamaan Islam di Kodim a. Faktor Pendukung, meliputi: 1. Sarana dan prasarana yang ada di Kodim. 2. Dukungan Komando atas. 3. Bantuan organisasi dari Luar dll. b. Faktor penghambat 1. SDM yang tidak dari profesinya. 2. Semua kegiatan bergantung dengan siapa yang menyampaikannya. 3. Tidak ada jabatan secara khusus yang menangani tentang bintal dll.
72
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas maka penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya ke arah yang lebih baik, yaitu: 1. Pembinaan mental keagamaan Islam di Kodim Salatiga sudah baik, untuk memperlancar kegiatan maka alangkah baiknya di bentuk tim sendiri dalam kegiatan, serta ada jabatan khusus yang menanganinya. 2. Perlu ditingkatkan lagi dalam menjalin kerjasama dengan organisasi maupun kyai/mubalig dari luar. Untuk mewujudkan hubungan uhwah Islamiyah semakin erat. 3. Menunjuk seseorang pemateri atau mubalig
sebaiknya sesuai dengan di
bidangnya
C. Penutup Alhamdulillahirobbil’alamin, tiada kata yang pantas dituturkan karena rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia telah membuka jalan pikiran penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Metode Pembinaan Mental Keagamaan Islam di Kodim 0714 Salatiga Tahun 2012” ini dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya akan dinantikan di akhir kelak. 73
Penulisan karya ilmiah atau skripsi ini tidak luput dari keterbatasan pengetahuan dan kekhilafan penulis, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan baik bagi individu maupun lingkungan Kodim 0714/Salatiga dalam upaya meningkatkan keimanan prajurit dalam mental keagamaan Islam.
Semoga
Allah SWT senantiasa membalas kebaikan, bantuan dan dorongan dari semua pihak, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah SWT.
74
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta. Bintal Fungsi Komando, 2009 Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat. Jakarta. Darajat, Zakiyah. 1970. Ilmu jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. _____________ , dkk, 1987. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Jakarta : Bulan Bintang Departemen Agama RI, 1989. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang : Toha Putra, Djak‟far Zaenudin.1995. Didaktik Metodik. Pasuruan: Garoeda Buana Indah. Fajri, EmZul, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Fuad Nashori dan Rahmi Diana Muhram. 2002. Mengembangkan Kreatifitas dalam Perspektif Psikilogi Islam. Yogyakarta: Menara Kudus. Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Reseach. Bandung: Mizan. Jalaludin. 2002. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Junus, Mahfud. 1986. Terjemahan Al Qur’an Al Karim. Bandung: PT Al maarif. Moeloeng J. Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasrori Fuad & Djamaludin Ancok. 2001. Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasution S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. 75
Poewardamintta, W.J.S. 2007. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Shihab, Quraish. 1994. Membumikan Al Qur’an. Bandung :Mizan. Syafaat Aat, dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam mencegah kenakalan remaja ( juvenile delinquency). Jakarta: Rajawali press. Sukardi Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Progam Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
76