SISTEM PEMBELAJARANSEKOLAH MENENGAHPERTAMA ISLAM TERPADU(SMP IT) NURUL ISLAM TENGARAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan Islam
Oleh BURHANUDIN 111 090 33
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
MOTTO
“ Menghadapi era globalisasi dengan penguasaan ilmu dan pengetahuan secara mendalam untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan: 1. Bapak dan Ibu terkasih yang telah memberikan motivator dan doanya dengan rasa keikhlasan. 2.
K.H. Maslikhuddin Yazid, beserta Hj. Aidah
Shodaqoh selaku guru
spiritual dalam proses pencerahan hati. 3. Seseorang yang oleh Allah akan dipertemukan denganku dalam anugerahNya, semoga kita dapat bersama-sama menggapai cinta dan ridlo-Nya. 4. Teman-temanku Pondok Pesantren Sunan Giri yang seperti keluargaku sendiri. 5. Semua teman-temanku seperjuangan angkatan 2009.
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, kepasrahan, kepatuhan tetap dalam sisi Allah SWT yang selalu hadir dan memberikan rahmat, taufiq dan hidayah di dalam roh kita, amin. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw yang kami nanti-nantikan syafaatnya di akhir zaman, amin. Sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab serta kewajiban penulis dalam rangka melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, jurusan tarbiyah (PAI), maka penulis membuat karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul SISTEM PEMBELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU (SMP IT) NURUL ISLAM TENGARAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Akhirnya
dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Bapak Pembantu Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 3. Ibu Siti Asdiqoh, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Sumarno Widjadipa, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan pengarahan yang sangat berarti sejak awal semester hingga akhir studi ini selesai.
5. BapakMufiq, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, serta sarannya sampai terwujudnya skripsi ini. 6. Bapak Ibu dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Segenap Staff STAIN Salatiga yang telah membantu secara teknis. 8. Bapak Purwoko selaku Kepala Sekolah SMP IT Nurul Islam Tengaran kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin penelitian serta memberikan waktunya untuk diwawancarai. 9. Bapak K.H. Maslikhuddin Yazid, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Giri yang senantisa memberikan penyegaran rohani kepada penulis. 10. Seluruh teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu penulis baik yang berupa moral maupun materiil. Tiada balasan yang dapat penulis berikan kecuali doa kepada Allah SWT, semoga amal sholeh bapak, ibu, teman-teman dan semua pihak dapat diterima Allah SWT, dan mendapatkan balasan yang mulia disisi-Nya. Amin. Penulis berkeyakinan, bahwa para pembaca yang budiman tentu akan mengadakan evaluasi-evaluasi dan kritikan seperlunya. Dimana penulis sendiri berkeyakinan dan menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, penulis berharap tulisan ini dapat menjadi sumbangsih yang sangat berguna, walaupun sangat sederhana, dan akhirnya penulis memanjatkan
doa kepada Allah SWT, semoga amal hamba ini menjadi amal saleh yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa. Amin
ABSTRAK
Burhanudin. 2013. Sistem Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Nurul Islam Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M. Phil. Kata kunci:Sistem Pembelajaran Islam Terpadu. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan sistem pembelajaran di sekolah berbasis Islam Terpadu. Pertanyaan pertama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana Proses Belajar Mengajar di SMP IT Nurul Islam Tengaran?, (2) Bagaimana kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran?, (3) Bagaimana Out put SMP IT Nurul Islam Tengaran?, (4) Bagaimana Peluang dan Hambatan Sistem Pembelajaran SMP IT Nurul Islam Tengaran?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian menggunakan pendekatan berparadigma deskriptif-kualitatif dengan rancangan studi penelitian lapangan (field Research). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah (1) Proses Belajar Mengajar di SMP IT Nurul Islam Tengaran adalah berjalan dengan baik dan lancar, dengan mengoptimalkan fasilitas yang tersedia dan didukung pula dengan pembelajaran yang menyenangkan menggunakan model CTL (contextual teaching and learning).(2) Kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran menggunakan kurikulum KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan), dengan memperhatikan tiga aspek, yakni kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Kemudian dengan menambahkan kurikulum kepesantrenan, yang berisi tentang materi pelajaran keagamaan baik teori ataupun praktek secara totalitas dan sistematis.(3) Out put SMP IT Nurul Islam Tengaran mampu melahirkan peserta didik yang cerdas, berakhlakul karimah dan berwawasan global. Yang nantinya lulusannya dapat mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama mengenyam pendidikan di sekolah tersebut, baik ilmu keagamaan maupun ilmu sains.(4) Peluang dan Hambatan Sistem Pembelajaran SMP IT Nurul Islam Tengaran meliputi: (a) peluang Sistem Pembelajaran, antara lain: keoptimisan guru dengan model pembelajaran CTL (contextual teaching andlearning), guru yang berusia muda dengan kinerja tinggi, sumber daya manusia pada guru ataupun siswa sudah mumpuni itu sebagai sarana mempermudah mengembang IT, sekolah dan yayasan memfasilitasi guru dalam pelatihan keguruan, sekolah juga menjalin kerjasama dengan DIKNAS dan organisasi Amerika Serikat, siswa memilki tingkat kecerdasan intelektual menengah, sistem boarding schoolyang menunjang siswa untuk berkreativitas dan belajar memanajemen waktu, program hapalan Alquran tiga juz dalam waktu tiga tahun, prestasi sekolah yang stabil, siswa ditekankan agar dapat menguasai bahasa
Inggris dan bahasa Arab, kokundusifan tempat dan suasana belajar mengajar, serta bersinergi antara program sekolah dengan asrama/yayasan dengan penggabungan dua jadwal setiap hari. (b) Hambatan Sistem Pembelajaran, antara lain: fasilitas yang dimiliki sekolah masih belum tercukupi secara keseluruhan, belum tepat guna ruang sekolah untuk kegiatan belajar mengajar, kreativitas guru dalam penggunaan metode serta model pembelajaran kurang maksimal, serta minimnya minat siswa membaca buku yang tersedia di perpustaan sekolah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, ternyata sistem pembelajaran diperlukan dukungan dan arahan dari berbagai pihak, khususnya waka.sarana prasarana dan guru mata pelajaran di kalangan civitas akademika SMP IT Nurul Islam Tengaran. Perlu adanya peningkatan koordinasi dan kerjasama antara Kepala Sekolah, waka.kurikulum, waka.pengajaran, dan guru berkaitan tentang keberlangsungan sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................................i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ……………..ii PENGESAHAN KELULUSAN .....................................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................................... iv MOTTO ............................................................................................................................v PERSEMBAHAN ............................................................................................................vi KATA PENGANTAR ....................................................................................................vii ABSTRAK ........................................................................................................................xi DAFTAR ISI ...................................................................................................................xii DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...…...xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1 B. Rumusan Masalah...............................................................................5 C. Tujuan Penelitian...................................................................................6 D. Manfaat Penelitian.................................................................................6 E. Definisi Operasional..............................................................................7 F. Metodologi Penelitian............................................................................8
G. Sistematika Penulisan...........................................................................15 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Sistem Pembelajaran di Sekolah Islam Terpadu..................................17 B. Kurikulum Sekolah Islam Terpadu......................................................22 C. Out put Sekolah Islam Terpadu...........................................................34 D. Peluang
dan
Hambatan
Sistem
Pembelajaran
DiSekolahIslamTerpadu........................................................................... .....................39 BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN A. Profil Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Nurul Islam Tengaran 1. Gambaran Umum SMP IT Nurul Islam………………………….46 2. Sekolah SMP IT Nurul Islam Tengaran………………………….47 B. Data-data Penelitian 1. Proses Belajar Mengajar di SMP IT Nurul Islam Tengaran………………………………………………………….54 2. Kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran................................56 3. Out put SMP IT Nurul Islam Tengaran.........................................57 4. Peluang dan Hambatan Sistem Pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran...............................................................................59 BAB VI PEMBAHASAN Sistem Pembelajaran Islam Terpadu di SMP IT Nurul Islam Tengaran
A. Proses Belajar Mengajar di SMP IT Nurul Islam Tengaran…………65 B. Kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran…………………..…....67 C. Out put SMP IT Nurul Islam Tengaran………………………….......69 D. Peluang dan Hambatan Sistem Pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran…................................................................................71 BAB VPENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................................80 B. Saran....................................................................................................82 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel 1.d
Jumlah Guru/Pegawai (Tetap dan Tidak Tetap)…………………51
Tabel 2.d
Guru dan Kebutuhan Menurut Mata Pelajaran yang diajarkan……………………………………………………51
Tabel 3.e
Ruang Menurut Jenis, Kondisi dan Luas……………...................52
Tabel 4.f
Program Ekstrakurikuler………………………………………....53
Tabel 5.g
Pembagian Jadwal Keseharian Sekolah dan Ma’had SMP IT Nurul Islam Tengaran……………………………………………….…..53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.c
Struktur Organisasi Sekolah…………………………………….49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar pustaka
Lampiran2
Riwayat hidup
Lampiran 3
Data wawancara
Lampiran 4
Nota pembimbing
Lampiran 5
Permohonan izin penelitian
Lampiran 6
Surat keterangan penelitian
Lampiran 7
Daftar SKK
Lampiran 8
Lembar konsultasi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat global saat ini dihadapkan pada pengaruh sistem nilai sekuler dan matrealistis. Semua lapisan masyarakat, baik dari orangtua, pendidik, kini telah menghadapi dilema besar dalam pendidikan, yaitu bagaimana cara terbaik untuk mendidik generasi muda dan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan global di masa mendatang. Sebagaimana dikemukakan M. Amien Rais, bahwa zaman globalisasi sekarang ini merupakan zaman dimana ada situasi yang hiperkompetitif. Pendidikan yang tidak betul-betul bermutu akan terpinggirkan dan akan terseok-seok, ambles, dan kalah (Asmani, 2011: 138). Dengan adanya faktor-faktor yang lebih dominan pada persaingan kualitas pendidikan, sehingga kemudian memunculkan berbagai macam fenomena dalam masyarakat muslim saat ini yakni semakin berkurangnya norma-norma, baik norma sosial, budaya maupun agama. Hal itu terlihat misalnya kurangnya apresiasi terhadap janji, waktu, ketertiban, kebersihan dan masih banyak etika dasar lainnya yang harus diperhatikan. Problematika yang dihadapi masyarakat muslim saat ini tidak terlepas dari faktor modernisasi dan globalisasi yang berdampak pada semua aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, dan juga pendidikan. Pengaruh modernitas mempunyai andil besar dalam merubah gaya dan pola hidup pada hampir semua
lapisan masyarakat, termasuk masyarakat muslim. Tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak belajar sistem nilai kebanyakan dari budaya popular dan media massa yang sedang berkembang pesat pada era kontemporer ini. Inilah yang merupakan kesenjangan terpanjang yang dialami oleh dunia Islam sampai sekarang. Pendidikan Islam telah melahirkan dua pola pemikiran kontradiktif yang keduanya mengambil bentuk yang berbeda, baik aspek materi, sistem pendekatan maupun dalam bentuk kelembagaan. Dua bentuk yang dimaksud adalah pendidikan Islam bercorak tradisional dan modern. Pendidikan tradisional dalam perkembangannya lebih menekankan pada aspek normatifdoktriner yang cenderung eksklusif-literalis, sementara yang modern kehilangan substansinya (baca: sekuler) (Zainuddin, 2008: 15). Problem-problem diatas juga memperlemah perkembangan karakter generasi Islam. Oleh karena itu, para intelektual muslim sekarang harus melakukan rekonstruksi dalam persoalan pendidikan, terutama tentang sistem pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan. Karena itu, segala sesuatu yang berkolaborasi dengan sistem pendidikan seperti kurikulum, metode, sarana dan prasarana, dan sebagainya hendaknya selalu diadakan revisi, renovasi, dan modifikasi secara kreatif, ekspresif, praktis, dan transpormatif (Barizi, 2011: 12). Barangkali sistem pendidikan dunia Islamlah yang harus bertanggung jawab dalam hal keterputusan antara nilai dan praktik yang terjadi di dunia muslim saat ini. Hal ini juga termasuk sistem pendidikan keagamaan. Selama berabad-abad, dunia pendidikan selalu dipahami sebagai proses transmisi daripada
sebagai proses transformasi. Pengajaran hanya difokuskan pada mentransfer informasi dan harus dihafal daripada dilaksanakan atau diinternalisasi. Dalam dunia multimedia sekarang ini dimana internet dan komunikasi global menjadi tren seharusnya Islam tetap dijadikan sebagai sistem nilai baik secara individual maupun sosial, khususnya dalam menghadapi masyarakat modern dan sekuler seperti ini (Zainuddin, 2008: 3). Pendidikan
Islam
nampaknya
masih
dipandang
berbeda
dengan
pendidikan modern, meskipun boleh jadi terdapat beberapa kesamaan. Perbedaan tersebut tidak menjadikan kualitas pendidikan Islam rendah jika dibandingkan dengan pendidikan modern, tetapi justru dengan adanya perbedaan-perbedaan itu mampu membentuk karakteristik yang kemudian menjadi identitas dirinya. Untuk membangun pendidikan yang mampu melahirkan sumberdaya manusia seutuhnya yang berkualitas, baik material maupun spiritual, maka diperlukan
sistem
pendidikan
integral
yang
berorientasi
pada
aspek
teontroposentris secara dinamis, dan berorientasi pada pengembangan seluruh potensi dan dimensi peserta didik secara proporsional. Implementasi pandangan diatas menunjukkan bahwa pendidikan terpadu dikembangkan melalui pilar-pilar fitrah manusia yang dikemas dengan ruh ajaran illahiyah. Atas dasar inilah maka orientasi dan sistem pendidikan di sekolah tidak perlu terjadi ambivalensi dikotomis antara ilmu agama (Islam) dan ilmu umum (sains), tetapi bagaimana mengintegrasikan-nya secara terpadu. Perpaduan
dimaksud bukanlah sekedar proses percampuran biasa (atau Islamisasi), tetapi sebagai proses pelarutan (Barizi, 2011: 260). Artinya, pendidikan terpadu yang dikembangkan dalam Islam bukan sekedar proses pendidikan searah, tetapi proses pendidikan multi dimensi untuk bekal kehidupan dunia akhirat, yaitu proses pengembangan jasmani, rohani, intelektual, akhlak dan sosial. Pendidikan Islam terpadu memandang manusia dari prinsip ketauhidan kepada Allah SWT. dan memandang alam semesta sebagai suatu sistem terpadu dan berkesinambungan dengan dimensi fisiologis serta psikis manusia. Dengan sistem ini, pendidikan mampu mengarahkan manusia untuk tidak bertindak mafsadah, yang disebabkan intelektualnya kosong dari nilai-nilai agama. Pendidikan Islam terpadu dinilai mampu memberikan warna baru dalam dunia pendidikan dan dipandang mampu mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara utuh, sehingga mampu menghasilkan manusia paripurna (insan kamil). Maka dewasa ini banyak bermunculan lembaga-lembaga pendidikan berbasis Islam Terpadu (IT), yang menawarkan program unik dan menarik dengan waktu pembelajaran lebih padat dibandingkan dengan sekolah-sekolah pada umumnya, begitu juga yang ada di SMP IT Nurul Islam Tengaran. Di SMP IT Nurul Islam Tengaran sebagaimana kita ketahui bahwa lembaga pendidikan tersebut menawarkan pendidikan yang berbasis Islam terpadu. Selanjutnya, sistem pendidikan yang diterapkan disana sudah berjalan secara efektif dan efesien, sehingga mampu membentuk anak didiknya sesuai
yang diharapkan dan dicita-citakan. Maka bagaimana tindakan SMP IT Nurul Islam Tengaran dalam menjalankan sistem pengajaran tersebut sehingga mampu mencetak peserta didiknya menjadi generasi yang intelektual, kreativ, inovatif, beriman dan berakhlak mulia. Karena begitu krusialnya sistem pembelajaran pada sekolah berbasis Islam Terpadu, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini melalui penelitian dengan judul “ SISTEM PEMBELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU (SMP IT) NURUL ISLAM TENGARAN KECAMATAN
TENGARAN
KABUPATEN
SEMARANG
TAHUN
PELAJARAN 2013/2014 ”. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memperlihatkan beberapa masalah yang tentunya layak untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut, agar sekolah terpadu bisa lebih menunjukan eksistensinya sebagai sekolah bermutu dan memiliki kapabilitas yang tinggi. Maka rumusan masalah penelitiannya adalah: 1. Bagaimana proses belajar mengajar di SMP IT Nurul Islam Tengaran kab. Semarang tahun pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimana kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran kab. Semarang tahun pelajaran 2013/2014? 3. Bagaimana out put SMP IT Nurul Islam Tengaran kab. Semarang tahun pelajaran 2013/2014?
4. Bagaimana peluang dan hambatan sistem pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran kab. Semarang tahun pelajaran 2013/2014?
C. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui proses belajar mengajardi SMP IT Nurul Islam Tengaran kab. Semarang tahun pelajaran 2013/2014 2. Mengetahui kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran kab. Semarang tahun pelajaran 2013/2014 3. Mengetahui out putSMP IT Nurul Islam Tengaran kab. Semarang tahun pelajaran 2013/2014 4. Mengetahui peluang dan hambatan sistem pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran kab. Semarang tahun pelajaran 2013/2014 D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan khazanah keilmuan terutama sistem pembelajaran Islam terpadu.
2. Secara Praktis a. Dapat memberikan masukan terhadap pengelola pendidikan dalam meningkatkan kualitas tenaga pendidik. b. Dapat menumbuhkan semangat bagi para pendidik untuk menciptakan strategi-strategi baru dalam pembelajaran, khususnya pendidikan agama Islam bagi siswa yang berkebutuhan khusus. c. Dapat memberikan masukan atau kritikan yang positif mengenai perencanaan,
persiapan
serta
implementasi
penggunaan
strategi
pembelajaran dalam proses belajar-mengajar terutama bagi sekolah yang berbasis pendidikan terpadu. E. DEFINISI OPERASIONAL 1. Sistem Pembelajaran Menurut Oemar Hamalik (2001) yang di kutip oleh Maemun dan Fitri (2010: 123), pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa komponen yang dimaksud terdiri atas: (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/alat, (7) Evaluasi,dan (8) Lingkungan/konteks. 2. Sekolah Islam Terpadu Sekolah
Islam
terpadu
pada
hakekatnya
adalah
sekolah
yang
mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan al-Qur’an dan as
sunnah. Dalam aplikasinya sekolah Islam terpadu diartikan sebagai sekolah yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan dan pendidikan agama menjadi satu jalinan kurikulum. Sekolah Islam terpadu juga menekankan
keterpaduan
dalam
metode
pembelajaran
sehingga
dapat
mengoptimalkan ranah kognitif, afektif, dan konatif. Sekolah Islam terpadu juga memadukan
pendidikan
aqliyah,
ruhiyah
dan
jasadiyah
(ismanita.wordpress.com). F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Ditinjau dari objeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field Research), karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini diperoleh dari lapangan . Sedangkan sifat penelitian ini adalah deskriptifkualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan dilapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-angka. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sukmadinata (2008: 60), penelitian kualitatif (qualitativeresearch) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.
Penelitian kualitatif terfokus pada fenomena sosial dan pemberian suara pada perasaan serta persepsi dari partisipan dibawah studi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena: a. Komitmen pada waktu yang lama di lapangan. Peneliti akan menghabiskan banyak waktu di lapangan, mengumpulkan data yang luas, dan bekerja lewat isuisu lapangan tentang memperoleh akses, hubungan yang harmonis (report), dan perspektif orang yang diteliti. b. Terlibat dalam proses analisis data yang kompleks dan memakan waktu, tugastugas ambisius memilih sejumlah besar data dan mereduksinya menjadi beberapa tema atau kategori. c. Waktu dan sumber-sumber yang cukup untuk digunakan pada pengumpulan data yang luas di lapangan serta analisis data secara rinci tentang informasi. d. Untuk meneliti individu dalam latarnya yang alami 2. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya (Sugiyono, 2011: 222).
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode (Arikunto, 2010: 192). Selain itu kehadiran penulis di lapangan mutlak diperlukan. Selanjutnya, penulis juga sebagai partisipan penuh, yang mana penulis membaur dengan objek penelitian. Kehadiran penulis sebagai peneliti diketahui statusnya secara transparan sebagai peneliti. Dengan demikian, maka proses penelitian yang akan dilaksanakan di lembaga sekolah tersebut diharapkan dapat berjalan lancar pada saat survei, mewawancarai, maupun saat observasi dilapangan. 3. Lokasi Penelitian Penelitian skripsi ini akan diadakan di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Nurul Islam Tengaran, kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang. Dalam rangka mewujudkan SMP IT Nurul Islam Tengaran sebagai lembaga yang unik dan profesional, maka peneliti akan meneliti tentang sistem pembelajaran di sekolah tersebut secara detail dan mendalam. Sehingga nantinya dapat diketahui dengan jelas keunikan dan keprofesionalannya. 4. Teknik Sampling Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling,dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang
dianggap paling tahu terhadap apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2013: 300). Penentuan sampel sumber data, pada proposal masih bersifat sementara, dan akan berkembang kemudian setelah peneliti di lapangan. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.Penulis menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Asmani, 2011: 123). Metode ini peneliti gunakan untuk mengamati, mendengarkan dan mencatat langsung keadaan atau kondisi sekolah, letak geografis, proses belajar mengajar, kurikulum, out put, peluang dan hambatan di SMP IT Nurul Islam Tengaran Kab. Semarang tahun 2013. b. Wawancara Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dengan
orang yang diwawancarai
(interviewee)
(Bungin, 2011: 155). Sedangkan menurut Moleong (2009: 186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah berdiri, struktur organisasi, sarana prasarana, keadaan siswa dan problem-problem yang dihadapi serta solusinya. Sedangkanyang menjadi nara sumber adalah kepala sekolah dan guru. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010 : 274). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya SMP IT Nurul Islam Tengaran Kab. Semarang, struktur organisasi, keadaan karyawan dan guru, keadaan siswa, sarana prasarana dan sebagainya. d. Triangulasi Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat
menggabungkan
dari
berbagai
teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono,
2011: 241). Dalam hal ini, berarti bahwa peneliti menggunakan teknik pengumpulan data secara berbeda-beda atau variatif yang tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Datanya dapat diperoleh dengan cara observasi partisipasif, wawancara mendalam maupun dokumentasi. 6. Teknik Pemilahan Data Dalam tahap ini peneliti melakukan langkah yang berhubungan dengan penyeleksian data. Yang mana prosesnya adalah mengumpulkan data secara keseluruhan, kemudian data tersebut dipilih secara objektif dan cermat setelah itu mengklasifikasikannya
menjadi satu rumpun. Artinya data yang memiliki
kesamaan dalam satu pokok pembahasan penelitian dipadukan dengan data yang sama atau yang memiliki validitas dan reabilitas. Sedangkan data yang tidak memiliki kesamaan dalam validitas dan reabilitasnya maka diadakan pereduksian ataupun pembuangan. 7. Teknik Analisis Data Dalam setiap kajian penelitian tentulah ada bagian yang membahas tentang metode analisis data, namun sebelum mendeskripsikan tentang analisis data secara mendalam biasanya diawali dengan pembahasan tahapan analisis. Tahap analisis adalah kegiatan yang tidak dapat diwakilkan pada orang lain, tetapi harus dilakukan oleh peneliti sendiri karena hal ini menyangkut validitas hasil penelitian, kualifikasi intelektualitas dan kompetensi peneliti (Yunus, 2010: 239). Pemaparan diatas diperkuat oleh pendapatnya Alsa (2007: 49), validitas penelitian kualitatif adalah kepercayaan terhadap data yang diperoleh dan analisis
yang dilakukan peneliti secara akurat merepresentasikan dunia sosial di lapangan. Dengan demikian, penulis dapat melanjutkan proses menganalisis data secara sistematis dan terstruktur. Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi-abstraksi terhadap informan lapangan, dengan mempertimbangkan menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan universal (Bungin, 2011: 153154). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Artinya peneliti mencari uraian yang menyeluruh dan cermat tentang proses belajar mengajar, kurikulum, out put, peluang dan hambatan di SMP IT Nurul Islam Tengaran. Karena struktur pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif, di mana data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, maka dilakukan pengelompokkan data dan pengurangan yang tidak penting. Selain itu dilakukan analisis pengurangan dan penarikan kesimpulan tentang problematika pembelajaran yang ada di SMP IT Nurul Islam Tengaran. Proses Analisis data baik ketika pengumpulan data maupun setelah selesai pengumpulan data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pada waktu pengumpulan data, dilakukan pembuatan reduksi data, sajian data dan refleksi data b. Menyusun pokok-pokok temuan yang penting dan mencoba memahami hasilhasil temuan tersebut dan melakukan reduksi data c. Menyusun sajian data secara sistematis agar makna peristiwanya semakin jelas d. Mengatur data secara menyeluruh. Dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan. Apabila dirasa kesimpulan masih perlu tambahan data, maka akan kembali dilakukan tinjauan lapangan untuk kegiatan pengumpulan data sebagai pendalaman. G. SISTEMATIKA PENULISAN Dari uraian diatas dapat disusun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN,berisi: Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN,berisi:
Sistem Pembelajaran di Sekolah Islam Terpadu, Kurikulum Sekolah Islam Terpadu, Out put Sekolah Islam Terpadu, Peluang dan Hambatan Sistem Pembelajaran di Sekolah Islam Terpadu BAB III
PENYAJIAN DATA PENELITIAN,berisi: A. Profil Sekolah
Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Nurul Islam Tengaran, B. Data-data
Penelitian, meliputi: 1. Proses Belajar Mengajar di SMP
IT
Nurul Islam
Tengaran, 2. Kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran, 3. Out put SMP IT Nurul Islam Tengaran, 4. Peluang dan Hambatan Sistem Pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran BAB VI PEMBAHASAN, berisi: Sistem Pembelajaran Islam Terpadu di SMP IT Nurul Islam Tengaran, meliputi: 1. Proses Belajar Mengajar di SMP IT Nurul Islam Tengaran, 2. Kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran, 3. Out put SMP IT Nurul Islam Tengaran, 4. Peluang dan Hambatan Sistem Pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran BAB V
PENUTUP, berisi: Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. SISTEM PEMBELAJARAN SEKOLAH ISLAM TERPADU 1. Pengertian Sistem Pembelajaran Istilah sistem adalah suatu konsep yang abstrak. Definisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Rumusan itu sangat sulit dipahami. Dalam artian yang luas, suatu sistem muncul karena seseorang telah mendefinisikannya demikian (Hamalik, 2003:01). Sedangkan pengertian dari pembelajaran menurutOemar Hamalik (2011: 57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Alquran surat 62 ayat 2 disebutkan bahwa titik awal pembelajaran adalah pengalaman akan ketakjuban dan keingintahuan akan tanda-tanda Tuhan di setiap ciptaanNya (ayat).Artinya bahwa pembelajaran sebaiknya dimulai dengan perilah yang berhubungan dengan sebuah pengalaman yang meliputi rasa keingintahuan dan
kemauan yang tinggi. Karena hal tersebut adalah syarat utama agar pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berlangsung dengan baik dan lebih sistematis. Adapun bunyi firman Allah SWT di atas, yakni:
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q.S. al-Jumu’ah: 2) Dari berbagai definisi yang telah tertulis diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem pembelajaran adalah seperangkat komponen yang saling dipadukan antara satu dengan yang lain dan saling bersinergi, kemudian membentuk totalitas yang mencakup unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedursehingga mencapai tujuan pembelajaran dengan baik sesuai dengan rencananya. Dari beberapa pengertian para ahli di atas, dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem pembelajaranyaitu: a. Sistem pembelajaran sebagai sesuatu yang sangat vital, karena menjadi landasan utama dalamprosesberlangsungnyapendidikan.
b. Sistem pembelajaran mencakup berbagai komponen, yang mana antara komponen satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. c. Inti dari sistem pembelajaran adalah bagaimana caranya agar sebuah lembaga pendidikan dapat melalui dan mencapai proses pembelajaran secara terstruktur, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat terwujud dengan mudah dan efektif. d. Ada lima komponen sistem pembelajaran yang perlu dicermati dan diterapkan oleh para penanggung jawab pendidikan dalam ranah pendidikan, yakni unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur dalam pembelajaran. 2. TujuanSistemPembelajaran Tujuan penting dalam konteks sistem pembelajaran merupakan suatu komponen dari sistem pembelajaran itu sendiri dan menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif.Hamalik (2011: 75), mengkhususkan kepentingan sistem pembelajaran menjadi lima poin, yakni: a. Untukmenilai hasilpembelajaran. b. Untuk membimbing siswa belajar. c. Untuk merancang sistem pembelajaran. d. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan prosespembelajaran. e. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran.
Selain dari kepentingan sistem pembelajaran yang telah diuraikan diatas, yakni untuk mencetak karakteristik manusia pembelajar. Menurut Robi’ah al-Adawiyah (2004) yang dikutip oleh Maya H (2012: 175-177), karakter manusia pembelajar adalah sebagai berikut: a. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. b. Tidak pernah merasa puas. c. Menghargai proses. d. Menganggap semua tempat sebagai sekolah. e. Menggangap setiap orang sebagai sumber ilmu. f. Menggunakan setiap waktu luang untuk memperbaiki diri. g. Terbuka dengan kritik. Adapun menurut Khaeruddin dan Mahfud Junaedi (2007: 205), pembelajaran terpadu pada dasarnya bertujuan agar kurikulum dan proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat bermakna bagi peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik. 3. Fungsi Sistem Pembelajaran Pemahaman kita yang baru tentang belajar, paralel dengan pengembangan radikal di bidang teknologi. Revolusi teknologi harus menjadi inspirasi energi sistem pendidikan, organisasi pembelajar, cara kerja, pembentukan manusia pembelajar, dan kebudayaan kita. Di dalam konteks ini, kaidah revolusi teknologi menempatkanpembelajaran sebagai
sebuah fenomena terintegrasi, universal, jaringan kerja multimedia secara digital, serta pemberdayaan sikap mental untuk belajar secara spontan, independen, kolaboratif, dan tanpa paksaan (Danim, 2003: 36). Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, bahkan sudah menyebar luas keseluruh penjuru lembaga pendidikan secara nasional maupun internasional.Oleh karena itu,sekolah berbasis Islam terpadu hadir di tengah maraknya berbagai macam lembaga pendidikan,untuk mencoba mengkolaborasikan sistem pembelajaran antara
agama (ilmu keislaman) denganIPTEK (sains).
Fungsi dari sistem ini adalah mendoktrinasi dan membekali mental jasmaniah serta rohaniahnya para lulusannya agar mampu menyongsong keberlangsungan kehidupan yang serba teknologi, dengan menyandang gelar intelektual muslim. 4. Ruang Lingkup Sistem Pembelajaran Meski membawa kemajuan yang menakjubkan, pemikiran dan pengetahuan modern (Barat) ternyata juga mengandung dampak negatif yang besar. Karena diadopsi dari berbagai sumber yang beragam dan saling bertentangan serta tidak didasarkan atas ajaran wahyu, pengetahuan Barat akhirnya melahirkan ketegangan batin dan menjauhkan manusia dari Tuhan, bahkan menjauhkan dari nilai-nilai kemanusiaannya sendiri. Model pengetahuan seperti itu sama sekali tidak bisa digunakan untuk mengatasi problem-problem kemanusiaan, apalagi problem masyarakat muslim (Soleh, 2012: 250).
Sebaliknya, metode pendidikan yang berorientasi pada problem solving berusaha mengembangkan kemampuan orang untuk memahami cara mereka berada secara kritis, mereka melihat dunia bukan sebagai realitas statis, tetapi dinamis, berada dalam proses perubahan. Konsep pendidikan ini diarahkan pada upaya membangkitkan kesadaran kritis dan memberdayakan para peserta didik sehingga mereka mampu mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya (Sugiharto, 2008: 354).
B. KURIKULUM SEKOLAH ISLAM TERPADU 1. Pengertian Kurikulum a. Kurikulum Secara Umum Kurikulum merupakan elemen strategis dalam sebuah layanan pendidikan. Yang mana dijadikan sumber acuan bagi segenap pihak yang terkait dengan penyelenggara program diberbagai elemen dan institusi. Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa kurikulum yang memenuhi standar dan mengikuti perkembangan era globalisasi, maka kemungkinan besar akan mempermudah proses dan menghasilkan produk pendidikan yang bermutu. Sebaliknya, kurikulum yang masih ketinggalan zaman akan
membuahkan
proses
dan
hasil
pendidikan
yang
kurang
maksimalsesuaiharapan. Muhaimin (2004: 182), mengungkapkan dalam pengertian yang sempit, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman
penyelenggaraan
kegiatan
belajar-mengajar
di
sekolah.
Pengertian ini menggarisbawahi adanya 4 komponen pokok dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/bahan, organisasi dan strategi. Dalam pengertian yang luas, kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan (institusional, kurikuler dan instruksional). Pengertian ini menggambarkan segala bentuk aktivitas sekolah yang sekiranya mempunyai efek bagi pengembangan peserta didik, adalah termasuk kurikulum, dan bukan terbatas pada kegiatan belajar-mengajar saja. Dari dua pengertian diatas penulis dapat mengambil benang merah, bahwa definisi yang awal (sempit) lebih tepat dan sangat berkorelasi jika dipahami dan dilakukan oleh guru. Sedangkan definisi yang kedua (luas) akan sangat relevan bilamana dipahami dan diterapkan oleh kepala sekolah/lembaga pendidikan berbasis Islam sebagai pemimpin utama beserta para staf wakil kepala sekolahnya di lembaga pendidikan tersebut. b. Konsep Kurikulum Terpadu Pada perkembangan awal, konsep kurikulum terpadu hanya merupakan bagian dari kurikulum sebagai sebuah rencana, yakni sekedar sebuah bentuk desain content/materi pelajaran, seperti Istilah: integration, correlation, interdisciplinary, unit, fusi, broad filed, dan lain-lain. Perkembangan selanjutnya, konsep kurikulum terpadu telah dipandang
bukan hanya sekedar pengaturan materi/content pelajaran dan bagian dari perencanaan, tetapi telah menjadi satu model konsep kurikulum yang memiliki konsep yang utuh (baik sebagai ide, rencana, proses maupun hasil). Ia juga memiliki desain yang lengkap (mulai dari rumusan tujuan, materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi) (Sabda, 2006: 27). Menurut beberapa ahli ada beberapa definisi dari kurikulum terpadu yang telah tertulis dalam Sabda (2006: 27-28) antara lain: 1) Menurut Fogarty (1991: xii-viii) mendefinisikan kurikulum terpadu (integratedcurriculum)sebagai suatu model kurikulumyang dapat mengintegrasikan skills, themes,concepts, topics secara inter dan antar disiplinataupenggabungankeduanya. 2) Maurer (1994: 3) mendefinisikan kurikulum terpadu (interdisciplinary curriculum) sebagai: “ the organization and transfer of knowledge under a united or interdisciplinarytheme ”. 3) Beane (1995) mendefinisikannya sebagai model kurikulum yang menawarkan sejumlah kemungkinan tentang kesatuan dan keterkaitan antara kegiatan sehari-hari dengan pengalaman di sekolah atau pengalaman pendidikan. Dari beragam definisi kurikulum terpadu yang di paparkan oleh beberapa ahli, penulis dapat mengambil intisari bahwa kurikulum Islam terpadu
adalah
model
kurikulum
yang
menawarkan
sejumlah
kemungkinan tentang kesatuan dan keterkaitan antara keahlian, tema,
konsep ataupun topik dengan perumusan sistematis kemudian membentuk keterpaduan antara ilmu agama (ilmu keislaman) dengan ilmu umum (sains). a. ModelKurikulum Kurikulum merupakan keseluruhan program dan kehidupan dalam sekolah serta dipandang sebagian dari kehidupan atau eksistensi sekolah. Oleh karena itu kurikulum sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya atau survive suatu lembaga pendidikan atau bagi pendidikan itu sendiri. Kurikulum bersifat dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya, sehingga jika terdapat perubahan pelaksanaan dalam pendidikan yang diselenggarakan, secara otomatis kurikulum pun berubah pula (B. Suryosubroto, 2004: 32) yang dikutip oleh Umiarso & Imam Gojali ( 2011: 89). Upaya sentralnya berporos pada pembaruan kurikulum pendidikan. Sebagai usaha terencana, pembaruan kurikulum tentulah didasari oleh alasan yang jelas dan substansif serta mengarah pada terwujudnya sosok kurikulum yang lebih baik, dalam arti yang seluas-luasnya, bukan sekedar demi perubahan itu sendiri. Ini berarti, pembaruan kurikulum selayaknya diabdikan pada terwujudnya praktik pembelajaran yang lebih berkualitas bagi siswa, menuju terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, baik kaitannya dengan studi lanjut, memasuki dunia kerja, maupun belajar mandiri (Muslich, 2009: 11).
Oleh karena itu pendidikan Islam perlu merevitalisasi kurikulum yang berlangsung saat ini, sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman, kesempurnaan jiwa anak didik tanpa melupakan esensi dari prinsip ajaran agama Islam itu sendiri. Sehingga di masa mendatang generasi
peserta
didik
lebih
berkompeten
dalam
bidang
yang
dipelajarinya. Berdasarkan
pemikiran
yang
berperspektif
Islam
tersebut
pendidikan sekolah untuk masa dapan haruslah memiliki kurikulum utama yang terdiri atas (Saridjo, 2009:42): a. Pendidikan agama, agar lulusan beriman kuat, dan iman inilah akan tertanam akhlak mulia; pendidikan keislaman akan memberikan kemampuan kepada lulusan untuk mampu hidup di zaman global yang penuh tantangan dan kompetisi yang ketat; lulusan harus mampu mengatasi tantangan dan menjadi competitors sukses; b. Pendidikan bahasa Inggris aktif, agar ia mampu berkomunikasi dan bekerjasama di tingkat dunia pada zaman global itu; c. Pendidikan
keilmuan,
agar
lulusan
mampu
meneruskan
pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi, di tingkat perguruan tinggi harus sampai ke tingkat ahli, yaitu ia mampu mengembangkan ilmu atau mampu mengerjakan keahlian tingkat tinggi; d. Pendidikan ketrampilan kerja sekurang-kurangnya satu macam, agar lulusan dapat mencari kehidupan bila tidak bekerja pada sektor formal sesuai keahliannya.
Berdasarkan penjelasan itu sepertinya sekolah berbasis terpadu atau sekolah Islam perlu merekonstruksi model-model kurikulum yang sudah ada, dengan menambahkan kurikulum yang bertujuan dua arah yakni kemampuan kerja dan keilmuan. Seperti yang dikemukakan oleh Saridjo (2009: 43), bahwa model-model kurikulum sekolah pada dasarnya ditujukan ke dua arah: kemampuan kerja dan keilmuan: a. Tujuan untuk keilmuan, model kurikulumnya sebagai berikut: 1) Agama 2) Bahasa Inggris 3) Salah satu bidang ilmu b. Tujuan kemampuan kerja, model kurikulumnya sebagai berikut: 1) Agama 2) Bahasa Inggris 3) Salah satu bidang ketrampilan c. Tujuan untuk keilmuan dan kemampuan kerja 1) Agama 2) Bahasa Inggris 3) Salah satu bidang ilmu 4) Salah satu bidang keterampilan. Sedangkan menurut Aristoteles, pakar filsafat pendidikan telah mengembangkan model kurikulum dengan komponen berikut (Suparlan, 2011: 48).
a) Hasil (product), yakni berupa dokumen kurikulum yang disusun untukdigunakan disekolah atau satuan pendidikan tertentu; b) Proses (process), dalam pengertian pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas berdasarkan kurikulum yang digunakan; c) Wacana (praxis), yaitu konsep-konsep yang tertuang dalam dokumen tersebut dan siap untuk diterapkan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Selain model kurikulum yang telah dipaparkan diatas, masih ada lagi konsep kurikulum dan pembelajaran secara formal berbasis terpadu yang biasanya diterapkan di madrasah/sekolah Islam yakni dalam lingkup ilmu pengetahuan dan teknologi (sains), seperti: Fisika, Kimia, Ekonomi, Biologi dan lain sebagainya. Sedangkan untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam, yakni: Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Akidah akhlak, dan Fikih. b. Tujuan Kurikulum Sudjana mengatakan (1991: 21), Tujuan kurikulum pada hakekatnya adalah tujuan setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan (Khaeruddin & Mahfud Junaedi,.dkk, 2007: 30). Sebagaimana dikemukakan Hasan Langgulung, yang dikutip Mansur (2001: 1), berkaitan dengan tujuan pendidikan dalam kurikulum pendidikan
Islam,
menjelaskan
bahwa
pendidikan
seharusnya
mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki manusia baik spiritual, intelektual, rasional, perasaan maupun panca indera. Oleh karena itu pendidkan yang bermutu merupakan wahana untuk membangun SDM yang bermuara iptek dan imtak, yakni SDM yang mampu menerapkan, mengembangkandan menguasai iptek dengan tetap dilandasi nilai agama, moraldan budaya luhur bangsa (Khaeruddin &Mahfud Junaedi,.dkk, 2007: 31). Menurut Idi (2010: 186), paling tidak ada dua jenis tujuan yang terkandung dalam suatu kurikulum sekolah, yakni: a. Tujuan yang ingin dicapai secara keseluruhan. Setiap institusi pendidikan mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya (tujuan institusional). Tujuan-tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan dan dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan semua program pendidikan dari institusi pendidikan, apakah SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, dan lain-lain. b. Tujuan yang ingin dicapai pada setiap bidang studi. Setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah memiliki sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah mempelajari suatu bidang studi. c. Pengembangan Kurikulum dari Berbagai Aspek
a. Aspek Materi Aspek utama yang sepatutnya diperhatikan di dalam penyusunan materi kurikulum pendidikan Islam adalah terjadinya perubahan aspek kognitif, psikomotorik, dan aspek afektif anak didik ke arah yang lebih baik (Arief, 2002: 37). b. Aspek Tujuan Kurikulum pendidikan Islam diarahkan bagaimana menyiapkan lulusan yang memiliki karakter dan jiwa yang utuh. Selain itu, mereka juga punya ketrampilan dan keahlian yang handal yang dibutuhkan untuk hidup dan kehidupan ini. Dalam konteks seperti saat ini, kurikulum pendidikan Islam diorientasikan secara adaptif dan benar-benar nyata untuk memberikan perlawanan terhadap dekadensi moral, kemerosotan spiritual
dan
rendahnya
mutu
pengetahuan
serta
kemampuan
(skill)(Mujtahid, 2011: 27-28). c. Aspek Lembaga Aspek yang tidak kalah penting dalam kurikulum adalah aspek lembaga. Dalam hal ini keberlangsungan
fungsi
menekankan pada pengaruh terhadap lembaga
sebagai
pemeran
utama
dalamberlangsungnya proses belajar mengajar terkait dengan pelaksanaan kurikulum secara berkesinambungan. d. Fungsi Kurikulum
Kurikulum merupakan sesuatu yang diidentifikasikan atau dicitacitakan oleh lembaga pendidikan dan masyarakat, sebab kurikulum memiliki fungsi yang sangat vital bagi pembentukan keahlian, ketrampilan dan karakter manusia (Mujtahid, 2011: 51).Dengan dasar itulah penulis dapat mengambil potret tentang urgensi kurikulum dalam sistem pembelajaran, baik di sekolah umum maupun sekolah Islam/madrasah. Yakni berupa wahana untuk mengembangkan potensi dan talenta yang dimiliki setiap individu terutama bagi peserta didik agar bisa terbentuk beragam keahlian, ketrampilan serta karakteristik jiwa pendidikan. Fungsi berarti jabatan, kedudukan, kegiatan fungsi kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kalau salah satu komponen dalam kurikulum tidak berfungsi akan mengakibatkan komponen yang lain terganggu, fungsi kurikulum bagi guru sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan proses pembelajaran. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah sebagai pedoman untuk melaksanakan supervisi kurikulum terhadap para guru pemegang mata pelajaran. Fungsi kurikulum
bagi
masyarakat
mendorong
sekolah
agar
dapat
menghasilkanberbagai tenaga yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sedang fungsi kurikulum bagi para penulis buku ajar untuk dijadikan pedoman dalam menyusun bab-bab beserta isinya (Dakir, 2004: 21). Demikian pula kurikulum yang diterapkan dan diprogramkan oleh pendidikan Islam terpadu, tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan lembaga pendidikan umum. Hanya saja sistem yang digunakan
lebih dominan pada sesuatu pokok pembahasan yang religius dan berprinsip pada ilmu-ilmu yang telah berkembang sejak zaman pendahulunya atau peradaban Islam masa silam. Kemudian merenovasi dan memperbaharuinya serta mewujudkannya sebagai kurikulum yang bersifat terpadu, yaknitentang penggabungan antara IPTEK (sains) dan nilai-nilai keagamaan (keislaman). Fungsi utama dari perpaduan kedua bidang ilmutersebutadalah membentuk karakteristik calon generasi penerus Islam agar dapat melestarikan keilmuan dan wawasan keislaman para pendahulunya dan membekali ilmu-ilmu yang sedang popular di era kontemporer ini, misalnya ilmu komputer dan lain-lain. e. Evaluasi Kurikulum Sampai saat ini persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebuttelah dan terus dilakukan, mulai dari berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, sampai dengan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun, indikator ke arah mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan (Muslich, 2009: 11).
Seperti yang dikemukakan oleh Daulay (2004: 66), kualitas hasil pendidikan tidak hanya diukur dari kemajuan intelektualnya saja, tetapi juga harus ditinjau dari segi mental, misalnya etos kerja, disiplin, semangat belajar, kemandirian, dan sebagainya, yang juga dari sudut ini out put pendidikan kita juga lemah. Argumen diatas mengindikasikan bahwa sistem pendidikan yang ada di Indonesia masih menemui kejanggalan dan problematika besar terkait dengan pengelolaan sistem pendidikan. Hal itu terlihat pada kurang maksimalnya
penerapan
kurikulum,
sehingga
berdampak
pada
permasalahan seputar kurikulum itu sendiri. Menurut Daulay (2004: 69) ada beberapa hal yang menjadi masalah seputar kurikulum. Pertama, terlalu sentralistik, kurang menunjukkan ciri dan spesifik kedaerahan, baik dalam bentuk geografis maupun sosial budaya. Kedua, kurikulum terlalu sarat dan padat. Ketiga, relevansi kurikulum dengan pasaran kerja, setiap tahun terjadi penumpukan pengangguran dari output lembaga pendidikan, hal ini disebabkan karena output lebih besar dari kebutuhan. Dengan melihat problema kurikulum yang demikian rumit, maka pendidikan Islam terpadu muncul untuk mencari problem solvingnya. Karena selama ini kurikulum pendidikan yang diterapkan secara umum dianggap bersifat klasik, perlu diadakan evaluasi dengan konsep Islami yakni
konsep
integrasi
ilmu.Konsep
integrasi
ilmu
menganjurkan kurikulum terpadu yang tulen. Kesatuan, antara fardu ain(revealedknowledge) dan fardu kifayah (acquired knowledge) harus dihidupkan dan dibangkitkan kembali untuk mencerminkan pendidikan dalam pengertian Islam. Ilmu capaian acquired knowledge kontemporer perlu diintegralkan untuk mewujudkan hubungan dan memelihara keharmonisan dengan ilmu fardu ain dan untuk menjaga kesatuan dan perpaduan tulen antara kedua-duanya (Rosyidi, 2009: 79). Dalam upaya reformasi dan pemberdayaan pendidikan Islam, pembenahan kurikulum dalam arti “ideal” dan “aktual” mutlak perlu dilakukan. Memang tahun-tahun sebelumnya sudah diupayakan agar ada pembenahan kurikulum dan disamakan dengan sekolah-sekolah umum, sehingga hampir tidak ada lagi perbedaan antara MI dan SD, SLTP dan MTS, MAN dan SMU (Idi, 2010: 287).
C. OUT PUT SEKOLAH ISLAM TERPADU 1. Pengertian Out put Output pendidikan Islam adalah lahirnya individu-individu terbaik yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam serta jiwa kepemimpinan baik pada skala individu, komunitas bahkan skala bangsa/Negara (hizbuttahril.or.id).
Output pendidikan Islam yang sebenarnya dapat kita baca dari pengertian Ibnu Qayyim Al Jauziyah, beliau mengartikan pendidikan yang seringkali disebut dengan tarbiyah. Tarbiyah menurut beliau, mencakup
tarbiyah qalb (pendidikan hati) dan tarbiyah badan secara sekaligus. Antara hati dan badan sama-sama membutuhkan tarbiyah. Keduanya harus ditumbuhkembangkan dan ditambah gizinya sehingga mampu tumbuh dengan sempurnadan lebih baik dari sebelumnya (Al Jauziyah, 2011) dalam (achmadmuslichun2405.wordpress.com). 2. Tujuan Out put Zaman global yang penuh kompetisi itu memerlukan lulusan yang berdedikasi tinggi dan memiliki sikap kemandirian. Untuk dapat mencetak lulusan seperti itu diperlukan kerja keras dan semangat juang tinggi bagi semua pihak yang terkait. Misalnya saja pemerintah, pengelola pendidikan, guru, siswa, dan lain-lain. Namun, agar wacana tersebut dapat terealisasi secara gamblang dan sistematis maka perlu adanya doktrinasi (pengajaran) serta pembekalan terhadap para siswa. Doktrinasi itu dapat berupa ilmu secara teoretik maupun praktik. Contoh kecil: Pembekalan bidang life skill, enterpreneur,komputer multimedia, ilmu dakwah, bimbingan karya ilmiah (buku, jurnal, karya tulis dll). Tujuan dari pencananganprogram diatas adalah untuk membekali para lulusan, agar nantinya siap dalam menghadapi tantangan global yang semakin sengit dengan jiwa Islami yang penuh
dan intelektualitas.
Dengan harapan,out put yang dihasilkan mampu menghadapi berbagai tuntukan zaman sebagai implikasi dari era informasi, yaitu dengan bekal berbagai ketrampilan hidup (Karim, 2009: 94).
Sedangkan B.S. Bloom (1997) mengungkapkan bahwa out put dari pendidikan adalah cognitive domain, affective domain dan psychomotoric domain (cipta, rasa, karsa/karya) (Dakir, 2004: 24). Untuk merespon makin bervariasinya kebutuhan dan tuntutan masyarakat, sekolah harus tampil secara diferensiatif, dalam makna mampu berbeda secara unggul dibandingkan dengan sekolah lain. Keunggulan-keunggulan yang dimaksud menyangkut satu atau beberapa bidang, seperti akademis, ekstrakurikuler, tenaga pengajar, disiplin, bangunan fisik, elitis, pemberian beasiswa, dan lain-lain. Termasuk dalam skema unggulan ini adalah kemampuan sekolah menyediakan semacam voucer atau beasiswa bagi anak-anak yang dikategorikan atau tidak diuntungkan, karena kemiskinan, yatim piatu, diabaikan oleh keluarga, terisolasi secara geografis, dan sebagainya (Danim, 2003: 48). Dengan demikian, agar sistem pembelajaran yang diterapkan dalam lembaga pendidikan Islam mampu terlaksana dengan baik, maka perlu menyiapkan manusia yang unggul. Seperti yang telah dipaparkan oleh
Saridjo
(2009:
39),
ada
beberapa
ciri-cirinya:
Pertama, haruslah berdedikasi dan berdisiplin tinggi.Kedua, manusia unggul itu harus jujur.Ketiga, manusia unggul haruslah inovatif.Keempat, karena itu manusia unggul itu harus tekun.Kelima, sejalan dengan itu manusia unggul haruslah ulet. 3. Fungsi Out put bagi Sekolah Islam Terpadu
Melalui pendidikan yang transpormatif dan partisipatif, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan dimensi individual dan sosialnya secara seimbang (Sugiharto, 2008: 343).Pendidikan yang transpormatif dan partisipatif mensyaratkan adanya pembaharuan sistem pembelajaran dari pembelajaran yang termarjinalkan dari realitas hidup menuju pembelajaran yang terlibat dalam pergumulan hidup masyarakat dan lingkungan. Dengan pendidikan yang bersifat demikianlah, output dari sekolah terpadu dapat terbekali dengan beragam keilmuan, yang kemudian memberikan sumbangsih kepada sekolah tersebut dalam bentuk apapun. 4. Komponen Output Ada empat komponen dalam output (Muhaimin, 2004: 185), yakni: a. Kualitas output atau keluaran yang berhasil Dalam hal ini, para pendidik mampu memberikan pengajaran dan pembelajaran secara optimal,baik secara teoretik maupun praktik dengan keefektifan waktu, sehingga selama menempuh pendidikan di sekolah tersebut dapat benar-benar menguasai semua ilmu yang telah diajarkan. Dengan demikian, akan dapat menghasilkan
lulusan yang memiliki
intelektualitas (semua bidang), skills dan kedisiplinan yang tinggi dan nantinya mempermudah mereka (baca: lulusan) ketika akan melanjutkan ke jenjang studi yang lebih tinggi atau saat terjun ke bidang pekerjaan.
b. Organisasi alumni sebagai media pendidikan lanjut antara pendidik dan peserta didik, serta sebagai media pemantauan (monitoring) terhadap hasil pendidikannya di masyarakat, sehingga bisa digunakan untuk evaluasi kurikulum. c. Bimbingan lanjut melalui bulletin atau majalah dan sebagainya. Bagi para pemikir dan intelektual muslim secepatnya untuk menghasilkan karya ilmiah seperti buku, bulletin dan majalah yang dapat meminimalisir rekayasa orang-orang yang dengki terhadap Islam dan komunitasnya yang menginginkan generasi muda Islam kehilangan pemikirannya dan menjadi santapan budaya barat (Hafidz dan Kastolani, 2009: 152). d. Reuni dan sebagainya Setiap lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal memiliki banyak alumni/lulusan yang tersebar keberbagai wilayah dan daerah tertentu. Oleh karena itu, biasanya lembaga pendidikan formal (sekolah) swasta ataupun negeri dalam beberapa dekade mengadakan kegiatan yang bersifat resmi dalam rangka reunian yang dihadiri oleh alumnusnya.Yang mana pelaksanaan agenda tersebut biasanya bertepatan dengan hari raya idul fitri, pasca hari lebaran kedelapan atau kesepuluh. Ada beberapa tujuan dilaksanakannya reuni oleh para alumni dalam sebuah sekolah, antara lain: 1) Untuk mempererat tali silaturahmi sesama alumni dan guru-guru.
2) Menggalang dana untuk kas alumni sendiri dan juga untuk mengembangkan sekolahnya. 3) Sebagai wahana alternatif menampung berbagai informasi seputar pendidikan, misalnya beasiswa, promosi sekolah, sosialisasi studi tingkat lanjut dan lain-lain. 4) Dapat terjalin kerjasama dengan baik, antara guru dengan para alumninya secara internal maupun secara eksternal. Misalnya tentang peluang pekerjaan, peluang bisnis, dan bahkan dibidang politik. 5) Sebagai ajang komunikasi yang dianggap sangat tepat dan berdaya guna karena situasi dan kondisinya sangat mendukung. Dengan adanya agenda reunian itu, maka banyak nilai positif yang dapat diambil oleh sekolahan, guru-guru, anak didik, maupun oleh para alumni sendiri. Yang mana hasilnya akan sangat berpengaruh demi keberlangsungan dan kelanggengan sebuah sekolah. Dan yang paling kentara adalah pamoritas dan kapabilitas sebuah sekolah, jika banyak alumni yang sudah sukses berkarier sesuai profesi yang ditekuninya. Sehingga nantinya masyarakat menilai dan mengapresiasi tentang prestasi yang telah dicapai oleh sekolah tersebut, terutama tentang kualitas para alumninya.
D. PELUANG DAN HAMBATAN SEKOLAH ISLAM TERPADU 1. Pengertian Peluang dan Hambatan a. Pengertian Peluang
Peluang secara pengertian umum bisa diartikan dengan sebuah kesempatan dalam perspektif terhadap sebuah objek antara sebuah harapan dan realitas tentang segala sesuatu dengan tujuan agar sesuatu tersebut dapat terealisasi dan terwujud. Sedangkan pengertian peluang dalam sekolah Islam terpadu adalah segala
kesempatan
untuk
meningkatkan,
mengembangkan,
mempertahankan kualitas sebuah lembaga pendidikan yang berbasis Islam dengan melakukan berbagai cara yang sesuai aturan ataupun norma yang berlaku. b. Pengertian Hambatan Hambatan adalah sebuah kendala dalam proses mencapai tujuan tertentu, yang mana hal tersebut jika tidak segera diatasi akan berdampak negatif dan bisa menimbulkan gejala-gejala adanya problematika yang lebih besar dan rumit. Sedangkan hambatan dalam sekolah Islam terpadu dapat didefinisikan dengan sebuah faktor yang mencegah adanya kemajuan dan perkembangan suatu lembaga pendidikan Islam, baik dilihat dari aspek keilmuan maupun sumber daya manusianya.
2. Bentuk Peluang dan Hambatan Dalam sub ini akan mengupas sekaligus mengemukakan tentang peluang (pendukung) dan hambatan (tantangan) yang ada pada sekolah
berbasis
Islam
(lembaga
pendidikan
Islam),
dengan
sistematika
pembahasan pada bentuk hambatan (tantangan) terlebih dahulu kemudian membahas a.
bentuk
peluang
(pendukungnya).
Bentuk Hambatan atau tantangan Pada uraian terdahulu telah dikemukakan mengenai berbagai
tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia, terutama dalam konteks pembangunan masyarakat yang berakhlak mulia. Tantangan-tantangan tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam empat cluster dengan berbagai indikatornya sebagai berikut (Muhaimin, 2009: 101-102): Pertama, Globalisasi di bidang budaya, etika dan moral yang didukung oleh kemajuan teknologi dibidang transportasi dan informasi. Kedua, krisis moral dan etika, yang melanda kehidupan bangsa kita dalam berbagai tataran administratif pemerintahan pusat atau daerah dan dalam berbagai sektor negara maupun swasta. Ketiga, masalah eskalasi konflik, yang di satu sisi merupakan unsur dinamika sosial, tetapi di sisi lain justru mengancam harmoni bahkan integrasi sosial baik lokal, nasional, regional, maupun internasional. Keempat, stigma keterpurukan bangsa, yang berakibat kurangnya rasa percaya diri. Kita sedang menghadapi multidimensional baik di bidang ekonomi, politik, moral, budaya dan sebagainya, serta pudarnya identitas bangsa, terutama berhadapan dengan hegemoni kekuatan dunia yang
unggul baik dari aspek iptek, politik, sosial maupun kultural (Fadjar: 2003), dalam Muhaimin(2009: 102-103). Sedangkan Menurut Tafsir (1994: 2) dalam Baharuddin (2011: 29), fenomena umum sistem pendidikan Islam menghadapi kendala antara lain: 1) Sistem pendidikan enggan dan masih curiga dengan pembaharuan yang masuk mengambil inovasi model Barat, walaupun mereka tahu kegunaannya bagi kehidupan manusia. 2) Sistem pendidikan Islam, sebenarnya sampai hari ini masih berciri dikotomi, ambivalen, antara pola budaya yang menjunjung nilai-nilai transcendental (agama) dan pola budaya asing yang menjunjung nilainilai kapitalis dan matrealis. 3) Masih ada kesan bahwa menuntut ilmu hanya sekedar menggugurkan kewajiban. 4) Menurut penelitiah Ahmad Tafsir, umat Islam lebih mendahulukan sunnah dari yang wajib. Kecenderungan umat Islam kepada bidang pendidikan masih rendah, mereka belumsadar bahwa membangun dan meningkatkan mutu sekolah adalah wajib. Sementara menunaikan ibadah haji yang kedua dan seharusnya adalah sunnah, tetapi banyak mereka lakukan. Menurut Mas’ud (2002: 221-224), penyakit sosial masyarakat kita diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Dalam pandangan umat Islam ada kecenderungan dikotomis dan Polaris yang telah menyejarah antara ilmu agama dan ilmu umum. b. Kondisi rapuhnya posisi anak didik dalam masyarakat kita. c. Permasalahan dunia pendidikan Islam terbukti sangat kompleks. Kemudian Karim (2009: 94) mengungkapkan bahwa, tantangan Pendidikan
Islam
yang
begitu
kompleks,
pada
dasarnya
dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal menyangkut sisi program Pendidikan Islam, baik dari sistem Pendidikan Islam, metodologi, maupun kurikulumnya.
Sedangkan,
tantangan
eksternal
menyangkut
sisi
kekurangtanggapan dan ketidakkritisan pendidikan Islam terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan masyarakat secara makro dan mikro. Sesungguhnya tantangan ini akan membuat beban tambahan bagi pendidikan Islam dan para pemerhati pendidikan Islam. Maka kita harus mempunyai kesadaran yang tinggi akan tantangan yang mengancam dan menggariskan mengembangkan
program
untuk
teknik-teknik
memperkuat pendidikan
kekuasaan
Islam
dalam
Islam, rangka
menghadapi tuntutan masa depan yang modern ini (Hafidz dan Kastolani, 2009: 156). b.
Bentuk Peluang
Menurut
Baharuddin
(2011:
28),
faktor-faktor
peluang
perkembangan lembaga pendidikan Islam diantaranya sebagai berikut: 1) Didalam Islam terdapat doktrin (ajaran) bahwa menuntut ilmu adalah wajib, dan kewajiban menjadi gugur dengan anak belajar di sekolah/madrasah. 2) Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa organisasi lebih bercirikan jama’ah (paguyuban) yang terpola pada hubungan santri dan kyai/tokoh agama. Selama kyai tidak melarang, bahkan mungkin mendukung dan menganjurkan, betapapun sekolah atau madrasah tidak memenuhi syarat, ia akan tetap dibanjiri peserta didik. 3) Lembaga pendidikan Islam, biayanya relatif murah, sehingga memungkinkan
masyarakat
yang
mayoritas
di
desa
dapat
menjangkaunya. 4) Menjamurnya pondok pesantren baik di desa-desa atau di perkotaan yang sekaligus mendirikan sekolah atau madrasah formal. 5) Secara politis lembaga pendidikan Islam prospektif dengan lahirnya kebijakan otonomi daerah. Dengan adanya faktor pendukung dan penghambat serta tantangan akan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan sebagai penopang utama peradaban maka strategi perkembangan lembaga pendidikan Islam selayaknya diperlukan analisa yang tajam serta dicarikan solusinya. Disamping itu diperlukan ada gebrakan strategi pengembangan yang mengarah pada manajemen mutu dalam penyelenggaraan agar menjadi
lembaga pendidikan yang berdaya guna dan berkualitas sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat (Baharuddin, 2011: 31).
3. FungsiPeluang dan Hambatan Fungsi peluang dalam sekolah Islam terpadu yakni untuk memupuk paradigma bagi semua kalangan pendidikan, menginspirasi serta memotivasi peserta didik dan guru agar lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar, meningkatkan daya kreativitas dan kualitas dalam mengembangkan sistem-sistem yang ada sehingga mampu bersaing dengan pendidikan yang lain di sekitarnya. Sedangkan hambatan berfungsi untuk mendeteksi dan menganalisa secara
cermat
terhadap
pertanda
munculnya
beragam
tantangan
spesifikasinya yang akan dihadapi oleh sekolah Islam terpadu, dan pendidikan Islam secara umum di masa mendatang. Kemudian fungsi yang lain yakni menginspirasi dan memotivasi bagi para pendidik untuk lebih giat dalam mendidik peserta didiknya, agar kekurangan atau kelemahan yang dimiliki peserta didik, pendidik maupun sekolah dapat diperbaiki dan kemudian disempurnakan sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Selain itu, hambatan dapat pula dijadikan sebagai sumber rujukan untuk bisa meningkatkan kinerja para pengelola pendidikan Islam, dalam menghadapi tantangan yang berwujud apapun serta mencari problem solvingnya. Dengan demikian, pendidikan Islam/madrasah secara umum
maupun sekolah Islam terpadu mampu untuk bersaing dengan pendidikan umum yang berlabel RSBI (Rancangan Sekolah Berstandar Internasional), SBI (Sekolah Berstandar Internasional), ataupun sekolah unggulan yang lain.
BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN
A. Profil SMP IT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang
1. Gambaran Umum SMP IT Nurul Islam SMP IT Nurul Islam Tengaran merupakan lembaga pendidikan atau sekolah berbasis pesantren yang mengintegrasikan aspek ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah yang menggunakan Multiple Intelligent System (MIS) dalam kegiatan pembelajarannya. SMP IT Nurul Islam Tengaran menggunakan model pendidikan boarding school (berasrama) sejak tahun 2007, yang mana selama 24 jam peserta didik mendapatkan bimbingan pendidikan secara totalitas, baik dalam ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) maupun psikomotorik (keterampilan). Selain itu, didukung pula dengan lingkungan belajar yang kondusif serta terkoordinasi dengan baik oleh pihak sekolah dan yayasan. Namun, sejak tahun pelajaran 2011/2012, model boarding school ditransformasi menjadi sekolah berbasis pesantren yang mana manajemen keasramaan (ma’had) terpisah dengan manajemen sekolah. Meskipun secara struktural terpisah, sekolah dan ma’had tetap merupakan unit yang tidak bisa dipisahkan dan dibawah koordinasi Direktorat Pendidikan karena semua siswa SMP IT wajib berasrama (menjadi santri di ma’had). Pemisahan ini bertujuan memfokuskan dan mempersempit wilayah tanggung jawab atas amanah pendidikan dan pembinaan siswa sehingga diharapkan bisa memberikan pelayanan pengelolaan pendidikan secara lebih efektif dan maksimal. Pasca penerapan program pemisahan tersebut, hubungan sekolah dengan ma’had tetap bersifat konsultasi dan konsolidasi, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial.
Sedangkan Yayasan yang membawahi SMP IT Nurul Islam Tengaran adalah Yayasan Pendidikan Islam Sabilul Khoirot, Tengaran. Adapun susunan kepengurusan yayasan adalah sebagai berikut: Pendiri
: KH. Zaenal Mahmud, BA (Alm)
Dewan Pembina
: H. Muhammad Haris, SS, M.Si
Ketua Yayasan
: M. As’ad Mahmud, Lc
Sekretaris
: Muhammad Sugiyarto, S.Si
Bendahara
: Gatot Widodo, A.Md
Sarana dan Prasarana
: M Jauhari Mahmud, S.HI
Direktur Pendidikan
: Nurhadi Susilo, M. Pd.
Direktur Bidang Usaha
: Parjono, S.Pt
Direktur Bidang Kesehatan
: Basuki Setyono, S.KM.
2. Sekolah SMPIT Nurul Islam Tengaran a. Data Sekolah Nama
: SMP Islam Terpadu Nurul Islam Tengaran
NSS/NPSN : 204032202131/20341207 Status Sekolah
: Swasta
Sekolah berdiri
: 21 Juni 2007
Surat Keputusan
: Yayasan Sabilul Khoirot No.08 Th.2007
Ijin Operasional
: SK Ka Dinas Pendidikan Kab. Semarang
Nomor
: 821.2/ 3663.A 2007
Alamat dan Telpon : Jl. Raya Salatiga-Solo Km.8, Kaligandu Rt.11/Rw.03, Klero, Tengaran, Kab.Semarang, Jawa Tengah Telepon (0298) 3405188 Alamat E-mail
:
[email protected]
b. Visi dan Misi Sekolah Adapun Visi SMPIT Nurul Islam Tengaran adalah: Melahirkan generasi cerdas, berakhlakul karimah dan berwawasan global. Sedangkan Misi SMPIT Nurul Islam Tengaran adalah sebagai berikut: 1) Menyelenggarakan pendidikan Islam menengah pertama yang memadukan antara iman, ilmu, dan amal. 2) Mewujudkan peserta didik yang berkarakter; aqidah yang bersih, ibadah yang benar, akhlak yang kuat, mandiri, berwawasan yang luas, jasmani yang sehat, bersungguh-sungguh, rapi dalam urusan, bisa memelihara waktu, dan bermanfaat bagi orang lain. 3) Mewujudkan peserta didik yang berwawasan global, dengan penguasaan bahasa Arab, bahasa Inggris dan teknologi. 4) Menjadi sekolah rujukan di Jawa Tengah dan sekitarnya.
c. Struktur Organisasi Sekolah YPI SABILUL KHOIROT
Mudir Ma’had Nurul Islam Lutfi Chakim, Lc Kepala TU Priyono
Kepala.Sekolah Purwoko, S.Pd
Komite Sekolah Parjono, S.Pt
Kepala Perpustaan Syarifah, S. Pd.I
Pembina Osis Sundomo M,S.Sn Fitriya Habibi,S.Pd
Ekstrakurikuler Galuh Wi,S.Pd
Koord.Lomb Maulida, S.Pd
Gambar 1.c. Struktur Organisasi Sekolah
d. Kurikulum Sekolah
Sebenarnya kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran lebih mengacu pada kurikulum menteri pendidikan nasional (kurikulum Diknas), dengan menambahkan kurikulum berbasis keagamaan yang mengandung ilmu-ilmu syariat Islam (mata pelajaran kepesantrenan), karena lembaga tersebut sejatinya adalah sebuah lembaga pendidikan bersistem pembelajaran islami. Dengan demikian, kurikulum yang diterapkan adalah dua kurikulum sekaligus, yakni sebagai berikut: 1) Kurikulum Diknas: YaituKTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berbasis Multiple Intelligent System (MIS), meliputi mata pelajaran: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK), dan Muatan Lokal (Bahasa Jawa dan Bahasa Arab). 2) Kurikulum Ilmu Syar’i YaituAqidah, Qur’an dan Hadits, Siroh Nabawiyah, Tahsin dan Tahfidzul Qur’an, Halaqoh Tarbiyah. Dengan adanya kurikulum tersebut, maka jumlah guru/pengajar setiap mata pelajaran juga lebih banyak jika dibandingkan dengan sekolah yang hanya berbasis umum. Untuk itu perlu melihat tabel di bawah ini, dengan perician sebagai berikut: Tabel 1.d. Jumlah Guru/Pegawai (Tetap dan Tidak Tetap):
Guru Gol
Petugas Teknis
GTY
GTTY
Gol
PTY
Gol
PTTY
Ruang
L
P L
P
Ruang
L
P
Ruang
L
P
Jml
3
5
13
Jml
1
0
-
9
16
Total
8
9 22
1
25
Tabel 2.d. Guru dan Kebutuhan menurut mata pelajaran yang diajarkan: No
Yang Ada
Mata Pelajaran
GTY 1
GTT 1
a. Alquran Hadist
1
-
b. Aqidah
-
-
c. Fiqh
-
-
d. SKI
-
1
2.
P.Kn.
-
1
3.
Bahasadan Sastra Indonesia
-
3
4.
Bahasa Arab
1
2
5.
Bahasa Inggris
-
3
6.
Matematika
-
2
7.
IPA
-
2
8.
IPS
1
2
9.
Seni Budaya
-
-
10. Pendidikan Jasmani
-
1
11. TIK
-
-
a. Bhs. Jawa
-
1
b. Kaligrafi
-
1
c. Tahfidz
1
-
-
-
1.
Pendidikan Agama Islam
12. Muatan Lokal
13. Ilmu Tajwid
e. Ruang Menurut Jenis, Kondisi dan Luas
Tabel 3.e.Ruang menurut jenis, kondisi dan luas Kondisi Baik No.
Jenis Ruang
Jml
Luas
Rusak
Rusak
Ringan
Berat
Jml
(m)
Luas
Jml
(m)
Lua s (m)
1
Ruang Teori Kelas
13
288
-
-
-
-
2.
Lab. IPA
1
48
-
-
-
-
3.
Lab. Komputer
1
24
-
-
-
-
4.
R. Perpustakaan
1
24
-
-
-
-
5.
R. UKS
1
12
-
-
-
-
6.
R. BP/BK
1
9
-
-
-
-
7.
R. Guru
1
24
-
-
-
-
8.
R. TU
1
16
-
-
-
-
9.
R. OSIS
1
12
-
-
-
-
10.
Kamar mandi/WC Guru
2
8
-
-
-
-
11.
Kamar mandi/WC Siswa
4
16
-
-
-
-
12.
R. Cuci
3
-
-
-
-
-
13.
R. Setrika
1
9
-
-
-
-
14.
Gudang
1
4
-
-
-
-
15.
R. Ibadah
1
100
-
-
-
-
16.
Rumah Dinas Kepsek
1
48
-
-
-
-
17.
Rumah Dinas Guru
5
72
-
-
-
-
18.
Asrama Murid
7
24
-
-
-
-
19.
Kantin
1
50
-
-
-
-
20.
Dapur
1
32
-
-
-
-
21.
Gapura dan logo
1
-
-
-
-
-
22.
Lapangan
2
-
-
-
-
-
23.
Lapangan volly/badminton
4
-
-
-
-
-
f. Program Ekstrakurikuler
Tabel 4.f. Program Ekstrakurikuler No. Mata pelajaran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pramuka SIT Robotic Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Jurnalistik PMR English Club Arab Club Bela Diri (Karate & Wushu) Qiro’ah Sport Club (Futsal) Tata Boga Bimbingan OSN Bimbel
Kelas VII V V
Kelas Kelas Ket *) VIII IX V W V -
V V V V V V V V V V -
V V V V V V V V V V -
V
P P P P P P P P P W
*) W = Wajib, P = Pilihan g. Pembagian Jadwal Keseharian Sekolah dan Ma’had SMP IT Nurul Islam Tengaran Tabel 5.g. Pembagian Jadwal Keseharian Sekolah dan Ma’had SMP IT Nurul Islam Tengaran NO JAM
KEGIATAN
1
04.30-04.50
Shalat Subuh dan Dzikir
2
05.00-06.15
Setoran tahfidz Alquran
3
06.15-07.00
Mandi, makan pagi dan kebersiahan kamar
4
07.30-13.40
Reguler (KBM)
5
13.40-15.00
Makan siang/ Istirahat
6
15.00-15.30
Shalat Ashar
7
15.30-16.10
Progam Bahasa Arab/ ekstra kurikuler
8
16.10-17.00
Mandi dan kebersihan kamar
9
17.00-17.45
Muraja’ah hafalan
10
17.45-18.30
Shalat Maghrib/ Tahsin Alquran
11
18.30-19.00
Makan malam
12
19.00-19.30
Shalat Isya’
13
19.30-20.15
Progam Bahasa Inggris (conversation)
14
20.15-22.00
Belajar mandiri/ kelompok
15
22.00-04.00
Istirahat malam
16
04.00-04.15
Shalat Tahajud/ persiapan shalat subuh
B. Data-data Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Nurul Islam Tengaran kecamatan Tengaran kabupaten Semarang selama rentang waktu Juli-Agustus 2013, menghasilkan beragam data yakni sebagai berikut: 1. Proses Belajar Mengajar di SMP IT Nurul Islam Tengaran Di dalam sebuah sekolah berbasis Islam Terpadu yang mencakup segala program kegiatan spesifikasinya dalam proses belajar mengajar di SMP IT Nurul Islam Tengaran, Kepala Sekolah menerapkan beberapa langkah atau program yang dicanangkan , baik dari aspek guru pengampu ataupun peserta didik sendiri. Di dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan hasilnya adalah sebagai berikut:
“ .........bahwasanya proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan bernilai baik/positif bagi siswa, metodologi pengajaran dan pembelajaran yang digunakan juga baik, selain itu guru lebih dominan sebagai fasilitator sedangkan siswa yang harus lebih aktif dan mandiri dalam belajar dari berbagai sumber, misalnya buku perpustakaan, internet, tabloid, maupun media massa. Karena metode yang digunakan di sekolah ini adalah metode CTL (Contextual Teaching Learning)....” Artinya bahwa proses kegiatan belajar mengajar di SMP IT Nurul Islam tengaran sudah berjalan cukup baik dan maksimal. Hal itu bisa di lihat dan diamati secara langsung ketika sedang berlangsungnya pembelajaran di dalam kelas.
Diperkuat
dengan
penggunanaan
metode
CTL
(Contextual
TeachingLearning) oleh guru dalam pengajarannya, selain itu ditambah dengan berbagai sumber belajar yang tidak hanya mengacu pada buku mapel saja, namun menggunakan pedoman dari sumber-sumber lain yang bersinergi. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif serta mandiri dalam belajar karena guru hanya berperan sebagai fasilitator. Sehingga siswa mampu menggali potensi yang dimilikinya secara lebih mendalam, agar menguasai segala bidang ilmu dan bisa berwawasan luas. Begitu pula dengan proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah sudah berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu memaksimalkan dalam hal belajar mengajar tersebut, sehingga bisa lebih optimal hasilnya.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Waka Kurikulum, dan hasilnya adalah sebagai berikut: “.......alhamdulillah proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah SMP IT ini sudah berjalan lancar, dengan mengoptimalkan apa yang ada terutama dalam fasilitas yang tersedia....” Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dalam proses belajar mengajar di SMP IT Tengaran berjalan efektif, sesuai dengan apa yang telah di rencanakan oleh Waka bidang pengajaran dan waka bidang kurikulum, yang mana tempat pembelajaran biasanya dilaksanakan di dalam kelas ataupun ruang yang tersedia di sekitar lingkup sekolah. 2. Kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran Kegiatan proses belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan formal baik yang berkategori umum atau agama, tetap berpedoman pada sebuah aturan yang di buat dan dirancangkan oleh menteri pendidikan. Hubungannya dengan ranah ini yakni adanya penerapan kurikulum pendidikan berskala nasional. Biarpun lembaga Islam Terpadu ini berciri khas keislaman, namun tidak sepenuhnya pengajaran dan pembelajaran yang diterapkan keislaman secara totalitas pula. Dan juga tidak langsung menerapkan kurikulum terbaru yang telah diberitakan melalui media massa. Akan tetapi, tetap masih menggunakan kurikulum lama yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Mengenai kurikulum ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah, dan Waka Kurikulum dengan hasilnya yakni:
“........untuk kurikulumnya masih menggunakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, namun juga mempersiapkan diri untuk menyambut pemberlakuan kurikulum 2013 dengan wacana penerapannya di sekolah ini dalam jangka waktu satu atau dua tahun kedepan karena melihat kendala yang ada. Antara lain yakni pihak sekolah belum mampu mengatur penerapan kurikulum 2013 baik dari guru, siswa maupun fasilitas yang ada di sekolah ini...... ” “.......sekolah ini masih menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sedangkan untuk penerapan kurikulum 2013 masih perlu pertimbangan yang matang, yang mana disebabkan adanya beberapa kendala, terutama dalam hal sarana dan prasarana yang tersedia dan kemampuan para guru itu sendiri….. ” Dari hasil wawancara dalam lingkup kurikulum tersebut, peneliti dapat mengambil intisari bahwa sekolah berbasis islam terpadu ini tetap menggunakan kurikulum lama (KTSP). 3. Out put SMP IT Nurul Islam Tengaran Setelah merencanakan, mempertimbangkan dan menerapkan sistem pembelajaran yang berlaku di lembaga ini, baik yang berhubungan dengan berlangsungnya proses belajar mengajar atau seputar kurikulum, segera terpikir oleh
Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, para guru untuk
mengevaluasi secara keseluruhan program tersebut. Dengan tujuan agar nantinya
dapat diketahui prosentase keberhasilan dalam mendidik dan
membina para siswanya selama menjalani proses pendidikan di sekolah
tersebut setelah lulus. Sedangkan harapan dari lembaga ini setelah nanti lulus itu menghasilkan siswa yang cerdas, berakhlaqul karimah dan berwawasan global. Out put dari SMP IT Tengaran ini, sesuai hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah. Sebagai berikut: “.......sekolah ini berprinsip pada visi yang ada, yakni melahirkan generasi cerdas dalam arti lulus UN dengan hasil memuaskan, akhlaqul karimah berarti terbiasa dengan nilai islam serta wawasan global yang mencakup dua point yakni penguasaan IT (Informasi Teknologi) dan target penguasaan bahasa Inggris (Inggris aktif) dan bahasa Arab(Arab dasar)....” Selain daripada itu, harapan terpenting dari Out put Sekolah Terpadu adalah mampu menyeimbangkan antara akhlak dan kecerdasan akademiknya. Dan memaksimalkan hapalan Alquran minimal tiga juz setelah lulus, namun ada juga yang bisa melebihi terget yakni hapal lima juz. Kemudian sekolah dapat mendidik siswanya untuk lebih berprestasi dan mampu bersaing dengan sekolah
yang
lain.
Sehingga
setelah
lulus
bisa
melanjutkan
di
SMA/MA/sederajat terfavorit di sekitar kabupaten Semarang maupun di daerah asal peserta didik. Berkaitan dengan hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan Waka Kurikulum yang hasilnya adalah: “......Out put yang diharapkan dari sekolah ini adalah keseimbangan (fiftyfifty) antara akhlaq dan kecerdasan akademik. Selain itu, siswa juga diberi target untuk mampu menghapal Alquran tiga juz dalam jangka waktu tiga tahun. Dan banyak siswa lulusan dari sekolah ini ada yang melanjutkan ke
Madrasah Aliyah IT yang ada di Magelang, SMA 1 Salatiga, ataupun sekolah favorit lainnya...” 4. Peluang dan Hambatan SMP IT Nurul Islam Tengaran a. Peluang SMP IT Nurul Islam Tengaran Peluang atau faktor pendukung yang ada di SMP IT Tengaran ini banyak
sekali,
dalam
berbagai
aspek
dan
beragam
sistem
pembelajaran yang diberlakukan di sekolah tersebut. Namun lebih difokuskan dan ditekankan pada para guru, dan sebagian lainnya menyangkut siswa. Wawancara yang peneliti lakukan dengan Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum, sebagai berikut: “.......masalah peluang ini lebih banyak difokuskan pada guru, yakni keoptimisan guru dengan
model pembelajaran CTL, mayoritas
pendidiknya masih muda sehingga kinerjanya lebih cepat dan tanggap terhadap menghadapi setiap perubahan atau perkembangan dalam belajar-mengajar, guru dan siswa dituntut agar bisa mengembangkan (menguasai IT), SDM yang ada juga berkembang/sudah mumpuni sesuai bidang, sekolah memfasilitasi/memberikan training kepada para guru, menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan Amerika Serikat, guru diberi pembekalan oleh yayasan, selain itu siswa berlatar belakang menengah dalam tingkat kecerdasannya serta Departemen Pendidikan Nasional sangat apresiatif terhadap sekolah SMP IT Nurul Islam Tengaran itu sendiri....”
“......peluang yang ada di sini antara lain terkait program boarding school dengan didukung guru yang berkualitas, guru muda yang memiliki semangat tinggi serta guru lulusan universitas dengan nilai IPK bagus, yang selanjutnya adanya program tahfidz, prestasi sekolah stabil namun pernah meraih peringkat 1 nilai UN tertinggi tingkat SMP Swasta dan peringkat tiga (III) tingkat Swasta dan Negeri se-kabupaten Semarang, faktor bahasa inggris dan arab, iklim kondusif untuk belajar, bersinerginya program sekolah dan ma’had, dan memakai dua jadwal sekaligus...” Jadi, faktor pendukung atau peluang dari sistem pembelajaran yang berlaku di SMP IT Nurul Islam Tengaran adalah: 1) Keoptimisan guru dengan model pembelajaran CTL 2) Dengan adanya guru berusia muda yang cepat, tanggap dan mampu beradaptasi dengan setiap perkembangan sehingga meningkatkan kualitas kinerja guru 3) Sumber Daya Manusia antara guru dan siswa sudah mumpuni, sehingga mudah mengembangkan IT 4) Sekolah dan yayasan sebagai fasilitator untuk memberikan training/pelatihan ataupun pembekalan tentang pendidikan 5) Telah terjalin kerjasama yang baik antara sekolah dengan DIKNAS ataupun dengan organisasi pendidikan Amerika Serikat 6) Mayoritas siswa memiliki tingkat kecerdasan intelektual menengah
7) Sistem boarding school(berasrama) yang sangat mendukung dalam meningkatkan kreativitas dan memanajemen waktu sebaik mungkin 8) Adanya program tahfidz tiga juz dalam kurun waktu tiga tahun 9) Prestasi sekolah yang stabil, dan berupaya untuk lebih meningkatkannya 10) Penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Arab 11) Tempat dan Suasana kondusif untuk belajar 12) Berkorelasi antara program sekolah dengan ma’had/yayasan, dengan memberlakukan dua jadwal setiap hari. b. Hambatan
SMP
IT
Nurul
Islam
Tengaran
Selain adanya faktor pendukung (peluang) ada juga
faktor
penghambat, dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di lapangan menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penghambat sistem pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran tidak terlalu banyak dan lebih di dominasi belum terpenuhinya fasilitas atau sarana dan prasarananya. Wawancara yang peneliti lakukan dengan Kepala Sekolah sebagai berikut: “......hambatan di SMP Nurul Islam Tengaran ini berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih cenderung pada fasilitas, misalnya belum tersedianya ruang lab.Komputer, Aula belum representatif karena masih difungsikan sebagai ruang kelas, perpustaan dengan buku yang lumayan banyak namun ruangannya belum representatif, LCD belum mencukupi untuk semua ruang kelas
yang berjumlah 9 buah untuk 19 kelas, guru hampir seluruhnya memiliki laptop dan Handpone (Hp) sedangkan murid tidak di perbolehkan karena dengan berbagai alasan.....” Selain itu peneliti melakukan wawancara juga dengan waka bag.kurikulum, dan hasilnya adalah sebagaimana berikut: “......hambatan sistem pembelajarannya yaitu kreativitas guru dalam penggunaan metode dan model pembelajarannya kurang maksimal, ada sebagian guru yang belum memiliki laptop, menyangkut fasilitas seperti belum memiliki lap.basket, lab.TIK (komputer yang hanya berjumlah 15 buah), lab.bahasa, lab.agama perlengkapan praktikum masih minim, perpustakaan sudah bekerjasama dengan penerbit Erlangga sehingga buku yang dimiliki cukup banyak akan tetapi minat siswa dalam membaca buku masih minim, selain itu guru belum keseluruhan menggunakan metode pembelajaran CTL karena masih ada yang menggunakan metode ceramah....” Dengan menganalisa dan mengkaji beberapa faktor penghambat dari sistem pembelajaran yang telah tersebutkan di atas, adalah sebagai berikut: 1) Faktor fasilitas/sarana dan prasarana menjadi kendala utama yang mendominasi hambatan sistem pembelajaran baik dalam lingkup sekolahan ataupun para guru dan siswanya 2) Belum tepat guna penggunaan ruang sekolah untuk proses belajarmengajar
3) Kreativitas guru dalam penggunaan metode serta model pembelajaran yang kurang maksimal 4) Minimnya minat siswa untuk membaca buku yang tersedia di perpustakaan.
BAB IV PEMBAHASAN
Sistem Pembelajaran Islam Terpadu di SMP IT Nurul Islam Tengaran Sistem pembelajaran adalah seperangkat komponen yang saling dipadukan antara satu dengan yang lain dan saling bersinergi, kemudian membentuk totalitas yang mencakup unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur sehingga mencapai tujuan pembelajaran dengan baik sesuai dengan rencananya. Yang mana komponen-komponen tersebut seluruhnya sangat
menunjang
penerapan
sistem
pembelajaran,
dengan
catatan
memaksimalkan fungsi dan kegunaannya sesuai bidang yang dibutuhkan. Adapun ayat Alquran yang menerangkan tentang pembelajaran adalah sebagaimana berikut: 1. Alquran surat Al-rahman ayat 1-4
) 4( ن َ عَّلمَ ًُ الْبٍََا َ ) 3( ن َ ق الْإِ ْوسَا َ خَّل َ ) 2( ن َ عّلَ َم الْ ُقشْآ َ )1 ( ه ُ َحم ْ َالش Artinya : (1) Tuhan yang Maha pemurah (2) yang telah mengajarkan Alquran (3) Dia menciptakan manusia (4) mengajarnya pandai berbicara. (Q.S. Al-rahman:1-4). 2.
Alquran surat Al-Alaq ayat 1-5
عّلَ َم َ ) الَزِي3( ك الَْأ ْكشَ ُم َ ) ا ْق َش ْأ َوسَ ُب2( ق ٍ عَّل َ ه ْ ِن م َ ق الْإِ ْوسَا َ خَّل َ )1 ( ق َ خَّل َ ك الَزِي َ ا ْق َش ْأ بِاسْمِ سَ ِب )5( ن مَا لَ ْم ٌَ ْعّلَ ْم َ عّلَ َم الْإِ ْوسَا َ )4( بِالْ َقّلَ ِم Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, (4) Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq: 1-5). Sedangkan hadis yang berkaitan dengan pembelajaran adalah:
)بّلغىا عىً ولىا ا ٌة (الحذ ٌث Artinya:“ Sampaikanlah olehmu walaupun itu satu ayat.” (Maunah, 2009: 119). Dalam pembahasan ini, peneliti menggunakan empat bidang kajian yang berkaitan dengan sistem pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran. Alasan yang paling mendasar adalah agar hasil dari penelitian ini kajiannya lebih spesifik dan mendalam. Sehingga waktu yang digunakan untuk penelitian juga lebih efektif dan efisien. Empat bidang kajian tersebut antara lain yakni: A. Proses Belajar Mengajar di SMP IT Nurul Islam Tengaran Dalam ranah ini, keberlangsungan proses belajar mengajar di dalam kelas sudah berjalan dengan baik. Artinya bahwa antara guru sudah mampu menerapkan model dan metode pembelajaran sesuai dengan kurikulum sekolah tersebut. Begitupun dengan siswa yang sudah dapat mengikuti semua rutinitas bersama guru pengampu mata pelajaran sesuai jam pelajaran yang ada. Selain itu, posisi guru dalam kelas hanya sebagai
fasilitator saja sedangkan yang harus lebih aktif adalah peserta didik. Karena model pembelajarannya adalah metode CTL (contekstual teachingand learning). Sebagaimana data yang diperoleh di lapangan, kebijakan yang ada di SMP IT Nurul Islam Tengaran ini, dalam melaksanakan proses pembelajaran, sekolah selalu menekankan optimalisasi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Implikasi dari keterpaduan ini menuntut pengembangan model pembelajaran yang variatif, menggunakan media dan sumber belajar yang tak terbatas sehingga belajar menjadi bermakna. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan pula, di dalam melaksanakan proses belajar mengajar, Guru telah merencanakan dan mempersiapkan materi belajar sebaik mungkin sebelum pelajaran dimulai sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya dan sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Begitupun yang terjadi pada siswa, bahwa mereka telah mempersiapkan semua perlengkapan sebelum dimulainya belajar mengajar. Baik dari aspek kesiapan mental maupun tentang materi pelajaran sesuai dengan jadwal mata pelajarannya. Sebagaimana terumuskan dalam firman Allah:
ال ٌُغَ ٍِ ُش مَا بِقَىْ ٍم حَّتَى َ ًَ َخّلْفِ ًِ ٌَحْ َفظُىوَ ًُ مِهْ َأ ْمشِ الّلًَِ إِنَ الّل َ ه ْ ِه ٌَذٌَْ ًِ َوم ِ ٍَْت مِه ب ٌ لَ ًُ ُمعَقِبَا ًِ ِال َمشَدَ لَ ًُ َومَا َلهُم مِه دُوو َ سهِ ْم َوإِرَا َأسَادَ الّلَ ًُ بِقَىْمٍ سُىءًا َف ِ ٌُغَ ٍِشُو ْا مَا بِأَوْ ُف )11 ( ل ٍ مِه وَا
Artinya: “ Bagi manusia ada malaikat yang selalu mengikuti bergiliran di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah, sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum (masyarakat) sampai mereka mengubah (terlebih dahulu) apa yang ada pada diri mereka (sikap mental mereka), dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekalikali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. “ (Q.S ar-Ra’du: 11). Dengan adanya persiapan serta perencanaan pembelajaran oleh guru dan siswa secara matang, maka bisa dipastikan proses belajar mengajar yang akan berlangsung selama jam pelajaran tidak akan menemui kendala yang memberatkan. Biarpun muncul kendala itu prosentasenya sangat kecil sehingga bisa ditanggulangi dan diselesaikan secara mudah dan tepat. Dengan demikian, sistem pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Islam Terpadu bisa sesuai dengan target pendidikan. B. Kurikulum di SMP IT Nurul Islam Tengaran Setiap lembaga pendidikan yang bersifat formal pasti memiliki pedoman penyelenggaraan sistem pendidikan (kurikulum), baik dalam pendidikan yang berlabel umum ataupun agama. Yang mana pedoman tersebut biasanya berfungsi untuk standar acuan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, dan dapat berubah sesuai kebutuhan dan perkembangan sebuah lembaga pendidikan. Tidak berbeda pula dengan sekolah Islam Terpadu Nurul Islam ini.
Kurikulum di sekolah ini diselenggarakan atas unsur perpaduan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, yang mana inti dari kurikulumnya adalah mengintegrasikan kurikulum nasional dan muatan lokal secara berkesinambungan. Dengan pendekatan ini semua mata pelajaran dan semua kegiatan sekolah dan ma’had (asrama) tidak lepas dari bingkai ajaran dan pesan nilai islam. Dalam keterpaduan antara kedua kurikulum tersebut yang mengacu pendidikan umum menggunakan model KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan),
sedangkan
dalam
pendidikan
agama
menggunakan
kurikulum kepesantrenan yang mengandung aspek ilmu keislaman secara totalitas. Akan tetapi, perlu kita pahami bahwasannya keterpaduan kurikulum di atas bukan mengurangi tingkat kecerdasan, talenta dan kreativitas siswa untuk berkarya, keterpaduan ini justru menunjang siswa agar lebih mampu menguasai semua ilmu yang diajarkan oleh gurunya secara integral dan menyeluruh. Tidak hanya sebatas ilmu dan pengetahuan umum saja, tetapi memadukan sains dan keislaman. Dalam arti lain pendidikan Islam Terpadu diharapkan mampu membentuk manusia yang memiliki kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial. Seperti firman Allah:
)105( ن َ ي الّصَالِحُى َ ِض ٌَشِ ُثهَا عِبَاد َ ْن الَْأس َ َه َبعْ ِذ ال ِز ْكشِ أ ْ َِولَقَ ْذ كَّتَبْىَا فًِ الّزَبُى ِس م Artinya: “ Sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuzd, bahwasanya bumi ini akan diwarisi (dipegang dan dikuasai) oleh hamba-hamba-Ku yang saleh” (Q.S. al-Anbiya’: 105). Kemudian, dari salah seorang informan menyebutkan alasan bahwa di sekolah ini kurikulumnya masih menggunakan kurikulum lama (KTSP), belum menerapkan kurikulum terbaru (kurikulum 2013) karena terkendala dalam hal fasilitas dan persiapan penyesuaian para guru untuk bisa menerima perubahan spesifikasinya dengan adanya kurikulum terbaru. Selain itu, sekolah juga perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang menyangkut pemberlakuan kurikulum 2013. Hal ini bukan berarti bahwa Sekolah Islam Terpadu tidak tanggap terhadap program pemerintah yang menganjurkan sekolah untuk menerapkan kurikulum 2013. Dengan kata lain sekolah juga tetap mempersiapkan diri untuk menyongsong kurikulum terbaru dan wacana penerapannya dalam jangka waktu satu sampai dua tahun kedepan. C. Out put SMP Nurul Islam Tengaran Out put sekolah ini adalah dapat melahirkan generasi cerdas, berakhlakul karimah dan berwawasan global. Ketiga tujuan tersebut sudah mencakup secara keseluruhan dalam kriteria tujuan pendidikan yang baik dan berkualitas. Karena tidak hanya mengacu pada kecakapan dari sisi intelektualitas akademiknya saja, akan tetapi juga memperhatikan
intelektualitas keagamaan. Sehingga sekolah Islam Terpadu adalah wadah dari sebuah rekayasa sosial untuk melahirkan generasi harapan bangsa. Hal tersebut diperkuat dengan terjemahan ayat 9 dalam al-Qur’an surat An-nisaa’, yang berbunyi:
عّلَ ٍْهِ ْم َفّلٍَّْتَقُىا الّلَ ًَ َولٍَْقُىلُىا قَ ْىلًا َ ضعَافًا خَافُىا ِ خّلْ ِفهِ ْم ُرسٌَِ ًة َ ه ْ ِش الَزٌِهَ لَ ْى َت َشكُىا م َ َْولٍَْخ )9( سَذٌِذًا “ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka generasi yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S An-Nisa’: 9). Adapun dasar tentang orientasi pendidikan Islam Terpadu untuk mencetak generasi manusia yang berkualitas termaktub dalam al-Qur’an surat al-Tin ayat 4-5, yakni:
)5( ه َ ٍِ) ثُمَ سَدَدْوَايُ َأسْ َفلَ سَا ِفّل4( ه تَقْىٌِ ٍم ِ َحس ْ َن فًِ أ َ خّلَقْىَا الْإِ ْوسَا َ لَقَ ْذ Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.” (Q.S Al-Tin: 4). “Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendahrendahnya (neraka).” (Q.S Al-Tin: 5). Dalam potongan ayat tersebut dapat dipahami bahwa kualitas manusia itu terletak pada dua sisi: manusia yang ahsanu taqwim (kualitas terbaik),
baik fisik maupun psikis dan asfala safilin (kualitas terendah). Jadi, Sekolah Islam Terpadu muncul dan berkembang tujuan utamanya adalah membentuk karakteristik kepribadian berkualitas yang baik. Dan itu bisa menjadi ciri khas tersendiri bagi sekolah yang berbasis Islam Terpadu. D. Peluang dan Hambatan Sistem Pembelajaran di SMP IT Tengaran Dalam penerapan sistem pembelajaran ternyata tidak lepas dari yang namanya peluang dan hambatan, dari hasil data yang diperoleh di lapangan menyebutkan bahwa peluang dalam sistem pembelajaran adalah: 1. Keoptimisan guru dengan model pembelajaran CTL Dalam suatu pembelajaran, pendekatan memang bukan segalagalanya. Masih banyak faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Walaupun demikian, penetapan pendekatan tertentu dalam hal ini pendekatan kontekstual dalam suatu pembelajaran dirasa penting. Atas dasar itulah guru SMP IT Nurul Islam Tengaran sangat optimis untuk menerapkan model pembelajaran kontekstual. Kesadaran perlunya model kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Hal ini karena pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka baik di lingkungan kerja maupun di masyarakat.
Oleh karena itu, sangat tepat sekali jika guru di sekolah ini menggunakan model pembelajaran kontekstual yang mana konsep belajarnya adalah mempermudah guru untuk mengaitkan antara materi belajar siswa secara teoretik dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sehari-hari. 2. Adanya guru berusia muda yang cepat, tanggap dan mampu beradaptasi dengan segala perkembangan Faktor ini sangat sesuai bila menjadi faktor kelancaran sistem pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran. Dengan dukungan usia yang relatif muda dengan kinerja yang optimal dan semangat tinggi para guru dapat menjadikan siswa lebih terpacu agar bisa menyeimbangkan usahanya pula terutama dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Berbeda halnya dengan guru yang berusia tua, dengan pengajaran yang monoton dan lebih sering menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Sehingga berdampak pada minimnya minat siswa untuk bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Karena dianggap bahwa diajar oleh guru berusia tua itu menjenuhkan. 3. Sumber daya manusia (SDM) antara guru dan siswa sudah mumpuni, sehingga mudah mengembangkan IT. Dalam sekolah terpadu mayoritas SDM yang dimiliki oleh guru ataupun peserta didik itu sudah mumpuni, begitupun yang ada di SMP IT
Nurul Islam. Antara pendidik dan peserta didik telah mampu memanfaatkan dan mengfungsikan SDM sesuai dengan keahlian dan bidangnya, terutama dalam penggunaan IT (informasi teknologi) yang sedang berkembang pesat di era sekarang ini. Dengan didukung SDM mumpuni dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai terkait dengan pengembangan IT tersebut, maka sekolah Islam Terpadu dapat dengan mudah untuk mengetahui segala informasi perubahan seputar sistem pendidikan terkini, baik secara nasional maupun internasional. 4. Sekolah dan Yayasan sebagai fasilitator untuk memberikan training tentang pendidikan. Dengan terjalinnya tali persaudaraan antara sekolah dan yayasan SMP IT Nurul Islam Tengaran ini, menjadikan jalan kemudahan dalam menjalin kerjasama antara pihak sekolah dan yayasan. Dalam ranah ini yang berhungungan dengan kemajuan sistem pendidikan dengan tujuan agar sekolah Islam Terpadu dapat lebih berkembang pesat dan mampu bersaing dengan pendidikan yang berbasis non-terpadu. Untuk memajukan sistem pendidikan sekolah tersebut mengadakan pelatihan tentang keguruan dengan mendatangkan pemateri yang ahli dalam bidangnya. Yang sasaran utamanya adalah para guru pengampu setiap mata pelajaran. 5. Terjalin kerjasama antara sekolah dengan DIKNAS ataupun dengan organisasi pendidikan Amerika Serikat.
Penulis berpandangan bahwa sekolah Islam Terpadu ini sangat jauh berbeda sekali dengan sekolah pada umumnya. Karena terlihat dengan jelas keunikan dan kelebihannya secara transparan jika dilihat dan diamati secara mendalam. Biarpun sekolah ini basisnya kepesantrenan, namun kerjasama yang dilakukan bukan dengan lembaga pendidikan Departemen Agama atau lembaga Islam secara khusus. Akan tetapi, justru menjalin kerjasama dengan DIKNAS dan bahkan dengan organisasi Amerika Serikat yang profilnya bukan Islam (Barat). Banyak sekali agenda yang diprogramkan dalam kerjasama tersebut, baik dengan DIKNAS maupun dengan lembaga Amerika Serikat khususnya dalam aspek pendidikan dan kemajuan sekolah. Dan yang lebih membanggakan adalah DIKNAS sangat apresiatif terhadap SMP IT Nurul Islam Tengaran ini. 6. Mayoritas siswa memiliki tingkat kecerdasan intelektual menengah. Artinya bahwa siswa di sekolah ini secara menyeluruh memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang sama antara yang satu dengan yang lain. Baik dilihat dalam tingkat kecerdasan akademik maupun kegiatan spiritualnya. Sehingga mereka mampu untuk beradaptasi dan mengikuti semua aktivitas yang sudah terjadwal baik di sekolah atau ma’had (asrama) secara lebih optimal. 7. Sistem boarding school (asrama) yang sangat mendukung dalam meningkatkan kreativitas dan memanajemen waktu sebaik mungkin.
Penerapan sistem asrama berbasis kepesantrenan di SMP IT Nurul Islam ini sangat berpengaruh besar pada kepribadian peserta didik. Kerena dengan adanya segala macam peraturan dan tata tertib dapat melatih peserta didik untuk membiasakan diri dengan semua rutinitas yang ada, sesuai dengan waktu dan agenda yang telah ditetapkan oleh pihak yayasan. Dengan demikian, talenta yang dimiliki oleh siswa dapat tersalurkan dengan baik sehingga kreativitasnya lebih meningkat dan terasah. Hal tersebut yang membedakan antara sekolah umum dengan sekolah berbasis terpadu. 8. Adanya program tahfidz Alquran tiga juz dalam waktu tiga tahun. Bahwasanya di era globalisasi ini, pendidikan formal berlabel umum ataupun berprofil Islam jarang sekali yang memberlakukan sistem pendidikan seperti yang diterapkan di SMP IT Nurul Islam Tengaran, yakni adanya program wajib menghapal tiga juz Alquran selama tiga tahun. Bahkan adapula siswa yang mampu melebihi target hapalan tiga juz, yaitu dapat menghapal lima juz. Sedangkan bila kita mengamati pendidikan non-formal (pesantren) saja, masih jarang sekali yang memiliki program pembelajaran seperti telah tersebutkan di atas. Hal inilah yang menjadikan sekolah Islam Terpadu layak untuk dijadikan rujukan bagi sekolah lain di sekitarnya. 9. Prestasi sekolah yang stabil
Sekolah SMP IT Nurul Islam Tengaran ini berusaha untuk mempertahankan prestasi yang sudah diperolehnya setiap tahunnya. Hal ini terbukti dengan prestasinya SMP IT yang mana nilai Ujian nasional (UN) pada tahun 2013 tertinggi (peringkat I) dari sekolah SMP Swasta sekabupaten Semarang, dan peringkat tiga (III) diantara sekolah SMP Negeri dan Swasta se-kabupaten Semarang. 10. Penguasaan bahasa Inggeris dan bahasa Arab Untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman yang semakin canggih dan persaingan semakin ketat, maka setiap sekolah harus memiliki kemampuan dalam aspek penguasaan kebahasaan secara terprogram. Apakah itu penguasaan bahasa daerah, bahasa kenegaraaan maupun bahasa asing (bahasa internasional). Tidak berbada pula dengan yang dilakukan SMP IT Nurul Islam untuk mengantisipasi ketertinggalan akan kemajuan peradaban pendidikan spesifikasinya dengan adanya program bahasa asing, yakni bahasa Inggeris dan bahasa Arab. Untuk pembelajaran bahasa Inggeris siswa lebih ditekankan menguasai bahasa Inggeris aktif, sedangkan bahasa Arabnya adalah bahasa Arab dasar di tingkat SMP. 11. Tempat dan suasana kondusif untuk belajar. Kegiatan belajar mengajar akan dapat berlangsung dengan baik apabila situasi dan kondisinya menyenangkan. Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan biasanya perlu memperhatikan berbagai macam
aspek, misalnya tempat yang strategis, suasana menyenangkan, cuaca stabil, fasilitas memadai dan lain sebagainya. Jika semua aspek tersebut telah memenuhi kriteria, dapat dipastikan kegiatan belajar mengajar akan menyenangkan. Berhubungan dengan hal ini, SMP IT Nurul Islam letak lokasinya cukup strategis karena tidak berada di daerah pelosok dan tidak pula berada di pusat kota. Sehingga, untuk melaksanakan proses KBM tidak terlalu banyak kendala terutama masalah situasi dan kondisinya. Oleh sebab itu, dengan suasana kondusif sangat mendukung kelancaran semua kegiatan sekolah. Baik yang bersifat pembelajaran di dalam kelas ataupun pembelajaran di luar kelas. 12. Bersinergi antara program sekolah dan ma’had (asrama). Peluang
yang
sangat
memengaruhi
keberlangsungan
dan
keefektifan sistem pembelajaran di SMP IT Nurul Islam adalah adanya kesesuaian pemograman kegiatan keseharian antara sekolah dan ma’had. Yang mana jadwal yang ditetapkan tidak mengganggu aktivitas siswa, guru maupun pengurus yayasan karena sudah dibuat bersama oleh pihak yayasan dan sekolah dengan penuh pertimbangan sesuai dengan pedoman SMP IT Nurul Islam Tengaran. Peluang inilah yang menjadi faktor penunjang terlaksananya sistem pembelajaran yang ada di SMP IT Nurul Islam Tengaran secara terstruktur dan terorganisir.
Sedangkan hambatan yang diasumsikan sebagai sebuah faktor yang dapat menunda kelancaran kegiatan proses pembelajaran dan dapat menghambat perkembangan serta kemajuan sekolah Islam Terpadu terutama di SMP IT Nurul Islam adalah berhubungan dengan sarana dan prasarana. Namun dengan adanya kelemahan dalam bidang fasilitas tidak menjadikan minat belajar siswa maupun para guru menurun, akan tetapi justru semakin tinggi minatnya agar bisa memanfaatkan fasilitas yang dimiliki secara lebih maksimal. Sehingga sistem pembelajarannya dapat terlaksana dengan baik, serta meningkatkan kretivitas dan inovasi para pendidik setiap mata pelajaran. Kegiatan belajar mengajar harus mampu menyediakan seluasluasnya sumber dan media belajar yang dapat digunakan secara bersamasama. Belajar tidak hanya terpaku pada ruang kelas dan sumber belajar tradisional. Seyogyanya sumber dan media belajar haruslah diperluas tidak hanya di lingkungan sekolah saja, namun juga bisa di lingkungan alam sekitar, pasar, dan lain sebagainya. Selain itu, belum tepat guna fungsi ruang belajar untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini masih ada beberapa tempat yang seharusnya tidak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, akan tetapi malah digunakan untuk tempat KBM, seperti aula yang digunakan untuk KBM. Faktor penyebabnya adalah jumlah murid yang cukup banyak, namun jumlah ruang kelasnya masih terbatas.
Kemudian hambatan yang tidak kalah berpengaruh adalah kurang maksimalnya kreativitas guru dalam penggunaan model serta metode pembelajaran. Walaupun sekolah Islam Terpadu ini sudah menerapkan kurikulum KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) dengan pendekatan CTL (contextual teaching andlearning), akan tetapi masih ada sebagian guru yang menggunakan metode ceramah ketika mengajar. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh Waka. bidang pengajaran, agar dapat membina dan memberikan arahan kepada guru yang masih menerapkan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar. Dan hambatan dalam sistem pembelajaran yang lain adalah minimnya
minat
siswa
untuk
membaca
buku
di
perpustakaan.
Berhubungan dengan ini yaitu mayoritas siswa hanya suka membaca buku cerita, buku kartun ataupun buku dongeng bergambar. Sedangkan untuk membaca buku tentang pelajaran jarang sekali dilakukan oleh siswa. Biasanya banyak siswa pergi ke perpustakaan dan membaca buku pelajaran ketika sedang ada tugas dari guru pengampu. Padahal buku di perpustakaan di sekolah tersebut sudah cukup memadai, karena bekerjasama dengan penerbit Erlangga. Dengan adanya hambatan ini bisa dijadikan bahan evaluasi bagi pihak sekolah, kepala sekolah, waka kurikulum, waka sarana prasarana, guru mata pelajaran maupun siswa, sehingga apa yang masih kurang dalam sistem pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran ini bisa diperbaiki dalam jangka waktu yang akan datang.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil dari sistem pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran ini adalah sebagaimana berikut: 1. Proses belajar mengajar yang berlangsung di SMP IT Nurul Islam Tengaran sudah berjalan lancar, dengan cara mengoptimalkan apa yang ada terutama dalam fasilitas yang tersedia. Selain itu, didukung pula
dengan
pembelajaran
yang menyenangkan
dan
bernilai
baik/positif bagi siswa. Karena metode yang digunakan adalah metode CTL (Contekstual Teaching and Learning). Yang mana dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa yang harus lebih aktif dan mandiri dalam belajar dengan berpedoman berbagai macam sumber, misalnya buku perpustakaan, internet, tabloid, maupun media massa. 2. Kurikulum yang berlaku di SMP IT Nurul Islam Tengaran lebih mengacu pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan),
maka
yang
dijadikan
bahan
evaluasi
harus
memperhatikan ketiga ranah, yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Dengan menambahkan kurikulum kepesantrenan, yang mana isinya adalah tentang materi pelajaran keagamaan baik secara teori ataupun dalam praktiknya. 3.
Out put dari SMP IT Nurul Islam Tengaran ini adalah melahirkan generasi cerdas, berakhlakul karimah dan berwawasan global. Artinya bahwa lulusan dari sekolah ini mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengenyam pendidikan, baik ilmu tentang keagamaan maupun ilmu tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Peluang dan hambatan Sistem Pembelajaran di SMP IT Nurul Islam Tengaran antara lain yakni: Keoptimisan guru dengan model pembelajaran CTL (contextual teaching and learning), dengan adanya guru berusia muda yang cepat, tanggap dan mampu beradaptasi dengan setiap perkembangan sehingga meningkatkan kualitas kinerja guru,
sumber daya manusia antara guru dan siswa sudah mumpuni, sehingga mudah mengembangkan IT, sekolah dan yayasan sebagai fasilitator untuk memberikan training/pelatihan ataupun pembekalan tentang pendidikan, telah terjalin kerjasama yang baik antara sekolah dengan DIKNAS ataupun dengan organisasi pendidikan Amerika Serikat. Selain itu, mayoritas siswa memiliki tingkat kecerdasan intelektual menengah,
sistem
boarding
school
(berasrama)
yang
sangat
mendukung dalam meningkatkan kreativitas dan memanajemen waktu sebaik mungkin, adanya program tahfidz tiga juz dalam kurun waktu tiga tahun, prestasi sekolah yang stabil, dan berupaya untuk lebih meningkatkannya, penguasaan bahasa Inggeris dan bahasa Arab, tempat dan Suasana
kondusif untuk belajar, berkorelasi antara
program sekolah dengan ma’had/yayasan, dengan memberlakukan dua jadwal setiap hari. Adapun Hambatannya antara lain: faktor fasilitas/sarana dan prasarana menjadi
kendala
utama
yang mendominasi
hambatan sistem
pembelajaran baik dalam lingkup sekolahan ataupun para guru dan siswanya, belum tepat guna penggunaan ruang sekolah untuk proses belajar-mengajar, kreativitas guru dalam penggunaan metode serta model pembelajaran yang kurang maksimal serta minimnya minat siswa untuk membaca buku yang tersedia di perpustakaan. B. Saran 1) Bagi Guru Mata Pelajaran
Dalam penerapan sistem pembelajaran secara lebih efektif dan efisien di SMP IT Nurul Islam Tengaran diperlukan adanya dukungan dari berbagai pihak, khususnya para guru pengampu mata pelajaran agar tercipta suasana yang lebih kondusif dalam proses belajar mengajar, dengan cara guru menggunakan model dan metode belajar mengajar yang bervariasi, kreatif, inovatif, dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan. 2) Bagi Sekolah Perlu adanya peningkatan kerjasama dan koordinasi antara kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata pelajaran terkait dengan sistem pembelajaran yang diberlakukan di SMP IT Nurul Islam Tengaran ini. Dengan maksud agar sistem pembelajaran di sekolah yang berbasis terpadu ini dapat lebih meningkat dalam kuantitas dan kualitasnya. Dan nantinya sekolah ini dapat menjadi rujukan khususnya bagi sekolah Islam Terpadu sendiri, umumnya bagi sekolah non-terpadu disekitarnya. 3) Bagi Orang Tua Siswa Orang tua harus selalu memperhatikan dan mengontrol putra putrinya terutama dalam hal kegiatan belajar yang dilakukan di rumah. Selain itu, Orang tua perlu memberikan motivasi agar anaknya rajin dan tekun dalam belajar, spesifikasinya membaca buku yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Daftar Pustaka
Alsa, Asmadi. 2007. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta. Ciputat Press Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Ed. rev., Cetakan ke-14. Jakarta . Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Ed. rev., Cetakan ke-14. Jakarta. Rineka Cipta Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Cetakan Ke-II. Jogjakarta. Diva Press (Anggota IKAPI) Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-II. Jogjakarta. Diva Press (Anggota IKAPI) Baharuddin. 2011. Penegembangan Lembaga Pendidikan Islam, Menuju PengelolaanProfesional dan Kompetitif. Malang. UIN-Maliki Press Baharuddin. 2011. Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, MenujuPengelolaan Profesional dan Kompetitif. Malang. UIN-Maliki Press
Baharuddin. 2011. Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, Menuju Pengelolaan Profesionaldan Kompetitif. Malang. UIN-Maliki Press Barizi, Ahmad. 2011. Pendidikan Integratif, Akar Tradisi Dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Malang. UIN-Maliki Press (Anggota IKAPI) Barizi, Ahmad. 2011. Pendidikan Integratif, Akar Tradisi Dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Malang. UIN-Maliki Press Bungin, Burhan (Ed.). 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Cetakan Ke-8. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Bungin, Burhan (Ed.). 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Cetakan Ke-8. Jakarta. Raja Grafindo Persada Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta. Rineka Cipta Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta. Rineka Cipta Danim, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar, Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran. Danim, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar, Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran. Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam, dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Jakarta. Kencana
Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam, dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Jakarta. Kencana Hafidz & Kastolani. 2009. Pendidikan Islam: Antara Tradisi dan Modernitas. Salatiga. STAIN Salatiga Press Hafidz & Kastolani. 2009. Pendidikan Islam: Antara Tradisi dan Modernitas. Salatiga. STAIN Salatiga Press Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Cet. Ke-2. Jakata. Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Cet. Ke-11. Jakarta. Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran.Cet. Ke-11. Jakarta. Bumi Aksara Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Cet. Ke-3. Jogjakarta. Ar- Ruzz Media Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Cet. Ke-3. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media Karim, Muhammad. 2009. Pendidikan Kritis Transformatif. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media Karim, Muhammad. 2009. Pendidikan Kritis Transformatif. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media
Khaeruddin & Mahfud Junaedi.,dkk. 2007. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), Konsep dan Implementasinya di Madrasah.Jogjakarta. Madrasah Development Center (MDC) JATENG dan Pilar Media (Anggota IKAPI) Khaeruddin dan Mahfud Junaedi.,dkk. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),Konsep dan Implementasinya di Madrasah.Jogjakarta. Madrasah Development Center (MDC) JATENG dan Pilar Media (Anggota IKAPI) M. Zainuddin. 2008. Paradigma Pendidikan Terpadu, Menyiapkan Generasi Ulul Albab. Malang. UIN-Malang Press M. Zainuddin. 2008. Paradigma Pendidikan Terpadu, Menyiapkan Generasi Ulul Albab. Malang. UIN-Malang Press Maemun, Agus dan Fitri, Agus Zaenul . 2010. Madrasah Unggulan,Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif. Malang. UIN-Maliki Press (Anggota IKAPI) Khaeruddin & Mahfud Junaedi.,dkk. 2007. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP), Konsep dan Implementasinya di Madrasah. Jogjakarta. Madrasah Development Center (MDC) dan Pilar Media (Anggota IKAPI) Mas’ud, Abdurrahman. 2002. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik (HumanismeReligius sebagai Paradigma Pendidikan Islam).Yogyakarta. Gama Media Maunah, Binti. 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Yogyakarta. Teras
Maya H. 2012. Mau Lulus Cum Laude?. Jogjakarta. Diva Press (Anggota IKAPI) Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed. rev., Bandung. Remaja Rosda Karya Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam.Cet. Ke-2. Surabaya. Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat (PSAPM) dan Pustaka Pelajar Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Cet. Ke-2. Surabaya. Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat (PSAPM) dan Pustaka Pelajar Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta. Rajawali Press Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta. Rajawali Press Mujtahid. 2011. Reformasi Pendidikan Islam. Malang. UIN-Maliki Press (Anggota IKAPI) Mujtahid. 2011. Reformasi Pendidikan Islam. Malang. UIN-Maliki Press (Anggota IKAPI) Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.Cet. Ke-6. Jakarta. Bumi Aksara Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Cet. Ke-6. Jakarta. Bumi Aksara Rosyidi, Imron. 2009. Pendidikan Berparadigma Inklusif. Malang. UIN-Malang Press
Sabda, Syaifuddin. 2006. Model Kurikulum Terpadu IPTEK dan IMTAQ(Desain, Pengembangandan Implementasi). Ciputat. Ciputat Press Group Sabda, Syaifuddin. 2006. Model Kurikulum Terpadu IPTEK dan IMTAQ (Desain, Pengembangandan Implementasi). Ciputat. Ciputat Press Group Saridjo, Marwan. 2009. Mereka Bicara Pendidikan Islam, Sebuah Bunga Rampai. Jakarta. Raja Grafindo Persada Saridjo, Marwan. 2009. Mereka Bicara Pendidikan Islam, Sebuah Bunga Rampai. Jakarta. Raja Grafindo Persada Saridjo, Marwan. 2009. Mereka Bicara Pendidikan Islam, Sebuah Bunga Rampai. Jakarta. Raja Grafindo Persada Soleh,Khudori. 2012. Wacana Baru Filsafat Islam. Cet. Ke-2. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Sugiharto, Bambang (Ed.). 2008. Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan. Yogyakarta. Jalasutra (Anggota IKAPI) Sugiharto, Bambang (Ed.). 2008. Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan. Yogyakarta. Jalasutra (Anggota IKAPI) Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Cetakan Ke-13. Bandung. Alfabeta Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Cetakan Ke-16. Bandung. Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan Ke-4. Bandung. Remaja Rosda Karya Suparlan. 2011. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Kurikulum. Jakarta. Bumi Aksara Umiarso & Imam Gojali. 2011. Manajemen Mutu Sekolah, di EraOtonomi Pendidikan. Cet. Ke-2. Jogjakarta. IRCiSoD Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian, Wilayah Kontemporer. Cetakan Ke-1. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Alquran dan terjemahnya. 2010. Bandung. Diponegoro Alquran dan terjemahnya. 2010. Bandung. Diponegoro Alquran dan terjemahnya. 2010. Bandung. Diponegoro Alquran dan terjemahnya. 2010. Bandung. Diponegoro Alquran dan terjemahnya. 2010. Bandung. Diponegoro Alquran dan terjemahnya. 2010. Bandung. Diponegoro Alquran dan terjemahnya. 2010. Bandung. Diponegoro
ahmadmuslichun2405.wordpress.com, di unduh Minggu, 16 Juni 2013
hizbut-tahrir.or.id, diunduh Senin, 30 September 2013 Ismanita.wordpress.com, di unduh Minggu, 16 Juni 2013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas diri Nama
: Burhanudin
Tempat, tanggal lahir
: Bengkulu Utara, 8 Januari 1989
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Karang Indah, Marga Mukti, Kec. Penarik, Kab. MukoMuko,Prov. Bengkulu
B. Jenjang Pendidikan 1. SD Negeri 20, Penarik, Bengkulu, lulus tahun 2002 2. MTsN Lubuk Mukti, Bengkulu, lulus tahun 2005
3.
MAN 1 Kebumen, lulus tahun 2009
DAFTAR NILAI SKK
Nama Nim Jurusan/Progdi Dosen PA
: Burhanudin : 11109033 :Tarbiyah/PAI : Drs.Sumarno Widjadipa, M.Pd
No
Jenis Kegiatan
1.
OPAK “Sentralisasi Paradigma Gerak Menuju Mahasiswa Ideal Dalam Menghadapi Situasi Global”
2.
Pelaksanaan
Status
Skor
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
2
Peserta
3
18-20 Agustus 2009
ESIQ 21 Agustus 2009
3.
4.
5.
USER EDUCATION (Pendidikan Pemakai) oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga
25-29 Agustus 2009
Diskusi Panel dan Buka Bersama “Aktualisasi Bahasa Arab dan Bahasa Inggris Dalam Dakwah Islam” (CEC, LDK, dan ITTAQO)
5 September 2009
Sarasehan Pendidikan Keagamaan “ Peran Pendidikan Keagamaan dalam Meningkatkan Spiritualitas, Intelektual, dan Moralitas Bangsa” (SEMA, HMJ Tarbiyah dan FKM PGMI)
9 September 2009
6.
7.
Asramanisasi Ramadhan 1430 H “ Asramanisasi Sebagai Wahana Membangun Hati dan Mendekatkan Diri Kepada Sang Ilahi” (Pondok Pesantren Edi Mancoro) Seminar Kebangsaan “Memperkokoh
21 Agustus-13 September 2009
2 Desember 2009
Peserta
2
Peserta
3
Kepeloporan Mahasiswa dalam Pembangunan Menuju Kejayaan Indonesia di Pentas Global” (DEMA) 8.
9.
10.
11.
12.
13.
Seminar Regional “Modernisasi Pendidikan Islam Berbasis IPTEK” (HMJ Tarbiyah)
4 16 Desember 2009
SK Praktikum Baca Tulis Al Qur’an (BTA) oleh Ketua Progdi PAI
2 November 2010
Seminar Nasional Pendidikan “Membudayakan Sebuah Pendidikan Berkarakter KeIndonesia-an dalam Pendidikan Formal (Potret Sekolah Alternatif) (HMJ Trabiyah)
6 November 2010
SK Praktikum Etika Profesi Keguruan oleh Ketua Progdi PAI
25 November 2010
SK Praktikum Metodologi PAI oleh Ketua Progdi PAI
23 September 2011
Seminar Ekonomi Islam “Peran Ekonomi Islam
14 Januari 2012
Peserta
Peserta
2
Peserta
6
Peserta
3
Peserta
3
dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global” (Jurusan Syariah) 14.
15.
Seminar Regional “ Peran Mahasiswa dalam Mengawal BLSM (BLT) Tepat Sasaran” (DEMA) Seminar Nasional “Mewaspadai Gerakan Islam Garis Keras di Perguruan Tinggi”
Peserta
3
Peserta
4
Peserta
6
Peserta
4
Peserta
6
Peserta
3
Peserta
6
Peserta
6
3 Mei 2012
23 Juni 2012
oleh DEMA 16.
17.
18.
19.
20.
Seminar Regional “INDONESIA SATU” (MENWA STAIN)
29 Oktober 2012
Seminar Nasional “Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa” oleh HMI Cabang Salatiga
23 Februari 2013
Publik Hearing “Optimalisasi Kinerja Lembaga Melalui Kritis dan Saran Mahasiswa” (SEMA) Seminar Nasional “Ahlussunnah Waljamaah dalam Perspektif IslamIndonesia” (DEMA) Seminar Nasional “ How to Develop the BestGeneration” (CEC)
2 April 2013
26 Maret 2013
1 Juni 2013
21.
Seminar Nasional Politik “ Peran Nyata Mahasiswa dalam Menyikapi Perpolitikan Indonesia” (SEMA)
13 Juni 2013 Peserta
6 81
JUMLAH
Salatiga, 26 Juli 2013