SALAM REDAKSI SUARA MUHAMMADIYAH ADALAH MAJALAH TUNTUNAN WARGA DAN PIMPINAN
SAJIAN UTAMA Dalam rangkaian fakta pendidikan di Indonesia selama lebih seratus tahun, terbukti Muhammadiyah itu bisa dan lebih bisa dalam melahirkan produk yang kualitatif sifatnya. Lantas apa yang sebaiknya dilakukan?
DIALOG Prof A Malik Fadjar, Ketua PP Muhammadiyah dan mantan Menteri Pendidikan Nasional mengatakan, Sekolah Muhammadiyah bukan sekedar melahirkan produk fisik, tetapi lebih berorientasi pada human investment.
BINA AKHLAK Assalamu’alaikum wr. wb. Pembaca yang terhormat, sejak pertama kali terbit sampai hari ini, Majalah Suara Muhammadiyah didesain oleh KHA Dahlan bersama para sahabat dan para muridnya sebagai majalah tuntunan resmi organisasi. Yang dimaksud dengan tuntunan tentu dalam arti luas. Ada tuntunan teknis, taktis, strategis, spiritual, juga tuntunan bersifat inspirasional. Dengan demikian kalau mulai tahun 2012 majalah ini mulai menampakkan ketegasannya dalam berwacana, dalam melaporkan dan menampakkan kekayaannya dalam memberi informasi. Termasuk informasi kegiatan aktivis Muhammadiyah yang diharapkan dapat menginspirasi aktivis yang lain. Ditambah, alat dan berbagai alat untuk memahami hakikat dan kedalaman persoalan hidup manusia zaman ini. Dengan demikian, kalau di majalah ini dimuat puisi dan cerpen adalah dimaksudkan untuk itu. Sebab biasanya para sastrawan itu jujur, cerdas, dan memiliki kekayaan ekspresi yang simbolik untuk menghayati kehidupan, kemudian mendulang nilai-nilai utama di dalamnya. Demikian juga tulisan lain yang dapat dijadikan bahan ceramah, khutbah, materi pengajian dan sebagainya. Demikianlah, sampai jumpa di edisi mendatang. Wassalamu’alaikum wr. wb. REDAKSI
Apa makna ta’lîm, tarbiyyah atau ta’dîb?
PEDOMAN Muhammadiyah mengutamakan bekerja, Kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Din Syamsuddin. Apa maksudnya?
MENU 04 TAJUK RENCANA 07 SAJIAN UTAMA 12 BINGKAI 17 TANYA JAWAB AGAMA 26 KESEHATAN 21 TAFSIR AL-QUR’AN 23 HADITS 25 DIRASAH ISLAMIYAH 27 PEDOMAN 31 KHUTBAH 39 LAZIS 43 KALAM 44 HUMANIORA 46 SAKINAH 50 WAWASAN 56 SOHIFAH 59 DINAMIKA PERSYARIKATAN
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
3
TAJUK RENCANA
ELIT TANPA KARAKTER UTAMA
S
ungguh prihatin menyaksikan perilaku elit di negeri tercinta ini. Baik elit di lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatif satu persatu tersangkut perkara korupsi dari yang kecil dan menengah hingga besar-besaran. Kekuasaan yang semestinya dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat malah disalahgunakan untuk kepentingan diri, keluarga, dan kroni. Uang, aset, dan fasilitas negara dicuri secara terencana dan penuh tipu muslihat seolah benar dan halal, yang sesungguhnya salah dan haram. Kasus Wisma atlet yang antara lain melibatkan para petinggi elit Partai Demokrat, terbilang mencuat dan paling menyita perhatian publik. Selain karena berasal dari partai politik pememang pemilu, yang Ketua Dewan Pembinanya adalah Susilo Bambang Yudhoyono, juga partai ini dalam iklannya yang besar-besaran mengkapanyekan “katakan tidak pada korupsi”. Ini bukan opini publik seperti sering dijadikan apologi para petinggi partai penguasa tersebut, tetapi fakta nyata tentang perilaku korupsi yang dilakukan elit partai politik pemenang pemilu, selain dari kalangan partai politik lain. Apa yang dapat disimpulkan dari korupsi para elit politik tersebut? Banyak hal, pertama bahwa retorika bersih dari para elit dan kekuatan partai politik memang mudah untuk dipublikasi tetapi kenyataanna berbanding terbalik. Elit dan partai politik mana pun yang sering mengaku bersih jangan dipercaya apabila tidak terbukti dalam tindakan. Sebelum ini ada pula partai politik lain yang selalu mengkampanyekan dan memakai ikon bersih, tetapi kenyataannya di lapangan jauh panggang dari api. Dalam berbagai pemilukada sama saja melakukan politik uang dan pasang tarif upeti politik besar-besaran, padahal mengklaim partai bersih. Kedua, ketika ada sorotan publik termasuk media atas berbagai tindakan korupsi dan penyimpangan elit partai politik, sering dijawab secara apologi sebagai oknum. Bahkan sering mengeluarkan kata-kata “itu fitnah”, yang ternyata terbukti. Kata-kata “fitnah” sebagai idiom keagamaan sering dijadikan tameng “sakral” untuk membela dan melindungi diri dari citra buruk “partai-bersih”, karena dalam kenyataannya menjadi “partai kotor”. Ketika sudah kotor, maka tidak ada bedanya partai dan elit dari kekuatan politik sekuler maupun agama, keduanya sama yakni sama-sama kotor dan sama-sama koruptor dalam tindakan. Karenanya sejak hari ke depan rakyat dan umat jangan mudah terperdaya dan terpesona oleh kampanye partai politik bersih. Dari berbagai skandal perilaku elit politik dan elit lainnya yang secara sendiri maupun berjamaah terlibat korupsi, maka kesimpulan paling penting yang dapat diambil ialah betapa rapuhnya karakter elit di negeri ini. Begitu menduduki jabatan dan kekuasaan, dengan gampang bertindak menyimpang dan korupsi. Upeti dan politik uang pun dilakukan dari yang kecil-kecilan hingga besar-besaran. Elit santri pun tidak memiliki rasa sungkan, bahkan mungkin mantap karena memiliki dalil keagamaan dan merasa diri bersih. Pesona dan citra diri sekadar tampang luar, bukan perilaku lahir dan batin yang benar-benar lurus dan bersih. Hidup serba mewah dan menerabas pun menjadi pakaian sehari-hari, yang menunjukkan dengan mudah para elit itu ajimumpung. Rapuhnya sikap dan perilaku menunjukkan lemah karakter para elit. Dalam bahasa agama disebut kerapuhan akhlak utama atau akhlak mulia. Kejujuran, keterpercayaan, amanah, kebaikan, kata sejalan tindakan, kepantasan, dan sifat-sifat utama lain sebagaimana diteladankan Rasulullah jauh dari perangai elit. Kalaupun tampak sekadar dalam lisan dan retorika. Tidak jarang kalau tampilan, ucapan, ceramah, dan ketika bicara serba baik dan indah, tetapi dalam tindakan jauh panggang dari api. Citra serba baik hanya untuk etalase dan simpati publik, bukan lahir dari nurani dan perangai yang jernih. Lisan dengan mudah menampilkan citra bersih dan Islami, tetapi perilaku dan tindakan berlaku sebaliknya. Mudah-mudahan perilaku elit itu tidak menjalar menjadi perangai yang massal. Jangan sampai elit di lingkungan organisasi kemasyarakatan terpengaruh atau berperangai sama dengan elit politik. Tidak terbawa arus dalam perangai menerabas, berperilaku politis, sibuk dengan mobilitas diri, suka show of force ke luar tetapi minus tindakan nyata, dan lemah karakter. Sebab manakala terjadi maka apalah jadinya negeri ini. Anak-anak bangsa dan generasi umat akan semakin kehilangan teladan untuk merajut masa depan dengan akhlak dan karakter yang mulia manakala para elit ormas keagamaan berperangai sama dengan para politisi. Manakala elit kehilangan karakter utama maka nasib bangsa dan negara pun akan dipertaruhkan, sebab apabila suatu bangsa atau umat runtuh akhlaknya maka hancurlah masa depannya.l HNs. PENASIHAT AHLI: H Din Syamsuddin, HM Amien Rais. PEMIMPIN UMUM: H Ahmad Syafii Maarif. WAKIL PEMIMPIN UMUM: HA Rosyad Sholeh. PEMIMPIN REDAKSI: H Haedar Nashir. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: HM Muchlas Abror. PEMIMPIN PERUSAHAAN: Didik Sujarwo. DEWAN REDAKSI: HA Munir Mulkhan, Sjafri Sairin, HM Sukriyanto AR, Yusuf A Hasan, Immawan Wahyudi, M Izzul Muslimin. REDAKSI PELAKSANA: Mustofa W Hasyim. STAF REDAKSI: Amru HM, Asep Purnama Bahtiar, Deni Al-Asy'ari, Ahmad Mu'arif. SEKRETARIS REDAKSI: Isngadi Marwah. TATA LETAK/ARTISTIK: Dwi Agus M., Amin Mubarok, Elly Djamila. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN: Zuly Qodir. ARSIP & DOK: H Aulia Muhammad, A Nafian, EDITOR BAHASA: Imron Nasri, Ichwan Abror .
SM 05-2012 COVER: Amin Mubarok
ALAMAT REDAKSI/TATAUSAHA: Jalan KH Ahmad Dahlan 43 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 376955 Fax. (0274)411306 SMS: 081904181912 E-mail:
[email protected] Web: www.suara-muhammadiyah.com Terbit 2 kali sebulan. Harga langganan/eceran 1 nomor Rp. 12.500,- +ongkos kirim untuk: - Sumatera dan Bali Rp.500,- Kalimantan dan Sulawesi Rp.1.500 ,- NTT, NTB, Maluku dan Indonesia Timur Rp.2.500,Berlangganan sekurang-kurangnya 3 bulan (6 nomor) bayar di muka. "SM" menerima sumbangan tulisan dari para pembaca. Panjang tulisan 3-7 hal A4, diketik dua spasi penulis harus mencantumkan alamat lengkap, no. telp., dan no. rekening. Semua naskah masuk menjadi milik Suara Muhammadiyah dan tidak akan dikembalikan.
WARTAWAN "SUARA MUHAMMADIYAH"
Melaksanakan Dakwah Islamiyah Amar Makruf Nahi Munkar. Dirintis KHA. Dahlan sejak tahun 1915 PENERBIT: Yayasan Badan Penerbit Pers "Suara Muhammadiyah" SIUPP: SK. Menpen RI No. 200/SK/Menpen/SIUPP/D.2/1986, tanggal 26 Juni 1986, Anggota SPS No. 1/1915/14/D/ 2002 // ISSN: 0215-7381
BANKERS: BNI Trikora Rek. No. 0030436020 BRI Katamso Rek. No. 0245.01.000264.30.7 BRI Cik Ditiro Rek. No. 0029.01.000537.30.6 Giro Pos Rek. No. 550 000200 1 Bank Niaga Syariah Rek. No. 520-01-00185-00-4 BPD Rek. No. 001.111.000798 BNI Syariah Rek. No. 009.2196765 Bank Muamalat Rek. No. 531.0000515 Shar-E Rek. 902 69924 99 an. Drs. H Mulyadi Dicetak: Cahaya Timur Offset Telp. (0274) 376730, 380372
TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER
SUARA PEMBACA TENTANG MTS MUH GANTONG Saya selalu mengikuti acara Laskar Pelangi SCTV tiap sore. Kekaguman saya terletak pada sekolah yang jauh dari kota yang penduduknya tak seberapa, tetapi murid-muridnya sungguh luar biasa kedisiplinan keyakinan masa depan dan lain-lainnya termasuk Bu Muslimahnya. Yang menjadi pertanyaan saya adalah ke mana saja PCM-nya atau pengurus Majelis Dikdasmen-nya, sehingga tampak sekolah berjuang sendirian mengatasi kesulitan demi kesulitan. Saya penasaran sampai berpikir keras ke mana harus mencari tahu mengenai SD Muhammadiyah itu, karena tayangan tersebut dilihat jutaan penonton. Alhamdulillah saya menemukan alamat MTs Muhammadiyah Gantong. Ada perasaan sedikit terobati, kemungkinan dapat terjawab pertanyaan masih ada atau tidak SD itu. Apakah MTs Muhammadiyah itu sebagai penggantinya atau bagaimana. Hal yang saya kemukakan ini untuk memberi motivasi kepada siswa dalam pelajaran Ke-Muhammadiyahan. Syukur ada gambar MTs Muhammadiyah yang Bapak pimpin. Demikian atas perhatian Bapak disampaikan terima kasih. Nasichin, SPd WK SMA Muhammadiyah Jepara, Jateng.
SD MUHAMMADIYAH 11 SURABAYA BUTUH PERHATIAN SD Muhammadiyah 11 Surabaya adalah sekolah dasar yang ada di tengah-tengah kompleks lokalisasi PSK Dupak Bangunsari Surabaya yang sampai saat ini telah berkembang pesat termasuk sekolah yang ternama di
daerah kota Surabaya. Saat ini masih bergantian lokal (kelas) dengan SMP Muhammadiyah 11, mungkin satu-satunya sekolah Muhammadiyah se-Indonesia yang bergantian. Sehingga dalam penggunaan belum dapat maksimal dalam membina siswa karena harus bergantian. Pada tahun 1986 Pak AR Fakhruddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah pada waktu itu, pernah hadir ke Surabaya dan sempat mampir ke SD Muhammadiyah 11 yang ada di daerah terlarang untuk TNI, yang dijuluki “Mutiara Dalam Lumpur.” Saat ini, sudah mengembangkan sayap membeli lahan baru yang ada di dekatnya, yaitu di Jalan Dupak Bangunsari 35, 37, dan 41 Surabaya seluas 1.000 m2 dan telah memulai membangun gedung baru dengan rencana 4 lantai (28 lokal) yang direncanakan menelan biaya Rp 5.949.520.000. (lima milyard sembilan ratus empat puluh sembilan juta lima ratus dua puluh ribu rupiah). Sampai saat ini baru selesai 2 lokal sekitar 15%, kami menghimbau kepada para dermawan, warga Muhammadiyah, khususnya para alumni SD Muhammadiyah 11 Surabaya yang berada di seluruh Indonesia untuk dapat membantu pembangunan gedung tersebut.
Hal ini sebagai lahan dakwah bil haal sekaligus untuk menutup lokalisasi PSK dengan tanpa kekerasan. Yang berminat menyumbang bisa lewat rekening Bank BRI KCP Pasar Turi No. 1137-01-000696-50-8 atas nama Imam Samsudi, Bank Mandiri KCP SBY Stasiun Kota No. 140-000950888-9 atas nama Dra Hj Rahmiaprilawati, Bank BCA KCP Tidar
No. 2142147999 atas nama Dra Hj Rahmiaprilawati atau kontak person 031.71009695, 087 854239908 Akhwan Hamid (Sekretaris Panitia Pembangunan) 081 23245523 H Imam Samsudi, ST (Ketua Majelis Dikdasmen) Terima kasih. Akhwan Hamid, SPd NBM 631.202 Mantan Kepala SDM 11 SBY Sekretaris Panitia Pembangunan Plgn SM No. 200001207
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
3
SAJIAN UTAMA
MUHAMMADIYAH, BISA! Ternyata, sekolah Muhammadiyah tidak pernah kalah dengan sekolah negeri. Pernah ada olok-olok, kalau anak STM (sekarang SMK) Muhammadiyah belajar praktik membongkar mobil, maka dalam enam pertemuan belum tentu bisa mencopot roda. Pertemuan pertama diajari cara berdoa. Pertemuan kedua diperkenalkan doa yang biasa dilakukan ahlul bid’ah, doa yang dilarang untuk dilakukan. Pertemuan ketiga baru diajari materi pertama, itupun hanya mempergunakan sepertiga waktu yang seharusnya karena paruh waktu pertama digunakan untuk mengecek hafalan doa dulu, dan sepertiga waktu terakhir harus istirahat untuk shalat Dluhur.
SMK Muhammadiyah Blabak Magelang yang cukup maju.
O
lok-olok yang dikembangkan “orang-orang merah” untuk men diskreditkan sekolah Muhammadiyah sebagai upaya untuk meredupkan sinar Islam di bumi Nusantara itu sekarang ini sudah terbantahkan. Melalui kerja keras semua warga Muhammadiyah, sekolahsekolah Muhammadiyah terus bermunculan di negeri ini. Tidak hanya sekadar untuk mengisi kekosongan karena ketidakmampuan Pemerintah dalam menyediakan sarana pencerdasan bagi semua anak bangsa, sekolah Muhammadiyah juga terus mengukir prestasi yang membanggakan. Sekolah Muhammadiyah terus hadir untuk memberi warna yang berbeda sekaligus sebagai menjadi pilihan alternatif bagi sebagian anak bangsa yang ingin mendapatan nilai tambah dalam membentuk karakter dirinya.
6
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
Hati anak sekolah Muhammadiyah harus selalu terang dan diterangi cahaya agama adalah branding yang sudah terbukti pernah menggelisahkan pasukan merah. Branding itu sekarang juga sudah ditambah akal harus selalu cerdas diasah dengan berbagai ilmu. Yang ini juga sudah dibuktikan dengan torehan prestasi ratusan sekolah Muhammadiyah yang ada di negeri ini. SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang misalnya. Ketika beberapa SMK Negeri sibuk memperkenalkan diri mampu membuat mobil, SMK Muhammadiyah ini telah lebih dahulu memulainya. Bahkan mobil yang dipakai pada iklan “SMK Bisa” di beberapa TV nasional itu ternyata buatan SMK Muhammadiyah 2 Borobudur. SD Muhammadiyah Plus Kota Barat Surakarta, SD Muhammadiyah Kreatif Surabaya, SMP Muhammadiyah Depok Yogyakarta, SMA Muhammadiyah Sidoarjo, Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat Yogyakatra, SD Muhammadiyah Samarinda, SMP dan SMA MBS Prambanan, Pesantren Darul Arqam Garut Jawa Barat, hanyalah segelintir kecil dari sekolah-sekolah Muhammadiyah yang terbukti telah berprestasi (dalam bidang masing-masing) melebihi sekolah negeri. Sudah barang tentu, prestasi itu tidak datang dengan sendirinya, prestasi itu perlu dijemput dengan kerja keras dan kerja cerdas semua komponen Persyarikatan. Yang jelas, kalau kita mempunyai kemauan yang kuat, sekolah Muhammadiyah di manapun pasti bisa lebih unggul dari sekolah lain, termasuk dengan sekolah negeri. Sekolah Muhammadiyah ternyata, lebih bisa!l isma
SAJIAN UTAMA
SEKOLAH UNGGUL BERTABUR PRESTASI
Siswa-siswa SMK Muhammadiyah II Bodobudur sedang berpraktek membongkar dan memasang mobil
Masih ingat ketika Walikota Solo, Joko Widodo, membeli mobil produk lokal yang dijadikan sebagai mobil dinas Pemerintah Kota Solo? Mobil tersebut adalah hasil karya para siswa SMK di Jawa Tengah. Salah satu SMK swasta yang mampu memroduksi mobil sendiri adalah SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. “Sang Surya”, begitu nama mobil produksi para siswa SMK ini, terdengar sangat identik dengan Muhammadiyah.
T
idak hanya mampu memroduksi mobil pribadi, tetapi SMK Muhammadiyah 2 Borobudur juga tengah menyelesaikan jenis bus panggung. Bus ini didesain multiguna karena
dapat digunakan sebagai panggung pertunjukan dan sekaligus sebagai transportasi pariwisata. Menurut kepala sekolah SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Yitno BE, SPd., bus panggung ini didesain dengan 36 tempat duduk, ruang ganti artis, ruang make up, toilet, dan ruang transit artis. “Pada prinsipnya,” jelas Yitno, “bus ini memang dirancang multiguna. Selain untuk panggung pertunjukkan berjalan, tapi juga dapat digunakan untuk perjalanan pariwisata.” Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Jawa Tengah memang terus berbenah meningkatkan prestasi. Belum lama ini, sebanyak enam SMK Muhammadiyah Magelang berhasil meraih sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 sebagai bukti pengakuan mutu standar internasional. Belum cukup dengan gebrakan sekolahsekolah Muhammadiyah belakangan ini,
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
7
SAJIAN UTAMA
Siswa-siswi SMA Muhammadiyah I Yogyakarta sedang menerima Pembinaan Mental Keagamaan.
Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah terus melakukan rebranding terhadap sekolah-sekolah Muhammadiyah. Langkah ini diambil sebagai tuntutan di era globalisasi yang menuntut sistem mutu yang tengah dikembangkan oleh negara-negara maju. Dari Jawa Tengah kita beralih ke Yogyakarta, Ibukota Muhammadiyah. Belum lama ini, SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta berhasil menggondol juara I pada Olimpiade TIK (Teknik, Informasi dan Komunikasi) dan Sains yang diselenggarakan di kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Capaian prestasi tersebut adalah bukti bahwa siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 memiliki kualitas di atas rata-rata. Selama ini, salah satu sekolah unggulan Muhammadiyah di Yogyakarta ini memang giat mengembangkan kreativitas para siswa lewat berbagai macam kegiatan. Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Tri Ismu Husnan Purwono, menjelaskan berbagai macam kegiatan kesiswaan yang dapat meningkatkan prestasi siswa, seperti fotografi, futsal, sepakbola, gamelan, kursus bahasa Korea, pelatihan radio, kegiatan HW, IPM, dan lain-lain. “Seluruh kegiatan kesiswaan tersebut,” paparnya, “diharapkan dapat menggali potensi-potensi siswa yang masih terpendam. Sebagai sekolah yang menyandang status unggulan, SMA Muhammadiyah 1 juga giat menjalin kemitraan dengan se8
kolah-sekolah di luar negeri. Belum lama ini, sekolah ini berhasil mengirimkan 45 siswa dan 4 guru pendamping untuk melakukan studi banding di sekolah Sultan Azlam Syah, Malaysia. Selain bekerja sama dengan sekolah di Malaysia, SMA Muhammadiyah 1 juga merintis kerja sama dengan beberapa sekolah di Thailand dan Korea. Sewaktu ditanya, apa motivasi dan target dari penyelenggaraan kemitraan tersebut, Tri Ismu menjawab tegas, “Kami ingin terus menjaga status sebagai sekolah unggul bertaraf internasional dengan melakukan studi banding!” Dari Yogyakarta, kita menengok ke Jawa Timur. Tahun lalu (2011), sebanyak 12 siswa SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo yang tergabung dalam Tim Robot Musasi berhasil menyabet gelar juara pada INIACTA 2011. Tim Musasi yang dikomandani Lintang (IX-C) dan Gusti (VIII), mampu meraih poin tertinggi, tetapi tim juri memberikan penilaian yang tidak fair, sehingga hanya berhasil menyabet gelar juara II. Miftahul Ulum, Guru robotika dan pendamping tim, tetap yakin bahwa Team Robot Musasi yang menjadi juara I, meskipun banyak kecurangan dalam tim juri. Catatan prestasi beberapa SMK, SMA, dan SMP Muhammadiyah di atas hanyalah secuil dari kisah sukses sekolah-sekolah Muhammadiyah yang bertebaran di seantero negeri ini. Sumber Suara Muhammadiyah menyebutkan, hingga tahun 2009, jumlah sekolah Mu-
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
hammadiyah dari tingkat dasar sampai menengah atas mencapai 7.307 sekolah. Data tersebut masih dapat berubah seiring semangat para aktivis dan warga Muhammadiyah dalam menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat. Saat ini, para aktivis dan warga Muhammadiyah sedang giat-giatnya melakukan rebranding sekolah-sekolah Muhammadiyah. Trand sekolah unggul atau sekolah bertaraf internasional menjadi targetnya. Tipe sekolah unggul merupakan tipe ideal dalam proses pengembangan sekolah-sekolah Muhammadiyah dewasa ini. Tipe ini sejalan dengan perspektif Alma Harris (2003), pemikir pendidikan dunia, yang mengidentifikasi sekolah unggul dengan tipe improving school. Menurut, Mohamad Ali, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Program Khusus Kotabarat (Solo), improving school adalah sekolah berkemajuan yang mampu menjaga keseimbangan antara pemeliharaan budaya positif dan melakukan pengembangan terusmenerus secara selektif dan berkelanjutan. Kini, brand sekolah unggul atau sekolah bertaraf internasional sedang ditabur di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sampai saat ini memang belum banyak dipetik hasilnya. Tetapi beberapa sekolah unggul Muhammadiyah di beberapa daerah sudah mulai bersemi. Torehan prestasi dari siswa dan siswi di sekolah-sekolah Muhammadiyah, seperti pembuatan mobil, bus, robot, pemenangan Olimpiade Sains, dan lain-lain, sudah cukup menyadarkan masyarakat bahwa sekolah swasta pun mampu menyaingi sekolah negeri. Saat ini, dikotomi sekolah swasta vs negeri sudah hampir memudar seiring dengan catatan prestasi yang diraih sekolah-sekolah swasta, khususnya sekolah-sekolah Muhammadiyah. Alhamdulillah, benih-benih sekolah unggul sudah ditabur di Muhammadiyah. Kini, kita semua sedang menunggu prestasi-prestasi baru yang akan ditunjukkan oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah. Kira-kira, prestasi apalagi setelah mampu membuat mobil, bus, robot, dan memenangkan Olimpiade Sains?l dari berbagai sumber: rif
SAJIAN UTAMA
MEMBANGKITKAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH Kalau suatu hari Anda berjalan-jalan atau memasuki sebuah kota yang di situ ada sekolah Muhammadiyahnya, akan terasa kalau geliat atau malahan gelombang kebangkitan sekolah Muhammadiyah itu memang benar adanya. Sebuah kota provinsi, kota kabupaten atau kota kecamatan, atau malahan sebuah desa dan kampung yang dihiasi oleh hadirnya sekolah Muhammadiyah adalah kota atau desa yang beruntung. Mengapa?
S
ebab semangat berprestasi dan mengabdi dari para guru dan semangat belajar para murid di sekolah Muhammadiyah, kini sedang tinggi dan makin meninggi. Dari berbagai data yang berhasil diakses SM menunjukkan kalau sekolah-sekolah itu paling tidak menjadi juara di lingkungannya. Paling tidak dalam sebuah lomba sekolah Muhamamdiyah mampu tampil menjadi juara di kecamatannya. Siswa SD Muhammadiyah 8 dan 10 Banjarmasin misalnya, terus mencetak berbagai prestasi, seperti menjadi finalis Olimpiade Muhammadiyah se-Indonesia, finalis Lomba Matematika Pasiat se-Kalsel dan terakhir sepuluh besar Olimpiade Matematika dan Sains tingkat nasional di Bali pada tahun 2009 lalu. Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 8, Muhammad Ilmi SPd, mengatakan, pada awal berdirinya Agustus 1959, bangunan sekolah masih sangat sederhana dengan atap daun rumbia dengan jumlah murid 16 orang Banyak pula yang selalu langganan menjadi juara di kota atau kabupatennya, di provinsi, di tingkat nasonal. Tidak jarang, sekolah Muhammadiyah bermunculan menyabet kejuaraan di tingkat internasional. M. Farras Rahmatullah, murid SD Muhammadiyah I Sidoarjo berhasil meraih satu medali perak pada International Mathematics Contest ke-5 yang diselenggarakan di Singapura, 22-23 Agustus 2009. SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya juga langganan jadi juara pada event internasional. Dhia Fairuzshabrina, murid sekolah ini dua kali memenangkan lomba matematika di tingkat
Siswa-siswi SD Muh. Cileungsi Jawa Barat, sedang melakukan kegiatan luar ruang.
dunia. Tahun 2010, menang di Internasional Mathematics Contest (IMC) di Singapura dan tahun 2011 kembali memenangi Wizard at Internasional Mathematics Competition (Wizmics) di Lucknow, India. Lima teman satu sekolahnya, Dimas Islami kelas 3, Nabil Hadjoe kelas 6, Axel Dawne kelas 6, Laksamana Agadia kelas 6, dan Dhimas kelas 2, menang di ajang Internasional Robot Olympiade (IRO) 2011 di Jakarta. Robot berwujud mobil dengan berbagai keunggulan karya mereka mampu menyisihkan ratusan peserta dari 18 negara yang mengikuti kontes yang digelar 15-18 Desember 2011 di Jakarta. Siswa yang lain Axel Dawne Yuniarto Aribowo, siswa kelas 5 dari sekolah ini berhasil menyabet gelar: The Best Robot Design di Singapore Robotic Contest 2011 Mungkin dulu tidak banyak yang percaya kalau sekolah Muhamamdiyah mampu bangkit mengukir prestasi seperti sekarang ini Sebab pada awal berdirinya, wajah sekolah Muhammadiyah biasanya mirip dengan sekolah milik Lasykar Pelangi atau mirip sekolah bangku kotak sabun model Sang Pencerah. Bagaimana kiat-kiat atau pola upaya membangkitkan kembali sekolah Muhammadiyah ini? Ada pola Jawa Timur yang diawali dengan kegiatan rebranding, penataan manajemen, meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru, dan memroduksi prestasi siswanya. Peran kepala sekolah besar sekali. Di Jawa Timur juga ada pola PTM memSUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
9
SAJIAN UTAMA bangkitkan sekolah yang terpuruk, dann ini dilakukan UM Malang. Saat ini sudah ada empat sekolah yang dibina khusus oleh UMM, baik dari sisi pembangunan fisik, pembenahan kurikulum hingga manajemen sekolahnya. Mereka adalah SD Muhammadiyah 1 Kota Malang, SD Muhammadiyah 9 Kota Malang, SD Muhammadiyah 8 Dau Kabupaten Malang, dan SMP Muhammadiyah 6 Dau Kabupaten Malang. Keempat sekolah tersebut awalnya relatif tidak terurus walau memiliki sejarah penting bagi Muhammadiyah di daerah itu. “SD Muhammadiyah 9, misalnya, adalah sekolah wakaf keluarga Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sedangkan SD Muhammadiyah 1 merupakan SD Muhammadiyah pertama yang menjadi pusat kegiatan Muhammadiyah di Malang,” kata Mursidi, Pembantu Rektor II UMM tentang sejarah sekolahsekolah itu. Di empat sekolah itu, UMM membantu menata bangunan fisik dengan dana pendampingan dan mencarikan funding dari swasta maupun pemerintah. Selain itu, manajemen sekolah juga diambil alih atas persetujuan Majelis Dikdasmen PDM setempat. “Kepala sekolah diambil dari dosen dan dibayar oleh UMM,” ujar Mursidi. Setelah mampu mandiri, nantinya manajemen sekolah dikembalikan seperti semula dengan binaan dari UMM. Hasilnya, sekolah-sekolah yang awalnya sudah tak lagi diminati itu kini menjadi sekolah favorit. Di Kota Malang, baik SD Muhammadiyah 1 maupun 9 merupakan SD Swasta favorit dan paling diminati. “Padahal dulu SD Muhammadiyah 9 muridnya hanya 30 orang. Itu sudah kelas I sampai kelas VI,” kata Mursidi. Sementara SD dan SMP Muhammadiyah Dau yang dulu terkesan kampungan, kini langganan prestasi siswa baik tingkat kota/ kabupaten maupun provinsi. Ada pola Yogyakarta yang diawali oleh bangkitnya SD Muhammadiyah Sapen. Terobosan yang dilakukan adalah dengan penataan manajemen, peningkatan kualitas guru dan siswa, dan pembinaan disiplin belajar para siswa. Pada waktu yang hampir bersamaan, sebuah sekolah tua yang berdiri tahun 1924, SD Muhammadiyah Bodon juga dibangkitkan oleh Kepala sekolahnya. Dan terus mencetak prestasi sampai hari ini. Gema kebangkitan ini kemudian juga muncul di SD Muhammadiyah Sukonandi, Wirobrajan, SD Muhammadiyah Suronatan, Kauman, Pakel Baru, Condongcatur dan tempat lain. SD Muhammadiyah Suronatan misalnya, bukan sekolah full day, tetapi ada penambahan materi tertentu untuk siswa kelas IV, V, dan VI sampai sore. Karena itu, siswa diberikan layanan Kesehatan dokter sekolah, Poli Gigi, dan Konseling oleh ahli di bidangnya. Kemampuan bakat siswa juga tersalurkan secara baik, dengan para guru yang juga ahli dan kompeten di bidangnya. Para guru mendapatkan kenaikan gaji 15% dalam setiap tahunnya. Energi prestasi guru yang 100% sarjana sangat terjaga. Predikat prestasi SD Muhammadiyah Suronatan berlangsung secara meningkat. Selama tiga tahun bertutut-turut mendapatkan Predikat Kinerja Kepala Sekolah Terbaik se Kota Yogyakarta. Menyabet Akreditasi SD Terbaik se Provinsi DIY 10
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
dengan nilai “A” atau 100% penuh tahun 2007. Citra Sekolah SD Muhammadiyah yang pertama didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlan tahun 1918 ini akan terus dipertahankan. Kepala Sekolahnya, Kismadi SPd., masuk dalam Tokoh Pendidikan di buku “Citra Prestasi Indonesia.” Ada pula pola Solo. SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta, dengan Kepala Sekolah Mohammad Ali, M.Pd membangkitkan sekolahnya berdasar ayat Al Qur’an. Dengan menggali sspirit Al Qur’an, diterapkan dalam pengembangan kurikulum, diterapkan dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru, maka prestasi sekolah pun melejit. Sekolah yang berada di Kotabarat ini mula-mula dikenal sebagai sekolah biasa. Sekarang, tidak pernah kekurangan murid menjadi pecontohan untuk Jawa Tengah dan sekitarnya. Gema kebangkitan sekolah Muhammadiyah tidak hanya menyentuh SD Muhamamdiyah. Untuk SMP. SMA, SMK Muhamamdiyah pun terjadi gelombang kebangkitan. Untuk Yogyakarta misalnya, dikenal hadir SMP Muhamamdiyah 2, 3, 7 yang memiliki prestasi unggul. Di Surabaya ada SMP Muhammadiyah 2 yang prestasinya menonjol. Lalu ada SMP Muhammadiyah 7 Palembang, SMP Muhammadiyah 1 Makasar, SMP Muhammadiyah 1 Kebumen yang full day, SMP Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya yang berasrama, di Prambanan ada Muhammadiyah Boarding School dengan pendidikan SMP dan SMA berasrama dan memadukan sistem pesantren. Sedang untuk SMA, sekolah Muhamamdiyah telah agama lama bangkit. Sekolah Muhamamdiyah adalah langganan juara Lomba Karya Ilmiah Remaja. Untuk sekarang SMA Muhammadiyah 1 Babat unggul, Karya inovasi siswa SMA Muhammadiyah 1 Babat, Kabupaten Lamongan, berupa kertas dari kotoran kuda menjadi Juara 1 Kompetisi Business Plan ASEANpreneur Idea Canvas 2011 dan berhak atas hadiah 1.000 Dolar Singapura. Karya itu dipresentasikan di National University of Singapore (NUS), Singapura 26 Agustus 2011. Siswa SMA Muhammadiyah 1 Solo, Pratama Rachmat Wijaya, 17 dan Oktaviani Rahmawati, 17, mendapat penghargaan pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) tingkat nasional, 9-14 Oktober 2011. Mereka berkreasi membuat kerupuk dari tulang ikan lele. Prestasi semacam ini, berupa penemuan baru di bidang tekonologi tepat guna dan semacamnya, sudah sering dihasilkan oleh siswa sekolah Muhammadiyah, termasuk siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Untuk SMK, salah satu sekolah Muhammadiyah yang dalam proses bangkit adalah SMK Teknologi Muhammadiyah Sinapelan Pekanbaru. Al Jufri, Kepala sekolahnya mengaku banyak mendapat inspirasi dari kemajuan banyak SMK Muhammadiyah di pulau Jawa. “Kami kini tengah mengejar ketertinggalan kami, caranya bekerjasama dengan PTM yang ada di Riau, yaitu dengan Fakultas Teknologi Universitas Muhammadiyah Riau,“ katanya.l Bahan amru dan tof, tulisan: tof
SAJIAN UTAMA SDM BERUSIA MUDA JADI PENENTU Abdullah Mukti, SPdI (Kepala Sekolah SMP 2 Muhammadiyah Depok) Memasuki tahun ajaran 2009-2010, sekolah ini nyaris ditutup. Tahun ajaran sebelumnya (tahun 2008-2009) perolehan siswanya hanya 10 siswa dan tersisa 8 siswa. Karena itu, pihak Dinas dan Yayasan pun memberikan “lampu kuning mendekati lampu merah” perihal masa depan SMP ini yang di tahun 1985 pernah memiliki torehan tinta emas kejayaan, dimana perolehan siswanya pernah mencapai 596 siswa + prestasi di bidang olahraga di tingkatan kabupaten Sleman cukup membanggakan. Mmelalui usaha keras dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah kecamatan Depok yang dipelopori oleh Bapak Soepardjo, BA mencoba mengoptimalkan potensi kader muda Muhammadiyah yang sudah berkecimpung di sekolah Muhammadiyah. Akhirnya dengan menimbang kepemimpinan anak-anak muda yang memiliki semangat perubahan, inovasi, kerja keras, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Depok melalui proses yang rumit dan ketat menetapkan Abdullah Mukti, SPd.I sebagai kepala sekolah Pelaksana Tugas (Plt) pada tanggal 1 Juni 2009. Pasca terpilihnya kepemimpinan yang digawangi oleh angkatan Muda Muhammadiyah ini, tidak sedikit perubahan yang signifikan sejak tahun 2009 hingga saat ini. diantaranya: jumlah siswa yang terus merangkak naik dari 3 kelas menjadi 6 kelas, prasana gedung sekolah dan media IT yang semakin berkembang, SDM muda yang berlatar belakang Angkatan Muda Muhammadiyah yang berjumlah 8 guru dan 8 SDM muda sesuai dengan kapasitas keilmuan, 3 diantaranya S-2 dan seluruhnya memiliki nilai di atas rata-rata IPK 3,0. Kegigihan dan kerja keras yang didukung kemauan untuk berubah, alhamdulillah beberapa prestasi pun mulai diraih dari sekolah yang dulunya akan ditutup. Di antaranya; Tahun 2010 dan 2011 juara II tingkat Kabupaten Sleman O2SN bidang seni bela diri dan mendapatkan beasiswa prestasi di tingkat Dikpora Provinsi DIY. Di akhir tahun 2011, SMP Muhammadiyah 1 Depok memperoleh nilai akreditasi A. Prestasi ini tentu saja sangat berarti bagi SMP.
RAHASIA SUKSES SMK Muhammadiyah Hidayat, SPd , Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Pagar Alam Kemunculan beberapa produk siswa SMK seperti mobil dan lainnya, tentunya patut dibanggakan. Karena setidaknya ini menjadi bagian dari prestasi siswa kita di tanah air. Memang, keberhasilan ini belum menyeluruh bagi siswa-siswa kita. Sebab ada juga sebagian sekolah yang masih standar. Semua ini sangat
tergantung bagi sumber daya manusia dan prasarana yang tersedia. Itulah rahasia sukses SMK. Apalagi seperti SMK yang bersifat kejuruan, sangat membutuhkan prasarana yang mendukung untuk pendidikan dan pelatihan. Sementara yang saya ketahui selama ini, tidak semua sekolah khususnya SMK yang oleh direktorat SMK kemendikbud dikeluarkan sebagai sekolah yang bertaraf internasional. Padahal sekolah yang bertaraf internasional didukung dengan SDM guru prasarana yang sangat memadai. Jadi memang ini satu problem bagi sekolah- sekolah yang belum berstandar Internasional. Misalnya bagi sekolah SMK yang belum bertaraf standar internasional, banyak gurunya yang honorer, fasilitas yang seadanya. Makanya kemudian kalau ingin disejajatkan dengan SMK negeri, harus bekerja keras dan pemerintah juga memperhatikan kondisi prasarana kita. Walaupun demikian, khusus untuk di Pagar Alam, SMK Muhammadiyah masih menempati posisi terbaik di lingkungan sekolah swasta, bahkan ada beberapa siswa kita yang berasal dari kabupaten lain. Begitu pula dengan lulusan terbaik kita, banyak yang dipanggil untuk ditempatkan pada perusahan terbaik.
INOVASI KUNCI PRESTASI M. Fadloli Aziz, SSi , Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Manyar, Gersik. SD Muhammadiyah Manyar, Gersik, Jawa Timur yang berdiri pada 1 April 2004 ini dengan keunggulannya Kreatif, Innovatif dan kompetitif, telah berhasil untuk berkompetisi sejajar dengan sekolah-sekolah negeri maupun swasta lainnya. Salah satu kreativitas dan inovasi yang dilakukan untuk menunjang visi sekolah mewujudkan lembaga pendidikan yang memiliki keunggulan dalam ketakwaan, kopetensi intelektualitas, kemandirian dan semangat amar ma’ruf nahi mungkar yang berpijak pada Al-Qur’an dan Sunnah ini, adalah, mendesain kurikulum, sistem dan metode pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Dalam aspek kurikulum, SD Muhammadiyah Manyar ini memiliki 4 cakupan kurikulum, yaitu kurikulum nasional, Muhammadiyah, Lokal dan Internasional yang didesain sebaik mungkin. Khusus kurikulum internasional, SD Muhammadiyah Manyar ini menyamakan dengan kelas internasional, Camdridge Internasional Examination, khususnya untuk mata pelajaran matematika, sains, dan bahasa Inggris. Begitu pula dengan berbagai fasilitas pendukung, SD Muhammadiyah Manyar memiliki prasarana yang sangat lengkap, mulai dari alat peraga pembelajaran hingga laboratorium dan IT. Semua ini dilakukan demi banyaknya prestasi sekolah ini. Di antarannya; mewakili Indonesia untuk International Mathematic Competition (IMC) pada tahun 2010. Memperoleh Gold Award dari Menkoinfo dalam Maze Solving Robot Indonesia ICT Award pada tahun 2011, dan yang baru-baru ini memperoleh juara 1 Olimpiade IPA dalam The Best Experiment.l d
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
11
BINGKAI
BERMUHAMMADIYAH DENGAN JIWA DR H HAEDAR NASHIR, MSI
Alkisah, Fachrudin muda minta izin kepada Kiai Haji Ahmad Dahlan untuk berhenti aktif dari kegiatan Muhammadiyah karena ingin berkonsentrasi wirausaha. Kiai Dahlan dengan tenang menyimak keluhan muridnya itu seraya bertanya, “Apakah kira-kira setelah engkau berniaga dan berhenti dari Muhammadiyah akan kaya raya? Kalau terus aktif malah akan jatuh miskin? Pikirkanlah dulu sebelum mengambil keputusan,” ujar Kiai.
S
etiba di rumah Fachruddin merasa malu pada diri sendiri. Beberapa hari kemudian Ia menghadap kembali Kiai Dahlan. Lalu dia berkata pada Kiai Dahlan, “Saya tidak jadi berhenti dari Muhammadiyah. Lalu bagaimana dengan rencana niagamu,” kata Kiai. Fachruddin menjawab tegas, saya akan terus aktif berjuang di Muhammmadiyah, sekaligus beniaga untuk memenuhi tugas hidup saya dan keluarga. Maka, jadilah Fachruddin menjadi murid, sahabat, dan penerus perjuangan Kiai Dahlan yang tangguh. Di belakang hari Fachruddin bahkan menjelma menjadi pejuang yang sangat berani melawan penjajah, penggerak kaum buruh, penulis yang tajam penanya dan menjadi Pemimpin Redaksi majalah Suara Muhammadiyah yang pertama. Fachrudin menjadi tokoh penting dalam sejarah perjalanan Muhammadiyah dan bangsa ini, meskipun tidak pernah menjadi Ketua PB Muhammadiyah. Pelajaran apa yang dapat dipetik dari dialog Kiai Dahlan dan Fachrudin puluhan tahun yang silam itu? Esensi penting dari kisah dua tokoh pendiri dan generasi awal Muhammadiyah itu ialah, bahwa dalam ber-Muhammadiyah itu harus sepenuh jiwa raga, insya Allah berkah. Ber-Muhammadiyah tidak sekadar formalitas dan lahiriah, tetapi harus tumbuh dari jiwa untuk berjuang. Ber-Muhammadiyah bukan sekadar kesibukan verbal, apalagi berbelok arah untuk mengejar kepentingan. Apalagi kalau kepentingan diri itu dengan memanfaatkan organisasai sebagai batu loncatan. Belum apa-apa dalam Muhammadiyah sudah berpikir posisi, lebih-lebih dengan mengikhtiarkan diri secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Kini kehidupan di sekitar Muhammadiyah sarat tantangan atau godaan. Orientasi pada materi uang dan fasilitas sangat berpengaruh tinggi. Orientasi pada kekuasaa yakni tahta dan 12
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
jabatan menjadi budaya, sehingga orang tidak malu menawarkan dan memperjuangkan diri. Banyak orang demi kursi melakukan segala cara, termasuk melakukan korupsi, upeti, dan politik uang tanpa rasa sungkan. Demi mencapai tujuan diri atau kelompok jalan pintas pun dilakukan dari yang subhat hingga haram, yang melahirkan pragmatisme atau sikap serba menerabas. Rebutan jabatan, uang, dan kejayaan duniawi menjadi hal yang lumrah malah membudaya bukan hanya di dunia politik tetapi juga merambah ke lingkungan keormasan dan kemasyarakatan. Ada ormas yang dalam permusyawaratannya saling berkampanye, membentuk tim sukses, bahkan disertai politik uang layaknya partai politik. Mudah-mudahan tidak menjalar ke Muhammmadiyah baik sembunyi maupun terang-terangan, bisa hancur bangunan gerakan ini. Sikap hidup serba materi, kursi, dan inderawi itu tidak hanya dilakukan aktor-aktor sekuler, tetapi juga oleh mereka yang sehari-hari fasih dengan dalil-dalil agama. Kehidupan beragama pun masih menghadapi masalah antara norma dan perilaku, meski dari kegiatan keagamaan cukup semarak. Beragama lebih banyak berhenti sekadar dalil, dogma, lisan, retorika, dan atribut formal yang serba indah. Kian sibuk dengan formalisme, agama dan keberagamaan semakin kehilangan esensi dan substansinya yang fitri. Agama dalam diri pemeluknya kehilangan sukma untuk melahirkan kejujuran, kebaikan, ketulusan, kepatutan, kasih sayang, kedamaian, rendah hati, marabat diri, kesahajaan, kemuliaan, dan sifat-sifat keutamaan. Di balik jubah-jubah megah keagamaan, kata Buya Syafii Maarif, tersembunyi banyak inkonsistensi yang melahirkan kata tak sejalan laku. Aktivitas dan institusi-institusi keagamaan hingga ke lembaga pengajian yang melibatkan massa umat, bahkznbahkan sering menjadi jembatan lempang untuk meraih
BINGKAI tangga kekuasaan yang diimpikan, yang tidak mudah terbaca publik karena berselimut dalil dan citra khusyuk berwajah sakral. Mengaku penjaga dan penyampai pesan agama tetapi praktik hidup sering bermuatan politik, mengejar jabatan, dan tidak jarang kontradiksi antara lisan dengan tindakan. Pesan agama dan tabligh kini malah mulai berubah menjadi komoditi dan intertainment (hiburan) di ruang publik sebagaiamana banyak ditayangkan media elektronik. Tabligh dan mubalig akhirnya serba elitis. Sementara itu mayoritas umat masih bergumul dalam kemiskinan, ketertinggalan, dan banyak menjadi korban budaya populer yang menggerus nilai-nilai idealisme di tengah dinamika para elitenya yang sibuk dengan mobilitas diri. Akhirnya pemahaman dan pengamalan agama sekadar syariat luar, semarak formal, dan tidak menenyentuh urat nadi kehidupan untuk menjadi rahmatan lil-’alamin. Dalam bahasa Muhammad Abduh, seperti dikutip Kiai Dahlan, Islam mahjubu bi al-muslimin, bahwa Islam sebagai agama tertutupi pesan utamanya oleh umat yang bodoh, jumud, dan kepura-puraaan yang serba verbalis serta oleh para pemimpinnya yang sarat kepentingan diri. Sanggupkah Muhammadiyah melakukan gerakan mewujudkan misi Islam yang mencerahkan? Agenda bagi Muhammadiyah dalam usaha dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya semakin berat di tengah kehidupan yang sarat tantangan itu. Bagaimana Muhammadiyah mewujudkan usaha melalui amal usaha, program, dan kegiatannya dalam berbagai aspek kehidupan benar-benar terlaksana secara optimal, sehingga kehadiran gerakan Islam ini semakin membawa pencerahan. Yakni melakukan gerakan membebaskan, memberdayakan, dan memajukan sebagaimana amanat Muktamar Satu Abad. Pencerahan yang membawa kebaikan di segala bidang kehidupan yang berbasis pada ajaran akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah yang serba utama. Dengan demikian kehadiran Muhammadiyah dan warganya menjadi rahmatan lil-’alamin. Karenanya menjadi penting komitmen para anggota, lebih-lebih kader dan pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan dan lingkungan, termasuk di amal usaha, dalam mengoptimalisasikan peran mewujudkan usaha-usaha Persyarikatan. Kemajuan dan manfaat kehadiran Muhammadiyah di masyarakat sangat tergantung pada ikhtiar yang penuh komitmen dan pengkhidmatan dari para anggotanya, terutama dari para kader dan pimpinannya sebagai pelaku utama gerakan. Di sinilah pentingnya spirit atau jiwa yang tulus dan berlandaskan idealisme dalam aktif dan menggerakkan Muhammadiyah. Dalam bahasa lain, betapa penting berMuhammadiyah dengan jiwa, yakni spirit yang bermotif ikhlas, ibadah, jihad, amanah, dan melaksanakan peran kekhalifahan untuk meraih ridha dan karunia Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Ber-Muhammadiyah dengan jiwa artinya aktif dan menggerakkan Muhammadiyah denugan sepenuh hati sebagai wujud ibadah kepada Allah (Adz-Dzariat: 56) dan melaksanakan kekhalifahan (Al-Baqarah: 30, Hud: 60). Karena niat ibadah dan menjalankan fungsi khalifah, maka akan dilakukan dengan ihklas, amanah, aktif dan melaksanakan kegiatan-kegiatan Muhammadiyah akan dilakukan dengan penuh gairah karena man-
faatnya akan kembali pada kebaikan diri berupa pahala, sekaligus memberi kemaslahatan bagi orang banyak. Sebab setiap kegiatan bermotif ibadah dan menunaikan kekhalifahan akan membuahkan pahala di dunia dan akhirat, yang ujung utamanya meraih ridla dan karunia Allah (QS Al-Fath: 29) sebagai tujuan hidup seiap muslim sejati. Ber-Muhammadiyah dengan jiwa karena niat ibadah dan menjalankan kekhalifahan maka bagi pelakunya akan sarat makna dan tidak merasa sebagai beban, apalagi sebagai kesiasiaan. Kadang muncul perasaan dan pandangan kalau aktif dan mengerahkan apa yang dimiliki untuk Muhammadiyah sama dengan menelantarkan nasib, membuang kesempatan emas, dan kehilangan sesuatu. Padahal semuanya merupakan investasi dunia dan akhirat, bukan kehilangan. Kesan luar memang kehilangan harta, tenaga, pikiran, ilmu, peluang, dan apa saja hang melekat dengan diri, tetapi esensi yang sesungguhnya mendapatkan yakni pahala dari Allah, baik pahala dunia maupun akhirat. Artinya, ber-Muhammadiyah itu sama dengan beramal shalih, beramal jariyah, yang berarti berniaga dengan Allah. Kiai Fachruddin tidak menjadi kehilangan setelah aktif di Muhammadiyah. Demikian pula pendiri Muhammadiyah, Kiai Dahlan dan para penerus serta pengikunya, tidak menjadi miskin karena mengkhidmatkan diri dalam Muhammadiyah. Ini bukan berarti ber-Muhammaiyah lantas harus diserta interest atau motif kepentingan untuk menjadi kaya dan mendapatkan sesuatu, sebab manakala niat awalnya sudah seperti itu maka hilanglah idealisme dan jiwa ber-Muhammadiyah. Hal yang penting dihayati bahwa jangan takut dan merasa kehilangan ketika ingin aktif dan berjuang dalam Muhammadiyah. Niati dengan ikhlas untuk beribadah dan menjaankan kekhalifahan, insya Allah akan memperoleh berkah dan pahala dari Allah. Jika Allah telah ridha maka tidak akan ada kekuatan yang menghalangi untuk melimpahkan berkah, pahala, dan anugerah-Nya bagi para hamba yang dicintai-Nya. Karena itu menjadi luruh jiwa gerakan manakala berMuhammadiyah salah atau berbelok niat dan arah untuk mengejar jabatan, kekuasaan, dan kepentingan-kepentingan tertentu seperti orang masuk di perusahaan atau partai politik. Ketika riuh politik telah melahirkan perilaku dan tindakan yang serba menerabas untuk menduduki posisi kursi, meraih materi, dan nilai-nilai guna lainnya tanpa rasa sungkan maka sebaiknya budaya atau perangai politik seperti itu tidak dipindahkan dan ditradisikan dalam Muhammadiyah. Tunaikan tugas ber-Muhammadiyah dengan jiwa gerakan yang lurus dan jernih, bebas dari virus-virus dunia politik. Para pendahulu mengajarkan kearifan akhlak berorganisasi yang luar biasa kaya, yakni jangan berhasrat dan mengikhtiarkan untuk meraih jabatan dalam Persyarikatan, tetapi manakala diberikan oleh umat maka tunaikan amanat dengan penuh pertanggungjawaban. Demikian pula dalam mengelola amal usaha, jadikan lembaga tersebut sebagai wahana dakwah dan tajdid Muhammadiyah, manakala memperoleh kompensasi dari profesi yang diberikan maka terima dengan penuh kesyukuran, tetapi selebihnya jadikan amal usaha sebagai ladang beramal kebajikan, sehingga memperoleh pahala dunia dan akhirat. Itulah jiwa gerakan yang lurus, tulus, dan penuh makna dalam ber-Muhammadiyah.l SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
13
TANYA JAWAB AGAMA
UANG HASIL RENTENIR, IKLAN ZIARAH KE YERUSSALEM, ZAKAT PERNIAGAAN, DAN BUKU RIAS PENGANTIN Pertanyaan dari Hajinah Idham, Depok, Jawa Barat (disidangkan pada hari Jum’at, 28 Muharram 1433 H / 23 Desember 2011 M) Saya adalah pimpinan penerbitan buku keterampilan. Untuk mendapatkan tambahan dana penerbitan, saya memberikan kesempatan kepada para pengusaha yang terkait dengan judul buku, memasang iklan usahanya. Salah seorang dari pemasang iklan dalam salah satu buku yang akan saya terbitkan, ternyata adalah seorang pimpinan LPK yang juga menjadi rentenir. Pertanyaan saya: 1. Halalkah uang hasil rentenir yang akan saya terima sebagai biaya pemasangan iklan dalam buku saya? 2. Bolehkah saya mengiklankan dalam buku saya iklan tentang ziarah ke Yerusalem untuk kunjungan umat kristiani (pemilik usaha ini beragama Kristen) Selama saya berusaha, saya telah membayar zakat secara mencicil setiap bulan melalui lembaga amil zakat, tetapi dengan perhitungan 2.5% x pendapatan rata-rata pertahun dibagi dua belas bulan. Pertanyaan saya: 3. Bagaimana cara yang benar menghitung zakat perniagaan untuk usaha penerbitan buku. Ada yang mengatakan bahwa zakat perniagaan itu “tidak ada dalam hukum Islam. Benarkah? Jika ada, pertanyaan saya: apakah waktu nisab dihitung dari pendapatan setiap buku atau dari pendapatan setahun? Karena waktu terbit buku tidak
sama. Dari mana jumlah zakat diperhitungkan; dari omzet atau laba? masa habisnya buku rata-rata tiga tahun. Perlu saya informasikan bahwa untuk mencetak buku, saya terpaksa berhutang kepada pencetak dan membayarnya secara bertahap. 4. Judul buku yang saya terbitkan adalah buku keterampilan, di antaranya adalah tentang rias pengantin. Selain tentang seni merias, dalam buku itu juga diuraikan tentang upacara adat termasuk tentang “sesajen dan hal-hal yang bid’ah.” Bagaimana hukumnya pekerjaan saya ini ? halal atau haram? Saya sangat mengharapkan jawaban pertanyaan di atas, agar apa yang sedang saya lakukan mendapat ridla-Nya. Terima kasih. Jawaban: Wa’alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh. Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Hajinah Idham yang telah menyampaikan pertanyaannya kepada kami. Berikut ini kami jawab pertanyaan Ibu berdasarkan urutannya: 1. Halalkah uang hasil rentenir yang akan saya terima sebagai biaya pemasangan iklan dalam buku saya? Sebelum bicara tentang aspek hukumnya, sebaiknya perlu difahami pengertian riba sebagaimana dikemukakan oleh para ulama’, antara lain; Riba menurut al-Jurjani ialah; kelebihan atau tambahan pembayaran tanpa ganti atau imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang membuat akad. Sedangkan Syekh Muhammad Abduh mendefi-
nisikannya; penambahan-penambahan yang disyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya), karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan. Riba merupakan perkara yang diharamkan oleh Islam sebagaimana dijelaskan dalam ayat dan Hadits Nabi saw, antara lain:
Artinya “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.maka barangsiapa yang telah datang kepadanya peringatan dari tuhannya, lalu ia berhenti (melakukan riba) maka baginya apa-apa yang telah lalu dan urusannya kembali kepada Allah, dan barangsiapa yang kembali (melakukannya) maka mereka itulah para penghuni neraka, mereka kekal di da-
Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
14
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
TANYA JAWAB AGAMA lamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275)
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa (yang belum dipungut) dari riba, jika kamu orangorang yang beriman.” (Al-Baqarah: 278) Bahkan dalam beberapa Hadits sahih dijelaskan, bahwa orang yang terlibat dalam aktifitas ribawi baik sebagai pelaku, saksi, pencatat, pemakan riba dan lainnya termasuk pihak yang dilaknat oleh Rasulullah saw dan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang binasa;
Artinya:”Dari Jabir berkata; Rasulullah saw melaknat orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya, orang yang mencatatnya, dua orang saksinya, dan ia bersabda mereka sama saja.” (HR Muslim)
Artinya: “Dari Abdillah berkata; orang yang memakan riba, wakilnya, pencatatnya apabila mereka mengetahui hal tersebut... mereka dilaknat atas (oleh) lisan Muhammad saw pada hari kiamat.” (HR al-Bukhari, Muslim dan jamaah)
Artinya: ”Dari Abi Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Jauhilah oleh kamu sekalian tujuh perkara yang membinasakan, ditanyakan oleh para sahabat; wahai Rasulullah, apa saja tujuh perkara tersebut, Rasulullah bersabda: Syirik kepada Allah, kikir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali karena alasan yang benar, memamkan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, menuduh wanita baik-baik yang (sedang) lalai lagi beriman melakukan zina.” (HR al-Bukhari dan Muslim) Ayat-ayat dan Hadits-Hadits tersebut di atas memberikan informasi dan penjelasan yang sangat tegas tentang keharaman riba beserta dampak negatif yang akan ditimbulkannya. Keharaman riba, tidak hanya bagi pelakunya, tetapi juga bagi orang yang memakan hasil riba jika mereka mengetahui sesuatu yang dimakannya tersebut bersumber dari riba, wakilnya, pencatat dan orang yang menjadi saksinya. Sedangkan dampak negatif yang akan didapatkan oleh orang yang terlibat dalam persoalan riba antara lain; berupa kesengsaraan di akhirat kelak, dilaknat, dan termasuk salah satu dari tujuh perkara yang membinasakan. Dengan demikian, jika Ibu yakin bahwa dana yang digunakan tersebut didapatkan dari hasil riba karena diperkuat oleh pengakuan, barang bukti yang Ibu miliki, atau mungkin sesuatu yang diiklankan tersebut terkait dengan usaha riba yang dijalankannya, maka tentu Ibu termasuk orang yang terlibat dalam aktivitas riba dengan segala konsekuensinya. Karena mengiklankannya termasuk kategori membantu kesuksesan aktivitas riba yang dijalankannya. Hal ini selaras dengan ka’idah fiqhiyah yang berbunyi:
Artinya: ”Wasilah (perantara/fasilitator) sama hukumnya dengan sesuatu yang dimaksudkan (dituju).” Namun jika sesuatu yang diiklankan tidak ada kaitannya dengan aktivitas riba yang dijalankan, maka tentu Ibu tidak termasuk membantu atau sebagai fasilitator aktivitas riba yang dijalankannya, serta tidak mendapatkan dampak hukum dari keharamannya. Oleh sebab itu, Ibu tidak semestinya berasumsi atau menerka-nerka bahwa harta orang tersebut didapatkan dari sumber riba kecuali jika ada bukti yang jelas. Sebab boleh jadi orang tersebut mendapatkan penghasilan dari sumber lain yang halal. Menerka-nerka persoalan hukum yang tidak jelas buktinya termasuk su’udhan (berburuk sangka) yang dapat melahirkan sikap saling tidak percaya, saling mencurigai, menyakiti perasaan orang lain, dan bahkan dapat menyulitkan diri sendiri. Hal ini tentu tidak sesuai dengan semangat Al-Qur’an sebagaimana dijelaskan dalam Qs. Al-Ma’idah ayat: 101 sebagai berikut:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu (banyak) bertanya tentang segala sesuatu, (yang mengakibatkan) jika hal tersebut dijelaskan kepadamu niscaya akan menyulitkan kamu sekalian…” (Al-Ma’idah: 101) Di sisi lain, sesungguhnya Islam telah memberikan solusi untuk menyucikan harta seorang Muslim dari kemungkinan adanya unsur-unsur keharaman yang tidak diketahui dan disadarinya dengan cara berzakat. Dengan demikian, hendaknya Ibu menyucikan penghasilan dengan cara berzakat dan banyak berinfak atau bersadaqah. Namun jika Ibu masih tetap merasa tidak nyaman dan ingin berhatihati (ikhtiyath), karena khawatir pengha-
Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
15
TANYA JAWAB AGAMA silan yang Ibu dapatkan terkontaminasi (terkotori) oleh sumber-sumber yang syubhat (tidak jelas kehalalan dan keharamannya), serta menolak memasang iklan yang diberikan oleh seorang rentenir, maka sebaiknya Ibu mencari solusi terbaik sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain, dan dalam rangka menjaga hubungan yang harmonis dengan pihak lain. 2. Bolehkah saya mengiklankan dalam buku saya iklan tentang ziarah ke Yerusalem untuk kunjungan umat Kristiani (pemilik usaha ini beragama Kristen) Tidak dapat dipungkiri bahwa Yerusalem (Palestina) diyakini sebagai kota suci bagi tiga penganut agama besar di dunia (Islam, Yahudi dan Nasrani). Karena secara historis, kota ini memiliki kaitan sejarah dengan para Nabi yang membawa ketiga agama besar tersebut. Sekalipun dalam perjalanannya telah terjadi penyimpangan dalam ajaran Yahudi dan Nasrani dari ajaran tauhid yang dibawa oleh para Nabinya. Namun di sisi lain, Islam tidak menutup pintu untuk berinteraksi dan melakukan transaksi mu’amalah dengan orang Yahudi, Nasrani maupun penganut ajaran agama lainnya, asalkan dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Sebagaimana halnya dengan Rasulullah saw yang melakukan transaksi jual beli, sewa menyewa dan lain sebagainya dengan orang Yahudi dan Nasrani pada saat itu. Ziarah ke Yerusalem (Palestina) atau ke tempat lainnya dalam rangka siyahah (rekreasi) termasuk persoalan mu’amalah dan hukumnya boleh (mubah). Ada pun segala perbuatan atau aktifitas yang dilakukan seseorang pada saat melakukan rekreasi ditanggung oleh orang yang melakukannya. Jika selama berada di Yerusalem, mereka (orang nasrani) melakukan kesyirikan-kesyirikan, maka mereka sendiri yang menanggung akibat hukumnya. Sebab kita tidak bisa menjamin bahwa segala hal yang dilakukan oleh seseorang itu sesuai dengan yang 16
kita inginkan. Contoh lain; jika kita menyediakan jasa travel pariwisata, maka hukumnya mubah (boleh). Dan jika ternyata di tempat wisata tersebut mereka melakukan perbuatan dosa dan kesyirikan, maka dosanya ditanggung oleh mereka yang melakukannya, serta tidak merubah hukum kebolehan jasa travel yang kita sediakan. Oleh sebab itu, dalam persoalan mu’amalah berlaku kaidah fiqhiyah yang berbunyi:
Artinya: ”Pada dasarnya (hukum) segala sesuatu (mu’amalah) itu adalah mubah, kecuali ada bukti yang menunjukkan keharamannya.” Namun yang patut menjadi catatan penting bagi umat Islam adalah terkait dengan eksistensi negara Yahudi (Israel) saat ini. Bagi umat Islam, Israel merupakan negara penjajah yang banyak mencaplok tanah dan hak-hak negara (rakyat) Palestina. Bahkan untuk menjaga hegemoninya, Israel tidak segan-segannya melakukan berbagai usaha keji dan tidak berprikemanusiaan, seperti membunuh secara kejam rakyak Palestina bahkan anak-anak kecil sekalipun. Sehingga secara politis, berkunjung atau memfasilitasi kunjungan ke negara tersebut dapat saja diartikan sebagai bentuk dukungan moriil dan finansial, karena dapat memberikan devisa bagi negara penjajah tersebut. Oleh sebab itu, sepatutnya bagi umat Islam untuk tidak memberikan bantuan (keuntungan) kepada negara penjajah baik secara langsung ataupun tidak langsung. 3. Bagaimana cara yang benar menghitung zakat perniagaan untuk usaha penerbitan buku. Sebelum menjawab pertanyaan Ibu tentang cara yang benar menghitung zakat perniagaan, dan beberapa persoalan terkait, di sini perlu ditegaskan bahwa; pendapat yang menyatakan bahwa zakat perniagaan (tijarah) dalam Islam itu tidak ada, merupakan pendapat yang salah dan
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
sangat keliru. Di dalam Al-Qur’an secara tegas dijelaskan tentang persoala-persoalan yang wajib dizakati, antara lain: QS. Al-Baqarah (2): 267:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baikbaik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang burukburuk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Al-Baqarah [2]: 267) Kalimat yang berbunyi; “Min Thayyibaat Maa Kasabtum”, (dari semua usaha yang baik), pengertiannya meliputi seluruh penghasilan yang bersumber dari usaha yang halal seperti pertanian, perdagangan, maupun perniagaan halal lainnya seperti percetakan buku maupun penerbitan koran/majalah dan sebagainya. Dengan demikian, jenis zakat dari usaha yang Ibu jalankan termasuk ke dalam zakat tijarah (zakat perniagaan atau perdagangan). Adapun tekhnis perhitungan dan pembayarannya pernah dibahas dalam jawaban-jawaban fatwa sebelumnya sekalipun bebeda dari aspek obyek perniagaannya. Dalam zakat perdagangan tidak ditentukan jenis barang dagangannya. Yang ditentukan adalah jumlah harga barang dagangan beserta keuntungannya telah mencapai nishab (seharga 85 gram emas murni) dan haul (satu tahun). Oleh karena itu dalam menghitung harga barang dagangan beserta keuntungannya tidak harus dengan menghitung satu per satu jenis barang, melainkan dengan menghitung dalam satu tahun seluruh mo-
TANYA JAWAB AGAMA dal yang berupa barang dagangan itu, ditambah seluruh keuntungan baik berupa uang tunai maupun berupa piutang seperti tabungan, deposito dan lain-lain. Dari hasil perhitungan di atas (perhitungan bersih/ netto: setelah melunasi biaya operasional dan hutang-piutang), jika telah mencapai nishab maka harus dikelurkan zakatnya yakni sebesar 2,5% dari jumlah seluruh keuntungan dan harta dagangan (modal) tersebut. Jadi yang dihitung untuk dikeluarkan zakatnya bukan hanya dari keuntungannya saja. Dalam cara menghitung ini Syara’ (agama) tidak menentukan secara detail. Namun Islam menuntunkan agar orang mencari dan menggunakan cara (jalan) yang mudah selagi yang mudah ini tidak melanggar ketentuan Syara’, yakni tidak terjadi manipulasi sehingga akan merugikan. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
Artinya: ”...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu...” [QS. al-Baqarah (2): 185]
Artinya: ”...Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan...” [QS. al-Hajj (22): 78] Dalam Hadits dijelaskan:
Artinya:”Dari Anas bin Malik ra. dari Nabi saw bersabda: Mudahkanlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat orang takut.” (HR. AlBukhari dan Muslim) Jika dengan menghitung per hari, per bulan dalam satu tahun dipandang paling mudah, sehingga akan dapat menghasilkan perhitungan yang tepat/akurat sesuai dengan ketentuan nishab dan haul di atas, menurut hemat kami dapat dila-
kukan. Memang dengan melakukan perhitungan per hari, per bulan dalam satu tahun itu akan lebih dapat menghindari kekeliruan dan kelupaan. Sebab sesuatu yang sudah berlalu dalam tempo yang relatif lama, akan menjadikan orang pada umumnya mudah lupa. Dan kelupaan ini sangat berpotensi untuk berakibat terjadinya kekeliruan. Namun jika dengan perhitungan per hari per bulan dalam satu tahun mengakibatkan hasil perhitungan yang tidak tepat/yang tidak akurat, maka sekalipun dipandang mudah, tentu yang dipertahankan adalah mencari kebenaran bukan semata-mata kemudahan. 4. Judul buku yang saya terbitkan adalah buku ketrampilan, diantaranya adalah tentang rias pengantin. Selain tentang seni merias, dalam buku itu juga diuraikan tentang upacara adat termasuk tentang “sesajen dan hal-hal yang bid’ah.” Bagaimana hukumnya pekerjaan saya ini ? halal atau haram? Sebagai seorang Muslim, segala aktivitas hidup dan usaha yang kita jalankan tidak boleh lepas dan bertentangan dengan hukum agama. Sebab semua yang kita lakukan pasti akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah swt. Pada dasarnya menerbitkan buku ketrampilan atau sejenisnya hukumnya mubah asalkan tetap mengacu pada norma-norma dan hukum-hukum agama Islam. Buku yang diterbitkan tidak mengandung kemusyrikan, kemaksiatan, pornografi, serta tidak memfasilitasi atau mengiklankan segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama dengan berbagai bentuknya. Dalam melakukan aktivitas bisnis, orientasi seorang Muslim tidak hanya sekadar mencari keuntungan finansial, namun juga keuntungan ukhrawi/akhirat. Oleh sebab itu, usaha mubah yang yang kita lakukan dapat bernilai ibadah (ibadah ’am) apabila dapat memberikan kemudahan dan nilai manfaat bagi orang lain, dan diniatkan sebagai salah satu amal shalih kita. Dalam tradisi pernikahan, terkadang
ditemukan simbol-simbol tradisis lokal, seperti memasang janur kuning sebagai lambang sedang terjadinya resepsi pernikahan, dan beberapa bentuk tradisi tertentu yang tidak diyakini sebagai suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan, serta tidak bertentangan dengan prinsipprinsip ajaran Islam, maka tradisi semacam ini tidak masuk kategori sesajen atau perbuatan syirik. Namun jika yang dimaksudkan dengan sesajen adalah sesuatu yang dipersembahkan yang diyakini dapat mendatangkan kekuatan, kesuksesan, dan jika tidak dilakukan dapat mendatangkan malapetaka dan kesialan, bahkan dilakukan dengan ritual tertentu, maka tentu hal semacam ini termasuk kategori kesyirikan. Oleh sebagian masyarakat hal seperti itu justru dianggap sebagai tradisi yang wajar. Padahal kesyirikan merupakan kezaliman, salah satu dari tujuh hal yang membinasakan, dapat menghapuskan pahala amal salih seseorang, dan dosa terbesar seorang hamba kepada Allah SwT, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits terdahulu dan ayat-ayat berikut ini yang artinya: ”Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya dan dia menasihatinya; wahai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya kesyirikan itu adalah kezaliman yang sangat besar.” (Lukman: 13) ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang sangat besar” (An-Nisa’: 48) Jika kesyirikan termasuk dosa besar, maka membantu atau memfasilitasi seseorang untuk melakukan kesyirikan juga termasuk berdosa. Maka menurut hemat kami, jika Ibu telah mengetahui bahwa halhal yang diiklankan tersebut termasuk kategori kesyirikan karena telah memenuhi kreteria tersebut di atas, maka semestinya Ibu tidak mengiklankan atau mencetak buku yang mengandung unsur-unsur kesyirikan tersebut. Wallahu a’lam bissawab.l Rf
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
17
Budaya Unggul dalam Al-Qur’an (2) PROF DR H MUHAMMAD CHIRZIN, MAg GURU BESAR UIN SUNAN KALIJAGA DAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Dialah Allah yang menjadikan rumahrumah tempat kamu beristirahat; dan dari kulit binatang Dia menjadikan buat kamu kemah-kemah untuk tempat kediaman yang begitu ringan dibawa-bawa ketika dalam perjalanan dan ketika berhenti dalam perjalanan; dan dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing yang halus menjadi barang-barang perlengkapan dan menyenangkan untuk sementara. Dan Dialah Allah yang menjadikan bagimu dari yang diciptakan-Nya keteduhan, dan dari gunung-gunung Dia menjadikan bagimu tempat berlindung; dan Dia menjadikan bagimu pakaian untuk melindungimu dari panas, dan pakaian yang melindungimu dari kekerasan. Demikianlah Allah lengkapkan nikmat-Nya bagimu supaya kamu tunduk pada kehendak-Nya dalam Islam. (An-Nahl [16]: 80-81) Dalam spektrum sejarah, Islam pernah tampil sebagai salah satu pionir dalam pembangunan peradaban termegah di dunia ini. Prestasi itu dibangun di atas nilainilai dan paradigma keilmuan yang kokoh dan teruji. Manusia meneruskan karya penciptaan di muka bumi secara cerdas dan kreatif. Tuhan menciptakan samudera, ma18
nusia membuat kapal untuk mengarungi dan mengambil manfaatnya. Tuhan menciptakan malam, manusia membuat lampu untuk meneranginya. Tuhan menciptakan barang-barang tambang di perut bumi, manusia menggalinya dan membuatnya menjadi alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga dan perhiasan. Tuhan memerintahkan shalat, manusia membuat masjid untuk bersujud di dalamnya. Tuhan memerintahkan haji, manusia menghimpun bekal untuk menempuh perjalanan ke Rumah-Nya. Manusia telah membuat kerusakan di bumi, di darat maupun di laut. Hal itu telah menimbulkan kesengsaraan bagi penghuni bumi lainnya. Dalam konteks kekinian dan keindonesiaan, kerusakan di darat antara lain diakibatkan oleh penebangan hutan secara liar dan penambangan batubara, timah, emas, minyak dan gas secara rakus dan tidak terkendali. Allah SwT berfirman:
Kerusakan telah tampak di darat dan di laut karena perbuatan tangan-tangan manusia; Allah akan merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka, supaya mereka kembali ke jalan yang benar. (Ar-Rum [30]: 41) Ciptaan Allah SwT murni dan sempurna. Segala kejahatan dan kerusakan akhlak karena kesombongan, keserkahan dan sebagainya. Begitu kejahatan masuk, maka karunia dan kebijakan Allah pun datang untuk menghentikannya. Segala akibat perbuatan jahat itu tentu jahat juga, dan ini harus diperlihatkan sebagian dalam bentuk hukuman “karena tangan-
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
tangan manusia”, yang sudah sedemikian rupa itu, supaya dapat dijadikan peringatan untuk masa yang akan datang dan sekaligus sebagai ajakan untuk memasuki pintu tobat. Tujuan terakhir keadilan Tuhan dan dan hukuman-Nya ialah memperbaiki manusia dari kerusakan dan mengembalikannya kepada asalnya yang bersih dan tak berdosa seperti ketika diciptakan dengan jalan pendidikan dan pemurnian kemauan itu. Sebab, dengan kemauan dan niatnya yang sudah bersih itu ia mampu menempatkan diri jauh lebih tinggi daripada makhluk yang tidak dibekali dengan kemauan bebas itu. Kegagalan hidup manusia di dunia ini karena mereka tidak mau menggunakan mata untuk melihat, menggunakan telinga untuk mendengar dan menggunakan akal untuk berpikir. Manusia mengalami dekadensi moral.
Banyaklah dari kalangan jin dan manusia yang Kami siapkan untuk jahanam; mereka mempunyai hati, tetapi tidak mempergunakannya untuk memahami, mereka mempunyai mata tidak juga mau melihat, dan mereka mempunyai telinga, tidak juga mau mendengar. Mereka sudah seperti ternak, bahkan lebih sesat lagi, karena mereka sudah lalai. (Al-A’raf [7]: 179) Manusia niscaya bertanggung jawab atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah limpahkan kepadanya.
Dan janganlah kau ikut apa yang tidak kau ketahui; karena setiap pendengaran, penglihatan dan hati akan dituntut pada yaumulhisab. (al-Isra‘ [17]: 36)
Menimbun kekayaan di dunia ini telah membuat kamu lalai dari hal penting lainnya. Sampai kamu mengunjungi kuburan. Tetapi tidak, kamu segera akan
tahu kenyataan itu. Sekali lagi tidak, segera kamu akan tahu! Tidak, sekiranya kamu tahu dengan pikiran yang pasti, kamu sadar. Niscaya kamu akan melihat api jahanam! Kemudian pasti kamu akan melihat dengan penglihatan yang pasti! Kemudian, pasti kamu ditanya hari itu tentang kenikmatan yang kamu perturutkan. (At-Takatsur [102]: 1-8) Allah SwT telah berjanji untuk menambah nikmat dan karunia-Nya kepada hamba-hamba yang bersyukur, sebaliknya, Dia mengancam dengan kesengsaraan siksa yang berat.
Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Jika kamu bersyukur, Aku akan memberi tambahan karunia kepadamu; tetapi jika kamu tidak bersyukur, sungguh azab-Ku dahsyat sekali.”
(Ibrahim [14]: 7) Untuk keluar dari krisis multidimensional yang memenjara bangsa Indonesia, bangsa ini niscaya melakukan revolusi mental dan revolusi budaya. Revolusi mental adalah perubahan mendasar dalam sikap mental dari kesadaran umum dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Revolusi mental membangun kemampuan melihat jangka panjang, menggusur kecenderungan berorientasi jangka pendek. Melalui revolusi mental diharapkan dalam waktu yang cepat akan muncul masyarakat dan pemimpin yang jujur, patuh hukum, berintegritas yang malu berbuat hal tak wajar, amanah, bertanggung jawab, percaya diri, dan bersikap sederhana. Revolusi budaya adalah perubahan radikal terhadap nilai (values) cetak pikir (mindset), cara pandang (way of thinking), serta cara hidup dan cara kerja (way of life) yang unggul dari semua komponen masyarakat dan bangsa.l
AGEN SUARA MUHAMMADIYAH DI BANTEN DRS. MURZAL A. MALIK
IDRAN A. KARYAN
H. BUNYAMIN
Jl. Cempaka No. 15 Ciwedus Permai
Jl. Nusantara No. 84
Perguruan Muhammadiyah Cab. Cikupa
Cilegon, Banten
Cimone Mas Permai I
Kp. Cirewet RT. 03/03 Desa Sukadamai
Telp. (0254) 395813
Tangerang, Banten
Kec. Cikupa, Kab. Tangerang, Banten Hp. 081385567354
M. RODHI
MUHAMMAD FAUZI
Komplek Batam Indah E-16
Jl. Link Timur Komp. Banjarsari Permai
SAIFUDIN ANGGO
Serpong, Tangerang, Banten
Blok C.12 No. 3
PCM Bumi Indah
Banjarsari, Cipocok Jaya, Serang,
Jl. Rasamala VI Blok B.VIII No. 47 A
AHMAD AMRULLAH
Banten 42123
Villa Tangerang Elok, Kutajaya,
STIE Muhammadiyah Tangerang
Telp. (0254) 8241549
Kec. Pasar Kamis
Jl. Perintis Kemerdekaan I/33 Cikokol
Hp. 08176578064
Kab. Tangerang, Banten Telp. (021) 59311643
Babakan, Tangerang, Banten WAHYU DM HM. ROYANI
Perum Legok Indah Blok D.21 No. 9
Jl. Sukabakti 4 No. 59 RT.05/10
RT.9/14 Babakan, Kec. Legok, Kab.
Tangerang, Banten
Tangerang Banten 15820
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
19
HAD I T S
HIKMAH DZIKRUL MAUT (1) MU’AMMAL HAMIDY, LC
Baqarah [2]: 94). Surat al-Jum’ah 6:
Abu Hurairah meriwayatkan, katanya: Rasulullah saw bersabda: “Perbanyaklah ingat akan pemutus berbagai kelezatan (dunia) yang paling cepat, yaitu mati” (HR Tirmidzi, dan kata Tirmidzi Hadits ini Hasan shahih tetapi gharib). Penjelasan Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Majah. Kalau dalam catatan Tirmidzi, dikatakan Hadits ini hasan shahih, maka sudah banyak dikatakan oleh para ulama Hadits tentang maksud ungkapan itu, ada yang mengatakan Tirmidzi mempunyai dua riwayat yang satu shahih dan yang satu hasan. Ada pula yang mengatakan, Imam Tirmidzi ketika itu ragu-ragu. Namun, secara umum, hadits tersebut boleh dijadikan hujjah. Adapun dengan penyebutan “gharib” (asing), ada yang sahih dan ada pula yang dha’if, tergantung para perawinya. (A Qadir Hassan, Ilmu Musthalah Hadits, hal. 218). Tentang kehujjahan Hadits ini, maknanya didukung ayat, antara lain misalnya, firman Allah di surat Al-Baqarah 94:
Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, Maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar.” (Al20
Katakanlah: “Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa Sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, Maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar,” (Al-Jum’ah [62]: 6). Seorang penyair mengatakan:
Wahai kawan, terus meneruslah ingat mati, karena lupa mati itu suatu kerugian besar. Pengertian Mati “Mati” dalam Hadits ini dikatakan (pemutus kelezatan-kelezatan yang paling cepat), karena seseorang yang ketika di dunia ini dapat menikmati berbagai kelezatan, begitu mati habislah kelezatan itu. Kematian itu sangat cepat. Sedang mati itu sendiri adalah terpisahnya ruh dari jasad, dan itu suatu hal yang pasti, baik secara qiyas istiqra’i, analogi kronolgis, maupun secara syar’i, sesuatu yang sudah aksioma, karena dia adalah Sunnatullah. Sehingga, apa yang dinamakan “mati” diingat maupun tidak pasti akan terjadi. Bahkan, kejadiannya sering mengejutkan, hari ini kita masih bertemu dan ngobrol dengan dia, tetapi esok dia sudah tiada, alias sudah mati. Karena kematian itu di tangan Allah:
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
“Allah-lah yang memegang jiwa (orang) ketika mati dan (orang) itu belum mati, yaitu ketika dia dalam keadaan tidur; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir,” (Az-Zumar [39]: 42). Yang Harus Diingat di Balik Kematian Kalau begitu, lalu apanya yang harus kita ingat? Yang perlu kita ingat ialah apa yang akan terjadi di balik kematian itu, yaitu: di balik itu akan ada kehidupan lagi, kehidupan abadi; akan ada pertanggungan jawab amal, yang akan menentukan enak dan tidak enaknya dalam kehidupan abadi itu; kematian akan meninggalkan nama. Itulah yang perlu kita ingat. Dalam hal ini, Al-Qur’an mengingatkan, bahwa setiap makhluk hidup pasti akan merasakan kematian:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala-
DI ANTARA KITA mu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan,” (Ali Imran [3]: 185).
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
HAD I T S dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan,” (Al-Anbiya’ [21]: 35). Kembali kepada Allah, yaitu akan menghadap untuk menerima balasan, sedang balasan yang akan kita rasakan dalam kematian itu sejak di alam kubur sampai di akhirat nanti, dan itu enak dan tidak enak, dan itu sangat sempurna, tidak semu. Jika enak, enak betul dan jika tidak enak, tidak enak betul. Seperti dikatakan
dalam satu riwayat Tirmidzi:
Rasulullah saw bersabda: “Kubur itu adalah suatu taman dari antara tamantaman surga, atau suatu jurang dari jurang-jurang neraka” (H.R. Tirmidzi).l Bersambung
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
21
KHAZANAH
MAZHAB TAFSIR (II) SA’AD ABDUL WAHID AT-TAFSIR BI AR-RA’YI Ar-Ra’yii kadang-kadang diartikan alI’tiqad, kadang-kadang diartikan: (alijtihad dan kadang-kadang diartikan alqiyas. Maka rnuncullah istilah: ashab arra’yi, ashab al-qiyas. Dimaksudkan dengan ar-ra’yi di sini ialah al-ijtihad, Maka yang dimaksudkan dengan at-Tafsir bi ar-Ra’yi ialah penafsiran Al-Qur’an dengan ijtihad yang dilakukan oleh seorang mufassir yang telah memiliki seperangkat persyaratan yang diperlukan dalam menafsirkan Al-Qur’an. Seperti: penguasaan bahasa Arab, asbab an nuzul, ‘ulumul Al-Hadits dan sebagainya. 1. Sikap Para Ulama Terhadap atTafsir bi ar-Ra’yi Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi at-Tafsir bi ar-Ra’yi (penafsiran Al-Qur’an dengan ijtihad). Sebagian ulama sangat berhati-hati, tidak berani menafsirkan Al-Qur’an dengan ijtihad dan melarang orang lain melakukannya. Mereka tidak memperbolehkan seseorang menafsirkan Al-Qur’an dengan ijtihad, sekalipun memiliki ilmu pengetahuan tentang cara berhujjah, ilmu fiqh, ilmu nahwu, ilmu Hadits, dan ilmu lainnya, sebab penafsiran Al-Qur’an hanya diperbolehkan dengan penjelasan dari Al-Qur’an, Hadits Nabi saw, para sahabat yang menyaksikan turunnya Al-Qur’an dan para tabi’in. Sebagian ulama lainnya berpendapat sebaliknya; mereka berpendapat, bahwa menafsirkan Al-Qur’an dengan ijtihad (ra’yi) adalah boleh, jika mufassir itu memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk menafsirkannya. Kelompok pertama, yang tidak memperbolehkan menafsirkan dengan ra’yi menampilkan beberapa alasan: a. Firman Allah: 22
“Dan (mengharamkan) mengadaadakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”, adalah ‘ataf (mengikuti) firman Allah sebelumnya, yang melarang semua perbuatan yang diharamkan;
“Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi”. (Al-A’raf [7]: 33). Pada ayat lainnya Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya”. (Al-Isra’ [17]: 36). Firman Allah tersebut di atas memberikan pengertian bahwa menafsirkan AlQur’an dengan ijtihad adalah dilarang. b. Penafsiran Al-Qur’an dengan ijtihad adalah sama dengan membicarakan Allah tanpa ilmu pengetahuan, dan membicarakan Allah tanpa ilmu pengetahuan adalah dilarang, maka penafsiran Al-Qur’an dengan ijtihad adalah dilarang. Menurut mereka, penafsiran Al-Qur’an dengan ijtihad tidak dapat melahirkan keyakinan akan kebenaran penafsirannya sebagaimana dikehendaki Allah SwT dan tidak mungkin dapat memberikan kepastian, sebab penafsiran dengan ijtihad hanya berdasarkan dhanniyah (sangkaan). c. Beberapa Hadits menyatakan bahwa para sahabat dan para tabi’in berkeberatan menafsirkan dan membicarakan Al-Qur’an hanya dengan ra’yi saja, di antaranya ialah: Hadits yang
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
diriwayatkan dari Abi Mulaikah, ia berkata: ketika Abu Bakr as-Siddiq ditanya tentang penafsiran suatu huruf dari Al-Qur’an beliau menjawab:
“Mana langit yang melindungi saya, mana bumi yang menahan saya, ke mana aku pergi dan bagaimana saya berbuat, jika saya membicarakan suatu huruf dari Kitab Allah dengan penafsiran yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah Yang Maha Pemberi berkah dan Maha Tinggi?” (Ibnu Majah, it., Bab az-Zakah: 11). Adapun kelompok kedua, yang memperbolehkan menafsirkan Al-Qur’an dengan ra’yi (ijtihad) memberikan alasan sebagai berikut: a. Firman Allah SwT:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad [47]: 24). Pada ayat lainnya Allah berfirman:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Sad [38]: 29).
KHAZANAH
“Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil-amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahui dari mereka (Rasul dan UlilAmri).” (An-Nisa’ [94]: 83). Pada dua ayat yang pertama (47: 34 dan 38: 29) Allah memerintahkan agar pemikiran Al-Qur’an dan menalar ayatayatnya serta mengambil pelajaran-pelajarannya, sedang ayat berikutnya (4: 83) memberikan pengertian bahwa para ulama didorong Allah agar memikirkan AlQur’an dan berijtihad, apakah masuk akal bahwa para ulama dilarang menafsirkan Al-Qur’an dengan ijtihad? Padahal ijitihad itu merupakan sarana untuk mencari ilmu pengetahuan dan mengambil pelajaran. a. Jika penafsiran Al-Qur’an dengan ra’yi dilarang, maka berijtihad pun harus dilarang, dan hukum-hukum produk ijtihad tentunya harus dibatalkan. Apakah ijtihad telah tertutup? Padahal orang yang berijtihad, baik ijtihadnya benar ataupun salah ia tetap memperoleh pahala. b. Sering terjadi perbedaan pendapat antara para sahabat mengenai beberapa hal dalam menafsirkan Al-Qur’an. Hal ini dapat dimaklumi, mereka tidak dapat mendengar penjelasan Nabi
saw mengenai makna Al-Qur’an secara keseluruhan, karena Nabi saw tidak memberikan penjelasan semua makna Al-Qur’an, sebagian beliau jelaskan dan sebagian lagi diserahkan kepada ijtihad para sahabat. c. Nabi saw pernah berdoa secara khusus untuk Ibnu ‘Abbas:
“Ya Allah jadikanlah dia rnahir dalam ilmu ad-din (agama) dan pandai mena’wilkan (Al-Qur’an).” (Muslim, t.t. Bab Fadail as-Sahabah: 138). Jika yang dimaksudkan dengan ta’wil terbatas hanya mendengarkan dan mencatat penafsiran Nabi, maka doa Nabi saw untuk Ibnu ‘Abbas mempunyai maksud lain, yaitu kemampuan mena’wilkan Al-Qur’an dengan ra’yi dan ijtihadnya. Demikianlah alasan kedua mazhab mengenai penafsiran Al-Qur’an dengan ra’yi dan ijtihad; masing-masing mempertahankan pendapatnya. Jika diteliti dengan cermat kehati-hatian ulama yang melarang menafsirkan dengan ra’yi dan rahasia kehati-hatiannya, kemudian kembali kepada sebagian ulama yang memperbolehkan menafsirkan dengan ra’yi bagi mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi mufassir yang menafsirkan dengan ra’yi, serta alasan yang ditampilkan oleh kedua mazhab tersebut, maka akan tampak dengan jelas bahwa perbedaan pen-
dapat antara kedua mazhab tersebut tidaklah esensial. Sebab perbedaan tersebut masih dapat dikompromikan. Untuk mengetahui kebenaran kedua pendapat tersebut, perlu mengetahui lebih dahulu macam-macam ra’yu. Az-Zahabiy membagi ra’yu menjadi dua macam: a. Ra’yu yang pengertiannya sesuai dan searah dengan kaidah-kaidah bahasa Arab dan sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta memenuhi syarat-syarat yang diperlukan dalam menafsirkan Al-Qur’an. Ra’yu macam ini jelas diperbolehkan, dan ra’yu macam inilah yang dimaksudkan oleh para ulama yang memperbolehkan penafsiran dengan ra’yu. b. Ra’yu yang pengertiannya tidak sesuai negan kaidah bahasa Arab dan tidak sesuai dengan dalil-dalil syar’iyyah (Al-Qur’an dan as-Sunnah), serta tidak memenuhi syarat-syarat bagi penafsiran Al-Qur’an. Ra’yu macam ini jelas diiarang dan tercela. Sehubungan dengan ini, Ibnu Mas’ud pernah berkata: di kemudian hari kamu akan menemukan kaum yang mengajak kepada Kitab Allah. Padahal mereka telah mencampakkannya di belakang mereka, maka hendaklah kamu berpegang pada ilmu dan jauhilah bid’ah dan mengada-ada. (azZahabiy, 1976,1: 264).l
Keluarga Besar Suara Muhammadiyah Mengucapkan Turut berduka cita atas meninggalnya :
Dwi Puspita Rahyuni (usia 48 tahun) Istri Bpk. Drs. Fuad (Agen Suara Muhammadiyah di Binjai, Sumatera Utara) Tanggal 12 Februari 2012 di Binjai, Sumatera Utara Semoga khusul khotimah, diterima semua amal ibadahnya dan diampuni dosa-dosanya. Amiin.
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
23
DIRASAH ISLAMIYAH
MEMPERBARUI HUKUM POLIGAMI:
DARI HALAL KE HARAM? (3) NOOR CHOZIN AGHAM
D
alam pengharaman poligami, permasalahan dan sumber hukum yang tepat untuk mengharamkannya adalah kasus ketidaksetujuan Rasulullah saw. terhadap sahabat Ali bin Abi Thalib yang akan menduakan Fatimah az-Zahra dengan putri Abu Jahal. Dalam sebuah Hadits diceritakan: Rasulullah saw. menolak pernikahan Ali bin Abu Thalib dengan anak perempuan Abu Jahal untuk memadu Fatimah binti Muhammad saw. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abdillah Abi Malikah, bahwa Musawwir bin Muhrimah berkata, bahwa dia mendengar Rasulullah saw. bersabda di atas mimbar demikian: “Sesungguhnya Bani Hasyim bin Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkan salah satu dari mereka dengan Ali bin Abu Thalib dan aku tidak mengizinkannya, tidak, dan tidak (mengizinkannya), kecuali Ali bin Abu Thalib mau menceraikan putriku dan menikah dengan anak perempuan mereka. Sesungguhnya anakku adalah bagian dariku, maka apa yang meragukannya juga meragukanku, dan apa yang menyakitinya juga menyakitiku” (H.R. Bukhari dan Muslim) (Imam Ibnu al-Atsiri, Jami’ al-Ushul, Juz XII, hal. 162). Dari Hadits tersebut, pengharaman poligami bukan lagi memerlukan qiyas, tetapi sudah tegas Rasulullah melarangnya. Karena konteksnya dalam hal ini adalah qiyas, maka dapat dikatakan bahwa pengharaman poligami diqiyaskan dengan pelarangan Rasulullah saw. kepada Ali bin Abi Thalib. Sedangkan illatnya yaitu menyusahkan dan menyakiti orangtua atau wali sang istri, atau bahkan berpoligami itulah yang menjadi illat pada 24
Membangun keluarga sakinah perlu kesetiaan dan ketulusan.
kasus menikah lagi. Dengan kata lain, menikah lagi boleh saja, asal istri yang ada dicerai lebih dahulu. Kalau tidak, itu termasuk poligami yang dilarang oleh Nabi saw. Kemudian, kalau ada riwayat lain yang menambahkan Hadits tersebut dengan kalimat: “Fatimah adalah bagian dariku dan aku takut agamanya akan terkotori”, yang disertai analisis bahwa jika itu, maka terjadi akan mengotori keluarga besar Muhammad saw. lantaran perempuan yang akan dinikahi Ali bin Abi Thalib adalah putri Abu Jahal, yang sangat memusuhi dakwah Rasulullah saw, maka riwayat dan analisis ini menjadi gugur lantaran Nabi saw. sendiri menyatakan: “Kecuali Ali bin Abi Thalib mau menceraikan putriku dan menikah dengan anak mereka.” Kalimat ini menunjukkan, bahwa yang dilarang Rasulullah saw adalah berpoligami atau menduakan putrinya. Logikanya, kalau Ali bin Abi Thalib
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
menceraikan Fatimah, maka Ali dipersilahkan untuk menikahi putri Abu Jahal tersebut, sedangkan illat-nya, bukan putri Abu Jahal melainkan poligaminya itu. Illat yang demikian, dalam ilmu ushul-fiqih disebut dengan Munaasib Muatstsir, yakni munaasib i’tibarihi asy-Syaari’i bi atmi wujuuhi al-i’tibaari. Maksudnya, munasih yang syar’i menunjukkan bahwa munasib itu adalah illat hukum yang disyari’atkan, baik yang diterangkan secara tegas, maupun secara isyarat (Prof TM Hasbi Ash-Shiddieqy, Op.Cit., hal. 24). Inilah yang dikehendaki dengan illat yang dinashkan, yakni illat yang mengharamkan poligami. Secara qiyasi, Hadits tersebut jika dikaitkan dengan proses pengqiyasan hukum berpoligami, mempunyai dua jenis illat yang berhubungan. Illat pertama yaitu menyakiti hati perempuan dan walinya, hukumnya haram. Dalam praktik poligami, terdapat unsur menyakiti hati dan orangtua atau walinya, karena itu poligami menjadi haram juga. Illat yang demikian, disebut dengan munasib mula’im, yaitu : munasib i’tibarihi asy-Syaari’i wa laakin bi wajhi min wujuuhi al-i’tibaari (munasib yang di’itibari syara’ dengan salah satu i’tibar). Sedangkan illat yang kedua, adalah illat yang disebut dengan Munaasib Muatstsir, yakni munaasib i’tibarihi asy-Syaari’i bi atmi wujuuhi al-i’tibaari sebagaimana tersebut di atas, yaitu poligami itu sendiri yang diharamkan sekaligus yang menjadi illat-nya. Dari segi istihsan, dapat dilihat bahwa poligami berdasarkan ijtihad para ulama yang menghalalkan, berangkat dari metode maslahah-mursalah, yang
DIRASAH ISLAMIYAH disebutkan bahwa berpoligami mendatangkan maslahat bagi kaum suami dan kaum istri. Kemaslahatan bagi suami, yaitu akan terjaga dari perbuatan serong (selingkuh) manakala istrinya sedang berhalangan untuk digauli, misalnya saat datang bulan, nifas atau saat istri sedang sakit. Sedangkan kemaslahatan bagi kaum perempuan yang selalu saja diangkat oleh mereka yang menghalalkan poligami, lebih tertuju pada penilaian subjektif yang menyebutkan bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki. Mereka mengkhawatirkan banyak perempuan yang tidak memperoleh suami jika poligami dilarang atau diharamkan, yang akibatnya akan mengganggu etika sosial. Dikatakannya, banyak perempuan yang tidak bersuami kemudian menjual diri, mencari kesenangan dengan menggoda para lelaki dan bahkan para suami, yang bisa jadi akan membuat rumah tangga orang menjadi berantakan. Kemaslahatan lainnya, dengan berpoligami berarti mendidik para istri untuk bersabar dan taat pada suami yang dengan demikian berarti istri tersebut menjadi istri yang shalihah, yang akan memperoleh surga di akhirat kelak. Kemaslahatan yang demikian, tidak mungkin terjadi. Pasalnya, berpoligami bukan untuk mendidik menjadi sabar dan taat pada suami, melainkan sama dengan memperbodoh istri supaya menuruti kehendak nafsu sang suami. Istri yang demikian, bukan berarti istri shalehah melainkan istri yang dha’if, yang dhu’afa, atau yang lemah iman, yang dimanfaatkan oleh suaminya dengan doktrin yang berkedok agama. Dari kasus-kasus di atas, jelaslah bahwa permasalahan istihsan sudah bergeser memihak pada pentingnya kita mengharamkan poligami daripada menghalalkan. Hukum poligami yang mulanya difatwakan halal atau bahkan Sunnah, dengan menggunakan metode istihsan tersebut, beralih menjadi haram lantaran telah ditemukannya argumen yang lebih kuat daripada yang menghalalkan. Begitu juga dengan per-
masalahan yang terkait dengan mashlahah-mursalah, bahwa kemaslahatan sudah memihak pada gerakan antipoligami dan memihak pada kemandirian kaum istri. Penempatan istihsan sebagai sumber hukum dengan menyertakan metode maslahah mursalah, bukan hal baru dalam dunia fiqih atau ushul-fiqih. Setidaknya, dua orang Imam Mazhab, yaitu Hanafi dan Maliki, setuju menempatkan istihsan sebagai sumber hukum, dalam arti kajian-kajian yang menitikberatkan kemaslahatan dijadikan sebagai ketetapan hukum. Dalam kasus poligami, di samping ada Hadits yang jelas-jelas melarangnya (tetapi oleh para penghalal poligami masih dianggap belum kuat sebagai landasan pelarangannya), juga karena dalam kajian psikologis dan sosiologis yang berdasarkan istihsan dan maslahah-mursalah, poligami sudah sah dikatakan haram. Pakar fiqih dan ushul-fiqih, Imam asSyatibi menyebutkan, di mana ada kemaslahatan, di situ ada hukum Allah. Dikatakan pula, sesuatu yang mubah bisa diharamkan jika dilihat dari segi kulli, dan hukum mubah juga bisa menjadi haram apabila perbuatan tersebut akan membawa kemudlaratan (Rahmat Syafei, 1999: hal. 311), maka dalam kasus poligami yang akan menyakitkan hati sang istri dan orangtuanya, berarti poligami sama sekali tidak ada maslahatnya. Dalam konteks ini, berarti ada kesesuaian dengan beberapa kaidah ushulfiqih, yang seharusnya dijadikan pertimbangan para ulama terdahulu dalam menetapkan hukum berpoligami. Kaidah ushul-fiqih yang dimaksud, yaitu antara lain: Adh-Dhararu yudfa’u bi qadri alImkaani. (Kemudlaratan itu harus dihindarkan menurut batas-batas kemungkinan) (Prof Drs H Asjmuni Abdurrahman, 2003: hal. 35). Maksudnya, bahwa kaidah ushul-fiqh ini menegaskan perlu menghindari kemudlaratan. Usaha preventif supaya tidak terjadi kemudlaratan dalam rumah tangga, yaitu menghindari poligami, merupakan sebuah keharusan menurut kaidah ushul-fiqih ini.
Kaidah ushul-fiqih yang senada: AdhDhararu al asyaddu yuzaalu bi adhDharari al-Akhaffi (Kemudlaratan yang lebih berat dihilangkan dengan mengerjakan kemudlaratan yang lebih ringan). Maksudnya, dalam kasus poligami misalnya, bahwa berdasarkan penjelasan di atas poligami jelas mendatangkan mudlarat. Lalu, untuk memutus supaya tidak terjadi mudlarat, bukan berusaha memperbaiki poligaminya, melainkan dengan menutup poligami, yaitu bercerai atau kembali pada prinsip monogami. Bercerai tentu termasuk mudlarat, namun kadar mudlaratnya lebih ringan daripada terusmenerus melangsungkan kehidupan berpoligami. Dari penjelasan di atas, kita layak meragukan kekuatan argumentasi yang menghalalkan poligami. Qaidah ushulfiqih yang digunakan, hampir pasti tidak ada yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosiologis dan psikologis. Manfaat poligami tidak dapat dibuktikan kecuali untuk memenuhi penyaluran nafsu seks yang sebenarnya dapat ditempuh dengan istri yang sudah ada. Kalaupun istri berhalangan, sang suami yang kreatif dan setia tentu masih bisa melampiaskan nafsunya. Istri yang shalihah, kendati sedang haid atau usai melahirkan, tentu mempunyai cara tersendiri untuk memuaskan suaminya. Jadi, manfaat berpoligami yang menjadi andalan para suami, yaitu untuk menjaga stamina saat istri berhalangan, sama sekali tidak dapat diterima akal sehat. Justru, alasan tersebut memberi kesan buruk pada suami yang egoistik, dan tak tahu diri. Bayangkan kalau semua istrinya (misalnya dua orang istri) samasama sedang berhalangan, lalu menambah istri satu lagi, menjadi tiga, lalu mendadak berhalangan pula, lalu beristri lagi, menjadi empat orang istri, tiba-tiba berhalangan pula. Apa yang akan terjadi? (bersambung) ___________________________________ Penulis adalah Pengajar AIKA di UHAMKA, UM Jakarta, dan UM Tangerang.
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
25
KESEHATAN
Chikungunya
C
hikungunya adalah penyakit yang ditularkan nyamuk virus. Pertama kali dijelaskan selama wabah di Tanzania selatan pada 1952. Ini adalah Alphavirus dari famili Togaviridae. Nama “chikungunya” berasal dari akar kata kerja dalam bahasa Kimakonde, yang menggambarkan penampilan bungkuk penderita dengan nyeri sendi. Demikian ditulis situs WHO.
Tanda dan Gejala Chikungunya ditandai dengan mendadak demam, sering disertai dengan nyeri sendi. Tanda-tanda umum dan gejala lain termasuk sakit otot, sakit kepala, mual, kelelahan, dan ruam. Rasa sakit sendi sering sangat melemahkan, tetapi biasanya berakhir dalam beberapa hari atau minggu. Kebanyakan pasien sembuh sepenuhnya, namun dalam beberapa kasus nyeri sendi dapat bertahan selama beberapa bulan, atau bahkan tahun. Dilaporkan pula terjadinya kasus mata, komplikasi neurologis, jantung, dan keluhan gastrointestinal. Komplikasi serius yang tidak umum. Pada orang tua penyakit ini dapat berkontribusi pada penyebab kematian. Seringkali gejala pada orang yang terinfeksi adalah ringan dan infeksi dapat tidak dikenali, atau salah didiagnosis sebagai demam berdarah di daerah terjadinya wabah db. Transmisi Virus ini ditularkan dari manusia ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi. Paling umum, nyamuk-nyamuk yang terlibat adalah Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus, dua spesies yang juga dapat mengirimkan virus lainnya, termasuk demam berdarah. Nyamuk ini dapat ditemukan menggigit sepanjang siang hari, meskipun mungkin ada puncak aktivitas di pagi hari dan sore hari. Kedua spesies ditemukan menggigit di luar rumah, tetapi Ae. Aegypti juga akan mudah memberi makan dalam ruangan.Setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi, mulai sakit terjadi biasanya antara 4-8 hari, tetapi dapat berkisar dari 2-12 hari. Diagnosa Beberapa metode dapat digunakan untuk diagnosis. Tes serologis, seperti enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), dapat mengonfirmasi kehadiran IgM dan IgG anti chikungunya antibodi. Kadar antibodi IgM yang tertinggi 3-5 minggu setelah onset penyakit dan bertahan selama sekitar dua bulan. Virus dapat diisolasi dari darah selama beberapa hari pertama infeksi. Berbagai reverse transcriptase-polymerase metode chain reaction (RT-PCR) yang tersedia, tetapi sensitivitas variabel. Ada yang cocok untuk diagnosis klinis. RT-PCR produk dari sampel klinis juga dapat digunakan untuk genotip virus, yang memungkinkan perbandingan dengan sampel virus dari sumber geografis yang beragam. Pengobatan Tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan penyakit. Pengobatan terutama ditujukan untuk menghilangkan gejala-gejala, termasuk sakit sendi. Tidak ada vaksin chikungunya komersial. 26
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
Pencegahan dan Pengendalian Kedekatan tempat perkembangbiakan vektor nyamuk untuk tempat tinggal manusia merupakan faktor risiko yang signifikan untuk chikungunya serta penyakit lainnya. Pencegahan dan pengendalian sangat bergantung pada pengurangan jumlah alami dan buatan berisi air habitat, wadah yang mendukung pengembangbiakan nyamuk. Hal ini memerlukan mobilisasi masyarakat yang terkena dampak. Selama wabah, insektisida dapat disemprotkan untuk membunuh nyamuk. Untuk perlindungan selama wabah chikungunya, disarankan memakai pakaian yang meminimalkan paparan kulit di saat vektor menggigit. Bagi mereka yang tidur siang hari, terutama anak-anak atau orang sakit atau orang yang lebih tua, sebaiknya kelambu insektisida diperlakukan, karena hal ini merupakan perlindungan yang baik. Wabah Penyakit Chikungunya terjadi di Afrika, Asia, dan benua India. Infeksi manusia di Afrika berada di tingkat relatif rendah untuk beberapa tahun, tetapi pada 1999-2000 ada wabah besar di Republik Demokratik Kongo, dan pada 2007 ada wabah di Gabon. Pada Februari 2005, wabah besar chikungunya terjadi di pulau-pulau di Samudera Hindia. Sejumlah besar kasus impor di Eropa dikaitkan dengan wabah ini, ketika epidemi Samudera Hindia mencapai puncaknya pada 2006. Sebuah wabah besar chikungunya di India terjadi pada 2006 dan 2007. Beberapa negara lain di Asia Tenggara juga terpengaruh. Pada 2007 transmisi dilaporkan untuk pertama kalinya di Eropa, dalam wabah lokal di timur laut Italia. Vektor Penyakit Kedua Ae. aegypti dan Ae. albopictus terlibat dalam wabah besar chikungunya. Sedangkan Ae. aegypti terkurung dalam daerah tropis dan sub-tropis, Ae. albopictus, juga terjadi di daerah beriklim sedang dan bahkan dingin. Dalam beberapa dekade terakhir Ae. albopictus menyebar dari Asia ke wilayah Afrika, Eropa dan Amerika. Spesies nyamuk Ae. albopictus tumbuh lebih subur di tempat yang berisi air daripada tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti, termasuk sekam kelapa, buah kakao, tunggul bambu, lubang pohon, dan kolam batu. Selain wadah buatan seperti ban kendaraan dan piring di bawah pot tanaman. Keragaman habitat menjelaskan kelimpahan Ae. albopictus di daerah pedesaan maupun pinggiran kota dan taman kota yang rindang. Ae. aegypti lebih erat terkait dengan tempat tinggal manusia dan menggunakan tempat perkembangbiakan dalam ruangan, termasuk vas bunga, penyimpanan air, dan tangki air beton di kamar mandi, serta habitat yang sama di luar ruangan. Di Afrika beberapa vektor nyamuk lainnya terlibat dalam penularan penyakit, termasuk spesies dari kelompok A. furcifer-taylori dan A. luteocephalus. Ada bukti bahwa beberapa hewan, termasuk non-primata, dapat bertindak sebagai reservoir. (au – sumber http://www.who.int)
P E D O M A N
MUHAMMADIYAH UTAMAKAN BEKERJA DIN SYAMSUDDIN
M
uhammadiyah memiliki tradisi: sedikit bicara banyak bekerja. Karena itu, sedikit orang yang tahu rencana Muhammadiyah, tetapi justru lebih sering melihat Muhammadiyah sedang bekerja. Bagi mubaligh, terkadang banyak berbicara adalah bekerja juga. Salah satu contohnya, adalah wakil tunggal dari negara Islam yang berpidato dalam Sidang PBB di New York Amerika Serikat, 7 Februari 2012 diwakili oleh Presiden Muhammadiyah dari Indonesia. Maksudnya, adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah menjadi wakil salah satu negara Islam dunia yang akan berpidato tentang kerukunan agama dunia di PBB. Salah satu penjelmaan atau realisasi dari ajaran Muhammadiyah adalah teologi surat Al-Ma’un yang diajarkan oleh Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Agar kita menumbuhkan manfaat. Berbuat amal ibadah yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Mengurai masalah yang dirasakan oleh masyarakat. Menumbuhkan jalan keluar bagi masyarakat. Adalah perbuatan pendustaan agama kalau kita tidak memperhatikan nasib anak yatim, kaum dhuafa. Islam jangan hanya enak dilihat tetapi tidak dapat dirasakan manfaatnya. Adalah dusta kalau kita tidak memberi bukti kepada anak yatim. Memberdayakan ekonomi masyarakat adalah dakwah pencerahan. Pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh MPM PP Muhammadiyah dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan adalah perbuatan untuk mencerahkan masyarakat. Attanwir: penyinaran atau pencerahan. Kelompok Tani “Sang Surya” yang sudah dibentuk di beberapa tempat di Indonesia, antara lain di Makassar, Padang dan Yogyakarta memiliki arti untuk memberikan pencerahan terhadap negeri. Muhammadiyah mengajak, berencana, berbuat, dan bekerja untuk meraih keterbaikan, keunggulan. Intinya, Muhammadiyah ingin membebaskan manusia dari 3 hal. Pertama, membebaskan manusia dari belenggu kemusyrikan, takhayul dan bid’ah.
Kedua, membebaskan manusia dari belenggu kemiskinan. Kemelaratan. Ketiga, membebaskan manusia dari belenggu kebodohan. Keterbelakangan. Setelah berhasil membebaskan dari tiga hal itu, Muhammadiyah berbuat dan bekerja untuk memberdayakan manusia agar hidup mandiri. Islam dengan tegas menganjurkan umatnya untuk menjadi kaya. Dengan kekayaannya itu dapat bersedekah untuk meringankan beban orang lain. Dapat memberdayakan orang lain. Dengan kekayaannya agar dapat menjadi mitra dengan yang lainnya. Dengan kekuatannya itu, agar dapat memajukan masyarakat. Islam adalah agama berkemajuan. Muhammadiyah menganjurkan kemajuan. Muhammadiyah menganjurkan umatnya untuk maju. Agar tidak kalah dengan umat lainnya. Semua itu adalah manifestasi dari dakwah pencerahan yang dilakukan oleh Persyarikatan Muhammadiyah. Muhammadiyah dari hari ke hari semakin menunjukkan keberhasilannya dalam tim pendampingan para petani. Penanaman padi organik, panen raya kebun, sawah, perikanan dan peternakan merupakan hasil pendampingan tersukses oleh Muhammadiyah yang telah ditunjukkan kepada masyarakat luas. Konsepnya pertanian terpadu merupakan rumus tersukses yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Apalagi mendapat kemitraan pendanaan dari Lazis, sehingga semakin hari semakin efisien dan efektif. Karena berhasil membebaskan masyarakat dari jeratan rentenir yang merajalela di pedesaan. Karena itu, saya menganjurkan, agar para petani selalu membawa kegemilangan. Kelompoknya dengan didampingi para pendamping MPM harus mampu menemukan jenis varitas baru keunggulan hasil pertanian. Jika itu semua kita lakukan, kita telah berhasil mengatasi masalah yang menjadi problem bangsa. Tularkan pengalaman ini. Kabarkan pencapaian ini kepada orang lain. Niscaya Muhammadiyah mampu berbuat dan bekerja.l am SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
27
DIALOG SEKOLAH MUHAMMADIYAH BUKAN SEKADAR MELAHIRKAN PRODUK Belakangan beberapa prestasi sekolah yang melahirkan produk-produk seperti mobil dan yang lainnya cukup mendapatkan perhatian publik. Namun sedikit disayangkan, prestasi yang diekspos lebih banyak bukan berasal dari sekolah-sekolah Muhammadiyah, apakah memang sekolah Muhammadiyah sedikit prestasi? Atau justru prestasi sekolah Muhammadiyah tidak diekspos? Atau sekolah Muhammadiyah memiliki cara pandang tersendiri terhadap konsep dan tujuan pendidikan?
L
ebih jelasnya berikut petikan wawancara Deni al Asy’ari, dari Suara Muhammadiyah dengan Prof A Malik Fadjar, mantan Menteri Pendidikan Nasional, Ketua PP Muhammadiyah, beberapa hari yang lalu di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng Raya, Jakarta.
Kosentrasi gerakan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan sudah terbilang lama. Adakah korelasinya dengan capaian prestasi pendidikan Muhammadiyah saat ini? Melihat pendidikan Muhammadiyah selalu melekat dan tidak bisa terpisahkan dengan gerakan Muhammadiyah itu sendiri. Oleh karenanya, menyangkut dengan prestasi dari pendidikan
Muhammadiyah itu, tidak bisa dilihat secara eksplisit dari produk materi semata. Akan tetapi, prestasi pendidikan Muhammadiyah ini bisa dilihat dalam bentuk kontribusi Muhammadiyah dalam melahirkan sumber daya manusia sebagai kekuatan bangsa. Jadi, produk pengembangan sumber daya manusia ini merupakan kontribusi yang luar biasa dari Muhammadiyah. Ini merupakan bagian dari hasil jangka panjang pendidikan Muhammadiyah itu sendiri. Artinya prestasi pendidikan Muhammadiyah tidak bisa dilihat dalam bentuk produk yang spesifik, begitu? Iya, jadi baik secara kelembagaan maupun secara aktivitas dalam pendidikan Muhammadiyah, mulai dari model pendidikan sekolah Bustanul Atfal, sekolah umum, sekolah kejuruan, pondok pesantren maupun perguruan perguruan tinggi dan lainnya itu tidak terpisahkan dari sistem pendidikan Indonesia. Dan sekarang itu telah menyatu dalam pendidikan nasional. Jadi prestasi-prestasi yang bersifat sektoral atau bagian dari praktik atau produk pendidikan, apakah itu namanya sekolah kejuruan, seperti STM atau SMK, sesungguhnya Muhammadiyah dalam konteks ini bukan sekadar melahirkan produk. Akan tetapi Muhammadiyah memiliki agenda yang lebih besar yaitu melahirkan sumber daya manusianya. Terkait dengan ini, lantas bagaimana sesungguhnya Muhammadiyah melihat konsep dan hakikat pendidikan itu sendiri? Pendidikan bagi Muhammadiyah merupakan investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang. Memang dengan adanya produk-produk yang dilahirkan sekolah-sekolah kejuruan kita sekarang ini patut dan harus kita banggakan, akan tetapi yang lebih membanggakan lagi adalah, bagaimana kita melahirkan generasi baru yang dapat memainkan peranan masa depan.
28
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
DIALOG Apakah rancangan pendidikan Muhammadiyah secara umum sudah mengarah pada tujuan di atas? Rancangan pendidikan yang dibangun oleh Muhammadiyah adalah guna melahirkan generasi baru untuk memainkan peranan masa depan. Hal ini bisa dilakukan Muhammadiyah baik melalui pendidikan kejujuruan, umum, perguruan tinggi dengan prodi khusus, semuanya terbentang luas. Jadi orientasi pendidikan Muhammadiyah itu lebih tinggi dan bersifat jangka panjang, bukan sekedar jangka pendek yang melahirkan produk-produk. Bahkan dengan kemunculan hal-hal begitu banyak orang juga mengkhawatirkan sekolah-sekolah semakin banyak yang menjadi pabrik. Padahal sekolah itu adalah pusat pengembangan dan wahana, serta proses sumber daya manusia. Oleh karenanya pendidikan juga disebut sebagai human investmen, sebagai human capital dan social capital. Nah dalam konteks inilah gerak pendidikan kita yang tepat diarahkan sehingga melahirkan generasi bangsa yang mencerahkan. Pendidikan Muhammadiyah bergerak dalam ranah ini. Banyak perhatian publik sekarang ini tertuju pada sekolahsekolah kejuruan yang melahirkan produk-produk tertentu seperti mobil dll. Bagaimana sekolah-sekolah Muhammadiyah bisa fokus dengan konsep pendidikannya? Satu, yang harus diperhatikan, bahwa pendidikan Muhammadiyah menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dari cita-cita gerakan Muhammadiyah dalam mencerahkan kehidupan beragama dan kehidupan berbangsa. Kedua, bahwa pendidikan itu selalu berada dalam dinamika kehidupan yang nyata, atas dasar inilah, kita selalu katakan bahwa pendidikan harus mampu merespons dan mengantisipasi perubahan-perubahan yang sedang maupun yang akan terjadi. Kemudian terkait masalah perhatian publik pada produk-produk seperti mobil, kita nggak tahu ya, apakah bangsa ini masih menjadi bangsa yang mudah terkejut dengan sesuatu yang baru atau sebaliknya, sebab kita ketahui bahwa pendidikan itu bukan kegiatan yang instan dan bukan pencapaian yang secara instan pula, tapi pendidikan itu memang proses yang dilakukan secara terus-menerus dan bersifat jangka panjang. Oleh karenanya upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan ini juga harus dilakukan secara terus menerus. Saya melihat rame-rame bicara produk SMK ini sama dengan kondisi pada waktu awal pendidikan Muhammadiyah muncul, banyak orang dan pengamat dalam serta luar negeri yang kagum dan mengatakan luar biasa pada Muhammadiyah. Lantas apa yang harus menjadi kunci dan pijakan bagi sekolah Muhammadiyah agar tidak terbawa arus dan tidak pula tertinggal dengan yang lain? Dalam hal ini yang perlu dicatat empat hal, yaitu; pertumbuhannya, perubahannya, pembaruannya dan kesinambungannya. Sesungguhnya Muhammadiyah itu sudah menggerakkan empat faktor tadi secara simultan. Dengan empat faktor ini, akan dapat dirasakan capaian dari pendidikan. Jadi kita tidak
boleh teninabobokkan dan terpaku orientasi pendidikan dengan produk-produk seperti ini. Einstein sendiri, pernah mengatakan, bahwa hasil dari pendidikan itu jangan dilihat dari produk kegiatannya, tapi lihatlah lulusan atau alumninya. Jadi pendidikan itu bisa dilihat setelah peserta didik meninggalkan sekolah. Einstein mengatakan “Education is lift after the schooling is over”. Jadi, kalau kita lihat kepemimpinan nasional sejak bangsa ini merdeka, tidak sedikit dari mereka yang berasal dari hasil lembaga pendidikan Muhammadiyah. Jadi kita tidak perlu untuk tidak percaya diri, apalagi merasa rendah dengan adanya sekolah non Muhammadiyah yang melahirkan produk-produk begitu. Jadi ukuran kemajuan itu bukan hanya produk mobil, tapi kalau itu diakui baik, betul harus diakui. Tapi untuk sekarang, harus diakui juga, kalau masih ada sekolah Muhammadiyah yang jalan di tempat atau tidak berkembang. Bagaimana pandangan Bapak tehadap kondisi lembaga pendidikan Muhammadiyah yang seperti ini? Muhammadiyah itu dalam bidang pendidikan sesungguhnya mendapatkan kepercayaan yang luar biasa dari masyarakat. Dan itu merupakan kekuatan yang dimiliki Muhammadiyah mencapai dan menjadi modal utama bagi Muhammadiyah. Maka jika tidak bisa mengembangkan sekolah Muhammadiyah, maka sesungguhnya ini terletak pada pengelolanya, bukan pada Muhammadiyah atau sekolahnya. Seperti rektornya, kepala sekolahnya, dekannya, dan guru-gurunya, karena orang-orang ini adalah kunci bagi kemajuan sekolah. Sampai-sampai tema hari guru 5 Oktober 2010 kemarin mengangkat tema, recovery begins with teachers, yaitu kemajuan sekolah dengan memperbaiki guru-gurunya. Memang fasilitas perlu, akan tetapi lebih penting lagi adalah orangorangnya. Kita bisa lihat dulu KHA Dahlan, beliau hanya lewat mushalla dan kelompok kecil, tapi pendidikannya bermutu dan bagus serta menghasilkan out put yang membanggakan. Bagaimana pula peran dari warga Muhammadiyah sendiri dalam mengembangkan dan mewujudkan tujuan pendidikan Muhammadiyah ini? Jadi, pendidikan Muhammadiyah itu tumbuh dan berkembang berbasis pada lingkungan dan masyarakatnya. Jadi sebelum orang lain membicarakan tentang pendidikan berbasis komunitas atau community basic education, sebenarnya Muhammadiyah sudah mengamalkan itu terlebih dahulu. Makanya pendidikan Muhammadiyah ada yang di Aceh, Sumbar, Sulsel, Jawa dan sebagainya. Jadi sangat bervariasi seperti bentang kehidupan. Ini semua sangat membanggakan dan kita harus bersyukur dengan pendidikan kita, karena apa yang kita miliki ini, tidak dimiliki oleh orang lain. Ke depan yang penting selalu dijaga adalah bagaimana pendidikan itu selalu mengacu pada kemajuan dan perkembangan masa depan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Alfin Toffler, education must shift into the future tense, yaitu pendidikan harus mengacu pada perkembangan dan kemajuan masa depan.•(d) SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
29
30
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
TELAAH PUSTAKA
AGAMA BUKAN SEKADAR SIMBOL BAHRUS SURUR-IYUNK, MA
Judul Buku : Di Balik Simbol, Memahami Pesan Agama dengan Semangat Kemajuan Pengarang : Syafiq A. Mughni Penerbit : Hikmah Press, Surabaya, November 2011 Tebal Buku : viii + 276 halaman
R
ealitas kehidupan sosial bisa satu. Namun, cara pandang terhadapnya bisa berbeda-beda. Begitu juga, dengan pesan agama (Islam) yang terkmaktub dalam Kitab Suci tidak akan berubah hingga akhir zaman. Namun, cara seseorang memahami dan menafsirkannya menjadi sangat plural. Prof DR Syafiq A Mughni memiliki perspektif yang unik dalam memandang sebuah realitas sosial yang terjadi di sekelilingnya. Landasan utamanya tetap – Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Namun, cara Ketua PP Muhammadiyah mencandra normativitas Islam berbeda dari masyarakat Muslim pada umumnya. Buku ini hendak memberikan warna lain dalam memandang realitas dengan perspektif agama yang khas, yaitu cara pandang agama (Islam) substantif, sebuah model pendekatan gaya masyarakat kota. Dalam konteks ini, setidaknya ia telah membedakan diri dari mereka yang formalis-tekstualistik dan fundamentalistik. Dengan judul “Di Balik Simbol”, buku ini (seakan) hendak mendekonstruksi satu pemikiran awam yang bertumpu pada formalitas agama yang seringkali terjebak pada pesona lahiriyah dan simbol-simbol keagamaan. Simbol, menurut buku kumpulan tulisan ini, memang diperlukan dalam interaksi antar manusia. Simbol merupakan hasil kesepakatan orang-orang yang terlibat dalam interaksi itu. Orang akan mengenal sesuatu melalui simbol. Namun, seringkali orang berhenti pada simbol, tanpa menangkap maknanya. Orang sering terkecoh pada simbol. Tidak jarang, jenggot dianggap simbol ketakwaan, padahal sinterklas (Saint Claus) dan orang Yahudi ortodoks berjenggot lebat. Orang Islam merasa kurang afdhal kalau pergi ke masjid tidak pakai sarung, padahal orang-orang Budha di Myanmar suka pakai sarung jika hendak menjalankan ritual agamanya. Seorang khatib juga dianggap tidak patut jika tidak memakai kopiyah atau sorban. Padahal, orang-orang Hindu di India suka
pakai kopiyah jika berkhutbah. Hingga di sini, lahirlah sakralisasi simbol, meski ia hanya berguna jika ada makna di baliknya. Ada perbedaan antara simbol dan makna, wadah dan isi, form dan matter. Banyak orang yang hanya tahu simbol tanpa tahu reasoning dan maknanya. Mereka berjuang menegakkan simbol itu dan bahkan “menyembahnya”. Celakanya, mereka telah merasa mendapatkan tiket masuk surga dengan memperjuangkan simbol. Dengan perspektif yang bersifat dekonstrukstif itu, guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini kemudian mengeksplorasi simbol-simbol agama yang sering disalahpahami di tengah masyarakat, seperti ulama, wali, umara, mazhab, stempel Wahhabi, khalifah, menara masjid dan sebagainya. Tentang ulama, misalnya. Secara substantif, ulama adalah orang-orang yang berilmu, takut dan bertakwa kepada Allah. Namun, dalam perkembangannya, ulama direduksi dan disederhanakan menjadi kiai, buya, ustadz, ajengan, dan sebagainya (h. 21). Secara umum, buku ini menyiratkan satu pesan bahwa setiap simbol punya makna; setiap bentuk punya isi,setiap musik punya syair. Dalam beragama, seseorang jangan berhenti pada simbol. Seseorang harus mencari dan mengambil makna di balik simbol. Dengan demikian, umat Islam akan bisa beragama secara holistik (kaffah), tidak parsial. Sekali lagi, ia hendak membumikan pemahaman agama secara substantif pada khalayak. Selain mengkaji tentang simbol-simbol agama, buku ini juga memuat artikel pengalaman Syafiq ketika berkunjung ke beberapa negara, mulai negara yang miskin seperti Ethiopia hingga Amerika Serikat dan Jepang yang maju. Dengan demikian, buku ini —bisa dikatakan— merupakan refleksi dari pengalaman penulisnya dalam konteks pergaulan yang luas. Hanya saja, pengalaman itu kemudian dikonsultasikan dengan normativitas Al-Qur’an dan Sunnah Nabi —sekalipun kadangkala tidak pernah menyebutkan ayat-ayatnya secara langsung.l _______________________________________________________ Penulis adalah alumnus Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tinggal di Sumenep Madura SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
35
DI ANTARA KITA
MUHAMMADIYAH KEMBANGKAN KEMANFAATAN TANAH
W
akil Ketua MPR RI Drs H Hajriyanto Y Thohari, MA menyatakan rasa prihatin yang sangat mendalam, melihat kenyataan situasi yang sangat berat bahwa tanah sebagian besar Indonesia tidak produktif. Ada 2,7 juta hektar tanah dimiliki swasta nasional tetapi ditelantarkan. 85% petani Indonesia tidak memiliki tanah sawah garapan. “Petani menghadapi situasi tidak kondusif, hanya ada 0,2% tanah pertanian dari 87% aset tanah nasional digarap oleh rakyat,” katanya, ketika memberikan sambutan pada Peresmian Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) Pertanian Terpadu Unit 3 sekaligus Panen Perdana Padi Sawah yang digelar oleh MPM PP Muhammadiyah, awal Februari lalu di Desa Piyungan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Hadir dalam acara tersebut Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof DR Din Syamsuddin, MA, Anggota MPR RI Nasrullah, Ketua PWM Jateng, Ketua PDM Kab Magelang, Rektor UM Magelang, Rektor UAD, Perwakilan BATAN, Ketua PCM Sawangan dan warga masyarakat. Dalam kesempatan ini, juga diresmikan peletakan batu pertama berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah, dan penandatanganan prasasti Peresmian Gedung Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Sawangan. Dikatakan, pihaknya terus berjuang lewat lembaganya sekaligus bersinergi dengan Persyarikatan Muhammadiyah untuk mengembangkan kemanfaatan tanah untuk pertanian rakyat. “Pengelolaan agraria harus dibenahi agar tidak jadi bola liar,” tandasnya. Karena itu di lembaganya harus ada semacam Ketetapan MPR sebagai pijakan pembenahan persoalan agraria nasional. Pembenahan itu, katanya, semangatnya adalah untuk peningkatan pemanfaatan tanah untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. Jika perlu ada ‘revolusi’ pertanian agar rakyat merasakan panen. Bukan sebaliknya untuk pemiskinan petani. Jika melihat yang sudah dilakukan oleh Muhammadiyah lewat Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) dengan konsep pertanian terpadu untuk ketahanan pangan, ujarnya, kita optimis. “Pengelolaan pertanian akan menjadi efisien karena terjadi peningkatan produksi, efektif karena pengelolaannya tepat sasaran,” kata Hajriyanto yang juga Ketua Lazis PP Muhammadiyah. 36
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
Hajriyanto menegaskan, “Negara RI dikalahkan Muhammadiyah dengan program pertanian yang konkret dirasakan manfaatannya.” Saya sangat setuju, Muhammadiyah sedikit bicara banyak bekerja. Warga Muhammadiyah harus yakin, memberikan zakatnya untuk disalurkan melalui Lazis PP Muhammadiyah akan mendatangkan kemaslahatan kepada umat. “Jangan segan-segan mengulurkan zakatnya.” Dana yang dihimpun Lazis Muhammadiyah, dikelola dengan sebaik-baiknya. Ditangani pimpinan Muhammadiyah secara bertanggung jawab. “Terbuka untuk semua PCM dan PRM di manapun untuk mengajukan proposal untuk kegiatan yang produktif,” tawar Hajriyanto kepada warga Muhammadiyah. Contohnya, salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi rakyat dengan kegiatan pelatihan, dan pendampingan. Terukur Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (M PM) PP Muhammadiyah, Drs Said Tuhuleley, mengemukakan, Pusdiklat Pertanian Terpadu yang dibangun di seluruh Indonesia merupakan sarana untuk mewujudkan ketahanan pangan masyarakat. Pusdiklat Pertanian Tepadu sebelumnya sudah dibangun di Kota Makassar Sulawesi Selatan untuk kepentingan sarana pelatihan bagi warga masyarakat di Indonesia Timur. Diklat sudah memiliki puluhan sapi ternak, ribuan itik dan persawahan 4 hektar. Pusdiklat di Kota Padang, Sumatera Barat untuk kawasan Indonesia Barat mengelola puluhan hektar pohon coklat. Terakhir di Kota Yogyakarta berada di Desa Piyungan Sawangan, nantinya juga merambah kepentingan daerah Grobogan, Semarang. Di Magelang sudah terbentuk 7 Kelompok Petani Surya Gemilang. Mereka ini sudah terlatih menangani proses awal hingga akhir dalam siklus rantai pengelolaan pertanian, peternakan, dan perikanan. Termasuk pembuatan pupuk organik limbah ternak. Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sawangan, Maksum M, SAg, menyatakan rasa bangganya di desanya ditempatkan sebagai obyek garapan pertanian terpadu. “Tentu,. kami berharap dapat terjadi kemakmuran yang dapat dirasakan oleh masyarakat di sini,” katanya.l am
DI ANTARA KITA
PELATIHAN KADER TARJIH TINGKAT NASIONAL
M
ajelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat menyelenggarakan Pelatihan Kader Tarjih Tingkat Nasional, pada hari Jum’at s.d. Senin, 20 s.d. 23 Januari 2012. Pelatihan diadakan di Rektorat Kampus 2 Universitas Muhammadiyah Magelang. Drs Muhammad Mas’udi, MAg, selaku Ketua Panitia, menyampaikan sekitar 70 kader ulama dari seluruh wilayah Indonesia ambil bagian menjadi peserta dalam Pelatihan ini yang berasal dari unsur Majelis Tarjih dan Tajdid PWM se-Indonesia, beberapa organisasi otonom tingkat Pusat dan tuan rumah UM Magelang serta Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kabupaten dan Kota Magelang. Ghoffar Ismail, SAg, MA., Ketua Divisi Kaderisasi dan Organisasi Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, mengatakan bahwa Pelatihan yang digelar merupakan pilot project, diharapkan di setiap Wilayah dapat melaksanakan kegiatan serupa dengan sasaran kader ulama di tempat masing-masing. Jika dapat dilaksanakan dengan baik, Muhammadiyah tidak perlu kuatir akan terjadinya kelangkaan ulama. Prof Dr H Syamsul Anwar, MA. bahkan menyatakan perlunya pelatihan kader yang bersifat kursus regular, bukan hanya pelatihan singkat, sehingga materi yang disampaikan bisa lebih mendalam. Hal ini dapat menunjang kompetensi ulama Tarjih yang sangat diperlukan bagi Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang bergerak di bidang amar makruf nahi munkar dan tajdid.
Dalam sambutannya, Din Syamsuddin memberikan apresiasi positif dan mendukung sepenuhnya proses kaderisasi ulama di lingkungan Muhammadiyah. Pelatihan kader ulama Tarjih harus dapat dilaksanakan sampai tingkat bawah, baik di Wilayah maupun daerah. Dalam satu tahun ini Din berharap Wilayah dan Daerah telah menyelenggarakannya. Adapun materi pelatihan kader tarjih yang diberikan selama empat hari kepada peserta antara lain Konsep Kelembagaan dan Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Ilmu Hadits dan Metode Penentuan Status Hadits, Metode Ijtihad dan Istimbath dalam Hukum Islam, serta Pedoman Hisab Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Bulan Kamariyah.l MieR
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
37
‘ I B R A H
kemuliaan YANG BAIK
S
iapa yang tidak ingin hidup lebih baik? Semua orang tentu selalu mendambakan hidup yang baik. Hanya orang yang kurang akil-balig atau tidak memiliki akal budi yang tidak ingin hidupnya baik, secara fisik maupun batin. Orang kafir sekalipun, ketika mereka menumpuk-numpuk kekayaan dan mengejar kehidupan dunia tanpa batas, sesungguhnya tergambar ingin menikmati hidup di dunia laksana di surga. Tentu saja orang kafir tidak percaya akan adanya surga dan neraka, sedangkan orang beriman mempercayainya sebagai salah satu wujud iman. Orang giat bekerja keras sejak bangun hingga tidur kembali pada setiap harinya karena mengejar sesuatu, yakni kebahagiaan hidup. Demi kebahagiaan atau secara lebih khusus kesejahteraan hidup, banyak orang melakukannya nyaris tanpa mengenal ruang dan waktu. Kata kiasan, demi mengejar ambisi hidup manusia mau jungkir balik melakukan apa yang dapat dilakukannya, kaki dijadikan kepala dan kepala dijadikan kaki. Tidak sedikit orang melakukan segala cara demi meraih apa yang dikehendakinya dalam hidup. Karena demikian ambisius dalam meraih tujuan hidup tidak jarang orang lupa diri. Banyak kisah yang terukir dalam masyarakat tentang cerita Malin Kundang yang berasal dari dusun dan hidup pas-pasan, setelah sukses tidak mengakui ibunya, sehingga terkutuk menjadi batu. Banyak legenda yang mengisahkan hal serupa, yang boleh jadi tidak benar-benar terjadi, tetapi mengandung ibrah atau pelajaran berharga betapa tidak sedikit manusia lupa daratan gara-gara termakan gemerlap dunia yang diimpikannya. Banyak orang semula bersahaja tetapi kemudian berubah menjadi pemuja kesenangan dunia setelah merasa berada di puncak kehidupan dunia. Di gedung Senayan banyak perilaku aneh-aneh setelah mereka duduk empuk mewakili rakyat sebagaimana menjadi sorotan publik. Berfasilitas serba mewah. Bergaya hidup gemerlap. Bertingkah aneh-aneh dan berlebihan. Merasa paling berkuasa dan memiliki segalanya. Satu persatu bahkan terjerat skandal moral dan korupsi dari yang ringan hingga besarbesaran. Padahal rakyat yang diwakilinya banyak yang hidup serba berkekurangan, menderita, dan menjadi korban segala hal. Kenapa banyak anak cucu Adam mengejar dunia dan kemudian tenggelam dalam pesona dunia yang menistakan dirinya? Secara alamiah, setiap anak manusia memang ingin hidupnya baik dan layak, bahkan lebih dari yang semestinya. Namun instink atau sifat alamiah itu tidak dapat dibiarkan tumpah ke segala arah tanpa fondasi, bingkai, dan arah yang pasti. Manusia jika dibiarkan serba bebas akan liar laksana hewan, 38
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
bahkan kata Tuhan bal-hum adhalun, lebih sesat ketimbang binatang. Sebab dalam kesesatan dan kebebasannya yang tanpa batas manusia selalu memilih dalih pembenar dengan akal pikirannya dan sistem yang diciptakannya sendiri. Di sinilah pentingnya nilai-nilai ajaran Islam sebagai fondasi, bingkai, dan petunjuk bagi kehidupan. Lebih-lebih kehidupan setiap Muslim yang beriman. Bahwa manusia harus mengazam atau mencita-citakan hidup yang baik, tetapi kebaikan hidup itu haruslah jelas berbasis pada dasar nilai hidup yang kokoh. Bukan kebahagiaan, kesejahteraan, dan tujuan hidup yang serba duniawi minus ukhrawi. Bukan sekadar hidup serba inderawi minus nilai dan ruhani. Bukan gemerlap hidup yang melampaui takaran, tetapi kecukupan hidup yang membawa kebahagiaan, ketenteraman, dan keselamatan. Karenanya Allah SwT dalam Al-Qur’an memberikan bimbingan dalam meraih kehidupan sebagaimana firman-Nya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Al-Nahl [16]: 97) Menurut Ibn Katsir, ayat ini merupakan janji Allah bagi mereka yang mengerjakan amal shalih disertai iman, yakni meraih kehidupan yang baik di dunia dan kelak memperoleh pahala berlimpah di hari akhir. Dalam ayat ini Allah menegaskan makna dan arah hidup Muslim, yakni meraih hayatan thayyiban dan ajra hasanah. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Aisyara al-Tafasir (Juz 3: 906) mengartikan “hayatan thayyibah” sebagai berikut: “fi al-dunya bi alqana’ah w al-rizqi al-halal wa fi al-akhirat hiya hayat al-jannah” (di dunia meraih ketenangan dan rizki yang halal, serta di akhirat meraih kehidupan surga). Jadi, jika ingin hidup baik yang hakiki maka beriman dan beramal shalih dengan sejati. Beriman dan beramal shalih yang sejati artinya ikhlas lillahi ta’ala, dilakukan dengan ihsan (kebaikan yang sempurna), dan menempuh jalan yang haq atau benar. Bukan beriman dan beramal shalih yang serba verbal, minimalis, lebih-lebih penuh citra luar dan kepura-puraan yang mendekati atau menyamai sifat nifaq. Dari luar tampak beriman dan beramal shalih, tetapi dari dalam banyak kepalsuan dan menyembunyikan motif-motif serba duniawi yang jauh dari makna, hakikat, dan tujuan hidup yang fitri. Akhirnya hidup yang baik yang dicita-citakan jauh panggang dari api.l A. Nuha
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
39
B I N A
A K I D A H
HUBUNGAN ANTARA MASALAH IMAN DAN PERADABAN DR MOHAMMAD DAMAMI, MAg
P
ada bulan Juni 1936, M Natsir, seorang tokoh muda Islam hasil pendidikan Persis, Bandung, yang akhirnya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, menulis sebuah artikel yang dimuat dalam majalah Pedoman Masjarakat dengan judul “Islam dan Kebudayaan”. Dalam artikel tersebut, M Natsir memulainya dengan mengutip tulisan seorang orientalis (sarjana yang ahli masalah-masalah ketimuran), Sir Hamilton Alexander Hoskeen Gibb dalam karangannya yang berjudul Whither Islam sebagai berikut: “Islam is indeed much more than, a system of theology, it is a complete civilisation.” (Capita Selecta, [1954], 3). Pernyataan jujur HAR Gibb ini menunjukkan dengan jelas bahwa Islam bukanlah sebagaimana disangkakan orang bahwa Islam hanyalah sekadar sistem ilmu ketuhanan saja, melainkan Islam adalah sebuah bangunan peradaban yang komplit (lengkap). Dalam kesejarahannya, kalau kita telusuri secara cermat, umat Islam yang dipenuhi rasa keimanan yang mendalam memang telah berhasil mematahkan sebuah mozaik peradaban dalam bingkai besar peradaban umat manusia. Kalau mau jujur, peradaban Barat dewasa ini, yang kita telah tahu sangat memengaruhi peradaban dunia sampai permulaan abad ke-21 ini, pada hakikatnya adalah keterusan dari peradaban Islam yang telah mendahuluinya. Lalu orang bertanya, bagaimana seharusnya umat beriman yang memeluk agama Islam pada abad ini dan seterusnya dalam konteks pembentukan peradaban berikutnya? Pada hakikatnya, kebudayaan adalah “proses”, sedangkan peradaban adalah “hasil” (produk). Artinya, dalam apa yang disebut “kebudayaan” masih terjadi prosesproses pembentukan yang bisa terjadi pasang-surut, silih berganti, sampai menemukan pola umum yang relatif mapan. Kumpulan pola umum kebudayaan yang telah relatif mapan inilah yang disebut 40
“peradaban” (civilisation). Pasang-surut dan silih bergantinya kebudayaan tersebut sebagai konsekuensi dari proses-proses kreatif manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan pemuasan idealisme yang ingin diekpresikannya atau ditampilkannya secara nyata. Di samping itu disebabkan pula kecenderungan keinginan terus belajar dan saling memengaruhi antara satu dengan lainnya. Seperti diketahui, cara hidup umat beriman adalah senantiasa berlindung di bawah pancaran sinar Kitab Suci Al-Qur’an yang kemudian diperjelas dan diperluas oleh As-Sunnah. Paling tidak, inspirasiinspirasi tertentu mendapat pedomannya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tersebut. Menurut Al-Qur’an, penerapan atau aplikasi dari peran manusia selaku “khalifah Allah di planet bumi” adalah sebagai pemakmur kehidupan di planet bumi (isti’maar fi-’l-ardl) (Hud [11]: 61). Kehidupan yang disebut “makmur” ini tanda-tanda terukurnya adalah manakala kehidupan tersebut dipenuhi suasana yang benar, baik, indah, dan penuh kemanfaatan. Benar, karena lurus dengan perintah dan larangan Allah SwT dan bisa dinalar berdasar kekuatan nalar normal manusia. Baik, karena sesuai dengan perintah dan larangan Allah SwT dan bisa dipahami alasan serta hikmah yang ada di dalamnya. Indah, karena selaras dengan apresiasi keindahan murni yang dimiliki manusia pada umumnya. Manfaat, karena menghasilkan efek atau hasil positif untuk kehidupan yang bersifat dinamis. Sungguhpun begitu, keempat nilai tersebut (benar, baik, indah, manfaat) berjalan secara sinergis satu dengan yang lain. Karena berperan aplikatif sebagai pemakmur kehidupan di planet bumi, umat beriman harus mampu menghasilkan peradaban tersendiri. Untuk itu Al-Qur’an menegaskan perlunya umat beriman mengambil “posisi yang tegas” dulu. Posisi
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
yang dipilih adalah selaku “furqan” (pembeda tegas antara yang hak/benar dan batil/salah) (Al-Anfal [8]: 29). Manusia beriman bukanlah manusia yang suka ikutikutan yang tidak jelas atau diombangambingkan oleh kehidupan yang sarat kepentingan dan keinginan. Jadi, dengan adanya pemilihan posisi ini, maka tidak perlu kaget kalau suatu saat akan berhadapan dengan peradaban lain yang memiliki posisi yang berlawanan. Keberanian dan ketegasan pengambilan posisi seperti ini akan mampu menghasilkan peradaban secara tersendiri yang patut diperhitungkan oleh pihak peradaban yang berbeda. Posisi yang dipilih untuk beriman adalah posisi yang senantiasa berorientasi pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana telah dijelaskan di atas. Sungguhpun begitu, dalam praktik sosiologisnya, praktik gaul-sosialnya, AlQur’an juga menekankan perlunya sikap wasathan (sikap moderat, pertengahan; Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah. Jilid 1, 2000: 325) (Al-Baqarah [2]:143). Moderat dalam metode penyampaian, moderat dalam proses tukar-pikiran atau tukarargumen, dan moderat dalam memahami setiap terdapat perbedaan. Model komunikasi yang demikian inilah barangkali yang konstruktif. Umat yang beriman yang berani mengambil posisi yang tegas sebagai “furqan”, tetapi dalam sikap sosiologisnya menerapkan sikap “wasathan” yang luwes, maka dengan cara-cara seperti ini, seperti yang dituntunkan sendiri oleh Al-Qur’an seperti terurai di atas, insya Allah umat beriman seperti itu akan berhasil menghasilkan peradaban berikutnya nanti. Pengalaman peradaban yang dihasilkan untuk periode yang pertama merupakan evaluasi bagi umat beriman di kalangan umat Islam untuk menatah mozaik peradaban Islam di masa datang. Insya Allah. Wallaahu a’lam bishshawaab.
B I N A
A K H L A K
Pendidikan yang Mencerdaskan: “Ta’lîm, Tarbiyyah atau Ta’dîb? (1) MUHSIN HARIYANTO Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.
D
alam beberapa kesempatan, ada keilmuan”. Mengacu pada pengertian ini, sejumlah pertanyaan dari para at-ta’lîm bisa dimaknai sebagai upaya jamaah pengajian penulis tentang optimal yang secara berkesinambungan hakikat pendidikan Islam. Mereka pada dilakukan oleh manusia sejak lahir hingga umumnya mempertanyakan makna ketiga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ konsep yang ditawarkan: “at-ta’lîm, at- ke posisi ‘tahu’, sebagaimana yang ta’dîb, dan at-tarbiyyah”. Apa titik-temu dan digambarkan dalam Qs An-Nahl [16]: 78 titik-potongnya. Untuk menjawab pertanyaan itu, penulis mencoba menggali ketiga nomenklatur (tatanama) [“at-ta’lîm, at-ta’dîb, dan at-tarbiyyah”] dari khazanah pemikiran keIslaman, utamanya “Kajian Pendidikan Islam Kontemporer”. Dari hasil penelusuran, penulis temukan tiga nomenklatur yang secara umum digunakan dalam pendidikan Murid-murid SD Muhammadiyah Kauman Yogyakarta Islam, yaitu “at-ta’lîm, atpraktek sholat di Masjid Gede Kauman. ta’dîb, dan at-tarbiyyah”. Namun, pada umumnya, umat Islam lebih : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari mengenal istilah at-tarbiyyah daripada perut ibumu dalam keadaan tidak kedua istilah yang lain. Istilah at-ta’lîm lebih mengetahui sesuatu pun, dan Dia dikenal dalam aktivitas pengajian- memberi kamu pendengaran, pengajian (di masjid-masid dan majelis penglihatan dan hati, agar kamu ta’lim), sedang istilah at-ta’dîb, justru bersyukur.” kurang populer. Padahal, menurut Naquib Kedua, secara etimologis at-ta’dîb al-Attas, pengertian at-ta’dib lebih tepat berarti “pengajaran sopan santun” (masdipakai untuk menerjemahkan pengertian dar dari kata addaba-yuaddibu-ta’dîban). “pendidikan Islam” daripada (istilah) at- Dalam terminologis bermakna “proses tarbiyyah, apalagi at-ta’lîm. pendidikan yang diorientasikan pada pemMengutip penjelasan al-Attas, dengan binaan dan pengembangan karakter. beberapa penyelarasan, bisa penulis je- Konsep at-ta’dîb, menurut para pakar laskan sebagai berikut: pendidikan Islam, bisa dimaknai sebagai Pertama, secara etimologis, at-ta’lîm proses pengenalan, penanaman dan berarti “pengajaran” (masdar dari ‘alama- pembiasaan al-akhlâq al-karîmah (akhlak yu’alimu-ta’lîman). Dalam pengertian ter- mulia). minologis bermakna “transformasi Ketiga, secara etimologis at-tarbiyyah
berarti “pendidikan”. Kata at-tarbiyyah dapat dikembalikan kepada tiga kata kerja yang beragam: (1) rabâ-yarbû, yang bermakna namâ-yanmû, yang berarti “berkembang”; (2) rabiya-yarbâ, yang bermakna nasya’a-yansya’u, tara’ra’ayatara’ra’u, yang berarti “tumbuh”; (3) rabba-yarubbu, yang bermakna ashlaha-yushlihu, yang berarti “memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memelihara” Selanjutnya, at-tarbiyyah bisa dimaknai sebagai: (1) proses pengembangan dan bimbingan, fisik, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkesinambungan, dengan orientasi agar peserta didik “tumbuh dewasa” dan “hidup mandiri”di tengah masyarakat, (2) sedang kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, sikap bijak, dan menyenangkan; (3) menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai dengan syariat Islam; (4) proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijaksana dan dilaksanakan secara bertahap dari yang paling mudah menuju yang paling sulit; (5) mendidik melalui penyampaian ilmu, dengan menggunakan metode yang mudah diterima sehingga peserta didik dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari; (6) kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan diserta dengan perasaan memiliki terhadap peserta
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
41
B I N A
J A M A A H
MEMBENTENGI JAMAAH SECARA EFEKTIF
S
alah satu tugas penting dan strategis dari takmir masjid, musholla atau surau Muhammadiyah adalah membentengi jamaahnya. Ini makna penting dari hadir dan berfungsinya takmir. Membina jamaah, salah satu artinya adalah dengan membentengi jamaah. Lebih-lebih sekarang ini, ketika jaman berubah dan bermunculan aneka macam paham keagamaan dan paham politik yang menawarkan diri di masyarakat, dan lebih sering membingungkan masyarakat ketimbang membuat masyarakat tenteram. Lantas dengan apa takmir membentengi jamaahnya? Adakah cara yang efektif untuk membentengi jamaah? Tentu saja ada, dan banyak alternatifnya. Misalnya membentengi jamaah dengan cara (1) meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan jamaah, (2) meningkatkan rasa aman dan tenteram jamaah, (3) membangkitkan optimisme jamaah, (4) memberikan keterampilan teknis dalam beribadah, (5) memberikan keterampilan berkomunikasi bagi jamaahnya, (6) memberikan pengalaman asyiknya mempraktikkan Islam berkemajuan sebagaimana dikampanyekan Muhammadiyah sejak KHA Dahlan, (7) meningkatkan kepekaan dan kewaspadaan jamaah agar tidak mudah dihasut, diadu domba dan dibakar emosinya, (8) membentengi jamaah dengan ilmu dan wawasan yang memadai. Delapan benteng utama itu dapat dibangun dan dilaksanakan secara bertahap atau bergantian, tetapi juga dapat dibangun dengan serentak atau simultan lewat aneka kegiatan yang bersinergi dan terintegrasi dengan baik. Sebab pada dasarnya, orang atau jamaah itu mau datang ke masjid itu sudah siap dibina. 42
Kalau takmir masjid memiliki agenda lengkap, terstruktur dan berkesinambungan untuk membentengi jamaah, mereka akan sangat senang sekali. Pertama, mereka memang dibuat makmur dan sejahtera dulu. Perut yang kenyang sulit dipengaruhi orang luar atau paham luar. Rasa aman dan tenteram juga perlu dihadirkan terus-menerus. Kalau jamaah sudah merasa aman dan tenteram dengan hadir di masjid, mereka ridak akan mencari pelarian di luar masjid. Ini sudah jelas dan nyata. Jamaah pun perlu dibangkitkan rasa optimismenya. Di tengah munculnya tantangan hidup yang makin berat, rumit dan kadang meresahkan, banyak orang kemudian merasa pesimis, atau malah kemudian jatuh pada sikap apatis. Ini perlu dicegah dengan cara membangkitkan optimisme terus-menerus. Harus diyakinkan bahwa jamaah yang mulia dan jamaah yang kelas satu adalah jamaah yang selalu optimis dan tidak mudah putus asa. Pengajian dengan topik membangkitkan optimisme perlu dibuat rutin, kadang disertai dengan permainan kecil, nyanyian dan pengajian sambil rekreasi. Optimisme merupakan benteng yang kokoh. Sebagai bagian dari umat Islam yang dipilih Allah untuk diselamatkan di dunia dan akhirat, jamaah masjid Muhammadiyah harus memiliki sikap istiqomah dan senantiasa berharap pada pertolongan Allah semata. Keterampilan dalam beribadah bagi jamaah pun perlu senantiasa ditingkatkan. Mulai dari keterampilan shalat wajib dalam menjadi imam atau makmum,berdoa, berpuasa, shalat sunat, bertadarus, bersedekah, berzakat, berinfaq, berta’jil, shalat ‘id, shalat gerhana, bertakbir dan sebagainya. Dengan meningkatnya
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
keterampilan beribadah seperti itu, maka ibadah mereka pun akan makin mantap dan tidak mudah goyah oleh kritikan atau celaan dari luar. Asal semua jelas, berdasar keputusan Majelis Tarjih dan tuntunan Persyarikatan maka mereka dapat memegangnya sebagai panduan. Setelah jamaah terampil beribadah, mereka perlu dibekali kemampuan untuk berkomunikasi dengan pihak luar. Termasuk kemampuan membela diri jika apa yang mereka miliki diserang, dicerca atau dilecehkan oleh pihak lain. Kemampuan berkomunikasi seperti ini akan sangat bermanfaat ketika ada kesempatan dialog. Mereka dapat menyampaikan apa yang mereka inginkan dan mereka dapat mempertahankan pendapatnya jika diserang, sekaligus dapat membalas menyerang balik, tentu dengan tujuan untuk mencari kebenaran. Benteng keenam, tujuh dan delapan dapat dijadikan satu dalam langkah atau beberapa kegiatan yang terintegrasi. Pengalaman ber-Islam secara berkemajuan, kepekaan untuk mempertahankan keamanan lingkungan dan membentengi diri dengan ilmu dan wawasan tidak merupakan hal yang terpisah. Ilmu dan wawasan, dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, merupakan benteng cukup ampuh jika dimiliki oleh jamaah Muhammadiyah. Dengan benteng ilmu dan wawasan, plus kesadaran Islam berkemajuan dan kepekaan terhadap kemungkina godaan atau serangan dari luar, maka ada harapan jamaah Muhammadiyah akan muncul sebagai jamaah unggulan. Jamaah yang akan menjadi pemenang di masa depan, bukan jamaah pecundang yang mudah dikalahkan dan diobrak-abrik oleh pihak lain.l Mustofa W Hasyim
K KALAM A L A M
Muhammadiyah Mencerahkan Pendidikan M MUCHLAS ABROR
S
ebelum Muhammadiyah berdiri,di Indonesia ada dua sistem pendidikan, yaitu pondok pesantren dan sekolah umum. Pertama, pondok pesantren. Di lembaga pendidikan Islam ini, pada masa itu, hanya diajarkan cabang-cabang ilmu pengetahuan Islam kepada para anak didik atau santrinya. Mereka tidak mendapatkan pelajaran ilmu pengetahuan umum. Tidak ada sistem kelas disamping tidak ada kejelasan batas waktu bagi mereka dalam mengikuti pendidikan. Sehingga mereka tidak tahu berapa lama harus tinggal di pondok pesantren. Kedua, sekolah umum. Yang dimaksud sekolah umum di sini adalah sekolah yang diselenggarakan oleh Kolonial Belanda. Di sekolah ini, para anak didik hanya mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan umum. Mereka tidak mendapatkan pendidikan agama. Sekolah menggunakan sistem kelas, ada batas waktu atau lama pendidikan. Sekolah diatur secara berjenjang atau bertingkat. Yang dapat diterima masuk dalam sekolah ini hanya dari kalangan tertentu. Kekurangan pondok pesantren adalah pada sistem penyelenggaraannya dan para santrinya tidak mendapatkan ilmu pengetahuan umum. Sehingga lulusan lembaga pendidikan Islam ini, ketika itu, tidak dapat memenuhi tuntutan zaman. Sekolah umum kekurangannya para anak didiknya tidak mendapatkan pendidikan agama. Di samping maksud utama sekolah ini didirikan untuk menyiapkan agar para lulusannya menjadi pegawai kolonial Belanda. Siapa yang memiliki idealisme tentu tidak akan membiarkannya tanpa kesudahan atau penyelesaian. KH Ahmad Dahlan mendalami dan memahami Islam.Selain itu, beliau memiliki idealisme pula. Beliau melihat kenyataan itu menjadi tantangan yang harus dijawab dan sebagai peluang yang harus dimanfaatkan untuk melakukan perubahan. Beliau mulai bergerak melakukan pembaruan pendidikan. Usaha ini telah dimulai sebelum dan apalagi setelah beliau mendirikan Muhammadiyah. Salah satu usaha yang beliau prioritaskan adalah pendidikan. Beliau memelopori membuka dan mendirikan madrasah dan sekolah Muhammadiyah dengan mengintegrasikan dua sistem pendidikan tersebut. Madrasah dan sekolah Muhammadiyah diatur dengan sistem kelas, lama pendidikan ditetapkan, berjenjang atau bertingkat. Pada Madrasah Muhammadiyah mendapat pelajaran pengetahuan Islam yang bobotnya lebih banyak juga diajarkan pengetahuan umum. Sedangkan pada Sekolah Muhammadiyah yang mendapat pelajaran pengetahuan umum yang menjadi titik beratnya, juga kepada para siswanya diberikan pendidikan agama. Sistem pendidikan Muhammadiyah itu, setelah Indonesia merdeka, alhamdulillah, diterima dan dipakai oleh Pemerintah. Tentu setelah disesuaikan dan disempurnakan seperlunya selaras dengan kemajemukan rakyat Indonesia. Sejak itu Madrasah dan Sekolah Muhammadiyah dari waktu ke waktu terus tumbuh berkembang hingga sekarang. Jumlahnya telah mencapai ribuan. Bahkan hingga sekarang pula sejak tahun 1960-an, terus bermuculan berdiri Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dalam berbagai bentuk (Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, dll). Dalam Madrasah, Sekolah, dan PTM, para siswa dan mahasiswa pasti mendapatkan pendidikan agama Islam
(PAI) atau dalam bahasa khusus Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Melalui PAI diharapkan mereka menjadi muslimin beraqidah benar, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, trampil, berjiwa pengabdian, serta berguna bagi masyarakat dan negara. Mereka memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Untuk itu, PAI diberikan bukan sekadar mengajarkan tentang teori kejujuran, misalnya, tetapi sekaligus praktek. Bukan hanya menyiapkan bahan ajar yang hendak diujikan secara teoritis, namun miskin dalam praktek. Muhammadiyah pada masa lalu telah berhasil mencerahkan pendidikan di Indonesia. Ini dibuktikan oleh Madrasah dan Sekolah Muhammadiyah pada zaman itu. Para lulusan atau hasil pendidikannya telah melahirkan muslimin beraqidah kokoh, berakhlak terpuji, pemahaman mereka terhadap ajaran Islam baik, cakap dan percaya diri, ikhlas, serta berjiwa pengabdian. Mereka adalah para pejuang, pembela, dan pengisi kemerdekaan. Dengan bekal pendidikan yang mencerahkan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di Madrasah dan Sekolah Muhammadiyah, mereka menjadi sumberdaya manusia yang terpercaya. Mereka banyak menduduki jabatan struktural pemerintahan disamping sebagian yang lain bergerak dalam usaha wiraswasta, dll. Dan mereka memiliki komitmen teruji terhadap Muhammadiyah. Capaian hasil pendidikan Muhammadiyah itu, pada waktu sekarang dan masa yang akan datang, harus ditingkatkan. Bukan hanya dipertahankan. Apalagi jumlah Madrasah, Sekolah, dan PTM terus bertambah. Seiring dengan itu, maka kualitasnya harus terus-menerus ditingkatkan. Muhammadiyah yang banyak memiliki amal usaha bidang pendidikan tentu mempunyai persoalan pendidikan dan tanggungjawab yang berat. Demikian pula organisasi pendidikan lainnya. Apalagi Pemerintah tentu sangat merasakan. Sering kita dengar kritikan bahwa dunia pendidikan di negeri kita baru dapat melahirkan manusia pandai dan cerdas. Tetapi kepandaian dan kecerdasannya untuk menipu dan korupsi. Para koruptor adalah para pelaku kejahatan yang umumnya mereka terdidik sehingga sering dikatakan kejahatan kerah putih. Korupsi lebih didasari kerakusan dan terasingnya pendidikan moral dalam diri. Korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi. Korupsi adalah pencurian melalui penipuan dalam situasi mengkhianati kepercayaan. Korupsi sangat erat kaitannya dengan moral, sementara moral erat kaitannya dengan pendidikan. Tujuan pendidikan hakikatnya untuk pembentukan karakter. Erat dengan itu, maka PAI mempunyai peran sangat penting. PAI pada Madrasah, Sekolah Muhammadiyah, dan PTM bertujuan untuk membentuk manusia muslim yang berakhlak mulia dan seterusnya. Untuk tercapainya tujuan itu, maka PAI penyampaiannya bukan sebagai pelajaran, tetapi sebagai pendidikan. Pendekatan yang dipakai bukan pendekatan ilmu yang hanya menyentuh ranah kognitif, tetapi pendekatan komprehensif (holistik) yang menyentuh seluruh aspek pribadi. Muhammadiyah tetap dapat mencerahkan pendidikan di Indonesia. Semoga.l SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
43
HUMANIORA “LAPINDO !” : surat buat Presiden waktu tak tampak, bukan jalan yang lincah, nasib yang lekas, maret ke-12, aku membacamu yang berpeluk ke rimbun pohon, cemasmu tak tergoyah. Seakan menebar bunga-bunga kemenyan arahmu mencari mata gerimis. Tak lepas dari kenangan: bersandar ke kaca jendela, berdiri alpa lalu memeluk remang, Kau mengganti kulit tahun. Dan rasa peduli hilang kendali —masih pada warna yang sama, entah apa yang terasa, sakit atau unggas yang berkarat ke tengah kolam—Kau suka berlagu dan kerap mencuri warna bunga. Kau diam-diam bergeser, Kau menegur air dengan tatapan yang cermat, Kau bisa memilih bulan dalam jerami, Kau tak terbelah. Saat hujan acuh atas masa lalu, bukan akal menjamah hutan ke awal syair,
PUISI-PUISI W HARYANTO FRAGMENT OF INSANITY —usai Tsunami Aceh tangis tak selalu berkisah. Masa lalu yang jauh di dasar laut. Aku bermimpi seakan menggiring mendung ke puncak bukit, biar dunia terbuka— tapi cintaku mati. Di jubah Desember saat kita dipisahkan tsunami, kutulis syair tentang jarak bumi dan bulan, badai ini tak mungkin kutolak, pikiranku pergi dari tubuh. Di malam yang tak berputus, bulan yang mati tinggal abu, saat pagi menyala di jalan lembah, aku seperti mayat yang tak berjawab dan mengukir setiap bayangan (2004-2011)
mengubahmu jadi hening—tempat senja menoreh sedih seperti orang-orang pincang. Ke puncak Maret: kita minum teh, lalu teringat pada letak pakis di dinding sumur—dulu,
JAGIR WONOKROMO, I
Kau bertukar rupa ke tetes air, cinta yang sepadan dengan bayangan. Kau merubah langkah. bulan jatuh lalu beranak ke dasar kolam, jam tak berhenti di angka tujuh
hening yang tak bisa diduga membujukmu pergi, dan prenjak tak lagi melintas, ujarmu tak berbalas
Kau mengharap cuaca bisa berubah—dan kelak,—ibu yang kekal teguhkan tanah-tanah retak ke hulunya: aku berlari, sampai bulan abu, terbakar tungku. hari remajamu seperti sihir,
senjamu tak sama seperti kemarin, cuma bisikan-bisikan ke sungai sisa gelap ditulis kereta malam seperti ingatan,
bualan hikmat di bawah payung,—jauh ke tengah hari bila terlanjur kemungkinanmu, kubuka simpulmu”— aku berujar bersama burung, tak risau saat tergelincir ke ujung daun. (2009-2011) 44
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
—usai penggusuran
ke lampu 40 watt pesanmu tercatat, dan kucemaskan caramu memandang setelah halaman buku terlanjur tertutup, dan kampungmu yang lama adalah anjing-anjing yang menguap (Surabaya, 2004-2011)
HUMANIORA JAGIR WONOKROMO, II —kepada perkampungan streenkali Jagir
kutandai tahun dengan nyanyi yang meninggalkan sunyi. tanpa jiwa. aku tak mengerti dunia macam apa yang kupilih,
kau tak lagi datang subuh ini, bulan pergi usai memungut gugur daun di pelupukmu, ia menyebutmu. Dalam resah
nasibku masih di ufuk. pada jam gementang gelap khusyuk dan tumpah ke dinding ada sebab yang terasa seperti teriak
sungai yang tua hilang arah, pada potret lama: kau pernah limbung mainkan lagu bersama orang-orang kakilima, ocehan-ocehan tak jelas, pasar maling,
senjaku lari menuju hutan. jalan di dalam ketakutan, ruang yang tiada tepi aku membacamu dengan getir seperti sebuah tanda seru tak ada esok. syair hanya terucap kabut— menjadikanku begitu liar kesadaranku menjauh dan dilecut cambuk
kenyataan cuma tanda titik, kota yang berganti kulit, dan neon-neon menembus ruang penuh bius, membusukkan apa yang tertangkap mata,
waktu memalingkan muka. kenangan yang tak dikenali. cerita yang menyakitkan menjadikanku separuh api,
kesabaranmu adalah bahasa yang telah mati. Tubuh yang kalah
sendiri. bisikan-bisikan yang berlepasan aku tak mungkin menjaga dunia dari kehilangan, bayanganku tlah menikamku dari belakang (Blitar, 2009)
(tubuh yang memantulkan —ujud dari Ibu yang gaib) Kelak, pintu kota telah tertutup. Tanpamu, jika esok mulai dituliskan lagi: dan jika seekor anjing mencari-carimu, mungkin kau mainkan klarinet di akhir syairku. (2011)
AWAL Setelah kata berakhir dan angin tak lagi menggerakkan apapun di sekitar kita, setelah adzan magrib melintas teluk dan September sujud tanpa bisikan, setelah kematian menjawab semua teka-teki, setelah tiap rumus matematika tak menjadikan kita bijak. Di sini. Kita sendiri di bulan. Pada batas terluar dari kenyataan. BISMILLAH, Setelah halaman terakhir buku kita tutup. Burungburung dan semua bunyi hilang. Senyapkah? (2011)
W Haryanto, penyair, eseis, dan penulis naskah drama. Karyakaryanya banyak termuat di pelbagai media massa, Kompas, Jawa Pos, Media Indonesia, dll. Puisi-puisinya juga terkumpul dalam sejumlah buku, antara lain, Birahi Hujan (DKJ, 2003), Ubud Writer Festival 2010, Temu Sastrawan Indonesia 2010,dll. Selain menulis juga menyunting dan menerbitkan buku-buku penulis-penulis muda Jawa Timur, Generasi Mutakhir Penyair Jawa Timur edisi 1 (2007), Generasi Mutakhir Penyair Jawa Timur edisi 2 (2008), No Prayer for The Dying (antologi tunggal Puput Amiranti, 2011), Rakyat & Tuhan (antologi 4 penyair Blitar, 2011), dan Airmata di Jumat yang Agung (antologi tunggal Langitjiwa Andra, 2011). Bersama kelompoknya UKM Teater MataAngin Unair pernah lolos dalam Festival Teater se-dunia Project Istro-politana di kota Bratislava, Slovakia, 2008. Kini menjadi ketua Forum Alumni Unair Independent (FauNa). Menetap di Ngagel Baru 3/16 Surabaya, HP: 081703260717, email:
[email protected] 5730489. E-mail
[email protected].
TREMBESI —pojok jalan Kartini, Blitar hidup yang kutiup, saling bersahut mawar hitam yang dibisikkan ke air— bayanganku damai bubuhkan warna,
Rubrik Humaniora ini dipersembahkan oleh
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
45
K E L U A R G A
S A K I N A H
CIT A-CIT A PUD AR GARA CARAN CITA CITA PUDAR GARA-- GARA PA PACARAN Assalamu’alaikum wr. wb. Bu Emmy yang baik, saya gadis (21 tahun) bungsu dari 3 bersaudara. Dulu saya punya cita-cita setinggi langit, dan saya berusaha mewujudkannya dengan semangat belajar. Tidak siasia, nilai saya selalu bagus dan diterima di PTN. IP saya juga selalu tinggi, wajarlah, bila kakak-kakak dan orangtua saya sangat mengharapkan saya menjadi wanita karir, sebagai aplikasi dari pendidikan S1 yang kebetulan hanya saya yang bisa mencapainya, meski belum lulus. Sedang kakak-kakak saya terkendala biaya, sehingga mereka hanya bisa mencapai jenjang SMU dan Diploma. Prestasi saya yang baik di PT membuat saya selalu mendapat bea siswa. Namun sejak 4 bulan yang lalu saya kenal dengan lelaki (23 tahun). Cita-cita menjadi wanita karir dan membahagiakan keluarga menjadi pudar dan tergantikan oleh keinginan untuk menikah. Saya takut terjerumus dalam perzinahan karena gaya kami pacaran sudah tidak wajar, meski belum sampai hubungan badan. Dan itu kami lakukan setiap bertemu, meski merasa bersalah dan berdosa tapi sulit rasanya membendung rasa rindu. Saya sadar sekali, saya bersikap tidak seperti penganut agama yang taat. Tapi, bagaimana saya harus mengatakan pada keluarga dan kekasih bahwa saya ingin menghalalkan hubungan ini. Kekasih baru akan diwisuda, meski sudah bisa cari uang, tapi belum siap berumah tangga. Dan saya paham itu. Takut sekali saya membayangkan sudah berzina. Sering saya menangis dan mohon ampun atas dosa-dosa saya dan kekasih. Tapi, belum mampu menepis nafsu yang ada. Gimana ya, Bu? Apa sebaiknya saya putus saja dengan dia? Ironinya, bila lama tak jumpa dia rasa gelisah selalu membelenggu. Kini, saya merasakan kasih sayang Allah semakin menjauhi saya. IP saya menurun, sampai tidak mempertahankankan bea siswa yang sudah saya jalani selama 2 tahun. Belum kegagalan yang lain meski sudah berusaha semaksimal mungkin. Bu Emmy dilemma ini terasa menyesakkan dada. Ingin menikah, tapi takut karena belum mapan. Saya juga takut lama-lama tidak bisa menjaga virginitas saya. Belum lagi masalah pendidikan saya. Tolong saya ya, Bu. Terimakasih. Jazakumullah. Wassalamu’alaikum wr. wb. W, di kota S. Wa’alaikumsalam wr. wb. W yang baik, hubungan dengan orang lain, persahabatan yang tulus dan terbiasa mencurahkan isi hati dengan jujur adalah kekuatan besar yang bisa menjadikan kita tegar. Kepandaian saja tidak cukup untuk membuat kita tegak dalam menghadapi hidup. Berhubungan intens dan mendalam dengan orang lain sebenarnya merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketika perempuan berada di usia yang cukup matang untuk bereproduksi, mampu melahirkan, pria mampu membuahi, inilah yang menimbulkan
kebutuhan di antaranya ‘pacaran’. Saya prihatin dengan gaya pacaran W. sebagai perempuan, bukankah ini membodohi diri sendiri? Namun, usia 21 tahun hormon-hormon reproduksi W sudah matang, sehingga mempunyai gairah seks yang bila dipicu melalui hubungan dekat dengan lawan jenis akan berkembang lebih jauh dari pada kontrol diri sendiri. Setiap orang mempunyai gairah seks yang berbeda, ada yang relatif rendah ada pula yang menggelora. Tapi ekspresi atau perwujudannya dalam perilaku tergantung dari berbagai aspek, antara lain kontrol diri yang bersumber pada pemahaman agama, penghayatan tentang makna dari status sebagai perempuan baik-baik serta motivasi diri pribadi untuk tetap berada di jalur cita-cita yang dinginkan. Ini akan mewujud sebagai olah batin dalam benak seseorang, yang muncul dalam bentuk pertanyaan seperti, “Apakah hubungan cinta ini bermanfaat dalam jangka panjang untukku?”, “Apakah pria yang sedang dekat ini membawa pengaruh baik atau lebih banyak buruknya?”, “Dalam usia 21 tahun, apakahsudah waktunya aku mengikatkan diri dalam perkawinan?”. Tampaknya, pengetahuan agama bahwa apa yang W lakukan adalah dosa, tidak cukup menghentikan perilaku (peluk cium atau mungkin lebih). Perilaku itu akan tercegah bila kendali diri ada di setiap kali akan bertemu dengannya. Berusaha untuk pergi beramai-ramai dengan teman yang lain. Tapi, bila sengaja mencari tempat sepi dan gelap, tentu gairah akan menjadi setrum bertegangan tinggi. Apalagi ditambah dengan lingkungan, yaitu pria yang W idamkan mempunyai citra positif ternyata pria kurang mampu menjaga kehormatan perempuan. Ia akan mengarahkan W untuk berada dalam situasi kondusif untuk melampiaskan nafsunya pada W yang terjadi dua-duanya nyaman dan bukan aman. Yaitu aman dari sisi agama, tidak melanggar kaidah pergaulan yang sehat dan aman pula menyelamatkan kelangsungan pendidikan untuk tetap menyelesaikan studi dengan prestasi baik. Keinginan menikah adalah baik, tapi bila prasyarat kelangsungannya belum terpenuhi akan menjadi sumber masalah. Karena cinta saja tidak bisa menghilangkan rasa lapar. Bila belum siap tak patut W untuk memaksakan diri. Putus dengan pacar? Itu terserah W bila ia tak mendukung W untuk kembali ke jalur pacaran yang sehat, dan dia juga tidak memberi kepastian kapan akan bisa mapan. Sudah saatnya melihat dia dari sisi lain. Ia bukan baik, tapi menipu W untuk memuaskan hasrat seksualnya. Bila ia serius dengan W maka dia akan menempatkan W di posisi terhormat di hatinya yang artinya menjaga agar W tak berdosa ketika bersamanya. Bila sebaliknya, pikir ulang, hubungan ini berharga atau tidak untuk dipertahankan. Semoga Allah memberi petunjuk dan selalu melindungi W dalam menapaki kehidupan mendatang. Amin.l
Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, S.Psi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya.
46
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
KRONIK DUNIA ISLAM
PERKEMBANGAN ISLAM DI MEKSIKO
K
ehidupan beragama di Meksiko terus mengalami perkembangan sejak pertengahan abad 20 lalu, antara lain ditandai dengan mulai eksisnya Islam di sana. Gairah kegiatan bernuansakan dakwah serta shalat berjamaah lambat laun mampu mengundang perhatian dan bahkan simpati dari penduduk lokal. Pelaksanaan shalat berjamaah meningkat tiga kali lipat jumlahnya apalagi setelah Mexico City’s Centro Cultural Islamico de Mexico (CCIM) resmi dibentuk beberapa tahun lalu. Jumlah Muslim yang rutin turut serta juga terus bertambah. CCIM pun gencar menyuarakan keesaan Allah pada semua tingkatan dan level masyarakat. Di samping banyak menerjemahkan buku-buku Islam ke dalam bahasa Spanyol. Beberapa organisasi keagamaan memfokuskan kegiatannya pada dakwah untuk lapisan masyarakat bawah. Organisasi skala kecil ini terbukti cukup efektif dan mengakar di tingkatan komunitas. Pergi dari satu desa ke desa lain dan berbicara langsung dengan masyarakat. Kerja keras ini membuahkan hasil, yakni dari banyaknya orang Meksiko yang tertarik mempelajari Islam, bahkan hingga beralih ke agama Islam. Dakwah di Meksiko merupakan sesuatu yang menggembirakan, karena banyak penduduk Meksiko bersedia mempraktikkan ajaran Allah serta berbagi bersama dengan Muslim lainnya. Tujuan dakwah adalah mengajak sebanyak mungkin orang untuk mengikuti Islam. Sebelum dibukanya Islamic Centre dan upaya dakwah, sebagian besar masyarakat Meksiko tidak mengetahui agama Islam sedikit pun, tetapi sekarang kondisinya berubah. Ratusan penduduk Meksiko diketahui sudah beralih ke agama Islam dan ribuan lainnya memiliki gambaran lebih baik mengenai Islam. Salah satu hal yang membanggakan, penduduk lokal yang memeluk Islam turut aktif berdakwah di seantero negeri. Mereka umumnya menimba ilmu agama sampai ke Arab Saudi. Namun, sayang beberapa tahun terakhir ini program radio dari Islamic Centre terpaksa berhenti karena kekurangan dana. Kendati demikian, perkembangan Islam tak lantas surut. Lima tahun terakhir, CCIM berhasil menyelesaikan pembangunan dua masjid di dua kota yang berdekatan dengan Mexico City. Organisasi ini ingin mewujudkan harapan guna membangun masjid permanen di tiap kota besar di Meksiko. Secara umum, Meksiko yang letaknya berbatasan langsung dengan negara adidaya Amerika, memiliki sejarah yang panjang. Kini negara Meksiko yang berpenduduk lebih dari 90 juta jiwa, mayoritas memeluk agama Nasrani yang dibawa bangsa penjajah. Walau begitu, semangat kebebasan memeluk agama mulai tumbuh dan sebagian penduduk Meksiko mempelajari agama lain, termasuk Islam. Sangat sedikit pengetahuan
mengenai asal usul agama Islam di Meksiko. Ada yang mengatakan, Islam dibawa oleh para imigran asal Syria. Namun ada pula spekulasi menyebutkan imigran Turki-lah yang membawa Islam ke sana. Memang, awalnya keberadaan umat Muslim di Meksiko sulit untuk dilacak. Yang pasti di negara tersebut banyak terdapat imigran asal Turki, Libanon, dan Syria. Namun tidak diketahui berapa jumlah pemeluk Islam di antara mereka. Barulah ketika dosen dari Georgetown University, Theresa Velcamp, mengadakan penelitian tahun 1999, misteri itu mulai terkuak. Diketahui, sekitar 10% dari jumlah imigran asal Syria dan Libanon memeluk Islam. Saat ini jumlah kedua komunitas imigran itulah yang terbesar dengan estimasi 200 ribu jiwa. Beberapa bahkan menjadi jutawan di kawasan Amerika Latin, misalnya Carlos Slim dan Yusof Salim. Kini Islam berhasil memantapkan eksistensinya di Meksiko serta mendapat pengakuan tidak hanya dari warga, lembaga, dan institusi, tetapi juga kalangan pemerintah. Hal ini terwujud berkat ketabahan dan kerja keras sejumlah organisasi Muslim dengan tidak henti-hentinya mengenalkan nilai-nilai ajaran Islam kepada masyarakat Meksiko. Salah satu yang berjasa adalah Mark (Omar) Weston, pendiri dan ketua Muslim Center de Mexico (MCM). Pria warganegara Amerika ini baru memeluk Islam pada 1988. Semenjak 1973 dia sudah tinggal di Meksiko menangani sebuah projek. Ketika ia masuk Islam, Omar memutuskan kembali ke Meksiko guna mengembangkan Islam. Menyadari iklim yang kondusif bagi pengembangan agama Islam di Meksiko, Omar Weston berinisiatif membentuk satu organisasi keagamaan. Pada September 1995 dia mendirikan Muslim Center de Mexico (MCM) dan terdaftar sebagai organisasi nonprofit. MCM langsung mengorganisasikan pelaksanaan shalat berjamaah dan semakin banyak dihadiri umat Muslim Meksiko. Dakwah dan pengajaran agama juga menjadi perhatian utama selain kegiatan makan bersama dan silaturahmi bulanan yang berlokasi di kantor MCM. Mereka pun aktif datang ke kota-kota besar di seluruh Meksiko, mencari pemeluk Islam dan memberikan dakwah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Meksiko, Islam berhasil berhubungan dengan masyarakat umum. Penjelasan mengenai agama Islam melalui televisi nasional dan radio memberikan pengetahuan dan pemahaman cukup kepada warga Meksiko. Stan buku-buku Islam pada penyelenggaraan pameran buku di Mexico City dikunjungi ribuan masyarakat yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Islam. Seminar dan diskusi seputar agama Islam pun banyak dilakukan di kampuskampus negeri tersebut.l Imron N Geasil SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
47
HADLARAH
Kontroversi Seputar Historiografi Syiah Itsna Asyariah MUHAMMAD ROFIQ
Secara etimologis, Syiah adalah kata yang diderivasi dari syâ’a–yasyî’u-syuyû’an yang berarti “tersebar” (Fuad, 2007: 413). Makna asal kata ini adalah al-firqah yang berarti “kelompok manusia”, kemudian beralih menjadi “pengikut dan penolong seseorang (atbâ’u rajulin wa anshâruh)” (Ibnu Manzhur, tth: 2377).
K
ata Syiah memiliki kedekatan makna dengan altasyayyu’ dan al-musyâya’ah yang berkisar pada makna “mengikuti” (al-mutâba’ah), “menolong” (almunâsharah) dan “menyetujui pandangan seseorang” (al-muwâfaqah bi al-ra’y). Kata ini kemudian menjadi istilah teknis (technical term) yang disepakati untuk menunjukkan orang-orang yang loyal kepada Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Bait (al-Qaffariy, tth: 31). Dalam Al-Qur’an, kata “Syiah” terulang sebanyak 12 kali. Berdasarkan induksi yang dilakukan Ibnu Jauzi, dalam karyanya, Nuzhatu al-A’yun wa al-Nawâzhir, terhadap 12 ayat tersebut dapat diklasifikasikan empat orientasi makna dari kata Syiah dalam Al-Qur’an. Pertama, kelompok atau aliran (al-firaq). Makna ini terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-An’am: 159, alHijr: 1, Al-Qashash: 4 dan Ar-Rum: 69. Kedua, keluarga dan keturunan (al-ahl wa al-nasb), sebagaimana tertera dalam surat Al-Qashsash: 15. Ketiga, penganut suatu ajaran agama (ahl almillah), sebagaimana termuat dalam surat Maryam: 69, AlQamar: 51, Saba: 54 dan Ash-Shafat: 83. Keempat, aliran yang bermacam-macam (al-ahwâ al-mukhtalifah), seperti dalam firman Allah surat Al-An’am ayat 65. Dari redaksi “Syiah” yang digunakan dalam Al-Qur’an, secara aksiomatis bisa disimpulkan bahwa tidak ada satu pun ayat yang memberikan legitimasi dan justifikasi untuk satu orientasi keagamaan dan politik. Hanya saja, beberapa sarjana Syiah, karena berangkat dari pendekatan esoteris dalam menginterpretasi Al-Qur’an, menafsirkan terminologi Syiah dalam Al-Qur’an sebagai ayat yang melegitimasi paham keagamaan mereka. Dalam Bashâiru al-Darajât (1983: 93), misalnya, Ash-Shaffar (w 290 H) menyatakan bahwa makna
48
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
ayat “wa inna min syî’atihi la Ibrâhima” (dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya), adalah bahwa Allah telah mengambil janji setia dari Nabi Ibrahim dan dari NabiNabi lainnya atas kepemimpinan Ali. Sementara, dalam penafsiran sarjana-sarjana Sunni, ayat tersebut sesungguhnya merujuk kepada kisah Nabi Nuh, seperti terlihat dalam konteks (siyâq) ayat. Sehingga, makna yang tepat dari ayat tersebut adalah: “Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).” Secara terminologis, ada beragam definisi mengenai Syiah. Al-Nawbakhti, dalam Firaq al-Syî’ah (1992: 28, al-Qaffariy, tth: 40), mendefinisikan Syiah sebagai sebuah faksi (firqah) pada periode Nabi yang meyakini kepemimpinan Ali. Al-Mufid (w 413 H), sarjana Syiah pada periode Buwaihiyiah, dalam Awâilu al-Maqâlat (1993: 38), mendefinisikan Syiah sebagai pengikut setia Ali dan keluarganya yang meyakini secara teologis bahwa kepemimpinan pasca Rasulullah jatuh kepada beliau serta menegasikan kepemimpinan tiga orang yang mendahuluinya sebagai khalifah. Dari kalangan sarjana Sunni, Abu Hasan al-Asyari (330 H), seorang teolog pendiri aliran Asy’ariah, mendefinisikan Syiah sebagai pengikut setia Ali yang melebihkannya dari sahabatsahabat Nabi lainnya (1990: 65, al-Qaffariy, tth: 49). Dalam definisi Ibnu Hazm (w 456 H), seorang pakar perbandingan agama dan aliran-aliran Islam dari Andalusia, Syiah dinyatakan sebagai “orang yang berkeyakinan bahwa Ali adalah orang yang paling mulia setelah Rasulullah saw, dan sahabatnya yang paling berhak menerima estafet Imâmah beserta keturunannya” (1996: 270). Mengenai definisi Syiah, tampaknya catatan Muhammad Imarah, seorang sarjana Mesir kontemporer, penting untuk diperhatikan di sini. Menurutnya, sikap melebihkan (tafdhîl) Ali dalam hal kepemimpinan tidaklah secara otomatis membuat seorang menjadi include dalam terminologi Syiah. Sebab, dalam sejarah, kita mengenal beberapa orang sahabat Nabi yang lebih mendukung Ali sebagai suksesor Nabi pasca wafatnya beliau. Sahabat tersebut di antaranya adalah Miqdad bin Aswad (w 37 H), Salman al-Farisi (w 35 H), dan Abu Dzar al-Ghifari (32 H) (Imarah, 1997: 200-4). Dalam sejarah sekte-sekte Islam, Mu’tazilah di Bashrah juga merupakan satu aliran yang memegang keyakinan mengenai hak Ali untuk menggantikan Rasulullah sebagai pemimpin. Singkatnya, untuk mendefinisikan
HADLARAH Syiah secara komprehensif dan preventif (al-jâmi wa al-mâni), maka kita perlu melibatkan telaah mengenai evolusi doktrindoktrin Syiah. Sebab, Syiah bukanlah satu sekte atau gerakan keagamaan yang lahir dalam bentuk langsung mapan (established), seperti yang sekarang kita saksikan, melainkan melalui perubahan secara gradual. Syiah adalah gerakan keagamaan yang meyakini adanya konsep imâmah ilâhiyyah (kepemimpinan sakral) yang diberikan oleh Allah kepada Imam Ali melalui dekrit (nash), bukan melalui eleksi atau pemilihan (al-ikhtiyâr), dan diteruskan kepada keturunan beliau melalui prosedur mandat (al-washiyyah). Definisi ini menggarisbawahi pentingnya konsep imâmah ilâhiyyah, al-nash, penolakan konsep al-ikhtiyâr dan konsep al-washiyyah untuk membedakan Syiah dari pemikiran dan gerakan keagamaan lainnya. Tiga konsep ini lahir bukan pada periode Rasulullah atau pada periode sahabat, melainkan pada periode imam Syiah keenam, Ja’far al-Shadiq (w. 148 H). Konsep-konsep tersebut juga tidak muncul dari imam Ja’far al-Shadiq sendiri, melainkan dari seorang mutakallim bernama Hisyam bin Hakam (w. 190 H) (Katib, 2008: 52, Imarah, 1997: 204, Kohlberg, 1976: 521). Dengan demikian, tulisan ini menolak definisi yang menyebutkan bahwa tasyayyu’ atau Syiah telah muncul sejak periode Rasulullah saw (al-Ghita, 1990: 29-33), atau sejak perdebatan para sahabat di balai pertemuan Bani Saidah seputar suksesi kepemimpinan pasca Rasulullah, atau sejak Perang Shiffin antara Ali dan Mu’awiyah (Fuad, 2007: 414-9) dan atau sejak kemunculan tokoh Yahudi bernama Abdullah bin Saba (Zahir, 1995: 48). Perkembangan yang terjadi dalam sejarah Syiah pada abad ketiga kemudian mengubah aliran ini untuk meyakini teologi mengenai 12 Imam (Itsnâ Asyariah). Imam-imam tersebut diyakini jatuh pada Ali, Hasan, Husain dan keturunan Ali dari Husain (inhishâru al-imâmah fi dzurriyah Husain). Selain itu, pasca Hasan dan Husain, Imâmah tidak boleh lagi jatuh dari seorang imam kepada saudaranya, melainkan harus secara vertikal kepada putranya (al-warâtsah al-umûdiyyah) (Katib, 2008: 70-2). Perubahan inilah yang kemudian menyebabkan aliran ini disebut juga sebagai Syiah Itsna Asyariah. Terminologi Itsna Asyariah sesungguhnya baru muncul pada abad keempat, melalui seorang sejarawan Syiah bernama al-Mas’udi (w 394 H), dalam karyanya, al-Tanbîh wa al-Isyrâf (al-Qaffariy, tt: 103). Sebelum abad keempat, belum ditemukan terminologi Itsna Asyariah dalam literatur-literatur Islam, baik literatur Sunni maupun literatur Syiah. Dalam kitab Maqâlat alIslâmiyyin karya Abu Hasan al-Asyari (w 330), istilah yang digunakan hanyalah Syîah Râfidhah. Dalam karya sarjana Syiah sendiri, Hasan bin Musa al-Nawbakhti (w. 310), Firaq al-Syîah, istilah Itsna Asyariah juga belum ditemukan. Hal ini menunjukkan bahwa konsep 12 imam baru muncul belakangan. Selain memiliki nama Syiah Itsna Asyariah, sekte ini juga dikenal dengan tiga nama lainnya, yaitu Syiah Rafidhah, Syiah Imamiyyah, dan Syiah Ja’fariyyah. Julukan Rafidhah diberikan
dengan orientasi peyoratif (Kohlberg, 1979: 677). Umumnya, istilah ini digunakan oleh sarjana-sarjana Sunni, seperti al-Asy’ari dalam Maqâlatu al-Islâmiyyin (1990: 90) dan Ibnu Hazm dalam al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwâ wa al-Nihal (tth: 35). Menurut alAsy’ari, sekte ini dinamakan sebagai “Rafidhah” (secara bahasa artinya penolak), karena mereka menolak kepemimpinan Abu Bakar dan Umar setelah Rasulullah. Konsensus di kalangan Syiah menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib-lah yang semestinya menjadi pengganti Rasulullah. Dengan demikian, para sahabat yang meninggalkan pesan Nabi untuk mengangkat Ali adalah orang-orang yang sesat (Asyari, 1990: 88). Ibnu Taimiyyah berbeda pendapat dalam hal ini. Menurutnya (1986, II: 50), sekte ini disebut sebagai “Rafidhah” karena mereka menolak kepemimpinan Zaid bin Ali, saudara kandung Ja’far alSadiq atau putra imam kelima Al-Baqir, untuk mengangkat senjata dan melalukan revolusi pada periode Khalifah Umawiyah, Hisyam bin Abdul Malik. Pendapat lainnya menyatakan bahwa sekte ini dinamakan “Rafidhah” karena menolak aliran Kaisaniyyah yang mendukung Imâmah (kepemimpinan) putra Ali lain yang bernama Muhammad bin Hanafiah. Nama selanjutnya adalah Syiah Imamiyah. Awalnya, nama ini didistribusikan untuk seluruh sekte Syiah yang meyakini konsep imâmah ilahiyyah. Syiah Kaisaniyyah, Syiah Ismailiyyah, dan Syiah Zaidiyyah awalnya juga termasuk ke dalam kategori Imamiyyah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, istilah ini menyempit dan kemudian digunakan secara khusus untuk menunjukkan kelompok Syiah Itsna Asyariah (Kohlberg, 1976: 521). Tokoh Syiah pertama yang menyempitkan makna imâmiyah tersebut adalah al-Mufid dalam Awâilul al-Maqâlat (al-Qaffari, tth: 100). Sedangkan munculnya nama Ja’fariyah karena dinisbahkan kepada salah seorang imam Syiah sendiri, yaitu Imam Ja’far al-Shadiq. Dalam istilah perbandingan hukum Islam, istilah ini mengacu kepada mazhab fiqih yang dianut oleh Syiah Itsna Asyariah. Selain itu, dalam sejarah Syiah, istilah Ja’fariyyah pernah muncul untuk menunjukkan sebuah aliran yang menjadi pengikut setia Ja’far bin Ali atau saudara imam kesebelas, Hasan al-Askari. Ja’far mengklaim bahwa pasca wafat saudaranya, Imâmah jatuh kepada dirinya. Namun, klaim itu ditolak karena pengikut Syiah sepakat bahwa pasca Hasan dan Husain tidak ada lagi perpindahan Imâmah dari seorang imam kepada saudaranya (lâ imâmata fi al-akhawain illâ al-Hasan wa alHusain) (Syahrastani, 2002: 21). Pengikut Syiah kemudian lebih memilih untuk membenarkan konsep lahirnya imam keduabelas yang kemudian bersembunyi (ghaybah). Aliran Ja’fariyyah tidak bertahan lama sehingga kemudian musnah. ____________________________________________________ Penulis adalah Alumni Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, menulis tesis tentang “Pemikiran Politik Syiah Itsna Asyariah pada Abad Pertengahan” di Jurusan Kajian Timur Tengah, Universitas Gajah Mada. SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
49
WAWASAN
MEMBANGUN (KEMBALI)
KEJAYAAN ISLAM BENNI SETIAWAN
M
ochtar Naim (2011) menulis, Dunia Islam sekarang telah memasuki era tamadun Gelombang Ketiga. Tujuh abad pertama adalah era tamadun Gelombang Pertama, yaitu dari munculnya Islam di padang pasir Arabia pada abad VII Masehi ke puncak kegemilangannya di Baghdad dan Kordoba pada abad XIV. Lalu tiba masa menurunnya selama tujuh abad kedua, berupa era tamadun Gelombang Kedua yang dirundung kegelapan dan berada di bawah supremasi kekuasaan Barat. Perang Dunia II sebagai titik nadirnya sekaligus awal dari era kebangkitan kembali tamadun Gelombang Ketiga. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana mewujudkan kebangkitan dan kejayaan Islam di era tamadun Gelombang Ketiga ini? Kebangkitan dan kejayaan Islam pada dasarnya bukanlah perkara sulit bagi umat Islam. Artinya, umat Islam sudah mempunyai modal sosial yang cukup untuk memimpin peradaban, yaitu Al-Qur’an. Belajar dari Al-Qur’an Mengapa Al-Qur’an? Dalam pandangan Muhammad Iqbal, Al-Qur’an lebih dari sekadar sebuah kitab. Jika ia merasuk ke dalam hati, manusia akan berubah menjadi lebih baik. Dan bila manusia berubah maka dunia pun berubah. Lebih lanjut, Majdi al-Hilali (2011) memandang Al-Qur’an adalah ruh dan sumber tenaga hati. Siapa yang kehilangan AlQur’an, ia kehilangan peluang besar untuk hidup secara hakiki, kehilangan kesempatan menikmati kebahagiaan, keridlaan, dan surga dunia. Al-Qur’an bukan lembaranlembaran teori. Ia tidak akan mewujudkan dalam kenyataan jika kita tidak bersungguh-sungguh memetik manfaatnya. Karena itu Al-Qur’an sudah saatnya tidak hanya dijadikan pembenar atas ritus atau keshalihan individual saja, seperti pekerjaan atau perbuatan baik akan mendapatkan surga dan perbuatan mungkar akan mendatangkan azab (neraka). Sudah saatnya Al-Qur’an dikaji secara serius untuk kemajuan peradaban dan kejayaan umat Islam, seperti pengkajian ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut B.J. Habibie dalam Memahami Al-Qur’an dan Mengimplementasikannnya, Akumulasi Pengalaman Keagamaan (1992), untuk pengembangan sumberdaya manusia, kita perlu konsep. Ia tidak cukup dengan ilmu-ilmu 50
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
human resource development, ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan yang klasik. Kita juga memerlukan ilmu yang berkembang dari kekuatan iman, bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Inilah landasan dasar pengembangan masyarakat di abad ke-21. Lebih lanjut, tidak hanya substansi ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat banyak terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi juga teknologi dan metodologi yang masih belum mampu dipahami oleh daya pikir manusia. Ini sangat mungkin karena Masjid Sulaiman Turki yang megah, simbol kejayaan kekhalifahan Turki Usmani
WAWASAN kandungan isi Al-Qur’an yang mulia itu bersifat kebenaran mutlak. Sedangkan kebenaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai manusia hingga saat ini, apa pun bentuk dalil, hukum, persamaan-persamaan dan lain sebagainya bersifat nisbi, relatif. Pendidikan Integral-Holistis Kebenaran yang dirumuskan oleh iptek masa kini belum tentu benar lagi dalam masa yang akan datang, bahkan dalam abad yang akan datang. Katakanlah misalnya, teknologi yang diperagakan oleh Nabi Sulaiman as dengan sistem komunikasi dengan binatang, makhluk halus, penyelam lautan; teknologi dan ilmu pengetahuan yang dikembangkan Nabi Chaidir dan Musa as dan lain sebagainya merupakan rahasia ilmu yang masih sulit dimengerti. Tetapi itu adalah sebagian dari kebenaran mutlak yang di masa yang akan datang mungkin tidak akan menjadi pertanyaan lagi. Guna mewujudkan hal tersebut perlu adanya pendidikan integral-holistis-terpadu. Pendidikan model ini pernah dirintis
oleh Dawud at Tauhidi (seorang mualaf dari Philadelphia, Amerika Serikat). Tauhidi berusaha menjembatani keunggulan umat Islam dengan proyek pendidikannya. Selain Tauhidi tokoh Indonesia yang pernah menyebut pendidikan model ini adalah Mohammad Natsir. Natsir melalui Pendidikan Islam (Pendis) mencoba merintis pendidikan yang sekuler menjadi pendidikan yang terintegrasi dalam nafas Islam (Qur’an), intelektual-spiritual, emosional, sosialkultural, fisikal yang semula berdiri sendiri disatukan dalam satu kesatuan sistem (Mochtar Naim, 2011). Selain dua tokoh tersebut di Indonesia ancangan pendidikan integral-holistis juga tercermin dalam pemikiran Nurcholish Madjid. Azyumardi Azra menyatakan bahwa Nurcholish Madjid merupakan tokoh pembaru yang mampu secara canggih mengapresiasi tradisi Islam klasik secara keseluruhan, baik pada tingkat teoretis maupun eksoterisnya. Dengan sangat bagus dan distingtif, Cak Nur memberikan sejumlah pendekatan dan penafsiran baru terhadap tradisi Islam sehingga menghasilkan suatu bentuk kontekstualisasi yang sangat mendalam terhadap aspek syariat Islam sebagai sistem nilai yang sesuai dan searah dengan perkembangan zaman pada umumnya, khususnya dalam konteks sosial, budaya, dan politik di Indonesia. Di era terkini model pendidikan seperti ini juga diretas oleh M Amin Abdullah (Rektor UIN Sunan Kalijaga 2001-2010) dengan proyek Integratif-Interkoneksitasnya. Amin Abdullah menilai kajian ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh lepas dari kajian Al-Qur’an sebagai hal utama. Dengan demikian, tidak ada pembedaan antara ilmu agama dan ilmu umum. Yang ada adalah proses integrasi antar keduanya. Lebih lanjut, pendidikan Islam memang tidak bisa lepas dari Al-Qur’an dan kesejarahan yang mengitarinya. Proses sejarah keunggulan umat Islam saat Bani Abbasiyah pada ada VIII di Baghdad merupakan proses kreatif umat masa itu untuk menerjemahkan karya-karya dari Yunani dan Romawi. Namun, mereka tidak hanya menerjemahkan atau menyalin teks-teks Yunani dan Romawi ke dalam Bahasa Arab, tetapi mereka kemudian melakukan pengkajian dan penelitian lebih lanjut sehingga menghasilkan ilmu Astronomi, Aljabar, dan Matematika. (Husain Heryanto, 2011). Keunggulan umat Islam saat itu sudah saatnya tidak hanya menjadi dongeng atau mitos bagi umat saat ini. Menjadi tugas umat Islam yang hidup di era sekarang mengembalikan kejayaan tersebut dengan terus melakukan research (penelitian yang mendalam). Tanpa hal ini umat Islam tidak akan pernah menjadi pemimpin peradaban. Umat Islam hanya akan semakin terlena dan tenggelam di tengah arus menggelindingnya tamadun Gelombang Ketiga. Wallahu a’lam.l _________________________________________________________ Penulis adalah Alumnus Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
51
WAWASAN
INDIKATOR KEBERHASILAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH DRS RB KHATIB PAHLAWAN KAYO
Sebagai warga Muhammadiyah kita tentu bersyukur karena Persyarikatan yang dicintai ini telah melampaui usia satu abad. Tidak hanya usianya yang panjang tapi amal kebajikannya juga banyak. Baik dalam bidang tajdid pemikiran dan pencerahan yang tak pernah henti maupun dalam wujud fisik material yang menyentuh hampir segenap kebutuhan dasar umat. Seperti; sektor pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi, dan pertanian. Di samping itu wilayah jangkauannya juga luas dan merata, tidak hanya di pulau Jawa tapi merata hampir di seluruh pelosok Tanah Air tercinta, mulai dari kota-kota kecil hingga metropolitan sampai ke desa-desa di kaki bukit dan di lereng-lereng gunung yang jauh dari pusat keramaian.
S
emua amal usaha Muhammadiyah telah tumbuh dan berkembang di bawah koordinasi semua level pimpinan mulai dari tingkat Ranting yang berada di akar rumput sampai ke tingkat nasional yang berada di lapisan elit dengan berbagai slogan dan motto yang memukau, ibarat magnet yang merangsang warga untuk ikut berpartisipasi secara aktif. Untuk kelangsungan hidup amal usaha itupun Muhammadiyah berupaya memelihara amanah yang dipegangnya dengan pendekatan yang humanis-religius. Sehingga berhasil menghimpun dana dan menggerakkan tenaga, pikiran dan daya yang tidak sedikit dalam kurun waktu yang cukup panjang, sehingga tanpa disadari amal usaha Muhammadiyah muncul di mana-mana. Kalau sekali waktu sempat kita renungkan, betapa luar biasanya kemampuan dan kepiawaian Muhammadiyah termasuk juga organisasi perempuannya ‘Aisyiyah dalam mewujudkan dan mempertahankan kelangsungan hidup dari semua amal usahanya itu. Memang luar biasa dan pantas dikagumi untuk dicontoh, seperti yang pernah ditulis oleh James L. Peacock seorang Guru Besar Antropologi Belanda dalam bukunya yang berjudul Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia (1986) menyatakan bahwa, “Muhammadiyah merupakan gerakan reformis yang terkuat yang ada di kalangan Islam di Asia Tenggara, bahkan mungkin di seluruh dunia Islam”. Semangat Ber-Muhammadiyah Karena itu, tidaklah berlebihan bahkan sebuah fakta bahwa sampai hari ini sulit mencari banding dan tandingannya sebuah 52
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
organisasi yang telah berusia lanjut tapi tetap solid, energik, kreatif, inovatif dan produktif dalam memberikan darma baktinya untuk kepentingan pembangunan masyarakat bangsa dan negara. Meskipun dalam kondisi ekonomi yang sulit dan memprihatinkan serta dalam situasi politik yang kurang kondusif Muhammadiyah tetap berkiprah dengan amal usahanya. Mudah-mudahan ini merupakan jawaban dari seruan Allah yang mengajak kita semua untuk ber-fastabiqul khairat melahirkan amal kebajikan yang terbaik dalam hidup ini. Dalam membangun, membina dan mengembangkan berbagai amal usaha yang dilakoninya Muhammadiyah juga tidak selalu melewati jalan yang datar beraspal mulus tanpa ganjalan/ sandungan batu-batu besar, lobang-lobang yang dalam dan krikilkrikil yang tajam. Bahkan karena masih ada yang belum bisa memahami hakikat serta tujuan, visi dan missi perjuangan Muhammadiyah baik dari orang dalam maupun orang luar, ada di antara mereka yang melihat keberadaan amal usaha itu dengan sebelah mata dengan rasa kebencian bahkan dengan pandangan sinis disertai fitnah. Kendatipun dalam waktu yang sama dia dan sanak keluarganya telah ikut menikmati berbagai bantuan dan fasilitas dari amal usaha Muhammadiyah itu sendiri, seperti dari tingkat PAUD/TK sampai Perguruan Tinggi; bidang kesehatan dengan Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan dan Polikliniknya; di bidang sosial dengan Panti Asuhan-nya; serta dalam bidang ekonomi dengan BPR dan BMT-nya. Keberadaan amal usaha Muhammadiyah yang banyak itu memang sangat memungkinkan karena usia yang lebih satu abad dan solidnya organisasi serta mapannya kepemimpinan
WAWASAN yang terstruktur dari tingkat atas sampai bawah, telah memberi peluang yang sangat meyakinkan bahwa amal usaha Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah memang telah eksis dan dinikmati manfaatnya oleh jutaan anak negeri di persada Tanah Air ini. Karena itu Muhammadiyah tetap sabar dan ikhlas menerima bila masih ada orang atau kelompok yang memfitnah tanpa alasan. Apalagi legalitas formal tentang keberadaan amal usaha Muhammadiyah cukup kuat dan datanya sangat akurat serta dapat dipertanggung jawabkan. Hampir semua aspek/ bidang geraknya telah mendapat pengabsahan dari Pemerintah sejak zaman Belanda sampai Pemerintahan Republik Indonesia, karena itu pula tidak diperlukan lagi adanya yayasan dalam mendirikan amal usaha Muhammadiyah, sebab Muhammadiyah itu sendiri sudah merupakan sebuah organisasi yang ber-Badan Hukum secara sah. Dengan semangat ber-Muhammadiyah yang didukung oleh ruh jihad fi sabilillah yang kuat, jadilah Muhammadiyah pilihan dari banyak anak negeri untuk menempa diri menjadi kader bangsa dan pemimpin umat karena dirasakan benar ghirah ke Islaman yang penuh keikhlasan bersemi di setiap relung hati para pengikutnya. Bertolak dari modal spirit kebenaran Ilahi itu, bermunculanlah tokoh-tokoh daerah sebagai pioner gerakan pembaharuan yang memberikan pencerahan dan pendorong wujudnya perpaduan antara kekuatan iman dengan kesetaraan amal shalih. Amal shalih itulah yang dikonketkan oleh Muhammadiyah dalam amal usaha untuk memenuhi kebutuhan umat di atas. Melalui ijtihadnya Muhammadiyah berkesimpulan bahwa Islam tak punya arti apalagi sebagai rahmatan lil’alamin tanpa diwujudkan dalam bentuk amal-amal nyata. Di zaman penjajahan apa pun bentuk amal usaha Muhammadiyah, administrasinya memang tertib dan solid terutama bidang keuangan dan surat menyurat hingga mendapat pujian dan pengakuan dari Pemerintah Belanda. Hal itu, dibuktikan bila ada orang yang memerlukan arsip surat dari Muhammadiyah, yang bersangkutan hanya akan menunggu dalam tempo lima menit saja, surat itu sudah ditemukan. Tertibnya surat menyurat Muhammadiyah masa lampau, tentu karena dikerjakan oleh orang-orang yang punya dedikasi dan keahlian dalam bidangnya. Dalam bidang keuangan dan inventaris Muhammadiyah juga sangat unggul. Tidak ada barang yang dibeli atau sumbangan dari warga kepada Muhammadiyah yang tidak terdaftar dan terpelihara. Karenanya pada masa lampau setiap habis Muktamar biasanya ada buku yang diterbitkan berjudul Selesai Beres. Dalam buku itu dapat dibaca secara lengkap berapa sumbangan uang dan natura yang diterima Panitia Muktamar, sehingga tidak satu sen pun uang bahkan sebutir kelapa yang pernah dikirim dan diantar oleh warga dari Cabang-Cabang dan RantingRanting yang tidak tercatat dalam buku tersebut. Indikator Keberhasilan Semua yang disebutkan di atas merupakan indikator
keberhasilan Muhammadiyah masa lampau, karena airnya masih jernih, telaganya masih penuh. Muhammadiyah sejak awal berdirinya memang punya komitmen untuk mensejahterakan umat tanpa melihat ras, etnis dan golongan. Dengan konsep dakwah kulturalnya Muhammadiyah memasuki wilayah dan ruang dengan membuang sekat-sekat yang bertentangan dengan prinsip ukhuwah dan dakwah Rasulullah saw sebagai rahmatan lil’alamin. Muhammadiyah bersemboyan sedikit bicara banyak kerja dan berusaha terus menerus membangun dan menanamkan keikhlasan dalam beramal, walaupun tidak memakai motto “ikhlas beramal”, karena Muhammadiyah yakin “siapa menanam akan mengetam” dan keikhlasan bukan janji tapi bukti dan bakti. Namun karena pergeseran waktu dan peralihan zaman, kini mulai tampak di antara amal usaha Muhammadiyah juga ikut terseret mengalami perubahan paradigma. Ada yang hanya mementingkan jumlah kurang memperhatikan mutu; ada juga yang asal terpenuhi jumlah tenaga pengelola tanpa melihat kemampuan dan keahliannya; dan yang paling parah adalah tidak/ belum adanya Standar Operasional Pelayanan (SOP) atau Standar Pelayanan Minimal (SPM) di setiap jenis amal usaha tersebut. Muhammadiyah memang telah banyak berhasil merintis dan mengembangkan berbagai sayap amal usahanya yang mencakup banyak bidang seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, kebudayaan dan perkaderan yang semuanya itu biasa dikemas dan dibingkai dalam rangka dakwah “amar ma’ruf nahi munkar”. Tapi apakah dalam kenyataannya sekarang masih terkontrol dan tetap berada dalam koridor bingkai tersebut? Bukankah telah mulai tercium juga di sana sini adanya penyimpangan? Kini mulai terdengar ada kader yang keluar dari Muhammadiyah karena pertentangan partai politik yang dipilih. Ada yang mengundurkan diri dari kepemimpinan karena mendapat jabatan di lahan kering. Ada juga yang menjadikan Muhammadiyah sebagai batu loncatan, dan tidak sedikit pula yang menangguk di air keruh, menggunting dalam lipatan, menohok kawan seiring. Di samping ada fenomena baru yang ingin mengganti nama amal usaha Muhammadiyah/‘Aisyiyah dengan yayasan baru. Oleh karena itu, untuk eksistensi Muhammadiyah ke depan agaknya sudah patut diaktualkan kembali khittah-khittah perjuangan Muhammadiyah sepert; Khittah Palembang, Khittah Surabaya dan Bali, Kepribadian Muhammadiyah, Muqaddimah ADM, dan Matan keyakinan, cita-cita hidup Muhammadiyah serta Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, di samping kaidah-kaidah lainnya. Kerja dan bekerja dalam koridor amal shalih sebagai pengejawantahan kekuatan iman serta beramal shalih secara profesional tidak bisa diabaikan.l _____________________________________________________ Penulis adalah mantan Ketua PWM Sumatra Barat (20052010). SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
53
DI ANTARA KITA Upgrading Mubaligh Majelis Tabligh PWM DKI Jakarta
M
ajelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muham madiyah DKI Jakarta, be-lum lama ini me nyelenggarakan acara Upgrading Mubaligh di Wisma Sanlat Al Hikmah Ciawi Bogor. Acara tersebut diikuti oleh 72 peserta dari unsur PDM, PCM, Ortom, dan Amal Usaha yang ada di DKI Jakarta. Acara yang berlangsung selama 3 ini, di hadiri oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah DR H Ki Ageng Abdul Fattah Wibisono sekaligus sebagai keynote speaker. Hadir sebagai narasumber dalam acara Upgrading ini: Prof DR H Agus Suradika, MPd., H Sun’an Miskan, LC., H Risman Mukhtar, SSi., Drs H Agus Tri Sundani., serta Drs Supriadi Karsim, SAg. Ki Ageng Fatah, menyampaikan bahwa problematika dakwah terutama di kota besar seperti Jakarta memiliki dinamika dan tantangan yang begitu besar, sehingga diperlukan strategi yang jitu dan bijak, tugas mulia itu menjadi tanggung jawab warga Muhammadiyah khususnya yang ada di DKI Jakarta. Dalam sambutan penutupannya, Ketua PWM DKI Jakarta, Prof DR H Agus Suradika, MPd memberikan apresiasi yang mendalam atas terlaksananya acara Upgrading Mubaligh yang dikordinatori oleh Drs. Ahmad Syauqi dan Yusrizal Anas ini. Acara ini diharapkan menjadi wadah konsolidasi dan salah satu wujud eksistensi Majelis Tabligh PWM DKI Jakarta dalam menjalankan tugas Amar Ma’ruf Nahi Munkar di kota Metropolitan Jakarta.l
54
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
55
SOHIFAH
ADVOKASI KORBAN KDRT MUHAMMAD JULIJANTO
M
uhammad Julijanto, SAg, MAg, Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Surakarta, Tim Advokasi Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah Keharmonisan rumah tangga adalah kunci kebahagiaan. Sebaliknya keretakan rumah tangga adalah bencana. Setiap keluarga berusaha mencapai tingkat keluarga sakinah mawaddah wa rahmah yang berusaha menggapai kesempurnaan dan keutamaan kehidupan rumah tangga. Keluarga sakinah adalah profil keluarga ideal, segala konflik dalam rumah tangga bisa diatasi. Setiap rumah tangga mempunyai masalah masing-masing, bagaimana rumah tangga mampu menyelesaikan masalah dan dengan happy ending atau sad ending? Masalah-masalah rumah tangga dan bagaimana cara mengatasinya? Berdasarkan data Pengadilan Agama Surakarta “Pemicu perceraian berdasarkan data tahun 2009 disebabkan oleh faktorfaktor : suami tidak bertanggung jawab sebanyak 209 kasus, tidak adanya keharmonisan 84 kasus, gangguan pihak ketiga 60 kasus, krisis akhlak sebanyak 46 kasus, krisis ekonomi sebanyak 46 kasus dan lain-lain penyebab perceraian sebanyak 183 kasus” (Solopos, 3/1/2011 hlm. 5). Pengadilan Agama Surakarta mencatat hingga Agustus 2011 jumlah kasus perceraian yang disebabkan suami menelantarkan anak dan istrinya mencapai 190 kasus. Perkawinan yang rentan perceraian ialah bagi pasangan nikah usia 30-40 tahun. Prahara keluarga rata-rata diajukan oleh istri kepada suaminya alias kasus cerai gugat. Kasus perceraian karena faktor ketidakharmonisan keluarga mencapai 117 kasus. Kasus pemicu perceraian lainnya, yakni adanya faktor orang ketiga yang mencapai 52 kasus. (Koran O, 13/9/2011 hlm. 4).
Kekerasan Dalama Rumah Tangga Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 550) menjelaskan kekerasan diartikan dengan perihal (yang bersifat, berciri) keras. Perbuatan seseorang yang atau kelompok orang yang menyebabkan cidera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik. Kekerasan merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan pihak yang dilukai.
Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku baik verbal maupun non verbal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau sekelompok orang lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional dan psikologis. Secara singkat dapat dijelaskan suatu tindakan pemaksaan yang dilakukan baik secara persuasif maupun fisik ataupun gabungan keduanya. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang berupa serangan fisik, seksual, psikologis ataupun ekonomi yang menimbulkan efek negatif secara fisik, emosional dan psikologis atau menimbulkan rasa sakit dan kesengsaraan pada diri seseorang (Siti Awaliyah, 2011: 39). Lingkup keluarga meliputi: suami, istri dan anak, orangorang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga tersebut, orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Setiap orang dalam rumah tangga berpotensi menjadi korban kekerasan, siapapun yang merasa tersubordinasi dan menerima perlakuan kekerasan oleh pihak lain dalam rumah tangga tersebut. Sehingga korban KDRT bisa saja suami, istri, anak, anggota keluarga yang hidup dalam rumah tangga dan orang yang bekerja dalam rumah tangga tersebut misalnya pembantu rumah tangga (Farihatin, 2008; 34). Bentuk-bentuk KDRT Pertama, Kekerasan fisik, yaitu perbuatan yang meliputi pemukulan/penamparan, penjambakan, pencubitan, dan menendang atau perbuatan lain yang sejenis. Kedua, Kekerasan psikis, yaitu perbuatan seseorang yang meliputi bicara keras, mencela/menghina, mengancam dan menakut-nakuti, menelantarkan istri untuk kawin lagi tanpa sepengetahuan istri, dan
SOHIFAH mengurung istri dari dunia luar. Ketiga, Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan aktivitas seksual oleh satu pihak terhadap pihak lain; suami terhadap istri atau sebaliknya yang bisa disebut marital rape. Akan tetapi pemahaman ini lebih dipahami berbagai kalangan marital rape adalah istri yang beroleh tindak kekerasan seksual suami dalam sebuah perkawinan atau rumah tangga. Dengan demikian dilakukan oleh suami terhadap istri untuk melakukan aktivitas seksual tanpa pertimbangan kondisi istri (Topo Santoso, 2003: 75). Dengan kata lain memaksa melakukan hubungan seksual, tidak memperhatikan kepuasan istri dan memaksa selera sendiri. Keempat Kekerasan ekonomi terjadi apabila suami tidak memberikan nafkah, perawatan atau pemeliharaan sesuai dengan hukum yang berlaku atau perjanjian antara suami dan istri. Termasuk kategori penelantaran ekonomi adalah membatasi atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah, sehingga korban di bawah kendali orang tersebut. KDRT terjadi disebabkan oleh pemahaman anggota keluarga tentang hak dan kewajiban tidak mampu mereka tunaikan secara wajar dan mantap. Menurut Siti Awaliyah (2008: 56) beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan penganiayaan dalam rumah tangga antara lain: faktor penelantaran rumah tangga, faktor ekonomi, kurangnya komunikasi antara suami istri dan sudah tidak ada lagi rasa cinta dan kasih sayang antara suami dan istri. Ada tiga faktor yang mendorong kekerasan dalam rumah tangga 1) kondisi sosial dan keyakinan yang mendorong ikut terjadinya kekerasan tersebut. Setidaknya ada tiga bentuk kondisi sosial yang ada dalam masyarakat yang menyebabkan KDRT terus berlangsung, yaitu: budaya patriarki, timbulnya ketidakadilan gender dan penafsiran yang salah terhadap ajaran agama. 2) respons masyarakat yang menyebabkan kekerasan tersebut terulang, 3) karakteristik psikologi tertentu yang melekat pada pelaku kekerasan (Farihatin, 2008: 22) Apa pun alasannya, KDRT ini harus dicegah dengan berbagai tindakan dan berbagai upaya, antara lain: meningkatkan pemahaman dan sosialisasi tentang upaya mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Pemberdayaan ekonomi keluarga, meningkatkan pemahaman keagamaan dan pendalaman rohani. Pemahaman terhadap hak dan kewajiban semua anggota keluarga. Membangun komunikasi keluarga yang baik dan lancar. Kekerasan fisik yang terjadi dalam tindak pidana KDRT, terhadap pelakunya dijatuhi hukuman berdasarkan pasal 351, 352 mengatur penganiayaan ringan, 353 mengatur penganiayaan yang direncanakan, 354 mengatur penganiayaan berat, 355 mengatur bila terjadi penganiayaan berat yang direncanakan terlebih dahulu dan 356 KUHP tentang Penganiayaan. Selain sanksi pidana yang diatur, ada ketentuan lain yang memungkinkan korban KDRT dapat menuntut ganti kerugian yang pengaturannya ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Korban suatu tindak pidana bisa menggugat pula secara perdata atas kerugian yang dideritanya.
Tujuan penggabungan gugatan untuk menyederhanakan proses beracara agar lebih cepat dan biaya murah tidak tercapai karena korban tidak dapat menuntut gantiu kerugian immaterial yang lebih banyak dideritanya. Oleh karena itu, sampai saat ini walaupun telah ada ketentuan tentang ganti kerugian dalam proses pidana jarang sekali ada pihak korban yang memanfaatkannya. Undang-Undang tentang Penghapusan KDRT memberikan perlindungan kepada korban KDRT dengan memberikan hakhak antara lain: pertama, perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan. Kedua, pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis. Ketiga, penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban. Keempat, pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kelima, pelayanan bimbingan rohani. Bagi setiap orang yang mendengar, melihat atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya untuk: mencegah berlangsungnya tindak pidana, memberikan perlindungan kepada korban, memberikan pertolongan darurat, membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan. Perlindungan hukum terhadap korban KDRT merupakan segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, pengadilan atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan. Korban KDRT bisa mengadukan perkaranya ke Kepolisian, Pengadilan serta ke rumah sakit jika diperlukan visum et repertum untuk keperluan persidangan ke pengadilan. Pendampingan hukum akan menjelaskan hak istri. Membuat draf gugatan perceraian, seperti gugatan, jawaban dan duplik, maka pendampingan hukum akan memasukkan hak-hak istri. Kemudian diajukan ke persidangan pengadilan, dan pendampingan hukum akan merangkap menjadi pengacara dan menjelaskan peraturan yang terdapat dalam pengadilan. Penanganan perkara di Pengadilan Agama untuk kasus perceraian dan penanganan perkara di Pengadilan Negeri untuk perkara yang berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan disebabkan oleh KDRT. Pendampingan korban melaporkan atau pengaduan tindak kekerasan dalam rumah tangga ke kepolisian, melaporkan kronologis, dan kedudukan hukum para pihak. Pendampingan korban mengajukan gugatan ke pengadilan melalui proses litigasi. Dengan kita memahami bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga, kita bisa mengantisipasi dan bisa melakukan advokasi sepenuhnya. Sehingga hak-hak korban bisa terlindungi dengan baik. Bahkan bisa meminimalisir segala bentuk kekerasan, sehingga tercipta ketenangan dan ketertiban di tengah masyarakat.l
S S II L L A A T T U U R R A A H H II M M LAHIR: l Muh Fauzan Nurzaman, anak ketiga pasangan Muh Ali AlIstiqamah dan Ariani Arafah, SAg, 8 Januari 2012, di Palu, Sulawesi Tengah. l Imaduddin Zanki, anak kedua pasangan Abd Rahman dan Indrawati Parakkasi, SPdI, 14 Januari 2012, di Poso Sulawesi Tengah. MENIKAH: l Sakinah Karim, MPd binti Abdul Karim Rasid dengan Chaerul Saleh bin Yusuf, 21 Januari 2012, di Makasar. l Erlin Ike Merina, SE, Akt binti H Yosman Naumar dengan Ghufron Rahmad Nursidiq, ST bin Ir Misdi Bambang Payadji, 22 Januari 2012, di Yogyakarta. l Dyah Ayu Widowati, SH.,MKn binti H Siswantoro, SH, MS dengan Ricky Rangkuti, SH, MKn bin Aqbdul Rasyid Rangkuti, SH, Msi., 4 Februari 2012, di Yogyakarta.
JALAN PINGGIR Bangsa Indonesia membutuhkan seorang yang berkarakter negarawan dan visioner untuk memimpin bangsa ke depan. Betul! Tidak hanya sekedar tebar pesona. *** Peningkatan kualitas uji kelayakan kendaraan umum perlu bebas dari pungutan liar (pungli). Oo. Ternyata pungli masih ada. *** MUI: Perkenalkan wisata masjid di Bali. MUI menilai, banyak masjid di pulau ini yang memiliki nilai sejarah. Setuju! Yang dikenalkan jangan hanya pantainya saja. *** Pemerintah akan tetap mempertahankan sekolah rintisan sekolah bertaraf internasional. Demi menjaga gengsi, atau karena memang tuntutan?
DITTA KRISTINA PUTRI, SPD BINTI RAHMADI dengan RIZQA MURRY MA’RUF, SKOM BIN DRS H RUKHYAT 5 Desember 2011, di Depok, Jawa Barat.
MENINGGAL: l Drs H Bakir AM Tora, MH (51 tahun), Sekretaris PWM Sulawesi Tengah 2005-2015, 20 Desember 2011, di Palu Sulawesi Tengah. l Dr H Nafsi Sunusi (60 tahun), 24 Desember 2011, di ParigiMaoutong, Sulawesi Tengah. l Drs Abdul Latif Farba (55 tahun), 26 Desember 2012, di Makasar. l Moh Sukiman Raharjo (80 tahun), 28 Januari 2012, di Yogyakarta. l Dra Hj Roslima Wahid (71 tahun), Ketua PW Aisyiyah DKI Jakarta, 10 Februari 2012, di Jakarta. l Dr Prayitno Siswowijoto. SpKj (80 tahun), 14 Februari 2012, di Sleman, Yogyakarta.
58
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
*** Muhammadiyah DIY tidak akan ikut UASBN pendidikan agama. Muhammadiyah punya kurikulum sendiri. *** KPK: Kasus Bank Century selesai tahun ini. Selesai tanpa ada proses hukum. *** SBY: Aceh memanas tapi terkelola. Sama dengan Partai Demokrat, panas terkendali. *** Kepercayaan masyarakat terhadap parpol merosot, demokrasi mandeg. Parpol bukan lagi salah satu pilar demokrasi. *** BUNG SANTRI
DIREKTUR DAN PUDIR AKBID MUHAMMADIYAH DILANTIK BANDA ACEH. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh, Prof DR H Ali Yasa Abubakar, MA, beberapa waktu yang lalu, bertempat di aula Rosmeity Rose AKBID Muhammadiyah Banda Aceh, melantik Dra Hj Eulisa Fajriana, Amd.Keb, MKes sebagai Direktur Akademi Kebidanan (AKBID) Muhammadiyah Banda Aceh, periode 2011-2015. Pada waktu bersamaan juga dilantik Pembantu Direktur I, Sirajul Muna, SST, Pembantu Direktur II, H Almanar, SH dan Pembantu Direktur III, T Murhadi, SKM. Dalam arahannya, Ketua PWM Aceh, Al Yasa Abubakar mengatakan, bahwa janji pelantikan yang diikrarkan sendiri bermakna lebih tulus dan mempunyai kesadaran pribadi dalam melaksanakan tugas. Sudah menjadi tugas dan kewajiban yang besangkutan untuk meresapi janji yang telah diikrarkan dan mencakup semua itu dalam setiap perbuatan dan tindakan. Sehingga dirasakan manfaatnya oleh semuanya. Baik karyawan, guru, mahasiswa dan Persyarikatan Muhammadiyah. Maupun pengelola pendidikan kesehatan dan masyarakat luas. Apa-apa yang telah berhasil dicapai oleh pejabat lalu, ke depan haruslah ditingkatkan, seperti pembelajaran dan praktik yang bagus, instrumen akreditasi terus ditingkatkan. Sehingga nilainya lebih tinggi dari yang sudah-sudah. Sedangkan, mereka yang telah berjasa melahirkan akademi ini, sejak Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), namanya diabadikan sebagai nama aula dengan nama Rosmeity Rose. Sedangkan, Drs H Muharri Asy’ari, Lc., MAg, Ketua Badan Pelaksana Harian AKBID Muhammadiyah Banda Aceh mengatakan, kiranya Pimpinan AKBID yang baru dilantik, haruslah mengikhlaskan diri untuk AKBID. Sehingga, dapat bekerja sungguh-sungguh. Sebab, ini semua adalah tantangan. Apalagi, mulai tahun 2014, dosen haruslah berijazah S2. Pengelolaan administrasi dan sistem keuangan harus transparan dan akuntabel. Pimpinan baru ini harus segera memikirkan lahirnya klinik bersalin, sebagai cikal bakal berdirinya Rumah Sakit Muhammadiyah.l Al-Manar KETUA BARU PCM BEKASI SELATAN BEKASI. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bekasi dalam Musyawarah Cabangnya yang berlangsung di aula Yayasan Mudkhala Sidqi, Kampung Pintu Air, Kelurahan Harapan Mulya, Medansatria Kota Bekasi, telah memilih Drs H Fatihin Umar sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bekasi periode 2010-2015. Fatihin Umar terpilih untuk kedua kalinya menjadi Ketua PCM Bekasi Selatan. Sedang sekretarisnya adalah, Drs A Suprihatin, MMPd dan Bendahara, Harun Alrasyid, SPd. Wakil Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, Drs Cucu Syahrun dalam pengarahannya mengajak warga Muhammadiyah untuk terus menguatkan dan mengembangkan Muhammadiyah mulai dari tingkat Daerah, Cabang sampai Ranting. Dikatakan, yang paling ideal setiap Kecamatan sudah harus terbentuk Pimpinan Cabang dan setiap kelurahan sudah terbentuk Ranting. Itu usaha maksimalnya. Sebab, persyaratan untuk mendirikan Cabang cukup dengan 3 Ranting. Sedang, untuk mendirikan Ranting cukup dengan 13 anggota. “Kalau perkaderan Muhammadiyah berjalan dengan baik, boleh jadi dalam setiap kecamatan akan terbentuk Cabang lebih dari satu. Begitu juga, di kelurahan akan dapat dibentuk banyak Ranting. Itu tergantung keberhasilan perkaderan yang dilakukan oleh pengurus dan warga Muhammadiyah. Papar Cucu Syahrun.l Imran Nasution
AKTIVITAS AMAL USAHA Universitas Muhammadiyah Jakarta, beberapa waktu yang lalu mengadakan seminar internasional dengan tema, “Islamic World: Role and Responsibility of Muslim Women”. Bekerja sama dengan Majma’ Taqribu Al-Madzahib Al-Islamy dan Kedutaan Besar Republik Islam Iran. Bertempat di aula Pascasarjana UMJ. Seminar ini menghadirkan 6 akademisi Muslimah Indonesia sebagai pembicara. Yaitu: Prof DR Hj Masyitoh, MAg (Rektor UMJ), Prof DR Amany Lubis (Profesor bidang Sejarah Politik Islam UIN Jakarta), Prof DR Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA (Wakil Rektor IV Unhas Makasar), Prof DR Hj Tuty Alawiyah (Rektor Universitas Islam Asy-Syafi’iyyah), DR Husnul Mar’iyah (Dosen UI), dan Dina Y Sulaeman, MSi (Penulis Journey to Iran), Dubes Iran, DR Mahmoud Farazandeh dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof DR Din Syamsudin. Acara ini dibuka oleh Wakil Ketua MPR RI, Hj Meilani Leimena Suharli. Bertempat di halaman Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Kediri, beberapa waktu yang lalu telah diadakan pengajian akbar dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1433 H. Dan syukuran atas ditetapkannya Syafrudin Prawiranegara dan Prof DR Hamka sebagai Pahlawan Nasional. Memberikan sambutan dalam acara ini, Ketua PDM Kota Kediri, Ir H Hari Widiyasmoro, MM. Sedangkan, ceramah disampaikan oleh H Farid Prawiranegara dan DR (HC) Ir H Sholahuddin Wakhid (Pimpinan SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
59
Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang). SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, siap maju ke Lomba Sekolah Sehat (LSS) tingkat Nasional tahun 2012. Setelah berhasil keluar sebagai juara I LSS tingkat Provinsi DI Yogyakarta tahun 2011. Karena itu, “Kita mendirikan tugu TRIAS UKS sebagai simbol komitmen sekolah dalam menjaga kesehatan,” ujar Sarno R Sudibyo, MPd salah seorang guru. Komitmen SMA Muhammadiyah 1 dalam menjaga kesehatan mencakup dua pilar, yaitu; pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan dan pendidikan lingkungan sehat.l ron
LAZIS PRM SARIHARJO TENGAH, PRODUKTIF SLEMAN. PRM Sariharjo Tengah, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta 1999 mengawali gerakan Lazis untuk menghimpun dana zakat. Lazis memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi. Setiap tahunnya dibangun dua masjid. Masjid terakhir yang sudah dibangun adalah Masjid Nur Hidayah dengan dana Rp 560 juta. Dalam satu tahun pula santunan kepada kaum dhuafa dan pelajar (tidak mampu) dilakukan dua kali, rata-rata dana yang dibagikan mencapai Rp 9,5 juta untuk sekitar 56 orang lebih. Sekarang ini PRM Sariharjo Tengah sudah mampu membangun sekitar 5 masjid Muhammadiyah. “Perawatan masjid kami lakukan dengan renovasi dua kali dalam satu tahun, rata-rata dengan dana sekitar Rp 20 juta hingga Rp 25 juta,” kata Drs Haji Dodo Suparjiyoto, Ketua PRM Sariharjo Tengah. Lazis ini juga mampu mendanai perawatan dan renovasi Taman Kanak Bustanul Athfal Aisyiyah dua kali dalam setahun yang terletak di Jalan Damai Mudal Sariharjo Tengah.
Kini sedang dalam rencana pembangunan gedung Poliklinik di Jalan Sumberan 2, yang menempati tanah wakaf pemberian warga, di antaranya wakaf dari keluarga Ir H Abdul Kadir 1500 m2, wakaf keluarga dr Taufik dan keluarga lainnya yang seluruhnya seluas sekitar 5000 m2 lebih.lam
PELETAKAN PERTAMA PEMBANGUNAN RSU PKU SUKOHARJO. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sukoharjo, melanjutkan pembangunan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, yang telah dibangun sejak 1995, berupa gedung VIP dua lantai dan gedung lain empat lantai. Yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Wakil Bupati Sukoharjo, Drs H Haryanto, MM dan Drs H Dahlan Rais, MHum. Ketua panitia pembangunan, Dr Mahmud Sriyanto, SPb mengatakan, sekarang luas RS PKU Muhammadiyah sudah 2.500 m2. Sudah bisa beralih dari rumah bersalin menjadi rumah sakit. Dalam kesempatan itu pula, Kepala Dinas Kesehatan Sukoharjo, Dr Guntur Subiantoro yang juga Ketua PDM Sukoharjo, mengatakan izin rumah sakit sudah ada dan sudah ada dokter spesialis yang memungkinkan untuk dibuka rumah sakit. Drs H Dahlan Rais, MHum, dalam pengajiannya menyampaikan, Muhammadiyah merupakan ormas yang panjang umur dan banyak beramal shalih. Hanya saja besarnya Muhammadiyah ada pada kuantitas. Sedangkan untuk kualitas belum memadai. Pengajian yang mengajak amar ma’ruf nahi munkar hanya disampaikan di masjid-masjid. Sedangkan di desa-desa belum tercover. Ke depan kita harus mengadakan pengajian tidak hanya di masjid-masjid. Mengajak orang beramar ma’ruf nahi munkar harus sampai ke desa-desa.l Sugino
RAKER PCM KOTAGEDE DIMERIAHKAN DENGAN OUTBOND YOGYAKARTA. Dalam rangka menyemarakkan rapat kerja PCM Kotagede, Yogyakarta yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta beberapa waktu yang lalu, Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan melaksanakan acara outbond. Raker yang merupakan moment penting dalam organisasi guna menentukan langkah Persyarikatan, perlu diimbangi dengan kegiatan yang segar, yang dapat memotivasi diri. Acara outbond yang dilaksanakan di Karang Asri Turi, lereng gunung Merapi tersebut diikuti oleh 42 peserta dari berbagai unsur, antara lain; Pimpinan harian PCM, Ketua PRM, Ketua Majelis dan Ketua Amal Usaha serta lembaga-lembaga yang ada di lingkup PCM Kotagede, Yogyakarta. Acara dibuka oleh Sekretaris PDM Kota Yogyakarta, H Sumarwan Ds. Dalam sambutannya beliau menyampaikan beberapa hal penting dalam menjalankan biduk Persyarikatan. Antara lain pertama, rasa ‘handarbeni’ (rasa memiliki) Muhammadiyah ketika menerima amanat sebagai pengurus. Bahkan, ketika pertama kali masuk sebagai anggota Muhammadiyah. Kedua, kekompakan dalam merealisasikan program kerja. Dan ketiga, pantang menyerah karena dalam merealisasikan program kerja akan menemui beberapa kendala. Baik dari diri pribadi maupun dari lingkungan luar. Yang terakhir, adalah sabar dan ikhlas sebagai ‘godo’ atau senjata pamungkas..l Kang i-Mul
60
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
PELATIHAN KADER AMM PARIGI PARIGI. Pelatihan Kader bagi Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah berlangsung belum lama lalu di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Pelatihan kader bertujuan untuk meningkatkan pemahaman ke-Islaman, ke-Muhammadiyahan sekaligus menumbuhkan semangat berorganisasi. Kegiatan diprakarsai oleh Ikbal Bungadjim, MSi, selaku Ketua Majelis Pendidikan Kader PDM Kabupaten Parigi Moutong. Acara tersebut dirangkai dengan Pelantikan dan Serah Terima Jabatan PD Pemuda dan Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Parigi Moutong. Pelantikan dihadiri oleh Ketua PW Pamuda Muhammadiyah Sulawesi Tengah, Muh Amin Parakkasi SAg dan Ketua PW NA Mizan S Yurampole SPd. Bupati Parigi Moutong, Syamsuridjal Tombolotutu, berharap agar angkatan muda Muhammadiyah mampu berperan aktif dalam mendukung pembangunan di daerah Kabupaten Parigi Moutong. Sekretaris PDM Parigi, Drs Ma’ruf Husain, mengatakan, AMM mampu menggerakkan organisasi. Setelah pelatihan tersebut, para pemuda dapat langsung bekerja berusaha menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.l Muh Amin
GEDUNG DAKWAH JADI BASIS PCM DAWAN KLUNGKUNG. Kendati tingkat kerukunan beragama cukup tinggi toleransinya di Pulau Bali, tetapi tidak mudah bagi ormas Islam untuk menemukan lahan atau perijinan pendirian tempat untuk kegiatan dakwah Islam. Di samping karena beberapa alasan, seperti padatnya hunian di Pulau Bali, tetapi di daerah ini tingkat kepekaan sosial terhadap ormas lain masih dirasakan belum ideal. Menyiasati strategi dakwah Islam yang dilakukan oleh Muhammadiyah di Kabupaten Klungkung, diterapkan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dawan untuk mendompleng tempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jalan Diponegoro Gang Abimanyu 6 Semarapura atau Kantor Sekretariat PDM Klungkung. Frekuensi kegiatan pengajian di Klungkung semakin menunjukkan peningkatan dari hari ke hari, yang melibatkan banyak jamaah di sekitarnya. Gerakan dakwah banyak didukung oleh para guru yang berstatus pendatang, kendati ada beberapa simpatisan dari penduduk setempat yang beragama Islam. Siasat itu, juga diterapkan oleh PCM Klungkung yang menumpang di rumah Haji Usman di Jalan Diponegoro 144 Klungkung untuk mengadakan berbagai kegiatan dakwah.l am SEMAKIN BANYAK JARINGAN SEMAKIN BAIK LOMBOK TIMUR. Membangun jaringan gerakan dakwah Islam di tingkat Kecamatan, bagi PCM Labuhan Haji, semakin banyak didukung oleh jaringan Pimpinan Ranting Muhammadiyah akan semakin baik. Uniknya, tiga PRM masing-masing PRM Peulumat, PRM Keumumu dan PRM Padang Bakau masing-masing meng-
gunakan Masjid At Taqwa Muhammadiyah Labuhan Haji Timur Lombok Timur sebagai Kantor Sekretariat kegiatan organisasinya. Tetapi yang dimaksud adalah PRM Peulumat menggunakan Kantor di Masjid At Taqwa Peulumat Labuhan Haji, PRM Keumumu menggunakan Masjid At Taqwa Keumumu Labuhan Haji dan PRM Padang Bakau menggunakan Masjid At Taqwa Padang Bakau Labuhan Haji. Masyarakat tentu tidak bingung kendati mereka menggunakan Kantor Kesekretariatan dengan tempat di masjid yang bernama sama, tetapi tentunya kegiatan mereka sangat beragam dan berbeda waktu keterkaitannya dengan jadwal harian yang berbeda pula. Yang terpenting adalah dengan semangat bergembira, ikhlas menjalankan roda gerakan dakwah Islam untuk kemaslahatan umat dan peningkatan keimanan tauhid.l am
MALUKU TENGAH KUAT DUKUNGAN MALUKU TENGAH. Berjuang lewat gerakan sosial sangat memerlukan dukungan elemen yang kuat. Ini yang dipahami oleh Muhammadiyah di Maluku Tengah. Dukungan kuat yang dimaksud adalah memperbanyak jaringan organisasi di tingkat Pimpinan Ranting. Muhammadiyah Maluku Tengah tidak ragu-ragu lagi dalam menjalankan roda aktivitas dakwahnya di masyarakat. Jaringannya sudah dibentuk dengan mendirikan hampir 8 PRM tersebar di seluruh pelosoknya. PRM Hatulekal Malakula berbasis di rumah Haji Daeng Supu di Desa Walakula-Hatulekal Kecamatan Werinama, PRM Batuasa Tobo menggunakan alamat Abdul Mutholib WailisSUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 1 - 15 MARET 2012
61
sahalong di Desa Batuasa guna kegiatan pengajian, kajian dan penggalangan jamaah Muhammadiyah. Di tempat lain, SD Negeri Polin atas nama Muhammadiyah Muar digunakan sebagai tempat PRM Polin. Idris Wakayo juga bersedia ketempatan PRM Werinama sebagai alamatnya. Tidak kalah, rumah Abdul Muntholib Wailissahalong digunakan sebagai PRM Batuasa Tobo. Berikut rumah Hasan Walakula digunakan PRM Abuleta, rumah Yusron Kolatiena digunakan PRM Tunsai dan rumah Abdul Kaida Fanath sebagai Kantor PRM Adabai. Basis gerakan Muhammadiyah yang menggunakan rumah-rumah penduduk atau warganya ini, sangat efisien untuk menopang kegiatan dan aktivitas Muhammadiyah. Diharapkan mampu melahirkan amal usaha yang bermanfaat untuk masyarakat.l am
KANTOR DESA UNTUK KEGIATAN DAKWAH LOMBOK BARAT. Yang terjadi di Lombok Barat Nusa Tenggara Barat ini, tentu jarang ditemukan di tempat lain pelosok negeri nusantara. Yaitu, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sedau menggunakan Kantor Desa Sedau, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat untuk Kantor Sekretariat sekaligus kegiatan gerakan dakwah Muhammadiyah. Tidak diketahui bagaimana penggunaan jadwal kegiatannya di tempat tersebut, tetapi jelas yang tertera adalah PRM Sedau menggunakan nama Sarisah yang beralamat di Kantor Desa Sedau. Kemungkinan Sarisah bermaksud, dirinya dapat bekerja di Kantor Desa tetapi sekaligus tidak akan pernah meninggalkan predikatnya sebagai aktivis penggerak Muhammadiyah di desanya. Jika itu yang dimaksud, Muhammadiyah tentu mendapat keuntungan atas dedikasinya yang dalam memikirkan perjuangan cita-cita Muhammadiyah dengan teramat cerdas. Pantas ditiru.l am SORONG BARAT ANDALKAN AL JIHAD SORONG BARAT. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sorong Barat, Papua sangat mengandalkan keberadaan Masjid Al Jihad di Jalan Sukun Klademak II sebagai tempat yang strategis untuk menggerakkan Muhammadiyah di Papua. Kendati di Sorong Barat sudah ada PRM Boswesen yang numpang di Toko Bambangpuang, Pasar Boswesen Kampung Baru, PRM Kampung Baru di Jalan Raja Ampat 36, juga PRM Rufei di Jalan Pangeran Diponegoro 15 Rufei, ketiganya menjadi mata rantai gerakan yang penting. Tentu, masjid Al Jihad di Jalan Sukun Klademak II menjadi pusat jamaah datang untuk melakukan dan melaksanakan ibadah. Sisi-sisi inilah yang menjadi konsern pimpinan untuk mengukukuhkan, tempat itu sebagai pintu masuk gerakan yang lebih besar lagi di bumi Papua. Yang melegakan, masyarakat sudah memahami kedatangan Muhammadiyah adalah untuk mendukung peningkatan 62
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 97 | 7 - 21 RABIULAKHIR 1433 H
kualitas kehidupan masyarakat. Gerakannya membangun sarana umum yang dapat mereka manfaatkan. Bukti-bukti itu tak terbantahkan, karena itu masyarakat awam menaruh simpati mendalam atas aktivitas Muhammadiyah.l am
PA AISYIYAH “SUMARYATI TAYLOR” EKSIS MANGGAR. Membina dan mengupayakan adanya peningkatan perkembangan pengelolaan Panti Asuhan di pelosok pedesaan tidak mudah untuk dilakukan, tetapi ibu-ibu Aisyiyah di Manggar Kalimantan Timur tetap gigih mengupayakan agar pembinaan anak-anak yatim tetap berjalan. Panti Asuhan Aisyiyah Sumaryati Taylor berlokasi di Jalan Mulawarman Rt 22/02 Selili, Manggar. Masyarakat lebih mengenal panti ini, karena memandang penting keberadaannya untuk menolong anak yatim dan tidak mampu yang tak terurus di pelosok pedesaan. Upaya Aisyiyah ini, sangat mulia dan masyarakat terus mendukung keberadaannya. Yang diharapkan oleh panti ini, adalah dukungan dan pembinaan dari para pimpinan di tingkat Wilayah dan Daerah dalam menghimpun dana operasional panti. Selain itu juga mengupayakan bantuan dari Instansi Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi pengadaan sarana dan prasarana panti. Anak-anak asuh membutuhkan penempaan ketrampilan untuk bekal hidup di masyarakat. Selain di Manggar, PAY Aisyiyah juga ada di Jalan Bayangkara RT 27 No 9 Kabupaten Bontang, Kaltim. Pengelolaannya menjadi pertimbangan untuk saling mempelajari sisi-sisi peningkatan kualitasnya.l am PCM BONGO BERBASIS MASJID BOALEMO. Sekurang-kurangnya ada 4 tempat ibadah yang menjadi basis gerakan Muhammadiyah di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Sulawesi Utara. Keberagamaan masyarakat Kabupaten Boalemo sangat tinggi, penguatan jamaah terpateri dengan semakin banyak masjid dan musholla yang didirikan di kabupaten ini. Ada 4 masjid seperti Masjid Abu Bakar Shidiq di Desa Bongo I menjadi pusat kegiatan PRM Bongo, Masjid Darun Najah Desa Bongo menjadi sentra kegiatan PRM Bongo II dan Musholla Al Muhtadzin Desa Bongo menjadi sekretariat PRM Bongo III. Lain halnya dengan keberadaan Masjid Al Muhajirin menjadi persinggahan kegiatan PRM Sukamaju. Tetapi bagi PRM Mutiara, menggunakan rumah penduduk di desa Mutiara sebagai sekretariatnya, tidak menjadi masalah. Jika pada hari-hari besar Islam datang masjid-masjid tersebut semakin sibuk dengan kegiatan-kegiatan ke-Islaman. Bulan Ramadlan dipenuhi jamaah dengan beraneka kegiatan pengumpulan zakat fitrah, penyembelihan hewan kurban, dan ceramah-ceramah keagamaan. Peningkatan kualitas keimanan dilandasi dengan kegiatan pengkajian kitab.l am