Ragam Isi Salam Tabligh: Tentu ada maksudnya Allah menurunkan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW dengan perintah membaca IQRA’. Membaca telah menjadi aktifitas yang memberikan dampak besar bagi kehidupan manusia. Kualitas seseorang banyak ditentukan oleh seberapa banyak ia membaca dan apa bahan bacaannya. ............... 3
Tafsir al-Qur’an: Surat al-Baqarah ayat 30 Allah SWT memerintahkan RasulNya (Nabi Muhammad) untuk mengingat firman-Nya kepada para malaikat bahwa Allah akan menciptakan manusia yang dijadikan sebagai pengganti bagi makhluk sebelumnya. Menurut Abu Bakr al-Jaa’iri, makhluk sebelumnya yang tinggal di bumi dan dijadikan penguasa adalah dari golongan jin. Jin sangat berbuat kerusakan dengan banyak berbuat kekafiran dan banyak menumpahkan darah....................................... 7
Rabbana dzalamna anfusana, wa in lam taghfir lana wa tarkhamna lanakunanna minal-khasirin. “Ya Tuhan kami, kami telah mendhalimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” "Our Lord! we have been unjust to ourselves, and if Thou forgive us not, and have (not) mercy on us, we shall certainly be of the losers." (7:23)
Tuntunan Akhlak: Iffah ............................................................ 27 Adab Bicara: Larangan Berdebat ........................ 31 Tuntunan Ibadah: Shalat Dhuha ............................................................ 37 Tuntunan Muammalah: Asas dan Etika Bisnis dalam Islam (bag. 2) ......... 44 Tuntunan Akidah: Tauhidullah (Meng-Esakan Allah) Syarah Hadits: (bagian 1) ............................ 17 Kejujuran Membimbing Kepada Kebaikan ............ 54 disain sampul & kaligrafi:
[email protected] Pemimpin Umum: Agus Sukaca. Wakil Pemimpin Umum: Ahmad Supriyadi. Pemimpin Perusahaan: Ismail TS Siregar. Pemimpin Redaksi: Farid B. Siswantoro. Dewan Ahli: Drs. H. Andy Dermawan, M.A. (Koordinator); Prof. Drs. H. Sa’ad Abdul Wahid, Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. (Tafsir); H. Fathurrahman Kamal, Lc., M.Si., Dr. H. Syamsul Hidayat, M.Ag., Drs. H. Zaini Munir, M.Ag. (Aqidah); Dr. THE WAY OF LIFE Mohammad Damami, M.Ag., Drs. H. Hamdan Hambali, Drs. Yusuf A. Hasan, M.Ag., Drs. H. Muhsin Hariyanto, M.Ag., Drs. Marsudi Iman, M.Ag. (Akhlak); Syakir Jamaluddin, S.Ag., M.A., Ghofar Ismail, S.Ag., M.Ag., Asep Salahuddin, S.Ag., Drs. H. Kamiran Qomar (Ibadah); Drs. H. Dahwan, M.Si., H. Okrisal Eka Putra, Lc., M.Ag., Drs. H. Najib Sudarmawan, Drs. H. Khamim Z. Putra, M.Ag. (Muammalah). Sidang Redaksi: M. Yusron Asrofie (Tafsir), Ahmad Muttaqien (Akidah), Farid Setiawan (Akhlak), Ridwan Hamidy (Ibadah), Wijdan Al Arifin (Muamalah), Arif Jamali (Dinamika), Mahli Zainuddin Tago (Sosok), Adim Paknala (Rancang Grafis), Munichy B. Edrees (Artistik), Nuruddin T. Widiyanto (Dokumentasi), Sutoto Jatmiko (Sekretaris Redaksi). Manajer Pemasaran: RCA Pradipto Kuswantoro, Agus Budiantoro. Manajer Keuangan: Zulbahri Sutan Bagindo. Distribusi & Iklan: Nugroho F. Triono, Sukirman, Purwana, Arief Budiman Ch. Diterbitkan oleh: Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Alamat: Jl. KHA. Dahlan 103 Yogyakarta-55262 telp. +62-274-375025 fax. +62-274-381031 email:
[email protected] Akun bank: Bank Syariah Mandiri nomor: 0300126664 a.n. Berkala Tuntunan Islam MT PPM.
BERKALA TUNTUNAN ISLAM
ISLAM
“Saya mengajak kepada pembaca Berkala Tuntunan Islam yang budiman untuk mempersiapkan masa depan ummat Islam yang gemilang dengan melakukan gerakan membaca secara rutin. Kalau setiap muslim membaca rata-rata lebih lama dibandingkan ummat lain di dunia, insya Allah ummat Islam akan berada di puncak peradaban dunia kembali.”
minat berlangganan Tuntunan ISLAM? hubungi agen terdekat: | Ambon 0813.430.86.343 | Balikpapan 0813.4741.7222 | Banjarnegara 0813.9152.7890 | | Batang 0815.654.7164 | Berau 0811.596641 | Blora 0813.2877.1832 | | Bontang 0812.581.9262 | Boyolali 0857.2557.9118 | Demak 0857.2617.1950 | | Grobogan 0813.2562.0937 | Gunungkidul 0878.3916.2755 | | Jakarta Barat 081.707.39.789 | Jakarta Pusat 0815.8415.4260 | | Jember 081234.64794 | Jepara 0813.2524.1985 | Kebumen 0878.3779.7773 | | Karanganyar 0816.427.9538 | Kendal 08122.564.103 | Klaten 0817.942.742.3 | | Kudus 0291-333.1220 & 0815.7881.6153 | Kulonprogo 0877.3844.8284 | | Labuhan Batu Utara 081370955377 | Langkat 081370439013 | | Lampung 0812.3051.3118 | Luwuk Banggai 0817.693.5003 | | Magelang (kab.) 0813.282.565.22 | Magelang (kota) 0293-363.792 | | Malang 0812.5257.5100 | Manado 0813.5640.3232 | Medan 08126302411 | Muko-Muko 0852.6849.0850 | Padang Sidempuan 081264117005 | | Pekalongan (kab.) 0858.42.0404.77 | Pekalongan (kota) 0856.4220.5499 | | Pematang Siantar 081361173817 | Purwokerto 08564.789.5017 | | Purworejo 08522.692.1756 | Purbalingga 0821.34.600.222 | Samarinda 0812.538.0004 | | Serdang Bedagai 085261658206 | Singaparna-Tasikmalaya 085322.400.124 | | Selawan - Asahan 081375202566 | Sigambal - Rantau Perapat 081397936301 | | Sragen 0852.9371.1479 | Surakarta 0815.4854.6529 | Tapanuli Selatan 081361667759 | Tapanulis Tengah 08126382034 | Temanggung 0877.1919.7899 | | Tegal (kab.) 081228493543 | Tegal (kota) 085327910021 | |Wonosobo 0813.2871.8161 | Yogyakarta 0857.29.844.448 |
0818.040.85.282 (XL) 08532.887799.7 (As) 08571.292.3.505 (IM3) (administrasi/pemasaran)
0813.2824.8448 (iklan, sms) email:
[email protected] Akun bank: Bank Syariah Mandiri, nomor rekening: 0300126664 a.n. Berkala Tuntunan Islam MT PPM
Salam Tabligh
Agus Sukaca
Pembaca yang budiman! Tentu ada maksudnya Allah menurunkan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW dengan perintah membaca “iqra’”. Membaca telah menjadi aktifitas yang memberikan dampak besar bagi kehidupan manusia. Kualitas seseorang banyak ditentukan oleh seberapa banyak ia membaca dan apa bahan bacaannya. Orang yang banyak membaca bacaan-bacaan positif dan bagus tentu pikirannya menjadi positif dan luas pandangannya, yang pada akhirnya akan menghasilkan amalan yang baik pula. Membaca merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran semenjak ditemukannya aksara. Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis1 atau suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.2 Tulisan telah lebih dari 5000 tahun yang lalu digunakan sebagai alat komunikasi oleh orang-orang Sumeria di Timur Tengah yang menciptakan tanda pada tanah liat yang mewakili bunyi. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, tulisan telah menjadi alat penting untuk
menyimpan informasi. Beliau memerintahkan para sahabat menuliskan al-Qur’an pada media-media yang bisa digunakan, seperti pelepah kurma, tulang yang pipih, batu tipis, kulit binatang, dan lain-lain. Pada saat Rasulullah SAW wafat, alQur’an telah dihapal oleh para sahabat dan tertulis meskipun masih berserakserak dalam banyak media. Pada masa khalifah Abu Bakar asshidiq terjadi perang Yamamah yang menyebabkan banyak penghapal alQur’an menemui syahidnya. Kejadian tersebut membuat Umar r.a. merasa sangat khawatir, kematian mereka akan disertai dengan hilangnya al-Qur’an. Umar lalu mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan alQur’an yang berserak-serak itu. Abu Bakar awalnya menyatakan keberatan dengan mengatakan; “Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan Rasulullah SAW?”. Tetapi Umar mengulang-ulang permintaannya hingga Abu Bakar memahami pentingnya pengumpulan tulisan al-Qur’an dan berpendapat seperti pendapatnya Umar. EDISI 9/2012
3
Abu Bakar kemudian meminta Zaid bin Tsabit – sahabat yang mendampingi Rasulullah SAW dan menuliskan alQur’an untuk beliau – untuk mengumpulkan tulisan al-Qur’an. Zaid pun berpendapat seperti Abu Bakar pada awalnya, tetapi Umar meyakinkan bahwa pekerjaan tersebut merupakan sesuatu yang baik. Zaid bin Tsabit mengumpulkan lembaran-lembaran al-Qur’an yang ditulis di hadapan Rasulullah SAW. Lembaran-lembaran tersebut diterima setelah dilakukan verifikasi dan terbukti ditulis di hadapan Rasulullah dengan minimal 2 saksi sahabat, diperoleh dari salah seorang sahabat, dan harus dihafal oleh kalangan sahabat. Lembaran-lembaran al-Qur’an tersebut disimpan Abu Bakar selama hidupnya, dilanjutkan Umar Ibn Khattab, dan Hafshah binti Umar. Pada masa khalifah Usman ibn Affan, terjadi perbedaan dalam membaca alQur’an. Penduduk Syam membaca dengan bacaan Ubay bin Kaab, sedangkan penduduk Irak dengan bacaan Abdullah bin Mas’ud. Perbedaan tersebut sempat menimbulkan perselisihan di kalangan kaum muslimin. Hudzaifah bin Al Yaman melihat perbedaan tersebut dapat membahayakan keutuhan kaum muslimin. Ia menghadap khalifah Usman bin Affan dan berkata: “Wahai Amirul Mukminin, sadarkanlah ummat ini sebelum mereka berselisih tentang al-Kitab (al-Qur’an) sebagaimana perselisihan Yahudi dan Nashrani”. Khalifah Utsman kemudian memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdur4
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
rahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalin lembaran-lembaran yang telah dikumpulkan pada masa khalifah Abu Bakar r.a. yang disimpan oleh Hafshah. Tim dapat menyelesaikan proses penyalinan dengan baik, dan menghasilkan 7 salinan dikirimkan masing-masing 1 ke Makkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan Madinah. Mushhaf inilah yang kemudian dikenal dengan nama Mushhaf Usmani yang dijadikan rujukan dalam penyalinan al-Qur’an hingga sekarang. Perintah Rasulullah SAW kepada para sahabat untuk menulis al-Qur’an menunjukkan pentingnya tulisan sebagai penerus informasi yang dapat diandalkan dan menjamin autentisitas kebenarannya. Generasi sepeninggal Rasulullah dan para sahabat dapat tetap mendapatkan petunjuk al-Qur’an yang sama dengan yang diajarkan Rasulullah dari mushhaf yang terjamin kebenarannya dengan membacanya. Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dari Abdullah bin Umar Rasulullah SAW memerintahkan kita membaca al-Qur’an dalam sebulan. Ketika Abdullah menyatakan mampu membacanya lebih cepat, Rasulullah memerintahkan mengkhatamkannya dalam seminggu dan melarang kurang dari itu. Apa yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat menunjukkan betapa pentingnya membaca dalam kehidupan seorang muslim. ***** Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh budaya bacanya. Semakin tinggi
minat baca suatu bangsa, semakin maju pula bangsa itu. Pada masa kejayaan Islam, di mana-mana diadakan perpustakaan. Pada masa kekuasaan Islam di Andalusia, perpustakaan-perpustakaan terbesar yang banyak tersebar di Cordova konon berisi lebih dari 500 ribu jilid buku.3 Minat baca ummat Islam pada masa itu jauh lebih tinggi dibandingkan ummat-ummat lainnya. Tidak mengherankan bila negeri-negeri Islam menjadi pusat tamaddun dunia. Ketika Jengis Khan menaklukkan kota tua Balkh, ia membuang isi perpustakaannya ke sungai Oxus dan ratusan ribu buku yang ditulis tangan hanyut.4 Hulagu Khan menaklukkan dan hampir melenyapkan Baghdad pada tahun 1258, membunuh 800 ribu orang, melenyapkan perpustakaan, sekolah, rumahsakit, dan semua catatan, dan kesaksian tentang gelombang besar peradaban Islam dalam jaman keemasan.5 Dunia kehilangan sesuatu yang besar dengan hancurnya perpustakaan-perpustakaan yang tersebar di dunia Islam. Tradisi membaca yang begitu tinggi turut hancur bersamaan dengan takluknya negeri-negeri muslim tersebut. Pada saat ini minat baca di negerinegeri muslim belum kembali seperti pada jaman kejayaannya dahulu. Menurut laporan Bank Dunia tingkat membaca anak-anak Indonesia usia kelas VI SD baru mampu meraih skor 51,7, masih berada di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1), Singapura (74,0) dan Hongkong (75,5). Organisai Pengembangan Kerjasama Ekonomi (OECD)
menyebutkan bahwa budaya baca masyarakat Indonesia berada posisi terendah dari 52 negara kawasan Asia Timur6. Pelajar dan mahasiswa di Indonesia masih banyak yang serius membaca ketika sedang menghadapi ujian. Bisa jadi mereka tidak tidur semalaman. Ketika tidak ada ujian, mereka santai. Cara membaca seperti mereka ini tentu mudah terhenti ketika sudah tidak ada agenda ujian atau telah lulus dari pendidikannya. Kita semua pasti sudah menyadari, memahami dan meyakini arti pentingnya membaca. Di dunia di mana kita tinggal saat ini membaca merupakan kegiatan sangat penting dalam proses pendidikan. Materi pelajaran yang pertama-tama kita peroleh di Sekolah Dasar adalah membaca dan menulis. Dalam proses pembelajaran selanjutnya disajikan bukubuku yang harus dibaca dan dikuasai. Di dalam buku-buku tersebut segala macam ilmu dan pikiran manusia didokumentasikan dengan baik. Saya mengajak kepada pembaca Berkala Tuntunan Islam yang budiman untuk mempersiapkan masa depan ummat Islam yang gemilang dengan melakukan gerakan membaca secara rutin. Kalau setiap muslim membaca rata-rata lebih lama dibandingkan ummat lain di dunia, Insyaallah ummat Islam akan berada di puncak peradaban dunia kembali. Buatlah agenda khusus membaca lebih dari 1 jam setiap hari. Anda bisa memilih waktu-waktu yang paling memungkinkan dalam siklus waktu harian anda. Sedapat mungkin bersifat tetap dan EDISI 9/2012
5
dijadikan jam wajib baca. Misalnya setiap selesai tadarrus al-Qur’an bakda subuh selama 30 menit dan setiap bakda shalat ‘Isya berjama’ah selama 60 menit. Lakukan setiap hari secara berdisiplin. Pada saat Anda berhasil melakukannya selama 90 hari berturut-turut, insya Allah kegiatan membaca pada waktu-waktu yang telah ditentukan tersebut telah tersimpan dalam file otak bawah sadar Anda. Artinya, telah menjadi kebiasaan harian Anda, yang untuk melakukannya anda tidak perlu berpikir lagi. Secara otomatis, Anda akan mengambil buku dan duduk manis membacanya di tempat Anda biasa membaca. Kegiatan membaca menjadi jauh lebih terasa ringan bila lingkungan kita juga gemar membaca. Ajaklah semua anggota keluarga Anda menetapkan jam wajib baca yang sama. Pada jam-jam tersebut, semua anggota keluarga membaca. Keluarga andapun memiliki jam wajib baca. Di samping waktu yang tetap, manfaatkan pula waktu-waktu luang yang memungkinkan untuk membaca. Saat menunggu, antri, dalam kendaraan adalah waktu-waktu yang bagus dimanfaatkan untuk membaca. Biasakan membawa buku ke manapun pergi untuk dibaca ketika memungkinkan. Apa yang kita baca? Tergantung tujuan kita membaca! Secara umum, tujuan orang membaca adalah untuk belajar, menguasai keahlian, atau kesenangan. Kualitas seseorang dapat dilihat dari apa yang dibaca dan seberapa banyak ia membaca. Orang yang membaca untuk 6
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
belajar akan menjadi orang pandai, yang belajar untuk menguasai keahlian akan menjadi ahli, yang membaca sekedar untuk kesenangan maka kesenanganlah yang ia dapatkan. Sebagai seorang muslim, kita perlu memahami ajaran Islam dengan baik. Kita baca tafsir al-Qur’an, hadits, dan bukubuku yang mengantarkan kita mengerti ajaran Islam. Sebagai seorang yang menekuni profesi tertentu, baca pula bukubuku tentang profesi yang ditekuni hingga menjadi yang terbaik di bidangnya. Sebagai seorang yang berjuang menuju kesuksesan, baca pula buku-buku motivasi sehingga kita semangat dalam berjuang meraih kesuksesan. Pilihlah buku-buku positif yang dapat mengantarkan kita kepada kehidupan yang lebih baik. Buat target berapa buku yang akan dibaca bulan ini, minggu ini buku apa, hari ini halaman berapa saja. Kita songsong masa depan gemilang dengan membiasakan membaca! Wallahu a’lam! Wassamu’alaikum wr wb. Bantul, 9 September 2012 Agus Sukaca Catatan: 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2 Wikipedia bahasa Indonesia. 3 Tamim Anshary : Destiny Disrupted: A History of the World through Islamic Eyes (edisi terjemahan: “dari Puncak Baghdad Sejarah Dunia versi Islam”, penerbit Zaman, edisi 1, 2012). 4 Ibid, hal 255. 5 Ibid hal 260. 6 Kompas 18 Juni 2009.
Tafsir al-Qur’an
SURAT AL-BAQARAH AYAT 30
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS al-Baqarah, 2: 30)
: dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman. Kata itu artinya, menurut Imam AtTabari, adalah “ingatlah”. Apa yang perlu diingat? Allah sebenarnya mengajak dialog dengan orang-orang yang ingkar atas nikmat Allah sebagaimana disebut di dalam al-Baqarah ayat 28:
2:28. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? Makna ayat di atas adalah ingatlah nikmatKu yang telah Aku anugerahkan
kepada kamu. Aku telah menciptakan kamu padahal dulunya kamu itu bukan apa-apa alias tidak ada. Aku menciptakan apa-apa yang di bumi itu semua untuk kamu dan Aku menyempurnakan untuk kamu apa yang ada di langit. Kemudian ayat al-Baqarah 28 itu disambung dengan ayat 30 yang artinya menjadi ingatlah kamu atas nikmatKu. Aku telah memberi kamu ini-itu. Kemudian ayat itu disambung dengan “dan ingatlah atas apa yang Aku lakukan terhadap bapak kamu Adam ketika Aku berfirman kepada para malaikat.” : kepada para malaikat. Kata itu jamak dari kata tunggal yang kemudian diperingan mengucapkannya menjadi . Para malaikat itu termasuk makhluq alam gaib dan dicipta dari cahaya. EDISI 9/2012
7
Rasulullah SAW bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala dan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan (ciri-cirinya) untuk kalian.” (HR Imam Muslim no. 5314) : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Diberikan penjelasan terperinci mengenai makna kata “jaa’ilun” yang terambil dari kata “ja’ala” (lihat boks). dalam ayat ini Kata “Jaa’ilun” sama dengan “khaaliqun” Kata “jaa’ilun” pada ayat ini berarti mencipta dari sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lain. Pada ayat yang lain kata “jaa’ilun” digantikan dengan kata “khaaliqun” .
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (QS al-Hijr, 15: 28)
8
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku-sempurnakan kejadiannya dan Ku-tiupkan kepadanya roh(ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya. Kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. (QS Shad, 38: 71-74) Makna Kata “Khaliifah” khalifah: pengganti atau orang yang menggantikan orang lain. Kata ini bisa juga bermakna orang yang datang belakangan mengganti yang sudah datang sebelumnya. Ath-Thabari menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan khalifah adalah seseorang yang menggantikan orang lain. Contoh yang beliau berikan adalah:
Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (QS Yunus, 10: 14) Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kata khalifah itu adalah suatu kaum yang sebagiannya menggantikan sebagian yang lain, silih berganti, abad demi abad, dan generasi demi generasi. Contoh jelas terkandung dalam ayat-ayat berikut:
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS al-An’an, 6: 165) Ayat di atas menunjukkan bahwa kita sekarang ini menjadi penguasa, menjadi penghuni bumi, menggantikan penghunipenghuni bumi terdahulu.
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).(QS an-Naml, 27: 62) Pengertian ayat ini sama dengan pengertian ayat sebelumnya. Kata penguasa digantikan artinya dengan kata khalifah. Arti keduanya tetap sama yaitu mengganti kaum yang terdahulu. Penduduk bumi yang sekarang inilah yang menjadi penguasa bumi menggantikan penduduk bumi sebelumnya.
Dan kalau Kami kehendaki benarbenar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. (QS az-Zukhruf, 43: 60)
Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: “Kami akan diberi ampun”. Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti? (QS alA’raf, 7:169) : Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. EDISI 9/2012
9
: mereka berkata atau bertanya. Mereka disini maksudnya adalah para malaikat. : apakah Engkau (Allah) akan menjadikan di dalamnya (bumi). : orang yang berbuat kerusakan di dalamnya (bumi). : berbuat kerusakan, baik dengan menjadi kafir atau perbuatanperbuatan yang menentang perintah Allah dan melanggar larangan-Nya. Salah satu bentuk melanggar larangan Allah adalah membuat kerusakan, atau merusak bumi. : dan menumpahkan darah, baik dengan membunuh maupun melukainya.
Mufradat
K
ata “jaa’ilun” dari kata kerja “ja’ala” itu, menurut Imam al-Raghib al-Ashfihani, merupakan lafadz umum dalam rangkaian kata yang mengandung arti berbuat. Kata “ja’ala” lebih umum dibanding kata “fa’ala” dan “shana’a” . Kata “ja’ala” ini mengandung lima macam arti: 1. “Ja’ala” berarti menjadikan atau membuat dan mulai yang tidak memerlukan obyek (maf’ul). Contohnya adalah Zaid menjadi berkata begitu. 10
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Imam Ath-Thabari menjelaskan bahwa pertanyaan para malaikat, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” itu menimbulkan pertanyaan. Bagaimana para malaikat bisa bertanya soal itu dengan seolah-olah sudah tahu apa yang akan terjadi dengan penciptaan manusia yang suka berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Saat itu sang pengganti (khalifah, manusia dan keturunannya) belum dicipta, apalagi keturunannya. Apakah para malaikat mengetahui hal yang ghaib sehingga menanyakan hal seperti itu, atau sekedar prasangka? Jika hal itu hanya bersifat
Ja’ala 2. “Ja’ala” berarti menjadikan dari tidak ada menjadi ada (menciptakan atau mengadakan) dan memerlukan satu obyek (maf ’ul). Contohnya adalah:
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan (menjadikan) gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS al-An’am, 6: 1)
prasangka atau dugaan, maka hal itu sepertinya mustahil karena para malaikat hanya mengetahui sesuatu itu karena Allah memberitahu mereka atau mengajarkan kepada mereka.
yang menyatakan bahwa banyak juga manusia yang berbuat kebaikan:
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS al-Baqarah, 2: 32) Ungkapan para malaikat bahwa manusia itu makhluk “yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah” terbantahkan dengan kenyataan berdasar hadits shahih berikut
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu (mengadakan/menjadikan untuk kamu) pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS an-Nahl, 16: 78) 3. “Ja’ala” berarti menjadikan sesuatu dari sesuatu dan menyusunnya. Contohnya adalah:
Allah menjadikan bagi kamu istriistri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS an-Nahl. 16: 72) 4. “Ja’ala” berarti menjadikan sesuatu keadaan menjadi keadaan lain. Contohnya adalah:
EDISI 9/2012
11
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya katanya; aku menyetorkan hapalan kepada Malik dari Abu Zanad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda; Di antara kalian ada malaikat yang bergantian di waktu malam dan siang, mereka berkumpul ketika shalat fajar dan shalat ashar, lantas malaikat yang bermalam naik dan Tuhan mereka menanyai mereka -sekalipun Dia paling tahu terhadap merekabagaimana kalian tinggalkan hambahamba-Ku? Jawab mereka; “Kami Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS al-Baqarah, 2: 22)
tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami datangi mereka juga dalam keadaan shalat.” Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi’ telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara kalian ada malaikat yang bergantian… seperti hadits Abu Zanad.” (HR Muslim) : padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau : padahal kami : kami senantiasa bertasbih. Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepadaNya). (QS an-Nahl, 16: 81)
Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? (QS Nuh, 71: 16) 12
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Tasbih adalah mensucikan Allah dari apa yang tidak layak dan tidak pantas bagiNya. : kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau (Allah). Ungkapan ini bisa berupa “Subhaana Allah wa bihamdih”
.
: dan menyucikan Engkau (Allah). Menyucikan Allah dari apa yang tidak layak bagi-Nya. Kata taqdiis berarti menyucikan dengan sebersih-bersihnya, jauh dari apa yang Allah tidak layak, patut, pantas dan cocok bagi-Nya. : Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Sesungguhnya Kami menjadi-kan Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami-(nya). (QS azZukhruf, 43: 3) 5. Menjadikan, menilai atau menentukan sesuatu dengan sesuatu, baik itu secara benar atau bisa juga secara keliru. Contoh menjadikan, menilai atau menentukan secara baik:
Pada penghujung ayat ini Allah memberi tahu apa yang para malaikat tidak tahu mengenai hikmah dan kebaikankebaikan diciptakannya manusia yang para malaikat sebelumnya tidak tahu. Makna ayat al-Baqarah 30 Allah SWT memerintahkan RasulNya (Nabi Muhammad) untuk mengingat firman-Nya kepada para malaikat bahwa Allah akan menciptakan manusia yang dijadikan sebagai pengganti bagi makhluk sebelumnya. Menurut Abu Bakr alJazaa’iri, makhluk sebelumnya yang tinggal di bumi dan dijadikan penguasa adalah dari golongan jin. Jin sangat berbuat kerusakan dengan banyak berbuat kekafiran dan banyak menumpahkan darah.
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (QS al-Qashash, 28: 7) Contoh menjadikan, menilai atau menentukan secara keliru adalah:
EDISI 9/2012
13
Kalau dilihat di dalam ayat-ayat alQur’an, ketika manusia itu berkumpul dalam satu ayat dengan golongan jin maka sebagian besar ayat itu memberi uraian tentang keadaan yang tidak baik atau bersifat negatif bagi manusia: Contoh: Kita mulai dari penciptaan jin dan manusia yang dicipta oleh Allah supaya beribadah kepada-Nya saja. Kalau huruf wawu diartikan sebagai urutan penciptaan, maka jin diciptakan lebih dahulu daripada penciptaan manusia.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (adz-Dzariyat, 51: 56)
Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata dengan persangkaan mereka: “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka sesajian bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan sesajian bagi Allah, maka sajian itu (justru) sampai kepada berhalaberhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu. (al-An’am, 6: 136)
16:57. Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha
14
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Tetapi kemudian apa yang terjadi? Manusia dan jin ini yang akan memenuhi neraka Jahanam.
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (ber-dasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. (QS al-An’am, 6: 100)
Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak lakilaki).
Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (Kitab Allah). (Yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al Qur’an itu terbagi-bagi (potongan atau bagian dari sesuatu). (al-Hijr, 15: 90-91)
menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (QS al-An’am, 6: 130)
Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpun mereka semua, (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebagian dari kami telah dapat kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman: “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS al-An’am, 6: 128)
Allah berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orangorang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman: “Masingmasing mendapat (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”. (QS al-A’raf, 7: 38)
Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami EDISI 9/2012
15
WAHID HASYIM 0 8 1 . 3 2 8 . 2 1 2 1 .3 2 PIN: 30 4DA0 E8
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS al-A’raf, 7: 179)
Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah dite16
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
tapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS Hud, 11: 119)
Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk (bagi) nya, akan tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan) dari pada-Ku; “Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama. (QS as-Sajdah, 32: 13) Lihat juga ayat-ayat berikut: QS 41: 25; 41: 29; 46: 18. Narasumber utama artikel ini: M. Yusron Asrofie
Tuntunan Akidah TAUHIDULLAH (Meng-Esakan Allah SWT) Bagian (1) A. Definisi Tauhid Kata “tauhid” di dalam bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari kata kerja wahhada-yuwahhidu-tawhidan, yang arti harfiyahnya: menyatukan, mengesakan, atau mengakui bahwa sesuatu itu satu. Dengan demikian, secara bahasa, tauhidullah berarti menyatukan Allah, mengesakan Allah atau mengakui bahwa Allah itu satu. Sedangkan secara istilah, tauhidullah bermakna mengesakan Allah dalam halhal yang merupakan kekhu-susan bagi Allah, serta tidak menyeku-tukan-Nya dengan apapun baik dalam hal rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, maupun asma’ (nama-nama) dan sifatsifat-Nya. Allah SWT berfirman:
B. Kedudukan dan Keutamaan Tauhid Dalam ajaran Islam, tauhidullah adalah merupakan esensi dari keimanan kepada Allah SWT. Tauhidullah memiliki kedudukan dan keutamaan yang sangat kuat, di antaranya adalah: 1. Tauhidullah merupakan tujuan Allah menciptakan manusia dan jin. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. adzDzariyat: 56) Makna menyembah Allah dalam ayat ini, sebagaimana ditafsirkan para ulama salaf, adalah mentauhidkan Allah SWT. 2. Tauhidullah adalah Hak Allah yang harus ditunaikan setiap hamba-Nya. Rasulullah SAW bersabda,
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa; 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu; 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan; 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS al-Ikhlas, 1-4)
“Sungguh Hak Allah yang harus ditunaikan hamba yaitu mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutuEDISI 9/2012
17
kan-Nya dengan sesuatu apapun…” (HR. Bukhari dan Muslim) Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya artinya mentauhidkan Allah dalam beribadah. Seseorang tidak boleh menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dalam beribadah kepadaNya. Dia wajib membersihkan diri dari syirik dalam ibadah. Orang yang tidak membersihkan diri dari syirik maka belumlah dia dikatakan sebagai orang yang beribadah kepada Allah saja 3. Tauhidullah adalah fondasi dan landasan utama ajaran Islam, dan merupakan inti ajaran Rasulullah SAW dan rasul-rasul sebelumnya. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS an-Nahl: 36) Menurut Muhammad bin Abdul Wahab, thagut adalah sebutan yang mencakup seluruh apa apa yang diibadahi selain Allah dan ia rela untuk diibadahi, baik berupa al-ma’bud (sesuatu yang diibadahi), atau al-matbu’ (yang diikuti), atau al-mutha’ (yang ditaati) pada hal hal yang tidak termasuk dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. 4. Tauhidullah adalah ajaran yang paling utama diantara cabang-cabang keimanan. 18
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Rasulullah SAW bersabda:
“Iman itu ada tujuh puluh tujuh atau enam puluh tujuh cabang: yang paling utama adalah perkataan ‘La Ilaha Illallah’, dan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang menyakitkan dari jalan dan malu adalah salah satu cabang iman” (HR. Muslim). 5. Tauhidullah dapat menghapuskan dosa-dosa dan mendatangkan ampunan dari Allah. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits qudsi:
Allah berfirman “Wahai anak adam, jika kamu datang kepadaku dengan membawa dosa seisi bumi, kemudian kamu menjumpaiku (dalam keadaan) tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan membawa seisi bumi ampunan.” [HR. At-Tirmidzi]. 6. Tauhidullah dapat mendatangkan jaminan Allah berupa memasukkan seseorang ke dalam surga dan diselamatkan dari api neraka. Nabi bersabda:
menjadi 3 macam, yaitu: tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah dan tauhid asma’ wa shifat. Ketiga macam tauhid ini terkumpul dalam firman Allah yang berbunyi:
“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada sembahan (yang hak) kecuali Allah semata tidak ada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan bahwa ‘Isa adalah hamba-Nya, rasulNya dan kalimat-Nya yang Allah anugerahkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya (di antara ruh-ruh yang Allah ciptakan), dan surga itu benar adanya, dan neraka itu benar adanya niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga, atas apa yang dia amalkan.” [HR. Bukhari dan Muslim]. Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang bertemu Allah (dalam keadaan) tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun maka dia akan masuk surga, dan barangsiapa yang bertemu Allah (dalam keadaan) menyekutukan-Nya dengan sesuatu maka dia akan masuk neraka.” [HR.Muslim]. C. Macam-Macam Tauhid Berdasarkan kajian terhadap ayatayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, para ulama’ al-Muwahhidin (ahli tauhid) pada umumnya membagi tauhidullah
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, maka sembahlah dia dan teguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (Allah yang patut disembah)?” [QS. Maryam: 65]. Berikut ini akan dijelaskan pengertian dari ketiga macam tauhid di atas: 1. Tauhid Rububiyyah Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu rabb. Rabb mempunyai beberapa arti, antara lain: al-murabbi (pemelihara), an-nashir (penolong), almalik (pemilik), al-mushlih ( yang memperbaiki), as-sayyid (tuan) dan al-wali (pemimpin) Dalam terminologi syariat Islam, istilah tauhid rububiyah berarti “Meyakini bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik, Pengendali alam raya, dengan takdir-Nya Allah menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnahsunnah-Nya”. Dalam pengertian ini istilah tauhid rububiyah tidak terlepas dari makna bahasanya. Allah adalah pemelihara makhluk, para rasul dan wali-wali-Nya EDISI 9/2012
19
dengan segala spesifikasi yang telah diberikannya kepada mereka. Rezeki-Nya meliputi semua hamba-Nya. Dia-lah penolong rasul-rasul dan wali-wali-Nya, pemilik seluruh makhluk-Nya, yang senantiasa memperbaiki keadaan mereka dengan pilar-pilar kehidupan yang telah diberikannya kepada mereka, penguasa dan pelindung seluruh makhluk-Nya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, tauhid rububiyah mencakup dimensidimensi keimanan sebagai berikut: 1. Beriman kepada Dzat Allah. 2. Beriman kepada perbuatan-perbuatan (af ’al) Allah yang bersifat umum, misalnya, menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menguasai, dan lain-lain. 3. Beriman kepada takdir Allah. Keteraturan semua urusan alam juga kerapiannya adalah bukti paling kuat yang menunjukkan bahwa pengatur alam ini hanya Tuhan yang satu, yang tidak bersekutu atau pun berseteru. Allah SWT berfirman:
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. (QS al-Mukminun: 91) 20
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Berikut adalah beberapa firman Allah SWT yang menjelaskan Keesaan-Nya pada aspek rububiyyah: a. Keesaan Allah sebagai pencipta alam semesta. Allah SWT beriman:
..... Ingatlah (ketahuilah), menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. [QS. al-A’raf: 54]. Lihat juga QS az-Zumar: 62. b. Keesaan Allah sebagai pemelihara alam semesta. Allah SWT beriman:
Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. (Hud: 57) c. Keesaan Allah sebagai pemberi rezeki. Allah berfirman:
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi? tidak ada tuhan selain dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan). [QS. Fathir: 3].
d. Keesaan Allah sebagai pemilik alam semesta.
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu (QS Ali Imran: 189). e. Keesaan Allah sebagai pengelola alam semesta,
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran (QS Yunus: 3). Lihat juga QS al-A’raf: 54. f. Keesaan Allah sebagai pemberi manfaat dan madlarat.
Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, maka mereka menjawab“Allah”. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. kepadaNya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (QS az-Zumar: 38) Pada hakikatnya semua umat sepanjang sejarahnya meyakini ajaran tauhid rububiyah, baik secara lahir-batin maupun hanya secara batin, seperti kasus Fir’aun yang disinyalir Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. (QS an-Naml: 14) Mengenai orang-orang musyrik, Allah berfirman:
EDISI 9/2012
21
“Katakanlah: ‘Siapakah yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (QS al-Mu’minun: 86-89). (Lihat juga QS az-Zukhruf: 87, Yunus: 31-32). Dari sini jelaslah bagi kita bahwa tauhid rububiyah bukanlah keseluruhan ajaran tauhid. Ia hanya bagian dari keseluruhan itu. Karenanya tidak cukup bagi seorang hamba hanya percaya pada tauhid rububiyah. Dengan kata lain tauhid rububiyah semata tidak dapat menjadikan seseorang menjadi Muslim, tetapi harus pula melengkapi dengan tauhid yang lain. (Ibrahim Muhammad, Pengantar Studi Aqidah Islam: 141-146) 2. Tauhid Uluhiyah Kata uluhiyah diambil dari akar kata ilah yang berarti: yang disembah dan yang ditaati. Kata ilah digunakan untuk menyebut sesembahan baik yang hak maupun yang batil. Untuk sesembahan yang haq, lihat QS al-Baqarah: 255:
Allah, tidak ada ilah/tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia... 22
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Sedang untuk sembahan yang batil terlihat dalam surat al-Jatsiyah ayat 23:
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (QS al-Jatsiyah: 23) Tetapi kemudian pemakaian kata ilah lebih dominan digunakan untuk menyebut sesembahan yang hak sehingga maknanya berubah menjadi: Zat yang disembah sebagai bukti kecintaan, pengagungan dan pengakuan atas kebesaran-Nya. Dengan demikian, kata ilah mengandung dua makna: ibadah dan ketaatan. Pengertian tauhid uluhiyah dalam terminologi syariat Islam sebenarnya tidak keluar dari kedua makna tersebut. Maka definisinya adalah: “Mengesakan Allah dalam beribadah dan ketaatan” Atau, mengesakan Allah dalam perbuatan seperti shalat, puasa, zakat, haji, nazar, menyembelih sembelihan, rasa takut, rasa harap dan cinta. Maksudnya semua itu dilakukan: yaitu bahwa kita melaksanakan perintah dan meninggalkan laranganNya sebagai bukti ketaatan dan sematamata untuk mencari ridha Allah SWT.
Tauhid uluhiyyah disebut juga “tauhid ubudiyyah”. Realisasi yang benar dari tauhid uluhiyah hanya bisa terjadi dengan dua dasar: Pertama, memberikan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah SWT semata tanpa adanya sekutu yang lain. Kedua, semua bentuk ibadah itu harus sesuai dengan perintah Allah dan dengan meninggalkan larangan-Nya. Kedua dasar itu disimpulkan dalam kata: ikhlas (berniat semata-mata untuk Allah) dan mutaba’ah (mengikuti Sunnah Nabi SAW dalam pelaksanaan). Inilah intisari kalimat syahahatain (Asyhadu an la-ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar-rasulullah), yang mengandung pengesaan bagi Sang Pengutus Rasul, yaitu Allah; dan pengesaan bagi Sang Utusan yaitu Rasulullah SAW. Maka, tiada ibadah dan ketaatan kecuali hanya untuk Allah SWT semata, dan tiada jalan yang benar untuk melaksanakan ibadah dan ketaatan itu kecuali hanya Sunnah Rasulullah. Semua jalan selain itu tidak akan mengantar sampai tujuan. Tauhid uluhiyah merupakan tauhid terpenting dan paling mendasar. Berlandaskan tauhid uluhiyah, kehidupan dijalankan dan syariat ditegakkan. Tak ada perintah dan ketaatan kecuali hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah sebabnya setiap kali mengutus seorang Rasul, Allah selalu menyertakan tauhid uluhiyah sebagai misi utama. Perhatikan Firman Allah SWT berikut:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian”. (QS al-Anbiya: 25) Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyah-Nya. Maka seorang yang telah bertauhid uluhiyah semestinya hanya meyerahkan semua bentuk peribadatan kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah.
Wahai manusia, sembahlah Allah yang telah menciptakan kalian dan orangorang sebelum kalian. [QS. Al-Baqarah: 21]. Maka, yang bersendiri dalam hal penciptaan, dialah yang berhak untuk diibadahi dan disembah, yaitu Allah. Tauhid uluhiyyah inilah yang diingkari dan ditentang oleh hampir kebanyakan manusia, diantaranya orang-orang musyrikin dahulu. Allah berfirman:
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan ( QS Shad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengEDISI 9/2012
23
ingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta. Karenanya, inti dakwah para Rasul adalah mengajak kepada seluruh umat manusia agar menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan Yang disembah (bertauhid Ilahiyah).
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwa tidak ada sesembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (QS al-Anbiya’: 25). Lihat juga QS an-Nahl: 36 dan adzDzariyat: 56. Tauhid uluhiyah adalah hak Allah SWT sendiri yang tak boleh diberikan kepada yang lain. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
Dari Mu’adz bin Jabal berkata: “Aku berboncengan dengan Rasulullah di 24
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
atas khimar yang diberi nama ‘Ufair lalu Nabi berkata kepadaku: “Wahai Mu’adz! apakah engkau tahu apa hak Allah atas hamba-Nya? Dan apa hak hamba terhadap Allah? Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya hak Allah terhadap hamba-Nya yaitu mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, sedang hak hamba terhadap Allah yaitu: Dia tidak mengadzab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Lalu aku berkata: “Ya, Rasulullah! Bolehkah kukabarkan kepada orang-orang? Beliau menjawab: “Jangan engkau kabarkan kepada mereka yang menyebabkan mereka pasrah”. (H.R. Bukhari) Untuk jenis tauhid ini pula Allah SWT mewajibkan jihad dan membolehkan pertumpahan darah. Sabda Nabi SAW:
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, menegakkan shalat dan menunaikan zakat.
Apabila mereka mengerjakan yang demikian maka terjagalah dariku darah dan harta mereka kecuali terhadap kewajiban Islam. Dan hisabnya atas Allah SWT.” (HR Bukhari) Tauhid uluhiyah adalah kewajiban pertama dalam berdakwah kepada umat manusia. Perhatikan hadits berikut ini:
Dari Ibnu Abbas RA; ketika Rasulullah mengutus Mu’adz ke Yaman, beliau bersabda: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi Ahlul Kitab, maka hendaklah pertama kali yang engkau serukan kepada mereka adalah beribadah kepada Allah, apabila mereka telah mengenal Allah maka wajibkanlah kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam, maka apabila mereka mengerjakannya, wajibkanlah membayar zakat dari harta mereka yang diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka. Apabila mereka mentaatinya, maka ambilah dari mereka dan berhatihatilah dari mengambil harta terbaik manusia”. (HR Bukhari)
Seluruh nash syariat Islam menunjukkan wajibnya kita meyakini tauhid uluhiyah dan bahwa tak seorang pun yang tidak membutuhkannya. Allah berfirman:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. (QS an-Nisa: 36) (Lihat juga QS al-Fatihah: 5, Ali Imran: 18; Luqman: 30; al-Bayyinah: 5; dan alA’raf: 59). Demikianlah, Al-Qur’an telah memulai penjelasannya -dan terus menerus mengulangi- tentang jenis tauhid ini. Karena tidak mengetahui hakikat dan substansi tauhid uluhiyah, banyak ahli kalam yang menyamakannya dengan tauhid rububiyah yang notabene juga dipercaya oleh kaum musyrikin. Akibatnya, banyak manusia yang sesat karena terjerumus ke dalam berbagai bentuk syirik atau sarana yang mengantar mereka kepada syirik. Alasannya, mereka tidak menentang rububiyah atau ketuhanan Allah SWT, Tuhan semesta alam. D. Perbedaan antara Tauhid Rububiyah dengan Tauhid Uluhiyah Dari sini dirasakan perlu menjelaskan perbedaan antara tauhid rububiyah dengan tauhid uluhiyah. Perbedaannya dapat diringkas pada poin-poin berikut: 1) Perbedaan akar kata. Kata rububiyah diambil dari salah satu nama Allah, yaitu Rabb, sedang kata uluhiyah diambil dari akar kata ilah. 2) Tauhid rububiyah terkait dengan EDISI 9/2012
25
masalah-masalah kauniyah (alam) seperti: menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan dan semacamnya. Sedang tauhid uluhiyah terkait dengan perintah dan larangan, seperti: wajib, haram, makruh dan lain-lain. 3) Kaum Musyrikin meyakini kebenaran tauhid rububiyah tetapi menolak mangakui tauhid uluhiyah. Ini dinyatakan Allah SWT dalam firmanNya surat az-Zumar ayat 3:
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. 4). Substansi tauhid rububiyah bersifat ilmiah (pengetahuan) sedang substansi tauhid uluhiyah bersifat amaliah (aplikatif) 26
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
5). Tauhid uluhiyah adalah konsekwensi pengakuan terhadap tauhid rububiyah. Maksudnya, tauhid uluhiyah itu berada di luar tauhid rububiyah, tetapi tauhid rububiyah tidak dianggap teraplikasi dengan benar kecuali bila ditidaklanjuti dengan tauhid uluhiyah. Tauhid uluhiyah sekaligus mengandung pengakuan atas tauhid rububiyah dalam artian bahwa tauhid rububiyah merupakan bagian dari tauhid uluhiyah. 6). Tidak semua yang beriman pada tauhid rububiyah secara otomatis menjadi Muslim, tetapi semua yang beriman pada tauhid uluhiyah otomatis menjadi Muslim. 7). Tauhid rububiyah adalah pengesaan Allah SWT dengan perbuatan-perbuatan-Nya sendiri, seperti mengesakan Dia sebagai pencipta dan semacamnya. Sedang tauhid uluhiyah adalah pengesaan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba-Nya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, cinta, benci, rasa harap, rasa takut, rasa cemas dan semacamnya. Karenanya tauhid uluhiyah sering pula disebut tauhid iradah dan thalab (kemauan dan permohonan). (Ibrahim Muhammad: Pengantar Studi Aqidah Islam: 152-160). Wallahu a’lamu bish-shawab (Bersambung) Narasumber utama artikel ini: Zaini Munir Fadlali
Tuntunan Akhlak
‘Iffah
S
ecara etimologis, ‘iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya’iffu-‘iffah, yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Selain itu ‘iffah juga dapat berarti kesucian tubuh (Ahmad Warson Munawwir, 1984: 1019). Sedangkan secara terminologis, ‘iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Nilai dan juga wibawa seseorang bukanlah ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya, dan tidak pula ditentukan bentuk rupanya. Tetapi, nilai dan wibawa seseorang justru ditentukan oleh kehormatan dirinya. Oleh sebab itu, untuk menjaga kehormatan diri, setiap orang haruslah menjauhkan dirinya dari segala perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah SWT. Dalam konteks ini, seseorang harus mampu mengendalikan hawa nafsunya yang tidak saja dari hal-hal yang haram. Bahkan kadang-kadang harus juga menjaga dirinya dari hal-hal yang halal, karena bertentangan dengan kehormatan dirinya (Ahmad Muhammad alHufi, 1995: 154). Dalam banyak hal, al-Qur’an dan hadits telah memberikan contoh nyata dari ‘iffah. Di antara contoh-contoh
tersebut adalah sebagai berikut: pertama, untuk menjaga kehormatan diri dari dalam hubungannya dengan masalah seksual, seorang muslim dan muslimah diperintahkan untuk menjaga penglihatan, pergaulan dan juga pakaiannya. Selain itu juga tidak mengunjungi tempat-tempat yang ada maksiatnya, serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengantarkannya kepada perzinaan. Mari perhatikan beberapa teks berikut ini:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”; Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya ...” (QS an-Nur, 24: 30-31) EDISI 9/2012
27
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya... (QS an-Nur, 24: 33)
Hai Nabi, katakanlah pada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS al-Ahzab, 33: 59).
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (QS al-Isra’, 17: 32).
... Dan apabila mereka lewat di tempat-tempat hiburan yang tidak berfaedah, mereka melewatinya dengan menjaga kehormatan dirinya (QS alFurqan, 25: 72). 28
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: “Jauhilah berdua-duaan dengan perempuan (yang bukan istri dan mahram). Demi Zat yang diriku berada dalam geng-gaman-Nya, tidaklah berdua-duaan seorang laki-laki dengan seorang perempuan lain kecuali syaitan masuk di antara mereka berdua” (H.R. Thabrani) Berdasarkan teks (nash) di atas, jelaslah bagaimana Allah dan Rasul-Nya memberikan tuntunan tentang cara menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual. Seseorang tidak hanya harus menjauhkan dirinya dari perzinaan, tetapi juga menghindari segala sesuatu yang akan mengantarkannya kepada perzinaan. Kalau dia melakukan perbuatan yang mendekati perzinaan, misalnya pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, maka nama baik dan kehormatannya akan tercemar. Sekalipun dia tidak melakukan perzinaan, tetapi masyarakat akan mudah menuduhnya telah melakukan perzinaan. Di samping tidak bergaul secara bebas, untuk menjaga kehormatan diri dalam masalah seksual ini, Islam mengajarkan kepada kita tentang bagaimana mengatur pandangan terhadap lawan jenis dan bagaimana berpakaian yang sopan dan benar menurut agama. Pakailah pakaian yang menutup aurat, tidak ketat, tidak transparan, dan tidak menunjukkan kesombongan. Sebab, pakaian menunjukkan identitas diri seseorang. Kedua, untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta, Islam telah mengajarkan untuk
tidak menengadahkan tangan (memintaminta), terutama kepada orang-orang yang miskin. Al-Qur’an telah menganjurkan kepada orang-orang yang berpunya untuk membantu orang-orang miskin yang tidak mau memohon bantuan karena sikap ‘iffah mereka. Dalam surat al-Baqarah ayat 273, Allah berfirman:
(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui (QS al-Baqarah, 2: 273). Orang-orang fakir yang dimaksud dalam ayat di atas adalah orang-orang yang karena menyediakan diri untuk berjihad sampai tidak berusaha mencari nafkah. Orang-orang yang tidak mengerti keadaan mereka mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang berkecukupan. Hal ini disebabkan karena mereka selalu
menjaga kehormatan dirinya dari meminta-minta. Tetapi, orang yang melihat mereka dengan teliti akan melihat wajah mereka dalam keadaan pucat dan sangat menyedihkan. Jika ada yang terpaksa meminta, maka ia meminta dengan jalan yang halus tanpa mendesak (Ahmad Muhammad al-Hufi, 1995: 157). Memintaminta adalah perbuatan yang merendahkan kehormatan diri. Daripada memintaminta, seseorang akan lebih baik mengerjakan apa saja untuk bisa mendapatkan penghasilan yang halal, sekalipun hanya mengumpulkan kayu api. Ketiga, untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan kepercayaan orang lain terhadap dirinya. Dalam melaksanakan usaha ini, seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam bentuk ketidakjujuran. Janganlah berkata bohong, mungkir (ingkar) janji, khianat dan lain sebagainya. Apabila seseorang dipercaya mengelola keuangan, kelolalah dengan jujur dan transparan. Lebih-lebih apabila pemilik harta itu tidak dapat mengontrolnya. Sebagai contoh misalnya, mengelola harta anak yatim. Al-Qur’an mengingatkan kepada para wali anak yatim agar dapat menahan diri dan jangan sampai tergoda untuk memakan harta mereka. Bagi wali yang kaya, lebih baik membiayai kehidupan anak yatim itu dengan hartanya sendiri, sebagai wujud dari kasih sayang dan belas kasihnya kepada mereka. Kecuali bagi wali yang miskin, maka boleh baginya untuk mengelola harta itu untuk kepentingan anak yatim tersebut. Bahkan apabila diperlukan, orang EDISI 9/2012
29
melayani: Pelatihan menerjemahkan Al-Qur’an dengan Metode Al-Khomsah Pela tihan membaca Al-Qur ’an dengan Metode 10 Jam Privat atau klasikal belajar membaca atau menerjemahkan Al-Qur’an
Lembaga Pendidikan Al-Qur’an AL-FADHL
LPA AL-FADHL Jogja Bedukan RT 04 Pleret Bantul DIY Telp. 085.729.844.448
tersebut dapat mengelola harta anak yatim. Terkait dengan hal ini, Allah SWT berfirman:
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartahartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesagesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendak30
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
JUMLAH KOSA KATA AL QUR’AN (30 juz) keseluruhan 106.168 kosa kata yang dipelajari 7.323 (7%) (penelitian M. Fathul Mubin)
lah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (QS anNisa’, 4: 6). Demikianlah, sikap ‘iffah yang sangat diperlukan seseorang untuk menjaga kehormatan dan kesucian diri, sehingga tidak ada peluang sedikit pun bagi orang lain (yang tidak senang dengannya) untuk melemparkan tuduhan dan fitnahan. Orang yang mempunyai sikap ‘iffahi (biasa disebut ‘afif ) akan dihormati dan mendapat kepercayaan dari masyarakat. Dan satu hal yang jauh lebih penting lagi, orang seperti akan mendapatkan ridha dari Allah SWT. (Tim Redaksi) Ditulis ulang dari buku “Kuliah Akhlak” karya Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, M.A.
Tuntunan Akhlak ADAB BERBICARA (9):
LARANGAN BERDEBAT KUSIR A. Pengertian ebat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik perseorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan1. Macam-macam perdebatan antara lain mira’, jidal, dan khusumah. Mira’ adalah setiap bantahan atas ucapan orang lain dengan cara menampakkan kelemahannya, baik pada kalimat, makna, atau maksudnya untuk menunjukkan keunggulan dirinya. Dalam kehidupan keseharian, kita sering menemukan orang-orang yang senang membantah pendapat orang lain, meskipun terhadap hal-hal yang sepele. Bantahan terhadap ucapan orang lain bisa berupa: Kritik atas kalimatnya dengan cara menampakkan kesalahan tatabahasa atau penempatannya, misalnya mengatakan: “kalau ngomong jangan muter-muter seperti benang ruwet” Bantahan atas maknanya, misalnya mengatakan: “Apa yang Anda katakan salah, tidak sesuai dengan fakta yang saya ketahui”
D
Bantahan atas maksudnya:”Yang Anda katakan memang benar, tetapi apa maksud sesungguhnya di balik perkataan anda? Saya curiga ada maksudmaksud tersembunyi......” Jadal adalah menyebutkan kelemahan pendapat orang lain dalam rangka mengukuhkan pendapatnya sendiri, membungkam lawan dengan menunjukkan kesalahan ucapannya dan menisbatkan kebodohan kepadanya. Mira’ dan jadal biasanya berakibat menyakiti orang lain, membangkitkan nafsu amarahnya, memaksanya membela pendapatnya dengan cara benar atau salah. Dua orang yang berdebat, ibarat dua orang yang berkelahi, masing-masing berusaha merobohkan lawannya setelak mungkin. Khusumah adalah ucapan yang keras demi mendapatkan harta atau hak. B. Anjuran Meninggalkan Debat
EDISI 9/2012
31
Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Engkau akan mendapatkan dosa selama engkau suka berdebat.”2
Dari Abu Umamah ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “ Tidak akan tersesat suatu kaum setelah petunjuk selama mereka masih tetap di atasnya, kecuali orang-orang yang senang berdebat.” Kemudian beliau membaca ayat ini: “tetapi mereka itu adalah kaum yang senang berdebat.”3
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar.”4 C. Yang Mendorong Perdebatan Setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda dalam menyikapi peristiwa yang sama. Melihat gelas yang berisi air separuhnya setiap orang dapat 32
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
melihat dari perspektif yang berbeda. Ada yang mengatakan gelas itu berisi air separuh, dan ada yang mengatakan kosong separuh. Kedua pernyataan itu benar semuanya, tetapi perspektifnya berbeda. Orang yang mengatakan gelas itu berisi separuh, berangkat dari perspektif berpikir positif. Ia melihat bahwa di dalam gelas itu sudah berisi sesuatu yang positif, yakni air, meskipun baru separuhnya. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa gelas itu kosong separuh, ia berangkat dari perspektif berpikir negatif. Yang dilihatnya adalah posisi kosongnya atau sisi negatifnya. Dalam menyikapi seseorang yang mengemukakan 4 buah pendapat – tiga merupakan pendapat positif, dan satu pendapat yang dianggap negatif – perspektifnya bisa berbeda. Ada yang berkonsentrasi kepada 3 pendapat yang positif, memuji dan memberikan dukungan terhadap ketiga pendapat positif tersebut, tetapi ada pula yang berkonsentrasi kepada satu pendapat yang dianggapnya negatif. Kecenderungan yang kedua itu berujung pada kritik dan celaan yang pada akirnya dapat memicu perdebatan. DR Ibrahim El fiky dalam bukunya “Quwwat at-Tafkiir” yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “Terapi Berpikir Positif” mengemukakan bahwa mencela dan mengkritik adalah buah dari berpikir negatif yang mengan-dung racun seperti bisa ular yang masuk dalam aliran darah kemudian mematikan. Ketika seseorang menggunakan hal-hal tersebut, yang akan kembali
kepadanya lebih buruk dari yang menimpa orang lain. Mencela Ketika mencela seseorang, Anda memposisikannya harus mempertahankan diri. Reaksinya bisa negatif. Celaan membuat seseorang merasa menjadi korban dan menjadi racun dalam dirinya sehingga ia menjadi sangat sedih. Bila anda mencela sahabat anda yang terlambat datang dalam pertemuan yang telah ditentukan, ia merasa menjadi korban perlakuan anda. Jika mencela pimpinan anda, ia merasa menjadi korban anda dan harga dirinya terusik. Jika mencela orang lain, berarti anda telah mengirim pesan ke akalnya dan memintanya untuk membuka file celaan yang tersimpan dalam memorinya agar digunakan untuk mencela anda. Anda berarti telah meminta file-file harga dirinya untuk bangkit. Orang yang suka mencela, ia juga akan menerima celaan. Mengkritik Pernahkan anda dikritik di hadapan orang banyak? Anda merasa senang, berbunga-bunga atau merasa kecut, tidak enak hati, atau bahkan marah? Kebanyakan orang merasa tidak enak hati ketika mendapatkan kritikan dan cenderung membela diri. Oleh karena itu, kalau terpaksa harus mengkritik haruslah dilakukan dengan cara-cara yang baik, yakni mulai dari pernyataan positif tentang orang yang dikritik dan diakhiri dengan sesuatu yang juga positif. Gagasan kritik bisa diselipkan di tengah-tengah per-
nyataan positif itu. Jika tidak menggunakan cara-cara yang santun, kritikan sangat mungkin mengundang reaksi sangat keras. Kritik juga dapat menyebabkan orang yang dikritik merasa sendirian dan tidak berguna. Oleh karena itu, kritik dapat berdampak negatif dan mengundang amarah. Orang yang suka mengkritik orang lain berarti ia mengundang orang lain untuk mengkritik dirinya. Jadilah saling mengkritik. D. Hikmah Meninggalkan Debat Senang berdebat menimbulkan dosa dan kesesatan. Kecenderungan orang yang senang berdebat adalah mengomentari setiap perkataan orang lain dari sisi lemah atau salahnya. Biasanya berupa celaan atau kritik. Akibat komentarnya, si empunya pendapat lalu berargumentasi mempertahankan pendapatnya. Akhirnya terjadilah perdebatan. Kebanyakan perdebatan berakhir tidak menyenangkan, terutama bagi yang kalah. Bagaimana perasaan Anda ketika bergaul dengan orang yang senang membantah, mencela, mengkritik atau mengomentari setiap perkataan anda? Misalnya, setiap Anda bercerita tentang suatu peristiwa kepada pasangan hidup anda, ia selalu katakan: masak si, yang saya tahu kok tidak begitu...atau sebaliknya, setiap pasangan hidup anda berbicara selalu anda komentari, cela atau kritik. Bila pendapat kita selalu dibantah oleh orang lain, perasaan kita menjadi tidak enak. Suka berbantahan menjauhkan EDISI 9/2012
33
silaturrahim. Orang yang beriman senantiasa menjaga hubungan silaturrahim yang baik dengan sahabat-sahabatnya dan mereka meninggalkan debat meskipun ia benar. Menjaga Harga Diri Dale Carnegie dalam bukunya “How to Win Friends and Influence People” menyatakan anda tidak bisa menang dalam sebuah debat, karena kalau anda kalah, anda jelas kalah; kalau anda menang, anda kalah juga. Mengapa? Misalnya, anda menang atas lawan bicara anda dan mematahkan semua argumennya dengan telak, anda merasa menang. Tetapi bagaimana dengan lawan anda? Anda telah membuatnya merasa rendah, harga dirinya tercabik-cabik dan tentu ia membenci kemenangan anda. Satu-satunya cara memperoleh manfaat sepenuhnya dari perdebatan adalah menghindarinya. Luar biasa sekali sabda Rasulullah, jauh sebelum Dale Carnegie mengemukakan teorinya telah mengatakan; “Seorang hamba tidak dikatakan beriman sepenuhnya hingga meninggalkan berbohong ketika bergurau dan meninggalkan berdebat meskipun benar”. Salah satu diantara tanda-tanda keimanan adalah tidak suka berdebat. Ketika ada orang mencela pendapatnya, ia cukup menjawabnya dengan senyuman. Ia tidak mau ngotot membela pendapatnya, apalagi balas mencela. Ia cenderung toleran dan menghargai pendapat sahabat-sahabatnya, meskipun menurut persepsinya pendapat tersebut keliru. Ia sadar belum tentu pendapatnya 34
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
yang benar, boleh jadi karena pengetahuannya yang masih dangkal ia berpendapat begitu. Orang yang beriman pandai melihat kelebihan dan kebaikan orang lain, pandai melihat kelemahan dirinya sendiri, tetapi kurang pandai dalam melihat kekurangan dan kesalahannya orang lain. Ketika ia melihat keburukan sahabatnya, ia cenderung berdoa: “Semoga Allah membimbingku senantiasa berbuat baik, mengampuni sahabatku, menutupi aibnya, dan menuntunnya berbuat baik”. Membuat Jiwa Nyaman Lain halnya orang-orang yang masih lemah imannya. Biasanya mereka mempunyai kemampuan tinggi melihat kesalahan yang dilakukan orang lain, senang mengomentari dan mengkritik kesalahan tersebut, tetapi memiliki kemampuan rendah mengenali kesalahan diri sendiri. Mereka cenderung menilai kebanyakan yang dikatakan orang lain keliru, dan yang paling benar adalah yang dikatakannya. Bagaimana perasaan anda ketika teman bicara anda sangat memperhatikan setiap kalimat yang anda ucapkan, dan tidak pernah menyalah-nyalahkan? Pastilah anda merasa nyaman bersamanya, dan hubungan sillaturrahim anda dalam keadaan baik. Sebaliknya, bila setiap kalimat yang anda ucapkan selalu dikomentari negatif, pendapat anda dianggap tidak cukup baik atau bahkan salah melulu, pasti anda tidak merasa nyaman berada bersamanya.
TIPS MENCEGAH DEBAT KUSIR Dale Carnegie mengungkapkan 7. Berjanjilah untuk memikirkan ideide lawan Anda dan pelajari ide-ide beberapa saran untuk mencegah peritu dengan seksama. Lawan anda nyataan tidak setuju agar tidak menimmungkin benar. Jauh lebih mudah pada bulkan perdebatan: tahap ini memikirkan pandangan-pan1. Sambut baik ketidaksetujuan dangan mereka dibandingkan terus itu. Mungkin ketidaksetujuan itu mempertahankan pendapat anda semerupakan kesempatan untuk hingga lawan anda akan mengatakan: mengoreksi pendapat anda, sebelum “Kami sudah berusaha menyampaikan anda membuat kesalahan yang kepada anda, tetapi anda tidak mau serius. mendengarkan”. 2. Jangan pernah percaya pada kesan pertama naluri Anda. Reaksi 8. Berterimakasihlah pada lawan Anda dengan tulus akan minat-minat alami kita yang pertama dalam semereka. Siapapun yang meluangkan buah situasi yang tidak menyenangwaktu menyatakan tidak setuju dengan kan adalah mempertahankan diri. anda berarti ia berminat dalam hal Hati-hati dan tenanglah, perhatikan yang sama seperti anda. Pikirkan mereaksi pertama anda. Mungkin itu reka sebagai orang-orang yang benarmerupakan bagian anda yang terbenar ingin menolong anda, dan mungburuk. kin bisa menjadikan lawan anda seba3. Kendalikan kemarahan Anda. gai kawan. Anda bisa menilai kebesaran seseorang melalui hal-hal yang membu- 9. Jangan buru-buru bertindak, beri waktu kedua belah pihak memikiratnya marah. kan masalahnya. Sarankan pertemu4. Dengarkan dulu. Beri kesempatan an berikutnya hari itu atau esok harilawan anda berbicara dan biarkan nya, ketika semua fakta mungkin bisa sampai selesai. Jangan menolak, dibawa. Dalam mempersiapkan pertemempertahankan diri atau berdebat muan itu ajukan pertanyaan-pertakarena akan mempertinggi penghanyaan untuk diri sendiri: Mungkinkah lang. Berusahalah membangun lawan saya benar? Sebagian benar? jembatan pengertian. Adakah keberatan dalam posisi atau 5. Cari bidang-bidang kesepakatan. argumentasi mereka? Apakah reaksi Kalau anda selesai mendengarkan saya: akan menyelesaikan masalahnya, perkataan lawan anda, pikirkan dulu ataukah hanya akan menghasilkan hal-hal yang anda setujui. frustasi? Akan membuat lawan saya 6. Jujurlah. Carilah wilayah-wilayah menjauh, atau bisa menarik lebih di mana anda bisa menerima adanya dekat? Kalau saya diam saja, apakah kesalahan-kesalahan dan sampairasa tidak setuju itu akan meledak? kan. Minta maaf atas kesalahan anApakah situasi sulit ini merupakan da. Hal ini akan membantu melucuti kesempatan bagi saya? senjata lawan dan mengurangi sifat defensifnya. EDISI 9/2012
35
Marilah kita renungkan hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
Dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan berbohong (dan berbohong pada waktu itu sesuatu yang tidak dibenarkan) maka akan dibangunkan untuknya rumah di sekitar surga, barangsiapa yang meninggalkan perdebatan (sedang dia orang
yang berhak untuk berdebat) maka akan dibangunkan untuknya rumah di tengah surga, dan barangsiapa yang memperbagus akhlaknya maka akan dibangunkan rumah untuknya di bagian yang paling atas.” Ini merupakan hadits hasan. Marilah kita tinggalkan sifat suka berdebat... Narasumber utama artikel ini: Agus Sukaca Catatan: 1
Wikipedia Kitab Tirmidzi HN 1917 3 Kitab Ibnu Majah HN 47 4 Kitab Ahmad HN 8276 2
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin Ikut berbahagia atas dikukuhkannya teman dan sahabat kami,
Mahli Zainuddin Tago sebagai doktor ilmu sosial yang dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Terbuka Program Pascasarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada pada 13 Oktober 2012 dengan predikat memuaskan Semoga ilmu dan kehidupannya kian membawa berkah bagi keluarga, masyarakat kampus, keluarga besar persyarikatan dan kemanusiaan. Majelis Tabligh PP Muhammadiyah
36
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Tuntunan Ibadah Shalat-Shalat Tathowwu’
SHALAT DHUHA A. Dasar Tuntunan Shalat Dhuha halat Dhuha dituntunkan oleh Rasulullah SAW berdasarkan beberapa hadits maqbullah (dapat diterima kebenarannya), baik yang bersifat fi’liyyah (perbuatan) maupun qauliyyah (ucapan). Karenanya, jumhur (mayoritas) ulama memasukkan shalat dhuha sebagai salah satu di antara shalatshalat tathawwu’. Umat Islam dianjurkan agar gemar dan membiasakan diri melaksanakannya. Para ulama Maliki dan Syafi’i telah memasukkannya ke dalam deretan shalat-shalat yang sangat dianjurkan (sunnah muakkad) untuk dilakukan oleh setiap muslim. Hadits yang menjelaskan bahwa Nabi SAW pernah melakukan shalat dhuha (hadits fi’liyyah) adalah sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ummu Hani’. Menurut Syaikh al-Bani, hadits ini adalah hadits shahih li ghairih.
S
Rasulullah SAW masuk ke dalam rumahku lalu beliau mengerjakan shalat Dhuha 8 raka’at. (HR Ibnu Hibban. Syekh al-Bani berkata: “Hadits shahih li ghoirih”).
Sedangkan, hadits yang menjelaskan bahwa Nabi SAW pernah memerintahkan umat-Nya agar melakukan shalat dhuha adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah berikut ini:
Dari Abu Hurairah berkata,”Nabi SAW kekasihku telah memberikan tiga wasiat kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan mengerjakan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur” (HR Muslim) Shalat ini dinamakan shalat dhuha dikarenakan dikerjakan di waktu dhuha. Selain itu, shalat dhuha juga disebut sebagai shalat Awwabin yang berarti shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah. Rasulullah bersabda:
“Tidak ada yang memelihara shalat dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah. Beliau bersabda: “ Dia adalah shalat Awwabin (shalat orangEDISI 9/2012
37
orang yang kembal kepada Allah)“ (HR. Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim; Syekh al-Bani berkata: Hadits ini kualitasnya Hasan). Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW menyebutkan shalat Dhuha dengan istilah shalat Isyraq, karena ia dikerjakan mengiringi terbit matahari, sebagaimana riwayat Ummu Hani’ berikut:
Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah masuk ke dalam rumah Ummu Hani’ lalu minta air wudlu dalam bejana dan seolah-olah aku melihat adonan roti di dalamnya, lalu beliau berwudlu’ kemudian mengerjakan shalat dhuha. Lalu beliau bersabda: “Wahai Ummu Hani’ ini adalah shalat isyraq”. (HR at-Tabrani. Al-Haitsami mengatakan bahwa di dalamnya ada perawi bernama Hajaj bin Nashir yang lemah (dhaif) menurut Ibnu al-Madini dan jama’ah. Namun, Ibnu Ma’in dan Ibnu Hibban menguatkannya). Dalam kesempatan yang lain, Nabi Muhammad SAW menyebut nama untuk shalat dhuha dengan istilah shalat Raghbah wa Rahbah (harap dan cemas), karena shalat dhuha ini dikerjakan untuk mengharapkan pertolongan dari Allah 38
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
SWT dan mengungkapkan kecemasan akan adzab dari-Nya.
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata: saya melihat Rasulullah SAW mengerjakan shalat sunnah dhuha delapan rakaat saat safar, dan ketika selesai NAbi SAW bersabda: “Saya shalat dengan diliputi perasaan harap dan cemas (raghbah wa rahbah), saya memohon tiga hal kepada Rabbku, namun Dia hanya memberiku dua dan menahan satu, saya memohon kepadaNya agar tidak menguji hambaku dengan kekeringan yang panjang dan Dia mengabulkan, dan saya memohon kepada-Nya agar musuh tidak menang atas umatku dan Dia mengabulkan, dan saya memohon kepadaNya agar tidak membuat mereka berpecah belah namun Dia enggan mengabulkan “. (HR Ahmad) B. Keutamaan Shalat Dhuha Sebagaimana telah dijelaskan Nabi dalam beberapa sabda-Nya, shalat dhuha memiliki beberapa keutamaan yang sebagiannya tidak terdapat pada shalat-
shalat tathawu’ lainnya. Oleh karenanya, sungguh beruntunglah bagi orang-orang yang membiasakan diri melaksanakan shalat dhuha. Hal ini tidak lain disebabkan karena terdapat beberapa keutamaan dalam mengerjakan shalat dhuha, di antaranya adalah: 1. Dapat mengganti nilai shadaqah yang dilakukan oleh seluruh sendi-sendi manusia yang berjumlah 360 sendi dan yang diucapkan oleh lisannya berupa kalimat-kalimat thayyibah.
Dari Abu Dzar bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu setiap pagi. Sebab setiap kali bacaan tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (la ilaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh orang lain agar melakukan amal kebaikan adalah sedekah, melarang orang lain agar tidak melakukan keburukan adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”(HR Muslim)
Dari Abu Buraidah, ia mendengar Rasulullah bersabda,”Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk setiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya,”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, ya Nabi?” Beliau menjawab,”Dahak yang ada di masjid, lalu engkau pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”(HR Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban. Syekh al-Bani berkata: “Sanad Hadits shahih menurut syarat Muslim”). Imam an-Nawawi mengatakan: hadits dari Abu Dzar di atas menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari shalat dhuha dan menunjukkan kedudukannya yang mulia”. Sedangkan, asy-Syaukani mengatakan: “hadits Abu Dzar dan hadits Buraidah menunjukkan keutamaan yang luar biasa dan kedudukan yang mulia dari shalat dhuha. Hal ini pula yang menunjukkan semakin disyariatkannya shalat EDISI 9/2012
39
tersebut. Mengerjakan dua rakaat shalat dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360 persendian. Jika memang demikian, sudah sepantasnyalah shalat ini dapat dikerjakan secara rutin dan terus menerus”.
dalamnya, atau maknanya bisa lebih luas dari itu. 3. Allah akan memberikan pahala senilai pahala umrah.
2. Allah akan memberikan kecukupan kepada manusia terhadap apa yang dibutuhkannya, baik berupa terpelihara dari gangguan syaitan, memperoleh rizki yang halal dan terhindar dari perkara-perkara yang buruk.
Dari Abu Darda’ dan Abu Dzar, diriwayatkan dari Rasulullah, beliau bersabda dalam hadits qudsi. Allah berfirman, “Wahai anak Adam, kerjakan empat rakaat shalat dhuha di awal siang hari karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Ibnu Hibban, an-Nasa’i, Abu Dawud dan Ahmad. Syekh al-Bani berkata: Hadits ini shahih). Menurut al-‘AzhimAbadi, penulis kitab “Aunul Ma’bud”, hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat dhuha akan menyelamatkan pelakunya dari pelbagai hal yang membahayakan. Selain itu, bisa juga dimaksudkan bahwa shalat dhuha dapat menjaga diri (pelakunya) agar tidak terjerumus dalam dosa, atau pun akan dimaafkan apabila terjerumus di 40
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Dari Abu Umamah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang haji yang sedang ihram, dan barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk melaksanakan shalat Dhuha, dia tidak mempunyai niat kecuali itu, maka pahalanya seperti orang yang sedang umrah. Dan menunggu shalat hingga datang waktu shalat yang lain yang tidak ada main-main di antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘Iliyyin.” (HR Abu Dawud. Syekh al-Bani berkata: Hadits ini hasan). 4. Allah akan memberikan pahala senilai pahala haji dan umrah bagi orang yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid, dan ia tetap duduk di tempatnya untuk berdzikir hingga matahari terbit, lalu shalat dhuha 2 raka’at.
Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna” (HR atTurmudzi. Dia berkata: Hadits hasan gharib. Syekh al-Bani berkata: Hadits ini hasan). Dalam riwayat lain, Allah akan memberikan anugerah melebihi harta rampasan perang. Hal ini dapat dilihat dalam hadits berikut:
rampasan (ghanimah) besar dan mempercepat penyerangan!”. Seorang lakilaki berkata: “Wahai Rasulullah, kami belum pernah melihat utusan yang lebih cepat penyerangannya dan lebih besar membawa rampasan melebihi utusanMu ini. Lalu Rasulullah SAW berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan akan penyerangan yang lebih cepat dan paling banyak ghanimah (keuntungan)-nya daripada pasukan ini?” Yaitu orang yang berwudlu’ di rumahnya dan memperbaiki wudlu’nya, kemudian masuk ke dalam masjid lalu mengerjakan shalat Shubuh dan di akhiri dengan shalat Dhuha. Maka dialah yang lebih cepat penyerangannya dan lebih besar harta rampasannya (keuntungannya)”. (HR Ibnu Hibban. Syekh al-Bani berkata: Hadits ini shahih). 5. Shalat dhuha dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengharapkan pertolongan Allah SWT dan mengungkapkan kekhawatiran turun adzab-Nya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW mengirim sebuah pasukan perang. dan mereka memperoleh harta
Dari Anas bin Malik RA berkata, saya melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengerjakan shalat dhuha EDISI 9/2012
41
delapan rakaat saat safar, dan ketika selesai kemudian Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku mengerjakan shalat ini dengan diliputi perasaan senang dan takut (raghbah wa rahbah). (Dalam shalat itu) aku memohon tiga hal kepada Rabbku, namun Dia hanya mengabulkan dua hal dan menahan yang satunya. Aku memohon kepada-Nya agar tidak menguji hambaku dengan kekeringan yang panjang dan Dia mengabulkan, dan aku memohon kepada-Nya agar musuh tidak menang atas umatku dan Dia mengabulkan, dan aku memohon kepada-Nya agar tidak membuat mereka berpecah belah, namun Dia enggan mengabulkan“. (HR Ahmad)
6. Allah akan membangunkan rumah di Syurga bagi orang yang melaksanakan shalat dhuha 4 rakaat dan shalat rawatib qabliyyah dhuhur 4 rakaat.
Dari Abu Musa berkata: “Rasulullah SAW bersabda:” Barangsiapa mengerjakan shalat dhuha 4 rakaat dan sebelum dhuhur 4 rakaat, niscaya dibangunkan baginya rumah di surga. (HR At-Tabrani. Syekh al-Bani berkata: Hadits ini hasan). (Bersambung)
h
Beni ibrida Unggul cap Mutiara Bumi sedia aneka bibit sayuran dan buah-buahan
ALICIA F1
WIRA 89 F1
ketimun hibrida
pare hijau hibrida
JAKA F1
PANJALU F1
gambas hibrida
terong ungu hibrida
DIMAS F1
KIYO F1
cabe besar hibrida
cabe kriting hibrida
VARIO F1 - CALISTA F1 PURBAYA F1 - AMANDA NAYA F1 - GEMILANG F1 ANDALAS - GELORA PEPAYA CALIFORNIA
TERSEDIA JUGA: tomat sayur - tomat rampai tomat belimbing - pepaya - semangka - melon cabe rawit - bayam - kacang panjang - buncis jagung manis - kangkung darat - terong lalap - dll.
Hubungi:
RENCANG TANI 0812.7369.7685 sms / telpon oke
42
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Tuntunan Muamalah
Asas dan Etika Bisnis (Bekerja) dalam Islam (2) Dalam edisi sebelumnya telah dibahas tentang asas-asas bisnis (bekerja/berusaha) dalam perspektif Islam, dalam edisi ini dibahas kelanjutan asas-asas tersebut diatas dan juga tentang etika bisnis Islam. (red)
5. Asas Kebolehan (al-Ibahah) Kaidah dalam persoalan ibadah mahdhah sangat berbeda dengan kaidah dalam muamalah. Dalam persoalan ibadah berlaku hukum keharaman untuk melakukan suatu ibadah jika tidak ada landasannya dalam agama (al-Qur’an dan hadis). Sebab suatu ibadah harus dilakukan berdasarkan tuntunan al-Qur’an dan hadits. Kaidah dalam persoalan ibadah adalah;
Pada dasarnya dalam (masalah) ibadah itu haram dilaksanakan (kecuali jika ada perintah tentang hal tersebut) Sedangkan dalam persoalan muamalah berlaku kaidah sebagai berikut:
Pada dasarnya (asalnya) pada segala sesuatu (pada persoalan muamalah) itu hukumnya mubah, kecuali jika ada dalil yang menunjukkan atas makna lainnya. Kaidah tersebut lahir dari pemahaman terhadap ayat al-Qur’an dan hadits Nabi SAW. Di dalam al-Qur’an, hal ini dapat
dijumpai pada surat al-Baqarah ayat 22 dan 29 sebagai berikut:
Dialah yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buahbuahan sebagai rizki untukmu. (QS alBaqarah: 22)
Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di muka bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui Segala Sesuatu. (QS al-Baqarah: 29) Kedua ayat dan kaidah muamalah di atas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan oleh seorang muslim haruslah yang diperbolehkan oleh agama, dan bukan yang diharamkan. EDISI 9/2012
43
6. Asas Saling Tolong Menolong (atTa’awun) Bekerja atau berusaha dalam Islam tidak hanya semata-mata untuk mencari keuntungan finansial, namun juga harus memiliki aspek ta’awwun (saling tolongmenolong). Oleh sebab itu, dalam setiap usaha yang dilakukan, seseorang tidak hanya dituntut untuk mengerjakan aspek komersialnya saja, melainkan juga aspek sosialnya. Hal ini didasarkan pada ayat al-Qur’an dan hadits Nabi berikut:
Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS al-Ma’idah: 2)
Dari Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah SAW:”…dan Allah selalu menolong hamba-hamba-Nya selama hamba-hamba-Nya suka menolong saudaranya”. (HR Muslim) 7. Asas Kemaslahatan (al-Maslahah) Dalam bekerja dan berusaha, seorang muslim haruslah memperhatikan dampak positif maupun negatif dari setiap aktivitas yang dijalankannya, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Karena itu, seorang 44
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
muslim dilarang melakukan pelbagai aktivitas yang dapat mendatangkan mafsadah (kerusakan) atau kemudharatan.
Dari Ubadah bin Shamit; bahwa Rasulullah SAW menetapkan tidak boleh berbuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) Dalam konsep Islam, kriteria manusia terbaik adalah manusia yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain (khairun naas anfa’uhum linnas). Hal ini sekaligus sebagai bukti bahwa Islam hadir sebagai rahmat bagi semesta alam.
Dan tidaklah Kami mengutus kamu, kecuali untuk (menjadi) bagi semesta alam. (QS Al-Anbiya’: 107) 8. Asas Saling Kerelaan (at-Taradli) Dalam berinteraksi (bekerja atau berbisnis) dengan orang lain harus dilakukan atas dasar suka sama suka atau sukarela dan bukan dengan pemaksaan. Orang yang melakukan pemaksaan terhadap orang lain berarti ia telah melakukan kezhaliman dan kebathilan.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu sekalian, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS an-Nisa’: 29) 9. Asas Kesopanan (Al-Akhlak AlKarimah) Akhlak terpuji (al-akhlak al-karimah) merupakan misi mulia diutusnya para Nabi dan Rasul. Bahkan, kesempurnaan iman seseorang dilihat dari kebaikan akhlaknya. Oleh sebab itu, akhlak mulia hendaknya dijadikan sebagai perhiasan (sesuatu yang diterapkan) dalam setiap aktivitas muamalah yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Hal ini sebagimana telah dijelaskan dalam banyak ayat dan hadits Nabi Muhammad SAW antara lain:
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS Al-Baqarah: 263)
Dari Jabir ibn Abdullah RA; bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Allah mengasihi seseorang yang berbuat baik dalam menjual dan membeli serta dalam memberikan keputusan. (HR. Bukhari). Etika Bisnis embicaraan tentang asas-asas berbisnis berarti berbicara tentang persoalan spirit agama dan pondasi bangunan usaha atau bisnis berdasarkan petunjuk agama. Sedangkan pembahasan etika menyangkut normanorma dan aturan-aturan operasional yang harus diperhatikan dalam menjalankan roda usaha atau berbisnis. Dengan memperhatikan asas dan etika bisnis dalam Islam, seseorang akan terhindar dari pelbagai praktik bisnis yang dilarang oleh agama. Di samping itu, perhatian terhadapnya juga dapat menjadikan usaha yang dijalankannya bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Hal ini tidak lain disebabkan karena etika bisnis dalam Islam mencakup pelbagai macam larangan yang harus dihindari sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Di bawah ini adalah laranganlarangan berbisnis dalam Islam yang harus dihindari oleh setiap muslim.
P
1. Kesamaran (Jahalah) Jahalah (kesamaran atau ketidakjelasan) merupakan salah satu bentuk larangan yang harus dihindari dalam berusaha, terlebih dalam urusan berbisnis. Dalam percakapan umum, istilah jahalah semakna dengan ungkapan “tidak EDISI 9/2012
45
transparan” atau “membeli kucing dalam karung”. Ungkapan ini mengisyaratkan perlunya transparansi dalam melakukan segala bentuk transaksi muamalah. Dalam praktik jual beli misalnya, orang yang terbebas dari unsur jahalah adalah mereka yang melakukan transaksi jual beli dengan transparan dan akuntabel, baik yang menyangkut jenis barang, jumlah atau ukuran, kehalalan dan keharamannya, masa kadaluarsa dan lain sebagainya. Dengan demikian, dalam praktik bisnis yang dijalankannya tidak ada pihak-pihak yang merasa tertipu dan dirugikan. Dalam banyak hadits, Nabi SAW sejatinya telah menjelaskan tentang pentingnya persoalan tersebut, antara lain dalam hadits berikut:
Dari Anas bin Malik RA ia berkata: Rasulullah SAW melarang jual beli muhaqalah (yaitu; jual beli buah yang masih di atas pohonnya),dan muhadharah (jual beli buah yang belum matang/masih hijau dan belum jelas kualitasnya), jual beli raba (yaitu; jual beli dengan tidak mengetahui ukuran, jenis dan kualitas barang), jual beli lempar dan jual beli muzabanah. (HR al-Bukhari) Esensi yang terkandung dalam hadits tersebut terkait dengan pelbagai bentuk usaha yang dijalankan secara tidak transparan dan penuh dengan ketidakpastian. 46
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Tentu saja, praktik-praktik bisnis atau usaha semacam itu tidak hanya terjadi pada kurun waktu tertentu saja. Namun hal tersebut dapat ditemukan di setiap generasi. Salah satu jenis praktik jual beli yang banyak terjadi di tengah masyarakat dewasa ini dan memiliki banyak kesamaan dengan praktik jual beli terlarang sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas adalah jual beli dengan sistem ijon. Jual beli ijon yang dimaksudkan di sini adalah jual beli buah-buahan (seperti padi dan lainnya) yang masih hijau atau masih berada di atas pohonnya. Dalam praktiknya, seorang pembeli membayar padi atau buah-buahan yang masih di atas pohonnya secara kontan jauh sebelum musim panen tiba, tanpa mengetahui secara pasti kuantitas dan kualitas barang yang akan didapatkannya nanti. Praktik jual beli seperti ini tentu akan membuka peluang terjadinya kerugian yang menimpa salah satu dari kedua belah pihak yang bertransaksi. Praktik jual beli semacam ini (sistem ijon) bisa terjadi karena masing-masing pihak, baik penjual maupun pembeli, memiliki strategi dan tujuan tertentu. Pihak penjual mau melepas (menjual) buah yang masih berada di atas pohon itu dengan harga tertentu setelah memprediksi bahwa volume barang sesuai dengan harga yang ditetapkan, atau bahkan keuntungan yang akan didapatkannya jauh melebihi volume barang yang dijualnya. Sedangkan pihak pembeli rela membelinya dengan harga tertentu, karena ia memprediksi bahwa barang yang akan didapatkannya di musim panen
nanti melebihi harga yang telah ditentukan jauh sebelumnya. Praktik jual beli di atas telah memberikan gambaran betapa sistem ijon lebih menekankan pada prediksi kedua belah pihak (penjual dan pembeli). Jika prediksi yang menjadi dasar dan mendorong keduanya untuk melakukan transaksi jual beli itu ternyata tidak sesuai dengan kenyataan, niscaya akan melahirkan kekecewaan (gelo: bahasa Jawa) dan bahkan penyesalan yang sangat mendalam. Jika perasaan kecewa dan menyesal sudah menyelimuti satu di antara keduanya, bukan tidak mungkin antara penjual dan pembeli akan terlibat percekcokan. Oleh sebab itu, dalam hadits yang lain, Nabi SAW menegaskan sebagai berikut:
sarat dengan unsur-unsur manipulasi dan ketidakpastian yang berakibat pada kerugian salah satu pihak. Dalam kehidupan sehari-hari, praktik jual beli semacam ini banyak terjadi di pelbagai tempat. Sebagai contoh misalnya, seseorang menjual ikan dengan harga tertentu sesuai perkiraannya terhadap jumlah ikan yang masih berada dalam tambak atau kolamnya. Bagi yang menyaksikan ikan tersebut, boleh jadi ia akan melihat jumlahnya yang sedikit seolah menjadi banyak, atau bahkan yang masih kecil terlihat besar, dan lain sebagainya. Faktor-faktor semacam ini bisa menyebabkan seorang (pembeli) membuat keputusan tidak tepat, sehingga berakhir dengan kerugian dan penyesalan.
Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: Nabi SAW datang ke Madinah, sementara mereka sudah biasa melaksanakan akad salam terhadap buah-buahan untuk waktu satu tahun dan dua tahun. Beliau bersabda: “Barangsiapa melakukan akad salam, hendaklah dilakukan dengan takaran tertentu, timbangan tertentu dalam jangka waktu tertentu”. (HR. Muslim) Contoh lain dari praktik jual beli yang memiliki unsur kesamaran (jahalah) adalah jual beli ikan yang masih di dalam kolam. Praktik jual beli semacam ini juga
2. Perjudian (Maisir) Salah satu motivasi seseorang melakukan praktik perjudian adalah untuk mendapatkan penghasilan, sekalipun dengan cara-cara yang diharamkan. Dalam perkembangannya, perjudian (maisir) tidak lagi sekedar praktik penyimpangan yang berdiri sendiri dan tidak terkait dengan aspek muamalah lainnya. Namun, saat ini praktik perjudian justru dapat dijumpai dalam beberapa bentuk muamalah, seperti misalnya jual beli. Salah satu contoh praktik jual beli yang mengandung unsur maisir adalah jual beli minuman botol dengan cara (media) gelang-gelang, untuk disewakan atau dijual dengan harga tertentu. Lalu, gelanggelang tersebut dilemparkan ke arah botol-botol minuman yang disusun atau dijajakan secara berbaris. Jika gelang EDISI 9/2012
47
tersebut masuk (melingkari) botol, maka minuman tersebut menjadi hak pembeli. Tetapi jika tidak, pembeli tidak mendapatkan apa-apa, sekalipun gelang yang dibelinya jauh melampui harga minuman yang disediakan. Praktik judi semacam ini banyak ditemukan di pasar-pasar tradisional hingga mal-mal besar dengan teknis (model) yang beraneka ragam. Sebagaimana perjudian pada umumnya, orang yang sudah terlanjur mengeluarkan uang untuk mendapatkan sesuatu barang akan semakin terobsesi untuk mendapatkan barang yang menjadi targetnya. Jika belum berhasil, ia akan semakin bertambah penasaran hingga barang yang diincarnya bisa didapatkannya. Rasa penasaran inilah yang telah mendorongnya untuk selalu mengeluarkan biaya banyak, sekalipun jumlah nilainya melebihi harga barang yang menjadi targetnya. Demikian halnya jika dengan kelihaiannya, ia berhasil mendapatkan suatu barang. Keberhasilan ini akan menjadi obsesi dan motivasinya untuk mendapatkan barang yang lebih banyak dengan biaya relatif sedikit. Keharaman segala bentuk perjudian ini banyak dijelaskan dalam ayat alQur’an maupun hadits Nabi, antara lain:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras (khamar), berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, 48
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS al-Ma’idah: 90)
Dari Abdullah bin Amru, bahwasan-nya Nabi SAW melarang (meminum) khamar, perjudian, menjual barang dengan alat dadu atau sejenisnya (jika gambar atau pilihannya keluar maka ia yang berhak membeli) dan minum-an keras yang terbuat dari biji-bijian (biji gandum). (HR. Ahmad & Abu Dawud) 3. Penindasan (az-Zhulmu) Kezaliman merupakan tindakan melampui batas yang seringkali terjadi dan digunakan oleh seseorang untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Tindakan dengan melakukan kezaliman untuk mendapatkan keuntungan ini sering juga disebut dengan gaya “Machiavellian”, yaitu sikap menghalalkan segala cara asalkan tujuan bisa tercapai (al-ghayah tuballighul washilah). Kezaliman (penindasan) merupakan salah satu tindakan yang sangat dimurkai dan diharamkan dalam Islam. Bahkan, kezaliman kepada orang lain tidak akan diampuni oleh Allah hingga orang tersebut meminta maaf pada orang yang telah dizaliminya. Kezaliman juga dapat menjadi faktor penyebab seseorang mengalami kerugian besar (muflis) pada hari
kiamat. Sebab, semua kebaikan dan pahala yang diperolehnya di dunia ini habis untuk membayar setiap kezaliman yang pernah dilakukannya selama hidup. Hal ini telah dijelaskan dalam hadits Nabi:
Dari Abi Hurairah RA berkata; bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kamu sekalian apakah yang dimaksud orang yang merugi itu?” Para sahabat menjawab: “Orang yang merugi di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki uang (dirham) dan harta benda”. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang merugi dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala) shalat, puasa, zakat, (namun ia juga) datang pada hari kiamat dengan (membawa dosa karena) telah mencaci orang lain, menuduh orang lain (berzina), memakan harta orang lain (secara bathil), membunuh orang lain, memukul (menyiksa/menzalimi) orang lain, lalu
diambillah kebaikan-kebaikan (pahala) nya untuk membayar semua kesalahan-kesalahannya itu. Jika kebaikan (pahala) nya sudah habis sebelum selesai menebus semua kesalahannya, maka diberikanlah dosadosa dari orang-orang yang pernah disakiti/dizaliminya, lalu dibebankan atasnya kemudian ia dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Muslim) Di samping itu, larangan untuk melakukan kezaliman (penindasan) juga dapat dijumpai dalam banyak ayat-ayat alQur’an maupun hadits Nabi. Berikut ini adalah di antara ayat al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW yang melarang melakukan kezaliman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari mengambil riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS. Al-Baqarah: 279)
Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan (bagi) orang-orang yang zhalim. (QS. Al-Qashash: 37)
EDISI 9/2012
49
Dari Jabir bin Abdillah RA bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Takutlah (jauhilah) kamu sekalian akan kezaliman, karena sesungguhnya kezaliman itu adalah kegelapan (kezaliman) pada hari kiamat, dan jauhilah kamu sekalian sifat bakhil, karena sesungguhnya kebakhilan itu telah menyebabkan binasanya orang-orang sebelum kamu, (karena kebakhilan pula) telah menyebabkan mereka mengucurkan darah mereka (saling membunuh) dan mereka menghalalkan segala sesuatu yang telah diharamkan kepada mereka.” (HR. Muslim)
Dari Abi Dzar ra., dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, dari sesuatu yang telah diriwayatkan (didapatkan) dari Allah tabaraka wa ta’ala, bahwasanya Allah berfirman; wahai hambahamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diriKu, dan Aku jadikan kezaliman itu di antara kamu sekalian (sebagai) sesuatu yang diharamkan, maka janganlah kamu sekalian saling menzalimi…. (HR. Muslim) 50
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
Adapun contoh-contoh kezaliman yang seringkali terjadi dalam bidang muamalah antara lain melakukan penipuan, penimbunan sehingga menyebabkan kelangkaan dan melonjaknya harga barang itu di pasaran (ihtikar), pemaksaan, pencurian, perampokan dan lain sebagainya. Selain contoh-contoh tersebut, juga ada satu bentuk bisnis lain yang banyak digandrungi oleh sebagian orang, yaitu Multi Level Marketing (MLM). Sekalipun tidak semua bentuk MLM memiliki unsur maisir, kezaliman dan gharar (penipuan atau manipulasi), namun pada umumnya bisnis ini sarat dengan permainan uang (money games), dan tidak murni sebagai praktik jual beli yang syar’i. Terkait dengan beberapa contoh tersebut dan persoalan “jual beli” dengan sistem MLM ini akan dibahas secara tersendiri dalam edisi tulisan yang akan datang. 4. Mengandung Unsur Riba Riba merupakan salah satu rintangan dan sekaligus tantangan yang seringkali menggiurkan banyak orang untuk meraih keuntungan. Oleh karena itu, di dalam banyak ayat dan hadits Nabi SAW, persoalan ini (riba) memperoleh perhatian yang serius dan dijelaskan dengan sangat rinci. Diharamkannya riba dalam Islam tentu memiliki banyak hikmah, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Beberapa ayat dan hadits di bawah ini sangatlah cukup memberikan gambaran kepada kita tentang maksud, tujuan dan hikmah diharamkannya riba dalam Islam.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS.al-Baqarah: 275)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkankan sisa-sisa (yang belum dipungut) dari riba, jika kamu orangorang yang beriman. (QS.al-Baqarah: 278)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta riba secara berlipat ganda dan takutlah kamu kepada Allah agar kamu beruntung. (QS.Ali Imran: 130)
Dari Jabir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW melaknat orang yang makan riba, yang memberi riba, yang menuliskannya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda: Mereka itu sama. (HR.Muslim) Bahkan Rasulullah SAW memasukkan persoalan riba ini sebagai salah satu dari tujuh hal yang membinasakan, sebagaimana sabda Beliau:
Dari Abi Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda: “Jauhilah oleh kamu sekalian tujuh hal yang membinasakan”, (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah apakah tujuh hal yang membinasakan itu?” Nabi SAW bersabda: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh nyawa (seseorang) yang diharamkan kecuali karena kebenaran, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang dan menuduh wanita terhormat lagi beriman melakukan zina”. (HR. al-Bukhari dan Muslim) 5. Membahayakan (adh-Dharar) Perintah maupun larangan dalam Islam memiliki tujuan yang sangat prinsip dan EDISI 9/2012
51
mendasar untuk menjaga lima kebutuhan dasar (pokok) manusia. Kelima kebutuhan pokok manusia (dlaruriyat) ini lebih dikenal dengan lima sasaran hukum Islam (maqhashid al-khamsah), yaitu menjaga nyawa (hifzhun nafs), menjaga akal (hifzhul ‘aql), menjaga harta (hifzhul mal), menjaga keturunan (hifzhun Nasl), dan menjaga agama (hifzhud din). Lima sasaran hukum Islam tersebut merupakan barometer yang menjadi acuan untuk mengukur apakah suatu usaha atau bisnis yang dijalankan seseorang memiliki unsur-unsur membahayakan (dharar). Adapun ayat-ayat alQur’an dan hadits Nabi SAW yang menjelaskan tentang persoalan ini, antara lain:
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka 52
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS an-Nisa’: 29)
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-Baqarah: 195)
Dari Ubadah bin Shamit RA, bahwasanya Rasulullah SAW menetapkan tidak boleh membuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR. Ahmad dan Ibnu majah). (Bersambung) Narasumber utama artikel ini: Ruslan Fariadi
Syarah Hadits
KEJUJURAN MEMBIMBING KEPADA KEBAIKAN
Dari ‘Abdullah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.’” (HR. Bukari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad ibn Hanbal). Takhrij: Hadits ini diriwayatkan dari Abdullah ibn Mas’ud oleh Bukhari (5629), Muslim (4721), Tirmidzi (1894) dan Ahmad ibn Hanbal (3456). Hadits ini berkualitas shahih. Mufrodat: : Jujur/benar, keseuaian (perkataan) dengan kejadian perkara. Seseorang
dikatakan jujur bila yang dikatakannya sesuai (sama) dengan fakta nyatanya. hanya dipakai untuk Pada asalnya, kesesuaian informasi yang disampaikan lewat perkataan dikaitkan dengan kebenaran fakta kejadian perkara. Pada perkembangannya, dipakai untuk i’tiqad (keyakinan), untuk menunjukkan keyakinan yang benar dan keyakinan yang dusta/keliru. juga dipakai EDISI 9/2012
53
untuk perbuatan anggota tubuh, yaitu ketika perbuatan anggota tubuh sesuai dengan perkataan, janji atau keyakinannya. : orang yang jujur.. Minimal ada tiga pengertian orang yang jujur, yaitu: orang yang banyak perbuatan/perkataan jujurnya; atau orang yang tidak pernah berdusta; atau orang yang benar perkataan dan keyakinannya dan dibuktikan dengan benarnya perbuatan anggota tubuh. (lawan dari kat a ): bohong/dusta. (lawan dari kata yang bohong/dusta.
.): orang
: kebaikan yang banyak, yang dilakukan oleh hati/keyakinan dan anggota tubuh, yang wajib ataupun yang nawafil/ sunnah. Birrul ‘abdu robbahu: ketaatan yang luas tak bertepi dari seorang hamba kepada Tuhannya, baik berupa keyakinan/i’tikadnya ataupun juga perbuatan anggota tubuhnya. Birrul walidain: perbuatan ihsan/ berbakti yang banyak dan luas tak bertepi yang dilakukan anak kepada orang tuanya. : Kejahatan yang dilakukan dengan merobek batas tabir agama. Alfajir adalah orang yang hidup di dunia banyak berbuat dosa dengan melanggar/ merobek aturan aturan agama. Syarah Hadits ini memerintahkan untuk berlaku jujur dan menjauhi dusta. Kejujuran dan kedustaan terutama sekali nampak pada apa yang diucapkan oleh mulut. 54
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
1. Rasulullah pernah dimintai nasehat oleh seorang sahabat, ‘Uqbah bin ‘Amir, agar hidupnya bisa selamat. Nasehat Nabi SAW ada tiga: pertama, agar Uqbah senantiasa menjaga lisannya. Kedua, Uqbah agar merasa lapang dan nyaman serta merasa cukup dengan apa yang ada dalam rumahnya. Dan ketiga, agar Uqbah menangisi kesalahan dan dosadosa yang telah ia perbuat.
‘Uqbah bin ‘Amir bertanya: Ya Rasulullah bagaimana supaya bisa selamat? Beliau menjawab: “Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu lapang dan menangislah karena dosa dosamu.” (Hadits hasan riwayat Tirmidzi) Nasihat Rasulullah kepada Uqbah ini tentu juga berlaku untuk kaum muslimin ummat Nabi Muhammad SAW yang menginginkan hidup selamat yaitu menjaga lisan, merasa puas terhadap rumah dan yang ada di dalamnya, serta menangisi dosa-dosanya. 2. Rasulullah pernah ditanya oleh Sufyan ats-Tsaqofi tentang hal yang paling Rasulullah takutkan terjadi pada Sufyan. Rasulullah lalu memegang lidah beliau sambil menjawab “ini” sebagai isyarat bahwa yang paling beliau takutkan adalah ketidakmampuan Sufyan untuk menjaga lidah dari perkataan dusta, perkataan kotor dan perkataan yang menyakitkan orang lain.
Sufyan bin Abdullah Ats Tsaqafi berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, ceritakan padaku suatu hal yang aku jadikan pedoman. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Katakan: Rabbku Allah kemudian beristiqamahlah.” Aku bertanya: Wahai Rasulullah, apa yang paling anda takutkan padaku? Beliau memegang lidah beliau lalu menjawab: “Ini.” (Hadits hasan shahih riwayat Tirmidzi) Lidah memang tidak bertulang, tetapi ia dapat menyakiti melebihi tajamnya pedang. Lidah juga bisa membuat sesuatu
yang salah seakan akan menjadi benar dan sebaliknya, sesuatu yang benar seakan akan salah. Karenanya, ketidakmampuan menjaga lidah adalah hal yang paling ditakutkan oleh Rasulullah pada diri Sufyan, dan juga pada diri kaum muslimin pengikutnya. 3. Rasulullah menjamin dan menjanjikan akan membangunkan rumah di tengah surga bagi orang yang mampu meninggalkan semua dusta dan kebohongan, termasuk dusta yang hanya dimaksudkan untuk bergurau.
KISAH KEJUJURAN PENJUAL SUSU PADA MASA UMAR BIN KHATTAB Khalifah Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu memiliki kegemaran melakukan ronda malam sendirian untuk melihat langsung kondisi rakyatnya. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya secara langsung dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk, khalifah merasa curiga melihat lampu yang masih menyala. Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik. Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Khalifah Umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya
sedang sibuk mewadahi susu. “Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini,” kata anak perempuan itu. “Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit.” “Benar anakku,” kata ibunya. “Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak,” harap anaknya. “Hmm…, sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kela-
Abu Umamah ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bershifat gurau, dan aku juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.” (Hadits hasan riwayat Abu Dawud dari Abu Umamah) Hadits ini memberikan motivasi yang kuat bagi setiap orang Islam untuk menjauhkan diri dari segala macam kedustaan, termasuk ketika sedang bersenda gurau. Janji surga juga diberikan oleh nabi sebagaimana dikemukakan dalam hadis berikut.
Dari Sahl bin Sa’ad, dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara dua jenggotnya (kumis dan jenggot, maksudnya mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga.” (HSR Bukhari). Dalam hadits tersebut, Rasulullah menjamin surga untuk orang yang bisa memelihara mulutnya dari perkataan dusta dan buruk, di samping dari makanan haram. 4. Kejujuran itu akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman di hati,
paran,” kata ibunya. Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu. “Nak,” bisik ibunya seraya mendekat. “Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat bertambah.” Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah iu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya. “Tidak, Bu!” katanya cepat. “Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air.” Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.
“Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu,” gerutu ibunya kesal. “Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?” “Tapi tidak akan ada yang tahu kita mencampur dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita,” kata ibunya tetap memaksa. “Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!” “Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala
56
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
sedangkan kedustaan akan mendatangkan keraguan dan kegelisahan. Rasulullah SAW bersabda:
Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena sesungguhnya kejujuran itu (mendatangkan) ketenangan dan dusta itu (mendatangkan) keraguan. (Hadits hasan shahih riwayat Tirmidzi dari Hasan ibn Ali) Orang yang berbohong, hatinya akan diselimuti rasa was-was dan khawatir karena takut ketahuan telah berbohong. Sedangkan orang yang jujur, hatinya akan lega dan tenang karena ia telah mengatakan yang sebenarnya. perbuatan kita serapi apapun kita menyembunyikannya,” tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang. Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya. “Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin, Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,” kata anak itu. Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres. Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu. “Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!” gumam Khalifah Umar. Dia beranjak meninggalkan gubuk itu
5. Manusia yang paling mulia, kata nabi ketika ditanya oleh para sahabat, adalah orang yang hatinya makhmum dan lisannya jujur.
Abdullah bin ‘Amru berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah SAW; “Manusia bagaimanakah yang paling mulia?” Jawab Nabi: “Semua (orang) yang hatinya makhmum dan lisan (ucapannya) benar.” Mereka berkata; “Perkataannya yang benar telah kami ketahui, lantas apakah maksud dari kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya. Menikahkan Putranya Keesokan paginya, Khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Diceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu. “Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya,” kata Khalifah Umar. “Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat.” Ashim bin Umar menyetujuinya. Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putra Khalifah. Mereka mengkhaEDISI 9/2012
57
hati yang makhmum?” Beliau bersabda: “Hati yang bertakwa dan bersih, tidak ada kedurhakaan dan kelaliman padanya, serta kedengkian dan hasad.” (Hadits shahih riwayat Ibn Majah). 6. Kata dusta adalah tanda munafik beserta dua tanda lainnya, yaitu ingkar janji dan khianat.
7. Secara khusus Nabi memberi perhatian kepada para pedagang, karena perdagangan adalah profesi paling rentan untuk tidak jujur. Menurut Nabi, semua pedagang itu pada hari kiamat akan dibangkitkan sebagai orang-orang yang berdosa, kecuali kalau ia memiliki tiga hal: bertakwa kepada Allah, berbuat kebajikan (al-birru) dan jujur. Dalam hadits disebutkan:
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Tanda-tanda munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat”. (Hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai orang-orang yang berdosa kecuali yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik serta jujur.” (Hadits hasan shahih riwayat Tirmidzi) Dan para pedagang yang bertakwa, jujur dan terpercaya, maka mereka akan
watirkan akan ditangkap karena suatu kesalahan. “Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami…,” sahut ibu tua ketakutan. Putra Khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya. “Bagaimana mungkin? Tuan adalah seorang putra khalifah, tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku?” tanya ibu dengan perasaan ragu. “Khalifah adalah orang yang tidak membedakan manusia. Sebab, hanya ketakwaanlah yang meninggikan derajat seseorang di sisi Allah,” kata Ashim sambil tersenyum. “Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur,” 58
BERKALA TUNTUNAN
ISLAM
kata Khalifah Umar. Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya. Bagaimana Khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal mereka. “Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan kalian…,” jelas Khalifah Umar. Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana dengan menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya. Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, mereka dikaruniai anak dan cucu yang kelak menjadi orang besar dan memimpin bangsa Arab, salah satunya adalah Umar bin Abdul Aziz. (kisah ini dikutip dari blog adehumaidi.com).
dibangkitkan bersama para Nabi, shiddiqun dan para syuhada’.
“Seorang pedagang yang jujur dan dipercaya akan bersama dengan para Nabi, shiddiqun dan para syuhada` (Hadits hasan riwayat Tirmidzi) 8. Ada sebuah hadits yang cukup populer, yang mempertanyakan, apakah mungkin dan apakah bisa terjadi seorang mukmin itu sekaligus juga merupakan seorang pembohong. Akan tetapi sayang hadits yang diriwayatkan oleh imam Malik dan al-Baihaqi tersebut kualitasnya dha’if, sehingga tidak bisa dipakai sebagai hujjah. Hadits tersebut adalah:
berkata; “Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut?” Beliau menjawab: ‘Ya.” Kemudian ditanya lagi; “Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?” Beliau menjawab: “Ya.” Lalu ditanyakan lagi; “Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong?” Beliau menjawab: “Tidak. (Hadits dha’if riwayat imam Malik). Dengan dha’ifnya hadits ini, apakah bisa terjadi seorang mukmin itu sekaligus seorang pembohong? Hadits dha’if ini tidak memberikan implikasi apapun terhadap jawaban atas pertanyaan tersebut. Penulis cenderung berpendapat bahwa orang mukmin yang pembohong adalah orang munafiq, sebagaimana kandungan hadits sebelumnya yang secara tegas menyatakan bahwa bohong adalah tanda nifaq. Wallahu a’lam bishshowab. Narasumber utama artikel ini:
Telah menceritakan kepadaku Malik, dari Shafwan bin Sulaim, bahwa ia
Agung Danarto
efisien dan terjangkau
Hubungi Kami:
08122744831
Gg. Gatotkoco RT.12 RW.03 No.267 Wirobrajan Yogyakarta
[email protected] EDISI 9/2012
59