Ragam Isi Salam Tabligh: Perintah mengadakan “segolongan ummat” untuk melaksanakan tugas dakwah mengandung makna bahwa dakwah hendaknya dilakukan bersama-sama oleh banyak orang. Memang setiap muslim mempunyai tugas dakwah sesuai kemampuannya, tetapi bila pelaksanaannya dilakukan sendirisendiri tanpa dikoordinasikan dalam suatu organisasi, sehebat dan sekuat apapun ia, akan mudah dikalahkan oleh kekuatan yang terkoordinasi. ................................. 3
Tafsir al-Qur’an: Surat al-Baqarah ayat 38-39 Bani Israil adalah anak keturunan Israil. Israil adalah nama lain, nama julukan yang bersifat memuliakan bagi Nabi Ya’qub anak Nabi Ishaq anak Nabi Ibrahim. Nabi Ya’qub adalah cucu Nabi Ibrahim melalui jalur Nabi Ishaq. Perlu dicatat bahwa Bani Israil itu bukan dan tidak sama dengan Yahudi. Bani Israil itu menunjukkan suatu keturunan yang sekarang sudah menjadi banyak sekali dan sudah menjadi nama suatu bangsa ........ 8
Rabbana dzalamna anfusana, wa in lam taghfir lana wa tarkhamna lanakunanna minal-khasirin. “Ya Tuhan kami, kami telah mendhalimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” "Our Lord! we have been unjust to ourselves, and if Thou forgive us not, and have (not) mercy on us, we shall certainly be of the losers." (7:23)
Tuntunan Akidah: Kufur Pangkal Kerusakan Taukhid .................................................................. 22 Tuntunan Akhlak: Adab Menjadi Tamu ...................................... 26
Tuntunan Ibadah: Tuntunan Zakat Fitri dan Idul Fitri ....................... 31
Tuntunan Muammalah: Jual Beli dalam Islam ...................................... 46
Syarah Hadits: Silatirrahmi Penopang sebagai Ukhuwah ............ 53
gambar sampul: Grand Mosque Najiahu, Ningxian, China. disain: adimpaknala@8562856295 BERKALA TUNTUNAN ISLAM
ISLAM
THE WAY OF LIFE
Penasehat Ahli: Drs. H. Muhammad Muqoddas, Lc., M.A., Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A., Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, M.A. | Pemimpin Umum: Agus Sukaca | Pemimpin Perusahaan: Ismail TS Siregar. Pemimpin Redaksi: Farid B. Siswantoro. Sidang Redaksi: F. Bambang Siswantoro, Farid Setiawan, Arief B. Ch. Kontributor Materi: dr. H. Agus Sukaca, M.Kes., Drs. H. M. Yusron Asrofie, M.A., Dr. H. Syamsul Hidayat, M.Ag., Dr. Mahli Z. Tago, M.Si., Drs. H. Zaini Munir Fadloli, M.Ag., Ruslan Fariadi, S.Ag., M.SI., Dr. H. Agung Danarta, M.Ag. Manajer Pemasaran dan Periklanan: Agus Budiantoro | Manajer Keuangan: Taufiqurrahman | Manajer Operasional dan Administrasi: Fitri T. Nugroho; Diterbitkan oleh: Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Alamat: Jl. KHA. Dahlan 103 Yogyakarta-55262 telp. +62-274-375025 fax. +62-274-381031 HP. 081804085282, 085328877997, 085712923505. email:
[email protected] Akun bank: Bank Syariah Mandiri nomor: 0300126664 a.n. Berkala Tuntunan Islam MT PPM.
Informasi Gambar Sampul
Masjid Besar Desa Najiahu adalah masjid terkenal di Ningxia China. Mampu menampung jamaah sebanyak 1500 orang dengan areal seluas 8000 meter persegi. Arsitektur masjid merefleksikan arsitektur China tradisional dengan tambahan arsitektur Arab. sumber tulisan: www.muslim2china.com. sumber gambar (arah jarum jam): easytourchina.com, thehutongeducation.com, muslim2china.com, syirikitsyah.wordpress.com
minat berlangganan Tuntunan ISLAM? hubungi agen terdekat: | Ambon 0813.430.86.343 | Balikpapan 0813.90.999.159 | Banjarnegara 0813.9152.7890 | | Batang 0815.654.7164 | Berau 0811.596641 | Blora 0813.2877.1832 | | Bontang 0812.581.9262 | Boyolali 0857.2557.9118 | Demak 0857.2617.1950 | | Grobogan 0813.2562.0937 | Gunungkidul 0878.3916.2755 | | Jakarta Barat 081.707.39.789 | Jakarta Pusat 0815.8415.4260 | | Jepara 0813.2524.1985 | Kebumen 0878.3779.7773 | | Karanganyar 0816.427.9538 | Kendal 08122.564.103 | Klaten 0817.942.742.3 | | Kudus 0291-333.1220 & 0815.7881.6153 | Kulonprogo 0877.3844.8284 | | Labuhan Batu Utara 081370955377 | Langkat 081370439013 | | Lampung 0812.3051.3118 | Luwuk Banggai 0817.693.5003 | | Magelang (kab.) 0813.282.565.22 | Magelang (kota) 0293-363.792 | | Malang 0812.5257.5100 | Manado 0813.5640.3232 | Medan 08126302411 | Muko-Muko 0852.6849.0850 | Padang Sidempuan 081264117005 | | Pekalongan (kab.) 0858.42.0404.77 | Pekalongan (kota) 0856.4220.5499 | | Pematang Siantar 081361173817 | Purwokerto 08564.789.5017 | | Purworejo 08522.692.1756 | Purbalingga 0821.34.600.222 | Samarinda 0812.538.0004 | | Serdang Bedagai 085261658206 | Singaparna-Tasikmalaya 085322.400.124 | | Selawan - Asahan 081375202566 | Sigambal - Rantau Perapat 081397936301 | | Sragen 0852.9371.1479 | Surakarta 0815.4854.6529 | Tapanuli Selatan 081361667759 | Tapanulis Tengah 08126382034 | Temanggung 0877.1919.7899 | | Tegal (kab.) 081228493543 | Tegal (kota) 085327910021 | |Wonosobo 0813.2871.8161 | Yogyakarta 0857.29.844.448 | hotline pemasaran & iklan: 0821.3461.7479 0274-786.3449 hotline bagian admin.: email:
[email protected] 0818.040.85.282 (XL) 08532.887799.7 (As) Akun bank: Bank Syariah Mandiri, nomor rekening: 08571.292.3.505 (IM3) 0300126664 a.n. Berkala Tuntunan Islam MT PPM
Salam Tabligh
Agus Sukaca
TUNTUNAN BERORGANISASI
Pembaca yang budiman! alam surah Ali Imran ayat 104 Allah berfirman:
D
Adakanlah diantara kamu segolongan ummat yang senantiasa mengajak kepada kebaikan (Islam), menyuruh berbuat makruf dan mencegah perbuatan mungkar. Mereka itulah orangorang yang beruntung. Perintah mengadakan “segolongan ummat” untuk melaksanakan tugas dakwah mengandung makna bahwa dakwah hendaknya dilakukan bersamasama oleh banyak orang. Memang setiap muslim mempunyai tugas dakwah sesuai kemampuannya tetapi bila pelaksanaannya dilakukan sendiri-sendiri tanpa dikoordinasikan dalam suatu organisasi, sehebat dan sekuat apapun ia, akan mudah dikalahkan oleh kekuatan yang terkoordinasi. Ia akan kerepotan menghadapi sekelompok preman yang terusik
dengan materi dakwahnya. Apalagi menghadapi musuh-musuh Islam yang terorganisir dengan baik, tentu menjadi lebih sulit lagi. Sejumlah contoh menunjukkan betapa pentingnya pengorganisasian umat itu. Dalam sejarah di Indonesia kita mengenal ada Serikat Dagang Islam (SDI), yang kini sudah bubar, didirikan Haji Samanhudi pada 1905. Juga ada Al Irsyad (didirikan Ahmad Syurkati pada 1914); atau Persis (didirikan A Hassan Bandung pada 1921). Nahdhatul Ulama (berdiri pada 1926) mungkin bisa juga disebut organisasi, meskipun jika dilihat ciri-cirinya lebih tepat disebut federasi. Salah satu yang eksis sampai kini, dan tepat disebut sebagai organisasi, adalah Muhammadiyah, yang umurnya sudah seabad lebih, yang didirikan KHA Dahlan pada 1912. Dari contoh di atas, kita membaca sejarah betapa KHA Dahlan memahami ayat tersebut sebagai perintah mengadakan organisasi yang tugasnya adalah melaksanakan dakwah Islam dan amar makruf nahi mungkar. Atas pemahaman tersebut, KHA Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Meskipun mendapat EDISI 13/2013
3
tantangan, apa yang beliau lakukan mendapat sambutan luar biasa dari kaum muslimin. Beliau tidak surut menghadapi tantangan. Lihatlah, betapa salah satu gagasannya, yakni koreksi arah hadap shalat agar sebisa-bisa menuju Ka’bah di Makkah, baru diterima sepenuhnya dewasa ini, lebih 100 tahun setelah dicanangkan. Kini Muhammadiyah telah tumbuh dan berkembang menjadi besar di seluruh pelosok Nusantara. Bahkan telah merambah di Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, Mesir, Jerman, Belanda, Amerika Serikat, dan berbagai belahan bumi lainnya. HOS Cokroaminoto, yang diikuti oleh tokoh-tokoh seperti Soekarno, Hatta, Muhammad Yamin, dan lain-lain, juga sampai kepada pemahaman yang sama tentang pentingnya pengorganisasian umat. Dengan organisasi memungkinkan ummat dihimpun dengan nidham yang baik sehingga menjadi kekuatan besar dalam memperjuangkan Islam (juga citacita kelompok lainnya). Tanpa nidham yang baik, meskipun perjuangan dilakukan untuk menegakkan kebenaran, dapat saja dikalahkan oleh perjuangan kebathilan yang dilaksanakan dengan nidham yang baik. Ali radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kebenaran tanpa nidham akan dapat dikalahkan oleh kebathilan dengan nidham.” Nidham adalah pengorganisasian yang rapi.
D
alam Perang Uhud, salah satu peperangan yang dipimpin Rasulullah, ummat Islam mengalami kekalahan oleh karena 50 pemanah yang ditugaskan
4
Berkala Tuntunan ISLAM
Rasulullah berada di atas bukit mengabaikan perintah beliau supaya tetap di tempat apapun yang terjadi. Ketika mereka melihat kaum kafir telah kocar kacir dan sebagian teman-teman mereka berebutan memungut pampasan perang, merekapun tergoda ikut serta. Sia-sia Abdullah bin Jubair, komandan mereka, mengingatkan agar tidak meninggalkan pos masing-masing. Kira-kira 40 orang dari pasukan pemanah itu menuruni lereng bukit ikut memunguti pampasan perang. Melihat pasukan pemanah menuruni bukit, pasukan berkuda kaum kafir yang dipimpin Khalid bin Walid —yang saat itu masih kafir— bergerak cepat memanfaatkan situasi. Abdullah bin Jubair dan sahabat-sahabat yang setia gagal melawan musuh sehingga semua menemui syahidnya. Setelah menghacurkan pasukan pemanah, Khalid memimpin pasukannya memasuki garis belakang pertahanan pasukan Muslimin dan membuatnya kocar-kacir. Sebagian lari tunggang langgang, sebagian besar tetap setia kepada Nabi dan melanjutkan peperangan sebisa mungkin. Inilah satu-satunya peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah yang mengalami kekalahan karena pasukan pemanah mengabaikan perintah beliau. Beliaupun sampai terluka cukup parah. Kepemimpinan yang diabaikan dalam suatu organisasi menunjukkan bahwa organisasi tersebut tidak baik. Perang Uhud adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kaum muslimin, bahwa perjuangan tidak cukup dilakukan dengan organisasi saja. Tetapi harus dilakukan
dengan organisasi yang baik. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berjuang di jalannya bershafshaf, bagai bangunan yang tersusun rapi” (QS 61 ayat 4.) setiap bagian dari bangunan saling menguatkan sehingga menjadi kokoh.
S
etidaknya ada 2(dua) faktor penting yang menjadikan suatu organisasi itu baik atau tidak. Faktor pertama adalah sistem yang diterapkan, dan faktor kedua adalah bagaimana keadaan anggota-anggotanya. Sistem organisasi mencakup visi, misi, keyakinan, pembinaan sumber daya manusia (SDM), dan kepemimpinan. Anggota yang baik adalah anggota yang memiliki visi, misi, dan keyakinan pribadi selaras dengan organisasi, berjuang mewujudkan visi organisasi, serta menjalankan misi sesuai tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Mari kita periksa contoh-contoh organisasi yang sudah disebut tadi: SDI, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad — bahkan juga oraganisasi mana pun yang bisa kita temukan. Termasuk organisasi takmir masjid yang berlangsung di masjid dekat rumah, organisasi warga di tempat kita tinggal, organisasi kesenian atau kelompok belajar, atau pun kelompok usaha yang kita ikuti. Mana di antaranya yang memiliki sistem organisasi yang baik?Kedua faktor yang disebut di atas bisa kita gunakan untuk mencermati organisasi-organisasi tersebut. Agar lebih operasional, faktor pertama perlu diuraikan menjadi unsur-unsur sebagai berikut:
Pertama, adakah kejelasan visi dalam organisasi tersebut? Bagaimana pula kejelasan misinya? Kedua, bagaimana keyakinan terhadap tujuan organisasi? Hal ini bisa jadi dituangkan ke dalam Anggaran Dasar atau Statuta Organisasi atau nama-nama lain yang semacam itu; Ketiga, adakah organisasi itu memiliki sistem pembinaan internal, kepada anggota, calon anggota dan lingkungannya? Bagaimana perkaderan organisasi dilaksanakan? Keempat, bagaimana pula sistem rekrutmen, sistem pergantian kepemimpinan, sistem suksesi dan kaidah-kaidah lain yang penting bagi eksistensi organisasi dibangun dan dilaksanakan? Kelima, bagaimana keberlanjutan seluruh bangunan sistem organisasi itu dijaga, dilestarikan, diperbaiki dan dikelola oleh seluruh unsur organisasi? Jika kelima unsur-unsur itu dilihat perwujudannya di dalam organisasi yang kita periksa, maka niscaya kita akan menemukan kualitas organisasi tersebut. Kita bisa membuat semacam daftar periksa (check-list) untuk menguji organisasi tersebut. (1) Visi-misi Visi haruslah jelas dan tegas. Visi yang jelas, misalnya: “Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. - Masyarakat Islam yang sebenarbenarnya digambarkan sebagai: “Keadaan masyarakat yang sentosa dan bahagia, disertai nikmat Allah yang meEDISI 13/2013
5
limpah-limpah, sehingga merupakan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur; yakni suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan yang Maha Pengampun.” Misi organisasi juga mestinya memandu serta mengarahkan anggota organisasi. Ambil contoh, pernyataan misi yang menegaskan secara lebih rinci rumusan visi di atas tadi (“terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”) adalah sebagai berikut: 1) Menegakkan tauhid yang murni 2) Menyebarluaskan dan memajukan ajaran Islam yang bersumber kepada al-Qur ’an dan as-Sunnah alMaqbulah 3) Mewujudkan Islam dalam kehidu-pan pribadi, keluarga, dan masyarakat. (2) Tujuan organisasi — AD/ART — Statuta AD/ART dirumuskan dengan baik dan cukup jelas. Begitu juga dokumendokumen turunannya yang mengarahkan kerja-kerja unsur-unsur dan anggota organisasi. (3) Sistem perkaderan — Pembinaan anggota Perkaderan merupakan upaya menjaga kelestarian organisasi, penguatan internal secara terstruktur. Dari contoh visi-misi yang sudah disebutkan di atas, maka perihal perkaderan ini dibuat rumusan sebagai berikut: - Pembinaan sumberdaya manusia telah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga; 6
Berkala Tuntunan ISLAM
- Keputusan-keputusan Pimpinan Pusat atau Pimpinan Besar dijadikan regulasi yang mengikat; - Pembinaan anggota dilakukan me-lalui gerakan jama’ah dan dakwah jama’ah, pengajian, dan kursus-kursus; - Pembinaan kader diatur dengan “Sistem Perkaderan” — misalnya dilakukan dengan pelatihan-pelatihan bina-jamaah secara terstruktur; - Pembinaan muballigh dengan pengajian muballigh, kursus muballigh, pelatihan-pelatihan muballigh, dan pendidikan profesi muballigh; - Pembinaan para pemimpin melalui pengajian pimpinan dan pelatihan-pelatihan kepemimpinan. (4) Sistem rekrutmen — Suksesi internal — Sirkulasi kepemimpinan Untuk membesarkan dan menyediakan energi bagi organisasi haruslah dibangun sistem rekrutmen yang lengkap dan baik. Namun hal itu harus diikuti dengan pola suksesi yang dilakukan atas dasar kemampuan dan kompetensi, bukan kolusi dan nepotisme yang meminggirkan akal sehat. Tentu keluarga dari pimpinan dimungkinkan ikut terlibat dalam suksesi; namun dia tidak diberi hal-hak istimewa. Mereka menjadi istimewa hanya karena memiliki kemampuan dan kompetensi. (5) Keberlanjutan sistem organisasi — Kelestarian organisasi Kaidah-kaidah harus dibangun secara lengkap; dan dimanfaatkan untuk mewujudkan organisasi yang baik, berwibawa dan sehat.
Salah satu kaidah terpenting adalah tentang aset organisasi. Aset atau harta milik organisasi merupakan harta kolektif, bukan milik perseorangan, baik itu pimpinan atau tokoh berpengaruh mana pun. Ini artinya, pemanfaatan aset atau harta itu sepenuhnya untuk keperluan organisasi. Begitu juga pemindahan hak atas aset itu hanya bisa dilakukan oleh pimpinan kolektif, bukan oleh perseorangan, dan dipertanggungjawabkan kepada organisasi. Organisasi seperti Muhammadiyah, Palang Merah Indonesia, Universitas Gajahmada atau bahkan PSSI, sangat dan haruslah ketat mengatur aset dan harta organisasi. Sebab, hal ini berkaitan dengan kelestarian organisasi itu sendiri. Ini pula yang menyebabkan mengapa Muhammadiyah disebut sebagai organisasi Islam terbesar di dunia. Sebab,
aset atau harta kekayaan Muhammadiyah itu dimiliki, dikelola dan dimanfaatkan oleh/dan untuk organisasi; bukan oleh pribadi-pribadi termasuk ulama atau kyai. Insya Allah dengan sistem organisasi yang baik dan anggota-anggota yang memiliki visi, misi, dan keyakinan yang selaras, cita-cita mulia pengorganisasian umat bisa terwujud. Sebelum sampai ke sana, yang penting memang perjalanan proses berupa “penataan barisan” itu sungguh-sungguh dilakukan dengan caracara yang haq. Sesudah itu, visi yang mulia tadi, “Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”, insya Allah menjadi kenyataan. Wallahul musta’an. Agus Sukaca
[email protected]
KELUARGA BESAR TOKO KERTAS - ALAT TULIS / KANTOR
Jl. Bhayangkara 12 (16) Yogyakarta Telp. (0274) 588854 Fax. (0274) 561371
Mengucapkan
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H Mohon Maaf Lahir dan Batin
PUTERA KAMPUS Jl. Kaliurang Km. 5,6 no. 9 Yogyakarta
MITRA Jl. Kaliurang Km. 14 Yogyakarta (depan Sentra Pendidikan BRI)
PUTERA BERLIAN
UD. FAJAR
Jl. Affandi (Gejayan) CC XII/38 A Yogyakarta (selatan Pom Bensin Gejayan)
Jl. Godean Km. 4 np. 125 Yogyakarta (barat Pom Bensin Telogorejo) EDISI 13/2013
7
Tafsir al-Qur’an
SURAT AL-BAQARAH AYAT 40
Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut. (QS al-Baqarah, 2: 40)
Yaa Banii Israa’iil: Wahai Bani Israil. Bani Israil adalah anak keturunan Israil. Israil adalah nama lain, nama julukan yang bersifat memuliakan bagi Nabi Ya’qub anak Nabi Ishaq anak Nabi Ibrahim. Nabi Ya’qub adalah cucu Nabi Ibrahim melalui jalur Nabi Ishaq. Perlu dicatat bahwa Bani Israil itu bukan dan tidak sama dengan Yahudi. Bani Israil itu menunjukkan suatu keturunan yang sekarang sudah menjadi banyak sekali dan sudah menjadi nama suatu bangsa. Sejarah Bani Israil itu tidak selamanya gelap, bahkan dari keturunan Nabi Ya’qub inilah banyak anak dan cucunya menjadi nabi seperti Nabi Yusuf, Musa, Harun, Yunus, Ilyas, Ilyasa’, Dawud, Sulaiman, Zakariyya, Yahya, dan Nabi ‘Isa alaihimus salaam. Pada zaman Nabi ‘Isa, Bani Israil tampaknya separoh beriman dan separohnya kafir (QS 61: 14). 8
Berkala Tuntunan ISLAM
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolongpenolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kami lah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israel beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS ash-Shaf, 61: 14)
Penyebutan Bani Isra’il di sini, menurut Ibnu Katsir, adalah Allah ta’aala memerintahkan mereka untuk masuk ke dalam agama Islam dan mengikuti Nabi Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallam dengan cara menggugah mereka dengan menyebut kakek moyang mereka Isra’il, yaitu Nabi Ya’qub ‘alaihis salaam. Pengertiannya dengan menyebut Isra’il atau Nabi Ya’qub, Allah mengingatkan Bani Isra’il dengan mengatakan:”Wahai putera hamba-hamba yang shalih, yang ta’at kepada Allah, jadilah kamu seperti kakek moyang kamu Isra’il atau Nabi Ya’qub yang mengikuti kebenaran”. Telah menceritakan kepada kami Hasyim bin Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid telah menceritakan kepada kami Syahr, Ibnu Abbas berkata; “ Suatu hari, sekelompok orang Yahudi (antara 20-40 orang) mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka bertanya; “Wahai Abul Qasim, ceritakanlah kepada kami tentang beberapa hal yang akan kami tanyakan kepadamu. Beberapa hal itu tidak diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Beliau bersabda: “Tanyakanlah kepadaku apa yang kalian suka, akan tetapi jadikanlah bagiku jaminan Allah dan apa yang telah diangkat oleh Ya’qub ‘alaihis salam terhadap anakanaknya. Bila aku menceritakan sesuatu kepada kalian, lalu kalian mengakuinya, maka kalian harus mengikutiku atas dasar Islam.” EDISI 13/2013
9
Mereka menjawab; “Baiklah, itu bagianmu.” Beliau bersabda lagi: “Silahkan kalian bertanya sesuka kalian.” Mereka berkata; “Beritahukanlah kepada kami tentang empat perkara yang akan kami tanyakan kepadamu, beritahukan kami makanan apa yang diharamkan Isra’il terhadap dirinya sendiri sebelum diturunkan Taurat? Beritahukanlah kepada kami bagaimana proses ovum perempuan dan sperma laki-laki, bagaimana ia bisa menjadi seorang laki-laki? Beritahukanlah kepada kami, bagaimana Nabi yang ummi ini tidur? Dan siapa penolongnya dari Malaikat? Beliau menjawab: “Perjanjian Allah dan ikatan-Nya atas kalian, bila aku memberitahu kalian, maka kalian akan mengikutiku.” Ibnu Abbas melanjutkan; “Mereka akhirnya menyanggupi perjanjian dan ikatan tersebut, beliau lalu bersabda: “Aku persaksikan kalian kepada Dzat yang telah menurunkan Taurat kepada Musa shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah kalian tahu bahwa Isra’il yaitu Ya’kub ‘alaihi salam pernah menderita sakit parah dan derita yang berkepanjangan, lalu dia bernadzar kepada Allah, bila Allah Ta’ala menyembuhkan penyakitnya, dia akan mengharamkan minuman dan makanan yang paling disukainya, sementara makanan yang paling disukainya adalah daging unta, sedangkan minuman yang paling disukainya adalah susunya?” 10
Berkala Tuntunan ISLAM
Mereka menjawab; “Ya Allah, benar.” Beliau bersabda lagi: “Ya Allah, saksikanlah mereka. Aku persaksikan kalian kepada dzat yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, tahukah kalian bahwa sperma laki-laki berwarna putih kental dan ovum wanita berwarna kuning ringan, yang mana diantara keduanya yang paling mendominasi, maka ia akan menjadi anak dan keserupaan dengan izin Allah, bila sperma laki-laki lebih dominan daripada ovum wanita, maka anaknya akan menjadi laki-laki dengan izin Allah, dan bila ovum wanita lebih dominan daripada sperma laki-laki, maka anaknya akan menjadi perempuan dengan izin Allah.” Mereka berkata; “Ya Allah, benar.” Beliau bersabda: “Ya Allah, saksikanlah mereka. Aku persaksikan kalian kepada Dzat yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, tahukah kalian bahwa Nabi yang ummi ini kedua matanya dapat tertidur tapi hatinya tidak?” Mereka menjawab; “Ya Allah, benar.” Beliau bersabda lagi: “Ya Allah, saksikanlah.” Mereka berkata lagi; “Kini kamu akan memberitahukan kepada kami tentang siapa penolongmu dari kalangan Malaikat?” Saat itulah, kami akan bersamamu ataukah kami akan meninggalkanmu.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya penolongku adalah Jibril ‘alaihis
salam, dan Allah tidak pernah mengutus seorang Nabipun kecuali dialah penolongnya.” Mereka kemudian berkata; “Karena hal itu, kami berpisah denganmu, seandainya penolongmu selain dia dari kalangan Malaikat, pasti kami akan mengikutimu dan membenarkanmu.” Beliau bertanya: “Lalu apa yang menghalangi kalian untuk membenarkannya?” Mereka menjawab; “Dia (Jibril) adalah musuh kami.” Ibnu Abbas melanjutkan; “Maka pada saat itulah Allah menurunkan ayat; “Katakanlah, barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka Jibril telah menurunkan (Al Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah…--hingga ayat--: …melemparkan kitabullah ke belakang (punggung)nya seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitabullah).” (QS al-Baqarah; 97-101). Pada saat itulah “Karena itu mereka mendapat murka setelah (mendapat) kemurkaan.” (QS al-Baqarah; 90). Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakkar telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Bahram telah menceritakan kepada kami Syahr dari Ibnu Abbas dengan redaksi serupa. (HR Ahmad 2384) Berikut ini adalah bunyi ayat yang lengkap yang ada di dalam hadits di atas:
97. Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. 98. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasulrasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. 99. Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. 100. Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan EDISI 13/2013
11
sebahagian besar dari mereka tidak beriman. 101. Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orangorang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung) nya seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah). (QS al-Baqarah, 2: 97101) Maka sekelompok Bani Isra’il itu memperoleh kemurkaan Allah ta’aala:
Alangkah buruknya (perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karuniaNya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orangorang kafir siksaan yang menghinakan. (QS al-Baqarah, 2: 90) udzkuruu: ingatlah kamu. Kata ini yang merupakan kata kerja ) yang dari kata dasar dzikir (dzikr: memiliki arti mengingat dan menyebut. ni’matiya: nikmatKu (Allah). 12
Berkala Tuntunan ISLAM
Kata nikmat di sini berarti segala macam nikmat. Kenikmatan (an-ni’mah: ) di sini adalah kata benda jenis (isim jenis dalam istilah tata bahasa Arab) yang berarti segala macam kenikmatan (an). ni’am: Nikmat dalam bahasa Arab mengandung arti kebutuhan hidupnya lebih dari sekedar tercukupi, dirasakan menyenangkan, keadaannya baik dan terasa mudah. allatii an’amtu ‘alaikum: yang telah Aku anugerahkan kepadamu, yang telah Aku berikan nikmat itu kepadamu. wa aufuu bi-‘ahdii: dan penuhilah janjimu kepada-Ku. Janji Bani Israil itu adalah mereka akan memeluk agama Islam. Hal ini bisa dilihat dalam dua ayat berikut:
132. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub (Isra’il). Ibrahim berkata: “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. 133. Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, keti-
ka ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya (men-jadi orangorang Islam yang tunduk dan patuh kepada Allah ta’aala).” (QS alBaqarah, 2: 132-133) Uufi bi‘ahdikum: Aku akan penuhi janji-Ku kepadamu wa iyyaaya farhabuun: dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut Nikmat-Nikmat yang Diberikan Allah kepada Bani Israil 1. Mereka dibebaskan dari penindasan dan perbudakan yang dilakukan oleh Fir’aun dan para pengikutnya. Mereka juga diselamatkan dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya. 2. Dalam perjalanan mengungsi (eksodus), mereka dinaungi dari sengatan matahari yang ditutup dengan awan oleh Allah ta’aala. 3. Mereka diberi makanan berupa “manna” (makanan yang rasanya manis seperti madu) dan “salwa” (sejenis burung puyuh) serta hasil bumi lainnya. 4. Mereka juga dinugerahi mata air oleh Allah ta’aala lewat batu yang dipukul dengan tongkat oleh Nabi Musa ‘alaihis salaam.
5. Dosa-dosa mereka (Bani Israil zaman Nabi Musa) diampuni oleh Allah. 6. Bani Israil pada zaman Nabi Musa diberi kelebihan oleh Allah dari umat lainnya. Harap diingat bahwa pada saat itu, mereka beriman dengan apa yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Musa. Artinya, kelebihan itu karena mereka saat itu mau beriman dan menjadi orang Islam. 7. Banyak Nabi yang diturunkan Allah itu berasal dari Bani Israil. 8. Allah memberikan kepada Bani Israil kitab-kitab lewat Nabi Musa, Nabi Dawud dan juga Nabi ‘Isa, kekuasaan dan kenabian. Allah juga memberikan kepada mereka rezekirezeki yang baik Berikut adalah ayat-ayat yang menjelaskan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada Bani Israil: 2:57. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. 2:58. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: “Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: “Bebaskanlah kami dari dosa”, niscaya Kami ampuni EDISI 13/2013
13
kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan me-nambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik”.
26:61. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”.
2:60. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu memancarlah darinya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan jangan-lah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.
26:62. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.
5:20. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia meng-angkat nabi-nabi di antaramu, dan di-jadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikanNya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain”. 20:80. Hai Bani Israel, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa. 26:59. Demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israel. 26:60. Maka Firaun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka di waktu matahari terbit. 14
Berkala Tuntunan ISLAM
26:63. Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. 26:64. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain. 26:65. Dan Kami selamatkan Musa dan semua orang yang bersamanya. 26:66. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. 2:47. Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. 2:122. Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu dan Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. 19:58. Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila
dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. 19:59. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. 19:60. kecuali orang yang bertobat, ber-iman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun. 45:16. Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israel al-Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezekirezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). 57:26. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik. Bani Israil adalah Bangsa yang Diberi Kelebihan Sebagian orang beranggapan bahwa Bani Israil adalah “bangsa yang terpilih”. Pikiran dan hal-hal semacam ini (kemuliaan bangsa itu), telah mendorong orangorang dari Bani Israil untuk membuat permusuhan, mengambil keuntungan dari orang lain, serta merendahkan orang lain dengan berbuat durhaka dan dosa karena keyakinan atas kelebihan ini.
Al-Qur’an sendiri memang mengisyaratkan akan adanya kelebihan kemulyaan Bani Israil tetapi berbeda dengan pemahaman Bani Israil sendiri. Al-Qur’an menyatakan:
47. Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu di atas alam semesta. 48. Dan jagalah dirimu dari (‘azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikit pun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa‘at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. (QS al-Baqarah, 2: 47-48) Yang perlu diperhatikan dalam ayat di atas atas bunyi “melebihkan kamu di atas alam semesta” maksudnya adalah pada zaman itu, maksudnya zaman Nabi Musa, dan seterusnya dengan banyak diangkatnya para nabi dan juga diturunkannya Kitab Taurat dan Injil. (Lihat Tafsir alMuyassar dan Aysar al-Tafaasir). Pada zaman Nabi Musa, maka kelebihan Bani Israil adalah ketika dibandingkan dengan Fir’aun dan para pengikutnya, bukan kelebihan Bani Israil atas orang-orang Mukmin pada umumEDISI 13/2013
15
nya yang taat menjalankan ajaran Islam dengan benar dan baik. Allah memberi kelebihan kepada Bani Israil pada zaman Nabi Musa adalah karena mereka itu kaum yang teraniaya (kaum yang dizalimi) oleh Fir’aun dan pengikutnya.
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (QS al-Qashash, 28: 5)
Dan Kami wariskan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israel disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (QS al-A’raaf, 7: 137) Dua ayat di atas hendaknya difahami bahwa kelebihan terhadap Bani Israil yang diberikan olehAllah itu tidak bersifat person atau jenis suku bangsa, tetapi pemberian kelebihan suatu bangsa atas 16
Berkala Tuntunan ISLAM
bangsa yang lain itu adalah berdasar kualitas perbuatan bangsa itu. (Afif ‘Abd al-Fattah Tobbarah, Al-Yahud fi alQur’an, cet. X, Beirut: Dar al-‘ilm lilMalayin, 1984, hlm. 39). Ayat yang pertama di atas disusul dengan ayat lainnya yang memberi peringatan kepada Bani Israil agar tidak merubah nikmat itu menjadi suatu malapetaka, karena orang atau bangsa itu akan diberi balasan berdasar apa yang diperbuatnya:
Dan jagalah dirimu dari (‘azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) se-seorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikit pun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa‘at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. (QS al-Baqarah, 2: 48) Dengan kata berupa tafsiran sekaligus ayat-ayat di atas adalah: Wahai Bani Israil hati-hatilah akan terjadinya Hari Kiamat yang di situ nanti akan ada hisab atau perhitungan amal perbuatan baik atau buruk. Hari Kiamat adalah hari di mana seseorang tidak bisa berbuat apa-apa terhadap orang lain, seperti menghapus dosa, dan tidak pula diterima orang yang dating memberi syafaat (pertolongan). Juga dari orang lain tidak akan bisa diterima tebusan atau pengganti untuk membayar kejahatannya. Demikian pula orang tidak bisa menolak sebuah siksa terjadi kepada orang yang berhak menerima.
Janji kepada Bani Israil Berikut adalah ayat-ayat yang menjelaskan janji Allah kepada Bani Israil dan juga janji Bani Israil kepada ayahandanya Nabi Ya’qub.
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim”. (QS alBaqarah, 2: 124) Keturunan Nabi Ibrahim di sini bisa berlaku dari jalur Nabi Ya’qub dan anak keturunannya. Ayat beriku memperjelas wasiyat Nabi Ibrahim kepada anakanaknya, begitu pula wasiyat dari Nabi Ya’qub.
132. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub (Isra’il). Ibrahim berkata: “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. 133. Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS al-Baqarah, 2: 132-133)
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. EDISI 13/2013
17
Kosa Kata Janji di dalam Al-Qur’an AL-QUR’AN menggunakan tiga kata dalam berbicara soal janji, yaitu al, al-‘Ahd dan alwa’d Miitsaaq . Alma’arif dalam skripsinya di Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Janji di dalam al-Qur’an” mempertanyakan hal-hal berikut. Siapa yang paling banyak menggunakan kata itu? Bagaimana pemakaian dalam ayat-ayat al-Qur’an? Sampai seberapa penting masing-masing kata itu dipakai dalam al-Qur’an dan seberapa penting kata itu jika dikaitkan dengan boleh dan tidaknya dilanggar? Adakah dari kata itu digunakan sebagai ancaman, apa arti penting masing-masing kata itu dan perbedaan ketiga-nya? Selanjutnya, Alma’arif menyimpulkan sebagai berikut. Ketika Allah menggunakan kata janji dengan al-wa’d maka janji Allah itu pasti terlaksana atau terjadi dan Allah menggunakan al-wa’d berulang-ulang bahkan sampai menjadi ancaman . Ketika Allah menggunakan kata janji dengan al-‘ahd, maka janji Allah juga pasti terjadi hanya saja ada pengecualian seperti janji Allah untuk menjadikan Ibrahim dan keturunannya menjadi 18
Berkala Tuntunan ISLAM
pemimpin di muka bumi, namun al-‘ahd itu tidak berlaku bagi orang zalim. Ketika Allah menggunakan kata janji dengan al-miitsaaq maka janji Allah itu juga pasti terjadi, yang berisi kepastian datangnya kiamat, namun Allah hanya menggunakannya satu kali. Al-Wa’d Al-wa’d adalah janji-janji yang paling banyak digunakan oleh Allah jika dibandingkan dengan kata yang lainnya seperti al-‘ahd dan al-miitsaaq. Dalam hal janji buruk atau ancaman disebut sebanyak 49 kali, janji yang baik sebanyak 26 kali, al-wa’d berupa kepastian datangnya hari kiamat sebanyak 20 kali, dan al-wa’d dari Allah kepada rasul berupa jaminan keselamatan para rasul, kiamat pasti terjadi dan pemberian Taurat kepad Nabi Musa sebanyak lima kali. Dari sini terlihat bahwa Allah sangat mendominasi penggunaan al-wa’d dalam hal yang amat penting yang menyangkut keselamatan manusia di akhirat sampai al-wa’d terus diulangulang. Belum lagi penggunaan al-wa’d oleh para rasul kepada kaumnya yang berupa kepastian datangnya hari kiamat, di mana hal ini juga tentunya dukungan para rasul kepada al-wa’d
Allah karena para nabi adalah utusanNya, Sehingga al-wa’d adalah janji yang merupakan keharusan pelaksaannya atau terpenuhinya janji itu. Alwa’d adalah janji yang sifatnya amat sangat kuat. Secara terperinci, ada beberapa subjek yang menggunakan al-wa’d dalam al-Qur’an yaitu Allah, para nabi, setan dan manusia. Adapun penjelasan rincinya sebagai berikut. Al-wa’d yang digunakan oleh Allah kepada manusia berisi azab Allah terhadap orang-orang yang tidak beriman (kafir dan munafik), kepastian datangnya kiamat atau kebangkitan, pahala, ampunan dan kenikmatan surga (bagi orang yang beriman dan beramal saleh). Selain yang menyangkut teologis, Allah menggunakan al-wa’d kepada manusia berisi orang yang beriman akan menjadi pemimpin di muka bumi, orangorang mukmin akan mengalahkan musuh dalam perang, kemenanangan bangsa Romawi terhadap Persia, penaklukan kota Makkah, pemberian kenikmatan kepada Bani Israil, penghancuran dinding yang dibuat Zulkarnain. Selain al-wa’d yang digunakan oleh Allah kepada manusia, al-wa’d juga digunakan Allah kepada para nabi yaitu al-wa’d berupa dipertemukannya Nabi Musa dengan ibunya, keselamatan para rasul, kiamat pasti terjadi dan pemberian Taurat kepada Nabi Musa. Al-wa’d yang digunakan oleh para nabi untuk kaumnya yang berisi kepastian datangnya hari kiamat, al-wa’d
dari Nabi Hud berupa azab karena tidak beriman, al-wa’d dari Nabi Saleh berupa azab karena kaumnya menyembelih unta, al-wa’d dari Nabi Nuh kepada kaumnya berupa azab karena kaumnya tidak beriman, al-wa’d dari Nabi Musa kepada kaumnya karena kaumnya tidak beriman, al-wa’d dari Nabi Ibrahim kepada ayahnya berupa permohonan ampun untuk ayahnya. Al-wa’d dari setan kepada manusia berupa ajakan setan dengan menakutnakuti kemiskinan kepada manusia sehingga manusia harus kikir. Setan juga menjanjikan kepada manusia berupa ajakan memotong telinga hewan untuk dpersembahkan kepada berhala. Al-wa’d dari manusia kepada manusia yaitu al-wa’d yang digunakan oleh orang zalim berupa ajakan supaya mengikuti mereka. Al-wa’d yang digunakan oleh manusia kepada Allah berupa kalau diberi harta yang banyak maka akan bersedekah dan menjadi orang yang saleh. Selain itu, al-wa’d juga digunakan dalam perjanjian yang yang dua arah. Al-wa’d antara Nabi Musa dengan kaumnya (Fir’aun) yang berisi pertemuan dalam pertandingan sihir dan kesabaran kaum Nabi Musa menunggunya selama 40 malam. Al-wa’d antara Allah dengan Bani Isra’il yang berisi ketaatan dalam bermunajat di sebelah kanan kaki gunung Sinai. Alwa’d di antara dua pasukan yang berperang berupa kesepakatan penentuan hari perang. EDISI 13/2013
19
Al-‘Ahd Al-‘ahd paling banyak digunakan oleh manusia setelah Allah berjanji banyak kepada manusia dengan menggunakan al-wa’d-Nya. Penggunaan al‘ahd dari manusia ini dalam hal yang sangat penting karena menyangkut keimanan dan taat kepada rasul, namun demikian tidak sebanyak al-wa’d yang digunakan oleh Allah. Ada juga al-‘ahd yang menyangkut hubungan horizontal. Ketika Allah menggunakan kata al‘ahd maka sararan pembicaraan lebih banyak kepada para nabi. Hanya sangat sedikit sasarannya kepada manusia (yaitu larangan menyembah setan satu kali, larangan mendekati harta anak yatim, dipakai satu kali dan janji membeli orang mukmin karena berjihad, juga dipakai satu kali) karena sasaran yang menyangkut nasib secara berulang-ulang sudah dilakukan Allah ketika menggunakan al-wa’d. Dari hal itu diketahui bahwa al-‘ahd adalah janji yang sangat kuat. Tetapi nilai kekuatannya masih di bawah alwa’d karena kekuatan al-wa’d dapat dilihat dari banyaknya digunakan oleh Allah sampai terus diulang-ulang hingga banyak al-wa’d yang menjadi ancaman karena menyangkut perkara yang amat penting yaitu keselamatan di akhirat. Makna al-‘ahd dalam al-Qur’an janji atau perjanjian. Subjek yang menggunakan al-‘ahd dalam al-Qur’an adalah manusia, Allah dan nabi. Al-‘ahd yang digunakan oleh manusia kepada Allah disebut sebanyak 14 kali berupa 20
Berkala Tuntunan ISLAM
beriman dan taat kepada Allah dan rasulnya, tidak mundur ke belakang ketika perang, akan bersedekah jika Allah memberikan karunia, kedustaan orang-orang zalim, kewajiban al-‘ahd baik kepada amanusia maupun kepada Allah subhanahu wata’ala. Al-‘ahd yang digunakan oleh Allah disebut sebanyak 10 kali berupa pemberian nikmat kepada Bani Israil, pemberian balasan yang baik jika taat kepada-Nya, pelepasan Bani Israil dari cengkeraman Fir’aun, perintah agar Ibrahim dan Ismail membersihkan rumah-Nya, perintah agar Adam tidak mendekati pohon larangan, Ibrahim dan keturunannya akan menjadi pemimpin bagi umat manusia, larangan mendekati harta anak yatim kecuali yang lebih bermanfaat, larangan menyembah setan, membeli orang-orang yang mukmin jiwa dan harta mereka karena berjuang di jalan Allah. Selain al-‘ahd dari manusia dan dari Allah, al-‘ahd juga digunakan dalam perjanjian yang dua arah yaitu antara kaum dengan nabinya berupa perjanjian damai antara kaum musyrik dengan nabi Muhammad, Tetap beriman dan setia kepada Nabi Muhammad. Antara kaum dengan Allah berupa taat kepada Allah dan melaksanakan apa yang diwahyukan, bantahan kepada orang kafir dimana mereka beranggapan telah mengadakan perjanjian dengan Allah untuk dibolehkan mengingkari ayatayatnya dan diberikan anak-anak.
Al-Miitsaaq Al-Miitsaaq adalah janji yang kuat yang terikat dengan pasti (al-’ahdu al). Contoh pemakaimuhkam: annya: Aku mengikat kuat sesuatu, yakni aku mengerjakannya dengan teliti, kuat sekali dan terikat, bisa juga sebagai memegang amanah (al-i’timaan: ) terhadap titipan. Dalam al-Qur’an, kata al-Miitsaaq yang paling sering muncul adalah tekanan pentingnya membawa amanah di mana segala sesuatu enggan dengan amanah itu kecuali amanah itu pada
akhirnya dibawa atau diambil oleh manusia. Di antara amanah itu adalah iman, tauhid kepada Allah, i’tiqad (berkeyakinan dengan ikatan yang kuat) bahwa Allah adalah Maha Awal dan Maha Akhir. Hal yang terkuat dari al-Miitsaaq adalah janji atau perjanjian yang diambil dari para nabi. Ada juga janji yang pertama yang dijanjikan terhadap anak cucu Adam. Narasumber utama artikel ini: M. Yusron Asrofie
EDISI 13/2013
21
Tuntunan Akidah
KUFUR PANGKAL KERUSAKAN TAUHID
K
ufur secara lughawi berasal dari bahasa Arab, merupakan kata dasar (masdar) dari kata kerja (fiil) kafara – yakfuru – kufron aw kufuran, yang artinya menutup atau menutupi. Adapun secara istilah syar’i, kufur memiliki makna mengingkari keseluruhan ajaran Islam, atau mengingkari suatu bagian dari ajaran Islam, dimana tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi batal atau tidak sempurna. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa mengingkari makna syahadat adalah kufur, mengingkari bagian-bagian dari ajaran Islam yang pokok dan penting adalah kufur; seperti mengingkari perkara yang diwajibkan, seperti mengingkari kewajiban shalat adalah kufur; melanggar perkara yang diharamkan adalah kufur, mengingkari hukum-hukum Islam adalah kufur, dan seterusnya. Macam-macam Kufur & Akibatnya Kufur sebagaimana tertuang dalam pengertian istilah syar’i tersebut, kufur dibagi dalam dua macam, yakni kufur akbar (kekafiran yang besar) dan kufur ashghar (kekafiran yang kecil), yang dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Kufur Akbar, yaitu mengingkari keseluruhan ajaran Islam atau 22
Berkala Tuntunan ISLAM
mengingkari bagian yang prinsip, yang tanpa bagian tersebut akan menggugurkan atau membatalkan keislaman seseorang. 2. Kufur Ashghar, yakni mengingkari bagian tertentu dari Islam yang tanpa bagian tersebut keislaman seseorang menjadi tidak atau kurang sempurna. Seorang muslim harus benar-benar memperhatikan dirinya dan memperhatikan saudara-saudaranya sesama muslim, untuk menjaga dirinya dan saudaranya dari sifat kufur, baik kufur besar maupun kufur kecil. Berikut ini dijelaskan akibat yang akan alami oleh seseorang yang jatuh kepada kufur besar. Pertama, kufur besar dapat membuat amal ibadah seseorang menjadi sia-sia. Allah menegaskan dalam al-Quran:
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa
yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS Ibrahim, 14: 18) Kedua, kufur besar menyebabkan pelakunya abadi dalam neraka jahannam, sebagaimana sabda-Nya:
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka. (QS Muhamad, 47: 12) Sedangkan kufur kecil tidak mengharuskan pelakuknya masuk neraka, tetapi mendapatkan ancaman siksaan dari Allah; kecuali bila dia segera bertobat dan menutupnya dengan amal kebaikan sebagaimana sabda Rasul:
Dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: “Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.”
Ketiga, jika seseorang mati dalam keadaan kufur besar maka dosanya tidak akan diampuni, bahkan digolongan kepada makhluk yang terburuk. Sedangkan apabila seseorang mati dalam keadaan kufur kecil, maka dia diserahkan kepada Allah apakah dia disiksa atau diampuni. Allah berfirman:
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (QS al-Anfal, 8: 66)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahan-nam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburukburuk makhluk. (Al-Bayyinah: 6) Keempat, kufur besar menyebabkan darah, harta dan jiwa pelakunya menjadi halal, dan tidak mewarisi keluarganya yang Muslim. Hal ini disebabkan oleh yang melakukan kufur besar telah keluar dari Dinul Islam.
Dari Usamah bin Zaid, bahwa Nabi SAW bersabda: “Seorang Muslim tiEDISI 13/2013
23
dak boleh mewarisi dari orang kafir dan orang kafir tidak dapat mewarisi dari orang Muslim.” (Mutafaq ‘Alaih) Keadaan yang demikian tidak diberlakukan bagi pelaku kufur kecil, karena hakekatnya ia tetap sebagai seorang muslim yang kedudukannya sama dengan muslim lainnya, hanya saja ia telah melakukan dosa. Kufur besar adalah kufur aqidah yang terkait dengan keyakinan yang merupakan inti dari dinul Islam, sedangkan kufur kecil adalah kufur amali. Hal-hal yang Termasuk Kufur Besar Terdapat lima jenis kufur yang termasuk dalam kategori kufur besar, yang wajib dijauhi oleh setiap muslim, yaitu:
akui kebenaran Islam seperti dilakukan oleh Iblis, sebagaimana firman Allah:
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah (berhormatlah) kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS al-Baqarah, 2: 34) 3. Kufur Irtiyab Yaitu kekafiran karena keragu-raguan terhadap kebenaran aqidah Islam, dan kebenaran akan seluruh ajaran Islam, seperti digambarkan dalam ayat berikut:
1. Kufur Takdzib Yakni kekafiran karena mendustakan kebenaran agama Islam, serta menolak kebenaran ajaran Islam. Firman Allah:
Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang-orang yang mengadaadakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (QS al-Ankabut, 29: 68) 2. Kufur Istikbar Yaitu kekafiran yang disertai kesombongan meski dalam hatinya meng24
Berkala Tuntunan ISLAM
Dan Dia memasuki kebunnya sedang Dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika Sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu”. (QS al-Kahfi, 18: 35-36) 4. Kufur I’radh Kufur I’radh adalah kekafiran dikarenakan berpaling dari kebenaran, seperti ditegaskan dalam firman Allah berikut ini:
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka. (QS al-Ahqaf, 46: 3) 5. Kufur Nifaq Adapun kufur nifaq adalah kekafiran yang berintikan sikap kemunafikan, yakni orang yang menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keimanan. Hakekatnya dia kafir tetapi dibungkus dengan penampilan dan pernyataan seolah-olah sebagai orang yang beriman. Kufur nifaq ini sebenarnya lebih berbahaya daripada kufur yang lainnya. Allah menggambarkan kufur nifaq dalam ayat berikut:
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS al-Baqarah, 2: 8) Hal-hal yang Termasuk Kufur Kecil Adapun hal-hal yang termasuk kufur kecil antara lain kufur nikmat, yakni mengingkari nikmat Allah atau menisbatkan nikmat kepada selain Allah sang pemberi kenikmatan kepadanya. Allah berfirman:
Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orangorang yang kafir. (QS an-Nahl, 16: 83) Termasuk kufur kecil, yakni meninggalkan shalat karena malas, mendatangi peramal (kahin, dukun dan sejenisnya), dan bersumpah kepada selain Allah. Baik kufur besar maupun kufur kecil sama-sama merupakan pangkal utama kerusakan tauhid yang merupakan fitrah Allah bagi manusia. Kalau kufur besar kerusakannya bersifat total sehingga Iman dan Islam seorang muslim menjadi batal, sedangkan kufur kecil kerusakan yang ditimbulkan bersifat sektoral, namun juga sangat berbahaya, sehingga memerlukan penjagaan yang kokoh atas aqidah tauhid yang telah dianugerahkan Allah kepada setiap hamba. Oleh karena itu gerakan dakwah Islam mengemban misi utama membangun akidah umat, yakni: 1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa seluruh Rasul Allah, sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW; 2. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an, Kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia, dan Sunnah Rasul; 3. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan peribadi, keluarga dan masyarakat. Wallahu a’lam. Narasumber utama artikel ini: Syamsul Hidayat Dosen FAI UMS EDISI 13/2013
25
Tuntunan Akhlak
matahari-bunda.blogspot.com
ADAB MENJADI TAMU
B
ertamu adalah bagian dari cara bersillaturrahim, merupakan amalan utama yang dicontohkan Rasululah SAW. Beliau memberikan contoh dan petunjuk bagaimana sebaiknya kita bertamu. Diantara adab bertamu adalah sebagai berikut. 1. Memenuhi Undangan Salah satu kewajiban seorang muslim adalah menghadiri undangan yang ditujukan kepadanya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Abu Hurairah RA berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hak muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu; menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin”. Orang mengundang kita untuk berbagai kepentingan. Ada undangan untuk menghadiri walimatul ‘ursy, aqiqah, 26
Berkala Tuntunan ISLAM
lamaran, jamuan makan biasa, bermusyawarah, atau untuk kepentingan lainnya. Para ulama sepakat bahwa undangan apapun hendaknya kita sambut dengan baik sepanjang untuk kebaikan dan tidak terdapat kemungkaran di dalamnya, atau diketahui jamuan tuan rumah berumupa makanan/minuman haram atau berasal dari yang haram. Menghadiri undangan adalah bentuk penghormatan kepada pengundang yang berdampak memberikan perasaan senang dan bahagia. Sebaliknya, mengabaikan undangan menimbulkan kekecewaan bagi pengundang. Menyenangkan orang lain merupakan bagian dari amal shaleh. 2. Inisiatif Sendiri Bertamu bisa dilakukan atas inisitif sendiri untuk menyambung dan memperkuat silaturrahim dengan para sahabat. Silaturrahim memperluas rejeki dan memanjangkan umur, sebagaimana sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:
Dari Ibnu Syihab dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa ingin dilapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi.” (HR Bukhari) Bertamu bagus dilakukan kepada sahabat yang telah lama tidak berjumpa maupun untuk menunaikan hajat lainnya seperti memberikan hadiah, oleh-oleh atau sedekah; menjenguk anggota keluarga tuan rumah yang sakit; saling bertukar informasi atau pengetahuan; mengembangkan usaha; sekedar kangenkangenan, atau kepentingan lainnya. Apapun kepentingannya, hendaklah semuanya diniatkan semata-mata karena Allah, maka insya Allah aktivitas bersilaturrahim itu akan membawa berkah bagi yang berkunjung maupun bagi tuan rumah. Sebaiknya sebelum datang bertamu meminta ijin terlebih dahulu kepada tuan rumah, dan meminta saran kapan sebaiknya waktu kunjungan. Hal ini penting mengingat bahwa saat ini kesibukan seseorang semakin tinggi. Langsung datang ke rumah memang tidak ada larangan, tetapi tanpa janjian terlebih dahulu ada kemungkinan tidak ketemu atau mungkin mengganggu kesibukan utama tuan rumah. Dengan teknologi informasi yang
telah berkembang saat ini, kita bisa meminta ijin melalui telepon atau SMS. Hindari pula waktu-waktu nanggung (kurang pas) untuk bertamu, seperti waktu shalat, waktu yang dibiasakan oleh tuan rumah untuk kegiatan penting seharihari seperti waktu-waktu tadarrus bakda maghrib, waktu istirahat, tengah malam dan lain-lain, kecuali atas ijin tuan rumah. 3. Saat Datang Bertamu Ketika datang bertamu hendaklah dengan cara yang baik: mengetuk pintu dengan lembut atau menekan bel bila tersedia, mengucap salam, tersenyum dan dengan muka berseri. Firman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta ijin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat (QS an-Nur, 24: 27) Setelah dibukakan pintu, disambut tuan rumah dan dipersilahkan duduk, duduklah dengan sikap yang sopan di tempat yang ditunjukkan buat Anda. Hindarilah terlalu banyak mengamati isi rumah apalagi memata-matai penghuni rumah. Setelah saling menanyakan kabar dan berbasa-basi sejenak, segeralah sampaikan maksud kunjungan Anda. EDISI 13/2013
27
4. Menikmati Jamuan Adalah merupakan kewajiban bagi tuan rumah untuk menghidangkan jamuan bagi tetamunya, dan tetamu hendaknya menikmati hidangan yang disajikan. Hindari mencela hidangan sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW:
Firman Allah:
Dari Abu Hurairah ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sekali pun. Bila beliau berselera, maka beliau memakannya dan bila tidak suka, maka beliau meninggalkannya (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah) Makanlah dengan adab yang diajarkan Rasulullah SAW: membaca basmalah ketika hendak makan atau minum, mengambil dan menyuap makanan dengan tangan kanan, mengambil yang posisinya terdekat, dianjurkan tetap bercakap-cakap ketika makan, makan secukupnya dan tidak berlebihan, menghabiskan makanan yang diambil, dan membaca hamdalah setelah selesai (Insya Allah tentang adab makan akan dijelaskan dalam edisi tersendiri).
Kita memperoleh rejeki Allah tidak semata-mata atas jerih payah diri sendiri, tetapi selalu ada keterlibatan orang lain yang menjadi perantara datangnya rejeki tersebut. Hidangan yang berikan saat bertamu merupakan rejeki Allah melalui perantara tuan rumah. Berterima kasih kepada tuan rumah merupakan syarat kesyukuran kita kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
5. Berterima Kasih dan Mendoakan Ucapkan terima kasih atas sambutan dan hidangan yang diberikan kepada Anda, dan berikan apresiasi yang tinggi atas kepada tuan rumah. Pandai berterima kasih adalah adalah salah satu ciri orang berakhlak mulia yang akan melipatgandakan nikmat Allah kepadanya. 28
Berkala Tuntunan ISLAM
Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rejeki yang baikbaik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (QS al-Baqarah ayat 172)
Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah. (HR Tirmidzi) Apa yang dilakukan tuan rumah hendaknya kita apresiasi dengan baik dengan memberikan komentar atau pujian yang tulus sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits dari Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Bahwasanya Nabi SAW apabila berbuka puasa di suatu rumah, beliau bersabda: “Telah berbuka puasa di rumah kalian orang yang sedang berpuasa, dan orang-orang yang baik telah memakan makanan kalian dan
malaikat telah turun di tengah-tengah kalian.” (HR Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad) Hendaklah berdoa untuk tuan rumah. Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa Rasulullah SAW mendoakan Abdullah bin Busri setelah ia menghidangkan makanan untuk beliau:
“Allaahumma baarik lahum fiimaa razaqtahum waghfir lahum warhamhum.” (Ya Allah, berkahilah mereka pada rizki yang telah engkau berikan kepada mereka, dan ampunilah dosa mereka, serta kasihilah merekah.” (HR Tirmidzi) 6. Menginap Maksimal 3 Hari Bila yang dikunjungi bertempat tinggal cukup jauh dan harus menginap, maka maksimal boleh menginap sampai 3 hari. Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abdullah bin Busri ia berkata; Rasulullah SAW mengunjungi ayahku, kemudian kami menyuguhkan makanan untuk beliau. Beliau pun makan sebagian darinya, kemudian beliau diberi kurma, dan beliau makan serta membuang bijinya menggunakan dua jari beliau. Abdullah bin Busri menggabungkan jari telunjuk dan jari tengah. Syu’bah berkata; dan itu yang aku yakini insya Allah. Dan beliau membuang biji kurma diantara kedua jarinya. Kemudian beliau diberi minum, lalu beliau meminumnya kemudian memberikan kepada orang yang ada di samping kanannya. Abdullah bin Busri berkata; Ayahku dalam keadaan memegang kendali hewan kendaraannya berkata; Doakan untuk kami! Kemudian beliau berdoa:
Dari Abu Suraih Al-Ka’bi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam, dan bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah baginya, tidak halal bagi tamu tinggal (bermalam) hingga (ahli bait) mengeluarkannya.” (HR Bukhari dan Muslim) Kita seharusnya memahami bahwa setiap orang memiliki kesibukan. Seorang muslim berkewajiban memuliakan tamunya dengan sambutan dan jamuan selama tamunya berada di rumahnya. Bertamu dalam waktu yang lama tentu dapat mengganggu aktivitas EDISI 13/2013
29
Anda belum bisa ceramah? Anda belum bisa pidato? Itu bukan penghalang untuk berdakwah! Anda bisa berdakwah dengan cara memberikan Berkala TUNTUNAN ISLAM kepada teman, kerabat, tetangga, saudara dan handai taulan... penting tuan rumah. Oleh karena itu, Islam memberikan toleransi maksimal 3 hari kita boleh menginap dalam bertamu. Melebihi tiga hari dapat menyebabkan tuan rumah berdosa, sebagaiman disebutkan dalam hadits dari Abu Syuraih Al Khuza’i, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Bertamu itu selama tiga hari, dan pelayanannya selama siang atau malam hari. Tidak halal bagi seorang muslim bermukim di rumah saudaranya sampai saudaranya berdosa karenanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dia bisa berdosa?” beliau menjawab: “Dia bermukim di rumah saudaranya hingga saudaranya tidak punya apa-apa lagi untuk menjamunya.” (HR Muslim) 7. Perhatikan Keadaan Tuan Rumah Hendaklah seorang tamu bertenggang rasa dengan memperhatikan bagaimana keadaan tuan rumah sehingga kehadirannya dapat menyenangkan bagi tuan rumah dan tidak memberatkannya. Bila terlihat tuan rumah sedang sibuk, banyak pekerjaan, atau terlihat repot, bersegaralah menyampaikan maksud kunjungan dan jangan berlama-lama. Perhatikan pula isyarat yang diberikan tuan rumah 30
Berkala Tuntunan ISLAM
seperti berulang-ulang melihat jam, atau terlihat gelisah, merupakan pertanda bahwa ia ingin tamunya segera pulang. Rasulullah berpesan:
“Tidak halal bagi tamu berlama-lama di tempat kunjungannya sehingga memberatkan tuan rumah” (HR Tirmidzi) Apalagi mengunjung orang sakit, sebaiknya tidak berlama-lama untuk memberikan kesempatan kepadanya beristirahat. 8. Berpamitan Bila urusan telah selesai segeralah berpamitan kecuali ditahan oleh tuan rumah. Bedakan menahan sekedar basa basi atau menahan sesungguhnya. Kultur masyarakat tertentu ada yang menjawab pamitan tamu dengan “Kok tergesagesa?” atau “Mbok nanti-nanti”. Itu adalah jawaban standar basa basi atas permintaan pamit. Ucapkan salam dan tinggalkan rumah dengan senyum. Yogyakarta; 15 Juli 2013 Agus Sukaca
[email protected]
Tuntunan Ibadah
TUNTUNAN ZAKAT FITRI DAN IDUL FITRI A. TUNTUNAN ZAKAT FITRI 1. Hukum Zakat Fitri
Z
akat fitri berarti zakat yang dikeluarkan seseorang karena berkaitan dengan waktu ifthar (tidak berpuasa lagi) dari bulan Ramadhan. Hukumnya wajib bagi setiap orang muslim/ muslimah yang memiliki kemampuan baik merdeka atau budak, laki-laki atau perempuan, kecil atau besar. Dasarnya adalah hadits berikut.
Dari Abdullah Ibnu Umar r.a. (diriwayatkan bahwa) Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitri pada bulan Ramadhan sebanyak satu sha’ kurma atau gandum atas kaum muslimin: merdeka ataupun budak, laki-laki ataupun wanita, laki-laki ataupun perempuan. [HR. Muslim]. Dalam hadits lain disebutkan:
Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitri dengan satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan dikeluarkan sebelum orangorang keluar untuk melaksanakan shalat ‘Ied. (HR Bukhari) Menurut mayoritas ulama’ batasan mampu adalah mempunyai kelebihan makanan bagi dirinya dan yang diberi nafkah pada malam dan siang hari ‘Ied. Orang seperti ini disebut ghani (berkecukupan) sebagaimana sabda Nabi SAW:
Barangsiapa meminta-minta, padahal dia memiliki sesuatu yang mencukupinya, maka sesungguhnya dia telah mengumpulkan bara api.” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, bagaiEDISI 13/2013
31
mana ukuran mencukupi tersebut?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seukuran makanan yang mengenyangkan untuk seharisemalam. (HR. Abu Dawud). Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih. Kepala keluarga wajib membayar zakat fitri orang yang ia tanggung nafkahnya. Menurut Imam Malik, ulama Syafi’iyah dan mayoritas ulama, suami bertanggung jawab terhadap zakat fitri istrinya, karena istri menjadi tanggungan nafkah suami. 2. Tujuan Zakat Fitri Zakat fitri disyari’atkan dengan tujuan untuk membersihkan orang yang berpuasa dari dosa-dosanya, karena ketika berpuasa, baik sengaja maupun tidak sengaja, telah melakukan hal-hal yang dilarang oleh Syari‘ah, dan juga untuk menyantuni para fakir miskin se-hingga mereka ikur bergembira di hari ‘Ied. Hal ini didasarkan pada hadits berikut:
Dari Ibnu Abbas r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitri untuk mensucikan diri orang yang berpuasa dari perkataan yang sia-sia dan kotor serta untuk memberi makan kepada orang-orang miskin. Barang siapa 32
Berkala Tuntunan ISLAM
yang me-nunaikannya sebelum shalat ‘Id, maka itu adalah zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya sesudah shalat ‘Id, maka itu hanyalah sekedar sedekah. [HR. Abu Dawud, Ibnu Majah]. 3. Waktu Mengeluarkan Zakat Kewajiban membayar zakat fitri dimulai semenjak terbenam matahari di malam hari raya Idul Fitri. Oleh karenanya jika seorang muslim mendapati waktu tersebut, maka wajib baginya membayar zakat fithri. Inilah yang menjadi pendapat Imam Asy-Syafi’i [Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/58] Alasan beliau, karena zakat fitri berkaitan dengan hari fitri, hari tidak lagi berpuasa. Oleh karena itu, zakat ini dinamakan demikian (disandarkan pada kata fitri) sehingga hukumnya juga disandarkan pada waktu fitri tersebut. [Mughnil Muhtaj, 1/592] Jadi, apabila seorang muslim meninggal sebelum terbenam matahari pada malam hari raya, keluarganya tidak punya kewajiban mengeluarkan zakat fitri untuknya. Namun, jika ia meninggal setelah terbenamnya matahari maka wajib bagi keluarganya untuk mengeluarkan zakat fitri. Begitu juga apabila ada bayi yang lahir setelah tenggelam matahari maka tidak wajib dikeluarkan zakat fitri darinya, tetapi dianjurkan sebagaimana terdapat perbuatan dari Utsman bin ‘Affan yang mengeluarkan zakat fitri untuk janin. Namun, jika bayi itu terlahir sebelum matahari terbenam, maka zakat fitri wajib untuk dikeluarkan darinya. Oleh karena itu, zakat fitri hendaklah ditunaikan pada akhir Ramadhan, dan
selambat-lambatnya sebelum shalat ‘Ied dilaksanakan. Apabila zakat tersebut ditunaikan sesudah shalat ‘Ied, maka berubah menjadi shadaqah biasa, sebagaimana disebutkan di dalam hadits yang diriwiyatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah di atas. Barangsiapa menunaikan zakat fithri setelah shalat ‘Ied tanpa ada udzur, maka ia berdosa. Inilah yang menjadi pendapat ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Namun seluruh ulama pakar fikih sepakat bahwa zakat fitri tidaklah gugur setelah selesai waktunya, karena zakat ini masih harus dikeluarkan. Zakat tersebut masih menjadi utangan dan tidaklah gugur kecuali dengan menunaikannya. Zakat ini adalah hak sesama hamba yang mesti ditunaikan.[Lihat al-Mawsu’ah alFiqhiyah, 2/8284] Oleh karena itu, bagi siapa saja yang menyerahkan zakat fitri kepada suatu lembaga zakat, maka sudah seharusnya memperhatikan hal ini. Sudah seharusnya lembaga zakat tersebut diberi pemahaman bahwa zakat fitri harus dikeluarkan sebelum shalat ‘Ied, bukan sesudahnya. Bahkan jika zakat fitri diserahkan langsung pada si miskin yang berhak menerimanya, maka itu pun dibolehkan. Sebagian ulama berpendapat bahwa zakat fitri boleh ditunaikan sejak awal Ramadhan. Sebagian berpendapat boleh ditunaikan satu atau dua hari atau tiga hari sebelum hari raya Idul Fitri. Dalil yang menunjukkan waktu dibolehkan satu atau dua hari sebelum Idul Fitri adalah disebutkan dalam shahih al-Bukhari sebagaimana berikut.
Adalah Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma memberikan zakat fitri kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan dia mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum hari raya ‘Idul Fitri. (HR Bukhari) Sedangkan riwayat yang menunjukkan dibolehkan dua atau tiga hari sebelum hari raya Idul Fitri adalah dari Nafi’, ia berkata:
Sungguh’Abdullah bin ‘Umar mengutus agar memberikan zakat fitri atas apa yang menjadi tanggungannya dua atau tiga hari sebelum hari raya Idul Fitri (HR Baihaqi). Sekalipun demikian, lebih utama jika zakat fitri dikeluarkan pada malam hari raya. Dalam hal ini patut diperhatikan pandangan Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang mengatakan, “Seandainya zakat fitri jauh-jauh hari sebelum ‘Idul Fitri telah diserahkan, maka tentu saja hal ini tidak mencapai maksud disyari’atkannya zakat fitri yaitu untuk memenuhi kebutuhan si miskin di hari ‘Ied. Ingatlah, bahwa sebab diwajibkannya zakat fitri adalah hari fitri, hari tidak lagi berpuasa. Sehingga zakat ini pun disebut zakat Fitri. … Karena maksud zakat fitri adalah EDISI 13/2013
33
bazkotabaru.or.id
untuk mencukupi si miskin di waktu yang khusus (yaitu hari fitri), maka tidak boleh didahulukan jauh hari sebelum waktunya.”[Al-Mughni, 4/ 301] 4. Bentuk dan Ukuran Zakat Bentuk zakat fitri adalah berupa makanan pokok seperti kurma, gandum, beras, jagung, kismis, keju dan semacamnya, sebanyak 1 sha‘ (2,5 kg). Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu ‘Umar yang diriwayatkan oleh al-Bukhari di atas. Memang di dalam hadits di atas disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitri dengan satu sha’ kurma atau gandum karena ini adalah makanan pokok penduduk Madinah. Seandainya itu bukan makanan pokok mereka tetapi mereka mengkonsumsi makanan pokok lainnya, tentu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh mengeluarkan zakat fitri yang biasa mereka makan. Sebagaimana juga dalam membayar kafarah diperintahkan seperti ini. 34
Berkala Tuntunan ISLAM
Allah Ta’ala berfirman,
“Maka kafarah (melanggar) sumpah itu ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu.” (QS al-Maidah, 5: 89). Zakat fitri pun merupakan bagian dari kafaroh karena di antara tujuan zakat ini adalah untuk menutup kesalahan karena berkata kotor dan sia-sia Mayoritas ulama seperti ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah Syekhul Islam Ibnu Taimiyah, Syekh Ibnu Baz, Syekh Ibnu Al-Utsaimin, Syekh Abu Bakr Al-Jazairi, dan yang lain berpendapat yang mewajibkan pembayaran zakat fitri menggunakan bahan makanan dan melarang membayar zakat dengan mata uang. Sebab tidak ada satu pun dalil yang menyatakan dibolehkannya hal ini. Bahkan, tidak ada nukilan dari seorang pun sahabat yang menunjukkan bahwa
mereka membayar zakat Fitri dengan mata uang, padahal pada masa itu telah beredar mata uang dirham. Alasan lain yang dikemukakan mereka adalah bahwa zakat fitri adalah zakat badan, bukan zakat harta Sebagian ulama’ berpendapat boleh zakat fitri diganti dengan uang. Ulama yang berpendapat demikian adalah Umar bin Abdul Aziz, Al-Hasan Al-Bashri, Atha’, Ats-Tsauri, dan Abu Hanifah. Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, bahwa beliau mengatakan, “Tidak mengapa memberikan zakat fitri dengan dirham.” Diriwayatkan dari Abu Ishaq; beliau mengatakan, “Aku menjumpai mereka (Al-Hasan dan Umar bin Abdul Aziz) sementara mereka sedang menunaikan zakat Ramadan (zakat fitri) dengan beberapa dirham yang senilai bahan makanan.” Diriwayatkan dari Atha’ bin Abi Rabah, bahwa beliau menunaikan zakat fitri dengan waraq (dirham dari perak). Alasan mereka adalah dengan mendasarkan pada pertimbangan istihsan (menganggap lebih baik). Mereka menganggap mata uang itu lebih baik dan lebih bermanfaat untuk orang miskin daripada bahan makanan. 5. Penerima Zakat Fitri Orang yang berhak menerima zakat fitri adalah orang-orang fakir dan miskin. Hal ini di dasarkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah di atas. Karena dalam hadits tersebut disebutkan kalimat:
(Zakat fitri diberikan sebagai) makanan untuk orang miskin. Hadits di atas dengan jelas menyatakan bahwa zakat fitri itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang miskin saja, bukan bagi delapan golongan sebagaimana dalam zakat maal. Sehingga dengan demikian ’amil (panitia zakat), misalnya, tidak berhak untuk menerima zakat fitri, kecuali jika Amil tersebut termasuk dalam golongan orang miskin. Akan tetapi Amil boleh memperuntukkan sebagian harta zakat fitri untuk biaya urusan administrasi, transportasi dan lainnya yang berhubungan dengan pengurusan zakat fitri tersebut, jika memang tidak ada sumber dana yang lain yang bisa digunakan. Alasan lainnya dikemukakan oleh murid Ibnu Taimiyah, yaitu Ibnu Qayyim alJauziyah. Beliau rahimahullah menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi petunjuk bahwa zakat fitri hanya khusus diserahkan kepada orang-orang miskin dan beliau sama sekali tidak membagikannya kepada delapan golongan penerima zakat satu per satu. Beliau pun tidak memerintahkan untuk menyerahkannya pada 8 golongan tersebut. Juga tidak ada satu orang sahabat pun yang melakukan seperti ini, begitu pula orang-orang setelahnya (Zaadul Ma’ad, 2/17) Sebaiknya pembayaran zakat fitri dikumpulkan kepada Panitia Zakat (Amil Zakat), agar dapat dibagikan secara lebih merata dan teratur. EDISI 13/2013
35
B. TUNTUNAN SHALAT IDUL FITRI 1. Dasar Perintah Shalat Idul Fitri dilaksanakan berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.
Dari Abu Sa‘id al-Khudri (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha menuju lapangan tempat shalat, maka hal pertama yang dia lakukan adalah shalat, kemudian manakala selesai beliau berdiri menghadap orang banyak yang tetap duduk dalam saf-saf mereka, lalu Nabi SAW menyampaikan nasehat dan pesanpesan dan perintah kepada mereka; lalu jika beliau hendak memberangkatkan angkatan perang atau hendak memerintahkan sesuatu beliau laksanakan, kemudialn lalu beliau pulang. [HR. Muttafaq ‘Alaih]. Dalam hadits lain disebutkan:
36
Berkala Tuntunan ISLAM
Dari Ummu ‘Athiyyah (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW memerintahkan kami supaya menyuruh mereka keluar pada hari Idul Fitri dan Idul Adha: yaitu semua gadis remaja, wanita sedang haid dan wanita pingitan. Adapun wanita-wanita sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat shalat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya itu dan panggilan kaum Muslimin. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana salah seorang kami yang tidak mempunyai baju jilbab? Rasulullah menjawab: “Hendaklah temannya meminjaminya baju kurungnya” [HR. AlJama‘ah]. Berdasarkan hadits di atas dan riwayat-riwayat lain yang semakna dengannya, sebagian para ulama’ berpendapat bahwa hukum shalat ‘Idul Fitri adalah wajib ‘ain bagi muslim yang sedang mukim. Sedangkan sebagian yang lain berpendapat fardlu kifayah dan yang lain berpendapat Sunah Mu’akkadah. Dalam hal ini patut diperhatikan pandangan Ibnu Taimiyah yang mengatakan: “Pendapat yang menyatakan bahwa hukum shalat ‘Ied adalah wajib bagi setiap muslim lebih kuat daripada yang menyatakan bahwa hukumnya adalah fardhu kifayah (wajib bagi sebagian orang saja). Adapun pendapat
yang mengatakan bahwa hukum shalat ‘Ied adalah sunnah (dianjurkan, bukan wajib), ini adalah pendapat yang lemah. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memerintahkan untuk melakukan shalat ini. Lalu beliau sendiri dan para Khulafaur Rasyidin (Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali, -pen), begitu pula kaum muslimin setelah mereka terus menerus melakukan shalat ‘Ied. Dan tidak dikenal sama sekali kalau ada di satu negeri Islam ada yang meninggalkan shalat ‘Ied. shalat ‘Ied adalah salah satu syi’ar Islam yang terbesar. … Nabi SAW tidak memberi keringanan bagi wanita untuk meninggalkan shalat ‘Ied, lantas bagaimana lagi dengan kaum pria (Majmu’ Al-Fatawa, Ibnu Taimiyah, 24/183) 2. Tempat Pelaksanaan Shalat ‘Ied Tempat pelaksanaan shalat ‘Ied lebih utama (lebih afdhal) dilakukan di tanah lapang, kecuali jika ada udzur seperti hujan. Dasarnya adalah amaliah Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan Abu Sa’id Al Khudri:
Rasulullah SAW keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adlha menuju lapangan tempat shalat [HR. Muttafaq ‘Alaih]. Imam an-Nawawi mengatakan, “Hadits Abu Sa’id Al-Khudri di atas adalah dalil bagi orang yang meng-
anjurkan bahwa Shalat ‘Ied sebaiknya dilakukan di tanah lapang dan ini lebih afdhal (lebih utama) daripada melakukannya di masjid. Inilah yang dipraktekkan oleh kaum muslimin di berbagai negeri. Adapun penduduk Makkah, maka sejak masa silam Shalat ‘Ied mereka selalu dilakukan di Masjidil Haram.” (Syarh Muslim, An Nawawi, 3/280) 3. Tuntunan Persiapan Shalat ‘Ied a. Mandi. Dianjurkan mandi sebelum berangkat shalat. Ibnul Qayyim mengatakan, “Terdapat riwayat yang shahih yang menceritakan bahwa Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mandi pada hari ‘Ied sebelum berangkat shalat.” [Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khairil ‘Ibad, 1/425]. b. Berhias. Hendaklah berhias diri dan memakai pakaian yang terbaik.
Dari Anas RA (diriwayatkan bahwa) Rasulullah SAW menyuruh kami pada dua hari raya [Idul Fitri dan Idul Adlha] agar memakai pakaian yang terbaik yang kami miliki, memakai wangi-wangian yang terbaik, dan menyembelih binatang yang paling gemuk.” [HR. Al-Hakim]. EDISI 13/2013
37
c. Makan. Berbeda dengan shalat Iedul Adha, sebelum keluar menuju Shalat ‘Ied hendaklah makan terlebih dahulu. Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,
Rasulullah SAW biasa berangkat shalat ‘Ied pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘Ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.”[HR. Ahmad 5/352. Syaikh Syu’aib al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan] Hikmah dianjurkan makan sebelum berangkat shalat Idul Fitri adalah agar tidak disangka bahwa hari tersebut masih hari berpuasa. Sedangkan untuk shalat IdulAdha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu adalah agar daging qurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah Shalat ‘Ied d. Takbir. Bertakbir ketika keluar hendak shalat ‘Ied. Dalam suatu riwayat disebutkan,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada 38
Berkala Tuntunan ISLAM
hari raya ‘Idul Fitri, lantas beliau bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.” [HR Ibnu Syaibah] Syaikh al- Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih. Ibnu ‘Umar meriwayatkan, ia berkata: “Rasulullah SAW pernah berangkat shalat ‘Ied (Idul Fitri dan Idul Adha) bersama Al-Fadhl bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin’Abbas, ‘Ali, Ja’far, Al Hasan, Al-Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Ayman bin Ummi Ayman, mereka mengangkat suara membaca tahlil (laa ilaha illallah) dan takbir (Allahu Akbar).” [Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi (3/279). Hadits ini hasan. Lihat Al-Irwa’ (3/ 123)] Sebagian ulama’ menganjurkan agar memperbanyak takbir pada malam hari raya ‘Idul Fitri, sejak matahari terbenam, hingga esok, ketika Shalat ‘Ied dimulai. Dasarnya adalah firman Allah SWT:
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. [QS al-Baqarah (2): 185]. e. Menyuruh wanita dan anak kecil untuk
arisheruutomo.com
Suasana shalat ied di masjid Niu Jie’ Beijing
berangkat Shalat ‘Ied. Dalilnya sebagaimana disebutkan dalam hadits Ummu ‘Athiyah di atas. Namun wanita tetap harus memperhatikan adabadab ketika keluar rumah, yaitu tidak berhias diri dan tidak memakai harum-haruman. Sedangkan dalil mengenai anak kecil, Ibnu ‘Abbas –yang ketika itu masih kecil– pernah ditanya, “Apakah engkau pernah menghadiri shalat ‘Ied bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Ia menjawab:
Iya, aku menghadirinya. Seandainya bukan karena kedudukanku yang termasuk sahabat-sahabat junior, tentu aku tidak akan menghadirinya.”[HR. Bukhari]
f. Melewati jalan pergi dan pulang yang berbeda. Dari Abu Hurairah r.a, beliau mengatakan,
Rasulullah SAW apabila keluar ke tempat shalat dua Hari Raya, pulangnya selalu mengambil jalan laindari ketika beliau keluar. [HR. Ahmad dan Muslim]. g. Dianjurkan berjalan kaki sampai ke tempat shalat dan tidak memakai kendaraan kecuali jika ada hajat. Dari Ibnu ‘Umar, beliau mengatakan:
EDISI 13/2013
39
Dari ‘Ali r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: “Termasuk sunnah Nabi, pergi ke tempat Shalat ‘Ied dengan berjalan kaki dan makan sedikit sebelum keluar.” [HR atTirmidzi] Dalam riwayat lain disebutkan:
Rasulullah SAW biasa berangkat Shalat ‘Ied dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki (HR Ibnu Majah) Menurut al-Albani: Hasan.
b. Untuk menyerukan dimulai shalat tidak dituntunkan mengumandangkan adzan dan iqomah ataupun bacaanbacaan lain seperti Ashshalatu Jami’ah Dari Jabir bin Samuroh, ia berkata,
Aku pernah melaksanakan shalat ‘Ied (Idul Fitri dan Idul Adha) bersama Rasulullah SAW bukan hanya sekali atau dua kali, ketika itu tidak ada adzan maupun iqamah. [HR. Muslim]
a. Sebelum shalat Ied dimulai dan sesudahnya tidak ada tuntunan mengerjakan shalat sunnah qabliyah ‘Ied dan sunnah ba’diyah ‘Ied. Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata:
c. Shalat Idul Fitri dikerjakan secara berjama‘ah di tanah lapang. Jumlah rakaat shalat Idul Fitri adalah dua rakaat, dengan tujuh kali takbir setelah takbiratul ihram pada rakaat pertama, dan lima kali takbir pada rakaat kedua. Dasar-dasarnya adalah:
Dari Ibnu Abbas (diriwayatkan) bahwasanya Rasulullah SAW pada hari Idul Adlha atau Idul Fitri keluar, lalu shalat dua rakaat, dan tidak mengerjakan shalat apapun sebelum maupun sesudahnya. [Ditakhrijkan oleh tujuh ahli hadits].
Dari Abu Sa‘id al-Khudri (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Nabi Muhammad SAW selalu keluar pada hari Idul Fitri dan hari Idul Adha menuju lapangan, lalu hal pertama yang ia lakukan adalah shalat ... [HR. Al-Bukhari].
4. Tata Cara Shalat ‘Iedul Fitri
40
Berkala Tuntunan ISLAM
Dari An-Nu’man bin Basyir, Nabi SAW bersabda, Dari Aisyah (diriwayatkan bahwa) Rasulullah SAW pada shalat dua hari raya bertakbir tujuh kali dan lima kali sebelum membaca (alFatihah dan surat). [HR Ahmad]. Di antara takbir-takbir tersebut (takbir zawaid) tidak ada bacaan dzikir tertentu. d. Surat yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah surat Qaaf pada raka’at pertama dan surat Al Qomar pada raka’at kedua. Ada riwayat bahwa ‘Umar bin Al Khattab pernah menanyakan pada Waqid al-Laitsiy mengenai surat apa yang dibaca oleh Rasulullah SAW ketika shalat ‘IdulAdha dan ‘Idul Fitri. Ia pun menjawab:
Nabi SAW biasa membaca “Qaaf, wal qur’anil majiid” (QS Qaaf) dan “Iqtarobatis saa’atu wan syaqqol qomar” (QS al-Qomar). [HR Muslim] Boleh juga membaca surat al-A’laa pada raka’at pertama dan surat alGhasiyah pada raka’at kedua. Dan jika hari ‘Ied jatuh pada hari Jum’at, dianjurkan pula membaca surat alA’laa pada raka’at pertama dan surat al-Ghasiyah pada raka’at kedua, pada shalat ‘Ied maupun shalat Jum’at.
Rasulullah SAW biasa membaca dalam shalat ‘Ied maupun shalat Jum’at “Sabbihisma robbikal a’la” (QS al-A’laa) dan “Hal ataka haditsul ghasiyah” (QS al- Ghasiyah).” An-Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘Ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat. [ HR Muslim] e. Sehabis shalat, hendaklah dilakukan Khutbah Idul Fitri sebanyak satu kali; dimulai dengan bacaan hamdalah. Dasarnya adalah:
Dari Abu Sa‘id al-Khudri (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW keluar pada hari raya EDISI 13/2013
41
pasarkreasi.com
Idul Fitri dan Idul Adha menuju lapangan tempat shalat, maka hal pertama yang dia lakukan adalah shalat, kemudian manakala selesai beliau berdiri menghadap orang banyak yang tetap duduk dalam saf-saf mereka, lalu Nabi SAW menyampaikan nasehat dan pesanpesan dan perintah kepada mereka; lalu jika beliau hendak memberangkatkan angkatan perang atau hendak memerintahkan sesuatu beliau laksanakan, lalu beliau pulang. [HR. Muttafaq ‘Alaih].
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata bahwa Ra-sulullah SAW jika memulai khutbah dengan mengucapkan ‘alhamdulillah’ …. [HR. Abu Dawud]. 42
Berkala Tuntunan ISLAM
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Setiap pidato yang tidak dimulai dengan ‘alhamdulillah’, maka tidak barakah.” [HR. Abu Dawud]. Orang yang memulai khutbah dengan takbir didasarkan kepada hadits yang berbunyi:
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abdullah Ibnu ‘Utbah ia berkata: Merupakan sebuah sunnah Nabi membuka khutbah dengan tujuh takbir secara pelan-pelan dan yang kedua dengan sembilan takbir secara pelan-pelan.” [HR. al-Baihaqi]. Hadits di atas tidak bisa dijadikan dalil (tidak maqbul) karena termasuk hadits maqtu’(terputus). Sebab, Abdullah Ibnu Abdullah adalah seorang tabi’in, dan berdasarkan ushulul-hadits ia tidak dapat diterima kalau ia mengatakan ‘sebagai suatu sunnah Nabi’. Demikian dikatakan oleh Asy-Syaukani dalam NailulAuthar Juz III . Dalam hal ini dengan tegas Ibnul Qayyim mengatakan bahwa memulai khutbah Idain (Fithri
dan Adha) dengan takbir, sama sekali tidak ada sunnah yang dapat dijadikan dasarnya. Sebaliknya yang disunnahkan adalah memulai segala macam khutbah dengan ‘al-hamdu’. 5. Saling Mendoakan Pada hari raya Idul Fitri dianjurkan saling mendo’akan antara sesama kaum muslimin dengan mengucapkan kalimah “Taqabbalallahu minna wa minkum” “(Mudah-mudahan Allah menerima amal kami dan amal kamu). Hal ini didasarkan pada hadits berikut ini:
Diriwayatkan dari Khalid bin Ma’dan, ia berkata: “Aku bertemu dengan Watsilah bin al-Asqa’ pada hari raya, lalu aku berkata “taqabbalallahu minna wa minkum”(mudah-mudahan Allah menerima amal kami dan amal kamu). Dia menjawab: “Ya, taqabbalallahu minna wa minkum”. Lalu ia berkata: “Aku pernah bertemu dengan Rasulullah SAW pada hari raya lalu aku berkata “Taqabbalallahu minna wa minkum”, beliau menjawab “Taqabbalallahu minna wa minkum”. (HR al-Baihaqi). Wallaahu a‘lam bishshawab. Narasumber utama artikel ini: Zaini Munir Fadloli
republika.co.id
EDISI 13/2013
43
konsultasisyariah.com
Lafadz Takbir ‘Ied
L
afadz takbir ’Ied yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW adalah sebagai berikut: 1) Lafadz takbir ‘Ied seperti disandarkan kepada Ibn Mas’ud, ‘Umar ibn al-Khattab dan ‘Ali ibn Abi Thalib, di antaranya adalah sebagai berikut.
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan bagi Allah segala puji. (Berdasarkan hadits riwayat Ibn Abi Syaibah, Mushannaf, tahqiq: Kamal al-Hut, juz 1 hlm 490 no. 5650, 5651, 5653. Ibn al-Mundzir, al-Awshat, juz 7, hlm. 22 no: 223, hlm. 23, 24, 25 no: 224, 225, 226) Ucapan Allahu Akbar dalam takbir ‘Ied pada redaksi hadits di atas jelas hanya diucapkan dua kali, tidak tiga kali. 2) Lafadz takbir ‘Ied sesuai hadits riwayat Abdur Razaq dari Salman dengan sanad yang shahih, yang mengatakan:
Bertakbirlah: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Sungguh Maha Besar. (lihat ashShan’aniy, Subul as-Salam, Juz II: 76) 44
Berkala Tuntunan ISLAM
Bertakbirlah: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Sungguh Maha Besar. (lihat al-Baihaqi, Sunan alKubra, Juz III: 316) Pada hadits kedua ini, terdapat perbedaan lafadz. Pada lafadz pertama disebutkan takbir diucapkan tiga kali, sementara pada lafadz kedua, takbir diucapkan dua kali. Majelis Tarjih Muhammadiyah, melalui Muktamar Tarjih XX yang berlangsung tanggal 18 s.d 23 Rabi’ul Akhir 1939 Hijriyah di Kota Garut Jawa Barat memilih menggunakan lafadz takbir dengan mengucapkan Allahu Akbar dua kali. Adapun ucapan takbir yang berupa: Allahu Akbar Kabira wal-hamdu lillahi katsira… dan seterusnya sampai wa lau karihal-kafirun, musyrikun dan lain-lain, kemudian diteruskan dengan La ilaha illa-llahu wahdah … dan seterusnya sampai wa hazamalahzaba wahdah belum ditemukan dasar atau dalil yang secara jelas menuntunkan bertakbir hari raya dengan lafadz seperti itu.
Jl. Menteng Raya 62 Jakarta Pusat 10340 t: @lazismu
MEMBERI UNTUK NEGERI
f: lazismu.org
Da’i Mandiri Program pengiriman Juru Dakwah di wilayah pedalaman dan kawasan suku terasing melalui konsep gerakan dakwah dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Save Our Schools LAZISMU mengembangkan gerakan masyarakat dengan tajuk SAVE OUR SCHOOLS, sebuah gerakan untuk pengembangan pendidikan dan penyelamatan sekolah yang mengalami kerusakan melalui pendekatan Integrated Development for Education (IDE).
Tani Bangkit Penanggulangan kemiskinan di kalangan masya-rakat tani dengan menitikberatkan pemberda-yaan petani sebagai pendekatan operasional, merupakan komitmen L A Z IS MU & MPM Muhammadiyah dalam mewujudkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat Indonesia. Pemberda-yaan petani meru pakan perwujudan nyata bagi upaya menanggulangi kemiskinan di Indonesia.
Humanitarian Rescue (PKO) Humanitarian Rescue adalah aksi kerja sinergi LAZISMU dan MDMC ( Muhammadiyah Disaster Management Center) yang bergerak dalam bidang layanan kemanusiaan dengan fokus utama penanganan bencana (baik bencana alam maupun sosial) dan kesehatan masyarakat melalui sistem layanan yang terintegrasi (tanggap darurat/ emergency, rehabilitasi dan rekonstruksi).
1000 SARJANA Program 1000 Sarjana adalah program beasiswa kepada lulusan SLTA dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan kejenjang kesarjanaan.
Perempuan Berdaya Tuna Daksa Pantang Menyerah Qurban Pak Kumis Gerakan Orang Tua Asuh Youth Entrepreneurship Children Care Micro Finance Development Telp. 021-31 50 400 Faks. 021-31 432 30 SMS: 0856 1 62 62 22 Pin BB: 2777B132
www.lazismu.org
ternyata,
+62-21-31.50.400 EDISI 13/2013
45
Tuntunan Muamalah
JUAL BELI DALAM ISLAM
Pengertian jual beli alam bahasa Arab, jual beli disebut dengan al-bai’, dari segi bahasa berarti memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad saling mengganti (Abdul Aziz Muhammad Azzam, 2010), atau menukar suatu barang dengan barang yang lain (barter). Sedangkan menurut istilah, al-bai’ memiliki banyak pengertian sebagaimana dikemukakan oleh para ulama: Pertama: Imam Hanafi (Mazhab Hanafi); jual beli ialah pertukaran suatu harta dengan harta yang lain menurut cara tertentu. Kedua: Imam Syafi’i (Mazhaab Syafi’i); jual beli ialah pertukaran sesuatu harta benda dengan harta benda yang lain, yang keduanya boleh di-tasharruf-kan (dikendalikan), dengan ijab dan qabul menurut cara yang diizinkan oleh syari’at. Ketiga: Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini; jual beli adalah; kontrak pertukaran harta benda yang memberikan seseorang hak memiliki sesuatu benda atau manfaat untuk selama-lamanya. Keempat: Al-Qlayubi; akad saling mengganti dengan harta yang berakibat kepada kepemilikan terhadap satu benda atau manfaat untuk tempo
D
46
Berkala Tuntunan ISLAM
waktu dan selamanya dan bukan untuk bertaqarrub kepada Allah (bukan Hibah, Sadaqah, Hadiah, wakaf). Defiinisi jual beli sebagaimana dikemukakan oleh para ulama di atas memberikan suatu pengertian sekaligus penekanan bahwa istilah jual beli merupakan gabungan dari kata al-bai’ (menjual) dan syira’ (membeli) – karena adanya keterlibatan aktif antara dua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli. Atau dengan kata lain, jual beli merupakan aktifitas yang melibatkan dua belah pihak atau lebih untuk melakukan pertukaran barang dengan cara tertentu, baik pertukaran barang dengan barang (barter) maupun dengan alat tukar (uang). Dalam definisi tersebut juga terkandung nilai, bahwa jual beli merupakan salah satu proses al-taghayyur almilkiyah (perubahan kepemilikan) dari pihak penjual kepada pihak pebeli yang bersifat permanen. Oleh sebab itu, jualbeli yang syar’i adalah jual beli secara lepas atau tidak diikat dengan syarat tertentu seperti menjual dalam waktu satu bulan, satu tahun dan lainnya, atau menjual barang dengan syarat si pembeli harus menjual kembali barang tersebut kepada
pihak penjual pertama pada waktu yang sudah mereka tentukan. Dasar hukum disyari’atkannya jualbeli Jual beli merupakan salah satu aktifitas yang banyak dilakukan oleh ummat manusia, bahkan hampir tidak ada seorangpun di dunia ini yang terbebas dari aktifitas jual-beli, baik sebagai penjual maupun sebagai pembeli. Dasar hukum disyari’atkannnya jual-beli dapat dijumpai dalam beberapa ayat al-Qur’an, antara lain; 1. Dalil al-Qur’an
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah: 275)”
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Pe-nyayang kepadamu.” [An-Nisaa : 29] 2. Dalil hadits Nabi:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melain-kan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
“Nabi SAW pernah ditanya; Usaha (pe-kerjaan/profesi) apakah yang paling baik (paling ideal)?, Rasulullah SAW bersabda; pekerjaan (usaha) seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik.” (HR. Bazzar dan al-Hakim)
“Sesungguhnya jual beli (harus) atas dasar saling ridha (suka sama suka).” (HR. Al-Baihaqi) EDISI 13/2013
47
Prinsip-prinsip dalam jual beli Dalam artikel-artikel sebelumnya, telah banyak diulas tentang etika bisnis dalam Islam. Namun dalam pembahasan kali ini perlu dikemukakan beberapa prinsip dan etika yang relevan dengan persoalan jual beli. Dengan demikian di harapkan setiap aktifitas jual beli yang dilakukan sesuai dengan tuntunan syari’at Islam. prinsip-prinsip syar’i yang harus diperhatikan antara lain: Pertama: Larangan menawar barang yang sedang diitawar oleh orang lain.
“....dan janganlah seorang membeli (menawar) sesuatu yang sedang dibeli (ditawar) oleh saudaranya, dan jangan pula ia melamar (wanita) yang sedang dilamar oleh saudaranya....” (HR. Muslim) Salah satu hikmah larangan menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain adalah untuk menghindari munculnya kekecewaan (gelo), perkelahian dan pertentangan di antara sesama. Sebab orang yang menawar (membeli) suatu barang umumnya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memiliki dan kebutuhannya terhadap barang tersebut. Namun karena diambil oleh pihak lain (pada saat terjadinya tawar menawar), menyebabkan hal tersebut tidak didapatkannya. Akibatnya, muncul rasa kecewa, marah, bahkan kebencian di antara mereka. 48
Berkala Tuntunan ISLAM
Kedua: Sesuatu yang diperjual belikan adalah sesuatu yang mubah (boleh) dan bukan sesuatu yang diharamkan Dalam hadis Nabi SAW banyak dijelaskan tentang larangan menjual sesuatu yang diharamkan oleh agama. Larangan menjual barang yang diharamkan tersebut tidak hanya secara zat (benda) nya saja (bai’ an-najas), tetapi juga larangan memakan hasil penjualannya. Hal ini dapat ditemukan penjelasannya dalam beberapa ayat dan hadis Nabi SAW sebagai berikut;
“Dari Ibnu Abbas Nabi SAW bersabda: Allah melkanat orang-orang Yahudi, karean telah diharamkan kepada mereka lemak-lemak (bangkai) namun mereka menjualnya dan memakan hasil penjualannya. Sesungguhnya Allah jika mengharamkan kepada suatu kaum memakan sesuatu, maka haram pula hasil penjualannya”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud) Contoh-contoh jual beli yang termasuk kategori ini misalnya; jual beli babi, anjing, bangkai, khamar dan lainnya. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an dan hadits Nabi SAW, antara lain:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras (khamar), berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu mendapat keberuntunga”. (QS. Al-Ma’idah: 90) Sedangkan dalam hadits Nabi SAW, dijelaskan:
“Dari Jabir bin Abdillah ra; bahwasannya ia telah mendengar Rasulullah SAW bersabda pada saat penaklukan kota Makkah (Fathu Makkah); sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan jual-beli khamar, bangkai, babi dan patung (berhala). Lalu ditanyakan (diantara sahabat ada yang bertanya); bagaimana pendapatmu tentang lemak bangkai, maka sesunggunnya ia (lemak bangkai) digunakan untuk menambal
perahu dan untuk menyemir kulit serta digunakan untuk alat penerangan oleh manusia? lalu Rasulullah SAW menjawab; Tidak! ia (tetap) haram.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Disamping dijelaskan tentang status keharaman jual beli barang najis, juga dalam ayat dan hadits Nabi SAW dijelaskan tentang dampak yang akan didapatkan oleh orang yang melakukan jual-beli benda najis, yaitu dosa dan murka Allah dan Rasul-Nya. Dalam hadits Nabi SAW dijelaskan:
“Nabi SAW telah melaknat dalam masalah khamar sepuluh golongan; yang memerasnya (produsennya), yang meminta diperskan (pemesan), yang me-minumnya (konsumen), yang membawa-nya, yang meminta diantarkan, yang me-nuangkannya (pelayan), yang menjual-nya, yang memakan hasil penjualannya, yang membelinya, dan yang meminta dibelikan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) Ketiga: Menghindari praktek perjudian dalam sistem jual beli Pada saat ini, praktek perjudian (maisir) dalam sistem jual beli semakin banyak ditemukan, baik di pasar-pasar EDISI 13/2013
49
tradisional maupun pasar-pasar moderen seperti di mall-mall besarr. Teknik dan stateginyapun semakin beragam, bahkan dengan menggunakan peralatan canggih – seperti komputer dan mesin-mesin judi. Sebagian penjual ada yang menjual barang dagangannya dengan cara me lemparkan batu, gelang dan sejenisnya, atau dengan memasukkan coin dalam mesin yang sudah disiapkan. Jika barang yang dilempar tersebut kena atau gelangnya masuk dalam barang yang diinginkan, maka barang tersebut bisa menjadi milik si pembeli. Namun jika sebaliknya, maka si pembeli kehilangan uangnya tanpa mendapatkan barang yang diinginkan. Praktek-praktek semacam ini termasuk kategori perjudian yang dikemas dalam bentuk jual beli. Hal ini diharamkan baik berdasarkan ayat al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW, antara lain:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras (khamar), berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Ma’idah: 90)
50
Berkala Tuntunan ISLAM
qurotaayun.org
“Dari Abdullah bin Amru, bahwasannya Nabi SAW melarang (meminum) khamar, perjudian, menjual barang dengan alat dadu atau sejenisnya (jika gambar atau pilihannya keluar maka ia yang berhak membeli) dan minuman keras yang terbuat dari bijibijian (biji gandum). (HR. Ahmad dan Abu Dawud) Selain tiga prinsip di atas, masih banyak lagi prinsip-prinsip dan etika yang harus diperhatikan sehingga sebuah praktek jual beli menjadi sah sesuai dengan ajaran agama Islam, antara lain; menghindari berbagai bentuk penipuan dan kecurangan (gharar dan al-gasy), tidak transparan (jahalah), menzalimi konsumen/pembeli; seperti menimbun barang (ihtikar) sehingga menyebabkan kelangkaan barang di pasaran dan menyulitkan masyarakat untuk mendapatkannya, atau mematok harga dengan sangat tinggi di saat masyarakat sangat membutuhkannya, melakukan praktek yang membahayakan (dharar), praktek yang banyak terjadi dalam sistem MLM (akan diulas dalam pembahasan tersendiri) dan lain sebagainya.
Dalam banyak hadits, Rasulullah SAW menjelaskan tentang penting dan keutamaan persoalan ini, antara lain dalam hadits berikut:
Keutamaan jual beli yang mabrur: Jual beli tidak hanya merupakan salah satu cara untuk mencari nafkah dan keuntungan finansial, namun jual-beli juga merupakan salah satu jenis usaha yang mendapatkan perhatian besar dalam Islam, baik karena merupakan salah satu aktivitas yang banyak dibutuhkan oleh manusia, profesi yang banyak dilakukan oleh para Nabi dan beberapa keutamaan lainnya. Karena itu wajar jika dalam alQur’an hadis Nabi dan berbagai kajian fikih persoalan ini mendapatkan porsi pembahasan yang cukup luas. Di antara keutamaan atau nilau plus yang terdapat dalam praktek jua beli antara lain; (1) merupakan usaha yang paling banyak menjanjikan keuntungan, (2) usaha yang tidak mungkin dihindari oleh siapapun, sehingga akan tetap eksis dan dibutuhkan oarang, (3) usaha yang sangat ideal dalam beberapa aspek, diantaranya seseorang lebih leluasa untuk mengatur dan memilih jenis barang yang dibisniskan, tempat serta metode yang diinginkan, (4) peluang besar untuk mencari nafkah yang halal serta kebahagiaan dunia dan akhirat jika dilakukan secara benar sesuai norma dan hukum-hukum agama, dan lain sebagainya.
“Dari Abi Sa’id, dari Nabi SAW bersabda: Pedagang yang jujur dan terpercaya bersama para Nabi, orang-orang yang jujur dan syuhada’”. (HR. Tirmidzi)
“Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: Rasulullah SAW melarang jual beli muhaqalah (yaitu; jual beli buah yang masih di atas pohonnya),dan muhadharah (jual beli buah yang belum matang/masih hijau dan belum jelas kualitasnya), jual beli raba (yaitu; jual beli dengan tidak mengetahui ukuran, jenis dan kualitas barang), jual beli lempar dan jual beli muzabanah”. (HR. Al-Bukhari). Pada pembahasan berikutnya akan diulas tentang khiyar dalam jual beli, macam-macam jual beli dan hukum jual beli dengan sistem MLM. (Bersambung) Narasumber utama artikel ini: Ruslan Fariadi AM, S.Ag., M.S.I. EDISI 13/2013
51
52
Berkala Tuntunan ISLAM
Syarah Hadits SILATURAHMI SEBAGAI PENOPANG UKHUWAH
Diriwayatkan dari Ibnu Sihab (dimana) telah menginformasikan padaku Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan (sisa) umurnya, maka sambunglah (tali) kerabatnya. (HR. Bukhari) Kosakata: : suka : untuk diluaskan : dipanjangkan : (Sisa) umurnya : Maka sambunglah : Kerabatnya Takhrij: Karena terdapat dalam Shahihain (dua kitab sahih, yaitu Bukhari (no. 2043) dan Muslim (no. 6476), maka hadits tersebut ternilai sahih. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud (no.1694), Ibnu Hiban (no. 473), dan al-Baihaqi (no. 13381), di mana kesemuanya dari sahabat Anas bin Malik ra.
daraan) sesama manusia sebagai makhluk Allah SWT. Salah satu nama Allah adalah ar-Rahman (Maha Pengasih). Sebagai muslim, kita diminta untuk meneladani sifat Allah tersebut untuk menjadi hamba yang pengasih, menjadi manusia rabbani. Terutama kepada manusia yang mempunyai hubungan kekerabatan (rahim). Dalam al-Qur’an (QS. 2: 177), membantu kepada kerabat dekat (dzawi alqurba), baik moril maupun materiil, dianjur-prioritaskan dari orang lain.
Syarah al-Hadits: Hadits di atas menunjukan bahwa Islam menjunjung tinggi ukhuwah (persauEDISI 13/2013
53
Mengapa? Karena dikhawatirkan, jangan sampai kita berbuat baik kepada orang lain, misalnya membatu secara finansial, tapi saudara dekat malah kekurangan. Padahal anggota keluarga adalah orang yang paling dekat dengan kita salah satunya disebabkan hubungan darah atau nasab. Hubungan kekerabatan dapat mengalami fluktuatif (naikturun), sebagaimana keimanan. Maka salah satu cara yang diberikan Islam untuk menjaga ukhuwah adalah dengan silaturahmi. Silaturahmi dalam hadits di atas berdampak positif, yaitu memperluas rezeki dan memperpanjang sisa umur [lihat boks “Manfaat Silaturahmi”]. Maksudnya, rezeki kita akan berkah, yaitu bertambah dengan adanya jalinan kekerabatan.
54
Berkala Tuntunan ISLAM
Rezeki seseorang memang sudah ditentukan masing-masing, namun ketika masing-masing tersebut berkumpul, maka akan menjadi banyak dan mudah tersalurkan hak orang lain yang ada dalam banyak rezeki tersebut. Dalam hadits di atas disebut “sisa umur kita dipanjangkan” dimaksudkan bertambahnya kekuatan tubuh karena ditopang oleh kekuatan tubuh-tubuh saudara kerabat yang lain. Misal kita ditakdirkan berumur 70 tahun, jika Allah SWT berkehendak, bisa jadi ditambah 10 tahun sebagai berkah dari silaturahmi. Demikian Ibnu Qutaibah menakwilkannya. Narasumber utama artikel ini: Mukhlis Rahmanto
MANFAAT SILATURRAHIM
S
ilaturrahim merupakan salah satu ibadah yang sangat mulia, mudah, dan membawa berkah. Kaum muslimin sudah semestinya tidak melalaikan dalam melaksanakan ibadah ini. Sebab, silaturrahim adalah ibadah yang paling indah dan berhubungan dengan sesama manusia, sehingga dalam melaksanakannya hanya butuh meluangkan sedikit waktu yang dimiliki. Sebagai ibadah yang termasuk akhlak mulia, silaturrahim terdapat beberapa manfaat, di antaranya adalah diluaskan rizki dan dipanjangkan umur.
Diluaskan Rizki Pada hakikatnya, menyambung dan menjaga silaturrahim dapat menjadikan hubungan antar manusia menjadi lebih baik. Hubungan baik yang terjalin lewat silaturrahim menjadikan urusan apa pun menjadi jauh lebih mudah, tidak terkecuali dalam masalah pekerjaan dan bisnis. Dalam bidang bisnis misalnya, pemasaran yang memberikan hasil optimal dewasa ini adalah pemasaran yang bersifat “human centic” atau berfokus pada usaha membangun hubungan antar manusia. Perlu dicatat, tidak semua produk yang baik selalu dapat direspon pasar dengan baik. Dengan kata lain, banyak sekali produk-produk yang kualitasnya bagus, tetapi tidak dapat di-
terima oleh pasar. Namun, banyak produk-produk biasa yang mengalami sukses besar di pasar. Hal ini terjadi hanya karena produsen mampu membangun hubungan emosional yang baik dengan para pelanggannya. Pengaruh hubungan baik dalam industri jasa jauh lebih terasa lagi akibatnya. Dalam memilih jasa layanan keehatan misalnya, sangat manusiawi jika seorang pelanggan memilih dokter, klinik, atau rumah sakit yang sangat memperhatikan kehadirannya sejak datang hingga pulang. Saat datang, sudah ada petugas yang menyambutnya dengan senyum, menyapa, menyebut namanya dengan ramah, dan melayani pendaftaran dengan baik. Di saat memasuki tahap pemeriksaan, perawatan, dan tindakan, pelanggan tersebut juga mendapati orang-orang yang ramah dan melayaninya dengan baik. Pelan namun pasti, pola semacam ini menjadikan seorang pelanggan memiliki kesan yang baik, sehingga berdampak positif bagi kelangsungan lembaga. Di sisi lain, para pemberi layanan yang mampu menerapkan prinsipprinsip silaturrahim sudah barang tentu berpeluang memiliki pelanggan yang lebih banyak. Banyaknya pelanggan sama halnya dengan semakin luasnya rizki. Bisnis apa pun yang ditekuni dengan didasari oleh prinsip silaturrahim
EDISI 13/2013
55
yang baik dapat meningkatkan komitmen pelanggan terhadap setiap produk yang dijual. Oleh sebab itu, pelaksanaan prinsip silaturrahim dalam bidang bisnis sangat membantu para pemberi layanan untuk membuka dan meluaskan rizkinya. Perlu dicatat, hubungan baik seorang pedagang dengan para pelanggan merupakan daya tarik tersendiri. Dengan menjaga hubungan keduanya secara baik, maka para pelanggan menjadi tertarik dan terkesan, sehingga hal ini berdampak pada aktivitas belanja berikutnya. Artinya, hubungan baik antar keduanya dapat menjadikan para pelanggan menjatuhkan pilihan untuk berbelanja ke tempat usahanya. Aktivitas belanja ini bukan hanya sekedar dilakukan dalam satu kali, tetapi berkali-kali dengan melakukan repeat order atau pembelian ulang terhadap produk-produk yang dijual. Jika aktivitas ini terjaga kontinuitasnya, maka rizki pedagang pun menjadi semakin luas. Bagi para pekerja pun, silaturrahim yang baik menjadikannya nyaman berada di tempat kerja. Tidak hanya itu, kariernya pun menjadi semakin lancar. Bagaimana pun, promosi jabatan dan jenjang karier seseorang pada perusahaan atau lembaga yang baik, di samping aspek-aspek profesionalisme, senantiasa memperhatikan hubungan silaturrahim antara seorang pekerja kepada sesama pekerja, kepada atas-
56
Berkala Tuntunan ISLAM
an, dan kepada bawahannya. Dengan demikian, manfaat silaturrahim yang baik bagi para pekerja dapat menjadikan kariernya semakin lancar dan jabatannya pun meningkat. Pada titik inilah, rizki seorang pekerja menjadi semakin luas. Memanjangkan Umur Perlu dicatat bahwa buruknya silaturrahim seseorang dengan orang lain dapat menjadikan dunia terasa sempit. Dengan sendirinya, ia akan merasa tidak nyaman berada dalam suatu lingkungan komunitas di sekitarnya. Seakan-akan ia menjadi terisolasi dan/atau terasing dari lingkungannya. Kenyataan seperti inilah yang kemudian secara psikologis berdampak pada tumbuhnya perasaan kurang nyaman atau bahkan merasa sendirian dalam suatu komunitas tertentu. Di antara sifat-sifat orang yang buruk silaturrahimnya adalah hatinya sempit, tidak toleran, sulit menerima keadaan orang lain, dan merasa dirinya paling benar. Apa yang dilakukan orang lain dinilai banyak salahnya, sehingga ia tidak bisa menerima keberadaan orang lain dalam lingkungannya. Respons yang sering diberikannya adalah bermuka masam, suka mengeluarkan katakata kotor, mencaci, marah, memusuhi, dan bentuk tanggapan buruk lainnya. Respons-respons seperti itulah yang sering menjadikan hubungannya dengan orang lain menjadi buruk. Orang tipe
ini biasanya lebih banyak musuhnya, dan ada di mana-mana. Ke mana pun pergi, ia punya peluang ketemu musuh, sehingga dunia menjadi terasa sempit. Hubungan buruk juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan, kekhawatiran, dan ketakutan. Setiap pertemuannya dengan orang lain selalu dipandang sebagai suatu peristiwa yang tidak menyenangkan. Ia khawatir, jangan-jangan orang lain membalas perlakuannya yang tidak baik. Ia takut, jangan-jangan orang lain mencelakainya. Ketidaknyamanan, kekhawatiran dan ketakutan adalah stressor penyebab utama gangguan jiwa yang dapat berkembang menjadi gangguan fisik atau biasa disebut dengan psikosomatik. Saat ini, penyakit-penyakit organik atau fisik yang berawal dari gangguan jiwa semakin banyak. Kemarahan (yang biasanya juga diikuti dengan bahasa tubuh tidak baik, seperti caci maki dan umpatan), kekhawatiran, dan ketakutan, dapat merangsang sekresi atau keluarnya hormon adrenalin dan noradrenalin dalam sirkulasi tubuh. Apabila hormon-hormon tersebut di dalam tubuh terdapat jumlah yang besar, maka akan bersifat seperti racun sehingga menyebabkan pembuluh-pembuluh darah menyempit dan detak jantung meningkat. Penyempitan pembuluh darah mengakibatkan aliran darah tidak lancar dan distribusi oksigen serta sari-sari makanan terhambat. Untuk melancarkan pembuluh darah
agar suplai oksigen dan sari makanan tetap mencukupi, maka jantung harus bekerja lebih kuat dan tekanan darah menjadi lebih tinggi. Secara tidak langsung, buruknya silaturrahim menjadi faktor penyebab gangguan jiwa dan penyakit kardiovaskular, yaitu jantung dan tekanan darah tinggi dengan segala akibat lanjutannya seperti serangan jantung dan stoke. Resiko kematian akibat penyakit-penyakit tersebut sangat tinggi. Sebaliknya, baiknya silaturrahim menyebabkan dunia terasa nyaman dan luas. Di antara sifat-sifat para penjaga dan penyambung silaturrahim adalah hatinya luas, toleran sehingga mudah menerima keadaan orang lain, tidak mudah marah, mudah tersenyum, suka berbicara yang baik-baik, berpikiran positif, menghargai sikap atau pendapat orang lain. Setiap perjumpaannya dengan orang lain selalu direspons dengan bahasa tubuh yang baik, senyuman, keramahtamahan, penghargaan, dan penghormatan. Dengan respons demikian, maka orang lain akan merasa senang dan tersanjung dapat bergaul dengannya. Bahasa tubuh yang baik, senyuman dan perkataan baik dapat berpengaruh langsung dalam merangsang otak, sehingga memacu keluarnya hormon endorphin. Hormon ini memiliki fungsi seperti morphin yang memberikan efek menyenangkan, menghilangkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan. Meski pun keduanya memiliki efek yang hampir
EDISI 13/2013
57
sama, namun antara morphine dan endorphin jelas terdapat perbedaan. Morphin berasal dari luar tubuh, menimbulkan sifat ketergantungan dan merugikan tubuh apabila sering dikonsumsi, sedangkan endorphin berasal dari dalam tubuh dan tidak menimbulkan ketergantungan. Hormon Endorphin disebut juga sebagai hormon kebahagiaan. Semakin banyak hormon ini diproduksi dalam tubuh, seseorang semakin merasakan bahagia. Efek lain hormon endorphin adalah meningkatkan dilatasi atau pengembangan pembuluh darah sehingga aliran darah ke seluruh tubuh menjadi lancar, tekanan darah dan kerja jantung menjadi normal. Perasaan
58
Berkala Tuntunan ISLAM
carigold.com
Dari Anas bin Malik; mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: "Siapa yang ingin diluaskan rezekinya, atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya, hendaklah dia menyambung silaturrahim." (Hadits Shahih Bukhari)
bahagia juga meningkatkan daya tubuh menjadi optimal sehingga mampu menghadapi berbagai jenis penyakit dengan baik. Hal ini tentu saja menjadikan tubuh seseorang lebih sehat, dan orang yang sehat berpeluang memiliki umur yang lebih panjang! Subhanallah, luar biasa sekali ajaran Islam. Setiap perintah yang kita laksanakan, pasti memberikan manfaat dunia dan akhirat. Setiap larangan bila dilanggar, pasti menimbulkan mudharat atau kerugian di dunia dan akhirat. Dan setiap petunjuk yang kita amalkan, pasti mengantarkan kepada kesuksesan di dunia dan akhirat. Wallahu A’lam. Tim Redaksi