“HUBUNGAN ANTARA DIMENSI CARING/UNCARING PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING DI UNIT PERAWATAN INTENSIF PKSC” “THE RELATION BETWEEN NURSE CARING/UNCARING DIMENSION WITH CARING BEHAVIOR IN INTENSIVE CARE UNIT OF PKSC”
OLEH : Veronica Erestin Elda Lena1
ARTIKEL ILMIAH
S1 KEPERAWATAN JALUR B STIK SINT CAROLUS, JAKARTA FEBRUARI, 2016
1
Mahasiswa STIK Sint Carolus
1
1
Mahasiswa STIK Sint Carolus
2
“HUBUNGAN ANTARA DIMENSI CARING/UNCARING PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING DI UNIT PERAWATAN INTENSIF PKSC” “THE RELATION BETWEEN NURSE CARING/UNCARING DIMENSION WITH CARING BEHAVIOR IN INTENSIVE CARE UNIT OF PKSC”
ABSTRAK Dimensi Caring/Uncaring merupakan hubungan personal antar manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi caring/uncaring perawat dengan perilaku caring di unit perawatan intensif PKSC, menggunakan total sampling perawat ICU dengan jumlah 38 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantatif, desain studi cross sectional dengan analisa korelasi deskriptif. Hasil analisa univariat yaitu 84,2% responden life giving, 84,2% responden life sustaining, 7,9% responden life neutral, 10,5% responden life restraining, 10,5% responden life destroying dan 89,5% responden berperilaku caring. Analisa bivariat menggunakan uji Kendal Tau-b dengan α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara life giving dengan perilaku caring (p=0,017) life sustaining denganperilaku caring (p = 0,017),life neutral dengan perilaku caring (p=0,049)dan tidak ada hubungan antara life restraining dengan perilaku caring (p=0,053) life destroying dengan perilaku caring (0,053). Saran untuk mempertahankan dimensi life giving agar perawat tetap berperilaku caring adalah dengan melakukan renungan harian untuk saling mencurahkan perasaan satu dengan lainnya serta tetap melakukan rekreasi rutin yang telah dilakukan unit. Kata kunci : Dimensi caring/uncaring, perawat, ICU, perilaku Kepustakaan : 21 (th1990 - 2013)
ABSTRACT The caring/uncaring dimension is a basic modes of being with another.The research intend to know the relation betweenthe nurse caring/uncaring dimension with caring behavior in intensive care unit of PKSC, using total samplingwith total sample of nurses are 38 people.This research used a quantitative approach, with cross sectional study and descriptive correlation analysis. Results of univariate analysis are, 84,2 % of the respondents are life giving, 84,2 % of respondents are life sustaining, 7,9 % of the respondents are life neutral, 10,5% of the respondents are life restraining, 10,5% of the respondents are life destroying and 89,5% of the respondents are caring behavior. Bivariate analysis using Kendal Tau-b test with α = 0.05, concluded that there is a correlation between life giving with caring behaviour (p = 0.017), life sustaining with caring behaviour (p = 0,017) life neutral with caring bahaviour (p = 0,049) and no correlation between life restraining with caring behaviour (p = 0,053) life destroying and caring behaviour (p = 0,053). The suggestion to keep life giving dimension so the nurses able to show caring behavior are to have a daily reflection one and another with share their feeling and keep doing intensive care recreation regurarly. Keywords : caring/uncaring dimension, nurse , intensive care unit , behaviors Bibliography : 21 (year 1990-2013)
1
Mahasiswa STIK Sint Carolus
3
A
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kemajuan tekhnologi saat ini memberikan kemudahan dalam keperawatan, namun bisa berakibat waktu bersama pasien semakin terbatas, sehingga dalam bekerja ada anggapan kemungkinan beberapa perawat bekerja lebih banyak menggunakan akal daripada menggunakan hati. Untuk menghindarkan hal tersebut maka seseorang dalam memberikan pelayanan harus menerapkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang diiringi dengan rasa peduli dan kasih sayang (Simone Roach, 1997). Caring adalah sesuatu yang universal, dimana caring dapat mempengaruhi cara seseorang untuk berpikir, merasakan dan bertindak. “Caring is the human mode of being” jadi caring merupakan sikap kemanusiaan yang ditunjukan oleh seseorang dalam tindakannya. Ada enam komponen dalam perilaku caring yaitu compassion (bela rasa), competence (kemampuan), confidence (percaya diri), conscience (suara hati), commitment (komitmen dalam melaksanakan tugas) dan comportment (sikap, cara bertindak dan bertutur kata) dimana semuanya adalah komponen yang tidak dapat dipisahkan (Simone Roach, 1997). Menurut
Sigridur
Halldorsdottir
(1990)
ada
lima
model
dalam
dimensi
caring/uncaring yang menunjukan hubungan personal seseorang. Kelima dimensi tersebut adalah Life- destroying (biocidic) yaitu suatu hubungan personal seseorang dengan yang lainnya, dimana kebahagiaan menjadi terganggu karena adanya stress, rasa kecewa dan terluka. Life-restraining (biostatic) yaitu suatu hubungan personal yang saling mengacuhkan dan menarik diri karena tidak adanya semangat dan meningkatnya rasa kegelisahan atau kekhawatiran. Life-neutral (biopassive) yaitu suatu hubungan personal yang ditandai dengan tidak ada rasa peduli karena rasa letih, jenuh dan kecewa dalam kehidupan namun tanpa disertai tindakan menyakiti orang lain. Life-sustaining (bioactive) yaitu suatu hubungan personal dimana saling mengakui keberadaan seseorang, saling mendukung, saling memberikan dorongan semangat dan saling menenangkan hati, Life-giving (biogenic) yaitu suatu hubungan personal dalam kehidupan yang saling memperkokoh keberadaan seseorang dengan menghubungkan diri melalui tali kasih dengan cara saling memberi. Hal ini akan mengurangi rasa saling menyakiti dan membuat orang lain menjadi lebih cepat dalam proses penyembuhan (Marlaine C.Smith, 2013). Perilaku caring seorang perawat ICU dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut diteliti oleh Cronqvist A, et all tahun 2004 di Swedia yang hasilnya adalah 4
tingkat stress perawat di ruang ICU disebabkan oleh tingginya tekanan dalam bekerja seperti waktu yang terbatas dan dibutuhkan kecepatan yang tinggi untuk menghadapi pasien kritis. Selain itu sering terjadi juga dilema moral, seperti seorang perawat yang mengetahui bahwa pasien membutuhkan alat bantu nafas namun keluarga menolak karena faktor biaya dan akhirnya pasien meninggal dunia. Hal ini bisa menjadikan perasaan bersalah bagi perawat karena tidak dapat membantu pasien tersebut. Hal ini dapat membuat perawat ICU menjadi stress, lelah dan jenuh sehingga dapat menurunkan kualitas perilaku caring mereka. Pengalaman peneliti sebagai seorang perawat
ICU dalam memberikan asuhan
keperawatan banyak menemui pasien-pasien tanpa harapan hidup ataupun yang hidupnya tergantung dengan alat bantu nafas. Kondisi pasien dalam keadaan tidak sadar dan menyebabkan mereka sangat tergantung kepada perawat sehingga dibutuhkan perilaku caring perawat. Perawat diharapkan untuk sabar, kerja keras dan memiliki pribadi yang tulus untuk dapat berperilaku caring. Apabila seorang perawat uncaring dampaknya adalah pasien akan merasakan ketidaknyamanan dan akhirnya mempengaruhi proses penyembuhannya menjadi semakin lama. Pasien akan merasakan tidak puas dalam pelayanan dari perawat sehingga mempengaruhi mutu Rumah Sakit. Berdasarkan fenomena dan pengalaman tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan dimensi caring/uncaring perawat dengan perilaku caring di unit perawatan intensif untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang optimal dan berkualitas.
RUMUSAN MASALAH Pasien yang dirawat di ruang ICU mengalami kondisi kritis dan membutuhkan perilaku caring perawat. Bagaimana pasien dapat merasakan perilaku caring perawat apabila perawat sendiri merasa stress, jenuh, letih, kegelisahan ataupun kekhawatiran lainnya? Berdasarkan fenomena ini penulis ingin mengetahui hubungan antara dimensi caring perawat dengan perilaku caring di ruang ICU PKSC.
TUJUAN PENELITIAN Diketahui hubungan antara dimensi caring/uncaring perawat dengan perilaku caring di Unit Perawatan Intensif PKSC Jakarta.
5
HARAPAN DI WAKTU DATANG Perawat akan masuk ke dalam dimensi life giving dan mampu berperilaku caring sehingga pasien memperoleh kesembuhan dan puas dengan asuhan keperawatan yang diterima.
B
METODE PENELITIAN POPULASI DAN SAMPEL Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di ICU PKSC Jakarta sebanyak 38 perawat dan teknik yang digunakan adalah total sampling yaitu semua perawat di ruang ICU. Saat penelitian tidak ada yang sedang cuti atau tugas belajar jadi jumlah responden 38 orang.
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di PKSC Jakarta pada bulan Agustus 2015 sampai dengan Januari 2016.
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA 1. Berdasarkan surat permohonan ijin yang diberikan PKSC peneliti segera menindak lanjuti penelitian di ICU PKSC. 2. Peneliti menemui kepala keperawatan ICU untuk memberikan kuesioner kepada semua perawat ICU dan kembali esok harinya untuk mengumpulkan data pada setiap shift. 3. Keesokan harinya peneliti mengumpulkan data yang sudah terisi sambil menemani dan memberi penjelasan pada responden yang belum mengisi kuesioner karena kurang paham. 4. Pada hari ketiga peneliti mengumpulkan data para responden yang baru masuk setelah libur. Responden diberi penjelasan tentang cara mengisi kuesioner dan dipersilahkan bertanya bila belum jelas dan diwajibkan menjawab seluruh pernyataan yang disediakan. Saat penelitian tidak ada perawat yang sedang cuti hamil, atau cuti panjang sehingga semua perawat dapat mengisi kuesioner yaitu sejumlah 38 responden. 5. Setelah seluruh pernyataan kuesioner dijawab, kuesioner dikumpulkan kembali, kemudian peneliti memeriksa kelengkapannya. Peneliti menemukan satu data yang belum lengkap dan segera menghampiri responden untuk melengkapinya. 6
6. Data yang sudah terkumpul kemudian dikelompokkan sesuai variabel penelitian dan selanjutnya dilakukan penghitungan.
INSTRUMEN PENGUMPUMPULAN DATA Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner disusun terstruktur dengan pernyataan tertutup, sehingga responden hanya mencontreng jawaban yang dipilihnya. Kuesioner diukur dengan menggunakan skala Guttman, terdiri dari pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Skala Guttman digunakan untuk mengukur variabel bebas yaitu dimensi caring/uncaring yang meliputi life-giving, life-sustaining, life-neutral, life-restraining, life-destroying, serta variabel terikat yaitu perilaku caring perawat yang meliputi sikap compassion, competent, conscience, comittment, confidence, dan comportement. Jumlah pernyataan dalam kuesioner adalah 73, yang terdiri dari 60 pernyataan mengenai dimensi caring/uncaring dan 13 pernyataan mengenai perilaku caring. Peneliti melakukan uji coba kuesioner dengan tujuan untuk mendapatkan validitas dan realibilitas kuesioner dan dilakukan revisi terhadap pertanyaan dalam kuesioner yang tidak valid. Uji coba kuesioner ini bertujuan untuk memastikan semua pernyataan dapat dimengerti oleh responden. Uji coba kuesioner dilakukan tanggal 31 Agustus 2015 di RS. Royal Progress Sunter dengan responden 10 perawat ICU dan pada 15 September di RS Kramat 128 dengan responden 12 orang perawat ICU.
Hasilnya ditemukan 4
variabel yang jumlah pertanyaan valid kurang dari sepuluh sehingga dilakukan uji validitas ulang pada 20 responden perawat ICU RS. Cikini pada tanggal 9 Januari 2016. Hasil uji coba kuesioner 1 ditemukan jumlah pernyataan yang valid kurang dari jumlah yang ditentukan sehingga peneliti menambah pernyataan dan melakukan uji coba kuesioner ulang dengan hasil dari 132 pernyataan ada 73 pernyataan yang valid dengan nilai > 0,34 sehingga kuesioner ini valid untuk disebarkan. Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner ini adalah untuk life giving didapatkan Alpha Cronbach 0,730 kuesioner life sustaining didapatkan Alpha Cronbach 0,735 kuesioner life neutral didapatkan Alpha Cronbach 0,897 kuesioner life restraining didapatkan Alpha Cronbach 0,858 kuesioner life destroying didapatkan Alpha Cronbach 0,834 dan kuesioner perilaku caring didapatkan Alpha Cronbach 0,828.
7
TEKNIK ANALISIS DATA Pengolahan Data Setelah data dari kuesioner didapatkan, peneliti mengelola data yang masuk. Pengelolaan data dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) di komputer (Susilo, 2013).
Tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Editing Peneliti meneliti kembali semua kuesioner untuk mengetahui apakah data sudah terisisi semua sehingga dapat segera disiapkan untuk proses berikutnya. 2. Coding data Peneliti melakukan kode pada setiap jawaban dengan memberikan nilai 1 pada jawaban ya dan 0 pada jawaban tidak. Setelah itu menjumlahkan semua jawaban serta menghitung nilai median. a.
Variabel Life Giving : unlife giving bernilai 1 bila jumlah ≤ median (5,5) dan life giving bernilai 2 bila > median (5,5).
b.
Variabel Life Sustaining : unlife sustaining bernilai 1 bila jumlah ≤ median (5) dan life sustaining bernilai 2 bila > median (5).
c.
Variabel Life Neutral : life neutral bernilai 1 bila jumlah ≤ median (7) dan unlife neutral bernilai 2 bila jumlah > median (7).
d.
Variabel Life Restraining : life restraining bernilai 1 bila jumlah ≤ median (5,5) dan unlife restraining bernilai 2 bila jumlah > median (5,5).
e.
Variabel Life Destroying : life destroying bernilai 1 bila jumlah ≤ median (7) dan unlife destroying bernilai 2 bila jumlah > median (7).
f.
Variabel Perilaku Caring : uncaring bernilai 1 bila jumlah ≤ median (6,5) dan caring bernilai 2 bila jumlah > median (6,5).
3. Entry data Setelah data diberi kode, selanjutnya peneliti memasukkan data kedalam program komputer dengan cara mengkorelasikan secara distribusi frekuensi sesuai dengan pengelompokan variabel-variabel yang diteliti dalam pernyataan pada instrument. 4. Cleaning Setelah
data
dimasukan
ke
dalam
komputer,
kemudian
dilakukan
cleaning/pembersihan data yang merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang 8
sudah dimasukan apakah ada kesalahan atau tidak. Peneliti tidak menemukan kesalahan lalu melanjutkan ke proses analisis data.
Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variable (Notoatmodjo, 2012). Analisa ini menggunakan metode statistik deskriptif untuk menghasilkan gambar distribusi, frekuensi dan presentase dari tiap-tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu life giving, life sustaining, life neutral, life restraining, life destroying dan perilaku caring. 2. Analisis Bivariat Digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X). (Susilo, 2013). Penelitian ini menganalisis hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dimensi caring/uncaring dengan variabel dependen perilaku caring. Uji statistic yang digunakan adalah Uji Kendal Tau-b karena membandingkan skala ukur ordinal dengan ordinal.
C
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Univariat 1. Distribusi Responden Life Giving Perawat ICU PKSC Tahun 2016 No.
Dimensi
Frekuensi
Persentasi (%)
Caring/uncaring 1.
Life Giving
32
84,2 %
2.
Unlife Giving
6
15,8 %
Total
38
100 %
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 38 responden, sebagian besar masuk dalam dimensi life giving hidup saling memberi (84,2%).
9
2. Distribusi Responden Life Sustaining Perawat ICU PKSC Tahun 2016 No.
Dimensi
Frekuensi
Persentasi (%)
Caring/uncaring 1.
Life Sustaining
32
84,2 %
2.
Unlife Sustaining
6
15,8 %
38
100 %
Total
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 38 responden, sebagian besar masuk dalam dimensi life Sustaining/hidup saling mendukung (84,2%). 3. Distribusi Responden Life Neutral Perawat ICU PKSC Tahun 2016 No.
Dimensi Caring
Frekuensi
Persentasi (%)
1.
Life Neutral
3
7,9 %
2.
Unlife Neutral
35
92,1 %
Total
38
100 %
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 38 responden, sebagian kecil masuk dalam dimensi caring life neutral (7,9%). 4. Distribusi Responden Life Restraining Perawat ICU PKSC Tahun 2016 No.
Dimensi Caring
Frekuensi
Persentasi (%)
1.
Life Restraining
4
10,5 %
2.
Unlife Restraining
34
89,5 %
38
100 %
Total
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 38 responden sebagian kecil masuk dalam dimensi caring life restraining (10,5%). 5. Distribusi Responden Life Destroying Perawat ICU PKSC Tahun 2016 No.
Dimensi Caring
Frekuensi
Persentasi (%)
1.
Life Destroying
4
10,5 %
2.
Unlife Destroying
34
89,5 %
38
100 %
Total
(Sumber : Data primer yang sudah diolah)
10
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 38 responden sebagian kecil masuk dalam dimensi caring life destroying (10,5%). 6. Distribusi Responden Perilaku Caring Perawat ICU PKSC Tahun 2016 No.
Perilaku Caring
Frekuensi
Persentasi (%)
1.
Caring
34
89,5 %
2.
Uncaring
4
10,5 %
38
100 %
Total
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 38 responden, sebagian besar berperilaku caring (89,5%).
Hasil Analisa Bivariat 1.
Hubungan Antara Life Giving Dengan Perilaku Caringdi ICU PKSC Tabel V. 13 Hubungan Antara Life Giving Dengan Perilaku Caring di ICU PKSC Tahun 2016 Dimensi Perilaku Caring Total Nilai Caring/ Uncaring Caring Uncaring N % N % N % P Life Giving
0
0%
32
100%
32
100%
Unlife Giving Total
4
66,7%
2
33,3%
6
100%
4
8,4%
34
91,6%
38
100%
,017
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan tabel V.13 responden yang life giving semuanya berperilaku caring (100%) dan yang unlife giving
4 orang menunjukan perilaku tidak caring
(66,7%) dan 2 orang menunjukan perilaku caring (33,3%). Hasil uji Kendall’s Tau-b didapatkan p = 0.017 dengan α = 0.05 yang berarti H1 diterima, artinya ada hubungan bermakna antara life giving dan perilaku caring perawat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Halldorsdottir sendiri yaitu seseorang yang masuk life giving atau hidupnya saling memberi dan penuh rasa cinta maka akan menciptakan hubungan yang terapeutik dengan pasien atau disebut juga healing relationship. Orang yang life giving akan memberikan energi
11
positif dan akan mempengaruhi pasien dalam kemampuanya untuk memperoleh kesembuhan menjadi lebih cepat. Berdasarkan penelitian dan teori Halldorsdottir peneliti berasumsi bahwa seseorang yang life giving menyebarkan energi positif
dan itu terbukti dari
perilaku caring mereka. Energi positif ini sangat diperlukan oleh pasien-pasien di Rumah Sakit terutama pasien dalam kondisi kritis di ICU. Dengan energi positif dan perilaku caring dari perawat maka pasien akan semakin cepat memperoleh kesembuhan ataupun pasien yang dalam kondisi kritis juga akan memperoleh kebahagiaan di akhir hidupnya dan meninggal dengan tenang karena merasakan perilaku caring perawat. Menurut Skiner respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Perilaku terbuka ini terjadi bila
respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik yang dapat diamati orang lain dan ini tampak dalam perilaku caring perawat.
2.
Hubungan Antara Life Sustaining Dengan Perilaku Caring di ICU PKSC Tabel V.14 Hubungan Antara Life Sustaining Dengan Perilaku Caring di ICU PKSC Tahun 2016 Dimensi Perilaku Caring Total Nilai Caring/ Uncaring Caring uncaring N % N % N % P Life Sustaining Unlife Sustaining Total
0
0%
32
100%
32
100% ,017
4
66,7%
2
33,3%
6
100%
4
8,4%
34
91,6%
38
100%
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan tabel V.14 responden yang life sustaining semuanya berperilaku caring (100%) dan yang unlife sustaining 4 orang berperilaku tidak caring (66,7%) dan 2 orang berperilaku caring (33,3%). Hasil uji Kendall’s Tau-b didapatkan p = 0.017 dengan α = 0.05 yang berarti H2 diterima, artinya ada hubungan bermakna antara life sustaining dan perilaku caring perawat di ICU PKSC. Sesuai dengan penelitian Halldorsdottir (1990) yang mengatakan bahwa seseorang yang life sustaining maka sebagai seorang perawat ia akan memiliki 12
kemampuan, pengetahuan, komitmen yang tinggi tehadap pekerjaannya, dan menghargai pasien sebagai manusia seutuhnya bukan sebagai objek. Dan semuanya itu disertai dengan rasa penuh belas kasih dimana perawat akan memberikan dirinya seutuhnya saat sedang bersama pasien dan meninggalkan sementara semua masalah dalam kehidupannya sehingga mereka selalu ceria di depan pasien dan teman-temannya. Semua itu tampak perilaku caring. Berdasarkan penelitian dari Halldorsdottir ini peneliti berasumsi bahwa seorang perawat yang mampu melakukan semua tugasnya dengan tanpa beban sesuai dengan komitmennya serta mampu menghargai pasien, keluarga pasien maupun teman sejawat atau profesi lainnya maka perilakunya adalah caring. Dengan perilaku itu akan memancarkan energi positif di lingkungan sekitarnya sehingga akhirnya akan tercipta life giving yaitu kehidupan yang lebih baik lagi karena saling berbagi atau memberi kebaikan satu dengan lainnya.
3.
Hubungan Antara Life Neutral Dengan Perilaku Caring di ICU PKSC
Tabel V.15 Hubungan Antara Life Neutral Dengan Perilaku Caring Di ICU PKSCTahun 2016 Dimensi Perilaku Caring Total Nilai Caring/ Uncaring Caring Uncaring N % N % N % P Life Neutral
3
100 %
0
0,0%
3
100%
Unlife Neutral Total
1
2,9%
34
97,1%
35
100%
4
8,4%
34
91,6%
38
100%
,049
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan tabel V.15 responden yang life neutral ada 3 orang yang semuanya berperilaku tidak caring (100%) dan yang unlife neutral 1 orang berperilaku tidak caring (2,9%) dan 34 berperilaku caring (97,1%). Hasil Uji Kendall’s Tau-b didapatkan p = 0.049 dengan = 0.05yang berarti H3 diterima, artinya ada hubungan bermakna antara life neutral dan perilaku caring perawat di ICU PKSC. Sesuai dengan penelitian Halldorsdottir (1990) yang mengatakan bahwa seseorang yang life neutralmaka sebagai seorang perawat akan memiliki sikap
13
apatis atau tidak peduli. Hasil dari penelitian mengatakan mereka bekerja hanya sebatas rutinitas saja, tidak mengaanggap pasien sebagai manusia seutuhnya. Mereka tampak tidak sensitif terhadap kebutuhan pasien, tidak hadir seutuhnya walaupun sedang bersama pasien, tampak letih, kecewa dengan pekerjaannya dan kehilangan kehangatan serta lebih banyak diam. Menurut teori Skiner
perilaku manusia terbagi menjadi dua yaitu
perilaku
tertutup dan perilaku terbuka. Menurut asumsi peneliti orang yang life neutral masuk dalam kategori perilaku tertutup, mereka tidak mau terbuka tentang apa yang dirasakan. Jika mereka mampu untuk terbuka dan menceritakan kekecewaan atau kelelahan yang mereka alami maka beban itu akan berkurang dan akhirnya mereka akan menjadikan dirinya lebih kuat dan lebih positif dalam berperilaku. Jika mereka dapat berbagi perasaan maka dapat saling membantu dan memecahkan masalah yang dihadapi, dan akhirnya timbulah sikap untuk peduli dalam kehidupan mereka.
4.
Hubungan Antara Life Restraining Dengan Perilaku Caring di ICU PKSC Tabel V.16 Hubungan Antara Life Restraining Dengan Perilaku Caring Di ICU PKSC Tahun 2016 Dimensi Perilaku Caring Total Nilai Caring/ Uncaring Caring Uncaring N % N % N % P Life 3 75 % 1 25% 4 100% Restraining ,053 Unlife 1 2,9% 33 97,1% 34 100% Restraining Total 4 8,4% 34 91,6% 38 100%
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan tabel V.16 responden yang life restraining ada 4 orang, 3 orang berperilaku tidak caring (75%) dan 1 orang berperilaku caring (25%) responden yang unlife restraining 1 orang tidak caring (2,9%) dan 33 orang berperilaku caring (97,1%). Hasil Uji Kendall’s Tau-b didapatkan p = 0.053 dengan α = 0.05 yang berarti H4 ditolak, artinya tidak ada hubungan bermakna antara life restraining dengan perilaku caring perawat di ICU PKSC. Menurut
Halldorsdottir (1990) seseorang yang life restraining maka akan
berperilaku uncaring. Seorang perawat yang life restraining akan tidak peduli dengan pasiennya dan mengganggap pasien hanya sebagai objek. Saat pasien 14
minta bantuan mereka menganggapnya sebagai suatu gangguan sehingga mereka bersikap dingin dalam menanggapi pasien. Namun menurut Sunaryo ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen seperti ras, jenis kelamin, sifat kepribadian, sifat fisik dan intelegensi. Sedangkan faktor eksogen seperti lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi dan kebudayaan. Maka peneliti berasumsi bahwa orang yang life restraining tetap dapat berperilaku caring karena adanya faktor eksogen atau faktor dari luar. Mereka berada di lingkungan yang sebagian besar life giving dan juga di bawah institusi yang memiliki visi misi cinta kasih sehingga mereka harus menerapkan norma dan nilai tersebut. Lingkungan kerja yang dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki energi positif maka akan mempengaruhi perilaku seseoang. Jadi orang yang life restraining akan berubah perilakunya menjadi caring karena pengaruh teman-temannya yang sebagian besar life giving. Menurut penelitian Cronvqvist, et all ada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stress perawat ICU seperti salah satunya adalah tekanan yang cukup tinggi dimana seorang perawat ICU harus bertindak dengan cepat dalam waktu yang terbatas. Hal inilah yang mempengaruhi perilaku caring/uncaring perawat. Namun bila sesama perawat mampu saling bekerja sama dan saling support maka akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik walau dalam tekanan dan tetap dapat berperilaku caring.
5.
Hubungan Antara Life Destroying Dengan Perilaku Caring di ICU PKSC
Tabel V.17 Hubungan Antara Life Destroying Dengan Perilaku Caring di ICU PKSC Tahun 2016 Dimensi Perilaku Caring Total Nilai Caring/ Uncaring Caring Uncaring N % N % N % P Life Destroying Unlife Destroying Total
3
75 %
1
25%
4
100%
1
2,9%
33
97,1%
34
100%
4
8,4%
34
91,6%
38
100%
,053
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) 15
Berdasarkan tabel V.17 responden yang life destroying ada 4 orang 3 orang berperilaku tidak caring (75%) dan 1 orang berperilaku caring (25%) dan responden yang unlife destroying 1 orang berperilaku tidak caring (2,9%) dan 34 berperilaku caring (97,1%). Hasil Uji Kendall’s Tau-b didapatkan p = 0,053 dengan α = 0.05 yang berarti H5 ditolak, artinya tidak ada hubungan bermakna antara life destroying dengan perilaku caring perawat di ICU PKSC. Menurut
Halldorsdottir (1990) seseorang yang life destroying maka akan
berperilaku uncaring. Seorang perawat yang life destroying akan tidak peduli dengan pasiennya dan mengganggap pasien hanya sebagai objek. Saat pasien minta bantuan mereka menganggapnya sebagai suatu gangguan sehingga mereka bersikap dingin dalam menanggapi pasien. Namun menurut Sunaryo ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen seperti ras, jenis kelamin, sifat kepribadian, sifat fisik dan intelegensi. Sedangkan faktor eksogen seperti lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi dan kebudayaan. Lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa orang yang life destroying tetap dapat berperilaku caring karena adanya faktor dari luar (eksogen) yaitu lingkungan. Jika mereka berada di lingkungan yang sebagian besar life giving (84,2%) maka mereka akan terbawa pengaruh positif dari dimensi life giving yaitu berperilaku caring. Energi positif life giving akan memberikan pengaruh besar dan mampu merubah perilaku orang tersebut dari uncaring menjadi caring. Menurut penelitian Cronvqvist, et all ada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stress perawat ICU seperti salah satunya adalah tekanan yang cukup tinggi dimana seorang perawat ICU harus bertindak dengan cepat dalam waktu yang terbatas. Hal ini juga mampu mempengaruhi perilaku caring/uncaring perawat. Bila sesama perawat mampu saling bekerja sama dan saling support maka akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik walau dalam tekanan dan tetap dapat berperilaku caring. Jika dikerjakan secara bersama dengan hati gembira maka pekerjaan berat akan menjadi ringan.
16
D
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisa data serta pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Sebagian besar responden masuk dalam dimensi caring life giving (kehidupan saling memberi dan mengasihi) sebanyak 32 orang (84,2%).
2.
Sebagian besar responden masuk dalam dimensi caring life sustaining (kehidupan saling mendukung) sebanyak 32 orang (84,2%).
3.
Sebagian kecil responden masuk dalam dimensi caring life neutral (kehidupan tanpa memihak dan saling acuh/tidak peduli) sebanyak 3 orang (7,9%).
4.
Sebagian kecil responden masuk dalam dimensi caring life restraining (Hubungan saling acuh dan memisahkan diri dengan lainnya) sebanyak 4 orang (10,5%).
5.
Sebagian kecil responden masuk dalam dimensi caring life destroying (hubungan saling merusak dan menyakiti) sebanyak 4 orang (10,5%).
6.
Sebagian besar responden berperilaku caring yaitu sebanyak 34 orang (89,5%).
7.
Ada hubungan bermakna antara life giving dengan perilaku caring, yang didapatkan dari nilai p value 0,017 (<0,05).
8.
Ada hubungn bermakna antara life sutaining dengan perilaku caring, yang didapatkan dari nilaip value 0,017 (<0,05).
9.
Ada hubungan bermakna antara life neutral dengan perilaku caring, yang di dapatkan dari nilai p value 0,049 (<0,05).
10. Tidak ada hubungan yang bermakna antara life restraining dengan perilaku caring, yang didapatkan dari nilai p value 0,053 (>0,05). 11. Tidak ada hubungan yang bermakna antara life destroying dengan perilaku caring, yang didapatkan dari nilai p value 0,053 (>0,05).
SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1.
Bagi Institusi PKSC Dari hasil penelitian ditemukan sebagian kecil responden uncaring (10,5%) dan sebagian besar caring (89,5%). Untuk mempertahankan perilaku caring dan mengatasi perilaku uncaring tersebut dapat dilakukan kegiatan-kegiatan seperti 17
diadakan doa pagi setiap hari disertai dengan renungan atau refleksi secara bergantian dari setiap perawat untuk mencurahkan apa yang dirasakan atau dialami. Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah melakukan rekreasi bersama sacara rutin yang telah dilakukan unit selama ini karena kegiatan tersebut mampu untuk mengurangi tingkat stress perawat sehingga akhirnya tetap mempertahankan dimensi life giving dan mampu berperilaku caring pada semua pasien.
2.
Bagi Para Responden a. Bergabung dalam kegiatan amal atau bakti sosial sehingga meningkatkan rasa peduli, kerja sama dan menambah pengalaman. b. Mengembangkan hobby yang dimiliki walau sudah bekerja sehingga dapat mengurangi stress dan meningkatkan rasa percaya diri. c. Menjalankan tugas tidak sebatas rutinitas saja dengan terus menggali pengetahuan mengenai perawatan kritis dan mengikuti acara perkumpulan di lingkungan sehingga menambah teman dan pengalaman. d. Meningkatkan kerja sama dan kepedulian dengan sesama sehingga semua tugas dapat dijalani dengan penuh tanggung jawab. e. Mengatasi trauma akibat tindakan kekerasan yang pernah dialami. f. Lebih cepat tanggap dan peduli dengan pasien yang mengalami nyeri sehingga pasien mendapat asuhan keperawatan yang optimal dan melakukan tindakan sesuai dengan prosedur apapun kondisinya.
3.
Bagi Penelitian Selanjutnya Peneliti menyadari keterbatasan pada penelitian ini, sedikitnya literatur mengenai dimensi caring/uncaring sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi caring/ uncaring perawat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, P. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta. Boykin, A. (1994). Living a Caring Based Program. 350 Hudson Street, New York: National league for Nursing Press. Boykin, D. A. (1994). Caring as Healing Renewal Through Hope. 350 Hudson Street, NY: National League for Nursing Press. Brykczynska, G. (1997). Caring The Compassion and Wisdom of Nursing. Inc: Published Singular Publishing Group. Cronqvist Agneta, et all. (2004). Caring About-Caring For: Moral Obligations and Work Responbilities in Intensive Care Nursing.The Swedish Council for work life Research and the Board of Research for health and Caring Science. Direktorat jenderal pelayanan medik (2006), Standard Pelayanan Keperawatan di ICU, Departement Kesehatan RI Halldorsdottir
S.(1990).
Five
basic
modes
of
being
with
another
http://www.researchgate.net/publication/21099366. Diunduh 5 Agustus 2015 pk.20.00 Halldorsdottir S. (1996). Caring and Uncaring Encounters in Nursing and HealthCare-DevelopingaTheory. http://www.researchgate.net/publication/21099366.Diunduh 5Agustus 2015 pk 20.15 Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik, edisi 7, volume 1. Jakarta: EGC. Simone Roach, C. (1997). Caring from the heart, The convergence of Caring and Spirituality. New jersey 07430: Paulist Press 997 Macarthur Boulevard Mahwah.
Marlaine C. Smith, M. C. (2013). Caring in Nursing Classics, an Essential Resource. LLC: Springer Publishing Company. 19
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi Cetakan
Kedua. Jakarta: Rineka cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Pendidikan Dan Perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Perilaku Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Riyanto, B. d. (2013). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan, edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Susilo, D. W. (2013). Prinsip-prinsip Biostatistika dan Aplikasi SPSS. Jakarta : In Media Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Triwibowo. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan. Jakarta : Trans info media Watson (2008). Nursing The Philosophy and Science of Caring Revised Edition. University Press of Colorado : Arapahue Avenue.
20