“FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT PONDOK INDAH 2015” “FACTORS ASSOCIATED WITH BREAST ENGORGEMENT IN POSTPARTUM MOTHERS AT PONDOK INDAH HOSPITAL 2015”
OLEH: SHINTA ANGGRAENI
ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIK SINT CAROLUS JAKARTA JANUARI 2016
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS PROGRAM S-1 KEPERAWATAN Laporan penelitian 27 Januari 2016 Shinta Anggraeni Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara Pada Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta 2015 xii + 66 halaman, 19 tabel, 2 gambar, 2 lampiran ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya pembengkakan pada payudara pada ibu post partum di Rumah Sakit Pondok Indah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan quota sampling 92 responden. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan pedoman observasi. Data dianalisa menggunakan chi square. Faktorfaktor yang berhubungan dengan pembengkakan payudara adalah umur ibu, paritas, kondisi puting, IMD, posisi menyusui, perlekatan menyusui, dan frekuensi menyusui. Faktor yang tidak berhubungan dengan pembengkakan payudara adalah jenis persalinan. Kata kunci : Pembengkakan payudara, IMD, posisi menyusui, perlekatan menyusui, frekuensi menyusui. Daftar Pustaka 39 (2003 - 2014)
SINT CAROLUS SCHOOL OF HEALTH SCIENCES BACHELOR NURSING PROGRAM Research 27 January 2016 Shinta Anggraeni Factors Associated With Breast Engorgement In Postpartum Mothers At Pondok Indah Hospital, Jakarta 2015 xii + 66 pages, 19 tables, 2 image, 2 attachments ABSTRACT This study aims to determine factors associated with breast engorgement in postpartum mothers at pondok indah hospital. This study uses quantitative methods with descriptive correlational design with cross sectional approach using quota sampling 92 respondents. Researchers used a questionnaire research instruments and guidelines for observation. Analyzed data using chi square. Factors that related to breast engorgement are age, parity, condition of the nipple, IMD, feeding position, latch on, and breastfeeding frequency. Factor that not related to breast engorgement are type of delivery. Keywords
: Breast engorgement, IMD, feeding positions, latch on, breastfeeding frequency.
References 39 (2003 – 2014)
A. PENDAHULUAN B. Masalah kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia masih cukup memprihatinkan. Hal ini terbukti dari masalah tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. AKI dan AKB termasuk dalam target Sustainable Development Goals (SDG) tahun 2016. Mencapai target SDG 3 di Indonesia masih terbilang cukup sulit. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan (SDKI) tahun 2012 menunjukan tingkat kematian ibu meningkat tajam dibandingkan survei yang dilakukan pada tahun 2007 yang lalu. Pada tahun 2012, AKI mencapai 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, sebesar 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup dengan tiga penyebab langsung kematian ibu paling banyak adalah perdarahan, hipertensi, dan infeksi (DepKes RI, 2012). Sedangkan hasil SDKI tahun 2012 pada AKB sebanyak 59,4 % kematian bayi dan 47,5% kematian balita terjadi pada usia neonatal. Oleh karena itu, AKI dan AKB harus diturunkan dengan upaya meningkatkan kesehatan ibu hamil dan menjamin pertolongan persalinan yang aman sesuai dengan SDG 3 tentang menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat disegala umur. C. Pada ibu post partum diwajibkan untuk memeriksa payudara agar tidak ada masalah dan gangguan pada payudara pada waktu menyusui, seperti payudara berwarna kemerahan atau payudara bengkak, karena jika payudara ibu post partum terdapat masalah dan gangguan maka akan menggangu produksi ASI. Produksi ASI akan menurun, dikarenakan saluran ASI yang tersumbat akan mengalami bendungan. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian dukungan, pengertian dan informasi sehingga ibu mengetahui cara melakukan perawatan payudara seperti massage payudara dan kompres (Farrer, 2001). D. Rumah Sakit Pondok Indah merupakan rumah sakit swasta modern pertama yang berdiri tahun 1986. Salah satu layanan di Rumah Sakit Pondok Indah adalah Woman’s and Maternity ward. Angka persalinan di Rumah Sakit Pondok Indah pada bulan Februari 2015 sampai dengan April 2015 terdapat 359 kelahiran, pervaginam 166 dan seksio cesarea 193. Berdasarkan data tersebut terdapat 130 orang atau 36,21 % mengalami payudara bengkak yaitu dari 52 orang yang melahirkan pervaginam dan 78 orang yang melahirkan melalui operasi sectio cesarea. 1
E.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “faktor - faktor yang berhubungan dengan terjadinya pembengkakan payudara pada ibu post partum di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta”. F. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan terjadinya pembengkakan payudara pada ibu post partum di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. G. H. METODE PENELITIAN I. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif
korelasional dengan pendekatan cross sectional.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor ibu (usia, paritas, kondisi puting susu), jenis persalinan, IMD,
posisi menyusui, pelekatan
menyusui, serta frekuensi menyusui. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pembengkakan pada payudara. J. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post partum yang di rawat di Rumah Sakit Pondok Indah. Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria ibu post partum hari ke-3, ibu post partum yang menyusui, ibu post partum yang dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah, bersedia menjadi responden. K.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta
di bagian maternitas unit. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Mei 2015 sampai dengan 30 Desember 2015. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Rumah Sakit Pondok Indah untuk mendapat persetujuan, kemudian kuesioner dikirim kepada subjek yang diteliti. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan pedoman observasi yang terdiri dari: 1) Kuesioner A, pertanyaan tentang faktor ibu (usia dan paritas), jenis persalinan, IMD, frekuensi menyusui yang terdiri dari 5 item, 2) Pedoman observasi untuk mengumpulkan data tentang kondisi payudara, kondisi puting, posisi menyusui, dan perlekatan menyusui. Peneliti melakukan analisis data uji univariat dan bivariat. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi square (χ2) dengan batas kemaknaan Alfa / p = 0,05. L. M. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis univariat
2
N.
Distribusi
frekuensi
dalam
penelitian
ini
menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen yaitu: O. Tabel 1.1 P. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, paritas, jenis persalinan, IMD, frekuensi menyusui, kondisi payudara, kondisi puting, posisi menyusui, dan perlekatan menyusui di RS Pondok Indah Jakarta
Q. Variabel
U. usia 20 th s/d 35 th T.
Usia Y.
usia >35 th
R. F r e k u e n si V. 8 1 Z. 1 1
S. %
W. 8 8 AA.
1 2
EE. CC. Primipara
DD.
BB. Paritas
II.
HH. GG. Multipara
5 4 LL.
KK. SC JJ. Jenis persalinan
6 2
OO.pervagina m
PP. 3 0
RR. IMD TT.
SS. Tidak WW.
3
Ya
XX.
4 1 , 3
3 8
3 2 6 0
5 8 , 7 MM. 67, 4 QQ. 3 2 , 6 UU. 3 4 , 8 YY. 6 5 ,
ZZ. Frekuensi menyusui
AAA. <8 kali perhari EEE. ≥8 kali perhari
BBB. 31 FFF.
6 1
JJJ. III. Bengkak HHH. Kond isi payudara
5 2
MMM. tid ak bengkak
NNN. 40
QQQ. et
Lec
RRR. 47
UUU. tid ak lecet
VVV. 45
YYY.kurang tepat CCCC. Te pat
ZZZ. 34 DDDD. 58
GGGG. kur ang tepat
HHHH. 47
KKKK. pat
LLLL. 45
PPP. Kond isi puting
XXX. Posis i menyusui
FFFF. Perle katan menyusui
NNNN.
Te
2 CCC. 33, 7 GGG. 66, 3 KKK. 56, 5 OOO. 43, 5 SSS. 5 1 , 1 WWW. 48, 9 AAAA. 37 EEEE. 63 IIII. 5 1 , 1 MMMM. 48, 9
(Sumber: Data primer diolah) a. Distribusi frekuensi usia reponden. OOOO. Didapatkan data 88% termasuk dalam usia 20 tahun s/d 35 tahun dan sisanya yaitu 12% termasuk dalam usia > 35 tahun. Tabel menunjukan sebagian besar responden berusia 20 tahun s/d 35 tahun. b. Distribusi frekuensi paritas. PPPP. Didapatkan data 58,7% paritas multipara dan sisanya 41,3% paritas primipara. Tabel menunjukan sebagian besar responden dengan paritas multipara. QQQQ. c. Distribusi frekuensi jenis persalinan. 4
RRRR.
Didapatkan data 67,4% dengan jenis persalinan sectio
sesarea dan 32,6% dengan jenis persalinan pervaginam. Tabel menunjukan sebagian besar responden dengan jenis persalinan sectio sesarea. d. Distribusi frekuensi IMD. SSSS. Didapatkan data 65,2% mengalami IMD dan sisanya 34,8% tidak mengalami IMD. Tabel menunjukan sebagian besar responden mengalami IMD. e. Distribusi frekuensi menyusui. TTTT. Didapatkan data 66,3% dengan frekuensi menyusui ≥8 kali/hari dan 33,7% dengan frekuensi menyusui <8 kali/hari. Tabel menunjukan sebagian besar responden dengan frekuensi menyusui ≥ 8 kali/hari. f. Distribusi frekuensi kondisi payudara. UUUU. Didapatkan data 56,5% dengan kondisi payudara bengkak dan 43,5% dengan kondisi payudara tidak bengkak. Tabel menunjukan sebagian besar responden dengan kondisi payudara bengkak. g. Distribusi frekuensi kondisi puting susu. VVVV. Didapatkan data 51,1% dengan kondisi puting lecet dan 48,9% dengan kondisi puting tidak lecet. Tabel menunjukan sebagian besar responden dengan kondisi puting lecet. h. Distribusi frekuensi posisi menyusui. WWWW. Didapatkan data 63% posisi menyusui tepat dan 37% posisi menyusui kurang tepat. Tabel menunjukan sebagian besar responden posisi menyusuinya tepat. i. Distribusi frekuensi perlekatan menyusui. XXXX. Didapatkan data 51,1%
melakukan
perlekatan
menyusui kurang tepat dan sisanya 48,9% melakukan perlekatan menyusui dengan tepat. Tabel menunjukan sebagian besar responden dengan perlekatan menyusui kurang tepat. YYYY. ZZZZ. AAAAA. BBBBB. 2. Analisis bivariat CCCCC. 5
Tabel 2.1
DDDDD. Hubungan Antara Usia Ibu, Paritas, Jenis Persalinan, IMD, Kondisi Puting, Posisi Menyusui, Perlekatan Menyusui, Frekuensi Menyusui Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara di RS Pondok Indah Jakarta Tahun 2015 EEEEE. Variabel FFFFF. Kondisi GGGGG. HHHHH. Payudara Total P v JJJJJ. KKKKK. a Bengka Tidak l k ben u gka e k OOOOO. PPPPP.QQQQQ. RRRRR. SSSSS.TTTTT. N % N % N % VVVVV. WWWWW. XXXXX. YYYYY. ZZZZZ. AAAAAA. BBBBBB. CCCCCC. DDDDDD. Usia Usia 20 3 8 0,0 s/d 0 35 2 tahu n FFFFFF. GGGGGG. HHHHHH. IIIIII. JJJJJJ. KKKKKK. LLLLLL. >35 9 tahu n NNNNNN. OOOOOO. PPPPPP. QQQQQQ. RRRRRR. SSSSSS. TTTTTT. UUUUUU. VVVVVV. Parita Primipa 8 5 1 3 0,0 s ra 0 0 XXXXXX. YYYYYY. ZZZZZZ. AAAAAAA. BBBBBBB. CCCCCCC. DDDDDDD. Multipa 3 6 5 ra FFFFFFF. GGGGGGG. HHHHHHH. IIIIIII. JJJJJJJ.KKKKKKK. LLLLLLL. MMMMMMM. NNNNNNN. Jenis SC 3 5 2 4 6 0,6 YYYYYYY. ZZZZZZZ. AAAAAAAA. BBBBBBBB. CCCCCCCC. DDDDDDDD. EEEEEEEE. pe 4 Pervagi 1 6 1 4 3 rsa 0 nam lin an GGGGGGGG. HHHHHHHH.IIIIIIII.JJJJJJJJ.KKKKKKKK. LLLLLLLL. MMMMMMMM. NNNNNNNN. OOOOOOOO. IMD Tidak 8 3 0,0 0 9 QQQQQQQQ.RRRRRRRR. SSSSSSSS. TTTTTTTT. UUUUUUUU. VVVVVVVV. WWWWWWWW. Ya 4 5 YYYYYYYY. AAAAAAAAA. BBBBBBBBB. CCCCCCCCC. DDDDDDDDD. EEEEEEEEE. FFFFFFFFF. GGGGGGGGG. HHHHHHHHH. Kondi Lecet 4 5 4 0,0 SSSSSSSSS. TTTTTTTTT. UUUUUUUUU. VVVVVVVVV. WWWWWWWWW. XXXXXXXXX. YYYYYYYYY. si 0 2NNNNNNNNNN. 7PPPPPPPPPP. KKKKKKKKKK. MMMMMMMMMM. OOOOOOOOOO. QQQQQQQQQQ. RRRRRRRRRR. TTTTTTTTTT. JJJJJJJJJJ. Tidak LLLLLLLLLL. 3 1 0 0 3 SSSSSSSSSS. 0,0 Posisi EEEEEEEEEEE. PPPPPPPPPPP. FFFFFFFFFFF. HHHHHHHHHHH. JJJJJJJJJJJ. LLLLLLLLLLL. NNNNNNNNNNN. 0 m Tepat GGGGGGGGGGG. IIIIIIIIIII. KKKKKKKKKKK. MMMMMMMMMMM. OOOOOOOOOOO. 0 en QQQQQQQQQQQ. 3 5 yu 1 sui 6
SSSSSSSSSSS. TTTTTTTTTTT. UUUUUUUUUUU. WWWWWWWWWWW. YYYYYYYYYYY. AAAAAAAAAAAA. CCCCCCCCCCCC. EEEEEEEEEEEE. FFFFFFFFFFFF. Perlek Kurang VVVVVVVVVVV. XXXXXXXXXXX. ZZZZZZZZZZZ. BBBBBBBBBBBB. DDDDDDDDDDDD. 1WWWWWWWWWWWW. 0,0 QQQQQQQQQQQQ. RRRRRRRRRRRR. SSSSSSSSSSSS. TTTTTTTTTTTT. UUUUUUUUUUUU. VVVVVVVVVVVV. ata 0 Tepat 1 2 3 7 4 1 n 0 m en yu sui YYYYYYYYYYYY. ZZZZZZZZZZZZ. AAAAAAAAAAAAA. BBBBBBBBBBBBB. CCCCCCCCCCCCC. DDDDDDDDDDDDD. EEEEEEEEEEEEE. FFFFFFFFFFFFF. GGGGGGGGGGGGG. Freku <8 1 0 0 3 0,0 en kali 0 RRRRRRRRRRRRR. SSSSSSSSSSSSS. TTTTTTTTTTTTT. UUUUUUUUUUUUU. VVVVVVVVVVVVV. WWWWWWWWWWWWW. XXXXXXXXXXXXX. si 0 ≥8 m kali en /har yu i sui ZZZZZZZZZZZZZ. (Sumber : Data primer diolah) AAAAAAAAAAAAAA. a.
Hubungan Antara Usia Ibu Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara. BBBBBBBBBBBBBB. Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa lebih dari setengah jumlah responden yang mengalami pembengkakan payudara pada usia 20 s/d 35 tahun sekitar 63% (51 responden) dibandingkan dengan pembengkakan payudara pada usia > 35 tahun sekitar 9,1% (1 responden). Hasil uji chi square didapatkan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,002; α= 0,05). Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Soetjiningsih (2005) Usia ibu berpengaruh terhadap produksi ASI, dimana ibu yang usianya muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu yang sudah tua. Peneliti berasumsi payudara sering terasa penuh dan nyeri dikarenakan produksi ASI dalam jumlah banyak. Bila ibu post partum yang berusia 20 s/d 35 tahun tidak bisa mengatasi produksi ASI yang terus berproduksi dan tidak diseimbangkan dengan pengeluarannya maka lebih beresiko terjadi pembengkakan pada payudara, sedangkan pada Ibu post partum yang berusia > 35 tahun untuk produksi ASI lebih sedikit.
b. Hubungan Antara Paritas Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara. CCCCCCCCCCCCCC. Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa responden yang terjadi pembengkakan payudara lebih tinggi pada primipara sebanyak 86,8% (33 responden) dibandingkan dengan pembengkakan payudara pada multipara 35,2% (19 responden). Hasil uji chi square didapatkan bahwa ada hubungan 7
antara paritas dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Madjid (2003) dalam Fauziah (2009) bahwa ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak (primipara) masalah-masalah menyusui sering timbul, berbeda dengan ibu-ibu multipara yang sudah pernah menyusui sebelumnya lebih baik dari pada yang pertama. Ibu yang melahirkan anak kedua dan seterusnya produksi ASI lebih banyak dibandingkan dengan kelahiran anak yang pertama (Soetjiningsih, 2005; Nichol, 2005). Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Harlina (2015) yaitu pada ibu primipara memiliki pengetahuan kurang (47,6%) dan teknik menyusui kurang (40,5%). Hasil penelitian yang bertolak belakang yaitu penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) dalam penelitian kuswanti (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kejadian payudara bengkak antara ibu nifas primipara dan multipara, dimana pengalaman tidak memberikan pengaruh yang besar jika dibandingkan dengan faktor pengetahuan ibu nifas. Peneliti berasumsi bahwa pada ibu post partum dengan primipara lebih beresiko terjadi pembengkakan pada payudara karena pada primipara merupakan pengalaman pertama ibu post partum menyusui dan kemungkinan pengetahuan primipara yang kurang terhadap pencegahan pembengakakan pada payudara. Sehingga dengan meningkatkan pengetahuan seorang ibu baik primipara ataupun multipara samasama dapat meningkatkan pengetahuan yang mengenai pencegahan terjadinya pembengkakan pada payudara. c. Hubungan Antara Kondisi Puting Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara. DDDDDDDDDDDDDD.
Berdasarkan
tabel
2.1
diketahui
bahwa
responden yang terjadi pembengkakan payudara lebih tinggi pada kondisi puting susu yang lecet sebanyak 89,4% (42 responden) dibandingkan dengan pembengkakan payudara pada kondisi puting susu yang tidak lecet 22,2% (10 responden). Hasil uji chi square didapatkan bahwa ada hubungan antara kondisi puting susu dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05). Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Eny (2010), dalam penelitian Halina (2015) mengatakan bahwa teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Peneliti berasumsi dengan mencegah 8
terjadinya puting lecet dapat mengurangi resiko terjadinya pembengakakan pada payudara, karena puting yang tidak lecet membuat ibu dan bayi mau menyusui dengan nyaman sehingga tidak menghambat pengeluaran ASI. d. Hubungan Antara Jenis Persalinan Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara. EEEEEEEEEEEEEE.
Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa responden yang
terjadi pembengkakan payudara hampir sama tinggi pada jenis persalinan pervaginam maupun sectio sesarea. Pada jenis persalinan pervaginam 60% (18 responden) dan pembengkakan payudara pada sectio sesarea sebanyak 54,8% (34 responden). Hasil uji chi square didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis persalinan dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,640; α= 0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Arora et al (2009) dalam Novita (2011) yang mengatakan tipe persalinan tidak dapat memprediksi terjadinya pembengkakan payudara. Berbeda pendapat menurut studi literatur oleh Cotterman (2004) dalam Novita (2011) mengatakan seksio cesarea yang menerima cairan kristaloid berpotensi untuk terjadinya pembengkakan pada payudara. Peneliti berasumsi terjadinya pembengkakan payudara tidak tergantung pada jenis persalinan yang dialami oleh ibu post partum yang mengalami sectio sesarea maupun melahirkan pervaginam. e. Hubungan Antara IMD Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara. FFFFFFFFFFFFFF. Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa responden yang terjadi pembengkakan payudara lebih tinggi pada responden yang tidak mengalami IMD sebanyak 75% (24 responden) dibandingkan dengan pembengkakan payudara pada responden yang mengalami IMD 46,7% (28 responden). Hasil uji chi square didapatkan bahwa ada hubungan antara IMD dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,009; α= 0,05). Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Pellu (2012) yang mengatakan adanya hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan terjadinya bendungan ASI. Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Varney (2008), bahwa penyebab terjadinya bendungan ASI adalah keterlambatan dalam pemberian ASI dini (IMD). Peneliti berasumsi IMD mempunyai pengaruh yang besar dengan terjadinya pembengkakan pada payudara. IMD merupakan kontak kulit antara 9
ibu dan bayi yang dilakukan selama minimal 1 jam dapat menstimulus bayi menyusu. berikutnya hal ini dikarenakan bayi yang menyusui dini dapat mudah sekali menyusui kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain itu dapat membantu terjadinya kontak langsung antara bayi dengan ibu agar menyusui dilakukan tanpa jadwal. Inisiasi menyusui dini juga dapat memberikan motivasi yang sangat besar untuk ibu menyusui bayinya. f. Hubungan Antara Posisi Menyusui Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara. GGGGGGGGGGGGGG.
Berdasarkan
tabel
2.1
diketahui
bahwa
responden yang terjadi pembengkakan payudara lebih tinggi pada posisi menyusui yang kurang tepat sebanyak 100% (34 responden) dibandingkan dengan pembengkakan payudara pada posisi menyusui yang tepat 31% (18 responden). Hasil uji chi square didapatkan bahwa ada hubungan antara posisi menyusui dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05). Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Aeni (2014), didapatkan data bahwa pada responden dengan cara menyusui kurang baik dan mengalami bendungan ASI (53,3%) dan pada responden dengan cara menyusui baik dan mengalami bendungan ASI (10,7%). Peneliti berasumsi posisi menyusui yang kurang tepat dapat menyebabkan pembengkakan payudara karena bila posisi menyusui kurang tepat dapat membuat ibu dan bayi merasa tidak nyaman saat menyusu dan dapat membuat puting ibu lecet. Bila terjadi lecet, ibu biasanya merasa sakit dan enggan menyusui sehingga pengeluaran produksi ASI terhambat sehingga dapat menyebabkan pembengkakan pada payudara. Ibu post partum di Rumah Sakit Pondok Indah lebih banyak yang menggunakan posisi menyusui dengan cradle hold tetapi untuk kepala bayi kurang diperhatikan satu garis lurus dengan badan bayi. Ibu post partum juga merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara dibandingkan payudara yang lain, sehingga dapat menjadi penyebab terjadinya pembengkakan pada sisi payudara yang tidak digunakan untuk menyusui. g. Hubungan Antara Perlekatan Menyusui Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara. HHHHHHHHHHHHHH.
Berdasarkan
tabel
2.1
diketahui
bahwa
responden yang terjadi pembengkakan payudara lebih tinggi pada perlekatan menyusui yang kurang tepat sebanyak 89,4 (42 responden) dibandingkan 10
dengan pembengkakan payudara pada perlekatan menyusui yang tepat 22,2% (10 responden). Hasil uji chi square didapatkan bahwa ada hubungan antara perlekatan menyusui dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05). Hasil penelitian sesuai dengan teori menurut (Astutik 2010; hal.65-66), menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat menyebabkan putting susu lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu, 42.9% responden mengatakan ketika menyusui dahi bayi tidak menempel pada payudara ibu seharusnya dahi bayi menempel pada payudara ibu karena jika dahi bayi tidak menempel pada payudara ibu maka bayi hanya dapat menghisap sebagian putting saja. Menurut (Astutik 2010; hal.65-66), menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat menyebabkan putting susu lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Peneliti berasumsi posisi kepala bayi yang tidak benar bisa menyebabkan hisapan bayi yang salah, karena puting susu dan areola yang tidak masuk semua kemulut bayi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya puting lecet. Terjadinya puting lecet dapat menjadi resiko terjadinya pembengkakan pada payudara. Ibu post partum harus memastikan pelekatan sudah tepat sehingga resiko terjadi pembengkakan pada payudara yaitu puting lecet tidak terjadi. h. Hubungan Antara Frekuensi Menyusui Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara. IIIIIIIIIIIIII.
Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa responden yang terjadi
pembengkakan payudara lebih tinggi pada frekuensi menyusui < 8 kali perhari sebanyak 100 (31 responden) dibandingkan dengan pembengkakan payudara pada frekuensi menyusui ≥ 8 kali perhari 34,4 % (21 responden). Hasil uji chi square didapatkan bahwa ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cintami Atmawati (2010), mengatakan bahwa frekuensi pemberian ASI adalah salah satu faktor kejadian bendungan ASI pada ibu menyusui setelah melahirkan. Jika frekuensi pemberian ASI di lakukan secara teratur maka tidak akan terjadi bendungan ASI pada ibu nifas dalam penelitiannya. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardyan (2014) Frekuensi dan 11
durasi pemberian ASI mempunyai hubungan dengan terjadinya bendungan ASI pada Ibu nifas karena pada payudara terdapat vena limpatik yang mengalirkan produksi air susu, jika frekuensi dan durasi pemberian ASI optimal, maka pengosongan payudara dapat secara sempurna, aliran vena limpatik lancar, sehingga mencegah terjadinya payudara bengkak atau bendungan ASI pada payudara. Peneliti berasumsi ibu post partum harus memperhatikan frekuensi menyusui atau dapat memerah ASI untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat pembengkakan, bisa juga dengan teknik memijat payudara sebelum menyusui dan memastikan pelekatan sudah baik atau menggunakan kompres dingin di antara waktu menyusui. Jika frekuensi pemberian ASI di lakukan secara teratur maka tidak akan terjadi pembengkakan pada ibu nifas. JJJJJJJJJJJJJJ. KKKKKKKKKKKKKK. SIMPULAN DAN SARAN LLLLLLLLLLLLLL. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ibu yaitu umur, paritas, dan kondisi puting susu di Rumah Sakit Pondok Indah adalah responden berusia 20 tahun s/d 35 tahun sebanyak 88%, paritas dengan multipara sekitar 58,7% dan kondisi puting yang mengalami lecet sekitar 51,1%. 2. Kondisi payudara responden di Rumah Sakit Pondok Indah yang mengalami pembengkakan pada payudara sekitar 56,5%. 3. Jenis persalinan responden di Rumah Sakit Pondok Indah diketahui lebih dari setengah mengalami sectio sesarea sekitar 67,4%. 4. IMD yang dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah diketahui lebih dari setengah responden mengalami IMD sebanyak 65,2%. 5. Posisi menyusui yang dilakukan responden di Rumah Sakit Pondok Indah diketahui lebih dari setengah posisi menyusui sudah tepat sekitar 63%. 6. Perlekatan menyusui yang dilakukan responden di Rumah Sakit Pondok Indah diketahui lebih dari setengah mengalami perlekatan menyusui kurang tepat sekitar 51,1%. 7. Frekuensi menyusui di Rumah Sakit Pondok Indah diketahui responden menyusui ≥ 8 kali perhari sekitar 66,3%. 8. Ada hubungan antara umur ibu dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,002; α= 0,05). 9. Ada hubungan antara paritas dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05).
12
10. Ada
hubungan
antara
kondisi
puting
susu
dengan
terjadinya
pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05). 11. Tidak ada hubungan antara jenis persalinan dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,640; α= 0,05). 12. Ada hubungan antara IMD dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,009; α= 0,05). 13. Ada hubungan antara posisi menyusui dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05). 14. Ada hubungan antara perlekatan menyusui responden dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05). 15. Ada hubungan antara frekuensi menyusui responden dengan terjadinya pembengkakan payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05). MMMMMMMMMMMMMM. NNNNNNNNNNNNNN. Saran: 1. Bagi praktek keperawatan OOOOOOOOOOOOOO. Hasil penelitian
ini
diharapkan
dapat
mengingkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang manajemen laktasi dan perawatan payudara pada ibu post partum sehingga dapat menurunkan pembengkakan payudara pada masa post partum dan mempertahankan menyusui efektif. 2. Bagi Rumah Sakit Pondok Indah PPPPPPPPPPPPPP. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengelola rumah sakit terutama di area keperawatan maternitas yang berkaitan dengan membantu permasalahan yang terjadi pada awal kehamilan hingga setelah melahirkan dengan meningkatkan program pendidikan kesehatan mengenai gizi pada ibu hamil, manajemen laktasi, perawatan payudara, perawatan bayi dan tali pusat. Program ini harus dilakukan secara berkesinambungan dan didokumentasikan. QQQQQQQQQQQQQQ. RRRRRRRRRRRRRR. DAFTAR PUSTAKA SSSSSSSSSSSSSS.
Aeni, Nur. (2013). Hubungan Cara Ibu Menyusui
Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten 13
Semarang. perpusnwu.web.id/karyailmiah/ documents/3277.doc. Diperoleh tanggal 26 Desember 2015. TTTTTTTTTTTTTT. Ardyan, Ratna Nevyda. (2014). Hubungan Frekuensi Dan Durasi Pemberian Asi Dengan Kejadian Bendungan Asi Pada Ibu
Nifas.
Http://Repository.Poltekkesmajapahit.Ac.Id/Index.Php/PUBKEB/Article/ View/310. Diperoleh tanggal 26 Desember 2015. UUUUUUUUUUUUUU.
Arora, S., Vatsa, M., & Dadhwal, V. (2009).
Cabbage Leves vs Hot and Cold Compresses in the Treatment of Breast engorgement. Nursing Journal of India, 100(3), 52. VVVVVVVVVVVVVV. WWWWWWWWWWWWWW. Astuti,I D. Kurniawati,T.
(2011).
Analisa Hubungan Pengaruh Cara Menyusui dengan Kejadian Payudara
Bengkak
Pada
Kebidanan,vol.III,No.1. XXXXXXXXXXXXXX. YYYYYYYYYYYYYY. Badan
Ibu
Post
Kependudukan
Partum.
dan
Jurnal
Keluaraga
Berencana Nasional. (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%20 Penelitian/SDKI
%202012/Laporan%20Pendahuluan%20SDKI
%202012.pd. Di peroleh tanggal 25 Juli 2015. ZZZZZZZZZZZZZZ. AAAAAAAAAAAAAAA. Cotterman, K.Jean. (2004). Reverse Pressure Softening: A Simple Tool To Prepare Aerola For Easier Latching During Engorgement. Journal of Human Lactation, 20(2):227-237. BBBBBBBBBBBBBBB. CCCCCCCCCCCCCCC. Depkes RI. (2012). Pekan ASI Sedunia 2012. http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/berita/37-pekan-asisedunia-2012. Diperoleh tanggal 20 Juli 2015. DDDDDDDDDDDDDDD. EEEEEEEEEEEEEEE. Fauziah. (2009). Faktor
faktor
yang
berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta. Disertai tidak dipublikasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. FFFFFFFFFFFFFFF. 14
GGGGGGGGGGGGGGG. Halina, Tuti. (2015). Hubungan Pengetahuan Menyusui Dengan Teknik Menyusui Yang Benar Pada Ibu Primipara Di Wilayah Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. perpusnwu.web.id. Diperoleh tanggal 26 Desember 2015. HHHHHHHHHHHHHHH. IIIIIIIIIIIIIII. Kuguoglu, Sema. (2012). Breastfeeding After a Cesarea Delivery.www.intechopen.com.diperoleh tanggal 22 Januari 2016. JJJJJJJJJJJJJJJ. KKKKKKKKKKKKKKK. Kuswanti, Ina. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Keterampilan Menyusui Pada Ibu Post Partum Ditinjau Dari Paritas. Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 05 No. 02 Juli 2014. STIKes Yogyakarta. LLLLLLLLLLLLLLL. MMMMMMMMMMMMMMM. Novita, Regina VT. (2011). Efektifitas Paket “Bunda Ceria” Terhadap Rasa Nyeri Dan Pembengkakan Payudara Serta Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Di Jakarta.Disertai
dipublikasi,
Fakultas
Universitas Indonesia, Depok. NNNNNNNNNNNNNNN. OOOOOOOOOOOOOOO. Nurliawati,
Ilmu
Keperawatan,
E.(2010).Faktor-Faktor
yang
berhubungan dengan Produksi Air Susu Ibu pada Ibu Pasca Seksio Sesarea Di Wilayah Kota dan Kabupaten Tasikmalaya. Disertai tidak
dipublikasi,
Faktultas
Indonesia, Depok. PPPPPPPPPPPPPPP. QQQQQQQQQQQQQQQ. Pellu,
S.
Ilmu
(2012).
Keperawatan,Universitas
Faktor-Faktor
yang
Berhubungan dengan terjadinya Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di RSIA Siti Fatimah Makassar. Jurnal STIK Nani Hasanuddin Makassar,vol.1, No.5. RRRRRRRRRRRRRRR.
15