PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN MENCUCI TANGAN TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK MENCUCI TANGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SDN METESEH SEMARANG
Manuskrip
Oleh : Icha Puspitalia Wilanda NIM : G2A009053
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2014
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Mencuci Tangan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Mencuci Tangan Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Meteseh Semarang Icha Puspitalia Wilanda¹, Ns. Siti Aisah, S. Kep. M. Kep, Sp. Kom², Mifbakhuddin, SKM, M.Kes³ ¹Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS ²Dosen Keperawatan Komunitas FIKKES UNIMUS ³Staf Dosen Jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS Abstrak Anak usia sekolah merupakan masa dimana anak banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan pada usia ini anak banyak memiliki rasa ingin tahu dan banyak waktu yang di gunakan untuk bermain di lingkungan sekitar. Anak usia sekolah memiliki kesadaran yang kurang mengenai perilaku cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar. Biasanya anak usia sekolah hanya mengerti bahwa cuci tangan yang penting tanganya basah saja, padahal cuci tangan saja atau cuci tangan tidak menggunakan sabun masih meninggalkan kuman atau kurang bersih sehingga belum bisa di katakan cuci tangan yang baik dan benar. Penyuluhan kesehatan merupakan sarana memberikan informasi yang sangat efektik untuk meningkatkan aspek kesehatan baik dalam hal pengetahuan, sikap, dan perilaku anak usia sekolah untuk mencuci tangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan mencuci tangan terhadap pengetahuan, sikap dan kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah dasar di SDN 1 Meteseh. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain Pretest-Posttest with Control Groupdesign. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 dan kelas 5 SDN Meteseh Semarang dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling yaitu berjumlah 117 orang. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik Paired ttest dan independen t-test serta wilcoxon dan mann whitney. Hasil analisis statistik diperoleh ada perbedaan yang signifikan pengetahuan, sikap, dan perilaku anak sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan mencuci tangan dengan p 0,000; 0,000; 0,001. Ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan tentang, sikap dan perilaku mencuci tangan anak usia sekolah pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan p 0,007; 0,029; 0,011. Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut maka diharapkan dapat memberikan informasi bagi para siswa tentang pentingnya melakukan cuci tangan, sehingga siswa dapat melakukan praktik mencuci tangan dengan benar. Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, penyuluhan kesehatan, mencuci tangan.
Abstract
Children of school age children is a period where a lot of activities outside of the home and children at this age have a lot of curiosity and a lot of time that used to play in the neighborhood. School-age children have a lack of awareness about handwashing with soap behavior is good and right. Usually the only school-age children understand that the importance of hand washing by hand is wet, even though hand washing alone or washing hands using soap still does not leave germs or less clean so can not say hand washing is good and right. Health education is a means of providing information that is very efektik to improve the health aspects both in terms of knowledge, attitudes, and behaviors of school-age children to wash their hands. The purpose of this study was to determine the effect of hand washing health education on knowledge, attitude and ability to wash hands at primary school age children at SDN 1 Meteseh. This study is a quasi-experimental pretest-posttest design with control Groupdesign. The population in this study were all students in grade 4 and grade 5 SDN Meteseh Semarang and sampling is done by simple random sampling method that is numbered 117 people. Analysis of the data used in this research is to use statistical analysis Paired t-test and independent t-test and Wilcoxon and Mann Whitney. Statistical analysis obtained no significant differences of knowledge, attitudes, and behavior of children before and after hand washing health education given by p 0.000; 0,000; 0,001. There is a significant difference between knowledge, attitudes and behavior of school age children wash hands in the control group and the intervention group with p 0.007; 0,029; 0,011. Based on the results of the statistical analysis it is expected to provide information to students about the importance of washing hands, so that students can practice washing hands properly. Keywords:
knowledge,
attitude,
behavior,
health
education,
hand
washing.
PENDAHULUAN Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007). Praktik merupakan tindakan akibat adanya suatu respon. Kecenderungan untuk bertindak karena adanya fasilitas atau respon (Notoatmodjo, 2010). Anak usia sekolah memiliki kesadaran yang kurang mengenai perilaku cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar . Biasanya anak usia sekolah hanya mengerti bahwa cuci tangan yang penting tanganya basah saja, padahal cuci tangan saja atau cuci tangan tidak menggunakan sabun masih meninggalkan kuman atau kurang bersih sehingga belum bisa di katakan cuci tangan yang baik dan benar. Sehingga di butuhkan peran pelaku kesehatan untuk memberikan informasi kepada masyarakat termasuk anak usia sekolah mengenai prilaku cuci tangan pakai sabun agar dapat mewujudkan masyarakat berperilaku hidup bersih sehat (Proverawati, A dan Rahmawati, E (2012). Penyuluhan kesehatan merupakan sarana memberikan informasi yang sangat efektik untuk meningkatkan aspek kesehatan (Notoatmodjo, 2006 dalam Saraswati, 2012). Kesehatan merupakan hak setiap manusia,kesehatan merupakan hal yang pokok dan wajib di miliki oleh seseorang. Oleh karena itu, manusia harus berusaha untuk menjaga kesehatan tubuh dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkunganya. Perilaku hidup bersih harus di terapkan pada anak sedini mungkin agar anak terbiasa berperilaku hidup bersih sehat di lingkungan rumah maupun luar rumah (Lucie, 2005 dalam Lubis, dkk, 2013). PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat (Proverawati, A dan Rahmawati, E ( 2012). Indikator PHBS
adalah
mencuci
tangan
menggunakan
air
mengalir
dan
memakai
sabun,mengkomsumsi jajan yang sehat dan menggunakan jamban yang bersih dan sehat. Tangan merupakan anggota tubuh yang paling gampang sebagai perantara masuknya kuman
di dalam tubuh, oleh karena itu perilaku cuci tangan pakai sabun adalah hal penting untuk mewujudkan perilsku hidup bersih sehat.Perilaku hidup bersih sehat merupakan cara untuk mencegah terjadinya penyakit menular akibat kuman seperti diare (Depkes, 2007 dalam Chuluq, dkk, 2013). Perlu di lakukan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih sehat terutama mengenai peilaku cuci tangan pakai sabun. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Mencuci Tangan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Mencuci Tangan Pada Anak Usia Sekolah Dasar di SDN Meteseh”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan mencuci tangan terhadap pengetahuan, sikap dan praktik mencuci tangan pada anak usia sekolah dasar di SDN Meteseh Semarang METODE Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain Pretest-Posttest with Control Group design Ciri tipe penelitian ini adalah pengelompokkan anggota-anggota kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random (Notoatmodjo, 2010). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 dan kelas 5 SDN Meteseh Semarang. Jumlah populasinya adalah 164 siswa. Sampel adalah objek yang diteliti dianggap mewakili seluruh populasi penelitian (Notoadmodjo, 2010). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Teknik yang di gunakan yaitu dengan mengundi anggota populasi (lottery technique) atau teknik undian. (Notoatmodjo, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini akan peneliti deskripsikan berdasarkan masing-masing karakteristik responden dan variabel dalam penelitian serta peneliti akan menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
Tabel 1 Perbedaan pengetahuan awal dan akhir anak pada kelompok kontrol di SDN Meteseh Semarang, 2014 (n=59) Variabel
Mean (rata-rata)
Std. Deviasi
Pengetahuan sebelum
13,63
5,837
Pengetahuan setelah
14,58
4,260
P-Value 0,146
Berdasarkan hasil uji Paired t-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata pengetahuan akhir anak lebih tinggi yaitu sebesar 14,58 dibandingkan dengan pengetahuan awal yaitu sebesar 13,63. Analisis hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p-value 0,146 > (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan awal dan akhir anak. Tabel 2 Perbedaan pengetahuan anak sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan pada kelompok intervensi di SDN Meteseh Semarang, 2014 (n=59) Variabel
Mean (rata-rata)
Std. Deviasi
Pengetahuan sebelum
12,36
4,412
Pengetahuan setelah
16,55
3,505
P-Value 0,000
Berdasarkan hasil uji Paired t-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata pengetahuan anak setelah diberikan penyuluhan kesehatan lebih tinggi yaitu sebesar 16,55 dibandingkan dengan sebelum diberikan penyuluhan yaitu sebesar 12,36. Analisis hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan anak sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan mencuci tangan pada kelompok intervensi. Tabel 3 Perbedaan sikap awal dan akhir anak pada kelompok kontrol di SDN Meteseh Semarang, 2014 (n=59) Variabel
Mean (rata-rata)
Std. Deviasi
Sikap sebelum
11,59
4,124
Sikap setelah
14,53
4,673
P-Value 0,000
Berdasarkan hasil uji Paired t-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata sikap awal anak lebih tinggi yaitu sebesar 14,53 dibandingkan dengan sikap akhir yaitu sebesar 11,59. Analisis hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan sikap awal dan akhir anak pada kelompok kontrol.
Tabel 4 Perbedaan sikap anak sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan pada kelompok intervensi di SDN Meteseh Semarang, 2014 (n=58) Variabel
Mean (rata-rata)
Std. Deviasi
Sikap sebelum
12,31
4,079
Sikap setelah
16,28
3,852
P-Value 0,000
Berdasarkan hasil uji Paired t-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata sikap anak setelah diberikan penyuluhan kesehatan lebih tinggi yaitu sebesar 16,28 dibandingkan dengan sebelum diberikan penyuluhan yaitu sebesar 12,31. Analisis hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan sikap anak sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan mencuci tangan pada kelompok intervensi. Tabel 5 Perbedaan praktik awal dan akhir mencuci tangan pada kelompok kontrol di SDN Meteseh Semarang, April 2014 (n=59) Variabel
Mean (rata-rata)
Std. Deviasi
Sikap sebelum
9,20
3,576
Sikap setelah
9,73
2,894
P-Value 0,313
Berdasarkan hasil uji Paired t-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata praktik akhir mencuci tangan lebih tinggi yaitu sebesar 9,73 dibandingkan dengan praktik awal yaitu sebesar 9,20. Analisis hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p-value 0,313 > (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan praktik awal dan akhir mencuci tangan pada kelompok kontrol. Tabel 6 Perbedaan praktik mencuci tangan sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan pada kelompok intervensi di SDN Meteseh Semarang, April 2014 (n=58) Variabel
Mean (rata-rata)
Std. Deviasi
Sikap sebelum
8,40
3,774
Sikap setelah
10,97
2,932
P-Value 0,000
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh gambaran bahwa rata-rata praktik mencuci tangan setelah diberikan penyuluhan kesehatan lebih tinggi yaitu sebesar 10,97 dibandingkan dengan sebelum diberikan penyuluhan yaitu sebesar 8,40. Analisis hasil penelitian dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
praktik mencuci tangan sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan mencuci tangan pada kelompok intervensi. Tabel 7 Perbedaan pengetahuan anak usia sekolah pada kelompok kontrol dan intervensi di SDN Meteseh Semarang, 2014 (n1=59n2=58) Pengetahuan
n
Mean (rata-rata)
Std. Deviasi
Kelompok kontrol
59
14,58
4,260
Kelompok intervensi
58
16,55
3,505
P-Value 0,007
Berdasarkan hasil uji Independent t-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata pengetahuan pada kelompok intervensi mengalami peningkatan yaitu sebesar 16,55 dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 14,58. Analisis hasil penelitian dengan uji Independent t-test diperoleh nilai p-value 0,007 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Tabel 8 Perbedaan sikap mencuci tangan pada kelompok kontrol dan intervensi di SDN Meteseh Semarang, 2014 (n1=59n2=58) Sikap
n
Mean (rata-rata)
Std. Deviasi
Kelompok kontrol
59
14,53
4,673
Kelompok intervensi
58
16,28
3,852
P-Value 0,029
Berdasarkan hasil uji Independent t-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata sikap pada
kelompok
intervensi
mengalami
peningkatan
yaitu
sebesar
16,28
dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 14,53. Analisis hasil penelitian dengan uji Independent t-test diperoleh nilai p-value 0,029 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sikap mencuci tangan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Tabel 9 Perbedaan praktik mencuci tangan pada kelompok kontrol dan intervensi di SDN Meteseh Semarang, 2014 (n1=59n2=58) Praktik mencuci tangan
n
Mean (rata-rata)
Std. Deviasi
Kelompok kontrol
59
9,73
2,894
Kelompok intervensi
58
10,97
2,932
P-Value 0,011
Berdasarkan hasil uji Mannwithney U-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata praktik mencuci tangan pada kelompok intervensi mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,97 dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 9,73. Analisis hasil penelitian dengan uji Mannwithney U-test diperoleh nilai p-value 0,011 <
(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara praktik mencuci tangan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Perbedaan pengetahuan awal dan akhir anak usia sekolah pada kelompok kontrol dan intervensi. Berdasarkan hasil analisis statistik pada kelompok kontrol dengan uji t-dependent test atau paired t-test didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan akhir lebih baik yaitu sebesar 14,58 dibandingkan dengan pengetahuan awal yaitu sebesar 13,63. Analisis hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p-value 0,146 > (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan anak awal dan akhir. Sedangkan hasil analisis statistik pada kelompok intervensi dengan uji t-dependent test atau paired t-test didapatkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan lebih baik yaitu sebesar 16,55 dibandingkan dengan sebelum diberikan penyuluhan yaitu sebesar 12,36. Analisis hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan anak sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan mencuci tangan pada kelompok intervensi. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan pendapat Efendi (2008) bahwa setiap orang memiliki tanggapan yang berbeda-beda. Perbedaan sikap awal dan akhir anak usia sekolah pada kelompok kontrol dan intervensi Berdasarkan hasil analisis statistik pada kelompok kontrol dengan uji Paired t-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata sikap akhir anak lebih tinggi yaitu sebesar 14,53 dibandingkan dengan sikap awal yaitu sebesar 11,59. Analisis hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan sikap awal dan akhir anak pada kelompok kontrol. Sedangkan hasil analisis statistik pada kelompok intervensi dengan uji Paired t-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata sikap anak setelah diberikan penyuluhan kesehatan lebih tinggi yaitu sebesar 16,28 dibandingkan dengan sebelum diberikan penyuluhan yaitu sebesar 12,31. Analisis hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan sikap anak sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan mencuci tangan pada kelompok intervensi. Hasil penelitian ini didukung
dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek berarti memiliki sikap yang arahnya positif. Perbedaan praktik awal dan akhir mencuci tangan pada kelompok kontrol dan intervensi Berdasarkan hasil analisis statistik pada kelompok kontrol dengan uji Paired t-test diperoleh gambaran bahwa rata-rata praktik akhir lebih tinggi yaitu sebesar 9,73 dibandingkan dengan praktik awal yaitu sebesar 9,20. Analisis hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p-value 0,313 > (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan praktik awal dan akhir pada kelompok kontrol. Sedangkan hasil analisis statistik pada kelompok intervensi dengan uji Wilcoxon diperoleh gambaran bahwa rata-rata praktik mencuci tangan setelah diberikan penyuluhan kesehatan lebih tinggi yaitu sebesar 10,97 dibandingkan dengan sebelum diberikan penyuluhan yaitu sebesar 8,40. Analisis hasil penelitian dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai p-value 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan praktik mencuci tangan sebelum dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan mencuci tangan pada kelompok intervensi. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Ircham (2009) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Perbedaan pengetahuan cuci tangan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Independent t-test di atas didapatkan bahwa rata-rata pengetahuan pada kelompok intervensi mengalami peningkatan yaitu sebesar 16,55 dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 14,58. Analisis hasil penelitian dengan uji Independent t-test diperoleh nilai p-value 0,007 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil penelitian ini didukung pendapat dari Soekanto (2002) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah adanya penerimaan informasi dari pihak-pihak lain.
Perbedaan sikap mencuci tangan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Independent t-test di atas didapatkan bahwa rata-rata sikap pada kelompok intervensi mengalami peningkatan yaitu sebesar 16,28 dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 14,53. Analisis hasil penelitian dengan uji Independent t-test diperoleh nilai p-value 0,029 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sikap mencuci tangan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Perbedaan praktik mencuci tangan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Mannwithney U-test di atas didapatkan bahwa rata-rata praktik mencuci tangan pada kelompok intervensi mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,97 dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 9,73. Analisis hasil penelitian dengan uji Mannwithney U-test diperoleh nilai p-value 0,011 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara praktik mencuci tangan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil ini sejalan dengan pendapat dari Azwar (2010) yang menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain berasal dari pendidikan kesehatan dimana pendidikan kesehatan dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, selain itu sikap juga dapat terbentuk karena media masa yang membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pengumpulan data perilaku anak usia sekolah dalam mencuci tangan hanya dilakukan dengan alat ukur kuesioner dan diisi sendiri oleh responden, sehingga peneliti tidak dapat mengetahui secara langsung bagaimana cara dan perilaku mencuci tangan pada anak usia sekolah, maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan alat ukur yang berbeda misalnya dengan lembar observasi. Penelitian ini hanya didasarkan pada jenis intervensi penyuluhan kesehatan yang dilakukan pada responden dan tidak memperhatikan adanya pengaruh dari faktor lain seperti media massa. Keterbatasan penelitian Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada kelas 4 dan 5 sehingga belum dapat menggeneralisasi dari seluruh populasi yang ada di SDN 1 Meteseh. Alat ukur dalam penelitian ini hanya didasarkan pada kuesioner, sehingga peneliti kurang bisa mengeksplor jawaban responden secara lebih mendalam, sehingga untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan metode lain dalam pengumpulan data misalnya dengan lembar observasi.
PENUTUP 1. Ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan tentang mencuci tangan anak usia sekolah pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan nilai p value 0,007. 2. Ada perbedaan yang signifikan antara sikap mencuci tangan anak usia sekolah pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan nilai p value 0,029. 3. Ada perbedaan yang signifikan antara praktik mencuci tangan anak usia sekolah pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan nilai p value 0,011.
Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan praktik mencuci tangan pada anak usia sekolah, sehingga peneliti ingin menyampaikan beberapa saran kepada: 1. Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para siswa tentang pentingnya melakukan cuci tangan, sehingga siswa dapat melakukan praktik mencuci tangan dengan benar. 2. Institusi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang praktik mencuci tangan pada siswa sehingga institusi sekolah dapat memberikan penyuluhan kesehatan secara rutin melalui program UKS untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik mencuci tangan pada siswa. 3. Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat untuk dapat ikut serta dalam memberikan motivasi bagi siswa selama di rumah untuk melakukan cuci tangan. 4. Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pihak puskesmas tentang gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik mencuci tangan pada
anak usia sekolah, sehingga petugas puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan kesehatan secara rutin pada siswa sekolah dasar. 5. Perawat Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan khususnya bagi perawat komunitas untuk meningkatkan pengkajian terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada anak usia sekolah sehingga dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kelompok usia anak sekolah. 6. Peneliti selanjutnya Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan, sikap, dan praktik mencuci tangan pada anak usia sekolah dengan variabel yang mempengaruhi lainnya misal pendidikan dan media massa, serta menggunakan instrumen penelitian lain misal dengan lembar observasi.
KEPUSTAKAAN Azwar, S. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta: Pusaka Pelajar. Chuluq, C., Susmarini, D., & Lestari, A., P. (2013). Pengaruh Kegiatan Rutin Mencuci Tangan di Sekolah dengan Perilaku Mencuci Tangan Anak Prasekolah Usia 4-6 tahun di TK Islam Terpadu As-Salam Kota Malang. Efendi, AN. (2008). Perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Rineka cipta. Ircham, M. (2009). Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya. Lubis, Z., S., A., Lubis, L., N., & Syarial, E. (2013). Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Anak Tentang Phbs Di Sekolah Dasar Negeri 065014 Kelurahan Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2013. Mubarak, Iqbal.(2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan.Yogyakarta:Graha Ilmu. Notoatmodjo, S. (2005). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan 2th ed. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S.(2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. . (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Proverawati, A., & Rahmawati, E . (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika. Reza, F., Marsito, & Saraswati, R. . (2012). Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Oleh Peer Group Dan Tenaga Kesehatan Tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (Phbs) Cuci Tangan Bersih Pada Siswa Sd N 01 Dan 02 Bonosari Sempor Kebumen. Soekanto, A. (2002). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku. Diunduh 25 Maret 2013. dari http://situs.perilaku.info/ diglib28.htm. Susilowati, T. (2007). Informasi sebagai dasar pengetahuan . diakses pada tanggal 23 Maret 2014 dari http://mediasehatnews.com