TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK ( TK ) TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK- KANAK KECAMATAN BAWEN
Manuscript
Oleh : Sri Wulansari G2A211033
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013
Tingkat Pengetahuan Guru Taman Kanak-Kanak ( TK ) Tentang Tahap Perkembangan Emosi Dan Sosial Pada Anak Usia Prasekolah Di Taman Kanak- Kanak Kecamatan Bawen Sri Wulansari1, M. Fatkhul Mubin2, Eni Hidayati3 1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS
2
Dosen Keperawatan Jiwa Fikkes UNIMUS
3
Dosen Keperawatan Jiwa Fikkes UNIMUS
Abstrak Latar belakang penelitian ini adalah guru diwajibkan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Di kecamatan bawen, dari seluruh guru yang mengajar di Taman Kanak-kanak, baru 17 guru saja yang sudah berpendidikan sarjana / S1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru TK tentang tahap perkembangan emosi dan sosial pada anak usia prasekolah di taman kanakkanak kecamatan Bawen. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitik yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru taman kanak-kanak yang mengajar di Taman Kanak-kanak kecamatan Bawen pada tahun 2013 dengan jumlah 75 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara aksidental ( Accidental Sampling ) yaitu dengan mengambil guru yang kebetulan datang dalam perkumpulan rutin guru TK sekecamatan Bawen . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan guru tentang perkembangan emosi anak prasekolah dengan kategori kurang terdapat 23 responden (32,9%), kategori cukup terdapat 35 responden (50 %), kategori baik terdapat 12 responden(17,1%). Untuk tingkat pengetahuan guru tentang perkembangan sosial anak prasekolah didapatkan hasil 16 responden(22,9%) dalam kategori kurang, 16 responden(22,9%) dalam kategori cukup, dan 38 responden(54,3%) dalam kategori baik. Disarankan kepada para guru untuk selalu mencari informasi tentang perkembangan emosi dan sosial anak prasekolah dari berbagai sumber guna meningkatkan pengetahuan dan kompetensi guru TK dalam mengajar. Kata kunci Pustaka
: Perkembangan Emosi, Perkembangan Sosial, Pengetahuan : 41 ( 1999-2011 )
Abstract The background of this research are teachers required to have academic qualifications, competence, educator certificate, as well as having the ability to achieve national education goals. Academic qualifications referred acquired through higher education degree program or diploma program four. In Bawen district, of all teachers who teach in kindergarten, only 17 teachers who have educated scholar / S1. The purpose of this study was to determine the level of knowledge about the kindergarten teacher, and social emotional developmental stages in children of preschool age in kindergarten Bawen district. This method uses a descriptive analytic study which aims to explain or describe variables. The population in this study are all kindergarten teachers who teach in kindergarten Bawen district in 2013 with the number of 75 people. The samples in this study are accidental (accidental sampling) is to take a teacher who happened to come in the regular gatherings Bawen kindergarten teacher. The results showed that the level of teachers' knowledge about the emotional development of preschoolers with less category there are 23 respondents (32.9%), there are enough categories 35 respondents (50%), both categories there were 12 respondents (17.1%). To the level of teachers' knowledge about the social development of preschool children showed 16 respondents (22.9%) in the low category, 16 respondents (22.9%) in enough categories, and 38 respondents (54.3%) in both categories. Suggested to the teachers to always seek information about the social and emotional development of preschoolers from various sources in order to improve the knowledge and competence in teaching kindergarten teacher. Keywords References
: Emotional Development, Social Development, Knowledge : 41 (1999-2011)
PENDAHULUAN Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia belum juga beranjak dari kategori medium atau sedang. Berdasarkan laporan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara (Anonim, 2012). Faktor terpenting dalam meningkatkan pembangunan pendidikan salah satunya yaitu kualitas guru. “Teacher Is The Heart Of Quality Education.” Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa guru merupakan salah satu indikator yang menentukan kualitas pendidikan ( Hayat, 2005).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 menyebutkan bahwa guru diwajibkan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat ( UU RI, 2005 ). Gultom ( Rabu, 7 Maret 2012 ) mengungkapkan bahwa secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini, dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1 (Yasa, 2012 ). Tugas guru yang seharusnya yaitu tercantum dalam Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2005. Di dalamnya dijelaskan bahwa tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah ( UU RI, 2005 ). Pendidik atau guru seharusnya dapat melaksanakan peran dan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Peran seorang guru juga dituntut untuk menyadari bahwa pendidikan di Negara kita bukan saja untuk membuat anak pandai dan pintar, tetapi harus juga dapat melatih mental anak didiknya. Peran guru dalam memahami kondisi siswa sangat diperlukan. Idealnya seorang guru mengenal betul pribadi peserta didik, termasuk tahap perkembangan peserta didik. Tahap perkembangan yang sangat penting salah satunya yaitu pada anak usia taman kanak-kanak ( TK ). Karena pada anak usia taman Kanak-kanak ( TK ) yaitu usia 4-5 atau 6 tahun merupakan usia yang mengandung masa keemasan bagi perkembangan fisik dan mental anak tersebut. Masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat berpengaruh bagi perkembangan di masa depan. Kesuksesan anak dalam melalui perkembangan pada masa ini menjadi pondasi bagi kesuksesan anak tersebut di masa depan ( Jamaris, 2006 ).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Crick, Dodge, dan Lohman, dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki ketrampilan sosial rendah menunjukkan prasangka permusuhan, saat berhadapan dengan stimulus sosial yang ambigu mereka sering mengartikan sebagai tanda permusuhan sehingga menghadapinya dengan tindakan agresif. Mereka juga kurang mampu mengontrol emosi, sulit memahami perasaan dan keinginan orang lain, dan kurang terampil dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial (Zikrayati, 2009 ). Sedangkan menurut Videbeck ( 2008), kurangnya keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai kemampuan tugas perkembangan psikososial ini akan menyebabkan anak merasa rendah diri, ragu-ragu, kurang percaya diri, dan hingga di masa dewasa anak akan susah bersosialisasi. Semua permasalahan di atas, menuntut para guru/ pendidik untuk dapat membantu peserta didik khususnya anak usia taman kanak-kanak mencapai perkembangan psikososial yang optimal. Kemampuan guru dalam membantu proses perkembangan diawali dengan pemahaman tentang perkembangan anak terlebih dahulu
( Syaodih, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
kedokteran UNDIP tentang “ Pengalaman Guru TK Dalam Mengembangkan Tumbuh Kembang Anak Prasekolah” menunjukkan hasil bahwa proses mengajar guru TK dipengaruhi oleh pemahaman guru tentang anak pra sekolah. Guru memiliki peran untuk mengembangkan tumbuh kembang anak prasekolah. Perilaku anak prasekolah dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dirumah serta pola asuh guru TK. (Lestyani, 2010).
Di kecamatan bawen, jumlah seluruh guru pada pendidikan anak usia dini khususnya Taman Kanak-kanak ada 70 guru. Dari jumlah keseluruhan, baru 17 guru saja yang sudah berpendidikan sarjana / S1 ( Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, 2012 ). Berdasarkan fenomena diatas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan Guru Taman Kanak-Kanak tentang Tahap Perkembangan Emosi dan Sosial pada Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak- Kanak Kecamatan Bawen”.
METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitik yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan variabel ( Nursalam, 2008 ; Notoatmodjo, 2010 ). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, dimana seluruh guru yang kebetulan hadir dalam perkumpulan rutin guru TK sekecamatan Bawen diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010) . Pada saat penelitian, guru yang kebetulan hadir terdapat 70 orang. Sehinnga 70 orang tersebut diambil sebagai responden dalam penelitian ini. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Proses penelitian berlangsung pada tanggal 8 April 2013. Data dianalisis secara univariat, distribusi frekuensi dan menggunakan nilai pemusatan data ( mean, median, modus ) dan nilai penyebaran data ( minimal, maksimal, dan standar deviasi ). HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, data karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, dan lama mengajar, diisi oleh responden sendiri pada saat kuesioner dibagikan. Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Guru TK di Kecamatan Bawen pada tanggal 8 April 2013 (n= 70) Umur
Mean
Median
Minimum
Maksimum
Std.Deviasi
Umur
35, 56
36
19
52
9,3
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil distribusi umur responden rata-rata adalah 35.56 tahun, median 36 tahun, dan nilai standar deviasi sebesar 9.3. Umur guru termuda adalah 19 tahun dan umur guru tertua adalah 52 tahun.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Guru TK di Kecamatan Bawen pada tanggal 8 April 2013 (n=70) Pendidikan
Frekuensi
Presentase
SMA
23
32,9
D1
8
11,4
D2
22
31,4
S1
17
24, 3
Jumlah
70
100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil distribusi pendidikan guru TK yaitu: guru yang berpendidikan SMA terdapat 23 orang (32,9%), guru yang berpendidikan diploma I terdapat 8 orang (11,4%), guru yang berpendidikan diploma II terdapat 22 orang (31,4%), dan yang berpendidikan strata I terdapat 17 orang (24,3%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Mengajar Guru TK di Kecamatan Bawen pada tanggal 8 April 2013 (n=70) Lama Kerja Lama Kerja
Mean 10,2
Median 7,5
Minimum 1
Maksimum 35
Std.deviasi 8,5
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil distribusi lama mengajar responden rata-rata adalah 10.2 tahun, median 16 tahun, dan nilai standar deviasi sebesar 8.5. Maksimal lama mengajar adalah 36 tahun dengan standar deviasi sebesar 9.29. Lama mengajar terendah adalah 1 tahun, sedangkan lama mengajar tertinggi adalah 35 tahun. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Guru berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Perkembangan Emosi di TK Kecamatan Bawen pada tanggal 8 April 2013 (n=70)
Tingkat Pengetahuan Emosi Kurang Cukup Baik Total
Frekuensi 23 35 12 70
Persentase 32,9 50 17,1 100
Pada
penelian
ini
dibahas
tentang tingkat
pengetahuan
guru
tentang
perkembangan emosi pada anak prasekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor rata-rata pengetahuan perkembangan emosi responden adalah 16.02, skor median 16, dan nilai standar deviasi sebesar 2.68. Skor pengetahuan perkembangan emosi terendah adalah 12 dan skor pengetahuan perkembangan emosi tertinggi adalah 21. Tingkat pengetahuan guru tentang perkembangan emosi dikategorikan menjadi 3 yaitu kurang, cukup, dan baik. Dikategorikan kurang apabila jumlah skornya < 65%, dikategorikan cukup apabila skornya 65% - 79 %, dan dikategorikan baik apabila skornya 80% - 100%. Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui presentase pengetahuan emosi kurang sebanyak 23 orang (32,9%), pengetahuan emosi cukup sebanyak 35 orang (50%), dan pengetahuan emosi baik sebanyak 12 orang(17,1%). Apabila dilihat dari rata-rata skor sebesar 16.02 dimana skor tertinggi adalah 23 menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan responden termasuk cukup. Dalam penelitian ini juga didapatkan kategori tingkat pengetahuan perkembangan emosi, dimana
terdapat 12 responden (17,1%) berpengetahuan baik. Hal ini
menunjukkan bahwa guru mengetahui dan memahami akan tahap perkembangan emosi pada anak prasekolah. Selain itu juga terdapat 35 responden (50%) dengan tingkat pengetahuan cukup. Namun demikian juga ditemukan guru yang mempunyai pengetahuan masih kurang tentang perkembangan emosi anak prasekolah. Hal tersebut ditunjukkan dengan terdapatnya sebanyak 23 responden (32,9%) yang berpengetahuan dalam kategori kurang. Kurangnya pengetahuan guru ini dapat dikarenakan kurangya informasi yang didapat oleh guru mengenai perkembangan emosi pada anak prasekolah. Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi sudah sangat canggih terutama internet. Melalui media tersebut, berbagai macam informasi dan pengetahuan dapat diakses masyarakat secara cepat, termasuk mengenai perkembangan emosi anak usia
prasekolah. Dalam hal ini, terdapat sejumlah guru yang belum terbiasa dan belum bisa mengakses informasi dari internet sehingga menghambat mereka untuk mengetahui segala pengetahuan baru tentang perkembangan anak. Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DIY Zainal Fanani mengatakan, ketidakmampuan guru di bidang komputer dapat menciptakan
jurang
pengetahuan antara guru dan muridnya. Akibatnya, fungsi guru sebagai sumber pengetahuan dapat tidak berlaku lagi. Dari 51.000 guru di seluruh DIY, beberapa diantaranya bahkan diketahui tidak bisa mengoperasikan aplikasi internet. Banyak guru yang tidak menguasai internet ini adalah guru yang berusia tua dan guru yang tinggal di pedesaan (Sarwindaningrum, 2013). Tingkat pengetahun responden selain dipengaruhi faktor informasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor usia. Menurut Hurlock ( 1999 ), semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 35,5 tahun. Usia yang paling muda adalah 19 tahun dan yang paling tua 52 tahun. Usia yang terlalu masih muda memang kemampuan untuk menyerap pengetahuan baru masih sangat berkembang pesat, tetapi mungkin dari segi kematangan berpikir belum sebagus orang yang usia pertengahan. Sedangkan usia yang terlalu tua mungkin daya serap dan daya ingatnya sudah mulai berkurang dan tidak sebagus orang usia belasan tahun. Pada sebagian besar orang, pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga sering kali dikaitkan dengan tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah masih SMA , namun demikian ternyata responden telah memiliki pemahaman yang cukup mengenai perkembangan emosi anak usia prasekolah. Pengetahuan ini sebenarnya
lebih banyak mereka dapatkan melalui proses pelatihan, tukar pengalaman antar guru, dan dari pengalaman mengajar. Pengalaman mengajar responden juga dapat dilihat dari berapa lama dia sudah mengajar. Semakin lama pengalaman yang dimiliki guru maka akan menambah pengetahuan dan keterampilan guru akan tahap perkembangan emosi pada anak prasekolah. Kurangnya pengetahuan responden dapat dikarenakan lama kerja yang masih terlalu singkat. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat responden dengan lama mengajar masih baru 1 tahun, sedangkan rata-rata lama keseluruhan responden mengajar adalah 10 tahun. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Guru Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Perkembangan Sosial di TK Kecamatan Bawen Pada Tanggal 8 April 2013 (n=70) Tingkat Pengetahuan Sosial
frekuensi
Persentse
Kurang Cukup Baik
16 16 38
22,9 22,9 54,3
Total
70
100
Hasil penelitian pengetahuan guru tentang perkembangan sosial didapatkan skor rata-rata pengetahuan perkembangan sosial responden adalah 15.13, nilai median 16, dan nilai standar deviasi sebesar 2.78. Skor pengetahuan perkembangan sosial terendah adalah 10, sedangkan skor pengetahuan perkembangan sosial tertinggi adalah 19. Pengetahuan guru tentang perkembangan sosial dikategorikan menjadi 3 yaitu kurang, cukup, dan baik. Dikategorikan kurang apabila jumlah skornya < 65%, dikategorikan cukup apabila skornya 65% - 79 %, dan dikategorikan baik apabila skornya 80% - 100%. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui presentase pengetahuan sosial kurang sebanyak 16 orang (22,9%), pengetahuan sosial cukup sebanyak 16 orang (22,9%), dan pengetahuan baik sebanyak 38 orang (54,3%).
Apabila dilihat dari rata-rata skor sebesar 15,13 dimana skor tertinggi adalah 20 menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan responden termasuk dalam kategori baik. Dalam penelitian ini, kategori tingkat pengetahuan perkembangan sosial baik yaitu terdapat 38 responden(54,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah paham betul akan tahap perkembangan sosial pada anak prasekolah. Tingkat pengetahuan yang baik, menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat menjawab pernyataan dengan benar. Lebih banyaknya responden yang berpengetahuan dalam kategori baik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah lama mengajar. Walaupun tingkat pendidikan sebagian besar responden masih SMA (32,9%), tetapi karena pengalaman mengajar yang sudah cukup lama ( rata-rata 10 tahun ). Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara untuk memeproleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu ( Notoatmodjo, 2005). Selain itu, hubungan sosial dengan yang terjalin dengan baik memungkinkan para guru untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman. Biasanya selalu diadakan kumpulan rutin guru TK sekecamatan Bawen setiap bulannya. Hasil penelitian ini juga didapatkan 16 responden(22,9%)
dengan tingkat
pengetahuan kurang. Masih adanya responden dengan pengetahuan yang rendah mungkin juga dikarenakan kurangnya akses informasi melalui internet. Karena usia yang terlalu tua dan kurangnya askses internet di pedesaan juga membuat responden sudah merasa malas dan merasa tidak mampu untuk belajar mengoperasikan komputer. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan guru. Karena sebagian guru tidak menguasai komputer karena memang tidak mampu mengadakan sarana dan prasarana yang diperlukan (Sarwindaningrum, mempengaruhi
2013).
daya
Beban
konsentrasi
kerja guru
guru untuk
yang
terlalu
memahami
berat
secara
juga detail
perkembangan sosial setiap anak didiknya. Adapun beban kerja guru yang seharusnya adalah tercantum dalam Permendiknas nomor 39 tahun 2009 diantaranya melaksanakan
mencakup
kegiatan
pembelajaran,
penyusunan
manilai
hasil
rancangan
pembelajaran,
pembelajaran, melatih
dan
membimbing peserta didik. Tetapi faktanya guru juga msih banyak dibebani oleh urusan administrasi yang seharusnya bukan menjadi tugasnya. Kementrian juga mengatakan bahwa guru yang berusia 40 tahun atau lebih tua cenderung lebih tertekan karena memiliki beban kerja yeng berat (Rohman, 2011). Pengetahuan sendiri pada hakekatnya merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia yakni, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan perabaan. Sedangkan pengetahuan yang diperoleh seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya umur, intelegensi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pendidikan, sumber informasi, dan pengalaman ( Hendra, 2008; Notoatmodjo, 2005). PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan guru taman kanak-kanak tentang tahap perkembangan emosi dan sosial pada anak usia prasekolah di TK Kecamatan Bawen, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kategori tingkat pengetahuan guru tentang perkembangan emosi anak usia prasekolah yaitu didapat 23 responden dengan kategori pengetahuan kurang, 35 responden dengan kategori pengetahuan cukup, dan 12 responden dengan kategori pengetahuan baik. Sedangkan kategori pengetahuan guru tentang perkembangan sosial anak usia prasekolah didapat 16 responden dengan kategori pengetahuan kurang, 16 responden dengan kategori pengetahuan cukup, dan 38 responden dengan kategori pengetahuan baik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi bagi Institusi Taman Kanak-kanak bahwa penting bagi guru untuk
selalu meningkatkan
wawasan yang dimilikinya baik itu melalui belajar individu, sering mengikuti seminar dan pelatihan guna tercapainya perkembangan fisik dan mental peserta didik yang optimal. Disamping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi kepada dinas pendidikan mengenai kompetensi guru di wilayah kerjanya. Dinas pendidikan diharapkan dapat ikut serta dalam meningkatkan kualitas tenaga pendidik baik itu melalui peningkatan jenjang pendidikan ataupun melalui penyelenggaraan pelatihan peningkatan kompetensi. Selain itu, tenaga pengajar di TK sebaiknya juga diperbanyak agar perkembangan setiap peserta didik dapat dipantau dan dibimbing secara maksimal. Bagi bidang keperawatan, diharapkan pelayanan kesehatan komunitas diharapkan membina hubungan kerjasama yang baik dengan pihak sekolah. Pelayanan kesehatan komunitas hendaknya secara berkala membantu guru dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan guru mengenai tahap perkembangan emosi dan sosial pada anak prasekolah. Selain itu juga alangkah baiknya apabila dicari hubungan antara pengetahuan guru taman kanak-kanak dengan perkembangan nyata emosi dan sosial dari peserta didik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. ( 20 Oktober 2012 ). Indeks Pendidikan untuk Semua Masih Stagnan. http://cetak.kompas.com/read/2012/10/20/04385981/indeks.pendidikan.u ntuk.semua.masih.stagnan. Diunduh 25 Oktober 2012. Arikunto, S. ( 2006 ) . Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Depkes RI. ( 2010 ). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI. Ghozali, Imam. ( 2005 ). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gunarsa, Singgih D. ( 2004 ). Psikologi Perkembangan Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: PT. Gunung Mulia. Hayat, B & Yusuf, S. ( 2005 ). Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hendra, AW. ( 2008 ). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. http://www. ajang-berkarya. Wordpress. com/ 2008/ 06/ 07/ Konsep Pengetahuan Diunduh 18 November 2012 Hidayat, Azis A. ( 2003 ). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. . ( 2007 ). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock, Elizabeth B. ( 1999 ). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Jamaris, Martini. ( 2006 ). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak ( Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru ). Jakarta: Grasindo. Keliat, B. A. (2011). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG. Klub Guru Indonesia. ( 27 Mei 2012 ). 87,3 Persen Guru PAUD Tak Penuhi StandarKompetensi.http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/ne ws_smg/2012/05/27/119581/873-Persen-Guru-PAUD-Tak-PenuhiStandar-Kompetensi. Diunduh 30 Oktober 2012. Lestyani. ( 2010 ). Pengalaman Guru Tk Dalam Mengembangkan Tumbuh Kembang Anak Prasekolah.. Semarang : Universitas Diponegoro. Makitan, Gadi. ( 3 Agustus 2012 ). Hasil Uji Kompetensi Guru Masih Di Bawah Harapan. http://www.tempo.co/read/news/2012/08/03/079421057/HasilUji Kompetensi-Guru-Masih-di-Bawah-Harapan. Diunduh 21 Oktober 2012 Mariyana, Rita. ( 2007 ). Pengembangan Program Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-Kanak (Studi Deskriftif Terhadap
Kompetensi Guru TK di kota Bandung). Tesis pada PPS UPI : Tidak diterbitkan. Moersintowarti, dkk. ( 2008 ). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : IDAI, Sagung Seto. Mubarak, Wahid Iqbal & Nurul Chayatin. ( 2009 ). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Muscari, Mary E. ( 2005 ). Lippincott’s Review series : Pediatric Nursing. Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa Alfrina Hany, S.kep. Editor edisi bahsa Indonesia Esty wahyuningsih . Edisi 3. Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. ( 2005 ). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Cipta
. ( 2010 ). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Nursalam. ( 2008 ). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Patmonodewo, S. ( 2003 ). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Pertiwi, Atmi. ( 9 September 2012 ). Murid SD Negeri 23 Tugu Utara Trauma Sekolah. http://www.tempo.co/read/news/2012/09/09/083428392/MuridSD-Negeri-23-Tugu-Utara-Trauma-Sekolah. Diunduh 25 Oktober 2012. Retno Pudjiati, Rini Hildayani. 2004. Aku Senang Belajar. Jakarta: Erlangga. Rohman, Syaiful. (30 Oktober 2011). Sekolah, Antara Beban Kerja Guru dan Beban Belajar Peserta Didik. http://m.kompas.com/post/edukasi/2011/10/30/sekolah-antara -bebankerja-guru-dan-beban-belajar-peserta-didik/. Diunduh pada 22 April 2013. Riwidikdo. ( 2007 ) . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bina Pustaka. Sarwindaningrum, Irene. (26 November 2010). 70 Persen Guru Belum Melek Komputer. http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/26/09501465/. Diunduh pada 22 April 2013. Setiadi. ( 2007 ). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soetjiningsih. ( 2002 ). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono. ( 2010 ). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta,. Sunarti, Kustiah. 2001. Psikologi Perkembangan. FIP UNM Susilowati, Pudji. ( 2008 ). Kekerasan Pada Siswa di Sekolah. http://www.epsikologi.com/epsi/pendidikan_detail.asp?id=499 Diunduh 20 Oktober 2012. Syaodih, Ernawulan. ( 2005 ). Bimbingan di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas. Tim Penyusun. ( 2005 ). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta. . ( 2005 ). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Videbeck, Sheila L. ( 2008 ). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa Renata Komalasari dan Alfrina Hany. Editor edisi bahsa Indonesia Pamilih Eko Karyuni. Jakarta: EGC. Wong, Donna L. ( 2002 ). Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Yasa, Raditya M. ( 7 Maret 2012 ). Kualitas Guru Masih Rendah. http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/07/08304834/Kualitas.Guru.Masi h.Rendah Diunduh 15 November 2012. Zikrayati. (2009). Hubungan Antara Ketrampilan Sosial dan Stres pada Anak Berbakat.http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/ 2009/Artikel_10505267.pdf Diunduh 1 November 2012.