PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P PERANAN MEDITAS SI TERHA ADAP MUT TU PELAY YANAN PARA P SUS STER ABD DI KRISTU US REGIO YOGYAK KARTA
SKRIPSI
Diiajukan untuuk Memenuuhi Salah Saatu Syarat Memperoleeh Gelar Saarjana Pendiidikan Progrram Studi Ilmu Pendiddikan Kekhuususan Penddidikan Agaama Katolikk
Oleh: Margareta D M Danawati NIM: 111124025
ROGRAM STUDI ILM MU PENDIDIKAN PR KEKHU USUSAN PENDIDIKA AN AGAM MA KATOL LIK JURUSA AN ILMU PENDIDIK P KAN FAKULT TAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK KAN UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA Y YOGYAKA ARTA 20166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
S
KRIP SI
PERANAIY MEDTTASI IERHADAP MUTU PELAYANAI\I PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA
Dr. B. Agus Rukiyantq S.J.
Tanggal,
l0 Februari 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
S
KRIP SI
IERIIADAP MUTU PELAYANAIY PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKAR'TA
PERANAFT MEDITASI
Dipersiapkan dan ditulis oleh Margareta Danawati
NIM:
lll1CI4D25
Telah dipertatunkan di depan Panitia Penguji
Pa& tanggal t 0 Maret 2016 :
,,',dar dinyatakan memenuti-syarat
tfi,
v.rsusrlst:sJ
i:::.
,.
Yoerakarf4 l0'Maret 2016 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanala Dharma _F!_j 6 ,rrt**r'*
fi
*l*ilr_a_'\rk
[S'"q\
q-v
*i., r"6*I-*:='. -,/-r
,r=,,ll.hEtt-"-.
r1
"; y-
lll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada: Tuhan Yesus dan seluruh anggota Kongregasi Biarawati Abdi Kristus dan siapa saja yang telah mendukung saya dengan caranya masing-masing selama kuliah di IPPAK-USD Yogyakarta hingga selesainya penyusunan skripsi.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Jiwaku memuliakan Tuhan, sebab Ia memperhatikan daku hamba-Nya yang hina ini”. (Luk 1: 46-48)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERI\TYATAAI{ KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya batrwa skripsi yang saya tulis
ini
tidak'memuat karya atau bagian karya orang lairU kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftarpustaka sebagaimana layaknya karya ilmiatr.
Yogyakarta, l0 Maret 2016
Penulis
$w
Marganeta Danawati
vl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBARAN PERI\IYATAAI\I PERSETUJUAI\I PT'BLII(ASI KARYA ILMIAII T]NTI]K KEPENTINGA}I AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:
Nama
: MargaretaDanawati
Nomor Matrasiswa :
Doni
llll24025
pengembangan ilmu pengetatruan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universias Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul PERANAI\T MEDITASI TERIIADAP MUTU PELAYANAI\I PARA SUSTER
ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA
beserta porangkat yang diperlukan
(bila ada) saya memberikan kepada perpustakaan Universias Sanata Dharma hak menyimpaq mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendishibusikan secara terbatas dan mempublikasikan di intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta iiin dari
saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagni penulis.
Demikian pemyataan ini penulis buat dengan sebenamya.
Yogyakarta l0 Maret 2016 Penulis,
q,,JMargareta Danawati
vll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA, dipilih berdasarkan pengalaman, keprihatinan dan refleksi penulis sebagai anggota Kongregasi Biarawati Abdi Kristus. Doa menjadi salah satu hidup kaul yang dihayati oleh setiap biarawati secara khusus para suster Kongregasi Biarawati Abdi Kristus. Salah satu doa yang dihayati oleh kongregasi ini adalah doa dalam bentuk meditasi. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis sebagai salah satu anggota kongregasi ini, merasakan bahwa meditasi kurang dihidupi dan dihayati karena berbenturan dengan waktu dan kesibukan karya pelayanan. Tidak semua anggota melaksanakan meditasi rutin, sehingga hal ini memberi dampak terhadap mutu karya pelayanan yang dijalani. Skripsi ini bertujuan untuk meningkatkan dan menyegarkan kembali semangat meditasi untuk menjaga mutu pelayanan dalam hidup harian. Berdasarkan pelaksanaan meditasi yang rutin saat dalam tahap pembinaan, meditasi yang dihidupi setiap hari memberikan buah kesegaran jasmani, menyegarkan pikiran, jiwa dan yang pasti juga memberikan kekuatan hidup rohani. Meditasi yang rutin dijalani setiap hari dengan kesungguhan hati tanpa mengabaikan hidup doa yang lain, telah terbukti memampukan seseorang secara khusus para suster Abdi Kristus untuk dapat menghayati hidup keseharian dengan lebih setia dalam setiap permasalahan karya perutusan. Meditasi memampukan seseorang untuk tetap sabar dan fokus dalam setiap karya pelayanan. Meditasi menjadi alat pengontrol setiap kata, tindakan, sehingga membuat orang yang melaksanakan dan menghayati meditasi tersebut tetap bisa mengendalikan diri di saat berbenturan dengan permasalahan hidup karya pelayanan maupun hidup bersama. Meditasi yang sungguh dihayati dalam pelaksanaannya menjadikan seorang biarawati Abdi Kristus seorang pelayan Tuhan yang penuh tanggung jawab, berdayaguna dalam karya pelayanan apapun. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yang melibatkan tiga unsur pokok yakni, teknik wawancara, teknik observasi, pencatatan dan penggunaan dokumen. Ketiga teknik pengumpulan data ini akan digunakan untuk memperkaya temuan yang ada di lapangan (para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta). Tujuan utama dari metode penulisan ini terletak pada usaha untuk menjelaskan apa yang menjadi temuan penulis di lapangan. Harapannya dengan skripsi yang telah penulis persembahkan ini bisa menjadi bahan permenungan yang memberikan semangat dan kegembiraan untuk berani mengambil waktu setiap hari untuk melaksanakan meditasi. Dan yang terpenting adalah mewujudnyatakan buah-buah yang didapat dalam meditasi pada karya pelayanan sehari-hari. Skripsi ini mendukung Kongregasi Biarawati Abdi Kristus dalam upaya meningkatkan dan menyegarkan kembali semangat meditasi demi menjaga mutu pelayanan yang lebih baik. Hal ini terlaksana secara nyata dalam pelaksanaan rekoleksi dalam rangka menyambut Hari Raya Bunda Maria Menerima Kabar Sukacita dan pembaharuan kaul Tri Prasetya para suster Abdi Kristus.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT This undergraduate thesis entitles MEDITATION ROLE ON SERVICE QUALITY OF CHRIST SERVANT SISTERS REGIO YOGYAKARTA, was chosen based on author’s experience, concerns and reflections as a member of the congregation of Christ Servant religious sisters. Praying becomes one of the living vow comprehended by every religious sister in particular the Sisters of the Congregation of the Christ Servant religious sisters. One of the prayers comprehended by the congregation was meditation. Based on the experiences and observations of the author as one of the members of this congregation, felt that meditation was less vitalized and comprehended due to time was in coincidence with the bustle of service work. Not all members carried out regular meditation, so this would have an impact on the quality of service work undertaken. This undergraduate thesis aims to improve and to refresh the spirit of the implementation of the meditation to maintain the quality of service in everyday life. Based on the implementation of the routine meditation while in the stage of formation, the meditation which is vitalized daily gives fruitfully a fresh body, refresh the mind, soul and certainly also gives spiritual life strength. Meditation which is daily undertaken with sincerity without ignoring other pray life, has been proven to enable someone specifically the Christ Servant religious sisters in order to comprehend daily lives more faithfully in each problem of mission work. Meditation enables one to remain patient and focus on in every mission work. Meditation becomes a means of controlling every word and action, so as to make people who implement and comprehend meditation can still control themselves when met the problems of mission work sas well as of living together. Meditation which was actually comprehended in practice to make a religious sister of Christ Servant as a fully responsible and efficiently God Servant in whatever mission work. The writer uses qualitative research method. Qualitative research methods involve three main elements, interview techniques, observation, recording and use of documents. These three data collection techniques will be used to enrich the existing findings in the field (the Sisters of Christ Servants in Yogyakarta). The main purpose of writing this method lies in the effort to explain what the author’s findings in the field. Hopefully this thesis whose author has been dedicated could be a reflection materials that encourage and excitement to dare to take time every day to carry out meditation. And most importantly, bring in the fruits obtained in meditation on concrete daily life. This undergraduate sthesis supports Christ Servant congregation in an effort to improve and refresh the spirit of meditation in order to maintain the better quality of services. This was accomplished significantly in the implementation of recollection to celebrate the Holiday of Mother Mary receiving a Good News and in the renewal of Three Commitments vows for the Christ Servant Sisters.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih, karena segala kebaikan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA ini. Skripsi ini merupakan karya ilmiah dan sumbangan terhadap para religius, secara khusus para suster Kongregasi Biarawati Abdi Kristus dan sekaligus untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan di FKIP-JIPProdi IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar karena dukungan dan kebaikan dari banyak orang sehingga memampukan penulis untuk tetap semangat meskipun banyak tantangan dan kesulitan yang dialami. Penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah menyumbangkan ide dan gagasannya, kemudahan dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktu yang tepat. Secara khusus terima kasih penulis sampaikan kepada: 1.
Drs. F.X. Heryatno W.W. SJ., M.Ed selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah berkenan membimbing dan mendukung penulis selama kuliah di kampus IPPAK-USD.
2.
Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ sebagai pembimbing utama dalam skripsi ini yang penuh kesabaran, kerelaan, kemudahan dalam mendampingi, membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum sebagai dosen penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik yang memberi semangat, keramahan, masukan dan dukungan serta kelancaran baik selama kuliah dan secara khusus dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Dr. C. Putranta, SJ sebagai dosen penguji III yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan dan dukungan kepada penulis.
5.
Para dosen dan staf karyawan yang telah membimbing dan memberi dukungan selama penulis kuliah di IPPAK Sanata Dharma Yogyakarta.
6.
Pimpinan Umum Kongregasi Biarawati Abdi Kristus Sr. M. Elfrida, AK, staff dewan dan seluruh anggota para suster Abdi Kristus di mana pun berada, secara khusus para suster sekomunitas yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan bagi penulis untuk menjalani studi di IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7.
Teman-teman seperjuangan selama kuliah, angkatan 2011 yang telah memberi dukungan, semangat, kegembiraan dan kebersamaan yang meneguhkan dalam perjuangan selama studi bersama di IPPAK-USD.
8.
Orang tua tercinta melalui doa dan perhatian yang istimewa dan segenap anggota keluarga saya secara khusus adik tercinta Dwi Prakasti Diamanta yang memberikan semangat dan dukungan selama penulis menempuh studi di Yogyakarta. Akhirnya penulis menyadari, bahwa dalam skripsi ini masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki dan penulis membutuhkan koreksi dari pembaca, baik dari segi penulisan maupun dari segi isi. Oleh sebab itu, penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengharapkan saran dari para pembaca demi perbaikan skripsi berharap semoga skripsi
ini
ini.
Penulis
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
sekalian. Terima kasih.
Yogyakarta l0 Maret 2016 Penulis
(,,@ tvtargaLta Danawati
xll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................
vii
ABSTRAK .......................................................................................................
viii
ABSTRACT .......................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Rumusan Masalah............................................................................
8
C. Tujuan Penulisan .............................................................................
9
D. Manfaat Penulisan ...........................................................................
9
E. Metode Penulisan ............................................................................
10
F. Sistematika Penulisan ......................................................................
11
BAB II PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA ...........
13
A. Meditasi .........................................................................................
13
1. Pengertian Meditasi ..................................................................
13
2. Ha-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan meditasi ..
15
3. Buah-buah Meditasi..................................................................
17
4. Hidup Rohani Kongregasi Biarawati Abdi Kristus ..................
20
5. Rangkuman ...............................................................................
23
B. Karya Pelayanan Kongregasi Abdi Kristus...................................
24
1. Latar Belakang Kongregasi ......................................................
24
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Tujuan Didirikan ..................................................................
24
b. Cita-cita Khas dan Kharisma Tarekat ..................................
25
c. Spiritualitas Tarekat .............................................................
26
d. Lambang dan Semboyan......................................................
28
2. Pelayanan Suster-suster Abdi Kristus ......................................
29
3. Karya Pelayanan para Suster Abdi Kristus di Yogyakarta .......
31
C. Mutu Pelayanan .............................................................................
32
D. Peranan Meditasi Terhadap Mutu Pelayanan ................................
38
E. Rangkuman ..................................................................................
40
BAB III METODOLOGI, LAPORAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .......................................................................
43
A. Metodologi Penelitian ...................................................................
43
1. Rumusan Permasalahan ............................................................
43
2. Tujuan Penelitian ......................................................................
44
3. Manfaat Penelitian ....................................................................
44
4. Jenis Penelitian .........................................................................
46
5. Metode Penelitian .....................................................................
46
6. Pengumpulan Data....................................................................
46
7. Analisis Data ............................................................................
47
8. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
48
9. Responden Penelitian ...............................................................
48
a. Populasi................................................................................
48
b. Sampel Penelitian ................................................................
49
10. Variabel Penelitian ...................................................................
49
a. Variabel Independen ............................................................
49
b. Variabel Dependen ..............................................................
50
11. Instrumen Penelitian .................................................................
50
B. Laporan Hasil Penelitian ...............................................................
52
1. Hasil Dokumen .........................................................................
52
2. Hasil Observasi .........................................................................
55
3. Hasil Wawancara ......................................................................
56
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Peranan Meditasi Terhadap Mutu Pelayanan Para Suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta..........................................................................
76
1. Pemahaman Tentang Peran Meditasi Terhadap Mutu Pelayanan Para Suster Abdi Kristus di Yogyakarta .................
76
D. Rangkuman ...................................................................................
92
BAB IV USULAN PROGRAM REKOLEKSI PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS ...........................................................
94
A. Latar Belakang Program ...............................................................
94
B. Alasan Pemilihan Program ............................................................
96
C. Tujuan Program .............................................................................
96
D. Rumusan Tema dan Tujuan ..........................................................
97
E. Matriks Program Rekoleksi Bagi para Suster Kongregasi Biarawati Abdi Kristus ..................................................................
99
F. Persiapan Rekoleksi ......................................................................
102
BAB V PENUTUP...........................................................................................
116
A. Kesimpulan ..........................................................................................
116
B. Saran.....................................................................................................
118
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
121
LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ..............................................................
(1)
Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian .....................................
(2)
Lampiran 3: Hasil Wawancara ..................................................................
(3)
Lampiran 4: Foto Responden ................................................................... (23)
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8. Ef
:
Efesus
Gal :
Galatia
Kis :
Kisah para rasul
Kor :
Korintus
Luk :
Lukas
Mat :
Matius
Mrk :
Markus
Mzr :
Mazmur
Rm :
Roma
Yoh :
Yohanes
B. Singkatan Lain: AK
: Abdi Kristus
DPU
: Dewan Pimpinan Umum
IPPAK
: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KAS
: Keuskupan Agung Semarang
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kons
: Konstitusi
LCD
: Liquid Crystal Display
Rm
: Romo
S. J
: Serikat Jesus
Sr.
: Suster
YSMAK : Yayasan Santa Maria Abdi Kristus
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pelayanan sebuah kata yang indah ketika diucapkan, namun di dalam prakteknya banyak menimbulkan dampak negatif. Padahal yang salah tentu bukan bidang pelayanannya, melainkan orang-orang atau pelaku pelayanan itu sendiri. Masih ada yang beranggapan bahwa di dalam pelayanan yang terpenting adalah kemauan atau kesediaan, atau dalam istilah lebih populer komitmen. Ada lagi yang menambahkan faktor talenta atau kemampuan, termasuk kecakapan bekerja. Pelayanan bukan sekedar melakukan pekerjaan, melainkan melakukan tugas dengan didasari semangat rohani. Pelayanan lebih dari sekedar profesionalisme. Pelayanan sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang memiliki spiritualitas atau hidup rohani yang dihayati dan diwujudkan dalam tindakan nyata. Pelayanan memiliki nilai yang lebih dari sekedar bekerja. Pelayanan sangat berbeda dengan pekerjaan atau melayani berbeda dengan bekerja. Pekerjaan pada akhirnya biasanya mendapatkan imbalan, upah atas jerih payah yang dilakukan, sedangkan pelayanan tidak mengharapkan imbalan apapun. “Upahku adalah tidak mendapatkan upah” (1 Kor: 9). Mutu pelayanan berhubungan dengan sesuatu yang lebih dari sekedar profesionalisme.
Melaksanakan
pelayanan
membutuhkan
persiapan
yang
sungguh-sungguh. Bukan hanya persiapan dalam arti mengerti dan menangkap sabda Allah akan tetapi juga persiapan dalam hal hubungan yang berisi pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Melalui hubungan pelayanan itu sabda Allah sampai kepada manusia (Nouwen, 1986: 19). Persiapan yang dimaksudkan bukan saja persiapan fisik tetapi terlebih persiapan batin. Bekal dalam diri, menghayati spiritualitas rohani secara pribadi. Apa yang akan disampaikan kepada orang lain juga dihayati secara pribadi, itulah bekal yang dimaksudkan. Pelayanan yang biasa saja dengan pelayanan yang bermutu tentu berbeda. Mutu pelayanan adalah pelayanan yang tidak sekedar melakukan tugas, tetapi tugas yang dilakukan dengan jiwa yang didasari ketulusan hasrat untuk melayani, kerelaan untuk berkorban apapun baik waktu maupun tenaga. Selain itu mutu pelayanan adalah apa yang dihasilkan berguna bagi orang lain, bermanfaat bagi orang yang dilayani. Hal tersebut tidak hanya dapat dilihat dan dinikmati dari buah mutu pelayanannya, tetapi baik dari awal, proses maupun akhirnya, semua bermanfaat bagi orang lain, itu mutu sebuah pelayanan. Mutu pelayanan tidak dilihat dari kesuksesan di akhir tetapi dari hari ke hari. Mother Theresa dari Kalkuta mengatakan bahwa “aku dipanggil bukan untuk sukses melainkan untuk setia”. Kesuksesan bukan yang utama dalam mutu pelayanan, melainkan kesetiaan setiap waktu menghadapi suka duka, tantangan, kesulitan, penderitaan dengan jiwa besar, tidak mudah mengeluh, tidak patah semangat,
demi
orang-orang
yang
dilayaninya.
Mutu
pelayanan
tentu
berhubungan dengan bagaimana orang yang melakukan pelayanan itu. Bagaimana sikapnya, prosesnya, hasilnya. Apakah itu memberikan manfaat bagi orang lain atau sebaliknya. Kriteria orang yang memiliki mutu pelayanan adalah mereka yang pada intinya tidak mementingkan kepentingan diri sendiri. Pelayanan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bermutu bukan suatu pelayanan demi imbalan atau keuntungan pribadi, namun hanya ingin memberi dan mencari, bahkan menyerahkan dan kehilangan nyawa demi yang dilayani. “.....dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia” (Ef 6: 7). Seorang religius pada hakekatnya juga adalah seorang pelayan. Tuntutan seorang religius diharapkan lebih dari seorang awam. Menjadi seorang religius secara istimewa telah mau menyanggupkan diri untuk mengutamakan Allah dan perkara-perkara-Nya dalam segala hal, baik hidup maupun pelayanan dan kerja. Maka kerja dan pelayanan itu sungguh-sungguh rasuli, sejauh bersatu erat dengan Tuhan (Kons. 247). Pelayanan seorang religius adalah persembahan hidup bagi Tuhan. Bagaimana seorang religius dikatakan memiliki mutu pelayanan, yaitu seorang religius yang melaksanakan perutusannya dengan didasari semangat rohani. Pelayanan tersebut seharusnya pelayanan yang berdasarkan ketulusan hati, memegang prinsip melayani Tuhan dalam diri sesama. Pelayanan yang murah hati, tanpa pamrih, penuh kegembiraan. Pelayanan seorang religius bukan semata-mata karena perutusan dari pimpinan, melainkan sebagai ungkapan syukur atas rahmat panggilan dari Allah. “Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah” (II Kor. 9: 12). Setiap religius juga tentu memiliki mutu pelayanan yang berbeda-beda. Ada yang biasa-biasa saja, ada pula yang sungguh-sungguh, misalnya saja para santo-santa. Jelas orang bisa melihat dan merasakan bagaimana pelayanan mereka. Hal tersebut tentu didasari oleh hidup rohani yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mendalam. Begitu pula para religius yang dalam pelayanannya mudah marah, emosi, asal bekerja, hal tersebut tentu karena orang yang bersangkutan kurang memiliki dasar hidup rohani yang mendalam. Bisa dikatakan hidup rohani hanya sekedar rutinitas belaka. Jelas bisa dirasakan bahwa hidup rohani yang baik atau kurang baik sangat mempengaruhi dan memberi peran dalam bidang pelayanan. Sejauh itu benar-benar dilihat dan direfleksikan. Dari pengamatan penulis, pelayanan para religius khususnya, seringkali hanya karena itu memang sudah menjadi tugasnya, sehingga banyak dari mereka yang mengalami krisis pelayanan. Harus diakui betapa tidak mudah memang untuk selalu memiliki semangat pelayanan yang tinggi, sering mengalami godaan untuk sekedar bekerja, berkarya dan bukan melayani. Banyaknya kaum religius yang kurang memiliki mutu pelayanan yang baik, salah satunya disebabkan oleh kurangnya penghayatan dalam doa-doa, termasuk doa dalam bentuk meditasi, dimana meditasi seharusnya menjadi kehidupan rohani yang rutin, yang harus dijalani oleh setiap religius. Kaum religius seringkali kurang memperhatikan buah-buah yang terkandung dari meditasi, bahkan jarang dari mereka, atau tidak pernah melaksanakan meditasi. Sementara meditasi seharusnya merupakan salah satu kewajiban rohani bagi para religius untuk menjadi sarana semakin dekat dengan Tuhan, sehingga berbuah dalam pelayanan. “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kis 20: 24). Pelayanan berjalan dan dimaknai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
setiap saat setiap hari sampai akhir hidup, hal ini yang perlu dimiliki oleh setiap religius. “Hendaknya semua selalu memperhatikan dan percaya bahwa karya pengabdian dan pelayanan, apapun bentuk dan keadaannya, hanyalah berarti sejauh sungguh melakukan itu dalam kesatuan dengan Tuhan, mengenakan Tuhan dalam segala hal” (Kons. 235). Meditasi adalah salah satu bentuk hidup doa yang dijalani oleh para religius, yang dilaksanakan kurang lebih satu jam dalam praktek atau pelaksanaannya. Dengan meditasi, jiwa disegarkan, mendapatkan inspirasi, pencerahan, yang dapat memberikan semangat dalam
menjalani kehidupan
sehari-hari. Dari uraian diatas tampak adanya hubungan antara meditasi dengan mutu hidup sehari-hari. Hidup sehari-hari tidak hanya terbatas pada religius yang sudah berkarya, tetapi juga mereka yang masih studi, menjalani masa pembinaan, dan lain sebagainya. Bercermin dari masalah tersebut di atas, berikut ini penulis paparkan mengenai peranan meditasi terhadap mutu pelayanan. Banyak hal dapat dilakukan untuk menjaga mutu pelayanan agar pelayanan tersebut hanya demi kemuliaan Tuhan. Misalnya dengan menghayati hidup doa sehari-hari, laku tapa atau mati raga, juga salah satunya dengan meditasi yang rutin setiap hari, entah itu pada pagi hari maupun sore hari, yang dilaksanakan kurang lebih satu jam setiap harinya. Penulis akan memaparkan tentang salah satu di antaranya yaitu dengan cara meditasi. Meditasi dimaksudkan untuk memurnikan batin, menyegarkan jiwa. Meditasi membersihkan proses pikiran dari apa yang dapat disebut perangsang psikis, yakni hal-hal seperti keserakahan, kebencian, kecemburuan, kelesuan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kemalasan, dan hal-hal yang membuat orang terkungkung dalam belenggu emosional. Meditasi membawa batin ke dalam keadaan ketenangan dan keadaansadar, keadaan penuh konsentrasi dan pencerahan. Meditasi membantu, mendorong seseorang untuk berdoa lebih mendalam, untuk merenungkan bagaimana Tuhan menyampaikan cinta-Nya kepada setiap pribadi tanpa syarat dan bagaimana cinta itu dapat memenuhi hidup setiap pribadi. Hal tersebut dapat terwujud melalui perutusan yang diemban dan melalui pelayanan dalam hidup sehari-hari. Memberi dampak dalam hidup harian, baik dalam sikap maupun tutur kata. Meditasi menjadi bagian penting dalam hidup para religius. Para suster Abdi Kristus juga menjalani meditasi. Penulis sebagai seorang anggota Kongregasi Biarawati Abdi Kristus merasa bahwa meditasi memiliki peran dalam hidup harian. Perjalanan sepanjang hari terasa berbeda antara menjalani hari dengan diawali meditasi atau menjalani hari tanpa melakukan meditasi. Hal ini juga dirasakan oleh penulis. “Tanpa keheningan pada pusat doa, tidak mungkin akan terjadi gerakan atau pertumbuhan. Meditasi adalah upaya untuk menemukan dan menjadi hening” (Freeman, 2014: 5). Meditasi melatih seseorang untuk menjadi hening. Dari keheningan tersebut akan muncul buah-buah rohani yang memberi kesegaran pada hati dan jiwa. Apabila kesegaran jiwa ini senantiasa dihidupi setiap hari dalam pelayanan, tentu saja akan memberikan kesegaran pula dalam karya pelayanan. “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah” (Mzm. 46: 11). Dengan diam dan hening seseorang yang melakukan meditasi akan menemukan Allah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
sapaan Ilahi melalui bisikan dalam hati dan batin yang diperoleh dari meditasi. Dari sini penulis juga merasa yakin bahwa keheningan dalam doa, dalam meditasi akan membawa dampak rohani yang sangat menyegarkan. Dan hal ini akan mempengaruhi dalam karya pelayanan sehari-hari. Meditasi juga melatih seseorang untuk diam secara fisik. Dalam Kitab Suci ini dikatakan dengan sangat indah. “Diam secara fisik membantu menyadari bahwa tubuh kita adalah kudus” (bdk. 1 Kor. 6: 19). Doa hati, doa kontemplasi, atau meditasi pada dasarnya adalah doa iman. “Dalam keheningan, menerima bahwa Allah mengetahui kebutuhan yang akhirnya akan menyempurnakan dalam segala hal” (Freeman, 2014: 6). Menurut pengalaman penulis dalam bermeditasi, keheningan dan diam secara fisik mempengaruhi konsentrasi hati dan budi, sehingga setelah meditasi selesai, apa yang dilakukan senantiasa dilakukan dalam kesadaran. Hal ini sangat menguntungkan, mampu mengatasi kecenderungan-kecenderungan yang tidak baik dalam karya pelayanan sehari-hari. Belajar hening pada saat melaksanakan meditasi mendidik untuk berdoa pada segala waktu. Mendidik untuk menggunakan setiap penundaan atau kekecewaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu kesempatan, bahkan suatu karunia, untuk masuk lebih dalam, belajar mendengarkan (Freeman, 2014: 11). Jelas bahwa keheningan yang selalu rutin dilatih dalam meditasi adalah keheningan yang mengandung kebenaran. Menyembuhkan gejolak batin, obat untuk menghilangkan kemarahan, kecemasan, kepedihan. Hal ini akan sangat dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan, sehingga akan memiliki pelayanan yang sungguh-sungguh bermutu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pengalaman hidup rohani penulis saat menjalani masa pembinaan sebagai seorang religius, saat di postulat maupun novisiat, sungguh merasakan manfaat dari meditasi. Meditasi yang rutin penulis jalani setiap hari baik pagi maupun sore, memampukan penulis untuk menjalani hidup setiap hari dengan kegembiraan hati. Dalam arti menjadi senang dan bahagia walau banyak teguran, tantangan, kesulitan. Dan jika dibandingkan dengan saat ini, saat telah menjalani perutusan untuk studi, merasa berbeda ketika tidak lagi rutin bermeditasi. Ada perbedaan saat tekun bermeditasi dan tidak bermeditasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas dan pengalaman konkret ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan mengambil judul skripsi “PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA”.
B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul sebagai berikut : 1.
Bagaimana pandangan Kongregasi Abdi Kristus tentang mutu pelayanan?
2.
Sejauh mana peranan meditasi terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus?
3.
Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan supaya meditasi menjadi salah satu dasar dalam menjaga mutu pelayanan para suster Abdi Kristus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk memahami sejauh mana meditasi memberi peranan terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta.
2.
Mengetahui bagaimana pelaksanaan meditasi selama ini yang dilaksanakan oleh para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta.
3.
Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh para suster Abdi Kristus dalam melaksanakan karya pelayanannya.
4.
Mengusahakan bersama penghayatan meditasi sehingga menjadi sarana semakin berkualitasnya hidup perutusan para suster Abdi Kristus dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan.
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan ini adalah: 1.
Bagi para Suster Abdi Kristus
a. Para suster Abdi Kristus diharapkan semakin menyadari pentingnya penghayatan meditasi sehingga menjadi sarana bermutunya pelayanan. b. Para suster Abdi Kristus diharapkan mau mengupayakan penghayatan meditasi dalam hidup sehari-hari, yang mengalir dari kesadaran pribadi sebagai seorang religius yang bertanggung jawab terhadap mutu pelayanannya. c. Para suster Abdi Kristus diharapkan semakin menyadari perannya dalam menjalankan tugas perutusan sebagai seorang religius yang mengedepankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mutu pelayanan untuk membangun semangat perutusan baik di dalam maupun di luar komunitas. d. Para
biarawan-biarawati
diharapkan
semakin
meningkatkan
mutu
pelayanannya dengan menggali kedalaman hidup rohani melalui meditasi, sehingga akan berdampak dalam kedalaman mutu pelayanan hidup sehari-hari. 2.
Bagi Penulis Penulis sebagai seorang biarawati berharap semakin tekun menghayati
meditasi sehingga mampu mewujudkan pelayanan yang berkualitas, baik di komunitas maupun di tempat karya. Meditasi yang rutin dan dihayati diharapkan memampukan penulis untuk mengolah diri terus menerus agar semakin menjadi pribadi yang memiliki mutu pelayanan sehingga mampu melaksanakan karya pelayanan dengan penuh kegembiraan dan tanggung jawab.
3.
Bagi Pembaca Supaya pembaca tergerak hati untuk memahami kehidupan membiara dan
mengetahui misi kehadirannya, secara khusus pelayanan para suster Abdi Kristus dalam keterlibatannya dalam karya penyelamatan Allah di tengah masyarakat.
E. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Untuk memperlancar penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif melibatkan tiga unsur pokok, yakni: teknik wawancara, teknik observasi, pencatatan dan penggunaan dokumen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Ketiga teknik pengumpulan data ini akan digunakan untuk memperkaya temuan yang ada di lapangan (para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta). Tujuan utama dari metode penulisan ini terletak pada usaha untuk menjelaskan apa yang menjadi temuan penulis di lapangan.
F. Sistematika Penulisan Sebagai sebuah gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi, berikut ini adalah sistematika penulisannya: Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang landasan teori dari berbagai buku dan literatur yang akan mendasari pembahasan-pembahasan selanjutnya mengenai meditasi, mutu pelayanan dan peranan meditasi terhadap mutu pelayanan. Bagian pertama menguraikan tentang apa itu meditasi, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam meditasi, buah-buah meditasi, hidup rohani Kongregasi Biarawati Abdi Kristus dan rangkuman. Bagian kedua akan menguraikan tentang karya pelayanan Kongregasi Biarawati Abdi Kristus, yaitu latar belakang kongregasi, pelayanan suster-suster Abdi Kristus, karya pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta. Bagian ketiga menguraikan peranan meditasi terhadap mutu pelayanan dan rangkuman. Bab III berisi metodologi penelitian, laporan dan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan rangkuman tentang peranan meditasi terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta. Dengan pemahaman ini diharapkan meditasi sungguh rutin dilaksanakan dan dihayati sehingga memberikan kesegaran kembali dalam karya pelayanan serta memberi peran bagi pelayanan yang semakin bermutu. Bab IV penulis akan memaparkan mengenai usulan program untuk mendukung perjalanan mutu pelayanan para suster Abdi Kristus. Berisi latar belakang, alasan, tujuan, rumusan dan tema, matriks dan persiapan program rekoleksi. Dalam Bab akhir dari skripsi, penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran yang dapat diajukan demi terwujudnya pelayanan yang semakin bermutu dalam tubuh Kongregasi Biarawati Abdi Kristus khususnya Regio Yogyakarta. Demikian proses berpikir penulis yang dituangkan dalam skripsi ini. Penulis mempunyai harapan penulisan tentang peranan meditasi terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta, berguna bagi perkembangan kongregasi. Dengan demikian mutu pelayanan setiap pribadi suster Abdi Kristus di mana pun berkarya semakin dapat menunjukkan kesaksian hidup yang baik di tengah masyarakat, seturut cita-cita pendiri kongregasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA
A. Meditasi 1.
Pengertian Meditasi Dalam ulasan-ulasan tentang hidup rohani biasanya disajikan suatu bentuk
doa yang disebut meditasi. Inti metode meditasi ini adalah memikir-mikirkan kebenaran-kebenaran (Yves Raguin, 1986 : 29). Orang yang melakukan meditasi diharapkan diresapi oleh kebenarankebenaran supaya dapat mengalami kemajuan dalam cinta kasih Allah. Metodemetode meditasi mengajarkan untuk memikir-mikirkan kebenaran-kebenaran kristiani, mengait-kaitkannya yang satu dengan yang lain supaya bertambah dayanya untuk meyakinkan budi dan hati. Seluruh waktu meditasi merupakan waktu refleksi dalam doa di hadapan Allah (Yves Raguin, 1986 : 30). Orang yang melakukan meditasi tidak tinggal dalam pikiran-pikirannya sendiri. Ia mampu masuk ke dalam pikiran-pikiran Allah. Orang yang bermeditasi maju dari pikiran yang satu ke pikiran yang lain, tetapi budinya dalam tindak iman, mengarahkan perhatiannya kepada pikiran lain dalam tingkat iman. Apa yang ia baca, dibacanya pada dua tingkat dengan satu pandangan. Ia menangkapnya dalam kedalaman, ia menikmatinya dan membuatnya menjadi santapan rohani bagi jiwa. Dalam pengenalan misterius itu jiwa memperoleh kekuatan. Ia akan segera dapat memasuki kemesraan lebih mendalam dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tuhan. Inti meditasi merupakan suatu kontemplasi budi, namun lebih teratur dan tersusun (Yves Raguin, 1986 : 31-32). Meditasi adalah latihan rohani yang universal, yang membimbing seseorang ke dalam keadaan doa, ke dalam doa Kristus. Seseorang yang bermeditasi dibawa dalam suasana yang hening, diam. Cara untuk melakukannya adalah dengan mengulang suatu kata yang suci dengan setia dan penuh cinta selama waktu meditasi. Kata suci itu dinamakan mantra. Hal tersebut di atas merupakan cara berdoa Kristiani kuno yang telah ditemukan kembali oleh seorang rahib Benediktin, Pater John Main (dalam Freeman, 2014: 14). Pater John Main dalam buku Latihan Harian Meditasi Kristiani (Freeman 2014: 27), mengatakan bahwa tantangan terbesar bagi orang modern untuk melakukan meditasi, adalah bahwa meditasi itu sendiri merupakan hal yang sederhana. Meditasi melatih diri untuk berhadapan dengan hal-hal yang rumit. Namun, sederhana itu menuntut disiplin. Meskipun ia terus menekankan untuk membuat meditasi sebagai suatu disiplin harian, bukan sekadar teknik peningkatan diri, ia juga menekankan kesabaran dan kelemahlembutan dalam mempelajari disiplin itu. Meditasi merupakan suatu cara untuk mengenal dan menerima diri. Ini adalah langkah pertama untuk mengenal Allah. Hal itu bukanlah semata-mata mengenal Allah secara intelektual, melainkan mengenal Allah melalui keserasian yang dalam antara tubuh yang diam dan jiwa. Tubuh sendiri merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan menuju Allah. Perjalanan ini bukanlah perjalanan seorang diri. Perasaan seorang diri dalam bermeditasi menyadarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
akan ketergantungan timbal balik dengan orang lain dan karena itu meditasi menciptakan komunitas atau kebersamaan (Freeman, 2014: 27). Pater John Main tidak mengatakan bahwa meditasi adalah satu-satunya jalan menuju kedalaman hati manusia. Saya tidak ingin mengatakan bahwa meditasi adalah satu-satunya jalan, melainkan bahwa meditasi adalah jalan satu-satunya yang saya temukan. Menurut pengalaman saya, meditasi adalah jalan yang sederhana yang membuat sadar sepenuhnya akan kehadiran Yesus di dalam hati, dan inilah pengalaman yang terekam dalam tradisi Kristiani sejak zaman rasul-rasul sampai masa kini (Freeman, 2014: 28). Meditasi merupakan sebuah pengalaman, yang dipraktekkan langsung, bukan sekadar teori atau suatu konsep tertentu. Meditasi adalah ungkapan doa. Tubuh bukanlah suatu penghalang antara orang yang bermeditasi dengan Allah. Tubuh merupakan sakramen yang diberikan Allah waktu manusia diciptakan. Tubuh adalah bait Roh Kudus dari Yesus yang bangkit. Tubuh merupakan bagian dari seluruh pengalaman doa. Hal tersebut dapat dipahami hanya
dengan
bermeditasi (Freeman, 2014: 31). Teks-teks kuno menyebut bahwa konfrontasi antara sabda dan hati itu adalah meditation. Meditasi yang dimaksud bukanlah meditasi dalam arti kata yang lebih rasional, melainkan meditasi dalam arti kata yang asli, yaitu: terusmenerus mengulangi, secara sabar mengucapkan berkali-kali kata-kata yang sama (Andre Louf, 1984: 65).
2.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pelaksanaan Meditasi Berikut ini adalah hal-hal sederhana yang perlu diperhatikan untuk
melakukan meditasi (Freeman, 2014: 32-37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tubuh dalam keadaan santai, tetapi bukan dalam posisi tidur-tiduran, dalam diam tubuh mengungkapkan sikap dan tingkah laku seseorang. Punggung lurus dan tubuh dalam keadaan sadar penuh. Dalam bernafas, paling baik bernafas dengan perut. Sikap yang santai tetapi sadar penuh merupakan jalan menuju kedamaian. Dalam bermeditasi, mengambil waktu sejenak sangatlah baik untuk menemukan suatu sikap yang nyaman dan bisa bertahan lama. Keteganganketegangan dalam tubuh perlu dihilangkan yang biasanya ada di bagian bahu, tengkuk, mata, dan dahi. Sikap duduk dasar yang dapat dicoba adalah duduk di atas kursi dengan sandaran tegak sebagai penopang atau duduk bersila di lantai. Berguna sekali bila mencoba semua cara sampai mendapatkan satu sikap duduk yang paling baik, yang dirasa paling membantu dalam meditasi. Sikap dan latihan bernafas adalah latihan yang baik untuk tubuh. Sikap dan latihan tersebut akan mengajar manusia untuk menghormati tubuh sebagai karunia dan bait Allah. Sikap-sikap itu adalah persiapan untuk relaksasi yang sangat cocok sebelum melakukan meditasi. Waktu dan tempat yang tenang sangat diperlukan agar dapat terhindar dari gangguan selama meditasi. Waktu perlu diutamakan dalam bermeditasi, karena waktu dan tempat yang tepat akan sangat membantu dalam proses meditasi. Orang yang melakukan meditasi akan mengerti mengapa orang-orang yang setiap hari bermeditasi menganggap waktu-waktu meditasi tersebut sebagai waktu-waktu yang berharga dalam hidup mereka. Melakukan dengan tekun di tempat dan pada waktu yang sama, karena hal ini akan membantu memperdalam irama doa dalam hidup seseorang yang melakukan meditasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Waktu pagi merupakan waktu yang paling baik untuk melakukan meditasi pertama, sebelum melakukan kegiatan apapun. Menjelang malam adalah waktu yang terbaik untuk melakukan meditasi kedua, sesudah pulang kerja, sebelum santap malam dan melakukan kegiatan pada malam hari. Setiap meditasi dapat diawali atau diakhiri dengan sebuah musik atau sesuatu yang lain yang dapat menenangkan
dan memusatkan perhatian. Dan tentu saja, meditasi dapat
diintegrasikan dengan cara-cara doa lainnya, seperti perayaan Ekaristi atau membaca Kitab Suci. Meditasi perlu dijalankan secara teratur dan penuh disiplin. Lamanya waktu meditasi dapat diingatkan dengan alat bantu, misalnya dengan menggunakan timer dengan nada yang lembut atau menggunakan kaset dengan musik lembut selama 3-5 menit pada awal dan akhir rekaman. Memperpendek atau memperpanjang waktu meditasi sesuka hati adalah sikap yang kurang tepat, tetapi bersikap luwes terhadap disiplin diri akan sangat membantu. Kesulitan besar dan paling sering dialami oleh banyak orang dalam bermeditasi adalah pikiran yang datang silih berganti. Kesulitan ini seakan-akan tidak ada habishabisnya. Semua orang mengalami hal yang sama. Semua itu hanya merupakan akibat dari aktivitas pikiran. Mantra adalah cara yang paling sederhana dan efektif untuk mengatasi segala macam pikiran dan khayalan yang mengganggu tersebut.
3.
Buah-buah Meditasi Buah-buah dalam meditasi bukanlah untuk membuat kesadaran orang yang
melakukannya berubah atau mengalami sesuatu yang luar biasa. Meditasi adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menghidupi sesuatu yang biasa secara penuh dan menemukan di dalamnya kehadiran Allah. Sesuatu yang biasa namun dilihat dengan cara yang luar biasa. Bila meditasi dilakukan secara teratur dua kali sehari, orang yang tekun melakukannya akan merasakan bahwa keteraturan itu menjadikan hidup manusia lebih seimbang dan damai. Bila ia yang sudah terbiasa melakukannya dan tidak melakukan sehari saja, orang tersebut akan merasakan kehilangan sesuatu yang sangat penting. Meskipun waktu melakukan meditasi, orang yang melakukan tidak bisa tenang dan terganggu oleh banyak hal, meditasi tetap merupakan bagian yang penting dari hari orang yang rutin melakukan. Orang akan
tetap setia
sebagai seorang murid dengan mengikuti suatu disiplin yang begitu sederhana setiap hari (Freeman, 2014: 40). Dalam kehidupan sehari-hari dan teristimewa dalam hubungan dengan orang lain, dengan rutin melakukan meditasi akan dapat dirasakan buah-buah meditasi. Untuk bisa merasakan perubahan batin, tidak terjadi secara cepat atau dramatis. Hal itu disampaikan kepada pelaku meditasi oleh orang-orang yang hidup dan bekerja bersamanya. Mereka dapat memberikan catatan bahwa orang yang tekun melakukan meditasi itu berubah (Freeman, 2014: 40). Meditasi sangat membantu meningkatkan pemahaman dalam membaca Kitab Suci. Cakrawala baru menjadi terbuka, sejalan dengan pengalaman batin yang semakin mendalam (Freeman, 2014: 52). Perubahan itu dijelaskan dengan sangat indah oleh St. Paulus dengan nama “Buah Roh”. “Kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri” (Gal 5: 22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Adapun buah-buah meditasi menurut (Freeman, 2014: 41-43) adalah sebagai berikut: a. Kasih: kasih ditempatkan sebagai karunia terbesar. b. Sukacita: sukacita mempunyai arti lebih dalam daripada hanya kesenangan dan kebahagiaan. Sukacita ditemukan dalam pengalaman baru tentang hal-hal sederhana dan biasa dalam hidup. c. Kedamaian: kedamaian berarti pancaran dari keharmonisan hubungan-Nya dengan Bapa dan dengan seluruh ciptaan. d. Kesabaran: kesabaran adalah penyembuhan terhadap letupan-letupan rasa dongkol, kemarahan atau ketidaksabaran, dan segala cara untuk mengendalikan diri terhadap hal-hal yang memicu ketidaksabaran. e. Keramahan: keramahan adalah karunia untuk memperlakukan orang lain seperti diri sendiri. f. Kebaikan: kodrat manusia adalah baik karena diciptakan oleh Allah, dan karena Allah telah hidup di dalam diri. g. Kesetiaan: kesetiaan adalah karunia yang diterima melalui disiplin bermeditasi setiap hari. Menjadikan relasi hidup dan saling mencintai. h. Kelemahlembutan: sikap tanpa kekerasan terhadap orang lain dan juga terhadap diri sendiri. i. Penguasaan diri: menikmati hidup dalam kebebasan. Itulah buah-buah dari meditasi yang membuat perjalanan hidup dan karya pelayanan menjadi bermutu. Seimbang di tengah-tengah yang berlebihan. Buah Roh dalam meditasi perlahan-lahan bertumbuh di dalam diri orang yang setia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tekun melaksanakan meditasi. Mengapa, karena mulai berpaling kepada kekuatan cinta yang ada dalam diri. Semua karunia dapat diperoleh dengan belajar bersyukur dalam keheningan, dalam meditasi. Menjauhkan dari kelekatankelekatan diri. Sumber dari dalam diri, hati, adalah sumber yang menyembuhkan dan membuat utuh. Menjadi utuh berarti menjadi kudus. Dengan meditasi, orang dikuduskan karena disembuhkan (Freeman, 2014: 43). Dengan meditasi yang rutin hari demi hari, seseorang akan menemukan bahwa mantra yang diucapkan dalam meditasi berakar dengan sendirinya dalam hati, sehingga menghidupi kesibukan dan istirahat sehari-hari dalam kesadaran akan kehadiran Allah. Hidup menjadi lebih kontemplatif yakni lebih berakar dalam “saat kini”, dengan penuh kesadaran dan lebih berbelas kasih (Freeman, 2014: 49-50).
4.
Hidup Rohani Kongregasi Biarawati Abdi Kristus Berikut ini adalah cara meditasi yang dilakukan oleh para suster Abdi
Kristus, yang tertuang dalam buku doa para suster Abdi Kristus. Untuk bisa masuk ke dalam hati, aku bisa lewat beberapa pintu, misalnya: mata, bibir dan akal budi. Cara atau bentuk doa dipengaruhi oleh macam pintu itu. Bila aku masuk lewat mata, yang memandang lama dan penuh kasih, lalu hati terkena dan berdoa, aku berkontemplasi. Bila aku masuk lewat bibir, yang terus berkomat-kamit mengucapkan katakata atau kalimat singkat, dengan memperhatikan ritme, resonansi dan repetisi (irama, gema, dan pengulangan), aku berdoa “mantra” atau ber “doa Yesus”, yang keduanya adalah doa lisan. Bila aku masuk lewat akal budi, yang menyelidiki, menalari dan menimbang-nimbang, lalu hati tergerak dan berdoa, maka aku bermeditasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Selagi berlatih melaksanakan meditasi, di antara tahap pendahuluan berupa mengheningkan diri dan memohon rahmat khusus dan tahap akhir berupa wawancara dan doa penutup hafalan, ada tahap pokok meditasi berupa pengamatan, pemahaman dan pengalaman (Buku Doa Kongregasi Biarawati Abdi Kristus 2014: 69). Para suster Abdi Kristus yang masih menjalani tahap pembinaan di postulat maupun novisiat melakukan kebiasaan meditasi pada pagi hari sebelum merayakan perayaan Ekaristi. Sedangkan bagi para suster Abdi Kristus yang telah berkarya, melakukan meditasi bisa pada pagi hari atau sore hari atau malam hari. Waktu dan tempat disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi karya masingmasing suster. Bahan yang direnungkan biasanya mengambil dari bacaan Injil pada hari yang bersangkutan atau sesuai dengan kebutuhan masing-masing para suster. Hidup doa ditandai oleh suasana bakti pada kehadiran Allah sebagaimana tampak dalam keheningan, doa pribadi, doa bersama sehingga dapat memperkaya hidup batin dan rohani (Kons. 248). Hidup doa ini diupayakan terus-menerus dengan memupuk keyakinan bahwa Bunda Maria pasti membawa manusia pada putranya; Per Mariam ad Jesum (Kons. 249). Doa tidaklah mengurangi keterlibatan pengabdian, bahkan akan menyuburkan hidup dan pengabdian sebagaimana telah dinyatakan oleh Bunda Maria. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan antara hidup doa, karya dan bersama (Kons. 249). Hidup doa para suster Abdi Kristus dijalankan dengan memupuk hidup batin melalui latihan-latihan rohani, berusaha mengikuti Perayaan Ekaristi setiap hari (Kons. 256-257), mendoakan secara bersama dan pribadi doa harian atau ofisi dalam komunitas-komunitas masing-masing (Kons. 259), kebiasaan visitasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
adorasi Sakramen Maha Kudus, menerima sakramen tobat secara teratur setiap bulan (Kons. 261), berdoa secara pribadi secara teratur haruslah menjadi kerinduan para suster Abdi Kristus (Kons. 262), bimbingan rohani (Kons. 263), ingkar diri atau penyangkalan diri (Kons. 266). Dalam Konstitusi No. 267-269 ditegaskan juga hidup doa yang diupayakan bersama berupa silentium dalam biara, rekoleksi bulanan, retret tahunan dan pemeriksaan batin atau mawas diri yang dilaksanakan baik secara pribadi maupun bersama dalam komunitaskomunitas (Kapitel Umum V, 2008: 7-8). Pembinaan melalui retret ditangani oleh Tim Spiritualitas. Retret dilaksanakan dalam berbagai bentuk, misalnya pendalaman Konstitusi Tarekat Abdi Kristus, penyegaran hidup doa. Pemandu retret selain dari Tim Spiritualitas, juga mengundang pastor sebagai nara sumber utama. Retret dilaksanakan selama 8 hari di rumah retret yang dikelola oleh para suster AK atau di rumah retret lainnya, sesuai dengan kondisi dan kesepakatan bersama antara para suster pembimbing. Bahan retret yang didalami bersama biasanya telah disiapkan oleh pembimbing dengan menggunakan sumber bahan Kitab Suci, Konstitusi Biarawati Abdi Kristus, buku latihan rohani dan tayangan-tayangan atau materi khusus yang disiapkan oleh pembimbing (Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Biarawati Abdi Kristus, 2007: 10). Pelaksanaan rekoleksi setiap bulan diserahkan pengaturannya kepada komunitas masing-masing. Bahan biasanya sudah disiapkan oleh tim spiritualitas namun komunitas mempunyai kebebasan untuk menggunakannya, sesuai dengan kebutuhan komunitas. Kitab Suci, Konstitusi merupakan sumber bahan utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
yang diambil sesuai dengan kebutuhan. Sumber bahan tambahan lainnya biasanya diambil dari buku-buku bijak, buku inspiratif, atau pengalaman hidup dari salah satu suster yang pernah tertuang dalam bentuk tulisan.
5.
Rangkuman Berdasarkan berbagai sudut pandang para ahli serta pengalaman penulis
dalam melakukan meditasi dapat disimpulkan bahwa meditasi merupakan salah satu bentuk doa. Di mana dengan meditasi tersebut yang dijalankan dengan kesungguhan hati, akan membawa manusia pada kedekatan dengan Allah. Meditasi adalah suatu bentuk doa yang melibatkan seluruh jiwa dan raga. Doa meditasi tersebut bukanlah doa yang hanya menggunakan hati, namun seluruh pikiran, kesadaran, bahkan tubuh. Semua terarah kepada Allah. Meditasi merupakan bentuk doa yang sederhana, tidak rumit, namun membutuhkan kedisiplinan dari orang yang melakukan meditasi tersebut. Bagi orang kristiani, khususnya para religius, meditasi menjadi sebuah sarana untuk mendapatkan kekuatan dari Allah sendiri dalam menjalankan karya kerasulan. Meditasi dilakukan dalam ketenangan, kedisiplinan, keseriusan serta keteraturan. Meditasi memampukan seseorang memiliki pengalaman batin yang menjadikan ia semakin dekat dengan penciptanya. Buah-buah dalam kerutinan, kebiasaan dan kesungguhan melakukan meditasi tidak hanya dirasakan oleh orang yang tekun dan setia melakukan meditasi, melainkan juga mampu dirasakan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Penulis sendiri memiliki pengalaman, bahwa setelah melakukan meditasi dengan sungguh-sungguh, merasakan kesegaran jiwa, ada semangat baru serta kegembiraan hati setelah melakukan meditasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
B. Karya Pelayanan Kongregasi Biarawati Abdi Kristus 1.
Latar Belakang Kongregasi Ada beberapa bentuk khusus hidup religius, dan Kongregasi Biarawati
Abdi Kristus (AK) merupakan hidup lembaga religius aktif-apostolik. Kongregasi Biarawati Abdi Kristus lahir atas prakarsa Mgr. Petrus Willekens, SJ yang pada waktu itu menjabat sebagai Vikaris Apostolik Batavia. Keinginan beliau untuk memajukan orang-orang pribumi dan memperkembangkan kebudayaan pribumi, terwujud dengan mendirikan Kongregasi Biarawati Abdi Kristus yang pada waktu pendiriannya diberi nama “Kongregasi Abdi Dalem Sang Kristus”, di Ambarawa pada 29 Juni 1938 (Darminta, 2008: 11-12). Dalam mengikuti Kristus pergi kepada Bapa, Kongregasi Biarawati Abdi Kristus terpanggil untuk menyebarluaskan karya penyelamatan Kristus, yang datang untuk membawa tahun rahmat Tuhan Allah bagi bangsa manusia, terutama yang miskin dan tertindas (Luk 4:18-19). Lewat hidup dan karya-karya, Kongregasi Biarawati Abdi Kristus ingin menyatakan bahwa Allah menyertai mereka, membawa perukunan dan perdamaian di dunia, serta mengangkat hidup dan budaya mereka untuk berbakti kepada Allah (Kons. 31).
a.
Tujuan Didirikan Tarekat Abdi Kristus menyediakan dan mempersembahkan diri kepada
karya pewartaan Gereja lewat kegiatan-kegiatan pengabdian kepada Gereja maupun masyarakat. Hidup rasuli merupakan inti hakekat Tarekat. Dengan kegiatan kerasulan itu, Tarekat ingin menyatukan diri dengan Kristus yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mewartakan Kabar Gembira untuk menyelamatkan umat manusia. Kerasulan secara religius dibaktikan kepada Gereja dan Allah, bagi Tarekat merupakan jalan menuju kepada Allah Bapa dengan mengikuti Kristus. Dengan bantuan rahmat Allah, Tarekat bertujuan ikut serta mengakarkan iman kristiani dalam budaya setempat baik lewat hidup Tarekat maupun lewat karya-karyanya (Kons. 29). Panggilan Tarekat terutama ditujukan kepada masyarakat pedesaan dan kota-kota kecil. Pelayanan Tarekat terutama ditujukan kepada mereka yang memerlukan pendidikan dasar dan karya kasih lainnya baik rohani dan jasmani pada tingkat awal. Dengan karya itu Tarekat ingin menanamkan nilai-nilai dasar hidup berdasarkan iman kristiani. Sebagian besar karya dan pelayanan Tarekat ini adalah masyarakat menengah ke bawah (Kons. 32).
b.
Cita-cita Khas dan Kharisma Tarekat Tarekat ini bercita-cita untuk mencintai dan menghayati hidup sederhana,
sesuai dengan masyarakat di mana berada. Hidup sederhana yang dicita-citakan ialah hidup yang penuh kerelaan dalam berbagi kekayaan baik rohani maupun jasmani sebagai wujud dari rasa seperasaan dan sepenanggungan dengan mereka yang miskin. Kemiskinan Tarekat ialah kemiskinan orang bekerja keras untuk memperoleh nafkahnya, bahkan dari kekurangannya berani membagikan kepada sesama. Lewat itu Tarekat ingin menyebarkan pola hidup sederhana kepada masyarakat (Kons. 33). Dengan ingin memupuk hidup seturut teladan Bunda Maria Hamba Allah dalam karya penyelamatan, Tarekat yakin mendapatkan anugrah kharisma khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
untuk diperjuangkan dan dihayati, yaitu kesederhanaan iman. Itu berarti penyerahan diri secara total kepada Allah dan karya penyelamatan-Nya. Allahlah yang merupakan tumpuan harapan satu-satunya, sebab sadar bahwa Allah yang mampu mengangkat kaum hina-dina (Kons. 35).
c.
Spiritualitas Tarekat Bersama Maria, yang menghambakan diri untuk menyambut kedatangan
Sang Penebus dan demi terlaksananya karya penebusan-Nya dengan menyebut dirinya Hamba Allah, Tarekat menyambut rahmat panggilan untuk ikut serta di dalam karya penyelamatan-Nya. Maria Hamba Allah merupakan spiritualitas Tarekat. Maka Tarekat mau meneladan Maria dalam pengabdiannya kepada Gereja dan masyarakat kecil (Kons. 34). Konstitusi Tarekat Abdi Kristus No. 251-255 memaparkan tentang jiwa Bunda Maria yang selayaknya menjadi jiwa para suster Abdi Kristus. Bunda Maria berdoa, karena menyadari kekecilan dan kemiskinan berhadapan dengan sapaan Allah, ia menyebut dirinya Hamba, Maria mampu memuji dan meluhurkan Allah, selalu menggantungkan diri pada kuasa dan rencana Allah. Kesadaran bahwa Allah mencintai dan karena itu dia membuat dirinya yang hina pantas dicintai itulah yang menjadi kenyataan yang dialami dalam jiwa Bunda Maria. Kesadaran bahwa Tuhan adalah penyelenggara utama membuat beban menjadi ringan dan menghantar orang selalu menghadap hadirat-Nya (Kons. 251). Dalam doa berada di hadirat Allah seperti itu, ia merasa ditemani semua pendoa, pria, wanita, oleh Bunda Maria dan Kristus sendiri (Kons. 252). Berjiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
miskin yang semakin dipupuk dan disuburkan lewat doa itu menjamin sikap miskin, yaitu orang merasa bebas terhadap keterbatasan dalam hidup, latar belakang, kesehatan, lanjut usia, ketidakmampuan untuk menyelesaikan apa yang diinginkan, ketergantungan kepada orang lain. Ia dibebaskan dari rasa takut dan putus asa. Maka juga tidak mudah goyah oleh godaan, tidak mau membesarbesarkan penderitaan. Semua hanya didasarkan atas kepercayaan bahwa Tuhan sendirilah yang akan menyempurnakan segala-galanya (Kons. 253). Jiwa kemiskinan itulah yang selayaknya mendorong para suster Abdi Kristus dalam berdoa secara benar dan dibenarkan oleh Allah (Luk 18: 13-14), berdoa bersama umat Allah, baik dalam Ekaristi, doa ibadat harian serta doa-doa lainnya. Selain itu, jiwa kemiskinan ini pula yang mendorong para suster Abdi Kristus untuk berdoa bagi kepentingan-kepentingan orang-orang lain dan mereka yang dilayani, supaya terjadi menurut rencana Allah. Secara khusus dalam doa mohon kekuatan dan keberanian seperti wanita-wanita dalam Injil diperkenankan bersama Maria di hadapan salib (Kons. 254). Dijiwai oleh semangat Bunda Maria, yang mengharapkan agar Sabda Allah terjadi pada dirinya, para suster Abdi Kristus yang hidup dalam komunitaskomunitas sangat diharapkan merenungkan Sabda Allah sebagai sumber kehidupan, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci. Sabda Allah yang menjadi sumber hidup berkomunitas ini ditegaskan dengan jelas dalam Konstitusi Tarekat Abdi Kristus no. 260-261. Penulis meringkas demikian: Dalam merenungkan Kitab Suci menuntut kesediaan penuh untuk mendengarkan Tuhan yang bersabda dan hati yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menyesal menanggapi sentuhan dan ajakan Sabda untuk bertobat. Rahmat tobat yang ditawarkan oleh Kitab Suci mengundang para suster untuk memperbaharui diri dengan menyesali dosa dan kekurangan. Pertobatan ini merupakan jalan pemurnian jiwa dan kemerdekaan dalam pelayanan kepada Tuhan. Sejalan dengan teladan Bunda Maria, para suster Abdi Kristus ingin menyerahkan diri agar digunakan oleh Allah, terutama untuk menyapa yang lemah, tersisih dan kurang diperhatikan (Kons.199). Pelayanan Abdi Kristus lebih mementingkan dan mendahulukan mereka kalangan kecil. Bunda Maria menjadi pola pelayanan Abdi Kristus. Melayani dengan kesederhanaan namun sungguhsungguh sangat dibutuhkan oleh orang-orang kecil. Bunda Maria yang menjadi teladan dan pola hidup Kongregasi Abdi Kristus dalam melaksanakan karya penyelamatan Allah bukanlah melalui perbuatan-perbuatan atau karya-karya besar tetapi iman yang penuh penyerahan diri. Hal itulah yang memberi bobot kepada segala pengabdian dan pelayanan para suster Abdi Kristus, betapa pun nampaknya tak berarti dan kecilnya, tetapi pelayanan itu sangat dibutuhkan oleh orang-orang kecil yang tidak terjangkau oleh Kongregasi-kongregasi besar (Kons. 200).
d.
Lambang dan Semboyan Tarekat ini dimeteraikan dengan lambang Salib Berbentuk Jangkar, yang
bertuliskan Ecce Ancila Domint, sebagai tanda pengakuan iman Tarekat. Sebagai Abdi Kristus, Sang Penebus yang memanggul salib, dalam kesederhanaan iman menyerahkan diri seutuhnya kepada kuasa Salib yang menyelamatkan. Tarekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
bersemboyan PadaMu Ya Tuhan Aku Berharap (Maz 38: 16), karena dari pengalaman hanya Tuhanlah yang kuasa melangsungkan Tarekat ini (Kons. 37).
2.
Pelayanan Suster-suster Abdi Kristus Dalam Konstitusi Tarekat Abdi Kristus No 32, dikatakan bahwa pelayanan
Tarekat terutama ditujukan kepada mereka yang memerlukan pendidikan dasar dan karya kasih lainnya baik rohani dan jasmani pada tingkat awal. Pelayanan Kongregasi Abdi Kristus lebih mengutamakan mereka yang kecil, pendidikan menengah ke bawah. Pelayanan tidak hanya dalam bidang pendidikan, melainkan pelayanan apa saja dalam hal rohani maupun jasmani, misalnya asrama atau panti asuhan, rumah bersalin, balai pengobatan, dan lain sebagainya. Cita-cita khas Tarekat adalah mencintai dan menghayati hidup sederhana, sesuai dengan masyarakat di mana berada. Hidup sederhana yang dicita-citakan ialah hidup yang penuh kerelaan dalam berbagi kekayaan baik rohani maupun jasmani sebagai wujud dari rasa seperasaan dan sepenanggungan dengan mereka yang miskin (Kons. 33). Pengalaman rohani penulis sebagai anggota Abdi Kristus merasakan bahwa mutu pelayanan suster Abdi Kristus adalah suatu karya kerasulan yang dilakukan oleh para suster Abdi Kristus, bukan berdasarkan kewajiban dan tugas saja melainkan karena semangat yang didapatkan dari buah hasil sebuah doa yakni salah satunya adalah doa dalam bentuk meditasi. Meditasi menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan para suster Abdi Kristus. Buah-buah yang diperoleh dari ketekunan untuk bermeditasi mampu memberi kekuatan serta semangat dalam karya pelayanan bagi para Suster Abdi Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Doa bukanlah pengganti pelayanan. Begitu pula pelayanan yang penuh semangat, bukanlah sebagai pengganti doa. Keduanya sangatlah penting bagi kehidupan setiap religius. Mutu pelayanan setiap suster Abdi Kristus tidaklah hanya nampak dalam sikap lahiriah sehari-hari, melainkan juga tentunya dirasakan dalam kedalaman hati setiap suster Abdi Kristus. Mengenai pengabdian para suster Abdi Kristus juga terungkap dalam Konstitusi Tarekat yakni: Kerja kita dan semua pelayanan kita haruslah kita hayati sebagai tugas yang menjadikan kita dan sesama manusiawi, sebagai manusia yang bermartabat karena Tuhan tinggal. Dalam bekerja yang kita cari bukanlah keuntungan pribadi, kepuasan diri, apalagi balas jasa berlebihan, kecuali yang layak diterima, karena setiap pekerja layak mendapat upahnya. Kita perlu selalu mencamkan, bahwa masyarakat memerlukan orang-orang yang merdeka tidak terikat dan terhambat oleh benda materi. Masyarakat sederhana sangat memerlukan orang-orang yang tanpa pamrih mengabdi mereka, berbagi rasa dengan penderitaan mereka. Oleh karena itu mewartakan Injil dalam kemiskinan bagi kita berarti bahwa kita ingin dengan merdeka dan rela ikut menanggung beban hidup dan derita orangorang kecil dan sederhana dalam bergulat untuk menyambung hidup mereka. Kadang kala kitapun harus rela bersama mereka mengalami ketakberdayaan di dalam hidup, sehingga hanya pada Tuhanlah bertumpu harapan kita (Kons.186). Menurut pemahaman dan pengalaman penulis sebagai anggota Abdi Kristus, pelayanan yang dihayati oleh para suster Abdi Kristus adalah pelayanan yang mengutamakan orang-orang kecil dan sederhana, sebagaimana yang menjadi cita-cita Tarekat Abdi Kristus adalah lebih mengutamakan pelayanan pada orangorang kecil dan sederhana, bukan pada karya-karya yang besar seperti Kongregasi-kongregasi besar lainnya. Dalam pertemuan para suster yunior Abdi Kristus, Rm. Krispurwana Cahyadi, S. J. menuliskan dalam diktatnya demikian: Seorang suster Abdi Kristus adalah pelayan perutusan Kristus. Pengabdian tersebut dibuat di dalam Gereja. Maka bisa dikatakan pula bahwa suster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Abdi Kristus adalah pelayan Gereja, sebagai sakramen keselamatan Allah. Di sini tidak dipisahkan, apalagi dibedakan, antara pengabdian kepada Kristus dengan pengabdian kepada Gereja. Pengabdian kepada Kristus tersebut justru ada di dalam Gereja (Krispurwana Cahyadi: 2015). Sejalan dengan teladan Bunda Maria, para suster Abdi Kristus ingin menyerahkan diri agar digunakan oleh Allah, terutama untuk menyapa yang lemah, tersisih dan kurang diperhatikan (Kons.199). Pelayanan para suster Abdi Kristus lebih mementingkan dan mendahulukan mereka kalangan kecil. Bunda Maria menjadi pola pelayanan para suster Abdi Kristus. Melayani dengan kesederhanaan namun sungguh-sungguh sangat dibutuhkan oleh orang-orang kecil. Bunda Maria yang menjadi teladan dan pola hidup Kongregasi Abdi Kristus dalam melaksanakan karya penyelamatan Allah bukanlah melalui perbuatan-perbuatan atau karya-karya besar tetapi iman yang penuh penyerahan diri. Hal itulah yang memberi bobot kepada segala pengabdian dan pelayanan para suster Abdi Kristus, betapa pun nampaknya tak berarti dan kecilnya, tetapi pelayanan itu sangat dibutuhkan oleh orang-orang kecil yang tidak terjangkau oleh Kongregasi-kongregasi besar (Kons. 200).
3. Karya Pelayanan para Suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta Beberapa komunitas para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta: a.
Komunitas Postulat Condronegaran: Komunitas ini merupakan komunitas pendidikan. Dimana para suster yang tinggal di komunitas ini adalah para postulan serta para suster yang sedang menjalani perutusan untuk studi di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b.
Komunitas Wates: Komunitas dengan karya pelayanan yakni: playgroup, TK serta karya pastoral, di paroki Wates.
c.
Komunitas Wonosari: Komunitas dengan karya pelayanan yakni: panti asuhan (di Ngawen), TK, SMP, SMK serta karya pastoral lainnya.
d.
Komunitas Wedi: Komunitas dengan karya pelayanan TK, SD, dan balai pengobatan serta karya pastoral.
e.
Komunitas Sangkal Putung: Komunitas dengan karya pelayanan rumah retret, sebagai penanggungjawab bagian dapur dan ruangan-ruangan, bekerja sama dengan para pastor Jesuit dan karyawan rumah retret lainnya.
f.
Komunitas Seminari Tinggi Kentungan: Karya sebagai staff seminari tinggi. Bertanggungjawab di bagian dapur dan kapel seminari.
g.
Komunitas Sumber, yang terletak di paroki Sumber dengan karya pastoral yakni: SD, Rumah Retret dan karya pastoral Gereja lainnya yakni mendampingi kegiatan-kegiatan pasca erupsi Merapi. Itulah beberapa karya pastoral komunitas para suster Abdi Kristus Regio
Yogyakarta.
C. Mutu Pelayanan Para pelayan kristiani mulai merasa bahwa doa semakin dialami sebagai pelarian ke dalam hidup batin yang aman dan sebagai jalan untuk menghindarkan diri dari masalah-masalah yang seharusnya mengusik suara hati kristiani dan merupakan tantangan untuk melibatkan diri dalam tindak yang kreatif dalam pelayanan. Meditasi dan kontemplasi akan membosankan dan tidak menghasilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
buah kalau tidak diimbangi dengan menggunakan waktu secara lebih baik untuk melatih ketrampilan yang perlu dan mempelajari teknik-teknik yang membantu untuk dapat melayani sesama dengan sungguh-sungguh. Tidak mengherankan bahwa kapel menjadi tempat yang makin tidak populer untuk dikunjungi, pembimbing rohani semakin jarang didatangi. Sebaliknya semakin banyak perhatian diberikan kepada latihan-latihan pastoral di rumah sakit, penjara, paroki dan proyek-proyek khusus (Nouwen, 1986: 17). Doa bukanlah persiapan sebelum bekerja atau syarat yang tidak dapat diabaikan kalau pelayanan mau berhasil, doa adalah bagian dari hidup orang beriman. Doa dan pelayanan adalah sama dan tidak dapat dipisahkan. Kalau keduanya dipisahkan, seorang pelayan kristiani akan menjadi seorang tukang dan imamat tidak lebih dari sebuah cara lain untuk meringankan penderitaan hidup sehari-hari. Kalau keinginan untuk hening, untuk berkontemplasi dan bermeditasi tidak muncul dari keterlibatan terhadap dunia ini, akan segera menjadi bosan karena tidak tahu mengapa harus menjalani latihan-latihan rohani yang begitu banyak. Kalau Allah tidak semakin menjadi Allah yang hidup, manipulasi bagi mereka yang melayani umat Allah setiap hari, Dia tidak akan ditemukan di gurun, di biara atau pun pada saat-saat diam. Kalau profesionalisme pelayanan tidak mau merosot menjadi satu bentuk manipulasi klerikal, haruslah profesionalisme itu dilandaskan pada hidup rohani pelayan kristiani sendiri yang mengakar begitu dalam, karena profesionalisme itu berkembang dari perhatiannya yang terusmenerus bagi mereka yang bekerja bersama dengan dia (Nouwen, 1986: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Keutamaan kerja keras dan mutu adalah tuntutan profesionalitas sekaligus tuntutan totalitas. Kerja keras mengindikasikan kemauan untuk mencurahkan seluruh tenaga dan waktu, sementara mutu mengindikasikan kemauan untuk memberikan semua kemampuan dan potensi diri. Kerja keras dan mutu hendak menunjuk pada pribadi yang tidak setengah-setengah. Ia punya sikap magis, yaitu melakukan yang lebih baik dengan cara memberikan waktu, tenaga maupun pikiran dan talenta diri. Keutamaan kerja keras dan mutu dilakukan sebagai penghayatan iman bahwa ia melakukan semua itu karena ingin dipersatukan bersama Allah sendiri, yang di dalam Yesus Kristus telah bekerja keras demi kebahagiaan dan keselamatan umat manusia seluruhnya (Mintara, 2014: 78). Motivasi sejati dalam pelayanan dimurnikan dan dijernihkan dalam doa. Begitu banyak motifasi yang tidak sehat menentukan pemikiran dan tindakan dan semuanya itu membutakan sehingga tak dapat lagi membedakan motifasi-motifasi yang sesungguhnya (Stockman, 2005: 39). Efektivitas karya pelayanan ikut terpengaruh oleh bagaimana cara melayani. Sebaik dan semutu apapun pelayanan kita, tetapi bila diberikan dengan tidak rela, maka buah dan efektivitas pelayanan menjadi lain, yakni kurang baik. Pelayanan yang murah hati tampak dalam pelayanan yang membebaskan. Pelayanan yang membebaskan tampak dari buah pelayanan yang membawa orang kepada suasana ringan, enak dan gembira. Entah bagaimana kehadiran kita membuat orang lain merasa dibantu, dibebaskan dari belenggu atau tekanan tertentu. Kehadiran dan pelayanan kita selalu dinantikan, diharapkan, dan dirindukan (Martasudjita, 2003: 49-50).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Pelayanan yang murah hati adalah pelayanan yang penuh pengabdian. Pengabdian dalam arti sikap pelayanan yang tulus, tanpa pamrih, tidak memikirkan kepentingan diri sendiri. Jiwa pengabdian juga mengandung makna tanpa mencari imbalan alias tanpa pamrih (Martasudjita, 2003: 52-53). Pelayanan dengan penuh pengabdian dijiwai oleh keinginan untuk memberikan seluruhnya bagi Kerajaan Allah. Sedangkan hal-hal lain, seperti keperluan hidup, pakaian, makanan, singkatnya: nafkah, tidak menjadi nomor satu. Orang macam ini meresapkan Sabda Tuhan (Martasudjita, 2003: 54). Seluruh karya pelayanan dan kerasulan hanya bisa ada, hidup dan tumbuh karena mengalir dari Tuhan Yesus Kristus sendiri, Sang Batu Penjuru. Itulah hakikat karya pelayanan yakni karya Tuhan sebagaimana telah direnungkan. Karya pelayanan dan kerasulan merupakan karya Gereja sendiri yang dibangun atas dasar para rasul dan para nabi (Martasudjita, 2006: 47). Di dalam kehidupan ini khususnya dalam karya pelayanan para religius, tentu banyak tantangan dan kesulitan yang dihadapi. Orang beranggapan bahwa kesusahan, derita, penyakit adalah hambatan dalam pelayanan yang baik. Pandangan yang dikemukakan oleh Yesus bertolak belakang dengan pandangan duniawi. Baik dalam pengajaran maupun dalam hidup-Nya, Yesus menunjukkan bahwa kegembiraan yang sejati sering kali tersembunyi di balik kesusahan, tarian kehidupan dimulai dalam kesedihan. Ia berkata, “...kalau tidak mati, biji gandum tidak dapat menghasilkan...”. Salib menjadi lambang yang amat jelas. Salib adalah lambang kematian dan kehidupan dalam karya pelayanan, penderitaan dan kegembiraan, kekalahan dan kemenangan (Nouwen, 1998: 37-38).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Orang Katolik begitu akrab dengan kata pelayanan (diakonia). Di dalam Gereja Katolik, dalam banyak kesempatan kata itu sering digunakan, misalnya pelayanan sakramental, pelayanan kesehatan, pelayanan orang sakit, dan sebagainya. Dalam banyak bidang, pelayanan menjadi bagian hidup dan berkembangnya Gereja. Dalam pelayanan, orang melakukan sesuatu demi kebaikan orang lain. Sesuatu yang baik itu bisa berupa bantuan untuk orang miskin, pelayanan sabda untuk menghidupkan iman. Pelayanan tidak sekedar melakukan sebuah pekerjaan dengan tujuan mendapatkan sesuatu, tetapi sebuah pengabdian yang hanya karena didasari oleh rasa hormat dan syukur pada Tuhan. Semua orang Kristiani adalah pelayan, yaitu orang yang berusaha untuk menghayati hidupnya dalam sinar terang kabar gembira Yesus Kristus (Nouwen, 1986: 7). Bertolak dari kalimat tersebut, penulis juga memiliki pendapat yang sama. Semua orang Kristiani, baik itu awam maupun para religius, mereka memiliki tugas yang sama yaitu sebagai pengikut Yesus Kristus. Menjadi pengikut Yesus Kristus berarti mengikuti teladan-Nya, menjadi pelayan. Pekerjaan apa saja yang dilakukan oleh seorang pengikut Kristus adalah pelayanan. Misalnya seorang Kristiani yang bekerja di tempat tertentu, sekalipun dia bekerja untuk mensejahterakan hidupnya, keluarganya, namun tetap harus didasari semangat pelayanan. Upah itu penting untuk hidupnya, namun yang jauh lebih penting adalah sikap pelayanannya. Pelayanan bukanlah pekerjaan dengan jam kerja mulai pukul delapan sampai pukul lima, atau waktu-waktu yang telah ditentukan, akan tetapi pertama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
tama adalah jalan hidup. Jalan hidup yang dimaksud adalah supaya apa yang dilakukan selama bekerja dilihat dan dimengerti oleh orang lain bahwa bekerja bukan sekedar mencari upah melainkan demi cinta kasih terhadap orang lain. Doa bukanlah persiapan sebelum bekerja atau syarat yang tidak dapat diabaikan kalau pelayanan mau berhasil. Doa adalah hidup, doa dan pelayanan adalah sama dan tidak dapat dipisahkan (Nouwen, 1986: 21). Menurut penulis pelayanan itu tidak sekedar melakukan pekerjaan, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan, tetapi pelayanan itu adalah suatu tindakan yang dilakukan dan dijiwai semangat rohani. Bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi terlebih untuk orang lain. Pelayanan lebih mengarah pada tindakan untuk memuliakan Tuhan melalui sesama dan alam sekitar. Doa dan pelayanan itu saling berkaitan. Doa yang dijiwai dan dihayati pasti akan membuahkan pelayanan yang penuh kasih. Doa ungkapan iman dan relasi batin manusia dengan Tuhan dan pelayanan merupakan ungkapan mencintai Tuhan dalam diri sesama dan alam sekitar. Yesus mengosongkan diri-Nya dan memberikan hidup-Nya bagi orang lain. Demikianlah jalan dari semua pelayanan (Nouwen, 1986: 73). Merefleksikan hidup Yesus selama di dunia penulis merasakan bahwa segala yang Ia lakukan bukan semata-mata untuk diri-Nya sendiri, melainkan untuk memuliakan Tuhan dalam diri sesama. Kehidupan Yesus sepenuhnya adalah sebuah pelayanan. Pelayan Kristiani, pelayanan religius, pelayanan yang memberi perhatian kepada orang lain terlebih mereka yang kecil, dipanggil untuk menjadi terampil tetapi tidak untuk menjadi seorang tukang, banyak pengetahuan tetapi bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
seorang yang serba memaksakan, profesional tetapi bukan seorang manipulator. Apabila ia dapat menyangkal dirinya sendiri, beriman dan memahami arti penderitaan manusia, maka orang yang dilayani akan menyadari bahwa melalui tangan mereka yang mau menjadi pelayan, Allah menunjukkan cinta kasih-Nya yang lembut kepadanya. Mengajar menjadi pelayanan kalau guru melangkah lebih jauh daripada sekedar menyampaikan ilmu dan bersedia memberikan pengalaman hidupnya sendiri kepada murid, sehingga kecemasan yang melumpuhkan dapat disingkirkan. Khotbah menjadi pelayanan kalau pengkhotbah melangkah lebih jauh daripada sekedar menceritakan kisah (Nouwen, 1986 : 86).
D. Peranan Meditasi terhadap Mutu Pelayanan Doa dalam spiritualitas aktif. Maksudnya adalah kerohanian mereka yang hidup aktif, artinya yang mengabdikan hidupnya dalam keterlibatan di dunia ramai, bukan mengabdikan diri pada hidup doa saja dalam suasana keheningan, jauh dari keramaian dunia. Dalam tradisi kerohanian Kristiani orang mengenal dua arus spiritualitas, yaitu tradisi spiritualitas kontemplatif dan tradisi spiritualitas aktif. Dua tradisi ini mempunyai penekanan yang berbeda dalam memandang relasi antara acara doa dengan kegiatan hidup sehari-hari. Hubungannya dengan pelayanan yang bermutu adalah, acara doa dihayati dan akhirnya tertuang dalam tindakan nyata pada karya pelayanan. Doa yang sungguh dihayati dan dihidupi akan nampak dalam keaktifan hidup sehari-hari. Dalam tradisi kontemplatif, doa formal menduduki tempat sentral, seperti tarekat-tarekat monastik (Trappist, Karmelit, Klarist) mengatur acara harian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
mereka di seputar doa formal. Mereka memahami spiritualitas mereka di sekitar rahmat yang paling dimohon, yaitu pengalaman kesatuan mistik dengan Allah dalam doa (sering diistilahkan dengan “rahmat kontemplasi”). Kemajuan hidup rohani diukur terlebih dalam taraf kesempurnaan yang dicapai dalam doa formal. Tradisi spiritualitas aktif (yang menjiwai kaum awam, imam diosesan, tarekat-tarekat religius aktif, termasuk tarekat Abdi Kristus). Doa informal justru menjadi tujuan yang ingin dicapai lewat doa formal sebagai sarana yang mutlak perlu. Artinya, rahmat yang paling dimohon bukanlah pertama-tama kesatuan mistik dengan Tuhan dalam doa, melainkan kontak terus-menerus dengan Allah yang secara subur menjiwai penyerahan diri dalam pelayanan di tengah dunia. Doa formal adalah doa yang terstruktur oleh semua atau salah satu dari unsurunsur berikut: saat tertentu dalam hari, frekuensi tertentu, lamanya tertentu, tempat tertentu, sikap tubuh tertentu, atau cara berdoa tertentu. Suasana doa yang dibawa ke dalam hidup mencakup kesadaran yang penuh kesiagaan akan kehadiran dan aktifitas Allah di tengah dunia, usaha untuk terus menegaskan kehendak Allah sekarang ini dan di tempat ini untuk mengikuti kehendak-Nya dalam pelayanan pada sesama secara lebih baik lagi. Rahmat yang paling dirindukan oleh spiritualitas aktif yang berfokus pada “doa informal” adalah rahmat penyangkalan diri, mengalahkan ego-sendiri dan menyatukan diri ke dalam kehendak Allah di medan dunia. Spiritualitas kaum aktif ternyata mempunyai akar alkitabiah yang jelas. Khususnya Rasul Paulus telah memberikan sumbangan visi yang kuat bagi mereka yang terlibat dalam keramaian dunia. Spiritualitas aktif sebagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dipaparkan di atas jauh sekali dari suatu spiritualitas duniawi yang berusaha mendamaikan kenikmatan serta kekayaan material dengan kesalehan serta macam-macam devosi. Kesuburan spiritualitas aktif akan menjadi nyata bila dijalani dengan setia, dan salah satu buah kesuburan ini antara lain (seturut rahmat yang dianugerahkan kepada masing-masing) adalah kemudahan doa dan berkontak dengan Tuhan (Putranta, 2006: 2-9).
E. Rangkuman Berdasarkan pembahasan mengenai meditasi dari beberapa tokoh serta pengalaman penulis, dan juga pembahasan mengenai mutu pelayanan baik dari beberapa tokoh maupun dari Konstitusi Para Suster Abdi Kristus, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Meditasi merupakan salah satu bentuk doa, relasi pribadi manusia dengan Allah. Bagi orang Kristiani meditasi menjadi sarana untuk menyegarkan jiwa dan hidup rohani seseorang. Meditasi juga merupakan salah satu bentuk doa yang dijalani oleh para religius, secara khusus pula para suster Abdi Kristus. Bagi para suster Abdi Kristus yang hidup di tengah masyarakat luas, setiap suster mengemban pelayanan yang berbeda-beda. Ada yang di dunia pendidikan, sosial, kemasyarakatan, paroki, dan lain sebagainya. Dengan melihat apa yang tertuang dalam konstitusi para Suster Abdi Kristus, mereka menjadikan Maria sebagai pola hidup sehari-hari termasuk dalam bidang pelayanan. Jelas dalam konstitusi bahwa Bunda Maria memiliki semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
hidup sederhana serta hidup doa yang begitu mendalam. Begitu pula Yesus Kristus yang menjadi teladan utama para Suster Abdi Kristus, memiliki hidup doa yang patut diteladani. Dua tokoh tersebut menjadi figur bagaimana para Suster Abdi Kristus berdoa dan melayani, lepas dari kekurangan masing-masing pribadi para suster dalam pelayanan dan doa sehari-hari. Meditasi dalam buku doa harian para Suster Abdi Kristus merupakan salah satu bentuk doa yang dihidupi oleh Kongregasi. Meditasi menjadi salah satu sarana para Suster Abdi Kristus untuk menjalin relasi yang mendalam dengan Tuhan. Untuk dapat menjelaskan dan membuktikan lebih lanjut, maka pada bab berikutnya nanti akan dijelaskan kenyataan yang sesungguhnya berdasarkan penelitian yang akan penulis laksanakan. Penelitian nanti akan ditujukan kepada para Suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta. Penelitian yang dilaksanakan sehubungan dengan bagaimana meditasi itu memberikan peran terhadap mutu pelayanan para Suster Abdi Kristus. Meditasi berperan sebagai cara bagaimana seorang religius mengenal pelayanannya serta menerima pelayanan dengan penuh sukacita. Dalam sebuah pelayanan tentu akan sering didapati tantangan dan kesulitan, namun meditasi yang dijalani dengan tekun dan setia akan memampukan menerima itu semua dengan kegembiraan hati. Mengenali kehendak Tuhan tidak dapat diwujudkan begitu saja, melainkan sebuah proses yang terus menerus digulati dalam hidup harian. Dalam meditasi seseorang akan memiliki kesadaran penuh, dan kesadaran tersebut akan dibawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dalam pelayanannya sehingga dengan kesadaran itu akan memampukan untuk dapat mengenali kehendak Tuhan dalam setiap peristiwa hidup, secara khusus dalam pelayanan setiap hari. Seorang religius yang tekun setia dalam olah rohani setiap saat, dalam ketekunan bermeditasi, tentu sangat berbeda dengan mereka yang tidak melakukannya. Sehingga jelas bahwa meditasi membantu meningkatkan mutu sebuah pelayanan. Meditasi membantu seorang religius untuk menghayati pelayanannya sebagai perutusan dari Allah sendiri. Memampukan seorang religius melihat dan memaknai pimpinannya sebagai wakil Tuhan yang memberikan tugas perutusan sebagai sebuah pelayanan. Meditasi secara khusus juga membantu para suster Abdi Kristus dalam meningkatkan mutu pelayanannya. Melaksanakan pelayanan dan perutusan sebagai rahmat karunia dari Allah sehingga pelayanan sungguh dihayati sebagai pemberian dan persembahan hidup bagi Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB III METODOLOGI, LAPORAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan tiga bagian pokok, yaitu metodologi penelitian, laporan, dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang peranan meditasi terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta.
A. Metodologi Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan tentang rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, pengumpulan data, analisis data, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, variabel penelitian dan instrumen penelitian.
1.
Rumusan Permasalahan
a.
Bagaimana pandangan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta tentang mutu pelayanan?
b.
Faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan peranan meditasi bagi mutu pelayanan?
c.
Bagaimana meditasi berperan terhadap pelayanan para suster Abdi Kristus khususnya Regio Yogyakarta?
d.
Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan agar meditasi menjadi salah satu dasar dalam menjaga mutu pelayanan para suster Abdi Kristus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Untuk memahami sejauh mana meditasi memberi peran terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta.
b. Mengetahui bagaimana pelaksanaan meditasi selama ini dilaksanakan oleh para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta. c.
Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh para suster Abdi Kristus dalam melaksanakan karya pelayanannya.
d.
Mengusahakan bersama penghayatan meditasi sehingga menjadi sarana semakin berkualitasnya hidup perutusan para suster Abdi Kristus dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan.
3. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a.
Bagi para Suster Abdi Kristus
1) Para suster Abdi Kristus diharapkan semakin menyadari pentingnya penghayatan meditasi sehingga menjadi sarana bermutunya pelayanan. 2) Para suster Abdi Kristus diharapkan mau mengupayakan penghayatan meditasi dalam hidup sehari-hari, yang mengalir dari kesadaran pribadi sebagai
seorang
pelayanannya.
religius
yang
bertanggungjawab
terhadap
mutu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3) Para suster Abdi Kristus diharapkan semakin menyadari perannya dalam menjalankan tugas perutusan sebagai seorang religius yang mengedepankan mutu pelayanan untuk membangun semangat perutusan baik di dalam maupun di luar kongregasi. 4) Para suster Abdi Kristus diharapkan semakin meningkatkan mutu pelayanannya dengan menggali kedalaman hidup rohani melalui meditasi, sehingga akan berdampak dalam kedalaman mutu pelayanan hidup seharihari.
b. Bagi Penulis Penulis sebagai seorang biarawati diharapkan semakin tekun menghayati meditasi sehari-hari sehingga mampu mewujudkan pelayanan yang berkualitas baik di komunitas maupun di tempat karya. Supaya terpacu untuk mengolah diri terus menerus agar semakin menjadi pribadi yang memiliki mutu pelayanan sehingga mampu melaksanakan karya pelayanan dengan penuh kegembiraan dan tanggung jawab dalam melayani seperti yang diharapkan kongregasi maupun Gereja.
c. Bagi Pembaca Supaya pembaca tergerak hati untuk memahami kehidupan membiara dan mengetahui misi kehadirannya, secara khusus pelayanan para suster Abdi Kristus dalam keterlibatannya dalam karya penyelamatan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
4. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex post facto. Sugiyono dalam Riduwan (2008: 50) menyatakan penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
5. Metode Penelitian Metode penelitian yang gunakan oleh penulis adalah metode penelitian kualitatif.
Metode
penelitian
kaulitatif
adalah
metode
penelitian
yang
berlandaskan pada filsafat post positivisme/interpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014: 9).
6.
Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah melalui wawancara
terstruktur. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara penulis telah menyiapkan
instrumen
penelitian
berupa
pertanyaan-pertanyaan.
Dalam
melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, penulis juga menggunakan alat bantu seperti Handphone (untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
merekam), kamera yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar (Sugiyono, 2014: 387). Melalui data yang terkumpul penulis secara selektif akan memperoleh informasi tentang keadaan responden. Penulis akan mencatat data yang diperoleh melalui wawancara kemudian mendiskripsikan masalah-masalah yang ada di lingkungan responden. Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014: 386). Dalam penelitian ini penulis melibatkan tiga unsur pokok, yakni; teknik wawancara, teknik observasi, dan pencatatan melalui dokumen. Ketiga teknik pengumpulan data ini akan digunakan untuk memperkaya temuan yang ada di lapangan yakni, komunitas para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta. Sugiyono, mengutip dari Esterberg (2002) menuliskan bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik (Sugiyono, 2014: 231). Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2014: 232).
7.
Analisis Data Dalam rangka penelitian kualitatif, analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan di lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2014: 402). Setelah data-data terkumpul melalui observasi, wawancara dan pencatatan melalui dokumen, penulis mengelompokkan jawaban-jawaban responden menurut kelompok variabel. Kemudian penulis akan mendeskripsikan jawaban-jawaban dari responden dan akan diuraikan pada bagian laporan dan hasil penelitian.
8. Tempat dan Waktu Penelitian a.
Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di komunitas-komunitas para suster Abdi
Kristus Regio Yogyakarta. Komunitas-komunitas tersebut meliputi komunitas Wates, Wonosari, Condronegaran, Sangkal Putung, Seminari Tinggi Kentungan, sebagai tempat atau lokasi penelitian, karena berdasarkan pertimbangan yakni lokasi mudah dijangkau oleh penulis.
b.
Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015.
9. Responden penelitian a.
Populasi Sugiyono mengutip dari Spradley, istilah populasi disebut dengan “social
situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pelaku (actors), dan aktivitas (aktivity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2014: 363). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta.
b.
Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendaknya
diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlah lebih sedikit dari pada jumlah populasi (Sunyoto, 2009: 125). Sampel penelitian ini adalah para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta. Sampel yang berjumlah 12 orang ini dipilih karena dianggap mampu mewakili populasi dan mampu memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh penulis.
10. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 38). Dalam skripsi terdiri dari dua variabel, yakni:
a. Variabel Independen Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2014: 39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yakni peran meditasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
b. Variabel Dependen Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014: 39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen yakni mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta.
Tabel 1. Variabel Penelitian No (1)
Variabel yang diungkapkan (2)
1
Peran Meditasi
Indikator (3)
1. Pelaksanaan dan penghayatan meditasi. 2. Buah-buah yang didapatkan dari meditasi. 3. Bagaimana meditasi berperan dan membantu dalam melaksanakan pelayanan. 4. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan meditasi. 2
Mutu pelayanan para suster Abdi Kristus
1. Karya pelayanan apa yang dijalani saat ini. 2. Mutu pelayanan. 3. Pandangan mereka tentang mutu pelayanan. 4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga mutu pelayanan.
11. Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari observasi baik langsung maupun partisipan, dokumentasi, dan wawancara terstruktur (sructured interview). Dalam melakukan wawancara penulis telah menyiapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
instrumen penelitian berupa pedoman pertanyaan-pertanyaan. Dalam wawancara ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan penulis mencatatnya (Sugiyono, 2014: 138). Hasil wawancara akan direkam dengan Handphone (HP) sebagai alat bantu pada saat wawancara agar penulis dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti mencatat jawaban-jawaban dari subyek. Hasil rekaman kemudian ditulis kembali dalam bentuk print out sebagai dokumen. Instrumen penelitian ini adalah pedoman pertanyaan wawancara. Adapun butir-butir pokok yang dijadikan pedoman oleh penulis dalam wawancara adalah sebagai berikut: Instrumen Penelitian Responden: a. Karya pelayanan apa yang suster jalani saat ini? Berapa lama suster bekerja dalam bidang pelayanan itu dan dengan siapa saja suster bekerja? b. Apakah di dalam pelayanan suster, suster merasakan kebahagiaan atau kegembiraan batin, meskipun menghadapi tantangan? Mengapa suster merasakan seperti itu? c. Apa yang membuat suster bersemangat melaksanakan pelayanan? d. Menurut suster pelayanan yang bermutu itu seperti apa? e. Bagaimana cara suster mengupayakan agar pelayanan suster bermutu? f. Apakah sebelum dan sesudah pelayanan suster melakukan meditasi, mengapa? g. Apakah kebiasaan rutin meditasi suster jalani setiap hari? h. Buah-buah apa yang suster dapatkan dari meditasi? i. Apakah meditasi berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
j. Usaha apa yang suster lakukan agar meditasi memberi peran dalam meningkatkan mutu pelayanan? k. Harapan-harapan apa yang ingin suster sampaikan sehubungan dengan hal ini?
B. Laporan Hasil Penelitian 1.
Hasil Dokumen Dokumen yang dipakai penulis untuk mengetahui perihal data-data tentang
karya pelayanan para responden selain dari wawancara langsung juga diambil dari buku katalog terbaru kongregasi Abdi Kristus yang memuat tentang tugas karya pelayanan yang dilaksanakan oleh para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta. Karya pelayanan baik sebagai pimpinan karya maupun pimpinan komunitas maupun sebagai anggota karya dan anggota komunitas. Selain itu juga dari refleksi atas hidup tarekat menjelang kapitel umum VI dan hasil kapitel umum VI Kongregasi Biarawati Abdi Kristus.
a.
Refleksi atas Hidup Tarekat Begitu banyak wujud bukti kehadiran dan penyertaan Tuhan yang dialami
oleh anggota kongregasi baik secara personal maupun komunal entah dalam keheningan, dalam hal-hal kecil dan sederhana dalam visitasi, adorasi ekaristi, meditasi, berdiam diri bersama Yesus dan Bunda Maria. Penyertaan Tuhan memberikan kekuatan rohani dan mendorong untuk semakin mengandalkan Tuhan (Refleksi atas hidup tarekat 2014: 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Berbagai cara ditempuh untuk menjalin relasi akrab dengan Tuhan yaitu melalui perayaan ekaristi, tekun merenungkan sabda-Nya, setia dan disiplin menaati jam-jam doa pribadi maupun bersama. Akrab, intim dengan Tuhan dalam doa maupun saat berkarya. Hanya bersama Tuhan dan dalam Dia bisa melaksanakan karya pelayanan dengan baik. Upaya yang dilakukan untuk semakin dekat dengan Tuhan yaitu melalui usaha menjaga keheningan, matiraga, refleksi, meditasi, kontemplasi, mawas diri, membaca buku rohani, ekaristi, berdevosi dan lain-lain, menjadi syarat ampuh atau sarana-sarana untuk dapat berjumpa dengan Tuhan. Relasi yang akrab dan intim dengan Tuhan inilah yang menjadi sumber kekuatan dalam hidup bersama dan kesuburan karya-karya pelayanan (Refleksi hidup tarekat 2014: 31). Mutu pelayanan berkaitan dengan kualitas hidup. Setiap perutusan dalam karya pelayanan yang dijalani oleh anggota adalah pelayanan yang berpegang pada iman. Setiap pribadi mengusahakan pengabdian yang berciri mandiri, kreatif, terbuka, peka terhadap lingkungan sekitar, penuh dedikasi, bekerja secara bermartabat (Kapitel Umum V 2008: 31).
b.
Evangelisasi Khas Abdi Kristus Dengan tetap setia kepada Kristus dan Injil-Nya, pada kharisma Pendiri,
Gereja, dan situasi zaman, para suster Abdi Kristus mau melanjutkan perjalanan pengabdian. Dengan semangat Evangelisasi Baru hendak menghayati dan mewujudkan secara konkrit penghayatan hidup doa, hidup kaul terutama kaul kemiskinan, hidup berkomunitas maupun karya kerasulan, dan memelihara keutuhan ciptaan serta berevangelisasi di era globalisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
c.
Evangelisasi dalam Doa Sebagai pelaku evangelisasi yang hendak mewartakan Kabar Gembira
buah perjumpaan dengan Allah, sudah selayaknyalah setiap suster Abdi Kristus selalu menyediakan diri untuk berjumpa dengan Kristus dalam meditasi dan kontemplasi, sehingga mengalami misteri cinta-Nya di Salib yang menjadikan iman semakin kuat dan mendalam, mengandalkan Tuhan dan setia pada Kristus dan karya pelayanan-Nya. Dengan perjumpaan dan pengalaman akan kekuatan cinta-Nya membawa serta keprihatinan dunia kepada-Nya dalam doa bersama yang misioner.
d.
Evangelisasi dalam Karya Kerasulan Para suster Abdi Kristus dipanggil untuk terlibat dalam menyebarluaskan
Kabar Gembira di tengah masyarakat khususnya di desa-desa dan kota-kota kecil, terutama mereka yang kecil dan miskin. Sesuai dengan panggilan khusus sebagai religius Abdi Kristus, memilih jalan dan cara sebagaimana jalan dan cara yang ditempuh Kristus yang telah menanggalkan ke-Allahan-Nya dan turun di tengah dunia yang silau oleh gemerlapnya kemegahan duniawi, untuk menyatakan cinta Bapa kepada umat manusia, terutama mereka yang miskin, tertindas dan tersingkir (Kapitel Umum VI, 2014: 20). Sesuai dengan cita-cita Pendiri dan panggilan khas para suster Abdi Kristus, keterlibatan untuk ambil bagian diwujudkan bukan dengan karya-karya besar yang jauh melampaui kemampuan, tetapi dengan perbuatan-perbuatan kecil, sederhana, dan biasa tetapi menjadi luar biasa karena pikiran, perasaan, ungkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dan dilakukan dengan kedalaman yang bersumber dari perjumpaan pribadi dengan Tuhan dalam keheningan dan ketersembunyian (Kapitel Umum VI, 25).
2. Hasil Observasi Dari beberapa komunitas yang diobservasi oleh penulis, jadwal harian para suster demikian, setiap pagi diadakan doa bersama: doa harian dan brevir. Setelah itu dilanjutkan dengan perayaan ekaristi. Untuk jadwal meditasi, bisa dilakukan setiap pribadi sebelum doa bersama dan setelah perayaan ekaristi, tergantung jadwal dan tugas pribadi masing-masing suster. Dari observasi yang dilakukan oleh penulis ketika mengikuti doa bersama, memang benar bahwa meditasi tidak dilakukan secara bersama dan di tempat yang sama, melainkan secara pribadi mengambil waktu sendiri-sendiri. Ada yang pagi hari sebelum doa bersama, ada yang setelah doa bersama menjelang ekaristi dan ada yang setelah perayaan ekaristi selesai, sebelum berkarya di tempat tugas. Dalam meditasi pun cara dan penggunaan sarana prasarana berbeda. Ada yang dengan pegangan Kitab Suci sesuai bacaan pada hari yang bersangkutan, ada pula yang menggunakan konstitusi dan memilih tema sesuai dengan kebutuhan masing-masing pribadi. Rupanya bahan meditasi disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing, namun pada malam hari tetap dibacakan bahan renungan untuk pagi hari yakni dari Injil pada hari yang bersangkutan serta dari konstitusi Tarekat Abdi Kristus. Duabelas Responden yang penulis pilih dalam penelitian ini memiliki peran dan tugas masing-masing dalam karya pelayanan. Baik sebagai pimpinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
karya maupun sebagai anggota karya maupun anggota komunitas. Waktu bersama dalam komunitas biasanya saat sore hari sampai malam. Untuk pagi hari sampai siang masing-masing berkarya di tempatnya masing-masing. Untuk lebih memperoleh data yang lebih valid, penulis telah mewawancarai baik pimpinan karya, pimpinan komunitas, maupun anggota komunitas, dengan berbagai macam karya.
3. Hasil Wawancara Berikut ini akan dipaparkan laporan hasil wawancara berdasarkan pertanyaan yang diajukan penulis kepada para suster baik sebagai pimpinan karya maupun anggota.
a.
Identitas Responden Dalam tabel 2 ini penulis akan menuliskan 12 identitas responden yang
sudah penulis wawancarai. Baik sebagai pimpinan karya maupun anggota, serta responden lainnya, yakni para suster yang masih dalam tahap pembinaan. Tabel 2: Identitas Responden Sebagai Pimpinan Karya dan Anggota NO
Responden
Jawaban Responden
1
R1
Sr. M. Yosephinia, AK. Usia 58 tahun. Sebagai pimpinan komunitas sekaligus penanggungjawab dan pimpinan karya PAUD Terpadu, St. Theresia, serta Pastoral. Berkarya selama lima (5) tahun di komunitas Wates. Berkarya dengan para guru, karyawan baik sekolah maupun komunitas, dengan rama paroki serta umat setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2
R2
Sr. M. Nerifa, AK. Usia 25 tahun. Berkarya sebagai anggota komunitas dan pendamping TPA, sehari-hari menemani anak-anak, sekitar 7 anak. Sudah berkarya selama satu tahun. Selain itu juga pastoral. PIA, Misdinar, WK: Arisan, memberi renungan, memimpin ibadat, Dasawisma. Bekerja dengan para karyawan play group, para suster, rama paroki, ketua lingkungan dan umat setempat.
3
R3
Sr. M. Retha, AK. Usia 53 tahun. Bekerja selama 4 tahun, sebagai bendahara dan keuangan sekolah (PAUD Terpadu: TPA, Play Group, TK). Bekerja dengan para guru dan karyawan non Guru. Selain berkarya di sekolah juga menjalani pastoral.
4
R4
Sr. M. Angela, AK. Usia 66 tahun. Berkarya sebagai pimpinan karya dan penanggungjawab Klinik St. Maria Wedi, Klaten. Dalam karya bekerja dengan para perawat, dokter, pasien, dan karyawan non kesehatan. Sudah lebih dari 25 tahun berkarya dalam bidang kesehatan.
5
R5
Sr. M. Yovita, AK. Usia 54 tahun. Sebagai anggota komunitas, bendahara RB & BP St. Maria, dan sebagai perawat. Berkarya selama 4 tahun. Relasi karya dengan para karyawan dan anggota komunitas.
6
R6
Sr. M. Carola, AK. Usia 40 tahun. Sebagai pimpinan komunitas dan penanggung jawab di rumah retret Sangkal Putung Klaten. Berkarya selama bulan, sebelumnya tinggal di komunitas novisiat. Di rumah retret berkarya bersama para Rama Jesuit, para karyawan rumah retret.
7
R7
Sr. Yhosepha Maria. Usia 53 tahun. Sebagai anggota komunitas dengan karya penanggungjawab bagian kamar dan ruangan-ruangan di rumah retret Sangkal Putung Klaten. Sudah berkarya selama 4 tahun. Dalam karya bekerja dengan para karyawan rumah retret.
8
R8
Sr. M. Hilaria, AK. Usia 59 tahun. Sebagai pengurus rumah tangga seminari tinggi kentungan, berkarya selama 5 tahun, 2 bulan. Dalam karya bekerjasama dengan para Rama praja, para frater, dan karyawan seminari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
9
R9
Sr. M. Chantal, AK. Usia 56 tahun. Sebagai anggota komunitas di seminari tinggi kentungan Yogyakarta dan sekaligus sebagai penanggungjawab dapur di seminari tinggi kentungan Yogyakarta. Sudah berkarya selama 4 tahun. Bekerjasama dengan para karyawan seminari.
10
R10
Sr. M. Marcellina, AK. Usia 46 tahun. Sebagai pengelola panti asuhan Ngawen Wonosari, dan sebagai anggota komunitas. Berkarya selama satu tahun. Dalam karya bekerja dengan para pengasuh anak panti.
11
R11
Sr. M. Mathilda, AK. Usia 20 tahun. Sebagai novis AK, menjalani pembinaan kurang lebih 3 tahun. Dalam keseharian hidup bersama dengan Magistra novisiat, para suster sekomunitas dan rekan kerja seperti para karyawan komunitas.
12
R12
Sr. M. Tarsisiani, AK. Usia 21 tahun. Sebagai novis AK menjalani pembinaan kurang lebih 3 tahun. Dalam keseharian hidup bersama dengan Magistra novisiat, para suster sekomunitas dan rekan kerja seperti karyawan novisiat.
b. Dalam Menghadapi Tantangan dan Kesulitan dalam Pelayanan, Hal-hal yang Dirasakan R1 sebagai pimpinan karya mengatakan bahwa di dalam pelayanan dirasakan ada kegembiraan setiap hari. Tantangan dan kesulitan itu selalu ada, namun bukan penghalang untuk tetap bahagia dalam pelayanan dan panggilan. Hal ini sama dengan apa yang dikatakan oleh R2 sebagai anggota komunitas bahwa tantangan tidak pernah tidak ada, bahkan selalu ada, tetapi justru dari tantangan itu digembirakan oleh Tuhan bisa melayani dengan perjuangan, sehingga tetap bahagia meskipun ada kesulitan. Perhatian dan kasih dari orangorang sekitar baik di tempat karya maupun di komunitas memampukan untuk tetap bahagia dalam tantangan dan kesulitan sekalipun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
R3 mengatakan hal yang sama dengan yang dialami oleh R7 dan R9, kebahagiaan dirasakan dalam pelayanan yang tulus, bekerja dengan sebaikbaiknya. Dalam karya pelayanan merasakan kecewa, sedih, marah, emosi, baik pada karyawan maupun rekan kerja yang lain, namun hal tersebut tidak membuat lemah dan putus asa di dalam karya pelayanan setiap hari. Beberapa responden lain juga mengatakan bahwa tantangan dan kesulitan bukan penghalang untuk tetap bahagia dan gembira dalam pelayanan sehari-hari. Justru dalam situasi apapun diharapkan tetap bahagia, itulah jati diri seorang Abdi Kristus atau pelayan Tuhan. Kegembiraan batin dirasakan dalam tantangan dan kesulitan karena itu yang membuat krasa dadi suster (merasakan benar jadi seorang suster seperti ini). Dalam kesulitan masih tetap bahagia itu kegembiraan sejati sebagai seorang Abdi Kristus. Dalam tabel 3 dan tabel 4 berikut ini penulis akan memaparkan secara lengkap hasil wawancara tersebut. Tabel 3: Tantangan dalam pelayanan menurut Pimpinan Karya NO
Responden
Jawaban Responden
1
R1
Tetap bahagia dan gembira walaupun banyak tantangan dan kesulitan. Kesulitan pasti selalu ada dalam kehidupan pelayanan maupun hidup bersama dalam komunitas. Ada kesulitan bukan berarti tidak bahagia. Semua orang tentu mempunyai kesulitan masing-masing, dan bagi saya itu menjadi tantangan yang membuat berkembang. Kebahagiaan dan kegembiraan yang saya alami bukan berarti tanpa kesulitan. Dan menghadapi kesulitan dan tantangan bukan berarti saya tidak bahagia. Intinya menjadi suster tetap bahagia dan gembira.
2
R4
Pertolongan Tuhan saat mengalami kesulitan merupakan kebahagiaan. Kebahagiaan bukan hanya dalam hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
yang menggembirakan, namun juga dalam kesulitan. Merasa bahagia karena boleh ambil bagian dalam karya Tuhan meski dalam hal-hal yang sederhana, misalnya melayani orang sakit, dan tidak mendapat imbalan apapun, itu menggembirakan. 3
R6
Bahagia bukan saat menerima, tetapi saat bisa memberi dengan penuh ketulusan hati. Berkarya di tengah banyak karyawan dan teman kerja dari kongregasi lain semakin menambah wawasan dan ada banyak tantangan. Namun dukungan dan kerjasama yang baik dengan teman sekomunitas sangat membantu dalam pelaksanaan karya.
4
R8
Bahagia karena bisa menjadi penyalur rahmat Tuhan melalui kemampuan yang dimiliki. Bahagia sebagai orang yang dipilih menjadi utusan-Nya. Merasa sebagai orang pineleh (terpilih). Berkarya di lingkungan para rama dan frater sangat tidak mudah, ada tantangan tersendiri yang dihadapi. Tetap gembira dan bahagia bisa melayani sesuai dengan kemampuan meski terbatas.
Tabel 4: Tantangan dalam pelayanan menurut Anggota NO
Responden
Jawaban Responden
1
R2
Kerjasama yang baik antar rekan kerja, suster sekomunitas. Itu sudah merupakan kebahagiaan. Bisa merayakan ekaristi setiap hari juga merupakan kebahagiaan yang tidak terkira. Meskipun kadang ada kesulitan, tantangan, tetapi tetap merasa bahagia. Dalam tantangan dan kesulitan bisa merasakan artinya kebahagiaan. Bahagia tidak terletak pada fisik yang penuh tawa, tetapi keiklasan hati menerima tantangan merupakan kebahagiaan batin.
2
R3, R7, R9
Kebahagiaan itu dirasakan dalam pelayanan yang tulus, bekerja dengan sebaik-baiknya itu membahagiakan. Dalam pelayanan setiap hari tetap bahagia. Terkadang ada rasa kecewa, sedih, kesulitan, emosi, namun itu tidak membuat putus asa, tidak menyurutkan dalam melayani.
3
R5, R10
Setiap hal dalam pelayanan sangat membahagiakan karena untuk itu diutus yaitu untuk melayani. Perkara bahagia itu rahmat yang diperoleh setiap hari. Sejauh setiap peristiwa selalu dimaknai dan direfleksikan bersama Tuhan, itu pasti selalu membahagiakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
4
R11, R12
Hidup keseharian dalam pembinaan tidak lepas dari tantangan dan hambatan, baik dalam hidup pribadi maupun bersama. Banyak mendapat teguran, banyak perhatian dan sorotan dari komunitas lain. Sering ditegur itu setiap hari, tetapi itu mengembangkan, menjadi tahu mana yang salah, mana yang benar. Setiap hari dibentuk melalui teguran. Tetapi mendewasakan.
c. Hal-hal yang Menyemangati dalam Pelayanan Sebagian besar dari responden mengatakan bahwa hidup doa, hidup rohani itu yang paling memberi semangat di dalam karya pelayanan. Relasi dengan Tuhan dalam doa, meditasi, perayaan ekaristi setiap hari, bacaan rohani, mendalami konstitusi, kegiatan rohani tersebut yang selalu memberi kekuatan, demikian yang diungkapkan oleh R1, R4 sebagai pimpinan karya, sama halnya yang dikatakan oleh anggotanya yakni R2, R3. Menurut R6 mengatakan bahwa hal pokok dan utama yang menyemangati dalam karya pelayanan adalah kekuatan doa. Baik doa bersama sesuai kesepakatan bersama dan aturan kongregasi, maupun doa pribadi dalam bentuk hening, meditasi, adorasi serta perayaan ekaristi. Selain itu dukungan dari komunitas, kongregasi, keluarga juga sangat memberi kekuatan di dalam pelayanan. Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh R7. Rahmat yang didapat dari doa-doa memberi peneguhan dalam karya. Saling mendukung antar anggota komunitas dan pimpinan karya sangat memberi pengaruh dalam pelaksanaan karya. Berbeda dengan R5, mengatakan bahwa yang menyemangati di dalam karya pelayanan adalah rasa syukur sebagai orang terpanggil secara khusus, hal ini yang menjadi penyemangat setiap hari dalam pelayanan. Pelayanan bermutu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
yang penuh semangat karena luapan rasa syukur dari dalam hati. Hal serupa juga diungkapkan oleh R8, R9 dan responden lain yakni para novis, R11 dan R12. Dalam tabel 5 dan 6 berikut ini, penulis akan memaparkan secara lengkap hasil wawancara tersebut. Tabel 5: Yang Menyemangati dalam Pelayanan Menurut Pimpinan Karya NO
Responden
Jawaban Responden
1
R1
2
R4
3
R6
4
R8
Satu-satunya yang menyemangati adalah relasi dengan Tuhan. Rahmat Tuhan yang didapatkan melalui doa bersama, meditasi serta perayaan ekaristi setiap hari. Segalanya karena Tuhan yang memberi rahmat, sehingga bersemangat setiap hari dalam pelayanan. Pelayanan dalam bentuk apapun adalah sarana untuk mengabdi Tuhan. Yang paling terasa menyemangati dalam karya pelayanan adalah kedisiplinan hidup rohani secara pribadi, tanpa pernah mengabaikan kebersamaan. Saya melihat orang sakit yang saya layani adalah Yesus sendiri. itu yang selalu membuat semangat. Yesus hadir melalui orang sakit. Melihat orang sakit berarti melihat Yesus. Kekuatan doa dalam bentuk doa bersama dalam komunitas, doa pribadi seperti adorasi, meditasi, hening, refleksi. Buah-buah dari doa-doa itulah yang memberi kekuatan dan semangat dalam karya pelayanan dalam wujud apapun dimana pun. Dukungan dan perhatian kongregasi serta keluarga juga sangat mendukung dalam pelayanan. Kepercayaan yang diberikan dari kongregasi merasa sebagai orang yang diutus, itu yang selalu menjadi semangat. Saya di sini dipanggil dan diutus. Utusan dari kongregasi merupakan utusan Tuhan.
Tabel 6: Yang Menyemangati Dalam Pelayanan Menurut Anggota NO
Responden
Jawaban Responden
1
R2
Motivasi awal menjadi seorang religius memberi semangat dalam pelayanan setiap hari. Sadar diri bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dipanggil untuk melayani, maka selalu semangat. Tanpa semangat rohani pelayanan sekedar bekerja saja. 2
R3
Bacaan rohani dan menghayati konstitusi, menjadi tongkat dalam perjalanan pelayanan setiap hari.
3
R5
Rasa syukur sebagai orang terpanggil secara khusus menjadi penyemangat setiap hari dalam pelayanan. Pelayanan bermutu yang penuh semangat karena luapan rasa syukur dalam hati. Rasa syukur itu menumbuhkan semangat dan kreatifitas dalam melayani.
4
R7
Kekuatan doa dalam bentuk doa bersama dalam komunitas, doa pribadi seperti adorasi, meditasi, hening, refleksi. Rahmat yang didapat melalui kehidupan rohani itu memberi peneguhan dan semangat dalam karya pelayanan dalam wujud apapun dimana pun. Relasi yang baik antara pimpinan dan anggota juga mendukung.
5
R9, R10
Dipanggil untuk terlibat. Diutus oleh pimpinan dimaknai sebagai utusan dari Tuhan sendiri.
6
R11, R12
Semangat karena teguran itu demi kebaikan dan perkembangan panggilan. Sadar diri karena dibentuk Tuhan melalui pimpinan dan kongregasi.
d. Pengertian Tentang Mutu Pelayanan Mutu pelayanan menurut beberapa responden bukanlah pengertian secara teori, namun karena sudah dilaksanakan sehingga mengartikan dan memaknai apa itu pelayanan yang bermutu atau mutu pelayanan karena merasakan maknanya dalam kenyataan. Menurut R4 sebagai pimpinan di karya kesehatan mengatakan bahwa mutu pelayanan itu saat memberi dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun. Hal ini sesuai dengan pengalamannya selama bertahun-tahun berkarya di kesehatan bahwa ketika pasien tidak membayar karena tidak mempunyai uang, Suster sebagai responden dalam penelitian ini tetap merasa bahagia. Dia mengatakan di sinilah letak pelayanan yang bermutu. Menurut R8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pelayanan yang bermutu itu adalah pelayanan yang dilakukan dengan sebaikbaiknya, tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi mengandalkan Tuhan. Semua semata-mata untuk Tuhan. Dalam tabel 7 dan tabel 8 berikut ini penulis menguraikan dengan jelas jawaban dari responden mengenai pengertian mutu pelayanan. Tabel 7: Pengertian Mutu Pelayanan Menurut Pimpinan Karya NO
Responden
Jawaban Responden
1
R1
Karya apapun yang dilakukan dibumbui dengan doa, tidak sekedar bekerja saja, tetapi ada semangat doa di dalamnya. tidak mengandalkan diri sendiri, tetapi mengandalkan kekuatan Tuhan.
2
R4
Siap sedia melakukan perutusan setiap hari dengan menghayati ketiga kaul yakni, kaul kemurnian, kaul ketaatan dan kaul kemiskinan. Melayani berbeda dengan bekerja. Melayani tidak menuntut upah.
3
R6
Pelayanan yang seimbang, bukan hanya bekerja, berkarya tetapi juga berdoa. Kesabaran menghadapi apapun juga.
4
R8
Pelayanan yang mengarahkan diri pada Tuhan, tidak mencari kepentingan pribadi tetapi semua karya ditujukan pada Tuhan. Tidak mengandalkan diri sendiri tetapi mengandalkan Tuhan dengan doa dan karya yang sebaikbaiknya. Semua semata-mata hanya untuk Tuhan.
Tabel 8: Pengertian Mutu Pelayanan Menurut Anggota NO
Responden
Jawaban Responden
1
R2
Pelayanan yang tulus dan tidak mudah mengeluh, murah hati, mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi maupun kelompok.
2
R3
Mutu pelayanan tidak terletak pada besarnya pelayanan atau jabatan, tetapi sikap batin dalam melaksanakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3
R5
Bekerja dengan sebaik-baiknya, melayani dengan sebaikbaiknya, bukan menurut ukuran diri sendiri, tetapi dengan motivasi menggembirakan orang lain.
4
R7, R10
Berkarya dimana pun senang, mengerjakan apapun senang, tidak ada yang tinggi tidak ada yang rendah. Dalam pelayanan semua di hadapan Tuhan sama, maka juga mengusahakan segalanya menjadi sarana melayani Tuhan. Pekerjaan bentuk apapun dan di mana pun, semua dilakukan dengan ketulusan hati, kegembiraan batin. Kemurahan hati tidak dalam berapa banyak yang kuberikan tetapi kerelaan hati memberikan waktu, tenaga dan perhatian.
5
R9
Bukan dilihat dari hasilnya, tetapi kerelaan hati apapun hasilnya. Memberikan diri bagi pelayanan untuk kemuliaan Tuhan. Bertindak kreatif sesuai dengan talenta yang diberikan, tidak monoton tetapi berkembang.
6
R11, R12
Melakukan pekerjaan seperti mengepel, berkebun, menyapu, berdoa, dengan sebaik-baiknya, tulus, gembira, bukan maksud ingin dipuji, bukan karena ada pimpinan yang melihat. Ada pimpinan maupun tidak ada pimpinan tetap berkerja dan melayani dengan sebaik-baiknya. Orientasinya pada Tuhan, motivasi melakukan untuk Tuhan, bukan untuk pimpinan.
e. Cara Mengupayakan Agar Pelayanan Sungguh Bermutu Banyak cara yang dilakukan dan diusahakan supaya dari hari ke hari pelayanan untuk Tuhan semakin mantap dan bermutu. Setiap pribadi dari responden mengusahakan hal itu. Menurut R4 beliau mengatakan bahwa setiap hari selalu mengusahakan kedekatan dengan Tuhan. Banyak cara yang dilakukan agar relasi dengan Tuhan terjaga dengan baik, dan salah satu yang pokok adalah melalui hidup doa, itu yang menjadi sumber kekuatan. Dan rata-rata sebagian besar dari responden juga mengatakan hal yang sama, bahwa hidup doa menjadi kekuatan paling besar dalam menjalani pelayanan setiap hari. Tidak ada kekuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
yang lebih besar selain dari Tuhan melalui doa. Hal serupa juga dikatakan oleh R10 bahwa tunduk dengan hati dan batin itu jauh lebih kokoh dari kekuatan manapun. Di dalam Tuhan segalanya menjadi bisa karena doa. Doa, meditasi, refleksi merupakan relasi yang dibangun setiap hari dengan Tuhan karena dari sini mengalir sumber rahmat dan kekuatan. Berikut ini pada tabel 9 dan tabel 10 penulis akan menjabarkan lebih lanjut tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh seluruh responden dalam menjaga agar pelayanan menjadi semakin bermutu. Tabel 9: Usaha Agar Pelayanan Bermutu Menurut Pimpinan Karya No
Responden
Jawaban Responden
1
R1 dan R4
2
R6
3
R8
Berdoa dan meditasi setiap hari. Selalu mengambil waktu khusus untuk berdoa baik pribadi maupun bersama. Bacaan rohani dan konstitusi. Hidup rohani yang dihayati menjadi pondasi kuat dalam menjaga mutu pelayanan. Dengan berbagi terwujud persaudaraan sejati dalam karya yang dijalani. Selalu bersyukur setiap saat menjadi energy rohani yang memberi daya dalam menjaga pelayanan agar tetap bermutu dan bermakna. Memupuk kesadaran bahwa semua orang adalah kenisah Tuhan, maka wajib dihormati dan dihargai.
Tabel 10: Usaha Agar Pelayanan Bermutu Menurut Anggota NO
Responden
Jawaban Responden
1
R2
2
R3
Melakukan pelayanan setiap hari dengan sebaik mungkin. Apapun dikerjakan dengan hati berdoa, demi kemuliaan Tuhan, bukan diriku. Memupuk disiplin, percaya pada orang lain, mengikuti perkembangan zaman dan memupuk cinta pada sesama dan pada karya perutusan. Komitmen dan tidak plin plan. Selalu bersyukur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
3
R5, R7
Berlatih untuk dapat hening meski dalam keramaian. Hati yang dibiasakan untuk reflektif atas peristiwa hidup sehari-hari.
4
R9
Menjalin komunikasi yang baik dengan pimpinan dan rekan kerja. Transparan dan terbuka pada komunitas dan rekan kerja.
5
R10
Mendengarkan orang lain, apa yang baik dari orang lain dengan rendah hati menggunakannya jika itu sungguh memperkembangkan dalam menjaga mutu pelayanan. Tidak sombong dengan kemampuan diri sendiri, terbuka pada kelebihan orang lain.
6
R11, R12
Mengarahkan pekerjaan untuk Tuhan, bukan ingin dipuji supaya kelihatan baik. Bekerja dan berdoa. Dalam bekerja sehari-hari, dalam suasana hening. Hening tidak cukup tanpa bicara, tetapi doa dalam batin dengan ujub tertentu.
f. Melakukan Meditasi Sebelum dan Sesudah Karya Pelayanan Pada dasarnya meditasi dilakukan oleh seluruh responden, hanya cara dan waktu yang berbeda-beda. Semua disesuaikan dengan waktu dan situasi karya pelayanan masing-masing. Tidak ada satu pun responden yang meninggalkan doa dan meditasi maupun hidup rohani yang lainnya, namun waktu dan tempat yang berbeda dalam melaksanakan meditasi tersebut berbeda-beda. Menurut R4 mengatakan bahwa rutin melakukan meditasi pada pagi dan malam hari. Pada pagi hari dilakukan di kamar setelah bangun tidur sebelum beranjak untuk berkarya. Meditasi juga dilanjutkan di kapel merenungkan sabda Tuhan dalam Kitab Suci. Pada malam hari, meditasi dilakukan pula secara pribadi setelah doa completorium bersama. Meditasi rutin ini dilakukan setiap hari pagi dan malam. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh R10, mengatakan bahwa meditasi itu nafas hidup dalam panggilan. Menggerakkan dan menyegarkan hati dan jiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pada tabel 11 dan tabel 12 berikut ini, penulis akan menjelaskan lebih lengkap tentang responden yang melakukan meditasi pada setiap harinya. Tabel 11: Sebelum dan Sesudah Pelayanan, Apakah Melakukan Meditasi Menurut Pimpinan Karya NO 1
Responden
Jawaban Responden
R1, R4, R6 Melakukan meditasi, namun tidak tergantung pada waktu dan tempat. Menyesuaikan dengan waktu karya. Waktu dan R8 dan tempat tidak pasti, tetapi rutin melakukan baik sehari sekali maupun sehari dua kali. Pada pagi hari dan malam hari. Di kapel maupun di tempat-tempat pribadi.
Tabel 12: Sebelum dan Sesudah Pelayanan, Apakah Melakukan Meditasi Menurut Anggota NO 1
2
3
Responden
Jawaban Responden
R2, R3, R5, Melakukan meditasi. Tidak tergantung pada waktu dan tempat. Menyesuaikan dengan waktu karya maupun R10 komunitas. Waktu dan tempat tidak pasti, tetapi rutin melakukan baik sehari sekali maupun dua kali. Sebagai seorang religius, meditasi adalah pokok dalam perjalanan hidup panggilan. R7, R9 Melakukan meditasi. Selalu mengambil waktu dan kesempatan secara pribadi untuk melakukan meditasi. Melakukan meditasi tidak otomatis duduk manis di kapel, tetapi juga dilakukan dengan cara hening dalam melakukan pelayanan. Misalnya berkebun dengan hening. Merenungkan Sabda Tuhan sebelum merayakan ekaristi. R11, R12 Pasti melakukan meditasi, waktu sudah diatur dan ditentukan. Selalu tersedia waktu. Kadang di kapel, terkadang meditasi di alam terbuka. Meditasi pribadi merenungkan Sabda Tuhan dan meditasi terpimpin, mendapat tuntunan dari magistra.
g. Kebiasaan Rutin dalam Meditasi Hal ini hampir sama dengan tabel dan penjelasan sebelumnya, yaitu sehubungan dengan sebelum dan sesudah pelayanan melakukan meditasi ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
hubungan erat dengan kebiasaan rutin dalam melakukan meditasi setiap harinya. Jawaban-jawaban dari responden tidak jauh berbeda dengan jawaban sebelumnya. Dari sini nampak kekonsistenan para responden dalam menjawab maupun dalam pelaksanaannya. Berikut ini pada tabel 13 dan tabel 14 akan penulis paparkan seluruh jawaban dari responden. Tabel 13: Apakah Kebiasaan Rutin Meditasi Setiap Hari Suster Jalani Menurut Pimpinan Karya NO
Responden
Jawaban Responden
1
R1, R4, R6,
Iya, secara pribadi mengambil waktu untuk bermeditasi, waktunya tidak pasti, bisa pagi, siang, atau sore. Tergantung Tuhan kapan memberi waktu yang tepat. Meditasi dijalani, tergantung situasi yang terjadi hari itu. Disesuaikan dengan keadaan, tidak kaku pada aturan dan jam. Lebih sering pada pagi hari.
R8
Tabel 14: Apakah Kebiasaan Rutin Meditasi Setiap Hari Suster Jalani Menurut Anggota NO
Responden
Jawaban Responden
1
R2, R3, R5
Doa itu pokok, dan meditasi juga makanan pokok setiap hari. Rutin menjalani karena selalu disediakan waktu oleh Tuhan, dan berani mengambil waktu untuk meditasi di sela-sela kesibukan.
2
R7, R9,
Sujud dari dalam hati bukan fisik. Meditasi tidak harus dipahami tetapi direnungkan. Sesibuk apapun tetap secara pribadi merenungkan Sabda Tuhan dalam keheningan pribadi itu yang dimaknai sebagai meditasi.
R10
3
R11, R12
Rutin, tidak pernah sehari saja tanpa meditasi. Ini rutinitas, kewajiban seorang novis, tetapi menjadi kebutuhan dasar hidup sebagai calon religius dalam anggota tetap kongregasi. Tidak terpaksa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
h. Buah-buah yang Didapatkan Melalui Meditasi Hampir keseluruhan dari responden juga mengungkapkan hal yang sama mengenai buah-buah yang didapatkan melalui meditasi. Menurut R8 mengatakan bahwa buah-buah dari meditasi yaitu rahmat kekuatan dalam menjalani pelayanan sehari-hari. Hal serupa juga dikatakan oleh R10, bahwa dari meditasi yang dihayati setiap hari mendapatkan rahmat kegembiraan batin, menemukan Tuhan dalam segala hal. Tabel 15: Buah yang Didapatkan Melalui Meditasi Menurut Pimpinan Karya NO
Responden
Jawaban Responden
1
R1
2
R4
3
R6
4
R8
Kesegaran fisik, pikiran, hati. Memberi kekuatan, memberi semangat, lebih sabar dan tidak mudah emosi menerima tantangan dengan hati terbuka. Penuh kasih, cinta. Selalu bahagia dan gembira, melayani dengan penuh kegembiraan. Menjadi pribadi yang disiplin dalam hidup rohani. Dalam segalanya semakin menggantungkan diri pada Tuhan. Segar da nada semangat baru. Konsisten, penuh syukur, murah hati. Interaksi dengan orang lain semakin berkembang. Fisik disegarkan, pikiran dan hati juga menjadi jernih. Bisa menguasai diri. Tekun dalam melaksanakan pelayanan. Pertobatan dari hari ke hari, memberi kekuatan jiwa. Menggetarkan hati dan jiwa. Sadar diri bahwa kehadiranku sebagai religius sebagai tanda eskatologis. Kesadaaran diri.
Tabel 15: Buah yang Didapatkan Melalui Meditasi Menurut Anggota NO 1
Responden R2
2
R3
Jawaban Responden Disiplin dan tertib waktu. Melatih keheningan batin dalam keramaian karya pelayanan di tengah masyarakat. Kesegaran fisik menyegarkan pikiran. Mudah untuk konsentrasi dan bisa focus. Tidak mengabaikan kepercayaan yang diberikan orang lain maupun kongregasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3
R5
Tenang menghadapi persoalan, seberat apapun persoalan dalam karya pelayanan tetap terasa ringan karena campur tangan Tuhan. Dan merasakan campur tangan Tuhan ditemukan melalui doa dan meditasi. Pikiran jernih.
4
R7
Memberikan keseimbangan dalam hidup, antara doa dan karya pelayanan. Konsisten. Tidak mudah lesu.
5
R9
Tuhan semakin memberi waktu. Menjadi seimbang antara hidup doa dan hidup karya pelayanan.
6
R10
Meditasi seperti olah raga yang meyegarkan fisik dan pikiran. Apa yang dilihat menakjubkan, di setiap sudut menemukan kehadiran Tuhan. Tidak pernah kesepian meski sendiri, bekerja dengan hening.
7
R11, R12
Hening, pengendalian diri, mampu menguasai tubuh dan pikiran. Menjadi ramah, sabar.
i. Peran Meditasi dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Keseluruhan responden mengatakan bahwa meditasi sungguh memberikan peran bagi pelayanan sehari-hari. Hal tersebut dialami sendiri oleh para responden. Berikut ini pada tabel 16 dan tabel 17 penulis akan memaparkan secara lengkap apa yang sudah dikatakan oleh responden dalam wawancara yang sudah berlangsung.
Tabel 16: Peran Meditasi dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Menurut Pimpinan Karya NO
Responden
Jawaban Responden
1
R1
2
R4
Kedisiplinan dalam meditasi membuat disiplin dalam karya pelayanan. Bangun pagi untuk meditasi memberi semangat untuk datang tepat waktu di tempat karya. Meditasi memberi peran dalam jiwa bahwa saya bukan tenaga sosial tetapi seorang abdi-Nya, pelayan-Nya. Memurnikan motivasi sebagai abdi-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
3
R6
4
R8
Siap sedia melakukan apapun juga, pelayanan dalam bentuk apapun menjadi bermakna, karena selalu sadar diri sebagai orang terpilih. Meditasi berperan sebagai pengingat, pengontrol diri dalam melakukan tindakan dan berkata-kata. Menjadi rambu-rambu. Meditasi menjadi motor penggerak dalam pelayanan yang bermutu. Sebagai pengendali batin dan tindakan dalam segala situasi. Pengarah ke jalan yang benar, karena dengan merenungkan Sabda Tuhan dalam meditasi, sabda itu menjadi hidup dalam pelayanan.
Tabel 17: Peran Meditasi dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Menurut Anggota NO
Responden
Jawaban Responden
1
R2
Meditasi sungguh memberi peran bukan hanya dalam pelayanan tetapi sepanjang perjalanan hidup panggilan sebagai seorang religius. Kekuatan dalam pelayanan dan hidup panggilan.
2
R3
Melayani dan bekerja dengan sebaik-baiknya, tidak sembarangan karena sadar diri telah diberi rahmat oleh Tuhan dalam meditasi.
3
R5
Meditasi menjadi nafas kehidupan karya pelayanan. Menghidupi pelayanan, menyemangati. Penguat di saat lemah. Memberi Roh dan jiwa dalam pelayanan.
4
R7
Meditasi yang dilakukan dengan kesungguhan hati, membuat diri menjadi kreatif, mampu memaknai setiap peristiwa secara positif, tidak mudah menyerah dan mengeluh saat ada tantangan dan kesulitan dalam pelayanan.
5
R9
Tersenyum dalam segala situasi berkat rahmat yang didapatkan dari meditasi. Meditasi sebagai pencerah dan memberi warna dalam karya pelayanan.
6
R10
Orang lain mengenal Allah bukan aku lagi. Meditasi berperan sebagai penyalur rahmat Tuhan bagi sesama.
7
R11, R12
Bukan hanya pelayanan dan pekerjaan yang bermutu, namun dengan meditasi hidup panggilan semakin bermutu, berbobot. Sabda Tuhan yang direnungkan dalam Kitab Suci di dalam meditasi menjadi penuntun hidup setiap hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
j. Usaha yang Dilakukan Agar Meditasi Memberi Peran dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Banyak usaha yang dilakukan oleh responden dalam meningkatkan meditasi agar memberi peran dalam meningkatkan mutu pelayanan. Usaha yang dilakukan usaha dalam hidup rohani misalnya dalam doa dan juga usaha dalam tindakan nyata. Pada tabel 18 dan tabel 19 berikut ini, penulis akan menjabarkan lebih lanjut tentang usaha yang dilakukan oleh setiap responden. Tabel 18: Usaha yang Dilakukan agar Meditasi Memberi Peran dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Menurut Pimpinan Karya 1
R1
Saat-saat meditasi digunakan dengan sebaik-baiknya karena itu adalah waktu yang Tuhan anugerahkan untuk menimba kekuatan. Setiap hari selalu berani mengambil waktu untuk meditasi. Medisplinkan diri.
2
R4
Menghargai yang memberi kepercayaan baik kongregasi maupun teman dalam karya pelayanan. Sehingga dalam kesibukan apapun menyempatkan diri untuk berdoa bersama maupun meditasi. Dalam meditasi merenungkan Sabda Tuhan agar sabda itu dapat dilaksanakan secara nyata dalam pelayanan sehari-hari.
3
R6
Meditasi diimbangi dengan doa bersama dan bacaan rohani agar hati tidak kering dengan sibuknya banyak karya pelayanan. Saat meditasi memposisikan diri, tubuh fisik secara benar dan disiplin. Keheningan fisik berpengaruh pada keheningan batin.
4
R8
Melakukan meditasi dengan teratur pagi hari dan malam menjelang tidur refleksi diri. Menjadikan meditasi sebagai saat untuk berefleksi diri atas karya pelayanan yang dilakukan setiap hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 19: Usaha yang Dilakukan Agar Meditasi Memberi Peran dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Menurut Anggota NO
Responden
Jawaban Responden
1
R2 dan R5
Bila dalam sepanjang hari itu tidak bisa melakukan meditasi, maka sebelum tidur ambil waktu sejenak untuk refleksi diri, mawas diri. Ini juga sebagai bentuk pengganti meditasi, dan buah-buah yang dirasakan tetaplah sama.
2
R3, R7
Meditasi tidak dibatasi oleh waktu yang terlalu kaku, tetapi luwes dan tidak terjadwal pasti seperti dalam pembinaan di postulat maupun novisiat. Bersikap tegas terhadap kedisiplinan diri untuk meditasi.
3
R9
Meditasi dihidupi dan dihayati setiap saat, bukan rutinitas tetapi meditasi dijadikan pokok utama selain doa bersama dalam komunitas.
4
R10
Meditasi menjadi saat dimana kekuatan ditimba, maka saat meditasi adalah saat-saat jiwa disegarkan kala mengalami kesulitan. Saat meditasi diberi waktu yang longgar sehingga dapat leluasa merenungkan Sabda Tuhan.
5
R11, R12
Godaan saat meditasi yakni mengantuk dan melantur, maka usaha yang dilakukan yaitu focus, tegas kembali ke meditasi saat mulai melantur dan mengantuk.
Harapan ke depannya untuk kongregasi maupun pribadi juga disampaikan oleh semua responden yang diwawancarai. Dalam tabel 20 berikut ini adalah harapan-harapan yang telah disampaikan oleh semua responden. Tabel 20. Harapan-harapan Para Responden NO
Responden
Jawaban Responden
1
R1
Mengharapkan adanya pembinaan berkelanjutan dari kongregasi misalnya pertemuan per angkatan untuk berbagi pengalaman sukaduka dalam karya pelayanan selama menjadi suster.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
2
R2
Para suster yang sudah senior hendaknya turut mendukung yang masih yunior. Bukan hanya tugas pendamping yunior tetapi semua anggota kongregasi. Pertemuan dan sharing lintas angkatan akan sangat mendukung untuk saling mengenal. Memahami kebudayaan yang berbeda sehingga saling menghargai.
3
R3
Selain retret setiap tahunnya, alangkah baik ada pertemuan untuk mendalami dan saling berbagi tentang pengalaman rohani, baik dalam meditasi maupun dalam sukaduka pelayanan. Lintas komunitas sangat baik.
4
R4
Mendalami konstitusi bersama seluruh kongregasi akan sangat mendukung. Menyamakan cara pandang dan hidup rohani yang sama. Semua hendaknya menghayati ketiga kaul dan hidup secara konstitusioanal. Sharing pengalaman dengan yang muda itu juga baik.
5
R5
Retret setiap tahun perlu ditingkatkan dengan ditambah mendalami bersama spiritualitas kongregasi dan kekayaan-kekayaan rohani kongregasi. Meditasi janganlah ditinggalkan, itu hidup seorang religius.
6
R6
Meditasi diimbangi dengan doa bersama dan bacaan rohani agar hati tidak kering dengan sibuknya banyak karya pelayanan. Saat meditasi memposisikan diri, tubuh fisik secara benar dan disiplin. Keheningan fisik berpengaruh pada keheningan batin.
7
R7
Mengharapkan adanya pendalaman bersama tentang meditasi atau pelayan yang bermutu.
8
R8
Belajar bersama meditasi terpimpin, dengan nara sumber yang handal dalam meditasi.
9
R9
Rekoleksi bersama lintas angkatan dan lintas komunitas untuk tema meditasi maupun pelayanan yang bermutu itu yang bagaimana.
10
R10
Penyegaran bersama tentang meditasi seperti saat-saat di novisiat, dalam tahap pembinaan.
11
R11
Meditasi tidak menjadi jadwal atau rutinitas tetapi berharap untuk semua anggota agar meditasi menjadi kebutuhan setiap suster.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
12
R12
Meditasi tidak hanya dijalankan hanya saat pembinaan di novisiat tetapi untuk seterusnya dihidupi seluruh kongregasi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Peranan Meditasi Terhadap Mutu Pelayanan para Suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta 1.
Pemahaman Tentang Peran Meditasi Terhadap Mutu Pelayanan para Suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta Keterkaitan antara buah-buah meditasi serta peran meditasi dalam
pelayanan menjadi kunci utama tentang peran meditasi terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus. Pemahaman ini akan mendorong para suster Abdi Kristus khususnya regio Yogyakarta dan keseluruhan kongregaasi untuk meningkatkan semaksimal mungkin kualitas meditasi yang dijalani dalam hidup sehari-hari, sehingga karya pelayanan semakin bermutu. Pemaparan berikut ini terarah pada paham para suster dalam meningkatkan pelaksanaan meditasi dalam hidup sehari-hari sehingga diharapkan memberi peran dalam menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya.
a.
Tantangan-tantangan serta Kesulitan yang Dihadapi dalam Pelayanan Tantangan dan kesulitan dalam karya pelayanan hampir dialami oleh
semua responden, baik dalam hidup bersama maupun dalam karya. Dari hasil penelitian yang penulis laksanakan, responden mengungkapkan bahwa tantangan dan kesulitan yang dialami dalam karya pelayanan sesuai dengan bidang mereka masing-masing. Kesulitan yang mereka hadapi dalam karya tidaklah menjadi penghalang bagi mereka untuk bahagia dan gembira menjalani karya pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
menurut R1. R2 mengungkapkan bahwa kebahagiaan tidak terletak pada lahiriah yang penuh tawa dan canda, tetapi keilklasan hati menerima tantangan dan kesulitan sebagai rasa syukur. Hal itu merupakan kebahagiaan batin. R3 juga mengungkapkan bahwa terkadang dalam karya pelayanan merasakan kecewa, namun hal tersebut tidak membuat putus asa. R4 juga mengungkapkan, ada kesulitan dan tantangan, namun saat Tuhan memberikan pertolongan dalam kesulitan itu, itulah kebahagiaan yang dirasakan dalam kesulitan. R5 pun mengungkapkan bahwa kesulitan yang dimaknai itu membahagiakan. R6 bahagia itu saat bisa memberi dengan keikhlasan penuh ketulusan hati. Berkarya dengan banyak karyawan itu tidak mudah, namun saat ada dukungan dan perhatian dari rekan sekomunitas, itu membahagiakan. R7 selalu bahagia, tapi ada kalanya sedih, kecewa, marah, namun rasa perasaan itu tidak melemahkan dalam pelayanan. R8 kemampuan terbatas dalam karya yang dilaksanakan, namun tetap bahagia. Berkarya di lingkungan seminari tidak mudah, namun kebahagiaan selalu ada karena menajdi penyalur rahmat Tuhan melalui kemampuan terbatas yang dimiliki. R9 kesulitan, emosi itu ada tetapi tidak menyurutkan dalam pelayanan. Tersenyum selalu dalam segala situasi. R10 pekerjaan yang sangat sederhana itu tetap membahagiakan, misalnya di kebun, bahkan saat sakit pun tetap bahagia menjadi suster. Yang membuat tetap bahagia adalah karena apa yang dialami selalu direfleksikan. R11 dan R12 mengungkapkan pula bahwa bahagia itu saat menemukan kehadiran Tuhan dalam setiap peristiwa hidup, saat ditegur pimpinan, saat melakukan kesalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Suka duka dalam karya pelayanan yang diungkapkan oleh para responden sama dengan yang dituliskan oleh Henri Nouwen, dengan ungkapan bahwa Yesus menunjukkan bahwa kegembiraan yang sejati sering kali tersembunyi di balik kesusahan kita, dan bahwa tarian kehidupan dimulai dalam kesedihan. Tantangan dan kesulitan adalah salib dalam pelayanan, kebahagiaan sejati tidak hanya ditemukan dalam keberhasilan namun juga dalam kegagalan dan mau bangkit lagi (Nouwen 1998: 37).
b. Hal-hal yang Memberi Semangat dalam Karya Pelayanan R1 sebagai pimpinan karya mengungkapkan bahwa yang memberi semangat dalam karya pelayanan yang dijalani adalah relasi dengan Tuhan. Rahmat Tuhan yang didapatkan melalui doa bersama, meditasi serta perayaan ekaristi setiap hari. Segalanya karena Tuhan yang memberi rahmat, sehingga bersemangat setiap hari dalam pelayanan. R5 mengungkapkan bahwa rasa syukur sebagai orang terpanggil secara khusus menjadi penyemangat setiap hari dalam pelayanan. Pelayanan bermutu yang penuh semangat karena luapan rasa syukur dalam hati. Rasa syukur itu menumbuhkan semangat dan kreatifitas dalam melayani. R7 mengatakan hal yang serupa bahwa kekuatan doa dalam bentuk doa bersama dalam komunitas, doa pribadi seperti adorasi, meditasi, hening, refleksi. Rahmat yang didapat melalui kehidupan rohani itu memberi peneguhan dan semangat dalam karya pelayanan dalam wujud apapun dimana pun. Relasi yang baik antara pimpinan dan anggota juga mendukung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Hal tersebut sama dengan yang dituliskan dalam konstitusi AK bahwa hidup doa ditandai oleh suasana bakti pada kehadiran Allah sebagaimana tampak dalam keheningan, doa pribadi, doa bersama sehingga dapat memperkaya hidup batin dan rohani (Kons. 248). Hidup doa ini diupayakan terus-menerus dengan memupuk keyakinan bahwa Bunda Maria pasti membawa manusia pada putranya; Per Mariam ad Jesum (Kons. 249). Doa tidaklah mengurangi keterlibatan pengabdian, bahkan akan menyuburkan hidup dan pengabdian sebagaimana telah dinyatakan oleh Bunda Maria. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan antara hidup doa, karya dan bersama (Kons. 249). Hidup doa para suster Abdi Kristus dijalankan dengan memupuk hidup batin melalui latihan-latihan rahani, berusaha mengikuti Perayaan Ekaristi setiap hari (Kons. 256-257), mendoakan secara bersama dan pribadi doa harian/ofisi dalam komunitas-komunitas masing-masing (Kons. 259), kebiasaan visitasi dan adorasi Sakramen Maha Kudus, menerima sakramen tobat secara teratur setiap bulan (Kons. 261), berdoa secara pribadi secara teratur haruslah menjadi kerinduan para suster Abdi Kristus (Kons. 262), bimbingan rohani (Kons. 263), ingkar diri atau penyangkalan diri (Kons. 266). Dalam Konstitusi No. 267-269 ditegaskan juga hidup doa yang diupayakan bersama berupa silentium dalam biara, rekoleksi bulanan, retret tahunan dan pemeiriksaan batin/mawas diri yang dilaksanakan baik secara pribadi maupun bersama dalam komunitas-komunitas (Kapitel Umum V, 2008: 7-8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
c. Pengertian Tentang Mutu Pelayanan Beberapa responden mengungkapkan bahwa pengertian tentang mutu pelayanan bukan dari teori yang mereka dapatkan, melainkan dipahami dari penghayatan pelaksanaan pelayanan sehari-hari. Karya pelayanan yang dibumbui semangat doa, mengandalkan kekuatan Tuhan, R1. Mutu pelayanan itu adalah pelayanan yang tulus dan tidak mudah mengeluh, murah hati, tanpa pamrih, mendahulukan kepentingan orang lain, demikian yang telah diungkapkan R2. Sedangkan R3 mengungkapkan bahwa pelayanan yang bermutu itu adalah tidak terletak pada besarnya pelayanan atau jabatan, tetapi sikap batin pelayan itu sendiri. Siap sedia melakukan perutusan setiap hari dengan menghayati ketiga kaul yakni kaul kemurnian, kaul ketaatan dan kaul kemiskinan. Melayani tidak menuntut upah, R4. Bekerja dengan sebaik-baiknya, melayani dengan sebaikbaiknya,
bukan
menurut
ukuran
diri
sendiri,
tetapi
dengan
motivasi
menggembirakan orang lain, memuliakan Tuhan, R5. Pelayanan yang seimbang, bukan hanya bekerja, berkarya tetapi juga berdoa. Kesabaran menghadapi apapun juga, R6. Berkarya dimana pun senang, mengerjakan apapun senang, tidak ada yang tinggi tidak ada yang rendah. Dalam pelayanan semua di hadapan Tuhan sama, maka juga mengusahakan segalanya menjadi sarana melayani Tuhan. Pekerjaan bentuk apapun dan di mana pun, semua dilakukan dengan ketulusan hati, kegembiraan batin. Kemurahan hati tidak dalam berapa banyak yang kuberikan tetapi kerelaan hati memberikan waktu, tenaga dan perhatian, demikian yang diungkapkan R7. Pelayanan yang mengarahkan diri pada Tuhan, tidak mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
kepentingan pribadi tetapi semua karya ditujukan pada Tuhan. Tidak mengandalkan diri sendiri tetapi mengandalkan Tuhan dengan doa dan karya yang sebaik-baiknya. Semua semata-mata hanya untuk Tuhan, R8. Menurut R9 mengatakan bahwa mutu dari sebuah pelayanan bukan dilihat dari hasilnya, tetapi kerelaan hati apapun hasilnya. Memberikan diri bagi pelayanan untuk kemuliaan Tuhan. Bertindak kreatif sesuai dengan talenta yang diberikan, tidak monoton tetapi berkembang. Talenta saya memasak, berarti memasak dengan hati, dengan sebaik-baiknya. R10 mengungkapkan demikian berkarya dimana pun senang, mengerjakan apapun senang, di kebun, memasak, mengepel, menemani anak panti belajar, tidak ada yang tinggi tidak ada yang rendah, dan tidak diukur dari jenis pelayanannya. Yang penting tulus, semangat, bergembira dalam Tuhan, itu mutu pelayanan. Segala sesuatu bisa dijadikan sarana untuk melayani Tuhan dan yang penting motivasi dan orientasinya hanya untuk Tuhan bukan untuk kesenangan pribadi. Demi Kerajaan Allah. Menurut responden lain, R11 dan R12, mengungkapkan bahwa melakukan pekerjaan seperti mengepel, berkebun, menyapu, berdoa, dengan sebaik-baiknya, tulus, gembira, bukan maksud ingin dipuji, bukan karena ada pimpinan yang melihat. Ada pimpinan maupun tidak ada pimpinan tetap berkerja dan melayani dengan sebaik-baiknya. Orientasinya pada Tuhan, motivasi melakukan untuk Tuhan, bukan untuk pimpinan. Pada intinya, apa yang diungkapkan oleh semua responden yakni bahwa pelayanan yang bermutu itu merupakan pelayanan demi Kerajaan Allah, bukan mementingkan diri sendiri. Pengertian tentang mutu pelayanan yang diungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
oleh semua responden ada kesamaan dengan apa yang ditulis oleh Martasudjita, pelayanan yang murah hati adalah pelayanan yang penuh pengabdian. Pengabdian dalam arti sikap pelayanan yang tulus, tanpa pamrih, tidak memikirkan kepentingan diri sendiri. Jiwa pengabdian juga mengandung makna tanpa mencari imbalan alias tanpa pamrih (Martasudjita, 2003: 52-53).
d. Cara Mengupayakan agar Pelayanan Sungguh Bermutu Berbagai cara juga diungkapkan oleh para responden dalam meningkatkan mutu pelayanan, seperti yang diungkapkan oleh R1 berdoa dan meditasi setiap hari. Dalam meditasi merenungkan Sabda Tuhan yang menjadi pegangan dalam pelayanan. Selalu mengambil waktu khusus untuk berdoa baik pribadi maupun bersama. Bacaan rohani dan konstitusi. Hidup rohani yang dihayati menjadi pondasi kuat dalam menjaga mutu pelayanan setiap harinya. Dengan berbagi baik di lingkungan karya maupun komunitas terwujud persaudaraan sejati dalam karya yang dijalani. Menurut R10 mengatakan bahwa cara yang dilakukan adalah dengan mendengarkan orang lain, apa yang baik dari orang lain dengan rendah hati menggunakannya jika itu sungguh memperkembangkan dalam menjaga mutu pelayanan. Tidak sombong dengan kemampuan diri sendiri, terbuka pada kelebihan orang lain. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh para responden ada kesamaan dengan yang tertuang dalam konstitusi, pelayanan berjalan dan dimaknai setiap saat setiap hari sampai akhir hidup, hal ini yang perlu dimiliki oleh setiap religius. “Hendaknya semua selalu memperhatikan dan percaya bahwa karya pengabdian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dan pelayanan, apapun bentuk dan keadaannya, hanyalah berarti sejauh sungguh melakukan itu dalam kesatuan dengan Tuhan, mengenakan Tuhan dalam segala hal” (Kons. 235).
e. Rutin Melakukan Meditasi Sebelum dan Sesudah Karya Pelayanan Sebagian besar responden mengungkapkan bahwa mereka rutin melakukan meditasi. Menurut pemahaman penulis dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, rutin yang dimaksud di sini adalah tidak pernah meninggalkan meditasi. Para responden menyadari diri sebagai seorang religius bahwa meditasi itu sangat penting bagi hidup panggilan dan pelayanan. Dari hal tersebut yang menjadi permasalahan adalah kesibukan karya seringkali membuat waktu meditasi berbeda-beda. Waktu dan tempat tidak pasti dan tidak sama. Ada yang berani mengambil waktu dalam kesibukan karya, da nada pula yang kapan ada waktu untuk meditasi, lalu melakukan meditasi tersebut.
f. Buah-buah yang Didapatkan Melalui Meditasi Menurut R1 dengan jelas mengungkapkan bahwa buah yang didapatkan dari meditasi adalah memperoleh kesegaran fisik dan pikiran, hati. Memberi kekuatan dan semangat, lebih sabar dan tidak mudah emosi, menerima tantangan dengan hati terbuka, tidak bersikap kasar terhadap karyawan. Demikian pula yang diungkapkan oleh R2, mengatakan bahwa buah yang diperoleh dari meditasi yakni menjadi disiplin, tertib waktu. Tubuh dan pikiran segar, sehingga jarang sakit, selalu sehat. Melatih keheningan batin. R5 juga mengungkapkan mendapatkan ketenangan, bisa berpikir jernih. Buah-buah yang diperoleh dari meditasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
diungkapkan oleh ketiga responden tersebut ada kesamaan dengan yang ditulis oleh Freeman. Meditasi adalah upaya untuk menemukan dan menjadi hening” (Freeman, 2014: 5). Meditasi melatih seseorang untuk menjadi hening. Dan dari keheningan tersebut akan muncul buah-buah rohani yang memberi kesegaran pada hati dan jiwa. Apabila kesegaran jiwa ini senantiasa dihidupi setiap hari dalam pelayanan, tentu saja akan memberikan kesegaran pula dalam karya pelayanan. R3 mengatakan bahwa buah yang didapatkan adalah mudah untuk konsentrasi dan focus. R4 merasakan buahnya yakni penuh kasih dan cinta. Selalu bahagia dan gembira, merasa disegarkan, menjadi pribadi yang disiplin. Hal serupa juga diungkapkan oleh R6 konsisten, penuh syukur, murah hati. Fisik disegarkan, pikiran dan hati menjadi jernih, bisa menguasai diri, tekun dalam melaksanakan pelayanan. R7
juga
mengungkapkan
bahwa
meditasi
memberikan
buah
keseimbangan dalam hidup, antara doa dan pelayanan. Konsisten dan tidak mudah lesu. Selanjutnya R8 mengungkapkan buah dari meditasi yakni rahmat pertobatan dari hari ke hari. Meditasi membuahkan kekuatan jiwa, menggetarkan hati. Memberi kesadaran bahwa kehadiranku sebagai religius adalah sebagai tanda eskatologis. R9 mengatakan bahwa waktu karya yang terpotong untuk meditasi tidak merugikannya, justru Tuhan semakin memberi waktu. Membuahkan keseimbangan antara hidup doa dan hidup karya pelayanan. R10 mengatakan bahwa buah yang didapatkan dari meditasi yakni menyegarkan fisik dan pikiran, meditasi seperti olah raga, olah rasa. Semua yang dilihat itu menakjubkan, di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
setiap sudut menemukan kehadiran Tuhan. Tidak pernah kesepian meski sendiri, bekerja dengan hening. Mengubah kesepian menjadi keheningan. Hal ini juga dikatakan oleh R11 dan R12, kemampuan untuk hening dan pengendalian diri. Buah-buah yang telah didapatkan dari meditasi yang dialami oleh para responden sama dengan yang ditulis oleh Freeman, belajar hening pada saat-saat meditasi mendidik untuk berdoa pada segala waktu. Mendidik untuk menggunakan setiap penundaan atau kekecewaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu kesempatan, bahkan suatu karunia, untuk masuk lebih dalam, belajar mendengarkan (Freeman, 2014: 11). Jelas bahwa keheningan yang selalu rutin dilatih dalam meditasi adalah keheningan yang mengandung kebenaran. Menyembuhkan gejolak batin, obat untuk menghilangkan kemarahan, kecemasan, kepedihan. Dan hal ini akan sangat dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan, sehingga akan memiliki pelayanan yang sungguh-sungguh bermutu. Perubahan itu dijelaskan dengan sangat indah oleh St. Paulus dengan nama “Buah Roh”. “Kasih, sukacita,
kedamaian,
kesabaran,
kemurahan,
kebaikan,
kesetiaan,
kelemahlembutan, dan penguasaan diri” (Gal 5: 22). Adapun buah-buah meditasi menurut (Freeman, 2014: 41-43) adalah sebagai berikut: Kasih: kasih ditempatkan sebagai karunia terbesar. Sukacita: sukacita mempunyai arti lebih dalam daripada hanya kesenangan dan kebahagiaan. Sukacita ditemukan dalam pengalaman baru tentang hal-hal sederhana dan biasa dalam hidup. Kedamaian: kedamaian berarti pancaran dari keharmonisan hubungan-Nya dengan Bapa dan dengan seluruh ciptaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Kesabaran: kesabaran adalah penyembuhan terhadap letupan-letupan rasa dongkol, kemarahan atau ketidaksabaran, dan segala cara untuk mengendalikan diri terhadap hal-hal yang memicu ketidaksabaran. Keramahan: keramahan adalah karunia untuk memperlakukan orang lain seperti diri sendiri. kebaikan: kodrat manusia adalah baik karena diciptakan oleh Allah, dan karena Allah telah hidup di dalam diri. Kesetiaan: kesetiaan adalah karunia yang diterima melalui disiplin bermeditasi setiap hari. Menjadikan relasi hidup dan saling mencintai. Kelemahlembutan: sikap tanpa kekerasan terhadap orang lain dan juga terhadap diri sendiri. Penguasaan diri: menikmati hidup dalam kebebasan.
g. Peran Meditasi dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan R1 mengungkapkan bahwa kedisiplinan dalam meditasi membuat disiplin dalam karya pelayanan. Bangun pagi untuk melakukan meditasi memberi semangat untuk datang tepat waktu di tempat karya. Beliau mengatakan bahwa meditasi jelas berperan karena buahnya berdampak dalam tindakan pelayanan. R2 mengatakan bahwa meditasi berperan tidak hanya dalam karya pelayanan, tetapi buahnya dirasakan sepanjang perjalanan hidup panggilan sebagai religius. Meditasi memberikan rahmat kekuatan di dalam pelayanan sehari-hari. Sementara R3 mengatakan bahwa beliau dapat melaksanakan pelayanan dengan sebaikbaiknya berkat rahmat yang didapatkan melalui meditasi. R4 merasakan peran meditasi yakni menyadarkan diri bahwa dipanggil bukan untuk menjadi tenaga sosial tetapi sebagai seorang abdi-Nya, pelayan-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Hal ini memurnikan motivasinya dalam panggilan. R5 mengungkapkan bahwa meditasi menjadi nafas kehidupan karya pelayanan. Menghidupi pelayanan, menyemangati. Penguat di saat lemah. Perannya meditasi yaitu memberi roh dan jiwa dalam karya pelayanan. R6 mengatakan peran meditasi yakni pelayanan dalam bentuk apapun menjadi bermakna, karena selalu sadar diri menjadi orang terpilih. Meditasi berperan sebagai pengingat, pengontrol diri dalam melakukan tindakan dan dalam bertutur kata. Meditasi menjadi rambu-rambu. Hal serupa juga diungkapkan oleh R7 meditasi dengan kesungguhan hati membuat diri menjadi kreatif, mampu memaknai peristiwa secara positif. Dalam pelayanan tidak mudah mengeluh dan menyerah saat menghadapi tantangan dan kesulitan. R8 meditasi menjadi motor penggerak dalam pelayanan yang bermutu. Sebagai pengendali batin dan tindakan dalam segala situasi. Pengarah ke jalan yang benar, karena dengan merenungkan Sabda Tuhan dalam meditasi, Sabda itu menjadi hidup dalam pelayanan. R9 rahmat dari meditasi berperan dalam keramahan, menjadi pribadi yang murah senyum. Meditasi memberi pencerah dan pewarna dalam karya pelayanan, yakni dengan senyuman. R10 peran meditasi adalah sebagai penyalur rahmat Tuhan bagi sesama. Orang lain melihat Allah dalam diriku. R11 dengan meditasi tidak hanya pelayanan yang bermutu tetapi seluruh hidup panggilan. Dengan merenungkan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci saat renungan, menjadi penuntun dalam menjalani hidup sehari-hari, sebagai Abdi Kristus, hal ini sama persis dengan yang dikatakan oleh R12. Peran-peran meditasi dalam karya pelayanan yang telah diungkapkan oleh semua responden tersebut sama dengan semangat yang dijiwai oleh Bunda Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Bunda Maria menjadi pola hidup dan teladan para suster kongregasi Abdi Kristus. Hidup doa ditandai oleh suasana bakti pada kehadiran Allah sebagaimana tampak dalam keheningan, doa pribadi, doa bersama sehingga dapat memperkaya hidup batin dan rohani (Kons. 248). Hidup doa ini diupayakan terus-menerus dengan memupuk keyakinan bahwa Bunda Maria pasti membawa manusia pada putranya; Per Mariam ad Jesum (Kons. 249). Doa tidaklah mengurangi keterlibatan pengabdian, bahkan akan menyuburkan hidup dan pengabdian sebagaimana telah dinyatakan oleh Bunda Maria. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan antara hidup doa, karya dan bersama (Kons. 249).
h. Usaha yang Dilakukan agar Meditasi Memberi Peran dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Usaha yang dilakukan oleh R1 agar meditasi memberi peran dalam meningkatkan mutu pelayanan adalah saat meditasi dilakukan dengan sebaikbaiknya, karena hal tersebut merupakan waktu yang telah dianugerahkan oleh Tuhan untuk menimba kekuatan dari-Nya. Di sela-sela kesibukan karya, berani tegas mengambil waktu untuk bermeditasi. Mendisiplinkan diri, tidak terus menerus bekerja dan berkarya, tetapi berani undur diri dari keramaian untuk hening berdoa di hadapan Tuhan menimba kekuatan untuk karya pelayanan dan perjalanan hidup panggilan. R2 mengatakan bahwa untuk mengatasi waktu saat pagi hari tidak dapat meditasi, maka pada malam hari sebelum istirahat mengambil waktu sejenak untuk refleksi dan mawas diri. Buah-buah yang dirasakan dari refleksi ini sama dengan buah yang didapatkan saat meditasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Selain hal ini, responden ini juga mengatakan bahwa niat yang dibangun atau direnungkan dalam meditasi, sungguh diwujudnyatakan dalam tindakan. Konsekwen terhadap niat yang ingin diwujudkan. R3 mengungkapkan bahwa waktu untuk meditasi bersikap secara luwes, tidak kaku harus murni selama satu jam, disesuaikan dengan situasi dan keadaan. Bersikap tegas terhadap kedisiplinan diri untuk melakukan meditasi. R4 juga mengungkapkan bahwa sebagai wujud sikap menghormati dan menghargai kepercayaan yang diberikan dari kongregasi maupun rekan karya dalam pelayanan, usahanya yaitu dengan selalu menyempatkan diri untuk meditasi maupun doa-doa lainnya. Saat meditasi menjadi saat di mana merenungkan Sabda Tuhan agar Sabda itu dapat dilaksanakan secara nyata dalam pelayanan sehari-hari. R5 mengungkapkan hal yang sama bila dalam sepanjang hari tidak sempat melakukan meditasi maka sebelum tidur ambil waktu sejenak untuk refleksi diri, mawas diri. Ayat Kitab Suci yang mengesan menjadi bahan permenungan yang dihidupi. R6 meditasi diimbangi dengan doa bersama dan bacaan rohani agar hati tidak kering dengan sibuknya banyak karya pelayanan. Saat meditasi memposisikan diri, tubuh fisik secara benar dan disiplin. Keheningan fisik berpengaruh pada keheningan batin. R7 meditasi tidak dibatasi oleh waktu yang terlalu kaku, tetapi luwes dan tidak terjadwal pasti seperti dalam pembinaan di postulat maupun novisiat. Bersikap tegas terhadap kedisiplinan diri untuk meditasi. R8 melakukan meditasi dengan teratur pagi hari dan malam menjelang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
tidur refleksi diri. Menjadikan meditasi sebagai alat untuk berefleksi diri atas karya pelayanan yang dilakukan setiap hari. Meski tidak utuh dan rutin waktu dan tempat seperti saat di pembinaan, namun meditasi tetap dilakukan. Saat meditasi adalah saat-saat merenungkan Sabda Tuhan. R9 meditasi dihidupi dan dihayati setiap saat, bukan rutinitas tetapi meditasi dijadikan pokok utama selain doa bersama dalam komunitas. Dulu awalnya meditasi rutinitas tetapi sekarang kebutuhan. R10 meditasi menjadi saat dimana kekuatan ditimba, maka saat meditasi adalah saat-saat jiwa disegarkan kala mengalami kesulitan. Saat meditasi diberi waktu yang longgar sehingga dapat leluasa merenungkan Sabda Tuhan. R11 dan R12 yang masih dalam tahap pembinaan mengatakan hal yang sama yakni saat meditasi berusaha mengatasi rasa mengantuk. Merasa meditasi berperan dalam kehidupan sehari-hari, maka saat meditasi sungguh dihayati. Usaha-usaha yang dilakukan oleh para suster Abdi Kristus sebagai responden dalam penelitian ini, menggambarkan jelas bagaimana meditasi itu sungguh berperan dalam karya pelayanan. Sejak dalam pembinaan sebagai calon Abdi Kristus, mereka telah menerima pembekalan untuk menghayati dan menghidupi meditasi setiap hari. Karya pelayanan yang mereka jalani saat ini mampu bertahan dan semangat karena rahmat Tuhan yang mereka dapatkan dari doa-doa, dan secara khusus melalui doa dalam bentuk meditaasi. Hal serupa juga dihayati oleh Bunda Maria yang menjadi semangat pelayanan para Suster Abdi Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Jiwa kemiskinan itulah yang selayaknya mendorong para suster Abdi Kristus dalam berdoa secara benar dan dibenarkan oleh Allah (Luk 18: 13-14), berdoa bersama umat Allah, baik dalam Ekaristi, doa Ibadat harian serta doa-doa lainnya. Selain itu, jiwa kemiskinan ini pula yang mendorong para suster Abdi Kristus untuk berdoa bagi kepentingan-kepentingan orang-orang lain dan mereka yang dilayani, supaya terjadi menurut rencana Allah. Secara khusus dalam doa mohon kekuatan dan keberanian seperti wanita-wanita dalam Injil diperkenankan bersama Maria di hadapan salib (Kons. 254). Dijiwai oleh semangat Bunda Maria, yang mengharapkan agar Sabda Allah terjadi pada dirinya, para suster Abdi Kristus yang hidup dalam komunitaskomunitas sangat diharapkan merenungkan Sabda Allah sebagai sumber kehidupan, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci. Sabda Allah yang menjadi sumber hidup berkomunitas ini ditegaskan dengan jelas dalam Konstitusi Tarekat Abdi Kristus no. 260-261. Keutamaan kerja keras dan mutu adalah tuntutan profesionalitas sekaligus tuntutan totalitas. Kerja keras mengindikasikan kemauan untuk mencurahkan seluruh tenaga dan waktu, sementara mutu mengindikasikan kemauan untuk memberikan semua kemampuan dan potensi diri. Kerja keras dan mutu hendak menunjuk pada pribadi yang tidak setengah-setengah. Ia punya sikap magis, yaitu melakukan yang lebih baik dengan cara memberikan waktu, tenaga maupun pikiran dan talenta diri. Keutamaan kerja keras dan mutu dilakukan sebagai penghayatan iman bahwa ia melakukan semua itu karena ingin dipersatukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
bersama Allah sendiri, yang di dalam Yesus Kristus telah bekerja keras demi kebahagiaan dan keselamatan umat manusia seluruhnya (Mintara, 2014: 78).
D. Rangkuman Pada umumnya para suster Abdi Kristus mengetahui bahwa meditasi memberi peran yang amat penting dalam meningkatkan mutu sebuah pelayanan. Pemahaman tentang doa, meditasi, mereka mengetahui, namun yang menjadi persoalan adalah kesibukan karya kadang menjadi alasan untuk tidak melakukan meditasi. Sekali pun mereka mengungkapkan rutin dalam melakukan meditasi, namun kenyataan sesungguhnya dalam karya pelayanan, mereka masih kurang memiliki mutu yang baik. Mutu pelayanan yang mereka laksanakan dan wujudkan setiap hari jelas sangat dipengaruhi oleh hidup rohani mereka yang cukup dan seimbang. Ada perbedaan jelas dalam mewujudkan mutu sebuah pelayanan, antara responden yang sungguh menghayati hidup rohani dengan yang kurang menghayati hidup kerohaniannya. Berbeda dengan saat masih dalam tahap pembinaan, meditasi rutin dijalani setiap hari, serta latihan-latihan rohani lainnya. Dan setelah sibuk berkarya, mereka kurang serius menjalani meditasi. Hanya beberapa suster yang sungguhsungguh menghayati. Hidup rohani yang terbangun dengan baik dan tetap stabil dari saat masih pembinaan sampai saat sudah berkarya ternyata tidak dialami oleh semua
responden.
Sedangkan
hidup
rohani
sangat
menentukan
dalam
mewujudkan pelayanan yang bermutu. Demi terjaganya mutu pelayanan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
sangat baik di kalangan para suster Abdi Kristus hendaknya hidup rohani khususnya penghayatn doa dalam bentuk meditasi perlu disegarkan dan dihidupi kembali. Menanggapi bahwa peran meditasi sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan, maka perlu adanya upaya yang dilakukan oleh kongregasi dalam meningkatkan mutu pelayanan para suster Abdi Kristus. Para suster disegarkan kembali untuk memperbaharui hidup doa khususnya meditasi. Dan untuk ke depannya para suster dapat menjalankan pelayanan dengan mutu yang sungguh baik dan berguna bagi uamt yang dilayani di mana pun berada dalam bentuk pelayanan apapun juga. Oleh karena itu dalam bab IV ini penulis mengusulkan diadakan penyegaran kembali panggilan seorang religius, seorang Abdi Kristus untuk menjadi pelayan Tuhan yang semakin memiliki mutu pelayanan. Penyegaran ini dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi bersama, secara bertahap oleh seluruh anggota suster Abdi Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
BAB IV USULAN PROGRAM REKOLEKSI PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS
A. Latar Belakang Program Mutu pelayanan para suster Abdi Kristus akan semakin terwujud nyata melalui pelaksanaan suatu program yang merupakan bagian dari pembinaan terus menerus. Salah satu program pembinaan terus menerus yang telah menjadi tradisi Kongregasi Biarawati Abdi Kristus adalah rekoleksi menyambut pesta pelindung utama Kongregasi Biarawati Abdi Kristus, Bunda Maria Menerima Kabar Sukacita pada setiap tanggal 25 Maret. Namun pada tahun ini dilaksanakan pada bulan April karena tepat pada bulan Maret adalah masa prapaskah. Pada perayaan tersebut para suster Abdi Kristus memperbaharui kaul Tri Prasetya kepada Tuhan melalui tubuh Kongregasi Biarawati Abdi Kristus. Pada bab IV ini penulis akan memaparkan sebuah usulan program untuk mendukung proses pelaksanaan rekoleksi menyambut pesta pelindung pertama, yaitu Bunda Maria menerima kabar suka cita dan pembaharuan kaul. Program yang penulis usulkan berupa rekoleksi dengan tidak meninggalkan tradisi Kongregasi Biarawati Abdi Kristus dalam rekoleksi rutin yang dilaksanakan setiap bulannya di setiap komunitas. Berdasarkan keprihatinan dan refleksi yang dipaparkan oleh para suster Abdi Kristus melalui wawancara dalam penelitian, dapat ditangkap adanya kerinduan dari para suster untuk dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Mereka merindukan memiliki mutu pelayanan yang baik, yang didasari oleh semangat hidup rohani yang baik pula. Kendala yang dihadapi adalah waktu yang sangat terbatas, berbenturan dengan karya pelayanan yang dijalani, serta kurang berani mengambil waktu secara khusus untuk mendisiplinkan diri berani tegas dalam semangat hidup rohani, khususnya ketekunan dalam meditasi setiap hari. Kerinduan para suster Abdi Kristus untuk memiliki mutu pelayanan yang lebih baik lagi diperlukan adanya suatu penyegaran kembali semangat hidup rohani khususnya dalam meditasi. Meditasi kurang dihidupi ketika sudah sibuk dalam karya pelayanan. Hal itu yang menjadi penyebabnya, maka dari itu semangat meditasi tersebut perlu disegarkan kembali melalui rekoleksi yang penulis usulkan ini. Berdasarkan uraian tersebut, di sini penulis mengusulkan suatu program untuk penyegaran kembali semangat meditasi yang pasti semua peserta pernah mengalaminya dalam tahap pembinaan di novisiat maupun postulat. Dengan melihat keprihatinan bahwa para suster kurang memiliki semangat dan keberanian mengambil waktu khusus untuk meditasi, penulis mengusulkan sebuah program berupa rekoleksi penyegaran. Program ini juga berdasarkan masukan dari responden yang telah penulis wawancarai sebelumnya. Semoga dengan program ini akan semakin memberi semangat baru bagi peserta untuk kembali menghidupi semangat meditasi diantara kesibukan karya setiap harinya. Dengan meditasi yang dijalani diharapkan akan semakin dapat mewujudkan mutu pelayanan yang diharapkan dalam hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
B. Alasan Pemilihan Program Dengan melihat situasi yang ada dimana meditasi memberi peran namun belum dilaksanakan dengan baik, maka penulis mengusulkan program rekoleksi berupa penyegaran kembali semangat hidup rohani khususnya dalam pelaksanaan meditasi. Program ini juga berdasarkan harapan dan usulan dari beberapa responden yang sebelumnya telah penulis wawancarai. Dengan rekoleksi penyegaran ini harapannya peserta akan kembali disegarkan semangatnya dalam menjaga dan mempertahankan mutu pelayanan. Buah semangat itu diharapkan berasal dari doa dalam bentuk meditasi yang kembali diperbaharui dan dihidupi setiap hari, sehingga mendukung dalam menghayati tri kaul hidup membiara yakni kaul keperawanan, kaul ketaatan dan kaul kemiskinan.
C. Tujuan Program Karya pelayanan yang dijalani oleh para suster Abdi Kristus saat ini adalah lebih mengutamakan pelayanan terhadap orang-orang kecil dan sederhana. Dalam bidang pendidikan misalnya, lebih mengutamakan pendidikan tingkat menengah ke bawah, karena memang selaras dengan pilihan sarana kerasulan kongregasi, yakni pelayanan tarekat terutama ditujukan kepada mereka yang memerlukan pendidikan dasar dan karya kasih lainnya baik rohani dan jasmani pada tingkat awal. Karya pelayanan tersebut seringkali berhadapan dengan banyak tantangan di sekitar, baik dari masyarakat maupun lingkungan karya dan komunitas. Selain itu juga dari pribadi yang bersangkutan yakni pelayan itu sendiri, dalam hal ini adalah para suster Abdi Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Dari uraian tersebut di atas, tujuan program ini dimaksudkan supaya dalam karya pelayanan para peserta yakni para suster Abdi Kristus tetap setia menjalani hidup rohani khususnya meditasi, karena dari hasil penelitian jelas bahwa meditasi memberi peran dalam meningkatkan mutu pelayanan. Harapannya dengan penyegaran kembali semangat untuk meditasi juga memberi semangat dalam karya pelayanan yang dijalani.
D. Rumusan Tema dan Tujuan Dengan tujuan yang sudah dipaparkan di atas, maka yang menjadi usulan program rekoleksi adalah: Tema Umum
: Bersama Bunda Maria Menjadi Pelayan dan Abdi Tuhan yang Berjiwa Pendoa
Tujuan Umum
: Bersama pendamping pesera semakin menyadari tugas dan panggilannya sebagai seorang pelayan dan Abdi Tuhan sehingga peserta terdorong untuk semakin menghayati hidup rohani serta senantiasa menjaga mutu pelayanan di dalam hidup sehari-hari
Tema I
: Meneladan Bunda Maria Yang Kontemplatif
Tujuan Tema I
: Bersama pendamping, peserta meneladan Bunda Maria yang berjiwa pendoa dan kontemplatif sehingga jiwa yang pendoa itu berperan dalam karya pelayanannya.
Tema II
: Doa dengan Tubuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Tujuan Tema II : Bersama pendamping, peserta semakin memahami dan menyadari arti pentingnya sikap tubuh dalam doa dan meditasi. Tema III
: Spiritualitas Seorang Pelayan Tuhan
Tujuan Tema III : Beserta pendamping, peserta semakin menyadari bahwa dalam menjaga mutu pelayanan perlu memiliki hati sebagai seorang pelayan dan Abdi Tuhan, semangat dalam karya pelayanan apapun, di manapun dengan kegembiraan hati. Sub Tema IV
: Belajar dari Pola Pelayanan Yesus Kristus
Tujuan Tema IV : Bersama pendamping, peserta memahami kembali dan mengikuti pola pelayanan Yesus Kristus Sang Pelayan Sejati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
E. Matriks Program Rekoleksi Bagi para Suster Kongregasi Biarawati Abdi Kristus
NO 01
TEMA PERTEMUAN Meneladan
TUJUAN PERTEMUAN Bersama
Bunda Maria
pendamping,
Yang
peserta meneladan
Kontemplatif
Bunda Maria yang
Semangat Bunda
berjiwa
Maria
dan
MATERI • Maria
METODE yang • Informasi • Tanya-jawab
Berdoa
pendoa
• Jiwa
dan • Refleksi
SARANA • Laptop
SUMBER • Darminta,
• LCD
(1994).
• Konstitusi
Bunda
Abdi Kristus
SJ
“Maria Iman
Kita”. • Konstitusi
kontemplatif
Tarekat
Abdi
sehingga jiwa yang
Kristus
(1996:
pendoa
47-49).
berperan
itu dalam
karya pelayanannya.
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Dengan Bersama • Penyadaran pendamping, tubuh sebagai peserta semakin doa bakti memahami dan • Disiplin Kitab menyadari arti Suci pentingnya sikap tubuh dalam doa dan meditasi.
02
Doa Tubuh
03
Spiritualitas Beserta seorang pelayan pendamping, Tuhan peserta semakin menyadari bahwa dalam menjaga mutu pelayanan perlu memiliki hati sebagai seorang pelayan dan Abdi Tuhan, semangat dalam karya pelayanan apapun, di manapun dengan kegembiraan hati.
• 1 Ptr 5,1-4 “Sikap kerelaan dalam melayani” dan Mrk 12:4144 ”Persembahan seorang janda miskin”
• Informasi • Laptop • Sharing • LCD • Tanya jawab • Kitab Suci • Doa dan Refleksi pribadi
• Anthony de Mello, SJ, 1980 “Sadhana”. • Nouwen, 2008 “Jalan Pengosongan Diri”.
100
• Informasi • Teks lagu • Dianne Bergant, SCA dan Robert “Aku • Refleksi pribadi J. Karris, OFM, Melayani • Tanya jawab 2002” Tafsiran Tuhan” • Diskusi kelompok Alkitap • Laptop • Sharing Perjanjian • LCD pengalaman Baru” • Kertas flap • Kitap Suci dan spidol Perjanjain Baru Jakarta, 2002, Lembaga Alkitab Indonesia. Yogyakarta: Kanisius • Pengalaman peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
04
Belajar dari pola Bersama • Yoh 13: 1-20 • Tanya jawab pelayanan Yesus pendamping, “Yesus • Diskusi Kristus. peserta memahami membasuh kaki kelompok kembali dan murid-murid• Rangkuman/info mengikuti pola Nya” rmasi pelayanan Yesus Kristus Sang Pelayan Sejati.
• LCD • Dianne Bergant, CSA dan Robert • Laptop J. Karris, OFM, • Teks lagu 2002, Tafsiran “Hati Sbagai Alkitab Hamba” Perjanjian baru • Hadiwiyata, 2008, Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius • Oliver, David. (2006). Love Work Live Life, Menghadirkan Tuhan Dalam Pekerjaan. • Kitab Suci Perjanjian Baru. Jakarta, 2002, Lembaga Alkitab Indonesia • Pengalaman peserta 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
F. Persiapan Rekoleksi Tabel 21. Langkah-langkah Kegiatan Rekoleksi Hari/ Tanggal Minggu/3 April 2016
Waktu • 08.00-08.30 • 08.30-08.45
• 08.45-10.00
• 10.00-10.30 • 10.30-12.00
• 11.45-12.00 • 12.00-15.00
Kegiatan Check in dan Ice Breaking • Pembuka 9 Lagu pembuka “Aku Melayani Tuhan” 9 Doa pembuka 9 Pengantar Kegiatan Inti I 9 Meneladan Bunda Maria Yang Kontemplatif • Snack dan minum Kegiatan Inti II 9 Penyadaran tubuh sebagai doa 9 Disiplin Kitab Suci 9 Refleksi pribadi/diskusi dari materi. • Ibadat siang • Makan siang • Istirahat
• 15.00-16.00
Kegiatan Inti III “Spiritualitas seorang pelayan Tuhan”. 9 Peserta diajak untuk masuk dalam kelompok (3 orang/kelompok) dan merenungkan teks Kitab Suci yang berbicara tentang pelayanan dan membahasnya dalam kelompok. 9 Peserta memplenokan hasil pengalaman diskusi dalam kelompok besar.
• 16.00-16.30
•
• 16.30-17.00
Kegiatan IV “Belajar dari pola pelayanan Yesus Kristus”. 9 Peserta diajak untuk menonton film singkat ketika Yesus membasuh kaki para murid-Nya.
Snack dan minum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103 9 Peserta diajak untuk mengambil makna dari film tersebut secara pribadi (refleksi pribadi). • 17.00-17.45
•
Peserta memplenokan hasil refleksi/makna dari film “Yesus membasuh kaki para murid-Nya”.
• •
Peneguhan Penutup: 9 Doa penutup 9 Lagu penutup “Detak Iman di Hatiku”
• 17.45-18.00
Langkah-langkah: 1.
Tema
: Bersama Bunda Maria menjadi pelayan dan abdi Tuhan yang berjiwa pendoa.
2.
Tujuan : Bersama pendamping peserta semakin menyadari tugas dan panggilannya sebagai seorang pelayan dan abdi Tuhan sehingga peserta terdorong untuk semakin menghayati hidup roh serta senantiasa menjaga mutu pelayanan di dalam hidup sehari-hari.
3.
Waktu : Minggu, 3 April 2016 Pkl 08.00-18.00 WIB
4.
Peserta : Para Suster Abdi Kristus
5. Proses Pelaksanaan a. Pembukaan 1) Doa Pembuka: Puji syukur pada-Mu ya Tuhan, karena pada kesempatan ini Engkau telah mengumpulkan kami semua abdi-Mu dalam persaudaraan suster-suster Abdi Kristus. Hari ini kami bersama-sama akan mendalami kembali hidup rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
kami, khususnya dalam meditasi. Kami berharap semoga dengan kegiatan yang akan kamu laksanakan ini, menyegarkan kembali semangat kami dalam hidup rohani khususnya meditasi setiap hari, agar kami mampu melayani-Mu dengan sepenuh hati. Bersama Bunda Maria kami akan meneladan hidupnya yang dalam karya pelayanan dijiwai oleh semangat doa. Ya Tuhan, kami menyerahkan kepada-Mu seluruh waktu kami hari ini, demi Kristus Tuhan kami. Amin. 2) Lagu Pembuka : “Aku Melayani Tuhan” 3) Pengantar Para suster yang terkasih dalam Tuhan, pada kesempatan ini kita bersamasama akan menggali kembali semangat rohani dan doa kita. Selain persiapan untuk pembaharuan kaul menjelang hari raya Maria menerima kabar suka cita, kita juga akan bersama-sama kembali menyegarkan hidup meditasi kita. Karya pelayanan kita sebagai para suster Abdi Kristus akan semakin bermutu dengan didayai oleh semangat hidup rohani kita. Marilah kita membuka hati kita untuk disegarkan oleh Tuhan sendiri melalui rekoleksi pada hari ini, dalam menyambut hari raya Bunda Maria Menerima Kabar Sukacita. Semoga dengan rekoleksi ini, yang akan kita jalani bersama, kita sebagai para suster Abdi Kristus, disegarkan kembali semangat pelayanan kita serta penghayatan kita terhadap ketiga kaul yang telah kita ikrarkan di hadapan Tuhan.
b. Kegiatan Inti I 1) Materi Pertemuan : Meneladan Bunda Maria yang kontemplatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
2) Tujuan Pertemuan : Bersama pendamping, peserta meneladan Bunda Maria yang berjiwa pendoa dan kontemplatif sehingga jiwa
yang
pendoa
itu
berperan
dalam
karya
pelayanannya. 3) Penjelasan mengenai Bunda Maria yang kontemplatif: a)
Maria yang Berdoa : Bunda Maria tidak begitu saja menjadi perempuan yang kontemplatif. Hal
itu hanya mungkin bila Bunda Maria berdoa. Maka tidak mengherankan kalau St. Lukas memperkenalkan Bunda Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya (Luk 2: 19-51). Dengan cara itu Bunda Maria menjadikan hati tempat berjumpa dengan Sabda Allah, bahkah tempat Allah sendiri bertahta. Hati diarahkan pada rencana Allah. Menyimpan dalam hati dan merenungkannya merupakan tindakan dan doa Maria dalam kepatuhan iman yang terdalam. Dengan menyimpan dan merenungkan dalam hati, Bunda Maria membiarkan diri sepenuhnya dikuasai oleh Allah yang hadir dan berkarya menurut caranya sendiri. Maria dengan hatinya merasakan bahwa Allah sedang membawanya ke sesuatu yang baru. Maria menyambut sapaan Allah dengan hatinya. Dengan kata lain Bunda Maria berdoa dengan hatinya. Doa Bunda Maria dengan hati semakin lama semakin membuahkan keakraban dengan Yesus yang lebih mendalam, yaitu tidak hanya bertindak sebagai ibu jasmani bagi Yesus, melainkan menjadi rekan sekerja dengan Yesus (Yoh 2: 4). Doa dengan hati membuahkan hubungan yang semakin erat dan baru, meskipun itu harus dilalui dengan kegelapan iman dan karenanya mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
proses pemurnian terus-menerus, sampai ke puncak pengalaman doa yaitu doa pasif dan afektif, seperti yang dilakukan oleh Bunda Maria sewaktu berada di kaki salib. Doa hati inilah yang menjadikan Bunda Maria mengerti segala sesuatu yang terjadi atas Yesus dan semua nubuat para nabi karena kekuatan Roh yang bersemayam di dalam hati. Bunda Maria menjadi mengerti bahwa dirinya dipanggil menjadi perempuan penciptaan baru, Bunda semua orang-orang yang dilahirkan dalam iman akan Yesus. Bunda Maria menjadi hamba penciptaan baru, karena dia sendiri terlebih dahulu telah menjadi Hawa baru, Ibu dari yang hidup baru. Dengan berdoa seperti itu, yaitu menyimpan dan merenungkan dalam hati, Bunda Maria mengajarkan kepada kita bagaimana bersikap benar dan berdoa benar kepada Allah. Semakin dekat dengan Tuhan, orang semakin merasa dirinya kecil, lemah dan tak pantas. Semakin orang menyadari keagungan Tuhan dan kekecilannya sendiri, semakin dia hanya akan berseru kepada Tuhan. Dengan pandangan seperti itu, Bunda Maria mengambil sikap sebagai yang kecil, tak punya daya, tidak punya kekuatan untuk memaksakan kehendaknya kepada Allah. Maka yang dia lakukan ialah menyimpan dalam hati dan merenungkan, sebagaimana layaknya seorang hamba menyimpan segala perkataan majikannya yang penuh janji, agar pada waktunya digenapi oleh Sang Pemberi Janji. Itulah sikap dan cara berdoa yang diajarkan oleh Bunda Maria kepada kita. Kita diajak untuk berdoa dengan seluruh hati, dengan segala kerendahan hati dan dengan segala penyerahan diri. Doa Maria sungguh doa seorang hamba, yang kenal betul akan Tuhannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
b) Jiwa dan Semangat Bunda Maria Bila kita ingin meneladan Bunda Maria, tentu kita ingin meneladan secara utuh, luar dan dalam. Untuk itu kita perlu mengenal jiwa dan semangat Bunda Maria, yang mendasari sikap dan tindakan Maria. Jiwa dan semangat terutama di dalam hidup beriman, biasanya dapat kita kenali lewat doa-doanya. Doa seseorang mengungkapkan inti terdalam hidup di hadapan Allah. Inti terdalam hidup itu bagaikan sumber air yang mengalir keluar, nampak dan nyata dalam sikap, keputusan dan tindakan-tindakan atau perilaku hidup. Oleh karena itu tidak ada jalan lain bagi kita untuk mengenal jiwa Bunda Maria, seperti yang ditulis di dalam Injil menurut St. Lukas 1: 46-56. Renungan ini akan dibagi menjadi dua, yaitu Luk 1: 46-56 dan Luk 1: 51-56. Dan renungan pada bagain kedua itu akan diletakkan pada Maria yang kontemplatif.
c)
Maria Hamba yang Rendah Maria sewaktu disambut dan disapa oleh Elizabeth sebagai Ibu Tuhan,
(Luk 1: 43), mengungkapkan isi hatinya dengan madah pujian, yang isinya sebagian berbunyi sebagai berikut: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatanperbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia (Luk 1: 46-50). Dengan nyanyian itu, Bunda Maria mengungkapkan rasa terdalam atas dirinya, sebagai ciptaaan Allah. Bagi Bunda Maria, manusia dicipta untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
memuliakan dan memuji Tuhan. Itulah hakikat hidup manusia, yang diwartakan oleh Bunda Maria kepada kita. Oleh Bunda Maria kita diajak untuk tetap sadar bahwa kita diciptakan untuk memuji dan memuliakan Allah. Kita semua adalah pertama-tama makhluk ciptaaan Tuhan. Inilah dasar yang tepat untuk mengambil sikap yang benar di hadapan Allah. Lebih lanjut Bunda Maria mengungkapkan bahwa manusia tidak hanya ciptaan Allah, tetapi juga yang diselamatkan oleh Allah. Bunda Maria melihat bahwa sesungguhnya manusia adalah pendosa, yang tetap dicintai dan dikasihi oleh Allah. Meskipun Bunda Maria mendapat perkenaan dari Allah terbebas dari dosa, Bunda Maria tetap menyamakan diri dengan manusia pendosa. Maka dia menyebut dirinya hamba yang hina dan rendah di hadapan Allah. Dia tetap melihat bahwa apapun yang terjadi pada dirinya, yang membawa kebaikan, adalah karya Allah yang menyelamatkan. Allah dialami sebagai Allah yang setia, karena Dia kudus. Karena itu rahmat-Nya akan setia turun-temurun, bila orang itu gentar dan takut akan Allah. Maka hati Bunda Maria bergembira atas segalanya itu, terutama karena Allah dialami sebagai yang memperhatikan dirinya, betapapun hinanya. Itulah keagungan Tuhan. Kegembiraan Bunda Maria adalah kegembiraan orang yang merasa bahagia, bahwa dirinya, meski hina, disapa dan diperhatikan, bahkan ditebus dari kehinaan dan dosa. Inilah kegembiraan dalam Roh, karena Bunda Maria dinaungi oleh Roh Allah (Luk 1: 35). Inilah kegembiraan karena rahmat yang diterima (Luk 1: 28). Inilah kegembiraan yang datang dari Allah. Karena kegembiraan seperti itulah, Bunda Maria juga siap untuk menerima anugerah-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
anugerah lain untuk menjalankan tugas yang diterima dari Allah yaitu menjadi Bunda Sang Penebus. Maka tidak dapat lain, kecuali menyebut dirinya hamba.
d) Maria yang Menyerahkan Diri Seutuhnya Menyadari diri sebagai hamba dan segala sesuatu hanyalah kelimpahan rahmat semata, Bunda Maria tidak dapat berbuat lain kecuali menyerahkan diri dalam kesederhanaan iman kepada rencana ilahi. Yang menjadi pedoman Bunda Maria ialah “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1: 38). Sabda Tuhan itulah yang menjadi pusat hidup Bunda Maria. Dengan begitu Bunda Maria menjadi hamba karya penyelamatan Allah. Bunda Maria terlibat di dalam rencana keselamatan Allah secara utuh. Sikap penyerahan diri Bunda Maria ini sesungguhnya merupakan buah iman Bunda Maria akan kuasa Allah yang menaungi. Bunda Maria tidak mengandalkan diri pada kekuatannya sendiri tetapi kepada kuasa Allah yang menaungi dan akan menyertai dengan berbagai rahmat yang lain.
e)
Maria Tetap Manusia Allah suka akan Maria, sebab dalam diri Maria terpenuhi benar-benar apa
yang direncanakan Allah untuk semua orang. Itu berarti bahwa Maria harus kita renungkan sebagai sungguh manusia biasa seperti kita. Rencana Allah agar manusia menjadi kudus telah terlaksana pada Bunda Maria, karena Bunda Maria dalam hidup sehari-hari menyerahkan diri sepenuhnya kepada dorongan Roh Kudus. Seperti kita, Maria harus bekerja sama dengan rahmat Allah di setiap saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
selama hidupnya. Dapat kita yakini, bahwa Maria sebagai perempuan Yahudi saleh sudah berjuang keras untuk memiliki sikap pasrah yang diakibatkan oleh iman yang mendalam, kepercayaan dan kasih akan Allah yang dianugerahkan oleh Roh Kudus. Karena itu Bunda Maria memiliki sikap serah diri, artinya dalam segala hal mampu mengalahkan rasa gelisah dan mengenakan rasa damai dan kegembiraan, karena tahu bahwa dalam semua peristiwa hidupnya ia dibimbing oleh Roh. Anugerah seperti itu juga diperuntukkan bagi kita semua. Maka wajar, bila Bunda Maria, sebagaimana layaknya semua manusia, tumbuh dan berkembang dalam kekudusan, yaitu serah diri utuh kepada Allah, melalui keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa hidup yang dialami. Karena hanya lewat peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari, orang biasanya dapat merasakan kasih penyelenggaraan Bapa yang sedang bekerja. Kekudusan Maria itu dapat dipastikan tidak terlepas dari jasa orang tua Bunda Maria, yang pasti mendidiknya, memperkenalkan Yahwe, mengajari berdoa dan lain sebagainya. Kekudusan
Maria
juga
semakin
berkembang
dengan
perjumpaan
dan
pergaulannya dengan St. Yosef, yang memang laki-laki saleh dan tulus, sehingga dapat mengerti apa yang terjadi dalam diri Maria. Dapat dibayangkan pula bahwa Maria tumbuh lewat perjumpaan dan pergaulan para tetangga, orang yang dijumpai seperti Simeon, Hanna, para gembala, Elizabeth dan lain sebagainya. Di situ Maria, karena iman, semakin mampu menjadi kudus sebagai manusia, perempuan, karena dia serah diri dalam kemerdekaan kepada karya Allah. Dia sungguh menjadi hamba Allah. Renungan mengenai jiwa dan semangat Bunda Maria membawa kita untuk melihat Maria sebagai perempuan yang beriman kuat. Bila Maria mempunyai jiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
dan semangat seperti itu, itu hanyalah mungkin bila Maria tumbuh dan berkembang dalam ikatan dan keterpautan yang semakin erat dengan Allah. Semakin erat hubungan dan keterpautan, semakin mendalam hubungan cinta itu. Semakin mendalam hubungan cinta, semakin tinggi rasa hormat. Semakin tinggi rasa hormat, semakin utuh penyerahan diri, semakin bersatu dalam hati.
c. Kegiatan Inti II 1) Materi Pertemuan : Doa dengan Tubuh 2) Tujuan Pertemuan : Bersama pendamping, peserta semakin memahami dan menyadari arti pentingnya sikap tubuh dalam doa dan meditasi. 3) Penjelasan Mengenai Penyadaran Tubuh Sebagai Doa Salah satu dasar menyatakan bahwa doa itu suatu latihan yang membawa perkembangan dan memberi kepuasan, dan memang banyak kita mencari ini semua dalam doa. Dasar lain mengatakan bahwa doa itu harus lebih dilakukan dengan hati daripada budi. Doa dengan tubuh merupakan sebuah variasi latihan meditasi dengan penyadaran tubuh sebagai doa bakti. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan penenangan diri, dengan menyadari berbagai perasaan pada bagian tubuh. Mempertajam perasaan dengan memperhatikan perasaan yang paling lembut, bukan hanya yang jelas. Menggerakkan bagian-bagian jari tangan saat berdoa juga akan sangat membantu dalam menyadari keberadaan diri. Menyadari gerakan dan menjadikan gerakan sebagai doa di hadapan Tuhan. Tanpa kata namun menyatukan diri dengan gerakan tubuh. Cara komunikasi tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
kata ini hanya dengan gerakan seperti yang sudah dilakukan, dapat dilakukan dalam kelompok dan tidak memerlukan perubahan banyak dalam sikap duduk. Inilah doa yang dilakukan dengan tubuh. Dengan demikian pikiran yang tegang karena banyak karya pelayanan akan menjadi ringan dan mengembirakan.
4) Disiplin Kitab Suci Disiplin lain selain meditasi yang sangat menunjang dalam menjaga mutu pelayanan adalah dengan disiplin Kitab Suci. Membaca dan merenungkan Kitab Suci merupakan hal yang mendasar bagi setiap orang yang ingin mengikuti Kristus di jalan pengosongan diri. Meskipun Gereja menyampaikan Sabda Allah kepada kita setiap hari, kita juga perlu mendengarkan Sabda itu secara pribadi dan membiarkan Sabda itu berbicara di kedalaman diri kita. Kristus merupakan Sabda Allah yang menjadi manusia bagi kita. Melalui disiplin Kitab Suci, Sabda Allah dapat terus menjelma menjadi manusia di dalam diri kita. Membaca Kitab Suci sebagai kata-kata Allah yang paling pribadi bagi kita merupakan perwujudan peristiwa inkarnasi dalam kehidupan kita yang paling nyata. Hal ini merupakan bentuk disiplin yang sesungguhnya karena, sewaktu membaca Kitab Suci, sering kali kita membacanya semata-mata hanya untuk mendapatkan informasi, peneguhan atau inspirasi. Sebagaimana Yesus adalah Anak Allah, demikianlah juga halnya dengan Kitab Suci yang merupakan Sabda Allah. Oleh Sabda Allah, kita dibentuk menjadi Kristus-Kristus yang hidup. Dan pembentukan ini tidaklah sekedar suatu informasi, pengajaran, peneguhan ataupun inspirasi. Pembentukan ini mengandaikan bahwa orang memakan Sabda,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
mengunyah, dan mencerna-Nya. Dengan demikian, orang membiarkan Sabda itu menjadi sungguh-sungguh makanan. Dan Sabda itu bergerak turun dari pikiran menuju hati kita yang merupakan tempat kediaman-Nya. Inilah kenyataan sebenarnya apa yang disebut meditasi. Meditasi merupakan disiplin di mana orang belajar mengasah mata batinnya agar dapat menaruh perhatian kepada Sang Sabda. Dari antara banyak teks yang disajikan oleh Gereja kepada kita setiap tahun, mungkin ada satu kata, satu kisah, satu perumpamaan, satu kalimat yang memiliki daya untuk membalik jalan pikiran kita, mengubah seluruh hidup kita, memberi kita hati dan pikiran yang baru dan menyesuaikan diri kita dengan Kristus. Oleh sebab itu, meditasi sebenarnya adalah lebih daripada sekadar upaya mengerti perumpamaan, ataupun uraian tentang ungkapan-ungkapan rumit. Meditasi merupakan kesiapsediaan batin dalam mendengarkan kata, agar kita dapat dibimbing, dibuka, dibebaskan dari rasa takut oleh Sang Sabda yang tinggal di dalam diri kita. Meditasi yang sejati berarti membiarkan sang Sabda menjadi manusia di dalam diri kita.
d. Kegiatan Inti III 1) Tema III
: Spiritualitas seorang pelayan Tuhan
2) Tujuan Pertemuan : Beserta pendamping, peserta semakin menyadari bahwa dalam menjaga mutu pelayanan perlu memiliki hati sebagai seorang pelayan dan Abdi Tuhan, semangat dalam karya pelayanan apapun, di manapun dengan kegembiraan hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
3) Pengertian Spiritualitas Spiritualitas adalah Roh Allah yang memotivasi dan menyemangati, menjiwai, memberi kekuatan, membimbing serta meneguhkan agar tidak mudah putus asa dalam melaksanakan tugasnya. Seorang pelayan Tuhan perlu mengetahui dan menghidupi apa yang seharusnya menjadi spiritualitas pelayanan. Spiritualiatas pelayanan merupakan semangat yang menjiwai untuk selalu memotivasi dan menyemangati, menjiwai, memberi kekuatan, memberi serta meneguhkan agar tidak mudah putus asa dalam melaksanakan tugasnya dengan setia dan penuh kerelaan. Dapat dikatakan bahwa spiritualitas seorang pelayan merupakan spiritualitas Injil yang dihayati yakni ”Bukan aku sendiri yang hidup dalam diriku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 3:27).
a)
Kegiatan Peserta diberi waktu masuk dalam kelompok. Kemudian peserta diberi
tugas untuk merenungkan bersama dalam kelompok kecil teks Kitab Suci yang berbicara tentang sikap seorang pelayan. Pemandu memberikan kebebasan kepada kelompok untuk memilih teks Kitab Suci yang menjadi bahan permenungan, yaitu: - 1 Petrus 5,1-4 “Sikap kerelaan dalam melayani”. - Markus 12:41-44 “Persembahan seorang janda”. (Untuk saling memperkaya satu sama lain, setelah peserta membahas teks Kitab Suci dalam kelompok kecil, kemudian pendamping meminta 2 (dua) kelompok untuk memplenokan hasil diskusi dalam kelompok besar).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
e.
Kegiatan Inti IV:
1) Tema
: Belajar dari pola pelayanan Yesus Kristus.
2) Tujuan Pertemuan : Bersama pendamping, peserta memahami kembali dan mengikuti pola pelayanan Yesus Kristus Sang Pelayan Sejati. a)
Peserta diajak untuk menonton film singkat “Yesus membasuh kaki para murid-Nya”.
b)
Membaca teks Kitab Suci Yohanes 13:1- 20 ”Yesus membasuh kaki para murid-Nya”.
c)
Makna apa yang dapat diambil dari tayangan tersebut serta dari Kitab Suci, tentang Yesus membasuh kaki para murid-Nya?
d)
Niat-niat apa saja yang hendak kita lakukan untuk dapat mewujudkan mutu pelayanan dalam hidup sehari-hari?
e)
Kemudian pendamping membagikan kertas dan pulpen kepada peserta untuk menuliskan aksi konkrit. Peserta dibagi dalam kelompok masing-masing kelompok berjumlah 3 orang. Dalam kelompok peserta menggabungkan sikap dan niat yang telah dibuat dan menyimpulkannya menjadi komitmen.
f)
Pengendapan dari seluruh kegiatan rekoleksi.
f.
Penutup
1)
Doa penutup : spontan dari peserta
2)
Lagu penutup “Detak Iman di Hatiku”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
BAB V PENUTUP
Dalam bab penutup, penulis akan memaparkan rangkuman isi bab-bab sebelumnya, yaitu gagasan penting yang menjadi kesimpulan dari karya tulis ini. Pada bagian berikutnya akan diuraikan beberapa saran dan usulan dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dalam olah rohani khususnya dalam pelaksanaan meditasi sehingga dapat mewujudkan pelayanan yang semakin bermutu.
A. Kesimpulan Kaum religius tidak pernah hidup lepas dari doa, entah itu doa bersama maupun doa pribadi. Meditasi juga menjadi bagian penting bagi hidup kaum religius. Dalam pelaksanaan meditasi kesempatan menimba kekuatan dan merenungkan
Sabda
Tuhan
melalui
ayat-ayat
yang
menyentuh
dalam
permenungan selama meditasi. Dalam karya pelayanan pun dampak dari buah-buah doa serta hidup rohani lainnya memberi pengaruh di dalam karya pelayanan sehari-hari sebagai seorang religius. Melihat apa yang terjadi dalam karya pelayanan, dari situ nampak pula kehidupan rohani seseorang. Tidak bisa dihindari bahwa salah satu hal yang memberi nilai dalam hal ini adalah hidup rohani dan hidup seseorang, nampak dari apa yang dilakukan dan diucapkan. Buah dari kedalaman hati orang yang berdoa dengan sungguh-sungguh, akan dapat dirasakan oleh orang lain. Dalam hal ini adalah karya pelayanan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
suster Abdi Kristus akan dirasakan buahnya yang baik karena didasari hidup doa yang baik pula. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada awal bulan November 2015 yang lalu dinyatakan bahwa sebagian besar para suster yang terpilih sebagai responden masih belum memiliki kesadaran yang penuh akan peran meditasi terhadap mutu pelayanannya sehari-hari. Kesadaran, penghayatan pembatinan masih belum merupakan suatu kesadaran penuh. Namun meskipun demikian ada beberapa suster yang tetap tekun menghayati meditasi dalam kesibukan karyanya. Berdasarkan penelitian dari wawancara para responden memberikan usul dan harapan kepada penulis agar diadakan penyegaran kembali semangat meditasi dalam kehidupan sehari-hari diantara karya pelayanan. Bentuk penyegaran kembali panggilan sebagai pelayan atau yang mau ditawarkan dalam skripsi ini adalah rekoleksi. Berpedoman pada spiritualitas Yesus Kristus
dalam tugas
pelayanan dan kegembalaan-Nya. Seorang pelayan yang mempunyai hati adalah seorang pribadi yang rela berkorban, siap berbagi, dan siap diutus. Agar sampai pada sasarannya, bentuk penyegaran rohani yang digunakan adalah rekoleksi. Dengan rekoleksi mau mengajak para suster untuk mengumpulkan kembali pengalaman-pengalaman akan kasih Allah selama ini dalam tugas panggilan sebagai seorang pelayan. Pengalaman-pengalaman itu dihadirkan kembali, direnungkan, dimaknai dan diolah agar sungguh-sungguh berguna bagi hidup karya maupun rohani untuk selanjutnya. Dengan demikian mutu pelayan pun dapat diwujudkan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, berikut ini akan diajukan beberapa hal sebagai saran untuk kaum religius pada umumnya dan secara khusus bagi para suster Abdi Kristus sebagai warga Gereja.
1.
Bagi Kaum Religius pada Umumnya Dalam karya pelayanan zaman sekarang, orang dihadapkan pada banyak
tawaran, akibat dari arus globalisasi dan post modern yang turut mempengaruhi hidup kaum religius. Namun di sisi lain, perkembangan dunia komunikasi saat ini juga dihidupi oleh orang-orang yang dilayani. Kaum religius hendaknya tetap memiliki kesadaran akan jati dirinya sebagai kaum yang terpanggil menjadi saksi kehadiran Allah di tengah perkembangan zaman ini. Kesadaran tersebut akan selalu terpupuk, terjaga apabila kaum religius memiliki kedekatan dan relasi yang intim dengan Allah. Di tengah kesibukan karya dan perkembangan zaman tetap menjalin relasi yang mendalam dengan Allah. Doa serta hidup rohani lainnya tetap dijaga, dihidupi bukan karena rutinitas melainkan kesadaran penuh membutuhkan Allah dalam segala situasi. Dengan demikian mutu pelayanan dalam bentuk apapun akan tetap dapat dilaksanakan dengan kesadaran penuh melayani Tuhan dalam segala tindakan dan tutur kata. Hidup doa, olah rohani, meditasi, hendaknya menjadi sarana suci sebagai rahmat untuk terus berkarya dan melayani di tengah keramaian dunia. Tetap dapat hening meski berhadapan dengan kenyataan dunia yang penuh tawaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
kenikmatan dan hiburan. Keheningan tersebut hanya dapat diperoleh dari relasi yang dekat dengan Allah.
2.
Bagi para Suster Abdi Kristus Sebagai orang-orang yang terpanggil untuk menjadi Abdi Kristus melalui
tubuh Kongregasi Biarawati Abdi Kristus di mana Bunda Maria Hamba Allah menjadi pelindung utamanya, para suster Abdi Kristus baik yunior, medior maupun senior hendaknya selalu memiliki: Kesadaran masing-masing pribadi dalam hidup rohani, memiliki kedisiplinan diri untuk selalu olah diri, olah rohani. Memiliki kesadaran rohani untuk selalu mengarahkan segala pelayanan baik tindakan maupun tutur kata, hanya untuk kemuliaan Tuhan. Semangat hidup doa, meditasi, hendaknya tidak hanya saat pembinaan atau kegiatan rohani bersama lainnya, melainkan menjadi milik, menjadi kedisiplinan hati setiap pribadi suster Abdi Kristus. Dengan demikian Bunda Maria Hamba Allah yang menjadi pola dan teladan hidup Kongregasi akan senantiasa bergema dan dihidupi oleh seluruh anggota Kongregasi. Mutu pelayanan, baik dalam hal besar maupun kecil dalam hidup sehari-hari akan dapat dirasakan oleh orang-orang yang dilayani. Seperti hasil penelitian melalui wawancara yang penulis laksanakan, bahwa meditasi sungguh dirasakan memberi peran yang sangat baik dalam karya pelayanan sehari-hari, memberi daya kekuatan dalam hidup rohani yang mampu memberi roh dalam segala tindakan pelayanan. Maka, saran penulis yakni bersama-sama kembali melaksanakan dan menghayati meditasi dalam hidup harian, agar mutu pelayanan sebagai Abdi Kristus tetaplah terjaga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Program rekoleksi penyegaran dalam menyambut Hari Raya Kongregasi semoga memberi kesegaran yang menyemangati untuk melaksanakannya dalam hidup harian selama menjalani panggilan dalam tubuh kongregasi Abdi Kristus. Demikian uraian kesimpulan dan saran yang diajukan penulis terkait dengan pemaparan dan hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya. Saran yang penulis ajukan di atas ditujukan bagi kaum religius dan secara khusus bagi para suster Abdi Kristus. Tentu saja masih ada banyak saran dan wujud konkret dalam upaya peningkatan mutu pelayanan yang dilaksanakan oleh para suster Abdi Kristus. Dengan harapan pelayanan akan semakin bermutu dan dijiwai oleh semangat meditasi. Mewujudkan secara konkret permenungan Sabda Tuhan dalam meditasi pada tindakan pelayanan sehari-hari, sehingga mutu pelayanan para suster Abdi Kristus semakin nyata dirasakan oleh banyak orang. Pelayanan kecil dan sederhana setiap hari yang dilakukan dengan penuh iman dan ketulusan merupakan wujud nyata turut ambil bagian dalam karya penyelamatan Tuhan yang agung di dunia ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
DAFTAR PUSTAKA Darminta, J. S.J. (1994). Maria Bunda Iman Kita. Yogyakarta: Kanisius. De Mello, Anthony. S.J. (1980). Sadhana. Jalan Menemukan Tuhan. Yogyakarta: Kanisius. Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Biarawati Abdi Kristus. (2014). Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Biarawati Abdi Kristus Masa Bakti 2008-2014. Manuskrip berisi tentang laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Umum Masa Bakti 2008-2014, dikeluarkan di Gedanganak, Ungaran pada awal Januari 2014. Freeman, Laurence. (2014). Latihan Harian Meditasi Kristiani. Jakarta: Obor. Kapitel Umum V. (2008). Menjadi Religius Abdi Kristus Konstitusional. Manuskrip berisi tentang seluruh pembicaraan dan keputusan bersama selama Kapitel V berlangsung, dikeluarkan di Ungaran Krispurwana Cahyadi. T, S.J. (2015). “Abdi Kristus” Bahan pertemuan Suster Yunior AK: Yogyakarta. Kongregasi Biarawati Abdi Kristus. (2015). Katalog Suster-suster Abdi Kristus Per Januari 2015. Ungaran: Kongregasi Biarawati Abdi Kristus Konstitusi Tarekat Abdi Kristus. (1995). Manuskrip berisi Pedoman Hidup Para Suster Abdi Kristus yang disyahkan oleh Julius Kardinal Darmaatmaja pada tanggal 25 Oktober 1995 di Semarang. Louf, Andre. (1984). Menyelami Tradisi Doa. Yogyakarta: Kanisius. Mangunhardjana, A.M. (1979). Delapan Belas Sikap Doa. Yogyakarta: Kanisius. ___________________ (1987). 22 Metode Renungan. Yogyakarta: Kanisius. Martasudjita, E. (2003). Pelayanan yang Murah Hati. Yogyakarta: Kanisius. _____________(2006). Spiritualitas Pelayanan Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Mintara Sufiyanta. (2014). Roh Sang Guru. Obor: Yogyakarta Mudji Sutrisno, F.X. (1984). Zen Dan Fransiskus. Pengalaman Menemukan Diri. Yogyakarta: Kanisius. Nouwen, Henri J. M. (1986). Pelayanan yang Kreatif. Yogyakarta: Kanisius. __________________(2003). Bekal Peziarahan Hidup, Bread for the Journey. Yogyakarta: Kanisius. Oliver, David. (2006). Love Work Live Life, Menghadirkan Tuhan Dalam Pekerjaan. Yogyakarta: Andi Offset. Putranta, C. (2006). Doa Dalam Spiritualitas Aktif. (Umat Baru: Majalah Pastoral Kateketik Kristologi dan Pendampingan Iman, No. 226, XXXIX, Jan-Feb 2006; Yogyakarta: Pusat Kateketik. Raguin, Yves. (1986). Berbagai Jalan Kontemplasi. Unsur-unsur Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius. Stockman, Rene. (2005). Bermeditasi bersama Romo Triest. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. ________(2014). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.