PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EVALUA ASI PEND DIDIKAN KEPANGU K UDILUHUR RAN DI SMP P PANGUD DI LUHUR R YOGYAK KARTA, SM MP PANG GUDI LUHU UR SEDAYU U DAN SM MP PANGU UDI LUHU UR MOYUD DAN
SKRIPSI Diajjukan untu uk Memenu uhi Salah Sa atu Syarat M Memperole h Gelar Saarjana Pend didikan Program m Studi Ilm mu Pendidiikan Kekhu ususan Pen ndidikan Agama Katoolik
Oleh: Krristoforus Sangsung S NIM: 1111124037
PR ROGRAM STUDI ILM MU PENDIDIKAN KEKHU USUSAN PENDIDIKA AN AGAM MA KATOL LIK JURUSA AN ILMU PENDIDIK P KAN FAKULT TAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK KAN UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA Y YOGYAKA ARTA 20166
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: * Para Bruder Kongregasi FIC yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi di IPPAK Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, serta memberi semangat dan menguatkan saya. * Orang tua dan saudara-saudariku yang selalu mendukung dalam doa. * Para Guru, staf dan karyawan SMP PL moyudan yang selalu mendukung dan memotivasi saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk 11:28) “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Mat 19:26)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi EVALUASI PENDIDIKAN KEPANGUDILUHURAN DI SMP PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA, SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN dipilih berdasarkan ketertarikan penulis untuk mengevaluasi sejauh mana pengetahuan dan penghayatan nilai-nilai kepangudiluhuran dan bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran itu berlangsung. Pendidikan Kepangudiluhuran merupakan salah satu pelajaran muatan lokal dalam kurikulum Yayasan Pangudi Luhur. Pelajaran ini sudah berjalan selama lima tahun, untuk itu perlu dilakukan evaluasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dengan cara sampling purposive yaitu sampel diambil dengan pertimbangan tertentu, peneliti sungguh-sungguh mengetahui bahwa responden yang diminta untuk mengisi kuesioner dan untuk diwawancarai adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP PL Moyudan, SMP PL Sedayu dan SMP PL Yogyakarta. Kuesioner berjumlah 163 orang sedangkan 5 orang penulis, wawancarai. Instrumen yang digunakan adalah skala likert. Pengukuran ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap pendidikan kepangudiluhuran. Dari hasil uji validitas dengan taraf signifikansi 0,05 N 163 orang. Dari total item 40 diperoleh sebanyak 35 item yang valid dan 5 item tidak valid. Sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh Cronbach's Alpha 0.810 yang berarti reliabilitas soal dalam penelitian ini tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan aspek ialah 11.942. Ini berarti responden mengetahui, menghayati dan mengikuti proses pendidikan kepangudiluhuran. Hasil wawancara pada aspek pengetahuan dan penghayatan mendukung data kusioner, sedangkan pada aspek proses tidak mendukung kuesioner. Namun data secara keseluruhan menunjukkan bahwa pendidikan kepangudiluhuran tergolong baik meskipun harus dikembangkan dan diperbaiki lagi pada aspek-aspek yang diteliti. Maka disarankan yayasan Pangudi Luhur lebih meningkatkan lagi materi, metode, sarana pendidikan kepangudiluhuran dan memperhatikan aspek yang masih kurang.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT This undergraduate thesis entitled EVALUATION OF KEPANGUDILUHURAN EDUCATION IN PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA JUNIOR HIGH SCHOOL, PANGUDI LUHUR SEDAYU JUNIOR HIGH SCHOOL AND PANGUDI LUHUR MOYUDAN JUNIOR HIGH SCHOOL was chosen based on the writer’s interest to evaluate how far the knowledge and comprehension of the values of Kepangudiluhuran has been, and how the process education of Kepangudiluhuran has happened, and whether or not it could be accepted and followed by all students. Kepangudiluhuran is a local subject in Yayasan Pangudi Luhur Curriculum. This subject has been taught for five years it had to be evaluated. The method employed in this research was descriptive method. The sample was taken using sampling purposive, that was the sample which was taken with certain consideration, the research is really want to know that the responden is wanted to fill the kuesioner and the person who was interview is the person who was consider to know about what is the research hope. The subjects of this research were the ninth grade students of three schools, Pangudi Luhur Moyudan Junior High School, Pangudi Luhur Sedayu Junior High School, and Pangudi Luhur Yogyakarta Junior High School. There are 163 questionnaires for the respondents and 5 people were interviewed. The instrument used here was Likert Scale measurement. It was used to measure the respondents’ attitudes, opinions, and perceptions toward Kepangudiluhuran Education. The validity test had significance level of 0.05 N 163 people. From the total 40 items, 35 items were found valid and 5 items were not valid. Whereas the result of reliability test was Cronbach’s Alpha 0.982, which meant that the questions’ reliability of this research was very high. The result showed that the mean of all aspects is 11.942. It meant that the subjects know, comprehend, and follow the process of Kepangudiluhuran Education. The result of the interview on knowledge and comprehension aspect supported the questionnaire data, whereas the result of the interview on the process did not support the questionnaires. However, the data as a whole showed that Kepangudiluhuran Education was classified as good, although it had to be fixed and improved in the aspects that were researched. Therefore, it is suggested for Yayasan Pangudi Luhur and their teachers to improve the materials, methods, means of teaching Kepangudiluhuran, and to pay attention on their poor aspects.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahakuasa atas limpahan berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EVALUASI PENDIDIKAN KEPANGUDILUHURAN DI SMP PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA, SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis memilih judul tersebut dengan harapan dapat memberi sumbangan kepada Yayasan Pangudi Luhur guna peningkatan pelayanan kepada siswa-siswi. Penulis menyadari akan rahmat Allah melalui dukungan, perhatian, kasih dan kesetiaan dari banyak orang yang sangat berarti bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama yang setia
mendampingi,
membimbing
dan
memotivasi
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Bambang Hendarto Yuliwarsono, M. Hum., selaku dosen penguji II dan sebagai dosen pembimbing akademik yang memberi semangat, dukungan dalam menuelesaikan skripsi ini. 3. Rm. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ., selaku dosen penguji III yang telah berkenan mendampingi, memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Rm. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, yang memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Para Romo dan segenap staf dosen yang telah mendukung penulis selama menjalani perkuliahan di IPPAK dengan pengetahuan, ketrampilan dan spiritualitas sebagai seorang pewarta. 6. Seluruh karyawan Prodi IPPAK yang secara tidak langsung telah mendukung dan memberi dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bruder Pemimpin Kongregasi FIC Provinsi Indonesi Dan Dewan Provinsi yang telah mengutus penulis untuk menjalani perutusan di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma. 8. Para Bruder komunitas Sedayu dan Kidul Loji, para Suster PRR Magnifikat Pringgolayan, Yogyakarta yang telah menyemangati penulis. 9. Para Guru, Staf dan karyawan, SMP PL Moyudan yang mendukung selama proses penyelesaian skripsi ini. 10. Para kepala sekolah dan para guru SMP PL Yogyakarta, SMP PL Sedayu, SMP PL Moyudan serta para siswa kelas IX yang meberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian skripsi ini. 11. Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memotivasi penulis selama menjalani studi di IPPAK dan penyelesaian skripsi ini. 12. Bapak-mama, serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung penulis dengan doa, perhatian dan sapaan yang meneguhkan mulai dari penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………
iv
MOTTO ………………………………………………………………….
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………...
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .....................................
vii
ABSTRAK ……………………………………………………………….
viii
ABSTRACT ……………………………………………………………….
ix
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
xiii
DAFTAR TABEL …….. ………………………………………………...
xvii
DAFTAR GRAFIK …………..…………………………………………..
xviii
DAFTAR SINGKATAN ...………………………………………………
xix
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..
1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………
9
C. Batasan Masalah ………………………………………….........
9
D. Rumusan Masalah ……………………………………………...
10
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
10
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………..
11
G. Metode Penelitian ……………………………………………...
11
H. Sistematika Penelitian ………………………………………….
11
BAB II KAJIAN TEORITIK…………………………………………….
13
A. Evaluasi Pendidikan …………………………………………..
13
1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi …………..
13
2. Penilaian Pendidikan ……………………………………..
14
3. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran ………………..
16
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Fungsi Evaluasi ………………………………………...
16
b. Tujuan Evaluasi ………………………………………...
17
4. Obiek dan Subiek Evaluasi ……………………………….
18
a. Obiek Evaluasi ………………………………………...
18
b. Subiek Evaluasi ………………………………………..
19
5. Alat-alat Evaluasi…………………………………………...
19
a. Teknik Non Tes ………………………………………..
19
b. Teknik Tes ……………………………………………..
19
B. Pendidikan Kepangudiluhuran ………………...........................
20
1. Pengertian Kepangudiluhuran ……………………………...
20
2. Tujuan Kepangudiluhuran …..……………………………..
22
3. Nilai-nilai Kepangudiluhuran ...............................................
23
a. Percaya kepada Tuhan ………………………………...
23
b. Rendah Hati ……………………………………………
27
c. Semangat dan Keteguhan Hati ……………….. ………
32
d. Kebijaksanaan dan Berpengetahuan …………………..
34
e. Sikap Bijaksana ………………………………………...
35
f. Sikap Saleh ……………………………………………..
38
g. Teladan Baik …………………………………………...
40
h. Lembut Hati ……………………………………………
42
i. Tabah Hati ……………………………………………...
43
j. Mencintai Para Bruder …………………………………
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………..
45
A. Jenis Penelitian …………………………………………………
45
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….
45
C. Populasi dan Sampel …………………………………………...
46
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……………………..
47
1. Variabel Penelitian …………………………………………
47
2. Definisi Konseptual Variabel ………………………………
48
3. Definisi Operasional Variabel ……………………………...
48
4. Teknik Pengumpulan Data …………………………………
48
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Instrumen Penelitian ……………………………………….
49
a. Kisi-kisi Instrumen ..........................................................
50
b. Pengembangan Instrumen ……………………………...
54
1). Uji Coba Terpakai …………………………………..
54
2). Uji Validitas Instrumen …………………………….
55
3). Uji Reliabilitas Instrumen ………………………….
58
E. Teknik Analisis Data …………………………………………...
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………...
64
A. Hasil Penelitian ………………………………………………...
64
1. Deskripsi Data Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran ….
64
a. Deskripsi Data Keseluruhan Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran ……………………………………..
64
b. Deskripsi Aspek Pengetahuan …………………………
67
c. Deskripsi Aspek Penghayatan …………………………
70
d. Deskripsi Aspek Proses ………………………………..
72
2. Hasil Wawancara …………………………………………..
75
a. Aspek Pengetahuan …………………………………….
75
b. Aspek Penghayatan …………………………………….
76
c. Aspek Proses …………………………………………...
76
B. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………..
77
1. Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran Berdasarkan Data Keseluruhan ……….
77
2. Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran Berdasarkan Data Setiap Aspek ……...
78
a. Aspek Pengetahuan …………………………………….
78
b. Aspek Penghayatan …………………………………….
80
c. Aspek Proses …………………………………………...
81
C. Refleksi Kateketis ……………………………………………...
83
D. Keterbatasan Penelitian ………………………………………..
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………
91
A. Kesimpulan …………………………………………………….
91
B. Saran …………………………………………………………...
92
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
93
LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian …………………………………..
(1)
Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian …………………
(2)
Lampiran 3: Contoh Kuesioner ……………………………………
(3)
Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden …………………………
(7)
Lampiran 5: Instrumen Wawancara ……………………………….
(11)
Lampiran 6: Hasil Wawancara …………………………………….
(12)
Lampiran 7: Uji Validitas Aspek Pengetahuan ……………………
(14)
Lampiran 8: Uji Validitas Aspek Penghayatan dan Proses ………..
(15)
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel
1 : Skor
Alternatif
Jawaban
Variabel
Pendidikan
Kepangudiluhuran ……………………………………... Tabel
2 : Kisi-kisi
Instrumen
Evaluasi
Pendidikan
Kepangudiluhuran ……………………………………... Tabel
3 : Kisi-kisi
Instrumen
Proses
49
50
Pendidikan
Kepangudiluhuran ……………………………………...
52
Tabel
4 : Kisi-kisi Instrumen Wawancara ………………………...
54
Tabel
5 : Keterangan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas dengan Taraf Signifikansi……………………………………….
Tabel
55
6 : Rumus uji validitas dengan teknik korelasi Product Moment………………………………………………….
57
Tabel
7 : Rumus uji reliabilitas dengan teknik formula Alpha……
58
Tabel
8 : Reliability Statistics ………………………………………….
59
Tabel
9 : Rumus Penentuan Kriteria………………………………
61
Tabel
4.1 : Statistik Nilai Keseluruhan……………………………...
65
Tabel
4.2 : Kualifikasi Nilai Keseluruhan Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran……………………………………….
66
Tabel
4.3 : Statistik Aspek Pengetahuan……………………………
67
Tabel
4.4 : Kualifikasi Data Aspek Pengetahuan……………………
68
Tabel
4.5 : Statistik Aspek Penghayatan…………………………….
70
Tabel
4.6 : Kualifikasi Data Aspek Penghayatan……………………
71
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel
4.7 : Statistik Aspek Proses…………………………………...
72
Tabel
4.8 : Kualifikasi Data Aspek Proses…………………………..
73
DAFTAR GRAFIK Grafik
4.1 : Frekuensi Nilai Keseluruhan Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran ……………………………………..
66
Grafik
4.2 : Frekuensi Data Aspek Pengetahuan……………………
69
Grafik
4.3 : Frekuensi Data Aspek Penghayatan……………………
71
Grafikk
4.4 : Frekuensi Data Aspek Proses ………………………….
74
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Fil
: Filipi
Gal
: Galatia
Luk
: Lukas
Mrk
: Markus
Rom
: Roma
Yoh
: Yohanes
B. Singkatan Lain Art
: Artikel
Br
: Bruder
FIC
: Fratres Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae Virginis (Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Yang Dikandung Tak Bernoda)
Konst
: Konstitusi
N
: Jumlah Responden
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekeri luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serat rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang mahaesa. Berdasarkan
tujuan
pendidikan
nasional
maka
pendidikan
yang
sesungguhnya adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia untuk mencapai tujuan akhirnya (perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri sendiri) dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat (perilaku hubungan dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya). Pendidikan membentuk orang untuk menemukan nilai-nilai yang menjadi bekal bagi kelangsungan hidup seseorang dalam dalam masyarakat. Secara singkat dikatakan bahwa pendidikan nilai adalah suatu proses di mana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya. Proses ini menyangkut “perjalanan menuju ke kedalaman diri sendiri”, menyentuh bagianbagian terdalam diri manusia, seperti daya refleksi, introspeksi, analisa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kemampuan menemukan diri sendiri dan betapa besar harga dirinya. Pendidikan nilai menyangkut ranah daya cipta, rasa dan karsa, menyentuh seluruh pengalaman seseorang ( Handoko, Riyanto, 2004: 23). Pendekatan pembelajaran humanis memandang manusia sebagai subiek yang
bebas
merdeka
untuk
menentukan
arah
hidupnya.
Manusia
bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Pendekatan yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang humanis adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak peserta didik untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Pendidik tidak bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog. Pendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri, sedangkan pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan segala potensinya (realisasi dan aktualisasi diri). Dengan demikian pendidikan tidak mengambil alih tanggung jawab, melainkan membantu dan mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri, penentuan sikap dan pemilihan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya. Menanggapi tujuan dan makna dari nilai-nilai pendidikan tersebut di atas, yayasan Pangudi Luhur mencanangkan sebuah rancangan pendidikan yang bukan hanya menekankan pada perkembangan intelektual melainkan juga pembentukan karakter dan budi pekerti peserta didik. Untuk mewujudkannya yayasan Pangudi Luhur menambahkan pelajaran khas yayasan yaitu pelajaran Pendidikan Kepangudiluhuran. Sering terdengar bahwa pendidikan dan proses pemilikan nilai ternyata tak diperhitungkan di dalam kurikulum sekolah. Meskipun begitu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menurut Darminta, (2006:24) kenyataannya pembatinan nilai-nilai tetap terjadi lewat sekolah, asrama, dan masyarakat, disadari atau tidak. Pangudi Luhur merupakan sebuah yayasan yang berada di bawah naungan kongregasi FIC dengan berfokus pada pendidikan dan pembinaan kaum muda. Pendidikan menjadi karya kerasulan yang utama, di samping juga ada karya sosial. Melalui karya-karya tersebut, Kongregasi FIC mengabdikan diri sebagai tarekat aktif atau tarekat yang merasul. Karya kerasulan bidang pendidikan dan sosial merupakan karya yang diwariskan oleh pendiri FIC yaitu Mgr. Ludovicus Rutten dan sesama pendiri Bruder Bernardus Hoecken (bdk. Konstitusi FIC art. 7 dan 8). Pendiri FIC meminta para anggotanya untuk menjaga warisan kongregasi. Warisan tersebut merupakan kharisma yang dianugerahkan Allah. Meskipun demikian para anggotanya juga diminta untuk tetap terbuka terhadap tanda-tanda zaman dan terhadap Roh yang berhembus ke arah yang dikehendakinya. (bdk. Konstitusi FIC, bagian Refleksi Dasar). Sehubungan dengan itu, tarekat FIC dengan memperhatikan Refleksi Dasar tersebut, tetap mempunyai komitmen terhadap warisan yang telah ada. Artinya sampai sekarang Tarekat mengutamakan karya kerasulannya di bidang pendidikan dan pembinaan kristiani. Pendidikan kepangudiluhuran adalah salah satu mata pelajaran muatan lokal. Semua sekolah di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur wajib menerapkan
pelajaran
Kepangudiluhuran.
Adapun
tujuan
pendidikan
kepangudiluhuran tersebut adalah untuk menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama, dan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
hidupnya, serta memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat. Pembelajaran Kepangudiluhuran juga bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dan mewujudkan nilai-nilai universal yang diperjuangkan semua orang beriman. Tujuan ini merujuk dari materi pembelajaran Kepangudiluhuran. Proses pelaksanaan pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu, dan SMP Pangudi Luhur Moyudan dilaksanakan dengan sistem klasikal seperti bidang studi lainnya; karena pendidikan kepangudiluhuran dikemas dalam bentuk pelajaran di kelas yang setara dengan Muatan Lokal. Perbedaan dengan bidang studi lainnya adalah penekanannya di mana kepangudiluhuran lebih pada pembentukan iman dan karakter peserta didik. Bila melihat perbedaannya dengan bidang studi lain, maka penulis melihat bahwa sistem klasikal tidak begitu efektif dalam proses pendidikan kepangudiluhuran. Perlu dicari metode dan terobosan baru agar proses pendidikan kepangudiluhuran lebih efektif. Metode yang dapat diterapkan adalah rekoleksi dan outbound. Materi yang sama diberikan dengan metode yang tepat akan memberikan dampak yang baik bagi pembentukan karakter anak didik. Materi kepangudiluhuran yang disampaikan berkaitan dengan sepuluh keutamaan yang diwariskan oleh para pendiri kongregasi FIC sebagai penyelenggara Yayasan Pangudi Luhur. Sepuluh Keutamaan yang disampaikan kepada peserta didik meliputi: Rendah Hati, Teladan Baik, Mencintai Para Bruder, Saleh, Sikap Bijaksana, Lembut Hati, Tabah Hati, Kebijaksanaan dan Berpengetahuan, Semangat dan Keteguhan Hati, Percaya kepada Tuhan (Humbelt, 1994). Keutamaan-keutamaan tersebut dijabarkan dalam materi yang dikemas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sesuai dengan tingkat pendidikan sehingga dapat diterima dan dipahami oleh siswa/i. Dengan demikian, diharapkan para siswa mampu menginternalisasikan dalam diri sebagai sikap hidupnya, terutama pembentukan karakter pribadi sebagai manusia yang utuh, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mencintai sesama dalam hidup sehari-hari. Harapan ini tertuang dalam Profil ”outcome” Yayasan Pangudi Luhur” (Riyanto, 2004: 24), yakni; menjadi manusia merdeka, manusia yang berpribadi utuh, manusia yang berpikir otentik dan bertindak aktif-positif, manusia yang tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan mampu membangun hidup bersama. Lulusan pendidikan Yayasan Pangudi Luhur mestinya menjadi manusiamanusia yang merdeka dalam arti manusia yang merdeka baik secara fisik, mental maupun secara rohani, yang pada akhirnya mengembangkan rasa merdeka dan independen dalam hidupnya baik secara pribadi maupun dalam hidup sosialnya. Manusia merdeka yang dimaksudkan adalah orang yang merdeka dalam mengarungi hidup tanpa “disiksa” oleh banyaknya keinginan, bebas dari perbudakan hawa nafsu, jujur dan iklas serta bebas dari kebohongan atau dusta. Hidup manusia merdeka hanya bergantung pada Allah sumber segala kebebasan manusia yang menggenggam segala kebutuhan manusia. Pangudi luhur hendaknya tidak hanya menekankan perkembangan intelektual atau nilai ujian akhir, tetapi juga memperhatikan perkembangan pribadi secara lebih utuh. Manusia yang berkepribadian utuh adalah manusia yang memiliki sifat kodrat, hakikat dan memiliki cipta, karya dan karsa. Manusia utuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mampu menggunakan semua potensi dalam dirinya demi kesejahteraan diri sendiri dan orang lain. Sebagai bagian dari keutuhan
manusia, ia juga harus mampu
mempergunakan pikirannya secara otentik dan bertindak secara lebih aktif-positif. Berpikir otentik dan bertindak aktif berarti siswa perlu memiliki sikap dan ketrampilan untuk mengakses informasi sekaligus mampu mengkaji dan menyeleksi
informasi
yang
berguna
dalam
proses
pembelajaran
dan
kehidupannya. Dewasa ini banyak terjadi perubahan nilai-nilai dan benturan nilai-nilai. Siswa hendaknya selalu di “tune in” kan pada nilai keutamaan dan universal. Mereka perlu dilatih dan dibina untuk menjadi pribadi yang berbudi luhur serta beriman yang tangguh, sekaligus menghargai dan menghormati keyakinan dan perbedaan. Mereka memiliki integritas moral yang tinggi sehingga dapat menjadi teladan dan penggerak budaya “berhati nurani”. Berkat ketangguhan iman dan moral akan mempengaruhi kepribadian siswa Pangudi Luhur sampai mengalami dan menyadari hidup bersama yang penuh persaudaraan, keramahan dan keakraban, sekaligus disertai jiwa kemandirian dan kebebasan yang bertanggung jawab untuk membentuk jiwa kewirausahaan yang tangguh. Sejauh pengamatan penulis di beberapa SMP Pangudi Luhur di Yogyakarta, pembelajaran Kepangudiluhuran terlaksana berdasarkan program pembelajaran yang disusun oleh Tim Penulis buku Kepangudiluhuran. Model pembelajaran kepangudiluhuran bersifat pendampingan iman yang diawali dengan doa, pengantar singkat, inspirasi iman yang bersumber dari Kitab Suci atau dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
keteladanan hidup pendiri Kongregasi FIC, dan dilanjutkan dengan pendalaman iman dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan reflektif. Selanjutnya siswa diajak untuk membagikan hasil refleksinya dalam bentuk sharing bersama. Pada akhir kegiatan guru membuat kesimpulan dan mengajak siswa untuk membuat aksi nyata sebagai tanggapan atas materi pembelajaran yang bersangkutan. Kegiatan ini
dilaksanakan
sebagai
kegiatan
rutinitas
pada
proses
pembelajaran
kepangudiluhuran di kelas. Komite sekolah dan orang tua siswa turut memberikan tanggapan positif terhadap pelaksanaan pendidikan kepangudiluhuran di sekolah-sekolah yayasan Pangudi Luhur dengan melihat kualitas lulusan yang mempunyai kompetensi bukan hanya dalam hal intelektual, tetapi juga kepribadian yang utuh dan seimbang. Pembentukan kepribadian siswa yang utuh dan seimbang menjadi sangat penting sehingga dalam pendidikan kepangudiluhuran perlu ada usaha peningkatan mutu dan kualitas melalui evaluasi pendidikan kepangudiluhuran secara keseluruhan. Dari fakta di lapangan yang penulis amati di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu, dan SMP Pangudi Luhur Moyudan tanggapan siswa-siswi terhadap pelajaran kepangudiluhuran belum maksimal. Bahkan sebagian besar siswa-siswi kurang bersemangat mengikuti pelajaran kepangudiluhuran. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah: karena proses pembelajaran yang monoton sehingga kurang menyentuh hati siswa-siswi. Di samping itu kemasan materi kepangudiluhuran sudah tercakup dalam mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti yang kesannya hanya mengulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pelajaran
yang
sama.
Muncul
kesan
siswa-siswii
bahwa
pelajaran
kepangudiluhuran hanya mengulang pelajaran pendidikan agama meskipun ada sedikit perbedaan karena kepangudiluhuran lebih mengarah kepada pengetahuan dan spritualitas. Beberapa alasan tersebut di atas menjadi alasan yang masuk akal apabila sebagian dari siswa-siswi menjadi bosan dan kurang berminat terhadap pelajaran kepengudiluhuran di samping alokasi yang disediakan dalam satu minggu hanya satu jam pelajaran dengan durasi 35 menit. Kapasitas waktu 35 menit tentu saja tidak cukup bila dibandingkan dengan isi materi kepangudiluhuran. Kapasitas waktu yang terbatas mempengaruhi proses pelajaran yang tidak utuh. Di sisi lain, siswa-siswi mengharapkan agar pendidikan kepangudiluhuran semestinya diampu oleh seorang biarawan (Bruder) yang mempunyai wawasan dan spiritualitas mendalam tentang kepangudiluhuran. Namun meskipun pendidikan kepengudiluhuran diampu oleh guru, (awam) guru tersebut diberi pembekalan secara khusus baik dalam hal wawasan tentang kepangudiluhuran dan juga spiritualitas kongregasi FIC. Fakta yang terjadi adalah guru yang dipercaya untuk
mengampu
pelajaran
kepangudiluhuran
tidak
memiliki
wawasan
spiritualitas kongregasi FIC. Dengan demikian baik guru maupun siswa belum memahami dengan sungguh makna terdalam dari kepangudiluhuran yang sesungguhnya sehingga hasilnya juga belum maksimal. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, sangat jelas persoalan yang menjadi fokus dari penelitian penulisan ini adalah mengenai proses pembelajaran kepangudiluhuran terutama di tiga (3) SMP Pangudi Luhur yang ada di daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Yogyakarta. Penulis akan mengadakan penelitian dan evaluasi terhadap proses pelajaran
kepangudiluhuran
dengan
judul
“EVALUASI
PENDIDIKAN
KEPANGUDILUHURAN DI SMP PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA, SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan dalam latar belakang penulisan skripsi ini, maka dapat diindentifikasi sebagai berikut: 1.
Apa itu pendidikan kepangudiluhuran?
2.
Apa isi materi pendidikan kepangudiluhuran?
3.
Bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan?
4.
Bagaimana model pendampingan guru dalam menyampaikan materi pendidikan kepangudiluhuran?
5.
Bagaimana tanggapan siswa terhadap materi pendidikan kepangudiluhuran?
6.
Bagaimana respon orang tua dan komite sekolah terhadap pendidikan kepangudiluhuran?
C. Batasan Masalah Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, maka secara khusus penulis dalam penelitian ini, penulis membatasi pada masalah Evaluasi pendidikan kepangudiluhuran yang dicanangkan oleh yayasan Pangudi Luhur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dalam proses pendidikan, khususnya di SMP PL Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
2.
Bagaimana hasil pendidikan kepangudiluhuran, baik aspek pengetahuan maupun aspek penghayatan yaitu menjadi manusia merdeka, manusia yang berpribadi utuh, tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan mampu membangun hidup bersama.
E. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
2.
Untuk
mengukur
kepangudiluhuran kepangudiluhuran.
pengetahuan dan
penghayatan
siswa-siswi siswa-siswi
tentang tentang
nilai-nilai nilai-nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi pengembangan Yayasan Pengudi Luhur, penelitian diharapkan memberi data yang pasti tentang pengetahuan siswa-siswi SMP Pangudi Luhur terhadap pendidikan kepangudiluhuran. Data tersebut diharapkan menjadi dasar untuk pengembangan program kepangudiluhuran. 2. Bagi pengembangan ilmu pendidikan di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan, di harapkan penelitian
ini
memberikan
data
perihal
penghayatan
nilai-nilai
kepangudiluhuran siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Secara aplikatif, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran bagi sekolah yang menaung di bawah Yayasan Pangudi Luhur, serta sekolah katolik lainnya untuk meningkatkan penerapan sebagai ciri sekolah katolik melalui pendidikan kepangudiluhuran.
G. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskripsi anilitis dengan dukungan data kuantitatif.
H. Sistematika penulisan BAB I : pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II : berisi kajian pustaka yang akan menguraikan dua bagian pokok yakni: bagian pertama akan membahas mengenai evaluasi pendidikan yang mencakup pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi, tujuan evaluasi, obyek dan subyek evaluasi dan alat-alat evaluasi. Bagian kedua menguraikan tentang pendidikan kepangudiluhuran yang mencakup pengertian, tujuan
pendidikan
kepangudiluhuran, dan nilai-nilai kepangudiluhuran. BAB III : membahas mengenai metodologi penelitian yakni jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi, hasil penelitian berdasarkan kuesioner, wawancara, dan temuan khusus melalui studi dokumen, temuan umum melalui studi dokumen, pembahasan hasil penelitian, refleksi kateketis dan keterbatasan penelitian. BAB V : merupakan bagian penutup penulisan skripsi mengenai kesimpulan dan saran yang berguna bagi berbagai pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II KAJIAN TEORITIK
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan teori-teori yang mendukung penelitian yaitu Evaluasi Pendidikan (A), yang meliputi pengertian evaluasi, fungsi tujuan evaluasi pembelajaran, obyek dan subyek evaluasi dan alat-alat evaluasi.
Pendidikan
Kepangudiluhuran
(B),
yang
meliputi
pengertian
kepangudiluhuran, tujuan kepangudiluhuran, nilai-nilai Kepangudiluhuran.
A. Evaluasi Pendidikan 1.
Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian
(KBBI, 1996:272). Sedangkan Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (1997: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim dengan penilaian tidak sama konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun ketiga konsep ini sering didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan dengan aspek kuantitatif dan kualitatif, pengukuran berkaitan dengan aspek kuantitatif, sedangkan tes hanya merupakan salah satu instrumen penilaian. Meskipun berbeda, ketiga konsep ini merupakan satu kesatuan dan saling memerlukan. Pengukuran adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
proses penentuan kuantitas suatu objek dengan memebandingkan antara alat ukur dengan objek yang diukur. Penilaian adalah
proses
penentuan
kualitas
suatu
objek
dengan
membandingkan antara hasil-hasil ukur dengan standart tertentu. Tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang khusus. Yang membedakannya dengan evaluasi adalah bahwa evaluasi mencakup aspek kualitatif dan aspek kuanitatif. Dengan demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2.
Penilaian Pendidikan Penilaian pendidikan menurut Suharsimi Arikunto (1997: 3) adalah
kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang dilakukan melampaui pengajaran sudah mencapai tujuan. Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa diumpamakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan teknologi maka tempat pengolah ini disebut transformasi. Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut:
1) Input Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (institusi), calon siswa itu dinilai dulu kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya. 2) Output Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam hal ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian. 3) Transformasi Transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksud dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai transformasi. Bahan jadi yang diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat bekerjanya unsur-unsur yang ada. Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain: 1) Guru dan personal lainnya 2) Bahan pelajaran 3) Metode mengajar dan sistem evaluasi 4) Sarana penunjang 5) Sistem administrasi. Umpan balik (feed back) adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi. Umpan balik ini diperlukan untuk memperbaiki input maupun transformasi.
3.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
a.
Fungsi evaluasi Fungsi evaluasi pembelajaran menurut Sugiyono (2006: 12) sangat
diperlukan dalam pendidikan antara lain untuk memberi informasi. Imformasiinformasi yang diperoleh dapat digunakan untuk: 1) Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya. 2) Memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui posisi peserta didik dalam kelompoknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3) Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik. 4) Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya. 5) Memberikan petunjuk tentang sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai. 6) Membuat kebijaksanaan dan keputusan. 7) Menilai hasil yang dicapai para pelajar. 8) Menilai kurikulum. 9) Memperbaiki materi dan program pendidikan.
b. Tujuan evaluasi Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun bahanbahan keterangan
yang akan dijadikan sebagai
bukti
mengenai
taraf
perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Serta menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c.
Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah :
1) Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan 2) Untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya. 3) Mengetahui kemajuan belajar siswa 4) Mengetahui potensi yang dimiliki siswa 5) Mengetahui hasil belajar siswa 6) Mengadakan seleksi 7) Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa 8) Memberi bantuan dalam pengelompokan siswa 9) Memberikan bantuan dalam pemilihan jurursan 10) Memberikan bantuan dalam kegiatan belajar siswa 11) Memberikan motivasi belajar 12) Mengetahui efektifitas mengajar guru 13) Mengetahui efisiensi mengajar guru 14) Memberikan data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran
4.
Obiek dan Subiek Evaluasi
a.
Obiek Evaluasi Obiek atau sasaran penilaian menurut Suharsimi Arikunto (1997: 18)
adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Dalam penulisan ini proses dan hasil pendidikan kepangudiluhuran yang diukur.
b. Subiek Evaluasi Subiek evaluasi dalam penulisan ini adalah siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
5.
Alat-alat Evaluasi
a.
Teknik Non Tes Yang tergolong teknik non tes adalah:
1) Skala bertingkat (rating scale) 2) Kuesioner (questionair) 3) Daftar cocok (check-list) 4) Wawancara (interview) 5) Pengamatan (observation) 6) Riwayat hidup
b.
Teknik Tes Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Dalam bukunya Muchtar Bukhori mengatakan: “tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non tes. Teknik non tes yang dipilih yaitu: 1) Kuesioner (questionair) tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih (Suharsimi Arikunto, 1997: 25). 2) Wawancara (interview). Wawancara atau intervieu adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subiek evaluasi (Suharsimi Arikunto, 1997: 27). Wawancara dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara
bebas,
dimana
responden
mempunyai
kebebasan
untuk
mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.
B. Pendidikan Kepangudiluhuran 1.
Pengertian Kepangudiluhuran Kepangudiluhuran asal kata dari pangudi luhur. Pangudi, artinya suatu
usaha atau ikhtiar untuk mencapai sesuatu. Luhur, artinya mulia atau luhur. Pendidikan kepangudiluhuran selalu menjunjung ajaran-ajaran luhur yang berdasarkan Pancasila, selalu bersemangat menuntut ilmu dan berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menjadi pribadi yang berkualitas tinggi, cerdas, berwatak dan berbudi pekerti, sehat jasmani serta rohani, dan memiliki cinta kasih dengan dijiwai semangat dasar Yesus Kristus. Pendidikan
kepangudiluhuran
adalah
pendidikan
nilai-nilai
yang
diwariskan oleh para pendiri kongregasi FIC dan sebagai cikal bakal Yayasan Pangudi Luhur. Wahana (2004:51) mengutip pendapat Max Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu). Tidak tergantungnya kualitas tersebut tidak hanya pada objek yang ada di dunia ini (misalnya lukisan, patung, tindakan manusia, dan sebagainya), melainkan juga tidak tergantung pada reaksi kita terhadap kualitas tersebut. “Meskipun pembunuh tidak pernah dinyatakan sebagai jahat, namun akan tetap sebagai jahat. Dan meskipun „yang baik‟ tidak pernah dimengerti sebagai baik, namun tetap merupakan yang baik”. Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Tidak tergantungnya nilai mengandung arti juga bahwa nilai tidak dapat berubah. Nilai bersifat absolut, tidak dipersyaratakan oleh suatu tindakan, tidak memandang keberadaan alamiahnya, baik historis, sosial, biologis ataupun individu murni. Hanya pengetahuan kita tentang nilai bersifat relatif, sedangkan nilai itu sendiri tidak relatif. Peranan nilai bagi manusia; nilai memiliki peranan sebgai daya tarik serta dasar bagi tindakan manusia, serta mendorong manusia untuk mewujudkan nilainilai yang ditemukannya dalam tindakan-tindakannya. Nilai memilki peranan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sebagai pendorong dan pengarah bagi pembentukan diri manusia melalui tindakan-tindaknnya. Menurut Darminta (2006:24) nilai berarti sesuatu yang penting dan berharga, di mana orang rela menderita, mengorbankan yang lain, membela, dan bahkan rela mati demi nilai tersebut. nilai memberi arti atau tujuan dan arah hidup. Nilai menyediakan motivasi-motivasi. Nilai memberikan arah perjalanan, seperti rel kereta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan. Nilai-nilai bergerak berlandaskan tiga tempat pijakan. Pertama, nilai-nilai bergerak di kepala. Di situ orang bisa menangkap bahwa sesuatu layak dan dengan demikian, secara intelektual yakin atas layak dan pentingnya sesuatu itu. Kedua, nilai-nilai perlu mendarat di hati. Orang sendiri tidak hanya menangkap bahwa sesuatu layak dan penting untuk dimiliki, tetapi hati perlu juga dikenai dan dipengaruhi oleh nilai-nilai. Di mana hartamu berada di situ hatimu berada (Luk 12:34). Ketiga, nilai harus mendarat di tangan. Jika seluruh pribadi terlibat pada nilai yang diyakini, otak dan hati, maka nilai akan mengantar orang pada keputusan dan tindakan. Dengan demikian, nilai-nilai penggerak utama dalam hidup kita karena nilai memberi kepastian arah untuk bertindak. Singkatnya, nilai tidak hanya sesuatu yang kita percayai, tetapi juga kenyataan yang kita pilih dan kemudian kita laksanakan.
2.
Tujuan Kepangudiluhuran Pendidikan yang benar adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia
untuk mencapai tujuan akhirnya (perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sendiri) dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat (perilaku hubungan dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya). Secara singkat dikatakan bahwa pendidikan nilai adalah suatu proses di mana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya. Proses ini menyangkut “perjalanan menuju ke kedalaman diri sendiri”, menyentuh bagian-bagian terdalam diri manusia, seperti daya refleksi, introspeksi, analisa dan kemampuan menemukan diri sendiri dan betapa besar harga dirinya. Pendidikan nilai menyangkut ranah daya cipta, rasa, dan karsa, menyentuh seluruh pengalaman seseorang. Theo (2004) dalam bukunya yang berjudul: “Idealisme dan Praksis Pendidikan Pangudi Luhur” menguraikan tujuan Kepangudiluhuran sebagai berikut: a. Menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya, sehingga mereka memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat. b. Membantu peserta didik menemukan dan mewujudkan nilai-nilai yang diperjuangkan semua orang beriman.
3.
Nilai-nilai Kepangudiluhuran
a.
Percaya kepada Tuhan
1) Iman yang Menyelamatkan Dalam kehidupan sehari-hari makna iman diidentikkan dengan “sikap percaya”. Sepintas kedua pengertian itu tampak mempunyai arti yang sama. Pada hal makna “mempercayai” secara umum menunjuk kepada berbagai sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
manusia yang mempercayai segala sesuatu sebab dianggapnya bertuah, keramat dan memiliki suatu khasiat. Itu sebabnya dengan sikap “percaya” seseorang dapat menyembah suatu benda, patung, pohon atau dongeng yang diwariskan secara turun-temurun (Sugi, 2011: 6). Sikap percaya memberi tempat yang begitu besar pada sikap subyektif manusia sehingga mendorong seseorang untuk bersikap irasional dan memercayai berbagai dongeng atau hal-hal yang sebenarnya tidak patut dipercayai. Sikap percaya memungkin manusia untuk percaya kepada takhayul sehingga melumpuhkan akal budi dan hati nuraninya untuk memuliakan Allah selaku pencipta dan penyelamat hidup. Justru sikap iman senantiasa mendorong dan memampukan setiap orang yang percaya agar membebaskan diri dari setiap sikap irasional dan dongeng (Sugi, 2011: 6). St. Petrus menyatakan “sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai Raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya” (2 Ptr 1:16). Kesaksian Kitab Suci secara sadar menegaskan pemberitaan para nabi dan rasul didasari oleh kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan, suatu kebenaran yang lahir dari pernyataan Allah dan bukan hasil dari dugaan atau dongeng. Apabila sikap “percaya” menuntun manusia kearah kegelapan maka sebaliknya sikap “iman” justru mampu membebaskan dan menyelamatkan manusia dari kuasa kegelapan sehingga mereka memperoleh jalan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Indikator: Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka indikator yang mau dicapai dalam pendidikan kepangudiluhuran tentang percaya kepada Tuhan adalah: a) Menjelaskan arti sikap percaya kepada Tuhan berdasar Kitab Suci. b) Menjelaskan sikap percaya yang dimiliki Br. Bernardus Hoecken sebagai jalan menuju keselamatan Kristiani. c) Meneladan sikap percaya yang dimiliki Br. Bernardus Hoecken dalam kehidupan sehari-hari.
2) Allah yang Murah Hati Untuk memperoleh keselamatan dan hidup bahagia di dunia, perlulah setiap orang percaya kepada Tuhan. Hal itu juga berlaku bagi pemimpin tarekat atau komunitas, yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rohani dan jasmnai para brudernya. Tentulah tugas ini amat berat, sukar, dan kurang menyenangkan; orang yang paling tabah pun akan mundur ketakutan, jika ia tidak boleh mengharapkan pertolongan dari surga. Dua orang pemimpin seperti Mgr. Ludovicus Rutten pendiri Kongregasi FIC dan Br. Bernardus Hoecken sebagai bruder pertama di kongregasi FIC adalah figur pemimpin menjadi teladan. Mereka berdua adalah gembala atau pemimpin yang dengan setia dan penuh kasih mengantar para bruder kepada sikap percaya sebagai jalan menuju keselamatan rohani. Mereka adalah dua karakter yang menjalankan perutusan dengan kasih, setia, bersemangat, dan bertanggung jawab. Hal itu mereka ambil dari semangat gembala sejati yakni Allah yang ditampakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam pribadi Yesus Kristus. Oleh karena itu karya perutusannya berkembang tidak hanya di kota Maastricht saja. (Sugi, 2011: 12). Br. Bernardus Hoecken ketika menghadapi masalah-masalah pada permulaan kongregasi seperti kekurangan calon bruder, dia berdoa kepada Tuhan dan mempercayakan segala masalah tersebut kepada Tuhan. Berkat semangat, ketekunan, dan menyerahkannya kepada Tuhan serta mohon perantaraan kepada Bunda Maria, akhirnya semua masalah tersebut dapat diatasi. Buktinya justru perkembangan sekolah-sekolah yang didirikan tidak hanya di kota Maastricht tetapi sampai ke berbagai negara, seperti Indonesia. Tanpa iman, tidak akan terjadi mukjizat. Karena rasa percaya kita pada Tuhan (iman) itulah yang mendatangkan mukjizat. Kisah dalam Injil Lukas 8:22-25 menggambarkan bagaimana Yesus menegur para murid yang kurang beriman, mereka menjadi kuatir dan ketakutan ketika mereka dihadapkan dengan persoalan yaitu angin dan taufan yang menimpa perahu mereka, pada hal Yesus ada bersama mereka. Lukas 8:22-25, “pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersamasama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka. Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Ia pun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu pun reda dan danau itu menjadi teduh. Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?"
Indikator: a) Mengenal Allah adalah kasih berdasarkan Kitab Suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b) Menjelaskan kasih Allah yang dialami oleh Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken dalam hidupnya. c) Meneladan sikap percaya Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken dalam kehidupan sehari-hari. d) Meneladan ketabahan dan kesabaran yang ditunjukkan Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken dalam kehidupan sehari-hari.
b. Rendah Hati 1) Melayani Dengan Rendah Hati Di zaman sekarang ini banyak orang cendrung hidup secara individu, tertutup, angkuh bahkan sombong. Situasi seperti ini menjadikan orang tidak peduli terhadap sesamanya. Orang tidak mengerti akan tanggungjawab sosialnya, yaitu ikut berperan serta bertanggungjawab memperhatikan orang lain. Biasanya orang justru lebih mudah menyalahkan orang miskin, menderita, dan bersalah. Orang yang bersikap rendah hati pada dasarnya tidak mencari pujian, tetapi lebih mendasari tindakanya pada keiklasan hati untuk mengasihi sesama. orang yang rendah hati memiliki sifat peduli terhadap orang lain, mengingat jasa atau pertolongan yang pernah diterima meski sekecil apapun. Orang yang rendah hati tidak mementingkan diri melainkan memperhatikan kepentingan orang lain (Sugi, 2011: 23). Dalam Kitab Suci ditegaskan “Barang siapa ingin menjadi yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mat 23:11). “Aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, Aku telah memberikan suatu teladan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28 supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Mat 20:27-28). Demikianlah manusia harus semakin dapat merendahkan diri, agar Tuhan disadari selalu hadir dalam kehidupannya. Allah menentang orang yang congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati karena Ia sendiri adalah rendah hati. Ia berjalan dengan orang yang rendah hati karena memiliki kemauan membuka diri terhadap semua ajaran-Nya. Konstitusi FIC art. 12 tentang Maria, Maria menjadi inspirator kerendahan hati bagi bruder-bruder FIC. Dijelaskan bahwa Santa Perawan Maria adalah pelindung Kongregasi para bruder Santa Perawan Maria yang Tak Bernoda (Fratres Immaculatae Conseptionis-FIC). Para bruder berbahagia menempatkan Maria sebagai inspirasi dalam meningkatkan semangat kerendahan hati. Kehidupan Maria sepenuhnya dibaktikan bagi pelayanan terhadap Putranya. Ia memandang dirinya sebagai hamba yang hina dina, yang mengalami bahwa Tuhan mengerjakan karya agung dalam dirinya. Di dalam kidung magnificatnya, terungkap perhatian utamanya terhadap yang miskin dan berkekurangan, dan kerinduannya terhadap keadilan dan kebenaran. Indikator: a)
Menjelaskan sikap kerendahan hati dalam melayani dari Br. Bernardus Hoecken.
b) Menjelaskan pandangan Kristiani tentang sikap rendah hati dalam melayani berdasarkan Kitab Suci. c)
Meneladan sikap rendah hati Br. Bernardus Hoecken dalam melayani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2) Maria Teladan Kerendahan Hati Bagi Manusia Gereja sejak awal mengakui peranan Bunda Maria dalam keseluruhan tata keselamatan. Karya keselamatan Allah dilaksanakan dalam dan melalui Yesus Kristus, dengan mengiktutsertakan Maria dalam karya keselamatan itu. Maria mulai berperan ketika menyatakan kesiap sediaan dan ketaatannya kepada kehendak Allah untuk mengandung Yesus Putera-Nya (bdk. Luk 1:26-28). Maria mendengarkan, dan percaya. Percaya dinyatakan dengan: a)
Menjadi hamba Tuhan
b) Melayani/memercayai c)
Mewujudkan Sabda Allah dalam hidupnya Sejak awal perjalanannya menjadi bunda Yesus, Maria mengalami
tantangan iman yang berat (bdk. Luk 2:33 – 35), “ … suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran dan hati banyak orang” (ay. 35). Pengujian kesetiaan Maria berpuncak pada peristiwa jalan salib Yesus. Ia tak tergoyahkan. Ia setia menemani Putranya dalam jalan salib-Nya. Maria semakin mewujudkan kesetiaannya dengan rendah hati. Ia bersedia menjadi ibu bagi para rasul, yang menjadi cikal bakal Gereja. dengan demikian Maria sudah sejak awal menjadi bunda Gereja. keagungan pribadi Maria yang begitu rendah hati dihayati oleh Gereja, itulah sebabnya Gereja memberi banyak gelar kepadanya. Walapun demikian Gereja selalu mengingatkan agar umat menempatkan Maria secara proposional. Devosi kepada Maria tidak berdiri sendiri, melainkan harus ditempatkan dalam konteks Yesus Kristus sebagai juruselamat dan satu-satunya perantara keselamatan kepada Bapa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dalam konstitusi FIC art. 12 tentang Maria, dijelaskan Santa Perawan Maria adalah pelindung Kongregasi para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda (Fratres Immaculatae Conceptionis – FIC). Para Bruder berbahagia menempatkan hidupnya di bawah perlindungannya yang istimewa. Kehidupan Maria sepenuhnya dibaktikan bagi pelayanan Putranya. Ia memandang dirinya sebagai hamba yang hina dina, yang mengalami bahwa Tuhan mengerjakan karya Agung dalam dirinya. Di dalam Kidung Magnificatnya, dan kerinduannya terhadap keadilan dan kebenaran. Dia adalah Ibu semua orang beriman. Melalui semua keraguan dan ketidakpastiannya, ia tetap setia terhadap Putranya, bahkan sampai di Kalvari. Oleh karna itu semua bangsa menyebut dia berbahagia. Indikator : a)
Memahami Maria sebagai teladan kerendahan hati bagi manusia melalui Kitab Suci.
b) Menjelaskan Maria sebagai teladan kerendahan hati bagi manusia melalui Br. Bernardus Hoecken. c)
Meneladan sikap kerendahan hati Maria.
3) Sikap rendah hati untuk menghargai nilai kerja Pepatah mengatakan Ora et Labora, (St.Benekdiktus dari ordo Benekdiktin) bekerja dan berdoa. Dengan bekerja orang beriman mewujudkan panggilan Tuhan yang dapat membahagiakan dirinya. Bekerja meski disertai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dengan keringat, rasa lelah atau capek, tetapi tetap memberikan kepuasan batin dan kebahagiaan (Sugi, 2011: 31). Orang harus bekerja, karena dengan bekerja orang dapat mempertahankan hidup (kebutuhan dasar). Dengan bekerja orang memuliakan Allah (bdk. Yoh 5:17, aspek religius). Dengan bekerja orang merasa berbahagia karena mengembangkan potensi-potensi dirinya (aspek psikologis)
Dengan bekerja
orang dapat berjasa dengan orang lain (aspek sosial, Sugi, 2011: 31). Dalam ajaran Gereja Gaudium et Spes no.34 dan 35 di jelaskan bahwa sebagai orang beriman menyadari Tuhan memanggil manusia untuk bekerja. Bekerja merupakan sebuah panggilan dari Tuhan untuk ikut serta dalam karya penciptaan-Nya. Nilai kerja yang sesungguhnya terletak pada faktor-faktor yang tidak selalu ekonomis, seperti menemukan harga diri, sosial, pengembangan diri, demi kesejahteraan sesama, dan ikut ambil bagian dalam karya Tuhan. Maka pekerjaan apapun bentuknya sungguh bernilai dihadapan-Nya, apabila dalam bekerja kita menghadapinya dengan penuh syukur, sikap rendah hati dan menghargai pekerjaan itu. Demikian juga dalam konstitusi FIC art 5, no. 76 dan 77, dijelaskan bahwa Bruder sepenuhnya membaktikan diri demi pelayanan kepada Allah dan demi pelayanan
kepada
kedatang
Kerajaan-Nya.
Dalam
kasih,
para
Bruder
membaktikan dirinya kepada Dia yang penug kasih. Dalam Dia, para Bruder membaktikan dirinya seorang kepada yang lain dan kepada semua orang. Para Bruder mengungkapkan pembaktian ini dalam keseluruhan hidupnya. Mereka melaksanakannya dalam semangat Injil, antara lain dengan menjanjikan dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
untuk hidup menurut Triprasetia : Ketaatan, Kemiskinan, dan hidup Wadat demi Kerajaan Allah. Indikator : a) Menjelaskan sikap rendah hati diperlukan untuk menghargai nilai kerja melalui Kitab Suci. b) Memahami sikap rendah hati diperlukan untuk menghargai nilai kerja melalui Br.Bernardus Hoecken. c) Meneladan sikap rendah hati Br. Bernardus Hoecken untuk
menghargai
nilai kerja dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Semangat dan Keteguhan hati
1) Penyerahan Diri Jalan Memperoleh Kekuatan Keteguhan Hati Globalisasi adalah perubahan yang terjadi di dunia ini akibat dari penemuan-penemuan modern sehingga seolah-olah dunia yang luas ini menjadi sedemikian sempitnya. Hal ini membawa perubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Di satu sisi globalisai telah memberikan kemungkinan untuk membangun kesatuan secara lebih luas. Di sisi lain globalisasi telah memberikan berbagai tawaran atau pilihan yang beragam. Hal ini memberikan kesulitan pada semua orang terlebih generasi muda yang masih mencari jati diri. proses mencari jati diri ini menyebabkan generasi muda mudah berubah dalam pilihan-pilihan hidup. Oleh karena itu generasi muda memerlukan teladan pribadi yang memiliki keteguhan hati dalam hidup. Mereka perlu melatih diri untuk membuat pilihanpilihan tepat dalam hidup (Sugi, 2011: 39).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Dalam Injil Mat 16:24 Yesus berkata kepada murid-muridNya: Orang yang mau mengikuti Aku, harus melupakan kepentingan sendiri, memikul salibnya, dan terus mengikuti Aku. Firman ini menunjukkan bahwa Yesus memberikan persyaratan kepada manusia kalau ingin mengikuti Yesus, manusia harus rela dan mau
meninggalkan segala
sesuatu
yang menghambat
hubungannnya dengan Tuhan. Indikator: a) Menjelaskan arti penyerahan diri. b) Meneladan sikap penyerahan diri Br. Bernardus Hoecken.
2) Sikap Keteguhan Hati Di Bangun Melalui Kewaspadaan Waspada berarti orang selalu bersikap berjaga-jaga menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Sadar akan yang dihadapi meskipun belum jelas jalan keluarnya. Dalam Injil Lukas 12:35-37, pelayan yang siap selau selau berjaga-jaga setiap hal. Berpakaian dan lampu tetap bernyala sama seperti pelayan yang sedang siap menunggu tuannya kembali dari pesta kawin. Kalau tuan itu kembali dan mengetuk pintu, mereka akan segera membuka pintu. Alangkah untungnya pelayan-pelayan yang kedapatan sedang menunggu pada waktu tuannya datang. Maka dalam menghadapi hidup pada era globalisasi dibutuhkan sikap waspada atau bertindak berhati-hati untuk berani memilih dan menetukan hal-hal yang baik dan meninggalkan yang kurang baik. Untuk bisa sampai proses memilih hal yang baik serta meniggalkan yang kurang baik membutuhkan bantuan orang lain (Sugi, 2011: 44).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Indikator : a) Menjelaskan sikap waspada yang dihidupi Br. Bernardus Hoecken dan Mgr.Ludovicus Rutten. b) Menjelaskan pengalaman bersikap waspada sangat perlu dalam kehidupan sehari-hari. c) Meneladan sikap waspada yang dihidupi Br. Bernardus Hoecken dan Mgr.Ludovicus Rutten.
d. Kebijaksanaan dan berpengetahuan 1) Menjadi Manusia Pendoa Doa suatu sarana komunikasi kasih antara manusia dan Allah. Menjadi manusia pendoa berarti mau menyediakan waktu dan tempat untuk selalu membangun kedekatan hati dengan Allah. Baginya doa merupakan nafas kehidupan sehari-hari. Melalui doa, seseorang dimampukan untuk mendengarkan kebenaran dan hidup batin yang mendalam (Sugi, 2011: 48). Orang yang bijaksana adalah orang yang cerdas dalam artian mampu membedakan hal yang baik dari hal yang buruk (I Raj 3:9). Ia dapat memberikan alternatif-alternatif sebagai jalan ke luar. Orang yang bijaksana orang yang terus belajar dan terus menangkap jalan-jalan Tuhan. Jalan Tuhan dibacanya melalui tanda-tanda yang terjadi setiap harinya. Indikator: a) Menjelaskan cara mencapai kebijaksanaan dan berpengetahuan Br. Bernardus Hoecken menjadi pribadi pendoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
b) Menjelaskan makna doa dalam kehidupan sehari-hari. c) Meneladan kehidupan doa Br. Bernardus Hoecken. d) Meneladan tindakan bijaksana dan berpengetahuan dalam kehidupan Br.Bernardus Hoecken.
e.
Sikap Bijaksana
1) Menjadi Insan Pembelajar Menjadi manusia pembelajar merupakan hak setiap orang, dan yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting yakni : a)
Berusaha mengenali dirinya, potensi dan bakat-bakat yang muncul,
b) Berusaha
sekuat
tenaga
untuk
mengaktualisasikan
potensinya
itu,
mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuhnya, dengan cara menjadi dirinya sendiri (Sugi, 2011: 54). Dalam kontitusi FIC dijelaskan “kita harus berkembang menjadi orang yang sungguh-sungguh dewasa dan kaya secara rohani. Kita akan menjadi semakin berarti bagi persekutuan persaudaraan kita. Kita bersedia mendengarkan orang lain dan menerima pertolongan mereka; kita hendaknya menghargai orang lain, meskipun dalam kenyataan mereka berbeda dari kita.” Ditegaskan pula bahwa orang bijaksana ialah orang yang terus belajar dan terus menanggapi jalanjalan Tuhan. Indikator : a)
Menjelaskan arti kesatuan kata dan perbuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
b) Menjelaskan kebijaksanaan dan berpengetahuan memerlukan sikap mendekatkan diri pada Tuhan. c)
Meneladan Mgr.Ludovicus Rutten dan Br.Bernardus Hoecken dalam bersikap bijaksana melalui usaha mereka menjadi insan pembelajar.
2) Sikap Bijaksana Merupakan Perwujudan Iman Seorang yang bijaksana mengenal kesucian Tuhan Allah dan takut akan Dia. Seorang yang bijaksana mengetahui bagaimana menggunakan waktu secara tepat untuk memuliakan Tuhan. Seorang yang mengenal Tuhan mengetahui bahwa kehidupan nyatanya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal (Sugi, 2011: 59). Santo Yakobus mengatakan, “kebijakan adalah rahmat Allah yang harus dimohon dalam doa dan dilatih dalam suasana doa”. Bruder Bernardus Hoecken dalam segala hal meskipun sangat kecil kepentingannya terlebih dahulu tetap memohon nasihat dan pertolongan kepada Tuhan dan Bunda Maria, sebagai pelindung kongregasi. Maria adalah seorang tokoh Kitab Suci Perjanjian Baru (PB) yang keberadaanya sangat diakui dan dihormati dalam Gereja katolik. Pengakuan dan penghormatan itu diberikan bukan sebatas karena Maria sebagai ibu Yesus tetapi juga cara hidup berimannya. Sikap bijaksana sungguh hidup dan menyatu dalam pribadi Maria. Ia sungguh cermat dan mengetahui secara baik segala kebutuhan dan perutusan Yesus. Maka sebagai ibu, Maria tidak banyak menuntut perlakuan khusus baginya dari Yesus tetapi ia justru memberi kebebasan yang seluas-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
luasnya kepada Yesus untuk mewujudkan tugas dan perutusan-Nya. Maria, karena ketulusan dan belaskasihnya ia berani meminta Yesus untuk melakukan sesuatu demi memenuhi kebutuhan orang lain, (Yoh 2:1-11) walaupun ia sadar belum waktunya bagi Yesus melakukan itu. Demikianlah Maria menunjukkan sikap bijaksana dalam hidupnya (Sugi, 2011: 59). Indikator: a) Menjelaskan sikap bijaksana sebagai salah satu keutamaan hidup Kristiani. b) Menjelaskan sikap bijaksana Maria yang reflektif. c) Meneladan sikap bijaksana Br. Bernardus Hoecken.
3) Kerjasama Dalam Komunitas Mgr. Ludovicus Rutten dan Br.Bernardus Hoecken mempunyai pandangan hidup yang berbeda. Oleh karena itu mereka kadang kala mempunyai pendapat yang berbeda pula dalam cara membentuk religius muda yang mereka damping. Meskipun demikian perbedaan itu tidak mengurangi persahabatan mereka, sebab mereka dengan sikap rendah hati tidak bermaksud mempertahankan pendapat dan keyakinan pribadinya. Perbedaan itu terjadi karena sama-sama berbakti kepada Tuhan dengan melayani sesama. Dalam 1 Kor 12:12-26, dikatakn tubuh itu satu dan mempunya anggotaanggota banyak. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, melainkan atas banyak anggota. Allah telah memberikan tugas kepada masing-masing anggota , secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. Kepada anggota-anggota tubuh yang dipandang kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
terhadap anggota-anggoa kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus supaya jangan tejadi perpecahan dalam tubuh. Anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karna itu bila satu anggota
menderita, semua turut
menderita, jika satu anggota di hormati semua anggota turut bersuka cita.(Sugi, 2011:64). Indikator : a) Memberikan penjelasan orang yang bijaksana selalu bisa bekerjasama dalam komunitas. b) Meneladan kerjasama dalam komunitas dari Br.Bernardus Hoecken dan Mgr.Lidovicus Rutten
f.
Sikap Saleh
1) Doa Yang Mengubah Perkembangan pengetahuan dan teknologi berkat daya rasional manusia sering dituding sebagai penyebab lunturnya kehidupan rohani. Orang menjadi kurang peduli dengan hal-hal rohani seperti doa-doa pribadi. Praktik kehidupan doa mulai banyak tidak mendapatkan perhatian dan tempat dalam hati. Kerelaan seseorang untuk berdoa menjadi berkurang karena ada tuntutan yang dianggap lebih penting dalam hidupnya (Sugi, 2011: 69). Peranan doa dalam kehidupan beriman tetaplah penting, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Doa memiliki aspek sosial. Banyak peristiwa dalam Kitab Suci yang menunjukkan betapa kuatnya doa, yang dapat menyelamatkan. Dalam Mat 8:5-13; Luk 7:1-10 Yesus mengabulkan permohonan/doa seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
perwira yaitu menyembuhkan hamba sang perwira tersebut. Kekuatan doa yang keluar dari iman yang mendalam sungguh luar biasa bagi lingkungan sekitarnya. Doa memiliki kekuatan besar untuk mengubah apa yang ada di sekelilingnya termasuk orang-orang di dekatnya. Melalui doa seorang dapat memahami kehendak Tuhan atas dirinya. Indikator: a) Menjelaskan bahwa doa memiliki fungsi sosial. b) Menjelaskan nasihat Br.Bernardus Hoecken pada para Bruder tentang hidup doa. c) Meneladan hidup doa Br.Bernardus Hoecken dalam kehidupan sehari-hari.
2) Hidupku Berkat Bagi Orang Lain Meutia Hatta Swasono mengatakan “masyarakat dihinggapi pola hidup individualistik sehingga semangat gotong- royong yang menjadi landasan hidup bermasyarakat menjadi luntur. Semangat gotong-royong dikhawatirkan akan hilang seiring dengan perkembangan. Zaman dan perjalanan dunia cenderung kapitalistik”. Semangat individualistik cemderung semakin merasuk dalam hidup generasi zaman, sehingga orang tidak lagi mau peduli kepada orang lain. Dalam situasi yang demikian, kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita sebab hidup kita adalah semata-mata anugerah Allah. “setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
karena pertukaran (Yakobus 1:17). Anugerah Allah yang kita terima harus kita bagikankepada orang-orang di sekitar yang membutuhkan. Bruder Bernardus Hoecken dan para bruder FIC dalam komunitas Bruder FIC yang pertama mengalami berbagai kesulitan dan kekurangan. Namun mereka tetap maju dan terus maju, terus berbuat baik dengan tetap meminta petunjuk dari Tuhan dalam melaksanakan perbuatan-perbuatan baik tersebut. (Sugi, 2011: 75). Indikator: a) Menjelaskan pengalaman Br. Bernardus Hoecken dalam memberikan diri sebagai berkat bagi orang lain. b) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dalam memberikan diri sebagai berkat bagi orang lain. . g.
Teladan Baik Semua orang pernah berbuat kesalahan dan dosa selama hidupnya.
Kesalahan dan dosa merupakan salah satu ciri khas manusia, karena manusia di dunia ini tak ada yang sempurna. Ketidaksempurnaan manusia menjadikan dirinya cenderung untuk berbuat kesalahan dan dosa. Ketika seseorang berbuat kesalahan atau dosa ada yang secara berani mengakuinya dan memohon ampun atas kesalahan dan dosanya. Orang sadar dosa tidak hanya merugikan orang lain, melainkan juga merusak kehidupan diri sendiri, merenggangkan relasi dengan sesama, dan menciderai relasi dengan Allah, mereka berani mohon ampun. Bahkan sering, ketidakmampuan seseorang memberikan pengampunan pada sesamanya menjadikan dirinya tidak nyaman dalam membangun relasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sesamanya. Orang yang tidak mau kekurangannya diketahui orang lain karena mempertahankan gengsi, malu dan takut, kalau-kalau orang lain menjauhi dirinya. Apapun tindakan dosa, ada pengalaman yang sama yang muncul pada orang yang melakukannya; perbuatan dosa menyebabkan hidup tidak damai. Namun kejatuhan manusia dalam kesalahan dan dosa bukanlah akhir dari segalanya. Dalam masyarakat ada beragam kesempatan dan sarana untuk mengadakan perdamaian, rekonsiliasi, atau pertobatan, baik secara pribadi maupun bersama. Allah adalah maharahim sekaligus mahapengampun; Ia tidak mau hidup manusia terkurung dalam dosa dan kesalahan. Dalam kebaikan-Nya Ia selalu menantikan setiap manusia kembali kepada-Nya, membebaskan manusia dari dosa tanpa memperhitungkan besarnya dosa dan kesalahan manusia (I Yoh 4:16). Di dalam kehidupannya Br. Bernardus Hoecken menekankan betapa pentingnya pemeliharaan iman bagi para brudernya. Ia memberikan teladan baik dalam pengungkapan dan perwujudan imannya akan Allah. Salah satu teladannya adalah sikap iman yang selalu merindukan kehadiran berkat Allah. Kerinduan inilah yang melandasi dirinya
untuk mendesak para bruder dalam mentaati
konstitusi, rela merendahkan diri, bermati raga, refleksi, menerima sesamanya dengan segala kerendahan hati dan mengampuni sesamanya yang telah bersalah bagi kongregasi maupun dirinya. Kemauan untuk menerima orang lain yang bertobat inilah menjadi bukti bahwa ia mendapat pengampunan diri dari Allah. (Humbelt, 1994:35) Indikator: a) Menemukan hambatan dan kemudahan dalam mengampuni sesama sebagai wujud penerimaan tanpa syarat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b) Mengampuni sesama sebagai perwujudan cinta tanpa syarat. c) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dalam mengampuni sesama. d) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dalam menerima orang lain tanpa syarat.
h. Lembut Hati Lembut hati tidak bisa dipisahkan dengan rendah hati. Lembut hati dan rendah hati adalah suatu keadaan yang kompleks dan homogeny, artinya tanpa memiliki roh lembut hati orang tidak mungkin rendah hati. Tanpa memiliki roh rendah hati orang tidak mungkin berlaku lembut hati. Lembut hati bukan lemah gemulai. Seseorang yang bersuara keras dan kasar tingkah lakunya belum tentu orang yang keras hatinya, orang demikian adakalanya bisa memiliki roh yang lembut hati, sebaliknya orang yang kelihatan dan bersuara lemah sangat memungkinkan memiliki kekerasan hati (Sugi, 2011: 91). Lembut hati dalam Alkitab berarti suatu karakter yang memuliakan Tuhan sehingga mudah tersentuh dan mudah merespon sabda Tuhan. Kemarahan adalah lawan dari lembut hati atau kelemahlembutan. Dalam Kitab Suci orang yang lemah lembut akan memiliki sukacita khusus. Mereka akan tambah bersukaria (Yes 20:19). Orang yang lemah lembut juga akan memahami sifat Kristus yang lemah lembut dan rendah hati (Mat 11:19). Di dalam Mazmur 25:9 dikatakan orang yang lemah lembut akan memiliki kemampuan yang baik dalam menghakimi perkara. Tuhan membimbing orang-orang yang lemah lembut. Orang yang lemah lembut akan memancarkan kecantikan batiniah (I Prt 3:4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43 Bruder Bernardus Hoecken dalam bukunya yang berjudul: “Petunjukpetunjuk para pemimpin Kongregasi para bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung tak Bernoda, mengatakan “Berusahalah meneladan dengan tepat Bapa dan Pelindung kita St. Vinsensius de Paul. Karena kesabaran dan keramahtamahannya ia menyelesaikan banyak hal. Ia disebut malaikat kedamaian. Ia selalu mengajak orang agar mereka melatih diri dalam kelembutan hati dan keramahtamahan. Katanya: “Keutamaan-keutamaan itu membuka hati orang sedangkan kekerasan menutupnya” (Humblet, 1994: 86 ). Indikator: a)
Menjelaskan sikap lembut hati menurut Kitab Suci.
b) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dalam bersikap lembut hati terhadap sesama.
i.
Tabah Hati Ada beberapa siakap dasar yang dimiliki setiap insan manusia mulai dari
adanya. Pada dasarnya semua manusia itu baik, sebab diciptakan dan dikehendaki oleh Allah. Dalam setiap pribadi itu Allah menanamkan rencana dan kehendakNya yang baik (Yer 29:11-14). Setiap pribadi manusia itu berbeda. Perbedaan itu merupakan keunikan seseorang . hal ini dikatan oleh St. Paulus dalam suratnya kepda jemaat di Korintus (1 Kor 12:11. 28-31). Karunia itu haruslah digunakan untuk membangun kehidupan bersama. Perbedaan bukan dimaksud untuk memecah kesatuan melainkan untuk saling melengkapi dan mempersatukan, saling memperkaya. Maka keunikan itu baru dapat berarti apabila disumbangkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dan diwujudnyatakan bagi kepentingan bersama. Setiap orang tidak harus mencari kepentingannya sendiri, dan merasa diri lebih dari yang lain sebab memiliki karunia khusus yang menjadi ciri khas. Br Bernardus Hoecken seorang pribadi yang keras namun sekaligus tabah hati dalam menghadapi permasalahan (Sugi, 2011: 99). Indikator: a) Mampu menunjukkan sikap Br. Bernardus Hoecken yang teguh hati, ketika mengalami perbedaan pendapat. b) Mampu menjelaskan bahwa setiap pribadi itu unik menurut Kitab Suci c) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dalam menghargai setiap perbedaan dalam hidup bersama
j.
Mencintai para Bruder Mencintai para bruder dilandaskan pada kutipan Kitab Suci “barang siapa
mengasihi Allah, ia juga mengasihi saudaranya,”(I Yoh 4:2). Mencintai para bruder merupakan bagian dari sikap mengasihi saudara, dan ini sebagai wujud ungkapan kasih pada Allah. Mengasihi para bruder dilandasi rasa hormat yang dalam, dan turut serta menjaga kemurnian dan kaul-kaul suci, memberikan motivasi dan apresiasi terhadap para bruder. Indikator: a)
Siswa mampu menemukan nilai-nilai keutamaan Bruder FIC yang sudah dihidupi oleh sekolahnya.
b) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dan Mgr. Ludovicus Rutten dalam mencintai sesamanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian mengenai evaluasi pendidkan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta yang meliputi metode penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik instrument pengumpulan data, teknik pengembangan pengembangan instrument dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Nana Syaodih (2015:53-54) metode ini menggambarkan permasalahan yang ada dan data diperoleh dari pengamatan, dan studi pustaka. Fungsi dari deskriptif sendiri yakni merupakan kegiatan untuk menjelaskan berbagai karakteristik data sehingga gambaran dari data itu terungkap dengan jelas. Untuk mendaptkan fakta atau data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis akan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok yang akan disebarkan kepada responden, lalu akan didukung oleh metode wawancara.
B.
Tempat dan Waktu penelitian Penulis akan melaksanakan penelitian ini pada bulan Desember 2015
hingga bulan Januari 2016 di
tiga (3) SMP Pangudi Luhur yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Yogyakarta, yaitu SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
C. Populasi dan Sample Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulnnya, (Sugiyono, 2014:215). Populasi dalam penelitian ini adalah siswai-siswi kelas IX SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan. Berdasarkan data yang diperoleh dari ke tiga sekolah tersebut, jumlah siswa kelas 1X SMP Pangudi Luhur Yogyakarta 155, SMP Pangudi Luhur Sedayu 81 dan SMP Pangudi Luhur Moyudan 77. Jumlah populasi sebanyak 313 orang.
2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014:215). Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%, 5% dan 10% (Sugiyono, 2014:86-87). Berdasarkan jumlah populasi 313 orang, peneliti menggunakan taraf kesalahan 5%, maka sampel yang ditetapkan dan diambil diantara 161 orang atau 167 orang, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 163 orang. Dari jumlah sampel 163, 5 orang penulis wawancarai. 5 orang tersebut termasuk dalam hitungan 163 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Dalam pemilihan sampel ini teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah sampling purposive. Teknik ini merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, maksudnya peneliti sungguh-sungguh mengetahui bahwa responden yang diminta untuk mengisi kuesioner dan untuk diwawancarai adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan (Sugiyono, 2014:68).
Peneliti mengambil teknik ini karena sesuai dengan
pertimbangan peneliti, di mana ,siswai-siswi kelas IX SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan orang-orang yang sungguh mengalami dan terlibat langsung dalam pendidikan kepangudiluhuran, sehingga mereka dianggap mengetahui dan memahami bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran selama ini. Ketika penelitian berlangsung, kuesioner yang disebarkan sejumlah sampel yang diambil yakni 163 kuesioner. Jumlah kuesioner yang disebarkan melebihi jumlah sampel yang seharusnya diambil untuk mengisi kuesioner yakni 250 orang untuk mengantisipasi jika ada kuesioner yang lainnya yang tidak dapat dipakai untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga dengan demikian kuota 163 sampel yang diperlukan tetap terpenuhi. Dari 250 kuesioner yang telah disebarkan sebanyak 163 yang dikembalikan sejumlah sampel yang ditetapkan dan semuanya dapat dipakai untuk dianalisis lebih lanjut.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1.
Variabel Penelitian Dikarenakan bentuk permasalahan dalam penelitian ini bersifat deskriptif
atau menggambarkan, maka hanya ada satu aspek atau variabel yang akan diukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48 atau digambarkan dalam penelitian yaitu variabel mengenai “Pendidikan Kepangudiluhuran” di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
2.
Definisi Konseptual Variabel Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan pada bab II, maka
definisi konseptual evaluasi pendidikan kepangudiluhuran adalah mengukur, menilai proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
3.
Definisi Operasional Variabel Pendidikan kepangudiluhuran adalah suatu usaha penanaman nilai-nilai
yang meliputi; Percaya kepada
Tuhan, rendah hati, semangat dan Keteguhan
hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, sikap saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, mencintai para Bruder.
4.
Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan teknik
penelitian dengan penyebaran kuesioner. Dapiyanta (2011: 23) menyatakan kuesioner adalah “serangkaian daftar pertanyaan atau daftar isian yang harus dijawab atau diisi oleh responden untuk mendapat jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti”. Kuesioner merupakan cara untuk menyampaikan pertanyaan secara tertulis pada lembar yang telah tersedia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
harus dikembalikan. Jenis kuesioner ang dipakai adalah kuesioner tertutup, di mana pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pilihan jawaban. Melalui kuesioner ini penulis akan menyediakan seperangkat pernyataan untuk diisi oleh responden, kemudian data yang didapat akan diolah secara deskriptif.
5.
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur nilai variabel dalam
penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert ini merupakan skala yang mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Sugiyono (2009: 135) mengatakan dalam skala Likert ini setiap nomor itemnya memiliki 5. Dalam hal ini skala Likert dimodifikasi menjadi 4 kemungkinan jawaban, yaitu Selalu (SL) dengan skor 4, sering (SR) dengan skor 3, Kadang-kadang (KK) dengan skor 2, dan Tidak Pernah (TP) dengan skor 1. Jadi, masing-masing item akan diskor sesuai dengan skala penilaiannya dan di dalam analisis datanya akan diperoleh nilai maksimum untuk setiap item pernyataan adalah 4 poin dan nilai minimumnya adalah 1 poin. Berikut ini adalah skor alternative jawaban setiap itemnya: Tabel 1: Skor alternatif jawaban variabel pendidikan kepangudiluhuran Item favorable
4
3
2
1
Item Non-faforable
1
2
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Dalam penelitian ini, instrument bersifat tertutup. Artinya, jawaban untuk masing-masing pernyataan yang telah disediakan pada kolom jawaban, sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan yang dilihat dan dialaminya. a. Kisi-kisi Instrumen Tabel 2: Kisi-kisi Instrumen aspek pengetahuan dan penghayatan pendidikan kepangudiluhuran dalam bentuk kuesioner Aspek 1. Percaya kepada Tuhan.
Indikator Menjelaskan arti sikap percaya kepada
No Item 1
Tuhan melalui Kitab Suci Menjelaskan sikap percaya yang dimiliki Br.
2
Bernardus Hoecken sebagai jalan menuju keselamatan Kristiani. Meneladan sikap percaya yang dimiliki Br.
13
Bernardus Hoecken. Sikap-sikap yang bukan menjadi teladan dari
14
Br. Bernardus Hoecken dalam kehidupan sehari-hari. 2. Rendah Hati.
Menjelaskan sikap kerendahan hati dalam
3
melayani dari Br. Bernardus Hoecken. Menjelaskan pandangan Kristiani tentang sikap rendah hati dalam melayani
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
berdasarkan Kitab Suci. 3. Semangat dan Keteguhan hati.
Meneladan sikap kerendahan hati Maria
15
Menjelaskan arti penyerahan diri.
5
Sikap yang bukan merupakan sikap
16
penyerahan diri Br. Bernardus Hoecken. Meneladan sikap penyerahan diri Br.
17
Bernardus Hoecken 4. Kebijaksanaan
Menjelaskan cara mencapai kebijaksanaan
dan
dan berpengetahuan Br. Bernardus Hoecken
berpengetahuan
dengan menjadi pribadi pendoa.
.
Menjelaskan makna doa dalam kehidupan
6
7
sehari-hari. Tindakan yang bertentangan dengan tindakan
18
bijaksana dan berpengetahuan dalam kehidupan Br.Bernardus Hoecken. Meneladan tindakan bijaksana dan
19
berpengetahuan dalam kehidupan Br.Bernardus Hoecken. 5. Sikap Bijaksana.
Menjelaskan sikap bijaksana Maria yang
8
reflektif. Meneladan Mgr. Ludovicus Rutten dan Br.Bernardus Hoecken dalam bersikap bijaksana melalui usaha mereka menjadi
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
insan pembelajar. Menjelaskan bahwa doa memiliki fungsi
6. Sikap Saleh.
9
sosial.
Meneladan Br.Bernardus Hoecken dalam
7. Teladan Baik.
21
mengampuni sesama. Menjelaskan sikap lembut hati menurut Kitab
8. Lembut Hati.
10
Suci. Mampu menjelaskan bahwa setiap pribadi itu
9. Tabah Hati.
11
unik menurut Kitab Suci
10. Mencintai para Siswa mampu menemukan nilai-nilai Bruder.
12
keutamaan Bruder FIC yang sudah dihidupi oleh sekolahnya. Meneladan Br. Bernardus Hoecken dan Mgr.
22
Ludovicus Rutten dalam mencintai sesamanya.
Tabel.3: Kisi-kisi Instrumen Aspek Proses pendidikan kepangudiluhuran.
Aspek
Indikator
11. Profesional
Guru komitmen pada siswa dan proses
No.Item 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
itas guru
belajarnya
Guru dapat menjalin relasi dengan siswa
24
Guru mampu mengelola kelas
25
Guru memiliki pengetahuan tentang
26
kepangudiluhuran, dan menguasai materi tersebut. 12. Materi
13. Tujuan
Materi bervariasi atau tetap.
27
Materi relevan dengan tujuan
28
Materi yang digunakan menarik
29
Memberikan kesaksian tentang Kristus dalam
30
hidup
Mampu mengungkapkan iman dalam doa dan
31
liturgi 14. Proses
Siswa dapat mengikuti proses dengan mudah
32
Tahap-tahap/langkah-langkah mudah dipahami
33
siswa 15. Sarana
Sarana yang digunakan sesuai dengan tujuan
34
materi dan situasi 16. Suasana
kelas
Suasana belajar menyenangkan, adanya saling
35
pengertian dalam kelas.
Terciptanya interaksi antara guru dan siswa dan
36
diantara siswa. 17. Evaluasi
Evaluasi rutin
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Evaluasi menyeluruh
38
Evaluasi obyektif
39
Evaluasi sesuai dengan tujuan
40
Tabel. 4. Kisi-kisi Instrumen Wawancara Aspek & Indikator
Menunjukkan pemahamanan siswa tentang Pelajaran Kepangudiluhuran.
Pengalaman menghayati nilai-nilai kepangudiluhuran.
Pengalaman siswa dalam mengikuti pelajaran kepangudiluhuran.
b. Pengembangan Instrumen 1) Uji coba terpakai Uji coba instrument ini berbentuk uji coba terpakai. Artinya peneliti hanya satu kali menyebarkan instrumen kepada responden untuk dipakai dalam mengumpulkan data penelitian. Hal ini digunakan agar data yang masuk benarbenar murni karena pertama kali dipakai dan supaya tidak terjadi rekayasa dalam pengambilan datanya. Butir instrumen yang sudah diisi oleh responden selanjutnya akan diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Lalu butir instrumen yang tingkat validitasnya sangat rendah akan dibuang. Kemudian akan dianalisis data untuk mendeskripsikan pendidikan kepangudilhuran dengan menggunakan butir instrumen yang diangap valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2) Uji Validitas Insrtumen Setelah data terkumpul, penulis sebelumnya akan memasukkan data sesuai dengan aspek-aspeknya, lalu mulai menguji tingkat validitas data yang sudah didapat. Alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi uji validitas. Arikunto dalam Riduwan (2010: 97) menjelaskan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahan suatu alat ukur. Jika instrumen dinyatakan valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Oleh karena itu, agar gambaran dan kesimpulan hasil penelitian ini tidak keliru nantinya, penulis akan menguji validitas instrumen yang telah dipakai. Dalam uji coba terpakai menggunakan validitas butir dengan taraf signifikansi 0,05 dengan N 163 orang. Dari 40 butir soal yang diuji, terdapat 5 buitir soal yang tidak valid, sedangkan 35 butir soal valid. Maka 35 butir soal ini yang digunakan untuk pengolahan data selanjutnya. Tabel 5. Hasil uji validitas. No item
Taraf signifikansi (0,05)
Keterangan
1
0,000
Valid
2
0,026
Valid
3
0,000
Valid
4
0,000
Valid
5
0,000
Valid
6
0,013
Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
7
0.634
Tidak Valid
8
0,000
Valid
9
0,000
Valid
10
0,000
Valid
11
0,000
Valid
12
0,000
Valid
13
0,188
Tidak Valid
14
0,701
Tidak Valid
15
0,000
Valid
16
0,000
Valid
17
0,004
Valid
18
0,068
Tidak Valid
19
0,802
Tidak Valid
20
0,000
Valid
21
0,019
Valid
22
0,000
Valid
23
0,000
Valid
24
0,000
Valid
25
0,000
Valid
26
0,000
Valid
27
0,000
Valid
28
0,000
Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
29
0,000
Valid
30
0,000
Valid
31
0,000
Valid
32
0,000
Valid
33
0,000
Valid
34
0,000
Valid
35
0,000
Valid
36
0,000
Valid
37
0,000
Valid
38
0,000
Valid
39
0,000
Valid
40
0,000
Valid
Maka butir yang memiliki koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan 0, 216 dianggap valid dan layak digunakan dalam penelitian ini. Perhitungan uji validitas dalam penelitian ini dengan menghitung korelasi antara masing-masing skor item pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment berbantuan Microsoft Excel. Tabel 6. Rumus manual uji Validitas
Keterangan: rxy
: koefisien korelasi variabel x dengan y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
XY
: hasil perkalian antara variabel x dengan y
X
: jumlah nilai setiap item
Y
: jumlah nilai konstan
N
: jumlah subyek penelitian
Hasil validitas butir pada keseluruhan aspek yang diuji dari 35 butir soal. Semua butir soal nilainya lebih dari 0,216. Dengan demikian semua soal dinyatakan valid dan layak untuk dianalisis lebih lanjut.
3) Uji Reliabilitas Instrumen Menurut Riduwan (2010: 213), uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat kehandalan alat pengumpul data. Sugiyono (2014: 268), Instrumen yang reliabilitas adalah instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengukuran reliabilitas dari penelitian ini akan dilakukan dengan cara satu kali pengukuran guna mencari reliabilitas internal dari setiap item instrumen. Besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Jika koefisien semakin mendekati 1,00 maka reliabilitas hasil pengukurannya sangat tinggi. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan teknik formula Alpha dengan menggunakan program SPSS 19.0 for windows. Tabel 7. Rumus manual uji Reliabilitas
Keterangan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
reliabilitas alpha Si = varian responden untuk item 1 K = jumlah item St = jumlah varian skor total Hasil pengujian reliabilitas melalui program SPSS 19.0 for windows dapat di lihat dri tabel berikut ini. Tabel 8. Reliability Statistics Cronbach’s Alpha
N of Items 0,810
35
Dari hasil analisis terhadap 35 butir item instrumen yang valid, diketahui nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,810 yang berarti reliabilitas soal tinggi.
E. Teknik Analisis Data Sugiyono (2010: 207) analisis merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membahas data yang dihasilkan dari penyebaran instrument setelah terkumpul semua. Adapun yang dilakukan dalam analisis ini adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis respondennya, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data atas setiap variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan unutk menganalisa data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penulis menggunakan metode statistik deskriptif ini karena sesuai dengan tujuan penulisan skripsi ini yaitu ingin mengetahui proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta. Adapun data yang ingin diuji melalui statistik deskriptif ini meliputi penyajian data melalui tabel, grafik, dengan memperhitungkan nilai yang sering muncul (modus), nilai tengah (median), pengukuran tedensi sentral/rata-rata (mean), simpang baku (standar deviasi),varian, range (rentang skor), skor terendah (minimum), skor tertingi (maksimum), serta perhitungan persentase. Instrumen penelitian ini didasarkan pada skala Likert dengan interval skalanya 4 dan perhitungan jumlah skornya didasarkan pada banyaknya nomor item instrument, yaitu 28 nomor item. Namun dalam pengujian Validitas terdapat 4 item yang tidak Valid. Maka jumlah item yang digunakan untuk pengolahan 24 item. Untuk mendapatkan skor tertinggi (Selalu) dalam variabel ini, nilai tertingginya dikalikan dengan jumlah seluruh nomor item, yaitu 4x24=96. Sedangkan untuk skor terendah (untuk jawaban Tidak Pernah) dalam variabel ini, nilai terendahnya dikalikan dengan seluruh nomor item, yaitu 1x24=24. Adapun pengolahan data dalam penelitian ini akan dimulai dengan menyusun instrumen berdasarkan nomor item, kemudian akan dicari tingkat validitas dan reliabilitasnya, lalu mulai dikelompokkan dan diolah sesuai dengan data yang ingin diketahui agar bisa digunakan untuk mendeskripsikan pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Berikut ini adalah cara untuk menentukan kategori variabel yang diukur, yang juga berlaku untuk setiap aspek variabelnya: 1.
Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini
: 4x24=96
2.
Skor terendah yang dicapai dalam variabel ini
: 1x24=24
3.
Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah
: 96-24=72
4.
Hasil dibagi 4 sesuai skala intervalnya
: 72/4=18
Kriteria tersebut diambil dari rumus sebagai berikut; Tabel 9. Rumus Penentuan Kriteria
Keterangan: Smak = skor maksimal Smin = skor minimal n = rentang skala setiap item instrument nilai keseluruhan 1.
Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini
: 24x4=96
2.
Skor aspek pengetahuan
: 11x1=11
3.
Total skor keseluruhan
: 96+11=107
4.
Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah
: 107-24=83
5.
Hasil dibagi 4 sesuai skala intervalnya
: 83/4=20,75
Kualifikasi
Interval
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Sangat baik
86,26-107
Baik
65,51-86,25
Kurang
44,76-65,50
Sangat kurang
24-44,75
Aspek 1, Pengetahuan 6.
Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini
: 11
7.
Skor terendah yang dicapai dalam variabel ini
:0
8.
Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah
: 11-0=11
9.
Hasil dibagi 4 sesuai skala intervalnya
: 11/4=2,75
Kriteria
Interval
Sangat Baik
9,26-11
Baik
7,6-9,25
Cukup
5,76-7,5
Kurang
4-5,75
Aspek 2, Penghayatan 1.
Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini
: 4x6=24
2.
Skor terendah yang dicapai dalam variabel ini
: 1x6=6
3.
Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah
: 24-6=18
4.
Hasil dibagi 4 sesuai skala intervalnya
: 18/4=4,5
Kriteria Selalu
Interval 19,6-24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Sering
15,1-19,5
Kadang-kadang
10,6-15,0
Tidak pernah
6-10,5
Aspek 3, Proses 1.
Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini
: 4x18=72
2.
Skor terendah yang dicapai dalam variabel ini
: 1x18=18
3.
Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah
: 72-18=54
4.
Hasil dibagi 4 sesuai skala intervalnya
: 54/4=13,5
Kriteria
Interval
Selalu
58,6-72
Sering
45,1-58,5
Kadang-kadang
31,6-45,0
Tidak pernah
18-31,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini penulis akan menyajikan dan membahas hasil penelitian dengan menganalisis semua data yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan Evaluasi
Pendidikan
Kepangudiluhuran
dan
refleksi
kateketis
guna
pengembangan pendidikan kepangudiluhuran. Analisis dilakukan dengan deskripsi statistik yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data penelitian ini. Analisis frekuensi digunakan untuk menghitung data pada variabel, analisis statistik (percentile values, central tendency, dispersion dan distribution), serta menampilkan grafik dengan menggunakan program SPSS 19.0 for windows.
A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis diperoleh data mengenai Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran yang dideskripsikan sebagai berikut:
1.
Deskripsi Data Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diperoleh gambaran mengenai
Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran: a.
Deskripsi Data Keseluruhan Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran
Tabel 4.1. Rangkuman Statistik Deskripsi nilai Keseluruhan evaluasi pendidikan kepangudiluhuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Statistik Nilai Keseluruhan N Valid 163 Missing ∑ Instrumen 35 Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Sum
73 73 72 9 86 (2) 0 11 0 81 11 92 11,942
Dari tabel 4.1 statistik deskripsi di atas nilai keseluruhan Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran dapat dilihat N Valid 163 dengan jumlah instrumen yang valid sebanyak 35 butir soal dan tidak ada data yang hilang (missing). Diketahui bahwa skor terendah (minimum) 11 dan skor tertinggi (maximum) sebesar 92. Dengan nilai rata-rata pada periode pengamatan (mean) sebesar 73 dan simpangan baku (std. deviation) sebesar 9. Nilai varience sendiri sebesar 86 dengan nilai tengah (median) 73 dan nilai yang sering muncul (mode) sebesar 72. Nilai kisaran (range) yang merupakan selisih antara nilai maximum dan nilai minimum adalah sebesar 81 dengan tingkat kemencengan (skewness) sebesar 2 dan tingkat keruncingan (kurtosis) sebesar (0). Nilai sum pada periode pengamatan sebesar 11,942.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 4.2. Kualifikasi Nilai Keseluruhan Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran
Kualifikasi
Jumlah Responden 9 129 25 0
Interval
Sangat Baik 86,26-107 Baik 65,51-86,25 Kurang 44,76-65,50 Sangat Kurang 24-44,75 Total Responden dan Persentase
Persentase 6% 79% 15% 0%
163
100%
Grafik 4.1. Frekuensi Nilai Keseluruhan Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhran
Nilai Keseluruhan 140
129
120 100 80 60 40 20
25 9 6%
15%
79%
0
0%
0 86,26-107
65,51-86,25
44,76-65,50
24-44,75
Sangat Baik
Baik
Kurang
Sangat Kurang
Jumlah Responden
Persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Grafik 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa pendidikan kepangudiluhuran baik Hal ini terlihat dari 163 responden terdapat 119 jumlah responden yang masuk ke dalam kriteria kurang (73%). 43 responden dengan kriteria baik (26%), 1 responden yang masuk ke dalam kriteria sangat kurang (1%), dan tidak ada responden masuk dalam kriteria sangat baik (0%).
b. Deskripsi Aspek Pengetahuan Tabel 4.3. Rangkuman Statistik Aspek pengetahuan
Statistik Aspek pengetahuan N Valid
163
Missing
0
Σ Instrumen
11
Mean
9
Median
9
Mode
9
Std. Deviation
1
Variance
2
Skewness
(1)
Std. Error of Skewness
0
Kurtosis
1
Std. Error of Kurtosis
0
Range
7
Minimum
4
Maximum
11
Sum
1,422
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Salah
satu
aspek
yang
diukur
dalam
Evaluasi
Pendidikan
Kepangudiluhuran Aspek Pengetahuan. Pada tabel 4.3 statistik deskripsi di atas dapat dilihat N Valid 163 orang responden dengan instrument 11 butir soal. Diketahui bahwa skor terendah (minimum) 4 dan skor tertinggi (maximum) 11. Dengan nilai rata-rata pada periode pengamatan (mean) sebesar 9 dan simpangan baku (std. deviation) sebesar 1. Nilai varience sendiri 2 dengan nilai tengah (median) 9 dan nilai yang sering muncul (mode) sebesar 9. Nilai kisaran (range) yang merupakan selisih antara nilai maximum dan nilai minimum adalah 7 dengan tingkat kemencengan (skewness) 1 dan tingkat keruncingan (kurtosis) 0. Nilai sum pada periode pengamatan sebesar 1,422.
Tabel 4.4. Kualifikasi Aspek Pengetahuan
Kualifikasi
Interval
Jumlah Responden
Persentase
Sangat Baik
(A)
8,26-11
103
63%
Baik
(B)
5,6-8,25
56
34%
Kurang
(C)
2,76-5,5
4
3%
0-2,75
0
0%
Sangat Kurang (D)
Total Responden dan Persentase
163
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Grafik 4.2. Frekuensi Data Aspek Pengetahuan
Aspek Pengetahuan 120
103
100 80 56 60 40 20
34%
63%
4
3%
0
0%
0 8,26-11
5,6-8,25
2,76-5,5
0-2,75
Sangat Baik (A)
Baik (B)
Kurang (C)
Sangat Kurang (D)
Jumlah Responden
Persentase
Grafik 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden mengetahui dan memahami Pendidikan Kepangudiluhuran dengan baik. Dari 163 responden terdapat 103 jumlah responden yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik (63%), 56 responden dengan kriteria Baik (34%), 4 responden yang masuk ke dalam kriteria Kurang (3%), dan tidak ada responden masuk dalam kriteria Sangat Kurang (0%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
c.
Deskripsi Aspek Penghayatan Tabel 4.5. Rangkuman Statistik Aspek Penghayatan Statistik Aspek Penghayatan N Valid Missing ∑ Instrumen Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Sum
163 6 18.95 19.00 19.00 2.27 5.15 (0.12) 0.19 (0.14) 0.38 11.00 13.00 24.00 3,089.00
Berhasil atau tidaknya Pendidikan Kepangudiluhuran dapat diukur dari penghayatan siswa-siswi dalam menerapkan nilai-nilai kepangudiluhuran. Pada tabel 4.5 statistik deskripsi di atas dapat dilihat bahwa N Valid 163 responden dengan jumlah instrumen 6 butir soal dan tidak ada data yang hilang (missing). Diketahui bahwa skor terendah (minimum) 13,00 dan skor tertinggi (maximum) 24,00. Nilai rata-rata pada periode pengamatan (mean) 18,95, simpangan baku (std. deviation) sebesar 2,27. Nilai varience sendiri 5,15 dengan nilai tengah (median) 19,00 dan nilai yang sering muncul (mode) 19,00. Nilai kisaran (range) yang merupakan selisih antara nilai maximum dan nilai minimum adalah 11,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dengan tingkat kemencengan (skewness) 0,12 dan tingkat keruncingan (kurtosis) 0,14. Nilai sum pada periode pengamatan sebesar 3,089.
Tabel 4.6. Kualifikasi Data Aspek Penghayatan Kualifikasi
Interval
Selalu 19,6-24 Sering 15,1-19,5 Kadang-kadang 10,6-15,0 Tidak Pernah 6-10,5 Total Responden dan Persentase
Jumlah Responden 65 86 12 0 163
Grafik 4.3. Frekuensi Aspek Penghayatan
Persentase 40% 53% 7% 0% 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Grafik 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat menghayati serta menerapkan nilai-nilai kepangudiluhuran. Dari 163 responden terdapat 65 responden
masuk ke dalam kriteria Selalu (40%), 86 responden
dengan kriteria Sering (53%), 12 responden masuk ke dalam kriteria Kadangkadang (7%), tidak ada responden yang masuk dalam kriteria Tidak Pernah.
d. Deskripsi Aspek Proses Tabel 4.7. Rangkuman Statistik Aspek Proses
Statistik Aspek Proses N Valid Missing ∑ Instrumen Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Sum
163 0 18 54.25 54.00 54.00 6.73 45.25 0.22 0.19 (0.12) 0.38 32.00 40.00 72.00 8,842.00
Pada tabel 4.7 statistik deskripsi di atas dapat dilihat bahwa N Valid 163 orang responden dengan jumlah instrumen yang valid sebanyak 18 butir soal dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tidak ada data yang hilang (missing). Diketahui bahwa skor terendah (minimum) 40,00 dan skor tertinggi (maximum) 72,00. Nilai rata-rata pada periode pengamatan (mean) 54,25 dan simpangan baku (std. deviation) 6,73. Nilai varience sendiri sebesar 45,25 dengan nilai tengah (median) 54,00 dan nilai yang sering muncul (mode) sebesar 54,00. Nilai kisaran (range) yang merupakan selisih antara nilai maximum dan nilai minimum adalah sebesar 32,00 dengan tingkat kemencengan (skewness) 0,22, keruncingan (kurtosis) 0,12. Nilai sum pada periode pengamatan sebesar 8,842.
Tabel 4.8. Kualifikasi Data Aspek Proses
Interval
Jumlah Responden
58,6-72
42
26%
Baik
45,1-58,5
106
65%
Kurang
31,6-45,0
15
9%
18-31,5
0
0%
Kualifikasi Sangat Baik
Sangat Kurang
Total Responden dan Persentase
163
Persentase
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Grafik 4.4 Frekuensi Aspek Proses
Aspek Proses
120
106
100 80
60 42
40 15
20 65%
26%
9%
0
0%
0 58,6-72
45,1-58,5
31,6-45,0
18-31,5
Sangat Baik
Baik
Kurang
Sangat Kurang
Jumlah Responden
Persentase
Pada grafik 4.4. di atas menunjukkan bahwa responden dapat mengikuti serta menerima proses kepangudiluhuran. Dari 163 responden terdapat 42 jumlah responden yang masuk ke dalam kriteria Selalu (26%), 106 responden masuk dalam kriteria Sering (65%), 15 responden yang masuk ke dalam kriteria Kadangkadang (9%), yang masuk kriteria Tidak Pernah (0%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
2.
Hasil wawancara Dalam penelitian ini, penulis juga melakukan wawancara untuk
memperoleh
tambahan
informasi
mengenai
Evaluasi
Pendidikan
Kepangudiluhuran guna mendukung dan memperkuat hasil penelitian dalam bentuk kuesioner yang telah dianalisis. Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara semi terbuka dengan tujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, maka peneliti tidak berpatokan pada panduan wawancara yang telah disediakan. Responden yang diwawancarai adalah 5 (lima) siswa/siswi kelas IX. Hasil wawancara tersebut akan diuraikan berdasarkan ketiga aspek yang diukur yakni; 1) Aspek Pengetahuan, 2) Aspek Penghayatan, 3) Aspek Proses. a. Aspek Pengetahuan Mengenai pelajaran kepangudiluhuran: Responden 1 menjawab; “Pelajaran buat lebih mengenal sejarah pendiri FIC dan Pangudi Luhur serta meneladan para pendiri FIC. jawaban ini didukung oleh responden 2, 3 dan 5. Responden 4 menambahkan : Pelajaran untuk menambahkan semangat para siswa terutama siswa Pangudi Luhur. Mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan oleh para pendiri: Responden 1 menjawab “gak pernah putus asa walaupun banyak tantangan, rendah hati, menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria”. Jawaban ini didukung oleh responden 2 sampai dengan responden 5. Mengenai tindakan konkreet dari para pendiri FIC berhubungan dengan tidak pernah putus asa: Responden 1 menjawab “saat Bruder Bernardus Hoecken mau mendirikan kongregasi FIC uang tidak cukup, tinggal di rumah yang sangat sederhana, namun tetap berusaha. Jawaban ini didukung oleh responden 2, 4 dan 5. Responden 3 menambahkan: “ saat kekurangan calon Bruder namun mereka tetap berdoa kepada Tuhan. Mengenai pengertian rendah hati:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76 Responden 1 menjawab “suatu sikap yang tidak sombong, dan sikap apa adanya, ” Jawaban ini didukung oleh responden 3, 4, dan 5. Responden 2 menjawab “ sikap yang tidak egois dan mementingkan dirisendiri, seperti para pendiri FIC.Mereka menyerahkan harta miliknya untuk kongregasi. Mengenai menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria: Responden 1 menjawab “para pendiri FIC pribadi adalah orang yang sangat beriman, sangat percaya kepada Tuhan Yesus, selalu berdoa kepada Bunda Maria, apapun persoalan yang mereka hadapi mereka selalu meyerahkannya kepada Tuhan. Jawaban ini didukung oleh responden 2, 3, dan 5. Responden 4 menambahkan : Bruder Bernardus Hoecken yakin bahwa Tuhan selalu melindungi mereka.
b. Aspek Penghayatan Mengenai pengalaman bersikap rendah hati: Responden 1 menjawab; “saat sulit mengerjakan mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris, minta tolong teman untuk menjelaskan caranya bagaimana dan juga belajar kelompok”. Jawaban ini didukung oleh responden 4. Responden 2 menjawab: saat saya melihat teman yang tidak mengerti pelajaran yang sulit saya berusaha untuk membantu, karena saya juga kadang tidak mengerti semua mata pelajaran. Responden 3 menjawab: berusaha untuk tertib dan taat pada aturan sekolah seperti tidak boleh terlambat, ke sekolah menggunakan sepeda kalau tidak ada yang mengantar. Membuang sampah pada tempatnya, menggunakan seragam sekolah sesuai peraturan. Responden 5 menambahkan: “memberi kolekte satu minggu satu kaliuntuk pembangunan gereja”.
c. Aspek Proses Mengenai pegalaman saat mengikuti pelajaran kepangudiluhuran: Responden 1 menjawab; “lebih sering bosan, jenuh, mengantuk, apalagi saat guru menjelaskan dan menasihati”. Responden 2 menjawab: kadang-kadang semangat, senang, tertarik, tapi kadang-kadang tidak semangat, bosan, maunya nonton film saja”. Responden 3 menjawab: “sebetulnya pelajaran kepangudiluhuran baik, namun saya sering malas, bosan, capek, apalagi kaalau pelajaran ini di siang hari, saya tidak bisa konsentrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77 Responden 4 menjawab: “saat saya senang saya semangat mengikuti pelajaran tetapi saat saya tidak senang pelajarannya tidak menarik, apalagi berbicara tentang sejarah para pendiri yayasan pangudi luhur, rasanya bosan dan jenuh. Responden 5 menjawab: “ada semacam keterpaksaan dalam mengikuti pelajaran ini. gampang bosan, jenuh, maunya nonton film saja”.
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1.
Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran Berdasarkan Data Keseluruhan Hasil deskripsi data yang didapat melalui kuesioner menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memahami, menghayati, dan dapat menerima serta mengikuti proses Kepangudiluhuran. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pada nilai keseluruhan dan pada setiap aspek yang diukur mendekati skor maksimal. Pada nilai keseluruhan variabel evaluasi pendidikan kepangudiluhuran ini, ada tiga aspek yang ingin diketahui dalam bentuk pernyataan yaitu aspek pengetahuan, aspek penghayatan, dan aspek proses. Dari data keseluruhan N Valid 163 ini dapat di lihat nilai rata-rata (mean) 73, responden yang masuk kualifikasi baik 129 (79%), 9 responden masuk kualifikasi sangat baik (6%), 25 responden masuk kriteria kurang (15%), dan tidak ada responden yang masuk kriteria sangat kurang (0%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk kualifikasi baik keatas jumlahnya lebih banyak dari respoden dengan kualifikasi kurang ke bawah. Dengan demikian pendidikan kepangudiuluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta baik, dalam arti dapat diterima, nilai-nilai kepangudiluhuran dipahami serta diupayakan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
siswi menerima, memahami, dan menghayati nilai-nilai kepangudiluhuran tersebut didukung oleh lingkungan dan proses kepangudiluhuran itu sendiri dalam kelas. Theo (2004) mengatakan pendidikan yang benar adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia untuk mencapai tujuan akhirnya (perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri sendiri) dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat (perilaku hubungan dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya). Pendidikan nilai merupakpkan proses dimana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Theo, para Bruder FIC perlu meningkatkan penerapan mengenai pendidikan kepangudiluhuran kepada para siswa/siswi di sekolah-sekolah. Dengan menerapkan pendidikan kepangudiluhuran tentunya akan meningkatkan pengetahuan, dan penghayatan kepangudiluhuran.
2.
Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran berdasarkan Data Setiap Aspek
a.
Aspek Pengetahuan Dalam aspek pengetahuan ini yang diungkap responden untuk mengukur
pemahaman terhadap pendidikan kepangudiluhuran yaitu: percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, sikap saleh, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner menunjukkan bahwa N 163 didapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
nilai rata-rata (mean) 8,7. Responden yang masuk kualifikasi Baik sebanyak 87 orang (53%), 48 responden yang masuk kualifikasi Sangat Baik (29%). 24 responden yang masuk
kualifikasi Cukup 24 (15%), sedangkan 3 responden
masuk kualifikasi Kurang (3%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk kualifikasi Baik ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan kualifikasi Cukup ke bawah. Hal ini berarti responden mengetahui dan memahami pendidikan kepangudiluhuran. Hasil wawancara juga mendukung data tersebut di atas. bahwa ke lima responden mengetahui, memahami pelajaran kepangudiluhuran dan dapat memberi contoh konkreet dari pemahaman terebut. Dalam wawancara tersebut, tidak semuanya diwawancara ke responden. 5 dari 11 item yang diwawancarai oleh penulis. Namun 5 item tersebut sudah cukup mewakili item yang lainnya. Menurut Sugiyono (2006:12) fungsi evaluasi pembelajaran sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain untuk memberi informasi. Imformasiinformasi yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya, memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui posisi peserta didik dalam kelompoknya, memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik, menilai hasil yang dicapai para pelajar dan memperbaiki materi dan program pendidikan. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Sudijono evaluasi pelajaran kepangudiluhuran perlu di tingkatkan dan dilaksanakan secara berkala agar dapat memotivasi semangat para siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
b.
Aspek Penghayatan Dalam aspek ini yang diungkap responden adalah rendah hati, semangat
dan keteguhan hati, sikap bijaksana, teladan baik, dan mencintai para bruder. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner N 163 didapat nilai rata-rata (mean) 19,0 dengan jumlah responden yang masuk kualifikasi Sering sebanyak 86 orang (53%), 65 responden yang masuk kualifikasi Selalu (40%), 12 responden yang masuk kualifikasi Kadang-kadang (7%). Tidak ada responden dengan kualifikasi Tidak Pernah (0%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk kualifikasi sering ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan kriteria kadang-kadang ke bawah. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengupayakan dan menghayati nilai-nilai kepangudiluhuran dalam kehidupan sehari-hari. Data di atas ini didukung pula dengan hasil wawancara yaitu pengalaman responden dalam menghayati sikap rendah hati. Melalui pengalaman yang sederhana seperti meminta bantuan teman-teman di saat tidak mengerti dan memahami mata pelajaran yang sulit, memberi kolekte untuk pembangunan gereja meskipun kecil, merupakan bagian dari penghayatan sikap rendah hati. Dalam wawancara tersebut, ada item yang tidak diwawancara. 3 dari 6 itemr yang diwawancara oleh penulis. Namun 3 item tersebut sudah cukup mewakili item yang lainnya. Sugi (2011:23) mengatakan di zaman sekarang ini banyak orang cendrung hidup secara individu, tertutup, angkuh bahkan sombong. Situasi seperti ini menjadikan orang tidak peduli terhadap sesamanya. Orang tidak mengerti akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
tanggungjawab
sosialnya,
yaitu
ikut
berperan
serta
bertanggungjawab
memperhatikan orang lain. Biasanya orang justru lebih mudah menyalahkan orang miskin, menderita, dan bersalah. Menurut Darminta, SJ (2006:24) nilai-nilai bergerak berlandaskan tiga tempat pijakan. Pertama, nilai-nilai bergerak di kepala. Di situ orang bisa menangkap bahwa sesuatu layak dan dengan demikian, secara intelektual yakin atas layak dan pentingnya sesuatu itu. Kedua, nilai-nilai perlu mendarat di hati. Orang sendiri tidak hanya menangkap bahwa sesuatu layak dan penting untuk dimiliki, tetapi hati perlu juga dikenai dan dipengaruhi oleh nilai-nilai. Di mana hartamu berada di situ hatimu berada. (Luk 12:34). Ketiga, nilai harus mendarat di tangan. Jika seluruh pribadi terlibat pada nilai yang diyakini, otak dan hati, maka nilai akan mengantar orang pada keputusan dan tindakan. Dengan demikian, nilainilai penggerak utama dalam hidup kita karena nilai memberi kepastian arah untuk bertindak. Singkatnya, nilai tidak hanya sesuatu yang kita percayai, tetapi juga kenyataan yang kita pilih dan kemudian kita laksanakan.
c.
Aspek Proses Dalam aspek ini yang diungkap responden yakni profesionalitas guru,
materi, tujuan, proses, sarana, suasana kelas, dan evaluasi. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner menunjukkan bahwa N 163 didapat nilai rata-rata (mean) 54,2 dengan responden yang masuk kualifikasi Baik sebanyak 106 orang (65%), 42 responden masuk dalam kualifikasi Sangat Baik (26%), 15 responden yang masuk ke dalam kualifikasi Kurang (15%), dan tidak ada responden masuk dalam kualifikasi Sangat Kurang (0%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
masuk kualifikasi baik ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan kriteria kadang-kadangl ke bawah. Hal ini berarti aspek proses pendidikan kepangudiluhuran dapat diterima dan diikuti oleh siswa. Data ini tidak diidukung secara
keseluruhan
kepangudiluhuran
dengan hasil wawancara. Dari 5 responden
pengalaman
yaitu
jenuh,
mereka
mudah
saat
bosan
mengikuti
ketika
pelajaran
mendengar
guru
menyampaikan materi, mengantuk, ada keterpaksaan dalam mengikuti pelajaran tersebut. Hal yang menyenangkan ketika dalam pelajaran tersebut guru menyampaikan dalam bentuk film. Sugiyono (2006:12) menyebutkan tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah usaha untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu serta menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut proses kepangudiluhuran dalam kelas perlu mendapat perhatian agar pelajaran kepangudiluhuran semakin diterima oleh para siswa, bermanfaat dan berdaya guna. Para guru perlu mempersiapkan diri agar dalam pendampingan terhadap siswa/siswi, nilai-nilai kepangudiluhuran dapat tersampaikan dengan baik sehingga siswa/siswi dapat mengikuti dan menerima pelajaran kepangudiluhuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
C. Refleksi Kateketis Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran yang pada hakekatnya merupakan sebuah upaya menuju pada penerangan budi. Hal ini berdasar pada eksistensi manusia sebagai subyek berpikir dan agen moral yang mampu mencapai kebenaran ilmiah. Di dalam proses pembelajaran manusia menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui pengalaman hidup mereka dan belajar untuk menghayatinya, dengan demikian nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari. Berkaitan dengan perihal di atas, maka pendidikan kepangudiluhuran juga mempunyai cita-cita yang mulia yakni pembinaan pribadi manusia untuk mencapai tujuan akhirnya (perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri sendiri) dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat (perilaku hubungan dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya). Artinya dalam setiap pribadi manusia khususnya siswa-siswi dibantu agar dapat menemukan dan menghayati nilai-nilai hidup seperti percaya kepada Tuhan, rendah hati, memiliki semangat juang, bijaksana, berpengetahuan, saleh, solider, peduli dan sebagainya yang berguna bagi perkembangan hidupnya. Maka dari itu, dalam proses pembelajaran pun selalu ditekankan untuk menempatkan murid sebagai subyek berpikir dan rekan dialog bersama guru sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru mengatur alur proses pembelajaran sehingga setiap murid dapat mengutarakan pandangan berdasarkan pengalaman hidup dan pengetahuannya secara ilmiah. Sedangkan sebagai motivator, guru berperan “mengingatkan” murid tentang materi yang dipelajari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mendorong mereka untuk mempelajari hal-hal baru, atau memberikan kepada mereka kesempatan mempelajari pengalaman yang relevan. Peranan guru adalah menstimulasi murid untuk berpikir, bertanya, berargumentasi dan menemukan kemungkinan pemecahan masalah. Seiring dengan perubahan paradigma pembelajaran abad ke-21, kita diingatkan bahwa proses belajar-mengajar bukanlah dua aktivitas yang terpisah, melainkan dua aspek dari satu aktivitas yang sama. Hubungan antara pendidikpeserta didik merupakan satu kesatuan relasi dalam proses “mencintai pengetahuan.” Sebuah pengetahuan mungkin diperoleh seorang „guru‟ dengan belajar dari seorang murid, sebagaimana seorang murid dapat belajar dari seorang guru. Relasi saling belajar antara guru dan murid hendaknya berpedoman pada Yesus sebagai Sang Guru yang mengajarkan pengetahuan akan nilai-nilai hidup kepada murid-murid-Nya. Yesus tidak hanya menjadi seorang Guru tetapi Ia juga menjadi fasilitator dan motivator yang handal bagi murid-murid-Nya. Menurut Lalu (2007:94) dalam katekese fasilitator sangat diperlukan sebab ia dapat dapat menciptakan suasana yang komunikatif, membangkitkan gairah dan motivasi kepada para peserta untuk berani berbicara mengungkapkan pengalaman iman mereka secara terbuka dengan demikian peserta dapat menemukan pengetahuan baru bagi hidupnya. Tanpa seorang fasilitator maka proses katekese itu sendiri tidak dapat berjalan dengan baik dan tentunnya sulit untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru dari pengalaman-pengalaman peserta tersebut. Maka dari itu, pendidikan kepangudiluhuran hendaknya menempatkan guru sebagai fasilitator dan sekaligus motivator yang mampu mengantar para murid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru
guna
membangkitkan
“jiwa”
kreativitas, keaktifan, otonomi dan tanggung jawab dalam diri mereka untuk mencari dan mencintai pengetahuan (kebijaksanaan) itu sendiri. Dengan demikian mereka semakin mampu mencapai kepenuhan hidup rohani dalam Krtistus. Aspek penghayatan merupakan muara dari pengetahuan yang telah diperoleh
dari
setiap
pengelaman-pengalaman
baru.
pengetahuan
dan
penghayatan, keduanya tak terpisahkan. Tanpa penghayatan akan nilai-nilai hidup atau nilai-nilai iman Kristiani yang diperoleh melalui pengetahuan maka sia-sialah pengetahuan tersebut. Sebagi makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi manusia memiliki pikiran, perasaan, akal budi dan kehendak. Melalui pikiran, perasaan dan kehendak tersebut manusia dapat menjalin relasi dengan sesama dan Tuhan. Manusia yang mempunyai relasi dengan Tuhan biasanya dapat dideskripsikan atau digambarkan secara lahiriah. Misalnya dengan berdoa, beribadat atau membaca kitab suci. Selain itu juga nampak dalam tindakan untuk berbuat baik, memperhatikan atau peduli kepada sesama yang membutuhkan uluran tangan. Setiap orang dapat menjawab relasi dengan Tuhan melalui penghayatan akan nilai-nilai hidup. Penghayatan nilai-nilai hidup merupakan motivasi, dorongan, landasan dari sikap seseorang yang melakukan sesuatu dalam relasinya dengan Tuhan. Maka pengetahuan yang telah diperoleh tersebut tidak cukup hanya dihayati tetapi perlu juga diungkapkan, misalnya dengan berdoa, beribadat maupun membaca Kitab Suci atau dapat diwujudkan dalam perbuatan konkret yang didasarkan pada nilainilai kebaikan atau nulai-nilai iman yang bersumber pada pribadi yang diimani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
untuk menyatakan pikiran, perasaan, hati dan imannya. Memperhatikan orang yang membutuhkan, berbuat baik dengan mengasihi sesama dan peduli pada keadaan orang lain khususnya sesama yang miskin, kecil, lemah, dan menderita merupakan wujud dari penghayatan akan nilai-nilai iman tersebut. Pendekatan aspek analisa sosial dalam terang Injil (Aspek Sosiologis) dalam katekse dapat diterapkan dalam pendidikan kepangudiluhuran. Pendidikan kepangudiluhuran perlu memprioritaskan nilai-nilai iman yang hendak dihayati oleh guru, karyawan maupun para siswa. Dengan demikian hidup mereka dapat menjadi berkat yang berlimpah bagi sesamanya. Aspek proses dalam pendidikan kepangudiluhuran mencakup segala macam hal yang digunakan berkaitan dengan pembelajaran seperti profesionalitas guru, metode, materi, tujuan, proses, sarana, situasi kelas, dan evaluasi. Semuanya semata-mata demi menunjang pendidikan kepangudiluhuran yang bermutu. Dengan proses pendidikan kepangudiluhuran yang dimiliki diharapkan semakin mampu membantu para siswa menemukan nilai-nilai iman yang hendak diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. Dalam hal ini, proses pendidikan kepangudiluhuran dapat meneladani sikap dan tindakan Yesus, sebagaimana Ia mengajarkan nilai-nilai Kerajaan Allah kepada orang-orang Yahudi. Selain Yesus berkotbah, Ia juga mengajar dengan menggunakan perumpamaan, menjalin relasi dengan mereka yang dikucilkan, Ia tidak hanya mengajar akan nilai-nilai hidup tetapi Ia sendiri juga memberikan contoh konkret melalui sikap dan perbuatannya. Sikap dan perbuatan yang dilakukan Yesus menginspirasi banyak orang untuk melakukan hal yang sama. Proses pendidikan kepangudiluhuran pun hendaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
demikian, mampu menginspirasi siswa-siswi sehingga mereka semakin mampu untuk mewujudkan dalam tindakan konkret apa yang telah mereka dapatkan dalam proses pendidikan kepangudiluhuran. Proses pendidikan kepangudiluhuran pada intinya merupakan usaha pendampingan dan pendalaman sepuluh keutamaan Bruder Bernardus Hoecken, untuk meningkatkan mutu hidup beriman siswa-siswi. Upaya tersebut diusahakan dengan aneka metode, situasi, dan suasana yang dikembangkan agar mereka ditumbuhkan pengolahan yang mendalam atas imannya baik pengetahuan maupun sikap hidupnya dalam beriman. Tumbuh dan berkembangnya iman orang tidak dapat dipengaruhi secara langsung. Dengan demikian, prinsip katekese lebih sebagai usaha untuk menciptakan situasi dan suasana hidup beriman sedemikian rupa, sehingga membantu dan mendukung tumbuh-berkembangnya iman orang. Proses tumbuh-berkembangnya hidup beriman ini menyiratkan bagaimana orang berkembang secara utuh, baik secara kognitif, afektif maupun perilaku dan kehendaknya dalam menghayati apa yang diimaninya. Maka metode pembelajaran adalah jalan atau cara yang memudahkan pendidik dan peserta didik untuk tidak sekedar mengobservasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), berasosiasi, lalu menyimpulkan dan mengkomunikasikan pengetahuannya. Lebih dari itu, metode pembelajaran adalah sebuah diskursus antara guru dan murid untuk bertanya tentang totalitas eksistensi diri, pengalaman dan realitas. Singkatnya, sebuah metode pembelajaran tak lain adalah “jiwa” yang memampukan murid untuk tidak hanya mengetahui bahwa sesuatu itu ada melainkan terlebih mengapa sesuatu itu ada sebagaimana adanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Dalam proses katekese pun perlu diperhatikan dua unsur penting, yaitu segi isi dan suasana. Isi memuat proses edukatif dan konsientisasi menyangkut visi dan pengetahuan iman, nilai dan pesan moral bagi peserta katekese. Isi katekese tidak dapat dilepaskan dari pengaruhnya atas suasana, baik faktor perkembangan psikologis peserta katekese itu sendiri dan aspek-aspek eksternalnya, yaitu lingkungan, sarana, pendekatan dan metodenya. Maka diperlukan suasana akomodatif yang mampu menghantar isi kepada peserta katekese. Katekese hendaknya dipahami dalam keseluruhan eksistensinya. Katekese tidak boleh berhenti pada beberapa aspek tertentu dari dinamika iman, misalnya pengetahuan tentang kebenaran yang diwahyukan atau persetujuan akan perilaku moral. Tetapi katekese perlu memperluas jangkauan sampai pada kepekatan sikap iman sebagai jawaban pribadi dan menyeluruh atas panggilan hidup Kristiani, yakni mengarahkan diri kepada Kristus dan mengikuti-Nya dalam hidup praksis sehari-hari. Hal ini sesuai dengan proses pendidikan kepangudiluhuran yang terjadi. Hasil penelitian ditemukan bahwa proses yang terjadi kurang baik tetapi hasilnya baik. Ini tidak menutup kemungkinan bahwa ada aspek lain yakni kultur keseharian siswa-siswi yang ikut mempengaruhinya. Maka dari itu, pendidikan nilai hendaknya tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas (formal), namun perlu juga diupayakan di luar ruangan (non formal), melalui live in di panti asuhan, di masyarakat, kunjungan orang sakit, kunjungan ke Lembaga Permasyarakatan (LP), retret, rekoleksi, bakti sosial. Melalui kegiatan non formal ini diharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
siswa-siswi dapat mengalami secara langsung nilai-nilai yang mereka pelajari. Aspek-aspek pedagogis tersebut harus menjadi bagian dari program pendidikan kepangudiluhuran dan menjadi strategi yang tepat dalam membentuk pribadi yang sadar dan mampu membangun hidup bersama. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan perencanaan, dan eksekusi
sebuah
aktivitas
dalam
kurun
waktu
tertentu.
Pendidikan
kepangudiluhuran perlu menerapkan strategi langsung dan tidak langsung. Strategi langsung, pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. oleh karena itu sering diidentikkan dengan ceramah, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal. Strategi tidak langsung merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam
proses
pembelajaran
ini
siswa
lebih
banyak
belajar
sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subiek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode ini adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Selain itu juga, perlu diperhatikan bahwa kriteria menjadi penting dalam mengevaluasi pendidikan kepangudiluhuran. Istilah kriteria dalam penilaian sering juga dikenal dengan kata tolak ukur, atau standar. Kriteria, tolak ukur, atau standar, adalah sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk seesuatu yang diukur. Kriteria atau standar dapat disamakan dengan “takaran”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Jika untuk mengetahui berat beras digunakan timbangan, panjangnya benda yang digunakan adalah meteran maka, kriteria atau tolak ukur digunakan untuk menakar kondisi obiek yang dinilai. Dengan demikian kriteria memudahkan dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan kepangudiluhuran.
D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang relevan berkaitan pendidikan kepangudiluhuran. Penelitian ini relevan dan bermanfaat bagi yayasan secara umum. Namun demikian penulis melihat adanya keterbatasan dari hasil penelitian, antara lain: 1. Peneliti memiliki keterbatasan dan kekurangan dari segi pengetahuan dan pemahaman dalam menyusun pernyataan kuesioner, sehingga belum maksimal menggambarkan dan menjelaskan tentang evaluasi pendidikan kepangudiluhuran. 2. Dalam wawancara tidak semua item-item yang ada dalam 3 aspek diungkapkan oleh peneliti. 3. Responden kurang jujur dan terbuka dalam mengisi angket kuesioner dan wawancara. 4. Peneliti mengalami keterbatan dalam pembahasan hasil analisis kuesioner dengan hasil wawancara karena setiap aspek yang diteliti ada aspek yang kurang sinkron antara hasil analisis kuesioner dan hasil wawancara. 5. Peneliti memiliki keterbatasan dalam menghubungkan refleksi kateketis dengan evaluasi pendidikan kepangudiluhuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil kajian pustaka, penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal berikut sebagai jawaban atas pokok permasalahan dalam skripsi ini. Hasil penelitian menunjukkan nilai mean evaluasi pendidikan Kepangudiluhuran menurut responden atas keseluruhan aspek adalah 73,0 yang menunjukkan bahwa secara umum responden mengetahui, memahami, menghayati dan dapat mengikuti proses pendidikan kepangudiluhuran. Mean dari setiap aspek juga menunjukkan bahwa pendidikan kepangudiluhuran baik, hanya saja dibutuhkan peningkatan dari aspek-aspek tersebut.
Nilai mean untuk aspek pengetahuan
adalah 9,00. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui dan memahami nilai-nilai kepangudiluhuran. Data ini didukung dengan hasil wawancara. Siswasiswi mengetahui dan mengerti nilai-nilai kepangudiluhuran. Nilai-nilai kepangudiluhuran yang diwariskan oleh para pendiri kongregasi FIC perlu terus diterapkan kepada siswa-siswi. Nilai mean aspek penghayatan adalah 18,95. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kepangudiluhuran yang diterapkan kepada siswasiswi dapat mereka hayati, mereka kembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung dengan hasil wawancra, bahwa siswa-siswi dapat mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek proses mempunyai nilai mean 54,25 ini
menunjukkan bahwa proses kepangudiluhuran dalam kelas baik, meskipun data ini bertolak belakang dengan hasil wawancara. Hasil wawancara 5 responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
menunjukkan bahwa siswa-siswi lebih sering jenuh, mudah bosan, dalam mengikuti proses pelajaran di kelas. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi para guru yang mendampingi siswa-siswi dalam pelajaran kepangudiluhuran.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kurikulum Yayasan Pangudi Luhur dan SMP Pangudi Luhur sebagai berikut: 1. Yayasan Pangudi Luhur perlu meningkatkan lagi mutu pendampingan para guru terhadap siswa-siswi dalam menanamkan nilai-nilai kepangudiluhuran, dengan memperhatikan tiga aspek dalam pendidikan kepangudiluhuran yaitu aspek pengetahuan,
aspek penghayatan
dan aspek
proses.
Dengan
memperhatikan aspek-aspek tersebut akan semakin meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pendidikan kepangudiluhuran. 2. Pendidikan kepangudiluhuran tidak harus terjadi dalam kelas, bisa divariasi melalui live in di masyarakat, rekoleksi / retret. 3. Yayasan mempertahankan hal-hal yang sudah baik dalam pendidikan kepangudiluhuran yaitu aspek pengetahuan, aspek penghayatan dan aspek proses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
DAFTAR PUSTAKA Dapiyanta (2011). “Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah”. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma. Darminta, J. S.J. (2006). Praksis Nilai Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Handoko Martin & Riyanto Theo. (2004). Idealisme Dan Praksis Pendidikan Pangudi Luhur. Semarang. Humblet, Piere. (1994). Petunjuk-Petunjuk Bertingkah Laku Bagi Para Pemimpin. Suatu Jalan Untuk Kongregasi. Nijmegen Belanda: Institut Titus Brandsma. Lalu, Yosef Pr. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI; kerja sama dengan Yogyakarta: Kanisius. Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Priyatno Duwi. (2011). Belajar Cepat Olah Data Statistik Dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Sugiyono.(2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kulaitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sugi, Frans. (2007). Ludovicus Rutten Dan Bernardus Hoecken. Para Pendiri Kongregasi Bruder FIC. Yogyakarta: Kanisius. __________ (2011). kepangudiluhuran. Usaha Penanaman Nilai-nilai Luhur Bagi Siswa SMP Kelas IX. Semarang: Yayasan Pangudi Luhur. Wahana, Paulus (2004). Nilai Etika Aksiologis Max Scheler. Yogyakarta: Kanisius. Konstitusi FIC (1992). Manuskrip.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3 INSTRUMEN PENELITIAN (A) “Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta”. Petunjuk pengisian: 1. Bacalah secara cermat dan teliti sebelum mengerjakan soal-soal di bawah ini 2. Beri tanda ( 9 ) pada kolom B, apabila pernyataan tersebut benar, dan tanda ( 9 ) pada kolom S, apabila pernyataan tersebut salah. 3. Contoh cara menjawab: SOAL B S 9 Br. Bernardus Hoecken pernah berkarya di Indonesia ===============Selamat mengerjakan================= Nama : _____________________________________ Kelas : _____________________________________ Sekolah : _____________________________________ NO. SOAL B Iman berarti tidak percaya pada takhayul seperti yang dikatakan 1 oleh Bruder Bernardus Hoecken. Iman berarti menjalankan tugas perutusan dengan kasih, setia dan bersemangat seperti Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken meskipun pada saat kongregasi merayakan pesta 25 tahun hampir tidak harapan untuk menambah anggota 2 kongregasi. Bernardus Hoecken adalah orang yang bersikap rendah hati dan 3 diam-diam mencari pujian. Bruder Bernardus Hoecken mengatakan bahwa Tuhan mengasihi orang yang rendah hati karena Ia sendiri adalah 4 rendah hati. Dalam mengikuti Yesus para bruder FIC, bebas dan tidak harus meninggalkan segala sesuatu yang menghambat hubungannya 5 dengan Tuhan. Melalui doa, Br. Hoecken dimampukan untuk mendengarkan 6 kebenaran dan hidup batin yang lebih mendalam. Br. Bernardus Hoecken adalah pribadi yang dekat dengan Tuhan. Ia menyadari bahwa kehidupan nyatanya harus 7 dipertanggungjwabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal.
S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
9
10
11 12
Para Bruder FIC meneladan Bunda Maria yang cermat dan peka terhadap kebutuhan pribadinya. Menurut Mgr. Ludovicus dan Br. Hoecken doa tidak memiliki kekuatan untuk “mengubah” orang-orang di sekitarnya menjadi lebih baik. Bruder yang lembut hati berarti suatu karakter memuliakan Tuhan sehingga mudah tersentuh dan mudah merespon sabda Tuhan. Perbedaan-perbedaan diantara para Bruder dimaksud untuk memecah kesatuan, tidak untuk saling melengkapi dan mempersatukan serta memperkaya diri sendiri. Bruder-bruder FIC tidak mengutamakan nilai persaudaraan dan kedisiplinan. INSTRUMEN PENELITIAN (B) Petunjuk pengisian: cermat dan teliti sebelum mengerjakan soal-soal di
1. Bacalah secara bawah ini 2. Pilihlah salah satu kolom dibawah ini yang sesuai dengan penghayatan Anda: dengan memberi tanda cek list ( 9 ). SL= Selalu, SR= Sering, KK = Kadang-kadang, TP = Tidak Pernah 3. Contoh cara menjawab: NO. SOAL 1.
SOAL
13
Saya berdoa setiap hari. Saya merasa kuat dan saya tidak perlu mengandalkan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Saya tekun berdoa memohon pertolongan Tuhan melalui perantaraan Bunda Maria agar dapat mengerjakan soal-soal ulangan yang sulit. Saya tidak memberikan kolekte di sekolah dan di Gereja.
15 16
SR 3 9
SL 4
SR KK 3 2
Saya berdoa sebelum makan.
NO.
14
SL 4
KK TP 2 1
TP 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
18 19 20 21
22
Saya menyisihkan sebagian uang saku untuk kegiatan amal. Saya kurang memanfaatkan waktu dengan baik yang diberikan untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah. Saya tidak dapat berdiskusi dengan teman-teman karena banyak yang berbicara sendiri. Saya bersedia membantu teman ketika kesulitan mengerjakan tugas mata pelajaran tertentu. Saya akan memaafkan teman yang berbuat salah terhadap saya. Saya bahagia dapat bertemu dengan teman-teman yang memiliki kemampuan dan kekurangannya masing-masing. INSTRUMEN PENELITIAN (C) Evaluasi Proses pendidikan kepangudiluhuran
NO.
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
SOAL Guru masuk kelas dan meninggalkan kelas tepat waktu. Guru ramah dan berusaha untuk akrab dengan siswa. Guru tegas bila siswa tidak disiplin dan tertib dalam kelas. Guru menyampaikan materi kepangudiluhuran dengan baik serta menguasai materi tersebut. Materi yang dipelajari selalu yang terbaru. (tidak mengulang materi yang sudah disampaikan). Materi yang diberikan dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Materi yang dipelajari sesuai dengan pengalaman hidup siswa/siswi. Siswa-siswi dapat mempraktekan sikap hidup Yesus dalam hidup sehari-hari Siswa-siswi berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan belajar. Setiap proses pembelajaran dapat diikuti dengan mudah oleh siswa/siswi.
SL 4
SR KK 3 2
TP 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
34 35 36 37 38 39 40
Dalam proses pembelajaran selalu menggunakan tahap-tahap yang jelas dan mudah diikuti. Dalam proses pembelajaran selalu menggunakan sarana seperti film, cerita, dan alat peraga sesuai dengan tujuan pembelajaran. Suasana pembelajaran dalam kelas tidak kaku dan tegang Siswa/siswi ikut terlibat aktif dalam setiap pembelajaran Siswa-siswi dapat memahami proses pembelajaran pada saat itu. Siswa-siswi dapat memahami keseluruhan proses pembelajaran kepangudiluhuran. Siswa-siswi membuat refleksi singkat tentang setiap kegiatan yang dilakukannya di sekolah Siswa-siswi dapat memahami tujuan dari proses pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5: Instrument Wawancara
Daftar Pertanyaan Wawancara
1.
Apa itu Pelajaran Kepangudiluhuran?
2.
Apa yang anda ketahui tentang nilai-nilai yang diperjuangkan oleh pendiri kongregasi para bruder FIC?
3.
Bagaiman pengalamanmu mempraktekkan nilai-nilai kepangudiluhuran dalam kehidupan sehari-hari?
4.
Bagaimana pengalamanmu dalam mengikuti pelajaran kepangudiluhuran ?
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6: Hasil Wawancara
JAWABAN HASIL WAWANCARA
a. 1.
2.
3.
4.
Aspek pengetahuan Mengenai pelajaran kepangudiluhuran: Responden 1, (Putri), menjawab; “Pelajaran buat lebih mengenal sejarah pendiri FIC dan Pangudi Luhur serta meneladan para pendiri FIC. jawaban ini didukung oleh responden 2 (Bagus), 3 (Billy) dan 5 (Ayu). Responden 4 (Yoga) menambahkan : Pelajaran untuk menambahkan semangat para siswa terutama siswa Pangudi Luhur. Mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan oleh para pendiri: Responden 1 (Putri) menjawab “gak pernah putus asa walaupun banyak tantangan, rendah hati, menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria”. Jawaban ini didukung oleh responden 2 (Bagus) . 3 (Billy), 4 (Yoga) dan 5 (Ayu). Mengenai tindakan konkreet dari para pendiri FIC berhubungan dengan tidak pernah putus asa: Responden 1 (Putri) menjawab “saat Bruder Bernardus Hoecken mau mendirikan kongregasi FIC uang tidak cukup, tinggal di rumah yang sangat sederhana, namun tetap berusaha. Jawaban ini didukung oleh responden 2 (Bagus), 4 (Yoga) dan 5 (Ayu). Responden 3 (Billy) menambahkan: “ saat kekurangan calon Bruder namun mereka tetap berdoa kepada Tuhan. Mengenai pengertian rendah hati: Responden 1 menjawab “suatu sikap yang tidak sombong, dan sikap apa adanya, ” Jawaban ini didukung oleh responden 3, 4, dan 5. Responden 2 menjawab “ sikap yang tidak egois dan mementingkan dirisendiri, seperti para pendiri FIC.Mereka menyerahkan harta miliknya untuk kongregasi. Mengenai menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria: Responden 1 menjawab “para pendiri FIC pribadi adalah orang yang sangat beriman, sangat percaya kepada Tuhan Yesus, selalu berdoa kepada Bunda Maria, apapun persoalan yang mereka hadapi mereka selalu meyerahkannya kepada Tuhan. Jawaban ini didukung oleh responden 2, 3, dan 5. Responden 4 menambahkan : Bruder Bernardus Hoecken yakin bahwa Tuhan selalu melindungi mereka.
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Aspek Penghayatan 1.
Mengenai pengalaman bersikap rendah hati: Responden 1 menjawab; “saat sulit mengerjakan mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris, minta tolong teman untuk menjelaskan caranya bagaimana dan juga belajar kelompok”. Jawaban ini didukung oleh responden 4. Responden 2 menjawab: saat saya melihat teman yang tidak mengerti pelajaran yang sulit saya berusaha untuk membantu, karena saya juga kadang tidak mengerti semua mata pelajaran. Responden 3 menjawab: berusaha untuk tertib dan taat pada aturan sekolah seperti tidak boleh terlambat, ke sekolah menggunakan sepeda kalau tidak ada yang mengantar. Membuang sampah pada tempatnya, menggunakan seragam sekolah sesuai peraturan. Responden 5 menambahkan: “memberi kolekte satu minggu satu kaliuntuk pembangunan gereja”.
c.
Aspek Proses
1.
Mengenai pegalaman saat mengikuti pelajaran kepangudiluhuran: Responden 1 menjawab; “lebih sering bosan, jenuh, mengantuk, apalagi saat guru menjelaskan dan menasihati”. Responden 2 menjawab: kadang-kadang semangat, senang, tertarik, tapi kadang-kadang tidak semangat, bosan, maunya nonton film saja”. Responden 3 menjawab: “sebetulnya pelajaran kepangudiluhuran baik, namun saya sering malas, bosan, capek, apalagi kaalau pelajaran ini di siang hari, saya tidak bisa konsentrasi. Responden 4 menjawab: “saat saya senang saya semangat mengikuti pelajaran tetapi saat saya tidak senang pelajarannya tidak menarik, apalagi berbicara tentang sejarah para pendiri yayasan pangudi luhur, rasanya bosan dan jenuh. Responden 5 menjawab: “ada semacam keterpaksaan dalam mengikuti pelajaran ini. gampang bosan, jenuh, maunya nonton film saja”.
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7: Uji Validitas Aspek Pengetahuan
UJI VALIDITAS ASPEK PENGETAHUAN item1 item1 Pearson Co
1.00
Sig. (2-tailed) N
(0.10)
Sig. (2-taile
0.19
0.08
0.01
(0.00)
0.19
0.44
0.47
0.85
0.96
0.84
0.57
0.61
0.32
0.93
0.99
0.00
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
1.00
(0.11)
0.04
(0.04)
(0.05)
0.09
0.08
(0.08)
(0.08)
0.03
0.17
0.05
0.15
0.58
0.57
0.52
0.24
0.34
0.34
0.31
0.69
0.03
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 1.00
0.01
Sig. (2-taile
0.15
0.94
163.00 163.00
0.01
0.04
(0.04)
(0.04)
0.03
0.14
0.05
0.15
0.25
0.94
0.65
0.65
0.61
0.67
0.08
0.51
0.05
0.00
0.00
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 (0.11)
1.00
(0.01)
0.04
0.04
(0.03)
Sig. (2-taile
0.85
0.58
0.65
0.75
163.00 163.00
(0.04)
(0.13)
(0.11)
(0.00)
0.05
0.03
0.13
0.32
0.75
0.64
0.09
0.15
0.98
0.51
0.68
0.10
0.00
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
1.00
0.00
(0.04)
(0.04)
(0.04)
0.10
Sig. (2-taile
0.96
0.57
0.65
0.64
0.18
163.00 163.00
0.10
(0.08)
0.05
0.15
0.02
0.09
0.34
0.18
0.31
0.50
0.05
0.83
0.25
0.00
0.00
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item6 Pearson Co
1.00
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
163.00 163.00 0.02
0.04
0.12
0.11
0.06
0.72
0.77
0.59
0.14
0.17
0.47
0.01
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
163.00 163.00
(0.02)
(0.05)
(0.04)
(0.13)
(0.08)
(0.03)
0.84
0.52
0.61
0.09
0.31
0.72
0.56
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
163.00 163.00
1.00
0.04
0.09
0.03
(0.11)
0.05
0.02
0.05
Sig. (2-taile
0.57
0.24
0.67
0.15
0.50
0.77
0.56
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
0.05
1.00
163.00 163.00
item9 Pearson Co
0.04
0.08
0.14
(0.00)
0.15
0.04
(0.08)
(0.00)
Sig. (2-taile
0.61
0.34
0.08
0.98
0.05
0.59
0.34
0.99
Sig. (2-taile
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 0.08
(0.08)
0.05
0.05
0.02
0.12
0.32
0.34
0.51
0.51
0.83
0.14
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
163.00 163.00 0.24
0.03
0.00
0.73
163.00 163.00
0.24
(0.05)
(0.07)
0.34
0.00
0.52
0.39
0.63
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
0.03
0.14
(0.05)
0.99
0.73
0.07
0.52
0.00
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
1.00
0.27
0.14
0.43
0.55
0.00
0.07
0.00
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
(0.05)
1.00
0.11
0.04
0.16
0.59
0.00
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
0.55
(0.08)
0.15
0.03
0.09
0.11
(0.05)
0.14
0.27
0.11
0.93
0.31
0.05
0.68
0.25
0.17
0.52
0.07
0.00
0.16
1.00
0.00 163.00
0.03
0.25
0.13
0.34
0.06
(0.07)
(0.05)
0.14
0.04
0.17
Sig. (2-taile
0.99
0.69
0.00
0.10
0.00
0.47
0.39
0.52
0.07
0.59
0.03
N total
1.00
0.51
163.00 163.00 163.00 163.00
163.00
0.00
Pearson Co
0.33
0.17
0.32
0.32
0.52
0.19
0.04
0.38
0.43
0.29
0.43
0.51
Sig. (2-taile
0.00
0.03
0.00
0.00
0.00
0.01
0.63
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
N
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
(14)
163.00 163.00
0.43
163.00 163.00 163.00 163.00
(0.00)
163.00 163.00
0.17
0.29
0.03
item12 Pearson Co
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
0.38
(0.05)
0.01
163.00 163.00
0.04
(0.00)
Sig. (2-taile
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
0.19
(0.08)
item11 Pearson Co N
0.52
(0.03)
item8 Pearson Co
N
0.32
(0.03)
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item5 Pearson Co
item10 Pearson Co
163.00 163.00
0.33
0.15
0.47
N
total
0.04
0.06
N
Correlations item10 item11 item12
0.04
item4 Pearson Co
Sig. (2-taile
item9
(0.02)
0.05
N
item8
0.00
0.44
item7 Pearson Co
item7
(0.01)
Sig. (2-taile
N
item6
0.06
0.15
N
item5
(0.06)
(0.06)
N
item4
(0.10)
item3 Pearson Co N
item3
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item2 Pearson Co N
item2
163.00 163.00 163.00 163.00
1.00 163.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8: Uji Validitas Aspek Penghayatan Dan Proses
item13 item13 Pearson 1.0 Sig. (2-tailed) N 163.0 item14 Pearson 0.1 Sig. (2-ta 0.3 N 163.0 item15 Pearson 0.1 Sig. (2-ta 0.4 N 163.0 item16 Pearson (0.1) Sig. (2-ta 0.1 N 163.0 item17 Pearson 0.1 Sig. (2-ta 0.1 N 163.0 item18 Pearson 0.0 Sig. (2-ta 0.7 N 163.0 item19 Pearson (0.1) Sig. (2-ta 0.2 N 163.0 item20 Pearson (0.0) Sig. (2-ta 0.9 N 163.0 item21 Pearson 0.0 Sig. (2-ta 0.7 N 163.0 item22 Pearson 0.0 Sig. (2-ta 0.7 N 163.0 item23 Pearson 0.0 Sig. (2-ta 0.7 N 163.0 item24 Pearson (0.1) Sig. (2-ta 0.1 N 163.0 item25 Pearson (0.1) Sig. (2-ta 0.2 N 163.0 item26 Pearson 0.1 Sig. (2-ta 0.5 N 163.0
item14 item15 item16 0.1 0.1 (0.1) 0.3 0.4 0.1 163.0 163.0 163.0 1.0 (0.1) 0.3 0.4 0.0 163.0 163.0 163.0 (0.1) 1.0 0.0 0.4 0.9 163.0 163.0 163.0 0.3 0.0 1.0 0.0 0.9 163.0 163.0 163.0 (0.1) 0.1 (0.0) 0.4 0.2 1.0 163.0 163.0 163.0 0.1 0.0 0.1 0.1 0.7 0.2 163.0 163.0 163.0 0.1 (0.2) 0.1 0.2 0.0 0.1 163.0 163.0 163.0 (0.1) 0.2 0.1 0.1 0.0 0.2 163.0 163.0 163.0 (0.1) 0.1 0.1 0.2 0.3 0.4 163.0 163.0 163.0 (0.0) 0.1 0.1 0.8 0.3 0.2 163.0 163.0 163.0 (0.0) 0.1 0.2 1.0 0.1 0.0 163.0 163.0 163.0 (0.1) 0.2 0.1 0.5 0.0 0.1 163.0 163.0 163.0 0.1 0.1 0.3 0.5 0.1 0.0 163.0 163.0 163.0 (0.0) 0.2 0.2 0.7 0.0 0.0 163.0 163.0 163.0
item17 0.1 0.1 163.0 (0.1) 0.4 163.0 0.1 0.2 163.0 (0.0) 1.0 163.0 1.0
item18 0.0 0.7 163.0 0.1 0.1 163.0 0.0 0.7 163.0 0.1 0.2 163.0 0.0 0.6 163.0 163.0 0.0 1.0 0.6 163.0 163.0 (0.1) 0.1 0.1 0.2 163.0 163.0 0.2 (0.1) 0.0 0.5 163.0 163.0 0.1 0.0 0.2 0.9 163.0 163.0 0.1 0.0 0.4 0.9 163.0 163.0 0.2 0.0 0.0 0.8 163.0 163.0 0.2 0.2 0.0 0.0 163.0 163.0 0.1 (0.0) 0.2 0.9 163.0 163.0 0.1 0.2 0.2 0.0 163.0 163.0
item19 (0.1) 0.2 163.0 0.1 0.2 163.0 (0.2) 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 (0.1) 0.1 163.0 0.1 0.2 163.0 1.0
item20 (0.0) 0.9 163.0 (0.1) 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.2 0.0 163.0 (0.1) 0.5 163.0 (0.1) 0.4 163.0 163.0 (0.1) 1.0 0.4 163.0 163.0 (0.2) 0.2 0.0 0.0 163.0 163.0 (0.1) 0.3 0.3 0.0 163.0 163.0 (0.0) 0.1 0.6 0.1 163.0 163.0 (0.1) 0.2 0.2 0.0 163.0 163.0 0.0 0.2 1.0 0.0 163.0 163.0 (0.0) (0.0) 0.7 0.6 163.0 163.0
item21 0.0 0.7 163.0 (0.1) 0.2 163.0 0.1 0.3 163.0 0.1 0.4 163.0 0.1 0.2 163.0 0.0 0.9 163.0 (0.2) 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 1.0
(15)
item22 0.0 0.7 163.0 (0.0) 0.8 163.0 0.1 0.3 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.4 163.0 0.0 0.9 163.0 (0.1) 0.3 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 163.0 0.2 1.0 0.0 163.0 163.0 0.0 0.2 0.7 0.0 163.0 163.0 0.2 0.2 0.0 0.0 163.0 163.0 0.2 0.3 0.0 0.0 163.0 163.0 0.1 0.2 0.1 0.0 163.0 163.0
item23 0.0 0.7 163.0 (0.0) 1.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.8 163.0 (0.0) 0.6 163.0 0.1 0.1 163.0 0.0 0.7 163.0 0.2 0.0 163.0 1.0
item24 (0.1) 0.1 163.0 (0.1) 0.5 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 (0.1) 0.2 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 163.0 0.4 1.0 0.0 163.0 163.0 0.3 0.5 0.0 0.0 163.0 163.0 0.3 0.4 0.0 0.0 163.0 163.0
item25 (0.1) 0.2 163.0 0.1 0.5 163.0 0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 (0.0) 0.9 163.0 0.0 1.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 1.0
item26 0.1 0.5 163.0 (0.0) 0.7 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.2 0.0 163.0 (0.0) 0.7 163.0 (0.0) 0.6 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 163.0 0.4 1.0 0.0 163.0 163.0
item27 0.0 0.6 163.0 (0.0) 0.8 163.0 (0.0) 0.9 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.3 163.0 0.1 0.2 163.0 0.0 0.7 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.5 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0
item28 (0.0) 0.6 163.0 (0.0) 1.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 (0.0) 0.7 163.0 0.2 0.0 163.0 (0.0) 0.8 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0
item29 0.0 0.8 163.0 (0.0) 0.8 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.1 0.1 163.0 0.0 1.0 163.0 (0.1) 0.4 163.0 0.2 0.1 163.0 (0.0) 0.9 163.0 0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
it em30 0.1 0.3 163.0 (0.0) 0.5 163.0 0.1 0.1 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.1 163.0 (0.0) 1.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.0 0.6 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 162.0 0.5 0.0 163.0
it em31 (0.0) 0.8 163.0 0.0 0.5 163.0 0.1 0.5 163.0 0.1 0.4 163.0 0.1 0.5 163.0 (0.1) 0.4 163.0 (0.1) 0.3 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.4 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.8 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.1 0.3 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.7 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.0 0.9 163.0 0.1 0.1 162.0 0.4 0.0 163.0
it em32 0.0 0.6 163.0 (0.1) 0.4 163.0 0.0 0.6 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 (0.1) 0.5 163.0 (0.1) 0.2 163.0 0.1 0.3 163.0 0.0 0.8 163.0 0.1 0.2 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 1.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.1 0.2 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 162.0 0.5 0.0 163.0
it em33 (0.1) 0.4 163.0 0.0 0.9 163.0 0.1 0.1 163.0 0.4 0.0 163.0 0.0 0.9 163.0 0.0 0.6 163.0 0.2 0.1 163.0 0.0 0.6 163.0 (0.1) 0.3 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.3 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 162.0 0.5 0.0 163.0
it em34 0.0 0.5 163.0 (0.1) 0.3 163.0 0.0 0.9 163.0 0.1 0.1 163.0 (0.1) 0.3 163.0 (0.0) 1.0 163.0 (0.0) 0.6 163.0 0.2 0.0 163.0 (0.0) 1.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.4 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.7 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 162.0 0.4 0.0 163.0
it em35 0.2 0.0 163.0 (0.1) 0.3 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.3 163.0 (0.0) 0.6 163.0 (0.0) 0.6 163.0 (0.1) 0.4 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.5 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.7 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.1 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 1.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.3 163.0 0.1 0.2 162.0 0.4 0.0 163.0
it em36 0.0 0.7 163.0 (0.1) 0.1 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.2 163.0 (0.1) 0.4 163.0 (0.0) 0.6 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.2 163.0 0.0 0.5 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.3 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.6 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 162.0 0.5 0.0 163.0
(16)
it em37 (0.0) 0.6 163.0 (0.1) 0.3 163.0 0.0 0.7 163.0 0.2 0.0 163.0 (0.0) 0.9 163.0 (0.0) 0.6 163.0 0.0 0.9 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.8 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.5 0.0 162.0 0.6 0.0 163.0
it em38 0.0 0.9 163.0 (0.0) 0.6 163.0 0.1 0.4 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 1.0 163.0 (0.1) 0.3 163.0 (0.0) 0.7 163.0 0.1 0.2 163.0 (0.1) 0.3 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.5 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 1.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.5 0.0 162.0 0.5 0.0 163.0
it em39 0.0 1.0 163.0 0.0 0.8 163.0 0.1 0.1 163.0 0.1 0.2 163.0 (0.0) 0.6 163.0 0.0 0.9 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 (0.2) 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.1 163.0 0.1 0.5 163.0 0.1 0.2 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.6 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.9 163.0 0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.3 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 1.0 163.0 0.4 0.0 162.0 0.4 0.0 163.0
it em40 (0.1) 0.1 162.0 0.0 1.0 162.0 0.2 0.0 162.0 0.3 0.0 162.0 0.0 0.6 162.0 0.1 0.3 162.0 0.0 0.8 162.0 0.0 0.6 162.0 (0.0) 0.6 162.0 0.1 0.1 162.0 0.4 0.0 162.0 0.4 0.0 162.0 0.3 0.0 162.0 0.3 0.0 162.0 0.2 0.0 162.0 0.3 0.0 162.0 0.3 0.0 162.0 0.2 0.0 162.0 0.1 0.1 162.0 0.3 0.0 162.0 0.3 0.0 162.0 0.1 0.1 162.0 0.1 0.2 162.0 0.4 0.0 162.0 0.5 0.0 162.0 0.5 0.0 162.0 0.4 0.0 162.0 1.0 162.0 0.6 0.0 162.0
T ot al 0.1 0.2 163.0 0.0 0.7 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.0 0.8 163.0 0.4 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.6 0.0 162.0 1.0 163.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0.2 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 162.0 0.5 0.0 163.0
0.1 0.3 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.7 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.0 0.9 163.0 0.1 0.1 162.0 0.4 0.0 163.0
0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 1.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.1 0.2 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 162.0 0.5 0.0 163.0
0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 162.0 0.5 0.0 163.0
0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.7 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 162.0 0.4 0.0 163.0
0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.1 0.1 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 1.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.3 163.0 0.1 0.2 162.0 0.4 0.0 163.0
0.0 0.6 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.1 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 162.0 0.5 0.0 163.0
(17)
0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 1.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.5 0.0 162.0 0.6 0.0 163.0
0.1 0.5 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.1 0.2 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 1.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.5 0.0 162.0 0.5 0.0 163.0
0.2 0.0 163.0 0.0 0.6 163.0 0.2 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.0 0.9 163.0 0.1 0.1 163.0 0.3 0.0 163.0 0.2 0.0 163.0 0.1 0.3 163.0 0.3 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 1.0 163.0 0.4 0.0 162.0 0.4 0.0 163.0
0.2 0.0 162.0 0.3 0.0 162.0 0.3 0.0 162.0 0.2 0.0 162.0 0.1 0.1 162.0 0.3 0.0 162.0 0.3 0.0 162.0 0.1 0.1 162.0 0.1 0.2 162.0 0.4 0.0 162.0 0.5 0.0 162.0 0.5 0.0 162.0 0.4 0.0 162.0 1.0 162.0 0.6 0.0 162.0
0.5 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.6 0.0 163.0 0.5 0.0 163.0 0.4 0.0 163.0 0.6 0.0 162.0 1.0 163.0