s ANALISIS KORELASI DAN DAMPAK KEBERADAAN
PEDESTRIAN PATH NYI RAJA PERMAS BOGOR
NURUL SILMIATUL AGHNIAH
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Korelasi dan Dampak Keberadaan Pedestrian Path Nyi Raja Permas Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2013
Nurul Silmiatul Aghniah NIM H44090083
ABSTRAK NURUL SILMIATUL AGHNIAH. Analisis Korelasi dan Dampak Keberadaan Pedestrian Path Nyi Raja Permas Bogor. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI. Pada studi kasus penelitian ini akan dijelaskan mengenai kondisi pedestrian path di Kota Bogor khususnya di Jalan Nyi Raja Permas. Kebutuhan pengembangan fasilitas pedestrian berdasarkan sistem jalan menjadi persoalan penting ditengah semakin meningkatnya jumlah kendaraan pribadi, kendaraan umum maupun kendaraan bermotor serta tidak tertibnya Pedagang Kaki Lima (PKL) liar dan pengguna kendaraan umum yang mengganggu keselamatan pejalan kaki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis korelasi dan dampak keberadaan pedestrian path yang dirasakan oleh pengguna jalan. Kondisi pedestrian path Nyi Raja Permas dianalisis dengan analisis deskriptif. Hubungan karakteristik dan persepsi pengguna jalan terhadap kondisi umum pedestrian path dianalisis dengan uji korelasi. Dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang diperoleh dari adanya keberadaan pedestrian path tersebut dianalisis dengan multiplier effect dan analisis deskriptif. Key word : analisis deskriptif, multiplier effect, pedestrian, uji korelasi
ABSTRACT NURUL SILMIATUL AGHNIAH. Corellation Analysis and Impact of Pedestrian Paths Nyi Raja Permas Existence Bogor. Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI. In this case study of this research explained about the condition of “pedestrian" paths in the city of Bogor especially in Nyi Raja Permas street. The need of the development in the road system of pedestrian facilities was a major issue when the increased number of private vehicles, public transport and motor vehicle and no martinet street vendors or “Pedagang Kaki Lima (PKL)” and public transport users were disturb pedestrian safety. The purpose of this reasearch was to analyze the correlation and impact of pedestrian paths existence. Condition of pedestrian paths Nyi Raja Permas street was analyzed with descriptive analysis. The relationship and characteristics of the user's perception of the general conditions of pedestrian paths was analyzed with correlation test. The economic, social, and environmental impact that were gained from the existence of the pedestrian path was analyzed with a multiplier effect and descriptive analysis. Keywords : correlation test, descriptive analysis, multiplier effect, pedestrian
ANALISIS KORELASI DAN DAMPAK KEBERADAAN ANALISIS KORELASI KARAKTERISTIK-PERSEPSI PEDESTRIAN PATH KEBERADAAN NYI RAJA PERMAS BOGOR ESPONDEN DAN DAMPAK PEDESTRIAN PATH NYI RAJA PERMAS BOGOR
NURUL SILMIATUL AGHNIAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
: Analisis Korelasi dan Dampak Keberadaan Pedestrian Path Nyi Raja Permas Bogor
Nama
Nurul Silmiatul Aghniah
NIM
H44090083
Disetujui oleh
ntan Kumala Putri, M.Si Pembimbing I
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
11 OCT 2013
Judul Skripsi : Analisis Korelasi dan Dampak Keberadaan Pedestrian Path Nyi Raja Permas Bogor Nama
: Nurul Silmiatul Aghniah
NIM
: H44090083
Disetujui oleh
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul penelitian penulis adalah Analisis Korelasi dan Dampak Keberadaan Pedestrian Path Nyi Raja Permas Bogor yang dilaksanakan pada bulan Maret 2013 hingga Mei 2013. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
Kedua orang tua tercinta yaitu Agus Sugeng Sudarmaji, S.Pd dan Sabriah, serta ketiga adikku tersayang yang telah memberikan kasih sayang, didikan, motivasi, serta do‟a yang tak pernah putus kepada penulis.
Ibu Dr. Eka Intan Kumala Putri, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi dan Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran, serta Ibu Dr. Meti Ekayani, S.hut, M.Sc dan Ibu Asti Istiqomah, SP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukkan dalam penulisan skripsi ini.
Bapak Abdul Haris dari Badan Pembangunan Daerah Bogor, Bapak Agus dari Dinas Bina Marga Bogor, Mas Febri dari GIZ-SUTIP Bogor yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi.
Rekan satu bimbingan: Laila, Tina, Ayu, Aisyah, Febby, Hilman, dan Akmal serta seluruh keluarga besar di ESL 46. Terimakasih atas berbagai kebersamaan, doa, semangat, bantuan, dan dukungan kalian selama ini.
Seluruh keluarga BEM TPB 2009, BEM FEM Kabinet Sinergi 2011, BEM FEM Kabinet Progresif 2012, teman-teman FORMASI dan ARROJA. Terimakasih atas do‟a, motivasi, dan semangatnya.
Seluruh Dosen dan Tenaga Pendidikan Departemen ESL yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait. Bogor, September 2013
Nurul Silmiatul Aghniah
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ..... ..................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR . .....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii I.
II.
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ..............................................................................
1
1.2
Perumusan Masalah .......................................................................
3
1.3
Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
1.4
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pedestrian (Pejalan Kaki) ................................................................
6
2.2
Peran dan Fungsi Pedestrian Path ...................................................
6
2.3
Karakteristik Pedestrian Path ..........................................................
8
2.4
Kebijakan Penyelenggaraan Pedestrian Path .…………… ............
12
2.5
Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan ....................................
13
2.6
Penelitian Terdahulu .......................................................................
14
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
3.2
Kerangka Pemikiran Teoritis……………………………………..
17
3.1.1 Konsep Uji Korelasi……………………………………….. .
17
3.1.2 Konsep Multiplier Effect……………………………………….. .
18
Kerangka Pemikiran Operasional………………………………....
20
IV. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................
22
4.2
Jenis dan Sumber Data ....................................................................
22
4.3
Metode Pengambilan Sampel ..........................................................
22
4.4
Metode dan Prosedur Analisis Data ................................................
23
4.4.1 Menggambarkan Kondisi Pedestrian Path ............................
24
4.4.2 Analisis Hubungan Karakteristik dan Persepsi Pengguna Jalan terhadap Kondisi Umum Pedestrian path ..................... 4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan
24
dari Keberadaan Pedestrian Path…….…... ............. 29 V.
GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 32 5.1.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian ..................................... 32 5.1.2 Aksebilitas .............................................................................. 33
5.2
Karakteristik Responden Pengguna Jalan Pedestrian Path Nyi Raja Permas ..................................................................................... 34
5.3
Karakteristik Pemilik Unit Usaha di Kawasan Pedestrian Path Nyi Raja Permas .............................................................................. 38
5.4
Karakteristik Tenaga Kerja di Kawasan Pedestrian Path Nyi Raja Permas ..................................................................................... 41
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Gambaran Kondisi Pedestrian Path Nyi Raja Permas..................... 44 6.1.1 Kondisi Fisik Pedestrian Path ............................................... 45 6.1.2 Kondisi Fasilitas Pedestrian Path.......................................... 46 6.1.3 Kondisi Pengelolaan dan Pemeliharaan……………………. 48
6.2
Analisis Hubungan Karakteristik dan Persepsi Pengguna Jalan dengan Kondisi Umum Pedestrian Path .......................................... 50 6.2.1 Hubungan Antara Karakteristik Pengguna Jalan dengan Kondisi Umum Pedestrian Path ............................................. 50 6.2.2 Hubungan Antara Persepsi Responden dengan Kondisi Umum Pedestrian Path...…………………………….. .............. 55
6.3
Analisis Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Pedestrian ... 57 6.3.1 Dampak Ekonomi................................................................... 57 6.3.2 Dampak Sosial ....................................................................... 68 6.3.3 Dampak Lingkungan………………………………………. . 72
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1
Simpulan .......................................................................................... 74
7.2
Saran .............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 76 LAMPIRAN ...................................................................................................... 79 RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………...` 85
DAFTAR TABEL Halaman
Nomor 1.
Penelitian terdahulu .............................................................................
15
2.
Matriks analisis data ............................................................................
23
3.
Indikator pengukuran penilaian kondisi pedestrian path .....................
25
4.
Indikator pengukuran karakteristik pengguna jalan .............................
27
5.
Indikator pengukuran persepsi kondisi lingkungan sekitar pedestrian
28
6.
Karakteristik sosial ekonomi responden pengguna pedestrian path ....
35
7.
Karakteristik berkunjung responden pengguna pedestrian path ..........
38
8.
Karakteristik responden pemilik unit usaha kawasan pedestrian path
39
9.
Karakteristik responden tenaga kerja kawasan pedestrian path ..........
41
10.
Jumlah dan kondisi fasilitas pedestrian path Nyi Raja Permas .........
47
11.
Peran dinas atau lembaga Kota Bogor dalam pengelolaan dan pemeliharaan pedestrian path Nyi Raja Permas .................................
12.
Sebaran persepsi pengguna jalan terhadap kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas .........................................................................
13.
51
Hasil uji korelasi kondisi karaktersitik pengguna jalan dengan kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas ..........................................
15.
50
Sebaran karakteristik pengguna jalan terhadap kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas ........................................................
14.
49
52
Hasil uji korelasi hubungan persepsi responden dengan kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas .........................................................
55
16.
Proporsi pengeluaran pengguna pedestrian path Nyi Raja Permas .....
58
17.
Proporsi pengeluaran pengguna jalan per bulan di lokasi pedestrian path Nyi Raja Permas ..........................................................................
59
18.
Proporsi pengeluaran unit usaha per bulan ..........................................
60
19.
Sebaran pendapatan pemilik responden unit usaha dan dampak langsung yang dirasakan di lokasi pedestrian path Nyi Raja Permas ..
20.
Sebaran jumlah tenaga kerja dan total pendapatan tenaga kerja per bulan pada kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas..................
21.
61
62
Proporsi pengeluaran responden tenaga kerja di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas ..........................................................................
62
22.
Sebaran pengeluaran responden tenaga kerja di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas ........................................................................... 63
23.
Sebaran pendapatan supplier bahan baku atau input per bulan……. .. 64
24.
Sebaran biaya bahan baku dan pendapatan supplier bahan baku…… 64
25.
Nilai pengganda dari arus uang yang terjadi di lokasi pedestrian path Nyi Raja Permas ................................................................................... 65
26. Perubahan pendapatan rata-rata pemilik unit usaha sebelum dan setelah adanya pedestrian path Nyi Raja Permas .............................................. 66 27.
Persepsi pengguna jalan dan unit usaha terhadap manfaat sosial keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas ...................................... 68
28.
Persepsi pengguna jalan dan unit usaha terhadap perubahan perilaku dari adanya keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas................... 71
29.
Persepsi pengguna jalan dan unit usaha terhadap dampak lingkungan dari keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas ............................... 72
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Gambar Alur kerangka pemikiran operasional ....................................
21
2.
Gambar Lingkup lokasi penelitian pedestrian path Nyi Raja Permas .
32
3.
Gambar Sebaran cara kedatangan pengguna pedestrian path Nyi Raja Permas .........................................................................................
36
4.
Gambar Sebaran jenis kendaraan yang digunakan responden .............
36
5.
Gambar Sebaran tujuan penggunaan pedestrian path Ny Raja Permas 37
6.
Gambar Sebaran intensitas penggunaan pedestrian path per minggu .
7.
Gambar Sebaran lama bekerja tenaga kerja di kawasan pedestrian
37
path Nyi Raja Permas ..........................................................................
42
8.
Gambar Sebaran jam kerja responden tenaga kerja dalam satu hari ...
43
9.
Gambar Desain dari konsep pedestrian path Nyi Raja Permas ..........
45
10.
Gambar Kondisi fasilitas pedestrian path Nyi Raja Permas ...............
47
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Nomor 1.
Hasil Output Uji Korelasi Karakteristik dan Persepsi Responden. ...
2.
Perhitungan Multiplier Effect Keberadaan Pedestrian Path
3.
79
Nyi Raja Permas ................................................................................
83
Dokumentasi ......................................................................................
84
0
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan kawasan perkotaan secara spasial tidak dapat dilepaskan dari sektor-sektor permukiman, komersial, industri, transportasi, dan sektor penunjang lainnya. Hal tersebut merupakan kegiatan-kegiatan yang potensial dalam mengubah kualitas lingkungan perkotaan. Salah satu dampak dari semakin berkembangnya kawasan perkotaan adalah terjadinya peningkatan penggunaan bahan bakar dari kendaraan umum dan peningkatan pencemaran udara di kawasan pusat kegiatan di kota yang sebagian besar disebabkan oleh sektor transportasi. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk menghemat penggunaan bahan bakar maupun meminimalisir pencemaran udara diperlukan perencanaan sistem transportasi yang baik dan berwawasan lingkungan di kawasan perkotaan dimana salah satunya adalah pengembangan prasarana tidak bermotor atau pengembangan kawasan pejalan kaki. Kebutuhan pengembangan fasilitas pejalan kaki atau pedestrian berdasarkan sistem jalan menjadi persoalan penting dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan pribadi, kendaraan umum, maupun kendaraan bermotor. Menurut Bishop dalam Kusbiantoro (2007), secara historis jalan tidak hanya berfungsi sebagai media pergerakan manusia atau barang, tetapi juga merupakan tempat kehidupan publik. Jalan menjadi tempat bertemu, berinteraksi, dan berkegiatan khususnya untuk masyarakat kota. Fungsi jalan tersebut pada perkembangannya mengalami diferensiasi dimana fungsi jalan sebagai tempat pergerakan kendaraan semakin menguat, sedangkan fungsi lainnya yang bisa menggambarkan kehidupan kota mulai menurun. Perubahan ini dapat merubah persepsi masyarakat terhadap moda berjalan sampai kebijakan perencanaan bagi perencana transportasi. Lingkungan perkotaan yang manusiawi adalah lingkungan yang ramah bagi pejalan kaki. Saat ini, keberadaan pedestrian di negara-negara maju sudah berkembang secara luas sebagai bagian dan upaya manusia dalam memecahkan masalah sirkulasi manusia di kota dan dalam rangka memanusiawikan perkotaan. Pada prinsipnya pengembangan fasilitas pedestrian bertujuan untuk menciptakan
1
suatu kawasan yang manusiawi dengan lebih mengutamakan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki terhadap konflik dengan kendaraan bermotor. Penciptaan jalur pedestrian akan membawa manfaat pada perbaikan aspek pengaturan lalu lintas, ekonomi, lingkungan, dan sosial diperkotaan. Mengembalikan ruang jalan yang ada diperkotaan dari kendaraan bermotor menjadi ruang yang mendukung pedestrian merupakan sesuatu yang dianggap penting dan krusial (Jacobs 1992). Sebagai contoh, di kawasan Marina Bay Singapura telah dibangun pedestrian yang nyaman dan aman serta menjadi potensi wisata yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan.1Salah satu contoh nyata kota yang berhasil mewujudkan pembangunan perkotaan berwawasan lingkungan adalah Bogota, Columbia. Kondisi awal kota yang tidak teratur diubah melalui perbaikan pada sektor transportasi dimana kawasan untuk mobil pribadi diperkecil sedangkan ruang jalan untuk kendaraan umum dan sepeda diperbesar sehingga pejalan kaki sangat dimanusiakan karena jalan menjadi lebih aman dan lebih nyaman.2 Pada beberapa bagian negara Eropa dan Asia lainnya, pejalan kaki sangat dihormati dan menjadi prioritas utama dalam menggunakan jalur dan penggunaan pedestrian tidak diperkenankan untuk dijadikan ladang usaha. Kondisi perkembangan perkotaan di Indonesia saat ini cenderung belum mendukung penuh penyelenggararaan prasarana jalur pedestrian dikarenakan pertumbuhan populasi kota yang tidak teratur serta adanya pertumbuhan penggunaan kendaraan pribadi dan bermotor yang dominan dalam penggunaan ruang publik. Hal ini terlihat dari data Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BSTP) pada tahun 2008 terkait kondisi ketersediaan jalur pedestrian di Indonesia yang masih rendah yaitu kota metropolitan sebesar 3.2 %, kota besar sebesar 1. 5%, kota sedang sebesar 5.3 %, dan kota kecil sebesar 7.8 %. Jika dilihat dari kondisi pedestrian yang sudah ada di Indonesia, permasalahan pedestrian path di Indonesia hampir serupa yaitu masalah parkir, kendaraan bermotor yang masuk ke 1
Anonim. 2012. http://wisata.kompasiana.com. Kawasan Marina Bay Singapura Sebuah Inovasi
Komprehensif dan Interaktif. (Diakses : 20 November 2012) 2
Tanan, Natalia. 2011.http://btllj pusjatan.com. Penyediaan Prasarana Pejalan Kaki : Suatu Upaya
Perwujudan Transportasi Perkotaan yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan. (Diakses : 20 November 2012) .
2
pedestrian, dan banyaknya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menggunakan pedestrian sehingga fungsi pedestrian tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mengalami pertumbuhan infrastruktur yang begitu pesat, dimana perubahan tersebut memberikan pengaruh pada keseluruhan struktur kota. Sebagian besar jalan Kota Bogor terutama pusat kota setiap hari dipadati oleh alur kendaraan angkutan umum maupun kendaraan bermotor dari pagi hingga malam hari dimana kondisi tersebut berimplikasi langsung bagi kenyamanan pejalan kaki sekitarnya. Salah satu upaya Kota Bogor dalam mengembalikan hak pejalan kaki adalah dengan membangun fasilitas jalur khusus untuk pejalan kaki di Jalan Nyi Raja Permas kawasan stasiun kereta api Bogor. Tingkat pengguna jalan di kawasan tersebut cukup tinggi dimana terdapat berbagai macam aktivitas di dalamnya seperti penggunaan jasa transportasi kereta api yang setiap harinya melayani kurang lebih sebanyak 80.000 penumpang. Keberadaan pedestrian path di kawasan ini diharapkan menjadi citywalk Kota Bogor.3 Sampai saat ini, di pedestrian path Nyi Raja Permas juga tidak terlepas dari permasalahan alih fungsi penggunaan pedestrian oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) maupun pengguna kendaraan umum sehingga dampak yang dirasakan dari keberadaan pedestrian path menjadi beragam. Penilitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan terkait dampak apa saja yang dirasakan oleh pengguna jalan, pelaku unit usaha, maupun masyarakat sekitar kawasan pedestrian path dari adanya fasilitas pedestrian path Nyi Raja Permas. 1.2 Perumusan Masalah Pengembangan prasarana jalur pejalan kaki atau pedestrian path masih belum menjadi prioritas dibandingkan pengembangan jalur untuk moda transportasi lainnya terutama kendaraan bermotor, sehingga pejalan kaki menjadi tergeser dari ruang yang seharusnya menjadi haknya dan berada dalam posisi yang lemah serta cenderung menggunakan badan jalan atau prasarana seadanya. Kondisi tersebut sangat membahayakan keselamatan pejalan kaki dan 3
Anonim. 2012. http://www.kotabogor.go.id. Pedestrian Nyi Raja Permas Ditargetkan Tuntas
Oktober 2012. (Diakses : 20 November 2012)
3
mempengaruhi kelancaran lalu lintas akibat pejalan kaki yang menggunakan badan jalan. Oleh karena itu, diperlukan upaya mengaplikasikan keberadaan jalur pejalan kaki atau pedestrian path yang memenuhi kebutuhan pejalan kaki, antara lain keselamatan, kelancaran, dan kenyamanan serta menciptakan lingkungan perkotaan yang dapat mempertahankan pusat kota menjadi manusiawi, meningkatkan kesehatan masyarakat, meningkatkan komunikasi antar masyarakat, menarik bagi warga kota untuk datang, tinggal, bekerja, dan melakukan kegiatan lainnya sehingga penyediaan prasarana pejalan kaki dapat menjadi upaya perwujudan transportasi yang ramah lingkungan. Pada studi kasus penelitian ini, pedestrian path Nyi Raja Permas telah secara resmi dikelola oleh Pemerintah Kota Bogor dan dapat dimanfaatkan langsung oleh pengguna jalan sejak bulan Desember 2012. Keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas telah memberikan dampak terutama terkait dengan pengelolaan kendaraan umum, pribadi, dan motor serta PKL (Pedagang Kaki Lima) yang sebelumnya belum tertib dan menimbulkan banyak konflik di kalangan masyarakat. Pedestrian yang telah dijajah oleh para pengendara motor dan PKL tentu merugikan pengguna jalan. Adanya pembangunan pedestrian path dengan perencanaan, pengelolaan, dan pemeliharaan yang baik hendaknya mampu mengatasi permasalahan tersebut dan dapat memberikan dampak yang lebih baik dari segi ekonomi, sosial maupun lingkungan di sekitar kawasan pedestrian path tersebut. Berdasarkan uraian tersebut beberapa pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran tentang kondisi pedestrian path Nyi Raja Permas di kawasan KA Kota Bogor ? 2. Bagaimana korelasi (hubungan) karakteristik dan persepsi responden atau pengguna jalan terhadap kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas di kawasan KA Kota Bogor ? 3. Bagaimana dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan terhadap keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas kawasan KA Kota Bogor ?
4
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan umum dari penelitian ini yaitu menganalisis korelasi dan dampak keberadaan pedestrian path yang dirasakan oleh pengguna jalan di pedestrian path Nyi Raja Permas kawasan Kereta Api (KA) Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut : 1. Memberikan gambaran tentang kondisi pedestrian path Nyi Raja Permas di kawasan KA Kota Bogor. 2. Menganalisis korelasi (hubungan) karakteristik dan persepsi responden atau pengguna jalan terhadap kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas di kawasan KA Kota Bogor. 3. Menganalisis dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas di kawasan KA Kota Bogor. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bersifat studi kasus yang meneliti beberapa permasalahan yang terjadi di lokasi pedestrian path Nyi Raja Permas kawasan Kereta Api (KA) Kota Bogor. Penelitian ini lebih difokuskan pada penilaian pengguna pedestrian terhadap kondisi keberadaan pedestrian path saat ini serta dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang ditimbulkan dari adanya pedestrian tersebut. Objek dalam penelitian ini yaitu masyarakat pengguna pedestrian path, unit usaha di sekitar lokasi penelitian, dan key person pihak pengelola pedestrian path. Analisis korelasi (hubungan) karakteristik dan persepsi responden dengan kondisi umum pedestrian path mencakup kondisi karaktersitik responden berupa jenis kelamin, umur, pendapatan, tingkat pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, dan intensitas penggunaan pedestrian serta persepsi pengguna jalan yang dilihat dari aspek kenyamanan, keindahan, kebersihan, keamanan, dan keselamatan. Dampak ekonomi yang dianalisis berupa dampak langsung (direct), dampak tidak langsung (indirect), dan dampak lanjutan (induced). Asumsi yang dibangun untuk dampak lanjutan adalah memperhitungkan pengeluaran tenaga kerja lokal pada kawasan pedestrian Nyi Raja Permas KA Kota Bogor dan penerimaan supplier bahan baku atau input di wilayah Kecamatan Bogor Tengah.
5
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedestrian (Pejalan Kaki) Rubenstein (1992) menjelaskan bahwa pejalan kaki atau pedestrian berasal dari bahasa Latin pedester atau pedestris yaitu orang yang berjalan kaki atau pejalan kaki. Pedestrian juga berasal dari kata pedos bahasa Yunani yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki. Pejalan kaki adalah orang yang melakukan perjalanan dari satu tempat asal (origin) ke tempat lain sebagai tujuan (destination) dengan berjalan kaki atau tanpa kendaraan. Kemudian dari pengertian tersebut pejalan kaki dalam penelitian ini adalah orang yang melakukan perjalanan atau aktivitas di ruang terbuka publik tanpa menggunakan kendaraan. Anggriani (2009) berpendapat, masalah pejalan kaki juga merupakan masalah utama dalam lalu lintas. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 Bab 1 Pasal 2 Ayat 11 yang menyatakan bahwa pejalan kaki mempunyai hak untuk mendapatkan kenyamanan dalam menggunakan jalan. Menurut Dirjen Perhubungan Darat (1997) pejalan kaki adalah bentuk transportasi yang penting di perkotaan. Pejalan kaki terdiri dari : a. Mereka yang keluar dari tempat parkir mobil menuju tempat tujuan. b. Mereka yang menuju atau turun dari angkutan umum sebagian besar masih memerlukan kegiatan berjalan kaki. c. Mereka yang melakukan perjalanan kurang dari 1 kilometer (km), sebagian besar dilakukan dengan berjalan kaki. 2.2 Peran dan Fungsi Pedestrian Path (Jalur Pejalan Kaki) Jalur pedestrian merupakan daerah yang menarik untuk kegiatan sosial, perkembangan jiwa dan spiritual, misalnya untuk bernostalgia, pertemuan mendadak, berekreasi, bertegur sapa dan sebagainya. Secara umum, jalur pedestrian adalah tempat atau jalur khusus bagi orang berjalan kaki. Jalur pedestrian pada saat sekarang dapat berupa trotoar, pavement, sidewalk, pathway, plaza, dan mall. Jalur pedestrian yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan pejalan kaki dengan lancar dan aman. Persyaratan ini perlu
6
dipertimbangkan di dalam perancangan jalur pedestrian agar dapat menyediakan jalur pedestrian yang mampu menampung kebutuhan kegiatan-kegiatan tersebut sehingga perancang perlu mengetahui kategori perjalanan para pejalan kaki dan menarik bagi pejalan kaki (Listianto 2006). Shirvani
(1985)
mengatakan
bahwa
jalur
pejalan
kaki
harus
dipertimbangkan sebagai salah satu perancangan kota. Jalur pejalan kaki adalah bagian dari kota dimana orang bergerak dengan kaki, biasanya disepanjang sisi jalan. Fungsi jalur pejalan kaki adalah untuk keamanan pejalan kaki pada waktu bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Menurut Murtomo dan Aniaty (1991) dalam Listianto (2006) jalur pedestrian di kota-kota besar mempunyai fungsi terhadap perkembangan kehidupan kota, antara lain adalah: 1. Pedestrianisasi dapat menumbuhkan aktivitas yang sehat sehingga mengurangi kerawanan kriminalitas. 2. Pedestrianisasi dapat merangsang berbagai kegiatan ekonomi sehingga akan berkembang kawasan bisnis yang menarik. 3. Pedestrianisasi sangat menguntungkan sebagai ajang kegiatan promosi, pameran, periklanan, kampanye, dan lain sebagainya. 4. Pedestrianisasi dapat menarik bagi kegiatan sosial, perkembangan jiwa dan spiritual. 5. Pedestrianisasi mampu menghadirkan suasana dan lingkungan yang spesifik, unik dan dinamis di lingkungan pusat kota. 6. Pedestrianisasi berdampak pula terhadap upaya penurunan tingkat pencemaran udara dan suara karena berkurangnya kendaraan bermotor yang lewat. Fungsi jalur pedestrian yang sesuai dengan kondisi pedestrian Nyi Raja Permas Bogor adalah jalur pedestrian dapat menumbuhkan aktivitas yang sehat, mengurangi kerawanan kriminalitas, serta menghadirkan suasana dan kondisi lingkungan yang lebih baik. Menurut Rhamdani (1992), pentingnya masalah penyediaan prasarana pejalan kaki perlu memperhatikan faktor-faktor berikut: -
Jalan berperan dalam menanggapi masalah perangkutan di perkotaan.
7
-
Jalur pejalan kaki merupakan elemen penting dalam perencanaan kota, penataan jalur dan jalur kendaraan yang serasi akan mendukung potensi di wilayah pusat kota.
-
Penataan prasarana pejalan yang strategis dengan standar pencapaian yang tinggi akan dapat mendukung keseluruhan sirkulasi di pusat kota. 2.3 Karakteristik Pedestrian Path Perjalanan pejalan kaki biasanya relatif dekat karena sebagian besar
pejalan kaki berjalan dari tempat parkir atau dari pemberhentian umum yang tidak terlalu jauh (Listianto 2006). Terkait dengan ruang pedestrian, Harris dan Dines (1988) menjelaskan tentang kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian, diantaranya adalah : 1. Kriteria dimensional Kriteria dimensional ruang pedestrian berdasarkan jarak ruang yang dibutuhkan antar pejalan kaki didepannya sesuai lokasi yaitu tempat umum sepanjang 1.8 meter, tempat belanja sepanjang 2.8 sampai 3.6 meter, berjalan normal sepanjang 4.6 sampai 5.5 meter, dan jalan santai dengan jarak lebih dari 10.6 meter. 2. Kriteria Pergerakan Faktor kecepatan akan menurun bila jumlah pejalan kaki meningkat, ada persimpangan, dan terdapat naik atau turun tangga. 3. Kriteria Visual Kriteria atau persyaratan visual (pemandangan) disesuaikan dengan tinggi mata dan sudut pandang pejalan kaki dan nyaman untuk melihat pada pandangan normal setinggi mata (misalnya untuk penempatan ramburambu lalu lintas). Harris dan Dines (1988) juga menjelaskan standar ruang pedestrian, yaitu : 1. Lebar Lebar jalur pedestrian tergantung pada tujuan dan intensitas pemakaian dimana untuk satu orang atau 24 inchi (60 cm) dibutuhkan lebar minimum jalan setapak sebesar empat ft (120 cm) dengan tetap memperhatikan kelengkapan dan perlengkapan jelas (street furniture).
8
2. Kemiringan a.
Longitudinal (dengan dasar pertimbangan kebiasaan dan kemudahan bergerak serta tujuan desain) dibedakan menjadi kemiringan ideal 0 sampai 3%, maksimum sebesar 5%, tergantung iklim 5 sampai 10%, dan untuk ramp sebesar 1.5 sampai 8%.
b. Transversal dibedakan menjadi kemiringan minimum tergantung material sebesar 1 %, ideal rata-rata sebesar 3 %, dan maksimum untuk drainase baik sebesar 3 %. 3. Perhitungan dimensi untuk lebar pedestrian Lebar jalan (W) = V x M / S Keterangan : V = Volume (orang/menit) M = Modul ruang (ft²/orang) S = Kecepatan berjalan (ft/menit) Kriteria fasilitas pejalan kaki (street furniture) berdasarkan pedoman perencanaan jalur pejalan kaki pada jalur umum oleh Dinas Bina Marga (1999) dan persyaratan teknis penyediaan sarana ruang pejalan kaki yang diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (KM Perhubungan No.65 Tahun 1993) adalah sebagai berikut : 1. Marka, perambuan, papan informasi (Signage) Marka, perambuan, dan papan informasi diletakkan pada jalur amenitas, pada jalur dengan arus pedestrian padat dengan besaran sesuai dengan kebutuhan dan menggunakan bahan yang terbuat dari bahan yang memiliki durabilitas tinggi serta tidak menimbulkan efek silau. Keberadaan marka harus mudah terlihat dengan jelas oleh pengguna jalan baik siang hari maupun malam hari. Ketinggian penempatan rambu lalu lintas pada sisi jalan minimum 1.75 meter dan maksimum 2.65 meter, sedangkan untuk fasilitas pedestrian minimum 2 meter dan maksimum 2.65 meter (Keputusan Menteri Perhubungan No.65 Tahun 1993). Standar jarak dalam Harris dan Dines (1988) untuk letak papan informasi ini dimasukkan sebagai zona penglihatan yang dibedakan untuk jarak tangkap setinggi mata. Dalam kondisi berdiri, jarak pandangan setingggi mata berkisar antara 1.4 sampai
9
1.8 meter dan jika saat kondisi duduk dalam kendaraan berkisar antara 1 sampai 1.2 meter. 2. Lampu jalan Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No.65 tahun 1993, lampu penerangan diletakan setiap sepuluh meter dengan tinggi maksimal empat meter, dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak. Menurut Harris dan Dines (1988), penerangan jalan bertujuan untuk mengakomodasikan pergerakan yang aman bagi pejalan kaki dan kendaraan. Hirarki penerangan terlihat dari perbedaan jarak, ketinggian, dan warna cahaya lampu yang digunakan. Sifat penerangan untuk jalur pedestrian sebaiknya tidak seragam sepanjang jalan dan distribusi pencahayaan harus mencapai 2 meter agar penglihatan ke arah pejalan kaki lain tetap jelas. 3. Halte atau lapak tunggu Lapak tunggu disediakan pada median jalan dan fasilitas halte harus dibangun sedekat mungkin dengan fasilitas penyebrangan pejalan kaki. Halte dapat ditempatkan diatas trotoar atau bahu jalan dengan jarak paling depan dari halte sekurang-kurangnya 1 meter dari tepi jalur lalu lintas. Persyaratan struktur bangunan memiliki lebar minimal 2 meter, panjang 4 meter, dan tinggi bagian atap paling bawah minimal 2.5 meter dari lantai. Bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal. 4. Utilitas Elemen yang termasuk utilitas meliputi hidran, boks kabel telepon, listrik, penutup saluran bawah gril penutup pohon dan lain-lain. Secara ideal, tempat pejalan kaki seharusnya relatif bebas dari penutupan utilitas. Jika tidak memungkinkan, penutup utilitas dapat dimasukkan sebagai bagian dari pola lantai keseluruhan (Harris dan Dines 1988). 5. Tempat duduk Prinsip desain tempat duduk harus menekankan kenyamanan, bentuk, dan detail yang sederhana, mudah dipelihara, tahan lama, dan mencegah kemungkinan perusakan (vandalisme). Peletakkan tempat duduk sebaiknya terlindung dari gangguan angin kencang, menempati lokasi yang memiliki pandangan yang bagus, terletak diluar jalan sirkulasi serta memberikan pilihan kepada pengguna
10
jalan seperti terbuka dibawah cahaya matahari, teduh, tempat yang tenang, tempat beraktivitas, formal, dan informal. Pemilihan dan peletakkan elemen tempat duduk harus disesuaikan dengan elemen lainnya agar menyatu dengan lingkungan sekitarnya (Harris dan Dines 1988). 6. Telepon Umum, Kotak Pos, dan Tempat Sampah Elemen-elemen ini harus ditempatkan pada lokasi yang mudah terlihat dan mudah dicapai. Telepon umum dapat diletakkan pada setiap radius 300 meter atau pada titik potensial kawasan dengan besaran sesuai kebutuhan dan menggunakan bahan yang memiliki durabilitas tinggi. Demikian juga dengan kotak pos dapat diletakkan pada lokasi yang memudahkan pengangkutan. Tempat sampah untuk menjaga kebersihan setiap jalan atau ruang terbuka umum dan dapat diletakkan pada tempat yang ramai dilalui orang (Harris dan Dines 1988). Tempat sampah diletakan setiap 20 meter dengan besaran sesuai kebutuhan. 7. Drainase Keberadaan drainase akan dapat mencegah terjadinya banjir dan genangan air pada saat hujan. Dimensi minimal adalah lebar 50 cm dan tinggi 50 cm. 8. Jalur hijau dan vegetasi Jalur hijau diletakan pada jalur amenitas dengan lebar 150 cm dan bahan yang digunakan adalah tanaman peneduh. Pada beberapa tempat, ketinggian percabangan pohon yang nyaman berjalan dibawahnya berkisar dari 2.4 sampai 4.5 meter. 9. Pagar Pembatas Pagar pengaman diletakan pada jalur amenitas. Pada titik tertentu yang berbahaya dan memerlukan perlindungan, pagar pembatas dapat dibuat dengan tinggi 90 cm dan bahan yang digunakan adalah metal atau beton yang tahan terhadap cuaca, kerusakan, dan murah pemeliharaannya. Secara keseluruhan, Harris dan Dines (1998) mengartikan kelengkapan dan perlengkapan jalan secara kolektif sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam suatu lanskap jalan untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi dan perlindungan bagi pengguna jalan. Elemen-elemen ini harus merefleksikan karakter dari lingkungan setempat dan menyatu dengan sekitarnya.
11
2.4 Kebijakan Penyelenggaraan Pedestrian Path Fungsi keberadaan pedestrian path cukup berpengaruh terhadap proses aktifitas manusia sehingga sarana dan prasarana jalur pejalan kaki harus benarbenar memadai demi mendukung kelancaran aktifitas pengguna pada umumnya. Berdasarkan laporan dari GIZ-SUTIP (Sustainable Urban Transport Improvement Project) kebijakan penyelenggaraan pedestrian path didasarkan pada aspek keselamatan, keterhubungan, langsung dan tidak terputus, kenyamanan, keamanan, menarik, dan kualitas baik. Hakim (2003) mengemukakan beberapa aspek yang mendukung penyelenggaraan pedestrian secara keseluruhan, yaitu : a. Kenyamanan Kenyamanan pengguna dalam beraktivitas di ruang lanskap tidak terlepas oleh aspek fisik itu sendiri. Kenyamanan fisik muncul karena fasilitas-fasilitas atau struktur yang dibangun di dalam ruang tersebut. Faktor fisik berkait erat dengan kesesuaian bentuk dan desain objek atau elemen-elemen yang dibangun terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya kesesuaian bangku taman, lampu-lampu taman, perkerasan, jalur pedestrian, dan infrastruktur lainnya. Hal ini dimaksudkan agar objek atau struktur yang dibangun dapat optimal dan nyaman untuk digunakan penggunanya. b. Keindahan Faktor visual dihubungkan dengan kesesuaian pemandangan yang ditangkap oleh mata pengamat terhadap lingkungannya melalui persepsi dan preferensi. Keindahan mencakup persoalan kepuasan batin dan panca indera manusia. Demikian juga pada eksistensi keindahan di suatu jalur jalan raya (termasuk jalur pejalan kaki), harus selalu terhindar dari ketidakberaturan bentuk, warna, atau aktifitas manusia yang ada di dalamnya. c. Kebersihan Daerah yang terjaga kebersihannya akan menciptakan rasa nyaman serta menyenangkan orang-orang yang melalui jalur pedestrian serta menambah daya tarik khusus. Penyediaan bak-bak sampah sebagai elemen lanskap dan sistem saluran air selokan yang terkonsep baik diperlukan untuk memenuhi kebersihan suatu lingkungan. Selain itu pada daerah tertentu yang menuntut terciptanya
12
kebersihan tinggi, pemilihan jenis tanaman hias dan semak harus memperhatikan kekuatan daya rontok daun, buah, dan bunganya. d. Keamanan dan Keselamatan Anggriani
(2009) menyatakan bahwa
manusia memiliki
jenjang
kebutuhan, yang salah satunya adalah safety need. Safety need merupakan kebutuhan manusia yang berkaitan dengan keselamatan atau keamanan, supaya dirinya merasa terlindungi dari setiap gangguan. Sedangkan Hakim (2003) mengemukakan bahwa keamanan merupakan masalah yang mendasar karena masalah ini dapat menghambat aktivitas yang dilakukan. Pengertian dari keamanan dalam penelitian ini bukan mencakup dari segi kriminal, tetapi tentang kejelasan fungsi sirkulasi, sehingga pejalan kaki terjamin keamanan atau keselamatannya dari bahaya terserempet maupun tertabrak kendaraan bermotor. Menurut Anggriani (2009), keamanan (keselamatan) pejalan kaki serta kendaraan bermotor itu sendiri bisa berkurang akibat sirkulasi yang kurang baik, misal tidak adanya pembagian ruang untuk sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki serta penyalahgunaan fasilitas yang telah disediakan. Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar hatus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas kendaraan. Lebar trotoar yang dibutuhkan oleh volume pejalan kaki dengan tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan adalah ukuran yang umum dipergunakan yaitu sebesar 1.5 sampai 3.0 meter. 2.5 Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Dampak merupakan perubahan yang terjadi di dalam suatu lingkup lingkungan akibat adanya perbuatan manusia. Untuk dapat menilai terjadinya dampak, perlu adanya suatu acuan yaitu kondisi lingkungan sebelum adanya aktivitas (Soemarwoto 1989). Dampak dari suatu kegiatan pembangunan berpengaruh terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi dan budaya. Perkiraan dampak adalah suatu proses untuk menentukan siapa yang akan terkena dampak, dengan cara (melalui proses) seperti apa dan untuk berapa lama dampak itu berlangsung. 1. Siapa yang terkena dampak (Who are going to be affected). Siapa menunjukkan pada beberapa orang yang terkena, ciri-ciri mereka bagaimana (umur, pekerjaan, pendidikan, kelompok masyarakat seperti
13
tokoh masyarakat, pemerintah dan sebagainya). Siapa juga bisa menunjukkan satuan analisa individu, keluarga atau masyarakat. 2. Dalam bentuk apa (in what way) mereka terkena dampak, misalnya pembangunan pedestrian path Nyi Raja Permas memiliki dampak pada unit usaha sekitar pedestrian berupa relokasi tempat berjualan, penertiban serta besarnya pendapatan yang diperoleh. 3. Berapa lama dampak itu berlangsung. Dampak kegiatan dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan sangat penting diketahui karena hampir semua negara (suatu masyarakat) mengukur posisi dan manfaat potensi keberadaan jasa lingkungan dalam suatu kaitannya dengan penerimaan ekonominya. Dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi pada masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan. Menurut Hadi (1995), perubahan yang terjadi dapat meliputi beberapa aspek, antara lain : 1. Cara hidup, termasuk didalamnya manusia dan masyarakat itu hidup dan berinteraksi satu dengan yang lainnya atau berupa aktivitas keseharian. 2. Aspek budaya, termasuk didalamnya sistem nilai, norma, dan kepercayaan. Sebagai contoh, adanya pembangunan seperti pedestrian menyebabkan pola transportasi masyarakat berubah menjadi ikut membudayakan berjalan kaki sebagai aktifitas transportasi yang ramah lingkungan. 3. Komunitas, meliputi struktur masyarakat, stabilitas masyarakat, estetika, sarana dan prasarana yang diakui sebagai fasilitas publik oleh masyarakat yang bersangkutan. 2.6 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu dapat menjadi suatu referensi dalam menganalisis dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari keberadaan suatu jasa lingkungan berupa pedestrian path serta analisis hubungan yang mempengaruhi kondisi umum pedestrian tersebut. Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini disajikan dalam Tabel 1 berikut:
14
Tabel 1 Penelitian terdahulu No 1
Nama Prasetio (2011)
Judul Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Masyarakat di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu
Alat Analisis Uji Statistik dan Keynesian Multiplier
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan: - Dampak ekonomi Keynesian Multiplier di Pulau Pramuka sebesar 1.44 artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1.44 rupiah. - Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1.45 artinya peningkatan 1 rupiah pendapatan pemilik unit usaha dari pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan pada dampak langsung dan tidak langsung sebesar 1.45 rupiah. - Nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1.8 pada total pendapatan masyarakat pada dampak langsung, tak langsung dan induced.
2
Kusumawati (2013)
Analisis deskriptif dan uji korelasi Rank Spearman
Hasil penelitian ini menunjukkan: Pengujian hubungan antara sikap terhadap implementasi otonomi daerah dengan tingkat kepuasan masyarakat memiliki hubungan yang sangat tinggi yaitu sebesar 0.864 dimaa semakin positif sikap masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah maka semakin tinggi tingkat kepuasan masyarakat.
3
Rahmiati (2009)
Analisis Hubungan Antara Sikap Terhadap Implementasi Otonomi Daerah Dengan Tingkat Kepuasan Massyarakat Desa Ciaruteun Ilir Tesis Studi Aspek Kenyamanan Ruang Pedestrian Dalam Rangka Peningkatan Efektivitas Penggunaannya pada Kawasan Jalan M.H Thamrin-Jend Sudirman Jakarta
Analisis dengan metode ChiSquare dengan faktor-faktor kenyamanan klimatik, fisik, dan visual (melalui metode Scenic Beauty Estimation/SBE)
Hasil penelitian menunjukkan: - Jenis pekerjaan sangat mempengaruhi responden dalam mengapresiasikan persepsinya terhadap kondisi pedestrian sebesar 41.18%. - Preferensi responden menunjukkan tingkat pendidikan (40%), jenis pekerjaan (36.67%), dan umur (33.33%) mempengaruhi apresiasi keinginannya terhadap kondisi pedestrian. - Kenyataan ini mengartikan masyarakat sudah sadar terhadap lingkungan. Selain itu, kondisi fisik pedestrian merupakan faktor dominan sebagai penunjang kenyamanan dibandingkan faktor keindahan.
15
Berdasarkan penelitian terdahulu, keberadaan pedestrian path sebagai wujud moda transportasi yang ramah lingkungan dapat memberikan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat sekitar pedestrian path. Analisis korelasi (hubungan) karakteristik dan persepsi pengguna jalan terhadap kondisi umum pedestrian path pada penelitian ini dianalisis dengan uji korelasi Pearson, Spearman, dan Kendall Tau. Dampak ekonomi dianalisis dengan metode multiflier effect dan estimasi perubahan pendapatan dari adanya pedestrian path, sedangkan dampak sosial dan lingkungan serta gambaran tentang kondisi pedestrian path Nyi Raja Permas dianalisis dengan deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
16
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran secara teoritis pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu konsep uji korelasi dan konsep multiplier effect. Penjelasan kedua konsep tersebut akan dijelaskan pada sub bab berikut. 3.1.1 Konsep Uji Korelasi Sugiyono (2011) mengungkapkan bahwa untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan positif bila suatu variabel ditingkatkan maka akan meningkatakan variabel yang lain dan sebaliknya bila nilai suatu variabel diturunkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan negatif bila nilai suatu variabel dinaikkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain begitupun sebaliknya. Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif sebesar sama dengan 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar adalah -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antara dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi sama dengan 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna artinya kejadian-kejadian pada variabel yang satu akan dapat dijelaskan atau diprediksikan oleh variabel yang lain tanpa terjadi kesalahan (error) (Sugiyono 2011). Menurut Sugiyono (2011) terdapat bermacam-macam teknik statistik korelasi yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis hubungan. Teknik korelasi yang digunakan tergantung pada jenis data yang akan dianalisis. Jenis statistik nonparametrik yang digunakan pada penelitian ini yaitu korelasi Pearson untuk data interval (karakteristik kondisi sosial ekonomi berupa umur dan pendapatan serta kondisi intensitas penggunaan pedestrian), korelasi Spearman untuk data
17
ordinal (persepsi kondisi lingkungan berupa kenyamanan, keindahan, kebersihan, keamanan, dan keselamatan) serta korelasi Kendall Tau untuk data nominal (berupa jenis kelamin dan jenis pekerjaan). 3.1.2
Konsep Multiplier Effect Menurut Cooper et al (1998), konsep multiplier didasarkan pada penjualan
perusahaan yang membutuhkan pembelian dari perusahaan lain di dalam perekonomian lokal, seperti sektor industri ekonomi yang saling bergantung satu sama lain. Keunikan industri pelayanan jasa lingkungan terhadap perekonomian berupa dampak ganda (multiplier effect). Pelayanan jasa lingkungan memberikan pengaruh tidak hanya terhadap sektor ekonomi yang langsung terkait dengan industri pariwisata, tetapi juga industri yang tidak langsung terkait dengan industri pariwisata. Analisis dampak ekonomi terkait dengan elemen-elemen penghasilan, penjualan dan tenaga kerja di daerah kawasan pembangunan jasa lingkungan. Analisis dampak ekonomi menelusuri aliran uang dari pengeluaran pengunjung terhadap kegiatan unit usaha (Cooper et al 1998) : (1) Unit usaha dan pemangku kepentingan usaha selaku penerima pengeluaran wisatawan atau pengguna jasa lingkungan; (2) Unit usaha lainnya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata atau pedagang; (3) Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata atau jasa lingkungan dan industri penunjangnya. Dampak secara langsung meliputi perubahan produksi terhadap perubahan belanja pengunjung. Dampak tidak langsung meliputi perubahan produksi yang dihasilkan dari pembelanjaan berbagai kegiatan berikutnya misalnya, perubahan penjualan, lapangan kerja dan penghasilan dalam industri. Nilai multiplier ekonomi merupakan nilai yang menunjukan sejauh mana pengeluaran pengunjung akan
menstimulasi
pengeluaran
lebih
lanjut,
sehingga
pada
akhirnya
meningkatkan aktivitas ekonomi di tingkat lokal. Menurut terminologi, terdapat tiga efek multiplier, yaitu efek langsung (direct effect), efek tidak langsung (indirect effect), dan efek lanjutan (induced effect). Ketiga efek ini digunakan untuk mengestimasi dampak ekonomi di tingkat lokal.
18
Konsep multiplier dapat dilihat dari jenis dampak secara langsung, tidak langsung dan dampak lanjutan yang mempengaruhi akibat dari tambahan pengeluaran pengunjung ke dalam ekonomi lokal atau ekonomi nasional. Di bawah ini merupakan formula untuk menghitung nilai pengganda dari pengeluaran wisatawan (Marine Ecotourism for Atlantic Area 2001) : (1) Lokal pendapatan Keynesian Multiplier dimana nilai yang dihasilkan dari pengeluaran digandakan untuk mengetahui penambahan dan pengurangan pendapatan lokal. Keynesian merupakan metode terbaik untuk merefleksikan keseluruhan dampak dari pengeluaran. (2) Rasio pendapatan multiplier yakni nilai yang diperoleh dari peningkatan dan penurunan pendapatan langsung ekonomi lokal yang digandakan untuk memperoleh hasil peningkatan dan penurunan total pendapatan lokal. Dibawah ini merupakan bentuk-bentuk dari multiplier (Cooper et al 1998): 1.
Transaksi
(penjualan)
multiplier
yang
mengukur
jumlah
tambahan
penghasilan bisnis ekonomi sebagai hasil dari peningkatan pengeluaran wisatawan atau pengunjung. Konsep ini sama dengan output multiplier. 2.
Output multiplier mengukur jumlah output pendapatan ekonomi sebagai hasil dari peningkatan pengeluaran wisatawan atau pengunjung. Perbedaan mendasar antara kedua multiplier ini bahwa output multiplier terlibat dengan perubahan-perubahan aktual dalam tingkat produksi dan tidak dengan jumlah dan nilai dari penjualan.
3.
Income multiplier dimana mengukur tambahan pendapatan (upah dan gaji, sewa, bunga dan keuntungan) dari ekonomi sebagai hasil peningkatan pengeluaran wisatawan atau pengunjung.
4.
Employment multiplier dimana mengukur salah satu dari total jumlah pendapatan pekerjaan berdasarkan dari unit pengeluaran pengunjung atau pekerjaan itu sendiri.
5.
Government revenue multiplier yang mengukur dampak dari pendapatan pemerintah dari berbagai sumber yang dihubungkan dengan peningkatan pengeluaran wisatawan atau pengunjung.
19
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Penerapan sistem transportasi di kawasan perkotaan akan sangat berpengaruh pada semakin baik atau buruknya kualitas lingkungan perkotaan. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan pengembangan transportasi perkotaan yang berorientasi pada pengembangan transportasi berwawasan lingkungan dimana salah satunya adalah memberikan prioritas yang tinggi terhadap pengembangan prasarana kendaraan tidak bermotor atau jalur pejalan kaki. Pengembangan prasarana pejalan kaki saat ini dihadapkan pada permasalahan terbatasnya ruang milik jalan. Pengembangan kota yang dari awal tidak mempertimbangkan pejalan kaki serta penekanan pengembangan sistem jaringan pada kendaraan bermotor dan peningkatan jumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) menyebabkan ruang untuk pengembangan prasarana pejalan kaki menjadi sangat terbatas. Jalan-jalan kota perlu diselamatkan dari dominasi mobil dan harus dikembalikan kepada para pejalan kaki dan kendaraan umum. Hal ini mengindikasikan bahwa kehadiran sistem pedestrian yang baik menjadi penting adanya karena dapat berperan antara lain, mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor, mempermudah aksesibilitas sehingga menambah pengguna atau pengunjung terhadap kegiatan – kegiatan di sekitarnya serta mewujudkan terciptanya transportasi yang ramah lingkungan dengan meningkatkan kualitas udara dan mengurangi konsumsi energi penggunaan bahan bakar minyak. Pada tahap perencanaannya, kehadiran pedestrian sering dirasa cukup selama mampu hadir dan dapat memfasilitasi pejalan kaki untuk sekedar berjalan (di luar jalan untuk kendaraan) tanpa benar – benar memfasilitasi dan berfungsi secara maksimal dimana mampu memenuhi faktor – faktor keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan fungsional. Adanya perbaikan pada beberapa aspek lingkungan dan meningkatkan dampak positif dari keberadaan pedestrian path diharapkan dapat membuat kondisi pedestrian lebih baik dan nyaman sesuai kebutuhan pengguna jalan. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka alur kerangka pemikiran operasional terkait dengan penelitian disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.
20 Kawasan Stasiun KA Bogor sebagai pusat transportasi memiliki volume kendaraan umum dan pengguna jalan yang tinggi
Membutuhkan keberadaan pedestrian path sebagai moda transportasi ramah lingkungan
Permasalahan Perlunya Keberadaan Pedestrian Path
-
Belum menjadi prioritas dibanding moda transportasi lain. Sering terjadi konflik dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pengguna kendaraan umum. Tidak tertibnya PKL dan pengguna kendaraan umum. Peningkatan jumlah kendaraan menambah polusi udara dan menimbulkan kemacetan. Keselamatan pejalan kaki terganggu. Pemeliharaan pedestrian yang ada kurang baik dari pihak pengelola.
Identifikasi Kondisi Umum Pedestrian Path
Analisis Hubungan Karakteristik dan Persepsi Responden Dengan Kondisi Umum Pedestrian Path
Analisis Deskriptif
Dampak Ekonomi
Analisis Korelasi Pearson, Spearman, dan Kendall Tau
Analisis Dampak Keberadaan Pedestrian Path
Dampak Sosial
Multiplier Effect dan Perubahan Pendapatan
Rekomendasi Pengelolaan Pedestrian Path yang baik dan nyaman sesuai kebutuhan pengguna jalan.
Keterangan : Analisis metode penelitian yang digunakan Gambar 1 Alur kerangka pemikiran operasional
Dampak Lingkungan
Analisis Deskriptif
21
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini bersifat studi kasus yang dilakukan di Jalan Nyi Raja Permas kawasan stasiun Kereta Api (KA) Bogor, Kecamatan Bogor Tengah, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pedestrian path tersebut terletak di pusat kota dengan jumlah pengguna jalan sangat tinggi dan merupakan percontohan pedestrian nasional dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Pengambilan data primer dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan dari Maret 2013 sampai Mei 2013. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari kegiatan wawancara yang dilakukan terhadap pengguna jalan dan unit usaha melalui kuesioner. Data ini berupa informasi mengenai karakteristik sosial ekonomi responden, persepsi responden mengenai kondisi keberadaan pedestrian path dari segi fasilitas, kenyamanan, keindahan, kebersihan, keamanan, dan keselamatan serta dampak yang diperoleh dari keberadaan pedestrian path. Pada analisis dampak ekonomi, pertanyaan yang diajukan mencakup besarnya dampak langsung, tidak langsung, dan induced serta perubahan pendapatan yang terjadi kepada unit usaha di kawasan pedestrian path tersebut. Data sekunder
dari
instansi
diperoleh dari
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bogor, Dinas Bina Marga, lembaga GIZSUTIP (Sustainable Urban Transport Improvement Project). Data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini, seperti buku teks, jurnal, surat kabar, internet, dan penelitian-penelitian terdahulu. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel untuk menganalisis korelasi dan dampak keberadaan pedestrian path yang dirasakan oleh pengguna jalan dilakukan dengan convenience sampling yaitu sampel yang dipilih secara convenience (nyaman)
22
dimana responden yang mudah ditemui atau dijangkau akan dijadikan sebagai sampel. Penentuan sampel responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal dilakukan dengan bentuk purposive sampling, dimana responden akan dipilih berdasarkan kriteria tertentu yaitu merupakan perwakilan dari masing-masing jenis unit usaha yang terdapat di sepanjang pedestrian path Nyi Raja Permas. Responden pengguna jalan dipilih sebanyak 100 orang, sedangkan besar sampel responden untuk unit usaha adalah sebanyak 42 orang yaitu 30 orang pemilik unit usaha dan 12 orang tenaga kerja yang terdapat di kawasan pedestrian tersebut. Pemilihan jumlah sampel ini didasarkan pada teorema limit sentral yang menerapkan pengambilan sampel minimum sekurang-kurangnya 30 orang observasi akan mendekati garis normal (Gujarati 2007). Wawancara terhadap key person dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan tentang kawasan pedestrian. Key person dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang yaitu Kepala Perencanaan Fisik Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bogor, Kepala Perencanaan Pembangunan Jalan dari Dinas Bina Marga Kota Bogor, dan perwakilan dari lembaga GIZ-SUTIP (Sustainable Urban
Transport
Improvement
Project)
sebagai
konsultan
pelaksanaan
pembangunan pedestrian path Nyi Raja Permas. 4.4 Metode dan Prosedur Analisis Data Hasil penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif, analisis uji korelasi, multiplier effect, dan analisis perubahan pendapatan. Keterangan matriks analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Matriks analisis data No
Tujuan Penelitian
1.
Memberikan gambaran tentang kondisi pedestrian path Nyi Raja Permas di kawasan KA Kota Bogor.
Data yang Diperlukan Data sekunder : Kondisi fisik dan pengelolaan pedestrian path Data Primer : Survei dan wawancara pada pihak pengelola pedestrian path
Alat Analisis Data Analisis Deskriptif Kualitatif
Sampel atau Contoh Key Person 3 orang
23
Tabel 2 Matriks analisis data (lanjutan) No
Tujuan Penelitian
Data yang Diperlukan
Alat Analisis Data
2.
Menganalisis korelasi (hubungan) karakteristik dan persepsi responden terhadap kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas di kawasan KA Kota Bogor
Data primer : Wawancara dengan pengguna jalan yang menjadi responden
Analisis Korelasi Pearson, Spearman, dan Kendall Tau
Responden 100 orang pengguna jalan
3.
Menganalisis dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas di kawasan KA Kota Bogor.
Data primer : Karakteristik perilaku sosial ekonomi, dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dirasakan responden (unit usaha dan pengguna jalan) dengan kuesioner dan wawancara
Analisis Deskriptif Kualitatif, Multiplier Effect, dan analisis perubahan pendapatan
Responden 30 pemilik unit usaha, 12 tenaga kerja, dan 100 orang pengguna jalan
Jumlah Responden
4.4.1
Sampel
145 Orang
Menggambarkan Kondisi Pedestrian Path Penjelasan gambaran kondisi pedestrian path Nyi Raja Permas di kawasan
Stasiun KA Kota Bogor diperoleh dari hasil survey dan wawancara kepada key person pengelola pedestrian path. Data sekunder kondisi pedestrian diperoleh dari Dinas Bina Marga Kota Bogor dan Lembaga GIZ-SUTIP (Sustainable Urban Transport Improvement Project) Kota Bogor yang dianalisis secara deskriptif. Analisis ini diharapkan dapat menjelaskan kondisi pedestrian path berupa kondisi fisik (eksisting) dan kondisi pengelolaan atau pemeliharaan pedestrian path yang merupakan salah satu proyek Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 4.4.2
Analisis Hubungan Karakteristik dan Persepsi Pengguna Jalan Terhadap Kondisi Umum Pedestrian Path Nyi Raja Permas Hubungan karakteristik dan persepsi responden terhadap kondisi umum
pedestrian path pada penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu hubungan antara karakteristik pengguna jalan dengan kondisi umum pedestrian path, dan hubungan antara persepsi responden terkait kondisi lingkungan pedestrian dengan
24
kondisi umum pedestrian path. Indikator pengukuran penilaian kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Indikator pengukuran penilaian kondisi pedestrian path Kategori Kondisi Keberadaan Pedestrian Path
Indikator Baik (3)
Cukup Baik (2)
Tidak Baik (1)
Keterangan ketersediaan fasilitas kebutuhan pengguna baik ketersediaan fasilitas kebutuhan pengguna cukup baik ketersediaan fasilitas kebutuhan pengguna dengan baik
yang ada sudah memenuhi jalan dan terpelihara dengan yang ada cukup memenuhi jalan dan terpelihara dengan yang ada tidak memenuhi jalan dan tidak terpelihara
Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi Pearson, Spearman, dan Kendall Tau yang disesuaikan dengan masing-masing jenis data variable karakteristik dan persepsi responden. Uji korelasi ketiganya digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih. Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan linier antara data yang memiliki tingkat pengukuran interval atau rasio seperti variabel karakteristik umur, pendapatan, dan intensitas penggunaan pedestrian terhadap kondisi umum pedestrian path. Rumus korelasi Pearson adalah sebagai berikut:
dimana: r = koefisien korealasi Pearson ( -1 ≤ 0 ≤1) x, y = variabel bebas (umur, pendapatan, intensitas penggunaan pedestrian) dan variabel terikat (kondisi umum pedestrian path) n = jumlah data atau sampel (100 orang) Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengukur hubungan antar dua variabel yang memiliki tingkat pengukuran ordinal seperti variabel tingkat pendidikan, kenyamanan, keindahan, kebersihan, keamanan, dan keselamatan terhadap kondisi umum pedestrian path. Nilai dari masing-masing variabel diberi peringkat dari yang kecil hingga yang besar dari keseluruhan data. Uji Rumus korelasi Spearman adalah sebagai berikut: ρ=1– 6 Σ n ( - 1)
25
dimana : ρ dt n
= koefisien korelasi Spearman ( -1 ≤ 0 ≤1) = determinan = jumlah data atau sampel (100 orang) Uji Korelasi Kendall Tau dapat digunakan untuk mengukur hubungan
antara variabel dengan jenis data ordinal maupun nominal seperti jenis kelamin dan jenis pekerjaan. Rumus korelasi Kendall Tau adalah sebagai berikut: ρ=Σa – Σb n (n-1) / 2 dimana : (n – 1) ρ = koefisien korelasi Kendall Tau ( -1 ≤ 0n ≤1) a = jumlah rangking atas / 2 b = jumlah rangking bawah n = jumlah data atau sampel (100 orang) Klasifikasi keeratan hubungan dijelaskan oleh Supangat (2010) yaitu : 0.0 - 0.199 0.200 – 0.399 0.400 – 0.599 0.600 – 0.799 0.800 – 1.000
hubungan sangat lemah atau sangat rendah hubungan lemah atau rendah hubungan sedang atau cukup kuat hubungan yang kuat hubungan sangat kuat atau sangat tinggi dan dapat diandalakan
Tingkat kesalahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar α = 0.01 (taraf nyata 1%) sampai α = 0.20 (taraf nyata 20%) yang berarti memiliki tingkat kepercayaan dari 80% hingga 99%. Nilai probabilitas atau p-value yang diperoleh dari hasil pengujian dibandingkan dengan taraf nyata untuk menentukan apakah hubungan antara variabel nyata atau tidak. Bila nilai p-value lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan artinya terdapat hubungan nyata antara dua variabel, sebaliknya bila nilai p-value lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka tidak terdapat hubungan nyata antara dua variabel dan nilai koefisien korelasi diabaikan. Penjelasan masing-masing hipotesis hubungan karaktersitik dan persepsi pengguna jalan terhadap penilaian kondisi umum pedestrian path akan dijelaskan sebagai berikut: 1.
Analisis Hubungan Antara Karakteristik Pengguna Jalan dengan Kondisi Umum Pedestrian Path Karakteristik pengguna jalan yang digunakan adalah kondisi karakteristik
jenis kelamin, umur, pendapatan, tingkat pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, dan
26
Intensitas Penggunaan Pedestrian (IPP). Indikator beberapa karakteristik pengguna jalan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Indikator pengukuran karakteristik pengguna jalan No 1.
Variabel Jenis Kelamin (data nominal)
2.
Umur (UMR) (data interval)
3.
Pendapatan (PDPT) (data interval)
4.
Tingkat Penidikan (PNDK) (data ordinal)
5.
Jenis Pekerjaan (data nominal)
6.
Intensitas Penggunaan Pedestrian (IPP) (data interval)
Indikator Pengukuran Dibedakan menjadi : a. Perempuan b. Laki-laki Dibedakan menjadi lima kelas, yaitu : a. 15-25 tahun d. 48 - 58 tahun b. 26-36 tahun e. 59 - 69 tahun c. 37-47 tahun Dibedakan menjadi : a. ≤ Rp 500 000 b. Rp 500 001 – Rp 1 500 000 c. Rp 1 500 001 – Rp 2 500 000 d. Rp 2 500 001 – Rp 3 500 000 e. Rp 3 500 001 – Rp 4 500 000 f. >Rp 4 500 000 Dibedakan menjadi : a. SD d. D3 b. SMP e. Perguruan tinggi c. SMA Dibedakan menjadi : a. Pelajar (1) b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) (2) c. Karyawan Swasta (3) d. Wiraswasta (4) e. Ibu Rumah Tangga (IRT) (5) Dibedakan menjadi : a. 1 – 4 kali/minggu b. 5 – 8 kali/minggu c. 9 – 12 kali/minggu d. 12 -15 kali/minggu
Berdasarkan Tabel 4, pengujian hubungan variabel karakteristik dengan jenis data interval dianalisis dengan uji korelasi Pearson, variabel dengan jenis data ordinal akan dianalisis dengan uji korelasi Spearman, sedangkan variabel dengan jenis data nominal akan dianalisis dengan uji Kendall Tau. Kaidah pengujian hipotesis uji korelasi menurut Sugiyono (2011) antara karakteristik pengguna jalan terhadap penilaian kondisi umum pedestrian path adalah sebagai berikut: H0
: ρ (nilai koefisien korelasi) ≤ 0, berarti terdapat hubungan negatif atau tidak terdapat hubungan antara masing-masing karakteristik (jenis kelamin / umur / pendapatan / tingkat pendidikan terakhir / jenis pekerjaan / IPP) pengguna jalan dengan penilaian kondisi umum pedestrian path.
27
H1
: ρ (nilai koefisien korelasi) > 0, berarti terdapat hubungan positif atau terdapat hubungan antara masing-masing karakteristik (umur / pendapatan / tingkat pendidikan terakhir / jenis pekerjaan / IPP) pengguna jalan dengan penilaian kondisi umum pedestrian path.
2.
Analisis Hubungan Antara Persepsi Responden dengan Kondisi Umum Pedestrian Path Pengujian hubungan persepsi responden terkait kondisi lingkungan
terhadap penilaian kondisi umum pedestrian path dianalisis dengan uji korelasi Spearman dikarenakan jenis data pada masing-masing variabel berupa data ordinal. Persepsi kondisi lingkungan yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi kondisi kenyamanan, keindahan, kebersihan, keamanan, dan keselamatan. Keterangan indikator pengukuran persepsi responden terkait kondisi lingkungan pedestrian path Nyi Raja Permas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Indikator pengukuran persepsi kondisi lingkungan sekitar pedestrian No 1.
Persepsi Pengguna Jalan Kenyamanan (KYMN)
2.
Keindahan (KNDH)
3.
Kebersihan (KBRS)
4.
Keamanan (KAMN)
Indikator Pengukuran Dibedakan menjadi : a. Tidak ada penyalahgunaan fasilitas yang telah disediakan baik oleh pejalan kaki maupun pedagang sekitar pedestrian (nyaman = 3) b. Sedikit penyalahgunaan fasilitas yang telah disediakan oleh pejalan kaki maupun pedagang sekitar pedestrian (cukup nyaman = 2). c. Banyak penyalahgunaan fasilitas yang telah disediakan oleh pejalan kaki maupun pedagang sekitar pedestrian (tidak nyaman = 1). Dibedakan menjadi : a. Vegetasi (tumbuhan) sangat terawat (indah = 3) b. Vegetasi cukup terawat (cukup indah = 2) c. Vegetasi tidak terawat (tidak indah = 1) Dibedakan menjadi : a. Tidak terdapat sampah berserakan dan tidak ada bau tidak enak (bersih = 3). b. Sampah sedikit dan terdapat sedikit bau tidak enak (cukup bersih = 2). c. Sampah banyak dan terdapat bau tidak enak (tidak bersih = 1). Dibedakan menjadi : a. Tidak terjadi kejahatan berupa premanisme dan pencopetan barang bawaan pengguna jalan (aman = 3) b. Jarang terjadi kejahatan berupa premanisme dan pencopetan barang bawaan pengguna jalan (cukup aman = 2) c. Sering terjadi kejahatan berupa premanisme dan pencopetan barang bawaan pengguna jalan (tidak aman = 1)
28
Tabel 5 Indikator pengukuran persepsi kondisi lingkungan sekitar pedestrian (lanjutan) No 5.
Persepsi Pengguna Jalan Keselamatan (SLMT)
Indikator Pengukuran Dibedakan menjadi : a. Pengguna kendaraan tertib atau tidak ada kendaraan yang masuk ke area pedestrian (baik = 3) b. Pengguna kendaraan cukup tertib atau kendaraan umum jarang masuk ke area pedestrian (cukup baik = 2) c. Pengguna kendaraan tidak tertib atau banyak kendaraan umum yang mauk ke area pedestrian (tidak baik = 1)
Kaidah pengujian hipotesis uji korelasi Spearman antara persepsi responden terkait kondisi lingkungan terhadap penilaian kondisi umum pedestrian path adalah: H0
: ρ (nilai koefisien korelasi) ≤ 0, berarti terdapat hubungan negatif atau tidak terdapat hubungan antara persepsi kondisi lingkungan sekitar pedestrian
(kenyamanan/keindahan/kebersihan/keamanan/keselamatan)
dengan penilaian kondisi umum pedestrian path. H1
: ρ (nilai koefisien korelasi) > 0, berarti terdapat hubungan positif atau terdapat hubungan antara persepsi kondisi lingkungan sekitar pedestrian (kenyamanan/keindahan/kebersihan/keamanan/keselamatan)
dengan
penilaian kondisi umum pedestrian path. 4.4.3
Analisis Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan dari Keberadaan Pedestrian Path Nyi Raja Permas Analisis dampak dilakukan dengan analisis deskriptif, multiplier effect,
dan analisis perubahan pendapatan. Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun peristiwa dimasa sekarang. Tujuannya adalah membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Langkah awal dalam analisis deskriptif adalah membuat tabel frekkuensi sederhana berdasarkan jawaban responden. Data tentang responden dan persepsi responden dikelompokan dan ditabulasikan, kemudian dipresentasikan. Persentase terbesar merupakan persepsi yang dominan dari masing-masing atribut yang terpilih (Dewi 2008).
29
1. Analisis Dampak Ekonomi Dampak ekonomi dapat diukur menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dampak ekonomi keberadaan pedestrian path dapat diukur melalui keynesian income multiplier yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran unit usaha yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini juga mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan lanjutan (induced) melalui ratio income multiplier. Ratio income multiplier tipe 1 menggambarkan nilai dampak tidak langsung dari pengeluaran pedagang atau unit usaha, sedangkan ratio income multiplier tipe 2 merupakan ukuran dari dampak lanjutan. Secara matematis dirumuskan : -
Keynesian Local Income Multiplier
=D+N+U E
-
Ratio Income Multiplier Tipe 1
= D+N E
-
Ratio Income Multiplier Tipe 2
= D+N+U D
dimana : E = Pengeluaran pengunjung/pengguna jalan sekitar pedestrian kawasan KA Bogor (rupiah) D = Pendapatan lokal yang diperoleh unit usaha secara langsung dari E (rupiah) N = Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari gaji (rupiah) U = Pengeluaran tenaga kerja di sekitar pedestrian kawasan KA Bogor dan penerimaan supplier bahan baku di wilayah Kec Bogor Tengah (rupiah) Asumsi analisis dampak ekonomi berdasarkan multiplier effect yaitu jika unit usaha yang memperoleh dampak langsung mendatangkan input dari luar lokasi penelitian maka perputaran uang tidak menimbulkan dampak tidak langsung tetapi merupakan suatu kebocoran (leakage) dampak. Selain dilihat dari nilai multiplier effect, analisis dampak ekonomi pada penelitian ini dapat dilihat melalui perubahan pendapatan yang diterima oleh unit usaha sebelum dan sesudah adanya pedestrian path di jalan Nyi Raja Permas berdasarkan kelompok jenis unit usaha yang terdapat di sekitar pedestrian tersebut. Rata-rata perubahan pendapatan dihitung dengan mengurangi rata-rata pendapatan yang diperoleh unit usaha sesudah adanya pedestrian path Nyi Raja
30
Permas dan sebelum adanya pedestrian path di kawasan Nyi Raja Permas tersebut. Rumus yang digunakan adalah: ∆ INRP = INRP2 – INRP1 dimana: ∆ INRP = INRP2
=
INRP1
=
Perubahan pendapatan rata-rata yang diperoleh unit usaha dari adanya pedestrian path Nyi Raja Permas Pendapatan rata-rata yang diperoleh unit usaha setelah adanya pedestrian path Nyi Raja Permas Pendapatan rata-rata yang diperoleh unit usaha sebelum adanya pedestrian path Nyi Raja Permas
2. Analisis Dampak Sosial Dampak sosial keberadaan pedestrian path dilihat dari ada tidaknya pengaruh keberadaan pedestrian path untuk mendorong perubahan perilaku responden dalam bertransportasi dan persepsi responden terhadap pedestrian path yang diidentifikasi melalui penyebaran kuesioner. Perubahan perilaku responden dalam bertransportasi dilihat dari perubahan perilaku responden sebelum dan sesudah adanya pedestrian path Nyi Raja Permas tempat responden melakukan mobilisasi, sedangkan persepsi dimaksudkan sebagai ungkapan perasaan terhadap sesuatu objek yaitu pedestrian path. Informasi yang digali mencakup pengetahuan responden mengenai kegunaan atau manfaat dari pedestrian path seperti perbaikan sarana transportasi yang ramah lingkungan, pengaturan jalur lalu lintas, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3. Analisis Dampak Lingkungan Dampak keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas terhadap lingkungan dilihat dari persepsi responden tentang dampak keberadaan pedestrian path terhadap perbaikan kualitas lingkungan, kebersihan lingkungan, kenyamanan lingkungan, keindahan, dan kondisi iklim atau polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan umum.
31
V GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum yang akan dibahas dalam bab ini meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan karakteristik sosial ekonomi responden. Penjelasan mengenai gambaran umum penelitian akan dibahas lebih lanjut pada sub bab di bawah ini. 5.1.1
Keadaan Umum Wilayah Penelitian Lingkup wilayah penelitian berada di pedestrian path jalan Nyi Raja
Permas wilayah Kecamatan Bogor Tengah sepanjang 178 meter dengan lebar 11.5 meter. Pada Gambar 2 dapat terlihat daerah yang di tandai dengan garis tebal dan ditunjuk dengan tanda panah adalah lokasi pedestrian path yang diteliti.
Sumber : Laporan GIZ-SUTIP, 2012
Gambar 2 Lingkup lokasi penelitian pedestrian path Nyi Raja Permas Secara geografis Kota Bogor terletak pada koordinat antara 106º48‟BT dan 6º86‟LS dengan jarak ± 56 km dari Kota Jakarta dan mempunyai ketinggian 200-340 m di atas permukaan laut serta memiliki luas 11.850 ha. Wilayah Kecamatan Bogor Tengah memiliki luas mencapai 851 ha dan terdiri dari 11 kelurahan. Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Bogor Tengah adalah:
Sebelah Utara
: Kelurahan Kedung Jaya dan Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal
Sebelah Timur
: Jalan
Tol
Jagorawi,
Kelurahan
Baranangsiang,
Kecamatan Bogor Timur, dan Kelurahan Sukasari
Sebelah Barat
: Sungai Cisadane dan Kelurahan Menteng, Kecamatan
32
Bogor Barat
Sebelah Tengah
: Kelurahan
Bondongan
dan
Kelurahan
Empang
Kecamatan Bogor Selatan Kecamatan Bogor Tengah merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota Bogor yang berjarak 2 kilometer dari pusat pemerintahan kota dengan fungsi utamanya sebagai pusat perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh kegiatan perkantoran atau pemerintahan, pemukiman, dan obyek wisata. Dilihat dari data Pemerintah Kota Bogor, persentase penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Tengah sebagian besar digunakan untuk pemukiman sebesar 61.6% atau seluas 524.24 ha, bangunan umum (kantor dan pertokoan) sebesar 38 % atau seluas 323.36 ha, pemakaman sebesar 0.35% atau seluas 2.95 ha serta sebesar 0.05% atau seluas 0.45 ha untuk lahan pertanian dan lain lain. Berdasarkan demografi, jumlah penduduk kecamatan Bogor Tengah berjumlah 94 628 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 47 219 orang dan perempuan sebanyak 47 870 orang. 5.1.2
Aksesbilitas Berdasarkan pola pergerakan tiap zona Kota Bogor, jumlah pergerakan
antar zona eksternal menuju internal terutama yang menuju pusat kota maupun sebaliknya adalah cukup tinggi. Pergerakan yang cukup tinggi ini disebabkan oleh banyaknya mobilitas masyarakat Kota Bogor untuk melakukan berbagai aktifitas di pusat kota maupun di luar pusat Kota Bogor. Berdasarkan kondisi tersebut, perlu adanya pengaturan moda angkutan dan peningkatan pelayanan dari segi sarana dan prasarana sehingga pengguna moda angkutan maupun pejalan kaki dapat merasakan kenyamanan dalam bertransportasi terutama di daerah pusat kota termasuk di kawasan Nyi Raja Permas. Aksesbilitas menuju pedestrian path Nyi Raja Permas tergolong cukup mudah. Hal ini dikarenakan kondisi jalan yang sudah cukup baik memudahkan pejalan kaki untuk menjangkau dan memanfaatkan lokasi pedestrian path tersebut. Berdasarkan pengamatan, sebagian besar penggunaan pedestrian path Nyi Raja Permas digunakan sebagai akses menuju Stasiun Kereta Api Bogor, Pasar Anyar, Taman Topi, dan tempat perbelanjaan lainnya. Pejalan kaki dapat menggunakan jalur luar pedestrian path Nyi Raja Permas maupun jalur dalam dimana terdapat
33
ruang Pedagang Kaki Lima (PKL) modern yang sudah tertata cukup rapi untuk mencapai tempat-tempat tersebut sesuai tujuan masing-masing pengguna jalan. Sistem perparkiran di wilayah ini sudah cukup baik, namun masih terdapat kemacetan arus kendaraan umum di sekitar wilayah pedestrian. Hal ini dikarenakan tidak tertibnya pengguna kendaraan umum terutama angkutan umum dan kendaraan bermotor serta banyaknya aktifitas informal berupa PKL liar dalam menggunakan jalur kendaraan umum maupun jalur pejalan kaki sehingga kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki terganggu. 5.2 Gambaran Umum Responden Responden pada skripsi ini terdiri dari tiga kelompok yaitu kelompok pengguna jalan atau pengguna pedestrian path, kelompok unit usaha, dan kelompok tenaga kerja. Gambaran umum mengenai karakteristik masing-masing responden akan dijelaskan sebagai berikut. 5.2.1
Karakteristik Responden Pengguna Pedestrian Path Karakteritik pengguna pedestrian dibagi menjadi dua yaitu karakteritik
sosial ekonomi berupa usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, dan jumlah tanggungan serta karakteristik berkunjung seperti asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang digunakan, dan tujuan penggunaan pedestrian path. Pengguna pedestrian path yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan persentase 40% responden berjenis kelamin laki-laki dan 60% berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar responden pengguna pedestrian path Nyi Raja Permas atau sebesar 41% dari seluruh responden pengguna pedestrian berusia antara 15 sampai 25 tahun. Berdasarkan rata-rata pendidikan terakhir, sebagian besar responden pengguna pedestrian adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 55% dan lulusan perguruan tinggi (S1/S2) sebesar 24%. Rata-rata pekerjaan responden pengguna pedestrian path Nyi Raja Permas terdiri dari beberapa kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pengguna pedestrian path dengan pekerjaan sebagai pelajar atau mahasiswa sebesar 33%, untuk kelompok pekerjaan PNS dan karyawan swasta masing-masing sebesar 20%, kelompok selanjutnya yaitu kelompok Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 18%, dan kelompok
34
terakhir yaitu kelompok wiraswasta sebesar 9% dari keseluruhan responden pengguna pedestrian path. Karakteristik sosial ekonomi pengguna pedestrian path secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik sosial ekonomi responden pengguna pedestrian path Nyi Raja Permas Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah Usia (tahun) 15 – 25 26 – 36 37 – 47 48 – 58 59 – 69 Jumlah Tingkat Pendidikan Terakhir SD SMP SMA D3/Sederajat Perguruan Tinggi Jumlah Jenis Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa PNS/BUMN Karyawan Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Jumlah Tingkat Pendapatan perbulan (Rp) ≤ 500 000 500 000 – 1 500 000 1 500 001 – 2 500 000 2 500 001 – 3 500 000 3 500 001 – 4 500 000 >4 500 000 Jumlah Daerah Asal Jabodetabek Luar Jabodetabek Jumlah
Jumlah 40 60 100 Jumlah 41 22 28 4 5 100 Jumlah 1 14 55 6 24 100 Jumlah 33 20 20 9 18 100 Jumlah 18 34 17 17 4 10 100 Jumlah 98 2 100
Persentase (%) 40 60 100 Persentase (%) 41 22 28 4 5 100 Persentase (%) 1 14 55 6 24 100 Persentase (%) 33 20 20 9 18 100 Persentase (%) 18 34 17 17 4 10 100 Persentase (%) 98 2 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar rata-rata pendapatan perbulan responden pengguna pedestrian path adalah berkisar antara Rp 500 001 sampai Rp 1 500 000 yaitu sebesar 34% dan ≤ Rp 500 000 sebesar 18%. Berdasarkan asal daerah, sebagian besar pengguna pedestrian path bersasal dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Tanggerang yaitu sebesar 98% dan 2% lainnya berasal dari luar wilayah Jabodetabek.
35
A. Cara Kedatangan Cara kedatangan responden pengguna pedestrian path Nyi Raja Permas untuk menggunakan pedestrian path sebagai moda transportasi adalah secara berkelompok sebesar 58% dan 42% lainnya menggunakan atau mengunjungi area pedestrian path tanpa ditemani siapapun. Sebaran cara kedatangan pengguna pedestrian path dapat dilihat pada Gambar 3. Sendiri 42% Berkelompok 58%
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Gambar 3 Sebaran cara kedatangan pengguna pedestrian path Nyi Raja Permas B. Jenis Kendaraan Perjalanan menuju pedestrian path Nyi Raja Permas dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan baik mobil pribadi, motor pribadi maupun kendaraan umum. Berikut sebaran jenis kendaraan yang digunakan responden dapat dilihat pada Gambar 4. Mobil Pribadi 3%
Motor Pribadi 35%
Kendaraan Umum 62% Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Gambar 4 Sebaran jenis kendaraan yang digunakan responden Berdasarkan Gambar 4 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 62% responden menggunakan kendaraan umum, sebanyak 35% menggunakan kendaraan motor pribadi, dan yang menggunakan kendaraan mobil pribadi adalah sebesar 3% dari keseluruhan responden. C. Tujuan Pengguna Pedestrian Path Tujuan
responden
untuk
menggunakan
fasilitas
pedestrian
path
bermacam-macam diantaranya sebagai akses menuju stasiun Kereta Api Bogor,
36
untuk berjalan-jalan (refreshing), menuju tempat perbelanjaan atau Pedagang Kaki Lima (PKL), dan tujuan lainnya seperti menuju ke Pasar Anyar maupun bertugas di wilayah pedestrian tersebut. Adapun sebaran tujuan pengguna pedestrian path dapat dilihat pada Gambar 5. Lainnya 14%
Jalan-jalan 22%
Menuju Tempat PKL 23% Menuju Stasiun KA 41% Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Gambar 5 Sebaran tujuan penggunaan pedestrian path Nyi Raja Permas Gambar 5 diatas memperlihatkan bahwa sebanyak 41% dari seluruh responden memiliki tujuan menuju Stasiun Kereta Api Bogor, responden yang memiliki tujuan ke tempat perbelanjaan atau PKL adalah sebesar 23%, sebanyak 22% responden memiliki tujuan untuk berjalan-jalan (refreshing) sedangkan sebanyak 14% dari responden lainnya memiliki tujuan lain baik untuk ke tempat lain maupun untuk bertugas di area pedestrian path Nyi Raja Permas. D. Intensitas Penggunaan Pedestrian Path Setiap responden memiliki Intensitas Penggunaan Pedestrian path (IPP) yang berbeda-beda karena sesuai dengan tujuan penggunaan pedestrian itu sendiri. Responden yang bertujuan menuju stasiun kereta api cenderung memiliki IPP yang lebih sering dibandingkan dengan responden yang memiliki tujuan berjalanjalan maupun untuk belanja. Sebaran IPP perminggu dapat dilihat pada Gambar 6. 9 - 12 kali 21%
5 - 8 kali 12%
>12 kali 3%
1 - 4 kali 64%
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Gambar 6 Sebaran intenitas penggunaan pedestrian path per minggu
37
Gambar 6 diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden sebanyak 64% menggunakan pedestrian path sebanyak 1 hingga 4 kali per minggu. Secara keseluruhan, karakteristik berkunjung dari responden pengguna pedestrian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 Karakteristik berkunjung pengguna pedestrian path Nyi Raja Permas Cara Kedatangan Sendiri Berkelompok Jumlah Jenis Kendaraan Motor Pribadi Mobil Pribadi Kendaraan Umum Jumlah Intenitas Penggunaan Jalan (perminggu) 1 – 4 kali 5 – 8 kali 9 – 12 kali 13 – 15 kali Jumlah Tujuan Penggunaan Pedestrian Path Jalan-jalan / Refreshing Menuju Stasiun Kereta Api Bogor Menuju Tempat Perbelanjaan /PKL Lainnya (Pasar Anyar, Bertugas) Jumlah
Frekuensi 42 58 100 Frekuensi 3 35 62 100 Frekuensi 64 12 21 3 100 Frekuensi 22 41 23 14 100
Persentase (%) 42 58 100 Persentase (%) 3 35 62 100 Persentase (%) 64 12 21 3 100 Persentase (%) 22 41 23 14 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
5.2.2 Karakteristik Responden Pemilik Unit Usaha Sektor unit usaha merupakan sektor pendukung yang sangat penting sebagai penyedia kebutuhan bagi pengguna pedestrian path yang sedang memanfaatkan pedestrian dalam melakukan aktifitasnya masing-masing. Pendapatan yang diperoleh unit usaha umumnya bervariasi sesuai dengan jenis barang yang dijual dan skala usahanya. Unit usaha yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 30 pemilik unit usaha yang terdiri dari 8 jenis unit usaha. Pemilik unit usaha yang menjadi responden pada penelitian ini yaitu 96.67% laki-laki dan 3.33% perempuan. Sebagian besar rata-rata usia responden pemilik unit usaha berkisar antara 26 sampai 36 tahun dengan persentase sebesar 30% dan berusia antara 48 sampai 58 tahun sebesar 26.67% dari keseluruhan responden pemilik unit usaha. Keterangan karakteristik pemilik unit usaha lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
38
Tabel 8 Karakteristik responden pemilik unit usaha kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Kependudukan Asli Daerah Bukan Asli Daerah Jumlah Usia (tahun) 15-25 26-36 37-47 48-58 59-69 Jumlah Pendidikan Terakhir SD SMP SMA D3 Jumlah Jumlah tanggungan (orang) Tidak Ada 1–3 4–6 6–8 Jumlah Jenis Unit Usaha Pedagang Elektronik Kios Optik Pedagang Perlengkapan Sekolah Pedagang Aksesoris Pedagang Buah Pedagang Makanan Pedagang Pakaian Pedagang Mainan Jumlah Bersar Modal (Rupiah) ≤ 1 000 000 1 000 001 – 3 000 000 3 000 001 – 5 000 000 5 000 001 – 7 000 000 >7 000 000 Jumlah Pendapatan Perbulan (Rupiah) 500 000 – 2 500 000 2 500 001 – 4 500 000 4 500 001 – 6 500 000 6 500 001 – 8 500 000 >8 500 000 Jumlah
Frekuensi 29 1 30 Frekuensi 20 10 30 Frekuensi 4 9 7 8 2 30 Frekuensi 6 14 9 1 30 Frekuensi 3 22 4 1 30 Frekuensi 2 1 4 6 5 5 5 2 30 Frekuensi 10 12 1 0 7 30 Frekuensi 10 2 7 3 8 30
Persentase (%) 96.67 3.33 100 Persentase (%) 66.67 33.33 100 Persentase (%) 13.33 30.00 23.33 26.67 6.67 100 Persentase (%) 20.00 46.67 30.00 3.33 100 Persentase (%) 10.00 73.33 13.33 3.33 100 Persentase (%) 6.67 3.33 13.33 20.00 16.67 16.67 16.67 6.67 100 Persentase (%) 33.33 40.00 3.33 0.00 23.33 100 Persentase (%) 33.33 6.67 23.33 10.00 26.67 100
39
Tabel 8 Karakteristik responden pemilik unit usaha kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas (lanjutan) Lama Bekerja (tahun) <1 1–9 10 – 19 20 – 29 >29 Jumlah Waktu Kerja perminggu (hari) 1–3 4–6 7 Jumlah Jam Kerja perhari (jam) 1–5 6 – 10 10 – 15 Jumlah
Frekuensi 4 13 6 7 0 30 Frekuensi 3 9 18 30 Frekuensi 2 13 15 30
Persentase (%) 13.33 43.33 20.00 23.33 0.00 100 Persentase (%) 10.00 30.00 60.00 100 Persentase (%) 6.67 43.33 50.00 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Tabel 8 di atas memperlihatkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan terakhir responden pemilik unit usaha merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 46.67%. Sebanyak 30% responden pemilik unit usaha merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sebanyak 20% merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD), sedangkan sisanya sebesar 3.33% merupakan lulusan D3. Sebagian besar jenis unit usaha yang dimiliki adalah toko atau kios aksesoris yaitu sebesar 20% dari jumlah responden pemilik unit usaha, sedangkan untuk unit usaha toko atau kios makanan, buah, dan pakaian masingmasing memiliki persentase sebesar 16.67%. Responden yang memiliki jenis unit usaha toko atau kios perlengkapan sekolah yaitu sebesar 13.33%, sedangkan untuk jenis unit usaha toko elektronik dan kios mainan masing-masing sebesar 6.67%. Sisanya sebanyak 3.33% memiliki usaha kios optik. Sebagian besar modal yang dikeluarkan pemilik unit usaha rata-rata berkisar antara Rp 1 000 001 hingga Rp 3 000 000 yaitu sebesar 40% dari responden pemilik unit usaha. Berdasarkan pendapatan yang diperoleh pemilik unit usaha, sebagian besar pemilik unit usaha memperoleh pendapatan rata-rata per bulan berkisar antara Rp 500 000 hingga Rp 2 500 000 yaitu sebanyak 33.33% dan sebanyak 26.67% memperoleh pendapatan per bulan lebih dari Rp 8 500 000. Berdasarkan wawancara, lamanya menjalankan usaha tiap responden pemilik unit usaha yang berada di sepanjang pedestrian path Nyi Raja Permas berbeda-beda.
40
Pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden telah memulai unit usahanya selama 1 sampai 9 tahun yaitu sebanyak 43 % dari jumlah seluruh responden pemilik unit usaha. 5.2.3 Karakteristik Responden Tenaga Kerja Keberadaan pedestrian path melatarbelakangi adanya perapihan bagi tempat-tempat Pedagang Kaki Lima (PKL) sehingga dapat memberikan dampak terhadap masyarakat sekitar kawasan, salah satunya dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru. Karakteristik dari tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9
Karakteristik responden tenaga kerja di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia (tahun) 15-25 26-36 37-47 48-58 59-69 Jumlah Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Jumlah Jumlah Tanggungan (orang) Tidak Ada 1–3 4–6 Jumlah Jenis Pekerjaan Penjual Aksesoris Penjual Makanan Penjaga Kios (pakaian, mainan, buah) Penjaga Toko (perlengkapan sekolah) Jumlah Pendapatan (Rupiah) ≤ 500 000 500 001 – 1 500 000 1 500 001 – 2 500 000 2 500 001 – 3 500 000 Jumlah Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Frekuensi 3 9 12 Frekuensi 7 4 0 0 1 12 Frekuensi 4 4 4 12 Frekuensi 7 3 2 12 Frekuensi 2 3 5 2 12 Frekuensi 1 9 1 1 12
Persentase (%) 25.00 75.00 100 Persentase (%) 58.33 33.33 0.00 0.00 8.33 100 Persentase (%) 33.33 33.33 33.33 100 Persentase (%) 58.33 25.00 16.67 100 Persentase (%) 16.67 25.00 41.67 16.67 100 Persentase (%) 8.33 75.00 8.33 8.33 100
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa responden tenaga kerja pada penelitian ini terdiri dari 12 orang dengan persentase 75% laki-laki dan 25% perempuan. Sebagian besar rata-rata usia responden tenaga kerja berkisar antara 15 sampai 25
41
tahun dengan persentase 58.33% dari jumlah responden tenaga kerja. Pendidikan terakhir responden tenaga kerja merupakan lulusan SD, lulusan SMP, dan lulusan SMA yang masing-masing sebesar 33.33% dari jumlah responden tenaga kerja. Sebanyak 66.67% dari responden tenaga kerja merupakan penduduk asli atau penduduk setempat, sedangkan 33.33% responden tenaga kerja lainnya bukan merupakan penduduk setempat. Sebagian besar responden tenaga kerja dengan persentase 58.33% belum memiliki tanggungan. Responden yang memiliki tanggungan 1 sampai 3 orang adalah sebanyak 25%, sedangkan sebanyak 16.67% responden miliki tanggungan lebih dari 3 orang. Rata-rata pekerjaan responden adalah sebagai penjaga kios yaitu sebesar 41.67%, sebesar 25% responden bekerja sebagai penjual makanan dan sebesar 16.67% responden bekerja sebagai penjaga toko dan penjual aksesoris. Pada Tabel 9 juga terlihat bahwa sebagian besar rata-rata pendapatan tenaga kerja per bulan di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas berkisar antara Rp 500 001 hingga Rp 1 500 000 dengan persentase sebesar 75%. sedangkan tenaga kerja yang memiliki pendapatan perbulan sebesar Rp 500 000, antara Rp 1 500 001 hingga Rp 2 500 000, dan antara Rp 2 500 001 hingga Rp 3 500 000 masing-masing sebesar 8.33% dari jumlah responden tenaga kerja. A. Lama Bekerja Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden tenaga kerja telah bekerja selama 1 sampai 9 tahun. Adapun sebaran lama bekerja responden tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 7.
10 - 19 tahun 8%
≥30 tahun 8%
< 1 tahun 25%
1 - 9 tahun 59%
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Gambar 7 Sebaran lama bekerja tenaga kerja di pedestrian path Nyi Raja Permas Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa sebanyak 59% responden tenaga kerja telah bekerja di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas selama 1 sampai 9
42
tahun dan sebanyak 25% responden baru bekerja kurang dari 1 tahun. Selain itu, terdapat responden tenaga kerja yang telah bekerja selama 10 sampai 19 tahun dan lebih dari 29 tahun dimana keduanya memiliki persentase sebesar 8% dari jumlah responden tenaga kerja. B. Jam Kerja Berdasarkan hasil wawancara, sekitar 75% responden tenaga kerja bekerja selama 11 hingga 15 jam per hari. Sebanyak 17% responden bekerja selama 6 hingga 10 jam per hari, sedangkan sisanya sebanyak 8% dari responden tenaga kerja bekerja antara 1 hingga 5 jam per harinya. Sebagian tenaga kerja mulai bekerja sekitar pukul 08.00 WIB pagi, ketika responden pengguna jalan sudah mulai beraktifitas dan unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Sebaran jam kerja responden tenaga kerja dalam satu hari dapat dilihat pada Gambar 8. 1 - 5 jam/hari 8% 11 - 15 jam/hari 75%
6 - 10 jam/hari 17%
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Gambar 8 Sebaran jam kerja responden tenaga kerja dalam satu hari
43
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Kondisi Pedestrian Path Pada dasarnya, setiap warga berhak untuk mendapatkan kesempatan bertransportasi dengan selamat dan nyaman. Semakin ramahnya suatu kota terhadap pejalan kaki, akan menjadikan kota tersebut semakin layak huni (liveable city). Kondisi di Kota Bogor saat ini masih banyak fasilitas pejalan kaki yang belum memenuhi harapan baik bagi pejalan kaki normal maupun difable. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan fasilitas terutama pada konteks fasilitas pelayanan umum untuk pejalan kaki yang terintegrasi dengan alat transportasi terutama dengan angkutan umum. Pengembangan fasilitas integrasi moda berupa jalur fasilitas pejalan kaki di Jalan Nyi Raja Permas Kecamatan Bogor Tengah ini dirancang sebagai proyek percobaan nasional serta merupakan kerjasama dari beberapa pihak diantaranya Kementerian Perhubungan RI melalui Direktorat Perhubungan Darat, Pemerintah Kota Bogor, bantuan teknis dari GIZ-SUTIP (Sustainable Urban Transport Improvement Project), dinas-dinas Kota Bogor serta masyarakat dalam pemeliharannya. Lokasi pedestrian path di Jalan Nyi Raja Permas dimulai dari depan Stasiun Bogor sampai dengan Jalan Kapten Muslihat di simpang tiga Dewi Sartika. Kawasan penelitian ini berdasarkan pengamatan merupakan area dengan tingkat penggunaan dan pengguna yang sangat tinggi dimana sebagian besar kawasan digunakan untuk fungsi perdagangan dan jasa transportasi berupa stasiun kereta api yang menyebabkan ribuan orang melewati jalur pejalan kaki Nyi Raja Permas setiap harinya. Hal ini dapat dilihat dari cukup banyaknya pertokoan maupun kios-kios Pedagang Kaki Lima (PKL) modern yang sudah cukup tertata rapih dan beberapa pedagang asongan yang masih belum tertata rapih di samping jalan pedestrian Nyi Raja Permas. Pada kondisi volume pengguna jalur pejalan kaki yang sangat tinggi, keberadaan pedestrian path ini diharapkan dapat mendukung keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Berdasarkan hasil pengamatan, keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas belum sepenuhnya dapat meningkatkan keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dikarenakan di beberapa titik masih ditemui adanya
44
penyalahgunaan dari fungsi pedestrian path seperti digunakan sebagai tempat berjualan bagi pedagang asongan pada siang sampai sore hari serta masih terdapat pelayanan jasa ojek dan becak di bahu jalan pedestrian yang membuat kurang nyaman para pejalan kaki. Hal ini menimbulkan dampak lainnya seperti semakin banyak sampah yang berserakan dan kerusakan pada beberapa fasilitas di area pedestrian. Berdasarkan permasalan tersebut diperlukan rancangan jalur pedestrian yang dapat mengendalikan bahkan mencegah kemungkinan PKL berjualan atau masuknya motor ke jalur pedestrian serta diperlukan solusi yang positif bagi disiplin tata ruang kota maupun bagi warga kotanya. Gambaran kondisi pedestrian path secara fisik maupun pengelolaan serta pemeliharannya akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. 6.1.1 Kondisi Fisik Pedestrian Path Konsep desain untuk fasilitas pejalan kaki Nyi Raja Permas adalah untuk mengembalikan budaya dasar Kota Bogor yang pada awalnya adalah kota yang ramah dengan pejalan kaki dengan memacu masyarakat meningkatkan rasa kesadaran akan budaya berjalan kaki dan dapat menjadi city walk Kota Bogor. Fasilitas pejalan kaki Nyi Raja Permas ini juga diharapkan dapat menjadi kawasan yang juga terintegrasi dengan moda lain seperti kereta api dan angkutan umum. Sehingga secara umum penyediaan fasilitas pejalan kaki ini diharapkan memenuhi aspek aman, nyaman, dan dapat menjadi tempat dimana masyarakat bisa berinteraksi dengan bebas. Berikut ini adalah beberapa konsep desain pengembangan fasilitas-fasilitas pejalan kaki di jalan Nyi Raja Permas.
Sumber : Laporan GIZ-SUTIP, 2012
Gambar 9 Desain dari konsep pedestrian path Nyi Raja Permas Kondisi fisik dari pedestrian path Nyi Raja Permas yaitu memiliki panjang jalur fasilitas pejalan kaki sepanjang 178 meter dan lebar jalur fasilitas pejalan
45
kaki 11.5 meter. Kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian oleh Harris dan Dines (1988) menjelaskan bahwa jarak ruang yang dibutuhkan antar pejalan kaki pada tempat umum adalah 1.8 meter, tempat belanja antara 2.8 sampai 3.6 meter, tempat berjalan normal sebesar 4.6 meter sampai 5.5 meter, dan lebih dari 10.6 meter untuk jalan santai. Berdasarkan kriteria tersebut, panjang dan lebar jalan pada pedestrian path Nyi Raja Permas sudah memenuhi kriteria fisik sebagai prasarana publik yang secara umum digunakan untuk jalan normal dan santai. Berdasarkan hasil pengamatan, material yang digunakan berupa paving block dari beberapa bahan tactile, batu andesit, java rosso berwarna abu-abu dan merah yang sudah tertata rapih disepanjang jalan Nyi Raja Permas. Vegetasi yang ditemui di sepanjang pedestrian path Nyi Raja Permas merupakan pohon berukuran sedang yang tertata rapih di sepanjang kanan dan kiri bahu jalan sebanyak 14 pohon. Kondisi pohon ini cukup baik, namun belum terlalu rindang sehingga belum bisa berfungsi sebagai peneduh. Pohon peneduh hanya terdapat dalam Taman Topi. Sementara itu, pada sisi kanan bahu jalan juga terdapat 4 buah planting box berisi tanaman Bougenvil yang dapat memperindah pedestrian Nyi Raja Permas. Kondisi fisik pedestrian path yang ideal tidak serta merta dapat berfungsi dengan baik dan mengatasi beberapa permasalahan transportasi perkotaan seperti mengurangi kemacetan atau mengurangi pencemaran udara di area sekitar pedestrian. Hal ini dikarenakan masih banyak faktor lain yang harus diperhatikan seperti keterhubungan dengan keberadaan transportasi publik yang baik, perilaku pengendara kendaraan bermotor dan angkutan umum dalam berlalu lintas, serta tidak diperkenankannya PKL berjualan di area pedestrian. 6.1.2
Kondisi Fasilitas Pedestrian Path Berdasarkan pengamatan (Tabel 10), di sepanjang lokasi penelitian dapat
dijumpai beberapa fasilitas jalan seperti lampu penerangan jalan, rambu-rambu penunjuk jalan, tempat duduk, poster berupa foto-foto Kota Bogor tempo dulu, tempat sampah, telepon umum,saluran air (drainase), dan pos keamanan. Gambar 10 dibawah ini memperlihatkan gambaran beberapa fasilitas pedestrian path di sepanjang Jalan Nyi Raja Permas.
46
Sumber : Hasil pengamatan, 2013
Gambar 10 Kondisi fasilitas pedestrian path Nyi Raja Permas Selain fasilitas-fasilitas elemen jalan yang telah disebutkan di atas, di samping pedestrian path Nyi Raja Permas terdapat fasilitas perdagangan seperti kelompok Pedagang Kaki Lima (PKL) modern dan beberapa tempat perbelanjaan lainnya yang terdiri berbagai macam jenis toko atau kios unit usaha, sedangkan sebagian PKL liar masih menggunakan bahu jalan pedestrian untuk berjualan. Kondisi ini tentunya membuat kenyamanan pejalan kaki menjadi terganggu. Selain menjaga fasilitas-fasilitas yang sudah tersedia, untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pejalan kaki normal maupun difable diperlukan pengembangan fasilitas untuk penyandang cacat atau difable sehingga keselamatan dan kenyamanan setiap pejalan kaki dapat terpenuhi. Secara keseluruhan kondisi fasilitas-fasilitas yang terdapat di pedestrian path Nyi Raja Permas akan dijelaskan pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah dan kondisi fasilitas pedestrian path Nyi Raja Permas Nama Fasilitas Lampu Hias Penerangan Jalan
Jumlah 14
Satuan Buah
Telepon Umum
1
Buah
Tempat Sampah
2
Buah
Pos Keamanan
2
Buah
Kondisi Terdapat disepanjang bahu jalan. Kondisi fisik lampu masih baik dan menarik. Pada malam hari hampir semua lampu masih berfungsi walau ada beberapa yang tidak berfungsi. Terdapat pada kanan bahu jalan. Kondisi fisik tidak baik karena sudah tidak menarik, terdapat penuh coretan dan sudah tidak dapat berfungsi. Terdapat di samping kanan dan kiri bahu jalan. Kondisi fisik cukup baik karena masih terawat dan rutin dalam pengangkutan sampah setiap harinya. Namun jarak antar satu tempat sampah ke tempat sampah berikutnya tergolong cukup jauh dan jumlah tempat sampah masih sedikit sehingga masih terdapat sampah yang berserakan di sepanjang bahu jalan. Kondisi baik dimana tempat tersebut dipergunakan sebagai kantor petugas SATPOL PP yang bertugas mengatur dan mengawasi perapihan Pedagang Kaki Lima (PKL) di sepanjang pedestrian path Nyi Raja Permas.
47
Tabel 10 Jumlah dan kondisi fasilitas pedestrian path Nyi Raja Permas (lanjutan) Nama Fasilitas Rambu-rambu / Penunjuk Jalan
Jumlah 2
Satuan Buah
10
Buah
Poster / FotoFoto Kota Bogor
Saluran air (Drainase)
Kondisi Terdapat di area masuk pedestrian dekat pagar pembatas berupa penunjuk jalan ke arah Bogor Kota, Stasiun Bogor, dan Darmaga. Kondisi baik namun belum terlihat terlalu jelas dikarenakan tingginya hampir sama dengan pagar pembatas yang dibuat untuk mencegah kendaraan umum memasuki area pedestrian. Terdapat di sebelah kiri bahu jalan. Kondisi cukup baik dan masih rapih dikarenakan diletakkan berjajar dimana foto-foto kota Bogor tersebut merupakan upaya untuk memperkenalkan budaya Kota Bogor kepada pengguna jalan atau pejalan kaki. Terdapat disepanjang bahu jalan kanan dan kiri. Kondisi cukup baik karena tertutup rapih. Namun saat hujan masih terdapat banjir di beberapa titik. Hal ini dapat dikarenakan karena pelebaran pembangunan saluran air hanya dilakukan sebagian dari panjang Jalan Nyi Raja Permas secara keseluruhan.
Sumber : Hasil Pengamatan, 2013
Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi sebagian besar fasilitas elemen jalan masih cukup baik namun terdapat beberapa kerusakan pada beberapa elemen seperti lampu jalan, telepon umum, dan paving block atau perkerasan jalan. Kerusakan ini salah satunya disebabkan oleh adanya kegiatan berjualan maupun dilewati oleh kendaraan bermotor maupun becak di area pedestrian path tersebut. Diperlukan tindakan tegas dan peraturan yang mengikat untuk menertibkan seluruh stakeholder yang terlibat sehingga fasilitas yang sudah tersedia dapat terjaga dengan baik. 6.1.3 Kondisi Pengelolaan dan Pemeliharaan Pedestrian Path Sebagai ruang publik, kondisi pedestrian path harus mempunyai pengelolaan dan pemeliharaan yang baik dari dinas-dinas terkait maupun dari masyarakat sebagai pengguna jalan. Pembangunan pedestrian Nyi Raja Permas Kota Bogor ini dirancang oleh Kementerian Perhubungan RI melalui Direktorat Perhubungan Darat serta bekerja sama dengan beberapa pihak diantaranya Pemerintah Kota Bogor, bantuan teknis dari GIZ-SUTIP (Sustainable Urban Transport Improvement Project), dinas-dinas Kota Bogor serta masyarakat dalam pemeliharannya. Pada tanggal 16 Desember 2012, pengelolaan pedestrian Nyi Raja Permas resmi diserahkan kepada Pemerintah Kota Bogor agar area tersebut terus dibenahi serta tetap dapat menjadi jalur pedestrian yang nyaman dan asri.
48
Pemeliharaan merupakan aspek penting yang menunjang keberhasilan keberadaan suatu area atau fasilitas publik. Pemeliharaan yang baik akan menyebabkan suatu keberadaan fasilitas tersebut berkelanjutan. Pemeliharaan pedestrian path Nyi Raja Permas dilakukan dengan adanya koordinasi dari beberapa Dinas atau lembaga di Kota Bogor. Peran masing-masing Dinas atau lembaga Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Peran dinas atau lembaga Kota Bogor dalam pengelolaan dan pemeliharaan pedestrian path Nyi Raja Permas Nama Dinas/Lembaga Pemerintah Kota Bogor Badan Perencanaan Pembanguan Daerah (Bappeda) Kota Bogor GIZ – SUTIP (Sustainable Urban Transport Improvement Project) Dinas Bina Marga Kota Bogor
Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor
Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) Kota Bogor
SATPOL PP
KPKB (Komunitas Pejalan Kaki Bogor)
Peran Penanggung jawab pengelolaan pedestrian path Nyi Raja Permas Perencana pengembangan pedestrian path di Kota Bogor serta berperan dalam melakukan koordinasi dengan dinas-dinas terkait dengan pemeliharaan pedestrian. Sebagai pembantu teknis dan konsultan dalam proyek pembangunan serta pengelolaan pedestrian path Nyi Raja Permas. Berperan dalam melakukan pemeliharaan fisik dan utilitas jalan. Pemeliharaan untuk fisik jalan jarang dilakukan karena perkiraan umur jalan khusus pejalan kaki memiliki umur teknis selama 10 tahun. Selama ini pemeliharaan lebih diarahkan pada pengecekan drainase selama kurang lebih 3 bulan sekali. Berperan dalam mengelola dan mengatur lalu lintas di depan jalan Nyi Raja Permas agar tidak mengganggu kenyamanan pengguna pedestrian path dan mempermudah aksesbilitas pengguna jalan untuk menuju area pedestrian. Berperan dalam memelihara fasilitas (lampu penerangan jalan, rambu penunjuk jalan) dan vegetasi pada area pedestrian. Pemeliharaan mencakup penyapuan jalan dan pengangkutan sampah secara rutin serta melakukan perbaikan terhadap fasilitas yang sudah tidak berfungsi lagi. Pemeliharaan vegetasi oleh Dinas Pertamanan dan Tata Kota mencakup pemeliharaan secara rutin (pemangkasan) dan insedental (pemupukan, penggantian tanaman semak/planting box). Melakukan pengawasan dan pengaturan keamanan di area pedestrian path. Pengaturan yang dilakukan salah satunya melarang Pedagang Kaki Lima (PKL) liar berada pada area sepanjang pedestrian path dan menindak tegas jika masih terjadi pelanggaran. Pengamanan ini ditujukan untuk perapihan PKL liar agar memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki. Berperan dalam membantu mencerdaskan masyarakat setempat sekitar kawasan pedestrian dalam mengembangkan budaya berjalan kaki sebagai moda transportasi ramah lingkungan yang sehat dan mengajak masyarakat untuk turut menjaga keberadaan fasilitas-fasilitas yang ada disepanjang pedestrian Nyi Raja Permas ini.
Sumber : Hasil wawancara, 2013
Secara keseluruhan, dalam mengelola ruang publik seperti pedestrian path Nyi Raja Permas diperlukan integrasi dari semua stakeholder yang terlibat dengan membangun koordinasi yang baik antara dinas-dinas terkait dengan masyarakat
49
dalam mengelola dan memelihara kondisi pedestrian. Selain itu, dibutuhkan kerjasama dari setiap stakeholder sehingga keberadaan pedestrian tersebut dapat berkelanjutan serta bermanfaat untuk perbaikan lingkungan suatu perkotaan. 6.2 Analisis Hubungan Antara Karakteristik dan Persepsi Pengguna Jalan dengan Kondisi Umum Pedestrian Path Pengembangan pedestrian path merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan suatu perkotaan yang ramah lingkungan. Penilaian kondisi umum pedestrian saat ini oleh pengguna jalan memiliki peran penting dalam menjaga keberadaan pedestrian path baik untuk pengelolaan maupun pemeliharaannya agar tetap menjadi budaya moda transportasi ramah lingkungan dan berkelanjutan. Secara umum, sebaran penilaian kondisi umum pedestrian path dari 100 responden pengguna jalan atau pejalan kaki dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12 Sebaran persepsi pengguna jalan terhadap kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas Persepsi kondisi umum pedestrian path Baik Cukup Baik Tidak Baik Total
Jumlah (orang) 39 52 9 100
Persentase (%) 39% 52% 9% 100%
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Tabel 12 memperlihatkan bahwa 52% dari seluruh responden menilai kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas sudah cukup baik. Sebanyak 39% menilai kondisi pedestrian sudah baik dimana ketersediaan fasilitas pelayanan pedestrian yang ada sudah memenuhi kebutuhan pengguna jalan dan terpelihara dengan baik, sedangkan 9% responden lainnya menilai kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas tidak baik atau belum memenuhi kebutuhan pengguna jalan dan tidak terpelihara dengan baik. Penilaian atau persepsi yang berbeda-beda terhadap kondisi umum pedestrian path berhubungan dengan kondisi karakteristik masing-masing responden. Penjelasan mengenai hubungan masing-masing karaktersitik dan persepsi pengguna jalan terhadap penilaian kondisi umum pedestrian path akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. 6.2.1
Hubungan Antara Karakteristik Pengguna Jalan dengan Kondisi Umum Pedestrian Path Karakteristik yang merupakan ciri khas responden pengguna pedestrian
path Nyi Raja Permas diambil berdasarkan turun lapang dengan kategori jenis
50
kelamin, umur, pendapatan, tingkat pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, dan Intensitas Penggunaan Pedestrian (IPP). Analisis hubungan karakteristik pengguna jalan dengan kondisi umum pedestrian path diuji dengan uji korelasi Pearson, Spearman, dan Kendall Tau sesuai jenis data pada masing-masing variabel karakteristik. Sebaran karakteristik pengguna jalan dalam menilai kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran karakteristik pengguna jalan terhadap kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas Kategori Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total Tingkat Pendidikan Terakhir SD SMP SMA D3 Perguruan Tinggi Total Jenis Pekerjaan Pelajar Pegawai Negeri Sipil (PNS) Karyawan Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga (IRT) Total Rata-rata Umur (tahun) Rata-rata Pendapatan per bulan (Rp) Rata-rata Intensitas Penggunaan Pedestrian (IPP) (per minggu)
Kondisi Umum Pedestrian Path Tidak Baik Cukup Baik Baik Persentase (%) Persentase (%) Persentase (%) 7 36 17 2 16 22 9 52 39 Persentase (%) Persentase (%) Persentase (%) 0 1 0 4 6 4 5 32 18 0 2 4 0 11 13 9 52 39 Persentase (%) Persentase (%) Persentase (%) 0 17 16 4 10 6 1 11 8 3 4 2 1 10 7 9 52 39 16.78 31.67 35.72 406 000 1 570 000 3 400 000 4.36 5.81 5.78
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Tabel 13 memperlihatkan bahwa penilaian responden terhadap kondisi umum pedestrian path beragam. Berdasarkan jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan cenderung lebih banyak menilai kondisi umum pedestrian path cukup baik. Pada karakteristik tingkat pendidikan terakhir terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir responden, maka penilaian kondisi pedestrian path juga cenderung cukup baik dan baik. Penilaian kondisi umum pedestrian path sudah baik berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan didominasi oleh responden yang bekerja sebagai pelajar dan karyawan swasta. Berdasarkan rata-rata umur pengguna jalan pada Tabel 13 menunjukkan bahwa semakin tinggi rata-rata umur pengguna jalan, maka penilaian terhadap kondisi umum pedestrian path cenderung semakin baik. Sebaran karakteristik
51
pendapatan per bulan responden menunjukkan bahwa responden yang memiliki rata-rata pendapatan per bulan tinggi yaitu sebesar Rp 3 400 000 cenderung menilai kondisi umum pedestrian path sudah baik, sedangkan responden yang memiliki rata-rata pendapatan kurang dari Rp 3 400 000 cenderung menilai kondisi pedestrian path sudah cukup baik atau tidak baik. Sebaran karaktersitik IPP pada Tabel 13 menunjukkan bahwa responden yang memiliki rata-rata IPP lebih tinggi atau semakin sering akan cenderung menilai kondisi pedestrian path cukup baik atau baik. Hasil analisis hubungan antara karakteristik pengguna jalan dengan kondisi umum pedestrian path dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Hasil uji korelasi karakteristik pengguna jalan dengan kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas Kondisi Sosial Ekonomi Kategori Umur (data interval) Pendapatan (data interval) Intensitas Penggunaan Pedestrian (IPP) (data interval) Tingkat Pendidikan Terakhir (data ordinal) Jenis Kelamin (data nominal) Jenis Pekerjaan (data nominal)
Jenis Uji Korelasi Pearson Pearson Pearson
Kondisi Umum Pedestrian Path Koefisien p-value 0.355 0.000** 0.522 0.000** 0.019 0.849
Spearman Kendall Tau Kendall Tau
0.284 0.260 0.121
0.004** 0.007** 0.168*
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Keterangan : * **
= Signifikan pada taraf nyata 20 % = Signifikan pada taraf nyata 1 % Hipotesis mengatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik
pengguna jalan dengan kondisi keberadaan pedestrian path jika nilai p-value < α (taraf nyata yang digunakan). Berdasarkan hipotesis tersebut, kategori karakteristik yang memiliki hubungan signifikan dengan kondisi umum pedestrian path yaitu umur, pendapatan, tingkat pendidikan terakhir, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan. Berikut penjelasan variabel-variabel karakteristik pengguna jalan yang memiliki hubungan dengan kondisi umum pedestrian path : a. Umur Variabel kategori umur berdasarkan uji Pearson memiliki nilai p-value 0.000 < 0.01 (taraf nyata 1 %) yang artinya ada hubungan antara variabel umur dengan penilaian kondisi umum pedestrian path dengan tingkat kepercayaan 99%. Nilai koefisien sebesar 0.355 menunjukan hubungan lemah atau rendah (0.200 – 0.399) di antara dua variabel yang diuji. Koefisien variabel positif (+)
52
menandakan hubungan searah yang berarti semakin tinggi umur responden atau pengguna jalan maka penilaian terhadap kondisi keberadaan pedestrian path akan semakin tinggi atau semakin baik. Hal ini dikarenakan semakin tinggi umur responden akan lebih mudah memahami penting atau perlunya keberadaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di lingkungan perkotaan untuk menunjang berbagai aktifitas yang dilakukan sehingga penilaian terhadap keberadaan pedestrian path akan semakin baik. b. Pendapatan Variabel kategori pendapatan berdasarkan uji Pearson memiliki nilai pvalue 0.000 < 0.01 (taraf nyata 1%) yang artinya ada hubungan antara variabel pendapatan dengan penilaian kondisi umum keberadaan pedestrian path pada tingkat kepercayaan sebesar 99%. Nilai koefisien sebesar 0.522 menunjukkan hubungan sedang atau cukup berarti (0.400 – 0.599) diantara dua variabel yang diuji. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan searah yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan yang diperoleh responden maka penilaiannya terhadap kondisi umum pedestrian path akan semakin lebih baik. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki rata-rata pendapatan tinggi cenderung memiliki kemauan yang tinggi untuk memperoleh keadaan lingkungan yang nyaman sehingga
keberadaan
pedestrian
path
sebagai
upaya
perbaikan
untuk
meningkatkan kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan akan dinilai baik. c. Tingkat Pendidikan Terakhir Variabel kategori tingkat pendidikan berdasarkan uji Spearman memiliki nilai p-value 0.004 < 0.01 (taraf nyata 1%) yang artinya ada hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan penilaian kondisi umum keberadaan pedestrian path dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Nilai koefisien sebesar 0.284 menunjukan hubungan lemah atau rendah (0.200 – 0.399) diantara dua variabel yang diuji. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan searah yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi penilaiannya terhadap kondisi umum pedestrian path. Hal ini dikarenakan responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung lebih peduli dengan upaya-upaya perbaikan kualitas lingkungan perkotaan sehingga keberadaan
53
pedestrian path sebagai moda transportasi ramah lingkungan dinilai sangat penting dan cenderung menilai sudah cukup baik dan baik. d. Jenis Kelamin Variabel kategori jenis kelamin berdasarkan uji Kendall Tau memiliki nilai p-value 0.007 < 0.01 (taraf nyata 1%) yang artinya ada hubungan antara variabel jenis kelamin dengan penilaian kondisi umum keberadaan pedestrian path dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Nilai koefisien sebesar 0.260 menunjukan hubungan lemah atau rendah (0.200 – 0.399) diantara dua variabel yang diuji. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan searah yaitu semakin beragam jenis kelamin responden maka penilaian terhadap kondisi umum pedestrian path akan semakin baik. e. Jenis Pekerjaan Variabel kategori jenis pekerjaan berdasarkan uji Kendall Tau memiliki nilai p-value 0.168 < 0.20 (taraf nyata 20%) yang artinya ada hubungan antara variabel jenis pekerjaan dengan penilaian kondisi umum keberadaan pedestrian path dengan tingkat kepercayaan sebesar 80%. Nilai koefisien sebesar 0.121 menunjukan hubungan sangat lemah atau sangat rendah (0.000 – 0.199) diantara dua variabel yang diuji. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan searah yaitu semakin beragam jenis pekerjaan responden maka penilaian terhadap kondisi umum pedestrian path akan semakin baik. Hasil analisis uji korelasi pada Tabel 14 juga menunjukkan terdapat variabel kondisi karakteristik responden yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan penilaian kondisi pedestrian path Nyi Raja Permas yaitu kategori Intensitas Penggunaan Pedestrian (IPP). Berdasarkan uji Pearson, variabel IPP berdasarkan memiliki nilai p-value 0.767 > 0.20 (taraf nyata 20%) artinya tidak ada hubungan signifikan antara variabel IPP dengan penilaian kondisi umum keberadaan pedestrian path. Hal ini menunjukkan kondisi pedestrian path yang sudah baik maupun belum baik tidak ada keterkaitannya dengan banyaknya IPP dari pengguna jalan. Nilai koefisien positif (+) dalam IPP menunjukkan bahwa semakin sering responden melakukan IPP maka penilaian terhadap kondisi pedestrian path akan semakin baik.
54
6.2.2 Hubungan Antara Persepsi Responden dengan Kondisi Umum Pedestrian Path Penilaian atau persepsi yang berbeda-beda terhadap kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas tidak hanya berhubungan dengan kondisi karakteristik responden. Persepsi terkait kondisi lingkungan di area pedestrian path juga memiliki hubungan terhadap penilaian kondisi umum pedestrian path. Persepsi yang dianalisis dengan uji korelasi Spearman terhadap kondisi umum pedestrian path diantaranya kondisi kenyamanan, keindahan, kebersihan, keamanan, dan keselamatan. Uji tersebut digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel yaitu kondisi umum pedestrian path dengan masing-masing persepsi terkait kondisi lingkungan di sekitar area pedestrian path Nyi Raja Permas. Hasil pengujian hubungan antara persepsi pengguna jalan dengan kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil uji korelasi persepsi responden dengan kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas Kondisi Lingkungan Kenyamanan Keindahan Kebersihan Keamanan Keselamatan
Jenis Korelasi Spearman Spearman Spearman Spearman Spearman
Kondisi Keberadaan Pedestrian Path Koefisien p-value 0.435 0.000** 0.324 0.001** 0.415 0.000** 0.299 0.002** 0.519 0.000**
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Keterangan : ** = Signifikan pada taraf nyata 1% Hasil Uji Spearman diatas menunjukkan bahwa semua variabel persepsi responden pengguna jalan terkait kondisi lingkungan sekitar pedestrian memiliki hubungan dalam penilaian kondisi umum pedestrian path secara keseluruhan karena nilai p-value masing-masing variabel kondisi lingkungan < 0.01 (taraf nyata 1%). Berikut penjelasan variabel-variabel kondisi lingkungan sekitar pedestrian yang berhubungan dengan penilaian kondisi umum pedestrian path Nyi Raja Permas: a. Kenyamanan Variabel kenyamanan memiliki nilai koefisien sebesar 0.435 yang menunjukkan hubungan sedang atau cukup kuat (0.400 – 0.599) antara kondisi kenyamanan dengan kondisi umum pedestrian path. Nilai korelasi positif (+) menandakan bahwa semakin tinggi tingkat kenyamanan di area pedestrian maka
55
penilaian terhadap kondisi pedestrian path akan semakin baik. Peningkatan kenyamanan berupa penggunaan pedestrian sesuai fungsinya serta penjagaan fasilitas pelayanan yang sudah tersedia diarea pedestrian path baik oleh pejalan kaki maupun pedagang sekitar pedestrian dapat membantu kondisi umum pedestrian path menjadi lebih baik. b. Keindahan Variabel keindahan memiliki nilai koefisien sebesar 0.324 yang artinya hubungan antara kondisi keindahan dengan penilaian kondisi umum pedestrian path adalah lemah atau rendah (0.200 – 0.399). Korelasi positif (+) menandakan bahwa semakin indah area pedestrian maka kondisi umum pedestrian path semakin baik. Hal ini terbukti dengan hasil wawancara dimana responden atau pengguna jalan yang menilai keindahan sangat indah dengan kondisi tumbuhantumbuhan di area pedestrian yang terawat cenderung menilai kondisi umum pedestrian path sudah baik. c. Kebersihan Variabel kebersihan memiliki nilai koefisien sebesar 0.415 yang menunjukkan bahwa hubungan kondisi kebersihan dengan kondisi umum pedestrian path adalah sedang atau cukup kuat (0.400 – 0.599). Nilai koefisien positif (+) menandakan bahwa semakin bersih area pedestrian maka penilaian kondisi umum pedestrian path akan semakin baik. Hasil wawancara membuktikan bahwa jika tidak ada sampah yang berserakan maupun tidak ada bau yang tidak enak dengan kata lain pengelolaan kebersihan di area pedestrian baik maka kondisi umum pedestrian akan semakin baik. d. Keamanan Nilai koefisien variabel keamanan sebesar 0.299 yang menunjukkan hubungan antara keamanan sekitar pedestrian dengan penilaian kondisi umum pedestrian path memiliki hubungan yang lemah atau rendah (0.200 – 0.399). Nilai koefisien positif (+) menandakan bahwa semakin baik tingkat keamanan diarea pedestrian maka kondisi umum pedestrian path akan semakin baik. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dimana responden yang menilai keamanan tidak baik atau sering terjadi kejahatan berupa premanisme dan pencopetan terhadap barang bawaan pengguna jalan maka penilaian terhadap kondisi umum pedestrian path
56
cenderung semakin tidak baik. Penilaian kondisi umum keberadaan pedestrian path yang baik dapat ditingkatkan melalui adanya penanganan dan penjagaan keamanan yang ketat di area sekitar pedestrian sehingga tidak terjadi kejahatan berupa premanisme maupun pencopetan terhadap barang bawaan pengguna jalan. e. Keselamatan Nilai
koefisien
variabel
keselamatan
yaitu
sebesar
0.519
yang
menunjukkan bahwa hubungan kondisi keselamatan pengguna jalan dengan kondisi umum pedestrian path memiliki hubungan yang sedang atau cukup kuat (0.400-0.599). Korelasi positif (+) menandakan bahwa semakin baik tingkat keselamatan yang dirasakan pengguna jalan maka semakin baik pula penilaian terhadap kondisi umum pedestrian path. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dimana responden yang merasakan keselamatan diarea pedestrian sudah baik dengan kondisi pengguna kendaraan umum tertib atau tidak adanya kendaraan umum yang masuk kearea pedestrian menyatakan bahwa kondisi umum pedestrian path sudah baik.
6.3 Analisis Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Keberadaan Pedestrian Path Kegiatan pada ruang publik atau fasilitas pelayanan umum dapat memberikan berbagai dampak antara lain dampak
ekonomi, sosial, budaya
maupun dampak lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut dapat berupa dampak positif dan negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu kegiatan pada ruang atau fasilitas publik dapat berupa masalah kebisingan, kemacetan ataupun masalah kebersihan, sedangkan dampak positif yang ditimbulkan dari keberadaan ruang atau fasilitas publik dapat dilihat pada masingmasing aspek. Secara umum, dampak yang dirasakan masyarakat pengguna jalan (pejalan kaki) dan unit usaha terhadap adanya keberadaan fasilitas publik pedestrian path Nyi Raja Permas akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. 6.3.1
Dampak Ekonomi Lokasi pedestrian path Nyi Raja Permas terdapat di salah satu pusat
perdagangan Kota Bogor. Keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas memberikan peran terhadap dibangunnya ruang khusus Pedagang Kaki Lima
57
(PKL) modern di samping jalan Nyi Raja Permas yang pengelolaannya di bawah pengawasan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Kondisi ini memberikan dampak ekonomi bagi unit usaha yang telah lama bekerja atau membuka usaha di area Nyi Raja Permas berupa terciptanya lapangan pekerjaan pada lahan baru yang telah disediakan maupun adanya peningkatan pendapatan. Dampak ekonomi yang akan dianalisis dalam penelitian ini dari suatu kegiatan pengunjung atau pengguna pedestrian terdiri dari tiga jenis yaitu dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact), dan dampak lanjutan (induced impact) serta menganalisis besarnya perubahan pendapatan yang diperoleh unit usaha dari adanya pedestrian path Nyi Raja Permas. Pada dasarnya dampak ekonomi yang ditimbulkan pada penelitian ini dilihat dari keseluruhan pengeluaran pengguna pedestrian path. Pengeluaran yang dikeluarkan pengguna pedestrian path diantaranya digunakan untuk konsumsi di lokasi, parkir, toilet, biaya transportasi untuk mencapai lokasi pedestrian serta biaya pembelian perbelanjaan di sekitar kawasan pedestrian. Proporsi terbesar yang dikeluarkan responden pejalan kaki sebanyak 100 orang selama melewati pedestrian path Nyi Raja Permas adalah untuk membeli atau melakukan perbelanjaan yaitu sebesar 46.82% dan untuk konsumsi di lokasi sebesar 25.16%. Bersarnya proporsi pengeluaran untuk membeli perbelanjaan disebabkan oleh cukup banyaknya responden yang memanfaatkan akses pedestrian path Nyi Raja Permas menuju ke Pedagang Kaki Lima (PKL) maupun tempat perbelanjaan lainnya di sekitar kawasan pedestrian. Keterangan mengenai proporsi pengeluaran pengguna pedestrian path dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Proporsi pengeluaran pengguna pedestrian path Nyi Raja Permas Biaya A. Pengeluaran di luar lokasi pedestrian path Transportasi Total A (Kebocoran) B. Pengeluaran di dalam lokasi pedestrian path Konsumsi di lokasi Parkir Toilet Belanja Total B (Penerimaan dilokasi pedestrian) Total Pengeluaran Pengguna Pedestrian (Total A + Total B) Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Biaya pengeluaran per orang (Rp) Rata-rata Proporsi (%) 8 205 8 205
24.95 24.95
8 275 720 290 15 400 24 685
25.16 2.19 0.88 46.82 75.05
32 890
100.00
58
Berdasarkan Tabel 16 diperoleh estimasi rata-rata pengeluaran pejalan kaki untuk satu kali melewati pedestrian path adalah sebesar Rp 32 890. Besarnya estimasi total pengeluaran per bulan pengguna pedestrian path Nyi Raja Permas dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini. Tabel 17 Proporsi pengeluaran pengguna jalan per bulan di lokasi pedestrian path Nyi Raja Permas Keterangan Rata-rata pengeluaran pengguna jalan (Rp/hari/pengguna pedestrian path) (Tabel 17) Proporsi pengeluaran di lokasi pedestrian path (%) Proporsi kebocoran (%) Proporsi pengeluaran di lokasi pedestrian path (Rp) Proporsi kebocoran (Rp) Total penggunaan pedestrian path / tahun (orang) Jumlah penggunaan pedestrian path per bulan (orang) Total pengeluaran pengguna di lokasi pedestrian path per bulan (Rp) Total kebocoran per bulan (Rp)
Proporsi 32 890 75.05 24.95 24 685 8 205 67 200 5 600 138 236 000 45 948 000
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 17 diatas dapat diketahui jumlah pengeluaran pengguna pedestrian path per bulan (E) yang berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi di lokasi pedestrian path adalah sebesar Rp 138 236 000. Nilai tersebut diperoleh dari hasil kali besarnya pengeluaran pengguna jalan di lokasi pedestrian path dengan jumlah penggunaan pedestrian path per bulan. Kebocoran merupakan bagian uang yang dibelanjakan pengguna pedestrian yang tidak dibelanjakan kembali dan tidak memberi pengaruh pada kegiatan ekonomi setempat. Proporsi kebocoran yang terjadi di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas adalah sebesar 24.95% dimana kebocoran tersebut digunakan untuk biaya transportasi. Nilai kebocoran yang terjadi per bulannya yaitu sebesar Rp 45 948 000. 1. Dampak Ekonomi Langsung Dampak ekonomi langsung dari kegiatan penggunaan pedestrian path Nyi Raja Permas berasal dari aktifitas ekonomi yang terjadi antara pengguna jalan (pejalan kaki) dengan masyarakat yang memiliki unit usaha di lokasi pedestrian tersebut. Keberadaan unit usaha di lokasi tersebut membantu para pengunjung atau pejalan kaki untuk memenuhi kebutuhan mereka selama melakukan aktifitas di kawasan pedestrian tersebut. Dampak ekonomi langsung pada penelitian ini merupakan pendapatan yang diperoleh pemilik unit usaha kawasan pedestrian path yang berasal dari pengeluaran pengguna pedestrian path. Keterangan
59
mengenai proporsi pengeluaran unit usaha dari 30 sampel responden pemilik unit usaha dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Proporsi pengeluaran unit usaha per bulan Komponen Biaya
Biaya pengeluaran UU per orang (Rp) Rata-rata Proporsi (%)
Biaya di dalam lokasi pedestrian path Pendapatan Pemilik Biaya Upah Tenaga Kerja Biaya di luar lokasi pedestrian path Biaya Sewa Biaya Perizinan (pajak/retribusi) Biaya Input/Bahan Baku Biaya Transportasi Biaya Operasional (Listrik, PAM) Total Biaya
6 600 600.00 456 666.67
45.88 3.17
659 566.67 125 066.67 6 387 666.67 155 766.67
4.58 0.87 44.40 1.08
2 333.33 14 387 666.67
0.02 100.00
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Tabel 18 menunjukkan proporsi terbesar terhadap penerimaan unit usaha adalah untuk pendapatan pemilik sebesar 45.88% dari total penerimaan atau ratarata sebesar Rp 6 600 600 per bulan untuk masing-masing pemilik unit usaha. Selain itu sebagian besar penerimaan unit usaha digunakan untuk pengeluaran membeli bahan baku atau input usaha sebesar 44.40%. Besar pengeluaran unit usaha untuk biaya sewa dan upah tenaga kerja masing-masing memiliki persentase sebesar 4.58% dan 3.17%. Kecilnya proporsi pengeluaran unit usaha untuk tenaga kerja dikarenakan sebagian besar unit usaha yang berada di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas langsung dikelola oleh pemilik dan hanya ada beberapa unit usaha yang menggunakan tenaga kerja. Pengeluaran lainnya dialokasikan untuk biaya transportasi, biaya perizinan, dan biaya operasional. Berdasarkan Tabel 18 diperoleh estimasi total biaya rata-rata pengeluaran unit usaha per bulan yaitu sebesar Rp 14 387 667. Dampak ekonomi langsung dari pengeluaran pengguna pedestrian path dirasakan langsung oleh pemilik unit usaha. Hasil penelitian menunjukkan ratarata pendapatan pemilik unit usaha berbeda-beda tergantung dari jenis usahanya. Pada penelitian ini, unit usaha terbagi menjadi delapan jenis unit usaha. Keterangan mengenai sebaran pendapatan yang diterima oleh masing-masing jenis pemilik unit usaha di sekitar kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas dapat dilihat pada Tabel 19.
60
Tabel 19 Sebaran pendapatan pemilik unit usaha dan dampak langsung yang dirasakan di lokasi pedestrian path Nyi Raja Permas Jenis Unit Usaha (UU) Toko Elektronik Kios Optik Perlengkapan Sekolah Kios Aksesoris Pedagang Makanan Pedagang Buah Pedagang Pakaian Pedagang Mainan Total
Jumlah Sampel 2 1 4 6 5 5 5 2 30
Jumlah UU 2 2 10 13 8 5 33 8 81
Pendapatan pemilik UU per bulan (Rp) Rata-rata Total 42 230 000 21 115 000 4 300 000 2 150 000 54 682 500 5 468 250 51 380 333.29 3 952 333.33 26 707 200 3 338 400 45 153 000 9 030 600 281 199 600 8 521 200 14 400 000 1 800 000 520 052 633.29 55 375 783.33
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan wawancara, unit usaha toko elektronik memiliki rata-rata pendapatan paling besar diantara jenis usaha lainnya yang berada di pedestrian path Nyi Raja Permas yaitu sebesar Rp 21 115 000 per bulannya, sedangkan pendapatan terkecil yaitu terdapat pada pedagang asongan mainan yang memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 1 800 000 per bulannya. Adapun total penerimaan dampak langsung (nilai D) dari keseluruhan jumlah unit usaha sebanyak 81 unit usaha yang terdapat di lokasi pedestrian yaitu sebesar Rp 520 052 633 per bulan. 2. Dampak Ekonomi Tidak Langsung Dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact) pada penelitian ini dapat dilihat dari pengeluaran unit usaha di dalam lokasi pedestrian path yaitu pendapatan yang diperoleh tenaga kerja sebesar 3.17% (Tabel 18) dari total pengeluaran unit usaha. Tenaga kerja merupakan pihak yang secara tidak langsung mendapatkan dampak ekonomi dari keberadaan pedestrian path yaitu melalui pendapatan yang mereka dapat dari pemilik unit usaha tempat mereka bekerja di lokasi pedestrian path Nyi Raja Permas. Dampak tidak langsung berupa upah (pendapatan) tenaga kerja dirasakan paling besar yaitu pada tenaga kerja pedagang makanan dan pakaian dengan pendapatan rata-rata Rp 1 500 000 per bulan, sedangkan pendapatan tenaga kerja terkecil terdapat pada tenaga kerja penjual mainan yaitu sebesar Rp 1 000 000 per bulannya. Keterangan mengenai jumlah tenaga kerja dan total pendapatan tenaga kerja per bulan dapat dilihat pada Tabel 20.
61
Tabel 20 Sebaran jumlah tenaga kerja dan total pendapatan tenaga kerja per bulan pada kawasan pedestrian Path Nyi Raja Permas Jenis Unit Usaha (UU)
Jumlah TK/unit
Total TK
Toko Elektronik Kios Optik Perlengkapan Sekolah Kios Aksesoris Pedagang Makanan Pedagang Buah Pedagang Pakaian Pedagang Mainan Total
0 0 1 1 2 1 1 1
0 0 10 13 16 5 33 8 85
Pendapatan TK per bulan (Rp) Rata-rata Total 0 0 0 0 1 200 000 12 000 000 1 350 000 17 550 000 1 500 000 24 000 000 1 033 333.34 5 166 666.70 1 500 000 49 500 000 1 000 000 8 000 000 116 216 666.70
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Pada Tabel 20 dapat diperoleh estimasi pendapatan rata-rata setiap tenaga kerja per bulan dari seluruh unit usaha yang ada disekitar kawasan pedestrian path adalah sebesar Rp 1 367 255 per bulan. Adapun besarnya dampak ekonomi tidak langsung (nilai N) yang dirasakan dari keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas adalah total pendapatan yang diterima oleh seluruh tenaga kerja dari unit usaha yang ada yaitu sebesar Rp 116 216 667 per bulan. 3. Dampak Lanjutan Dampak ekonomi lanjutan merupakan dampak ekonomi yang diperoleh berdasarkan pengeluaran yang dikeluarkan oleh tenaga kerja yang berada di lokasi pedestrian path dan pendapatan yang diterima oleh supplier bahan baku atau input unit usaha di wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Jenis pengeluaran yang dikeluarkan tenaga kerja antara lain untuk biaya konsumsi, biaya kebutuhan sehari-hari, biaya transportasi serta biaya parkir dan toilet. Proporsi pengeluaran dari 12 sampel responden tenaga kerja secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Proporsi pengeluaran responden tenaga kerja per bulan di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas Biaya A. Pengeluaran di luar pedestrian path Transportasi Kebutuhan Sehari-hari Total A (Kebocoran) B. Pengeluaran di luar pedestrian path Konsumsi Parkir Toilet Total B (Pengeluaran di lokasi pedestrian) Total Pengeluaran Tenaga Kerja Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Pengeluaran TK per bulan (Rp) Rata-rata Proporsi (%) 123 083.33 86 666.67 209 750.00
15.84 11.15 26.99
513 333.33 12 500 41 500 567 333.33 777 083.33
66.06 1.61 5.34 73.01 100.00
62
Berdasarkan Tabel 21, sebagian besar pengeluaran tenaga kerja di lokasi pedestrian path digunakan untuk biaya konsumsi dengan proporsi sebesar 66.06%. Sebesar 15.84% dikeluarkan untuk biaya transportasi, sebesar 11.15% dari total biaya digunakan untuk pengeluaran kebutuhan sehari-hari, sedangkan besarnya biaya untuk parkir dan toilet masing-masing memiliki persentase sebesar 5.34% dan 1.61% dari total biaya pengeluaran tenaga kerja secara keseluruhan. Dampak lanjutan yang terjadi merupakan pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan pedestrian path dalam hal ini berupa biaya konsumsi, biaya parkir, dan biaya toilet dengan persentase keseluruhan sebesar 73.01%. Adapun sebaran pengeluaran tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya secara rinci dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Sebaran pengeluaran responden tenaga kerja di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas Tenaga Kerja (TK)
Total TK
Pengeluaran TK per bulan (Rp) Rata-rata Total Toko Elektronik 0 0 0 Kios Optik 0 0 0 Perlengkapan Sekolah 10 1 095 000 10 950 000 Kios Aksesoris 13 910 000 11 830 000 Pedagang Makanan 16 811 667 12 986 672 Pedagang Buah 5 655 000 3 275 000 Pedagang Pakaian 33 655 000 21 615 000 Pedagang Mainan 8 655 000 5 240 000 Total 85 65 896 672 Proporsi penerimaan di lokasi pedestrian (Tabel 21) 73.01 Dampak Lanjutan (Total*proporsi penerimaan di lokasi pedestrian) 48 109 870.56 Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 22 diperoleh besarnya estimasi dampak lanjutan berdasarkan total pengeluaran tenaga kerja di lokasi pedestrian path Nyi Raja Permas adalah sebesar Rp 48 109 871 per bulan. Dampak lanjutan lain yang dirasakan selain dari pengeluaran tenaga kerja di lokasi pedestrian path yaitu adanya pendapatan yang diperoleh supplier untuk memenuhi kebutuhan bahan baku atau input unit usaha disekitar pedestrian path Nyi Raja Permas. Supplier yang termasuk dampak lanjutan pada penelitian ini dibatasi pada supllier bahan baku di kawasan Kecamatan Bogor Tengah sedangkan supplier diluar wilayah tersebut termasuk kedalam kebocoran. Sebaran proporsi pendapatan yang diperoleh masing-masing supplier bahan baku dari 30 sampel responden pemilik unit usaha dapat dilihat pada Tabel 23 berikut.
63
Tabel 23 Sebaran pendapatan supplier bahan baku atau input per bulan Supplier Bahan Baku atau Input
Pendapatan supplier per bulan (Rp) Rata-rata Persentase (%)
A. Penerimaan di luar wilayah Kecamatan Bogor Tengah Warung Jambu Tajur Tanah Abang Pasar Senen Pasar Induk Mangga Dua Square Total A (kebocoran) B. Penerimaan di dalam wilayah Kecamatan Bogor Tengah Produk Mandiri Pasar Anyar Pasar Bogor Total B (penerimaan supplier di Kec Bogor Tengah) Total penerimaan supplier per bulan (Total A + Total B)
20 000 000 4 000 000 36 000 000 21 600 000 20 000 000 24 000 000 125 600 000
10.44 2.09 18.79 11.27 10.44 12.52 65.54
1 450 000 59 330 000 5 250 000
0.76 30.96 2.74
66 030 000
34.46
191 630 000
100
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa proporsi pendapatan yang diperoleh supplier bahan baku di Kecamatan Bogor Tengah adalah sebesar 34.46% dari total penerimaan. Keterangan mengenai besarnya total pendapatan yang diperoleh supplier bahan baku di Kecamatan Bogor Tengah dari sebaran biaya bahan baku atau input yang dikeluarkan pada masing-masing jenis unit usaha disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Sebaran biaya bahan baku dan pendapatan supplier bahan baku Jenis Unit Usaha (UU)
Jumlah UU
Biaya bahan baku per bulan (Rp) Rata-rata Total Toko Elektronik 2 16 000 000 32 000 000 Kios Optik 2 1 200 000 2 400 000 Perlengkapan Sekolah 10 5 400 000 54 000 000 Kios Aksesoris 13 5 121 666.67 66 581 666.71 Pedagang Makanan 8 4 580 000 36 640 000 5 5 070 000 Pedagang Buah 25 350 000 Pedagang Pakaian 33 10 560 000 34 848 000 Pedagang Mainan 8 2 525 000 20 200 000 Total 81 585 651 666.71 Proporsi penerimaan supplier di Kecamatan Bogor Tengah (Tabel 23) 34.46 Dampak Lanjutan (Total*proporsi penerimaan supplier di Kec Bogor Tengah) 201 798 150.36 Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Tabel 24 menunjukkan bahwa setiap bulannya seluruh unit usaha di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku atau input barang dagang sebesar Rp 585 651 667. Bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dekat lokasi pedestrian path kawasan Kecamatan Bogor Tengah maupun di luar Kecamatan Bogor Tengah serta diluar Kota Bogor.
64
Tabel di atas memperlihatkan besarnya dampak lanjutan yang dirasakan supplier bahan baku di kawasan Kecamatan Bogor Tengah adalah sebesar Rp 201 798 150 per bulan. Secara keseluruhan, dampak lanjutan (U) dari keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas dalam membantu perekonomian wilayah Kecamatan Bogor Tengah diperoleh dari penjumlahan total pengeluaran tenaga kerja per bulan di lokasi pedestrian path dengan total pendapatan yang diperoleh supplier bahan baku di wilayah Kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar Rp 249 908 021 per bulan. 4. Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) Efek pengganda (multiplier effect) digunakan untuk mengukur dampak ekonomi dengan melihat dari jumlah pengeluaran pengguna jalan selama melakukan kegiatan di kawasan pedestrian path Nyi Raja Permas. Terdapat tiga ukuran nilai pengganda yang dapat diestimasi, yaitu : (1) Keynesian local income multiplier merupakan nilai yang diperoleh dari dampak langsung atas pengeluaran pengguna pedestrian path, (2) Ratio income multiplier tipe I merupakan nilai yang diperoleh dari dampak tidak langsung, dan (3) Ratio income multiplier tipe II merupakan nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan (META 2001). Nilai pengganda dari ketiga tipe tersebut dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Nilai pengganda dari arus uang yang terjadi di lokasi pedestrian path Nyi Raja Permas Multiplier Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe I Ratio Income Multiplier Tipe II
Nilai 5.43 1.22 1.70
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Tabel 25 menunjukkan bahwa dampak langsung yang diterima unit usaha dari pengeluaran pengguna pedestrian path yaitu sebesar 5.43, dimana setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran pengguna pedestrian path akan memiliki dampak langsung terhadap ekonomi lokal sekitar pedestrian path secara keseluruhan sebesar 5.43 rupiah. Nilai Ratio income multiplier I adalah sebesar 1.22 dimana setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1.22 rupiah pada pendapatan pemilik unit usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier II diperoleh sebesar 1.70, hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan meningkatkan 1.70 rupiah pada pendapatan pemilik unit usaha, pendapatan
65
tenaga kerja, pengeluaran konsumsi tenaga kerja, dan pendapatan supplier di kawasan pedestrian path wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Berdasarkan hasil penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas secara nyata telah memberi dampak ekonomi baik secara langsung (direct), tidak langung (indirect) maupun lanjutan (induced) terhadap masyarakat sekitar pedestrian path. Hal ini dikarenakan nilai Keynesian income multiplier, ratio income multiplier Tipe I, dan ratio income multiplier Tipe II yang diperoleh sudah lebih besar atau sama dengan satu (≥1). Nilai multiplier effect yang tinggi diperoleh karena peredaran uang di wilayah pedestrian cukup cepat dan sebagian besar perputaran uang dilakukan diarea pedestrian atau dengan kata lain kebocoran yang terjadi pada kegiatan ekonomi di area pedestrian path Nyi Raja Permas adalah rendah. 5. Estimasi Perubahan Pendapatan Pedestrian Path Nyi Raja Permas
Unit Usaha akibat Adanya
Keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas telah memberikan perubahan yang berdampak pada ekonomi masyarakat terutama pada unit usaha yang terdapat di sekitar lokasi pedestrian path. Pembangunan pedestrian path secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan penempatan ruang untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) sehingga menjadi lebih teratur dan tertata rapi di samping pedestrian path. Perubahan pendapatan dianalisis dengan cara mengurangi tingkat pendapatan rata-rata yang diperoleh pemilik unit usaha setelah adanya pedestrian path dengan sebelum adanya pedestrian path Nyi Raja Permas. Keterangan mengenai perubahan tingkat pendapatan pemilik unit usaha di sekitar pedestrian path Nyi Raja Permas dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Perubahan pendapatan rata-rata pemilik unit usaha sebelum dan setelah adanya pedestrian path Nyi Raja Permas Jenis Unit Usaha (UU)
Jumlah UU
Toko Elektronik Kios Optik Perlengkapan Sekolah Kios Aksesoris Pedagang Makanan Pedagang Buah Pedagang Pakaian Pedagang Mainan Total
2 2 10 13 8 5 33 8 81
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Pendapatan rata-rata per bulan (Rp) Sebelum adanya Setelah adanya Perubahan PP NRP PP NRP 16 892 000 21 115 000 4 223 000 1 505 000 2 150 000 645 000 4 101 187.50 5 468 250 1 367 062.50 3 161 866.67 3 952 333.33 790 466.67 1 669 200 3 338 400 1 669 200 4 515 300 9 030 600 4 515 300 5 964 840 8 521 200 2 556 360 1 440 000 1 800 000 360 000 39 249 394.17 55 375 783.33 16 126 389.17
66
Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas di Jalan Nyi Raja Permas berkontribusi terhadap perubahan pendapatan pada unit usaha yang ada di sekitar lokasi pedestrian path tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh perubahan pendapatan rata-rata per bulan yang dirasakan oleh unit usaha dari adanya pedestrian path Nyi Raja Permas yaitu sebesar Rp 16 126 389. Perubahan pendapatan yang mengalami peningkatan dirasakan oleh semua jenis kelompok unit usaha yang ada. Peningkatan yang cukup besar ini disebabkan sebagian besar unit usaha sudah menempati ruang relokasi PKL modern yang tertata rapi dan nyaman sehingga cukup menarik pengguna pedestrian path untuk mengunjungi atau membeli di unit usaha atau PKL tersebut sesuai kebutuhan masing-masing pengguna jalan. Perubahan pendapatan rata-rata yang mengalami peningkatan dirasakan oleh kelompok unit usaha pedagang buah sebesar Rp 4 515 300 per bulan dan kelompok unit usaha toko elektronik sebesar Rp 4 223 000 per bulan. Peningkatan perubahan pendapatan rata-rata juga dirasakan oleh kelompok unit usaha pedagang pakaian sebesar Rp 2 556 360 per bulan, pedagang makanan sebesar Rp 1 669 200 per bulan, unit usaha perlengkapan sekolah sebesar Rp 1 367 063 per bulan, kios optik sebesar Rp 645 000 per bulan, sedangkan perubahan pendapatan rata-rata terkecil dirasakan oleh kelompok unit usaha pedagang mainan yaitu sebesar Rp 360 000 per bulan. Nilai multiplier effect dan perubahan pendapatan yang cukup tinggi menandakan dampak ekonomi yang dirasakan juga cukup tinggi terutama untuk pelaku unit usaha di sekitar kawasan pedestrian dikarenakan pada kawasan pedestrian tersebut terdapat banyak kegiatan perdagangan. Keberadaan PKL dalam berdagang dari segi sosial ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan dan tingkat pendapatan unit usaha atau pedagang, namun disisi lain ketidaktertiban beberapa PKL yang berdagang di area pedestrian memiliki dampak yang negatif yaitu berkurangnya areal pedestrian dan kenyamanan pejalan kaki. Berdasarkan permasalahan tersebut tidak bisa sepenuhnya menyalahkan PKL karena disatu sisi mereka tidak punya tempat untuk berjualan, oleh karena itu sebaiknya pemerintah memberikan lahan yang cukup untuk menampung para PKL sebagai tempat
67
berjualan sehingga tidak harus berjualan di sisi pedestrian dan diberi sanksi tegas jika masih melanggar. 6.3.2
Analisis Dampak Sosial Kondisi jalan Nyi Raja Permas sebelum dibangun menjadi pedestrian path
merupakan jalan yang dilalui oleh padatnya kendaraan umum dan banyak Pedagang Kaki Lima (PKL) liar di samping jalannya. Saat ini, kondisi jalan Nyi Raja Permas kini sudah menjadi jalan khusus pejalan kaki dimana kendaraan umum tidak diperbolehkan untuk memasuki area pedestrian path tersebut dan sebagian PKL sudah diberi ruang khusus dengan penataan yang cukup rapih di sebelah kanan pedestrian path. Tabel 27 di bawah ini menunjukkan persepsi pengguna jalan dan unit usaha terhadap manfaat sosial yang dirasakan dari adanya keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas. Tabel 27 Persepsi pengguna jalan dan unit usaha terhadap manfaat sosial keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas Manfaat Sosial
Pilihan
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya berjalan kaki sebagai transportasi ramah lingkungan. Total Dapat menanggapi masalah perangkutan di perkotaan (mengurangi masalah kemacetan khususnya di Jl.Nyi Raja Permas) Total Peningkatan sarana infrastruktur sesuai kebutuhan pengguna jalan Total Merangsang berbagai kegiatan ekonomi sehingga akan berkembang kawasan bisnis yang menarik. Total Meningkatkan lapangan pekerjaan
Ya Tidak
Total Meningkatkan pendapatan Total Menguntungkan sebagai ajang kegiatan promosi, pameran, periklanan, kampanye, dan lain sebagainya. Total Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Ya Tidak
Ya Tidak Ya Tidak
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Pengguna Jalan Jumlah Persentase (%) 91 91 9 9
Unit Usaha Jumlah Persentase (%) 38 90.4 4 9.52
100 68 32
100 68 32
42 31 11
100 73.81 26.19
100 71 29 100 72 28
100 71 29 100 72 28
42 32 10 42 30 12
100 76.19 23.81 100 71.43 28.57
100 37 63 100 40 60 100 60 40
100 37 63 100 40 60 100 60 40
42 30 12 42 32 10 42 17 25
100 71.43 28.57 100 76.19 23.81 100 40.48 59.52
100
100
42
100
68
Tabel 27 di atas memperlihatkan bahwa manfaat sosial yang paling dirasakan oleh pengguna jalan maupun unit usaha adalah keberadaan pedestrian path dapat memberikan pengetahuan kepada pengguna jalan tentang pentingnya budaya berjalan kaki sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan dengan persentase masing-masing sebesar 91% dan 90.4%. Tingginya persentase ini dikarenakan sebelum dibangun pedestrian para pedagang dan sebagian pengguna jalan sudah diberikan sosialisasi terlebih dahulu tentang fungsi dan manfaat dari keberadaan pedestrian path melalui KPKB (Komunitas Pejalan Kaki Bogor) sehingga masyarakat sekitar dapat menerima dan dapat membantu memilihara fasilitas pedestrian yang sudah disediakan. Selain itu, manfaat sosial lain yang dirasakan cukup besar bagi pengguna jalan yaitu dapat meningkatkan berbagai kegiatan ekonomi sehingga berkembang kawasan bisnis atau perdagangan yang menarik sebesar 72% dan adanya peningkatan sarana infrastruktur sesuai kebutuhan pengguna jalan sebesar 71% dari seluruh responden. Manfaat sosial lain yang dirasakan unit usaha yaitu sebanyak 76.19% pedagang berpersepsi terdapat peningkatan pendapatan dan peningkatan sarana infrastruktur dari adanya pedestrian path Nyi Raja Permas. Pada Tabel 27 terlihat bahwa cukup banyak unit usaha yang menilai keberadaan pedestrian path dapat merangsang kegiatan ekonomi. Peningkatan berbagai kegiatan ekonomi, lapangan pekerjaan, dan pendapatan merupakan hal yang menguntungkan bagi unit usaha dan dapat membantu kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar pedestrian, namun pemakaian lahan pedestrian sebagai tempat untuk berdagang atau berjualan akan menimbulkan dampak lain bagi pengguna jalan seperti ketidaknyamanan dalam menggunakan pedestrian, sampah berserakan serta merusak beberapa fasilitas yang sudah ada. Adanya perapihan untuk ruang Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pelarangan pedagang untuk berjualan di area pedestrian memberikan manfaat sosial yang berbeda antara pejalan kaki dan pedagang. Sebagian pedagang yang menempati ruang PKL modern di samping pedestrian dapat memperoleh tempat berjualan yang lebih nyaman dan rapih serta terdapat peningkatan pendapatan yang diperoleh, namun pada sebagian pedagang lain yang sudah lama bekerja di kawasan Nyi Raja Permas harus kehilangan tempat untuk berjualan dikarenakan
69
ruang PKL modern tidak cukup untuk menampung semua jumlah pedagang yang ada pada kawasan Nyi Raja Permas sebelum pedestrian dibangun. Selain itu, Tabel 27 juga memperlihatkan bahwa persepsi pengguna jalan dan unit usaha terhadap manfaat sosial keberadaan pedestrian path dapat mengurangi kemacetan khususnya di Jalan Nyi Raja Permas adalah cukup tinggi, namun berdasarkan pengamatan keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas belum sepenuhnya dapat mengurangi kemacetan. Hal ini terlihat dibeberapa ruas jalan seperti jalur utama jalan kendaraan umum (Jalan Kapten Muslihat) dekat pedestrian path sering terjadi kemacetan dikarenakan tidak tertibnya pengguna kendaraan umum dan PKL liar yang menggunakan bahu jalan. Kondisi PKL liar yang menempati bahu jalan juga terlihat di area pedestrian path Nyi Raja Permas sehingga aksesbilitas pengguna jalan menjadi terganggu. Oleh karena itu, sebaiknya pada area pedestrian harus dibebaskan dari PKL dan dijaga fungsinya sebagai jalur khusus untuk pejalan kaki saja serta diperlukan pengawasan dan koordinasi dari aparat setempat. Keberadaan pedestrian path juga memberikan perubahan perilaku baik oleh pejalan kaki maupun pedagang sekitar kawasan pedestrian. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, perubahan perilaku yang paling dirasakan pengguna jalan dari keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas adalah perilaku membiasakan berjalan kaki menjadi aktifitas yang sehat sebagai budaya ramah lingkungan serta perilaku memiliki dorongan untuk ikut menjaga sarana dan prasarana yang telah tersedia pada ruang pedestrian Nyi Raja Permas yang masing-masing memiliki persentase sebesar 88% dari keseluruhan responden. Sebanyak 70% dari seluruh responden pejalan kaki memiliki persepsi bahwa keberadaan pedestrian path tidak mengganggu aktifitas bertransportasi yang biasa dilakukan pengguna jalan. Adapun persentase persepsi pengguna jalan dan unit usaha terhadap perubahan perilaku akibat keberadaan pedestrian path dapat dilihat pada Tabel 28.
70
Tabel 28 Persepsi pengguna jalan dan unit usaha terhadap perubahan perilaku dari adanya keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas Perubahan Perilaku
Pilihan
Terganggunya aktifitas bertranportasi Total Membiasakan berjalan kaki sebagai aktivitas yang sehat Total Menjalin hubungan baik dengan pengguna kendaraan umum atau motor Total Menjalin hubungan baik dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) Total Terdorong untuk mengunjungi atau membeli tempat perbelanjaan di sekitar pedestrian Total Terdorong untuk ikut menjaga sarana dan prasarana yang ada pada ruang pedestrian Total
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Pengguna Jalan Jumlah Presentase (%) 30 30 70 70 100 100 88 88 12 12 100 100 58 58 42 42
Unit Usaha Jumlah Persentase (%) 21 50.00 21 50.00 42 100 38 90.48 4 9.52 42 100 36 85.71 6 14.29
Ya Tidak
100 56 44 100 56 44
100 56 44 100 56 44
42 40 2 42 36 6
100 95.24 4.76 100 85.71 14.29
Ya Tidak
100 88 12
100 88 12
42 37 5
100 88.10 11.90
100
100
42
100
Ya Tidak
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 28 di atas, perubahan perilaku yang paling dirasakan oleh pedagang yaitu adanya hubungan yang lebih baik dengan sesama Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan persentase sebesar 95.24% dari jumlah responden. Perubahan perilaku membiasakan berjalan kaki sebagai aktifitas yang sehat juga dirasakan oleh 90.48% responden pedagang. Sebesar 88.10% pedagang memiliki perilaku terdorong untuk ikut menjaga sarana dan prasarana yang ada pada ruang pedestrian. Perubahan perilaku lainnya yang dirasakan pedagang adalah dapat menjalin hubungan baik dengan pengguna kendaraan umum atau motor dan membuat dorongan untuk mengunjungi tempat perbelanjaan sekitar pedestrian yaitu sebesar 85.71%. Sebanyak 50% responden pedagang menyatakan keberadaan pedestrian path tidak menyebabkan aktifitas transportasi yang biasa dilakukan menjadi terganggu sedangkan 50% responden pedagang lainnya menyatakan aktifitas transportasinya menjadi terganggu. Hal ini dikarenakan adanya pedestrian path tidak memperbolehkan kendaraan umum, mobil, ataupun motor memasuki area pedestrian sehingga pedagang di kawasan pedestrian
71
kesulitan untuk mengangkut bahan-bahan baku atau input barang daganganya ke kios atau toko tempat mereka bekerja. 6.3.3
Analisis Dampak Lingkungan Keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas dapat memberikan dampak
lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pengguna jalan diantaranya terhadap kebersihan lingkungan, kondisi saluran air atau drainase, kenyamanan lingkungan pengguna jalan, tingkat pencemaran udara atau polusi udara serta kesejukan udara sekitar pedestrian. Keterangan lebih jelas terkait dampak lingkungan yang dirasakan pengguna jalan dan unit usaha terhadap keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas dapat dilihat pada Tabel 29 berikut. Tabel 29 Persepsi pengguna jalan dan unit usaha terhadap dampak lingkungan dari keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas Dampak Lingkungan
Pilihan
Perbaikan kebersihan lingkungan (berkurangnya tumpukan sampah) Total Perbaikan pada saluran air atau drainase Total Meningkatnya kenyamanan lingkungan Total Mengurangi tingkat pencemaran udara atau polusi Total Udara menjadi lebih sejuk
Ya Tidak
Total
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Pengguna Jalan Jumlah Presentase (%) 87 87 13 13 100 100 56 56 44 44 100 100 85 85 15 15 100 100 78 78 22 22 100 100 57 57 43 43 100 100
Unit Usaha Jumlah Presentase (%) 40 95.24 2 4.76 42 100 27 64.29 15 35.71 42 100 40 95.24 2 4.76 42 100 34 80.95 8 19.05 42 100 33 78.57 9 21.43 42 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui bahwa dampak lingkungan yang paling banyak dirasakan menurut persepsi pengguna jalan dan unit usaha adalah adanya perbaikan pada kebersihan lingkungan atau semakin berkurangnya tumpukkan sampah dimana 87% responden pengguna jalan dan 95.24% responden unit usaha menyatakan adanya perbaikan kebersihan lingkungan. Hal ini dikarenakan sebelum dibangun pedestrian di Jalan Nyi Raja Permas terdapat titik Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) sementara yang terbuka dan mengganggu masyarakat yang melewati jalan tersebut, namun setelah dibangun pedestrian path TPAS sementara tersebut dibongkar dan secara tidak langsung
72
mengurangi tumpukkan sampah di Jalan Nyi Raja Permas. Berdasarkan pengamatan, kondisi kebersihan belum sepenuhnya bersih dikarenakan masih terdapat sampah yang berserakan akibat adanya kegiatan PKL liar dan jual beli di kawasan pedestrian path tersebut.sebanyak 85% responden pengguna jalan dan 95.24% responden unit usaha menyatakan keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas
dapat
meningkatkan
kenyamanan
dalam
menggunakan
jalan.
Kenyamanan yang diarasakan berupa peningkatan sarana infrastruktur jalan bagi pejalan kaki dan ruang PKL modern bagi unit usaha. Sebagian responden lainnya merasakan ketidaknyamanan dikarenakan terganggu oleh tidak tertibnya PKL liar dan pengguna kendaraan bermotor yang masih menggunakan area pedestrian. Tabel 29 juga menunjukkan sebanyak 78% responden pengguna jalan dan 80.95% responden unit usaha menyatakan bahwa keberadaan pedestrian dapat mengurangi pencemaran atau polusi udara, namun tingginya persepsi ini belum dapat mengindikasikan polusi udara menurun, hal ini terlihat dari masih padatnya jumlah kendaraan pribadi, angkutan umum, maupun kendaraan bermotor yang melewati jalur utama kendaraan umum dekat area pedestrian path. Sebanyak 57% responden pengguna jalan dan 78.57% responden unit usaha menyatakan udara menjadi lebih sejuk dari adanya pedestrian path. Selain itu, sebanyak 56% responden pengguna jalan dan 64.29% responden unit usaha menyatakan ada perbaikan pada saluran air menjadi lebih baik sedangkan sisa responden lainnya menyatakan belum ada perbaikan pada saluran air karena masih terjadi genangan air di beberapa titik pedestrian path jika hujan turun.
73
VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Secara umum, kondisi pedestrian path Nyi Raja Permas secara fisik, fasilitas, pengelolaan maupun pemeliharaannya sudah cukup baik dalam memenuhi kebutuhan pengguna jalan atau pejalan kaki, namun masih terdapat penyalahgunaan dalam penggunaannya seperti digunakan oleh PKL liar dan pengguna kendaraan bermotor sehingga pedestrian path Nyi Raja Permas belum dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 2. Karakteristik dan persepsi responden atau pengguna jalan yang memiliki hubungan cukup kuat dengan kondisi umum keberadaan pedestrian path adalah variabel pendapatan, keselamatan, kenyamanan, dan kebersihan. 3. Keberadaan pedestrian path Nyi Raja Permas telah memberikan kontribusi yang cukup baik dalam dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang ditimbulkan. Hal ini terlihat dari nilai efek pengganda yang dihasilkan secara nyata telah memberi dampak ekonomi yang baik terhadap masyarakat sekitar pedestrian path, namun banyaknya tanggapan positif terhadap dampak yang dirasakan masyarakat dari adanya pedestrian path Nyi Raja Permas belum sepenuhnya dapat menyelesaikan beberapa permasalahan sosial dan lingkungan yang ada di kawasan pedestrian path tersebut. 7.2 Saran 1. Perlu ada perbaikan pada fasilitas-fasilitas yang mengalami kerusakan seperti telepon umum, lampu, penunjuk jalan dan pengembangan fasilitas untuk pengguna jalan difable dengan memberikan warna atau tekstur berbeda pada perkerasan serta memberikan tanda-tanda praktis untuk peringatan. Selain itu, perlu menjaga ketertiban di area pedestrian path agar terbebas dari Pedagang Kaki Lima (PKL) liar dan pengguna kendaraan bermotor dengan menyediakan ruang relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang cukup di luar area pedestrian serta pemberian sanksi tegas bagi
74
pengguna kendaraan umum maupun PKL yang masih melanggar, sehingga pedestrian path dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 2. Meningkatkan
pengelolaan
aspek-aspek
lingkungan
seperti
tingkat
kenyamanan, kebersihan, keindahan, keamanan, dan keselamatan sehingga kondisi keberadaan pedestrian dapat menjadi lebih baik dan dapat dijadikan standarisasi yang baik untuk pengembangan pedestrian path selanjutnya. 3. Peningkatan dampak ekonomi yang dirasakan oleh unit usaha perlu diimbangi dengan upaya penempatan ruang untuk unit usaha atau PKL sehingga tidak memakai badan jalan pedestrian dan mengganggu kenyamanan pengguna jalan serta meminimalisir terjadinya permasalahan dampak sosial dan lingkungan seperti kemacetan dan sampah yang berserakan disekitar pedestrian path. 4. Perlu adanya koordinasi dan kerjasama yang lebih baik antara pihak pengelola pedestrian berupa dinas atau lembaga terkait dengan masyarakat atau pengguna pedestrian path dan unit usaha sekitar pedestrian path untuk saling membantu dalam memelihara sarana dan prasarana serta ketertiban di area pedestrian
path
sehingga keberadaan
pedestrian
path
dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan. 5. Penelitian selanjutnya dapat menganalisis optimalisasi pengembangan pedestrian path.
75
DAFTAR PUSTAKA Anggriani Niniek. 2009. Pedestrian Ways Dalam Perancangan Kota. Klaten (ID) : Yayasan Humaniora. Cooper C, Fletcher J, Fyall A,Gilbert D, Wanhill S. 2008. Tourism Principles and Practice. Fourth edition. ISBN 978-0-273-71126-1. United Kingdom (UK): FT Prenctice Hall. Dewi R.S. 2008. Evaluasi Ekonomi dan Sosial Unit Pengelolaan Sampah Kota Depok. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1997. Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Wilayah Kota Jakarta. Gujarati D.N. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta (ID) : Erlangga. Hadi S.P.1995. Aspek Sosial AMDAL, Sejarah, Teori dan Metode. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Hakim Rustam. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta (ID) : Bumi Aksara. Harris CW and Dines NT. 1988. Time Server Standards for Landscape Architecture Design and Construction Data. Second Edition. ISBN 0-07017027-4. United States of Amerika:800p (US): Mc Graw-Hill Book Inc. Jacobs Jane. 1992. The Death and Life of Great American Cities. ISBN 0-67974195-X. New York (US): Vintage Books. [Internet]. [diakses Januari 2013].
Tersedia
pada
http://www.amazon.ca/Death-Life-Great-
American-Cities/dp. Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76 Tahun 1999 tentang Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum. Keputusan Menteri Perhubungan No.65 Tahun 1993 tentang tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kusbiantoro. 2007. Kebutuhan dan Peluang Pengembangan Prasarana Pejalan Kaki Pada Sistem Jalan di Perkotaan dalam jurnal tentang Perencanaan Wilayah dan Kota vol. 18 no. 1 hlm. 1- 30. [Jurnal]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung
76
Kusumawati Ratu Sarah. 2013. Analisis Hubungan Antara Sikap Terhadap Implementasi Otonomi Daerah Dengan Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Listianto Terstiervy
I.P. 2006. Hubungan Fungsi dan Kenyamanan Jalur
Pedestrian (Studi Kasus Jl.Pahlawan Semarang). [Tesis]. Semarang (ID): Magister Teknik Arsitektur UNDIP. Marine Ecotourism for Atlantic Area. 2001. Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. ISBN 1-86043-326-X. Bristol (UK): University of The West Of England. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 Bab 1 Pasal 2 Ayat 11 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. Prasetio. 2011. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Terhadap Masyarakat di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahmiati. 2009. Studi Aspek Kenyamanan Ruang Pedestrian Dalam Rangka Peningkatan
Efektivitas
Penggunaannya
pada
Kawasan
Jalan
M.H.Thamrin-Jend Sudirman Jakarta. [Tesis]. Bogor (ID): Pasca Sarjana Dept. Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor. Rhamdani T.1992. Studi Peningkatan Pelayanan Fasilitas Pejalan di Pusat Kota Bandung. [Tesis]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Rubenstein Harvey M. 1992. Pedestrian Mall, Streetscapes, and Urban Spaces. New York (US): John Wiley and Sons, Inc. [Internet]. [diakses Januari 2013].
Tersedia
pada
http://www.amazon.ca/Pedestrian-Mall,
Streetscapes-Urban-Spaces/dp. Shirvani Hamid.1986. The Urban Design Prosess. New York (US): Van Nostrand Reinhold.
[Internet].
[diakses
Januari
2013].
Tersedia
pada
http://www.amazon.ca/Urban-Design-Prosess/dp. Soemarwoto Otto. 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Sugiyono. 2011. Statistik Non Parametris Untuk Penelitian. Bandung (ID): CV Alfabeta.
77
Supangat
A.
2010.
Statistika
Dalam
Kajian
Deskriptif,
Infersi,
Nonparametrik. Jakarta (ID): Kencana Perdana Media Group.
dan
78
Lampiran 1.
Hasil Output Uji Korelasi Karakteristik dan Persepsi Responden
1.
Hasil output uji korelasi kondisi karakteristik pengguna jalan dengan kondisi keberadaan pedestrian path
A.
Output uji korelasi Kendall Tau hubungan kondisi jenis kelamin dengan kondisi umum keberadaan pedestrian path Correlations KU
Kendall's tau_b
KU
Correlation Coefficient
JK
1.000
.260**
Sig. (2-tailed)
.
.007
100
100
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.007
.
N
100
100
N JK
Correlation Coefficient
.260
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
B.
Output uji korelasi Pearson hubungan kondisi umur pengguna jalan dengan kondisi keberadaan pedestrian path Correlations KU
KU
UMR
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
.000
N UMR
.355**
Pearson Correlation
100
100
**
1
.355
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
C.
Output uji korelasi Pearson hubungan pendapatan pengguna jalan dengan kondisi keberadaan pedestrian path Correlations KU
KU
PDPT
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N PDPT
Pearson Correlation
.000 100
100
**
1
.522
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.522**
100
79
D.
Output uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendidikan terakhir pengguna jalan dengan kondisi keberadaan pedestrian path Correlations KU
Spearman's rho
KU
PNDK
1.000
.284**
.
.004
100
100
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.004
.
N
100
100
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PNDK
Correlation Coefficient
.284
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
E.
Output uji korelasi Kendall’s Tau b hubungan jenis pekerjaan pengguna jalan dengan kondisi keberadaan pedestrian path Correlations KU
Kendall's tau_b
F.
JP
KU
Correlation Coefficient
1.000
.121
JP
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
. 100 .121
.168 100 1.000
Sig. (2-tailed) N
.168 100
. 100
Output uji Pearson hubungan kondisi Intensitas Penggunaan Pedestrian (IPP) pengguna jalan dengan kondisi keberadaan pedestrian path Correlations KU
KU
Pearson Correlation
IPP 1
Sig. (2-tailed) IPP
.019 .849
N
100
100
Pearson Correlation
.019
1
Sig. (2-tailed)
.849
N
100
100
80
2.
Hasil output uji korelasi persepsi kondisi lingkungan dengan kondisi umum keberadaan pedestrian path
A.
Output Uji Spearman hubungan kenyamanan dengan kondisi keberadaan pedestrian path Correlations KU
Spearman's rho
KYMN
KU
Correlation Coefficient
1.000
.435**
KYMN
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
. 100 .435**
.000 100 1.000
.000 100
. 100
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
B.
Output Uji Spearman hubungan keindahan dengan kondisi keberadaan pedestrian path Correlations KU
Spearman's rho
KNDH
KU
Correlation Coefficient
1.000
.324**
KNDH
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
. 100 .324**
.001 100 1.000
.001 100
. 100
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
C.
Output Uji Spearman hubungan kebersihan dengan kondisi keberadaan pedestrian path Correlations KU
Spearman's rho
KBRSH
KU
Correlation Coefficient
1.000
.415**
KBRSH
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
. 100 .415**
.000 100 1.000
.000 100
. 100
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
81
D.
Output Uji Spearman hubungan keamanan dengan kondisi keberadaan pedestrian path Correlations KU
Spearman's rho
KAMN
KU
Correlation Coefficient
1.000
.299**
KAMN
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
. 100 .299**
.002 100 1.000
.002 100
. 100
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
E.
Output Uji Spearman hubungan keselamatan dengan kondisi keberadaan pedestrian path Correlations KU
Spearman's rho
KSLMT
KU
Correlation Coefficient
1.000
.519**
KSLMT
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
. 100 .519**
.000 100 1.000
.000 100
. 100
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
82
Lampiran 2.
1.
Perhitungan Multiplier Effect Keberadaan Pedestrian Path Nyi Raja Permas
Keynesian Multiplier Effect =D+N+U E = 520 052 633 + 116 216 667 + 249 908 021 138 236 000 = 5.43
2.
Ratio Income Multiplier Tipe I =D+N D = 520 052 633 + 116 216 667 520 052 633 = 1.22
3.
Ratio Income Multiplier Tipe II =D+N+U D = 520 052 633 + 116 216 667 + 249 908 021 520 052 633 = 1.70
83
Lampiran 3
Dokumentasi
Kondisi Fasilitas di Area Pedestrian
Kondisi Penggunaan Pedestrian
Kondisi Fisik jalan dan poster „Bogor Tempo Dulu‟
Kondisi Pos Keamanan
Kondisi Relokasi PKL Modern
Kondisi Penyalahgunaan Pemanfaatan Pedestrian
84
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Maret 1992 dari Ayah Agus Sugeng dan Ibu Sabriah. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Panaragan Bogor pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 11 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi di lingkungan Institut Pertanian Bogor seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM TPB) pada tahun 2009 hingga 2010, BEM FEM IPB Kabinet Sinergi tahun 2010 hingga 2011, dan BEM FEM IPB Kabinet Progresif tahun 2011 hingga 2012. Selain itu, penulis juga aktif pada organisasi diluar kampus, salah satunya Forum Alumni Rohis Alumni SMAN 5 Bogor (ARROJA) dan aktif pada berbagai kepanitian kegiatan kemahasiswaan dan kegiatan seminar terkait keilmuan yang ada di lingkungan kampus.