1
¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
2
ANALISIS BENTUK DAN FUNGSI SIMBOLIK KEMBAR MAYANG PADA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT JAWA DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO Rodiyah¹ Ulin Naini² Mursidah Waty³ Program Studi Pendidikon Teknik Kriya
PENDAHULUAN Perkawinan bagi orang Jawa merupakan sesuatu yang sakral atau suatu perjanjian yang suci yang harus ditepati. Selain itu juga, di dalam pelaksanaan perkawinan adat Jawa penuh dengan prosesi ritual-ritual yang apabila ditelaah memiliki banyak makna dan fungsi yang dapat ditafsirkan sebagai suatu perwujudan do’a agar kedua mempelai selalu mendapat hal-hal yang terbaik dalam bahtera rumah tangganya. Seperti yang dijelaskan dalam Depdikbud 1997 : “Dalam pelaksanaan upacara perkawinan berbagai unsur adat Jawa saling bertemu, diantaranya unsur religi. Perkawinan merupakan fase penting pada proses pengintegrasian manusia di dalam tata alam yang sakral,....“(Depdikbud, 1997: 187). Menurut masyarakat Jawa yang masih menjunjung tinggi nilai adat istiadat, dalam perkawinan penting adanya ritual-ritual dalam proses pelaksanaannya. Salah satunya yaitu upacara adat perkawinan masyarakat Jawa yang memiliki tata cara ritual terpenting yaitu nemokne manten atau dalam bahasa Indonesianya adalah bertemunya pengantin. Upacara nemokne manten tidak semata-mata mempertemukan kedua pengantin di pelaminan saja, tetapi rangkaian upacara yang syarat akan makna. Dalam prosesi upacara nemokne manten ini disertakan berbagai simbol yang mengandung makna mengenai falsafah hidup orang Jawa dalam kehidupan berumah tangga. Salah satu simbol yang digunakan dalam upacara nemokne manten adalah kembar mayang. Jika dilihat dari bentuk dan fungsi simboliknya, hiasan yang terdapat pada kembar mayang merupakan hal yang kurang dipahami oleh masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo, terutama pada generasi muda. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bentuk dan fungsi simbolik yang terkandung dalam kembar mayang ini mengakibatkan muncul penafsiran-penafsiran yang berbeda. Sehingga banyak orang menilai bahwa berbagai bentuk hiasan pada kembar mayang yang ditata sedemikian rupa dianggap hanya sekedar hiasan dekoratif saja, yang dapat memberi keindahan pada kembar mayang. Tetapi sebaliknya bentuk-bentuk hiasan yang terdapat didalam ¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
3
kembar mayang ini, ditata sesuai dengan bentuk dan fungsi simbolik yang terkandung di dalamnya, yang mempunyai pesan penting dan arti dalam kelangsungan hidup rumah tangga kedua pengantin. Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran mengenai penafsiran-penafsiran tentang bentuk dan fungsi simbolik kembar mayang pada adat perkawinan masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo, maka penulis bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang analisis bentuk dan fungsi simbolik kembar mayang pada adat perkawinan masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo khususnya untuk generasi muda dan masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo pada umumnya. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Bentuk Menurut Santoyo (2009: 92) bahwa “benda apa saja di alam ini, juga karya seni/desain, tentu mempunyai bentuk (form)”. Disisi lain Usman (2010: 17) mengemukakan bahwa: “bentuk adalah bentuk pengorganisasian unsur-unsur dasar dari semua perwujudan dalam seni rupa yang meliputi titik, garis, shape, cahaya, tekstur, massa, ruang, dan isi. Elemen-elemen formal ini diorganisir sehingga menjadi prinsip-prinsip desain atau prinsip-prinsip mengorganisir elemen-elemen visual sehingga menjadi sebuah motif dalam suatu karya”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bentuk adalah wujud dari keseluruhan suatu karya seni yang terorganisir dalam suatu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung karya seni yang meliputi titik, garis, ruang, tekstur dan isi yang tentunya dalam susunannya tidak terlepas dari prinsip-prinsip seni rupa itu sendiri, sehingga menjadi sebuah wujud atau bangun dari suatu karya seni. Analisis Fungsi Simbolik Menurut Pierce (dalam Kris Budiman), “simbol adalah suatu tanda atau gambar yang mengingatkan seorang kepada penyerupaan benda yang kompleks yang diartikan sebagai suatu yang dipelajari dalam konteks budaya yang lebih spesifik atau lebih khusus” (Rafael Raga Maran, 2000: 43). Disisi lain menurut Cohen juga Hendry dan Watson (dalam Haryanto, 2013: 4), mengartikan simbol sebagai bentuk komunikasi tidak langsung, apa yang dimaksudkan sebagai komunikasi “tidak langsung” tersembunyi atau tidak jelas disampaikan. Bagi Cohen “komunikasi tidak langsung mensyaratkan intensi dan kreasi simbol untuk mengkreasikan dan menginvestasikan makna. Makna obyek dan perilaku tidaklah konstan: bentuk-bentuk ¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
4
budaya seperti bahasa, ritual, dan konstruksi simbolik lain mempunyai makna dan substansial tergantung interpretasi orang”. Dari pengertian simbol di atas, maka ditarik kesimpulan bahwa simbol merupakan suatu tanda, atau lambang, atau ciri, atau bentuk komunikasi tidak langsung yang dapat diungkapkan melalui pesan-pesan tersembunyi yang dituangkan pada suatu benda atau suatu karya seni, sehingga dapat memberikan informasi kepada orang lain atau pengamat. Dengan begitu, orang atau pengamat dapat menangkap pesan-pesan yang tersembunyi dalam suatu benda atau karya seni dengan menafsirkan dan mendeskripsikan maksud dan tujuan dari simbol tersebut. Pengertian Kembar Mayang Menurut Sidik Gondowarsito (dalam Depdikbud, 1997: 51) menjelaskan : “Kembar mayang juga disebut sebagai bouquet (karangan bunga) dari janur (daun kelapa muda), berupa bunga mayang (bunga pinang) beberapa jenis daun-daunan, kelapa gading yang semuanya itu terbentuk pohon hayat (pohon surga) dengan nenas atau bunga pisang (ontong) sebagai mahkota di atasnya, hal ini melambangkan pohon kehidupan dan pohon yang dapat memberikan segala sesuatu yang diinginkan”. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kembar mayang merupakan simbol yang dirangkai berbentuk bunga atau bouquet dan menyerupai bentuk gunung, dirangkai menggunakan bahan janur dan berbagai macam dedaunan yang kemudian ditancapkan pada batang pohon pisang. Tinjauan Perkawinan Adat Jawa Seperti yang dijelaskan dalam Depdikbud, 1977: “Dalam pelaksanaan upacara perkawinan berbagai unsur adat Jawa saling bertemu, diantaranya unsur religi. Perkawinan ini merupakan fase penting pada proses pengintegrasian manusia di dalam tata alam yang sakral. Dikatakan orang, bahwa perkawinan adalah menutupi taraf hidup lama dan membuka taraf hidup yang baru. Proses ini tidak hanya saja di alami oleh perseorangan saja melainkan juga kadang-kadang menjadi tanggungjawab bersama bagi seluruh masyarakat“ (Depdikbud,1977:189). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perkawinan bagi orang Jawa merupakan suatu yang sakral atau suatu perjanjian yang suci yang harus ditepati. Selain itu juga, dalam pelaksanaan perkawinan adat Jawa penuh dengan prosesi ritual-ritual yang apabila ditelaah memiliki banyak makna yang dapat ditafsirkan sebagai suatu perwujuan do’a bagi pengantin. ¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
5
METODE PENULISAN Lokasi penelitian, dilaksanakan di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu menguraikan fenomena yang ada pada objek yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara/intervieuw, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Data dianalisis dengan mereduksi data, menyajikan data, untuk selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Subjek penelitian ini adalah kembar mayang. Sedangkan objek penelitian ini adalah bentuk dan fungsi simbolik kembar mayang. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Analisis Bentuk Kembar Mayang Pada Adat Perkawinan Masyarakat Jawa Di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian maka, peneliti dapat mendeskripsikan bentuk kembar mayang secara rinci dengan melihat bentuk dasarnya dan juga dari segi fungsi simboliknya.
1 Kembang temu
Keris-kerisan
1
3 4
Uler-uleran
2 1
1
5 1
Manukmanukan
Gambar 1: Kembar Mayang & Komponen-Komponennya Sumber: Dok. Penulis, 12 April 2014 Gorontalo
¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
Kitir-kitiran
6
Kembar mayang berasal dari dua kata yaitu kembar artinya sama, dalam bentuk dan wujudnya. Mayang artinya bunga, yang menggambarkan cita-cita, usaha, harapan, dan kemauan (wawancara Bapak Mohammad Amin Suwoto 22 Maret 2014). Kembar mayang merupakan simbol yang dirangkai berbentuk bunga dan menyerupai bentuk gunung, menggunakan bahan dasar janur dan berbagai macam dedaunan yang ditancapkan pada batang pohon pisang. Berikut ini ada beberapa penjelasan dari komponen-komponen tersebut: 1.Keris-kerisan (keris), Kitir-kitiran (kincir angin), Kembang temu (bunga bertemu), Uler-uleran ( ulat-ulatan), Manukmanukan (burung-burungan). Bentuk Kembar Mayang Secara Struktural
Atas
1 Tengah
Bawah
2
3
Gambar 2: Segi tiga sama kaki & kembar mayang (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 12 April 2014 Gorontalo)
Bentuk gambar di atas merupakan bentuk secara keseluruhan dari bentuk kembar mayang itu sendiri, bila ditinjau dan dianalisis secara struktural dapat digambarkan seperti segi tiga sama kaki. Namun dari struktural kembar mayang itu sendiri memiliki 3 bagian masing-masing yaitu: bagian atas berbentuk segi tiga, tengah berbentuk lingkaran, dan bawah berbentuk tabung. Jadi, bentuk-bentuk pada gambar di atas merupakan bentuk geometri atau bentuk beraturan. Dari uraian bentuk kembar mayang secara struktural, dapat disimpulkan bahwa bentuk kembar mayang pada dasarnya dibangun dari bentuk segi tiga sama kaki, sehingga bentuk tersebut digambarkan sebagai bentuk gunung yang dapat memberikan arti bahwa gunung itu tinggi dan besar. Namun menurut visualnya, secara menyeluruh, kembar mayang yang dirangkai menyerupai bentuk gunung dengan pola simetris ini, dipusatkan pada bagian tengah dengan lingkaran yang ¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
7
melengkung besar. Lingkaran yang dirangkai menggunakan 12 janur tersebut, diukir mengelilingi bunga, supaya janur-janurnya terkesan lentur ketika dilengkungkan. Sehingga janur-janurnya dapat melingkar menutupi dan mengelilingi dedaunan yang berada didalam lengkungan tersebut. Selain itu, warna yang terdapat pada dedaunan memiliki 4 macam warna yang berbeda-beda diantaranya warna hijau, kuning, merah kehitaman, dan merah kehijauan. Selanjutnya, bentuk yang terdapat pada tiang pokok batang pohon pisang adalah berbentuk tabung yang bervolume dengan posisi berdiri tegak, berfungsi sebagai tempat ditancapkannya rangkaian janur-janur dan dedaunan. Selain itu dibagian atas, terdapat pula anak batang pohon pisang menjalar ke atas yang meruncing, dan memiliki 5 hiasan janur yang dianyam sedemikian rupa, hiasan tersebut diantaranya, ada yang berbentuk burung, kincir angin, bunga yang berbentuk gunung, keris, dan ulat-ulatan. Dari data yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa kembar mayang adalah salah satu karya seni dari adat perkawinan masyarakat Jawa yang ada di Desa Sidomulyo. Dengan adanya kembar mayang pada adat perkawinan masyarakat Jawa khususnya di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo ini tentunya menyadarkan masyarakat betapa pentingnya menjaga kelestarian budaya adat-istiadat serta artefak dari peninggalan nenek moyang terdahulu. Bentuk Komponen-Komponen Kembar Mayang A. Bentuk Hiasan Keris-Kerisan Pada Kembar Mayang Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian Barat dan Tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris dibagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak diantaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah, (http://indokerisgallery.blogspot.com /2013/01/pengertian-keris.htm, download 10 Januari 2015 pukul 20.04) Secara visual bentuk komponen hiasan keris-kerisan pada kembar mayang ini adalah hampir mirip dengan bentuk keris aslinya, namun hiasan keris-kerisan disini dibuat lebih sederhana bentuknya. Hiasan tersebut terbuat dari anyaman janur yang dibuat menyerupai bentuk keris. Sehingga bentuknya tidak simetris, karena pada bagian pangkal yang melebar kemudian dibagian ujungnya meruncing kecil. Selanjutnya pada bagian bilahnya dibuat berkelok-kelok membentuk bidang segi tiga. Sehingga kesan garis yang terdapat pada hiasan keris-kerisan, yaitu garis tegas yang ¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
8
berkelok-kelok menyerupai bentuk keris, dan bervolume yang kesannya memiliki isi. Jadi dapat disimpulkan bentuk pada keris-kerisan yaitu berbentuk asimetris atau tidak beraturan. B. Bentuk Hiasan Kitir-Kitiran Pada Kembar Mayang Kincir angin adalah sebuah mesin yang digerakkan oleh tenaga angin untuk menumbuk biji-bijian. Kincir angin juga digunakan untuk memompa air yang berguna untuk mengairi sawah. Kincir angin modern adalah mesin yang digunakan untuk menghasilkan energy listrik, disebut juga dengan turbin angin. Turbin angin ke banyakan ditemukan di Eropa dan Amerika Utara (http://www.anneahira.com/penem u-kincir-angin.htm, download 10 Januari 2015 pukul 20.06). Pada dasarnya jika dikaji melalui bentuk maka bentuk hiasan kitir-kitiran itu merupakan bentuk geometri atau bentuk beraturan. Kitir-kitiran atau kincir angin menurut visualnya berbentuk geometrik dengan pola dasar ketupat pada bagian tengahnya yang kemudian dikembangkan hingga berbentuk huruf X, sesuai dengan bentuk kincir angin namun kitir-kitiran ini terbuat dari anyaman janur. Dikatakan bentuk beraturan karena kesan garis yang diberikan oleh seniman adalah bentuk garis tegas. Adapun jenis warna dan tekstur yang ditimbulkan yakni warna kuning dengan warna sebenarnya yaitu warna janur itu sendiri, dan tekstur halus. Kitir-kitiran atau kincir angin ini berfungsi sebagai pelengkap dalam kembar mayang. Kitir-kitiran diletakkan pada bagian atas kembar mayang dengan posisi melengkung ke bawah. Jadi dapat disimpulkan bentuk pada kitir-kitiran yaitu berbentuk geometri atau beraturan. C. Bentuk Hiasan Kembang Temu Pada Kembar Mayang Dalam bahasa Jawa kembang temu adalah bunga pertemuan. Secara visual kembang temu memiliki bentuk geometrik atau bentuk beraturan yang dimana bentuk secara global dari pembuatan karya seni ini adalah bentuk segi tiga piramid karena bentuk kembang temu yang bersifat perspektif dari bagian bawah ke bagian paling atas. Selanjutnya bahan janur yang digunakan dalam membuat kembang temu terdapat 2 buah janur yang dianyam hingga 4 bagian, kemudian dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai bentuk piramid yang bervolume dan bertekstur kasar (wawancara bersama bapak Siswanto Kusni 23 April 2014). Jadi bentuk hiasan kembang temu yaitu berbentuk geometrik yang secara global membentuk segi tiga piramid dengan memiliki tekstur kasar.
¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
9
D. Bentuk Hiasan Uler-Uleran Pada Kembar Mayang Bahasa Jawa uler-uleran yang dimaksud adalah ulat. Secara visualnya hiasan uler-uleran ini memiliki pola dasar bentuk layang-layang yang pada bagian pangkal bawahnya berbentuk melebar, bagian pangkal ujung berbentuk panjang mengecil, dan kesannya perspektif dan bervolume. Sehingga dapat dilihat dari samping, kanan, kiri, bawah dan atas. Kemudian bentuk dari hiasan uler-uleran ini yang dianyam dengan janur tersebut berkesan memiliki sirip, sehingga jika dipegang memiliki tekstur kasar dan halus. Sedangkan pada bentuk ulat asli, hampir mirip dengan uler-uleran yang terdapat pada kembar mayang namun uler-uleran pada kembar mayang lebih sederhana bentuknya. Jadi hiasan uler-uleran pada kembar mayang ini memiliki bentuk geometrik, yang dimana bentuknya melebar pada bagian pangkal bawah dan mengecil pada bagian pangkal atas yang kesannya perspektif dan bervolume. E. Bentuk Hiasan Manuk-Manukan Pada Kembar Mayang Dalam bahasa Jawa manuk-manukan yang dimaksud adalah burung. Menurut visualnya secara menyeluruh bentuk hiasan manuk-manukan pada kembar mayang ini menyerupai bentuk burung, namun hiasan manuk-manukan dibuat lebih sederhana. Jika dilihat secara keseluruhan melalui analisis bentuk, seniman tersebut membuat hiasan manuk-manukan pada kembar mayang menggunakan pola dasar segi tiga, persegi panjang, dan lingkaran. Selanjutnya terdapat pula unsur garis lurus dan lengkung. Jika dilihat kembali memiliki kesan bervolume, bertekstur kasar dan halus. Tekstur kasar terdapat pada bagian kepala, badan, dan ekornya, karena pada bagian tertentu merupakan bagian yang dianyam sehingga teksturnya jika dipegang kasar. Sedangkan tekstur halus terdapat pada bagian sayapnya, karena pada bagian tersebut bagian yang tidak dianyam sehingga jika dipegang tekstur yang dihasilkan adalah tekstur halus. Jadi hiasan manuk-manukan yaitu berbentuk simetris dan asimetris. Deskripsi Analisis Fungsi Simbolik Kembar Mayang Pada Adat Perkawinan Masyarakat Jawa Di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo Pada bentuk kembar mayang terdapat fungsi simbolik dari masing-masing bentuk dan komponen-komponennya diantaranya sebagai berikut: Fungsi Simbolik Kembar Mayang Secara Struktural Dalam kajian makna kembar mayang ini, penulis perlu menjelaskan asal kata kembar mayang yang memiliki makna. Menurut R. Asrisupadmi Murtiadji dan R. Suwadanidjaja berpendapat: “kembar mayang menurut arti katanya adalah sepasang ¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
10
bunga pohon pinang yang serupa. Kembar dalam bahasa Jawa berarti serupa, serupa berarti rupa (bentuk dan warna). Sedangkan mayang adalah bunga pohon pinang….” Kata tersebut mempunyai makna bahwa kembar artinya Sama, maksudnya sama dalam bentuk dan wujudnya. Sedangkan mayang artinya bunga, yang menggambarkan cita-cita, usaha, harapan, dan kemauan. Jadi, pada intinya dalam perkawinan menyatukan dua perbedaan baik dari segi watak dan lain sebagainya menjadi satu tujuan, satu harapan, dan satu kemauan dalam berumah tangga sehingga rumah tangga tersebut menjadi tentram dan harmonis (wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto tanggal 22 Maret 2014 Gorontalo).
Gambar 15 : Struktur kembar mayang & segi tiga sama kaki Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 12 April 2014 Gorontalo
Berdasarkan gambar di atas, menurut (wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto tanggal 22 Maret 2014). “Bentuk kembar mayang seperti bentuk gunung memberikan arti bahwa gunung itu tinggi dan besar, sehingga pada bagian tengah kembar mayang di bentuk lingkaran besar yang menjulang ke atas, bagian lingkaran mengelilingi dedaunan di dalamnya, seakan-akan lingkaran tersebut digambarkan sebagai isi perut gunung. Namun menurut beliau, wawancara bersama Mohammad Amin Suwoto bahwa pada dasarnya jika dilihat secara struktural bentuk gunung tersebut berpola dasar dari bentuk segi tiga sama kaki (tanggal 22 Maret 2014). Sehingga kembar mayang tersebut jika dilihat secara analisis bentuk secara keseluruhan memiliki bentuk dasar segi tiga sama kaki. Bentuk dasar segi tiga sama kaki yang melebar dari bagian bawah atau sebagai alas segi tiga sama kaki dilambangkan sebagai kehidupan manusia di dalam lingkungan masyarakat. Sedangkan bentuk pada ujung segi tiga, dilambangkan sebagai inti tujuan manusia hidup di dunia adalah untuk bekal kehidupan di akhirat, karena hanya akhiratlah kehidupan yang kekal abadi. Sehingga arah yang ditujukan meruncing ke atas. (wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto tanggal 22 Maret 2014). Adapun arti dari masing-masing dijabarkan sebagai berikut: Bagian atas: kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Bagian tengah: warna-warni kehidupan, Bagian ¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
11
bawah: pondasi dalam kehidupan rumah tangga, (wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto tanggal 22 Maret 2014). Fungsi Simbolik Komponen-Komponen Kembar Mayang Di bawah ini akan dipaparkan beberapa fungsi simbolik yang terdapat pada komponen kembar mayang, antara lain sebagai berikut: A. Fungsi Simbolik Hiasan Keris-Kerisan Pada Kembar Mayang Berdasarkan (wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto, tanggal 22 Maret 2014) bahwa hiasan keris-kerisan pada kembar mayang mempunyai fungsi simbolik yang melambangkan “kesatria dan kewibawaan”. Jadi pada intinya di dalam berumah tangga harus mengutamakan musyawarah ketika ada perselisihan. B. Fungsi Simbolik Hiasan Kitir-Kitiran Pada Kembar Mayang Menurut (wawancara bersama bapak Kiar selaku tokoh adat, tanggal 12 April 2014) “bentuk kitir-kitiran yang terdapat pada komponen kembar mayang di buat sedemikian rupa karena mengandung makna “perputaran yang cepat”. Jadi seorang suami diibaratkan seperti kincir angin yang cepat mencari kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan, karena suami merupakan tulang punggung keluarga. C. Fungsi Simbolik Hiasan Kembang Temu Pada Kembar Mayang Wawancara bersama bapak Kiar selaku tokoh adat, tanggal 12 April 2014). kembang temu pada kembar mayang merupakan simbol “pertemuan”. Pada dasarnya di dalam rumah tangga ada perselisihan yang harus disatukan atau di pertemukan agar rumah tangga tetap harmonis. D. Fungsi Simbolik Hiasan Uler-Uleran Pada Kembar Mayang Berdasarkan wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto selaku dalang, bahwa maksud hiasan uler-uleran pada kembar mayang memiliki fungsi simbolik “keuletan seorang suami”, (tanggal 22 Maret 2014). Jadi seorang suami harus mampu mencukupi kebutuhan keluarganya dalam situasi apapun. E. Fungsi Simbolik Hiasan Manuk-Manukan Pada Kembar Mayang Menurut (wawancara bersama bapak Kiar, tanggal 12 April 2014). “Hiasan manuk-manukan yang terdapat pada kembar mayang yaitu memiliki arti “kegesitan dan kelincahan dalam mencari pangan”. Jadi di dalam perkawinan seseorang yang sudah menikah, harus pandai dalam mencari sandang pangan sendiri. ¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
12
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bentuk kembar mayang sebagai berikut: a. Bentuk kembar mayang secara struktural memiliki bentuk dasar segi tiga sama kaki. Namun dari struktur kembar mayang itu sendiri memiliki 3 macam bentuk yaitu bentuk segi tiga, lingkaran, dan tabung. b. Bentuk komponen-komponen kembar mayang diantaranya yaitu: 1) Bentuk hiasan keris-kerisan memiliki bentuk tidak simetris karena pada bagian pangkal yang melebar kemudian di bagian ujungnya meruncing kecil. Kesan garis yang terdapat pada hiasan keris-kerisan ini yaitu garis tegas yang berkelok-kelok dan memiliki kesan berisi. 2) Bentuk hiasan kitir-kitiran memiliki bentuk geometri dengan pola dasar ketupat pada bagian tengahnya yang kemudian dikembangkan hingga berbentuk huruf X, dikatakan bentuk beraturan karena memiliki kesan garis tegas, Adapun jenis warna yang ditimbulkan yakni warna kuning dengan warna sebenarnya yaitu warna janur itu sendiri, dan bertekstur halus. 3) Bentuk dari hiasan kembang temu yaitu memiliki bentuk geometrik, yang secara global berbentuk segi tiga piramid karena bentuk kembang temu yang bersifat perspektif dari bagian bawah ke bagian paling atas. 4) Bentuk hiasan uler-uleran memiliki bentuk geometrik dengan pola dasar bentuk layang-layang yang kesannya perspektif dan bervolume dengan memiliki tekstur kasar dan halus. 5) Bentuk hiasan manuk-manukan memiliki bentuk geometri dan non geometrik dengan pola dasar segi tiga, persegi panjang, dan lingkaran. Memiliki unsur garis lurus dan lengkung dengan tekstur kasar dan halus. 2. Fungsi simbolik kembar mayang diantaranya sebagai berikut: a. Fungsi simbolik kembar mayang secara struktural memiliki bentuk segi tiga sama kaki, yang dilambangkan sebagai inti tujuan manusia hidup di dunia adalah untuk bekal kehidupan di akhirat,. Selain itu fungsi simbolik kembar mayang pada bagian atas yaitu bentuk segi tiga, melambangkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Bagian tengah yaitu bentuk lingkaran, melambangkan ¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
13
warna-warni kehidupan Sedangkan pada bagian bawah bentuk tabung, melambangkan pondasi dalam rumah tangga’ b. Fungsi simbolik komponen-komponen kembar mayang diantaranya yaitu: 1) Fungsi simbolik dari hiasan keris-kerisan yaitu melambangkan “kesatria dan kewibawaan”. 2) Fungsi simbolik dari hiasan kitir-kitiran yaitu sebagai simbol “perputaran yang cepat”. 3) Fungsi simbolik dari hiasan kembang temu yaitu sebagai simbol “pertemuan”. 4) Fungsi simbolik hiasan uler-uleran adalah sebagai simbol “keuletan seorang suami”. 5) Fungsi simbolik hiasan manuk-manukan adalah sebagai simbol “kegesitan dan kelincahan dalam mencari sandang pangan”, Saran Diketahui sekarang ini sumber informasi tentang sejarah berupa artefak atau benda-benda bersejarah dan juga tradisi adat istiadat lainnya yang berkaitan dengan fungsi simbolik salah satunya yaitu tradisi nemokne manten yang menggunakan simbol kembar mayang pada adat perkawinan masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo sangatlah sulit untuk ditemukan. Untuk itu maka penelitian seperti ini perlu dilakukan sebagai pelestarian kultur daerah setempat. Disamping itu, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar pelestarian budaya, tradisi adat istiadat serta peninggalan sejarah tetap terjaga, antara lain: 1) Terhadap instansi yang terkait diharapkan dapat lebih memperhatikan dokumentasi dan sosialisasi oleh pemerintah daerah setempat sebagai upaya melestarikan budaya Jawa di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. 2) Bagi masyarakat khususnya generasi pemuda di Desa Sidomulyo hendaknya dapat terus melakukan pengkajian ataupun penelitian yang berkaitan dengan sejarah, budaya ataupun tradisi serta benda-benda merupakan peninggalan sejarah Jawa khususnya di Desa Sidomulyo untuk selanjutnya dapat diarsipkan sehingga dapat membantu penelusuran tentang daerah ini. 3) Bagi pemangku adat, fungsi simbolik yang terkandung dalam kembar mayang hendaknya harus diberitahukan oleh masyarakat setempat khususnya pada generasi muda di Desa Sidomulyo.
¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
14
DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. 1977. Adat Dan Upacara Perkawinan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: PN Balai Pustaka. Hariwijaya, M. 2005. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa. Yogyakarta: Hanggar Kreator. Hariyanto, Sindung. 2013. Dunia Simbol Orang Jawa. Yogyakarta: Kepel Press Kris, Budiman. 2000. Kosa Semiotika. Yogyakarta: Lkis. Rafael, Raga Maran. 2000. Manusia dan Kebudayaan (Dalam Prespektif Ilmu Budaya Dasar). Jakarta: Rineka Cipta. Santoyo, Ebdy, Sadjiman. 2005. Dasar-Dasar Tata Rupa & Desain (NIRMANA). Yogyakarta: CV ARTI BUMI INTARAN. Santoyo, Ebdy, Sadjiman. 2009, Nirmana (Dasar-Dasar Seni Dan Desain) Yogyakarta: Jalasutra. Santoyo, Ebdy, Sadjiman, dan Suwardanidjaja. 2012. Tata Rias Pengantin Gaya Yogyakarta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ³Mursidah Waty, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo