RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DITINJAU DARI KELEKATAN ORANGTUA-ANAK DAN KELEKATAN TEMAN SEBAYA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh: Widia Anggi Issetianto F 100104025
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DITINJAU DARI KELEKATAN ORANGTUA-ANAK DAN KELEKATAN TEMAN SEBAYA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh: Widia Anggi Issetianto F 100104025
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ii
RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DITINJAU DARI KELEKATAN ORANGTUA-ANAK DAN KELEKATAN TEMAN SEBAYA
Widia Anggi Issetianto Eny Purwandari Email:
[email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kelekatan orang tua-anak dengan risiko penyalahgunaan NAPZA dan hubungan kelekatan teman sebaya dengan risiko penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini dilakukan pada 339 remaja berusia 15-18 tahun yang memiliki perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Analisa data menggunakan analisis korelasi Product Moment dari person dan spearman menggunakan program bantu SPSS 19,0 For Windows Program. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kelekatan orang tua-anak terhadap risiko penyalahgunaan NAPZA anak yang dapat dilihat dari adanya nilai korelasi (r) sebesar -0,334 dengan signifikanii p = 0,000 ( p < 0,05), dan ada hubungan negatif antara kelekatan teman sebaya dengan risiko penyalahgunaan NAPZA yang dapat dilihat dari adanya nilai korelasi (r) sebesar 0,369 dengan signifikansi p = 0,000 (p < 0,05). Hasil kategirisasi menunjukkan tingkat risiko penyalahgunaan NAPZA pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori rendah, tingkat kelekatan orang tua-anak pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori tinggi, dan tingkat kelekatan teman sebaya pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori tinggi. Kelekatan orang tua-anak diketahui berkontribusi sebesar 11,2%, dan kelekatan teman sebaya diketahui berkontribusi sebesar 10,4%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 78,4 % faktor lain yang mempengaruhi risiko penyalahgunaan NAPZA. Adanya kelekatan orang tua-anak yang baik diharapkan remaja akan memiliki kemungkinan yang rendah terhadap risiko penyalahgunaan NAPZA.
Keyword: Kelekatan, Risiko Penylahgunaan NAPZA
v
dinamakan
PENGANTAR NAPZA
narkoba
ini
dapat
merupakan
merusak kesehatan dan kehidupan
singkatan dari Narkotika, Alkohol,
yang produktif bagi pemakainya
Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.
(Willis, 2012).
Permasalahan
penyalahgunaan
Keadaan
dimana
orang
NAPZA di Indonesia menunjukkan
memiliki kemungkinan yang besar
adanya kecenderungan yang terus
untuk
meningkat.
NAPZA dibandingkan orang lain
Rata-rata
angka
menjadi
pengguna NAPZA meningkat 15%
disebut
per
NAPZA. Menurut Menurut Yanny
tahunnya.
Data
menyebutkan
80%
BNN pengguna
resiko
penyalahguna
(2001)
penyalahgunaan
risiko
penyalahgunaan
NAPZA merupakan generasi muda
NAPZA dapat
diartikan sebagai
dengan kisaran usia 15-39 tahun
perilaku yang dapat terjadi pada
(Setyowati, Hartati & Sawitri, 2010).
seseorang
Data Tindak Pidana Narkoba
untuk
menjadi
penyalahguna NAPZA, sedangkan
tahun 2007-2011 (dalam BNN, 2012)
Sunarso
menunjukkan bahwa jumlah tertinggi
risiko penyalahgunaan NAPZA dapat
tersangka
kasus
di
diartikan sebagai perilaku yang dapat
Indonesia
berada
jenjang
terjadi pada seseorang untuk menjadi
Narkoba pada
pendidikan SMA, yitu sebanayak
(2004)
mengemukakan
penyalahguna NAPZA.
117.147 orang, sedangkan jumlah
Setiap remaja memiliki risiko
tertinggi tersangka kasus Narkoba
dalam menyalahgunakan NAPZA,
berdasarkan pendidikan pada tahun
risiko tersebut umumnya terjadi pada
2007-2011 di Provinsi Jawa Tengah
masa transisi dimana remaja mulai
berada
mengenal lingkungan yang lebih luas
pada
jenjang
pendidikan
SMA, yaitu sebanyak 3.957 orang. Penyalahgunaan
selain lingkungan keluarga. Pada
NAPZA
masa transisi tersebut remaja mulai
merupakan suatu pemakaian obat
memiliki
yang
untuk
untuk mengenal banyak teman dan
pengobatan dan digunakan secara
menemukan aktivitas sosial baru, hal
illegal,
tersebut yang memungkinkan mereka
bukan
digunakan
barang
haram
yang
1
jarak
dengan
orangtua
2
mengenal lingkungan pertemanan
yang
dan aktivitas yang berkaitan dengan
Tommy, Suyasa, & Wijaya, 2006),
NAPZA sehingga muncul risiko
bahwa alasan seorang remaja untuk
(Soetjiningsih, 2007).
mulai
Hasil
penelitian
yang
dasampaikan
mencoba
Rice
NAPZA
(dalam
dapat
bersifat ekternal maupun internal.
dilakukan oleh Ruhiwati (2005) juga
Hal-hal
menunjukan bahwa sebagian besar
penyalahgunaan NAPZA oleh teman
remaja lebih memilih menghabiskan
sebaya maupun keluarga. Sedangkan
waktunya dengan kelompok teman
faktor-faktor internal yang menjadi
sebayanya
sering
alasan umum untuk penyalahgunaan
menceritakan masalah yang dihadapi
NAPZA antara lain: rasa ingin tahu,
dengan kelompok teman sebaya
pemberontakan atau ekspresi dari
dibandingkan dengan orang tuanya.
ketidakpuasan terhadap norma, nilai
Menurut
dan tekanan dari lingkungan sosial,
dan
lebih
Condry,
Bronfenbrenner
Simon,
(dalam
dan
Santrock,
eksternal
untuk
dapat
kesenangan
berupa
semata-mata,
2003), selama satu minggu, remaja
untuk meredakan ketegangan dan
putra
kekhawatiran,
laki-laki
dan
perempuan
menghabiskan waktu 2 kali lebih
atau
untuk
menghadapi masalah.
banyak
dengan
teman
sebaya
Hubungan yang baik atau
daripada
waktu
dengan
orang
positif dengan orang tua sangatlah
tuannya.
Budaya
teman
sebaya
remaja
pun
sebagai
pengaruh
penting
dalam
mengurangi
penggunaan obat-obatan oleh remaja.
merusak yang mengabaikan nilai-
Menurut
nilai kontrol dari orang tua. Teman
(dalam Santrock, 2002), dukungan
sebaya
mengenalkan
sosial yang terdiri dari hubungan
remaja dengan alkohol, obat-obatan,
yang baik dengan orang tua selama
kenakalan, dan bentuk tingkah laku
masa remaja mampu mengurangi
lain yang negatif (Santrock, 2003).
penyalahgunaan obat-obatan.
juga
dapat
Ada beberapa faktor seorang
Newcomb
dan
Bentler
Berdasarkan uraian di atas,
remaja terdorong untuk memulai
rumusan
mencoba
apakah ada risiko penyalahgunaan
NAPZA,
sebagaimana
pertanyaannya
adalah
3
NAPZA
ditinjau
dari
kelekatan
adalah siswa kelas IX dari 6 SMA
orang tua-anak dan kelekatan teman
dan SMK di Sragen yang terdiri dari
sabaya? Peneliti tertarik melakukan
339 subjek. Penelitian ini merupakan
penelitian
“Risiko
penelitian studi populasi dengan
Penyalahgunaan Napza Ditinjau Dari
kriteria inklusif subjek yaitu remaja
Kelekatan Orang Tua-Anak Dan
berisiko penyalahgunaan NAPZA.
dengan
judul
Kelekatan Teman Sabaya”.
Metode pengumpulan data
Untuk mengetahui hubungan antara
kelekatan
dengan
orang
risiko
NAPZA,
tua-anak
penyalahgunaan
mengetahui
antara
kelekatan
dengan
risiko
hubungan
teman
sebaya
penyalahgunaan
pada penelitian ini menggunakan pendekatan
NAPZA,
tingkat
dengan
menggunakan tiga skala yaitu skala risiko
penyalahgunaan
NAPZA,
skala kelekatan orang tua-anak, dan skala kelekatan teman sebaya.
NAPZA, mengetahui tingkat risiko penyalahgunaan
kuantitatif
Skala risiko penyalahgunaan NAPZA
merupakan
skala
yang
kelekatan orang tua-anak, tingkat
disusun oleh Purwandari (2015))
kelekatan teman sebaya pada subjek
yang
penelitian, mengetahui sumbangan
favorable. Skala ini mencakup 3
efektif kelekatan orang tua-anak
aspek,
risiko penyalahgunaan NAPZA dan
performansi teman, dan performansi
kelekatan teman sebaya terhadap
diri. Skala ini mempunyai daya beda
risiko penyalahgunaan NAPZA.
aitem berkisar antara 0,303-0,547
terdiriri
yaitu
dari
19
aspek
aitem
sekolah,
dan koefisien reliabilitas 0,848. Skala kelekatan orang tua-
METODE PENELITIAN Variabel
digunakan
anak merupakan skala yang disusun
dalam penelitian ini adalah variabel
oleh Purwandari (2015) terdiri dari
tegantung (risiko penyalahgunaan
dua
NAPZA), variabel bebas (kelekatan
kelekatan
orangtua-anak dan kelekatan teman
kelekatan ibu-anak. Masing-masing
sebaya).
yang
skala terdiri dari 17 aitem favorable
ini
dan unfavorable dalambentuk skala
dilibatkan
Subjek dalam
yang
penelitian penelitian
skala
pararel,
yaitu
skala
ayah-anak
dan
skala
4
likert.
Skala ini mencakup aspek
kepercayaan,
komunikasi,
dan
bahwa ada hubungan negatif antara kelekatan orang tua-anak dengan
keterlibatan. Rentang daya beda
risiko
aitem untuk skala kelekatan ayah-
ditunjukkan oleh angka koefisien
anak berkisar antara 0.308 – 0.600
korelasi r=-0,334 dengan signifikansi
dengan koefisien reliabilitas 0,857,
p = 0,000 ( p < 0,05), yang berarti
sedangkan rentang daya beda aitem
terdapat
untuk
signifikan antara kelekatan orang
skala
kelekatan
ibu-anak
penyalahgunaan
hubungan
NAPZA,
negatif
yang
berkisar antara skor 0.396 – 0.682
tua-anak
dengan koefisien reliabilitas 0,897.
penyalahgunaan NAPZA. Semakin
Skala kelekatan teman sebaya
dengan
risiko
tinggi kelekatan orang tua maka
merupakan skala yang disusun oleh
semakin
Purwandari (2015)) yang terdiriri
penyalahgunaan NAPZA, kemudian
dari
sebaliknya,
19
aitem
favorable
dan
unfavorable. Skala ini mencakup 3
kelekatan
aspek,
semakin
yaitu aspek kepercayaan,
rendah
risiko
semakin orang
rendah
tua-anak,
tinggi
maka risiko
komunikasi, dan keterlibatan. Skala
penyalahgunaan
NAPZA.
ini mempunyai daya beda aitem
penelitian
sesuai
berkisar
penelitian yang dilakukan di Dade
antara
0,300-0,545
dan
koefisien reliabilitas 0,851.
ini
Hasil dengan
Country, Florida, yang dilakukan
Teknik analisis data yang
terhadap sekitar 2,500 siswa SMP
digunakan pada penelitian ini adalah
dan SMA, bahwa kelekatan yang
analisis korelasi Perason dan analisis
kuat antara orang tua-anak akan
korelasi Spearman
mengurangi kemungkinan kenakalan. (Regoli, 2003). Hal ini sesuai dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menggunakan
teknik
regoli
(2003)
pernyataan
Hirshci
yg
mengutip
bahwa
anak
analisis
dengan kelekatan yang kuat akan
Product Moment dari Carl Pearson
membuat mereka cenderung untuk
dengan
bantuan
tidak melakukan kenakalan, namun
program SPSS 19 For Windows
sebaliknya Bowbly mengemukakan
menggunakan
5
apabila anak memiliki kelekatan
maupun berperilaku, Kendel (dalam
yang rapuh dengan orang tua pada
Santrock,
masa anak-anak akan berdampak
mengatakan
pada berbagai penyalahgunaan obat-
akan cenderung menggunakan obat-
obatan dikemudian hari (Gelgard,
obatan bila kedua orang tua mereka
2011).
menggunakan obat-obatan (seperti Kelekatan
membentuk balik
yang
aman
kepercayaan
timbal-
antara
anak
dan
objek
pengasuhan seperti orang tuanya. Melalui kepercayaan seseorang dapat lebih
mudah
beradaptasi
dan
menjalin hubungan dengan orang lain, termasuk diantarnya menyerap nilai dari orang lain (Tembong,
2002)
dalam
studinya
bahwasannya
remaja
obat penenang, amfetamin, alkohol, atau nikotin). Dengan demikian perlu adanya peran yang sempurna dalam keluarga yang dapat memberikan kepuasan
psikologis
masing-masing
dalam
anggota
diri
keluarga
terutama remaja agar terhindar dari masalah maupun kenakalan lainnya (Willis, 2010).
2006). Newcomb dan Bentler (dalam
Keluarga memiliki peranan
Santrock, 2002) juga mengemukakan
yang penting dalam pendidikan dan
dukungan sosial yang terdiri dari
pembentukan
hubungan yang baik dengan orang
yang tidak mengenal Tuhan, tidak
tua selama masa remaja mampu
harmonis, atau memiliki tuntutan
mengurangi
penyalahgunaan
terlalu tinggi, tidak ada pendidikan
NAPZA, dengan demikian hubungan
keluarga, tidak mengenal rasa cinta
yang baik atau positif dengan orang
dan
tua merupakan suatu hal yang sangat
perhatian
penting bagi remaja agar terhindar
menyebabkan remaja secara emosi
dari
tidak berkembang dengan baik dan
kenakalan
maupun
risiko
penyalahgunaan NAPZA. Hubungan anak dengan objek lekatnya seperti orang tua memiliki suatu pengaruh dalam berinteraksi
kasih
akhirnya
karakter.
sayang,
orang
dapat
tua,
Keluarga
kurangnya ini
dengan
dapat
mudah
terjerumus kekenakalan remaja salah satunya
penyalahgunaan
NAPZA
(Yanny, 2001). Keluarga yang tidak
6
dapat menegakkan kedisiplinan, akan
signifikan antara kelekatan teman
membuat anak merasa ragu akan
sebaya
nilai-nilai kebenaran yang harus
penyalahgunaan NAPZA. Semakin
ditegakkan
keluarga.
tinggi kelekatan teman sebaya maka
nilai-nilai
semakin
Keraguan
dalam anak
akan
dengan
risiko
rendah
risiko
keluarga akan menyebabkan remaja
penyalahgunaan
rentan dengan perilaku menyimpang
semakin rendah kelekatan teman
(Willis 2010).
sebaya maka semakin tinggi risiko
Santrock, (2003) mengutip perndapat Armsden & Greenberg bahwasannya
penyalahgunaan NAPZA Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
berhubungan
Ruhiwati (2005) yang menunjukan
dengan hubungan teman sebaya yang
bahwa sebagian besar remaja lebih
positif. Remaja yang memiliki ikatan
memilih
yang aman dengan orang tuanya juga
dengan teman sebayanya dan lebih
memiliki ikatan yang aman dengan
sering menceritakan masalah yang
teman sebayanya, remaja yang tidak
dihadapi
memiliki ikatan yang aman dengan
dibandingkan dengan orang tuanya.
orang tuanya juga tidak memiliki
Walaupun teman sebaya membawa
ikatan yang aman dengan teman
pengaruh terhadap nilai-nilai kepada
sebayanya.
sesuai
remaja, akan tetapi sebagian besar
dengan hasil analisa dari penelitian
nilai-nilai dasar remaja tetap lebih
ini yang menyatakan bahwa ada
dekat dengan nilai-nilai orang tua
hubungan negatif antara kelekatan
mereka dibandingkan dengan yang
teman
risiko
secara umum disadari ( Papalia,
NAPZA,
2009). Santrock (2003) mengatakan
ditunjukkan oleh angka koefisien
salah satu fungsi utama teman sebaya
korelasi r=-0,369 dengan signifikansi
yaitu untuk menyediakan berbagai
p = 0,000 (p < 0,05), yang berarti
informasi mengenai dunia di luar
terdapat
keluarga.
orang
tua
Hal
sebaya
penyalahgunaan
hubungan
yang
dan
aman
dengan
ikatan
NAPZA
tersebut
dengan
negatif
yang
menghabiskan
dengan
Dari
waktunya
teman
kelompok
sebaya
teman
7
sebaya remaja menerima umpan
dengan hadirnya teman ketika remaja
balik mengenai kemampuan mereka.
membutuhkan dukungan mereka.
Remaja belajar tentang apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya, atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan remaja lain. Rasyid,
(2012)
Kategorisasi
pada
menunjukkan
bahwa
subjek kategorisasi
terhadap kelekatan orang tua-anak menunjukkan tingkat yang tergolong
mengutip
tinggi yaitu dengan prosentase 59,9%
pernyataan Armsden dan Greenberg
atau 203 subjek, ini artinya subjek
bahwasannya padat usia remaja,
dapat menjalin kelekatan yang baik
individu akan membentuk ikatan
dengan orang tuanya. Kategorisasi
lebih erat dengan teman sebayanya.
terhadap kelekatan teman sebaya
Ikatan lebih erat dengan teman-
menunjukkan tingkat yang tergolong
teman
adanya
tinggi pula yaitu dengan prosentase
jalinan komunikasi yang baik sepeti:
52,2% atau 177 subjek, ini artinya
adanya ungkapan perasaan, masalah,
subjek dapat menjalin kelekatan
dan kesulitan yang dialami individu
yang baik dengan teman sebayanya.
pada
Hasil kategorisasi terhadap risiko
terbentuk
teman
meminta
karena
sebaya;
pendapat
individu teman
penyalahgunaan
sebaya
subjek menunjukkan tingkat risiko
yang
yang tergolong rendah yaitu dengan
sebaya
prosentase 34.9% atau 118 subjek,
lebih
dengan kata lain subjek memiliki
memahami dirinya sendiri. Selain
kecenderungan yang rendah untuk
komunikasi,
terlibat
sebayanya; menanyakan dialami
teman permasalahan
individu;
membantu
dari
teman
individu
agar
kepercayaan
juga
NAPZA
dalam
pada
penyalahgunaan
merupakan suatu produk dari suatu
NAPZA. Kelekatan orang tua-anak
hubungan yang kuat, dimana kedua
diketahui
belah pihak merasa bisa saling
11,2%, dan kelekatan teman sebaya
bergantung
diketahui
Kepercayaan
satu akan
sama
lain.
berkembang
berkontribusi
berkontribusi
sebesar
sebesar
10,4%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
78,4
%
faktor
lain
8
yang
mempengaruhi
risiko
penyalahgunaan NAPZA.
3. Tingkat risiko penyalahgunaan NAPZA pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori rendah, tingkat kelekatan orang
KESIMPULAN DAN SARAN
tua-anak pada subjek penelitian ini tergolong dalam kategori
Berdasarkan
hasil
analisis
tinggi
sedangkan
tingkat
dan pembahasan, ditarik kesimpulan
kelekatan teman sebaya pada
sebagai berikut :
subjek penelitian ini tergolong
1. Kelekatan
orang
berhubungan
tua-anak
dengan
penyalahgunaan
risiko
dalam kategori tinggi. 4. Kelekatan
orang
tua-anak
NAPZA.
diketahui berkontribusi sebesar
Semakin tinggi kelekatan orang
11,2%, dan kelekatan teman
tua-anak maka semakin rendah
sebaya diketahui berkontribusi
risiko penyalahgunaan NAPZA
sebesar
sebaliknya,
menunjukkan bahwa terdapat
semakin
rendah
10,4%.
kelekatan orang tua-anak maka
78,4
semakin
mempengaruhi
tinggi
risiko
penyalahgunaan NAPZA. 2. Kelekatan
teman
berhubungan penyalahgunaan
dengan
sebaya risiko
risiko penyalahgunaan NAPZA dan semakin rendah kelekatan teman sebaya maka semakin
NAPZA.
lain
yang risiko
Dari
hasil
penelitian
ini
diharapkan bagi :
NAPZA.
sebaya maka semakin rendah
risiko
faktor
ini
penyalahgunaan NAPZA.
Semakin tinggi kelekatan teman
tinggi
%
Hal
penyalahgunaan
1. Bagi Remaja Hendaknya
remaja
mempertahankan
dapat hubungan
yang sudah terjalin baik dengan orang tua maupun dengan teman sebaya dengan selalu menjaga komunikasi
yang
baik
dan
menerapkan norma-norma baik
9
yang telah diajarkan orang tua
kelekatan anak dengan orang
pada kehidupan di lingkungan,
tua. Hal tersebut dapat dilakukan
sehingga nantinya diharapkan
dengan cara selalu memantau
remaja akan terhindar dari risiko
hubungan anak dengan orang
penyalahgunaan NAPZA.
tua,
berkomunikasi
orang
2. Bagi Orang tua siswa
tua
dengan mengenai
perkembangan anak disekolah,
Orang tua diharapkan dapat
dan
mempertahankan
sekolah yang melibatkan orang
hubungan
kelekatan dengan anak. Dengan mempertahankan
hubungan
kelekatan antara orang tua dan
mengadakan
kegiatan
tua dan siswa. 4. Bagi Teman
anak maka dapat melindungi
Teman hendaknya selalu tetap
anak
perilaku-perilaku
memberikan pengaruh-pengaruh
negatif di lingkungan seperti
positif kepada teman yang lain
penyalahgunaan NAPZA. Orang
dengan berkomunikasi mengenai
tua dapat
hal-hal yang baik dan sekiranya
dari
hubungan
mempertahankan kelekatan
dengan
diantaranya
dapat
bagi
dilakukan dengan membangun
Dan
kepercayaan
pengingat
anak
dengan
anak,
membawa pengaruh yang baik lingkungan juga
pertemanan.
dapat teman
menjadi yang
lain
membuka komunikasi dengan
apabila melakukan hal-hal yang
anak, serta selalu terlibat dan
menjurus kea rah kenakalan dan
memahami kegiatan anak sehari-
kearah penyalahgunaan NAPZA.
hari.
5. Bagi Peneliti Lain
3. Bagi Guru
Bagi peneliti lain diharapkan
Guru sebagai pendidik anak di
dapat melihat faktor lain selain
sekolah dapat menjadi pihak
kelekatan orang tua-anak dan
yang
kelekatan teman sebaya yang
menjembatani
meningkatkan
untuk hubungan
belum
disertakan
dalam
10
penelitian ini yang berpengaruh terhadap risiko penyalahgunaan NAPZA. Serta diharapkan dapat menambah,
mengembangkan,
dan memperluas ruang lingkup penelitian dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA BNN. (2012). Data Tindak Pidana Narkoba Tahun 2007 – 2011. Diakses 21 Maret 2014. dari Website BNN: http://www.bnn.go.id/portal/i ndex.php/konten/detail/deputi -pemberantasan/data-kasusnarkoba/10247/data-tindakpidana-narkoba-provinsijawa-tengah-tahun-20072011. Purwandari. E. (2015). Model Perilaku Remaja Berisiko Penyalahguna NAPZA. Disertasi. Fakultas Psikologi, Universitas Gajah Mada. Rasyid, M. (2012). Hubungan antara Peer Attachment dengan Regulasi Emosi Remaja yang Menjadi Siswa di Bording School SMA Negeri 10 Samarinda. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Vol. 1, No. 03. Regoli, R.M., dan John D Hewitt. (2003). Delinquency in Society. New York: McGrawHill.
Ruhiwati, C. (2005). Pengaruh pola pengasuhan, kelompok teman sebaya dan aktivitas remaja terhadap kemandirian (tesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Setyowati, A. Hartati, S, dan Sawitri, D. R. (2010). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Resiliensi pada Siswa Penghuni Rumah Dama. Jurnal Psikologi Undip Vol. 7, No.1. 67. Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development Perkembangan Perkembangan Masa Hidup “edisi kelima”. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja “edisi keenam”. Jakarta: Erlangga. Soertjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Sunarso, S. (2004). Penegakan Hukum Psikotropika dalam Kajian Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tembong, G. (2006). Smart Parenting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Tommy, P., Suyasa, Y.S,. dan Wijaya, F. (2006). Resiliensi Dan Sikap Terhadap Penyalahgunaan Zat (Studi Pada Remaja). Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2. 102
11
Wilis,
S. (2010). Remaja dan Masalahnya : Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta.
Yanny,
L D. (2001). Narkoba pencegahan dan Penanganannya. Jakarta: Elex Media Komputindo.