Hubungan Kelekatan Siswa-Orangtua dan Kelekatan Siswa-Teman Sebaya dengan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karier pada Siswa Kelas 10 Berlian Damenia Manuella Puji Lestari Suharso Program Studi Sarjana Reguler Fakultas Psikologi UNIVERSITAS INDONESIA
[email protected] [email protected]
ABSTRAK Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 10 ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kelekatan siswa pada orangtua dan teman sebaya dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa. Efikasi diri pengambilan keputusan karier dilihat dari pemilihan peminatan (MIA/IIS/Bahasa) yang dilakukan siswa kelas 10. Lebih jauh, diteliti pula perbandingan besar kontribusi antara kelekatan pada orangtua dan kelekatan pada teman terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa. Penelitian ini dilakukan dengan sampel 176 siswa kelas 10 di Depok. Hasilnya, terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan pada orangtua dan efikasi diri pengambilan keputusan karier (r = 0,356, p < 0,01) serta terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan pada teman dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier (r = 0,249, p<0.01). Ditemukan pula bahwa kelekatan pada orangtua berkontribusi lebih besar terhadap varians efikasi diri pengambilan keputusan karier dibanding kelekatan pada teman. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah mengusahakan terciptanya kelekatan dengan siswa. Kata kunci: kelekatan pada orangtua; kelekatan pada teman sebaya; efikasi diri pengambilan keputusan karier; remaja
Relationship Between Parental Attachment, Peer Attachment, and Career DecisionMaking Self-Efficacy from 10th Grade Students ABSTRACT This research was conducted to examine the relationship between parental attachment, peer attachment, and career decision-making self-efficacy in 10th grade students. Samples for this research are 176 10th grade high school students in Depok. Career decision-making selfefficacy was examined from choosing the major that student want to take on high school (Mathematics and Natural Sciences, Social Sciences, or Languages). Furthermore, researcher examined the difference of contribution between parental attachment and peer attachment to career decision-making self-efficacy. The results are, there is a significant relationship between parental attachment and career decision-making self-efficacy (r = 0,356, p < 0,01), also there is a significant relationship between peer attachment and career decision-making self-efficacy (r = 0,249, p<0.01). Results also showed that parental attachment gives more contributions to career decision-making self-efficacy than peer attachment. Based on the results, researcher suggest to family and school environment to build attachments between parent, peer, and students. Keywords: career decision-making self-efficacy; parental attachment; peer attachment; adolescence
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
Pendahuluan Mulai tahun ajaran baru 2013/2014, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengimplementasikan Kurikulum 2013 (Solopos.com, 24 Juli 2013). Pada kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) diharuskan memilih penjurusan ketika siswa masuk kelas 11, sementara pada Kurikulum 2013 penjurusan diubah menjadi peminatan dan siswa diharuskan mengambil peminatan segera ketika siswa berada di semester pertama kelas 10. Istilah peminatan IPA, IPS, dan Bahasa pun diubah menjadi Matematika dan Ilmu Alam (MIA), Ilmu-Ilmu Sosial (IIS), serta Bahasa dan Kebudayaan. Siswa kelas 10 yang mendapat Kurikulum 2013 kurang memiliki waktu untuk beradaptasi dengan pelajaran-pelajaran di SMA
dan
mencari
tahu
terlebih
dahulu
perbedaan
masing-masing
peminatan
(MIA/IIS/Bahasa). Hal ini dikarenakan, sewaktu siswa masih di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa belum dipersiapkan untuk memilih peminatan di kelas 10. Tugas pemilihan peminatan pada siswa kelas 10 ini merupakan salah satu dari tugas pemilihan keputusan karier. Salah satu identitas diri yang ingin remaja cari adalah identitas karier atau karier apa yang ingin ia tempuh kelak (Santrock, 2006). Menurut Super (1980), karier adalah kombinasi dan rangkaian peran yang dijalankan seseorang selama hidupnya. Untuk dapat membuat keputusan karier dengan tepat, dalam hal ini pemilihan peminatan, siswa harus memiliki efikasi diri pengambilan keputusan karier yang baik. Efikasi diri pengambilan keputusan karier didefinisikan sebagai kepercayaan individu mengenai kapabilitas dirinya untuk menyelesaikan tugas terkait pengambilan keputusan karier (Taylor dan Betz, 1983). Menurut Crites (dalam Taylor dan Betz, 1983) tugas-tugas yang terkait dengan pengambilan keputusan karier adalah (1) penilaian diri yang akurat, (2) mengumpulkan informasi seputar pekerjaan, (3) menentukan sasaran, (4) membuat rencana masa depan, (5) kemampuan menyelesaikan masalah. Kelima tugas tersebut diberi nama kompetensi lima pilihan karier (Five Career Choice Competencies) karena kelima kompetensi tersebut dinilai sangat dibutuhkan dalam proses pemilihan keputusan karier. Efikasi diri pengambilan keputusan karier ditemukan berhubungan dengan keterlibatan siswa pada masa eksplorasi karier (Gushue, Scanlan, Pantzer, dan Clarke, 2006). Semakin tinggi siswa mencari tahu informasi seputar karier, semakin tinggi pula efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa. Mengingat peminatan pada Kurikulum 2013 dilakukan lebih cepat dari kurikulum KTSP, masa untuk melakukan eksplorasi karier sebelum
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
mengambil peminatan menjadi lebih sedikit. Berkurangnya kegiatan eksplorasi karier pada siswa kelas 10 ini dapat berdampak pada menurunnya efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa. Sawitri (2008) menemukan, siswa yang memiliki efikasi diri pengambilan keputusan karier yang rendah akan cenderung meminta bantuan pada orang terdekatnya terkait keputusan karier. Untuk mengetahui orang-orang terdekat siswa yang membantu saat memilih peminatan, peneliti membuat studi awal yang dilakukan pada siswa kelas 10 SMA di Depok yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 dan menemukan bahwa orangtua dan teman sebaya menduduki peringkat teratas orang-orang yang paling dekat dengan siswa. Peran orangtua dan teman sebaya terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karier remaja salah satunya ditunjukkan melalui kelekatan atau attachment (Nawaz & Gilani, 2011; Wolfe dan Betz, 2004). Sayangnya, penelitian-penelitian terkait pengaruh kelekatan pada orangtua dan teman sebaya terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karier memiliki hasil yang inkonsisten. Nawaz dan Gilani (2011) menemukan bahwa kelekatan dengan orangtua dan teman berkorelasi dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Di lain pihak, Wolfe dan Betz (2004) menemukan hanya kelekatan pada ibu dan teman sebaya yang berkorelasi dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Berbeda lagi dengan hasil penelitian Lease dan Dahlbeck (2009) yang menemukan bahwa kelekatan dengan orangtua hanya berkorelasi secara signifikan pada siswa perempuan. Inkonsistensi hasil penelitian juga terjadi pada penelitian-penelitian yang membandingkan pengaruh kelekatan pada orangtua dan kelekatan pada teman sebaya terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karier. Beberapa penelitian menemukan bahwa kelekatan pada orangtua memberikan kontribusi yang lebih besar pada efikasi diri pengambilan keputusan karier dibanding kelekatan pada teman (Nawaz & Gilani, 2011; Wolfe & Betz, 2004). Di lain pihak, penelitian yang dilakukan oleh Felsman dan Blustein (1999) justru menemukan bahwa kontribusi kelekatan pada teman terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karier lebih besar dibanding kelekatan pada orangtua. Penelitian yang dilakukan oleh Guay, Senecal, Gauthier dan Fernet (2003) juga menemukan bahwa dukungan dari teman dekat berkontribusi lebih besar terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karier dibanding dukungan dari orangtua. Hasil penelitian yang tidak konsisten masih menjadi celah untuk meneliti bagaimana hubungan kelekatan orangtua dan teman sebaya dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Terlebih, penelitian-penelitian yang ada lebih dilakukan pada subjek mahasiswa (Wolfe & Betz, 2004; Nawaz & Gilani, 2011; Guay, Senecal, Gauthier, dan Fernet, 2003).
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
Peneliti melihat belum ada penelitian yang membahas topik ini pada subjek siswa SMA. Lebih spesifik lagi, di Indonesia, penelitian mengenai kelekatan pada orangtua dan teman sebaya dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier belum dilakukan. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini meliputi: 1) Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan pada orangtua dan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada siswa kelas 10?, 2)Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan pada teman sebaya dan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada siswa kelas 10?, 3) Diantara kelekatan pada orangtua dan kelekatan pada teman, apakah terdapat variabel yang berkontribusi lebih besar terhadap varians efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa kelas 10? Tinjauan Teoretis Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karier Bandura (1995) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap kapabilitas diri sendiri dalam mengorganisasi dan melakukan serangkaian tingkah laku yang diperlukan untuk mendapatkan situasi yang diharapkannya. Terdapat empat sumber-sumber efikasi diri yaitu mastery experience, social modelling, persuasi sosial, dan kondisi fisik serta emosi. Mastery experience adalah pengalaman ketika seseorang menguasai suatu tahap tingkah laku. Efikasi diri pengambilan keputusan karier didefinisikan sebagai kepercayaan individu terhadap kapabilitas dirinya untuk menyelesaikan tugas dan perilaku spesifik yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan karier dengan sukses (Taylor dan Betz, 1983). Perilaku spesifik yang dibutuhkan tersebut disusun oleh Crites (dalam Taylor dan Betz, 1983) dan diberi nama Five Career Choice Competencies. Kelima perilaku spesifik tersebut adalah (1) penilaian diri, (2)informasi pekerjaan, (3) memilih sasaran/goal selection, (4) perencanaan masa depan, dan (5) kemampuan menyelesaikan masalah/problem solving. Perkembangan Karier Remaja Remaja, menurut Erikson (dalam Santrock, 2006), berada dalam tahap identity vs identity confusion, di mana remaja tertarik untuk mengetahui siapa dirinya, informasiinformasi mengenai dirinya, dan apa tujuan yang ia ingin capai dalam hidupnya. Identitas sendiri merupakan potret diri yang terdiri dari berbagai bagian, salah satunya adalah identitas vokasional atau karier (Santrock, 2006). Ditinjau dari perkembangan kariernya, remaja pada usia 14 hingga 25 tahun berada dalam tahap eksplorasi (Super, dalam Sharf, 2010).
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
Pada tahap eksplorasi karier, remaja memiliki tugas perkembangan karier yang diberi nama kristalisasi (Zunker, 2012). Tugas perkembangan karier kristalisasi ditandai dengan siswa mulai membuat sasaran karier. Saat membuat rencana karier, remaja menyadari pentingnya sumber-sumber informasi terkait karier. Remaja juga mempertimbangkan minat dan nilai-nilai yang dimiliki dalam merencanakan karier. Setelah remaja dapat menilai kemampuan dirinya sendiri, pada usia 15-16 tahun, remaja mulai dapat menentukan sasaran yang ingin ia capai dan nilai-nilai yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan karier (Super, dalam Sharf, 2010). Pada masa eksplorasi karier ini, remaja diharapkan mengeksplorasi seluas-luasnya mengenai karier dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada diantaranya figur-figur terdekat siswa seperti orangtua, teman, guru, konselor, buku, dan film (Sharf, 2010). Pada tahap eksplorasi karier di masa remaja, Super (dalam Sharf, 2010) juga menekankan pentingnya siswa mengetahui cara membuat keputusan karier. Attachment (Kelekatan) Menurut Bowlby (1982), kelekatan adalah kegiatan mencari dan mempertahankan kedekatan dengan individu lain. Mengacu pada teori kelekatan dari Bowlby (1982), Armsden dan Greenberg (1987) mendefinisikan kelekatan sebagai ikatan afeksi yang kuat dan bertahan lama dengan seorang figur. Analisis faktor yang dilakukan oleh Armsden dan Greenberg (1987) menghasilkan tiga dimensi dari IPPA yaitu kepercayaan (trust), komunikasi, dan keterasingan (alienation). Dimensi kepercayaan adalah derajat kepercayaan remaja bahwa figur kelekatannya (orangtua dan teman) mengerti kebutuhan dan keinginannya, peka dan responsif terhadap keadaan emosionalnya dan siap membantu saat dibutuhkan. Dimensi komunikasi adalah kualitas komunikasi antara remaja dengan figur kelekatannya, karena pada masa remaja, pencarian kelekatan biasanya lebih ditunjukkan melalui komunikasi simbolik. Dimensi keterasingan adalah remaja merasa terasing dari figur kelekatan, namun ia menyadari bahwa dirinya memiliki kebutuhan untuk dekat dengan figur tersebut. Metode Penelitian Desain Penelitian Berdasarkan Kumar (2005), penelitian ini termasuk applied research. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan adanya hubungan antara kelekatan pada orangtua dan teman dengan efikasi diri pengambilan keputusan karir, sehingga tipe penelitian ini termasuk tipe penelitian korelasional. Berdasarkan metode pengambilan data, tipe penelitian ini termasuk
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
tipe penelitian kuantitatif. Berdasarkan jumlah kontak dengan populasi studi, penelitian ini termasuk cross-sectional study (Kumar, 2005). Berdasarkan periode referensi yang dipakai, penelitian ini menggunakan retrospective study design dan menggunakan desain penelitian non-eksperimental. Partisipan Penelitian Sampel yang diambil pada penelitian ini merupakan siswa SMA dari peminatan MIA dan IIS di kota Depok, Jawa Barat, yang telah menjalankan kurikulum 2013. Jumlah sampel yang diambil adalah 180 sampel dengan rincian 90 sampel siswa peminatan MIA dan 90 sampel peminatan IIS. Karakteristik tambahan yang harus dimiliki sampel adalah memiliki orangtua (ayah dan ibu) atau sosok yang dianggap sebagai ayah dan ibu agar dapat mengukur kelekatan dengan orangtua. Teknik Pengambilan Sampel Untuk menentukan sampel, peneliti menggunakan metode non-probability random sampling dengan teknik accidental sampling. Hal itu dikarenakan peneliti tidak memiliki data jumlah siswa di sekolah-sekolah yang dituju dan untuk mempermudah pengambilan data. Instrumen Penelitian Career Decision Self-Efficacy – Short Form Instrumen CDSE-SF digunakan untuk mengukur variabel efikasi diri pengambilan keputusan karir pada siswa kelas 10. Career Decision Making Self-Efficacy Scale (dalam Betz dan Luzzo, 1996) memiliki lima subskala dari Five Career Choice Competencies yaitu penilaian diri, informasi pekerjaan, pemilihan tujuan, perencanaan karier, dan penyelesaian masalah. Terdapat lima item dalam tiap subskala. Tabel 1. Kisi-Kisi Item CDSE.SF Subskala Penilaian diri
Nomor Item 5, 9, 14, 18, 22
Informasi pekerjaan
1, 10, 15, 19, 23
Pemilihan tujuan
2, 6, 11, 16, 20
Perencanaan karier
3, 7, 12, 21, 24
Penyelesaian masalah
4, 8, 13, 17, 25
Contoh Item 14. Memutuskan hal apa yang kamu anggap paling penting dari suatu pekerjaan 15. Mencari tahu penghasilan per bulam dari seseorang dengan pekerjaan tertentu 11. Memilih suatu karier yang sesuai dengan gaya hidup kamu 7. Menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk bisa masuk jurusan yang kamu pilih 13. Pindah jurusan bila tidak menyukai
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
jurusan yang telah kamu pilih Alat ukur CDSE-SF diadaptasi oleh Sawitri (2008) ke dalam bahasa Indonesia. Pada CDSE-SF yang telah diadaptasi dalam bahasa Indonesia, digunakan 6 poin skala likert. Skala tersebut dimulai dari 1 (sangat tidak yakin) hingga 6 (sangat yakin). Jumlah maksimal skor yang didapat individu adalah 150. Uji reliabilitas menggunakan teknik statistik cronbach’s alfa menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,60 yang menunjukkan bahwa 60% varians pada observed score merupakan true score, dan 40% varians pada observed score merupakan error yaitu content sampling error dan content heterogenity error. Jika mengacu pada pernyataan Kaplan dan Saccuzzo (2005), dapat dikatakan bahwa alat ukur CDSE-SF memiliki indeks reliabilitas yang baik untuk alat ukur yang multidimensi. Inventory of Parent and Peer Attachment (Mother, Father, Peer Version) Alat ukur IPPA disusun oleh Armsden dan Greenberg (1987) yang mengukur kelekatan remaja dengan orangtua dan teman sebayanya. Alat ukur IPPA memiliki tiga dimensi yaitu kepercayaan (trust), komunikasi (communication), dan keterasingan (alienation) yang ditujukan pada ketiga figur kelekatan yaitu ayah, ibu, dan teman sebaya. Alat ukur ini terdiri dari 75 item dengan rincian father version (25 item), mother version (25 item), peer version (25 item). Respon partisipan diukur dengan skala interval, mulai dari 1 (sangat tidak sesuai) hingga 6 (sangat sesuai). Tabel 2. Kisi-Kisi Item IPPA (Mother and Father Version) Subskala Trust
Nomor Item Contoh Item 1,2,3,4,9,12,13,20,21,22 1. Ibu saya menghargai perasaan saya (mother version) 1. Ayah saya menghargai perasaan saya (father version) Communication 5,6,7,14,15,16,19,24,25 7. Ibu saya memahami saat saya marah terhadap sesuatu. (mother version) 7. Ayah saya memahami saat saya marah terhadap sesuatu (father version) Alienation 8,10,11,17,18,23 8. Berbicara atas masalah saya dengan ibu saya membuat saya merasa malu atau bodoh (mother version) 8. Berbicara atas masalah saya dengan ayah saya membuat saya merasa malu atau bodoh (father version)
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
Tabel 3. Kisi-Kisi Item IPPA (Peer Version) Subskala Trust
Nomor Item 5,6,8,12,13,14,15,19,20,21
Communication
1,2,3,7,16,17,24,25
Alienation
4,9,10,11,18,22,23
Contoh Item 8. Teman saya menerima saya apa adanya 7. Teman saya membantu saya untuk membicarakan kesulitan saya 11. Saya merasa sendiri atau terpisah ketika saya bersama teman-teman
IPPA mother version memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,7. IPPA father version memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,614. Koefisien reliabilitas IPPA peer version didapat sebesar 0.79. Ketiga versi alat ukur IPPA tersebut dinyatakan memiliki indeks reliabilitas yang baik untuk alat ukur yang multidimensional (Kaplan dan Sacuzzo, 2005). Teknik Pengolahan dan Analisis Data a.
Cronbach’s Alpha Teknik statistik ini digunakan untuk menguji reliabilitas alat ukur IPPA dan CDSE-
SF. Dengan menggunakan Cronbach’s Alpha, peneliti dapat melihat konsistensi internal item pada kedua alat ukur. b.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif yang digunakan peneliti yaitu nilai rata-rata (mean), nilai
maksimum, serta nilai minimum. Peneliti menggunakan teknik statistik ini untuk membuat gambaran partisipan. c.
Pearson Correlation .Pearson Correlation akan digunakan untuk menguji hubungan antara kelekatan
dengan orangtua dan efikasi diri pengambilan keputusan karir, serta hubungan antara kelekatan dengan teman sebaya dan efikasi diri pengambilan keputusan karir. d.
Independent Sample t-test Teknik statistik Independent Sample t-test digunakan untuk menguji perbedaan mean
skor pada IPPA dan CDSE-SF terkait dengan faktor demografis dari partisipan.
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
e.
Multiple Regression Peneliti menggunakan teknik statistik ini karena peneliti ingin melihat di antara
variabel skor IPPA parent version dan skor IPPA peer version, apakah ada yang berkontribusi lebih besar terhadap varians skor CDSE-SF. HASIL PENELITIAN Deskripsi Statistik Pada bagian ini akan dipaparkan gambaran dari partisipan penelitian. Pemaparannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Gambaran Partisipan Aspek Jenis kelamin Peminatan Frekuensi konsultasi ke Ibu
Frekuensi konsultasi ke Ayah
Keinginan pindah peminatan Usia
Laki-laki Perempuan MIA IIS Tidak Pernah Kadang-Kadang (1-3 kali/minggu) Sering (>3 kali/minggu) Tidak Pernah Kadang-Kadang (1-3 kali/minggu) Sering (>3 kali/minggu) Ya Tidak 14 15 16
Total 75 82 81 76 26 99 32 28 113 16 7 150 29 112 16
Persentase 47,8% 52,2 % 51,6% 48,4 % 16,6 % 63% 20,38% 17,8% 72 % 10,2% 4,6 % 95,4% 18,5% 71,3% 4,5%
Hasil Analisis Mengacu pada rumusan masalah, terdapat tiga temuan utama dalam penelitian ini. Temuan pertama, melalui hasil uji statistik menggunakan Pearson’s Correlation, didapatkan bahwa skor IPPA parent version berkorelasi positif signifikan dengan skor CDSE-SF, r (157) = 0,356 , p < 0,01, one-tailed. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil ini juga menyatakan bahwa semakin tinggi kualitas kelekatan siswa pada orangtua, semakin tinggi pula kualitas efikasi diri pengambilan keputusan karier seorang siswa. Temuan kedua, skor IPPA peer version berkorelasi positif signifikan dengan skor CDSE-SF, r (157) = 0,249, p < 0,01, one-tailed. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, dan menyatakan bahwa semakin tinggi skor IPPA peer version seorang siswa, semakin tinggi
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
pula skor CDSE-SF yang didapat siswa. Temuan ketiga, hasil uji statistik menggunakan Multiple Regression menghasilkan koefisien yang sudah terstandardisasi dari skor IPPA parent version (beta = 0,310, t = 3,984 , p < 0,01) dan skor IPPA peer version (beta = 0,159, t = 2,044, p < 0,05). Dari hasil uji statistik tersebut, dapat disimpulkan bahwa skor IPPA parent version memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap varians pada skor CDSE-SF dibanding skor IPPA peer version. Selain itu, peneliti juga melakukan analisis tambahan terkait efikasi diri pengambilan keputusan karier dan kelekatan pada orangtua dan teman. Hasilnya, jumlah konsultasi pada ayah memiliki hubungan yang signifikan dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier, r=0,154 , p<0.05. Peneliti juga menemukan bahwa meskipun tidak ada perbedaan kualitas kelekatan pada orangtua antara siswa laki-laki dan perempuan, namun dijumpai terdapat perbedaan kualitas kelekatan pada teman antara siswa laki-laki dan perempuan, t(157) = -2,32, p<0,05. Siswa perempuan memiliki kualitas kelekatan pada teman yang lebih tinggi secara signifikan dibanding siswa laki-laki. Hasil lainnya yang peneliti peroleh adalah terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan pada ayah dengan frekuensi konsultasi karier pada ayah, r = 0,198 , p<0.01, serta antara kelekatan pada ibu dengan frekuensi konsultasi karier pada ibu, r = 0,269, p < 0,01. Pembahasan Tujuan pertama penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kelekatan pada orangtua dan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Sejalan dengan hasil yang ditemukan oleh Nawaz dan Gilani (2011), pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa kelekatan pada orangtua memiliki hubungan yang signifikan dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Hasil ini juga mendukung pernyataan bahwa orangtua berperan dalam karier siswa (Restubog, et al., 2010, Kracke, 2002). Dari hasil analisi mengenai hubungan jumlah konsultasi karier ke ayah/ibu dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier, ditemukan bahwa jumlah konsultasi pada ayah berkorelasi secara signifikan dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Sementara jumlah konsultasi pada ibu tidak berkorelasi secara signifikan. Temuan ini justru mengkonfirmasi temuan Dietrich, Kracke, dan Nurmi (2011) bahwa remaja lebih mempersepsi dukungan dari ayah dibanding dukungan dari ibu pada perilaku yang berhubungan dengan karier.
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
Ditinjau dari hubungan jumlah konsultasi dengan kelekatan pada orangtua, baik pada ayah maupun pada ibu, jumlah konsultasi per minggu memiliki hubungan yang signifikan dengan kelekatan pada masing-masing figur. Hasil ini mengkonfirmasi temuan Armsden dan Greenberg (1987) bahwa remaja mengekspresikan kelekatan pada orangtua salah satunya melalui komunikasi. Melalui komunikasi, orangtua dapat memberikan dukungan agar remaja percaya bahwa ia dapat mengambil keputusan karier dengan baik. Persuasi sosial seperti yang dilakukan orangtua tersebut, menurut Bandura (1995), merupakan salah satu sumber untuk meningkatkan efikasi diri seseorang. Ditinjau dari Five Career Choice Competencies, orangtua membantu siswa untuk menyelesaikan tugas terkait keputusan karier terutama pada tugas mencari informasi seputar karier dan menyelesaikan masalah. Kelekatan pada orangtua, yang salah satunya ditunjukkan lewat komunikasi dalam bentuk konsultasi karier, membantu siswa memenuhi tugas mencari informasi seputar karier dan menyelesaikan masalah terkait peminatan. Semakin siswa memenuhi kelima kompetensi tersebut, efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa akan semakin tinggi. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat hubungan antara kelekatan pada teman dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa. Hasilnya ditemukan bahwa kelekatan pada teman memiliki hubungan yang signifikan dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wolfe dan Betz (2004) serta Nawaz dan Gilani (2011). Hasil ini juga mendukung pendapat bahwa teman sebaya merupakan figur kelekatan bagi seorang remaja (Nickerson dan Nagle, 2005; Allen, 2008) serta teman sebaya berperan dalam karier seorang remaja (Kracke, 2002). Crites (dalam Taylor dan Betz, 1983) menjelaskan bahwa peran teman dalam efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa salah satunya adalah dengan memberikan informasi seputar karier sehingga membantu siswa dalam domain ‘mengumpulkan informasi pekerjaan’ pada Five Career Choice Competencies. Siswa juga belajar dari teman-temannya mengenai pentingnya menguasai kelima domain Five Career Choice Competencies, yang akan mempengaruhi tinggi-rendahnya efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa (Crites, dalam Taylor dan Betz, 1983). Hasil uji multiple regression tersebut juga menunjukkan bahwa kelekatan pada orangtua lebih berkontribusi terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karier dibanding kelekatan pada teman. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nawaz dan Gilani (2011), namun bertentangan dengan hasil penelitian dari Guay, Senecal, Gauthier, dan Fernet (2003) pada mahasiswa yang menemukan bahwa dukungan dari teman
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
sebaya lebih berkontribusi terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa dibanding dukungan dari orangtua. Nawaz dan Gilani (2011) menjelaskan, di negara Pakistan yang cenderung kolektivis, orangtua memiliki peranan penting dalam hidup anak-anaknya, terutama dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam hidup anak. Salah satu keputusan penting tersebut adalah pemilihan karier. Dilihat dari budaya masyarakatnya, Indonesia termasuk negara kolektivis (Sutrisno, 2005), sehingga seperti di Pakistan, orangtua memiliki peran yang lebih penting bagi pemilihan karier remaja dibanding teman-temannya. Mengenai keinginan untuk pindah peminatan, sebagian besar partisipan menjawab tidak ingin pindah peminatan. Jika dikaji dari sumber efikasi diri, sumber efikasi diri menurut Bandura (1995) adalah mastery experience atau pengalaman ketika seseorang menguasai suatu tingkah laku atau tugas yang diberikan, modelling, adanya persuasi sosial, serta kondisi fisik dan emosional yang mendukung. Saat partisipan ditanya alasan tidak mau pindah peminatan, beberapa partisipan menjawab ingin memperdalam pelajaran yang mereka kuasai. Pengalaman siswa berhasil menguasai suatu mata pelajaran membuat siswa mengambil peminatan yang berhubungan dengan pelajaran yang ia kuasai dan tetap bertahan pada peminatan tersebut. Selain itu, beberapa partisipan juga merasa bahwa orangtua telah mendukung peminatan yang diambil dan sudah nyaman dengan teman-teman di peminatan tersebut. Dalam hal ini, kelekatan pada orangtua dan teman sebaya mempengaruhi efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa melalui persuasi sosial untuk memilih dan bertahan di peminatan tersebut. Dukungan dari orangtua dan teman sebaya juga dapat mendukung kondisi emosional siswa untuk melakukan kegiatan belajar di peminatan yang telah ia pilih. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan dilihat dalam kaitannya dengan kelekatan pada orangtua dan teman. Hasilnya, tidak ada perbedaan kelekatan pada orangtua antara laki-laki dan perempuan, namun ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kaitannya dengan kelekatan pada teman. Brown dan Klute (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2009) menjelaskan, pertemanan pada remaja perempuan memang lebih intim dibanding pertemanan pada remaja laki-laki. Hal ini juga menjelaskan hasil penelitian Inda, Rodriguez, dan Pena (2013) bahwa perempuan lebih mempersepsi dukungan dari teman dibanding laki-laki. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menemukan beberapa kendala. Saat pengambilan data, peneliti kurang memiliki waktu untuk memeriksa kembali kelengkapan isi kuesioner. Selain itu, beberapa partisipan juga tidak memeriksa kembali pengisian kuesioner. Kurang terpantaunya pengisian kuesioner oleh subjek membuat beberapa kuesioner tidak terisi lengkap dan tidak dapat diikutsertakan dalam pengolahan data. Peneliti berusaha
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
menghubungi partisipan yang kurang lengkap dalam mengisi kuesioner, namun hanya beberapa yang merespon dan memberikan kelengakapan data. Selain itu, penelitian ini hanya mengambil sampel dari tiga sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013. Hal ini terjadi karena peneliti terkendala oleh ijin dari pihak sekolah. Agenda sekolah yang sedang sibuk mempersiapkan ujian akhir semester menjadi alasan beberapa sekolah tidak memberikan ijin untuk pengambilan data. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kelekatan pada orangtua dan teman, sebaiknya pada penelitian ke depan digunakan pula uji kualitatif. Penelitian ini hanya melihat perbandingan besar kontribusi kelekatan pada orangtua dan kelekatan pada teman dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Pada penelitian berikutnya, mungkin dapat dianalisis apakah ada perbedaan jenis kontribusi kelekatan pada orangtua dan kelekatan pada teman dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kelekatan pada orang tua dan teman dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier, kesimpulan yang didapat: •
kelekatan pada orangtua berhubungan secara positif signifikan dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier,
•
kelekatan pada teman sebaya berhubungan secara signifikan dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier
•
Kelekatan pada orangtua berkontribusi lebih besar terhadap varians efikasi diri pengambilan keputusan karier. Selain itu, peneliti juga melakukan analisis tambahan terkait efikasi diri pengambilan
keputusan karier dan kelekatan pada orangtua dan teman. Hasilnya, jumlah konsultasi pada ayah memiliki hubungan yang signifikan dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Peneliti juga menemukan bahwa meskipun tidak ada perbedaan kualitas kelekatan pada orangtua antara siswa laki-laki dan perempuan, namun dijumpai terdapat perbedaan kualitas kelekatan pada teman antara siswa laki-laki dan perempuan. Siswa perempuan memiliki kualitas kelekatan pada teman yang lebih tinggi secara signifikan dibanding siswa laki-laki. Hasil lainnya yang peneliti peroleh adalah terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan pada ayah dengan frekuensi konsultasi karier pada ayah, serta antara kelekatan pada ibu dengan frekuensi konsultasi karier pada ibu.
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
Saran Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberikan beberapa saran metodologis sebagai berikut: 1. Agar mendapatkan gambaran yang komprehensif, peneliti dapat melakukan uji kualitatif untuk melihat kelekatan dengan orangtua dan teman 2. Sebaiknya peneliti juga melihat apakah ada perbedaan jenis kontribusi dari kelekatan pada orangtua dan kelekatan pada teman terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karier 3. Melihat adanya perbedaan kualitas kelekatan pada teman sebaya antara siswa laki-laki dan perempuan, pada penelitian berikutnya dapat dilakukan perbandingan hubungan kelekatan pada teman sebaya dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier antara siswa laki-laki dan perempuan. Dari hasil penelitian ini, saran praktis yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Melihat peran kelekatan pada orangtua yang signifikan dalam efikasi diri pengambilan keputusan karier, maka orangtua hendaknya mengupayakan terciptanya kelekatan sehingga orangtua dapat menjadi tempat bagi siswa untuk berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan peminatan. 2. Pihak sekolah dapat bekerjasama dengan orangtua dan siswa-siswa dalam membantu siswa memilih peminatan dengan baik. Sekolah dapat memberikan penyuluhan pada orangtua untuk membantu dan mendukung siswa dalam mempertimbangkan dan menentukan peminatan. Sekolah juga dapat memberikan model pada siswa untuk meningkatkan efikasi diri siswa. Sumber Referensi Allen, J. P. (2008). The attachment system in adolescence. Handbook of attachment. Cassidy, J., & Shaver, P. R. (eds.). New York: The Guilford Press. Armsden, G. C., & Greenberg, M. T. (1987). The inventory of parent and peer attachment: Individual differences and their relationship to psychological well-being in adolescence. Journal of youth and adolescence, 16(5), 427-454. DOI: 0047-2891/87/10000427505.00/0. Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological review, 84(2), 191-215.
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
Bandura, A. (1995). Exercise of personal and collective efficacy in changing societies. Self efficacy in changing societies (diedit oleh Albert Bandura), 1,1-45 . New York: Cambridge University Press. Betz, N. E., & Luzzo, D. A. (1996). Career Assesment and the Career Decision-Making SelfEfficacy Scale. Journal of Career Assesment, 4(4), 413-428. DOI: 10.1177/106907279600400405 Betz, N. E., Klein, K. L., & Taylor, K. M. (1996). Evaluation of a short form of the career decision-making self-efficacy scale. Journal of career assesment, 4(1), 47-57. DOI: 10.1177/106907279600400103 Betz, N. E., Taylor, K. M. (2006). Manual for The Career Decision Self Efficacy Scale and CDSE-Short Form. Unpublished material. Blustein, D. L., Walbridge, M. M., Friedlander, M. L., & Palladino, D. E. (1991). Contributions of psychological separation and parental attachment to the career development process. Journal of counseling psychology, 38(1), 39-50. DOI: 00220167/91A3.00 Bowlby, J. (1982). Attachment and loss (2nd ed.). New York: Basic Books. Brown, S. D., & Lent, R. W. (2013). Social cognitive career theory. Career development and counseling, 115-145. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Creed, P. A., Patton, W., & Watson, M. B. (2002). Cross-cultural equivalence of the career decision-making self-efficacy scale-short form: An Australian and South African comparison. Journal of career assesment, 10(3), 327-342. DOI: 10.1177/10672702010003004. Dietrich, J., Kracke, B., Nurmi, J. (2011). Parents` role in adolescents` decision on a college major: A weekly diary study. Journal of Vocational Behavior, 79, 134-144. Doi: 10.1016/j/jvb.2010.12.003 Felsman, D. E., & Blustein, D. L. (1999). The role of peer relatedness in late adolescence career development. Journal of vocational behavior, 54, 279-295. Garcia, P. R. J. M., Restubog, S. L. D., Toledano, L. S., Tolentino, L. R., & Rafferty, A. E. (2012). Differential moderating effects of student- and parent-rated support in the relationship between learning goal orientation and career decision-making self-efficacy. Journal of career assesment, 20(1), 22-33. DOI: 10.1177/1069072711417162. Germeijs, V., Verschueren, K., &Soenens, B. (2006). Indecisiveness and high school students’ career decision making process: Longitudinal associations and the mediational role of anxiety. Journal of counseling psychology, 53(4), 397-410. DOI: 10.1037/00220167.53.4.397 Giri, P. W. (2013). Hubungan adolescence-parent career congruence dan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada siswa kelas X SMA. Depok: Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Gravetter, F. J., & Wallnau, L. B. (2007). Statistics for the behavioral sciences (7th ed.). Belmont: Thomson Higher Education. Guay, F., Senecal, C., Gauthier, L., & Fernet, C. (2003). Predicting career indecision: A selfdetermination theory perspective. Journal of counseling psychology, 50(2), 165-177. DOI: 10.1037/0022-0167.50.2.165. Gushue, G. V. (2006). The relationship of ethnic identity, career decision-making selfefficacy and outcome expectations among Latino/a high school students. Journal of vocational behavior, 68, 85-95. doi:10.1016/j.jvb.2005.03.002 Gushue, G. V., Scanlan, K. R. L., & Pantzer, K. M. (2006). The relationship of career decision-making self-efficacy, vocational identity, and career exploration behavior in
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
African American high school students. Journal of career development, 33 (1), 19-28. DOI: 10.1177/0894845305283004. Kaplan, R. M., & Saccuzzo, D. P. (2005). Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues (6th Ed.). Nelson: Wadsworth. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Sistem elektronik pemantauan implementasi kurikulum 2013 (EPIK). Diakses dari http://kurikulum.kemdikbud.go.id/public/school tanggal 16 Juni 2014 pukul 15.00 WIB. Kumar, R. (2005). Research methodology: A step-by-step guide for beginners (2nd ed.). London: SAGE Publications, Ltd. Lee, S. A., Lee, H. S., Song, H. S., & Kim, S. G. (2012). The relationship between attachment and career maturity: The mediating role of self-efficacy. International Social Work, 1-12. DOI: 10.1177/0020872812456053 Hackett, G. (1995). Self-efficacy in career choice and development. Self efficacy in changing societies (diedit oleh Albert Bandura), 8, 232-258. New York: Cambridge University Press. Inda, M., Rodriguez, C., Pena, J.V. (2013). Gender differences in applying social cognitive career theory in engineering students. Journal of Vocational Behavior, 83, 346-355. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. EPIK: Sistem elektronik pemantauan implementasi kurikulum 2013. Diakses dari http://kurikulum.kemdikbud.go.id/public/school tanggal 1 Oktober 2013 jam 17.31 WIB. Lease, S. H., & Dahlbeck, D. T. (2009). Parental influences, career decision-making attributions, and self-efficacy: Differences for men and women?. Journal of career development, 36(2), 95-113. DOI: 10.1177/0894845309340794. Lee, S. A., Lee, H. S., Song, H. S., & Kim, S. G. (2012). The relationship between attachment and career maturity: The mediating role of self-efficacy. International social work, 1-16. DOI: 10.1177/0020872812456053. Lent, R. W. (2005). A social cognitive view of career development and counseling. Career development and counseling. Brown, S. D., & Lent, R. W. (Eds.) New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Lent, R. W. (2013). Social cognitive career theory. Career development and counseling: Putting theory and research to work (2nd Ed.). Brown, S. D., & Lent, R. W. (Eds). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. .Miguel, J. P., Silva, J. T., & Prieto, G. (2013). Career Decision Self-Efficacy Scale — Short Form: A Rasch analysis of the Portuguese version. Journal of Vocational Behavior, 82, 116-123. http://dx.doi.org/10.1016/j.jvb.2012.12.001. Monash Engineering. (2011). Women in engineering. Diakses dari http://50years.eng.monash.edu.au/studying/women-in-engineering/ tanggal 14 April 2014 pukul 13.30 WIB. Nawaz, S., & Gilani N. (2011). Relationship of parental and peer attachment bonds with career decision-making self-efficacy among adolescents and post-adolescents. Journal of behavioral sciences, 21 (1), 33-47. Diakses dari http://search.proquest.com/docview/878948653/1414026EA4623CC0BB8/1?accountid=1 7242 tanggal 13 September 2013 pukul 17.00 WIB. Nickerson, A. B., & Nagle, R. J. (2005). Parent and peer attachment in late childhood and early adolescence. Journal of early adolescence, 25(2), 223-249. DOI: 10.1177/0272431604274174 Nunnally, J. C., & Bernstein, I. H. (1994). Psychometric Theory (3rd Ed.). New York: McGraw-Hill.
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development (11th ed.). New York: McGraw-Hill Restubog, S. L. D., Florentino, A. R., & Garcia, P. R. J. M. (2010). The mediating roles of career self-efficacy and career decidedness in the relationship between contextual support and persistence. Journal of Vocational Behavior, 77(2), 186-195. Santrock, J. W. (2006). Life-span development (10th eds). New York: McGraw-Hill. Sawitri, D. R. (2008). Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karier terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karier pada Siswa SMA Kelas 12. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UI. Sawitri, D. R. (2009). Pengaruh status identitas dan efikasi diri keputusan karier terhadap keraguan mengambil keputusan karier pada mahasiswa tahun pertama di Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip, 5(2). Sawitri, D. R., Creed, P. A., & Zimmer-Gembeck, M. J. (2013). Parental influences and adolescent career behaviours in a collectivist cultural setting. International Journal for Educational and Vocational Guidance. DOI: 10.1007/s10775-013-9247-x Sharf, R. S. (2010). Applying career development theory to counseling (5th ed.). Belmont: Brooks/Cole CENGAGE Learning. Solo Pos. (24 Juli 2013). Kurikulum 2013: Pemindahan peminatan SMA harus dilakukan segera. Diakses dari http://www.solopos.com/2013/07/24/kurikulum-2013-pemindahanpeminatan-sma-harus-dilakukan-segera-429995 tanggal 13 September 2013 pukul 13.34 WIB. Suara Pembaruan. (11 Juli 2013). Kurikulum 2013, peminatan di SMA sesuai rapor dan wawancara. Diakses dari http://www.suarapembaruan.com/home/kurikulum-2013peminatan-di-sma-sesuai-rapor-dan-wawancara/38170 tanggal 13 September 2013 pukul 13.30 WIB. Super, D. E. (1980). A life-span, life-space approach to career development. Journal of vocational behavior, 16, 282-298. Diunduh dari www.sciencedirect.com/science/article/pii/000187918090056 tanggal 1 Oktober 2013 pukul 17.02 WIB.
Sutrisno, M. (2005). Sejarah filsafat nusantara: alam pikiran Indonesia. Yogyakarta: Galangpress Group. Taylor, K. M., & Betz, N. E. (1983). Applications of self-efficacy theory to the understanding and treatment of career indecision. Journal of vocational behavior, 22, 63-81. Diunduh dari http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0001879183900064 tanggal 2 Oktober 2013 pukul 11.57 WIB. University College London. (2014). Child attachment interview. Diakses dari http://www.ucl.ac.uk/psychoanalysis/research/cai.htm tanggal 18 Maret 2014 pukul 22.57 WIB. Wolfe, J. B., & Betz, N. E. (2004). The relationship of attachment variables to career decision-making self-efficacy and fear of commitment. The career development quarterly, 52(4), 363-369. Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/219445099/1414029A0E813313E67/1?accountid=17 242 tanggal 17 September 2013 pukul 13.30 WIB. Wright, S. L., & Perrone, K. M. (2008). The impact of attachment in career-related variables: A review of the literature and proposed theoretical framework to guide future research. Journal of career development, 35(2), 87-106. DOI: 10.1177/0894845308325643. Zunker, V. G. (2012). Career counseling: A holistic approach. Canada: Brooks/Cole, Cengage Learning.
Hubungan Kelekatan..., Berlian Damenia Manuella, FPSI UI, 2014