e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
HUBUNGAN TINGKAT KELEKATAN DENGAN KEMAMPUAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI KELURAHAN BANYUNING Tri Gatari Ernawati1, I Made Tegeh2, Luh Ayu Tirtayani3 1,3
Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri pada anak usia 5-6 tahun di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri pada anak usia 5-6 tahun di Kelurhan Banyuning Kecamatan Buleleng. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling tabel Krejcie and Morgan dengan jumlah sampel sebanyak 66 subjek. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan analisis statistik korelasi Product Moment dengan memanfaatkan program SPPS 16.0 For Windows. Hasil menunjukkan besarnya koefisien korelasi sebesar r=0,63 dengan p=0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri pada anak usia 5-6 tahun di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng. Hal tersebut menjadikan hipotesis penelitian yang diajukan dapat diterima. Kata-kata kunci: kemampuan, kebersihan diri, tingkat kelekatan.
Abstract This study aims to find a significant relationship between the level of attachment and the ability of personal hygiene in children aged 5-6 years in Kelurahan Banyuning, KecamatanBuleleng. This study was a correlational study which used a quantitative approach. The hypothesis of this study was there is a significant relationship between the level of attachment and the ability of personal hygiene in children aged 5-6 years in KelurahanBanyuning, KecamatanBuleleng. The sampling method used in this study was Krejcieand Morgan table sampling techniquewith total sample of 66 subjects. The data were collected by questionnaire. Furthermore, the data were analyzed by Product Moment statistical analysis of the correlation by using SPSS 16.0 program for Windows. The resultof this study indicated the correlation coefficient of r = 0.63, with p = 0.000 (p <0.01). It can be concluded that there is a significant positive correlation between the level of attachment and the ability of personal hygiene in children aged 5-6 years in KelurahanBanyuning, KecamatanBuleleng, so the hypothesis is accepted. Keywords: ability, personal hygiene, level of attachment
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Anak usia dini merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga dewasa. Anak dapat tumbuh dan perkembang secara maksimal jika orang tua memahami bagaimana harus bersikap dan mendidik yang sesuai dengan perkembangannya. Selama proses mengasuh dan mendidik anak, muncullah suatu kelekatan antara orang tua dan anak. Kelekatan menurut (Papalia, Olds & Feldman, 2009) adalah suatu ikatan timbal balik yang bertahan antara dua orang, tentang bayi dan pengasuh yang masingmasing berkontribusi kepada kualitas hubungan. Dalam pembentukkan kelekatan orang tua diharuskan mampu untuk menimbulkan rasa kepercayaan pada anak sejak bayi. Hal ini sejalan dengan pemaparan (Papalia dkk, 2009) bahwa model kerja bayi tentang kelekatan berhubungan dengan konsep basic trust Erikson, dimana Erikson memandang trust sebagai kesesuaian antara kebutuhankebutuhan bayi dengan dunia sekitarnya, yang mana dimaksud disini adalah terpenuhinya kebutuhan bayi dan orang tuanya, sehingga terbentuk rasa aman pada diri anak saat berada bersama dengan orang tua. Kelekatan anak pada orang tua dapat menimbulkan berbagai macam perilakuperilaku tertentu. Anak akan merasa tidak nyaman dan takut ketika ditinggal oleh ibunya, anak membutuhkan sosok yang mampu melindungi dan membuatnya aman. Anak merasa nyaman ketika mendengar suara figur lekat. Sementara itu (Hurlock, 1996 : 136) berpendapat bahwa anak lebih tergantung orang tua dalam hal perasaan aman dan kebahagiaan, maka hubungan yang buruk dengan orang tua akan berakibat sangat buruk. Peran orang tua sangat besar pengaruhnya dalam menunjang kualitas kesehatan anak. Orang tua merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Orang tua sebagai sosok utama yang mempunyai keterlibatan langsung dalam perawatan, perkembangan anak dan pemberian nutrisi pada anak. Rutinitas kedua orang tua yang padat menyita seluruh waktu bersama anak
mengakibatkan pengasuhan anak digantikan oleh pengasuh seperti neneknya, atau saudara dekat. Kesibukan orang tua mengakibatkan hubungan yang tidak harmonis antara orang tua dan anak. Sehingga kebutuhan hidupnya tercukupi seperti kebutuhan akan kasih sayang, keamanan, perhatian dan kurang pengawasan. Anak merasa tidak diperhatikan dan tidak dianggap sehingga anak mencari obyek lekat selain orang tuanya atau mencari kegiatan lain. Perilaku hidup sehat merupakan perilaku-perilaku yang berkenaan dengan kegiatan untuk memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan (Becker dalam Notoatmodjo, 2012). Perilaku hidup sehat harus di ajarkan pada anak sejak dini yaitu pembiasaan yang dilaksanakan dalam keseharian. Notoatmodjo, dkk (2012) menyatakan bahwa perilaku hidup sehat pada anak TK dan RA (model lembaga PAUD untuk anak usia empat sampai lima tahun) adalah kebersihan diri sendiri. Senada dengan kurikulum yang memuat salah satu tingkat pencapaian perkembangan motorik kasar anak usia lima sampai enam tahun adalah harus mampu melakukan kegiatan kebersihan diri. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak usia dini biasanya berkaitan dengan kebersihan diri. Masalah ini memerlukan perhatian baik secara teknik perawatan, pengetahuan, pemberian informasi, dan pemantauan perilaku hidup sehat. Hal ini di tujukkan untuk membiasakan hidup bersih pada anak dan sebaiknya dilakukan sedini mungkin karena kebiasaan yang ditanamkan akan berpengaruh terhadap perilaku sehat anak (Pratiwi, 2011). Usia anak usia 4-6 tahun merupakan masa yang paling tepat untuk melatih kebersihan diri anak. Kemandirian anak dapat terlihat dalam berbagai hal seperti bersosialisai, belajar, dan berperilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat sangat erat kaitannya dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang meliputi makanan dan menu seimbang, olahraga teratur, istirahat
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) cukup, dan kebersihan diri (Notoatmodjo, 2002). Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi tantangan utama dan penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian anak (PT Uniliver, 2014). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Bank Dunia ini mendapati pada tahun 2012 sekitar 6,6 juta anak meninggal sebelum mencapai usia lima tahun (Schlein, 2013). Menurut data tahun 2008 di Indonesia, angka kematian balita adalah sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup atau ada lebih dari 200.000 balita Indonesia yang meninggal setiap tahunnya. Penyakit dapat terjadi karena kurangnya perawatan kebersihan diri pada anak. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati, dkk (2011) didapatkan adanya hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare pada anak yaitu 86,4% terkena diare dikarenakan kurangnya pemahaman orang tua tentang mencuci tangan sebelum makan. Menurut Kadun (2007) dalam (Kusmawati, dkk 20011) penyebab utama diare adalah minimnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Salah satunya karena pemahaman mencuci tangan dengan sabun secara bersih kurang. Berdasarkan kajian WHO, cuci tangan dengan sabun mengurangi angka kejadian diare sebanyak 47%. Kematian anak sebagian besar dipengaruhi oleh beberapa penyakit diare, pneumonia, malaria dan infeksi saluran napas (Mawarni, 2014). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fitri, dkk (2012) mendapatkan hasil bahwa selain cuci tangan kebersihan kuku mempunyai hubungan yang erat dengan kejadian kecacingan pada siswa SD, sebanyak 60% siswa positif terkena kecacingan dan 40% negatif. Kematian anak sebagian besar dipengaruhi oleh beberapa penyakit diare, pneumonia, malaria dan infeksi saluran napas (Mawarni, 2014). Upaya memelihara kebersihan pribadi anak tidak lepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan kesehatan pada kususnya. Menjaga kebersihan pribadi secara optimal tidak
mungkin dapat terwujud tanpa adanya penanaman sikap hidup bersih dan teladan dari orang tua dan masyarakat sekitarnya. Adapun yang diharapkan dari kebersihan anak adalah agar anak mengetahui manfaat dan pentingnya kebersihan. Adapun kegiatan kebersihan diri yang menjadi fokus dalam penelitian ini meliputi memotong kuku tangan, mencuci tangan, dan menggosok gigi dengan cara yang benar . ketiga hal ini merupakan perilaku sederhana yang berdampak baik untuk kesehatan anak. pemeliharaan kebersihan kuku dan tangan merupakan salah satu upaya menjadi kondisi kuku dan tangan senantiasa bersih dan menghilangkan kuman yang biasanya terdapat dalam tangan dan masuk melalui mulut begitu pula dengan upaya pembiasaan menggosok gigi yang benar pada dasarnya ditujukan untuk menjaga kesehatan gigi anak. melalui berbagai pembiasaan tersebut diharapkan mampu menjadikan anak sebagai individu yang sehat dan mampu menjaga kesehatan diri. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, pada 10 orang tua dan guru di TK Di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng ada 8 anak yang pemenuhan kebersihan diri seperti cuci tangan masih minta ditemani orang tua, mandi masih sangat dibantu oleh orang tua. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak tega jika melihat anaknya melakukan kegiatan sehari-harinya sendiri, selain itu mereka juga mengatakan tidak sabar jika anak sedang melakukan usahanya, namun sampai waktu yang begitu lama belum juga memperlihatkan keberhasilannya. Hanya 2 orang tua saja yang mengatakan anaknya bisa melakukan kegiatan kebersihan diri yang berupa mandi sendiri, cuci tangn sendiri sebelum dan sesudah makan, dan memotong kuku. Berdasarkan fenomena diatas, dan pentingnya kelekatan terhadap kemandirian diri anak peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Kelekatan Dengan Kemampuan Kebersihan Diri Pada Anak Usia 5-6 tahun Di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng”. Menurut Monks (2006:110), kelekatan adalah mempertahankan kontak dengan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) orang-orang yang tertentu saja. Orang pertama yang dipilih anak dalam kelekatan adalah ibu (pengasuh), ayah atau saudarasaudara dekatnya. Sedangkan menurut Santrock (2007 : 36), kelekatan adalah ikatan emosional yang erat diantara dua orang. Kelekatan ini mengacu pada suatu relasi antara dua orang yang memiliki perasaan yang kuat satu sama lain dan melakukan banyak hal bersama untuk melanjutkan relasi itu. Anak yang mendapatkan kelakatan (Attachment) yang cukup pada masa awal perkembangannya akan merasa dirinya aman dan lebih positif terhadap kelompoknya, menunjukkan ketertarikan yang lebih besar terhadap orang lain di dalam mengajak bermain atau ketika digendong. Berarti anak ini bersifat sosial tidak hanya dengan ibu atau pengasuhnya tetapi juga pada orang lain dengan beda usia atau kelompok. Sebaliknya anak yang memiliki kelekatan yang tidak aman/kuat (Insecure) takut terhadap orang asing dan akan merasa sedih dan terganggu oleh perpisahan yang terjadi sehari-hari dengan ibu atau pengasuhannya. Kelekatan mengacu pada aspek hubungan antara orang tua yang memberikan anak perasaan aman, terjamin dan terlindungi serta memberikan dasar yang aman. Dalam masa kanak-kanak hubungan bersifat asimetris yaitu anak mendapatkan keamanan dari orang tua, akan tetapi tidak sebaliknya. Di masa dewasa, kelekatan mencakup hubungan timbal balik dan saling menguntungkan di mana pasangan memberikan tempat dan rasa aman satu sama lain. Banyak anggapan seringkali menyamakan kelekatan dengan ketergantungan, padahal kedua istilah tersebut mengandung arti yang berbeda. Ketergantungan anak pada sosok figur lekat akan timbul jika tidak ada rasa aman pada diri anak. Rasa aman itu sendiri bisa terwujud karena figur lekat memberikan cinta dan kasih sayang yang cukup, selalu siap mendampingi anak, sensitiv dan responsif, selalu menolong ketika anak terjebak dalam kondisi yang mengancam atau menakutkan, dan tercukupi akan kebutuhan-kebutuhan anak. Jika rasa aman itu tidak terjadi maka hal itu dapat
menimbulkan rasa ketergantungan pada figur tertentu. Sedangkan menurut Soetjiningsih (2012:154) bahwa pada ketergantungan pemenuhan keinginan bukan bukan hal yang pokok dan kelekatan selalu ditunjukkan pada sembarang orang. Pada kelekatan, pemenuhan keinginan bukan hal yang pokok dan kelekatan selalu tertuju pada figur atau orang tertentu saja. Ketergantungan pada anak biasanya ditunjukkan dengan anak mau makan jika ibu yang menyuapi, anak tidak mau berangkat sekolah jika tidak ditemani oleh ibu, anak menyontek tugas temannya, dan anak hanya mau berteman dengan satu teman. Sementara itu bentuk kelekatan pada anak yaitu menangis jika ditinggal pergi oleh figur lekat pergi. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kelekatan adalah ikatan antara dua orang atau lebih serta mengikat satu sama lain yang menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam kurun waktu dan ruang tertentu, dalam hal ini hubungan ditunjukkan kepada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak berada disamping anak. Kebersihan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006). Kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis (Wartonah, 2010). Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat supaya tidak menyebarkan kotoran, atau menular kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan diri meliputi kebersihan badan, seperti mandi menyikat gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Upaya memelihara kebersihan pribadi anak tidak lepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan kesehatan pada khususnya, karena menjaga kebersihan pribadi secara optimal tidak mungkin dapat terwujud tanpa adanya penanaman sikap hidup bersih dan teladan dari orang tua dan masyarakat sekitarnya. Membiasakan hidup bersih dan sehat
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) sebaiknya dimulai sejak dini karena kebiasaan yang baik maupun buruk biasanya terjadi tanpa disadari oleh yang memiliki kebiasaan itu. Hal ini disebabkan karena kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga kebiasaan tersebut seolaholah telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari orang yang memilikinya. Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebersihan diri sendiri merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang. METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional yang menggunakan . Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini tidak dilakukan perlakuan (treatment) terhadap variabel-variabel penelitian. Disamping itu penelitian ini hanya mengungkapkan data atau informasi secara wajar dari responden. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei-Juni tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini yaitu anak usia 5-6 tahun di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng yang berjumlah 80 subjek. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian yaitu tabel Krejcie and Morgan. Untuk menentukan jumlah sampel menurut teori ini, telah tersedia tabel ukuran populasi dan rasio jumlah sampel yang harus diambil. Dengan demikian, jumlah sampel penelitian sebanyak 66 subjek. Adapun variabel yang diteliti terdiri dari dua variabel yaitu, (1) tingkat kelekatan sebagai variabel bebas, (2) kemampuan kebersihan diri sebagai variabel terikat. Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: (1) tingkat kelekatan, (2) kemampuan kebersihan diri. Semua data dikumpulkan dengan metode kuesioner. Nurkancana (2000:45) mengatakan bahwa, “kuesioner merupakan suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengajukan suatu daftar pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu, dan individuindividu yang diberikan daftar pertanyaan tersebut diminta untuk memberikan jawaban secara tertulis pula.” Keuntungan dengan menggunakan metode kuesioner
adalah pengumpulan data terhadap sejumlah individu dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Sebelum kuesioner dapat digunakan untuk mengumpulkan data, kuesioner terlebih dahulu harus diuji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas merupakan proses pengujian terhadap kualitas kuesioner. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah pernyataan-pernyataan dalam kuesioner sudah valid dan reliabel sehingga dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data. Analisis dimulai dengan menguji validitas isi, validitas butir dan selanjutnya uji relibilitas dari masing masing kuesioner. Validitas isi merupakan validitas yang ditentukan oleh derajat representatif butirbutir instrumen yang telah disusun terhadap keseluruhan materi yang hendak diukur. Sebelum diuji coba kepada responden, butir-butir instrumen harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada para pakar (judges) untuk dilakukan penilaian atau pengkajian terhadap kesesuaian item-item instrumen dengan kisi-kisinya. Kuesioner kemandirian dalam mengambil keputusan diuji oleh dua orang pakar (expert judges). Setelah diuji validitas isi, kemudian dilanjutkan dengan uji validitas butir. Analisis validitas butir dilakukan dengan menggunakan Product Moment dengan bantuan fungsi-fungsi dalam excel. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap item dengan taraf signifikasi 0,05 atau 5%. Item yang mempunyai korelasi positif berada diatas rtabel. Jika rhitung>rtabel menunjukkan bahwa item tersebut valid. Setiap item atau butir yang valid akan diuji reliabilitas.Sedangkan item dan butir yang tidak valid, tidak diuji realiabilitas. Uji reliabilitas mengacu kepada ketetapan hasil pengukuran, yang berarti bahwa hasil pengukuran akan relatif tetap sama walaupun dilakukan pengukuran berulang-ulang terhadap subyek yang sama. Uji reliabilitas dianalisis menggunakan rumus alpha Cronbachdengan bantuan fungsi-fungsi dalam program excel. Setelah diuji validitas dan reliabilitas, maka instrumen sudah dapat digunakan untuk mengumpulkan data
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) penelitian, yang dalam hal ini adalah pola asuh orang tua dan tingkat kemandirian Metode analisis data terdiri dari analisis deskripsi data, uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. Deskripsi data digunakan untuk menggambarkan data pada masingmasing variabel. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan melakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan dari hasil uji judges dari kedua pakar, instrumen tingkat kelekatan yang terdiri dari 35 butir pernyataan, diperoleh koefisien validitas sebesar 1,00.
No. 1. 2.
Ini berarti kuesioner yang digunakan untuk mengukur pola asuh orang tua dan tingkat kemandirian berada pada kategori sangat tinggi dan siap diuji kelapangan. Dari hasil pengujian validitas butir dengan menggunakan 35 butir pernyataan yang diujicobakan kepada 66 responden menggunakan fungsi-fungsi dalam Microsoft Office Excel, output analisis menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan valid. Nilai rhitungkuesioner tingkat kelekatan dan kemampuan kebersihan diri bergerak dari 0,24 dan lebih besar dari nilai rtabel=0,159 dengan N=66 dan taraf signifikansi 5%. Berikut disajikan tabel rekapitulasi uji validitas butir kuesioner.
Tabel 01.Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Butir Kuesioner Validitas Jumlah Jenis Kuesioner Butir Soal Valid Drop Tingkat Kelekatan 15 15 Kemampuan 15 15 kebersihan diri
Analisis reliabilitas kuesioner pola asuh orang tua dalam tingkat kemandirian dilakukan untuk butir yang valid. Dari analisis validitas butir, dapat diketahui seluruh butir pernyataan terkategori valid. Untuk menentukan reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach. Dari hasil pengujian reliabilitas dengan menggunakan
fungsi-fungsi dalam Microsoft Office Excel, instrumen penelitian tingkat kelekatan dan kemampuan kebersihan diri memiliki ralpha sebesar 0,94. Lebih besar dari rtabel=0,159, dengan N=66 dan taraf signifikansi 5%. Berikut disajikan tabel rekapitulasi uji reliabilitas.
Tabel 02.Hasil Rekapitulasi Uji Reliabilitas Kuesioner No. 1. 2.
jenis Tingkat Kelekatan Kemampuan kebersihan diri
jumlah
Derajat
Kategori
15
0,79
Sangat Tinggi
15
0,72
Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 02 dapat disimpulkan masing-masing instrumen penelitian dinyatakan memiliki reliabilitas yang sangat kuat. Jadi instrumen ini layak dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian.
Sebelum melakukan uji hipotesis menggunakan teknik analisis regresi sederhana terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji linearitas.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Tabel 03. Hasil Ringkasan uji normalitasTingkat kelekatan (X) Kolmogorov-Smirnov Statistic X
,096
a
Df 66
Keterangan
Shapiro-Wilk
Sig. ,200*
Statistic ,936
Berdasarkan tabel 03 uji normalitas sebaran data menunjukkan bahwa untuk data tingkat kelekatan memiliki nilai
Df
Sig. 66
,045
Normal
signifikan Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,20 (sig. > 0,05) maka data tingkat kelekatan berdistribusi normal.
Tabel 04 Hasil Ringkasan uji normalitas Kemampuan kebersihan diri (Y) Keterangan Kolmogorov-Smirnov Statistic Y
,096
Df
a
Shapiro-Wilk Sig.
66
Statistic
,200*
Berdasarkan tabel 04 hasil uji normalitas untuk data kemampuan kebersihan diri memiliki nilai signifikan Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,20 (sig. > 0,05). Hal ini berarti sebaran data tingkat kelekatan dan kemampuan kebersihan diri berdistribusi secara normal. Setelah uji normalitas selanjutnya uji linearitas. Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui bentuk hubungan antara X
Df
Sig.
,936
66
Normal
,1205
dengan Y. Jika angka Sig. Deviation from Linearity> 0,05 maka terjadi kelinearan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Hasil analisis uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui bentuk hubungan antara X dengan Y. Jika angka Sig. Deviation from Linearity> 0,05 maka terjadi kelinearan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Tabel 05 Hasil Rekapitulasi uji linearitis
Kelekatan * Kebersihan Diri
22
Mean Square 48,354
1,031
,452
139,350 924,442
1 21
139,350 44,021
2,970 ,938
,092 ,549
Within Groups
2017,239
43
46,913
Total
3081,030
65
Between Kemampuan Groups
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
Berdasarkan tabel 05 hasil analisis uji linearitis tingkat kelekatan terhadap kemampuan kebersihan diri menunjukkan F-hitung= 0,938 dan Sig. Deviation from
Sum of Squares 1063,791
df
F
Sig.
Linearity = 0,549. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat kelekatan memiliki hubungan yang linier dengan kemampuan kebersihan diri.
Untuk mengetahui persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 06 sebagai berikut:
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Tabel 06 Hasil Regresi Model
Unstandardized Coefficients
B 60,030
(Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error 1,637
Sig.
Beta
Kelekatan dan 3,061 1,035 Kemampuan Kebersihan Diri a. Dependent Variable: Hasil kelekatan dan kemampuan kebersihan diri
,251
1
Persamaan garis regresi Y= 60,030 + 3,061. Nilai Y adalah nilai untuk kemampuan kebersihan diri dan nilai X adalah nilai untuk tingkat kelekatan. Tanda positif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kelekatan akan diikuti penambahan
t
36,673
,000
2,956
,004
pencapaian kemampuan kebersihan diri anak pada usia 5-6 tahun di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng sebesar 3,061 pada setiap unit perubahan kelekatan. Social Science (SPSS) versi 16.0 for windows untuk melihat hubungan tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri anak secara mendalam.
Uji Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini semua hipotesis diuji dengan menggunakan analisis Product Moment dengan bantuan Statical Program For
Tabel 07 Hasil Hipotesis Kelekatan 1
Pearson Correlation Kelekatan
66 -,213
Pearson Correlation
66 1
,086
Sig. (2-tailed) N
Berdasarkan tabel 07 hasil analisis regresi sederhana hubungan tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri anak di tunjukkan dengan skor rxy = 0,213 dengan p= 0,000 (p,0,05). Arah hubungan yang positif menunjukkan bahwa
,213 ,086
Sig. (2-tailed) N
Kemampuan Kebersihan Diri
Kemampuan Kebersihan Diri
66
66
semakin tinggi kelekatannya semakin tinggi kemampuan kebersihan diri anak. tingkat signifikan atau positif antara tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri
Tabel 08 Hasil Analisis Besar Koefisien Regresi Model
1
R
R Square ,251
a
,063
Adjusted R Square ,056
Std. Error of the Estimate 5,947
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Hasil analisis regresi sederhana hubungan tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri di tunjukkan dengan skor rxy=0,213 dengan p=0,000 (p<0,05). Arah hubungan perhitungan uji hipotesis dengan teknik analisis regresi sederhana menunjukan bahwa hipotesis X dan Y di dapatkan (r=0,63) atau 63%. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri. Mengacu pada hasil analisis tersebut, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa “Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri pada anak usia 5-6 tahun di Kelurahan Banyunung Kecamatan Bueleng. Berikut ini hasil perhitungan uji hipotesis dengan teknik analisis regresi sederhana menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Hasil analisis data dan uji hipotesis yang telah disajikan pada pemaparan diatas, dapat disimpilkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima. Terjadi hubungan yang signifikan antara tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri anak. Jadi semakin tinggi tingkat kelekatannya semakin tinggi kemampuan kebersihan diri. Begitupun sebaliknya semakin buruk kelekatan orang tua pada anak maka semakin rendah pula tingkat kemampuan kebersihan diri anak. Dengan demikian hasil penelitian ini telah memenuhi tujuan penelitian. Hubungan tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri dalam penelitian diukur dengan menggunakal skala, dimana semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri anak. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh responden maka akan menunjukkan semakin rendah pula tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri anak. Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri anak, peneliti menggunkan skala tingkat kelekatan dan skala kemampuan kebersihan diri. Skala tingkat kelekatan dan skala kemampuan kebersihan diri anak dijabarkan dalam 30 item pernyataan yang disusun berdasarkan skala likert dengan
dengan 5 pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS) diberi skor 5, sesuai (S) diberi skor 4, kurang sesuai (KS) diberi skor 3, tidak sesuai (TS) diberi skor 2, sangat tidak sesuai (STS) diberi skor 1. Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS VERSI 16.0 diperoleh hubungan variabel tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri ditunjukkan dengan skor rxy = 0,63 dengan p = 0,000 (p<0,05). Arah hubungan yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kelekatannya semakin tinggi kemampuan kebersihan diri anak. berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri anak, maka hipotesis yang diajukan diterima. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti mendukung konsep-konsep teori menurut Bowbly dan Ainsworth dalam Seotjiningsih (2012 : 159), bahwa secure attachment dapat terjadi apabila figure lekat dalam relasinya dengan menunjukkan sikap positif, support, menciptakan aktivitasaktivitas yang dilakukan bersama, serta sering melibatkan anak dalam komunikasi dan aktivitas. Sejalan dengan (Brooks, 2001), bahwa kwtika orang tua berskap peka, responsive, hangat menerima dan penuh perhatian pada ritme perilaku anak, mereka menciptakan pemahaman bersama yang mengembangkan bentuk kelekatan aman orang tua. Ervika (2005 : 13) menambahkan bahwa anak yang memiliki kelekatan aman memiliki orang tua yang responsive pada kebutuhan dan sinyalsinyal yang diberikan dan mempunyai sikap yang konsisten. Sedangkan menurut Rothbard & Shaver (Sokolova dkk, 2008) bahwa bayi yang ambivalen bisa mempresentasikan seorang individu yang kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain sebagai akibat dari respon atau ketersediaan yang tidak konsisten pada bagian pengasuhnya. Sehingga hubungan yang diharapkan adalah kelekatan yang aman, sehingga anak mampu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan tahap perkembangannya. Sebaliknya jika kelekatan yang tidak aman terjadi maka anak akan mengalami masalah dalam proses perkembangannya. Orang tua yang menghabiskan waktu lebih banyak namun
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dengan perilaku yang buruk tidak akan membantu anak berkembang secara optimal. Walaupun sebenarnya tidak dapat dipungkiri bahwa anggota keluarga yang lainnya juga menggambil peranan penting dalam membina kelekatan yang aman. Hal ini dapat dipahami karena biasanya ibu lebih banyak berinteraksi dengan anak dan bertugas memenuhi kebutuhan serta memberikan rasa aman dan nyaman. Oleh karna itu, orang tua sebagai figur lekat diharapkan mampu memberikan rasa aman dan memahami anaknya agar dapat menciptakan hubungan yang baik dengan anak karena orang tua memegang peranan penting dalam proses perkembangan seorang anak. Hubungan tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri dilihat dari teori di bab II yaitu orang tua yang sering mengasuh dan bersama anaknya akan di didik secara keseluruhan salah satunya pendidikan tentang kesehatan, khususnya kebersihan diri anak. Karena menjaga kebersihan pribadi secara optimal tidak mungkin dapat terwujud tanpa adanya penanaman sikap hidup bersih dan teladan dari orang tua dan masyarakat sekitarnya. Menurut Robbin (2000: 67), salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan adalah Intelektual dan fisik. Dapat dijelaskan yaitu kemampuan merupakan bawaan kesanggupan sejak lahir atau merupakan hasil dari latihan yang digunakan untuk melakulan suatu pekerjaan. Oleh karna itu membiasakan hidup bersih dan sehat sebaiknya dimulai sejak dini karena kebiasaan yang baik maupun buruk biasanya terjadi tanpa disadari oleh yang memiliki kebiasaan itu. Hal ini disebabkan karena kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga kebiasaan tersebut seolah-olah telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari orang yang memilikinya. Kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis (Wartonah, 2010). Variabel tingkat kelekatan merupakan faktor yang mendukung dan memiliki pengaruh terhadap tinggi atau rendahnya kemampuan kebersihan diri. Maka dari itu,
peran orang tua diperlukan guna membuat anak merasa nyaman sehingga dapat meminimalisir ketidak nyamanan anak yang menyebabkan permasalahanpermasalahan dikemudian hari. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kelekatan dengan kemampuan kebersihan diri pada anak usia 5-6 tahun di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng. Didapat dari nilai korelasi rxy=0,63 dengan taraf signifikansi p=0,000 (p,0.05). Semakin positif tingkat kelekatan maka semakin tinggi kemampuan kebersihan diri, dan sebaliknya semakin negativ tingkat kelekatan maka kemampuan kebersihan diri semakin rendah. Hal ini disebabkan karena subjek peneliian memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada sebagian kelekatannya yaitu (Secure Attachment) kelekatan melawan, dan (Avoidant Attachment). Tingkat kelekatan pada anak usia 5-6 tahun di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng yang menjadi subjek penelitian (sampel) memiliki pola kelekatan (Attachment) atau kelekatan aman dan sisanya. Kelekatan aman ditunjukkan dengan adanya cinta dan kasih sayang yang penuh dari orang tua, sehingga anak merasa nyaman dan terlindungi ketika anak dekat dengan orang tua, dan anak merasa percaya karena orang tua selalu siap mendampingi dan menolong saat menghadapi situasi yang menakutkan. DAFTAR PUSTAKA Azwar , S. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar. Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta: Graha Ilmu. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Ervika , Eka. 2005. Kelekatan (Attachment) Pada Anak. e- USU Repository. Medan: Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara. Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia. Hurlock, Elizabeth B. 1996. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Kusumawati & Hartono, 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Laporan Tahunan PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014. Notoatmodjo, S. 2002. Prosedur Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. 2006. Psiokologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Potter & Perry. 2005 Fundaental Keperawatan. Jakarta: EGC. Santrock, J. W. 2002. Perkembangan Anak. Jakarta:Erlanga.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)