e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA 5-6 TAHUN DILIHAT DARI STATUS PEKERJAAN IBU DI KELURAHAN BANYUNING Luh Suardani1, Ketut Pudjawan2, Luh Ayu Tirtayani3 1,3
Jurusan pendidikan guru pendidikan anak usia dini, 2 Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
E-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Kemandirian anak perlu dikembangkan karena pada masa pra sekolah anak harus sudah mampu memisahkan diri dengan keluarganya terutama dengan sosok ibu. Banyak anakanak sudah memiliki tingkat kemandirian sedang, itu merupakan dampak dari status ibu-ibu yang awalnya hanya sebagai ibu rumah tangga sekarang bergeser menjadi wanita karir. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak adalah banyaknya ibu-ibu yang bekerja demi memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi keluarga atau sekedar memenuhi tuntutan karier. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kemandirian anak usia 5-6 tahun dilihat dari status pekerjaan ibu di kelurahan banyuning kecamatan buleleng. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat Perbedaan Tingkat Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun Dilihat Dari Status Pekerjaan Ibu Di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng. Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif dengan menggunakan subjek anak usia 5-6 tahun yang diasuh oleh ibu yang bekerja dan ibu rumah tangga di kelurahan banyuning kabupaten buleleng. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, subjek diambil berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik skala. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini menggunakan anava satu jalur. Berdasarkan hasil analisis anava satu jalur menunjukkan dapat diketahui bahwa nilai F = 3,022, sedangkan nilai Ftabel dengan taraf signifikansi 5% sebesar 2,84. Dengan demikian nilai F pada perhitungan ANAVA satu jalur lebih besar dari nilai Ftabel ( F = 3,022 >Ftabel = 2,84). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Jadi terdapat perbedaan tingkat kemandirian anak dilihat dari status pekerjaan ibu. Kata-kata kunci: Kemandirian Anak, Ibu Rumah Tangga, Ibu bekerja
Abstract The child's independence needs to be developed for the pre school child should have been able to separate himself with his family, especially the mother figure. Many children already have a moderate level of independence, it is the impact of the status of mothers who initially only as a housewife now shifted into a career woman. One of the factors affecting the level of the child's independence is the number of mothers who work to meet the needs of social, economic, family or just to meet the demands of a career. This study aims to determine differences in the level of independence of children aged 5-6 years seen employment status of mothers in the village Banyuning Buleleng districts. The hypothesis of this study is that there are differences Independence Childhood Level 5-6 Years Seen From Job Status In Sub Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng. This study is a comparative research by using subject of children aged 5-6 years who was raised by a working mother and housewife in the village Banyuning Buleleng regency. The sampling method used in this research is
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) purposive sampling, the subject is taken based on the characteristics that have been determined. Data collection techniques in this study using the technique of scale. While the analysis of the data in this study using ANOVA one lane. Based on the analysis ANOVA showed one path can be seen that the value of F = 3.022, while the value of F table with a 5% significance level of 2.84. Thus the value of F in the ANOVA calculation of the track is greater than the value Ftabel (F = 3.022> Ftabel = 2.84). This suggests that the hypothesis is accepted. So there are differences in the level of the child's independence views from maternal employment status. Keywords: The Child's Independence, housewife, working mother
PENDAHULUAN Orang tua adalah sosok yang tak bisa lepas dari proses tumbuh kembang anak lebih khususnya ibu. Sebagian besar ibu telah mengambil peran lebih di masyarakat yaitu menjadi pekerja. Peran wanita telah bergeser dari peran tradisional menjadi modern. Dari hanya memiliki peran untuk melahirkan anak (reproduksi) dan mengurus rumah tangga, kini wanita mempunyai peran sosial dimana dapat berkarir dalam bidang apapun didukung pendidikan yang tinggi (Taju, 2015). Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik mengenai jumlah perempuan bekerja di Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan 2012 yaitu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 terdapat perempuan bekerja sebanyak 55,24 %. Pada tahun 2010 perempuan bekerja sebanyak 55,73%. Pada tahun 2011 perempuan bekerja sebanyak 56,55%, dan pada tahun 2012 perempuan bekerja sebanyak 55,83%. Untuk data tahun 2015 dan tahun 2016 data tidak tersedia. Sedangkan data untuk jumlah perempuan yang bekerja di Bali menunjukkan sedikit mengalami penurunan ditahun-tahun tertentu. Pada tahun 2009 terdapat perempuan yang bekerja sebanyak 73,92%. Pada tahun 2010 perempuan yang bekerja mengalami penurunan menjadi 70,95% dan pada tahun 2011 perempuan yang bekerja sebanyak 67,98%. Namun pada tahun 2012 perempuan yang bekerja mengalami peningkatan menjadi 75,34%. Untuk data tahun 2015 dan tahun 2016 data tidak tersedia. Status ibu bekerja memiliki dampak positif dan negatif terhadap
perkembangan anak. Dampak negatif dari ibu bekerja diluar rumah yaitu waktu ibu akan lebih sedikit dengan anak sehingga banyak ibu yang bekerja di luar rumah akan memaksakan anak untuk membantu dirinya seperti memakai kaos kaki, memakai baju, menyisir rambut sehingga itu akan menjadi sebuah kebiasaan bagi anak. Sedangkan dampak positif dari ibu bekerja di luar rumah yaitu anak akan lebih mandiri dan lebih mampu membantu dirinya sendiri tanpa ketergantungan dengan orang lain. Dampak postif dari ibu rumah tangga yaitu ibu rumah tangga akan memiliki waktu yang lebih banyak dengan anak dan mampu mengurus anak sendiri sedangkan dampak negatifnya kemungkinan anak-anak akan menjadi lebih manja karena waktu ibu lebih banyak dengan anak, maka anak cenderung dilayani oleh ibu. Pada anak usia dini terjadi perkembangan yang sangat pesat terhadap anak, maka dari itu perlunya stimulasi dari pihak orang tua atau keluarga dan guru-guru yang mengajar di tempat anak bersekolah. Kemandirian sangat penting di kembangkan pada anak sejak usia dini karena bekal kemandirian yang mereka dapatkan ketika kecil akan membentuk mereka menjadi pribadi yang mandiri, cerdas, kuat, dan percaya diri ketika menginjak dewasa nanti, sehingga anak-anak akan siap mengahadapi masa depan yang baik. Dalam mengembangkan kemandirian sosok orang tua sangat berperan penting terhadap stimulasi yang diberikan. Kemandirian tidak hanya bisa dilakukan di lingkungan rumah melainkan dilingkungan sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada anakanak agar dapat belajar mandiri.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Kemandirian anak perlu dikembangkan karena pada masa pra sekolah anak harus sudah mampu memisahkan diri dengan keluarganya terutama dengan sosok ibu. Lamman (Royal, 2011) , “Menyatakan bahwa kemandirian merupakan suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain”. Terdapat 2 tingkat kemandirian anak yaitu mandiri sebagian dan mandiri penuh (Indriyani,2014). Anak yang memiliki tingkat kemandirian sebagian misalnya anak yang mampu melakukan atau melayani dirinya sendiri tetapi masih dalam pengawasan dan juga masih dalam tahap bantuan dari orang tua. Sedangkan anak yang memiliki tingkat kemandirian penuh merupakan anak yang mampu melayani dirinya sendiri tanpa bantuan dari orang tua atau orang yang berada di sekitarnya tetapi masih dalam pengawasan orang tua ( Indriyani,2014 ). Banyak anak-anak sudah memiliki tingkat kemandirian sedang, itu merupakan dampak dari status ibu-ibu yang awalnya hanya sebagai ibu rumah tangga sekarang bergeser menjadi wanita karir. Seperti yang dikemukakan oleh Maulina (2008), “Bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak yang kita lihat pada era sekarang adalah banyaknya ibu-ibu yang bekerja demi memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi keluarga atau sekedar memenuhi tuntutan karier”. Hal ini di dukung oleh hasil observasi dari beberapa anak yang dijumpai di Paud ABC Singaraja ada beberapa anak yang memiliki tingkat kemandirian sedang misalnya mulai dari makan, buka sepatu dan kaos kaki, menaruh tas dalam loker. Anak yang memiliki kemandirian seperti itu setelah di telusuri bahwa orang tua dari beberapa anak tersebut memang berasal dari keluarga yang rata-rata memiliki ibu pekerja. Sedangkan beberapa anak yang diamati memiliki kemandirian yang kurang dalam hal tersebut diatas misalnya makan, buka sepatu dan kaos kaki, menaruh tas dalam loker ternyata setelah ditelusuri bahwa anak tersebut memang berasal dari
keluarga yang tergolong ibunya tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Selain observasi peneliti juga melakukan wawancara terhadap orangtua yang berada di kawasan kelurahan Banyuning. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2016 terhadap ibu yang bekerja dengan jumlah 5 orang dan ibu tidak bekerja dengan jumlah 5 orang, hasil yang didapatkan yaitu 3 dari 5 ibu yang bekerja mengatakan anaknya dapat memenuhi kebutuhan membantu dirinya sendiri seperti mandi, mengambil makanan, ke toilet, berpakaian sendiri maupun menyisir rambut ini dikarena dari pagi ibu sudah berangkat bekerja ada yang kantoran bekerja sebagai wiraswasta bahkan ada yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sedangkan 2 dari 5 ibu yang tidak bekerja mengatakan anaknya sering meminta bantuan saat mandi, makan, dan menyisir rambut. Melihat masalah yang terjadi di lapangan terkait perbedaan status pekerjaan ibu mampu membuat anak menjadi mandiri atau tidak mandiri, dan seperti penelitian yang sudah dilakukan Indriyani (2014) bahwa terdapat perbedaan tingkat kemandirian anak terhadap status ibu yang bekerja dan tidak bekerja maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Tingkat Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun Dilihat Dari Status Pekerjaan Ibu Di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng”. Kemandirian sangat perlu di terapkan dan diajarkan pada anak-anak, agar anak-anak tidak selalu ketergantungan dengan orang tua atau orang-orang yang selalu berada disamping anak. Menurut Maria Montessori inti dari kemandirian adalah kemampuan melakukan sesuatu untuk diri sendiri. Pengalaman seperti ini bukan sekedar bermain saja namun merupakan kegiatan yang harus dilakukan anak-anak untuk tumbuh dewasa. Pelajaran hidup untuk anak yaitu perawatan diri sendiri, tugas sehari-hari di rumah, keramahan dan sopan santun. Perawatan diri menguasai keterampilan di kamar mandi misalnya membuka dan menutup
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) keran,mencuci tangan, menyikat gigi, mandi, menyisir rambut dan ketrampilan menggunakan toilet. Astiati juga mengartikan kemandirian hampir sama dengan pendapat Subrata bahwa, kemandirian merupakan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh anak untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, baik yang terkait dengan aktivitas bantu diri maupun aktivitas kesehariannya tanpa tergantungan dengan orang lain. Kemandirian anak usia dini dalam melakukan prosedur-prosedur keterampilan merupakan kemampuan melakukan aktivitas sederhana sehari-hari seperti makan tanpa harus disuapi, mampu memakai kaos kaki dan baju sendiri, bisa buang air besar/kecil sendiri, mampu memakai baju dan celana sendiri. Dalam konsep pendidikan nasional kita, kemandirian merupakan core value pendidikan nasional. Kemandirian akan mengantarkan anak memiliki rasa kepercayaan diri dan motivasi intrinsik yang tinggi. Berikut adalah ciri-ciri kemandirian anak usia dini (wiyani, 2014): (a) Memiliki kepercayaan kepada diri sendiri. Anak yang memiliki rasa percaya diri memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu dan menentukan pilihan sesuai dengan kehendaknya sendiri dan bertanggung jawa terhadap konsekuensi yang dapat ditimbulkan karena pilihannya. (b) Memiliki motivasi intrinsik yang tinggi. Motivasi intrinsik merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri untuk melakukan suatu perilaku maupun perbuatan. Motivasi yang datang dari dalam akan mampu menggerakkan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya. (c) Mampu dan berani menentukan pilihanya sendiri. Anak yang berkarakter mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan sendiri, contoh memilih makanan atau mainan yang diinginkan. (d) Kreatif dan inovatif. Kreatif dan inovatif pada anak usia dini merupakan salah satu cirri anak yang memiliki karakter mandiri, seperti dalam melakukan sesuatu atas kehendak sendiri tanpa disuruh orang lain dan selalu ingin mencoba ha-hal yang baru. (e)Bertanggung jawab menerima
konsekuensi yang menyertai pilihanya. Anak yang mandiri akan bertanggung jawab atas keputusan yang di ambilnya apapun yang akan terjadi. Misalnya, tidak menangis ketika salah mengambil alat mainan, lalu dengan senang hati menggantinya dengan alat mainan lain yang di inginkannya. (f) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Lingkungan maupun TK merupakan lingkungan yang baru bagi anak usia dini. Sering sekali kita menemukan dengan mudah anak yang menangis ketika pertama kali masuk maupun TK. Bahkan, kebanyakan anak ditunggu oleh orangtuanya ketika sedang belajar di kelas. (g) Tidak bergantung pada orang lain. Anak yang memiliki karakter mandiri selalu ingin mencoba sendiri dalam melakukan segala sesuatu, tidak bergantung kepada orang lain dan dia tahu kapan waktunya meminta bantuan orang lain. Ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian anak (a) Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri anak itu sendiri yang meliputi: (a) Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis yang berpengaruh antara lain keadaan tubuh, kesehatan jasmani, dan jenis kelamin. Pada umumnya, anak yang sakit lebih bersikap tergantung daripada orang yang tidak sakit. Lamanya anak sakit pada masa bayi menjadikan orangtua sangat memerhatikannya. Anak yang menderita sakit atau lemah otak mengundang kasihan yang berlebihan dibandingkan yang lain sehingga dia mendapatkan pemeliharaan yang lebih, dan itu sangat berpengaruh terhadap kemandirian mereka. (b)Kondisi psikologis, meskipun kecerdasan atau kemampuan berpikir seorang anak dapat diubah atau dikembangkan melalui lingkungan, sebagian ahli berpendapat bahwa faktor bawaan juga berpengaruh terhadap keberhasilan lingkungan dalam mengembangkan kecerdasan seorang anak. Kecerdasan dan kemampuan kognitif berpengaruh terhadap pencapaian kemandirian seseorang. Kemampuan bertindak dan mengambil keputusan tanpa bantuan orang lain hanya mungkin dimiliki
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) oleh orang yang mampu berpikir dengan seksama tentang tindakannya. Demikian halnya dalam pemecahan masalah. Hal tersebut menunjukkan kemampuan kognitif yang dimiliki berpengaruh terhadap pencapaian kemandirian anak. Faktor Eksternal merupakan faktor yang datang atau ada di luar anak itu sendiri yang meliputi: (a) Lingkungan, Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pembentukan kemandirian anak usia dini. Lingkungan yang baik dapat menjadikan cepat tercapainya kemandirian anak. Keluarga sebagai lingkungan terkecil bagi anak yang merupakan tempat yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kemandirian anak. (b) Rasa Cinta dan Kasih Sayang orangtua kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya karena hal itu dapat mempengaruhi mutu kemandirian anak. Apabila rasa cinta dan kasih sayang diberikan berlebihan, anak akan menjadi kurang mandiri. (c) Pola Asuh Orang tua dalam Keluarga, lingkungan keluarga berperan penting dalam pembentukan karakter kemandirian. Pembentukan karakter kemandirian tersebut tidak lepas dari peran orangtua dan pengasuhan yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Menurut Frisca (2014:15),”Pola asuh ayah dan ibu mempunyai peran nyata dalam membentuk karakter mandiri anak usia dini”. Toleransi yang berlebihan, begitu pun dengan pemeliharaan yang berlebihan dari orangtua yang terlalu keras kepada anak dapat menghambat pencapaian kemandiriannya. (d) Pengalaman dalam Kehidupan anak meliputi pengalaman di lingkungan sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian anak, baik melalui hubungan dengan teman maupun dengan guru. Selain itu kemandirin juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya seperti yang dikemukakan oleh Frisca (2014), “Bahwa Faktor budaya dan sosial juga dapat mempengaruhi kemandirian anak usia dini”. Seorang anak dalam ruang lingkup tempat tinggalnya mengalami tekanan untuk mengembangkan suatu pola kepribadian
tertentu yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh budayanya. Pekerjaan merupakan suatu profesi yang dilakukan seseorang dalam mencari nafkah. Seseorang bisa memiliki lebih dari satu jenis pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tentu memiliki status masingmasing baik terhadap tenaga kerja laki-laki maupun perempuan. Sebuah pekerjaan dijalani seseorang bertujuan untuk memperbaiki keadaan perekonomian orang tersebut. Sita, (2014:15) berpendapat bahwa,”Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha atau kegiatan”. Gunawan, (2014:29) juga berpendapat bahwa ,”Status pekerjaan merujuk kepada kedudukan pekerjaan yang dimiliki seseorang, kedudukan pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan”. Status pekerjaan bermacammacam seperti bekerja di luar rumah atau berkarir, sebagai ibu rumah tangga, sebagai karyawan atau buruh dan masih banyak lagi status pekerjaan yang ada. Status ibu bekerja tentu saja memilki dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya anak balita. Dampak tersebut dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif. Ibu yang bekerja akan memiliki penghasilan yang dapat menambah pendapatan rumah tangga. Mereka yang bekerja lebih memiliki akses dan kuasa terhadap pendapatan yang dihasilkan untuk digunakan untuk keperluan anak mereka. Marian Christine (2015: 14),”Para ibu akan lebih memilih membeli sesuatu seperti makanan bergizi berimbang yang dapat menunjang pemenuhan kebutuhan pangan anak mereka”. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Gennetian et al. Dalam Purnama (2012: 8), “Bahwa ibu yang bekerja memiliki kemampuan untuk membeli makanan berkualitas tinggi, kebutuhan rumah tangga lainnya dan biaya kesehatan”. Dampak positif ibu bekerja dapat juga dilihat dari efek yang didapat apabila anak mereka dititipkan di tempat penitipan anak. Mereka yang dititipkan di tempat penitipan anak yang memperkerjakan pengasuh terlatih, memiliki interaksi sosial
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) yang baik, perkembangan kognitif yang pesat, dan lebih aktif jika dibandingkan dengan anak yang hanya berada di rumah bersama ibunya yang tidak bekerja (Purnama, 2012). Dampak Negatif Ibu Bekerja seperti jadwal kerja yang terlalu sibuk, mengakibatkan para ibu tidak dapat mengawasi dan ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan anak (Fertig et al., 2009). Menurunnya frekuensi waktu kebersamaan ibu dan anak juga disebabkan oleh tipe kerja ibu. Ibu yang memiliki pekerjaan yang dikategorikan berat dapat mengalami kelelahan fisik. Akibatnya sesampainya ibu di rumah terdapat kecenderungan mereka lebih memilih untuk berisitirahat daripada mengurus anaknya terlebih dahulu. Ibu yang tidak bekerja, tentunya memiliki waktu yang lebih banyak yang dapat dihabiskan bersama anak mereka. Mereka dapat mengatur pola makan anak, sehingga anak-anak mereka makan makanan yang sehat dan bergizi. Mereka juga dapat melatih dan mendidik anak, sehingga perkembangan bahasa dan prestasi akademik anak lebih baik jika dibandingkan dengan anak ibu yang bekerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga , atau ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor). Jadi, ibu rumah tangga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan seorang wanita yang telah menikah serta menjalankan pekerjaan rumah keluarga merawat anakanaknya, memasak, membersihkan rumah dan tidak bekerja di luar rumah. Seorang ibu rumah tangga sebagai wanita menikah yang bertanggung jawab atas rumah tangganya. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan dengan cara membandingkan tingkat kemandirian anak usia 5-6 tahun dilihat dari status pekerjaan ibu. Moh. Nazir dalam Widyatama (2014: 22) menjelaskan
bahwa, “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.” Menurut Sugiyono dalam Widyatama (2014: 22), “Penelitian komparatif adalah penelitian membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untu dipelajari sehingga memperoleh informasi hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan hanya satu variabel tunggal yaitu kemandirian anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng. Penelitian ini menggunakan subjek penelitian yaitu anak usia 5-6 tahun yang diasuh oleh ibu rumah tangga dan ibu yang bekerja di luar rumah di kelurahan banyuning sejumlah 40 responden yaitu 20 ibu rumah tangga dan 20 orang ibu yang bekerja . Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Menurut Sugiyono,”Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang dimaksud yaitu (1) anak usia 5-6 tahun, (2) memiliki orang tua terutama ibu. Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yaitu angket, tes interview, observasi, dokumentasi dan skala psikologis (Arikunto,2006). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala. Skala dalam penelitian ini adalah skala tentang kemandirian anak usia 5-6 tahun. Skala diberikan kepada ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja untuk memperjelas pemahaman kemandirian anak. Skala dalam penelitian ini berbentuk pernyataan tertutup. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Instrumen yang menggunakan skala Likert bisa menggunakan cekclist ataupun pilihan ganda. Responden dalam penelitian ini menjawab dengan menggunakan cecklist (√). Data dalam penelitian ini menggunakan data identitas. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan menyebarkan angket atau kuisioner. Kuesioner Penelitian merupakan lembar isian untuk memperoleh identitas masingmasing subyek penelitian, meliputi nama anak, umur ,nama ibu, alamat, pekerjaan ibu . Kuesioner penelitian disusun dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen pada penelitian ini adalah: (1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dengan instrumen tersebut. (2) Membuat definisi operasional variabel yang akan diteliti. (3) Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel yang telah tersusun. (4) Memilih butir-butir pernyataan masing-masing pada skala perbedaan tingkat kemandirian anak usia 5-6 tahun dilihat dari status pekerjaan ibu (5) Melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan.(6) Uji coba instrumen. (7) Penganalisasian hasil analisa item dengan validitas dan reliabilitas.
(8) Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik berdasarkan pada data yang diperoleh sewaktu uji coba. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen. Uji coba dilakukan untuk mengetahui apakah intrumen tersebut valid dan reliabel digunakan untuk penelitian. Untuk menganalisis dan mengkuantitatifkan data yang diperoleh maka digunakan metode analisis varian. Analisis variansi adalah suatu prosedur untuk uji perbedaan beberapa populasi (lebih dari dua). Analisis varian yang digunakan yaitu analisis varian satu jalur. Asumsi yang mendasari dalam Analisis of varians (ANOVA) adalah bahwa varian dari beberapa populasi adalah sama. Metode analisis data untuk mengetahui tingkat kemandirian anak ditinjau dari status pekerjaan ibu pada penelitian ini menggunakan program SPSS 21 for windows. Hasil Dan Pembahasan Untuk mengetahui status pekerjaan subjek, peneliti melihat dari hasil angket yang sudah diisi oleh responden. Pada angket tersebut tercantum lengkap identitas anak, identitas ibu, alamat dan status pekerjaan ibu. Tabel deskripsi tingkat kemandirian anak dilihat pada tabel 01
Tabel 01 Deskripsi Tingkat Kemandirian Anak Dilihat Dari Status Pekerjaan N
Ibu Rumah Tangga PNS Pedagang Karyawan Swata Total
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound
Upper Bound
Min
Max
20 113,20
7,984
1,785
109,46
116,94
102 130
7
122,71
9,340
3,530
114,08
131,35
108 134
7 6
122,86 123,17
15,805 10,048
5,974 4,102
108,24 112,62
137,47 133,71
107 155 110 140
40 118,05
10,954
1,732
114,55
121,55
102 155
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 40 orang, dengan rata-rata empiris tingkat kemandirian anak sebesar 118,05. skor rata-rata secara keseluruhan berada pada skor minimal tingkat kemandirian sebesar 102, dan skor maksimal tingkat Kemandirian anak sebesar 140. (a) Tingkat kemandirian anak pada ibu rumah tangga. Jumlah subjek pada kelompok ibu rumah tangga sebanyak 20 orang, dengan rata-rata empiris kemandirian anak sebesar 113,20. Skor rata-rata secara keseluruhan berada pada skor minimal tingkat kemandirian anak sebesar 102, sedangkan skor maksimal tingkat kemandirian anak sebesar 130. (b) Tingkat kemandirian anak pada ibu bekerja sebagai PNS. (c) Jumlah subjek pada kelompok ibu bekerja sebagai PNS sebanyak 7 orang, dengan rata-rata empiris kemandirian anak sebesar 122,71. Skor rata-rata secara keseluruhan berada pada skor minimal tingkat kemandirian anak
sebesar 108 , sedangkan skor maksimal tingkat kemandirian anak sebesar 134. (d) Tingkat kemandirian anak pada ibu bekerja sebagai pedagangkemandirian anak sebesar 107, sedangkan skor maksimal tingkat kemandirian anak sebesar 155. (e) Tingkat kemandirian anak pada ibu bekerja sebagai karyawan swasta. Jumlah subjek pada kelompok ibu bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 6 orang, dengan rata-rata empiris kemandirian anak sebesar 123,17. Skor rata-rata secara keseluruhan berada pada skor minimal tingkat kemandirian anak sebesar 110, sedangkan skor maksimal tingkat kemandirian anak sebesar 140. Uji normalitas dilakukan terhadap data tingkat kemandirian anak. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan untuk memastikan bahwa uji statistik yang digunakan dalam uji hipotesis bisa secara absolute digunakan. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan KolmogorovSmirnov dan Shapiro-Wilk dapat dilihat pada tabel 02
Tabel 02 Tests of Normality Data Variabel Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. * ,266 6 ,200 ,929 6 ,576 IbuRumah Tangga * ,142 6 ,200 ,980 6 ,951 PNS * ,259 6 ,200 ,833 6 ,114 Pedagang * 6 ,200 ,957 6 ,794 Karyawan Swasta ,222
Berdasarkan table diatas diketahui bahwa hasil analisis menunjukkan bahwa.(1) Kelompok ibu rumah tangga dengan perhitungan Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansinya 0,200 dan uji ShapiroWilk signifikansinya 0,576 berarti data dari kelompok ibu rumah tangga berdistribusi normal, (2) Kelompok PNS dengan perhitungan Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansinya 0,200 dan uji ShapiroWilk signifikansinya 0,951 berarti data dari kelompok PNS berdistribusi normal, (3) Kelompok karyawan swasta dengan perhitungan Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansinya 0,200 dan uji Shapiro-Wilk signifikansinya 0,794 berarti data
Keterangan Normal Normal Normal Normal
dari kelompok karyawan swasta berdistribusi normal, (4) Kelompok Pedagang dengan perhitungan Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansinya 0,200 dan uji Shapiro-Wilk signifikansinya 0,114 berarti data dari kelompok pedagang berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan untuk memperoleh suatu keyakinan bahwa perbedaan yang diperoleh melalui uji ANAVA satu jalur memang benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan oleh perbedaan yang terjadi di dalam kelompok. Pengujian homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistik yang berdasarkan pada rata-rata atau Based on Mean,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) seperti yang disarankan oleh Candiasa (2004 : 17).
Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS Versi 21.00 dapat dilihat pada tabel 03 dibawah ini.
Tabel 03 Test of Homogeneity of Variance Kemandirian
Based on Mean
Levene Statistic df1 ,936 3
df2 36
Sig. ,433
Based on Median
,446
3
36
,721
Based on Median and with adjusted df
,446
3
16,787 ,723
,742
3
36
Based on trimmed mean Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan ANAVA satu jalur terhadap kelompok data kemandirian diketahui bahwa nilai signifikan hasil uji adalah 0,433, dimana nilai ini lebih besar dari nilai signifikan 0,05 (p>0,05), hal ini menunjukkan bahwa data yang diuji homogen. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kemandirian anak dilihat dari status pekerjaan ibu.
,534
Berdasarkan hasil dari analisis varian satu jalur, dapat diketahui bahwa nilai F = 3,022, sedangkan nilai Ftabel dengan taraf signifikansi 5% sebesar 2,84. Dengan demikian nilai F pada perhitungan ANAVA satu jalur lebih besar dari nilai Ftabel ( F = 3,022 >Ftabel = 2,84) selain itu nilai signifikansi yang ada sebesar 0,42. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Jadi terdapat perbedaan tingkat kemandirian anak dilihat dari status pekerjaan ibu. Ringkasan hasil perhitungan analisis varian satu jalur dapat dilihat pada table 04 di bawah ini.
Tabel 04 Ringkasan Perhitungan Analisis Varian Satu Jalur Sum of Squares df Mean Square F
941,581
3
313,860
3738,319
36
103,842
4679,900
39
3,022
Sig.
,042
Between Groups Within Groups Total
Berdasarkan hasil analisis ANAVA satu jalur menunjukkan bahwa hipotesis diterima jadi terdapat perbedaan tingkat kemandirian anak dilihat dari status pekerjaan ibu.
untuk melihat lebih jelas tingkat perbedaan tersebut maka dilanjutkan dengan uji tukey. Hasil uji tukey dapat dilihat pada tabel 05 dibawah ini.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Tabel 05 Hasil Uji Tukey Tingkat Kemandirian Anak Dilihat Dari Status Pekerjaan Ibu Kemandirian N Status Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS Pedgang Karyawan Swata
Berdasarkan tabel 05 dapat dijelaskan bahwa hasil uji tukey untuk ibu rumah tangga yaitu sebesar 113,20, dilanjutkan hasil uji tukey pada ibu bekerja sebagai PNS yaitu sebesar 122,71, Kemudian untuk hasil uji tukey pada ibu bekerja sebagai pedagang yaitu sebsar 122,86 , sedangkan untuk hasil uji tukey pada ibu bekerja sebagai karyawan swasta sebesar 123,17 dengan Ttabel untuk df pada within groups pada anava sebesar 36 dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kemandirian anak usia 5-6 tahun dilihat dari status pekerjaan ibu dengan f= 3,022 dan signifikansinya sebesar 0,42 (p<0,05) . Hal ini menunjukkan bahwa status pekerjaan ibu memiliki peran atau bahkan berpengaruh terhadap kemandirian anak. Berdasarkan hasil deskriptif yang sudah dilakukan menunjukkan hasil bahwa rata-rata empiris kemandirian anak pada ibu bekerja sebagai karyawan swasta berada pada nomor urut pertama pada skor tertinggi 123,17 . Kemudian rata-rata empiris kemandirian anak pada ibu bekerja sebagai pedagang berada pada nomor urut dua dengan skor 122,86 , disusul rata-rata empiris kemandirian anak pada ibu yang bekerja sebagai PNS berada pada urut nomor tiga dengan skor, 122,71 dan rata-rata empiris kemandirian anak pada ibu rumah tangga berada pada nomor urut empat dengan skor 113,20. Rata-rata terendah berada pada ibu rumah tangga sedangkan rata-rata empiris tertinggi berada pada karyawan swasta.
20 7 7 6
Subset for alpha = 0.05 1 113,20 122,71 122,86 123,17
Kemandirian anak pada status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga berdasarkan hasil deskriptif memiliki skor terendah dibandingkan anak dengan ibu yang berstatus sebagai ibu bekerja. Anak dengan ibu berstatus sebagai ibu rumah tangga memiliki tingkat kemandirian yang rendah, hal tersebut disebabkan oleh waktu yang dimiliki oleh ibu rumah tangga lebih banyak sehingga anak lebih sering dengan ibunya. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga ketika mengajarkan kemandirian kepada anak yaitu dengan cara ketika anak meminta sesuatu misalnya dalam hal makan dan memakai kaos kaki, ibu terlalu melayani anak dan menuruti semua perintah anak. Hal tersebut menyebabkan anak menjadi manja dan berakibat pada ketidak mandirian anak. Kebiasaan ibu melayani anak akan berdampak kedepannya bagi anak ketika anak sudah beranjak dewasa, sifat manja dan tidak mandiri yang ditanamkan sejak kecil cenderung terbawa hingga anak beranjak dewasa. Terdapat perbedaan tingkat kemandirian dilihat dari status pekerjaan ibu, didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Apisah (2008) berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p < 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan status pekerjaan ibu dan tingkat kemandirian anak usia pra sekolah, Para ibu yang mempunyai anak kecil dan pergi bekerja sering dikecam, tetapi belum ada yang menunjukkan bahwa anak-anak dari orangtua bekerja itu tidak mandiri. lbu
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) bekerja biasanya merasa bersalah karena mereka pikir mereka kurang mengasuh anak mereka. Meskipun sering disalahkan karena masalah anak mereka, sekarang tampak bahwa anak-anak yang ibunya bekerja tidak memiliki masalah lebih banyak dari anak-anak yang ibunya berada di rumah. Menurut Mastauli Siregar (2007) ibu yang bekerja dan tidak bekerja akan banyak mempengaruhi kemandirian anak. Untuk ibu bekerja harus selalu meluangkan waktu untuk berbagi permasalahan pada anak dan walaupun mereka bekerja mereka juga harus memperhatikan kebutuhan kasih sayang kepada anaknya. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki Marisa (2013) dengan judul Perkembangan Anak Dengan Ibu Rumah Tangga Yang Bekerja Dan Tidak Bekerja. Hasilnya ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan anak yang ibunya tidak bekerja dan tidak bekerja karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian anak diluar dari status pekerjaan ibu. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkatkemandirian anak usia 5-6 tahun dilihat dari status pekerjaan ibu dengan f= 3,022 dan signifikansinya sebesar 0,43 (p<0,05) . Hal ini menunjukkan bahwa status pekerjaan ibu memiliki peran atau bahkan berpengaruh terhadap kemandirian anak. Berdasarkan hasil deskriptif yang sudah dilakukan menunjukkan hasil bahwa rata-rata empiris kemandirian anak pada ibu bekerja sebagai karyawan swasta berada pada nomor urut pertama pada skor tertinggi 123,17 . Kemudian rata-rata empiris kemandirian anak pada ibu bekerja sebagai pedagang berada pada nomor urut dua dengan skor 122,86 , disusul rata-rata empiris kemandirian anak pada ibu yang bekerja sebagai PNS berada pada urut nomor tiga dengan skor, 122,71 dan rata-rata empiris kemandirian anak pada ibu rumah tangga berada pada nomor urut empat dengan skor 113,20. Rata-rata terendah berada pada ibu rumah tangga sedangkan rata-rata empiris tertinggi berada pada karyawan swasta.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kemandirian anak usia 5-6 tahun dilihat dari status pekerjaan ibu. Adapun beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu (a) Untuk Peneliti Lain, Saran yang dapat diberikan oleh peneliti, jika peneliti lain melakukan penelitian sebaiknya menggunakan metode dokumentasi agar ada data pendukung bahwa kita benar-benar melakukan penelitian dan terjun ke masyarakat langsung.. (b) Untuk Orang Tua Khususnya Ibu, Sebagai orang tua terutama khususnya ibu rumah tangga, walaupun waktu kita lebih banyak dengan anak sebaiknya kita tidak memanjakan anak, tidak terlalu melayani anak agar anak dapat hidup mandiri. Kita boleh melayani anak tetapi untuk hal-hal yang dianggap sudah mampu untuk dilakukan sendiri berikanlah anak kesempatan untuk melakukannya. Sebaliknya untuk orang tua yang bekerja, waktu mereka sedikit dengan anak sehingga untuk melayani anak terkadang ibu akan meminta langsung kepada anaknya untuk melakukan kegiatan yang dianggap sudah bisa dan mampu dilakukan oleh anak. Walaupun waktu sangat sedikit untuk bertemu anak karena disibukkan dengan pekerjaan sebaiknya sessekali ibu harus meluangkan waktu untuk si anak. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2014. Metologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Anzwar, A. 2010. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Apisah,Mariam . 2012 Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Dan Tingkat Kemandirian Anak Usia Prasekolah Di Desa Prapag Tor Kecamatan Tosari Kabupaten Brebes. Ariyanti, Adhi, 2010. Perbedaan Perkembangan Anak Balita Pada Ibu Bekerja Dan Ibu Tidak Bekerja
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Penilaian Menggunakan Metode Denver II. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Arikunto, S. (2006). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara Gunarsa, Singgih. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Gunawan, 2014. Definisi Status Pekerjaan. Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta Indriyani, Aditia. 2014. Perbedaan Tingkat Kemandirian Anak Usia 6-7 Tahun Antara Ibu Yang Bekerja Dan Tidak Bekerja Di Desa Sikampuh Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. Universitas Muhammadiyah Surakarta Kusuma, 2012. Penggambaran Perempuan Bali Dalam Film. Jakarta Marian,Christine.2015. Hubungan Status Pekerjaan Ibu Dengan Perkembangan Motorik Halus Dan Motorik Kasar Anak Usia Prasekolah Di Paud Gmim Bukit Hermon Dan Tk Idhata Kecamatan Malalayang Kota Manado. Universitas sam ratulangi Maulina Frisca , 2014. Tingkat Kemandirian Anak Usia Dini Ditinjau Dari Status Kerja Ibu Di Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Universitas Negeri Semarang Purnama,2012. Pengertian-Pengertian Kesempatan Kerja. Universitas Sumatra Utara Sita,2014. Pengertian Pekerjaan.Universitas Indonesia. Jakarta
Status Pendidikan
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wiyani. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini Panduan Bagi Orang Tua Dan Guru Dalam Membentuk Kemandirian Dan Kedisiplinan Anak Usia Dini Yogyakarta: AR-RUZZ Media.