HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) DI TK ASIH SEJATI, JANTI, CATUR TUNGGAL,SLEMAN, YOGYAKARTA Suwarsi INTISARI
Latar belakang : Kebersihan diri yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit. Prevalensi nasional berperilaku benar dalam cuci tangan adalah 23,2%. Prevalensi nasional masalah gigi-mulut adalah 23,5%. Prevalensi penyakit mata di wilayah Yogyakarta sebanyak 10,28%. Prevalensi nasional berperilaku benar dalam buang air besar adalah 71,1%. Pemenuhan kebersihan diri pada anak usia prasekolah dipengaruhi berbagai faktor seperti budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap kebersihan diri serta dukungan keluarga dan persepsi terhadap perawatan diri. 40% Keluarga menyatakan bahwa keluarga mendukung anak dengan cara mengajarkan serta memberikan informasi kepada anak tentang cara menjaga kebersihan diri dirinya menyediakan alat-alat mandi kemudian juga memberikan pujian kepada anak ketika anak bisa melakukan upaya menjaga kebersihan dirinya dengan baik, dalam pemeliharaan kebersihan diri anak mulai dari memberi informasi tentang cara menjaga kebersihan diri yang baik, memberikan dukungan dengan mengingatkan anak untuk selalu menjaga kebersihan diri, memberikan instrumen atau alat-alat untuk menjaga kebersihan diri anak. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kebersihan diri pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di TK Asih Sejati, Janti, Catur Tunggal,Sleman, Yogyakarta Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan pendekatan waktu cross sectional. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik whole sampling dengan sampel sebanyak 39 orang. Uji statistik spearman rank digunakan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kebersihan diri anak usia prasekolah. Hasil : Sebanyak 31 (79,5%) anak mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi, 28 (71,8%) anak memiliki kebersihan diri yang tinggi dan 27 (87,1%) anak memiliki kebersihan diri yang tinggi dan dukungan keluarga yang tinggi. Hasil statistik spearman rank menunjukkan p-value 0,000. Yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan kebersihan diri pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di TK Asih Sejati, Janti, Catur Tunggal,Sleman, Yogyakarta. Kesimpulan : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kebersihan diri anak usia prasekolah di TK Asih Sejati, Janti, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. xii Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Kebersihan Diri, Anak Prasekolah
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KOOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SAAT PEMASANGAN INFUS DI BANGSAL ANGGREK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Endang Lestiawati INTISARI Latar belakang : Penggunaan komunikasi terapeutik merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari perawat karena komunikasi terapeutik akan sangat membantu mengatasi masalah psikologis anak usia prasekolah terhadap tindakan pemasangan infus. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi dengan anak adalah melihat umur, tumbuh kembang anak dan hal ini masih belum mendapat perhatian sehingga kerja sama antara anak dengan perawat belum mencapai hasil yang maksimal. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah saat pelaksanaan pemasangan infus di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode : Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien anak usia pra sekolah dan semua perawat di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, tehnik pengambilan sampel dengan total sampling. Analisis data penelitian menggunakan uji spearman rank Hasil : Menurut tes Spearman Rank , ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul karena nilai signifikan 0,014 lebih kecil dari nilai signifikan 0,05 atau (0,014 < 0,05) Kesimpulan : Ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah saat pelaksanaan pemasanganinfus di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul Kata Kunci : Komunikasi terapeutik perawat, Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah, Pemasangan Infus.
RELATION BETWEENNURSE’S THERAPEUTIC COMMUNICATION AND COOPERATION LEVEL OF PRE – SCHOOL AGED CHILDREN IN THE INTRAVENOUS ATTACHMENT PROCESS AT ANGGREK WARDS PANEMBAHAN SENOPATI LOCAL GENERAL HOSPITAL,BANTUL Endang Lestiawati ABSTRACT
Background: The use of therapeutic communication a thing that needs attention of the nurse since it will greatly help cope with pre- school aged children’s psychological problems in the intravenous attacment process. One of the things which need attention in communicating with children is to see the age of children’s development and this thing has not yet to reach maximum result. Research aim: The aim of this research was to find relation between nurse’s therapeutic communication and cooperatif level of pre – school aged children in the intravenous attachment process at Anggrek wards Panembahan Senopati Local general hospitaal, Bantul. Research method: This research was analytical survey research with cross sectional design. the samples were all pre – school aged patiens and all nurses at Anggrek inpatients ward Panembahan Senopati Local general Hospital, Bantul who met the inclusive and exclusive criteria. sample collection technique used was total sampling technique. data analysis used was spearman rank test. Result : according to the spearment rank test, there was relation between nurse’s therapuetic communication and cooperation level of pre-school aged children in the intravenous attacment process at Anggrek wards Panembahan Senopati local general Hospital, Bantul because significant value 0,014 was smaller than significant value 0,05 or (0,014<0,05) Conclusion: There was relation between nurse’s therapeutic communication and cooperatin level pre – school aged children in the intravenous attachment process at Anggrek wards Panembahan Senopati local general Hospital, Bantul. Keywords: Nurse’s Therapeutic Communication, Cooperation Level Of Pre – School Aged Children, Intravenous Attachment
kebiasaan sehari – hari, dan anak akan
LATAR BELAKANG Sakit dan di rawat di rumah sakit
mempunyai
sejumlah
keterbatasan
dalam
merupakan krisis utama yang tampak pada
mekanisme koping untuk mengatasi masalah
anak. Jika seorang anak dirawat di rumah
maupun kejadian – kejadian yang bersifat
sakit, maka anak tersebut akan mudah
menekan.
mengalami krisis karena anak mengalami stres
menghadapi lingkungan yang asing, pemberi
akibat
perubahan,
kesehatannya
rumah
sakit,
anak
harus
terhadap
status
asuhan yang tidak dikenal
lingkungan
dalam
terhadap gaya hidup mereka. Sering kali
baik
maupun
Di
dan gangguan
mereka harus mengalami prosedur yang
menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian
lain – lain, yang memerlukan pengobatan
dan berbagai hal yang tidak diketahui. Bila
melalui infus dan dari hasil observasi yang
dilakukan pemeriksaan telinga, mulut, suhu
dilakukan ditemukan 2 dari 9 orang pearawat
pada anus dan tindakan pemasangan infus
yang shif pagi belum melakukan komunikasi
akan membuat anak menjadi sangat cemas.
yang baik pada saat pemasangan infus.
Reaksi anak terhadap tindakan yang tidak menyakitkan sama seperti reaksi terhadap
Rumusan Masalah
(1)
Berdasarkan
tindakan yang sangat menyakitkan . Peran perawat dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak sangat penting. Perawat
perlu
memahami
konsep
stres
hospitalisasi dan prinsip – prinsip asuhan keperawatan
melalui
keperawatan.
Oleh
pendekatan karena
proses
itu
latar
diuraikan, maka dapat
pemasangan infus di Bangsal Aggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul ?
tenaga
1.
untuk
dapat
dengan tingkat
kooperatif anak usia pra sekolah saat pelaksanaan
Tujuan Penelitian
keperawatan
telah
“Adakah hubungan
komunikasi terapeutik perawat
terapeutik
memberikan
yang
diambil suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
keperawatan perlu menerapkan komunikasi dalam
belakang
asuhan
meminimalkan
Tujuan umum Mengetahui
hubungan
antara
komunikasi
kecemasan dan stres yang terjadi pada anak
terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif
selama hospitalisasi dan membina hubungan
anak
saling
pemasangan infus di Bangsal Anggrek RSUD
percaya
pada
pasien
anak
dan
dengan
ciri
tersendiri
komunikasi
pada
dibandingkan orang dewasa.
Tehnik komunikasi terapeutik diharapkan dapat menurunkan kecemasan membantu interaksinya
agar
anak
dengan
karena dapat
merasa
perawat
bahwa
merupakan
kesempatan untuk berbagi perasaan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat(2). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di
RSUD Panembahan
Senopati Bantul di Ruang Anggrek pada tanggal 23 November 2011, rata – rata anak yang di rawat mengalami prosedur invasif dan
prasekolah
saat
pelaksanaan
Panembahan Senopati Bantul.
keluarganya. Komunikasi terapeutik pada anak mempunyai
usia
2.
Tujuan khusus a. Mengetahui Bangsal
karakteristik
Aggrek
RSUD
perawat
di
Panembahan
Senopati Bantul. b. Mengetahui tahapan – tahapan komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat di Bangsal
Aggrek
RSUD
Panembahan
Senopati Bantul. c. Mengetahui tingkat kooperatif yang terjadi pada anak usia prasekolah saat dilakukan pemasangan infus oleh perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. d. Mengetahui keeratan hubungan tingkat kooperatif yang terjadi pada anak usia pra
kebanyakan adalah pemasang infus sebanyak
sekolah saat dulakukan pemasangan infus
46 anak usia pra sekolah . Penyakit yang
oleh perawat di Bangsal Anggrek RSUD
sering ditemui antara lain diare, febris, dan
Panembahan Senopati Bantul.
Manfaat Penelitian
tetap dan pasien anak usia pra sekolah yang
1.
Bagi Institusi Rumah Sakit
menjalani rawat inap di Bangsal Aggrek
Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
masukan yang digunakan perawat
untuk
2. Sampel
penerapan komunikasi terapeutik pada anak,
2.
a.
untuk
perawat
yang
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
bekerja di Ruang Rawat Inap Bangsal
keperawatan yang optimal
Anggrek RSUD Panembahan Senopati
Bagi Institusi pendidikan Universitas Respati
Bantul
YogyakartaDiharapkan dapat
pengambilan
sebagai
bahan
acuan
dalam
digunakan melakukan
berjumlah
21
sampel
adalah total sampling.
orang, yang
Kriteria Inklusi :
dengan
1) Berpendidikan minimal D3.
tingkat
kooperatif
anak
usia
2) Bersedia
Bagi peneliti lain
responden
dengan
consent.
referensi
Kriteria eksklusi :
untuk
penelitian-penelitian
selanjutnnya.
digunakan
berpartisipasi
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan
teknik
(3)
penelitian lebih lanjut yang berhubungan
prasekolah selama hospitalisasi. 3.
Ukuran sampel
menjadi
bukti
inform
1) Perawat yang sedang cuti atau sakit. b.
Ukuran sampel untuk pasien yang dirawat
METODE PENELITIAN
di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek
Rancangan Penelitian
RSUD teknik
Jenis penelitian adalah penelitian non
penelitian
survey
analytic
pengambilan
yang
Kriteria Inklusi :
cross
1) Pasien anak usia pra sekolah 3 – 6
sectional atau potong lintang dimana variabel
tahun.
sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang
2) Kesadaran compos mentis.
terjadi pada objek penelitian diukur dan
3) Mengalami prosedur tindakan invasif :
dikumpulkan secara stimuli (dalam waktu
pemasangan infuse
yang bersamaan). (3)
Variabel penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
1.
Dilaksanakan pada bulan Maret – April
Variabel bebas (independent) , Variabel bebas (independent) pada penelitian ini adalah komunikasi terapeutik perawat.
2012 bertempat di ruang rawat inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul.
sampel
digunakan adalah total sampling. (3)
eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode
Panembahan Senopati Bantul,
2.
Variabel terikat (dependent) Variabel terikat (dependent) pada penelitian ini adalah tingkat
Populasi dan Sampel
kooperatif anak usia pra sekolah
1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua
Jenis dan Teknik Pengumpulan
perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap
Data
Bangsal
Anggrek
1.
Senopati
Bantul
RSUD
Panembahan
Data Primer
seluruh
Data primer adalah data yang secara langsung
perawat 21 orang yang merupakan perawat
diambil dari objek penelitian yaitu perawat dan
dengan
jumlah
pasien. Data ini diperoleh dengan membagikan
Maret 2012 dengan menggunakan kuesioner
kuesioner secara langsung kepada responden,
yang dibagikan kepada perawat yang terdiri
yang
dari 20 orang perawat yang berisikan 24
terdiri
dari
kuesioner
komunikasi
terapeutik perawat tentang tahap – tahap
pernyataan.
komunikasi terapeutik perawat 2.
Hasil analisa menggunakan program SPSS
Data sekunder
15.00,
Data sekunder adalah data yang diperoleh
komunikasi terapeutik perawat diperoleh 8
secara tidak langsung dari objek penelitian,
pernyataan dinyatakan tidak valid, sedangkan
yaitu berupa data mengenai karakteristik
18 lainnya dinyatakan valid. dan 18 pernyataan
responden yang ada di Ruang Rawat Inap
komunikasi terapeutik perawat dinyatakan
RSUD Panembahan Senopati Bantul seperti
valid karena r hitung lebih besar dari r tabel,
jumlah perawat yang bekerja, jumlah pasien
yang mana nilai r tabel adalah = 0.444.
yang dirawat.
dari
24
pernyataan
mengenai
2. Uji Reliabilitas
Instrumen Penelitian
Untuk
mengetahui
reliabilitas
dilakukan
Instrument yang digunakan dalam
dengan cara melakukan uji Chrombach Alpha,
penelitian ini adalah lembar kuesioner yang
diperoleh hasil untuk kuesioner komunikasi
mengacu pada teori tahapan komunikasi
terapeutik perawat sebesar 0,903, yang mana menurut Chrombach Alpha dinyatakan reliable
terapeutik 1.
karena nilainya lebih besar dari 0.6.
Kuesioner tentang komunikasi terapeutik yang diberikan
kepada
perawat,
terdiri
dari
pernyataan favourable yaitu pernyataan yang bersifat positif dan pernyataan unfavourable yaitu
pernyataan
yang
bersifat
negative.
Favourable jika jawaban Benar diberi skor 2, Salah
diberi
skor
1
dan
Pengolahan Data dan Analisa Data 1.
Pengolahan data Langkah-langkah dalam rencana pengolahan data meliputi : a.
Dilakukan dengan memeriksa kembali
pernyataan
data-data yang diperoleh, kelengkapan
unfavourable jika jawaban Benar diberi skor 1,
dari data kuesioner yang diberikan kepada
salah diberi skor 2. Dengan
Editing
menggunakan
skala
responden. Dapat dilakukan pada tahap
pengukuran
pengumpulan data
ordinal dengan kategori skor : Baik
: Skor (90%-100%)
Cukup
: Skor (60%-89%)
Buruk
: Skor <59%)
terkumpul, memeriksa data, menghindari hitungan
dilakukan
UJi Validitas dan Reliabilitas
perhitungan
yang
dan
salah,
pada
tahap
pergantian
atau
atau
memeriksa ini
tidak
penafsiran
jawaban.
1. Uji Validitas
b.
Menggunakan rumus yang dikemukakan oleh dikenal
atau
perhitungan jawaban,
Pearson,
atau setelah data
dengan
rumus
korelasi
product moment. Uji validitas dilakukan di Ruang Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta pada tanggal 7
Coding Dilakukan dengan pemberian kode-kode pada tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka-angka
atau
c.
d.
huruf-huruf
yang
memberikan
Digunakan
atau data yang akan dianalisis. Macamnya
antara
dengan memberikan kode pada masing-
menggunakan uji statistik korelasi Kendall
masing jawaban. Untuk memudahkan
Tau. Analisa data meggunakan program
dalam proses pembacaan yang terdiri atas
SPSS 15.0.
pernyataan favorable dan unfavorable
Penelitian
dengan
pernyataan
signifikasi (ρ) yaitu 0.05. artinya apabila
favorable bila jawaban Benar dan Ya
hasil uji statistic menunjukkan taraf
mendapat skor 2 dan jika jawaban Salah
signifikasi (ρ) < 0.05 maka H0 ditolak
dan Tidak mendapat skor 1, sedangkan
yang
untuk
bila
komunikasi terapeutik perawat dengan
jawaban Benar dan Ya mendapat skor 1
tingkat kooperatif anak usia pra sekolah
dan Salah dan Tidak mendapat skor 2.
Apabila sebaliknya jika taraf signifikasi
Tabulating
(ρ) >0.05, maka H0 diterima yang berarti
Dilakukan dengan memindahkan jawaban
tidak ada hubungan antara komunikasi
dari responden dalam bentuk kode ke
terapeutik
dalam master table program SPSS 15.00.
kooperatif anak usia pra sekolah hasil
Transferring
penelitian dan pembahasan.
ketentuan,
pernyataan
untuk
unfavorable
dengan
mengelompokkan
mengkoding
data
sesuai
dan
dengan
variabel yang diteliti. Teknik analisis data a.
Analisis bivariat
identitas atau petunjuk pada satu informasi
Dilakukan
2.
b.
Analisis univariat Digunakan untuk melihat distribusi dan frekuensi
dari
tiap
vaiabel
untuk
variabel
ini
berarti
mencari bebas
hubungan
dan
menggunakan
ada
hubungan
perawat
dengan
terikat,
taraf
antara
tingkat
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah perawat pelaksanan di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul yang berjumlah 21 orang.
yaitu
komunikasi terapeutik perawat dan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah.
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian menurut umur dan jenis Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul No 1
2
Total
kelamin Perawat di Bangsal
Karakteristik
Umur 20-29 tahun 30-39 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
f 10 11 f 2 19 21
% 47,6 52,4 % 9,5 90,5 100
2. Analisis Univariat a. Komunikasi terapeutik perawat Tabel 2. Frekuensi Komunikasi Terapeutik Perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Komunikasi Terapeutik Perawat Baik Sedang Buruk Jumlah b.
N
%
2 19 0 21
9,5 90,5 0,0 100
Tingkat kooperatif anak usia pra sekolah
Tabel 4. Frekuensi Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Saat Pelaksanaan Pemasangan Infus di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul
Tingkat kooperatif Baik Cukup Kurang Jumlah 3.
N 4 4 13 21
% 19,0 19,0 61,9 100
Analisis Bivariat Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Saat Pelaksanaan Pemasangan Infus.
Tabel 5. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Saat Pelaksanaan Pemasangan Infus
Komunikasi Terapeutik Baik Sedang Buruk Total
Tingkat Kooperatif Kurang Cukup f % f % 0 0,0 0 0,0 61, 19, 13 9 4 0 0 0,0 0 0,0 61, 13 9 4
Baik f % 2 9,5
Total f 2 19
2 9,5 0 0,0 0 19, 0 4 19,0
% 9,5 90,5 0,0 21
100,0
PValue
0,526
0,014
kurang baik, karena berdasarkan hasil penelitian
PEMBAHASAN para
menyebutkan bahwa mayoritas perawat komunikasi
perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan
terapeutiknya masih dalam kategori sedang. Bagi
Senopati
perawat untuk membedakan komunikasinya pada
Hasil
penelitian
menunjukkan
Bantul
mayoritas
bahwa
komunikasi sedang.
anak dan dewasa, komunikasi terapeutik pada anak
Artinya rata – rata perawat memiliki pengetahuan
mempunyai cara tersendiri dibandingkan dengan
yang sedang tentang komunikasi terapeutik yang
komunikasi pada orang dewasa, karena pada anak -
menyangkut
komunikasi
anak memerlukan persiapan hati – hati sebelum
terapeutik, fase – fase komunikasi, bentuk – bentuk
tindakan, misalnya persiapan psikologis anak yaitu
komunikasi, faktor yang mempengaruhi proses
dengan menjelaskan tentang apa yang akan
komunikasi, fungsi komunikasi terapeutik, tujuan
dilakukan terhadapnya, dan melakukan permainan
komunikasi terapeutik, tahap – tahap komunikasi
seperti
terapeutik, dan teknik komunikasi terapeutik pada
menghadirkan orang tua saat anak dilakukan
anak usia pra sekolah. Untuk itu, perlunya
tindakan
dukungan dari semua pihak khususnya rumah sakit
dilakukan sebelum pelaksanaan prosedur tindakan,
dalam meningkatkan kemampuan perawat dalam
diharapkan dapat membuat anak lebih kooperatif
berkomunikasi dengan pasien, diharapkan dengan
selama dilaksanakan prosedur perawatan, sehingga
makin baiknya komunikasi terapeutik perawat juga
tujuan dapat tercapai. Seperti pendapat dari (Potter
akan berdampak pada baiknya kerjasama dengan
menyatakan bahwa tehnik komunikasi terapeutik
para pasien. Dengan meningkatnya kerjasama ini
diharapkan dapat menurunkan kecemasan karena
akan membantu kelancaran kesembuhan pasien,
dapat
terlebih lagi pada pasien yang masih kecil atau
interaksinya
anak-anak usia pra sekolah.
kesempatan untuk berbagi perasaan, sehingga
terapeutiknya
masih
tentang
dalam
kategori
pengertian
Penggunaan komunikasi terapeutik merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari perawat karena
komunikasi
terapeutik
akan
sangat
menggambar,
dengan
membantu
menonton
vidio,
persiapan-persiapan
agar
anak
dengan
merasa
perawat
juga
yang
bahwa
merupakan
proses penyembuhan akan lebih cepat.. (5) Di samping itu tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik pada anak usia pra
membantu mengatasi masalah psikologis anak usia
sekolah
prasekolah terhadap tindakan pemasangan infus. Di
mempengaruhi
samping itu, pada usia prasekolah perkembangan
berkomunikasi terapeutik pada anak usia pra
anak mulai meningkat yang ditandai dengan rasa
sekolah,
ingin
mempengaruhi
tahu,
sering bertanya,inisiatif
tinggi,
juga
harus
ditingkatkan
kemampuan
karena
salah proses
karena
skill
satu
dalam
faktor
komunikasi
yang adalah
kemampuan bahasa mulai meningkat, mudah
pengetahuan,
tingkat
pengetahuan
merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan
mempengaruhi
komunikasi
tinggi, dan takut terhadap ketidak tahuan. (4)
seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
yang
akan
dilakukan
Kemudian pada tingkat kooperatif anak usia
dilakukan Adi Hanjaya yang menemukan ada
prasekolah saat pelaksanaan pemasangan infus,
hubungan antara pengetahuan perawat tentang
menunjukkan rendahnya tingkat kooperatif dari
komunikasi terapeutik dengan kemampuan perawat
pasien. Hal ini dapat dikarenakan dari faktor
dalam komunikasi terapeutik pada anak usia pra
perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan
sekolah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Senopati Bantul yang komunikasinya pada anak
YogyakartaCaring Perawat (6)
Berdasarkan pengujian statistik dengan uji
Dikarenakan pentingnya komunikasi ini, maka
Korelasi Spearman Rank, dinyatakan ada hubungan
penggunaan komunikasi terapeutik merupakan hal
yang signifikan antara komunikasi terapeutik
yang perlu mendapatkan perhatian dari perawat
perawat dengan tingkat kooperatif anak usia
karena
prasekolah saat pelaksanaan pemasangan infus,
membantu mengatasi masalah psikologis anak usia
sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada
prasekolah terhadap tindakan pemasangan infus.
komunikasi
terapeutik
akan
sangat
hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dan tingkat kooperatif anak usia prasekolah saat
KESIMPULAN DAN SARAN
pelaksanaan
atau
A. Kesimpulan
dalam
Berdasarkan
dari
hasil
meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak
pembahasan
yang
dilakukan,
sangat penting. Perawat perlu memahami konsep
penelitian ini adalah sebagai berikut:
diterima.
pemasangan
Untuk
itu
infus
peran
terbukti perawat
stres hospitalisasi dan prinsip – prinsip asuhan keperawatan
melalui
pendekatan
proses
keperawatan
perawat
dan
kesimpulan
di
RSUD
Panembahan Senopati Bantul menurut umur paling banyak terdapat perawat yang
Oleh karena itu tenaga keperawatan perlu menerapkan
1. Karakteristik
penelitian
komunikasi
terapeutik
berusia antara 30 – 39 tahun yaitu
dalam
sebanyak 52,4%, sedangkan menurut jenis
memberikan asuhan keperawatan untuk dapat
kelamin paling banyak perawat perempuan
meminimalkan kecemasan dan stres yang terjadi
yaitu sebanyak 90,5 % .
pada anak selama hospitalisasi dan membina
2. Tahapan – tahapan komunikasi terapeutik
hubungan saling percaya pada pasien anak dan
yang dilakukan oleh perawat di Bangsal
keluarganya. Sejauh ini, komunikasi terapeutik
Anggrek RSUD Panembahan Senopati
pada anak masih kurang mendapat perhatian,
Bantul masuk dalam kategori sedang yaitu
mengingat kurangnya penggunaan komunikasi
90,5 %
terapeutik secara positif sehingga anak mudah mengalami kecemasan saat dan selama di rumah sakit
(7).
3. Tingkat kooperatif yang terjadi pada anak usia
pra
sekolah
saat
dilakukan
pemasangan infus oleh perawat di Bangsal
Dengan demikian, hasil penelitian ini telah
Anggrek RSUD Panembahan senopati
sejalan dengan Efrita Herliyanti hasil yang didapat
bantul masuk dalam kategori kurang yaitu
adalah adanya pengaruh dukungan keluarga dengan
61,9 %
tingkat kooperatif anak usia pra sekolah saat
4. Ada hubungan yang signifikan antara
pelaksanaan pemasangan infus di Inska RSUP Dr.
komunikasi terapeutik perawat dengan
Sardjito,
dengan
Tingkat Kooperatif anak usia prasekolah
penelitian Herliana hasil yang didapat adalah
saat pelaksanaan pemasangan infus di
menggambarkan bahwa ada pengaruh yang sangat
Bangsal Anggrek RSUD Panembahan
bermakna dari pemberian terapi bermain terhadap
Senopati Bantul.
Yogyakarta.
Dan
sejalan
peningkatan perilaku kooperatif pada anak usia prasekolah selama menjalani perawatan di Irna II RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
(8,9)
.
B. Saran
1.
Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan,
terutama pada anak usia pra sekolah sehingga
maka peneliti dapat memberikan saran sebagai
dapat terjalin hubungan kerja sama yang baik
berikut:
antara perawat dengan pasien.
Bagi
Perawat
Rumah
Sakit
RSUD
DAFTAR PUSTAKA
Panembahan Senopati Bantul Mengingat komunikasi terapuetik perawat masih dalam kategori sedang dan tingkat kooperatif anak masih dalam kategori kurang maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan masukan yang digunakan perawat RSUD Panembahan Senopati Bantul, khususnya perawat di ruang rawat inap Bangsal
Anggrek
untuk
dapat
menerapkan
tahapan komunikasi terapeutik dengan baik pada anak saat pelaksanaan pemasangan infus sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang optimal. 2.
Bagi
Mahasiswa
Institusi
Pendidikan
UNRIYO Menambah reverensi bacaan perpustakaan bagi mahasiswa
berkaitan
dengan
komunikasi
terapeutik perawat dan tingkat kooperatif anak sehingga dapat dijadikan bahan masukan agar dapat
mempelajari
tahapan
–
tahapan
berkomunikasi dari fase pra interaksi, fase interaksi, fase keraja dan fase terminasi dengan baik, sehingga dapat menjadi bekal untuk memasuki dunia kerja professional yang nyata dan mampu merealisasikan dihadapan pasien,
1. Wong, D. L. (2004). Pedoman klinis Keperawatan Pediatrik, Jakarta: EGC 2. Mulyana, D. (2001). Ilmu Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 3. Notoatmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta 4. Behrman, R. E. (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Bagian I, Jakarta: EGC 5. Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: EGC 6. Machfoed, M.(2009). Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik, Yogyakarta: Ganbika 7. Adi, H., (2010) Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Dengan Kemampuan Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik Pada Anak Usia Pra Sekolah RSUD Kota, Yogyakarta, Skripsi, FIKES UNRIYO, Yogyakarta 8. Nasir, A. (2011). Komunikasi Dalam Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika 9. Herliyanti , E., (2005) Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Saat Pelaksanaan Pemasangan Infus di Inska RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, Skripsi, FK UGM, Yogyakarta 10. Herliana, L., (2001). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Selama Menjalani Perawatan Pada Anak Usia Pra Sekolah di Irna II (Bangsal Anak) RSUP DR. Sardjito, Yogyakarta, Skripsi, FK UGM, Yogyakarta