SKRIPSI
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH PADA SAAT HOSPITALISASI DI RSUD DATU BERU TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2015
Oleh ERRESTI RAHMADHANI 11 02 009
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH PADA SAAT HOSPITALISASI DI RSUD DATU BERU TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2015
Skripsi ini Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Oleh ERRESTI RAHMADHANI 11 02 009
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
PERNYATAAN
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH PADA SAAT HOSPITALISASI DI RSUD DATU BERU TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis yang dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Juli 2014
( Erresti Rahmadhani )
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Identitas Nama
: Erresti Rahmadhani
NIM
: 11.02.009
Tempat/Tanggal Lahir
: Takengon, 27 Februari 1993
Agama
: Islam
Anak ke-
: Empat dari Lima Bersaudara
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Nama Ayah
: Mahyuddin, B.sc
Nama Ibu
: Hamsah
Alamat Rumah
: Simpang Tiga Redelong, jln Reje Guru Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah
No. Hp
: 085372224612
e-mail
:
[email protected]
II. Riwayat Pendidikan Tahun 1999-2005
: MIN I Bukit
Tahun 2005-2008
: MtsN I Bukit
Tahun 2008-2011
: SMA Negeri I Bukit
Tahun 2011- sekarang
: Sedang menyelesaikan S-1 Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
ii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, Juli 2015 Erresti Rahmadani Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi Di RSUD Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 xi + 51 hal + 6 tabel + 1 skema + 11 lampiran
ABSTRAK Hospitalisasi pada anak usia prasekolah menyebabkan anak akan berupaya untuk dapat mengontrol lingkungan dan mengembangkan kemandiriannya dalam mengatasi masalah fisik dan emosional yang muncul. Maka dalam perawatan anak saat dirawat inap di rumah sakit perlu penerapan model asuhan yang holistic yaitu harus ada dukungan sosial keluarga. Perawatan di rumah sakit bagi anak merupakan pengalaman yang penuh dengan kecemsan bagi anak dan orang tua. Perasaaan seperti takut, cemas, tegang, dan merasa tidak menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang mendampingi anak yang sedang dirawat diruang perawatan anak di RSUD Datu Beru dengan rata-rata perbulan sebanyak 148 anak. Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu sebanyak 30 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan lembar observasi. Selanjutnya karakteristik setiap variabel penelitian dimana menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel. Hasil penelitian dengan uji kolerasi spearman didapatkan P Value = 0,000 (P<0,05) dengan nilai r = -0,649 (0,600,799=kuat) berarti menandakan ada hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015. Oleh karena itu diharapkan perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam memberikan informasi kepada keluarga untuk meminimalkan efek hospitalisasi pada anak dengan memperhatikan anak, memberikan sentuhan, berperilaku caring terhadap anak saat dilakukan tindakan keperawatan.
Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kecemasan Anak Prasekolah Daftar Pustaka : 25 (2004-2013)
iii
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA Scription, July 2015 Erresti Rahmadani Relationships Between Support Families With Anxiety Preschooler At Hospitalization In Datu Beru Takengon Hospital Central Aceh District 2015 xi + 51 Pages + 6 tabels + 1 scheme + 11 Attachment
ABSTRACT
Hospitalization to preschoolers cause children will attempt to control the environment and develop independence in dealing with physical and emotional problems that arise. Then in child care while hospitalized in a hospital needs the application of a holistic model of care which should be no family support. Sick at home care for children is an experience full of anxiety for the child and the parents.The feelings such as fear, anxious, tense, and feels unpleasant. This study aims to examine the relationship of family support with anxiety preschoolers at the time of hospitalization in hospitals Datu Beru Takengon Central Aceh District 2015. The study design used is descriptive correlation with cross sectional approach. The population in this study are all the parents who accompany children who are being treated diruang child care in hospitals Datu Beru with an average of 148 children per month. Mechanical Sampling was done by purposive sampling as many as 30 people. Data collection is done using questionnaire and observation sheets. Further characteristics of each variabel peneltian which produces a frequency distribution and proportion of each variabel. Research results obtained with the Spearman correlation test P Value = 0.000 (P <0.05) with r = -0.649 (0.60 to 0.799 = strong) means indicates a strong correlation between family support with anxiety preschool children during hospitalization in hospitals Datu Beru Takengon Southeast Aceh Regency 2015. It is therefore expected nurses can increase their knowledge in providing information to families to minimize the effects of hospitalization in children with attention to children, giving a touch, behave in caring for the child while nursing action.
Keywords : Family Support, Child Anxiety Bibliography : 25 (2004-2013)
iv
KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah : “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon Tahun 2015.
Penyelesaian skripsi penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015. Selama proses penyusunan skripsi penelitian ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran skripsi penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu: 1.
Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara.
2.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
3.
dr. Hardi Yanis, Sp.PD, selaku Direktur RSUD Datu Beru Takengon beserta seluruh Staf yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk memperoleh data dasar dan izin melaksanakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini dalam penyusunan skripsi penelitian ini.
4.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
5.
Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
6.
Ns. Masri Saragih, S.Kep, M.Kep, selaku ketua penguji yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, membantu serta memberikan petunjuk dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Ns. Laura Siregar, M.Kep, selaku penguji I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, membantu, serta memberikan petunjuk da
v
8.
Ns. Agnes Marbun, S.Kep, selaku penguji II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji, membantu serta memberikan petunjuk dan saran menyelesaikan skripsi ini.
9.
Ns. Rumondang Gultom, M.KM, selaku penguji III yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, membantu serta memberikan saran dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Dengan rasa hormat dan bukti kasih sayang peneliti kepada kedua orang tua tercinta Mahyuddin B.Sc dan Hamsah serta pada kakanda, Erna Meili Sari Dewi, Ermaditiya Mahsaputra Guntari, Eriandi Sasra Fauzi dan Adinda Ermawandi Sastra Guntari yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. 11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i dan sahabat-sahabat terdekat di Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan yang memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini
Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi rekan-rekan di Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia terlebih kepada pembaca umumnya. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.
Medan,
Juli 2014
Peneliti
(Erresti Rahmadhani)
vi
DAFTAR ISI Hal COVER DALAM PERNYATAAN PERSETUJUAN PERNYATAAN .............................................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR SKEMA ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i ii iii iv v vii ix x xi
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... A. Latar Belakang.......................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 1. Tujuan Umum.................................................................... 2. Tujuan Khusus ................................................................... D. Manfaat Penelitian .................................................................... 1. Bagi Keluarga .................................................................... 2. Bagi Perawat...................................................................... 3. Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................
1 1 4 4 4 5 5 5 5 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ A. Konsep Hospitalisasi ................................................................ 1. Definisi .............................................................................. 2. Hospitalisasi ...................................................................... 3. Dampak Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah .......... 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak Usia Prasekolah terhadap Hospitalisasi ..................................... B. Dukungan Keluarga .................................................................. 1. Definisi .............................................................................. 2. Dimensi dukungan keluarga .............................................. 3. Dampak Dukungan Keluarga ............................................ 4. Sumber-Sumber Dukungan ............................................... C. Kecemasan Anak Pada Saat Hospitalisasi ................................ 1. Definisi .............................................................................. 2. Manifestasi Kecemasan Pada Anak .................................. 3. Respon Kecemasan pada Anak ......................................... 4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak ........ 5. Tingkat Kecemasan ........................................................... 6. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kecemasan Anak .................................................................................. 7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Anak
6 6 6 7 11
vii
14 16 16 18 20 20 21 21 22 23 23 25 26 27
D. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Anak ...... E. Kerangka Konsep Penelitian .................................................... F. Hipotesis Penelitian ..................................................................
28 29 29
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. A. Desain Penelitian ...................................................................... B. Populasi dan Sampel................................................................. 1. Populasi ............................................................................. 2. Sampel ............................................................................... C. Lokasi Penelitian ...................................................................... D. Waktu Penelitian ...................................................................... E. Definisi Operasional ................................................................. F. Aspek Pengukuran .................................................................... 1. Variabel Independen ......................................................... 2. Variabel dependen ............................................................. G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data ...................................... H. Etika Penelitian ......................................................................... I. Analisa Data ............................................................................. 1. Pengolahan data ................................................................. 2. Analisa Data ......................................................................
30 30 30 30 30 31 31 31 32 32 32 33 33 35 35 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... A. Hasil Penelitian ......................................................................... 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 2. Analisa Univariat ............................................................... 3. Analisa Bivariat ................................................................. B. Pembahasan .............................................................................. 1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil ........................................ 2. Keterbatasan Penelitian .....................................................
38 38 38 39 41 42 42 49
BAB V
50 50 50
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... A. Kesimpulan ............................................................................... B. Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Anak Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 (n=30) ........................................................................ Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Orangtua Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 (n=30) ........................................................... Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Dukungan Keluarga Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 (n=30) ........................................................... Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Kecemasan Anak Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 (n=30) ........................................................................ Tabel 4.5 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Anak Pada Saat Hospitalisasi Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 (n=30) ...............................
ix
31
39
39
40
40
41
DAFTAR SKEMA
Hal Skema 2.1 Kerangka Konsep ...........................................................................
x
29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Memperoleh Data Dasar Lampiran 2 : Surat Balasan Izin Memperoleh Data Dasar Dari RSUD Datu Beru Takengon Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 : Lembar Kuesioner Penelitian Lampiran 6 : Surat Izin Melaksanakan Penelitian Dari Pendidikan Universitas Sari Mutiara Indonesia Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Melaksanakan Penelitian Dari RSUD Datu Beru Takengon Lampiran 8 : Master Data Lampiran 9 : Tabel Frekuensi Lampiran 10 : Lembar Dokumentasi Lampiran 11 : Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi ataau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat dirumah sakit (Anonim, 2009)
Hospitalisasi pada anak usia prasekolah menyebabkan anak akan berupaya untuk dapat mengontrol lingkungan dan mengembangkan kemandiriannya dalam mengatasi masalah fisik dan emosional yang muncul. Maka dalam perawatan anak saat dirawat inap di rumah sakit perlu penerapan model asuhan yang holistic yaitu harus ada dukungan sosial keluarga (Nursalam, 2009).
Berdasarkan survei dari WHO pada tahun 2008, hampir 80% anak mengalami perawatan di rumah sakit. Sedangkan di Indonesia sendiri berdasarkan survei kesehatan ibu dan anak tahun 2010 didapatkan hasil bahwa dari 1.425 anak mengalami dampak hospitalisasi, dan 33,2% diantaranya mengalami dampak hospitalisasi berat, 41,6% mengalami dampak hospitalisasi sedang, dan 25,2% mengalami dampak hospitalisasi ringan (Rahma & Puspasari, 2010).
Anak di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta anak mengalami hospitalisasi dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan dan stres (Kain, 2006 dalam Apriliawati, 2011). Anak yang menjalani hospitalisasi di Indonesia
1
diperkirakan 35 per 1000 anak
2
(Sumarko, 2008 dalam Purwandari, 2009). Data Susenas di Indonesia tahun 2001 hingga tahun 2005, menunjukan persentase angka kesakitan anak (Morbidity Rate) sebanyak 15,50% (Susenas, 2005).
Dampak dari hospitalisasi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan kecemasan pada anak. Adapun kecemasan pada anak khususnya anak usia prasekolah saat sakit dan harus dirawat inap, merupakan salah satu bentuk gangguan yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan emosional anak yang adekuat. Hal ini perlu penanganan sedini mungkin, dampak dari keterlambatan dalam penanganan kecemasan, anak akan menolak perawatan dan pengobatan, kondisi seperti ini perawatan yang terapeutik dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian yang akan mempercepat proses penyembuhan (Nursalam, 2009).
Apabila anak sudah merasa cemas maka anak dapat mengakibatkan ketakutan akan diberikan tindakan keperawatan. Pada anak usia pra sekolah kecemasan yang paling besar dialami adalah ketika pertama kali mereka masuk sekolah dan kondisi sakit yang dialami anak. Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit maka besar sekali kemungkinan anak akan mengalami disfungsi perkembangan. Anak akan mengalami gangguan, seperti gangguan somatik, emosional dan psikomotor. Reaksi terhadap penyakit atau masalah diri yang dialami anak seperti perpisahan, tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang asing, hilangnya kasih sayang, bodi image maka akan bereaksi seperti regresi yaitu kehilangan control, agresi, menarik diri, tingkah laku protes, serta lebih peka dan pasif seperti menolak makanan dan lain-lain (Nelson cit Isranil Laili.2006).
Untuk menghindari terjadinya kecemasan pada anak maka upaya yang dapat meminimalkan stressor dalam hospitalisasi anak dapat dilakukan dengan cara mencegah atau mengurangi perpisahan. Hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan keluarga terhadap hospitalisasi anak. Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan
3
jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus kehidupan. Keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan isntrumental dan dukungan emosional (Friedman, 1999). Keberadaan keluarga sangatlah penting bagi anak. Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan anak. Hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya dan dapat menggangu psikologis anak (Hidayat, 2008). Dukungan keluarga diperlukan untuk mengurangi trauma pada anak dengan kecemasan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Emi Muniarsih dan Adhika Rahmawati (2007) mengenai hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah dibangsal L RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2007, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan anak akibat hospitalisasi.
Didukung dengan penelitian Irdawati dan Thomas Ari Wibowo (2010) mengenai
hubungan support system keluarga dengan tingkat kecemasan
anak prasekolah yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2010, didaptkan hasil bahwa ada hubungan yng signifikan antara support system keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Berdasarkan hasil survey awal peneliti di RSUD Datu Beru Takengon tanggal 14 maret 2015 di dapat jumlah anak yang dirawat pada bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2014 di Ruangan Anak sebanyak 1.780 orang dengan rata-rata perbulannya 148 orang, dan didapatkan anak usia prasekolah merupakan pasien anak terbanyak setiap bulannya dibandingkan usia toodler, bayi maupun usia sekolah. Hasil pengamatan peneliti saat melakukan survey di ruang anak RSUD Datu Beru Takengon, terlihat bahwa
4
dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah tampak sangat jelas dapat dilihat dari penolakan anak saat akan dilakukan tindakan keperawatan, anak rewel, menangis, minta pulang. Kepala ruangan dan perawat pelaksana memberikan informasi bahwa sekitar 80% anak prasekolah yang dirawat menunjukkan sikap yang kurang kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan. Perawat sudah melakukan berbagai upaya untuk meminimalkan dampak hospitalisasi dengan pemberian asuhan dengan prinsip atraumatic care seperti melakukan tindakan dengan meminimalkan nyeri. Pada kenyataan masih ada orang tua yang belum mendukung upaya yang dilakukan perawat ditunjukkan dari perilaku orang tua dan keluarga yang kurang sesuai yaitu apabila anak rewel, orang tua menenangkan dengan menakut-nakuti anak akan disuntik atau didatangi perawat. Hal ini tidak akan menenangkan anak tetapi akan menambah kecemasan dan ketakutan pada anak. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa masih banyak keluarga yang kurang dapat memberikan dukungan kepada anak, padahal dukungan keluarga dapat mempengaruhi respon cemas anak terutama dalam proses hospitalisasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon Kab. Aceh Tengah Tahun 2015”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini “apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon Kab. Aceh Tengah Tahun 2015”. C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi Takengon Kab. Aceh Tengah Tahun 2015”.
di RSUD Datu Beru
5
2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga pada anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon Kab. Aceh Tengah Tahun 2015.
b.
Untuk mengidentifikasi kecemasan anak prasekolah pada saat hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon Kab. Aceh Tengah Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Keluarga Dapat memberi masukan bagi keluarga dan orang tua untuk meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit.
2.
Bagi Perawat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan untuk meminimalkan efek hospitalisasi pada anak dengan memperhatikan anak, memberikan sentuhan, berprilaku caring terhadap anak saat dilakukan tindakan keperawatan.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi data dasar untuk melakukan peneliti selanjutnya terkait intervensi lainnya untuk mengurangi kecemasan anak akibat hospitalisasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hospitalisasi 1.
Definisi Hospitalisasi adalah salah ssuatu keadaan krisis pada anak saat dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor kecemasan bagi anak mauoun orang tua dan keluarga (Wong, 2009). Jika anak dirawat di rumah sakit, anak akan mudah mengalami krisis karena anka cemas akibat perubahan baik pada status kesehatannya mauoun lingkunganny (Nursalam, 2005).
Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri penyebab kecemasan bagi anak dan orang tuanya, bangunan atau ruang rawat, alat-alat, seragam/pakaian putih petugas kesehatan dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan seoerti takut, tegang, dan perasaan yang tidak menyenangkan seringkali dialami anak. Selain itu penyebab kecemasan paa anak dapat juga dipengaruhi banyak faktor, diantaranya prilaku yang ditunjukkan petugas kesehatan (dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya), pengalaman hospitalisasi anak, dukungan keluarga yang mendampingi selama perawatan (Nursalam, 2005).
Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat di rumah sakit (Wong, 2009). Menurut WHO, hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam ketika anak menjalani hospitalisasi karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman.
6
7
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan psikis pada anak. Perubahan psikis terjadi akibat adanya suatu tekanan atau krisis pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis yang disebabkan oleh stres akibat
perubahan
baik
terhadap
status
kesehatannya
maupun
lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian yang sifatnya menekan.
2.
Hospitalisasi a.
Hospitalisasi pada usia Todler Sakit dan dirawat di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan krisis utama pada anak usia toddler, serta stres akibat perubahan pada status kesehatan maupun lingkungan dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu anak usia toddler juga mempunyai keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadiankejadian yang bersifat menekan. Akibatnya akan menimbulkan reaksi yang berbeda-beda yang bersifat individual dan sangat tergantung pada tahap perkembangan anak (Nursalam, 2005).
Anak usia toddler bereaksi terhadap hospitalisasi karena cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali, serta luka pada tubuh dan rasa sakit atau nyeri (Supartini, 2004).
Respon prilaku anak usia toddler sesuai dengan tahapannya. Pada respon prilaku anak usia toddler terhadap kecemasan akibat perpisahan terdapat tiga tahap meliputi, tahap protes, tahap putus asa, dan tahap pengingkaran (denial). Tahap protes, ditunjukkan anak dengan menangis kuat, menjerit, memanggil orang tua dan
8
bahkan tidak jarang menolak perhatian yang diberikan orang lain. Tahap selanjutnya yaitu tahap putus asa, prilaku yang ditunjukkan biasanya menangis yang mulai sudah kurang , keaktifan yang mulai menurun, sedih dan bahkan ditunjukkan dengan menurunnya minat untuk bermain dan makan. Tahap terakhir adalah tahap pengingkaran (denial), dalam tahap ini prilaku yang ditunjukkan adalah mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya (Supartini, 2004).
b. Usia Prasekolah Anak usia pra sekolah merupakan anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun. Bagi anak usia pra sekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan.
Selain
itu,
perawatan
di
rumah
sakit
dapat
menimbulkan cemas karena anak merasa kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih sayang dan menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan rumah yang dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya (Supartini, 2004). Beberapa hal tersebut membuat anak menjadi stress atau tertekan. Akibatnya anak merasa gugup dan tidak tenang, bahakan tidak kooperatif sewaktu dilkukan tindakan.
Anak usia prasekolah sering merasa terkekang selama dirawat di rumah sakit. Hal ini disebabkan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah dan cemas atau takut. Anak yang sangat cemas dapat bereaksi agresif dengan marah dan berontak (Bernand, 2009 dalam Biyanti Dwi Winarsih, 2012).
Melnyk & Arcoleo (2009) menyatakan bahwa anak usia prasekolah selama dihospitalisasi bisa menyebabkan dampak bagi anak sendiri maupun orang tua. Dampak muncul pada anak karena kemampuan
9
pemeliharaan koping belum baik dan stres terhadap kondisi pengobatan. Perilaku yang diperlihatkan adalah cemas, regresi, sedih, putus asa, hiperaktif dan agresif.
c.
Usia sekolah Anak usia sekolah adalah anak dalam rentang kehidupan usia 6-12 tahun dimana anak usia sekolah mulai masuk pada lingkungan sekolah, mulai senang bergabung dengan teman seusianya dan mulai mempelajari budaya kanak-kanak yang merupakan hubungan dekat pertama diluar anggota keluarganya. Anak usia sekolah biasanya rentan terhadap kejadian-kejadian yang dapat mengurangi rasa kendali dan kekuatan mereka. Secara khusus, perubahan peran keluarga,
ketidakmampuan
penelantaran,
atau
cidera
fisik,
takut
permanen,
terhadap
kehilangan
kematian, penerimaan
kelompok sebaya, kurangnya produktivitas, dan ketidakmampuan untuk menghadapi stres sesuai harapan budaya yang ada dapat menyebabkan kehilangan kendali (Wong, 2009).
Karena sifat dari peran pasien, banyak rutinitas rumah sakit yang mengambil kekuatan dan identitas individu. Bagi anak usia sekolah, aktivitas ketergantungan seperti tirah baring yang dipaksakan , penggunaan pispot, ketidakmampuan memilih menu, kurangnya privasi, bantuan mandi di tempat tidur, atau berpindah dengan kursi roda atau branker dapat menjadi ancaman langsung bagi rasa aman mereka (Wong, 2009).
Selain lingkungan rumah sakit, penyakit juga dapat menyebabkan perasaan kehilangan kendali. Salah satu masalaah yang paling signifikan dari anak-anak dalam kelompok usia ini berpusat pada kebosanan.
Jika
keterbatasan
fisik
atau
yang
dipaksakan
menghalangi kemampuan mereka untuk merawat diri sendiri atau untuk terlibat dalam aktivitas yang disukainya, anak-anak usia
10
sekolah biasanya berespon dengan depresi, bermusuhan, atau frustrasi. Menjaga agar anak aktif normal tetap berada di tempat tidur bukanlah perkara yang mudah. Akan tetapi penekanan area kendali dan pemanfaatan aktivitas tenang, terutama hobi seperti membuat model atau mengumpulkan benda tertentu, dapat meningkatkan penyesuaian mereka terhadap pembatasan fisik. Penilaian keperawatan berkaitan dengan pemilihan teman sekamar merupakan salah satu faktor penunjang terpenting bagi keseluruhan penyesuaian mereka terhadap penyakit dan hospitalisasi (Wong, 2009).
d. Usia Remaja Perjuangan remaja memperoleh kemandirian, pengakuan diri, dan kebebasan berpusat pada pencarian identitas pribadi. Segala sesuatu yang memengaruhi hal ini menimbulkan ancaman bagi rasa identitas mereka dan menyebabkan kehilangan kendali. Penyakit, yang membatasi kemampuan fisik seseorang, dan hospitalisasi, yang memisahkan seseorang dari sistem pendukungnya, merupakan krisis situasional yang utama (Wong, 2009).
Peran pasien meningkatkan ketergantungan dan depersonalisasi. Remaja dapat bereaksi terhadap ketergantungan dengan penolakan, tidak mau bekerja sama, atau menarik diri. Mereka dapat berespons terhadap depersonalisasi dengan pengakuan diri, marah atau frustrasi. Tanpa memerhatikan responsnya, staf rumah sair sering menganggap remaja tersebut sebagai pasien yang sulit dan tidak bisa diatur. Orang tua tidak dapat menjadi sumber bantuan, karena perilaku ini menjauhkan mereka dalam memahami remaja. Meskipun teman sebaya mungkin berkunjung, mereka tidak dapat menawarkan dukungan atau bimbingan yang diperlukan. Remaja yang sedang sakit sering secara sukarela mengisolasi diri mereka sendiri dari teman seusianya sampai mereka merasa mampu berkomunikasi secara seimbang dan memenuhi harapan kelompok.
11
Akibatnya, remaja dapat ditinggalkan tanpa sistem pendukung sama sekali. Kehilangan kendali juga terjadi karena berbagai alasan yang telah dibahas pada anak usia sekolah. Akan tetapi, remaja lebih sensitif terhadap kemungkinan kasus kehilangan kendali dan ketergantungan jika dibandingkan dengan anak-anak yang lebih kecil. Sebagai contoh, kedua kelompok mencari informasi tentang status fisik mereka dan sangat bergantung pada persiapan antisipasi untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan. Akan tetapi, remaja tidak hanya bereaksi terhadap jenis informasi yang diberikan pada mereka, namun juga terhadap cara yang digunakan untuk menyampaikan informasi tersebut. Mereka dapat merasa terancam oleh orang lain yang menghubungkan fakta-fakta dengan cara yang merendahkan diri. Remaja ingin mengetahui apakah orang lain dapat berhubungan setingkat dengan mereka atau tidak. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang cermat terhadap kemampuan intelektual mereka, pegetahuan sebelumnya, dan kebutuhan saat ini. 3.
Dampak Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah Hospitalisasi membawa dampak yang kurang baik namun dapat mendukung anak semakin dewasa. Berbagai dampak hospitalisasi yang dapat terjadi pada anak adalah: a.
Cemas terhadap perpisahan Perpisahan dan trauma merupakan stressor utama bagi anak dan orang tua saat anak dirawat. Perilaku yang ditujukan oleh anak sangat bervariasi. Prilaku yang ditujukan akan usia prasekolah adalah menolak orang asing yaitu perawat atau dokter secara verbal maupun fisik. Anak menginginkan orang tua selalu beradaa didekat anak (Wong, 2009). Bentuk kecemasan yang ditunjukkan anak adalah perilaku agresif karena berpisah dengan orang tua (Wong, 2009).
12
Anak usia prasekolah berespon terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilaku anak sesuaidengan tahapnya, yaitu tahap protes, putus asa, dan menerima (Wong, 2009).
Pada tahap protes anak menunjukkan prilaku menangis kuat, menjerit, memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain (Supartini, 2004). Anak biasanya melakukan protes secara verbal dan serangan fisik terhadap orang lain, seperti menendang, menggigit, memukul, mencoba untuk lari mencari orang tua dan memaksa orang tua untuk tetap tinggal atau menunggui (Wong, 2009). Pada tahaap protes ini anak menunjukkan perilaku seperti gelisah, menangis dan perlu ditenangkan (James & Aswill, 2007). Prilaku yang ditunjukkan anak selama fase protes ini dapat berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari dan dapat meningkat apbila adaa orang lain yang tidak dikenal anak (Wong, 2009).
Perilaku yang ditunjukkan pada tahaap putus asa adalaah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih dan apatis (Supartini, 2004). Anak juga tidak tertarik pada lingkungan, tidak komunikatif, mundur ke perilaku sebelumnya, seperti mengompol dan menghisap ibu jari. Pada taahaap ini anak mengalami kehilangan keterampilan bahasa (Wong, 2009). Pada taahap putus Wasa anak merasa putus asa, lebih banyaak diam, menarik diri dan apatis (James & Aswill, 2007).
Pada tahap menerima, anak menunjukkan perilaku secara samar mulai menrima perpisahan, membina hubungan secara dangkal dan anak mulai melihat terkihat menyukai lingkungannya (Supartini, 2004). Anak mulai berinteraksi dengan orang lain atau pemberi asuhan yang dikenalnya, mulai membentuk hubungan baru, tapi
13
bersifatsuperfisial (Wong, 2009). Anak juga mulai ada perasaan senang dan ini jarang terlihat pada anak yang dihospitalisasi. Perasaan senang ini terjadi karena anak mulai bisa mengerti alasan dan perawatan dirinya (Wong, 2009)
b.
Cedera tubuh Pada anak prasekolah sudah terbentuk kemampuan dalam mengenal konsep sakit meskipun belum bisa membedakan penyebab dari penyakitnya. Anak akan mengetahui sakit dari informasi orang lain dan faktor eksternal yang dirasakan anak, contonya jika anak mendapat tindakan yang dirasakan mengganggu (James & Aswill, 2007). Anak akan mengalami reaksi terhadap rasa sakit dan cidera tubuh pada saat mendapat tindakan invasiv. Prilaku yang ditunjukkan anak adalah meminta perawat yang melakukan prosedur untuk menjauhn meminta peralatan yang akan dipakai untuk tindakan dan berusaha untuk melarikan diri saat akn dilakukan tindakan keperawatan (Wong, 2009).
c.
Kehilangaan control Pada saat anak dirawat, anak usia prasekolah menginginkan kebebasan seperti sewaktu di rumah. Anak lebih senang berjalanjalan disekitar ruang rawat dan tidak suka jika harus diam di atas tempat tidur atau berada di ruang rawat inap (James & Aswill, 2007). Adanya pembatasan gerak terhadap anak membuatnya kehilangan kemampuan untuk mengontrol diridan kaan menjadi tergantung pada lingkungannya. Anak akan meringis, menggigit bibirnya, dan memukul keika mengalami perlukaan atau meraskan nyeri karena tindakan invasif seperti injeksi, infus, dan pengambilan darah. Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengkomunikasikan rasa nyerinya (Hockenberry & Wilson, 2007).
14
d.
Rasa bersalah dan malu Pemikiran anak usia prasekolah membatasi kemampuan anak untuk memahami peristiwa yang dialami selama perawatan. Peristiwa yang dialami selama perawatan dirasa menakutkan bagi anak. Informasi tentang alasan mengapa anak dihospitalisasi membuat anak merasa bersalah da malu (Wong, 2009).
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak Usia Prasekolah terhadap Hospitalisasi Reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di rumah sakit berbeda-beda pada masing-masing individu. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perkembangan usia anak merupakan salah satu factor utama yang dapat mempengaruhi reaksi anak terhadap sakit dan proses perawatan. Reaksi anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai tingkat perkembangan anak (Supartini, 2004).
Selain itu, pengalaman anak sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat juga sangat berpengaruh. Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan dirawat di rumah sakit sebelumnya akan menyebabkan anak takut dan trauma. Sebaliknya apabila anak dirawat di rumah sakit mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter. Hospitalisasi menimbulkan serangkaian ancaman terhadap anak, termasuk rasa takut disakiti secara fisik, berpisah dari orang tua, lingkungan asing dan orang-orang yang tidak anak kenal. Informasi dan komunikasi efektif merupakan unsur yag penting dalam perawatan anak (Supartini, 2004).
Anak yang mengalami hospitalisasi sebelumnya akan memiliki ingatan akan rasa nyeri berkaitan dengan prosedur medik. Ingatan tentang rasa nyeri terkait dengan prosedur medik yang akan muncul kembali pada saat akan menjalani hospitalisasi pada masa mendatang. Kecemasan akan
15
diperberat dengan persepsi anak terhadap rasa nyeri, jarum suntik, perpisahan dengan orang tua dan ancaman cedera tubuh. Anak yang mampu beradaptasi dengan proses hospitalisasi akan memiliki koping yang posotif, sehingga dalam proses ini faktor usia dan jenis kelamin memberikan konstribusi terhadap dampak hospitalisasi yang terjadi (Coyne, 2006).
Sistem pendukung (support system) yang tersedia akan membantu anak beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit dimana ia dirawat. Anak akan mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritanya. Anak biasanya akan minta dukungan kepada orang terdekat dengannya misalnya orang tua atau saudaranya. Perilaku ini biasanya ditandai dengan permintaan anak untuk ditunggui selama dirawat di rumah sakit, didampingi saat dilakukan treatment padanya, minta dipeluk saat merasa takut dan cemas bahkan saat merasa kesakitan.
Rawat inap dapat menjadi pengalaman yang sangat sulit bagi seorang anak. Ketika anak-anak dirawat di rumah sakit, mereka harus jauh dari rumah, keluarga, teman dan lingkungan asing bersama anak-anak lain yang belum saling kenal. Anak-anak kehilangan kebebasan dalam menentukan nasib sendiri sesuai dengan kebutuhan pribadi ditambah dengan kekuatan dan kekhawatiran. Rutinitas rumah sakit dapat mempengaruhi
reaksi
anak
yang
sedang
dirawat
inap.
Anak
membutuhkan informasi yang memadai sesuai dengan kebutuhan anak, perencanaan dalam pemberian perawatan berfokus pada anak sehingga intervensi dibuat untuk mengurangi stres pada anak (Coyne, 2006).
System pendukung yang mempengaruhi reaksi anak selama masa perawatan termasuk di dalamnya adalah keluarga dan pola asuh yang didapat anak dalam keluarganya. Keluarga yang kurang mendapat informasi tentang kondisi kesehatan anak saat dirawat dirumah sakit,
16
yang terlalu khawatir atau stres akan menyebabkan anak menjadi semakin stres dan takut. Selain itu, pola asuh keluarga yang terlalu protektif dan selalu memanjakan anak juga dapat mempengaruhi reaksi takut dan cemas anak ketika dirawat di rumah sakit. Berbeda dengan keluarga yang memandirikan anak untuk aktivitas sehari-hari, anak akan lebih kooperatif bila di rumah sakit (Ahmann, 2002).
Selain itu, keterampilan koping dalam menangani stress sangat penting bagi proses adaptasi anak selama masa perawatan. Apabila mekanisme koping anak baik dalam menerima kondisinya yang mengharuskan dia dirawat di rumah sakit, anak akan lebih kooperatif sselama menjalani perawatan di rumah sakit.
B. Dukungan Keluarga 1.
Definisi Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008). Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon, 1989 dalam Setiasi, 2008).
Menurut Effendy (1998) dalam Setiadi (2008) ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya yaitu : a.
Asih adalah memeberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b.
Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatnnya selalu dipelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
17
c.
Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
Dukungan keluarga merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Cohen, 1996 dikutip dari Setiadi, 2008). Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Friedman, 1999 dikutip dari Setiadi, 2008).
Dukungan keluarga merupakan koping bagi keluarga itu sendiri, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat. Dukungan keluarga eksternal antara lain sahaabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Sedangkan dukungan keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, saudara kandung, atau dukungan dari anak (Friedman, 1999 dikutip dari Setiadi, 2008). Dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang dapat
melalui
pengetahuan
bahwa
individu
tersebut
dicintai,
diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.
Dukungan sosial keluarga merupakan proses yang terjadi selama masa hidup, dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada masingmasing tahap siklus kehidupan keluarga. Walaupun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga memungkinkan keluarga berfungsi secara penuh dan dapat meningkatkan adaptasi dalam kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
18
2.
Dimensi dukungan keluarga Dimensi dukungan kelurga menurut Setiadi (2008) adalah: a.
Dimensi emosional/empati Dukungan ini melibatkan ekspresi, rasa empati dan perhatian terhadap seseorang sehingga membuatnya merasa lebih baik, memperoleh kembali keyakinannya, merasa dimiliki dan dicintai pada saat stress. Dimensi ini memperlihatkan adanya dukugan dari keluarga, adanya pengertian dari anggota keluarga yang lain. komunikasi dan interaksi anatara anggota keluarga diperlukan untuk memahami situasi anggota keluarga.
b. Dimensi penghargaan Dimensi ini terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dengan orang-orang disekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu. Perbandingan yang positif dengan orang lain seperti pernyataan bahwa orang lain mungkin tidak dapat bertindak lebih baik. Dukungan ini membuat seseoarang merasa berharga, kompeten dan dihargai. Dukungan penghargaan lebih melibatkan adanya penilaian positif dari orang lain terhadap individu. Bentuk dukungan penghargaan ini muncul dari pengakuan dan perhagaan terhadap kemampuan dan prestasi yang dimiliki seseorang. Dukungan ini juga muncul dari penerimaan dan penghargaan terhadap keberadaan seseorang secara total meliputi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
c. Dimensi instrumental Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan ini berupa bantuan langsung, dapat juga bantuan mengerjakan tugas tertentu pada saat mengalami stres. Dimensi ini memperlihatkan dukungan dari keluarga dalam bentuk nyata terhadap ketergantungan anggota keluarga. Friedman (2003), menyampaikan bahwa dukungan instrumental yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis
19
dan konkrit. Dukungan instrumental juga termasuk kedalam fungsi perawatan kesehatan keluarga dan fungsi ekonomi yang diterapkan terhadap keluarga yang sakit. Fungsi perawatan kesehatan seperti dalam menyediakan makanan, pakian, tempat tinggal, perawatan kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya dan fungsi ekonomi berupa penyediaan sumber daya yang cukup seperti financial dan ruang.
d. Dimensi informasi Dukungan ini berupa pemberian saran percakapan atau umpan balik tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu, misalnya ketika seseorang mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan, dia akan menerima saran dan umpan balik tentang ide-ide dari keluargnya. Dimensi ini menyatakan dukungan keluarga yang diberikan bisa membantu pasien dalam mengambil keputusan dan menolong pasien dari hari ke hari dalam manajemen penyakitnya. Dukungan insormasi yang diberikan keluarga merupakan salah satu bentuk fungsi perawatan kesehatan keluarga terhadap anggota keluarga
yang
sakit.
Fungsi
perawatan
kesehatan
keluarga
merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, tempat inggal dan perawatan kesehatan. Keluarga merupakan sistem dasar tempat prilaku kesehatan dan perawatan diatur, dilakukan dan dijalankan. Keluarga memberi promosi kesehatan dan perawatan kesehatan preventif, serta berbagi perawatan bagi anggotanya yang sakit (Friedman, 2013).
Efek dari dukungan terhadap kesehatan dan kesejahteraan memiliki fungsi yang sama. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitfisik dan emosi, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan emosi (Setiadi, 2008).
20
3.
Dampak Dukungan Keluarga Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan keluarga memengaruhi kejadian dan efek stres. Dukungan keluarga juga dapat mengubah hubungan antara respons individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri, memengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan keluarga dapat memodifikasi efek itu.
Dukungan keluarga ternyata tidak hanya memberikan efek posotif dalam memengaruhi kejadian dan efek stres. Terdapat beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, yaitu : a.
Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak memerhatikan dukungan yang diberikan.
b.
Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.
c.
Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti menyarankan atau melakukan prilaku tidak sehat.
d.
Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu pro dan menyebabkan program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain (Ely dkk, 2008).
4.
Sumber-Sumber Dukungan Sember-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dan lingkungan sekitarnya. Namun, perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan ini efektif bagi individu yang memerlukan. Sumber dukungan
21
keluarga merupakan aspek paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapat dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginannya secara spesifik sehingga dukunga sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.
Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari dukungan sosial ini adalah pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan. (Ely dkk, 2008).
C. Kecemasan Anak Pada Saat Hospitalisasi 1.
Definisi DepKes RI (2010), mendefenisikan kecemasan sebagai ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam dirinya. Cemas merupakan reaksi emosional terhadap individu yang subjek, dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui penyebabnya. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas atau menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik, kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2011).
Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realistis, kepribadian utuh, prilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal (Hawari, 2008).
Hospitalisasi merupakan suatu krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat dirumah sakit.Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
22
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor kecemasan bagi anak, orang tua dan keluarga (Wong, 2009).
2.
Manifestasi Kecemasan Pada Anak Manifestasi kecemasan pada anak terdiri dari beberapa fase (Nursalam, 2008). a.
Fase Protes (Phase Os Protest) Tahap ini dimanifestasikan dengan reaksi anak seperti menangis, kuat menjerit dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang, menggigit, memukul, mencubit, dan memegang erat orang tua. Secara verbal anak akan menyerang dengan rasa marah, seperti mengatakan “pergi”, prilaku tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari. Perilaku protes tersebut, seperti menangis akan terus berlanjut dan hanya akan berhenti jika anak merasa kelelahan. Pendekatan dengan orang asing yang tergesah-gesah akan meningkatkan protes.
b.
Fase Putus Asa (Phase Of Denial) Pada tahap ini anak tampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif, tidak berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis dan regresi (misalnya : mengompol atau mengisap jari). Pada tahap ini kondisi anak mengkhawatirkan karena anak menolak untuk makan atau bergerak.
c.
Fase menolak (Phase of denial) Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik pada apa yang disekitarnya dan membina hubungan dangkal dengan orang lain. Pada tahap ini anak mulai kelihatan gembira. Fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama dengan orang tua.
23
3.
Respon Kecemasan pada Anak Kecemasan dapat
mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, respon
kecemasan menurut Suliswati (2009) antara lain : a.
Respon fisiologis terhadap kecemasan Kecemsan adalah dengan mengaktifkan system saraf otonom (simpatis mampu parasimpatis). System saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respon tubuh reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah “fliht´ atau ”flight”.
b.
Respon psikologis terhadap kecemasan Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak refleks. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan memerlukan keterlibatan dengan orang lain.
c.
Respon kognitif Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir antaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapangan persepsi dan bingung.
d.
Respon afektif Secara afektif
klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
4.
Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak Menurut Perry & Potter (2005), faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada anak yang mengalami hospitalisasi antara lain : a.
Jenis kelamin Anak pada umur 2-6 tahun, kecemasan lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini karena laki-laki lebih aktif dan eksploratif sedangkan perempuan lebih sensitive dan banyak menggunakan perasaan. Selain itu perempuan lebih mudah
24
dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laiki-laki, kurang sabar dan mudah menggunakan air mata.
b.
Umur Semakin
tua
seseorang
semakin
baik
seseorang
dalam
mengendalikan emosinya.
c.
Lama Hari Rawat Lama hari rawat dapat mempengaruhi seseorang yang sedang dirawat juga keluarga dari klien tersebut (Utama 2003). Kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit akan sangat terlihat pada hari pertama sampai kedua bahkan sampai hari ketiga dan biasanya memasuki hari keempat atau kelima kecemasan yang dirasakan anak akan dimulai berkurang. Kecemasan yang terjadi pada pasien dan orang tua juga bisa dipengaruhi oleh lamanya seseorang dirawat. Kecemasan pada anak yang sedang dirawat bisa berkurang karena adanya dukungan orang tua yang selalu menemani anak selama dirawat, teman-teman anak yang datang berkunjung kerumah sakit atau anak sudah membina hubungan yang baik dengan petugas kesehatan (perawat, dokter) sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan anak.
d.
Lingkungan Rumah Sakit Lingkungan rumah sakit dapat mempengaruhi kecemasan pada anak yang mengalami hospitalisasi. Lingkungan rumah sakit juga akan memberikan kesan tersendiri bagi anak. Baik dari petugas kesehatan (perawat, dokter), alat kesehatan, dan teman seruangan dengan anak juga mempengaruhi kecemasan pada anak karena anak merasa bepisah dengan orang tuanya.
Menurut Moersintowarti (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada anak yang sedang dirawat dirumah sakit antara lain
25
: (1) Lingkungan rumah sakit (2) Bangunan rumah sakit (3) Bau khas rumah sakit (4) Obat-obatan (5) Alat-alat medis (6) Petugas kesehatan.
5. Tingkat Kecemasan Menurur Stuart (2011), kecemasan terbagi menjadi 4 tingkatan yaiutu : a.
Kecemasan ringan Kecemasan ringan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapangan persepsi. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menumbuhkan kreativitas seseoarang. Pada cemas ringan biasanya yang muncul tanda dan gejala seperti jantung berdebar, gelisah, menangis, marah-marah, lebih banyak bicara dari biasanya dan tangannya genetar.
b.
Kecemasan sedang Kecemasan tingkat ini memungkinkan individu untuk berfokus pada ha yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu tidak perhatian dan kurang selektif, namun dapat berfokus lebih banyak pada area lain jika diarahkan untuk melakukannya. Pada tahap ini disertai tanda dan gejala seperti mulut kering, badan gemetar, ekspresi wajah ketakutan, gelisah, tidak mampu bersifat rileks, sukar tidur, banyak bicara dan suara yang keras.
c.
Kecemasan berat Kecemasan ini sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada suatu yang meyempit dan lebih memperhatikan hak-hal yang lebih spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Prilakunya ditunjukkan untuk mencapai ketenangan dan membutuhkan banyak bimbingan untuk memperhatikan keadaan. Tanda gejala yang muncul biasanya seperti menendang
26
memainkan atau meremes jari, kecew, tidak berdaya dan merasa tidak berharga.
d.
Kecemasan tingkat panic Panic mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak dejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam jangka waktu yang lama dapat terjadi kelelahan dan kematian. Tanda dan gejalanya perasaan jantung berdebar, penglihatan berkunang-kunang, sakit kepala, sulit bernafas, perasaan mau muntah, otot tubuh merasa tegang dan mengalami kelelahan.
6.
Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kecemasan Anak Menurut Wong (2009), menyatakan bahwa intervensi yang paling dilakukan perawat terhadap anak yang mengalami kecemasan akibat hospitalisasi
pada
dasarnya
untuk
meminimalkan
kecemasan,
memaksimalkan manfaat hospitalisasi memeberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga, mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit. Upaya untuk mengatasi kecemasan pada anak antara lain yaitu : a.
Melibatkan orang tua anak Melibatkan orang tua, setiap tindakan yang dilakukan kepada anak merupakan upaya mengurangi kecemasan pada anak karena akan terasa terlindungi dengan adanya orang tua disamping mereka terutama pada anak berusia 1 sampai 3 tahun.
b.
Modifikasi lingkungan rumah sakit Upaya ini diharapkan agar anak tetap merasa nyaman dan tidak asing dengan lingkunga baru. Maksudnya disini dengan menghias ruangan rumah sakit dengan gambar kartun, gambar buah-buahan, gambr hewan-hewan dan gambar bola-bola.
27
c.
Peran petugas kesehatan rumah sakit (dokter, perawat dan sebagainya) peran dari petugas kesehatan dirumah sakit (dokter, perawat dan sebagainya) khususnya perawat orang yang paling dekat dengan anak selama perawatan dirumah sakit. Sekalipun anak menolak perawat namun perawat harus tetap memberikan dukungan dengan meluangkan waktu secara fisik dekat dengan anak menggunakan suara dengan tenang dan sentuhan secara empati.
7.
Skala Pengukuran Tingkat Kecemasan Rasa cemas pada penelitian diukur dengan skala kecemasan Taylor Manifest Ansxiety scale (TMAS) yang disusun Taylor dalam Muaffifah (2013), gejala kecemasan yaitu : berkeringat, nafsu makan berkurang, jantung berdebar-debar, ujung jari tersa dingin, mudah menangis, ketakutan, merasa akan buang air kecil, lemas, otot leher kaku, kepala pusing, mual, mulas, sulit berkonsentrasi, bingung, wa-was, tidak tenang, tertekan takut, mudah tersunggung, gelisah, cepat marah, tidak puas, khawatir akan ditimpa baahaya, tampak bodoh, sesak nafas dan sulit tidur.
Dari masing-masing kelompok gejala diberikan penilaian (score) antara 1-3, yang artinya adalah : a.
Nilai 1 : gejala ringan (hanya sebagian gejala yang muncul).
b.
Nilai 2 : gejala sedang (lebih dari sebagian gejala yang muncul)
c.
Nilai 3 : gejala berat (seluruh gejala muncul).
Dari masing-masing nilai angka (score) dari ke 25 kelompok gejala tersebut dijumlah sehingga dari penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat cemas seseoarng, yaitu : Cemas ringan (25-33), cemas sedang (34-42) dan cemas berat (43-50).
28
D. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Anak Berdasarkan hasil penelitian Stella, (2013) Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Di Usia Pra Sekolah Di Irina E Blu Rsup Prof Dr.R.D Kandou Manado. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga pada responden adalah kurang dengan Proposi 56,7%, Sebagian besar tingkat kecemasan responden adalah kecemasan berat dengan proporsi 73,3%, dimana didapatkan p value =0.035 berarti pvalue <0.05 sehingga dapat di simpulkan
ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan dukungan
keluarga pada anak yang mengalami hospitalisasi di Irina E BLU RSUP Prof Dr.R.D Kandou Manado.
Berdasarkan hasil penelitian Irdawati, (2010) Hubungan Support System Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Yang Dirawat Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta didapatkan hasil responden atau orang tua yang memberikan dukungan keluarga kurang sebagian besar anaknya memiliki tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 1 anak. Kemudian responden yang memberikan dukungan keluarga cukup sebagian besar anaknya memiliki tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 3 anak (10%) dan 1 anak yang memiliki tingkat kecemasan sedang. Responden yang memberikan dukungan keluarga yang baik, sebagian besar anaknya memiliki tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 18 anak (60%) dan 7 anak (23,3%) memiliki tingkat kecemasan ringan. Dimana didapatkan p value 0,000 berarti p value <0.05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Hubungan Support System Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Yang Dirawat Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar dukungan dari keluarga akan mengurangi tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian Junaidi, (2013) Hubungan Dukungan Keluarga Dan Lingkungan Rumah Sakit Dengan Reaksi Hospitalisasi Pada Anak Usia Sekolah Di Rsup Dr. Wahiddin Sudirohusodo Makassar menunjukkan bahwa dari 14 responden yang mendapat dukungan keluarga dan tidak ada reaksi
29
hospitalisasi yaitu
sebanyak 8 responden (57,1%), dan responden yang
mendapatdukungan keluarga namunada reaksi hospitalisasi yaitu sebanyak 2 responden (14,3%). Tidak ada responden yang kurang mendapat dukungan keluarga dan tidak ada reaksi hospitalisasi yang muncul, namun yang kurang mendapat dukungan keluarga dan ada reaksi hospitalisasi yang muncul yaitu sebanyak 4 responden (28,6%). Dari hasil analisis SPSS dengan menggunakan uji statistik Chi-square koreksi Fisher’s exact-test,diperoleh p= (0,015) < α (0,05) yang menunjukkan penolakan terhadap hipotesis nol (H0) dan penerimaan terhadap hipotesis alternatif (Ha). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan reaksi hospitalisasi pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Wahiddin Sudirohusodo Makassar. E. Kerangka Konsep Penelitian Skema 2.1 Kerangka konsep Variabel independen Dukungan keluarga
Variabel dependent Kecemasan anak
F. Hipotesis Penelitian Ha = Ada hubungan signifikan dukungan keluarga dengan kecemasan anak pada saat hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif kolerasi dengan pendekatan penelitian cross sectional
yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon tahun 2015. B. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang mendampingi anak yang sedang dirawat diruang perawatan anak di RSUD Datu Beru Takengon sebanyak 1.780 pada bulan januari sampai dengan desember tahun 2014 dengan rata-rata perbulan sebanyak 148 anak.
2.
Sampel Berdasarkan Arikunto (2007) yaitu jika populasi kurang dari 100, maka lebih baik semua dijadikan sampel tetapi jika jumlah populasi lebih dari 100, maka akan diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih yaitu : 20% dari 148 : n = (20% x 148).
Keterangan :
n = (20% x N)
n = 30 %
n = Jumlah sampel
n = 29,6 orang
N= Populasi
n= 30 orang Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan sejumlah sampel yang telah ditetapkan sebanyak 30 orang. Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti menentukan criteria inklusi. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : (1) Salah
30
31
satu dari orang tua maupun kedua orang tua yang sedang mendampingi anak yang sedang dirawat (2) Lama hari rawat 1-3 hari (3) Usia anak 3-6 tahun.
C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru Takengon.
D. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dari Februari-Juli 2015.
E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Dukungan keluarga
Kecemasan
Definisi Operasional Tindakan yang dilakukan oleh keluarga terhadap anak yang sedang dirawat dengan upaya memberikan perhatian, kasih sayang, rasa peduli dengan keadaan anak, memberikan rasa nyaman kepada anak, empati, memberikan sambutan yang positif, memberikan bantuan, menyediakan makanan, memberikan informasi tentang kesehatan terhadap anggota keluarga yang sakit. sehingga anak dapat mengurangi rasa takut akan diberikan tindakan keperawatan. Respon yang ditimbulkan saat anak mengalami kecemasan adalaah dalam bentuk sangat tidak menyenangkan dengan respon anak, menangis, ketakutan, mudah marah, tidak tenang, gelisah, tidak selera makan, ujung jari terasa dingin, sesak nafas, berkeringat dan sering buang air kecil.
Cara Ukur Kuisioner
Observasi
Hasil Ukur 1. Baik Skor: 25-36 2. Cukup Skor : 13-24 3. Kurang Skor : 0-12
1. Cemas ringan skor : 2. 0-2 3. Cemas sedang skor : 3-6 4. Cemas berat skor : 7-10
Skala Ukur Ordinal
Ordinal
32
F. Aspek Pengukuran 1.
Variabel Independen Untuk mengukur dukungan keluarga peneliti menggunakan kuisioner. Kuisioner ini menggunakan skala Linkert dengan pilihan jawaban selalu, sering, jarang, tidak pernah. Jawaban Selalu diberi skor 3, Sering diberi skor 2, Jarang diberi skor 1 dan Tidak pernah diberi skor 0, maka skor tertinggi adalah 36 dan terendah 0. Kategori variabel bebas dibuat oleh peneliti dengan tiga kategori yaitu baik : 25-36, cukup : 13-24 dan kurang : 0-12 dengan menggunakan rumus interval (Sudjana, 2005).
Keterangan : P
: Nilai yang dicari
Rentang : Skor tertinggi-Skor terendah Banyak
: Banyak kategori
Paparan dukungan keluarga di kategorikan sebagai berikut : Dukungan keluarga baik
: 25-36
Dukungan keluarga cukup : 13-24 Dukungan keluarga kurang : 0-12 2.
Variabel dependen Untuk mengukur tingkat kecemasan anak pada saat hospitalisasi peneliti menggunakan observasi dengan panduan Taylor Manifest Ansxiety Scale (TMAS) yang disususn Taylor, dimana Taylor Manifest Ansxiety Scale ini memuat 10 pertanyaan positif dengan menggunakan skala Guttman dengan pilhan jawaban ya, diberi skor 1, dan jawaban tidak, diberi skor 0, maka skor tertinggi 10 terendah 0. Kategori variabel terikat dibuat oleh peneliti dengan dua kategori yaitu cemas ringan 0-2, cemas berat 3-6, dengan menggunakan rumus interval (Sudjana, 2005)
33
(3) Keterangan : P
: Nilai yang dicari
Rentang
: Skor tertinggi-Skor terendah
Banyak
: Banyak kategori
Paparan tingkat kecemasan di kategorikan sebagai berikut : Cemas ringan : 0-2 Cemas sedang : 3-6 Cemas berat
: 7-10
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara menjelaskan prosedur penelitian kepada setiap responden dan menerima persetujuan kesediaan menjadi responden penelitian. Selanjutnya memberikan kuisioner kepada responden dan diminta untuk diisi sesuai petunjuk kuisioner untuk mendapatkan jawaban hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan anak padaa saat hospitalisasi. Kuisioner yang telah diisi secara lengkap oleh responden dikumpul dan di observasi kembali untuk dicek kelengkapannya. H. Etika Penelitian Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan pendekatan secara administratif kepada pihak rumah sakit dalam hal ini Rumah Sakit Umum Derah Datu Beru Takengon, yaitu dengan berbekal surat ijin pengambilan data awal untuk mengadakan penelitian dari Universitas Sari Mutiara Indonesia yang di sampaikan kepada Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru Takengon.
Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai mengumpulkan data dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada responden yang
34
akan diteliti. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Sebelum responden mengisi dan menandatangani persetujuan, peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan proses penelitian yang akan dilakukan. Responden yang menolak berpartisipasi dalam penelitian maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak tanpa ada tekanan fisik maupun psikologis.
Penelitian dilakukan dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi (Polit and Beck, 2004 dalam Setiawan, 2010) : 1. Beneficence Prinsip beneficence menekankan peneliti untuk melakukan penelitian yang memberikan manfaat
bagi responden. Prinsip ini memberikan
keuntungan
mencegah
dengan
cara
dan
menjauhkan
bahaya,
membebaskan responden dari eksploitasi serta menyeimbangkan antara keuntungan dan resiko.
2. Non maleficence Prinsip ini menekankan peneliti untuk tidak melakukan tindakan yang menimbulkan bahaya bagi responden. Responden dibuat bebas dari rasa tidak nyaman. Penelitian ini menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.
3. Anonymity (Tanpa Nama) Peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan sampel penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada kuisioner dan hanya menuliskan kode pada kuisioner serta hasil penelitian yang akan disajikan. Peneliti juga menjamin kerahasiaan semua informasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dari sampel.
35
4. Veracity Prinsip veracity atau kejujuran menekankan peneliti untuk menyampaikan informasi yang benar dan tidak melakukan kebohongan kepada responden. Pada penelitian ini semua responden diberitahu bahwa responden adalah subjek penelitian.
5. Informed concent (Lembar Persetujuan) Lembar persetujuan akan diedarkan sebelum peneliti dilaksanakan kepada selutuh klien yang memenuhi kriteria untuk diteliti, dengan tujuan agar sampel penelitin mengerti dan memahami maksud dan tujuan penelitian serta bisa bekerjasama dengan peneliti. Responden yang bersedia diteliti harus menandatangani sumber persetujuan menjadi responden. Jika klien tidak bersedia diteliti maka peneliti menghormati hak responden. 6. Confidentiality (kerahasiaan) Informasi yang berhasil dikumpulkan dari sampel penelitian dijaga dan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok tertentu saja yang mengetahui hasil penelitian atau riset. I.
Analisa Data 1.
Pengolahan data Proses pengolahan atau manjemen data meliputi (Notoadmodjo, 2010) : a.
Editing Editing data langsung dilakukan peneliti sebelum meningkatkan responden, hal ini dilakukan untuk menghindari wawancara berulang. Memeriksa data yang sudah terkumpul bertujuan untuk memasyikan bahwa semua lembar kuisioner sudah diisi dengan lengkap seperti pengisian data demografi dan pilihan jawaban kuisinoer.
b.
Coding Setelah semua kuisioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean. Pengkodean dilakukan dengan cara memberikan kode
36
pada setiap lembar kuisioner atau setiap item pernyataan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan peneliti untuk mempermudah analisis data. Kode untuk pernyataan jenis kelamin anak (“Laki laki diberi kode 1 dan perempuan diberi kode 2”) jenis kelamin orang tua (“perampuan diberi kode 2 dan laki laki diberi kode 1”) lama hari rawat (“1-3 hari diberi kode 0 dan >3 hari diberi kode 1”) umur anak (“3-4 tahun diberi kode 0, 5-6 tahun diberi kode 1,”). Untuk kuesioner dukungan keluarga jawaban Selalu diberi skor 0-3, kategori selalu jika semua kegiatan dilakukan (nilai 3), Sering, jika kegiatan sebagian besar dilakukan (Nilai 2), Jarang jika kegiatan sewaktu waktu dilakukan (Nilai 1) dan tidak pernah jika kegiatan tidak dilakukan (Nilai 0). Dukungan keluarga dibagi menjadi 3 kategori yaitu dukungan keluarga kurang
: 0-12 diberi kode 0,
dukungan keluarga cukup : 13-24 diberi kode 1, dukungan keluarga baik : 25-36 diberi kode 2. Dan untuk kuesioner kecemasan anak pada saat hospitalisasi dibagi 2 kategori yaitu Ya (Nilai 1) dan Tidak (Nilai 0). Jika anak mengalami kecemasan “Ringan 0-2 diberi kode 0”, jika anak mengalami kecemasan “Sedang 3-6 diberi kode 1” dan jika anak mengalami kecemasan “Berat 7-10 diberi kode 2”. c.
Entry Tahap ini peneliti memasukkan data kedalam komputer dengan menggunakan program Excel kedalam spread sheet diolah dengan menggunakan uji statistic kolerasi Spearman dengan program SPSS (statistical Product and Service Solution)
d.
Tabulating Setelah selesai memberikan penilaian kemudian dilakukan tabulasi dengan memasukkan semua jawaban ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah analisa data lalu di interpretasikan.
37
2.
Analisa Data a.
Univariat Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karekteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
b.
Bivariat Untuk mengetahui hubungan dari kedua variabel independent dengan dependent yaitu hubungan dukungan kelurga dengan kecemasan anak pada saat hospitalisasi. Analisa bivariat penelitian ini menggunakan statistik kolerasi spearman dengan nilai standart alpha α 0,05 dengan confidence interval (CI) 95%.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah sakit Umum Daerah Datu Beru berdiri sejak masa penjajahan kolonial Belanda pada tahun 1939, pada waktu itu masih bernama Rumah Sakit Umum Takengon dan berlokasi di jalan Yos Sudarso Takengon, yang ketika itu masih dikelola oleh pemerintah Belanda, kemudian setelah Indonesia merdeka Rumah Sakit ini diserahkan kepada Pemda Aceh Tengah. Pada tahun 1978 Rumah Sakit Umum Takengon dipindahkan dari tempat yang lama yaitu di jalan Yos Sudarso ketempat baru yang disediakan oleh pemda dan masih menyandang perikat type D, namun secara operasional sudah berpedoman pada struktur organisasi Runah Sakit type C, hal ini dilakukan guna mempersiapkan peningkatan cara kerja untuk mencapai predikat Rumah Sakit type C.
Kemudian pada tahun 1995, berdasarkan SK Menkes RI No.109/Menkes/ SK/1995 dengan nama Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon di tingkatkan dari type D menjadi type C yang diresmikan pada tanggal 24 juli 1995 dengan nama Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon. Pada tahun 2009 berdasarkan SK Menkes RI Nomor 549/Menkes/SK/ VII/2009, tanggal 15 juli 2009 Rumah Sakit Umum Daerah dengan klasifikasi kelas B, dan dapat juga di tetapkan sebagai Rumah sakit pendidikan apabila memenuhi persyaratan dan kiteria yang berlaku.
Ruangan tempat peneliti melakukan penelitian di ruang Anak yang mana istalasi rawat inapnya terdiri dari 28 tempat tidur dan jumlah perawat sebanyak 19 orang.
38
39
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon terdapat 30 orang tua anak sebagai responden penelitian. Berikut adalah distribusi responden berdasarkan umur anak, jenis kelamin anak, lama rawatan anak, umur orang tua, pendidikan terakhir orang tua, jenis kelamin orang tua, dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi. 2.
Analisa Univariat : karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase berdasarkan Karakteristik Anak Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 (n=30) Karakteristik Umur anak Jenis Kelamin anak Lama Hari Rawat
3-4 Tahun 5-6 Tahun Laki-laki Perempuan 1-3 Hari > 3 Hari
n 23 7 10 20 18 12
% 76,7 23,3 33,3 66,7 60,0 40,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden anak mayoritas berumur 3-4 tahun sebanyak 76,7%, jenis kelamin anak mayoritas perempuan sebanyak 66,7%, dan lama hari rawat anak mayoritas 1-3 hari sebanyak 60,0%. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase berdasarkan Karakteristik Responden Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 (n=30) Karakteristik Umur
Jenis Kelamin Pendidikan
38-45 Tahun 30-37 Tahun 22-29 Tahun Laki-laki Perempuan SD SMP SMA DIII S1
n 10 6 14 13 17 9 8 10 2 1
% 33,3 20,0 46,7 43,3 56,7 30,0 26,7 33,3 6,7 3,3
40
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa karakteristik responden orang tua mayoritas berumur 22-29 tahun sebanyak 46,7%, jenis kelamin orang tua mayoritas perempuan sebanyak 56,7%, dan pendidikan orang tua mayoritas SMA sebanyak 33,3%.
b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Dukungan Keluarga Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 (n=30) Dukungan Keluarga Baik Cukup Kurang
n
%
5 11 14
16,7 36,7 46,7
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memberikan dukungan dengan kategori kurang sebanyak 46,7%.
c.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kecemasan Anak Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Kecemasan Anak Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 (n=30) No 1 2 3
Kecemasan Anak Berat Sedang Ringan
n
%
18 5 7
60,0 16,7 23,3
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mayoritas anak memiliki kecemasan dengan kategori berat sebanyak 60,0%.
41
3.
Analisa Bivariat a.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Anak Tabel 4.5 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Anak Pada Saat Hospitalisasi Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 (n=30) Dukungan Keluarga Baik Cukup Kurang Jumlah
Kecemasan Anak Ringan Sedang Berat n % n % n % 0 0 4 13,3 1 3,3 6 20,0 3 10,0 2 6,7 12 40,0 0 0 2 6,7 7 23,3 5 16,7 18 60,0
Total n 5 11 14 30
% 16,7 36,7 46,7 100,0
P value
R
0,000
-0,649
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat dukungan keluarga baik sebanyak 16,7% dengan anak yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 13,3%, anak yang mengalami kecemasan sedang 3,3% dan anak yang mengalami kecemasan berat tidak ada. Responden yang menyatakan dukungan keluarga cukup sebanyak 36,7% dengan anak yang mengalami
kecemasan ringan sebanyak 10,0%, anak
mengalami kecemasan sedang 6,7%, dan anak yang mengalami kecemasan berat 20,0%. Dukungan keluarga kurang sebanyak 46,7% dengan anak yang mengalami kecemasan ringan tidak ada, anak mengalami kecemasan sedang 6,7% dan anak yang mengalami kecemasan berat sebanyak 40,0%.
Dari hasil uji statistik menggunakan korelasi spearman didapatkan ada hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 dengan P Value = 0,000 (P<0,05) dan nilai r = -0,649 (0,60 –0,799:Kuat).
42
B. Pembahasan 1.
Interprestasi Dan Diskusi Hasil a.
Dukungan Keluarga Dari hasil penelitian yang dilakukan pada orang tua anak yang menjadi responden dengan dukungan keluarga yang dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik,ckup, kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga baik 16,7%, cukup 36,7%, dan kurang 46,7%. Hal ini diketahui dari 12 jawaban kuisioner yang telah dibagikan kepada responden. Dukungan keluarga yang diberikan kepada anak masih kurang 46,7%, karena sebagian keluarga belum memberikan dukungan dengan baik kepada anak yang sedang di rawat di rumah sakit seperti menenangkan anak saat anak menangis, memperhatikan anak saat perawat memberikan suntikan. Dari jawaban kuisioner dukungan keluarga yang di dapat adalah keluarga memberikan semangat pada anak saat pemasangan infus 30%, keluarga memperhatikan saat perawat memberikan suntikan obat 40,5%, keluarga mengatasi ketakutan anak dengan mengalihkan perhatiaan melalui pembicaraan 20,7%.
Hal ini juga berkaitan dengan kurang akrabnya hubungan kekerabatan dalam sebuah keluarga di lingkungan tersebut. Dari data tersebut bahwa dukungan keluarga terhadap satu anak dengan anak yang lain berbeda, sesuai dengan teori Friedman (2012) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran keluarga, usia ibu dan sosial ekonomi keluarga (pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan).
Hal ini didukung dengan hasil kuesioner yang didapatkan dari dimensi emosional/empati bahwa mayoritas responden kurang memberikan empati dimana orangtua kurang memberikan semangat pada anak saat pemasangan infus dan tidak menenangkan anak pada
43
saat anak menangis, dari dimensi penghargaan didapatkan keluarga kurang mendengarkan keluhan anak saat merasakan kesakitan, dari dimensi informasi didapatkan keluarga kurang mengatasi ketakutan anak dengan mangalihkan perhatian melalui pembicaraan.
Orang tua didorong untuk tetap tinggal dengan anak-anak yang masih muda selama mungkin sehingga perilaku perpisahan diminimalkan. Kesediaan orang tua untuk tinggal bergantung kepada keterlibatan mereka dengan anak-anak di rumah, situasi kerja mereka, dan tingkat rasa nyaman mereka dengan rumah sakit, serta jumlah dukungan yang mereka terima dari anggota keluarga lain dan teman dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga lainnya (Potter, 2009).
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Ahmad (2013) tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dan Lingkungan Rumah Sakit Dengan Reaksi Hospitalisasi Pada Anak Usia Sekolah, didapatkan bahwa mayoritas responden memberikan dukungan dengan kategori kurang sebanyak 20 orang (62,1%). Begitu juga dengan penelitian Anisa (2009) tentang hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan sosial anak, didapatkan bahwa mayoritas responden memberikan dukungan dengan kategori kurang sebanyak 45 orang (73,5%).
Menurut pendapat peneliti, bahwasanya hasil penelitian yang didapat sejalan dengan pernyataan yang ada, dimana mayoritas responden dalam penelitian ini memberikan dukungan kepada anak dengan kategori kurang. Hal ini disebabkan karena sebagian anggota keluarga kurang memberikan perhatian kepada anak.
44
b. Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat hospitalisasi Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 30 anak yang menjadi responden yang sedang menjalani perawatan di RSUD Datu Beru Takengon
didapat anak yang mengalami kecemasan ringan
sebanyak 23,3%%, anak mengalami kecemasan sedang 16,7%, dan anak mengalami kecemasan berat 60,0%. Dari hasil analisa jawaban lembar observasi yang di dapat adalah anak yang mengalami kecemasan berat 60,0%. Dimana anak menangis kuat saat dilakukan tindakan keperawatan 100%, anak tidak tenang saat diberikan suntikan obat 80%, anak menangis saat di tinggalkan oleh orang tua nya 66,7%, ujung kaki anak terasa dingin 66,7%, anak tampak berkeringat saat dilkaukan tindakan keperawatan 66,7%. Hal ini dapat terjadi menurut peneliti karena anak ketakutan dengan tindakan medis dan obat-obatan. Peneliti ini di dukung oleh hasil penelitian Babakal (2013) hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,032 < 0,05 (H0 ditolak). Hasil penelitiandapaat disimpulkan bahwa dukungan keluarga sangat di perlukan untuk mampu mengurangi stres ataupun trauma pasien ketika menjalani hospitalisasi.
Menurut
Wong
(2009)
Kemampuan
koping
anak
tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat perkembangan umur, pengalaman sakit sebelumnya, perpisahan atau hospitalisasi, terdapatnya support system atau dukungan dari lingkungan sekitar, keahlian koping alami ataupun yang di dapat dan keseriusan diagnosa penyakit.
Menurut Carson (2010) anak-anak akan bereaksi terhadap stressorstressor yang ditimbulkan oleh karena hospitalisasi baik pada saat masuk untuk pertama kali, selama proses hospitalisasi, dan nantinya setelah keluar dari rumah sakit. Namun demikian gambaran anak pada saat sebelum hospitalisasi mengenai keadaan sakitnya lebih penting dari pada usia maupun kematangan intelektualnya dalam
45
mempengaruhi tingkat penyesuaian diri anak selama hospitalisasi (Wong, 2009).
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Purwandari (2008) tentang hubungan dukungan informasional dengan kecemasan perpisahan akibat hospitalisasi pada anak, didapatkan bahwa mayoritas anak sebanyak 26 orang (53,7%) memiliki kecemasan dengan kategori berat. Begitu juga dengan penelitian Hartanti (2012) tentang hubungan efek hospitalisasi (kecemasan) pada anak usia prasekolah yang dilakukan tindakan pemasangan infus dengan tingkat kecemasan ibu, didapatkan bahwa mayoritas anak sebanyak 26 orang (53,7%) memiliki kecemasan dengan kategori berat.
Menurut pendapat peneliti, bahwasanya hasil penelitian yang didapat sejalan dengan pernyataan yang ada, dimana mayoritas anak dalam penelitian ini memiliki kecemasan dengan kategori berat. Hal ini disebabkan perbedaan umur antara masing-masing anak dimana anak yang umurnya lebih tinggi akan memiliki tingkat kecemasan yang ringan dibanding dengan yang umurnya lebih muda, selain itu tingkat kecemasan anak juga diakibatkan pengalaman sakit sebelumnya, dimana anak yang pernah sakit di bawa ke rumah sakit akan memiliki tingkat kecemasan yang rendah dibanding dengan anak yang masih belum pernah dibawa ke rumah sakit.
c.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Anak Pada Saat Hospitalisasi Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 Dari hasil uji statistik menggunakan uji spearman didapatkan ada hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 dengan P Value = 0,000 (P<0,05) dan nilai r = -0,649. Menurut Sugiono (2007) dari hasil tersebut mempunyai arti bahwa terdapat kolerasi antara
46
dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi. Koefisien korelasi (r) memberikan hasil negatif, hal ini berarti bahwa adanya hubungan terbalik antara dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia pra sekolah pada saat hospitalisasi yang menunjukkan semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami oleh anak usia prasekolah pada hospitalisasi. Sehingga hipotesis penelitian ini diterima yaitu ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi. Nilai korelasi (r) sebanyak 0,649 menunjukkan bahwa korelasi antara dukungan keluarga
yang menunjukkan kekuatan hubungan kuat
dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi mempunyai nilai tinggi/kuat (Sugiono, 2006).
Hal ini dibuktikan dengan dukungan keluarga baik sebanyak 16,7% dengan anak yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 23,3%, dukungan keluarga cukup sebanyak 36,7% dengan anak yang mengalami kecemasan sedang 16,7%, dan dukungan keluarga kurang sebanyak 46,7% dengan kecemasan anak berat sebaanyak 60,0%.
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat membantu anak dalam mengkoping stressor. Menurut Setiadi (2008, dalam Friedman, 1998) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat menimbulkan efek penyangga yaitu dukungan keluarga menahan efek-efek negatif dari stress terhadap kesehatan dan efek utama yaitu dukungan keluarga yang secara langsung mempengaruhi peningkatan kesehatan. Dukungan orang tua yang tinggi juga akan meningkatkan harga diri, kemampuan kontrol diri dan kemampuan instrumental anak. Sehingga dengan peningkatan kemampuan tersebut diharapkan akan meningkatkan kemampuan koping anak dalam menghadapi berbagai stressor yang dihadapinya saat
47
hospitalisasi. Dengan kemampuan koping tersebut maka tingkat kecemasan anak yang dialaminya ketika hospitalisasi dapat diminimalisir.
Anak merasa takut bila ada seorang perawat atau yang datang menghampirinya, tidak peduli apa yang perawat lakukan sekalipun tidak akan menyakitinya. Mereka menganggap perawat akan melukainya dengan membawa suntikan atau peralatan yang lainnya. Anak berusaha untuk menolak perawat, tidak mau ditinggalkan orang tuanya, memegang erat tangan orang tuanya, anak meminta pulang, menangis sekuatnya dan memukuli perawat serta anak berlari-lari (Supartini, 2004).
Anak-anak biasanya takut kepada perawat ataupun dokter karena berpikir bahwa perawat atau dokter akan memberikan suntikan atau yang lainnya Anak-anak biasanya takut kepada perawat ataupun dokter karena berpikir bahwa perawat atau dokter akan memberikan suntikan atau yang lainnya yang dianggapnya akan menyakiti dirinya.
Menurut Tjandra (2010) kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik fisik maupun psikologisnya. Kecemasan inilah yang dapat timbul pada anak-anak. Selain itu, orang tua dapat memberikan asuhan efekif selama hospitalisasi anak. Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan merasa aman apabila berada disamping orang tuannya (Supartini, 2009). Rasa aman yang dirasakan oleh anak, sudah pasti mengurangi reaksi hospitalisasi yang di rasakannya.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Stella, (2013) tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak di usia pra sekolah di RSUP Prof
48
Dr.R.D Kandou Manado. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga pada responden adalah kurang dengan Proposi 56,7%, Sebagian besar tingkat kecemasan anak adalah kecemasan berat dengan proporsi 73,3%, dimana didapatkan p value =0.003 (p value <0.05) yang menunjukkan ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan dukungan keluarga pada anak yang mengalami hospitalisasi di RSUP Prof Dr.R.D Kandou Manado.
Menurut pendapat peneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon didapatkan sesuai dengan penelitian bahwa mayoritas dari responden memberikan dukungan dengan kategori kurang. Dimana dari hasil penelitian terlihat bahwa dukungan keluarga sangat berhubungan dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi. Hal ini disebabkan karena perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya salah satunya adalah keluarga yang mengakibatkan timbulnya kecemasan. Dukungan keluarga yang didapatkan oleh seorang anak dapat meminimalisir ketakutan berpisah yang dirasakan oleh anak sehingga semakin baik dukungan keluarga yang didapatkan oleh seorang anak dapat pula mengurangi kecemasan yang ia rasakan, dan selain itu dengan kurangnya dukungan yang diberikan keluarga khususnya orangtua saat anak hospitalisasi dapat membuat anak menjadi takut dengan tenaga kesehatan yang ada seperti perawat dan dokter, anak akan merasa ketakutan dengan tindakan yang akan diberikan kepadanya dalam hal ini dengan kurangnya dukungan yang diberikan keluarga khususnya orangtua maka akan membuat anak semakin cemas pada saat hospitalisasi.
49
2.
Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sampel yang masih kurang banyak sehingga hasilnya belum dapat digeneralisasikan pada kelompok subyek dengan jumlah yang besar. Penelitian ini tidak melakukan uji validitas dan reabilitas dalam kebenaran isi kuisioner, sehingga kuisioner penelitian dalam penelitian ini tidak dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai alat ukur penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa : 1.
Mayoritas responden yang memberikan dukungan keluarga dengan kategori kurang di RSU Datu Beru Takengon sebanyak 46,7%.
2.
Mayoritas anak memiliki kecemasan dengan kategori berat sebanyak 60,0%.
3.
Ada hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi Di RSUD. Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015, dengan P Value = 0,000 (P<0,05) dan nilai r = -0,649 (0,60 –0,799=kuat).
B. Saran 1.
Bagi Keluarga Agar orang tua maupun keluarga, pada saat anak dihospitalisasi mempersiapkan baik fisik mapun psikologis sehingga peran serta orang tua dan keluarga dapat dilakukan dengan baik seperti memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual anak. Keluarga bisa berprilaku positif sehingga anak merasa terlindungi dan mengurang stres pada anak yang sedang dirawat di RS.
2.
Bagi Perawat Agar lebih banyak dilakukan penyuluhan kepada keluarga pasien, khususnya keluarga yang kurang mendukung, juga yang memiliki anak dengan kecemasan sedang atau berat dan Perlunya pemahaman yang.
50
51
benar pada masyarakat luas tentang pasien yang dirawat di ruang Anak RSUD Datu Beru Takengon
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan
dapat
mengembangkan
hasil
penelitian
ini
dengan
mengembangkan variabel lain yang berhubungan dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi dan menambahkan jumlah sampel agar hasil penelitian lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Carson (2010). Psikologis Pedekatan Dasar. Yogyakarta : Alfabeta Coyne, I (2006). Children Experience Of Hospitalization. Journal Of Child Health Care, 10 (4), 326-336 Debby (2013). Hubungan Penerapan Atraumatic Care Dengan Kecemasan Anak Pasekolah Saat Proses Hospitalisasi Di RSU Dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso. Skripsi : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Di akses 20 Februari 2015. Erni (2007). Hunungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah Di Bangsal L RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2007. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta. Di akses 20 Februari 2015. Friedman (2006). Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik (Edisi 3). Jakarta : EGC Friedman, Marlyn, M (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Jakarta : EGC Hawari, D (2008). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hidayat, A.A (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Hockenberry, Dkk (2007). Nursing Care Of Infant and Children. Eight Edition. Mosby : Evolve Elsevier. James, Dkk (2007). Nursing Care Of Children Principles and Children. Third Edition. S.t.Louis : Saunders Elsavier. Notoadmodjo, S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Novriadi, Edy (2012). Askep Pada Klien Hospitalisasi Conline. Jakarta. Nursalam (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam (2009). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Potter & Perry, (2005). Fundamental Keperawatan (Edisi 4). Jakarta : Salemba Medika Potter & Perry, (2009). Fundamental Keperawatan (Edisi7). Jakarta : Salemba Medika Saadah, Nurlailis (2013). Hubungan Dkungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah Di Ruang Delima RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponogoro. Skripsi : Prodi Kebidanan Magetan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Diakses 20 Februari 2015. Setiadi (2008). Konsep dan Prose Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu Setiawan & Suryono (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta : Nuha Medika Supartini, Yupi (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. Stuart, Gail W (2011). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Suliswati, dkk (2009). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Tjandra (2010). Landasan Psikologis Proses Peendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Wong, dkk (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta : EGC.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH PADA SAAT HOSPITALISASI DI RSUD DATU BERU TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2015
Perihal : Persetujuan menjad responden penelitian Kepada Yth, Bapak/Ibu Calon Responden Di Tempat
Dengan Hormat, Bersamaan dengan surat ini, saya mahasiswa Program Studi Ners Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia ingin melakukan penelitian tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi Di RSUD Datu Beru Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015. Dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi di RSUD Datu Beru Takengon, penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan bagi keluarga. Untuk itu saya mengharapakan kesediaan dan keikut sertaan keluarga dalam penelitian ini. Atas bantuan dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.
Responden
(
Hormat saya
)
(Erresti Rahmadhani)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk turut berpartisipasi sebagai responden peneliti yang dilakukan oleh mahasiswa S-1 Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang bernama Erresti Rahmadhani NIM 11 02 009 dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Saat Hospitalisasi Di Rsud Datu Beru Takengon Tahun 2015”, maka dengan ini saya menyatakan bahwasanya saya bersedia menjadi responden untuk membantu dan berperan dalam kelancaran peneliti tersebut.
Medan, Juli 2015 Responden
(
)
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Frequencies Statistics Kategori Umur N
Valid Missing
Kategori Dukungan Keluarga
Jenis Kelamin
Pendidikan
Kategori Kecemasan Anak
30
30
30
30
30
0
0
0
0
0
Frequency Table Kategori Umur Anak Frequency Valid
3-4 tahun 5-6 tahun Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
23
76.7
76.7
76.7
7
23.3
23.3
100.0
30
100.0
100.0
Kategori Umur Ornang Tua Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
22-29 Tahun
14
46.7
46.7
46.7
30-37 Tahun
6
20.0
20.0
66.7
38-45 Tahun
10
33.3
33.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Pendidikan Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
SD
9
30.0
30.0
30.0
SMP
8
26.7
26.7
56.7
SMA
10
33.3
33.3
90.0
DIII
2
6.7
6.7
96.7
S1
1
3.3
3.3
100.0
30
100.0
100.0
Total
Jenis Kelamin Frequency Valid
Valid Percent
Percent
Cumulative Percent
Laki-Laki
13
43.3
43.3
43.3
Perempuan
17
56.7
56.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Kategori Dukungan Keluarga Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang
14
46.7
46.7
46.7
Cukup
11
36.7
36.7
83.3
Baik
5
16.7
16.7
100.0
Total
3
100.0
100.0
Kategori Kecemasan Anak Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Ringan
7
23.3
23.3
23.3
Sedang
5
16.7
16.7
40.0
18
60.0
60.0
100.0
Berat
Total 30 100.0 100.0 CROSSTABS /TABLES=K_Dkeluarga BY K_K /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT TOTAL /COUNT ROUND CELL. Crosstabs Case Processing Summary Valid N Percent Kategori Dukungan Keluarga * Kategori Kecemasan Anak
30
100.0%
Cases Missing N Percent 0
.0%
Total N Percent 30
100.0%
Kategori Dukungan Keluarga * Kategori Kecemasan Anak Crosstabulation Kategori Kecemasan Anak Ringan Sedang Kategori Dukungan Keluarga
Kurang Count
2
12
14
.0%
6.7%
40.0%
46.7%
3
2
6
11
10.0%
6.7%
20.0%
36.7%
4
1
0
5
Cukup Count
Baik
Total
0
% of Total % of Total
Berat
Count
% of 13.3% 3.3% .0% 16.7% Total Total Count 7 5 18 30 % of 23.3% 16.7% 60.0% 100.0% Total NONPAR CORR /VARIABLES=K_Dkeluarga K_K /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE. Nonparametric Correlations Correlations Kategori Dukungan Keluarga Spearman's rho
Kategori Dukungan Correlation Keluarga Coefficient
Kategori Kecemasan Anak
1.000
-.649**
.
.000
30
30
**
1.000
.000
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Kategori Kecemasan Anak
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
-.649
Lampiran 11