i
ii
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH PADA SAAT PEMASANGAN INTRAVENA DI UGD RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain dalam naskah ini, kecuali tertulis dan tercantum dalam daftar pustaka.
Medan, 14 Juli 2015
Madya Mangun Simangunsong
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A.
IdentitasDiri 1.
Nama
: Madya Mangun Simangunsong
2.
Tempat/Tanggal lahir
: Bandung, 9 September 1993
3.
Agama
: Kristen Protestan
4.
Nama Ayah
: Robinson Simangunsong
5.
Nama Ibu
: Masran Marbun
6.
AnakKe
: 2 ( Dua ) dari 5 ( Lima ) bersaudara
7.
N0. HP
: 081287717784
8.
Email
:
[email protected]
9.
Alamat
: Jln. Padangsidempuan km. 30 Kec. Pinang Sori, Kab. Tapanuli Tengah .
B.
Riwayat Pendidikan 1.
Tahun 1999 - 2005
: SD Negeri 157019 Pinangsori 12 Tapanuli Tengah
2.
Tahun 2005 - 2008
: SMP Swasta Fatima Sibolga
3.
Tahun 2008 - 2011
: SMA Swasta Katolik Sibolga
4.
Tahun 2011 - Sekarang
: Sedang menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
iv
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Skripsi, 14 Juli 2015 Madya Mangunkarso Simangunsong Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Dilakukan Pemasangan Intravena Di UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015. xiv + 67 hal + 10 tabel + 1 skema + lampiran 10
ABSTRAK Anak yang dirawat di rumah sakit akan mengalami kecemasan, seorang anak bila menghadapi lingkungan yang baru dikenal akan mengalami perasaan takut, tidak nyaman dan cemas apalagi menghadapi tindakan invasif seperti pemasangan intravena di rumah sakit. Cemas membuat individu merasa lemah sehingga tidak berani dan mampu bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan yang seharusnya. Mengatasi tingkat kecemasan tersebut dibutuhkan dukungan keluarga untuk meredakan tekanan yang dirasakan oleh anak. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak pada saat pemasangan intravena. Desain penelitian ini mengunakan deskriptif koresi dengan jumlah populasi perbulan sebanyak 44 orang dan teknik pengambilan sample dilakukan dengan teknik accidental sampling yaitu sebanyak 40 orang responden anak prasekolah usia 3-6 tahun. Hasil penelitian diperoleh bahwa dukungan yang diberikan keluarga kepada anak adalah mayoritas baik sebanyak 27 orang (67,5%) terdapat tingkat kecemasan mayoritas sedang sebanyak 26 orang (65%), tingkat kecemasan ringan 1 orang (2,5%) dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat dan panik. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat pemasangan intravena di UGD RSU Sari Mutiara Medan dimana nilai (p=0,000 ; p=<0,05), dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga sangat mempengaruhi tingkat kecemasan anak. Maka diperlukan perhatian khusus pada pasien anak, bukan hanya masalah fisik saja tetapi masalah psikologis. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi perawat agar lebih peka dan memiliki pemahaman pentingnya keterlibatan orang tua dalam memberikan dukungan keluarga pada setiap intervensi yang akan diberikan pada anak, sehingga tingkat kecemasan dapat berkurang.
Kata Kunci: DukunganKeluarga, Kecemasan Anak, Pemasangan Intravena Daftar Pustaka : 33 (2000-2014)
v
PROGRAMME STUDY OF NURSING FACULTY OF NURSING AND MIDWIFERY SARI MUTIARA INDONESIA UNIVERSITY OF MEDAN Thesis, 14 July 2015 Madya Mangunkarso Simangunsong
Family Support Relationship With Anxiety Level Preschool Children When Installation Guide Intravenous In The EMR RSU Sari Mutiara Medan 2015 Xiv + 67 page + 9 table + 1 scheme +11 enclosures
ABSTRACT
Children who were hospitalized will get anxiety, a child when faced the new environment was known to be experiencing feelings of fear, discomfort and anxiety especially facing invasive measures such as intravenous infusion at the hospital. Anxiety makes humans feel weak so as not bold and able to behave and act rationally as it should be. Overcoming anxiety level was needed family support to relieve the pressure felt by the child. Thwas study aimed to identify the relationship with the family support children's anxiety levels during intravenous infusion. Thwas research uses descriptive design coresi with a population of as many as 44 people per month and sampling techniques performed by accidental sampling technique as many as 40 respondents preschool children aged 3-6 years. The result showed that the support given to the child's family was a good majority of as many as 27 people (67.5%) are anxious majority levels were as much as 26 people (65%), mild anxiety level 1 (2.5%) and no suffered severe anxiety and panic. These results indicate a significant relationship between family support with the level of anxiety of preschool children at the time of intravenous infusion in the EMR RSU Sari Mutiara Medan where the value (p = 0.000; p = <0.05), it can be concluded that family support strongly influence the level of anxiety children. It would require special attention to pediatric patients, not only physical problems but psychological problems. Results of this research into inputs for nurses to be more sensitive and have an understanding of the importance of parental involvement in providing support to families at every intervention that will be given to children, so that the level of anxiety can be reduced
Keywords :Family support, Child Anxiety, Installation Intravenous Reference
: 33 (2000-2014)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah: “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intravena Di UGD Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 ”, disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada yang terhormat Bapak/Ibu :
1.
Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M. Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3.
Dr. Tahim Solin, MMR, selaku Direktur RSU Sari Mutiara Medan serta staf bagian penelitian dan diklit yang telah memberi izin dalam pengambilan data.
4.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp. KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
5.
Ns. Rinco Siregar, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
6.
Ns. Laura Siregar, M.Kep, selaku Ketua penguji yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneiti dalam penyelesaian skripsi ini.
7.
Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku penguji I yang telah bersedia meluangkan waktunya dan dengan sabar, membantu, serta memberikan motivasi, petunjuk dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
8.
Ns. Osak Sitorus, M.Kep, selaku penguji II yang telah bersedia meluangkan waktunya dan dengan sabar, membantu, serta memberikan motivasi, petunjuk dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
9.
Ns. Rumondang Gultom, M.KM, selaku penguji III yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Para dosen dan staf pegawai di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 11. Teristimewa Ayah tercinta (R.Simangunsong) dan Ibu tercinta (M. Br Marbun) Kakak/Adik (Rosa, Heru, olo, Josua, Febri) yang tidak henti memberikan dukungan moril maupun materil, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman serta semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Akhir kata peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan, 14 Juli 2015 Peneliti
(Madya Mangun Simangunsong)
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DALAM ....................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii PERNYATAAN .................................................................................................. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... iv ABSTRAK........................................................................................................... v ABSTRACT.......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR SKEMA.............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. B. Rumusan Masalah......................................................................... C. Tujuan ........................................................................................... 1. Tujuan Umum .......................................................................... 2. Tujuan Khusus ......................................................................... D. Manfaat Penelitian ........................................................................
TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dukungan Keluarga ......................................................... 1. Pengertian Keluarga ................................................................. 2. Dukungan Keluarga ................................................................. 3. Komponen Dukungan Keluarga............................................... 4. Sumber Dukungan Keluarga .................................................... B. Konsep Kecemasan....................................................................... 1. Pengertian Kecemasan ............................................................. 2. Tingkat Kecemasan .................................................................. 3. Respon Cemas .......................................................................... 4. Faktor Penyebab Stress ............................................................ 5. Perubahan Respon Terhadap Tingkat Kecemasan ................... 6. Cemas Pada Anak Prasekolah .................................................. 7. Faktor-Faktor Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Anak Terhadap Pemasangan Intravena............................................... C. Konsep Tindakan Intravena.......................................................... 1. Pengertian Intravena ................................................................ 2. Tujuan Pemasangan Intravena.............................................. ... 3. Pemilihan Akses Vena ............................................................. 4. Peralatan Dan Prosedur Pemasangan Intravena ....................... 5. Prosedur Pemasangan Intravena ..............................................
ix
1 5 6 6 6 6
8 8 8 9 12 12 12 13 14 15 17 18 19 20 20 20 20 22 22
D. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah ................................................................... E. Kerangka Konsep.......................................................................... F. Hipotesis ....................................................................................... BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .......................................................................... B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 1. Populasi Penelitian ................................................................... 2. Sampel Penelitian..................................................................... C. Lokasi Penelitian........................................................................... 1. Lokasi Penelitian...................................................................... 2. Waktu Penelitian..................................................................... . D. Defenisi Operasional..................................................................... E. Aspek Pengukuran ........................................................................ 1. Variabel Bebas: Dukungan Keluarga Dengan Anak Prasekolah ................................................................................ 2. Variabel Terikat: Tingkat Kecemasan Anak Pada Saat Pemasangan Intravena.............................................................. F. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data .......................................... 1. Data Primer .............................................................................. 2. Data Sekunder .......................................................................... G. Etika Penelitian ............................................................................. H. Pengolahan dan Analisa Data ....................................................... 1. Pengolahan Data....................................................................... 2. Analisa Data ............................................................................. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian .............................................................................. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 2. Karakteristik Responden .......................................................... 3. Analisa Univariat ..................................................................... a. Sub Variabel DukunganKeluarga.......................................... b. Dukungan Keluarga................................................................... c. Tingkat Kecemasan Anak......................................................... 4. Analisa Bivariat........................................................................ B. Pembahasan................................................................................... 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil .................................................. a. Hubungan Dukungan Pengharapan Dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intaravena ............................................................................ b. Hubungan Dukungan Nyata Dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intaravena .......... c. Hubungan Dukungan Informasi Dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intaravena ..........
x
24 27 27
29 29 29 29 29 29 29 30 32 32 34 35 35 35 35 36 36 38
39 39 40 41 41 42 42 42 45 45
45 49 52
d. Hubungan Dukungan Emosional Dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intaravena ............................................................................ e. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intaravena .......... 2. Kelemahan Penelitian............................................................... BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan................................................................................... B. Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
55 59 65
66 67
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Defenisi Operasional Penelitian .................................................... Distribusi Frekuensi dan Presentasi Berdasarkan Karakteristik Responden Pada Saat Pemasangan Intravena di UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015.......................................................... Distribusi Frekuensi dan Presentasi Berdasarkan Sub Variabel Dukungan Keluarga dengan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intravena di UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015............................................................................................... Distribusi Frekuensi dan Presentasi Berdasarkan Dukungan Keluarga dengan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intravena di UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015.............. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intravena di UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015 ............................ Tabulasi Silang Dukungan Pengharapan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intravena di UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015............ Tabulasi Silang Dukungan Nyata Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intravena di UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015 ............................ Tabulasi Silang Dukungan Informasi Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intravena di UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015 ............................ Tabulasi Silang Dukungan Emosional Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intravena di UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015............................ Tabulasi Silang Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intravena di UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015 ..................................................
xii
30
40
41
42
42
42
43
44
44
45
DAFTAR SKEMA
Halaman Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian.............................................................
xiii
27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
5 6 7 8 9
Surat Izin Memperoleh Data Dasar dari Pendidikan Universitas Sari Mutiara Indonesia Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan dari Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Pendidikan Universitas Sari Mutiara Indonesia Surat Balasan Izin Penelitian dari Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Kuisioner Penelitian Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Master Data Output Hasil Uji Statistik Lembar Bimbingan Skripsi
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan
adalah
suatu
keadaan
perasaan
kepribadian,
rasa
gelisah,
ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Laraia & Stuart 1998 dalam agnesha, 2011). Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak jika anak di rawat dirumah sakit. Anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status kesehatanya maupun lingkungan sehari-hari dan anak mengalami keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian yang bersifat menekan (Nursalam, 2005 dalam Andriani, 2013). Tindakan invasif yang didapat anak selama hospitalisasi sering menimbulkan trauma berkepanjangan. Salah satu prosedur invasif yang dilakukan pada anak adalah terapi melalui intravena (infus intravena). Tindakan pemasangan infus merupakan prosedur yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan serta rasa tidak nyaman bagi anak akibat nyeri yang dirasakan saat prosedur tersebut dilaksanakan. (Howel & Webster, 2002 dalam Agnesha, 2011). Anak prasekolah akan bereaksi terhadap tindakan penusukan bahkan mungkin bereaksi untuk menarik diri terhadap jarum karena menimbulkan rasa nyeri yang nyata yang menyebabkan takut terhadap tindakan penusukan. Karakteristik anak usia prasekolah dalam berespon terhadap nyeri diantaranya dengan menangis keras atau berteriak; mengungkapkan secara verbal ”aaow” ”uh”, ”sakit”; memukul tangan atau kaki; mendorong hal yang menyebabkan nyeri; kurang kooperatif; membutuhkan restrain; meminta untuk mengakhiri tindakan yang menyebabkan nyeri; menempel atau berpegangan pada orangtua, perawat atau yang lain; membutuhkan dukungan emosi seperti pelukan, antisipasi terhadap nyeri aktual. (Hockenberry & Wilson, 2007 dalam Agnesha, 2011).
1
2
Menurut Depkes RI (2007), anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun. Usia pra sekolah sangat rentan terhadap efek stress dan ketakutan selama rawat inap. Anak-anak dibawah usia enam tahun kurang mampu berpikir tentang suatu peristiwa secara keseluruhan, belum bisa menentukan prilaku yang dapat mengatasi suatu masalah yang baru dihadapi dan kurang memahami suatu peristiwa yang dialami. Anak usia prasekolah belum dapat mengekspresikan emosi dan harapan mereka dengan cukup baik secara lisan (Jannet & Peterson, 2002 dalam Winarsih, 2012).
Rasa takut anak terkait dengan rumah sakit terutama disebabkan oleh keberadaanya di lingkungan yang baru, terhentinya kegiatan rutin dan prosedur yang menimbulkan nyeri, multilasi tubuh dan perasaan disia-siakan serta pemisahan. (Gruendemann, 2005 dalam Andriani, 2013). Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan pada anak. Oleh karena anak merupakan bagian dari keluarga, maka perawat harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, 2001 dalam Lumiu, 2013). Keberadaan keluarga sangatlah penting bagi anak. Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan anak. Hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya dan dapat menggangu psikologis anak (Hidayat, 2008 dalam Riza, 2012). Reaksi anak prasekolah terhadap hospitalisasi dapat ditunjukan dengan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat dan ketergantungan pada orang tua. Anak prasekolah juga sering mengalami kehilangan kontrol pada dirinya dan rasa cemas ini muncul akibat adanya pembatasan aktivitas yang menganggap bahwa tindakan dan prosedur perawatan dapat mengancam integritas tubuhnya (Supartini, 2004 dalam Rini, 2013).
3
Kecemasan yang dialami anak dalam masa hospitalisasi akan menjadi masalah yang penting, untuk itu masalah tersebut harus segera ditanggulangi karena jika tidak akan memberikan dampak
yang buruk
yaitu dapat
mengganggu
proses tumbuh kembang, contoh jika anak mengalami kecemasan dalam tingkat tinggi maka akan menimbulkan trauma yang mendalam sehingga dapat mempengaruhi proses tumbuh kembangnya. Kecemasan juga mampu membuat anak menguras seluruh pikiran dan tenaganya yang seharusnya dapat digunakan untuk proses penyembuhan. Dampak lain yang dapat terjadi adalah anak menjadi susah makan, tidak tenang, takut, gelisah serta berontak saat akan dilakukan tindakan keperawatan sehingga dapat mengganggu dalam proses pemberian terapi dan juga dapat mengganggu proses penyembuhan itu sendiri (Suswati, 2010 dalam Undari, 2011).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Siholda (2010), hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari responden anak yang mendapat terapi pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan, dimana Hasil penelitian didapatkan kategori dukungan yang paling banyak diberikan keluarga dukungan nyata didapat dukungan keluarga keseluruhan baik sebanyak 26 orang (81,3%) dan dukungan keluarga cukup 6 orang (18,7%) sehingga di dapatkan tingkat cemas 18 orang (56,3%) berada pada tingkat respon cemas ringan, 12 orang (37,5%) pada tingkat respon cemas sedang, dan 2 orang (6,3%) berada pada tingkat respon cemas berat. Didapatkan dengan kekuatan korelasi - 0,458, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan. Membuktikan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena dan sebaliknya semakin rendah dukungan yang diberikan keluarga maka semakin tinggi respon cemas anak usia prasekolah terhadap pemasangan intravena. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Irdawati (2010) mengatakan bahwa responden atau orang tua yang memberikan dukungan keluarga kurang sebagian besar anaknya memiliki tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 1 anak. Kemudian
4
responden yang memberikan dukungan keluarga cukup sebagian besar anaknya memiliki tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 3 anak (10%) dan 1 anak yang memiliki tingkat kecemasan sedang. Responden yang memberikan dukungan keluarga yang baik, sebagian besar anaknya memiliki tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 18 anak (60%) dan 7 anak (23,3%) memiliki tingkat kecemasan ringan.diperoleh nilai Rank Spearman sebesar -0,649 dengan probabilitas sebesar 0,000. Hasil perbandingan antara nilai probabilitas menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar dukungan dari keluarga akan mengurangi tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Andriani (2013), hasil penelitian didapat koefisien korelasi (r) antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan yaitu (r) -0,606 dengan tingkat signifikasi (p) 0,000. Hal ini didapatkan bahwa dari jumlah sample 30 responden, didapat bahwa mayoritas responden yang mendapatkan dukungan baik dari keluarga sebanyak 14 orang (46,7%) serta menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan dimana kekuatan hubungannya kuat yang berpola negatif, dalam arti semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lumiu (2013) didapatkan jumlah sampel 30 responden dengan teknik pengambilan asidental sampling. Hasil menunjukan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra-sekolah dimana hasil penelitian didapatkan kategori dukungan yang paling banyak diberikan keluarga adalah dukungan emosional serta di didapat 17 (56,7%) orang memberikan dukungan keluarga secara keseluruan baik, dan 13 orang memberikan dukungan keluarga kurang (43,3%) sehingga didapatkan hasil penelitian
dikategorikan dalam tingkat kecemasan
ringan yaitu dengan jawaban sebanyak 22 responden (73,3%) dan tingkat
5
kecemasan sedang 8 responden (26,7%). Dari hasil tabulasi silang didapatkan nilai (p value = 0,035<0,05) berarti ada hubungan antara antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak di usia pra sekolah di Irina E Blu RSUP Prof Dr.R.D Kandou Manado. Kesimpulan semakin baik dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat mengurangi tingkat kecemasan pada anak.
Berdasarkan pengalaman saya pada saat dinas pra klinik di rumah sakit umun sari mutiara medan didapatkan berbagai gejala cemas yang terjadi pada anak yang dilakukan pemasangan infus intravena, respon cemas yang mereka tunjukan antara lain seperti menangis, berteriak, membentak, tidak mau berpisah dengan keluarga, serta memeluk ibunya.
Berdasarkan data dasar hasil observasi terhadap 10 orang anak prasekolah usia 3 tahun - 6 tahun yang dirawat inap di RSU Sari Mutiara Medan, pada saat dilakukan pemasangan intravena terdapat 7 orang anak diantaranya menunjukan tingkat cemas dengan cara menangis, berteriak, tidak mau berpisah dengan orang tua sambil memeluk orang tuannya dan 3 orang di antaranya memberontak sehingga orang tua harus membantu memegang tangan anak dalam pemasangan intravena. Dalam hal ini maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah
pada saat dilakukan
pemasangan intravena di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui adakah hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan dengan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di RSU Sari Mutiara Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
6
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015 diperoleh bahwa dukungan keluarga mayoritas baik sebanyak 27 orang (67,5%). 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan dukungan pengharapan keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015 diperoleh bahwa dukungan pengharapan keluarga mayoritas cukup sebanyak 26 orang (65%). b. Mengetahui hubungan dukungan nyata keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di Sari Mutiara Medan Tahun 2015 diperoleh bahwa dukungan nyata keluarga mayoritas baik sebanyak 28 orang (70%). c. Mengetahui hubungan dukungan informasi keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di
RSU Sari
Mutiara Medan Tahun 2015 diperoleh bahwa dukungan Informasi keluarga mayoritas baik sebanyak 18 orang (45%). d. Mengetahui
hubungan dukungan emosional keluarga dengan tingkat
kecemasan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015 diperoleh bahwa dukungan emosional keluarga mayoritas cukup sebanyak 20 orang (50%). D. Manfaat Penelitian 1. Keluaga Hasil penelitian ini sebagai masukan kepada keluarga, diharapkan keluarga selalu ada di dekat anak pada saat dilakukan tindakan keperawatan. Karena keberadaan keluarga sangatlah penting bagi anak untuk menguranggi tingkat kecemasan anak pada saat pemasangan intravena.
7
2. Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi tingkat kecemasan pada anak dengan memfasilitasi keluarga dalam memberikan dukungan bagi anak pada saat dilakukan pemasangan intravena.
3. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berguna bagi para pembaca untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan anak sehingga masalah psikologis dapat teratasi yang dapat membantu proses penyembuhan.
4. Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berguna bagi para pembaca dan peneliti selanjutnya dan diharapakan agar lebih menggali lagi faktor-faktor yang mampu mempengaruhi tingkat kecemasan anak terhadap pemasangan intravena.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah sebagai sebuah sistem
sosial kecil
yang terbuka yang
terdiri dari atas suatu rangkaian bagian yang sangat saling bergantungan dan dipengaruhi
struktur internal
maupun lingkungan eksternalnya
(Friedman, 2002). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang terhubung kerena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Setiawati, 2005 dalam Dion 2013).
Keberadaan keluarga sangatlah penting bagi anak. Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan anak. Hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya dan dapat menggangu psikologis anak (Hidayat, 2008 dalam Riza, 2012).
2. Dukungan Keluarga Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan) kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, pada saat seperti itulah seseorang akan mencari dukungan dari orang-orang disekitarnya sehingga dirinya akan merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai (Kuntjoro, 2002 dalam Alvionita, 2014).
8
9
Menurut Cohen & Syme ( 1996, dalam setiadi, 2008) dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dri orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.
Menurut Smet (1994, dalam Andriani, 2013) dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional meras lega karena diperhatikan, mendapatkan saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
3. Komponen Dukungan Keluarga Menurut House (1994, dalam Setiadi, 2008) setiap bentuk dukungan keluarga mempunyai ci-ciri antara lain a) Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menangulanggi persoalanpersoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan ide-ide atau informasi lainnya kepada orang lain yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.
b) Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta , kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinnya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang menghadapinnya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinnya.
10
c) Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalanpersoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.
d) Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif dimana pengaruhnya sangat berarti bagi sesorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian positif.
Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Sarafino (1994, dalam Alvionita, 2014) terdiri dari: a. Dukungan pengharapan Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang
yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat
membantu
meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif. Dalam dukungan pengharapan meliputi keluarga harus mampu memberikan semangat dan motifasi kepada anak dalam menghadapi tindakan keperawatan untuk mengurangi respon cemas anak, keluarga harus memberikan penghiburan kepada anak agar anak tidak takut dalam dilkukannya tindakan keperawatan, keluarga harus memerhatikan anak serta mendengar curahan
11
hati anak untuk menangapi seluruh keluhan dalam proses pengobatan, dan keluarga harus membujuk anak supaya mau menerima tindakan keperawatan dalam proses pengobatan.
b. Dukungan nyata Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata. Dalam dukungan nyata keberadaan keluarga sangatlah dibutuhkan baik dalam mendampingi anak, menyediakan dana finansial dan material untuk biaya pengobatan, serta dapat memenuhi
segala pelayanan kesehatan yang di
perlukan anak.
c. Dukungan informasi Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di
dalamnya memberikan solusi dari masalah,
memberikan nasehat kepada anggota keluarga, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan
masalahnya
dengan
dukungan
dari
keluarga
dengan
menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
12
d. Dukungan emosional Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit (Suprajitno, 2004). Menurut Setiadi (2008) dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan. Menurut Friedman (1998, dalam Andriani, 2013) menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan yang diperlukan.
4. Sumber Dukungan Keluarga Studi-studi tentang dukungan keluarga telah menkonseptualisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti bermanfaat. Dukungan keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan
B. Konsep Cemas 1. Pengertian Cemas Cemas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari (Suliswati, 2005). Saat pasien berhadapan dengan ancaman kesehatan dan kesejahteraan, reaksi alami yang muncul adalah kecemasan. Perasaan cemas
13
dapat disebabkan oleh rasa takut, frustasi, konflik, atau sebagai respon umum terhadap tekanan dan ketidaktahuan. Cemas merupakan perasaan takut atau gelisah yang tidak nyaman, dan sumber perasaan ini bisa diketahui maupun tidak (Sheldon, 2009).
Menurut (Suliswati, 2005) Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah adalah kebinggungan, kekhawatiran pada suatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.
2. Tingkat Kecemasan Menurut Stuart (2009) mengidentifikasi empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu, sebagai berikut tingkat kecemasan dibagi 4 (empat) terdiri atas : a. Kecemasan ringan dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untul belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. b. Kecemasan sedang individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. c. Kecemasan berat lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk menguranggi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain. d. Panik individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pemikiran rasional.
14
Rentang Respon Kecemasan
Respon Adaptif Antisipasi
Ringan
Respon Maladaptif Sedang
Berat
Panik
3. Respon Cemas Menurut Stuart & Sundeen (1998 dalam Rini, 2013) kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan. Respon kecemasan dapat dibagi terdiri dari respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif. a. respon fisiologis Sistem kardiovaskuler akan memunculkan tanda palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat. Respon parasimpatis juga dapat muncul seperti rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun dan denyut nadi menurun. Namun pada penelitian lain menunjukan bahwa anak yang menjalani prosedur pembedahan menunjukan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. Respon tubuh pada juga akan menunjukan tarikan nafas yang pendek dan cepat, hiperventilasi, berkeringat dingin termasuk telapak tangan, kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, nyeri perut, sering buang air kecil, nyeri kepala, tidak bisa tidur, kelemahan umum, pucat dan gangguan pencernaan.
b. respon perilaku Respon perilaku sering ditunjukan seperti gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, dan menghindar. c. respon kognitif
15
Respon kognitif ditunjukan seperti perhatian terganggu, konsentrasi memburuk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, kreatifitas menurun, bingung, sangat waspada, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian.
d. respon afektif Respon afektif ditunjukan seperti mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, waspada, gelisah, kecemasan, dan ketakutan.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut (Hawari, 2004) : a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat. f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, dll
4. Faktor Penyebab Stres Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku memulai gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Terdapat dua tipe respon kecemasan yaitu respon parasimpatis yang bertentangan dengan respon tubuh dan respon simpatis yang mengaktifkan proses tubuh. Respon simpatis lebih menonjol untuk mengaplikasikan tubuh mengatasi situasi emergensi melalui reaksi “fight” atau “flight” (Suliswati, 2005).
16
a. Stresor predisposisi Stresor prediposisi adalah semua ketegangan dalam kebingungan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : 1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembanagan ataupun situasional 2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu 3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan. 4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak pada ego. 5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. 6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stres akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga 7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. 8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. b. Stresor Presipitasi Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
timbulnya
kecemasan.
dikelompokan menjadi dua bagian :
Stresor
prepitasi
kecemasan
17
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi : a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi tubuh, perubahan biologis normal. b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal. 2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal a) Sumber internal : Kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. b) Sumber eksternal : Kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya. 6. Perubahan Respon Terhadap Tingkat Kecemasan Menurut Videbeck (2008) Jika seseorang mengalami kecemasan maka perubahan respon yang terjadi adalah sebagai berikut: Tingkatan Ansietas Ringan (1+)
Sedang (2+)
Respon fisik Ketegangan otot ringan Sadar akan lingkungan Rileks atau sedikit gelisah Penuh perhatian Rajin
Ketengangan otot sedang Tanda-tanda vital meningkat Pupil dilatasi, mulai berkeringat Memukul tangan Suara berubah, nada suara tinggi Kewaspadaan dan ketegangan meningkat Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
Respon Kognitif Lapang persepsi luas Terlihat tenang, percaya diri Waspada dan memperhatikan banyak hal Mempertimbangkan informasi Tingkat pembelajaran optimal Lapang persepsi menurun Tidak perhatian secara selektif Fokus terhadap stimulasi meningkat Rentan perhatian menurun Penyelesaian masalah menurun Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
Respon Emosional Prilaku otomatis Sedikit tidak sabar Aktivitas menyendiri Tertimulasi Tenang
Tidak nyaman Mudah tersinggung Kepercayaan diri goyah Tidak sabar
18
Berat (3+)
Ketegangan otot berat Hiperventilasi Kontak mata buruk Pengeluaran keringat meningkat Bicara cepat, nada suara tinggi Rahang menegang, mengertakan gigi Kebutuhan ruang gerak meningkat Berteriak, meremas tangan
Panik (4+)
Lapang persepsi terbatas Proses berpikir terpecahpecah Sulit berpikir Penyelesaian masalah buruk Tidak mampu mempertimbangkan informasi Hanya memperhatikan ancaman Prekupasi dengan pikiran sendiri Egosentris Flight, fight, atau freeze Persepsi sangat sempit Ketegangan otot sangat berat Pikiran tidak logis Agitasi motorik kasar Kepribadian kacau Pupil dilatasi Tidak dapat menyelesaikan Tanda-tanda vital meningkat masalah kemudian menurun Fokus pada pikiran sendiri Tidak dapat tidur Tidak rasional Hormon stress dan Sulit memahami stimulus neurotransmiter menurun eksternal Wajah meringis, mulut Halusinasi, waham, ilusi ternganga mungkin terjadi
Sangat cemas Takut Bingung Merasa tidak adekuat Menarik diri Penyangkalan Ingin bebas
Merasa terbebani Merasa tidak mampu, tidak berdaya Lepas kendali Mengamuk, putus asa Marah, sangat takut Kaget Lelah
7. Kecemasan Pada Anak Prasekolah Menurut Wong (2009) Cemas hospitalisasi pada anak stresor utamanya antara lain adalah perpisahan , kehilangan kendali , cedera tubuh dan nyeri. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka ; pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit, perpisahan
atau
hospitalisasi; keterampilan koping yang mereka miliki dan dapatkan; keparahan diagnosis; dan sistem yang ada.
Konsep sakit dimulai selama periode prasekolah dan dipengaruhi oleh kemampuan kognitif pada tahap praoperasinal. Anak prasekolah sulit membedakan antara diri mereka sendiri dan dunia luar. Pemikiran mereka difokuskan pada kejadian esternal yang dirasakan dan kausalitas dibuat berdasarkan
kedekatan
antara
dua
kejadian.
Akibatnya
anak-anak
mendefenisikan penyakit berdasarkan apa yang diberitahukan kepada mereka atau bukti esternal yang diberikan, seperti “ kamu sakit karena kamu menderita
19
demam”. Penyebab penyakit terlihat sebagai tindakan kongkret yang dapat atau gagal dilakukan anak, seperti “ kamu sakit flu karena kamu keluar udara dingin”; akibatnya, hal ini menyiratkan tingkat tanggung jawab dan menyalahkan diri sendiri (Wong, 2009 ).
Konflik psikososial anak pada usia prasekolah membuatnya sangat rentan terhadap ancaman cedera tubuh. Prosedur intrusif, baik yang menimbulkan nyeri maupun yang tidak , merupakan ancaman bagi anak prasekolah yang konsep integritasnya tubuhnya belum berkembang baik. Anak prasekolah dapat bereaksi terhadap injeksi sama khawatirnya dengan nyeri saat jarum dicabut. Mereka takut intrusi atau pungsi pada tubuh tidak akan menutup kembali dan “ isi tubuh” mereka akan bocor ke luar (Wong, 2009 ).
Kekhawatiran akan memuncak selama usia periode ini, pemahaman mereka dengan tindakan medis dan bedah sangat terbatas tentang fungsi tubuh juga meningkatkan kesulitan mereka dalam memahami bagaimana atau mengapa anggota tubuh “diperbaiki”. Sebagai contoh, mengatakan kepada anak prasekolah bahwa tonsil mereka akan diangkat mereka akan diangkat dapat diinterpretasikan dengan “ mengambil suara mereka ”, atau penis mereka “ diperbaiki ” dapat dipahami secara literal dan dapat menyebabkan kebingungan dan ketakutan (Wong, 2009).
8. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Cemas Anak Terhadap Pemasangan Intravena Peralatan medis seperti jarum suntik dan peralatan infus adalah momok buat anak apalagi namanya terdengar asing dan aneh bagi anak. Anak bisa berpikiran yang tidak-tidak dan semakin merasa takut apalagi orang tua sering sekali memakai jarum suntik sebagai alat untuk menakut-nakuti anak supaya anak jangan nakal sehingga hal ini diingat anak terus-menerus bahkan ketika anak dirawat dan harus menjalani prosedur pengobatan anak menjadi trauma dan stres (Sugianto 2006 dalam Siholda, 2010).
20
Tenaga kesehatan, perilaku petugas kesehatan seringkali menimbulkan trauma pada anak misalnya seorang perawat atau dokter anak datang kepada pasien (anak dan keluarganya) untuk melakukan asuhan keperawatan tetapi dengan wajah cemberut, masam, tidak ada sapaan, sebelum dilakukan tindakan anak sudah takut dan tidak mau di dekati. Penampilan para staf rumah sakit dengan baju putihnya yang terkesan angker juga menjadi momok yang menakutkan bagi anak (Supartini 2004 dalam Siholda, 2010).
C. Konsep Tindakan Intravena 1. Pengertian Intravena IV berarti intravena yang berarti di dalam vena. Tindakan pemasangan intravena merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara memasukan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set (Hidayat, 2009). Untuk terapi intravena sebuah kateter atau jarum dimasukkan ke dalam vena, biasanya di tangan dan di lengan kateter dihubungkan selang dan botol cairan yang berfungsi sebagai jalan untuk memberikan obat dan cairan. Terapi cairan intravena memberikan cairan tambahan yang mengandung komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara terus-menerus selama periode tertentu (Weinstein, 2000).
2. Tujuan pemasangan intravena pemasangan
intravena
diberikan
sebagai
pengobatan
atau
akses
kegawatdaruratan, selain itu digunakan sebagai pencegahan atau koreksi ketidakseimbangan cairan, elektrolit, atau darah. memberikan zat makanan pada pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui mulut juga merupakan tujuan pemasangan intravena (Hidayat, 2009).
3. Pemilihan akses vena Menurut Smeltzer (2002) banyak tempat dapat digunakan untuk terapi intravena, vena di ekstremitas dipilih sebagai lokasi perifer dan pada mulannya merupakan tempat satu-satunya yang digunakan oleh perawat. Karena vena ini relatif aman
21
dan mudah dimasuki, vena-vena di ekstremitas atas paling sering digunakan. Vena yang terdapat pada lengan seperti sefalika, basilika, fosa antekubital, kubital mediana, sefalika asesorius, antebrakialis, dorsalis, metakarpal, digitalis. Vena-vena kaki sebaiknya sangat jarang, kalaupun pernah digunakan karena resiko tinggi terjadi tromboemboli; vena ini cara terakhir dan dapat digunakan hanya sesuai dengan program medik dokter . Vena sentral yang sering digunakan oleh dokter termasuk vena subklavia dan vena jugularis interna adalah memungkinkan untuk mengakses (atau mengkanulasi) pembuluh darah yang lebih besar ini bahkan ketika vena perifer sudah kolaps. Meskipun demikian, bahayanya jauh lebih besar dan mungkin termasuk penusukan yang kurang hati-hati masuk ke dalam arteri atau rongga pleura (Smeltzer, 2002).
Idealnnya, kedua lengan dn tangan harus diinspeksi dengan cermat sebelum tempat pungsi vena spesifik dipilih yang tidak menganggu mobilisasi. Hal-hal berikut menjadi pertimbangan memilih tempat penusukan vena : a. Kondisi vena b. Jenis cairan atau obat yang akan diinfus c. Lamanya Terapi d. Usia dan ukuran pasien
Vena harus dikaji dan inspeksi. Vena harus teraba kuat, elastis, besar,dan bulat;tidak keras, datar, atau bergelombang. Karena arteri terletak dekat vena dalam fosa antekubital, pembuluh darah harus dipalpasi terhadap arteri (bahkan dengan terpasangnya turniket) dan dihindari pemasangan kanul pada pembuluh darah yang berpulsasi. Pedoman umum untuk memilih kanul temasuk : a. Panjang kanul 1,8 cm-3 cm b. Kateter dengan diameter yang kecil untuk memenuhi ruang minimal dalam vena.
22
c. Ukuran 20-22 untuk kebanyakan cairan IV ;ukuran yang lebih besar untuk larutan yang mengiritasi atau kental;ukuran 18 untuk pemberian darah
4. Peralatan dalam prosedur pemasangan intravena Seleksi dan persiapan peralatan yang benar memungkinkan pemasangan selang intravena menjadi aman dan cepat. Peralatan standar meliputi larutan yang benar, jarum yang sesuai, set infus (bayi dan anak-anak membutuhkan infus dengan tetesan mikro (60 tetes/ml dan sering juga membutuhkan peralatan).
Standart infus, infus, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, pengalas, gunting, alkohol dan swab pembersih yodium-povidon, turniket, papan penyangga lengan, kasa atau balutan transparan dan larutan atau salep yodium-povidon, plester, handuk untuk diletakkan di bawah tangan klien, sarung tangan sekali pakai (Hidayat, 2009).
5. Prosedur pemasangan intravena Prosedur pemasangan intravena meliputi pastikan program medis untuk terapi IV, periksa label larutan, dan identifikasi klien lalu jelaskan prosedur pada pasien. Atur peralatan di atas meja yang terpasang di samping tempat tidur atau meja di atas tempat tidur. Identifikasi vena yang dapat diakses untuk pemasangan jarum IV atau kateter, tentukan no kanula IV Jangan lupa cuci tangan. Buka kemasan steril dengan menggunakan teknik steril. Periksa larutan dengan menggunakan lima benar pemberian obat, pastikan larutan telah dicampurkan dengan zat tambahan yang diresepkan seperti kalium dan vitamin jika diprogramkan. Buka set infus, pertahankan sterilitas di kedua ujungnya. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat di bawah bilik tetesan dan gerakkan klem penggeser ke posisi penghentian aliran infus. Hubungankan kantong infus dan selang, dan alirkan larutan sepanjang selang untuk mengeluarkan udara, tutup ujung selang (Smeltzer, 2002).
23
Apabila di tempat dipilih insersi jarum terdapat banyak bulu badan, gunting bulu-bulu tersebut. Pasang turniket lima belas sampai dua puluh cm di atas tempat penusukan. Minta pasien untuk membuka dan menutup kepalan tangan beberapa kali untuk melebarkan vena. Turniket harus menghambat aliran vena, bukan aliran arteri. Periksa denyut distal. Pilih vena yang berdilatasi dengan baik. Kenakan sarung tangan steril sekali pakai. Bersihkan tempat insersi menggunakan larutan yodium-povidon dengan kuat, terkonsentrasi, dan dengan gerakan sirkular dari tempat insersi ke daerah luar , biarkan sampai kering kemudian apabila klien alergi terhadap yodium popidon gunakan alkohol 70 % selama 30 detik. (Smeltzer, 2002). Salah satu tangan yang tidak memegang peralatan akses vena, pegang tangan pasien dan gunakan jari atau ibu jari untuk menegangkan kulit di atas pembuluh darah, dengan meregangkan kulit berlawanan dengan arah insersi lima sampai tujuh cm dari arah distal ke tempat pungsi vena. ONC dengan insersi bevel yang merupakan bagian ujung jarum yang miring membentuk sudut 20 sampai 30 derajat. Jarum kupu-kupu, tempatkan jarum dengan membentuk sudut 10 sampai 20 derajat hampir sejajar dengan kulit, kemudian memasuki vena baik langung dari atas atau dari samping dengan satu gerakan. Lihat aliran balik melalui selang jarum. Jika tampak aliran darah balik, luruskan sudut dan dorong jarum, langkah-langkah tambahan untuk pemasangan kateter yang membungkus jarum : dorong jarum 0,6 cm setelah pungsi vena berhasil, tahan hub jarum, dan dorong kateter yang membungkus jarum ke dalam vena “jangan pernah memasukan kembali jarum ke dalam kateter plastik atau menarik kateter kembali ke jarum”, Lepaskan jarum sambil menekan perlahan kulit di atas ujung kateter; tahan hubungan kateter ditempatnya. Lepaskan turniket dan lepaskan stylet dari ONC. Hubungkan adapter jarum infus ke hub ONC atau jarum. Lepaskan klem penggeser untuk memulai aliran infus dengan kecepatan tertentu untuk mempertahankan kepatenan selang intravena. Fiksasi kateter IV buang sarung tangan dan persediaan yang digunakan lalu cuci tangan. Dokumentasikan pungsi vena, jenis dan ukuran jarum, waktu, larutan, kecepatan IV dan tanda tangan serta inisial perawat (Smeltzer, 2002).
24
D. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Berbagai perasaan sering muncul pada anak ketika di rawat di rumah sakit yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress dan kecemasan pada anak. Pada anak yang dirawat di rumah sakit akan muncul tantangantantangan yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian dengan banyak orang yang mengurusinya, dan juga harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan (Supartini 2004 dalam Alvionita, 2014).
Reaksi individu terhadap cemas sangat bervariasi, namun dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis (Kozier, dkk, 1989, dalam Merlyn, 2010). Di tingkat psikologis reaksi yang ditunjukkan anak saat dilakukan tindakan invasif seperti pemasangan intravena sangat bermacam-macam, ada yang bertindak agresif yaitu sebagai pertahanan diri, bertindak dengan mengekspresikan secara verbal yaitu dengan mengeluarkan kata-kata penolakan, membentak dan sebagainya, serta dapat bersikap dependen yaitu menutup diri, tidak kooperatif (Alifatin 2001 dalam Siholda, 2010).
Di tingkat fisiologis, tubuh secara otomatis mempersiapkan diri untuk menangani keadaan cemas. Fungsi otak menurun, kelelahan, denyut jantung cepat, tekanan darah dan kecepatan pernafasan meningkat dan otot-otot semakin tegang bisa timbul (Agoes dkk 2003 dalam Siholda, 2010).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Siholda (2010), hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari responden anak yang mendapat terapi pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan dimana hasil penelitian didapatkan kategori dukungan yang paling banyak diberikan keluarga dukungan nyata didapat
25
dukungan keluarga keseluruhan baik sebanyak 26 orang (81,3%) dan dukungan keluarga cukup 6 orang (18,7%) sehingga di dapatkan tingkat cemas 18 orang (56,3%) berada pada tingkat respon cemas ringan, 12 orang (37,5%) pada tingkat respon cemas sedang, dan 2 orang (6,3%) berada pada tingkat respon cemas berat. Didapatkan dengan kekuatan korelasi - 0,458, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan. Membuktikan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena dan sebaliknya semakin rendah dukungan yang diberikan keluarga maka semakin tinggi respon cemas anak usia prasekolah terhadap pemasangan intravena.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Irdawati (2010) mengatakan bahwa responden atau orang tua yang memberikan dukungan keluarga kurang sebagian besar anaknya memiliki tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 1 anak. Kemudian responden yang memberikan dukungan keluarga cukup sebagian besar anaknya memiliki tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 3 anak (10%) dan 1 anak yang memiliki tingkat kecemasan sedang. Responden yang memberikan dukungan keluarga yang baik, sebagian besar anaknya memiliki tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 18 anak (60%) dan 7 anak (23,3%) memiliki tingkat kecemasan ringan. Diperoleh nilai Rank Spearman sebesar -0,649 dengan probabilitas sebesar 0,000. Hasil perbandingan antara nilai probabilitas menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil (0,000 < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa semakin besar dukungan dari keluarga akan mengurangi tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Andriani (2013), hasil penelitian didapat koefisien korelasi (r) antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan yaitu (r) -0,606 dengan tingkat signifikasi (p) 0,000. Hal ini didapatkan bahwa dari jumlah sample 30 responden, didapat bahwa mayoritas responden yang mendapatkan dukungan baik dari
26
keluarga sebanyak 14 orang (46,7%) serta menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan dimana kekuatan hubungannya kuat yang berpola negatif, dalam arti semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lumiu (2013) didapatkan jumlah sampel 30 responden dengan teknik pengambilan asidental sampling. Hasil menunjukan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra-sekolah dimana hasil penelitian didapatkan kategori dukungan yang paling banyak diberikan keluarga adalah dukungan emosional serta di didapat 17 (56,7%) orang memberikan dukungan keluarga secara keseluruan baik, dan 13 orang memberikan dukungan keluarga kurang (43,3%) sehingga didapatkan hasil penelitian
dikategorikan dalam tingkat kecemasan
ringan yaitu dengan jawaban sebanyak 22 responden (73,3%) dan tingkat kecemasan sedang 8 responden (26,7%). Dari hasil tabulasi silang didapatkan nilai (p value = 0,035<0,05) berarti ada hubungan antara antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak di usia pra sekolah di Irina E Blu RSUP Prof Dr.R.D Kandou Manado. Kesimpulan semakin baik dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat mengurangi tingkat kecemasan pada anak.
Maka dari itu dukungan keluarga sangatlah dibutuhkan bagi anak. Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan anak. Hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya dan dapat menggangu psikologis anak (Hidayat, 2008).
27
E. Kerangka Konsep Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak pada saat dilakukan tindakan pemasangan intravena. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel bebas -
Dukungan keluarga Dukungan pengharapan Dukungan nyata Dukungan informasi Dukungan emosional
Variabel terikat -
Tingkat kecemasan anak Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Panik
- Dukungan nyata - Dukungan informasi Ket: - Dukungan emosional
: Variabel yang diteliti
F. Hipotesis Hipotesis Alternatif (Ha) : -
Ada hubungan dukungan pengharapan keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
-
Ada hubungan dukungan nyata keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
-
Ada hubungan dukungan informasi keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
-
Ada hubungan dukungan emosional keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
28
-
Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak prasekolah pada saat dilakukan pemasangan intravena di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak pada saat pemasangan intravena di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (Hidayat. 2009). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah anak prasekolah usia 3 - 6 tahun dan beserta orang tua. Berdasarkan data rekam medik jumlah anak yang dirawat di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan dalam setahun terakhir pada tanggal 1 Januari – 31 Desember 2014 berjumlah 1495 anak, dengan jumlah anak prasekolah sebanyak 526 anak sehingga jumlah rata-rata anak yang dirawat perbulan adalah 44 anak. 2. Sampel Sampel dalam penelitian adalah pasien anak prasekolah dan keluarga yang mendampingi pada saat pemasangan intravena di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015. Didapatkan hasil 40 orang sebagai sampel dalam penelitian, Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Acidental Sampling yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2010). C. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di ruang UGD RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari 20 April - 27 Mei Tahun 2015.
29
30
D. Definisi Operasional Berdasarkan kerangka konsep diatas maka defenisi operasional diatas sebagai berikut: Defenisi Operasional penelitian No 1.
Variabel Independen : Dukungan Keluarga
Definisi Alat Ukur Bantuan yang diberikan Lembar Observasi oleh keluarga kepada terdiri dari 24 anggota keluarga yang pernyataan dan membutuhkan ketika terbagi atas pilihan : menghadapi masalah Tidak : 1 yang meliputi dukungan Ya :2 pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi, dan dukungan emosional.
a) Dukungan Pengharapan Keluarga
Bantuan dukungan Lembar Observasi pengharapan yang terdiri dari 6 diberikan oleh keluarga pernyataan kepada anggota keluarga yang membutuhkan ketika menghadapi masalah yaitu dorongan, semangat, penghiburan, dan sebagai pendengar curahan hati anak,
b) Dukungan Nyata Keluarga
Bantuan dukungan nyata Lembar Observasi yang diberikan oleh terdiri dari 6 keluarga kepada anggota pernyataan keluarga yang membutuhkan ketika menghadapi masalah yaitu, pelayanan, bantuan finansial dan material
Hasil Ukur Skala Total skor 24-48 Ordinal dengan hasil: 24-32: dukungan kurang 33-40: dukungan cukup 41-48: dukungan baik
- Total skor 612 dengan Ordinal hasil : 6-8 : dukungan keluarga kurang 9-10 : Dukungan keluarga cukup 11-12 : Dukungan keluarga baik - Total skor 612 dengan Ordinal hasil : 6-8 : dukungan keluarga kurang 9-10 : Dukungan keluarga cukup 11-12 : Dukungan keluarga baik
31
2.
c) Dukungan Informasi Keluarga
Bantuan dukungan Lembar Observasi informasi yang diberikan terdiri dari 6 oleh keluarga kepada pernyataan anggota keluarga yang membutuhkan ketika menghadapi masalah meliputi komunikasi tentang solusi masalah, nasehat, pengarahan, dan informasi tentang dokter serta terapi yang terbaik untuk anak
- Total skor 6- Ordinal 12 dengan hasil : 6-8 : dukungan keluarga kurang 9-10 : Dukungan keluarga cukup 11-12 : Dukungan keluarga baik
d) Dukungan Emosional Keluarga
Bantuan dukungan Lembar Observasi emosional yang terdiri dari 6 diberikan oleh keluarga pernyataan kepada anggota keluarga yang membutuhkan ketika menghadapi masalah seperti penguatan akan rasa aman dimiliki dan dicintai, ekspresi, simpati, kepedulian, dan perhatian kepada anak.
- Total skor 6- Ordinal 12 dengan hasil : 6-8 : dukungan keluarga kurang 9-10 : Dukungan keluarga cukup 11-12 : Dukungan keluarga baik
Dependen : Tingkat Kecemasan
Suatu tingkat yang Observasi menggambarkan tentang Menggunakan HRSadanya perasaan A yang terdiri atas 9 khawatir, tertekan, tidak gejala dengan nilai nyaman dan ancaman masing-masing ialah: terhadap diri sendiri yang - 0 = tidak ada gejala bersifat samar/ tidak sama sekali spesifik yang terjadi dan - 1 = Satu dari gejala timbul pada anak pada yang ada saat dilakukan - 2 = Sedang/ pemasangan intravena separuh dari gejala yang ada - 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada - 4 = sangat berat semua gejala ada.
Total skor 1-36 Ordinal dengan hasil: 1-9: kecemasan ringan 10-18: kecemasan sedang 19-27: kecemasan berat 28-36: panik
32
E. Aspek Pengukuran Pada penelitian ini instrumen yang digunakan dalam 2 bagian observasi yaitu: Variabel Bebas: Dukungan Keluarga Dengan Anak Prasekolah Penilaian Observasi dukungan keluarga uji reabilitas dilakukan dengan rumus alpha cronbach (α), sehingga alat ukur yang digunakan dapat dipercaya (Arikunto, 2006). Dimana menurut Djemari (2004) dalam Alvionita (2014) jika alpha > 0,70 maka butir-butir pernyataan dikatakan reliabel. Uji reliabel ini dibantu dengan menggunakan teknik komputerisasi. Berdasarkan uji realibilitas yang telah dilakukan diperoleh hasil pada 10 subjek studi didapatkan reliabel untuk kuisioner dukungan keluarga sebesar 0,791 karena uji reliabilitas lebih dari 0,70 maka instrumen penelitian ini dinyatakan realiable. Observasi dukungan keluarga ini terdiri dari 24 butir pernyataan, yang terbagi dalam 6 pernyataan yaitu dukungan pengharapan (nomor 1-6), 6 pernyataan untuk dukungan nyata (nomor 7-12), 6 pernyataan untuk dukungan informasi (nomor 13-18) dan 6 pernyataan untuk dukungan emosional (nomor 19-24). Karena nilai uji reliabilitas lebih dari 0.70 maka instumen penelitian ini dinyatakan reliable. Kuesioner ini disajikan dalam bentuk pernyataan positif (no 1-5, 6-10, 11-15, 16-17,) dan pernyataan negatif (no 18-20) dengan dua pilihan jawaban yang terdiri dari Tidak (TK), dan Ya (YA). Bobot nilai yang diberikan untuk setiap Ya (YA) peryataan positif 1 sampai 2, dimana jawaban Tidak (TK) mendapat nilai 1 dan Ya (YA) mendapat nilai 2. Sedangkan bobot nilai untuk setiap pernyataan negatif dari 2 sampai 1, dimana jawaban Tidak (TK) mendapat nilai 2 dan Ya (YA) mendapat nilai 1. Total skor adalah 24-48, semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin tinggi. Berdasarkan rumus statistik menurut Hidayat (2009) : P=
Rentang Banyak Kategori
Ket: P : Panjang kelas R : Skor tertinggi - Skor terendah BK: Banyak Kategori
33
P = Skor tertinggi – Skor terendah Kelas/kode P=
48 – 24 3
P=
24 3
P=
8
Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 48 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan sosial keluarga (kurang, cukup, dan baik), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 8. Dengan P = 8 dan nilai terendah 24 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut: 24-32 : Dukungan keluarga kurang 33-40 : Dukungan keluarga cukup 41-48 : Dukungan keluarga baik
Sub Variabel Dukungan Keluarga Untuk masing-masing komponen dukungan keluarga (pengharapan, nyata, informasi, dan emosional) nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 12 dan nilai terendah adalah 6. Maka dukungan per sub-sub variabel untuk masingmasing komponen dukungan keluarga tersebut dapat dikategorikan dengan interval sebagai berikut : 6- 8
: Dukungan keluarga kurang
9–10
: Dukungan keluarga cukup
11–12 : Dukungan keluarga baik
34
Variabel Terikat : Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Pada Saat Pemasangan Intravena Penilaian Observasi tingkat cemas mengunakan
skala HARS terdapat 9
symptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor ( skala likert) antara 0 sampai dengan 4.
Skala HARS menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic, telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap peryataan 0 sampai 4, dengan empat pilihan jawaban per symptom nilai 0 = tidak ada gejala sama sekali, 1 = Satu dari gejala yang ada, 2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada, 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada, 4 = sangat berat semua gejala ada. Berdasarkan rumus statistik menurut Hidayat (2009) : P=
Rentang Banyak Kategori
Ket: P : Panjang kelas R : Skor tertinggi - Skor terendah BK: Banyak Kategori P = Skor tertinggi – Skor terendah Kelas/kode P=
36 – 0 4
P=
36 4
P=
9
Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 36 dan banyak kelas dibagi atas 4 kategori kelas untuk
35
tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat dan panik), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 9. Dengan P = 9 dan nilai terendah 1 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka tingkat kecemasan dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:
1–9
= kecemasan ringan
10 – 18 = kecemasan sedang 19– 27 = kecemasan berat 28 – 36 = Panik F. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Data Primer Teknik pengumpulan data yang diperoleh langsung ke lokasi penelitian (fielg research) mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti, dilakukan dengan observasi dilakukan peneliti melalui pengisian lembar observasi, lembar observasi tersebut disusun berdasarkan konsep teoritis yang ada. 2. Data sekunder Data sekunder yaitu, pengumpulan data sebagai data penunjang atau pelengkap yang diambil dari Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan berupa data anak prasekolah yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
G. Etika Penelitian Pengambilan data dan pengolahan data dilakukan setelah memperoleh surat izin Ketua Program jurusan dan Pihak Rektorat. Pengambilan data dilakukan dengan Observasi dan mengisi lembar kuisioner kepada responden dengan memperhatikan etika-etika penelitian yang secara umum dibagi menjadi 3 bagian (Notoadmodjo, 2010).
36
1. Informed Concent Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden atau keluarga responden yang mewakili dan memenuhi kriteria, sebelumnya diberi penjelasan. Semua lembar observasi baik dukungan keluarga dan tingkat kecemasan di isi oleh si peneliti . 2. Anonimity (Kerahasiaan informasi) Kerahasiaan identitas responden dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, dengan cara memberikan kode atau tanda pada lembar observasi dan kode tersebut hanya diketahui oleh peneliti.
3. Comfidentiality (Kerahasiaan informasi) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
H. Pengolahan dan Analisa Data 1 Pengolahan Data Menurut Notoadmodjo (2010) setelah data-data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengolah data sedemikian rupa dengan menggunakan program komputer. langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah: a. Editing Editing dilakukan setelah peneliti memperoleh data yang mencakup pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, memeriksa nama dan cross cek terhadap kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah terisi sesuai petunjuk. Bila terdapat kesalahan dan kekurangan dapat dilakukan pengisian ulang dalam lembar kuisioner.
b. Coding Pemberian kode identitas responden untuk menjaga kerahasiaan dan mempermudah proses penelusuran biodata responden bila diperlukan. Setiap jawaban untuk memudahkan peneliti dengan mengubah data yang sudah
37
diedit dalam bentuk angka, dengan memberikan kode pada usia 3 tahun diberi kode “1”, usia 4 tahun diberi kode “2” , usia 5 tahun diberi kode “3” dan usia 6 tahun diberi kode ”4”. Jenis kelamin responden diberi kode “0” untuk lakilaki dan “1” untuk perempuan. Hubungan keluarga ayah diberi kode “0” dan ibu diberi kode “1”. Pendidikan orang tua/wali tidak sekolah diberi kode “1”, SD diberi kode “2”, SMP diberi kode “3”, SMA diberi kode “4” dan Perguruan Tinggi diberi kode “5”. Pekerjaan orang tua/wali PNS diberi kode “1”, Wiraswasta diberi kode “2”, Pegawai Swasta diberi kode “3”, lain-lain diberi kode “4”. Penghasilan orang tua/wali untuk penghasilan