i
HUBUNGAN DUKUNGAN PERAWAT DAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN AKIBAT MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RSU SIDOARJO
TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh : IIS SUWANTI NIM : S540209217
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
i
ii
HUBUNGAN DUKUNGAN PERAWAT DAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN AKIBAT MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RSU SIDOARJO
Diajukan Oleh : IIS SUWANTI S540209217
Tesis Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda tangan
Tanggal
Pembimbing I : Prof.Dr.dr.Ambar Mudigdo,SpPA NIP 130 543 977
…………...
………
Pembimbing II : dr. Jarot Subandono, MKes NIP 132 230 853
…………...
………
Mengetahui Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr,M.Kes,MM,PAK NIP 194803131976100 ii ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN HUBUNGAN DUKUNGAN PERAWAT DAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN AKIBAT MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RSU SIDOARJO Disusun oleh : IIS SUWANTI S540209217 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal : 29 Juli 2010
Jabatan
Nama
Tanda tangan
Ketua : Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr,M.Kes,MM,PAK Merangkap NIP. 194803131976100 Anggota
……………..
Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd Merangkap NIP. 131 130 280 Anggota
…………….
Anggota : 1. Prof.Dr.dr.Ambar Mudigdo,Sp.PA Penguji NIP. 130 543 977
……………
2. dr. Jarot Subandono, MKes NIP. 132 230 853 Mengetahui Direktur Program Pasca Sarjana
Prof.Drs.Suranto,M.sc,Ph.D NIP: 131 472 192
……………
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr,M.Kes,MM,PAK NIP 1948031319761 iii iii
iv
MOTTO
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
iv iv
v
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan untuk : Bapak Almarhum, Ibu serta suamiku tercinta yang telah mendorong penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
v v
vi
PERNYATAAN
NAMA
: IIS SUWANTI
NIM
: S540209217
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “ Hubungan dukungan perawat dan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di RSU Sidoarjo” adalah betulbetul karya sendiri.Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjuk dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juni 2010 Yang membuat pernyataan
Iis Suwanti
vi vi
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya, sehingga penulis diberi kemudahan, kesehatan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan proposal tesis ini. Penulis tidak akan dapat menyelesaikan tesis ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan berterimah kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr.Much.Syamsulhadi ,dr, Sp.KJ selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggunakan fasilitas yang ada dilingkungan kampus. 2. Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana. 3. Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr,M.Kes,MM,PAK
selaku Ketua Program
Studi Magister Kedokteran Keluarga yang telah membimbing dan memotivasi dalam mennyelesaikan program pembelajaran ini. 4. P.Murdani K, dr.MHPEd selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan yang telah membimbing dan memotivasi dalam mennyelesaikan program pembelajaran ini. 5. Prof.Dr.Ambar Mudigdo,dr.Sp.PA(K) selaku pembimbing I yang telah berkenan memberikan dorongan, bimbingan dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan ketelitian sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
vii vii
viii
6. Jarot Subandono,dr. M.Kes selaku pembimbing II yang telah berkenan memberikan dorongan, bimbingan dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan ketelitian sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. 7. Sudarmadji,dr,MARS Direktur Rumah Sakit Umum Sidoarjo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Almarhum Bapak, Ibu serta Suamiku tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materi telah banyak membantu peneliti untuk menyelesaikan tesis ini. 9. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan. 10. Berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti untuk menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dalam penulisan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembimbing agar selanjutnya bisa lebih sempurna dan bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.
Surakarta
Penulis
viii viii
2010
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
v
PERNYATAAN .............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiii
ABSTRAK .....................................................................................................
xiv
ABSTRACT ..................................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. LataBelakang Masalah .................................................................
1
B. Perumusan Masalah ......................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
7
BAB I : KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ..................................................................................
8
1.
Konsep dukungan perawat ....................................................
8
2.
Konsep dukungan keluarga ...................................................
11
3.
Konsep kecemasan ................................................................
14
4.
Konsep hospitalisasi ..............................................................
19
5.
Konsep anak ..........................................................................
27
6.
Konsep anak pra sekolah .......................................................
28
7.
Hubungan kecemasan dengan perawatan anak usia pra sekolah ............................................................................
32
B. Penelitian yang relevan…………………………………………..
37
C. Kerangka berpikir ..........................................................................
41
ix ix
x
D. Hipotesis .......................................................................................
42
BAB III : METODE PENELITIAN.............................................................
42
A. Jenis penelitian ..............................................................................
42
B. Tempat dan waktu penelitian ........................................................
42
C. Kerangka penelitian ......................................................................
43
D. Populasi, sampel dan sampling ....................................................
45
E. Identifikasi variabel dan definisi operasional ...............................
46
F. Teknik pengumpulan data .............................................................
47
G. Instrumen penelitian .....................................................................
47
H. Analisis data .................................................................................
51
1. Uji prasyarat analisis ...............................................................
51
2. Uji hipotesis ............................................................................
52
Etika penelitian .............................................................................
55
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………….
57
I.
A. Gambaran obyek penelitian ……………………………………….
57
B. Hasil penelitian ……………………………………………………
60
C. Pembahasan ……………………………………………………….
66
D. Keterbatasan ………………………………………………………
77
BAB V : PENUTUP .......................................................................................
78
A. Kesimpulan ………………………………………………………
78
B. Implikasi …………………………………………………………
79
C. Saran-saran ………………………………………………………
80
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
81
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………….
87
x x
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1
Halaman Distribusi responden ……………………………………………… 58
Tabel 2
Distribusi responden berdasarkan jumlah anak, tingkat Pendidikan, pekerjaan, jumlah penghasilan ……………………… 59
Tabel 3
Distribusi penyakit yang diderita anak …………………………… 61
Tabel 4
Distribusi dukungan perawat …………………………………….. 62
Tabel 5
Distribusi dukungan keluarga ……………………………………. 63
Tabel 6
Distribusi tingkat kecemasan …………………………………….. 64
Tabel 7
Hasil Uji Normalitas …………………………………………….. 65
Tabel 8
Ringkasan Uji linieritas dukungan perawat ……………………..
66
Tabel 9
Ringkasan Uji linieritas dukungan keluarga ……………….........
67
Tabel 10 Hasil Uji Korelasi Dukungan Perawat dengan Kecemasan ……..
68
Tabel 11 Hasil Uji Korelasi Dukungan Keluarga dengan Kecemasan ……
69
Tabel 12 Hasil Uji Regresi Dukungan Perawat dan Keluarga dengan Kecemasan ……………………………………………..
xi xi
70
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
Kerangka berpikir ………………………………………………. 41
xii xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Kisi-kisi angket dukungan perawat, keluarga …………………. 87
Lampiran 2
Kisi-kisi angket kecemasan …………………………………… 88
Lampiran 3
Permohonan menjadi responden ………………………………. 89
Lampiran 4
Persetujuan menjadi responden ……………………………….. 90
Lampiran 5
Alat ukur kecemasan ………………………………………….. 91
Lampiran 6
Angket dukungan keluarga …………………………………… 97
Lampiran 7
Angket dukungan perawat ……………………………………. 100
Lampiran 8
Uji normalitas dukungan perawat …………………………….. 101
Lampiran 9
Uji normalitas dukungan keluarga ……………………………. 106
Lampiran 10 Uji normalitas kecemasan anak ………………………………. 111 Lampiran 11 Uji korelasi dukungan perawat-kecemasan anak …………….. 116 Lampiran 12 Uji korelasi dukungan keluarga-kecemasan anak ……………. 117 Lampiran 13 Uji regresi 3 variabel …………………………………………. 118 Lampiran 14 Uji validitas & reliabelitas instrument ……………………….
xiii xiii
120
xiv
ABSTRAK
Iis Suwanti. S540209217. HUBUNGAN DUKUNGAN PERAWAT DAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN AKIBAT MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RSU SIDOARJO. Tesis, Surakarta : Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari, 2010. Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan pada anak, karena anak merupakan bagian dari keluarga,maka perawat harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal tetap dalam kehidupan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan perawat dan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Populasi penelitian ini adalah perawat, ibu dan anak usia pra sekolah yang sedang menjalani perawatan di RSU Sidoarjo. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti yang akan digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data atau mengambil setiap yang ditemukan yang sesuai dengan kriteria penelitian ini.Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dukungan perawat dan dukungan keluarga serta kecemasan. Dari pengumpulan data kemudian data dianalisa dengan menggunakan analisis regresi ganda. Hasil yang didapat dari penelitian ini :(1) terdapat hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo dengan nilai p = 0,018 < 0,05 (2) terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo dengan nilai p = 0,016 < 0,05 (3) terdapat hubungan antara dukungan perawat dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo dengan nilai F hitung > F tabel (4,356 > 4,21) atau nilai p = 0,023 < 0,05. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) ada hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo (2) ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo (3) ada hubungan antara dukungan perawat dan keluarga secara bersama-sama dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan di RSU Sidoarjo.
Kata kunci : Dukungan perawat, dukungan keluarga, kecemasan menjalani perawatan.
xiv xiv
xv
ABSTRACT
Iis Suwanti S.540209217. “ The Correlation between Family and Nurse’s Support and Anxiety Level as a Result of a Treatment of Pre-school Children at Sidoarjo General Hospital”. Thesis. Master Degree Program in Health Profession Education, Graduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010 Family is an important element in nursing, particulary in child nursing. This relates to the fact that a child is a part of family. Consequently, a nurse should know a family in which a child lives. The objective of this research is to find out the correlation between family and nurse’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital. This research employs a Cross Sectional Study design.This population of this research are nurses, mother and pre-school children undergoing a treatmen at Sidoarjo General Hospital. This sampling technique used in this research is an accidental sampling technique where a sample is determined by accident.This means that whoever the researcher meets by accident will be selected as the source of data for this research as long as they can fulfil this research criterion. The methods of data collection are questionnaire about family and nurse’s support and questionnaire about anxiety. The research data were analyzed using multiple regression analysis. Results of data analysis show that 1) there is a significant correlation between nurse’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital (p = 0,018 < 0,05) ; 2) there is a significant correlation between family’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital (p = 0,016 < 0,05) ; and 3) there is a significant correlation between family and nurse’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital (F count = 4,356 > F table = 4,21) or (p = 0,023 < 0,05). The conclusion of this research is as follows : hypothesis 1) there is a correlation between nurse’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital, 2) there is a correlation between family’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital and 3) there is a correlation between family’s and nurse’s support and anxiety level as a result of a treatment of pre-school children at Sidoarjo General Hospital.
Key words: Nurse’s Support, Family’s Support, Anxiety due to Treatment.
xv xv
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Pemikiran Sehat dalam rentang sehat dan sakit adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental dan sosial yang harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya, hal ini sangat penting artinya dalam perilaku seharihari.Pengenalan
manusia
terhadap
dua
konsep
ini
bersamaan
dengan
pengenalannya terhadap dirinya. Keadaan sehat dan sakit tersebut terus terjadi dan manusia akan memerankan sebagai orang sehat atau sakit ( Aziz Alimul H 2007).Anak akan memerlukan bantuan perawat baik secara langsung saat sakit maupun tidak langsung dengan memerlukan bimbingan orang tuanya dalam rentang ini. Dalam keadaan sehat optimalpun anak memerlukan bantuan perawat, misalnya untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan, seperti pelayanan imunisasi, peningkatan pengetahuan tentang keberhasilan perseorangan. Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan pada anak, karena anak merupakan bagian dari keluarga,maka perawat harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, Perry and Hockenberry,2002).Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit memegang peran yang sangat penting salah satunya pelayanan kesehatan baik berupa tindakan keperawatan langsung maupun pendidikan kesehatan untuk anak. Perawat harus memperhatikan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi keluarga yang dapat
1 1
2
menentukan pola kehidupan anak selanjutnya karena sangat menentukan perkembangan anak dalam kehidupan yang akhirnya meningkatkan mutu asuhan keperawatan secara komprehensif melalui aspek bio-psiko-sosial-spiritual yang ada dalam diri manusia Salah satu faktor untuk keberhasilan penanganan suatu permasalahan keperawatan dirumah sakit adalah mengikut sertakan peran keluarga dalam menangani permasalahan anggota keluarganya yang menderita sakit, dalam rangka melaksanakan suatu asuhan keperawatan yang kolaboratif. Perawatan terhadap anak sakit tidak akan bisa optimal bila tidak didukung oleh adanya dukungan dari anggota keluarga, diantaranya keluarga untuk tetap tinggal dengan anak di Rumah sakit, fasilitasi keluarga untuk konsultasi dengan psikologi dan fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung (Supartini 2004). Hasil observasi peneliti terhadap orang tua keluarga pasien didapatkan bahwa orang tua turut berperan dalam perawatan pasien seperti menyuapi, menenangkan perasaan anak saat menangis dan membantu anak memenuhi kebutuhan sehari-harinya, namun demikian dukungan dan keluarga dan perawat terhadap anak selama dirawat secara keseluruhan masih belum optimal. Kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaannya bentuk dukungan dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan keluarga anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak (Alimul,2005). Populasi
anak
yang
dirawat
di
rumah
sakit
menurut
Wong
(2001),mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Persentase anak yang
2
3
dirawatdi rumah sakit saat ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleksdibandingkan kejadian hospitalisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Mc Chertydan Kozak mengatakan hampir empat juta anak dalam satu tahun mengalami hospitalisasi (Lawrence J. cit Hikmawati, 2000). Rata-rata anak mendapat perawatan selama enam hari.Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diruang anak RSU Sidoarjo tanggal 15 Januari 2010 didapatkan hasil bahwa daya tampung diruang anak adalah 125 orang pasien, ruang tersebut terdiri dari kelas III dan dilengkapi dengan satu ruangan untuk isolasi tapi untuk saat ini masih belum difungsikan serta terdapat ruangan khusus untuk bermain anak. Peneliti mendapatkan data bahwa penyakit yang diderita diruang anak Rumah Sakit Umum Sidoarjo dalam satu bulan terakhir ini adalah kejang demam, diare, faringitis akut , demam berdarah dengue (DBD), febris, HIV Aids, vomitting, morbilli, tonsilo pharingitis, meningitis, TBC paru, ISPA. Kasus yang paling banyak selama tiga bilan terakhir adalah diare & vomiting sebanyak 67 kasus. Menjalani perawatan merupakan suatu proses yang karena suatu alasan berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah.Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stress.Sakit dan menjalani perawatan menimbulkan krisis pada kehidupan anak. Di Rumah Sakit anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal dan gangguan terhadap gaya hidup mereka.Seringkali mereka harus mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri,
3
4
kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui. Interpretasi mereka terhadap kejadian, respon mereka terhadap pengalaman yang secara langsung berhubungan dengan tingkat perkembangan, karenanya untuk memenuhi kebutuhan anak yang sedang menjalani perawatan sangatlah penting bagi perawat anak untuk memiliki pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan normal termasuk beberapa pemahaman tentang proses kognitif anak dan arti menjalani perawatan bagi anak pada kelompok usia berapapun (Wong 2004). Perasaan yang sering muncul pada anak yang menjalani perawatan yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, sesuatu yang dirasakan menyakitkan, takut terhadap petugas kesehatan (Nursalam 2005). Tidak hanya anak, orang tua juga mengalami hal yang sama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi saat anaknya dirawat di rumah sakit, terutama pada mereka yang baru pertama kali mengalami perawaan anak, orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi dan sosial dari keluarga,kerabat, bahkan petugas kesehatan, walaupun beberapa orang tua juga dilaporkan tidak mengalami kecemasan karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi permasalahannya. Keluarga juga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tuanya yang mendampinginya selama perawatan. Anak menjadi stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan , yaitu respon imun. Pasien anak yang merasa nyaman selama
4
5
perawatan dengan adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. Fakta tersebut merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam mengelola asuhan keperawatan (Nursalam 2005). Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih saying dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan dan teman sepermainannya.Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukan anak usia pra sekolah adalah menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktifitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan oleh anak pra sekolah sebagai hukuman sehingga akan merasa malu, bersalah atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, expresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dan ketergantungan pada orang tua (Supartini 2004) Keluarga sebenarnya memerankan suatu peranan yang sangat penting dalam memberikan dukungan pada anaknya yang sedang menghadapi stresor tersebut. Dukungan yang diberikan keluarga tersebut diharapkan dapat mengurangi trauma pada anak atau kecemasan yang kemungkinan bisa muncul oleh karena prosedur yang dilakukan di rumah sakit. Selain itu menurut Potter dan Perry (2003) dukungan orang tua dibutuhkan oleh anak yang berusia muda (young
5
6
children) saat menjalani perawatan di rumah sakit, sehingga perilaku-perilaku yang muncul karena kecemasan dapat diminimalisir. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo? 2. Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo? 3. Apakah ada hubungan antara dukungan perawat dan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo. 2. Mengetahui hubungan antara dukungan
keluarga dengan tingkat
kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo.
6
7
3. Mengetahui hubungan dukungan perawat dan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti baik mengenai konsep atau materi dan juga metode penelitian. b. Sebagai salah satu bahan bacaan penelitian dan pengembangan selanjutnya dibidang
keperawatan sebagai bagian dari peran perawat sebagai
edukator dan motivator diruang anak.
2. Manfaat praktis a. Bagi perawat dapat meningkatkan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang professional untuk mempercepat proses penyembuhan b. Bagi keluarga dapat mengoptimalkan peran keluarga sehingga keluarga merasa puas menjalankan tugas sesuai dengan perannya. c. Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan diruang anak.
7
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Konsep dukungan perawat a. Definisi Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua (Supartini 2004). Beberapa peran penting seorang perawat anak adalah sebagai pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik, perencana kesehatan, Pembina hubungan terapeutik, pemantau, evaluator dan peneliti. Perawat dituntut sebagai pembela bagi anak/keluarganya pada saat mereka membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil keputusan / menentukan pilihan, dan meyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang tersedia, pengobatan dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan keluarga. Perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan member penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua/anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Sebagai konselor, perawat dapat member konseling keperawatan ketika anak dan orang tuanya membutuhkan. Perawat dituntut dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini dengan penekanan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien, dan keuntungan asuhan keperawatan, yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien.
8 8
9
Sebagai peneliti, perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh dalam upaya menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus diteliti, melaksanakan penelitian langsung dan menggunakan hasil penelitian kesehatan / keperawatan anak dengan tujuan meningkatkan kualitas praktik atau asuhan keperawatan pada anak. Sebagai salah satu anggota tim kesehatan,perawat memegang posisi kunci untuk membantu orang tua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya di rumah sakit karena perawat berada disamping pasien selama 24 jam dan fokus asuhan adalah peningkatan kesejahteraan anak melalui pemberdayaan keluarga. Dukungan perawat yang diberikan pada orang tua adalah dalam bentuk pelayanan professional dengan fokus dan pemenuhan kebutuhan dasar yang spesifik, yaitu kebutuhan oksigen, makan, minum, eliminasi, selain kebutuhan lainnya seperti cinta kasih, rasa aman dan perlindungan. Untuk mengatasi masalah yang timbul baik pada anak maupun orang tua selama anaknya dalam perawatan di rumah sakit, fokus intervensi keperawatan adalah
meminimalkan
stressor,
memaksimalkan
manfaat
hospitalisasi,
memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga dan mempersiapkan anak sebelum di rawat di rumah sakit b. Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress Upaya meminimalkan stressor dapat dilakukan dengan cara mencegah atau mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan control dan mengurangi atau meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri.
9
10
Untuk mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan dengan cara : 1) Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam (roming in) 2) Jika tidak mungkin untuk roming in, beri kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka. 3) Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti dirumah diantaranya dengan membuat dekorasi ruangan yang bernuansa anak. 4) Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah diantaranya dengan memfasilitasi pertemuan dengan guru, teman sekolah dan membantunya melakukan surat menyurat dengan siapa saja yang anak inginkan. c. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak 1) Membantu perkembangan orang tua dan anak dengan cara member kesempatan orang tua mempelajari tumbuh kembang anak dan reaksi anaka terhadap stressor yang dihadap dalam perawatan di rumah sakit. 2) Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar orang tua. Untuk itu perawat dapat memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak, terapi yang didapat dan prosedur sesuai dengan kapasitas belajarnya. 3) Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan member kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak terlalu
10
11
bergantung pada orang lain dan percaya diri, tentunya hal ini hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih besar dan bukan bayi. Berikan selalu penguatan kemampuan
yang anak
positif dan
dengan orang
selalu tua
dan
memberikan dorongan
pujian terus
atas untuk
meningkatkannya. 4) Fasilitasi anak untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama pasien yang ada, teman
sebaya atau teman sekolah. Beri kesempatan padanya
untuk saling kenal dan membagi
pengalamanya. Demikian juga
interaksi dengan petugas kesehatan dan sesama orang tua
harus
difasilitasi oleh perawat karena selama di rumah sakit orang tua dan anak mempunyai kelompok sosial yang baru.
2. Konsep dukungan keluarga a. Definisi Friedman (2008) menjelaskan bahwa dukungan keluarga dapat berupa sikap, tindakan dan penerimaan terhadap penderita yang sakit.Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. b. Fungsi dan dukungan Keluarga Keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu : 1). Dukungan Informasional Menjelaskan tentang pemberi saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
11
12
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat
menyumbang
aksi
sugesti
yang
khusus
pada
individu.Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. 2). Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validitor identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. 3). Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya keteraturan sekolah, kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan, minum, istirahat, terhindar penderita dari kelelahan. 4).Dukungan emosional Berisi tentang pemberian empati, cinta, kejujuran dan perawatan serta memiliki kekuatan yang hubungannya konsisten sekali dengan status kesehatan. Manfaat ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu
baik
laki-laki
maupun
perempuan
akan
selalu
terjaga
kerahasiannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan dan didengarkan. c. Sumber dukungan keluarga Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga, sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk
12
13
keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selaku siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal seperti dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga external.Dukungan keluarga external ini berasal dari keluarga besar.Dimana kini keluarga besar dapat memberikan dukungan sosial yang penting bagi keluarga inti. Kebanyakan dewasa hidup dalam komunitas dimana mereka membuat satu kontak atau lebih dengan orang tua atau kerabat dekat yang masih hidup. d. Manfaat dukungan keluarga Dukungan sosial keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan, dan dalam tahap kehidupan dukungan sosial keluarga mampu befungsi dengan berbagai kapandaian dan akal. Efek dukungan orang tua terhadap anak diantaranya adalah : 1) Dukungan orang tua terhadap anak, terutama anak laki-laki akan meningkatkan nilai-nilai kulturnya, seperti harga diri, prestasi akademik,kreativitas dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. 2) Terdapat hubungan positif antara dukungan orang tua dengan perkembangan kognitif anak. 3) Dukungan orang tua yang tinggi akan membuat perilaku moral anak meningkat dan penyesuaian diri anak terhadap standar orang tua. 4) Dukungan orang tua yang tinggi akan meningkatkan harga diri kemampuan kontrol diri dan kemampuan instrumental anak. e. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
13
14
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku positif anak.Namun demikian banyak faktor yang menentukan dukungan yang diberikan keluarga dalam hal ini oleh orang tua. Ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua, termasuk juga dalam memberikan dukungan keluarga selain dua hal diatas adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Orang tua dengan kelas sosial menengah keatas cenderung lebih menggunakan pola pengasuhan demokratis dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua dengan kelas sosial menengah keatas mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan rasa keterlibatan terhadap masalah anak lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.
3. Konsep kecemasan a. Definisi Kecemasan merupakan suatu ketidakjelasan, perasaan tidak enak, dimana sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu. Greenberger & Padesky (2004,209) menjelaskan kecemasan merupakan periode singkat perasaan gugup atau takut yang dialami seseorang ketika dihadapkan pada pengalaman yang sulit dalam kehidupan. Kecemasan menurut Yoseph (dalam Sobur; 2003,345) adalah bentuk serta intensitas dari perasaan orang yang terancam keselamatannya, sedangkan orang yang terancam tersebut tidak mengetahui langkah dan cara yang harus diambil untuk menyelamatkan dirinya.Chaplin (2009) dalam kamus psikologi menjelaskan bahwa kecemasan
14
15
adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan kekhawatiran mengenai masamasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.Beberapa faktor yang dapat mencetuskan terjadinya kecemasan diantaranya konflik tentang nilai dan tujuan hidup, ancaman terhadap konsep diri, kematian, perubahan kesehatan, perubahan status ekonomi, perubahan fungsi dan peran, perubahan lingkungan, perubahan sosial, krisis maturasi yang meliputi menstruasi, pernikahan, persalinan, dan pensiun. Kecemasan adalah suatu ketakutan pada bayi dan anak-anak yang terjadi pada saat kehilangan figure orang tua dan menghadapi lingkungan baru di rumah sakit. Klien mengalami kecemasan yang dihubungkan dengan kehilangan akan figure orang yang memberikan support. Kecemasan merupakan masalah utama pada saat kanak-kanak yang merupakan kecemasan berlebihan mengenai perpisahan, biasanya perpisahan dari ibu atau ayahnya, namun biasanya perpisahan perpisahan merupakan hal yang biasanya terdapat dalam perkembangan normal anak usia 7 bulan sampai awal usia pra sekolah. b. Sifat cemas Sifat cemas menurut Stuart dan Sundeen (1998) dikelompokan menjadi : 1) Ringan : berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Pada tingkat ini kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
15
16
2) Sedang : memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. 3) Berat : sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.Individu cenderung untuk memutuskan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. 4) Panik
: tingkatan
panik dari kecemasan berhubungan dengan
terperangah, ketakutan, dan terror.Karena kehilangan kendali, individu yang mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik
menyebabkan
peningkatan
aktifitas
motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpan dan kehilangan pemikiran yang rasional. Kepanikan tidak sejalan dengan kehidupan sehingga jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. c. Epidemiologi Menurut Kaplan dan Sadoke (1995) pada populasi anak usia sebelum pubertas, secara umum prevalensi terjadinya gangguan kecemasan akibat menjalani perawatan diperkirakan antara 3,5 % sampai 4,1 %.Walaupun kadang juga bisa mencapai lebih dari 25,6%. Sedangkan pada remaja prevalensinya bisa mencapai lebih dari 11,4% namun secara rata-rata berkisar antara 0,7 % sampai 2,4%. Rasio kejadian kecemasan antara anak laki-laki dibanding perempuan lebih didominasi perempuan dengan perbandingan rasio 3:1
16
17
d. Etiologi Penyebab utama dari gangguan kecemasan ini adalah pemisahan anak dan figure seorang ibu terutama sekali pada tahun kedua atau ketiga dari siklus kehidupannya.Teori psikodinamik memfokuskan kejadian itu disebabkan oleh karena ketidakmampuan anak menemukan jalan keluar atau jalan keluar yang salah terhadap kejadian-kejadian penting dalam kehidupannya, sedangkan teori perilaku mengemukakan bahwa penyebabnya lebih disebabkan oleh interaksi antara anak-orang tua yang abnormal yang akan memicu terjadinya kesulitan yang dialami oleh anak secara persisten termasuk juga masalah perpisahan. e. Kriteria Engram et al 1993 menggambarkan gangguan kecemasan perpisahan menyatakan dibutuhkan minimal tiga dari delapan gejala yang menunjukan perkembangan dari anak-anak yang tidak tepat dan juga kecemasan berlebihan akibat perpisahan dari rumah atau juga orang tuanya, yaitu : 1) Kekhawatiran kehilangan atau kemungkinan bahaya yang menimpa orang tua. 2) Rasa khawatir yang persisten berhubungan dengan kejadian yang traumatik, yang akan memicu perpisahan dari figur pemberi kasih sayang (orang tua). 3) Menolak masuk sekolah karena takut akan perpisahan 4) Keengganan untuk sendirian tanpa kehadiran orang tua. 5) Keengganan untuk tidur sendirian dan jauh dari orang tua atau rumahnya. 6) Mimpi buruk selama tahap perpisahan
17
18
7) Mengeluhkan gejala-gejala fisik ketika berpisah dari orang tua selama tahap mengantisipasi atau saat kejadian perpisahan. 8) Distress sendirianyang berlebihan ketika berpisah dari orang tua selama tahap mengantisipasi maupun saat kejadian perpisahan. f. Faktor yang mempengaruhi kecemasan Anak-anak selama masa hospitalisasi atau sedang menjalani perawatan mengalami berbagai macam stressor yang mengganggu kehidupan anak. Stresor yang dialami oleh anak selama hospitalisasi antara anak satu dengan lainnya sebenarnya berbeda tergantung kemampuan yang dimiliki oleh anak.Namun secara umum stressor tersebut meliputi perpisahan, kehilangan fungsi dan kontrol, rasa takut, perubahan gambaran diri dan nyeri. Stresor tersebut pada akhirnya akan menimbulkan krisis pada anak yang dialami oleh anak selama hospitalisasi karena adanya perpisahan dari orang tuanya akan menimbulkan kecemasan pada aak yang disebut sebagai kecemasan perpisahan.Perpisahan dari orang yang memberikan dukungan akan memperberat kecemasan yang dialami oleh anak karena lingkungan rumah sakit yang asing. Kemampuan anak dalam mengkoping krisis tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah : 1) Tingkat perkembangan umur 2) Pengalaman sakit sebelumnya, perpisahan atau hospitalisasi 3) Terdapatnya support system atau dukungan dari lingkungan sekitar 4) Keahlian koping alami ataupun yang didapat 5) Keseriusan diagnosa penyakit
18
19
4. Konsep stresor individu yang dirawat dirumah sakit a. Definisi Hospitalisasi adalah bentuk stresor individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat dirumah sakit. Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti: 1) Lingkungan yang asing 2) Berpisah dengan orang yang berarti 3) Kurang informasi 4) Kehilangan kebebasan dan kemandirian 5) Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya. 6) Perilaku petugas rumah sakit. Hospitalisasi yaitu suatu proses yang karena sesuatu alasan yang berencana atau darurat, mengaharuskan anak untu tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stress. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu
19
20
yang dirasakan menyakitkan.Tidak hanya anak, orang tua juga mengalami hal yang sama. Hospitalisasi yang merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses perawatan yang merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki status fisik dan mental sehingga anak dapat berkembang dengan keterbatasannya (Sacharin 1993). Keterbatasan-keterbatasan yang muncul tersebut dapat diakibatkan oleh prosedur maupun kebijakan yang berlaku di rumah sakit serta sakit yang dideritanya.
b. Perubahan yang terjadi pada anak yang sedang menjalani perawatan 1) Perubahan Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh , perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan identitasnya. 2) Menolak makan 3) Sering bertanya 4) Cemas bila ditinggal keluarga 5) Menangis secara perlahan 6) Tidak kooperatif c. Manfaat hospitalisasi Manfaat hospitalisasi yang utama adalah kesembuhan dari penyakit. Selain itu hospitalisasi juga dapat memberikan keuntungan lain diantaranya adalah anakanak mendapatkan kesempatan belajar menghadapi stressor dan belajar dalam melakukan koping terhadap stressor yang muncul selama dirumah sakit.
20
21
Lingkungan rumah sakit juga dapat menyediakan pengalaman sosialisasi baru bagi anak-anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal anak. Menurut Supartini (2004) keuntungan psikologis perlu ditingkatkan dengan melakukan berbagai cara diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Peningkatan hubungan anak-orang tua Stres akibat dirawat dirumah sakit atau hospitalisasi menyediakan kesempatan untuk orang tua belajar lebih jauh tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya.Ketika orang tua dibantu untuk mengerti tentang anaknya yang sedang bereaksi terhadap stress, seperti regresi atau agresi. Orang tua tidak hanya lebih baik dalam mendukung anaknya selama hospitalisasi tetapi orang tua juga dapat mengkoreksi dirinya tentang praktek pengasuhan anak yang telah dilakukan selama ini. 2) Penyediaan kesempatan belajar Sakit dan hospitalisasi kesempatan yang baik untuk anak-anak dan anggota keluarga yang lain untuk belajar lebih dalam mengenai anggota tubuhnya dan hal-hal lain (penyakit) dan juga profesi kesehatan. Contohnya selama anak mendapatkan pengobatan terhadap penyakit yang dialami, maka anak-anak akan belajar tentang penyakitnya, orang tua akan belajar tentang kebutuhan anak dan juga mungkin menemukan dukungan baru yang didapatkan dari staf rumah sakit. 3) Peningkatan dan kematangan koping yang didapat selama proses sakit Stres akibat dirawat dirumah sakit dapat memberikan kesempatan untuk meningkatkan penguasaan diri anak. Pada anak yang masih muda dapat melakukan pengujian terhadap fantasi dan ketakutan fealitas,
21
22
dimutilasi, dirawat dan diobati dengan respect serta memperhatikan kebutuhan secara individual. Perawat dapat memberikan fasilitas seperti : perasaan bahwa anak berkuasa atas dirinya sendiri dengan menekankan pada aspek kompetensi personal pada diri anak dan tidak terlalu menekankan ketidak kooperatif serta perilaku negatif anak lainnya. 4) Menyediakan lingkungan sosialisasi Stres akibat dirawat dirumah sakit akan membuat anak merasa sendiri, asosial dan kadang anak menjadi nakal dan menemukan lingkungan yang simpatik di rumah sakit. Anak-anak yang mungkin mengalami gangguan secara fisik atau mungkin merasa lain dari teman sebayanya mungkin akan menemukan kelompok social yang menerima mereka. Orang tua mungkin juga menemukan kelompok social baru pada diri orang lain yang mengalami permasalahan yang sama. Perawat dapat mendorong kumpulan orang tua tersebut untuk berdiskusi bersama-sama tentang keprihatinan dan perasaan mereka dan juga dapat mendorong orang tua untuk membantu dan mendukung kesembuhan anaknya. d. Dampak perawatan dirumah sakit pada anak usia prasekolah Anak-anak akan bereaksi terhadap stressor yang ditimbulkan oleh karena menjalani perawatan baik pada saat masuk untuk pertama kali, selama proses menjalani perawatan dan nantinya setelah keluar dari rumah sakit. Namun demikian gambaran anak pada saat sebelum dirumah sakit mengenai keadaan sakitnya lebih penting dari pada usia maupun kematangan intelektualnya dalam mempengaruhi tingkat penyesuaian diri anak selama hospitalisasi.
22
23
Anak-anak mempunyai kemampuan adaptasi atau koping yang berbeda dalam menghadapi atau memahami makna dari proses hospitalisasi dibanding orang dewasa. Semakin dewasa usia seorang anak maka semakin matang pula koping yang mereka miliki. Pada usia pra sekolah, anak sulit membedakan antara dirinya dan lingkungan disekitarnya, hal ini disebabkan karena anak usia pra sekolah mempunyai keterbatasan dalam memahami bahasa dan hanya dapat melihat objek atau situasi dari satu aspek saja dalam satu waktu. e. Reaksi anak usia prasekolah terhadap perawatan dirumah sakit Stres akibat dirawat dirumah sakit pada anak-anak menimbulkan reaksi yang beragam pada masing-masing anak.Reaksi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lainnya. Reaksi anak usia pra sekolah terhadap stres akibat dirawat dirumah sakit yang muncul adalah sebagai berikut : 1) Mekanisme pertahanan pertama kali yang digunakan oleh anak usia pra sekolah adalah regresi. Anak pada usia ini akan bereaksi terhadap pemisahan dari orang tuanya dengan regresi dan menolak untuk bersikap kooperatif dengan petugas kesehatan. 2) Perasaan kehilangan
kontrol diri karena pengalaman mereka
kehilangan kekuatan yang ada 3) Ketakutan terhadap cedera pada tubuhnya dan juga nyeri membuat anak-anak usia pra sekolah takut akan mutilasi dan juga prosedur intrusive. 4) Keterbatasan pengetahuan meningkatkan tipe kekuatan yang muncul. Misalnya takut akan dikebiri yang ditimbulkan oleh prosedur enema,
23
24
thermometer rectal dan kateterisasi. Ketakutan kerusakan pada kulit oleh karena prosedur infuse intravena atau tranfusi darah, yang mana hal ini menyebabkan mereka takut bagian tubuhnya yang ada didalam keluar dari tubuhnya. 5) Mereka menganggap bahwa stress akibat dirawat dirumah sakit (hospitalisasi) merupakan hukuman dan pemisahan dari orang tua sebagai kehilangan cinta f. Peran Keluarga selama anak menjalani perawatan Menurut Sacharin (2003) fungsi rumah sakit adalah melengkapi suatu lingkungan dimana anak yang sakit dapat dibantu untuk mengatasi atau meringankan penyakitnya. Kesakitan tidak harus menjadikan hidup klien terisolasi.Klien dan keluarga harus menerima hasik perubahan dari kejadian sakit dan pengobatannya tersebut. Klien dan keluarga dapat menerima pengalaman sakit ini sebagai pengalaman yang biasa terhadap perilaku dan perubahan dalam peran, gambaran diri dan dinamika keluarga. Anak bukan merupakan orang satu-satunya yang harus bersikap sebelum masuk rumah sakit. Orang tua harus diberi kesempatan untuk mengexlorasikan kecemasannya, dimana setiap masalah harus dibahas secara bebas serta harus diberikan kesempatan mengenai setiap kekhawatiran yang ada kaitannya dengan anak. Menurut Sacharin perawatan yang berpusat pada keluarga adalah mempertahankan dan memperkuat peran dan ikatan selama anaknya di rumah sakit untuk memelihara kemampuan yang sama dengan perawat yaitu dengan member kesempatan orang tua berpartisipasi dalam perawatan
24
25
Nettiman ( 2006) menjelaskan ada beberapa manfaat perawatan yang bersifat keluarga bagi orang tua dan anak adalah : 1) Mempertahankan interaksi keluarga 2) Meminimalkan kecemasan perpisahan 3) Menurunkan reaksi protes, penolakan dan putus asa 4) Meningkatkan rasa aman bagi anak 5) Memenuhi kebutuhan orang tua untuk merawat dengan fisik dan emosi 6) Membuat orang tua merasa berguna dan penting 7) Menurunkan perasaan bersalah pada orang tua 8) Meningkatkan kemampuan orang tua dala perawatan selama anaknya sakit. 9) Kenyamanan reaksi setelah hospitalisasi Namun demikian menurut Sacharin, perawatan dengan melibatkan orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a) Kemampuan ibu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit dan melepaskan sebagian perannya. b) Kemampuan staf perawatan untuk menerima ibu sebagai bagian dari populasi ruangan, untuk mengetahui kebutuhannya dan mau menerima peranan ibu yang khas dan suportif bukan dominan c) Sejauh mana diberi instruksi yang ditentukan secara jelas mengenai kebijaksanaan dan rutinitas ruangan serta apa yang diijinkan. Ibu harus mengetahui peranan dari setiap anggota dan siap dihubungi jika dibutuhkan bantuan.
25
26
d) Tingkat pengenalan staf perawatan adalah sejauh mana masalah itu yang besifat pribadi atau terikat dengan anak. Ibu perlu berbicara dan tetap memperoleh informasi dari setiap pengobatan dan hasil pemeriksaan dan diberi kesempatan untuk membantu masalahnya.
g. Reaksi Keluarga terhadap anak yang sedang dirawat di Rumah Sakit. 1) Reaksi orang tua Reaksi orang tua terhadap anaknya yang sakit dan dirawat dirumah sakit dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain : a) Tingkat keseriusan penyakit anak b) Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit c) Prosedur pengobatan d) Sistem pendukung yang tersedia e) Kekuatan ego individu f) Kemampuan dalam penggunaan koping g) Dukungan dari keluarga h) Kebudayaan dan kepercayaan i) Komunikasi dalam keluarga 2). Reaksi saudara kandung ( Sibling ) Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit adalah kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, benci, dan merasa bersalah. Orang tua sering kali mencurahkan perhatian yang lebih besar terhadap anak yang sakit dibandingkan
26
27
dengan anak yang sehat. Hal ini akan menimbulkan perasaan cemburu pada anak yang sehat dan anak merasa ditolak ( Nursalam 2005). 3). Penurunan peran anggota keluarga Dampak dari perpisahan terhadap peran keluarga adalah kehilangan peran orang tua, saudara dan anak cucu. Perhatian orang tua hanya tertuju pada anak yang sakit, akibatnya saudara-saudara yang lain menganggap bahwa hal tersebut adalah tidak adil. Respons tersebut biasanya tidak disadari dan tidak disengaja. Orang tua sering menyalahkan perilaku saudara kandung tersebut sebagai perilaku antisosial. Sakit akan membuat anak kehilangan kebersamaan mereka dengan anggota keluarga yang lain atau teman sekelompok 5.Konsep Anak a. Definisi Anak adalah individu yang berusia antara 0-18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik ( fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa (Supartini 2004). Anak adalah individu yang unik dan bukan miniatur orang dewasa. Anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual, anak juga masih tergantung pada orang dewasa dan lingkungannya. b. Klasifikasi Menurut Muscary (2005) anak diklasifikasikan menjadi 5 tahap yaitu : 1) Bayi ( 0 - 1 tahun )
27
28
2) Toddler ( 1 - 3 tahun ) 3) Prasekolah ( 3 - 6 tahun ) 4) Sekolah ( 6 - 12 tahun) 5) Remaja ( 12 – 18 tahun )
6.Konsep Anak Pra-Sekolah a. Definisi Anak pra sekolah adalah merupakan masa transisi antara usia toddler dengan usia sekolah. Periode ini berkisar antara usia 3 sampai 6 tahun ( Nelson 2000). b. Tugas Perkembangan Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur an fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses differensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya ( Nursalam 2005 ).Menurut beberapa ahli tugas perkembangan anak usia pra sekolah dibagi dalam beberapa kriteria, yaitu : 1). Perkembangan kognitif Menurut Piaget pada usia prasekolah perkembangan kognitif anak berada pada tahap pre operasional. Pada tahap ini anak mempunyai kemampuan yang akan terus berkembang dalam menggunakan kata-kata dan symbol untuk mengexpresikan keinginannya. Karakteristik yang muncul pada tahap ini adalah animism atau egosentrisme, krena adanya karakteristik animism inilah anak mempunyai keyakinan bahwa benda
28
29
mati dapat hidup, misalnya sapu dapat menjadi kuda, boneka dapat hidup dan sebagainya. Dengan kemampuan berimajinasinya maka anak dapat melepaskan rasa frustasinya, menyenangkan dirinya sendiri dan juga melewati rasa ketakutan dan konflik. Namun demikian animism dapat juga menyebabkan berkembangnya rasa ketakutan yang biasa muncul pada anak-anak. Karakteristik yang kedua dari pre operasinal periode adalah egosentrisme atau kecenderungan melihat dunia sekitarnya dari sudut pandangnya sendiri. Salah satu implikasi egosentrisme akan membuat anak cenderung meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi disekitarnya menjadi tanggung jawabnya 2). Perkembangan moral Anak usia pra sekolah berada pada pre conventional periode. Anak pada tahap ini mempunyai kemampuan yang kutang dalam tanggung jawab. Fokus pemikiran mereka hanya sederhana saja yaitu apa manfaatnya atau dampaknya untuk dirinya ( rewads and punishment) tanpa memikirkan hal lainnya ( Whole and Wong 2004 ). 3). Perkembangan psikoanalitik Pada usia pra sekolah anak berada dalam tahap phallic. Pada tahap ini terjadi perkembangan identitas sexual karena pemecahan konflik oedipal yang dialami oleh anak pada tahap sebelumnya. Berdasarkan teori psikoanalisis yang dikemukanan oleh Sigmund Frued bahwasannya kepribadian manusia terdiri dari tiga elemen yang saling berinteraksi secara dinamis. Ketiga elemen tersebur adalah id, ego dan super ego.
29
30
Id adalah subsistem kepribadian yang asli dimiliki individu sejak lahir, karena itu biasanya disebut subsistem kepribadian yang primitive. Id lebih dihubungkan dengan faktor biologis. Frued berpandangan bahwa kerja id adalah atas dasar prinsip kenikmatan, dan tempat id berada pada bagian ketidaksadaran manusia. Super ego merupakan lawan dari id, yaitu bagian dari system kepribadian yang dikembangkan dari kebudayaan, nilai-nilai social dan proses pendidikan orang tua. Super ego selalu berada pada tingkat kesadaran dan dapat pula berada pada ambang sadar. Super ego ini terbentuk sejak fase kanak-kanak dan terus berkembang hingga dewasa. Sedangkan ego merupakan mediator antara dorongan-dorongan biologis yang dating dari id dengan tuntutan moral dari Super ego. Ego ini mengendalikan tuntutan instingtif dan pertimbangan moral ( Whole and Wong 2004 ). 4). Perkembangan Psikososial Berdasarkan teori psikososial yang dikemukakan oleh Ericson cit Supartini (2004) anak usia pra sekolah berada dalam tahap inisiatif vs guilt ( salah bersalah ). Pada tahap ini anak mulai bertanya-tanya kejadian dilingkungannya dan mencoba pengalaman baru. Bantuan dan bimbingan orang tua untuk mengembangkan daya jelajah anak dan akan menimbulkan rasa inisiatif, sedangkan hukuman dan perlakuan yang tidak tepat dari orang tua menghasilkan rasa bersalah. Ciri tumbuh kembang anak usia pra sekolah adalah (1) pertumbuhan lambat dan stabil pada masa ini (2) tugas perkembangan yang harus
30
31
diselesaikan dengan baik adalah control dari sistem tubuh, tentang perpisahan, kemampuan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan anak lain dan orang dewasa (3) meningkatkan cakupan perhatian dan ingatan (4) usia pra sekolah ini merupakan fase intuitive thought atau anak usia ini sering mencoba-coba dan sering bingung karena pada saat itu mereka hanya punya satu ide (5) masa anak giat mengexplorasi lingkungan yaitu berusaha mengetahui bagaimana sesuatu bekerja, menanyakan sesuatu dengan tempertantrum, keras kepala dan negativism. c. Masalah Perkembangan Erikson menjelaskan anak-anak usia pra sekolah berada dalam tahap inisiatif melawan rasa bersalah. Erikson menyatakan bahwa jika anak-anak berhasil melewati tahap ini maka anak akan mampu berinisiatif terhadap aktifitasnya sendiri, peka terhadap tujuannya sendiri. Namun jika gagal, maka akan terjadi konflik takut-agresif dan merasa ketidakcukupan. Pada masa usia pra sekolah terdapat berbagai macam masalah yang munculnya diantaranya masalah berbicara dan ketakutan. Periode yang kritis untuk perkembangan kemampuan berbicara adalah terjadi pada usia antara dua sampai empat tahun. Selama periode ini anak mengalami perkembangan pengucapan yang lebih cepat disbanding dengan menghasilkan rata-rata. Kegagalan integrasi sensorimotor mengakibatkan anak gagap kalau berbicara yaitu ketika anak mencoba untuk menyebutkan suatu kata dimana dia telah memikirkan tentang itu. Selain masalah berbicara anak-anak juga mengalami perasaan takut yang dapat disebabkan oleh berbagai hal. Ketakutan pada anak usia pra sekolah dapat disebabkan karena takut akan kegelapan ditinggal sendiri
31
32
terutamma saat tidur, hewan, hantu, masalah sexual, orang atau objek yang diasosiasikan dengan nyeri (Muscary 2005). d. Konsep Sehat-Sakit Potter dan Perry (1993) menjelaskan bahwa persepsi anak usia sekolah mengenai kesehatannya sangat dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai orang tuanya tentang konsep sehat itu sendiri. Kepercayaan dan nilai kesehatan yang dianut orang tua tentang sehat, sensasi yang diraskan tubuh dan kemampuan mereka dalam melakukan aktifitas sehari-hari akan membantu anak dalam mengembangkan perilaku sehat anak. Anak usia pra sekolah biasanya sudah bias melakukan kegiatan seperti : mandi, berpakaian dan makan secara mandiri. Gangguan pada kemandirian tersebut akan mempengaruhi persepsi anak tentang kesehatannya.
7. Hubungan kecemasan dengan perawatan pada anak usia prasekolah Kecemasan selama dirawat dirumah sakit pada anak-anak pada berbagai tingkatan umur dapat menyebabkan anak-anak berada dibawah stressor yang besar dan sering kali membutuhkan intervensi psikiatrik. Untuk anak-anak dan keluarganya, sakit dan kecemasan akibat perawatan dirumah sakit merupakan suatu pengalaman yanag dapat menyebabkan stress. Hal tersebut sering kali merupakan peristiwa krisis pertama kali yang harus dihadapi oleh anak-anak. Anak-anak terutama yang berusia muda lebih rentan mengalami krisis akibat sakit dan dirawat dirumah sakit, hal ini disebabkan : a. Stress merupakan representasi dari perubahan dari status kesehatan dan keadaan lingkungan yang biasanya terjadi.
32
33
b. Anak-anak memiliki mekanisme koping yang terbatas untuk mengatasi kejadian yang penuh stress tersebut. Tahap-tahap kecemasan perpisahan yang dialami anak-anak selama proses hospitalisasi menjadi tiga tahapan, yaitu : 1) Fase protes ( Phase of Protest ) Tahap ini merupakan tahap pertama dalam kecemasan perpisahan yang akan berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari .Pada tahap ini anak masih menyadari bahwa dia sangat membutuhkan ibunya dan berharap dengan usahanya memprotes dapat mengembalikan ibunya. Mereka masih berharap ibunya akan memenuhi keinginan mereka seperti yang dilakukan ibunya sebagaimana sebelumnya.Keinginan untuk bertemu ibunya dan perasaan kehilangan ibunya menimbulkan kecemasan yang akan menurunkan persepsi terhadap lingkungan sekitarnya. Manifestasi perilaku yang sangat dapat muncul pada perilaku yang dapat muncul pada fase ini meliputi menangis, menjerit berguling-guling disekitar tempat tidur, berfokus terhadap suara atau penglihatan yang mungkin ibunya dan menolak perhatian orang lain. Perilaku protes tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari. Pendekatan dengan orang asing yang tergesa-gesa akan meningkatkan protes ( Nursalam 2005 ). 2) Fase putus asa ( Phase of Despair ) Pada
tahap
ini
anak-anak
masih
menyadari
bahwa
dia
membutuhkan ibunya dan tidak terlalu berharap bahwa usahanya tersebut akan mengembalikan ibunya.Bentuk tangisan anak-anak akan menjadi intermitten atau monoton yang merupakan pemindahan dari jeritan
33
34
kemarahan yang terjadi di tahap protes. Anak tampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif, tidak mau berkomunikasi, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan,menarik diri, apatis dan tidak mau berinteraksi dengan lingkungan serta anak menjadi regresi misalnya ngompol
atau
menghisap
jari.
Pada
tahap
ini
kondisi
anak
mengkhawatirkan karena anak menolak untuk makan, minum atau bergerak ( Nursalam 2005 ). 3) Fase pelepasan Pada tahap ini anak-anak menggunakan mekanisme bertahan represif untuk mengatasi kecemasan yang semakin intens. Mereka menekankan keinginan mereka untuk bertemu dengan ibunya pergi meninggalkan dan mau berinteraksi dengan lingkungannya.Dan pada akhir tahap ini anak akan mengalami analitik depression. Anak yang berada pada tahap ini sering mempunyai keyakinan yang keliru terhadap situasi yan biasa terjadi dirumah sakit.Anak-anak akan kehilangan kepercayaan terhadap kecintaan orang tuanya, kemampuan dan keinginan orang tuanya untuk melindungi mereka. Kehilangan kepercayaan ini memiliki implikasi yang nyata terdadap penyesuaian mereka ketika anak –anak tersebut kembali kerumah Hal itu juga akan mempengaruhi cara mereka dalam mengatasi terminasi dan perpisahan untuk mendapatkan ketenangan dalam hidup mereka. Sedangkan manifestasi dari masing-masing tahap kecemasan perpisahan dan anak yang sedang menjalani perawatan menurut Wong (2004) adalah sebagai berikut :
34
35
a) Pada fase protes Selama tahap ini perilaku yang dapat diamati pada anak yang mengalami kecemasan akibat dirawat dirumah sakit
adalah sebagai
berikut : (1) Menangis (2) Menjerit-jerit (3) Mencari ibunya (4) Tidak mau dipindahkan dari orang tuanya (5) Menjauh dan menolak jika didekati orang asing Sedangkan perilaku yang dapat diobservasi dalam masa toddler diantaranya : (1) Menyerang orang asing dengan kata-kata misalnya “pergi” (2) Menyerang orang asing dengan cara fisik misalnya menendang, menggigit, memukul atau mencubit. (3) Mencoba keluar atau melarikan diri untuk menemui orang tuanya (4) Mencoba menahan orang tuanya untuk tetap tinggal menemaninya. Perilaku-perilaku tersebut mungkin akan berakhir selama beberapa jam sampai beberapa hari.Proses seperti menangis akan terus berlanjut serta dianggap asing oleh anak b) Pada fase putus asa Perilaku yang dapt diamati oleh anak yang akan mengalami kecemasan perpisahan pada fase ini adalah sebagai berikut : (1) Inaktif (2) Menarik diri
35
36
(3) Depresi dan merasa sedih (4) Tidak merasa tertarik dengan lingkungan (5) Tidak bisa diajak komunikasi (6) Munculnya perilaku regresi seperti tahap perkembangan sebalumnya, misalnya menghisap ibu jari, ngompol, menggunakan dot atau botol. Perilaku ini mungkin akan berakhir dalam waktu yang berbedabeda.Kondisi fisik anak mungkin juga akan semakin memburuk, hal ini disebabkan oleh karena anak-anak menolak makan, minum atau tidak mau berpindah tempat. c) Pada fase pelepasan Perilaku yang dapat diamati pada fase ini antara lain : (1) Menunjukan peningkatan ketertarikan terhadap lingkungan (2) Berinteraksi dengan orang lain atau penberi pelayanan kesehatan yang bersikap familier terhadapnya. (3) Menemukan bentuk hubungan baru, tetapi sifatnya hanya dipermukaan saja (4) Terlihat gembira Fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan dari orang tuanya dalam jangka waktu yang cukup lama, dan anak jarang sekali bertemu orang tuanya selama dalam proses hospitalisasi.Perilaku tersebut merupakan representasi dari penyesuaian diri dari anak-anak yang bersifat superfisial terhadap perasaan kehilangan kontrol terhadap dirinya.
36
37
B. Penelitian yang relevan Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan pada anak. Oleh karena anak merupakan bagian dari keluarga,maka perawat harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal ataukonstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, Perry and Hockenberry,2002). Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan, harus mampu memfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan langsung, maupun pendidikan kesehatan bagi anak. Selain itu, perawat harus memperhatikan kehidupansosial, budaya, dan ekonomi keluarga yang dapat menentukan pola kehidupan anak selanjutnya. Faktor-faktor tersebut sangat
menentukan
perkembangan
anak
dalam
kehidupan
(Alimul,
2005).Kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaannya bentuk dukungan dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan keluarga anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak (Alimul,2005).Populasi anak yang dirawat di rumah sakit menurut Wong (2001),mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Persentase anak yang dirawatdi rumah sakit saat ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleksdibandingkan kejadian hospitalisasi pada tahuntahun sebelumnya. Mc Chertydan Kozak mengatakan hampir empat juta anak dalam satu tahun mengalamihospitalisasi (Lawrence J. cit Hikmawati, 2000). Rata-rata anak mendapat perawatan selama enam hari. Selain membutuhkan perawatan yang spesialdibanding pasien lain, anak sakit juga mempunyai keistimewaan dan karakteristik tersendiri karena anak-anak bukanlah miniatur
37
38
dari orang dewasa atau dewasa kecil. Dan waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita anak-anak 20-45% lebih banyak daripada waktu untuk merawat orang dewasa (Speirs, cit Hikmawati 2000).Supartini (2004) menjelaskan perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress dan kecemasan pada anak. Pada anak yang dirawat di rumah sakit akan muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian dengan banyak orang yang mengurusinya, dan kerapkali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan.Pada anak usia pra sekolah, kecemasan yang paling besar dialamiadalah ketika pertama kali mereka masuk sekolah dan kondisi sakit yang dialami anak. Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit
maka
besar
sekali
kemungkinan
anak
akan
mengalami
disfungsiperkembangan. Anak akan mengalami gangguan, seperti gangguan somatik,emosional dan psikomotor (Nelson cit Isranil Laili.2006). Reaksi terhadap penyakit atau masalah diri yang dialami anak pra sekolah seperti perpisahan,tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang asing, hilangnya kasih sayang, body image maka akan bereaksi seperti regresi yaitu hilangnya kontrol, displacement, agresi (menyangkal), menarik diri, tingkah laku protes,serta lebih peka dan pasif seperti menolak makan dan lain-lain (Alimul, 2005). C. Kerangka Berpikir Perawatan di rumah sakit merupakan masa yang penuh stress bagi anak terutama anak usia pra sekolah. Ada berbagai macam stressor yang dihadapi oleh
38
39
anak selama menjalani proses perawatan. Stresor tersebut diantaranya adalah perpisahan, kehilangan fungsi dan kontrol, ketakutan, perubahan gambaran diri dan nyeri. Akibat dari berbagai macam stressor akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan anak diantaranya kecemasan perpisahan. Namun demikian anak mempunyai suatu mekanisme koping tertentu dalam bereaksi terhadap stressor tersebut. Reaksi anak terhadap stressor di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah tingkat perkembangan umur anak, pengalaman sakit, perpisahan dan stress karena perawatan sebelumnya, terdapat support sistem, koping alami dan yang didapat serta keseriusan diagnosis penyakit. Perilaku setelah proses hospitalisasi yang muncul akibat kecemasan perpisahan menurut Wong (2004) diantaranya adalah kecenderungan anak untuk selalu lengket dengan orang tuanya, anak menjadi sangat membutuhkan perhatian orang tua, menolak dengan keras terhadap perpisahan. Perilaku lain yang mungkin muncul diantaranya munculnya ketakutan baru, misalnya mimpi buruk, anak menjadi sulit tidur atau berjalan waktu tidur. Perilaku tersebut juga diikuti oleh perilaku seperti anak menjadi hiperaktif, tempertantrum, rewel untuk makan, munculnya perilaku agresif seperti anak hiperaktif. Efek dari dukungan keluarga adalah adanya efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negative dari stress terhadap kesehatan) dan efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat dari kesehatan). Namun demikian dukungan yang diberikan oleh keluarga terhadap anaknya dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah usia orang tua, ukuran keluarga dan juga status kelas sosial.
39
40
Dukungan – dukungan yang diberikan keluarga tersebut diharapkan dapat menurunkan kecemasan perpisahan yang sering muncul pada saat menjalani perawatan di rumah sakit. Pada akhir dengan dukungan tersebut dapat mengurangi atau bahkan mungkin menghilangkan gangguan-gangguan perilaku maupun gangguan lain yang dapat muncul pada saat keluar dari rumah sakit, sehingga setelah anak menyelesaikan masa hospitalisasinya anak tidak akan muncul gejala sisa dan anak dapat kembali pada kehidupan sebagaimana sebelumnya.
40
41
Kerangka berpikir Dukungan keluarga : 1. Usia ibu Faktor yang mempengaruhi 2. Psikologi ibu 3. Kelas sosial ekonomi - Pendapatan - Pekerjaan - pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan 1. Tingkat perkembangan umur. 2. Pengalaman sakit sebelumnya, perpisahan atau hospitalisasi. 3. Support sistem dari lingkungan sekitar. 4. Keahlian koping alami ataupun yang didapat. 5. Keseriusan diagnosa penyakit
Dukungan keluarga : 1. Informasi 2. Penilaian 3. Instrumental 4. Emosional
Kecemasan usia pra-sekolah 1. Fase protes 2. Fase putus asa 3. Fase pelepasan
Dukungan perawat : 1. Upaya meminimalkan stress 2. Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah dampak kecemasan
Keterangan : Diteliti
3. Memaximalkan manfaat hospitalisasi
: Tidak diteliti
Gambar 1
41
42
C. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah. 2. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah. 3. Terdapat hubungan antara dukungan perawat dan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah.
42
43
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian ( Burn & Grove 1991, dikutip Nursalam 2000). Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik korelasional yang menggunakan pendekatan Cross Sectional Study yaitu peneliti melakukan pengukuran variabel sesaat, artinya subjek diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel independent dan dependent dilakukan pada saat pemeriksaan atau pengkajian data (Sastroasmoro & Ismael 2005 ).
B.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan diruang anak Rumah Sakit Umum Sidoarjo.Waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini secara umum meliputi 3 tahap yaiatu : 1. Tahap persiapan : penyusunan proposal, pembuatan instrumen penelitian dan uji coba instrumen 2. Tahap pelaksanaan : penyebaran angket dukungan keluarga dan kecemasan di ruang anak Rumah Sakit Umum Sidoarjo. 3. Tahap analisa data dan penulisan laporan penelitian.
43 43
44
C. Kerangka Penelitian Populasi : Perawat, ibu dan anak usia pra sekolah yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 30 orang
Sampel : Perawat, ibu dan anak usia pra sekolah yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit yang memenuhi kriteria penelitian
Teknik sampling : menggunakan Accidental sampling
Pengumpulan data penelitian : dengan kuesioner
Analisis Data : Regresi ganda
Penyajian Data dan Pembahasan
Kesimpulan dan saran
44
45
D. Polulasi, Sampel dan Sampling 1.Populasi Sugiyono (2009) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perawat, orang tua (ibu) dan anak usia pra sekolah yang sedang menjalani perawatan di ruang anak Rumah Sakit Sidoarjo bulan Desember 2009 sampai Januari 2010 sejumlah 30 responden. 2. Sampel Sugiyono (2009) menggambarkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh dalam suatu populasi. Dalam penelitian ini sampel yang dimaksud adalah perawat, orang tua (ibu) dan anak usia pra sekolah yang sedang menjalani perawatan dirumah sakit Sidoarjo.
3.Teknik Sampling Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah “accidental sampling” yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang akan digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data atau mengambil setiap yang ditemukan yang sesuai dengan kriteria penelitian ini (Sugiyono 2009).
45
46
E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah operasionalisasi konsep yang mempunyai nilai bervariasi dan membedakan satu objek dari yang lainnya ( Purwanto, 2007) Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini
adalah
dukungan perawat dan dukungan keluarga Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah.
2. Definisi operasional a. Anak usia prasekolah adalah anak-anak yang berusia 3-6 tahun baik lakilaki maupun perempuan yang sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit Umum Sidoarjo b. Kecemasan akibat menjalani perawatan adalah suatu perilaku kecemasan yang ditunjukan oleh anak yang terjadi selama anak dirawat di rumah sakit yang dapat diobservasi oleh orang tua/ibu dari perilaku yang muncul dengan skala interval. c. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan ibu terhadap anak yang sakit. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan emosinal, penilaian, instrumental dan juga informasional yang diukur dengan skala interval. d. Dukungan perawat adalah sikap dan tindakan perawat dalam upaya meminimalkan stress, mencegah dampak kecemasan dan memaximalkan dampak hospitalisasi.
46
47
e. Keluarga pasien adalah orang tua yang menunggui pasien khususnya ibu selama menjalani proses perawatan.
F. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data primer meliputi identitas responden : nama, usia, jenis kelamin, jumlah anak, tingkat pendidikan dan data sekunder yaitu gambaran secara umum lokasi penelitian yang dilakukan diruang Mawar Ungu Rumah Sakit Umum Sidoarjo.Sebelumnya peneliti memberikan informasi terlebih dahulu pada responden tentang maksud dan tujuan penelitian serta isi dari angket atau kuesioner, kemudian responden mengisi angket yang sudah disediakan oleh peneliti. Sebelum mengisi lembar angket peneliti meminta kesediaan subyek penelitian untuk menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan terlebih dahulu. Responden diberi waktu secukupnya untuk mengisi angket atau kuesioner dan langsung ditarik oleh peneliti. Bila ada yang kurang jelas bisa ditanyakan langsung oleh peneliti.Jumlah responden untuk penelitian disini adalah 30 orang responden.
G. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket, dimana angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto 2002). Angket dukungan perawat ,pertanyaan didasarkan pada teori Friedman (2008) yang disusun dalam 15 butir pertanyaan dukungan perawat dengan skala
47
48
likert yaitu selalu (skor 4), sering (skor 3), kadang-kadang (skor 2), tidak pernah (skor 1). Skor yang dihasilkan yaitu antara 15-60 akan dikategorikan menurut Arikunto (2000) bahwa rentang skor kategori dibagi tiga sama besar sehingga diperoleh skor kategori sebagai berikut : dukungan perawat kurang : 0-20, dukungan perawat cukup: 21-40, dukungan perawat baik: 41-60 Angket dukungan keluarga, pertanyaan didasarkan pada teori Friedman (2008) yang disusun dalam 18 butir pertanyaan dengan skala pengukuran dukungan keluarga yang digunakan adalah dengan skala likert yaitu selalu (skor 4), Sering (skor 3), Kadang-kadang (skor 2), Tidak pernah (skor 1). Skor yang dihasilkan yaitu antara 18-72 akan dikategorikan menurut Arikunto (2000) bahwa rentang skor kategori dibagi tiga sama besar sehingga diperoleh skor kategori sebagai berikut: dukungan keluarga baik: 49-72, dukungan keluarga cukup: 25-48, dukungan keluarga kurang : 0-24 Angket alat ukur kecemasan adalah menggunakan skala kecemasan dari Taylor’s Manifest Anxiety Scale (T-MAS). T-Mas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan melalui observasi yang disusun oleh Janet Taylor (cit Mulyani, 2004). Pengukuran skala kecemasan ini secara umum pada anak adalah modifikasi pengukuran kecemasan pada orang dewasa disesuaikan dengan kondisi anak. Alat ukur ini berisi 32 butir pertanyaan observasi tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah dengan jawaban ya (skor 1) dan tidak (skor 0). Dari 32 butir pertanyaan tersebut skor yang diperoleh adalah antara 0-32. Skor
yang diperoleh kemudian dikategorikan dalam skala interval Cemas berat
: 25 - 32
Cemas sedang
: 17 - 24
48
49
Cemas ringan
: 9 - 16
Tidak cemas
:0-8
Makin tinggi skor yang diperoleh, maka makin tinggi pula tingkat kecemasan yang dialami oleh anak. Teknik uji kecemasan dijabarkan sebagai berikut : 1). Uji Validitas Validitas butir angket kecemasan dihitung menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu : r xy
N ( ∑ XY ) – ( ∑ Y)
=
√ ( ( N ∑ X ² - ( ∑ X ) ²) . ((N ∑ Y² - ( ∑ Y)²) Keterangan : r
: koefisien korelasi
N
: banyaknya subyek
∑X
: jumlah skor item (X)
∑Y
: jumlah skor item (Y)
XY
: jumlah perkalian X dan Y
Dari perhitungan harus dibanding dengan angka kritik tabel korelasi nilai r dengan taraf signifikan 5 % serta dengan kriteria pengujian apabila r-hitung > r-tabel maka soal tersebut dikatakan valid, begitu sebaliknya apabila r-hitung < r-tabel maka soal tersebut dikatakan tidak valid. 2). Uji Reliabilitas Reliabilitas diperoleh apabila suatu tes dapat dipercaya dan menunjukan ketepatan dan keajegan pada hasil tes, apabila tes ini diberikan pada waktu yang berlainan. Reliabilitas diuji dengan teknik koefisien alpha dengan rumus :
49
50
R 1.1 =
k
1- ∑ Si ²
(k-1)
St ²
Keterangan : K
= Jumlah butir
∑SI²
= Jumlah varians butir
St
= Varians total
Dari perhitungan juga harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r, apabila r-total > r-tabel maka soal tersebut dikatakan reliabel, begitu sebaliknya apabila r- total maka soal tersebut dikatakan tidak reliabel.
Hasil Uji Coba Penelitian 1. Angket dukungan perawat a. Dari 15 butir pertanyaan semua dinyatakan valid, karena semua r hitung > r tabel dengan N=30. b. Dari hasil perhitungan diperoleh realibilitas sebesar 0,939 kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel pada taraf signifikan 5 %, karena hitung > r tabel maka angket tersebut realibel. 2. Angket dukungan keluarga c. Dari 18 butir pertanyaan semua dinyatakan valid, karena semua r hitung > r tabel dengan N=30.
50
51
d. Dari hasil perhitungan diperoleh realibilitas sebesar 0,91 kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel pada taraf signifikan 5 %, karena hitung > r tabel maka angket tersebut realibel. 3. Angket kecemasan e. Dari 15 butir pertanyaan semua dinyatakan valid, karena semua r hitung > r tabel dengan N=30. f. Dari hasil perhitungan diperoleh realibilitas sebesar 0,951 kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel pada taraf signifikan 5 %, karena hitung > r tabel maka angket tersebut realibel.
H. Analisis Data Pengolahan data menggunakan komputer maupun manual. Manual merupakan langkah awal dalam pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder yang meliputi coding scoring, tabulating kemudian data tersebut dimasukan dalam table induk. Langkah berikutnya memasukkan data dalam tabel induk ke komputer yang kemudian dianalisis dengan komputer menggunakan program SPSS versi 15.00. Teknik analisis data dilakukan 3 tahap yaitu : 1.
Uji prasyarat analisis hipotesis. Uji pra syarat yang dimaksud adalah uji normalitas data dengan
menggunakan uji linieritas, dimana nilai rata-rata pada variabel terikat (y) untuk kombinasi dari variabel bebas ( x1 dan x2) terletak pada garis / bidang linier yang dibentuk dari persamaan regresi. Uji linieritas ini dapat diketahui dari uji Anova (overal F test), bila hasilnya signifikan ( p value < alpha ) maka data terbentuk
51
52
linier sehingga dapat diuji dengan regresi ganda. Sudjana ( 1998 ) berpendapat secara manual rumus dari uji linieritas adalah sebagai berikut :
F = R rjk ( Tc ) R rjk ( G )
Keterangan F
: Bilangan untuk linieritas
R rjk (Tc)
: Rerata ∑ kuadrat yang cocok
R rjk (G)
: Rerata ∑ kuadrat kekeliruan
Dari perhitungan harus dibandingkan dengan angka kritik tabel F, pada taraf signifikan 5% apabila F-hitung > F-tabel maka data tersebut dikatakan linier atau normal, begitu sebaliknya apabila F-hitung < F-tabel maka data tersebut dikatakan tidak linier atau tidak normal.
2.
Uji hipotesis satu dan dua dengan menggunakan uji korelasi Korelasi ini menganalisa hubungan dua variabel yang terdapat hipotesa,
meliputi menganalisa dukungan keluarga dengan kecemasan maupun dukungan perawat dengan kecemasan. Uji hipotesis ini menggunakan Product Moment Test dengan symbol r untuk masing-masing hipotesa bila berdistribusi normal dan apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji non parametris yaitu Spearman Rank Test. Rumus pengujian hipotesa dengan Product Moment Test adalah sebagai berikut : R xy =
∑ x.y
r xy =
(∑x².y²)
52
∑ x.y (∑x².y²)
53
Keterangan : R xy
: korelasi antara variabel x dengan y
x
: ( xi – x )
y
: ( yi – y )
Interpretasi terhadap koefisien korelasi menurut (Sugiyono 2009) adalah sebagai berikut : 0,00 – 0,199
= sangat rendah
0,20 – 0,399
= korelasi rendah
0,40 – 0,599
= korelasi sedang
0,60 – 0,799
= korelasi kuat
0,80 – 1,00
= korelasi sangat kuat
Apabila dari hasil perhitungan didapat nilai positif berarti korelasi kedua variabel satu arah, begitu sebaliknya apabila hasil perhitungan di dapat nilai negatif berarti korelasi kedua variabel berlawanan arah. Pada perhitungan menggunakan computer, apabila nilai p value < 0,05 maka terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, begitu sebaliknya apabila nilai p value > 0,05 maka tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. 3.
Uji hipotesis ketiga dengan menggunakan uji regresi ganda Uji ini merupakan uji korelasi lebih dari dua variabel atau disebut dengan
Regression Linier Test, simbol yang digunakan adalah R. Hipotesis yang dianalisis adalah adakah hubungan dukungan perawat dan keluarga dengan kecemasan pada pasien anak usia prasekolah. Persamaan regresi untuk dua prediktor ( variabel bebas ) adalah :
53
54
Y = a + b . x + b 2. X 2
Sedangkan rumus korelasi ganda menurut Sugiyono adalah :
R y.x1. X2 = √ r ² y. x1 + r² y. x2 + 2r y.x1 r y.x2. r x1.x2 1 - r² x1 x2
Keterangan R y. x1 .x2
: korelasi ganda antara variabel x1 x2 secara bersama-sama dengan variabel Y
r y.x1
: korelasi product moment antara x1 dan y
r y.x2
: korelasi product moment antara x2 dan y
r x1.x2
: korelasi product moment antara x1 dan x2
Sugiono menjelaskan pengujian korelasi ganda diatas dilanjutkan dengan pengujian signifikan terhadap koefisien korelasi ganda menggunakan rumus pada uji F, yaitu : Fh
=
R²/k ( 1-R² ) / ( n – k – 1)
Keterangan : R
: Koefisien korelasi ganda
k
: Jumlah variabel bebas / independen
n
: Jumlah sampel
54
55
Dari perhitungan, apabila nilai hitung F-hitung > F- tabel dengan taraf signifikan 5 % maka dapat dikatakan hubungan variabel bebas satu dan dua dengan variabel terikat adalah signifikan, begitu sebaliknya apabila F-hitung < Ftabel maka dapat dikatakan hubungan variabel bebas satu dan dua dengan variabel terikat adalah tidak signifikan. Pada perhitungan menggunakan komputer, apabila nilai regresi ganda p value < 0,05 maka terdapat hubungan antara variabel bebas satu dan dua dengan variabel terikat, begitu sebaliknya apabila nilai p value < 0,05 maka tidak terdapat hubungan antara variabel bebas satu dan dua dengan variabel terikat.
I. Etika Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi dari diretur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Solo yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit Umum Sidoarjo dengan tembusannya disampaikan kepada Kepala bidang Pendidikan dan Pelatihan, Kepala bidang Keperawatan Rumah Sakit Umum Sidoarjo dan juga Kepala Ruang Mawar Ungu. Kemudian peneliti memberikan kuisioner langsung kepada subyek yang akan diteliti dengan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan peneliti. Masalah etika dalam penelitian ini meliputi: 1. Lembar persetujuan (inform consent) menjadi responden Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti. Tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Bila responden bersedia diteliti, maka responden harus menandatangani lembar
55
56
persetujuan. Jika keluarga menolak untuk diteliti, peneliti tidak akan memaksa kelurga untuk diteliti dan tetap menghormati haknya. 2. Tanpa nama (Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden,
peneliti tidak akan
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data atau kusioner tetapi cukup dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut. 3. Confidentialy Semua informasi yang diberikan oleh keluarga yang berupa informed consent dan kusioner yang sudah diisi akan disimpan dalam file khusus dan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti
56
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Gambaran Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang Mawar Ungu RSU Sidoarjo.RSU Sidoarjo adalah Rumah Sakit Pemerintah type B Non Pendidikan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo.Teknis fungsional dibawah Dinas Kesehatan dan teknik operasional dibawah Bupati. RSU Sidoarjo mempunyai luas lahan ± 50.000 m² atau ± 5 hektar.Visi RSU Sidoarjo adalah menjadi Rumah Sakit mandiri dengan pelayanan prima dan mempunyai misi mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mandiri melalui peningkatan sumber daya rumah sakit.Secara garis besar pelayanan kesehatan yang ada di RSU Sidoarjo terbagi dalam Rawat Jalan, Rawat Inap, Rawat Darurat beserta unit traumatic center, Laboratorium Patologi Klinik, Laboratorium Patologi Anatomi, Radiologi, Farmasi, Rehabilitasi Medik Ruang Mawar Ungu RSU Sidoarjo mempunyai daya tampung 70 orang pasien yang semuanya merupakan kelas III, yang dilengkapi ruang isolasi dan ruang bermain untuk anak-anak. Semua ruang digunakan untuk penelitian, tak terkecuali ruang isolasi. Tabel 1 Distribusi responden diruang Mawar Ungu RSU Sidoarjo No
Ruang
Frekuensi
Persentase (%)
1
Kelas III
29
100
Jumlah
29
100
Sumber : Data primer 57 57
58
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa responden adalah keluarga (ibu) yang mempunyai anak yang menjalani perawatan dikelas III sebanyak 29 orang (100 %).
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan usia, jumlah anak, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan jumlah penghasilan diruang Mawar Ungu RSU Sidoarjo No 1.
2.
3.
Responden
Frekuensi
Persentase (%)
a. 3 tahun
1
3,45
b. 4 tahun
18
62,07
c. 5 tahun
8
27,59
d. 6 tahun
2
6,89
a. 1
0
0
b. 2
19
65,52
c. > 2
10
34,48
a. SD
2
6,89
b. SLTP
2
6,89
c. SLTA
14
48,27
d. PT
11
37,93
Usia anak
Jumlah anak
Tingkat pendidikan ibu
58
59
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi usia responden di dominasi usia 4 tahun sebanyak 18 orang ( 62,07 %), jumlah anak yang terbanyak 2 dengan jumlah 10 orang (65,52 %), tingkat pendidikan yang terbanyak SLTA dengan jumlah 14 orang (48,27 %). Tabel 3 Distribusi penyakit yang diderita anak No
Jenis Penyakit
Frekuensi
Persentase (%)
1.
GE (Gastroenteritis)
3
10,34
2.
Hernia
1
3,45
3.
Febris
4
13,80
4.
ISPA
5
17,24
5.
Pneumonia
2
6,89
6.
Meningitis
1
3,45
7.
Dengue Haemoragic Fever
5
17,24
8.
Typhoid
2
6,89
9.
TBC Paru
1
3,45
10.
Leukemia
1
3,45
11.
Kelainan Jantung Bawaan
1
3,45
12.
Bronkitis
3
10,34
29
100
Jumlah Sumber : Data primer
Dari tabel diatas didapatkan bahwa penyakit yang terbanyak diderita anak adalah ISPA sebanyak 5 orang (17,24%) dan DHF sebanyak 5 orang atau (17,24%).
59
60
B.Hasil Penelitian
1.Data dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah Berdasarkan data penelitian didapatkan skor tertinggi 54, skor terendah 29, mean = 42,51 ; median = 44,00 ; standar deviasi = 7,184. Distribusi frekwensi dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah dibagi dalam 3 kategori yaitu kurang, cukup dan baik, dimana di dapatkan hasil dukungan perawat rendah dengan jumlah 10 responden atau (33,3%) , dukungan perawat cukup dengan jumlah responden 20 orang atau (66,7 %) dan dukungan perawat baik dengan jumlah responden 0 orang atau (0 %) seperti yang tercantum dalam tabel 4 Tabel 4 Distribusi dukungan perawat terhadap tingkat kecemasan No
Dukungan Perawat
Frekuensi
Persentase ( % )
1.
Kurang
10
33,3
2.
Cukup
20
66,7
3.
Baik
0
0
30
100
Jumlah Sumber : Data statistik yang diolah
60
61
2. Data dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah Berdasarkan data penelitian didapatkan skor tertinggi 69, skor terendah 37, mean = 53,13 ; median = 55,00 ; standar deviasi = 8,484. Distribusi frekwensi dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah dibagi dalam 3 kategori yaitu kurang, cukup dan baik dimana di dapatkan hasil dukungan keluarga rendah dengan jumlah responden 0 %, dukungan keluarga cukup dengan jumlah responden 15 orang atau (50 %) dan dukungan keluarga baik dengan jumlah responden 15 orang atau (50 %) seperti yang tercantum dalam tabel 5 Tabel 5 Distribusi dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan No
Dukungan Keluarga
Frekuensi
Persentase ( % )
1.
Kurang
0
0
2.
Cukup
15
50
3.
Baik
15
50
30
100
Jumlah Sumber : Data statistik yang diolah
3. Data tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah Berdasarkan data penelitian didapatkan skor tertinggi 32, skor terendah 0, mean = 17,51 ; median = 17,00 ; standar deviasi = 10,158. Distribusi frekwensi tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah dibagi
61
62
dalam 4 kategori yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, dimana di dapatkan hasil tidak ada kecemasan dengan jumlah responden 9 anak atau (30%), cemas ringan dengan jumlah responden 10 anak atau (33,3 %), cemas sedang dengan jumlah responden 5 anak atau (16,7 %), cemas berat dengan jumlah responden 6 anak atau ( 20%) seperti yang tercantum dalam tabel 6 Tabel 6 Distribusi tingkat kecemasan anak akibat menjalani perawatan No
Tingkat Kecemasan
Frekuensi
Persentase ( % )
1.
Cemas berat
6
20
2.
Cemas sedang
5
16,7
3.
Cemas ringan
10
33,3
4.
Tidak cemas
9
30
30
100
Jumlah Sumber : Data statistik yang diolah
Berikut ini disajikan rangkuman distribusi frekuensi data tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan seperti dalam tabel dibawah ini. 1. Pengujian Persyaratan analisis Setelah dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi sebagai syarat analisis korelasional yang meliputi uji normalitas data, uji linieritas dan keberartian regresi.Hasil uji prasyarat : a. Normalitas Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk menyelidiki variabel pengganngu dari regresi yang isyaratkan berdistribusi normal atau tidak. Berikut hasil uji normalitas untuk masing-masing variabel penelitian.
62
63
Berdasarkan data yang di analisis diketahui variabel dukungan perawat menunjukkan signifikansi 0,139 > taraf nyata 5 %, hal ini berarti sebaran data variabel dukungan perawat memenuhi distribusi normal. Variabel dukungan keluarga menunjukan signifikansi 0,066 > taraf nyata 5 % , hal ini berarti sebaran data tersebut memenuhi distribusi normal. Variabel kecemasan menunjukan signifikansi 0,069 > taraf nyata 5 %, hal ini berarti sebaran data tersebut memenuhi distribusi normal. b. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Sebelum menggunakan untuk pengambilan kesimpulan, regresi yang diperoleh harus mengalami dulu pemeriksaan beberapa hal, utamanya mengenai (1) kelinieran bentuk regresi dan (2) keberartian regresi. Berdasarkan pengertian diatas, uji linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui persamaan linier yang telah diperoleh cocok atau tidak. 1).Uji linieritas antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani Perawatan. Hasil dari uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut : Interpretasi : Untuk menguji keberartian pada taraf signifikansi 5 % didapatkan hasil F tabel = 4,21 karena F hitung > F tabel atau 6,382 > 4,21 maka regresi tersebut berarti adanya. 2).Uji linieritas antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani Perawatan. Hasil dari uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut Interpretasi : Untuk menguji keberartian pada taraf signifikansi 5 % didapatkan hasil F tabel = 4,21 karena F hitung > F tabel atau 6,606 > 4,21 maka regresi tersebut berarti adanya.
63
64
2. Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis data yang dikumpulkan dari sampel yang diambil, uji normalitas dan uji linieritas semuanya memenuhi syarat, sehingga data yang diperoleh dapat diolah untuk pengujian hipotesisnya. Berikut ini dipaparkan data-data yang digunakan dalam uji hipotesis a. Hipotesis satu menggunakan uji korelasi. Korelasi ini menganalisa hubungan dua variabel yaitu hubungan dukungan perawat dengan kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah. Interpretasi : uji hipotesis ini menggunakan Product moment dengan perhitungan menggunakan komputer, didapatkan hasil bahwa koefisien korelasi 0,437 yang berarti ada korelasi sedang antara x1 dan y atau p = 0,018 < 0,05 maka terdapat hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah.Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 10 Tabel 10 Hasil Uji Korelasi Dukungan Perawat dengan tingkat Kecemasan Correlations
Dukungan Perawat
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
Kecemasan Anak
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
64
Dukungan Perawat 1
Kecemasan Anak .437(*)
.
.018
6.207
6.517
.222
.233
29
29
.437(*)
1
.018
.
6.517
35.793
.233
1.278
29
29
65
b. Hipotesis dua menggunakan uji korelasi.Korelasi ini menganalisa hubungan dua variabel yaitu hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah. Interpretasi : uji hipotesis ini menggunakan Product moment dengan perhitungan menggunakan komputer, didapatkan hasil bahwa koefisien korelasi 0,443 yang berarti ada korelasi sedang antara x2 dan y atau p 0,016 < 0,05 maka terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah.Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 11:
Tabel 11 Hasil Uji Korelasi Dukungan Keluarga dengan tingkat Kecemasan Correlations
Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga
Kecemasan Anak
1
.443(*)
.
.016
7.241
7.138
.259
.255
29
29
.443(*)
1
.016
.
7.138
35.793
.255
1.278
29
29
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Crossproducts Covariance N
Kecemasan Anak
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Crossproducts Covariance N
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
c. Hipotesis ketiga menggunakan uji regresi ganda. Uji ini merupakan uji korelasi lebih dari dua variabel atau disebut Regression Linier Test. Hipotesis yang dianalisis adakah hubungan dukungan perawat dan 65
66
keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan. Pengujian korelasi
ganda
diatas
dilanjutkan
dengan
pengujian
signifikasi
menggunakan rumus pada uji F, dimana nilai F hitung > F tabel dengan taraf signifikan 5 %. Dari perhitungan komputer, didapatkan F hitung > F tabel atau 4,356 > 4,21 atau nilai p = 0,023 < 0,05 maka dapat dikatakan hubungan variabel bebas satu dan dua dengan variabel terikat adalah signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 12
Tabel 12 Hasil Uji Regresi Dukungan Perawat dan Keluarga dengan tingkat Kecemasan ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual
df
Mean Square
8.983
2
4.492
26.810
26
1.031
F
Sig.
4.356
.023(a)
Total
35.793 28 a Predictors: (Constant), Dukungan Keluarga, Dukungan Perawat b Dependent Variable: Kecemasan Anak
C.Pembahasan Variabel dukungan perawat terdapat 15 pertanyaan, setelah diuji validitas datanya ternyata semuanya dinyatakan valid.Variabel dukungan keluarga terdapat 18 pertanyaan, setelah diuji validitas datanya ternyata semuanya dinyatakan valid.Kecemasan akibat menjalani perawatan terdapat 32 item dengan menggunakan skala kecemasan dari Taylor’s Manifest Anxiety Scale (T-MAS).
66
67
Berdasarkan hasil hipotesis diatas dapat ditemukan pembahasan mengenai hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan interpretasi data sebagai berikut : 1.Pada uji hipotesis pertama disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan perawat (X1) dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan, hal ini menunjukan bahwa dukungan perawat ada hubungannya dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan. Berdasarkan pengolaan data yang telah dilakukan menunjukan bahwa nilai p value < 0,05 atau 0,018 < 0,05 maka terdapat hubungan antara dukungan perawat (X1) dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah, hal ini terbukti dari hasil penelitian 30 responden, 20 perawat ( 66,7 % ) memberikan dukungan cukup pada anak yang sedang menjalani perawatan.Dukungan perawat tersebut mempunyai peran penting untuk
mengurangi kecemasan anak usia
prasekolah yang terbukti dari 30 anak usia prasekolah yang sedang menjalani perawatan, 9 anak atau (30 %) tidak mengalami kecemasan dan 10 anak atau ( 33,3 %) mengalami cemas ringan. Salah satu dukungan perawat ini terbukti dengan adanya ruang bermain yang khusus disediakan bagi anak dengan harapan anak akan
asing dengan
lingkungan yang baru karena lingkungan dirumah sakit seperti di rumah sendiri, hal ini sesuai dengan teori bahwa upaya perawat dalam memberikan dukungan pada anak selama dirawat di rumah sakit dapat melalui 1. Meminimalkan stressor yang bisa menyebabkan kecemasan melalui (`1) mengurangi dampak perpisahan dengan cara roming in berarti keluarga (ibu) dan anak tinggal bersama. Jika tidak bisa, sebaiknya orang tua dapat melihat anak setiap saat untuk mempertahankan kontak/komunikasi antara orang tua-anak (2). Perawat dapat memberikan
67
68
kesempatan pada orang tua untuk menyiapkan makanan anak atau memandikan, dalam hal ini perawat berperan sebagai pendidik kesehatan bagi keluarga (3). Membuat ruang perawatan seperti situasi dirumah dengan mendekorasi dinding memakai poster/kartu gambar sehingga anak merasa aman jika berada diruang tersebut.2. Meminimalkan perasaan kehilangan melalui (1) Mengusahakan kebebasan bergerak (2) mempertahankan kegiatan rutin anak (3) dorongan anak untuk independen, karena perawatan membuat anak menjadi tergantung pada orang lain.3. Mencegah perlukaan tubuh dan rasa sakit. Kecemasan anak dapat diminimalisasi jika perawat menjelaskan terlebih dulu apa yang akan dilakukan, siapa yang dapat ditemui anak jika anak jika dia merasa takut.4. Memaksimalkan manfaat dari perawatan dirumah sakit dengan cara (1).membantu perkembangan hubungan keluarga-anak (2) memberikan kesempatan untuk pendidikan (3) meningkatkan pengendalian diri (4) memberikan kesempatan untuk sosialisasi (5) memberi support pada anggota keluarga.5. Memberikan dukungan pada anggota keluarga dengan cara memberikan kesempatan pada keluarga terutama ibu untuk mengurangi beban emosinya, memberikan informasi sehubungan penyakit, melibatkan saudara kandung.6. Memaksimalkan ruang bermain, karena bermain penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial.Adanya ruang bermain khusus bagi anak sangat penting untuk memberikan rasa nyaman dan menyenangkan.Dengan perasaan aman dan tenang diharapkan kecemasan anak saat dirawat di rumah sakit dapat dikurangi karena anak mampu mengexpresikan perasaannya secara bebas dan terbuka. Untuk mengatasi masalah yang timbul baik pada anak maupun orang tua selama anaknya dalam perawatan dirumah sakit, fokus intervensi keperawatan
68
69
adalah meminimalkan stressor, memaksimalkan manfaat perawatan dirumah sakit, memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga dan mempersiapkan anak sebelum dirawat dirumah sakit(Nursalam 2005) Dukungan perawat yang diberikan pada orang tua adalah dalam bentuk pelayanan professional, dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar yang spesifik yaitu kebutuhan oksigen, makan, minum, eliminasi, dan kehangatan selain kebutuhan lainnya, seperti cinta kasih, rasa aman dan perlindungan.Perawat memegang posisi kunci untuk membantu orang tua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya dirumah sakit karena perawat berada disamping pasien selama 24 jam dan fokus asuhan adalah peningkatan kesejahteraan anak melalui pemberdayaan keluarga.
2.Pada uji hipotesis kedua dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga (X2)
dengan tingkat kecemasan akibat
menjalani perawatan, hal ini menunjukan bahwa dukungan keluarga ada hubungannya dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan. Berdasarkan pengolaan data yang telah dilakukan menunjukan bahwa nilai p value < 0,05 atau 0,016 < 0,05 maka terdapat hubungan antara dukungan keluarga (X2) dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah, hal ini terbukti dari hasil penelitian 30 responden, 15 keluarga /ibu atau ( 50 % ) memberikan
dukungan
baik
pada
anak
yang
sedang
menjalani
perawatan.Dukungan keluarga tersebut mempunyai peran penting untuk mengurangi kecemasan anak usia prasekolah yang terbukti dari 30 anak usia prasekolah yang sedang menjalani perawatan yang mendapat dukungan baik dari
69
70
keluarga, 8 anak atau (27,6 %) tidak mengalami kecemasan dan 4 anak atau (13,8 % ) cemas ringan, sedangkan yang mendapat dukungan cukup dari keluarga 1 anak atau ( 3,4 %) tidak cemas dan 5 anak atau ( 17,2 %) cemas ringan. Dukungan dari keluarga mempunyai peran yang penting juga dalam memberikan support pada anak yang sedang menjalani perawatan, ini sesuai dengan teori keluarga bahwa keluarga bertanggung jawab terhadap status kesehatan anggota keluarganya, dimana peran seluruh anggota keluarga akan mempengaruhi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu. Menurut Friedman (2002), salah satu tugas keluarga dibidang kesehatan adalah memelihara kesehatan anggota keluarganya dan memberi perawatan serta dukungan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan moril seperti perhatian, kasih sayang, rasa aman, dan dukungan materil berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya (Bahson, 1987, dikutip dari Friedman, 2002). Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan pada anak. Oleh karena anak merupakan bagian dari keluarga,maka perawat harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal ataukonstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, et al 2002). Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan, harus mampu memfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatanbaik berupa pemberian tindakan keperawatan langsung, maupun pendidikan kesehatan bagi anak. Selain itu, perawat harus memperhatikan kehidupansosial, budaya, dan ekonomi keluarga yang dapat menentukan pola kehidupan anak selanjutnya. Faktor-faktor tersebut sangat
70
71
menentukan perkembangan anak dalam kehidupan (Alimul, 2005).Kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaannya bentukdukungan dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yangsangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapiapabila dukungan keluarga anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak (Alimul,2005). Dukungan keluarga dengan kategori baik yaitu anak-anak selama menjalani perawatan di rumah sakit sebagian besar mendapatkan dukungan baik dari keluarganya. Hal ini juga berkaitan dengan masih kentalnya hubungan kekerabatan dalam sebuah keluarga di lingkungan tersebut. Dari data tersebut bahwa dukungan keluarga terhadap satu anak dengan anak yang lain berbeda, sesuai dengan teori Friedman (1998) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran keluarga, usia ibu dan sosial ekonomi keluarga (pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan).Kecemasan pada keluarga (ibu) juga mempunyai pengaruh secara emosional saat orang tua menunggui anaknya.Kesediaan orang tua untuk tinggal bergantung kepada keterlibatan mereka dengan anak-anak di rumah, situasi kerja mereka, dan tingkat rasa nyaman mereka dengan rumah sakit, serta jumlah dukungan yang mereka terima dari anggota keluarga lain dan teman dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga lainnya (Perry, Potter, 2005) Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku positif anak. Dukungan keluarga mengacu kepada dukungandukungan sosial yang dipandang oleh keluarga, sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan
71
72
social keluarga internal seperti dukungan dari suami,istri,saudara kandung atau dukungan sosial keluarga external. Dukungan keluarga external ini berasal dari keluarga besar, Dimana kini keluarga besar dapat memberikan dukungan sosial yang penting bagi keluarga inti. Dukungan keluarga sangat diperlukan agar terdapat hubungan yang positif antara keluarga / orang tua dengan perkembangan kognitif anak.Dukungan orang tua yang besar akan membuat perilaku moral akan meningkat, sehingga dengan adanya dukungan keluarga dapat mengurangi kecemasan terutama pada anak usia pra-sekolah Wong (2002) menyatakan bahwa perawatan dirumah sakit bagi anak seringkali menyebabkan munculnya stressor-stressor yang dapat mengganggu perkembangan anak. Kemampuan koping anak tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut menurut Wong adalah tingkat perkembangan umur, pengalaman sakit sebelumnya, perpisahan atau hospitalisasi, terdapatnya support system atau dukungan dari lingkungan sekitar, termasuk dukungan keluarga, keahlian koping alami ataupun yang di dapat dan keseriusan diagnosa penyakit.Menurut Carson anak-anak akan bereaksi terhadap stressor-stressor yang ditimbulkan oleh karena perawatan baik pada saat masuk untuk pertama kali, selama proses perawatan , dan nantinya setelah keluar dari rumah sakit. Namun demikian gambaran anak pada saat sebelum menjalani perawatan mengenai keadaan sakitnya lebih penting daripada usia maupun kematangan intelektualnya dalam mempengaruhi tingkat penyesuaian diri anak selama menjalani perawatan (Wong, 2002). Keluarga termasuk dalam sistem dukungan yang dapat mempermudah dan mempertahankan perubahan tingkah laku untuk membuat gaya hidup yang lebih
72
73
sehat, contoh tekanan darah dapat diturunkan dengan adanya dukungan dari keluarga dan anggota komunitas lainnya dengan kegiatan seperti pelaksanaan diet yang
tepat
dan
latihan-latihan
fisik
(Swanson
dan
Nies,
1997).
Sebuah studi menunjukkan bahwa terapi dukungan ini sangat efisien untuk menangani kondisi kejiwaan yang tidak menentu, stress traumatik dan efektif untuk mengatasi kecemasan serta gangguan psikologis lainnya.Dukungan keluarga sangat dibutuhkan bagi anak yang sedang menjalani perawatan dirumah sakit yang menurut anak penuh dengan hal-hal asing yang belum ditemui sebelumnya. Keluarga bertanggung jawab terhadap status kesehatan anggota keluarganya, dimana peran seluruh anggota keluarga akan mempengaruhi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu. Menurut Friedman (2009), salah satu tugas keluarga dibidang kesehatan adalah memelihara kesehatan anggota keluarganya dan memberi perawatan serta dukungan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan moril seperti perhatian, kasih sayang, rasa aman, dan dukungan materil berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya (Bahson, 2007, dikutip dari Friedman,2009).Keluarga besar maupun keluarga inti berfungsi sebagai pendukung bagi anggota keluarganya. Peran keluarga berbeda-beda tergantung pada sifat bantuan yang diberikan dan jarak geografis yang jauh tidak menjadi halangan bagi anggota keluarganya. Ikatan keluarga yang kuat sangat membantu anggota keluarga yang mengalami trauma, hal ini dikarenakan anggota membutuhkan
dukungan
dari
keluarganya
Friedman,2009).
73
(Figley,
1989,
dikutip
dari
74
Keluarga dapat menjadi sumber kesehatan yang efektif dan utama, karena itu keluarga harus lebih terlibat dalam tim perawatan kesehatan dan segala proses terapeutik. Ini memberi asuhan keperawatan ketika kedua pihak bisa menegosiasi dan mengungkapkan kehadiran dan kepentingan mereka secara terbuka. Menurut Pearlin dan Schooler (1978, dikutip dari Friedman, 2009) memasukkan kepercayaan diri dan upaya mencari bantuan dari orang lain. Hasil penelitian juga didapatkan bahwa meskipun 15 keluarga sudah memberikan dukungan baik, tapi masih masih ada 1 anak atau 6,7 % mengalami cemas sedang, hal ini bisa disebabkan pengalaman sakit yang dirasakan anak sebelumnya, keseriusan diagnosa penyakit, tingkat perkembangan umur, dukungan dari lingkungan sekitar , kepribadian anak ( Wong 2004). Anak menunjukkan reaksi terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit sebagai akibat perpisahan dengan tingkah laku protes, putus asa, dan menolak. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit, support sistem yang tersedia serta katerampilan koping (Riasmini,2002).Lamanya tinggal di rumah sakit dan pengalaman yang dirasakan oleh anak sebelumnya akan berpengaruh pada perawatan saat ini, karena anak mungkin ada perasaan trauma atas seringny bertemu dengan perawat dan juga tindakan keperawatan yang diterimanya, sehingga perawat harus lebih berhati-hati dalam memberikan intervensi keperawatan dan keluarga ( ibu ) harus lebih memberikanperhatianpadaanakyangsakit.
3.Pada uji hipotesis ketiga, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan perawat (X1) dan dukungan keluarga (X2) secara bersama-sama
74
75
dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan (Y).Keadaan ini menunjukan bahwa dukungan perawat dan keluarga ada hubungannya dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukan F hitung > F tabel atau 4,356 > 4,21 dengan taraf signifikansi 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan perawat dan dukungan keluarga secara bersama-sama dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan terutama pada anak usia pra-sekolah. Kecemasan akan muncul pada anak dan perlu adanya sistem pendukung seperti keluarga atau teman yang akan mendengarkan dan memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat bermanfaat bagi seseorang yang mengalami kecemasan atau stress.Sistem pendukung dapat mengurangi reaksi stress dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. Dukungan dari keluarga atau support system keluarga sangat diperlukan karena keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kecemasan adalah adanya hubungan keluarga. Support system keluarga atau dukungan keluarga yang merupakan bagian dari dukungan sosial mempunyai pengaruh terhadap kesehatan. Jika kita merasa didukung oleh lingkungan maka segala sesuatu dapat menjadi lebih mudah pada waktu menjalani kejadian-kejadian yang menegangkan. Dukungan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan emosional melalui rasa empati, dukungan maju, dukungan kontra mental melalui bantuan langsung berupa harta atau benda dan dukungan informative melalui pemberian nasehat, saran-saran atau
75
76
petunjuk. Dukungan perawat selama dirumah sakit dapat juga melalui atraumatik care yang meliputi : meningkatkan hubungan orang tua dan anak selama dirumah sakit, menyiapkan anak sebelum prosedur atau tindakan asing, mengontrol nyeri, member kesempatan kesendirian pada anak, serta bila tidak ada kontra indikasi dapat memberikan kesempatan bermain pada anak dimana di lokasi penelitian sudah terdapat ruangan khusus untuk bermain. Dukungan perawat dan keluarga diharapkan dapat berjalan sejajar untuk mengurangi kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia prasekolah. Dukungan perawat tanpa diiringi dukungan keluarga tidak akan berhasil dengan baik, begitu juga sebaliknya dukungan keluarga tanpa diiringi dukungan perawat tidak akan berhasil dengan baik, oleh karena itu diharapkan dukungan perawat dan keluarga keduanya sangat penting diperlukan untuk mengurangi kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Untuk mensejahterakan anak, keperawatan selalu mengutamakan kepentingan anak. Anak dikatakan sejahtera berarti anak tidak merasakan gangguan psikologis, seperti rasa cemas, takut maupun sejenisnya. Mereka selalu menikmati masa-masa kecil dengan penuh kesenangan dan kasih sayang. Kemudian dalam upaya menyejahterakan anak tersebut, tidak terlepas dari peran keluarga, sehingga dalam perbaikan mutu keperawatan selalu melibatkan keluarga. Dengan adanya dukungan dari keluarga diharapkan anak yang sakit lebih patuh dan bertanggung jawab dalam menjalani tindakan keperawatan sesuai dengan prosedur dan instruksi yang diberikan oleh perawat, sehingga diharapkan
76
77
dapat meminimalkan resiko kegagalan dari tindakan keperawatan, dengan meminimalkan
resiko
kegagalan
dari
tindakan
keperawatan
diharapkan
kecemasan anak pada hal yang dianggap menyakiti dirinya berkurang.
D. Keterbatasan Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah: 1. Tenaga, dana dan waktu yang terbatas sehingga kemungkinan penelitian kurang sempurna. 2. Terbatasnya kemampuan peneliti untuk menjabarkan permasalahan sehingga kedalaman isi penelitian kurang sempurna
77
78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan perawat dengan keluarga secara bersama-sama dengan tingkat kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Sidoarjo.
78 78
79
B. Implikasi Untuk mengatasi kecemasan akibat menjalani perawatan terutama pada anak sangatlah penting, hal ini perlu adanya dukungan perawat dan keluarga. Dukungan perawat sangat penting untuk meminimalkan kecemasan akibat menjalani perawatan, karena perawat berada 24 jam disamping pasien. Dukungan perawat tanpa diimbangi dukungan keluarga akan mengakibatkan terhambatnya proses dalam memberikan pelayanan pada pasien untuk mengurangi kecemasan akibat menjalani perawatan.Proses ini memberikan implikasi bahwa untuk memberikan pelayanan yang baik terutama mengurangi kecemasan perlu adanya dukungan perawat yang baik pula. Dukungan keluarga adalah sikap , tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai system pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung,
selalu
siap
memberikan
pertolongan
dan
bantuan
jika
diperlukan.Dukungan keluarga mempunyai hubungan dekat dengan anak, apabila salah satu anggota keluarga ada yang sakit maka keluarga ikut merasakan sakit.Hal ini merupakan implikasi bahwa untuk mengurangi kecemasan akibat menjalani perawatan perlu sekali adanya dukungan keluarga yang baik. Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa untuk mengurangi kecemasan akibat menjalani perawatan terutama pada anak sekolah, diperlukan adanya dukungan perawat dan keluarga yang secara bersamasama seiring sejalan agar tujuan tercapai dengan baik.
79
80
C. Saran – saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka diajukan saran-saran sebagai berikut : 1.
Bagi Perawat Berdasarkan hasil penelitian diatas diharapkan perawat lebih memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga dan mempersiapkan anak sebelum dirawat dirumah sakit dan hendaknya keluraga berperan aktif dalam mendukung proses penyembuhan anaknya selama dirawat di rumah sakit, dengan fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan stressor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi, memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga dan mempersiapkan anak sebelum dirawat dirumah sakit.
2.
Bagi Keluarga Untuk meminimalkan stressor atau kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak hendaknya keluarga berperan aktif dalam mendukung proses penyembuhan anaknya selama dirawat di Rumah sakit
3.
Bagi Rumah Sakit Diharapkan agar pihak Rumah Sakit meningkatkan dalam memberikan dukungan terhadap perawat untuk memaksimalkan manfaat perawatan dirumah sakit dan meminimalkan stressor / kecemasan akibat menjalani perawatan pada anak dengan memaksimalkan penggunaan ruang bermain yang sudah ada, memodifikasi ruangan seperti dirumah serta dilengkapi psikolog untuk konsultasi keluarga dengan anak-anak yang bermasalah.
80
81
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S., 2001, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Azwar, S., 2002, Penyusunan Skala Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Dadang Hawari, 2001.Managemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai penerbit FKUI. Effendi, N., 1995, Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta Elizabeth. 1980.Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan sepanjang Rentang kehidupan, Jakarta : Erlangga. Friedman, M.M, 2009, Family Nursing; Research, Theory, and Practice, Appleton and Lange, Stamford, Connecticut. Ingram, I.M.,G.C.Timbury, R.M. Mowbrry, 1993, Buku Catatan Kuliah Psikiatry, Alih bahasa oleh Petrus Adrianto, EGC,Jakarta. Kozier, B.,E. Glenora, and B. Kathlen, 1995, Fundamental of Nursing; Consept Process Pratice, 4 Edition, Cumming Publising Company, California. Martha, A.Q.C.J.B Smith, P.A.Maloney-Harman., 1996, Critical Care Nursing of Infant and Children,W.B.Sounder’s Company, Philadelphia. Muscary, M.E.,2005, Pediatric Nursing, Lippincot,Philadelphia. Nana Syaodih S.2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana, Ibrahim.1983.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung : Remaja Rosdakarya. Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak : Ilmu Pediatrik Perkembangan, Edisi Kedua EGC, Jakarta. Nettiman, S.M., 1996, Manual of Nursing Practice, Theory and Practice, Edisi Keenam, The Lippincot, Philadelphia. Nursalam, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk bidan dan perawat, Edisi Pertama, Salemba Jakarta. Potter, P.A, and Anne G.Perry, 2003, Fundamental of Nursing I; Consep, Prosess and Practice, Mosby Years Book, St.Louis, Missouri. 81
82
Potter, P.A, and Anne G.Perry, 2005, Fundamental of Nursing II; Consep, Prosess and Practice, Mosby Years Book, St.Louis, Missouri Sacharin R.M., 1993, Prinsip Keperawatan Pediatric, Edisi Kedua, EGC, Jakarta. Soetjiningsih, 2002, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta Speirs,A.L.,2001, Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat, Edisi Kedua, Semarang. Stuart, G and Sundeen, 1995, Principles and Practise of Psychiatric Nursing, Mosby Years Book, Missiouri. Sugiyono, 1999 Statistik Nonparametris untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta Sugiyono, 2009 Metode Penelitian Pendidikan . Bandung . Alfabeta. ---------------------- 2000, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kedua, CV. Alfabeta,Bandung --------------------- 2000, Metodologi Penelitian Administrasi , Cetakan ke 7, CV alfabeta, Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2002 Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan, suatu Pendekatan Praktik.Jakarta : Rineka Cipta. Supartini, Y.2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta. Wahid Sulaiman, 2004.Analisis Regresi menggunakan SPSS ( Contoh kasus & Pemecahannya).Yogyakarta : ANDI Wong, D.L., 2002 Whaley and Wong’s Nursing care of Infant and Children Mosby Cpmpany, Philadelphia.
Wong, D.L., 2004, Clinical Manual of Pediatric Nursing, Mosby Cpmpany, Philadelphia. Wong, D.L., 2006 Whaley and Wong’s Nursing care of Infant and Children, Mosby Company, Philadelphia.
82