HUBUNGAN DERAJAT BERAT PENYAKIT PADA ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA DI PERAWATAN INTENSIF ANAK RELATIONSHIP BETWEEN SEVERITY LEVEL OF DISEASE IN CHILDREN WITH MATERNAL ANXIETY AT PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT Imelda, Martira Maddeppungeng, Idham Jaya Ganda, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi: Imelda Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 085341481988 (Email:
[email protected] )
ABSTRAK PICU (pediatric intensive care unit) merupakan tempat perawatan anak yang memerlukan pengawasan intensif dan tindakan yang invasif dan anak yang dirawat di ruang rawat intensif adalah anak yang dalam kondisi kritis. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan derajat berat penyakit pada anak dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di perawatan intesif anak (PICU). Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang. Penelitian dilakukan di perawatan intensif anak RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo pada bulan April-September 2014. Sampel penelitian, yaitu penderita yang dirawat di perawatan intesif anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menilai derajat berat penyakit anak dengan menggunakan skor PRISM III dan menilai tingkat kecemasan ibu dengan menggunakan skor HARS. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 151 anak (88 anak laki-laki dan 63 anak perempuan) dan ibu penderita. Frekuensi kejadian kecemasan berat pada ibu lebih tinggi pada ibu yang mempunyai anak dengan skor PRISM III ≥ 15 dibandingkan anak dengan skor PRISM III < 15. Hasil analisis memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok ibu yang mengalami kecemasan berat yang anaknya berskor PRISM III ≥ 15 dibandingkan dengan anak berskor PRISM III < 15 dengan nilai p = 0,000 (p <0,001). Nilai crude odd ratio (COR) = 7,33 dengan 95% confidence interval (95% CI) = (2,715-19,806). Selain itu, hasil analisis memperlihatkan juga adanya korelasi antara skor PRISM III pada anak dan skor HARS pada ibu dengan nilai p <0,001 dengan nilai korelasi sebesar 0,296. Kata kunci: pediatric intensive care unit (PICU), Skor pediatric risk of mortality (PRISM) III, Skor Hamilton anxiety rating scale (HARS).
ABSTRACT PICU(pediatric intensive care unit) are representing place treatment of child needing intensive observation and action which taken care of child and invasive room take care of intensive is child which critical in a condition. The aim of study is to analyze the correlation between severity level of disease in children and maternal anxiety levels of hospitalized children at pediatric intensive care unit (PICU). The method of study is a cross-sectional design. The study was conducted at pediatric intensive care unit of Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital from April to September 2014. The samples were patients treated at children intensive care unit who met the inclusion and exclusion criteria, which consists of 151 patients, 88 boys and 63 girls. Sampling method was assessed by severity level of diseases of children with PRISM III scores and also by assessing maternal anxiety levels with HARS scores. Data were analyzed with statistical analysis. The results of the research indicated that the frequency of severe anxiety in mothers were higher in mothers whose children with PRISM III score of ≥ 15 than children with PRISM III score of < 15. There is significant difference between group of women with severe anxiety whose son with PRISM III score ≥ 15 than children with score of < 15 with p=0,000 (p<0,001). The Crude Odds Ratio (COR) = 7.33 with 95% confidence intervals (95%CI)= (2,715 to 19,806). The analysis also indicated that there was a correlation between PRISM III scores in children with HARS scores in mother with p < 0.001, with a value of 0,296.
Keywords : pediatric intensive care unit (PICU), pediatric risk of mortality score (PRISM) III, Hamilton anxiety rating scale (HARS) scores.
PENDAHULUAN PICU (pediatric intensive care unit) merupakan tempat perawatan anak yang memerlukan pengawasan intensif dan tindakan yang invasif. Anak yang dirawat di ruang rawat intensif adalah anak yang dalam kondisi kritis, seperti pasca operasi jantung, bedah saraf, pasca operasi saluran cerna, gagal napas, gagal ginjal, gagal hati, status epileptikus, serta penurunan kesadaran (Shudy et al., 2006). Komponen penting penilaian dan perbaikan kualitas pelayanan di PICU adalah ketajaman sistem skoring yang mampu menilai secara objektif mengenai morbiditas, mortalitas, lama perawatan, atau biaya selama perawatan (Marlina et al., 2008). Derajat berat penyakit sangat berpengaruh terhadap risiko kematian penderita, dan untuk mengantisipasi hal tersebut diterapkan prinsip dasar penilaian beratnya penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan skor untuk penilaian beratnya penyakit berdasarkan keadaan klinis dan atau laboratorium pasien seperti skor PRISM III. Skor PRISM (Pediatric Risk Of Mortality) III adalah skor untuk memprediksi resiko kematian melalui pendekatan fisiologis berdasarkan observasi terhadap jumlah dan beratnya disfungsi fisiologi (Dewi, 1998). Tingkat mortalitas di ruang rawat intensif seperti PICU sangat bervariasi 1,5% - 8% (Shudy et al., 2006). Banyak faktor yang mempengaruhi resiko kematian pada pasien yang di rawat di PICU antara lain usia pasien, fasilitas di ruangan perawatan, jenis penyakit dan derajat beratnya penyakit yang di derita. Resiko kematian itu sendiri adalah resiko pasien terhadap kematian yang dikaitkan dengan keadaan tubuh dan penyakitnya (Dewi, 1998). Gangguan cemas merupakan keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan keluhan somatik yang diperlihatkan dengan hiperaktifitas sistem saraf otonom dan merupakan gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan seringkali merupakan suatu emosi yang normal (Aldridge, 2005). Pandangan setiap orang dalam menghadapi suatu masalah yang sama berbeda, sehingga respon pun berbeda. Selain perawatan di ruang intensif, tindakan atau prosedur yang memerlukan pembedahan merupakan salah satu
faktor yang dapat memperberat kecemasan ibu. Masalah kecemasan orangtua, terutama ibu, merupakan hal yang penting, karena anak yang sakit akan dapat merasakan kecemasan orangtuanya sehingga anak ikut menjadi cemas yang dapat memperburuk penyakitnya (Saied, 2013). Dampak lainnya dari kecemasan yang berlebihan adalah timbulnya panik serta shock pada ibu. Ibu juga akan menunjukkan penurunan kesehatan jiwa yang bermakna kalau anak mempunyai potensi kelainan menahun, dengan demikian penting untuk dilakukan penelitian terhadap derajat beratnya penyakit anak yang di kaitkan dengan tingkat kecemasan orang tua (Shudy et al., 2006). Penelitian mengenai tingkat kecemasan ibu pada ibu yang anaknya dirawat di PICU belum pernah dilakukan di Makassar, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini dalam rangka pengembangan penatalaksaan kecemasan ibu yang anaknya mengalami sakit berat yang akan memberikan dampak terhadap penanganan anaknya yang dirawat di PICU. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan derajat berat penyakit pada anak dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di perawatan intensif anak (PICU).
BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan cross-sectional untuk menilai hubungan derajat beratnya penyakit dengan tingkat kecemasan ibu. Penelitian ini dilakukan di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo ,Makassar sejak bulan April sampai September 2014 yang di rawat di PICU. Sampel penelitian dari seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Cara pengambilan sampel yaitu dengan mengukur skor PRISM III pada anak dan mengukur skor HARS pada ibu. Data yang di peroleh kemudian dikelompokkan berdasarkan tujuan dan jenis data kemudian dianalisis dengan metode statistik yang sesuai, yaitu analisis univariat, analisis bivariat yang terdiri dari uji X2 (Chi square) atau Fisher test dan uji korelasi Spearmen.
HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan pada periode April sampai September 2014. Sampel yang diteliti sebanyak 151 sampel (anak dan ibu) yang memehuni kriteria penelitian yang terdiri dari laki-laki 88 akan dan perempuan 63 anak. Karakteristik sampel yng ikut dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 1. Dari hasil penelitian didapatkan usia ≤ 6 tahun 101 (66,3%), anak usia > 6 tahun 50 (33,1%). Kelompo anak dengan skor PRISM III < 15 sebanyak 25 (16,6%), anak dengan skor PRISM III ≥15 sebanyak 125 (83,4%). Urutan anak pertama sebanyak 73 (48,3%), dan yang bukan anak pertama sebanyak 78 (51,7%). Jumlah anak hanya satu anak sebanyak 50 (33,1%) dan yang jumlah anknya lebih dari satu sebanyak 101 (66,9%). Pendidikan ibu yang bukan sarjana sebanyak 107 (70,9%) dan yang sarjana sebesar (29,1%) atau 44 orang. Penghasilan keluarga ≤ 2 juta sebanyak 28 orang (18,5%), dan yng mempunyai penghasilan > 2 juta sebanyak 123 (81,5%). Usia ibu < 40 tahun sebanyak 120 (79,4%) dan usia ibu ≥ 40 tahun sebanyak 31 (20,6%). Hasil analisis statistik memperlihatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara usia anak, urutan anak, jumlah anak, penghasilan keluarga terhadap tingkat kecemasan ibu yang anaknya di rawat di PICU dengan nilai p>0,005, hasil analisis penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2. Jenis kelamin anak dan pendidikan ibu dari analisis statistik terdapat perbedaan bermakna terhadap tingkat kecemasan ibu dengan nilai p <0,005, namun menjadi tidak bermakna jika dilakukan uji terhadap jenis kelamin dan pendidikan terhadap derajat berat penyakit berdasarkan skor PRISM III dengan nilai p>0,005, hasil analisis statistik dapat dilihat pada tabel 3. Hasil analisis statistik pada tabel 4 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan korelasi antara skor PRISM III dengan skor HARS dengan nilai p <0,001.
PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara derajat berat penyakit skor PRISM III dengan tingkat kecemasan ibu dengan skor HARS. Telah diteliti 151 subyek yang terdiri dari 88 anak laki-laki, dan perempuan 63 anak. Frekuensi jenis kelamin, yaitu 88 (58,3%) anak laki-laki dan 63 (41,7%)
anak perempuan, dengan hasil uji statistik jenis kelamin terhadap tingkat kecemasan ibu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara frekuensi jenis kelamin terhadap tingkat kecemasan ibu dengan nilai p = 0,034 (p≤0,05). Nilai COR 0,487 dengan CI 95%(0,249-0,952) ini berarti jenis kelamin laki-laki yang mengalami derajat beratnya penyakit untuk menyebabkan kecemasan berat pada ibu sebesar 0,48 kali dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Frekuensi anak yang mengalami derajat beratnya penyakit berdasarkan skor PRISM III < 15 ditemukan lebih sedikit yaitu 25 (16,6%), dan kelompok dengan derajat beratnya penyakit dengan skor PRISM III ≥ 15 sebanyak 126 (83,4%). Hasil analisis statistik memperlihatkan terdapat perbedaan sangat bermakna antara kelompok ibu yang mengalami kecemasan berat yang anaknya mengalami derajat beratnya penyakit yang dirawat di perawatan intensif berdasarkan skor PRISM III <15, dibandingkan dengan anak yang mempunyai skor PRISM III ≥ 15, dengan nilai p<0,001 hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kartikahadi (2012), yang melaporkan faktor kecemasan berat dirasakan ibu yang anaknya dirawat di perawatan intensif secara signifikan lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang dirawat diperawatan umum. Secara umum, nilai skor PRISM III yang mengalami derajat berat penyakit yang dinilai berdasarkan risiko kematian tinggi jauh lebih besar dibanding nilai skor PRISM III pada penderita yang mempunyai risiko kematian rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Board et al (2002), yang melaporkan bahwa beratnya penyakit yang dialami oleh anak mempunyai hubungan positif terhadap gejala stress yang diderita oleh ibu setelah 6 bulan anaknya diperbolehkan pulang. Penelitian Tomlinson et al (1995), melaporkan bahwa terjadi peningkatan distress fisiologis ketika anaknya didiagnosa mengalami sakit berat. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Youngblut et al (1993), yang menyatakan bahwa reaksi orang tua yang anaknya di rawat di PICU dan stressor yang dialami oleh orang tua tidak berkorelasi dengan beratnya penyakit yang dialami oleh anak. Pendidikan ibu dilakukan penilaian dengan melakukan uji terhadap tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di perawatan intensif dengan menggunakan skor HARS. Tingkat pendidikan ibu yang nonsarjana sebanyak 107 (70,9%)
dibandingkan dengan tingkat pendidikan ibu sebanyak 44 orang (29,1%) terhadap tingkat kecemasan ibu dengan menggunakan skor HARS. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pendidikan sarjana dengan kecemasan ibu dengan nilai p=0,006 (p<0,05). Nilai COR = 3,164 dengan nilai 95% CI (1,386-7,224) yang berarti frekuensi ibu dengan tingkat pendidikan sarjana untuk mengalami kecemasan berat sebesar 3 kali dibandingkan frekuensi ibu dengan tingkat pendidikan nonsarjana. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasper et al (1988), yang menyatakan bahwa orang tua membutuhkan informasi yang akurat mengenai penyakit yang diderita oleh anaknya. Frekuensi jenis kelamin yang diuji terhadap peningkatan skor PRISM III pada anak ditemukan tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan yang dapat menyebabkan peningkatan skor PRISM III dengan nilai p = 0,113 (p>0,05). Hasil uji statistik jenis kelamin terhadap derajat beratnya penyakit menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna hal ini berarti tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap derajat beratnya penyakit pada anak yang dirawat di perawatan intensif (PICU). Kelompok ibu dengan tingkat pendidikan sarjana yang mempunyai anak dengan skor PRISM III < 15 sebanyak 7 anak (15,9%) dibandingkan dengan anak yang mempunyai skor PRISM III ≥15 sebanyak 37 (84,1%). Hasil analisis statistik memperlihatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara pendidikan ibu baik pendidikan nonsarjana maupun sarjana terhadap peningkatan skor PRISM III dengan nilai p = 0,550 (p>0,05). Nilai crude odd ratio (COR) = 1,069 dengan nilai 95% CI (0,412-2,774) yang berarti odd ratio mencakup angka 1 menunjukkan pendidikan ibu bukan faktor risiko terjadinya peningkatan skor PRISM III pada anak. Hubungan korelasi antara skor HARS dengan skor PRISM III ditemukan bermakna dengan nilai p<0,001. Nilai korelasi sebesar 0,296 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa semakin tinggi skor PRISM III yang dialami oleh anak maka semakin tinggi skor HARS yang terjadi pada ibu.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa frekuensi kejadian kecemasan berat pada ibu lebih tinggi pada ibu yang mempunyai anak dengan skor PRISM III ≥15 dibandingkan pada anak dengan skor PRISM III< 15. Terdapat hubungan korelasi antara skor PRISM III pada anak dengan Skor HARS pada ibu yaitu semakin tinggi skor PRISM III pada anak maka semakin tinggi juga skor HARS. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan Untuk pengukur tingkat kecemasan ibu yang anaknya di rawat di PICU sebaiknya menggunakan PSS:PICU (Parenteral Stressor Scale: Pediatric Intensive Care Unit) yang merupakan kuisoner yang sering digunakan oleh penelitian
yang
sama, kuisoner yang ditanyakan kepada orang tua penderita yang anaknya di rawat di PICU. Kuisoner ini sudah dipakai secara international.
DAFTAR PUSTAKA
Aldridge MD. (2005). Decreasing parenteral stress in the Pediatric Intensive Care Unit. Crit Care Nurse.25:40-50. Board R., Ryan-Wenger N. (2002). Long-term effects of pediatric intensive care unit hospitalization on families with young children. Heart Lung. 31:53– 66 Dewi, NE. (1998). Validitas Skor “Pediatric Risk of Mortality” Sebagai Alat Deteksi Risiko Kematian Penderita Gawat Darurat Pediatrik. Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis–I, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Kartikahadi, Lie. (2012). Comparison of maternal anxiety scores in pediatric intensive care unit and general ward parents in Paediatrica Indonesiana. Vol 52: 95-8. Kasper J., Nyamathi A. (1988). Parents of children in the pediatric intensive care unit: what are their needs? Heart Lung. 17:574–581. Marlina L., Hudaya D., Garna H. (2008). Perbandingan Penggunaan Pediatric Index of Mortality 2 (PIM2) dan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD), Untuk memprediksi kematian pasien sakit kritis pada anak. Sari Pediatri vol 10 No 4, Jakarta. Saied H. (2013). Stress, coping, social support and adjustment among families of CHD in children in PICU after heart surgery. Diakses 1 Agustus 2013. Available from : http//www.jas.fass.org/misc/043.html Shudy M., de Almeida ML., Lo S., Landon C., Groft S., Jenkins TL. (2006). Impact of pediatric critical illness and injury on families: a systematic literature review. Pediatrics. 118:S203-18. Tomlinson PS, Harbaugh BL, Kotchevar J, Swanson L. (1995). Caregiver mental health and family health outcomes following critical hospitalization of a child. Issues Ment Health Nurs. 16:533–545. Youngblut JM, Shiao SP. (1993). Child and family reactions during and after pediatric ICU hospitalization: a pilot study. Heart Lung. 22:46–54.
Tabel 1. Karakteristik Sampel Karaktersitik Sampel
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia ≤ 6 tahun >6 tahun Kelompok Skor PRISM <15 Skor PRISM ≥15 Urutan Anak Anak ke-1 Anak > 1 Jumlah Anak 1 Anak >1 Anak Pendidikan Nonsarjana Sarjana Penghasilan < 2 juta >2 juta Umur Ibu < 40 tahun ≥ 40 tahun
Total (N : %)
88 (58,3%) 63 (41,7%) 101(66,3%) 50(33,1%) 25 (16,6%) 126 (83,4%) 73(48,3%) 78(51,7%) 50(33,1%) 101(66,9%) 107 (70,9%) 44 (29,1%) 28 (18,5%) 123 (81,5%) 120(79,4%) 31(20,6%)
Tabel 2. Hubungan jenis kelamin, usia, kelompok skor PRISM III, urutan anak, jumlah anak, pendidikan ibu, penghasilan, usia ibu terhadap tingkat kecemasan ibu Karaktersitik Sampel
Total (N:%)
Cemas Ringan sedang Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia ≤ 6 tahun >6 tahun Kelompok Skor PRISM <15 Skor PRISM ≥15 Urutan Anak Anak ke-1 Anak > 1 Jumlah Anak 1 Anak >1 Anak Pendidikan ibu Nonsarjana Sarjana Penghasilan < 2 juta >2 juta Umur Ibu < 40 tahun ≥ 40 tahun Uji Chi Square
Nilai p Nilai OR CI 95%
Skor HARS Cemas berat
88 (58,3%) 63 (41,7%)
27(30,7%) 30(47,6%)
61(69,3%) 33(52,4%)
0,042
0,487 (0,24-0,95)
101(66,3%) 50(33,1%)
37(36,6%) 20(40%)
64(63,4%) 30(60%)
0,72
0,867 (0,42-1,73)
25 (16,6%) 126 (83,4%)
19(70,6%) 38(30,2%)
6(24,0%) 88(69,8%)
0.000
7,33 (2,71-19,80)
73(48,3%) 78(51,7%)
29(39,7%) 28(35,9%)
44(60,3%) 50(64,1%)
0,737
1,016 (0,55-2,04))
50(33,1%) 101(66,9%)
19(38%) 38(37,6%)
31(62%) 63(62,4%)
1,00
1,016 (0,05-2,04)
107 (70,9%) 44 (29,1%)
38(37,6%) 48(44,9%)
59(55,1%) 35(79,5%)
0,006
3,164 (1,386-7,22)
28 (18,5%) 123 (81,5%)
10(35,7%) 47(38,2%)
18(64,3%) 76(61,8%)
1,00
0,89 (0,38-2,11)
120(79,4%) 31(20,6%)
44(36,7%) 13(41,9%)
76(63,3%) 18(58,1%)
0,679
0,80 (0,359-1,79)
Tabel 3. Hubungan jenis kelamin, pendidikan ibu dengan skor PRISM III Karaktersitik Sampel
Total (N:%)
Skor PRISM III < 15
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Ibu Nonsarjana Sarjana
Nilai p Nilai OR (CI95%)
≥ 15
88(58,3%) 63(41,7%)
11(12,5%) 13(22,2%)
77(87,5%) 49(77,8%)
0,125
0,5 (0,21-1.19)
107(70,9%) 44(29,1%)
18(16,8%) 7(15,9%)
89(83,2%) 37(84,1%)
1,000
1,069 (0,42-2,77)
Tabel 4. Hubungan korelasi antara skor PRISM III dengan skor HARS Skor PRISM III
Uji korelasi Spearman
Skor HARS r
0,296
p
<0,001
n
151