SKRIPSI
PENGARUH TERAPI MEWARNAI GAMBAR TERHADAP KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH (4 - 5 TAHUN) DI RSU SARIMUTIARA MEDAN 2015
OLEH : WIDYA ROSINTAN SIHOMBING NIM : 11.02.149
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN 2015
SKRIPSI
PENGARUH TERAPI MEWARNAI GAMBAR TERHADAP KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH (4 - 5 TAHUN) DI RSU SARIMUTIARA MEDAN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar SarjanaKeperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Oleh WIDYA ROSINTAN SIHOMBING 11 02 149
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN 2015
SURAT PERNYATAAN PENGARUH TERAPI MEWARNAI GAMBAR TERHADAP KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH (4 - 5 TAHUN) DI RSU SARI MUTIARA MEDAN 2015
SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah di ajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan
saya, tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah saya tulis dan di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis yang di camtumkan dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2015 Peneliti
Widya Rosintan Sihombing
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.
Data Mahasiswa Nama
: Widya Rosintan Sihombing
Nim
: 1102149
Tempat/Tgl Lahir
: Lobusikkam, 24 September 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Katolik
Suku
: Batak Toba
Anak Ke
: 2 dari 5 Bersaudara
Alamat
: Simpang
Perumnas,
Sipoholon,
Kabupaten
Sipoholon,
Kabupaten
Tapanuli Utara
2.
HP
: 082276045624
Email
:
[email protected]
Data Orang Tua Nama Ayah
: Bahal Tua Sihombing
Pekerjaan
: PNS
Nama Ibu
: Masda Ria Simatupang
Pekerjaan
: PNS
Agama
: Katolik
Alamat
: Simpang
Perumnas,
Tapanuli Utara
3.
Riwayat Pendidikan Tahun 1998-2004
: SD Negeri 178492 Pagarbatu
Tahun 2004-2009
: SMP Negeri 3 Sipoholon
Tahun 2009-2010
: SMA Negeri 1 Sipoholon
Tahun 2011-2015
: S1Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
ii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, Juli 2015 Widya Rosintan Sihombing Pengaruh Terapi Mewarnai Gambar Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah (4 - 5 ) Tahun Di RSU Sari Mutiara Medan 2015. xi+ 39 hal+ 3tabel + 3skema + 13lampiran
ABSTRAK Perasaan cemas merupakan dampak yang dialami oleh anak prasekolah akibat di rawat di Rumah Sakit. Dampak ini berisiko dapat mengganggu proses penyembuhan pada anak. Untuk mengurangi kecemasan anak dapat diberikan terapi bermain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan anak prasekolah (4 - 5) tahun di Rsu Sari Mutiara Medan 2015. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment pre dan post test only one group design. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak sebanyak 26 orang dan diberikan intervensi 3 kali selama 6 hari. Teknik pengambilan sampel yang di gunakan adalah purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa nilai mean sebelum dilakukan terapi mewarnai gambar adalah 3.69 dimana lebih besar dari pada nilai mean sesudah dilakukan terapi mewarnai gambar yaitu 2.04 dan Std. Deviation sebelum dilakukan terapi mewarnai gambar adalah 0,678 dan sesudah dilakukan terapi mewarnai gambar yaitu 0,599. Uji statistik yang dilakukan adalah uji wilcoxon dengan tingkat signifikan p< 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 (<0,05) sehingga terdapat pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan anak usia prasekolah (4-5) tahun di stela lantai III RSU Sari Mutiara. Kesimpulan: diperoleh hasil adanya pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan anak prasekolah (4 - 5) tahun di RSU sari mutiara medan 2015. Berdasarkan hasil Penelitian menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang mood anak. Sikap perawat dan kondisi rumah Sakit.
Kata kunci Daftar pustaka
: Terapi Mewarnai, Kecemasan, Anak Prasekolah. : 23( 2005 -2014)
iii
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA Sription, July 2015 Widya Rosintan Sihombing The effect of Therapy To Caloring Pictures On Anxiety Of Children With Pre- School ( 45 years old) at Sari Mutiara Hospital in 2015. xi+ 39page + 3 table + 3 schema + 13 attacment
ABSTRACT Anxiety is an impact that the pre-school children caused as a result in the hospital. This caused can risk the healing process of children. To reduce children’s anxiety can be fix by play therapy. This study aims to determine the effect of play therapy with the anxiety pre-school children (4-5 years old) at Sari Mutiara hospital in 2015. This study using quasi the design of experiment and post pretax only one test group design.The total sample in this research as many as as much as 26 people and given the intervention of three times in 6 days. The technique of the sample in use ispurposive sampling. The results of research shows shows that its mean value before the therapy is coloring pictures 3.69 where greater than in its mean value after done therapy coloring pictures namely 2.04 and std. Deviation therapy prior to coloring pictures is 0,678 and after done therapy coloring pictures namely 0,599. Statistical test is using wilcoxon testwith significantion p < 0,05.the results show that p value 0.000 ( < 0,05) so there is an influence between play therapi with an anxiety’s pre- shool children (4- 5 years old ) in stela III Sari Mutiarahospital. conclusion the obtained results of the therapeutic effect between play therapy with an anxiety’s pre- school children ( 4-5 years old ) at Sari Mutiara hospital. Medan 2015. Based on the experiment result suggested that need to do furthere research. The effect of play therapy on ansiety of children with pre – school ( 4-5 years old ) at Sari Mutiara hospital in 2015. About children’s mood nurse’s
attitude and the condition of hospital.
Keywords Reference
: Coloring Therapy, Anxiety, The Son Of A Preschool : 23 ( 2005 -2014)
iv
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Terapi Mewarnai Gambar Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah (4 - 5 Tahun) di RSU Sari Mutiara Medan 2015.
Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015. Selama proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1.
Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2.
Dr. Dra. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
3.
Dr. Tahim Solin, MMR, selaku direktur Ruma Sakit Umum Sari Mutiara Medan.
4.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan.
5.
Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan dan sekaligus selaku ketua Penguji
yang telah
meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 6.
Ns. Jek Amidos. M. Kep.SP. Kep.J selaku penguji I yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Ns. Rumondang, MKM, selaku penguji II yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
8.
Ns. Osak Sitorus, M.Kep, selaku penguji III yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan,arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
9.
Para dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
10. Kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda, dan oppugn tercinta yang selalu memberikan doa kasih sayang, perhatian, semangat, pengorbanan, dan dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini. 11. Kepada abang dan adik-adik peneliti yang tercinta serta keluarga besar peneliti yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman mahasiswa/i PSIK yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan upaya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari masih banyak kekurangan, oleh sebab itu peneliti mengharap akan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dan kebaikan skripsi ini serta peneliti berharap kiranya skrisi ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.
Medan, Juli 2015 Peneliti
Widya Rosintan Sihombing
vi
DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN ............................................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... ABSTRAK .................................................................................................................... ABSTRACT ................................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................................ DAFTAR SKEMA ....................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................ C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1. Tujuan Umum ............................................................................... 2. Tujuan Khusus .............................................................................. D. Manfaat Penelitian................................................................................ TINJAUAN TEORITIS A. Terapi Bermain ....................................................................................... 1. Defenisi Terapi Bermain.................................................................... 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain Pada anak ........... 3. Karakteristik dan Klasifikasi dari Bermain ....................................... B. Terapi Mewarnai Gambar ....................................................................... 1. Definisi Mewarnai Gambar ............................................................... 2. Manfaat Mewarnai Gambar .............................................................. 3. Fase Menggambar ............................................................................. 4. Fase Perkembangan Anak.................................................................. C. Konsep Anak PraSekolah ....................................................................... 1. Pengertian Anak PraSekolah ............................................................. 2. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak Pra Sekolah ............................................................................................. 3. Fase Perkembangan Anak.................................................................. 4. Pengaruh Lingkungan Rumah Sakit Pada Anak Pra Sekolah ............ 5. Stressor dan reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi .............................. D. Konsep Kecemasan Pada Anak Pra Sekolah ......................................... 1. Definisi Kecemasan .......................................................................... 2. Tipe Kepribadian Pencemas ............................................................. 3. Gejala Klinis Cemas ......................................................................... 4. Tingkat Kecemasan .......................................................................... 5. Alat Ukur Kecemasan ....................................................................... E. Hubungan Terapi Mewarnai Gambar dengan Kecemasan anak Pra Sekolah ........................................................................................... F. Kerangka konsep Penelitian ...................................................................... G. Hipotesis Penelitian ..................................................................................
vii
Hal i ii iii iv vi viii ix x xi
1 4 4 4 4 5
6 6 6 7 9 9 9 10 10 11 11 12 13 13 14 17 17 18 18 19 20 22 23 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .................................................................................... B. Populasi dan Sampel ............................................................................... 1. Populasi ............................................................................................. 2. Sampel ............................................................................................... C. Lokasidan Waktu Penelitian ................................................................... 1. Lokasi Penelitian................................................................................. 2. Waktu Penelitian ................................................................................. D. Definisi Opersional ................................................................................. E. Aspek Pengukuran .................................................................................. F. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... G. Etika Penelitian ....................................................................................... H. Pengolahan Data .................................................................................... I. Analisa Data............................................................................................ 1. Analisa Univariat ............................................................................... 2. Analisa bivariat..................................................................................
25 25 25 25 26 26 26 27 27 28 29 30 31 31 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ........................................................................................................ 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 2. Analisa Univariat ............................................................................... 3. Analisa Bivariat ................................................................................. B. Pembahasan ............................................................................................ C. Keterbatasan Penelitian...........................................................................
32 32 33 33 34 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan................................................................................................. 38 B. Saran .......................................................................................................... 38 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1 Rentang respon kecemasan...................................................... .................... 19 Skema 2.2 Kerangka Konsep ......................................................................................... 23 Skema 3.1 Desain penelitian ......................................................................................... 25
ix
DAFTAR TABEL Hal
Tabel 3.1. Defenisi Operasional .............................................................................
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan jenis keamin di Stela Lantai III Rumah Sakit Umum Sari Mutiara … ..
Tabel 4.2
25
33
Rata-Rata kecemasan anak sebelum dan sesudah di lakukan terapi mewarnai gambar di Stela Lantai III Rumah Sakit Umum Sari Mutiara
x
33
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Lembar Pernyataan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Lembar Observasi
Lampiran 4
: Lembar Standar Operasional Prosedur Terapi Mewarnai Gambar.
Lampiran 5
: Lembar Tabel Cohen’d
Lampiran6
: Surat Izin Memperoleh Data Dasar Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran7
: Surat Balasan Izin Memperoleh Data Dasar Dari Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.
Lampiran 8
: SuratI zin Penelitian Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 9
: Surat Izin Penelitian Di Stela Lantai III Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan
Lampiran 10
: Surat Balasan Penelitian dari Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan
Lampiran 11
: Master Data
Lampiran 12
: Output Spss
Lampiran 13
: Lembar Berita Acara
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak nyaman dan merasakan sesuatu yang menyakitkan. Setiap anak yang di hospitalisasi akan menimbulkan perasaan yang tidak aman seperti lingkungan asing, berpisah dari orangtua, kurang informasi, kehilangan kebebasan dan kemandirian (Supartini, 2010).
Untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh anak dapat diberikan terapi bermain. Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada. Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anakanak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Salah satu dari terapi bermain adalah mewarnai gambar. Mewarnai gambar adalah tehnik yang efektif dalam mengalihkan perhatian anak dari keadaan cemas (Suryanti, 2011).
Menggambar atau mewarnai merupakan salah satu permainan yang memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh). Anak dapat mengekspresikan perasaannya dengan cara mewarnai
gambar, ini berarti mewarnai gambar bagi anak
merupakan suatu cara untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata. Dengan menggambar atau mewarnai gambar juga dapat memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia pra sekolah sudah sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan perkembangan
1
2
kemampuan motorik halus dengan menggambar meskipun masih menjalani perawatan di rumah sakit (Fricilia, 2013).
Selain kegiatan mewarnai yang menarik bagi anak, warna itu sendiri juga mempunyai manfaat bagi orang yang melihatnya. Seperti warna hijau dan biru yang memberikan efek tenang, warna merah dan kuning yang memberikan kesan ceria, serta warna putih yang dapat memberikan efek bersih pada orang yang melihatnya. Pemberian warna pada sebuah gambar dapat menunjukan perasaan anak saat kegiatan itu berlangsung. Jika anak lebih banyak menggunakan warna suram seperti hitam dan abu-abu, anak tersebut dapat dicurigai sedang mempunyai masalah pada dirinya (Jennifer, 2009 dalam Ameliorani, 2012).
Pada anak usia prasekolah (4-5 tahun) pada tahap ini anak sudah berada pada usia kemandirian dimana anak mulai di perkenalkan aturan kemandirian dan bertanggung jawab, menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata–kata, sudah bisa menggambar kotak. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Katinawati (2011 dalam Fricilia, 2013) tentang kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi menunjukkan adanya perbedaan kecemasan anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain, dimana sebelum diberikan terapi bermain 80% anak mengalami kecemasan sedang dan 20% anak mengalami kecemasan berat dan setelah diberikan terapi bermain 86.7% anak mengalami kecemasan ringan dan 13.3% anak mengalami kecemasan sedang.
Berdasarkan hasil penelitian Suryanti (2011), Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
3
yang dialaminya karena dengan melukukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Yang mana membuktikan terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan yang dialami anak sebelum dilakukan terapi bermain (mewarnai dan origami) dan sesudah dilakukan terapi bermain
yaitu dengan p=0,0001 pada signifikan α = 0,05. Terapi
bermain dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah, dari tingkat kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan.
Berdasarkan hasil penelitian Purwandari di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto menunjukkan 25% anak usia prasekolah yang dirawat mengalami cemas tingkat berat, 50% tingkat sedang dan 20% tingkat ringan. Cemas pada anak usia prasekolah sering disebabkan oleh perpisahan dengan orang tua, rasa takut dengan nyeri dan cedera tubuh, serta kehilangan aktivitasnya, misalnya bermain (Purwandari, 2011 dalam Ameliorani 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Ikbal (2014) bahwa tingkat kecemasan anak prasekolah sebelum diberikan terapi bermain lilin tertinggi pada tingkat kecemasan sangat berat yaitu dengan jumlah responden 18 responden dengan persentase 90 %,, tingkat kecemasan anak prasekolah setelah diberikan terapi bermain lilin tertinggi pada tingkat kecemasan sedang yaitu dengan jumlah responden 7 responden dengan persentase 35 % dan ada pengaruh terapi bermain lilin terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RSUD dr. Soedarso Pontianak.
Berdasarkan hasil penelitian Eqlima (2011) di RSU H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa sebanyak 92,3% responden mengalami kecemasan sedang dan 7,7% mengalami kecemasan berat dan tidak ada pasien yang mengalami kecemasan ringan sebelum pelaksanaan treatment (Terapi bermain). Setelah pelaksanaan terapi bermain 76,9% responden mengalami kecemasan ringan dan 23,1% kecemasan sedang. Penelitian ini menunjukkan
4
bahwa terapi bermain mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan anak prasekolah (p=0,001; α=0,05).
Hasil survey awal yang di lakukan penulis pada tanggal 13 maret 2015 di dapatkan data dari instalasi rekam medik bahwa pada ruangan stela lantai III jumlah anak prasekolah (4-5 tahun) pada tahun 2014
adalah 375 orang
anak dan pada bulan Januari dan Februari 2015 adalah 62 orang yang di rawat di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Hasil observasi peneliti di temukan 5 anak dari 7 orang anak yang di observasi dan di wawancarai mengalami kecemasan yaitu menolak makan, menangis perlahan, memeluk ibunya, mengajak pulang, berontak, dan tidak mau bekerja sama dengan perawat, selain itu penelitian tentang terapi mewarnai gambar pada anak belum pernah di teliti di SRU Sari Muriara Medan. Berdasarkan uraian diatas, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai “ Pengaruh Terapi Mewarnai Gambar Terhadap Kecemasan
Anak Prasekolah (4-5
Tahun) Di RSU Sari Mutiara Medan 2015”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut apakah ada Pengaruh Terapi Mewarnai Gambar Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah (4-5 Tahun) di RSU Sari Mutiara Medan 2015 ?. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan anak prasekolah (4-5 tahun) di RSU Sari Mutiara. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui rata–rata kecemasanan anak sebelum diberikan
terapi
mewarnai gambar. b. Mengetahui rata–rata kecemasan anak mewarnai gambar.
sesudah diberikan terapi
5
c. Mengetahui perbedaan rata–rata kecemasan anak sebelum dan sesudah diberikan terapi mewarnai gambar. D. Mamfaat Penelitian 1. Bagi praktek keperawatan Menambah wawasan baru tentang pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan anak dan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan asuhan keperawatan anak, khususnya yang berhubungan dengan terapi bermain. 2. Bagi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini ditujukan kepada pendidikan perawatan agar dapat menerapkan asuhan keperawatan terapi bermain dengan tehnik mewarnai gambar
yang berpengaruh dalam menurunkan kecemasan pada anak
prasekolah.
3. Bagi manajemen rumah sakit Diharapkan dapat menjadikan terapi bermain sebagai salah satu program yang wajib dilaksnakan dalam pemberian asuhan keperawatan anak.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat jadi bahan acuan bagi peneliti lanjutnya yang tertarik pada pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan anak prasekolah(4-5 tahun).
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Terapi Bermain 1. Defenisi Terapi Bermain Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering di sertai stess berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan camas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembagan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di Rumah Sakit (Wong, 2009).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Bermain Pada Anak Menurut Sujono (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi pola bermain pada anak adalah : a. Tahap
perkembangan,
setiap
perkembangan
mempunyai
potensi/keterbatasan dalam permainan. Anak 3 tahun alat permainannya berbeda degan anak 5 tahun. b. Status
kesehatan, pada anak
yang sedang sakit
kemampuan
psikomotor/kognitif terganggu. Sehinggga ada saat-saat dimana anak sangat ambisius pada permainannya dan ada saat-saat dimana anak sama sekali tidak punya keinginan untuk bermain. c. Jenis kelamin, pada saat usia sekolah biasanya anak laki-laki enggan bermain dengan anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunitas sendiri, di mana anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki –laki bermain sesama laki-laki. Tipe dan alat permainan pun berbeda, misalnya anak laki-laki suka main bola, pada anak perempuan suka bermain boneka.
6
7
d. Lingkungan, lokasi dinana anak berada sangat mempengaruhi pola permainan anak. Dikota-kota besar jarang sekali yang bermain layanglayangan paling mereka bermain game karena memang tidak ada/jarang ada tanah lapang/lapangan untuk bermain, berbeda dengan di desa yang masih banyak terdapat tanah-tanah kosong. e. Alat permanan yang cocok, disesuaikan dengan tahap perkembangannya sehingga anak menjadi senang untuk menggunakannya.
3. Karakteristik dan Klasifikasi Dari Bermain Menurut Sujono (2009) karakteristik dan klasifikasi dari bermain adalah sebagai berikut : a. Solitary play Bermain sendiri walaupun disekitarnya ada orang lain. Misalnya pada bayi dan toddler, dia akan asik dengan mainannya sendiri tanpa menghiraukan orang-orang yang ada disekitarnya.
b. Parelel play Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada masingmasing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi di antara mereka, mereka tidak ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. misalnya, masing-masing anak punya bola, maka dia akan bermain dengan bolanya sendiri tanpa menghiraukan bola temannya. Bisanya terjadi pada usia toddler dan pre school. c. Associative play Bermain dalam kelompok, dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih belum terorganisasir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai keiginannya. Misalnya; anak bermain hujan-hujanan diteras rumah, berlari-lari dan sebagai. Hal ini banyak dialami pada anak pre school.
8
d. Cooperative play Anak bermain secara bersamaan-sama, permainan sudah terorganisir dan terencana, didalamnya sudah ada aturan mainan misalnya : anak bermain kartu, petak umpet, terjadi pada usia scholl dan adolescent.
f. Social afektive play Anak mulai belajar memberikan respon melalui orang dewasa dengan cara merajuk/berbicara sehingga anak menjadi senang dan tertawa.
g. Sense of pleasure play Anak dapat kesenanga dari suatu obyek disekelilingnya misalnya; anak bermain pasir, air sehingga anak tertawa bahagia.
h. Skill play Memperoleh keterampilan sehingga
anak akan melaksanakan nya
secara berulang –ulang. Misalnya; anak bermain sepeda- sepedaan dan dia sedikit mulai merasa bisa, maka dia akan berusaha untuk mencoba lagi.
i. Dramatik play Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia lihat dan dia dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permainan itu. Misalnya; anak pernah berkunjung kerumah sakit waktu salah satu tetangganya
sakit,
dia melihat perawat dan dokter, sesampainya
dirumah dia berusaha untuk memerankan
dirinya sebagai seorang
perawat maupun dokter, sesuai dengan apa yang dia lihat dan dia terima tentang peran tersebut.
Suherman (2000 dalam Euklesia, 2013)
mengemukakan jenis
permainan yang sesuai dengan anak usia pra sekolah berdasarkan karakteristik permainannya adalah Associative Play, Dramatic Play,
9
dan Skill Play. Sedangkan berdasarkan jenis mainannya adalah sepeda roda tiga, truk, alat-alat masak, olah raga, berenang dan ski, balok besar dengan macam-macam ukuran, menghitung, krayon, cat air, buku gambar, mewarnai gambar dan lain-lain.
B. Terapi Mewarnai Menggambar 1. Defenisi Mewarnai Gambar Menggambar adalah membuat gambar, sedangkan gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pencil pada kertas (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa dalam Novika 2014).
Mewarnai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti memberi berwarna dari kata dasar warna yang berarti corak atau rupa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mewarnai gambar merupakan kegiatan memberikan warna pada gambar atau tiruan barang yang dibuat dengan coretan pensil/pewarna pada kertas. Salah satu permainan yang cocok dilakukan untuk anak usia pra sekolah yaitu mewarnai gambar, dimana anak mulai menyukai dan mengenal warna serta mengenal bentuk-bentuk benda di sekelilingnya. Mewarnai merupakan salah satu permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (Paat, 2010). 2. Manfaat Mewarnai Menggambar a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”). b. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk, mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus. c. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan media kertas gambar dan crayon.
10
d. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata. e. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negative. f. Bermain mewarnai
gambar dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci. g. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit. 3. Fase Menggambar Menurut Kerschensteiner (1989 dalam Novika H, 2014) perkembangan menggambar seorang anak melalui beberapa fase : a. Masa Mencoreng (2 – 3 tahun) Anak senang menggores sesuatu, alat yang dipergunakan mula-mula tidak tertentu gerakannya belum khas dan maksud tertentu juga belum ada. Apa yang dibuatnya baru corengan-corengan belaka, karenanya disebut masa mencoreng. b. Masa Bagan (3 – 7 tahun) Pada periode ini, anak mulai menggambarkan dengan sesuatu bentuk bagan (skema), ia mulai dapat membayangkan atau menyatakanapa yang akan digambar. Dalam masa bagan ini ada dua tingkatan : Masa bagan tanpa persamaan (3–4 tahun) ; Anak mengerti maksud menggambar dan dia sudah dapat menyatakan lebih dulu apa yang akan digambar, apa yang akan dibayangkan belum terdapat persamaan dengan barang yang dimaksud. Masa bagan simbolis (4–7 tahun) ; Anak sudah dapat melukiskan apa-apa yang dikenal orang dalam bentuk bagan. Bagan yang dibuatnya boleh dikatakan agak ada
11
persamaan dengan benda-benda yang digambar. Kesesuaian antara bagan dan barang yang digambar bertingkat-tingkat, gambar yang dibuat merupakan simbol-simbol. c. Masa Bentuk dan Garis (7 – 9 tahun) Pada masa ini anak sudah dapat membuat gambar sesuai bentuk dan garis
tertentu.
Gambar-gambar
yang
dibuatnya
sudah
lebih
bersifatrealistis dan bagian-bagiannya makin lama makin tampak. d. Masa Silhuet (9 – 10 tahun) Pada masa ini anak-anak tidak lagi menggambar dengan batas garis dan bentuk saja, tetapi anak telah dapat memberikan bayang-bayangan pada gambar yang dibuatnya. e. Masa Perspektif (10 – 14 tahun) Anak menggambar dengan syarat-syarat proyeksi, pada akhir ini anak akan memperoleh hasil gambar yang realistis.
C. Konsep Anak Prasekolah 1. Pengertian Anak Prasekolah Anak usia pra sekolah atau awal masa kanak –kanak adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun. Usia prasekolah dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktu di isi dengan bermain. Dan selama ini mainan merupakan alat yang
sangat penting dari aktivitas bermain
(Amida, 2012)
Bagi anak usia pra sekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan. Selain itu, perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak merasa kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih sayang dan menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan
12
rumah yang dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya (Supartini, 2010).
2. Tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik anak prasekolah Menurut sujono 2009 tahap pertumbuhan anak prasekolah adalah a. Usia 4 tahun Motorik kasar
: berjalan berjinjit, melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan melemparkannya dari atas kepala.
Motorik halus
: sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertical maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju.
b. Usia 5 tahun Motorik kasar
: berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian.
Motorik halus
: menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata–kata, belajar menulis nama, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu.
Sosial emosi
: bermain
sendiri
mulai
berkurang,
sering
berkumpul dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain
miningkat, sudah siap untuk
menggunakan alat-alat bermain. Pertumbuhan fisik : berat
meningkat
2,5kg/tahun,
meningkat 6,75 – 7,5 cm/tahun.
tinggi
badan
13
3. Fase Perkembangan Anak pada masa usia prasekolah ini dapat di perinci menjadi 2 masa, yaitu masa vital dan masa estetik. a. Masa vital (usia 0-3 tahun) Pada masa ini, individu menggunakan fungsi –fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya untuk masa belajar, freud menamakan setahun pertama dalam kehidupan individu ini sebagai masa oral karena mulut digunakan sebagai sumber kenikmatan, anak memasukkan apa saja yang dijumpai kedalam mulutnya, karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama dan merupakan alat untuk melakukan explorasi dan belajar ( Elisabeth B Hurlolock, 1999 dalam Mera, 2011).
b. Masa estetik (usia 4-5 tahun) Pada masa ini di anggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca indranya. Pada masa ini panca indra masih peka karena itu montessori menciptakan bermacam–macam alat permainan untuk melatih panca indranya ( Harlock, 1999 dalam Mera, 2011).
4. Pengaruh Lingkungan Rumah Sakit Pada Anak Prasekolah Pada umumnya anak yang sudah agak besar jika di rawat di rumah sakit akan timbul rasa takut baik pada dokter maupun perawat, apalagi anak sudah mempunyai pengalaman mendapatkan imunisasi. Dalam bayangan nya, perawat atau dokter akan menyakiti dengan menyuntik. Selain itu anak juga merasa
terganggu hubungan nya dengan orang tua atau
saudaranya. Lingkungan di rumah tentu berbeda bentuk dan suasananya dengan alat- alat yang ada di ruang perawatan. Apalagi jika di ruangan tersebut ada pasien yang panyah dan mendapat infus dan O2 reaksi pertama selain ketakutan juga pasien kurang nafsu makan bahkan anak
14
yang masih kecil menangis, tidak mau minum susu atau makan makanan yang di berikan.
Pemberian stimulasi mainan pada anak yang di rawat yang sudah dalam penyembuhan dan melihat umurnya. Untuk pasien prasekolah yang sudah dapat bermain sendiri tetapi masih lemah ( tidak dapat duduk), dapat dibacakan buku cerita anak–anak seperti yang ada di majalah bobo atau cerita cinderella dan lain– lain. Jika pasien sudah dapat duduk atau tidak terlihat jelas sekali, dapat di berikan pensil bewarna dan kertas gambar untuk corat–coret/menggambar. Dapat juga menggunakan lilin berwana atau balok-balok berwarna serta buku bergambar untuk anak-anak. Akan lebih baik jika ada pasien yang sebanya untuk di minta bermain bersama dan jangan bermain terlalu lama, atau jika tersa letih di hentikan (Ngastiyah, 2005).
5. Stresor dan Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stresor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga. Adapun stresor utama dari hospitalisasi dan reaksi anak prasekolah menurut Wong (2009 dalam Debbi, 2013) adalah sebagai berikut: a. Cemas akibat perpisahan Kecemasan pada anak akibat perpisahan dengan orang tua atau orang yang menyayangi merupakan sebuah mekanisme pertahanan dan kerakteristik normal dalam perkembangan anak. Jika perpisahan itu dapat dihindari, maka anak-anak akan memiliki kemampuan yang besar untuk menghadapi stress lainya. Perilaku utama yang ditampilkan anak sebagai respon dari kecemasan akibat perpisahan ini terdiri atas tiga fese (Wong, 2009 dalam Debbi, 2013) yaitu:
15
1) Fase Protes (protest) Pada fase protes anak-anak bereaksi secara agresif terhadap perpisahan dengan orang tua. Anak menangis dan berteriak memanggil orang tuanya, menolak perhatian dari orang lain dan sulit dikendalikan. perilaku yang dapat diamati pada anak usia prasekolah antaralain menyerang orang asing secara verbal, misal dengan kata “pergi”; menyerang orang asing secara fisik, misalnya memukul atau mencubit, mencoba kabur, mencoba menahan orang tua secara fisik agar tetap menemaninya. Perilaku tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari. Protes dengan menangis dapat terus berlangsung dan hanya berhenti jika lelah. Pendekatan orang asing dapat mencetuskan peningkatan stres.
2) Fase Putus Asa Pada fase putus asa, tangisan berhenti dan mulai muncul depresi. Anak kurang aktif, tidak tertarik untuk bermain atau terhadap makanan dan menarik diri dari orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi adalah tidak aktif, menarik diri dari orang lain, depresi, sedih, tidak tertarik terhadap lingkungan, tidak komunikatif, mundur ke perilaku awal seperti menghisap ibu jari atau mengompol. Lama perilaku tersebut berlangsung bervariasi. Kondisi fisik anak dapat memburuk karena menolak untuk makan, minum atau bergerak.
3) Fase Pelepasan anak menjadi lebih tertarik pada lingkungan sekitar, bermain dengan orang lain dan tampak membentuk hubungan baru. Perilaku yang dapat diobservasi adalah menunjukan peningkatan minat terhadap lingkungan sekitar, berinteraksi dengan orang asing atau pemberi asuhan yang dikenalnya, membentuk hubungan baru namun dangkal, tampak bahagia. Biasanya terjadi setelah perpisahan yang terlalu lama dengan orang tua. Hal tersebut merupakan upaya anak untuk
16
melepaskan diri dari perasaan yang kuat terhadap keinginan akan keberadaan orang tuanya. Perawatan di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakan aman, penuh kasih sayang dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan dan teman sepermainan.
b. Kehilangan Kendali Kehilangan kendali yang dirasakan anak saat di rawat dirumah sakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah stres anak. kurangnya kendali akan meningkatkan persepsi ancaman dan dapat mempengaruhi keterampilan koping anak-anak Kontrol diri pada anak bersifat menetap karena anak berada di luar lingkungan normalnya. Kehilangan kontrol dapat menyebabkan perasaan tidak berdaya sehingga dapat memperdalam kecemasan dan ketakutan. Anak akan kehilangan kebebasan dalam mengembangkan otonominya akibat sakit dan dirawat di rumah sakit. Anak akan bereaksi agresif dengan marah dan berontak akibat ketergantungan yang dialaminya Anak usia prasekolah sering terjadi kehilangan kontrol yang disebabkan oleh pembatasan fisik, perubahan rutinitas dan ketergantungan yang harus anak patuhi. Pemikiran magis anak usia prasekolah membatasi kemampuan anak untuk memahami berbagai peristiwa, karena anak memandang semua pengalaman dari sudut pandang anak itu sendiri. Salah satu ciri-ciri khayalan yang sering dimiliki anak prasekolah untuk menjelaskan alasan sakit atau hospitalisasi adalah peristiwa tersebut adalah hukuman bagi kesalahan baik yang nyata maupun khayalan. Respon kehilangan kontrol pada usia ini berupa perasaan malu, takut dan rasa bersalah.
c. Cidera tubuh dan adanya nyeri Nyeri dan ketidak nyamanan secara fisik yang dialami anak saat hospitalisasi merupakan salah satu kondisi yang mungkin akan dihadapi
17
selain perpisahan dengan rutinitas dan orang tua, lingkungan yang asing, serta kehilangan kontrol. Konsep nyeri dan penyakit yang dimiliki oleh seorang anak akan berbeda bergantung dari tingkat perkembangannya
begitu
pula
dengan
respon
teradap
nyeri.
Perkembangan kognitif anak menentukan pola pikir dan konsep terhadap sakit dan rasa nyeri. Pemahaman anak terhadap penyakit dan nyeri muncul pada usia prasekolah. Pada usia ini anak berada pada fase praoperasional dalam kemampuan kognitifnya. Anak prasekolah sulit membedakan antara diri anak sendiri dan dunia luar. Pemikiran anak tentang penyakit difokuskan pada kejadian eksternal yang dirasakan dan hubungan sebab akibat dibuat berdasarkan kedekatan antara dua kejadian. Misalnya anak sakit perut akibat sebelum makan tidak cuci tangan. Pemahaman anak terhadap nyeri dihubungkan sebagai sebuah hukuman atas kesalahan yang dilakukan.
D. Konsep Kecemasan Pada Anak Prasekolah 1. Defenisi Kecemasan Kaplan & Sadock mengemukakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan dan memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Cemas juga diartikan sebagai perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai respon otonom (Sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya (Nanda, 2010).
Kecemasan adalah menggambarkan
respon emosional
terhadap penilaian yang
keadaan, kekwatiran, gelisah, takut, tidak tentram di
sertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun ganguan sakit, selain itu kecemasan dapat menimbulkan reaki tubuh yang akan terjadi berulang seperti rasa
18
kosong di perut, sesak napas, jantung berdebar, kerigat banyak, sakit kepala, rasa buang air besar dan buang air kecil.
2. Tipe Keribadian Pencemas Menurut Dadang Hawari (2011) seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi sressor psikososial yang dihadapinnya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stresor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu antara lain: a. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang. b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (kwatir). c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung) d. Sering merasa tidak bersalah, menyalakan orang lain. e. Tidak mudah mengalah, suka”ngotot” f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisa. g. Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap penyakit. h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi) i. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu. j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali di ulang-ulang. k. Kalou sedang emosi seringkali bertindak histeris. 3. Gejala Klinis Cemas Keluhan yang sering di kemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut: a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah tersinggung.
19
c. Takut kesendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan . e. Gannguan konsentrasi dan daya ingat. f. Keluhan-keluhan somatik,misalanya rasa pada sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdering (tinitus), berdebar-debar, sesak napas, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain senagainya. 4. Rentang Respon Tingkat kecemasan Skema 2.1 Rentang resspon kecemasan
Respon Adaptif
Respon
Maladaptif
Antisipasi
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Peplau (1963, dalam Stuart, 2009) mengidentifikasi empat tingkat kecemasan dan menggambarkan efek pada tiap individu sebagai berikut:
a. Kecemasan ringan: cemas yang normal yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. b. Kecemasan sedang: cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
20
c. Kecemasan berat: cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu ini memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. d. Kecemasan sangat berat atau Panik: tingkat panik dari suatu cemas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat cemas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
5.
Alat Ukur Kecemasan Alat
ukur
yang
dipakai
untuk
mengetahui
tingkat
kecemasan
menggunakan Hamilton Rate Scale for Anxiety (HRSA). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing dirinci lagi dengan gejala yang spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4 yang artinya adalah : a. Skor 0
: tidak ada gejala
b. Skor 1
: satu dari gejala yang ada
c. Skor 2
: separuh dari gejala yang ada
d. Skor 3
: lebih dari separuh gejala yang ada
e. Skor 4
: Semua gejala ada
Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan sehingga dari penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu :
21
a. Kurang dari 14
= tidak ada kecemasan
b. Skor 14 sampai dengan 20 = kecemasan ringan c. Skor 21 sampai dengan 27 = kecemasan sedang d. Skor 28 sampai dengan 41 = kecemasan berat e. Skor 42 sampai dengan 56 = kecemasan berat sekali Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRSA ini adalah sebagai berikut: a. Perasaan cemas, ditandai dengan rasa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung. b. Ketegangan yang ditandai oleh: perasaan tegang, lesu, tidak dapat istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah, mudah terkejut. c. Ketakutan ditandai oleh ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan pada kerumunan orang banyak. d. Gangguan tidur ditandai oleh : sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan. e. Gangguan kecerdasan ditandai oleh : sukar konsentrasi, daya ingatburuk, daya ingat menurun. f. Perasaan depresi ditandai oleh : kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah sepanjang hari. g. Gejala somatik ditandai oleh nyeri pada otot, kaku, kedutan otot,gigi gemeretak, suara tidak stabil. h. Gejala sensorik ditandai oleh: tinitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk. i. Gejala kardiovaskuler ditandai oleh : takikardia, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap.
22
j. Gejala pernafasan ditandai oleh: rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang. k. Gejala gastrointestinal ditandai oleh: sulit menelan, mual, perutmelilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum atau sesudahmakan, rasa panas di perut, perut terasa kembung atau penuh,muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, konstipasi (sukarbuang air besar). l. Gejala urogenital ditandai oleh : sering kencing, tidak dapat menahan kencing. m. Gejala otonom ditandai oleh: mulut kering, muka merah kering, mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-bulu berdiri. n. Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : gelisah, tidak tenang,jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka merah. E. Hubungan
Terapi Mewarnai Gambar Dengan Kecemasan Anak
Prasekolah Hasil penelitian yang dilakukan Mera (2011) ada pengaruh bermain terhadap Perkembangan anak
usia sesudah di berikan intervensi bermain, ada
perbedaan pengaruh bermain terhadap perkembangan anak
sebelum dan
sesudah dilakukan terapi bermain dan ada peningkatan yang besar terhadap perkembangan anak sesudah di berikan terapi kelurahan Dwi Kora Hevetiah Medan. Berbagai dampak hospitalisasi dan kecemasan yang dialami oleh anak usia prasekolah, akan beresiko mengganggu tumbuh kembang anak dan berdampak pada proses penyembuhan. Kecemasan yang teratasi dengan cepat dan baik akan membuat anak lebih nyaman dan lebih kooperatif dengan tenaga medis sehingga tidak menghambat proses perawatan. Jika kecemasan itu berlangsung lama dan tidak teratasi maka akan menimbulkan reaksi kekecewaan pada orang tua yang menimbulkan sikap pelepasan pada anak sehingga anak mulai tidak peduli dengan ketidakhadiran orang tuanya dan lebih memilih untuk berdiam diri (apatis), menolak untuk diberikan tindakan
23
dan yang paling parah akan menimbulkan trauma pada anak setelah keluar dari rumah sakit (Wong 2008 dalam Ameliorani, 2012 ). Setelah dilakukan kegiatan tetapi bermain (menyusun puzzle) respon nyeri berkurang hingga 2,60. Perbedaan rata-rata dan sesudah intervensi adalah 4,80. Ada pengaruh terapi bermain terhadap respon nyeri pasca operasi abdomen pada anak 6-12 tahun di RSU Haji Adam Malik Medan (Nia, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan
Eqlima, (2011) menunjukkan bahwa
sebanyak 92,3% responden mengalami kecemasan sedang dan 7,7% mengalami kecemasan berat dan tidak ada pasien yang mengalami kecemasan ringan sebelum pelaksanaan treatment (Terapi bermain dengan tehnik bercerita). Setelah pelaksanaan terapi bermain dengan tehnik bercerita 76,9% responden mengalami kecemasan ringan dan 23,1% kecemasan sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi bermain dengan tehnik bercerita mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan anak prasekolah (p=0,001; α=0,05). E. Kerangka Konsep Penelitian Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Terapi Mewarnai Gambar
Variabel Dependen
Kecemasan Anak Prasekolah (4-5 Tahun)
24
E. Hipotesis Penelitian Ha: Ada pengaruh terapi
mewarnai gambar terhadap kecemasan anak
prasekolah (4-5 tahun ) di Rumah Sakit Umum Sarimutiara Medan Tahun 2015.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain quasi experimen menggunakan pendekatan pre test post test one group only yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh terapi sebelum dilakukan terapi
mewarnai dan sesudah di lakukan terapi mewarnai gambar. Skema 3.1 Desain penelitian Pretest
Intervensi
Postest
O1
X
O2
Keterangan: 01 : Skor kecemasan sebelum intervensi (pre test) X : Intervensi 02 : Skor kecemasan setelah intervensi (post test) B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anak usia prasekolah (4-5 tahun) yang sedang di rawat di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 sebanyak 30 0rang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah yang berusia 4-5 tahun yang di rawat di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2015. Besar sampel dalam penelitian ini di tentukan berdasarkan tabel cohens’d untuk jenis penelitian quasi experimen dengan α 0.05, effect size 0,70, power 0,92 (tabel cohens’d) maka di dapatkan sampel 26 orang dalam one sampel desaign, untuk estimasi drop out peneliti menetapkan
25
26
15% dari jumlah sampel yaitu 4 orang maka jumlah sampel dalam penelitian ini menjadi 30 orang (Denise F, 2014). Dari keseluruhan sampel terdapat 4 orang sampel yang tidak dapat menyelesaikan terapi mewarnai gambar
di karenakan pasien paps/sembuh maka pasien keluar dari
prosedur penelitian. Sehingga keseluruhan jumlah sampel menjadi 26 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non random sampling dengan teknik purposive sampling yaitu peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu dengan besar dan kriteria sampel yang telah di tentukan lebih dahulu. Dengan purposive sampling di harapkan kriteria sampel yang di peroleh benarbenar sesuai dengan penelitian yang di lakukan, dengan kriteria inklusi yaitu: a. Anak dapat diajak berkomunikasi atau berbicara. b. Anak yang diijinkan orang tuanya untuk menjadi responden. c. anak yang pertama kali di rawat di RSU Sari Mutiara. d. Lama pasien dirawat 1 minggu. e. Anak yang keadaan umum membaik/ kondisi memungkinkan. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu: a. Anak yang mengalami imobilisasi pada daerah tangan b. Anak yang mengalami gangguan kognitif contoh sindrom down. c. Anak yang PAPS ( pulang atas permintaan sendiri) C. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan februari – juli tahun 2015.
27
D. Defenisi Operasional Penelitian
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Variabel
Defenisi Operasional
Terapi mewarnai gambar
Tindakan yang dilakukan untuk Mendorong seseorang mengekspresikan suasana hati Dan perasaannya, menghilangkan Ketegangan dan Memperoleh Kesenangan Dengan cara Mewarnai gambar
Kecemasan pada anak prasekolah( 4-5 tahun).
Perilaku yang muncul pada anak prasekolah (4- 5) akibat dirawat di rumah sakit sebelum dan sesudah di lakuakan terapi mewarnai gambar.
Alat Ukur
Lembaran observasi berupa cek lis.
Hasil Ukur
f.
Skala
Semakin tinggi skornya maka semakin cemas g. Semakin rendah skornya maka cemas semakin menurun.
Rasio
E. Aspek Pengukuran 1. Alat Ukur Untuk Mengukur Kecemasan Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan check list yaitu suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan
beberapa
gejala/identitas
lainnya
dari
sasaran
pengamatan
(Notoatmodjo, 2010). Alat ukur dalam penelitian ini berupa lembar observasi tingkat cemas pada anak yang di rawat di RSU Sarimutiara yang di diadaptasi dari teori HARS (Hamilton AnxietyRating Scale) dan telah dimodifikasi oleh peneliti ( Dadang Hari, 2011).
Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang terdiri dari gejala perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi (murung), gejala somatik, gejala sensorik,
28
gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), gejala respiratori (pernafasan), gejala gastrointestinal (pencernaan), gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), Perilaku sewaktu wawancara.
Dari 14
kelompok gejala yang ada masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skor) antara 0-4 yang artinya bila nilai 0: tidak ada gejala (keluhan), 1: gejala ringan (satu gejala dari keluhan yang ada), 2: gejala sedang (separuh dari gejala yang ada), 3: gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada), 4: gejala sangat berat (semua gejala ada). Hasil penelitian tersebut digunakan untuk menentukan tingkat atau derajat kecemasan pasien sebagai berikut: a.
Semakin tinggi skornya maka semakin cemas.
b.
Semakin rendah skornya maka cemas semakin menurun.
2. Alat Ukur Untuk Intervensi Terapi Bermain Dalam mewarnai gambar anak disediakan buku bergambar untuk diwarnai, bentuk gambar dibagi sesuai dengan fase perkembangan seorang anak antara lain bentuk-bentuk yang berhubungan dengan dunia sekitar mereka seperti : Rumah, manusia, gambar barby, pohon dan lingkungan sekitarnya menjadi obyek yang menarik perhatian anak dan Pensil warna F. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur yang di lakukan dalam pengumpulan data, sebagai berikut : 1. Peneliti minta izin kepada bagian akademi FKK USM- Indonesia untuk melakukan penelitian. 2. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Direktur RSU Sari Mutiara Medan untuk melakukan penelitian kemudian peneliti menyampaikan izin penelitian Kepada Kepala Ruangan Stela Lantai Tiga . 3. Peneliti meminta bantuan kepala ruangan untuk memilih perawat yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian. 4. Peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi. 5. Peneliti mendatangi responden, memperkenalkan diri, dan menjelaskan tujuan diadakan penelitian, peneliti meminta kesediaan responden untuk
29
terlibat dalam penelitian kemudian orang tua atau penanggung jawab di berikan menandatangani lembar informed consent. 6. Peneliti mulai menjelaskan karakteristik responden dan lembar observasi perilaku kecemasan 7. Peneliti mulai mengisi lembar observasi kecemasan. 8. Pada kelompok intervensi, peneliti bersama anak dan keluarga melakukan aktivitas terapi bermain yang di lakukan 1 kali 2 hari selama 1 minggu. Setelah dilakukan aktivitas terapi sebanyak 3 kali, peneliti melakukan observasi lagi tentang tingkat kecemasan menggunakan lembar observasi kecemasan.
G. Etika Penelitian Etika
dalam penelitian merupakan hal yang sangat
penting dalam
penatalaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia. Dalam melakukan penelitian ini, sebelum nya peneliti minta perizinan melalui beberapa tahap pengurusan perizinan sebagai berikut:peneliti minta surat izin survei dari Dekan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan untuk mengambil data survei awal di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015. Setelah mendapatkan surat survei dari dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, peneliti meminta izin kepada Direktur Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Setelah mendapatkan izin dari Direktur Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, peneliti meminta izin pada para orang tua calon respoden dari anak prasekolah di RSU Sari Mutiara Medan Untuk Menjadi Subjek Penelitian.
Setelah melakukan beberapa tahap di atas, maka ada beberapa etika dalam penelitian. 1. Informed consent Lembaran persetujuan diberikan dan dijelaskan
pada responden judul
penelitian serta mamfaat penelitian dengan tujuan, agar responden dapat
30
mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa tetapi menghormati hak- hak responden.
2. Otonomi Merupakan hak individu atau hak responden untuk menentukan diri, masing- masing dan tidak dapat di ganti oleh peneliti karena setiap responden punya hak kebebasan
untuk memutuskan ikut serta dalam
kegatan penelitian.
3. Kerahasiaan Kerahasiaan informasi responden di jamin penulis, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4. Non Malefeciency Memberi suatu ketegasan kepada responden tidak
bahwa dalam penelitian ini
merugikan subjek penelitian dari berbagai sudut. Dalam
etika
keperawatan ini, peneliti di harapkan untuk dapat mengaplikasikan dalam melakukan penelitian
untuk meningkatkan derajat etika penelitian
sehingga, dalam melakukan penelitian ini dapat bersifat legal atau sah untuk dapat digunakan.
H. Pengolahan Data Data yang sudah terkumpul di olah untuk menghasilkan data, melalui tahaptahap sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010): 1. Editing (Penyuntingan Data) Setelah hasil observasi atau pengamatan yang di peroleh atau di kumpulkan malalui pengecekan isian formulir atau lembar observasi, kemudian di sesuaikan dengan kategori.
31
2. Membuat lembaran kode (coding sheet) atau kartu kode Hasil observasi yang di kumpulkan melalui pengecekan di beri kode untuk mempermudah peneliti dalam mengelola data. Untuk karakteristik, umur 4 tahun diberi kode 1, 5 tahun diberi kode 2, untuk jenis kelamin laki – laki diberi kode 1, perempuan diberi kode 2, dan berdasarkan kecemasan anak Tidak ada gejala sama sekali diberi kode 0, Satu dari gejala yang ada diberi kode 1, Sedang/ separuh dari gejala 2, Berat/lebih dari ½ gejala yang ada diberi kode 3, Sangat berat semua gejala ada 4. 3. Memasukkan Data ( Data Entry) atau processing Kategori–kategori yang sudah diberi kode kemudian di masukkan ke dalam komputer untuk diolah. 4. Pembersihan Data (cleaning) Hasil observasi yang sudah di kumpulkan di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan–kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian di proses dan di masukkan kedalam tabel–tabel distribusi sehingga dapat di hitung sesuai dengan
kategori yang di
tentukan. I.
Analisa Data Analisa data penelitian, melalui prosedur bertahap yaitu : 1. Analisis Univariat ( Analisa Deskriptif) Analisis ini di gunakan untuk mengetahui distribusi prekuensi dan persentase setiap variabel peneliti, Pada penelitian ini, peneliti menganalisa tingkat kecemasan pada anak sebelum dan setelah dilakukan terapi bermain mewarnai gambar. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi
mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak usia pra
sekolah 4-5 tahun yang di rawat di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan 2015. Uji statistik yang dilakukan adalah uji wilcoxon
yaitu
menguji dua sampel berpasangan dengan tingkat signifikan p< 0,05
untuk
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian Dalam bab ini akan di uraikan hasil penelitian mengenai pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan anak prasekolah (4-5) tahun di RSU Sari Mutiara Medan 2015. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan merupakan satu unit pelayanan kesehatan swasta tipe B yang di kelolah oleh yayasan
Sari Mutiara.
Rumah sakit ini, beralamat di jalan Kapten Muslim Nomor 79. Sebelum terbentuknya Rumah Sakit Ini, awalnya berbentuk klinik bidan dan baru tanggal 31 maret 1978 statusnya berubah menjadi Rumah Sakit Umum Sitanggang. Berdasarkan keputusan Dirjen Yankes Depkes RI tanggal 5 February 1987 No 098/yan.med/Sk/87. Rumah sakit Sitanggang berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Sari Mutiara. Rumah Sakit Umum Sari Mutiara merupakan pelanyanan kesehatan sekaligus
sebagai tempat mahasiswa/i yang mengikuti pendidikan di
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara melakukan praktek praklinik dan juga praktek mahasiswa profesi. Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan berdiri atas tanah dengan luas area 2.141 m2, memberikan pelayanan
Unit Gawat Darurat, Rehabilitasi
Medik, Poli Klinik, Fisioterapi, ICU, Radiologi, CT Scan, Laboratorium Klinik Apotik, Rawat Jalan, dan Rawat Inap.
Di stela lantai III sedikit berbeda dengan lantai lainnya karena pada stela III hannya kusus melanyani rawat inap anak, ruangan ini dihias sedemikian rupa dengan poster-poster lucu yang disukai anak, yang terdiri dari stela IIIa dan stela IIIb, 2 nurse station dan 22 ruangan rawat inap. Perawat pelaksana secara garis besar telah berupaya unuk memberikan palayanan secara maksimal, namun keterbatasan sarana dan prasarana
32
33
yang mengakibatkan minimnya modifikasi ruang anak yang sesuai dengan nuansa anak baik dari segi hiasan dan perangkat tenun. Stela III ini sangat jarang dilakukan terapi bermain oleh perawat hannya dilakukan oleh mahasiswa yang sedang praktek. 2. Analisa Univariat Karakteristik responden yang akan dideskripsikan meliputi usia, jenis kelamin. Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik Responden Di Stela Lantai III RSU Sari Mutiara Medan 2015 (n = 26 ) Karakteristik Responden Umur 4 tahun 5 tahun
f 14 12
% 53.8 46.2
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
14 12
53.8 46.8
Dari tabel 4.1 di atas
di ketahui bahwa berdasarkan karesteristik
responden mayoritas berusia 4 tahun sebanyak 14 (53.8%) anak, dan berdasarkan karestetistik jenis kelamin mayoritas laki- laki adalah 14( 53,8%) anak. 3. Analisa Bivariat Distribusi hasil uji statistik pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan anak prasekolah 4-5 tahun di RSU Sari Mutiara Medan. Tabel 4.2 Rata- rata kecemasan anak sebelum dan sesudah di lakukan terapi Mewarnai Gambar Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah(4-5) Tahun di Stela lantai III RSU Sari Mutiara Medan 2015. Descriptive Statistics Mean Std. Deviation kecemasan sebelum kecemasan sesudah
3.69 2.04
.679 .599
Z -4.250a
P .000
34
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai mean sebelum dilakukan terapi mewarnai gambar adalah 3.69 dimana lebih besar dari pada nilai mean sesudah dilakukan terapi mewarnai gambar yaitu 2.04 dan Std. Deviation sebelum dilakukan terapi mewarnai gambar adalah 0,678 dan sesudah dilakukan terapi mewarnai gambar yaitu 0,599. Dapat dilihat bahwa test statistic menunjukkan hasil uji wilcoxon, dengan uji tersebut dapat diperoleh
significancy 0,000 ( p < 0,05), dengan demikian
disimpulkan” ada pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan anak prasekolah (4-5 ) tahun di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan 2015. B. Pembahasan Pengaruh
terapi
mewarnai
gambar
terhadap
kecemasan
anak
prasekolah (4-5) tahun di RSU Sari Mutiara Medan 2015. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean sebelum dilakukan terapi mewarnai gambar adalah 3.69 dimana lebih besar dari pada nilai mean sesudah dilakukan terapi mewarnai gambar yaitu 2.04 dan Std. Deviation sebelum dilakukan terapi mewarnai gambar adalah 0,678 dan sesudah dilakukan terapi mewarnai gambar yaitu 0,599. Hasil analisa yang menggunakan uji statistic wilcocxon pada kecemasan sebelum dan sesudah terapi bermain di peroleh p = 0,000 dengan α 0,05 dimana p < 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha di terima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan anak prasekolah 4-5 tahun yang di rawat di RSU Sari Mutiara medan.
Anak akan menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi tehadap pengalaman hospitalisasi. Reaksi anak terhadap hospitalisasi bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya (Supartini, 2010). Umur responden yang di rawat di stela lantai III RSU Sari Mutiara mayoritas
35
berusia 4 tahun sebanyak 14 anak (53.8%) anak dan miyoritas berusia 5 tahun sebanyak 12 anak (46.2%). Menurut Supartini (2010), reaksi anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Semakin muda usia anak maka akan semakin sukar baginya untuk menyesuaikan diri dengan pengalaman di rawat di rumah sakit ( Eqlima, 2011).
Kecemasan
adalah
menggambarkan
respon
emosional
terhadap
penilaian
yang
keadaan, kekwatiran, gelisah, takut, tidak tentram di
sertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun ganguan sakit, selain itu kecemasan dapat menimbulkan reaki tubuh yang akan terjadi berulang seperti rasa kosong di perut, sesak napas, jantung berdebar, kerigat banyak, sakit kepala, rasa buang air besar dan buang air kecil. Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi sressor psikososial yang dihadapinnya (Dadang Hawari 2011).
Kecemasan dan stress yang dialami anak saat di rawat di rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor dari petugas kesehatan (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru dan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Kecemasan yang dialami anak dapat menimbulkan dampak diantaranya proses penyembuhan anak dapat terhambat, menurunnya semangat untuk sembuh dan tidak kooperatifnya anak terhadap tindakan perawatan (Supartini, 2010).
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela, dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada. Salah satu permainan yang cocok dilakukan untuk anak usia pra sekolah yaitu mewarnai gambar, Dimana anak mulai menyukai dan mengenal warna
36
serta mengenal bentuk-bentuk benda di sekelilingnya. Mewarnai merupakan salah satu permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (Paat, 2010). Saat dilakukan penelitian, respon yang muncul pada
anak cenderung
menangis atau marah ketika didekati dan kadang-kadang ia merajuk pada orang tuanya. Awalnya sangat sulit membina rasa percaya antara anak dan peneliti tapi berkat bantuan orang terdekat dan ketika ditunjukkan dan di jelaskan
kepada anak mengenai media yang mendukung terapi yaitu
pensil warna dan gambar yang akan diwarnai, anak mulai menunjukkan respon yang baik kepada peneliti dan mau melakukan terapi mewarnai gambar sampai selesai terapi. Sebelum dilakukan terapi rata–rata respon anak lebih dari setegah gejala yang ada ini terjadi karena reaksi tehadap pengalaman hospitalisasi dan sesudah dilakukan terapi rata –rata respon anak separuh dari gejala atau satu dari gejala yang ada ini terjadi karena dengan mewarnai gambar dapat memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia pra sekolah sudah sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan perkembangan kemampuan motorik halus dengan menggambar meskipun masih menjalani perawatan di rumah sakit (Fricilia, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Ikbal (2014) ada
pengaruh terapi bermain terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RSUD dr. Soedarso Pontianak, tingkat kecemasan anak prasekolah sebelum diberikan terapi bermain lilin tertinggi pada tingkat kecemasan sangat berat yaitu dengan jumlah responden 18 responden dengan persentase 90 %, tingkat kecemasan anak prasekolah setelah diberikan terapi bermain lilin tertinggi pada tingkat kecemasan sedang yaitu dengan jumlah responden 7 responden dengan persentase 35 % dan ada pengaruh terapi bermain lilin terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RSUD dr. Soedarso Pontianak. Hasil ini sesuai dengan uji T berpasangan yang didapatkan nilai p = 0,000 dimana P < 0,05
37
yang artinya ada pengaruh terapi bermain lilin terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RSUD dr. Soedarso Pontianak tahun 2014. Penelitian yang dilakukan Eqlima(2011) hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 92,3% responden mengalami kecemasan sedang dan 7,7% mengalami kecemasan berat dan tidak ada pasien yang mengalami kecemasan ringan sebelum pelaksanaan treatment (Terapi bermain dengan tehnik bercerita). Setelah pelaksanaan terapi bermain dengan tehnik bercerita 76,9% responden mengalami kecemasan ringan dan 23,1% kecemasan sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi bermain dengan tehnik bercerita mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan anak prasekolah (p=0,001; α=0,05). Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah ditujukan kepada perawat anak agar dapat menerapkan terapi bermain dengan tehnik bercerita yang berpengaruh dalam menurunkan kecemasan pada anak prasekolah. Efek program terapi mewarnai gambar dalam penelitian ini memberikan dampak yang positif pada responden. Kegiatan mewarnai dapat memberikan efek rileks pada responden karena aktivitasnya yang mengasyikan, perkenalan responden dengan gambar serta warna yang cocok untuk diberikan pada gambar yang ada. Selain kegiatan mewarnai yang menarik bagi anak, warna itu sendiri juga mempunyai manfaat bagi orang yang melihatnya. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian
yang
dilakukan
oleh
peneliti
masih
memiliki
beberapa
keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah: a. Desain penelitian yang digunakan tanpa kelompok kontrol, sehingga peneliti hanya bisa membandingkan hasil dari pre test dan post test. b. Penelitian ini tidak melihat mood anak,sikap perawat dan kondisi rumah Sakit, hal tersebut kemungkinan memberikan pengaruh pada kecemasan anak prsekolah (4- 5) tahun .
38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh terapi mewarnai gambar terhadap kecemasan
anak prasekolah (4-5) tahun di RSU Sari Mutiara
medan dapat disimpulkan bahwa : 1. Skor kecemasan sebelum dilakukan terapi mewarnai gambar adalah nilai mean 3.69 dan nilai Std. Deviation 0,678. 2. Skor sesudah dilakukan terapi mewarnai gambar adalah nilain mean 2.04 dan nilai Std. Deviation 0,599. 3. Ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dilakukan terapi dan sesudah dilakukan terapi diperoleh significancy 0,000( p < 0,05).
B. Saran Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti gambar terhadap kecemasan
anak
tentang terapi mewarnai
prasekolah (4-5) tahun di RSU Sari
Mutiara medan maka peneliti menyarankan : 1.
Bagi praktek keperawatan Peneliti
menyarankan
agar penelitian ini dapat dilakukan
dalam
pengembangan asuhan keperawatan anak, khususnya yang berhubungan dengan terapi bermain.
2.
Bagi pendidikan keperawatan Peneliti menyarankan agar dapat melakukan asuhan keperawatan terapi bermain dengan tehnik mewarnai gambar yang berpengaruh dalam menurunkan kecemasan pada anak prasekolah.
39
40
3.
Bagi manajemen rumah sakit Peneliti menyarankan agar melakukan terapi bermain sebagai salah satu program yang wajib dilaksnakan dalam pemberian asuhan keperawatan anak.
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang mood anak, sikap perawat dan kondisi rumah Sakit dan mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lain yang mempengaruhi kecemasan pada anak saat di rawat di rumah sakit.
.
DAFTAR PUSTAKA Cohens. (2014). Statistics For Psychologists Statistical http://www4.uwsp.edu/psych/cw/statistics/textbook.htm.
Tables.
Darmain M. (2011). Pengaruh bermain terhadap perkembangan anak usia 4 tahun di tk putra II Kuta Cane. Skripsi. Debbi. (2013). Hubungan Penerapan Atraumatic Care Dengan Kecemasan Anak Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi Di Rsu Dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso. Skripsi. Denise F dkk (2014). Essentral Of Nursing Research, Edition 8, Cina, Lipoincott Williams & Wikkins. Elfira E. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Dengan Tehnik Bercerita Terhadap Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Pra Sekolah Di Ruang Perawatan Anak Di Rsup H. Adam Malik Medan. skripsi Euklesia F dkk. (2013). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat Hospitalisasi Di Ruangan Irina E.Blu RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. skripsi Hawari, D. (2010). Stress, Cemas, dan Depresi. Ed 2. Jakarta : FKUI Ikbal, F. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Lilin Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Rsud Dr. Soedarso Pontianak. skripsi Jenny M dkk. (2011).Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial Dan Gangguan Jiwa.Medan. USU Press Nanda. (2010). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi danKlasifikasi (terjemahan). Yogyakarta : Prima Medika. Novika. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Akibat HospitalisasiPada Anak Usia Sekolah Yang Di Rawat Di Rsu Pringadi. skripsi Notoatmojo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jagarta. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Ed2. Jakarta. EGC. Nia Harina. (2012). Pengaruh Bermain Menyusun Puzzle Terhadap Respon Nyeri Pasca Operasi Pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Ruangan Rindu B RSU Haji Adammalik Medan . skripsi.
Pravitasari A. (2012). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Anak Usia Prasekolah Sebelum Dan Sesudah Program Mewarnai.http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnursing. Paat, T. C. (2010). Analisis Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Prilaku Kooperatif Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Menjalani Perawatan Di Ruangan Ester Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Manado : Universitas Sam Ratulangi. Skripsi.
Suryanti dkk.(2011). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Rsud Dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga. Supartini . (2010). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta: EGC Sujono R. (2009). Asuhan keperawatan pada anak. Yogyakarta. Graha Ilmu. Siringo-ringo A. (2012). Hubungan pengetahuan tentang kebutuhan bermain anak prasekolah dengan sikap orang tua di lingkungan II kelurahan Dwikora helvetiah. Medan. Skripsi. Stuart, GW. (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG Wong, L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
KepadaYth, Di Tempat. Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di dawah ini : Nama : Widya Rosintan Sihombing NIM
: 11.02.149
Saya adalah
mahasiswa
Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Medan yang akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Mewarnai Gambar Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah (4 5 Tahun) Di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015” penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Sari Mutiara Indonesia Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Terapi Mewarnai Gambar Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah (4 - 5 Tahun) Di Rsu Sari Mutiara Medan. Hasil penelitian ini akan di jadikan bahan masukan bagi pihak manejemen rumah sakit sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan perbuatan kebijakan baru untuk agar dapat menerapkan asuhan keperawatan terapi bermain dengan tehnik mewarnai gambar
yang berpengaruh dalam menurunkan kecemasan pada anak
prasekolah oleh pihak rumah sakit. Sehubungan
dengan hal tersebut, dan dengan
kerendahan hati saya mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden penelitian ini. Semua data maupun informasi yang di kumpulkan
dalam
akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya di gunakan untuk kepentingan penelitian. Medan,
April 2015.
Peneliti
(Widya Rosintan Sihombing)
Lampiran 2
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)
Setelah membaca dan memahami penjelasan serta tujuan dari penelitian ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini : No Responden
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Menyatakan bersedia untuk
menjadi responden
dalam penelitian berjudul
“Pengaruh Terapi Mewarnai Gambar Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah (4 - 5 Tahun) Di RSU Sarimutiara Medan 2015” yang di lakukan oleh Widya Rosintan Sihombing mahasiswa jurusan Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Medan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Medan, April 2015 Responden
(
)
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
LEMBARAN OBSERVASI KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH PENGARUH TERAPI MEWARNAI GAMBAR TERHADAP KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH (4 - 5 TAHUN) DI RSU SARI MUTIARA MEDAN 2015 A. Data Demografi 1. No Responden
:
2. Usia Anak
:
3. Jenis Kelamin
:
Skor
: 0
= Tidak ada gejala sama sekali
1
= Satu dari gejala yang ada
2
= Sedang/ separuh dari gejala
3
= Berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4
= Sangat berat semua gejala ada
Nilai angka (score) No 1
2
3
4
5
Gejala Perasaan cemas (sietasan) a. Cemas b. Firasat takut c. Takut akan pikiran sendiri d. Mudah tersinggung Ketegangan a. Merasa tengang b. Gemetar c. Mudah menangis d. Gelisa Ketakutan a. Pada alat suntik b. Pada orang asing c. Ditinggal sendiri d. Pada Kerumunan orang banyak Gangguan tidur a. terbangun malam hari b. tidur tidak nyenyak c. banyak mimpi-mimpi d. mimpi buruk Gangguan kecerdasan a. sukar konsentrasi b. daya ingat menurun c. daya ingat buruk
6
Perasaan depresi a. hilangnya minat b. sedih c. bangu dini hari d. perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7
Gejala somatic/fisik(otot) a. sakit dan nyeri di otot-otot b. kaku c. gigi gemerutuk d. suara tidak stabil
0
1
2
3
4
8
9
10
11
12
13
14
Gejala somatic/fisik(sensorik) a. tinnitus(telinga berdengin) b. penglihatan kabur c. muka merah atau pucat d. merah lemas Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) a. takikardia (denyut jantung cepat) b. Berdebar-debar c. Denyut nadi mengeras d. Rasa lesu /lemas seperti mau pingsan Gejala respirator(pernapasan) a. rasa tertekan atau sempit di dada b. rasa tercekik c. sering menarik nafas d. nafas pendek/sesak Gejala gastrointestinal a. sulit menelan b. gangguan pecernaan c. rasa penuh atau kembung d. kehilangan berat badan Gejala urogenital(perkemihan dan kelamin) a. sering buang air kecil b. tidak dapat buang air seni c. menjadi dingin(frigid) Gejala autonom a. muka merah b. mudah berkeringat c. kepala pusing d. bulu bulu berdiri Tingkah laku (sikap) pada wawancara a. gelisah b. tidak tenang c. muka tengang/mengeras d. nafas pendek dan cepat
Lampiran 4
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TERAPI MEWARNAI GAMBAR
1.
Tujuan
:
a. Mengurangi kecemasan pada anak parsekolah (4-5 tahun). b. Membantu mempercepat penyembuhan anak parsekolah. c. Sarana untuk mengekspresikan perasaan anak prasekolah.
2.
Persiapan Pasien : a. Pasien dan keluarga diberitahu tujuan bermain b. Melakukan kontrak waktu c. Tidak ngantuk d. Tidak rewel e. Keadaan umum mulai membaik f. Pasien bias dengan tiduran atau duduk, sesuai kondisi klien
3.
Peralatan : a. Rancangan program bermain yang lengkap dan sistematis b. Alat bermain sesuai dengan umur / jenis kelamin
4.
Prosedur Pelaksanaan : a. Tahap Pra Interaksi 1. Melakukan kontrak waktu 2. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umum membaik/kondisi yang memungkinkan) 3. Menyiapkan alat
b. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap Kerja 1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain 2. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau dibantu orang tuanya . 3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga 4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan 5. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat bermain 6. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan/dibuatnya 7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain 8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan
d. Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan 2. Berpamitan dengan pasien 3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 4. Mencuci tangan 5. Mencatat respon pasien serta keluarga dalam lembar catatan (lembar observasi) dan kesimpulan hasil bermain.
Topik
: Terapi bermain
Sub Topik
: Mewarnai gambar
Sasaran
: Anak Pra Sekolah (4-5 tahun)
Tempat
: Ruang stela lantai III RSU Sari Mutiara Medan
Waktu
: 30 menit
1.
TUJUAN 1. TU (Tujuan Umum) Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan
aktifitas
dan
kreatifitas
melalui
pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat 2. TK (Tujuan Khusus) Setelah diajak bermain selama 30 menit, anak diharapkan : a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah b. Kecemasan anak berkurang c. Dapat mewarnai gambar yang disukainya d. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat di ruang yang sama e. Kejenuhan selama dirawat di RS berkurang
2.
Perencanaan 1. Jenis Program Bermain Mewarnai gambar dengan pensil warna/spidol/pantel pada kertas gambar yang telah tersedia 2. Karakteristik bermain a. Melatih motorik halus b. Melatik kesabaran dan ketelitian 3. Karakteristik peserta a. Usia 4 – 5 tahun b. Jumalah peserta: 2 – 4 anak dan didampingi orang tua
c. Keadaan umum mulai membaik d. Klien dapat duduk e. Peserta kooperatif 4. Metode: Demontrasi 5. Alat-alat yang digunakan (Media) a. Kertas gambar yang siap diwarnai b. Alat untuk mewarnai gambar (Pensil warna/spidol) c. Benang d. Alat untuk melubangi kertas (Perforator)
3.
Strategi Pelaksanaan 1. Persiapan: 5 Menit a. Menyiapkan ruangan b. Menyiapkan alat c. Menyiapkan peserta 2. Pembukaan: 5 Menit a. Perkenalan dengan anak dan keluarga b. Anak yang akan bermain saling berkenalan c. Menjelaskan maksud dan tujuan 3. Kegiatan: 15 Menit a. Anak diminta untuk memilih gambar yang ingin diwarnai yang sudah tersedia b. Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai gambar dengan warna yang disukai c. Setelah selesai mewarnai gambar, anak dibantu untuk melubangi bagian atas kertas gambar d. Dipasang benang sepanjang ± 10 cm pada bagian atas yang dilubangi e. Gantungkan hasil mewarnai gambar di dekat tempat tidur anak 4. Penutup: 5 Menit Memberikan reward pada anak atas hasil karyanya
4.
Evaluasi Yang Diharapkan 1. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar yang diwarnai, kemudian digantung 2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik 3. Anak merasa senang 4. Anak tidak takut lagi dengan perawat 5. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai 6. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
Lampiran 5
OUTPUT SPSS Frequensi Table usia anak K Frequency Valid
Percent
4
14
5
12
Total
26
Valid Percent
53.8
Cumulative Percent
53.8
53.8
46.2
46.2
100.0
100.0
100.0
jenis kelamin k Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
laki-laki
14
53.8
53.8
53.8
perempuan
12
46.2
46.2
100.0
Total
26
100.0
100.0
NPar Tests Descriptive Statistics N kecemasan sebelum kecemasan sesudah
Mean 26 26
Std. Deviation
3.69 2.04
Minimum
.679 .599
Maximum 2 1
4 3
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N kecemasan sesudah - kecemasan Negative Ranks sebelum Positive Ranks
Mean Rank
Sum of Ranks
a
12.95
272.00
2b
2.00
4.00
21
c
Ties
3
Total
26
a. kecemasan sesudah < kecemasan sebelum b. kecemasan sesudah > kecemasan sebelum c. kecemasan sesudah = kecemasan sebelum Test Statisticsb kecemasan sesudah - kecemasan sebelum Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
-4.250a .000