46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi
ABSTRAK Pola asuh orang tua adalah interaksi antara orang tua kepada anaknya dalam hal mendidik dan memberikan contoh yang baik agar anak dapat kemampuan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Ada 4 jenis pola asuh orang tua yaitu : otoriter, demokrasi, permisif dan campuran. Berdasarkan fenomena di TK Kartika X-9 Cimahi beberapa orang tua tidak mengetahui cara penilaian perkembangan anak dengan menggunakan KPSP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia pra sekolah di TK Kartika X-9 Cimahi Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 37 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk orang tua dan formulir KPSP untuk anak usia 60-72 bulan. Analisa data terdiri dari analisa univariat (distribusi frekuensi) dan analisa bivariat (uji korelasi dengan α < 0,05). Hasil analisis univariat mengenai pola asuh orang tua sebagian besar orang tua (70,3%) menggunakan pola asuh demokratis. Hasil analisis univariat mengenai perkembangan anak diperoleh sebagian besar anak (70,3%) perkembangannya sesuai dengan tahap perkembangannya. Dari hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia pra sekolah dengan nilai p value = 0,013. Saran untuk pihak sekolah diharapkan agar guru melakukan penilaian perkembangan anak secara rutin setiap 6 bulan sekali dan memberikan informasi tentang stimulasi perkembangan anak sehingga kegiatan stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan secara terkoordinir dalam bentuk kemitraan antara guru dan orang tua. Kata Kunci
: pola asuh orang tua, perkembangan anak usia pra sekolah
47 A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya (DepKes RI, 2006). Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak sangat bergantung pada kasih sayang dan perhatian yang diberikan terhadap diri anak. Hal-hal yang dilakukan oleh lingkungan sekitar anak (keluarga dan masyarakat), akan menentukan kualitas pribadinya dan mewarnai kehidupannya di masa mendatang. Peran aktif orang tua adalah usaha langsung terhadap anak, dan peran lain yang penting adalah dalam menciptakan lingkungan (Suherman, 2000). Menurut Baumrind (dalam Papalia, Olds dan Feldman 2008) pola asuh orang tua dapat diidentifikasikan menjadi tiga, yaitu pola asuh otoritarian, autoritatif, dan permisif. Pola asuh otoritarian memandang penting kontrol dan kepatuhan tanpa syarat. Anak cenderung menjadi lebih tidak puas, menarik diri dan tidak percaya kepada orang lain. Sedangkan pola asuh autoritatif menghargai individualitas anak tetapi juga menekankan batasan sosial. Anak cenderung independen, terkontrol, asertif, eksploratoris dan berisi. Dan pola asuh permisif menghargai ekspresi diri dan regulasi diri. Anak pra sekolah cenderung menjadi tidak dewasa, sangat kurang kontrol diri dan kurang eksplorasi. Berdasarkan fenomena yang ada banyak anak yang ditinggalkan orangtuanya dirumah atau tempat penitipan anak tanpa orangtua menghiraukan perkembangan anak. Padahal pada usia 1- 5 tahun adalah perkembangan "golden age" dimana semua aspek perkembangan anak berkembang dengan pesat (Wahyuni, 2012, ¶ 2, http://utusanriau.com, diperoleh tanggal 22 Mei 2012).
Penelitian dalam 30 tahun terakhir menunjukan bahwa anak-anak dari orang tua yang otoritatif cenderung lebih mandiri, hubungan positif dengan sebayanya dan percaya diri. Sedangkan anak dari orang tua yang otoriter bisa menjadi pemalu, penuh
48 ketakutan dan cenderung sulit mandiri. Anak dengan orang tua yang permisif cenderung manja, sangat menuntut, kurang percaya diri dan mudah frustasi (Edwards, 2006). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharsono, Fitriyani & Upoyo (dalam Jurnal Keperawatan Soedirman, 2009), menunjukan ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi anak prasekolah.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti di 3 Taman Kanak – kanak (TK) Kartika di Cimahi, yaitu pada TK Kartika IX-14 dan TK Kartika XIX-12 didapatkan data bahwa guru- guru pada kedua TK tersebut telah memahami cara penilaian perkembangan
anak
dengan
menggunakan KPSP
(Kuesioner
Pra
Skrining
Perkembangan). Pengambilan data untuk studi pendahuluan dilakukan dengan wawancara dan observasi pada 10 orang tua dan siswa. Dari hasil wawancara dan observasi, didapatkan hasil bahwa ada 6 orang tua siswa
selalu mendengarkan
ketika anak bercerita. Ada 2 orang tua siswa memarahi anaknya tanpa memberikan penjelasan terhadap anaknya, orang tua pun membuat peraturan di rumahnya tanpa berdiskusi dengan anaknya. Hasil observasi dan wawancara terhadap guru-guru TK Kartika X-9 Cimahi masih ada siswa yang belum disiplin saat pelajaran akan dimulai, seperti masih ada yang keluar masuk kelas ketika pelajaran dimulai. Pada saat makan, ada 4 anak yang berusia 6 tahun masih belum mandiri misalnya saat mau membuka makanan atau air minumnya masih harus dibantu oleh orang tua atau guru. Dan ada 3 anak yang berusia 6 tahun masih belum bisa memakai pakaian sendiri, mengancingkan bajunya atau merapihkan seragamnya. Selain itu, pada saat menggambar masih ada 6 siswa yang berusia 6 tahun belum lengkap saat mendeskripsikan bagian tubuh manusia. Berdasarkan hasil studi pendahuluan ini peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia pra sekolah di TK Kartika X-9 Cimahi.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2008). Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif, merupakan suatu
49 metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Kerangka Konsep Penelitian Variabel independen
Variabel dependen
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Perkembangan
1. Pola Asuh
menurut KPSP
a. Otoriter
1. Sosialisasi
Keterangan : b. Demokratis
2. Motorik Kasar
c. Permisif
3. Motorik Halus
2. Lingkungan
Sesuai Meragukan Penyimpangan
4. Bicara dan
3. Nutrisi
Bahasa
4. Ekonomi
Sumber : Wong (2000 dalam Supartini 2004), Edwards (2006) dan DepKes RI (2006) Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho :
Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia pra sekolah di TK Kartika X-9 Cimahi tahun 2012.
Ha :
Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia pra sekolah di TK Kartika X-9 Cimahi tahun 2012.
50 C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua di TK
Kartika X-9
Cimahi Pola Asuh Orang Tua
Frekuensi
Persentase
Otoriter
6
16,2
Demokrasi
26
70,3
Permisif
5
13,5
Campuran
0
0
Total
37
100
Berdasarkan tabel diatas dari 37 responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden yaitu 26 orang tua (70,3%) menggunakan pola asuh demokrasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anjani (2006) yang menunjukan bahwa sebanyak 65,5% orang tua menerapkan pola asuh demokratis kepada anaknya. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharsono, Fitriyani & Upoyo (2009) menunjukan hasil bahwa dari 76 responden, sebanyak 34 orang tua (44,7%) memiliki pola asuh demokrasi. Hal ini menunjukan bahwa pola asuh demokrasi banyak digunakan oleh orang tua. Pola asuh demokrasi sangat memberi dampak positif pada perkembangan anak. Oleh sebab itu, orang tua harus menguasai komunikasi yang tepat dalam melakukan pendekatan agar proses pengasuhan dapat berjalan baik dan tidak mempengaruhi mental maupun perkembangannya. Banyak orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis. Hal ini disebabkan karena pada jaman sekarang pengetahuan orang tua tentang pola asuh sudah baik. Dilihat dari pendidikan orang tua di TK Kartika X-9 Cimahi sebagian besar pendidikan terakhirnya SMA selain itu juga orang tua sudah banyak mendapatkan pengetahuan dari media-media seperti acara di televisi, buku, majalah, dan internet. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Hurlock (2006) bahwa orang tua yang memiliki pendidikan tinggi cenderung menggunakan pola asuh demokratis dibandingkan pola asuh otoriter dan permisif. Kondisi ini dipengaruhi oleh pengalaman orang tua yang mengalami pola asuh demokratis sebelumnya, sehingga merekapun menggunakan pola asuh tersebut.
51 Selain itu, faktor jenis kelamin juga mempengaruhi pola pengasuhan pada anak. Data yang didapatkan sebagian besar orang tua yang menjadi responden yaitu berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu cukup berperan dalam proses pengasuhan anak. Ibu memiliki peran yang besar dalam proses pengasuhan, pendidikan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Ibu adalah sosok yang pertama kali berinteraksi dengan anaknya dari ibu mulai mengandung, melahirkan dan menyusui. Oleh karena itu diharapkan peran ibu untuk bisa memberikan pola pengasuhan yang benar kepada anak-anaknya agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Orang tua sangat berperan penting dalam kehidupan anak karena orang tua merupakan orang pertama dalam keluarga untuk mendidik, mengasuh, memberikan contoh yang baik agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Maka disini orang tua dituntut untuk memberikan pola asuh yang tepat untuk anaknya. Orangtua harus lebih banyak lagi belajar, membaca, mendengar, dan melihat hal-hal yang berkaitan dengan pola asuh orang tua. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kartika X-9 Cimahi Perkembangan Anak
Frekuensi
Persentase
Sesuai
26
70,3
Meragukan
11
29,7
Penyimpangan
0
0
Total
37
100
Berdasarkan tabel diatas dari 37 responden didapatkan hasil sebagian besar responden yaitu 26 anak (70,3%) perkembangannya sesuai dengan tahap perkembangannya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa
sebagian besar tingkat perkembangan anak sudah sesuai dengan tahap perkembangannya. Hal ini ditandai dengan sikap anak yang sudah terbiasa menggunakan pakaian sendiri, mampu membedakan warna, melempar bola tepat pada sasarannya dan melompat dengan menggunakan satu kaki secara bergantian. Ini berarti anak dapat melakukan tugas perkembangannya dengan baik dan anak berkembang sesuai dengan usianya. Sedangkan untuk perkembangan anak yang meragukan ditandai dengan anak tidak dapat menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh manusia dan anak tidak dapat menyebutkan bahan dasar pembuatan sendok dan sepatu.
52 Setiap individu berbeda dalam proses tumbuh kembangnya karena di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : faktor herediter, faktor lingkungan (lingkungan pranatal, pengaruh budaya lingkungan, status sosial dan ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga/latihan fisik, posisi anak dalam keluarga dapat mempengaruhi sikap orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak di lingkungan keluarga) dan faktor internal (kecerdasan, pengaruh hormonal dan pengaruh emosi) (Wong (2000) dalam Supartini, 2004). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyana dan Rini (2009) tentang perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia pra sekolah menunjukan bahwa perkembangan motorik kasar anak normal sebanyak 53 anak (76,8%). Dalam penelitian tersebut dijelaskan pula tentang perkembangan
motorik
halus
anak
perkembangan
motorik
yang
normal
yang
menunjukan
sebanyak
52
hasil anak
bahwa (75,4%).
Perkembangan motorik ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya stimulasi, lingkungan pengasuhan, status gizi dan budaya. Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
sebagian
besar
perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya stimulasi dan pola asuh orang tua.
Setiap anak adalah individu yang unik karena faktor bawaan dan
lingkungan yang berbeda, maka pencapaian kemampuan perkembangan anak juga berbeda. Jadi, orang tua khususnya ibu mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak.
2. Analisis Bivariat Tabel 4.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah di TK Kartika X-9 Cimahi Pola Asuh Orang Tua
Perkembangan Anak Usia Prasekolah Sesuai
Meragukan
Penyimpangan
Total
n
%
n
%
n
%
n
%
Otoriter
2
33,3
4
66,7
0
0
6
100
Demokrasi
22
84,6
4
15,4
0
0
26
100
Permisif
2
40
3
60
0
0
5
100
Campuran
0
0
0
0
0
0
0
0
Total
26
70,3
11
29,7
0
0
37
100
P value
0,013
53 Berdasarkan hasil analisa hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia pra sekolah, diperoleh hasil bahwa dari 26 orang tua menggunakan pola asuh demokrasi, sangat sedikit responden yaitu 4 anak (15,4%) perkembangannya meragukan dan hampir seluruh responden yaitu 22 anak (84,6 %) perkembangannya sesuai. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square antara variabel pola asuh dengan variabel pekembangan anak prasekolah diperoleh nilai P value = 0,013 berarti p ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Kartika X-9 Cimahi. Sikap orang tua demokrasi menunjukan sikap mempertimbangkan harapan dan pendapat anak secara bersama ketika membuat keputusan, memberikan penghargaan kepada anak atas sikapnya yang baik, menghargai prestasi anak disekolah, mengharapkan anaknya bersikap mandiri diusianya yang tepat, mendukung
sikapnya
yang
konstruktif
dan
bertanggung
jawab,
mengkomunikasikan peraturan secara jelas dan langsung sehingga orang tua yang menggunakan pola asuh seperti ini akan menghasilkan anak yang perkembangannya
sesuai
dengan
tahap
perkembangannya.
Sehingga
menjadikan anak lebih dapat mengerti dan memahami ketika dilakukan penilaian KPSP. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka (2004) mengatakan bahwa, apabila orang tua menerapkan pola asuh yang tepat maka akan mempengaruhi sosialisasinya, karena anak hidup dalam keluarga yang selalu mendukungnya dalam cinta kasih dengan pengasuhan yang tepat dan interaksi keluarga yang harmonis, sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Interaksi orang tua dan anak dalam mengasuh dan memberikan stimulasi kepada anak mempengaruhi perkembangan anak. Setiap tipe pola asuh mempunyai kekurangan dan kelebihan, sehingga tidak semua orang tua nyaman menerapkan pola asuh yang dianggap baik oleh orang lain, karena setiap orang tua mempunyai ciri pandang yang berbeda-beda dalam mengasuh anaknya.
54 D. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 37 responden dan pembahasan mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Kartika X-9 Cimahi, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Sebagian besar menggunakan pola asuh demokratis yaitu sebanyak 26 orang tua (70,3%) dan sangat sedikit orang tua menggunakan pola asuh otoriter yaitu sebanyak 6 orang tua (16,2%) dan permisif sebanyak 5 orang tua (13,5%). b. Sebagian besar perkembangannya sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu sebanyak 26 anak (70,3%) dan sebagian kecil perkembangannya meragukan yaitu sebanyak 11 anak (29,7%). c. Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p value = 0,013 (< α = 0,05) artinya terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia pra sekolah di TK Kartika X-9 Cimahi.
2. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Sekolah Diharapkan agar guru melakukan penilaian perkembangan secara rutin setiap 6 bulan sekali dan menambah pengetahuan orang tua dengan memberikan informasi tentang stimulasi perkembangan anak sehingga kegiatan stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan secara terkoordinir dalam bentuk kemitraan antara guru dan orang tua. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan memperhatikan variabel-variabel lain yang mempengaruhi perkembangan anak atau juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua.
55 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ariyani & Rini. (2009). Hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7 Semarang. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Semarang. 2(2). 11-20. DepKes RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Edward, C. D. (2006). Ketika anak sulit diatur. Bandung: Kaifa. Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Sri Wahyuni, 2012 tersedia di http://utusanriau.com/news/detail/3649/2012/02/02/-fakultas-keperawatan-urkembangkan-layanan-asuh-anak, 22 Mei 2012. ____________. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan edisi 5. Jakarta: Erlangga. ____________. (2006). Perkembangan anak jilid 2. Jakarta: Erlangga. Nursalam. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba Medika. ________. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Papalia, Olds, Feldman. (2009). Human development. Jakarta: Salemba Humanika. STIKes Achmad Yani. (2012). Pedoman Penulisan dan Petunjuk Karya Tulis Ilmiah atau Skripsi. Cimahi: STIKes Achmad Yani. Suharsono., Fitriyani & Upoyo. (2009). Hubungan pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah. Jurnal Keperawatan Soedirman. 4 (3). 112-118. Suherman. (2000). Buku saku perkembangan anak. Jakarta: EGC. Wong, D. L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC.