HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN BICARA ANAK USIA 4-5 TAHUN TK AL-FALAH MEMPAWAH
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH RESTIYANI F54008013
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2013
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN BICARA ANAK USIA 4-5 TAHUN TK AL-FALAH MEMPAWAH
Restiyani, Sri Lestari, Halida PG-PAUD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email:
[email protected]
Abstrack: This study titled Parenting Relationship with Childhood Speech Development 4-5 Years in Kindergarten Al-Falah Mempawah. Research objectives were to determine whether there is a relationship between the development of speech parenting children aged 4-5 years in Kindergarten AlFalah Mempawah. The research method was descriptive method of research studies to form relationships.. The results of the data analysis is widely used parenting parents is democratic, that is 75.03%. The observations speech development in children aged 4-5 years in Kindergarten Al-Falah Mempawah, were in the range is quite good with a percentage of 63.00%. From the results of the product moment correlation value = 0,784 indicates a strong relationship exists between the development of speech parenting children aged 4-5 years in kindergarten Al-Falah Mempawah. Abstrak: Penelitian ini berjudul Hubungan Pola Asuh dengan Perkembangan Bicara Anak Usia 4-5 Tahun TK Al-Falah Mempawah. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola asuh dengan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah. Metode penelitian adalah metode deskriftif dengan bentuk penelitian studi hubungan. Hasil penelitian dari analisis data pola asuh yang banyak digunakan orang tua adalah pola asuh demokratis, yaitu 75,03%. Hasil observasi perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah, berada pada rentang cukup baik dengan persentase 63,00%. Dari hasil korelasi product moment nilai = 0,784 menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara pola asuh dengan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah. Kata Kunci : Pola Asuh Orang Tua, Perkembangan Bicara Anak
P
endidikan tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan sekolah yang sekaligus merupakan lembaga pendidikan formal,, tetapi juga dapat dilakukan di lingkungan keluarga. Pendidikan dalam keluarga merupakan basis pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua atau keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil yang berfungsi memberikan pendidikan yang layak bagi anak, agar anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan dalam keluarga yang baik dan benar akan sangat berpengaruh pada perkembangan bicara anak. Kebutuhan dalam perkembangan bahasa anak yang diberikan melalui pola asuh orangtua, akan memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah sebagian dari orang-orang yang berada disekitarnya. Sehingga mengakibatkan anak menjadi pribadi yang sulit berkembang, khususnya di aspek perkembangan bicaranya. Faktanya ternyata masih ada orang tua yang mendidik anaknya dengan cara atau pola asuh yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Perkembangan bicara anak, khususnya pada anak kelompok usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah sebagian masih belum berkembang sepenuhnya sesuai dengan tahap perkembangannya. Pelafalan yang masih terbata-bata, kosakata yang masih kurang banyak dan sikap bicara atau tata krama yang kurang baik kepada lawan bicara. Masalah umum dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan pola asuh dengan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah. Masalah khususnya yang pertama adalah bagaimanakah pola asuh orang tua TK Al-Falah Mempawah. Kedua bagaimanakah perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah. Dan yang ketika adalah bagaimanakah hubungan antara pola asuh dengan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah. Untuk pola asuh lebih dikhususkan kepada pola asuh demokratis, otoriter dan permisif. Sedangkan untuk perkembangan bicara dikhususkan pada aspek kebahasaan yang meliputi ketepatan ucapan (pelafalan), penekanan atau penempatan nada dan durasi yang sesuai, pemilihan kata, ketepatan sasaran pembicaraan (tata krama). Berdasarkan teori dari Baumrind (dalam Meliana 2012:9) ada 3 pola asuh yang dapat diterapkan. Yang pertama demokratis yaitu pola asuh yang memberi dukungan tinggi dan mempunyai ekpektasi yang tinggi kepada anak. Mereka membantu anak untuk belajar bertanggung jawab dan memikirkan konsekuensi dari perbuatannya. Lebih penting lagi, orang tua demokratis akan memonitor perilaku anak untuk memastikan bahwa anak mengikuti aturan dan harapan orang tuanya. Orang tua demokratis juga memberikan pilihan pada anak. Kedua, otoriter, yaitu pola asuh yang mempunyai gaya otoriter cenderung memberi dukungan rendah, tetapi mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap anak. Orangtua seperti ini selalu berusaha mengontrol dan memaksakan kehendaknya pada anak. Dan yang ketika adalah permisif yaitu pola asuh yang cenderung memberi dukungan tinggi, tetapi mempunyai ekspektasi yang rendah terhadap anak. Orangtua permisif menyerahkan kontrol sepenuhnya pada anak. Kalau pun mereka menetapkan aturan, biasanya tidak diterapkan secara konsisten orang tua tidak menciptakan batasan, disiplin, atau tuntutan perilaku anak. Pada
perkembangan bicara, menurut Dhinie (2005:3.5) aspek kebahasaan terdiri dari ketepatan ucapan (pelafalan), penekanan atau penempatan nada dan durasi yang sesuai, pemilihan kata, ketepatan sasaran pembicaraan (tata krama). Yang mana Slavin (2011:90) mengatakan bahwa perkembangan bahasa lisan atau bicara sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kuantitas pembicaraan yang dilakukan orang tua dengan anak-anak mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola asuh dengan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah. Secara khusus tujuan penelitian adalah (1) Mendeskripsikan pola asuh yang digunakan orang tua anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah, (2) Mendeskripsikan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah, (3) Mendeskripsikan hubungan pola asuh dengan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah. Menurut Ormrod (2008:94) pola asuh adalah pola perilaku umum yang digunakan orang tua dalam mengasuh anaknya. Baumrind (dalam Meliana, 2012:9) mengemukakan tiga tipe pola asuh orangtua yaitu (1) Otoriter, adalah orangtua yang mempunyai gaya otoriter cenderung memberi dukungan rendah, tetapi mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap anak. Orangtua seperti ini selalu berusaha mengontrol dan memaksakan kehendaknya pada anak. Standar perilaku pada orangtua yang otoriter biasanya kaku dan cenderung suka mengkritik anak jika tidak patuh. Orangtua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginan orangtua. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orangtua yang telah membesarkannya. (2) Permisif, adalah orangtua dengan gaya permisif cenderung memberi dukungan tinggi, tetapi mempunyai ekspektasi yang rendah terhadap anak. Orangtua permisif menyerahkan kontrol sepenuhnya pada anak. Kalau pun mereka menetapkan aturan, biasanya tidak diterapkan secara konsisten orang tua tidak menciptakan batasan, disiplin, atau tuntutan perilaku anak. Mereka tetap hangat pada anak yang nakal sekalipun. Orang tua permisif memberikan pilhan sebanyak mungkin pada anak, bahkan ketika anak jelas-jelas tidak mampu membuat pilihan yang bertanggug jawab. Mereka menerima saja perilaku baik atau buruk dan tidak berkomentar tentang perilaku tersebut. Mungkin, mereka merasa tidak mampu untuk mengubah perilaku anak atau mereka memilih untuk tidak terlibat dan menghindari pertentangan. (3) Demokratis, adalah orangtua yang mempunyai gaya demokratis memberi dukungan tinggi dan mempunyai ekpektasi yang tinggi kepada anak. Mereka membantu anak untuk belajar bertanggung jawab dan memikirkan konsekuensi dari perbuatannya. Lebih penting lagi, orang tua demokratis akan memonitor perilaku anak untuk memastikan bahwa anak mengikuti aturan dan harapan orang tuanya. Orang tua demokratis juga memberikan pilihan pada anak. Hal semacam ini akan melatih anak untuk tugas membantu keluarga. Tarigan (dalam Suhartono, 2005:20) mengatakan bahwa bicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sedangkan menurut Hariyadi dan Zamzani (dalam Suhartono, 2005:20)
berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Hurlock, (2004:112) mengatakan bahwa, pada awal masa kanak-kanak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yang pertama adalah belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak-anak yang lebih mudah berkomunikasi dengan teman sebaya akan lebih mudah mengadakan kontak sosial dan lebih mudah diterima sebagai anggota kelompok daripada anak yang kemampuan berkomunikasinya terbatas. Kedua, belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Anak-anak yang tidak dapat mengemukkan keinginan dan kebutuhannya, atau yang tidak dapat berusaha agar dimengerti orang lain cenderung diperlukan sebagai bayi dan tidak berhasil memperoleh kemandirian yang diinginkan. Menurut Dhinie (2005:3.5) ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yaitu aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Pada aspek kebahasaan, meliputi: (1) ketepatan ucapan (pelafalan), (2) penekanan atau penempatan nada dan durasi yang sesuai, (3) pemilihan kata, (4) ketepatan sasaran pembicaraan (tata krama). Sedangkan aspek non kebahasaan meliputi: (1) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, (2) mimik wajah yang tepat, (3) kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain, kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara, relevansi, (4) penalaran, dan penguasaan terhadap topik. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009, adapun tahap perkembangan bahasa dan bicara anak usia 4-5 tahun sebagai berikut : (1) Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya), (2) Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan, (3) Memahami cerita yang dibacakan, (4) Mengenal pembendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb), (5) Mengulang kalimat sederhana, (6) Menjawab pertanyaan sederhana, (7) Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, pemberani, baik, jelek, dsb), (8) Menyebutkan kata-kata yang dikenal, (9) Mengutarakan pendapat kepada orang lain, (10) Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, (11) Menceritakan kembali cerita atau dongeng yang pernah di dengar. METODE Metode yang digunakan adalah metode deskriftif, yaitu metode suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2007:63). Bentuk penelitian menurut Hadari Nawawi (2007:68) dalam metode deskriptif ada 3 yaitu: (1) Studi Survei (survey studies), (2) Studi Hubungan (interrelationship studies), (3) Studi Perkembangan (development studies) Bentuk dalam penelitian ini adalah studi hubungan karena penelitian ini untuk mengungkapkan hubungan antara dua variabel. Sedangkan cara yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu studi korelasi. Studi korelasi adalah
bermaksud mengungkapkan bentuk hubungan timbal balik antar variabel yang diselidiki (Nawawi, 2007:80). Dalam penelitian ini yang ingin diteliti adalah hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), yaitu hubungan antara pola asuh orang tua dan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah Hilir. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2011:80). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 45 orang, dan sampel yang digunakan adalah sampel total yaitu menurut Arikunto (2002:112) mengatakan bahwa “Apabila kurang dari seratus (100) lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian popuasi. Selanjutnya apabila objek atau subjeknya lebih dari seratus (100) dapat diambil 10%-15%, atau 20%-25% atau lebih”. Dan sampel adalah seluruh populasi sebanyak 45 orang. Teknik pengumpulan data dengan 4 cara, yaitu pertama teknik komunikasi langsung dengan alat pengumpul datanya adalah wawancara yang ditujukan kepada guru kelas anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah. Yang kedua teknik observasi langsung dengan alat pengumpul data lembar observasi yang ditujukan untuk anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah. Yang ketiga teknik komunikasi tidak langsung dengan alat pengumpul data berupa angket yang ditujukan kepada orang tua anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah. Yang keempat teknik studi documenter dengan alat pengumpul data berupa arsip atau catatan-catatan. Analisis data yang digunakan adalah, untuk menjawab sub masalah 1 dan 2 digunakan perhitungan persentase, sedangkan untuk menjawab sub masalah 3 digunakan rumus product moment, dengan rumus:
= Untuk angket dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Uji validitas sering digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuisioner atau skala. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas item. Pengujian menggunakan uji 2 sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut : (1) Jika ≥ (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid), (2) Jika < (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Dalam pengujian biasanya menggunakan batasan tertentu seperti 0,6. Menurut Sekaran (dalam Priyatno, 2010:98) reabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil pengumpulan angket tentang pola asuh orang tua anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah, didapatlah bahwa pola asuh yang
banyak diterapkan oleh orang tua anak adalah pola asuh demokratis, yaitu pola asuh yang memberi dukungan tinggi dan mempunyai ekpektasi yang tinggi kepada anak serta memonitor dan membimbing segala perilaku anak persentase sebesar 75,03%. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket pola asuh orang tua anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah. Berikut peneliti sajikan rekapitulasi hasil angket pola asuh orang tua sebanyak 45 responden : Demokratis 1013 75,03%
Jumlah Pilihan Jawaban Otoriter Permisif 165 172 12,22% 12,74%
Total 1350 100%
Persentase hasil observasi peneliti tentang perkembangan bicara anak, khususnya tentang aspek kebahasaan yang meliputi ketepatan ucapan (pelafalan), penekanan atau penempatan nada dan durasi yang sesuai, pemilihan kata, ketepatan sasaran pembicaraan (tata krama) adalah sebesar 63,00%. Berikut disajikan hasil observasi perkembangan anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah: Skor Total Hasil Skor Total % Observasi Anak 63,00% Ʃ 1361 Ʃ 2160
Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan pola asuh dengan perkembangan bicara, dialkukan dengan menggunakan korelasi product moment. Dalam hal ini dibantu dengan menggunakan program SPSS, didapatlah nilai korelasi (r) sebagai berikut: Correlations pola asuh orangtua Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N perkembangan bicara Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). pola asuh orangtua
perkembanga n bicara 1 .784** .000 45 45 .784** 1 .000 45 45
Dari analisis korelasi sederhana, didapat = 0,784. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang kuat antara pola asuh dengan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah karena berada pada rentang 0,600,799. Apabila pola asuh yang digunakan baik dan sesuai dengan kebutuhan anak, maka akan diikuti dengan perkembangan bicara yang baik pula. Namun sebaliknya, bila pola asuh yang digunakan kurang baik dan tidak sesuai dengan kebutuhan anak, maka akan diikuti dengan perkembangan bicara yang kurang baik pula.
PEMBAHASAN Dari hasil observasi yang dilakukan mengenai perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah Hilir yang meliputi aspek kebahasaan, didapatlah bahwa perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah Hilir adalah berkembangan cukup baik. Yaitu meliputi ketepatan ucapan (pelafalan) sebagian besar sudah berkembang sesuai harapan, penekanan nada dan durasi sesuai berkembang cukup baik, pada pemilihan kata sebagian anak sudah berkembang sesuai harapan dan pada ketepatan sasaran pembicaraan (tata krama) anak sudah berkembang cukup baik. Anak kelompok usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah Hilir dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A1 dan kelompok A2. Kelompok A1 A1 berjumlah 17 orang dan kelompok A2 berjumlah 28 orang, dan jumlah keseluruhan anak ada 45 orang. Kelompok A1 jumlah gurunya ada 2 orang, sedangkan yang A2 ada 3 orang guru. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelompok anak usia 4-5 tahun, perkembangan bicara dikelompok usia 4-5 tahun dilihat secara umum berkembang cukup baik. Walaupun memang masih ada sebagian anak yang perkembangan bicara terganggu. Misalnya pelafalan yang tidak jelas, terbata-bata dalam berbicara dan ada juga yang ketika berbicara, kata-kata anak susah dipahami sehingga anak menggunakan isyarat sambil berbicara barulah guru mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Menurut guru, tahapan perkembangan bicara anak dikelompok usia 4-5 tahun sudah sesuai dengan tahapannya, tapi ada juga yang belum, bahakan ada juga yang sudah melebihi dari tahap perkembangan bicaranya. Berdasarkan analisa hipotesis yang dilakukan oleh peneliti, menyimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat hubungan yang positif antara pola asuh orang tua dengan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah Hilir. Yang menunjukkan bahwa, apabila pola asuh yang diterapkan baik dan sesuai kebutuhan anak, maka akan diikuti perkembangan bicara anak yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, bila pola asuh yang diterapkan kurang baik dan tidak sesuai dengan kebutuhan anak, maka akan diikuti dengan perkembangan bicara anak yang kurang baik pula. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan anlisis data yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh dengan perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun TK Al-Falah Mempawah. Secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut, yang pertama pola asuh yang diterapkan oleh orang tua anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah adalah sebagian besar pola asuh demokratis, diikuti oleh pola asuh permisif dan otoriter. Ini dihasilkan dari total responden orang tua anak yang berjumlah 45 orang. Kedua, perkembangan bicara anak usia 4-5 tahun di TK Al-Falah Mempawah berada pada rentang cukup baik dari tahap perkembangan bicara anak, khususnya
aspek kebahasaan anak. Ini dilihat bahwa pada aspek kebahasaan bahwa anak dalam ketepatan ucapan (pelafalan) sebagian besar sudah berkembang sesuai harapan, penekanan nada dan durasi sesuai berkembang cukup baik, pada pemilihan kata sebagian anak sudah berkembang sesuai harapan dan pada ketepatan sasaran pembicaraan (tata krama) anak sudah berkembang cukup baik. Dan yang ketiga, terdapat hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan perkembangan bicara anak. Apabila pola asuh yang digunakan baik maka akan diikuti dengan perkembangan bicara yang baik. Begitu pula sebaliknya, apabila pola asuh yang digunakan kurang baik atau tidak sesuai dengan kebutuhan anak, maka akan diikuti dengan perkembangan bicara anak yang kurang baik pula. Saran Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian antara lain : (1) Orang tua hendaknya dapat menerapkan pola asuh yang sesuai dengan kebutuhan anak, sehingga perkembangan bicara yang ada pada anak dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. (2) Orang tua juga hendaknya dapat memfasilitasi apa yang dapat membantu anak dalam mencapai tugas dalam tahap perkembangan bicara anak. Dan dapat mengawasi dan peka terhadap perkembangan bicara anak dari tahap ke tahap, agar apabila terjadi gangguan dapat diatasi dengan segera. (3) Guru disekolah hendaknya dapat memberikan rangsangan atau stimulus yang sesuai dan tepat dalam membantu anak mengembangkan perkembangan bicaranya disekolah. DAFTAR RUJUKAN Dhinie, Nurbiana. 2005. Mengembangkan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak. Hurlock, Elizabeth. 2010. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. ................................ 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Meliala, Andyda. 2012. Successful Parenting. Bogor: By.PASS. Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosisal. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabetha. Suhartono, 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Slavin, Robert E, diterjemahkan oleh Marianto Samosir. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Indeks. Undang-undang RI No. 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. .