HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP EKSPRESI EMOSI ANAK USIA 5-6 TAHUN
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH
NURILA F54008022
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP EKSPRESI EMOSI ANAK USIA 5-6 TAHUN Nurila, Masluyah Suib, dan Desni Yuniarni PG.PAUD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email:
[email protected] Abstract: Research ofthe relationship ofparenting styles tothe emotion
expression of 5-6 Years old children in TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatanaim todescribes is theresignificant relationship between parenting styles tothe emotionexpression of 5-6 years old children in TK Islam AlKautsar Pontianak Selatan. The method used was quantitative descriptive. The form ofthe quantitative descriptive method used was relationship study ( interrelationship studies). From the analysis of product momentcorrelation, Found that r= 0.294. itshowed thatthere was small relationship between parenting styles with the expression of children emotion because be at 0.20-0.399 space. From the calculation of t-test found that t-value was 2.571 then it was confirmed by t-table 1.989.so t-value > t-table it meansthat the coefficient correlation wassignificant. So, can be conclude that there was significant relationship between parenting styles to expression of children emotion. Abstrak: Penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Ekspresi emosi Anak Usia 5-6 Tahun di TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatan bertujuan untuk mendeskripsikan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pola Asuh orang tua terhadap ekspresi emosi anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Bentuk metode deskriptif kuantitatif yang digunakan adalah studi hubungan (interrelationship studies). Dari analisis korelasi product moment, didapat r= 0,294. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yangrendah antara pola asuh orang tua dengan ekspresi emosi anak karena berada pada rentang 0,20-0,399.Dari perhitungan uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 2,571 selanjutnya dikonfirmasi dengan t table sebesar 1,989, dengan demikian t hitung > t table berarti koefisien korelasi signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua terhadap ekspresi emosi anak. Kata kunci: Pola Asuh Orang Tua, Ekspresi Emosi Anak
K
eluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak.Menurut Andyda Meliala (2012: 9) ada 4 macam pola asuh orang tua terdiri dari :Pola asuh Otoriter,Pola asuh Permisif, Pola asuh penelantar, dan Pola asuh Demokratis. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan
kepribadian sangatlah besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak termasuk perkembangan ekspresi emosi anak. Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2004: 1.11)“menyatakan jenis-jenis emosi yaitu gembira atau senang, marah, takut dan sedih”. Selanjutnya dari keempat jenis emosi tersebut maka dapat diklasifikasikan rentang emosi dengan berbagai macam klasifikasi, namun dari bermacam-macam klasifikasi tersebut dapat dilihat sebagai sesuatu yang positif dan negatif. Contoh emosi positif adalah antusiasme, rasa senang, dan cinta. Sedangkan contoh emosi yang negatif adalah cemas, marah, rasa bersalah, dan rasa sedih.Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatan ditemukan 4 anak yang belum tepat dalam mengungkapkan emosinya atau terlalu berlebihan seperti ketika seorang anak merasa senang, ia menggigit temannya atau terkadang gurunya. Anak juga tidak bisa mengontrol emosinya, seperti ketika ia berkelahi dengan temannya, Ia memukul bahkan menampar wajah temannya disertai dengan kata-kata yang belum pantas untuk diucapkan oleh anak seusianya.Mencermati kenyataan tersebut diatas, bahwa dari latar belakang keluarga yang berbeda akan membentuk pola asuh orang tua yang berbeda-beda pula dan diprediksikan dari pola asuh orang tua yang berbeda-beda itu mempengaruhi perkembanganemosi anak. Secara kenyataan di TK Islam AlKautsar Pontianak Selatan belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap ekspresi emosi anak. Hal tersebutlah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap ekspresi emosi anak di TK tersebut, dan akhirnya penulis merumuskan kedalam penelitian yang berjudul: Hubungan pola asuh orang tua terhadap ekspresi emosi anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatan. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap ekspresi emosi anak usia 5-6 tahun di TK Islam AlKautsar Pontianak Selatan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :(1) Pola asuh orang tua anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar pontianakSelatan. (2)Ekspresi emosi anak usia5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatan.(3) Hubungan pola asuh orang tua terhadap ekspresi emosi anak usia5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatan. Orangtua mempunyai peranan penting dalam mengasuh, membimbing dan mendidik anak. Pentingnya peranan orangtua dalam kehidupan anak menyebabkan dibutuhkannya pola asuh orangtua. Berikut Hidayat (2003: 27) menyatakan bahwa : “pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang digunakan orangtua untuk berhubungan dengan anak-anak”. Kathleen McCartney dan Deborah Philips (2006: 498) menyatakan: The literature on parent-teacher or parent-school relationships provides a window on the dynamic nature of the transition to kingdegarten. In theory and in practice, parent involvement with schooling forms the foundation for the home-school relationship and contributes to children’s, attitudes, and aspirations, even beyond the effects of family socio-economic status and student ability.
Dari pendapat diatas dikatakan bahwa pola asuh orangtua adalah pola perilaku atau cara-cara yang biasa diterapkan oleh orangtua dalam membimbing anak-anaknya pada suatu keluarga yang biasanya didasari atas faktor-faktor atau sifat-sifat dominan yang melekat pada orangtua. Andyda Meliala (2012: 9-13) mengatakan pola asuh orangtua, ada 4 macam yaitu : (a) Otoriter yaitu Orangtua mempunyai pola asuh otoriter selalu berusaha mengontrol dan memaksakan kehendaknya pada anak. Mereka memiliki disiplin yang kaku dan biasanya dilakukan tanpa ekspresi kehangatan dna kasih sayang. (b) Permisif yaitu Orangtua yang menyerahkan kontrol sepenuhnya pada anak. Sangat sedikit atau hampir tidak ada aturan yang diterapkan dirumah. Kalau pun mereka menetapkan aturan, biasanya tidak diterapkan secara konsisten. Orangtua tidak menciptakan batasan, disiplin, atau tuntutan bagi perilaku anak. Mereka cenderung menerima anak apa adanya dan tetap hangat pada anak yang nakal sekali pun. (c) penelantaryaitu Orangtua yang memiliki tipe pengasuhan ini cenderung mangbaikan perasaan anak. Mereka tidak berusaha menyelesaikan masalah pada anak dan percaya saja bahwa masalah yang datang akan pergi dengan sendirinnya. Orangtua cuek lebih mengkhawatirkan cara mengakhiri emosi dari pada memahami emosi tersebut. Mereka cenderung mengecilkan masalah dan mengabaikannya sehingga bisa dilupakan. (d) Demokratis yaitu didalam pola asuh demokratis ini, orang tua membantu anak untuk belajar bertanggung jawab dan memikirkan konsekuensi dari perbuatannya. Orangtua juga mengambil waktu untuk menerangkan alasan tuntutan mereka. Pola asuh ini dilakukan tidak dengan kekerasan melainkan dengan penuh kehangatan dan kasih sayang serta memberikan pilihan pada anak. Sejalan dengan pendapat diatas, Maimunah Hasan (2011: 26-28) menyatakan 4 tipe pola asuh yaitu: Tipe Autoritatif, Tipe Otoriter, Tipe Penyabar, dan Tipe Penelantar. Berikut dikatakan pula oleh E. Mavis Hetherington dkk (2006: 464) bahwa bentuk pola asuh orang tua adalah: “The four parenting styles is authoritative, authoritarian, permissive and uninvolved are compossed of different combinations of the warmresponsive/rejecting-unresponsive and the restrictive-demanding/permissiveundemanding dimensions that we’ve discussed”. Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2004: 1.5) mengungkapkan ekspresi yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang dapat diamati seperti pada wajah, tubuh, suara atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologis. Jadi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ungkapan perasaan seseorang yang dapat dilihat dari cara berkata, bernyannyi dan bergerak. Menurut Sarlito W. Sarwono (2010: 125) secara etimologi Emosi berasal dari kata latin emovere, yang terdiri dari kata-kata e- (variant atau ex-), artinya ‘keluar’ dan movere artinya ‘bergerak’. Dengan demikian secara etimologi emosi berarti “bergerak keluar”. Ali Nugraha dan Yeni Rahmawati (2004: 1.3) menyatakan emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Carol S. Lidz (2003: 156) menyatakan: “Emotions are at the threshold between the individual and the enviroment and appear to function as a next step following a rousal that alerts the person to the occurrence of an event. Emotional energize the individual’s attempts to
cope with both internal and external stimulation that is some times pleasurable and some times stressfull”. Selanjutnya Alex Sobur (2003: 399) menungkapkan emosi adalah “kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”. Jadi yang dimaksud ekspresi emosi adalah ungkapan perasaan seseorang ketika merasa senang, sedih, takut, dan marah dengan cara berkata, bernyanyi dan bergerak. Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2004: 1.9) menyatakan jenis-jenis emosi sebagai berikut: (1) Gembira atau senang, Pada umumnya perasaan gembira atau senang diekspresikan dengan tersenyum atau tertawa. Dengan perasaan menyenangkan, seseorang dapat merasakan cinta dan kepercayaan diri. (2) Marah, Emosi marah terjadi pada saat individu merasa dihambat, frustasi karena tidak mencapai yang diinginkan, dicerca orang, diganggu atau dihadapkan pada suatu tuntutan yang berlawanan dengan keinginannya. Ekspresi wajah tatkala marah yang ditandai dengan dahi berkerut, tatapan tajam pada objek pencetus kemarahan, membesarnya cuping hidung, bibir ditarik ke belakang, memperlihatkan gigi yang mencengkram, dan sering kali ada rona merah dikulit. (3) Takut, Perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukkan adanya bahaya. Perasaan takut ditandai oleh perubahan fisiologis seperti mata melebar, berhati-hati, berhenti bergerak, badan gemetar, menangis, bersembunyi, melarikan diri, atau berlindung dibelakang punggung orang lain. (4) Sedih, Dalam kehidupan individu akan merasa sedih pada saat ia berpisah dari yang lain, terutama berpisah dengan orang-orang yang dicintainya. Ekspresi kesedihan seseorang biasanya ditandai dengan alis dan kening mengkerut keatas dan mendalam, kelopak mata ditarik keatas, ujung mulut ditarik kebawah, serta dagu diangkat pada pusat bibir bagian bawah. Selanjutnya Alex Sobur (2003: 410) menyatakan 3 respons emosi yang terdapat pada anak-anak, yaitu takut, marah dan cinta. Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2004: 2.3) menyatakan reaksi emosi pada anak adalah sebagai berikut: (1)Reaksi Emosi Anak Sangat Kuat, (2) Reaksi Emosi Sering Kali Muncul Pada Setiap Peristiwa Dengan Cara Yang Diinginkannya, (3) Reaksi Emosi Anak Mudah Berubah dari Satu Kondisi ke Kondisi Lainnya, (4) Reaksi Emosi Bersifat Individual, (5) Keadaan Emosi Anak dapat Dikenali Melalui Gejala Tingkah Laku yang Ditampilkan. Adapun beberapa bentuk rekasi umum terjadi pada awal masa kanak-kanak sebagaimana yang dikemukakan oleh Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2004: 2.5) adalah berikut ini: (a) Amarah, Marah sering kali muncul sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati, dan merasa terancam. Pada umumnya, frustasi atau keinginan yang tidak terpenuhi merupakan hal yang paling sering menimbulkan kemarahan pada tiap tingkat usia. (b) Takut, Reaksi takut pada bayi dan anak-anak berupa rasa tak berdaya. Hal ini tampak pada ekspresi wajah yang khas, tangisan yang merupakan permintaan tolong, mereka menyembunyikan muka dan sejauh mungkin menghindari objek atau orang yang ditakuti atau bersembunyi dibelakang orang atau kursi. (c) Cemburu adalah reaksi normal terhadap hilangnya kasih sayang, baik kehilangan secara nyata terjadi maupun yang hanya sekedar dugaan. Cemburu adalah bentuk lain dari marah yang menimbulkan rasa
kesal atau benci terhadap orang yang disayang maupun saingannya. (d) Ingin Tahu, Rasa ingin tahu yang besar merupakan perilaku khas anak prasekolah. Rasa ingin tahu melibatkan emosi kegembiraan dalam diri anak, terutama jika mereka dihadapkan pada aktivitas atau benda-benda yang baru. (e) Iri Hati muncul pada saat anak merasa tidak memperoleh perhatian yang diharapkan sebagaimana yang diperoleh teman atau kakaknya. (f) Senang/Gembiraadalah emosi yang menyenangkan. Rasa senang atau gembira adlah reaksi emosi yang ditimbulkan bila anak mendapatkan apa yang diinginkan, kondisi yang sesuai dengan harapannya. (g) Sedih, Perasaan sedih merupakan emosi negatif yang kemunculannya didorong oleh perasaan kehilangan atau ditinggalkan terutama oleh orang yang disayangi. Perasaan sedih juga muncul karena anak merasa kecewa atas kegagalan atau ketidakberhasilan yang menimpanya. (h) Kasih Sayang merupakan emosi positif yang sangat penting keberadaannya, ia menjadi dasar berbagai macam perilaku emosi dan kepribadian yang sehat, kekurangan kasih sayang pada awal masa kanak-kanak dapat berdampak buruk terhadap pembentukan kepribadiannya di masa depan. Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2004: 4.5) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak yaitu: (1) Keadaan didalam diri individu. Keadaan diri individu, seperti usia, keadaan fisik, inteligensi, peran seks dapat mempengaruhi perkembangan emosi individu. Hal yang cukup menonjol terutama berupa cacat tubuh atau apapun yang dianggap oleh diri anak sebagai suatu kekurangan pada dirinya dan akan sangat mempengaruhi emosinya. (2) Konflik-konflik dalam proses perkembangan. Di dalam menjalani fase-fase perkembangan, tiap anak harus melalui beberapa macam konflik yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses, tetapi ada juga anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam menghadapi konflik-konflik ini. Anak yang tidak dapat mengatasi konflik-konflik tersebut biasanya mengalami gangguan-gangguan emosi. (3) Sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan. Anak-anak hidup dalam 3 macam lingkungan yang akan mempengaruhi perkembangan emosi dan kepribadiaannya. Adapun 3 macam lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekitar (Daerah yang terlalu padat, daerah yang memiliki angka kejahatan tinggi, kurangnya fasilitas rekreasi, tidak adanya aktivita-aktivitas yang diorganisasi dengan baik untuk anak), dan lingkungan sekolah (hubungan yang kurang harmonis antara guru dangan anak, dan hubungan yang kurang harmonis dengan teman-temannya). METODE metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif menurut Hadari Nawawi (2007: 67) menyatakan bahwa :”prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adannya”.Menurut Hadari Nawawi (2007: 68), bentuk-bentuk pokok dari metode deskriptif digolongkan menjadi tiga bentuk penelitian yaitu : (1) Survei (survey studies), (2) Studi Hubungan (Interrelationship studies), (3) Studi Perkembangan (developmental studies).
Dari ketiga bentuk penelitian tersebut, penulis menggunakan bentuk yang kedua, yaitu studi hubungan (interrelationship studies), karena dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkapkan fakta-fakta yang harus dihubungkan satu dengan yang lainnya, agar suatu kondisi atau peristiwa dapat dipahami secara baik. Menurut Hadari Nawawi (2007 : 150), populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhtumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.Pengambilan sampel dari populasi ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 134) yang menyatakan bahwa “apabila populasi kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti mengambil sampel sebanyak 82orang tua anakusia 5-6 tahun adapun karakteristik pengambilan sampel yaitu sebagai berikut:Orang tua (ayah dan ibu) kandung anak dan Orang tua yang mengasuh dan mendidik anak dari lahir sampai sekarang. Untuk mempermudah mendapatkan data yang diperlukan untuk membahas penelitian yang dilakukan, maka penulis menggunakan alat pengumpul data yang sesuai dengan teknik pengumpul data yang digunakan. Berdasarkan teknik pengumpul data diatas, maka alat pengumpul data yang digunakan sebagai berikut: (1) Daftar Chek (chek list) adalah daftar yang dibuat untuk mencatat gejala-gajala yang muncul pada saat dilakukan pengamatan dengan memberikan tanda check (silang atau lingkaran dan sebagainya). Daftar chek ini dibuat untuk mencatat hasil observasi kepada anak yang dilakukan oleh peneliti. (2) Angket adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dilengkapi oleh responden. Dalam hal ini angket berupa pernyataan akan disebarkan kepada orang tua anak usia 5-6 tahun. Selanjutnya dilakukan uji validitas dan realibilitas agar angket dapat digunakan untuk seterusnya. Uji validitas/tingkat ketetapan adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk memngungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak di ungkapkannya (Hadari Nawawi, 2007: 145). Menurut Duwi Prayitno (2010: 90) Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin di ukur. validitas isi ini terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap isi butir instrument.Duwi Prayitno (2010: 97) menyatakan uji realibilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Untuk mengukur tingkat realibilitas instrument dilakukan dengan metode konsistensi yaitu koefisien alpha atau lebih dikenal dengan sebutan cronbach alpha. Untuk mencari kesimpulan data yang dikumpulkan, maka diperlukan analisis data. Adapun analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut: (a) Untuk menjawab submasalah 1 dan 2 digunakan teknik analisis data persentase (%). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 235) rumus persentase sebagai berikut: X% = 100%
Untuk menentukan bagaimana pola asuh orang tua dan perkembangan ekspresi emosi anak di Tk Islam Al-kautsar, maka pada table 1 berikut yang menjadi tolok ukurnya. Tabel 1Tolok Ukur Kategori Persentase Persentase (%) kategori 75,01-100,00 Sangat Baik 50,01-75,00 Baik 25,01-50,00 Cukup Baik 00,00-25,00 Kurang Baik Sumber: Ahmad Rohani, 2004: 176 (b) Untuk menjawab submasalah 3 atau untuk mencari hubungan variabel yang diteliti digunakan teknik berikutnya korelasi product moment. Rumus korelasi product moment menurut Suharsimi Arikunto (2006: 274), adalah sebagai berikut:
r
∑
∑
(∑ )
(∑ )(∑ ) ∑
(∑ )
Kemudian untuk mencari pengujian hipotesis digunakan perhitungan derajat kebebasan (dk). Rumus (dk), menurut Sugiyono (2010: 257), adalah sebagai berikut: t=
√ √
Hasil perhitungan statistik t tes (uji t) akan dijadikan dasar untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dengan ketentuan apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t pada tabel dengan kepercayaan 95% atau α = 0,05, maka hipotesis nol (Ho) ditolak, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima, sedangkan apabila t hitung lebih kecil dari tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Pelaksanaan analisis data yang peneliti kerjakan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistical Package and Service Solution) versi 18.0. HASIL Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap ekspresi emosi anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatan. Penelitian ini dilakukan pada orangtua anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatan dengan jumlah 82 orang. Berdasarkan populasi tersebut, diperoleh data hasil jawaban angket. Hasil persentase pola asuh orang tua dan ekspresi emosi anak Berdasarkan analisis melalui perhitungan persentase masing-masing alternatif jawaban responden yaitu selalu (S), sering (SR), kadang-kadang (KK) dan tidak pernah (TP) diperoleh dari skor total masing-masing alternatif jawaban dibagi
skor total pernyataan dikali 100%. Maka diperoleh selalu (S) sebesar 26,22%, sering (SR) sebesar 12,93%, kadang-kadang (KK) sebesar 27,93% dan tidak pernah (TP) sebesar 32,92% yang artinya pola asuh orang tua di TK Islam AlKautsar cukup baik karena jika dibandingkan dengan tolak ukur persentase alternatif jawaban selalu (S), sering (SR), dan kadang-kadang (KK) berada pada rentang 25,01-50,00 sedangkan untuk alternatif jawaban tidak pernah (TP) berada pada rentang 00,00-25,00 yaitu kurang baik. Artinya pola asuh orang tua anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar yang diterapkan tidak hanya satu pola asuh saja, melainkan orang tua sebagian besar menggunakan semua pola asuh yang ada. Berdasarkan analisis perhitungan persentase masing-masing alternatif jawaban responden yaitu selalu (S), sering (SR), kadang-kadang (KK) dan tidak pernah (TP) diperoleh dari skor total masing-masing alternatif jawaban dibagi skor total pernyataan dikali 100%. Maka diperoleh alternatif jawaban selalu (S) sebesar 40,24%, sering (SR) sebesar 27,74%, kadang-kadang (KK) sebesar 19,82% dan tidak pernah (TP) sebesar 12,20% yang artinya perkembangan ekspresi emosi anak di TK Islam Al-Kautsar cukup baik karena jika dibandingkan dengan tolak ukur persentase alternatif jawaban selalu (S) dan sering (SR) berada pada rentang 25,01-50,00 sedangkan alternatif jawaban kadang-kadang dan tidak pernah berada rentang 00,00-25,00 yaitu kurang baik. Hasil korelasi product moment Berdasarkan analisis yang telah ditentukan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap ekspresi emosi anak maka digunakanlah rumus korelasi product moment melalui SPSS. Setelah data yang sudah dipersiapkan dimasukkan kedalam rumus korelasi product moment, maka diperoleh nilai koefisien korelasi (r xy) = 0,294. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang rendah antara pola asuh orang tua dengan ekspresi emosi anak karena berada pada rentang 0,20-0,399. Hasil uji t Setelah diketahui besar koefisien korelasi xy (r xy), kemudian dicari uji signifikan korelasi dengan menggunakan uji t. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai t hitung sebesar 2,571 selanjutnya dikonfirmasi dengan t table sebesar 1,989, dengan demikian t hitung > t table maka koefisien korelasi signifikan berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua terhadap ekspresi emosi anak. PEMBAHASAN Berdasarkan jumlah responden dalam penelitian ini, maka angket yang disebarkan berjumlah 82 angket dengan jumlah pernyataan yaitu 40 item dan berdasarkan uji validitas dan uji realibilitas semua item valid dan realibel sehingga 40 item tersebut digunakan semua. Data yang diperoleh melalui angket pada dasarnya masih bersifat kualitatif. Oleh sebab itu, data tersebut masih harus dikuantitatifkan dengan memberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data melalui rumus persentase (%) yang dilakukan peneliti dari penyebaran angket diperoleh masing-masing alternatif jawaban pola asuh orang tua selalu (S) sebesar 26,22%, sering (SR) sebesar 12,93%, kadang-kadang (KK) sebesar 27,93% dan tidak pernah (TP) sebesar 32,92% yang artinya pola asuh orang tua di TK Islam Al-Kautsar cukup baik karena jika dibandingkan dengan tolak ukur persentase alternatif jawaban selalu (S), sering (SR), dan kadang-kadang (KK) berada pada rentang 25,01-50,00 sedangkan untuk alternatif jawaban tidak pernah (TP) berada pada rentang 00,0025,00 yaitu kurang baik. Artinya pola asuh orang tua anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar yang diterapkan tidak hanya satu pola asuh saja, melainkan orang tua sebagian besar menggunakan semua pola asuh yang ada. Sedangkan untuk ekspresi emosi diperoleh alternatif jawaban selalu (S) sebesar 40,24%, sering (SR) sebesar 27,74%, kadang-kadang (KK) sebesar 19,82% dan tidak pernah (TP) sebesar 12,20% yang artinya perkembangan ekspresi emosi anak di TK Islam Al-Kautsar cukup baik karena jika dibandingkan dengan tolak ukur persentase alternatif jawaban selalu (S) dan sering (SR) berada pada rentang 25,01-50,00 sedangkan alternatif jawaban kadang-kadang dan tidak pernah berada rentang 00,00-25,00 yaitu kurang baik. Artinya ekspresi emosi anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar cukup baik. kemudian dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan bantuan komputer melalui program SPSS maka diperoleh koefisien korelasi atau r hitung sebesar 0,294. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang rendah antara pola asuh orang tua dengan ekspresi emosi anak karena berada pada rentang 0,200,399. Selanjutnya untuk membuktikan hipotesis, r hitung dibandingkan dengan r tabel maka diperoleh r hitung sebesar 0,294 > r tabel sebesar 0,217 berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Kemudian untuk mengetahui hubungan yang signifikan atau nonsignifikan antara pola asuh orangtua dan ekspresi emosi anak maka dilakukan uji t. dari hasil uji t diperoleh sebesar 2,751 jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 1,989 berarti t hitung > t tabel maka koefisien korelasi signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua terhadap ekspresi emosi anak. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah peneliti laksanakan, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh orang tua yang baik maka akan mempengaruhi ekspresi emosi anak usia 5-6 tahun di TK Islam AlKautsar Pontianak Selatan. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti adalah sebagai berikut: (1) Pola asuh orang tua di Tk Islam Al-kautsar Pontianak sebagian besar cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penyebaran angket serta perhitungan dengan menggunakan rumus persentase yang sudah dibahas pada bab sebelumnya. Pola asuh orang tua anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar yang diterapkan tidak hanya satu pola asuh saja, melainkan orang tua sebagian besar menggunakan semua pola asuh yang ada. (2) Perkembangan ekspresi emosi
anak usia 5-6 tahun di TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatan cukup baik, hal tersebut ditunjukkan dari hasil perhitungan persentase dari alternatif jawaban angket yang paling banyak adalah jawaban selalu (S) dan sering (SR) dan selebihnya adalah jawaban kadang-kadang (KK) dan tidak pernah (TP). (3) Adapun besarnya hubungan antara pola asuh orang tua terhadap ekspresi emosi anak di TK Islam Al-Kautsar Pontianak Selatan berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment atau korelasi sederhana dengan program SPSS sebesar 0,294 yang apabila dikonfirmasikan pada tabel pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi menurut sugiyono berada pada interval antara 0,20 – 0,399, yang berarti memiliki tingkat hubungan rendah. Sedangkan dari uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 2,751 sedangkan t tabel sebesar 1,989 yang berarti t hitung > t tabel, sehingga menunjukkan korelasi yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua terhadap ekspresi emosi anak usia 5-6 tahun di TK Islam AlKautsar Pontianak Selatan. Saran Dari penelitian yang dilakukan, maka peneliti menyarankan: (1) Sebaiknya dalam mendidik anak, orang tua tidak harus menerapkan satu pola asuh saja melainkan orang tua dapat menggunakan semua pola asuh yang ada yaitu dengan melihat situasi atau kondisi tertentu orang tua dapat menggunakan masing-masing pola asuh tersebut. Ketika dalam hal kreativitas, minat, bakat sebagai orang tua haruslah bersikap permisif dan demokratis dengan membantu anak memberi dukungan dan memberikan fasilitas. Namun ketika dalam hal yang membahayakan anak orang tua dapat bersikap otoriter terhadap anak. Sehingga pola asuh asuh orang tua akan sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak karena apa yang diinginkan anak didukung oleh orang tua. (2) Seorang guru juga dapat membantu orang tua dalam mendidik dan mengembangkan emosi anak yaitu dengan mendidik, memberi perhatian kepada anak-anak dengan tidak membedakan satu sama lain sehingga anak tidak merasa dibeda-bedakan yang akan membuat emosi anak tidak terkontrol karena ingin selalu diperhatikan. DAFTAR RUJUKAN Ahmad Rohani. (2004). Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Alex Sobur. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Ali Nugraha dan Yeni Rahcmawati. (2004). Metode Pengembangan Sosial Emosional. Universitas Terbuka. Andyda Meliala. (2012). Successful Parenting. Bogor: Bypass. Carol S. Lizd. (2003). Early Childhood Assessment. Amerika: United States
Dwi Prayitno. (2010). Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Media Kom. E. Mavis Hetherington, dkk. (2006). Child Psychology A Contemporary Viewpoint.Singapore: McGraw-Hill Companies. Hadari Nawawi.( 2007). Metode Penelitian Bidang Sosial.(Cetakan ke12)Yogyakarta: Gajah Mada University press. Hidayat. (2003). Memahami Sifat Fitrah Orang Tua. Bandung: Irsyad Baitus Salam. Kathleen McCartney and Deborah Philips. (2006). Blackwell Handbook Of Early Childhood Development. Hongkong: United Kingdom. Maimunah, Hasan. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini.Yogyakarta: Diva press Sarlito W. Sarwono. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung: CV. Alfabet. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
