HUBUNGAN PERSEPSI PERILAKU KEBERSIHAN DIRI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA ANAK JALANAN DI YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh : RIA KARTIKA FATMAWATI 080201092
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2012
i
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN PERSEPSI PERILAKU KEBERSIHAN DIRI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA ANAK JALANAN DI YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh : RIA KARTIKA FATMAWATI 080201092
Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal 10 agustus 2012
Pembimbing
Widaryati,S.Kep.Ns.,M.Kep.
ii
HUBUNGAN PERSEPSI PERILAKU KEBERSIHAN DIRI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA ANAK JALANAN DI YOGYAKARTA 1 Ria Kartika Fatmawati2, Widaryati3
INTISARI Latar Belakang : kurangnya pemeliharaan kebersihan diri (personal hygiene) dapat menimbulkan berbagai macam penyakit khususnya pada kulit. Salah satunya adalah penyakit tinea cruris. Faktor yang berperan dalam penyebaran penyakit ini adalah sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang kurang bersih. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi kebersihan diri anak jalanan dengan kejadian tinea kruris pada anak jalanan di Yogyakarta. Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan metode survey abalitik. Populasi dalam penelitian ini adalah aseluruh anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dan Rumah singgah Hafara sebanyak 35 orang, dengan teknik Purposive sampling, sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi sehingga diperoleh 30 responden sebagai sampel. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2011 sampai bulan Juli 2012. Pengambilan data menggunakan kuisioner yang berjumlah 33 item pertanyaan untuk variabel persepsi perilaku kebersihan diri dan pemeriksaan dokter untuk variabel kejadian tinea cruris. Teknik analisis data menggunakan analisis Chi Square (x2) Hasil penelitian : Persepsi kebersihan diri anak jalanan di Yogyakarta sebagian besar berada dalam kategori kurang (40.0%) dan sebagian besar (66,7%) mengalami kejadian tinea cruris. Hasil uji korelasi Chi Square antara persepsi kebersihan diri dengan kejadian tinea kruris pada anak jalanan dapat diketahui sebesar 14.738 dengan nilai signifikan (p) yang diperoleh adalah 0.001 (p<0,05). Kesimpulan dan saran : Ada hubungan antara persepsi kebersihan diri dengan kejadian tinea kruris pada anak jalanan di Yogyakarta. Disarakan memperbaiki perilaku kebersihan diri dan mengatasi kejadian tinea cruris di lingkungan Rumah Singgah. Kata kunci
:
Kepustakaan Jumlah halaman
: :
Perilaku Kebersihan Diri. Kejadian Tinea Cruris, anak jalanan 25 Buku (2000-2011), 2 skripsi, artikel 2, jurnal 1 -xiii, 1-70 halaman, 1-11 lampiran
1
Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Keperawatan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakart 2
iii
THE RELATIONSHIP OF PERSONAL HYGIENE BETWEEN THE INCIDENCE OF TINEA CRURIS ON THE STREET CHILDERN IN YOGYAKARTA 1 Ria Kartika Fatmawati2, Widaryati3
ABSTRACT Background: The lack of maintenance of personal hygiene can cause various diseases, especially of the skin. One of the disease is tinea cruris. The factors that play a role in the spread of this disease is low socioeconomic, poor personal hygiene, the unclean of environment. Objective: This aims of the study to determine the relationship of personal hygiene of the street children with the incidence of tinea cruris to the street children in Yogyakarta. Research methodology: This study used survey analitik metode. The population of this study is all the street children in the Shelter House of Ahmad Dahlan and The Shelter House of Hafara stop as many as 35 people, with purposive sampling technique, in accordance with inclusion and exclusion criteria in order to obtain a sample of 30 respondents. The study was conducted from December 2011 until July 2012. Retrieval of data using a 33 item questionnaire which amounts to a question of perception variables hygiene behavior and the doctor checks for the variable incidence of tinea cruris. Techniques of data analysis using Chi Square analysis( x2) Research results: Perceptions of personal hygiene of the street children in Yogyakarta are mostly located in the category of less (40.0%) and most (66.7%) had tinea cruris events.The results of Chi Square test of correlation between the perception of personal hygiene with the incidence of tinea kruris on street children can be detected at 14 738 with a significant value (p) obtained was 0001 (p <0.05). Conclusion and suggestion: There is a relationship between perceptions of personal hygiene with the incidence of tinea kruris on the street children in Yogyakarta. The suggestion is to improve of the personal hygiene behavior and handle, the incidentse of tinea cruris in hause Shelter environment
Key words
:
Bibliography
:
Behavioral Personal hygiene, Incidence of tinea cruris, Childern of The Street 25 books, 2 skripsi, 2 articles, 1 journal articles
Number of pages
:
i-xiii, 1-70, 1-11 appendices
1
Title of Thesis Student of School of Nursing 'Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta 3 Lecturer of School of Nursing 'Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta 2
iv
dapat mengubah arti penyakit jamur
LATAR BELAKANG Banyak problem yang terjadi
yang dahulunya tidak berarti menjadi
tampak pada anak jalanan di kota –
berarti dalam kehidupan manusia saat
kota
tidak
ini. Penyakit kulit di Indonesia pada
terkecuali di Yogyakarta. Fenomena
umumnya lebih banyak disebabkan
anak jalanan mempunyai hubungan
oleh infeksi dari bakteri, jamur, virus,
dengan masalah – masalah lain, baik
parasit, dan penyakit dasar alergi. Hal
secara
maupun eksternal,
ini berbeda dengan negara barat yang
seperti ekonomi, sosial, psikologi,
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
budaya,
degeneratif,
besar
di
internal
Indonesia,
lingkungan,
agama,
disamping perbedaan
pendidikan keluarga dan kesehatan.
penyebab, faktor lain seperti iklim,
Mereka adalah korban yang dialami
kebiasaan dan lingkungan juga ikut
individu baik interna, eksterna maupun
memberikan
kombinasi ke duanya (Pratomo, 2004).
gambaran
Apalagi
(Siregar, 2005).
bagi
anak
jalanan
yang
memiliki akses terbatas kepelayanan kesehatan,
sehingga
zaman
tindakan
sekarang
klinis
penyakit
dalam kulit
Faktor yang berperan dalam penyebaran penyakit ini adalah sosial
pencegahan perlu dikedepankan. Pada
perbedaaan
ekonomi rendah, hygiene perorangan ini,
yang jelek, lingkungan yang tidak
dengan berkembangnya kebudayaan
bersih,
dan perubahan tatanan hidup dari
mendukung, kesalahan diagnostic dan
waktu
perkembangan demografi serta ekologi
ke
waktu
sedikit
banyak
mempengaruhi pola penyakit. Begitu pula
kemajuan
di
bidang
perilaku
yang
tidak
(Handoko, 2011).
sosial
Kurangnya
ekonomi dan teknologi kedokteran
(personal
5
kebersihan
hygiene)
diri dapat
menimbulkan
berbagai
macam
Singgah Hafara sebanyak 18 orang
penyakit khususnya pada kulit. Kulit melindungi
jaringan
cidera
Teknik pengambilan sampel
dengan
mencegah
kuman
dengan Sampling (Non Probability
(mikroorganisme) memasuki tubuh.
Sampling) yaitu purposive sampling ,
Ketika
luka,
dengan kriteria inklusi anak jalanan
mikroorganisme dapat masuk dan
yang bersedia menjadi responden,
individu rentan terhadap infeksi.
anak jalanan yang menjadi anak
kulit
dari
yang berjenis laki-laki.
tergores
atau
jalanan minimal 2 bulan, anak jalanan yang berusia 12-18 tahun dan kriteria
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
menggunakan
eklusi
anak
jalanan
yang
dalam
desain penelitian survey analitik yaitu
keadaan sakit, kecuali penyakit kulit.
survey atau penelitian yang mencoba
Berdasarkan kriteria tersebut didapat
menggali bagaimana dan mengapa
30 responden.
fenomena kesehatan terjadi. Dari segi waktu,
penelitian
bersifat
cross
HASIL PENELITIAN
sectional dimana penelitian dilakukan
Gambaran Umum Responden
dengan
penelitian
Pada tabel 4.1 dapat diketahui dari 30
pengukuran dan pengamatan variabel
responden yang diteliti, usia responden
pada saat bersama atau pada waktu
paling banyak adalah anak jalanan
tertentu.
yang berusia antara 11 – 15 tahun
melakukan
Populasi
yang
digunakan
yaitu ada sebanyak 13 responden
dalam penelitian ini adalah anak
(43.3%) dan yang paling sedikit yaitu
jalanan di Rumah Singgah Ahmad
anak jalanan yang berusia kurang dari
Dahlan sebanyak 17 orang dan Rumah
11 tahun yaitu ada sebanyak 6
6
responden
(20.0%).,
lama
tinggal
yaitu ada sebanyak 1 responden
responden paling banyak adalah anak
(3.3%).
responden
yang memiliki
jalanan yang tinggal di rumah singgah
pekerjaan sekolah ada sebanyak 15
antara 6 – 12 bulan yaitu ada sebanyak
responden (50.0%) dan responden
14 responden (46.7%) dan yang paling
yang bekerja ngamen ada sebanyak 15
sedikit yaitu anak jalanan yang tinggal
responden
di rumah singgah antara 13 – 18 bulan
responden berjenis kelamin laki-laki.
(50.0%).
Keseluruhan
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Hubungan Persepsi Perilaku Kebersihan Diri Dengan Kejadian Tinea Criris Pada Anak Jalanan Di Yogyakarta Karakteristik
Metode Ceramah
Umur
< 11 tahun 11 - 15 tahun 16 - 20 tahun < 6 bulan 6 - 12 bulan 13 - 18 bulan 19 - 24 bulan > 24 bulan Sekolah Ngamen Hafara Ahmad Dahlan Ahmad Dahlan
Lama Tinggal
Pekerjaan Rumah Singgah
N
%
6 13 11 4 14 1 8 3 15 15 15 15 15
20.0 43.3 36.7 13.3 46.7 3.3 26.7 10.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0
DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Berdasarkan
dapat
mengalami tinea kruris sebanyak 8
responden
responden (26.7%). Dari data tersebut
(33.3%) memiliki persepsi perilaku
dapat diketahui sebanyak 8 responden
kebersihan diri dalam kategori baik
(26.7%) memiliki persepsi perilaku
dan mengalami tinea kruris sebanyak 2
kebersihan diri dalam kategori cukup
responden
dan mengalami tinea kruris sebanyak 7
diketahui
sebanyak
(6.7%)
tabel 10
2
dan
tidak 7
responden
(23.3%)
dan
tidak
mengalmai tinea kruris sebanyak 1
maka Ho yang menyatakan tidak ada
responden (3.3%). Dari data tersebut
hubungan antara persepsi kebersihan
dapat
12
diri dengan kejadian tinea kruris pada
responden (40.0%) memiliki persepsi
anak jalanan di Yogyakarta ditolak
kebersihan diri dalam kategori kurang
dan
dan mengalami tinea kruris sebanyak
hubungan antara persepsi kebersihan
11 responden (36.7%) dan tidak
diri dengan kejadian tinea kruris pada
mengalmi tinea kruris sebanyak 1
anak jalanan di Yogyakarta diterima.
responden (3.3%).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada
diketahui
sebanyak
Ha
yang
menyatakan
ada
uji
hubungan antara persepsi kebersihan
korelasi Chi Square antara persepsi
diri dengan kejadian tinea kruris pada
kebersihan diri dengan kejadian tinea
anak jalanan di Yogyakarta.
Dari
kruris
pada
hasil
anak
perhitungan
jalanan
Hal
dapat
ini
berarti
besarnya
diketahui sebesar 14.738 dengan nilai
hubungan antara persepsi kebersihan
signifikan (p) yang diperoleh adalah
diri dengan kejadian tinea kruris pada
0.001.
anak jalanan di Yogyakarta pada katagori sedang yaitu sebesar 14.378.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh signifikan perhitungan yang lebih kecil dari 0,05 (p>0,05),
8
Tabel 4.2 Deskripsi data persepsi kebersihan diri dan data kejadian tinea kruris pada anak jalanan di Yogyakarta
Kejadian tinea kruris Total Ya
Tidak
2 6.7% 7 23.3% 11 36.7% 20 66.7%
Baik Persepsi kebersihan Cukup diri Kurang Total
X2
Sig (p)
8 26.7% 1 3.3% 1 3.3% 10 33.3%
10 33.3% 8 26.7% 0,001 14.738 12 40.0% 30 100.0%
diri dengan kejadian tinea kruris PEMBAHASAN pada anak jalanan di Yogyakarta
Hipotesis awal pada penelitian
sebesar 14.378. Berdasarkan hasil
ini adalah terdapat hubungan antara persepsi
kebersihan
diri
perhitungan
dengan
(p>0,05), maka Ho yang menyatakan
di Yogyakarta. Setelah dilakukan uji
tidak ada hubungan antara persepsi
hipotesis didapatkan hasil perhitungan
kebersihan diri dengan kejadian tinea
uji korelasi Chi Square antara persepsi
kruris
kebersihan diri dengan kejadian tinea pada
anak
jalanan
menyatakan persepsi
signifikan (p) yang diperoleh adalah Hal
ini
berarti
pada
anak
jalanan
di
Yogyakarta ditolak dan Ha yang
dapat
diketahui sebesar 14.738 dengan nilai
0.001.
signifikan
perhitungan yang lebih kecil dari 0,05
kejadian tinea kruris pada anak jalanan
kruris
diperoleh
ada
hubungan
kebersihan
diri
antara dengan
kejadian tinea kruris pada anak jalanan
besarnya
di Yogyakarta diterima. Jadi, dapat
hubungan antara persepsi kebersihan
disimpulkan bahwa ada hubungan ix
antara persepsi kebersihan diri dengan
perilaku
kejadian tinea kruris pada anak jalanan
dilakukan juga kurang. Kurangnya
di Yogyakarta.
fasilitas yang dimiliki oleh anak
Hasil
penelitian
ini
jalanan
sesuai
kebersihan
dalam
diri
melakukan
yang
upaya
dengan pendapat yang disampaikan
kebersihan diri inilah yang menjadi
oleh
ada
faktor utama mengapa anak jalanan
beberapa faktor yang mempengaruhi
banyak yang mengalami kejadian tinea
kejadian
cruris ini.
Boel
(2003),
tinea
dimana
cruris
ini.
Faktor
Menurut
dominan yang berpengaruh terhadap
Alimul
(2006),
kejadian tinea cruris ini adalah faktor
kebersihan diri (personal hygiene)
keadaan
merupakan perawatan diri sendiri yang
sosial
serta
kurangnya
kebersihan. Faktor ini sangat kuat dan
dilakukan
memegang
pada
kesehatan, baik secara fisik maupun
infeksi jamur dimana terlihat insiden
psikologis. Sedangkan menurut Potter
penyakit jamur pada golongan sosial
& Perry (2005), praktik kebersihan
dan ekonomi yang lebih rendah sering
diri
ditemukan daripada golongan ekonomi
untuk peningkatan kesehatan dimana
yang baik. Hal ini dikarenakan pada
kulit merupakan garis tubuh pertama
golongan sosial ekonomi yang rendah
dari pertahanan melawan infeksi. Pada
biasanya tidak memiliki fasilitas yang
hasil
cukup untuk mempertahankan dan
banyak
melakukan upaya kebersihan diri. Hal
kategori
ini sesuai dengan hasil penelitian ini
dimana anak jalanan belum mampu
dimana anak jalanan kondisi sosial
melakukan upaya kesehatan diri secara
ekonominya kurang/ rendah sehingga
baik sehingga angka kejadian tinea
peranan
penting
x
untuk
(personal
mempertahankan
hygiene)
penelitian
bertujuan
diketahui
paling
berada
dalam
diri
kurang
responden kebersihan
Tinea
cruris pada anak jalanan cukup tinggi
Cruris
dikarenakan tinea cruris merupakan
dermatofitosis
salah
yang
perineum dan sekitar anus. Kelainan
kurangnya
ini dapat bersifat akut atau menahun,
kebersihan diri termasuk diantaranya
bahkan dapat merupakan penyakit
kebersihan kulit.
yang berlangsun seumur hidup. Lesi
satu
disebabkan
penyakit
kulit
karena
pada
adalah sela
paha,
adalah
kulit dapat terbatas pada daerahgenito-
paha,
krural saja atau bahkan meluas ke
perineum dan sekitar anus. Kelainan
daerah sekitar anus, daerah gluteus
ini dapat bersifat akut atau menahun,
dan perut bagian bawah atau bagian
bahkan dapat merupakan penyakit
tubuh yang lain.
Tinea dermatofitosis
cruris pada
sela
Cara penularan jamur dapat
yang berlangsun seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerahgenito-
secara
krural saja atau bahkan meluas ke
langsung. Penularan langsung dapat
daerah sekitar anus, daerah gluteus
secara fomitis, epitel, rambut yang
dan perut bagian bawah atau bagian
mengandung jamur baik dari manusia,
tubuh
cruris
binatang, atau tanah. Penularan tidak
eczema
langsung dapat melalui tanaman, kayu
marginatum, jockey itch, ringworm of
yang dihinggapi jamur, pakaian debu.
the groin, dhobie itch (Rasad, 2005).
Agen penyebabjuga dapat ditularkan
Pada
diketahui
melalui kontaminasi dengan pakaian,
kejadian tinea cruris pada anak jalanan
handuk atau sprei penderita atau
dalam kategori ya. Hal ini berarti
autoinokulasi dari tinea pedis, tinea
banyak anak jalanan yang mengalami
inguium, dan tinea manum. Jamur ini
kejadian tinea cruris ini.
menghasilkan
yang
mempunyai
hasil
lain. Tinea nama
lain
penelitian
xi
angsung
maupun
keratinase
tidak
yang
mencerna
keratin, sehingga
memudahkan korneum.
invasi
Infeksi
ke
dimulai
menjaga
dapat
kebersihan
diri
tetapi
stratum
berkaitan juga dengan alat-alat yang
dengan
digunakan seperti pakaian, tempat
kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya
tidur,
didalam
yang
digunakan seperti penelitian yang
mati. Hifa ini menghasilkan enzim
ditemukan oleh Irjal (2004) yakni
keratolitik yang berdifusi ke jaringan
51,9%
epidermis dan menimbulkan reaksi
disebabkan karena kurang menjaga
peradangan. Pertumbuhannya dengan
kebersihan diri Dermatomikosis cukup
pola
banyak
jaringan
radial
di
keratin
stratum
korneum
dan
alat-alat
penderita
diderita
mandi
yang
penyakit
penduduk
kulit
negara
menyebabkan timbulnya lesi kulit
tropis.. Penelitian ini menunjukkan
dengan batas yang jelas dan meninggi
penyakit ini menempati urutan kedua
(ringworm).
semula
setelah dermatitis. Angka insidensi
berbentuk papula yang berkembang
tersebut diperkirakan kurang lebih
menjadi suatu reaksi peradangan.
saman dengan di kota-kota besar
Reaksi
kulit
Indonesia
Menurut Boel (2003), terjadinya
terjadi pada laki – laki dari pada pada dewasa.
Pada
mungkin
data
daerah
akan
meningkat
dengan variasi penyakit yang berbeda.
penelitian ini keseluruhan responden
Inidensi yang terjadi di rumah sakit
adalah responden laki – laki sehingga
pendidikan bervariasi antara 2,93%-
mereka sangat rentan mengalami tinea
27,6%; angka ini mungkin belum
cruris.
merupakan
Kebersihan diri tidak hanya terbatas pada bagaimana
Di
pedalaman angka ini
infeksi jamur Tinea Cruris banyak
perempuan
lainnya.
insidensi
populasi
di
Indonesia. Spesies dermatofitosis yang
manusia
xii
paling
banyak
diisolasi
adalah
T.rubrum. Memperhatikan hasil penelitian ini diharapkan pihak yang terkait dengan bidang kesehatan, termasuk kesehatan
anak
jalanan
juga
memperhatikan faktor kebersihan diri pada anak jalanan. Penyedia layanan rumah singgah bagi anak jalanan diharapkan ikut menyediakan fasilitas untuk menjaga kebersihan diri, dimana hal ini sangat terkait dengan angka kejadian tinea cruris yang cukup tinggi pada anak jalanan.
xiii
2. Sebagian besar (66,7%) mengalami
KETERBATASAN PENELITIAN 1. Tidak
dikendalikannya
variabel
Kejadian tinea kruris pada anak
faktor virulensi dari dermatofita. Tidak
dikendalikan
jalanan di Yogyakarta.
karena
3. Ada
hubungan
antara
persepsi
penyebab utamanya adalah jamur,
kebersihan diri dengan kejadian
sehingga
tinea kruris pada anak jalanan di
hal
ini
diduga
mempengaruhi hasil penelitian ini. 2. Pelaksanaan
peneliitian
Yogyakarta. (p) yang diperoleh
harus
adalah
0.001
(p<0,05).
Hasil
menyesuaikan waktu luang anak
perhitungan uji korelasi Chi Square
jalanan yang tidak selalu berada di
pada katagori sebesar 14.738
Rumah
Singgah
sehingga
membutuhkan waktu yang cukup
SARAN
lama
a. Institusi pendidikan
agar
memenuhi
sempel
penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan
3. Tidak semua anak jalanan bersedia
dapat bermanfaat bagi institusi
diperiksa daerah genito kural atau
pendidikan sebagai masukan dalam
selangkangan oleh dokter.
pengembangan pengetahuan terkait dengan
KESIMPULAN
b. Rumah singgah
pengujian hipotesis dapat disimpulkan
Diberikan saran kepada para
bahwa:
penyedia pelayanan rumah singgah kebersihan
diri
anak
agar dapat memberikan perhatian
jalanan di Yogyakarta sebagian berada
kesehatan,
khususnya tentang perawatan diri.
Berdasarkan hasil analisis data dan
1. Persepsi
bidang
dalam
kategori
yang lebih terarah bagi kebersihan
kurang
bagi
(40.0%). 14
anak
jalanan,
denan
menfasilitasi pendidikan kesehatan
terkait
dan
(personal hygiene) secara lebih luas
menyediakan
fasilitas
dengan
kebersihan
diri
kesehatan serta memotivasi.
atau secara khusus terkait dengan
c. Petugas kesehatan (Puskesmas)
kejadian tinea cruris atau variabel
Petugas dapat
kesehatan
diharapkan
memberikan
pendidikan
lain yang belum diteliti. e. Anak Jalanan
kesehatan kepada anak jalanan khususnya
tentang
Kepada
personal
anak
jalanan
diharapkan menjaga kebersihan diri
hygiene dan penyakit tinea cruris.
sendiri
d. Peneliti selanjutnya
kejadian
Kepada peneliti selanjutnya agar
untuk
penyakit
penyakit menular.
mampu mengembangkan penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini untuk meneliti variabel lain yang
15
meminimalisasi terutama
DAFTAR PUSTAKA Siregar, 2008. Penyakit jamur Kulit. EGC : Jakarta Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Harahap marwali. 2000. Ilmu penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta Graham, Brown, Robin. 2005. Lecture Note on Dermatology. Erlangga : Jakarta
Arikunto, Suharsami., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi 2010.
wiliam d james, timothy g berger, dirkm elston. 2006. Andrews’ Disease Of The Skin Clinical Dermatology. Saunders : Canada
Dineka cipta : Jakarta Sugiyono,
2009.
Statistik
Untuk
Penelitian. Alfabeta : Bandung
Suliha, U. 2002. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Sugiyono , 2010.Statiska Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.
World Health organization. 2004. Modul 3 Understanding Substance Use Among Street Childern. Dalam http://www.who.int/
Notoatmodjo. 2002. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. PT. Rineka Cipta : Jakarta 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta : Jakarta
Tarwoto dan Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
___________2006. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan.PT. Rineka Cipta: Jakarta
Potter and Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktek ed 4 Vol 2. EGC : Jakarta
2007. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta : Jakarta 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Perry, Peterson dan Potter, 2005. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur dasar. EGC : jakarta
Siregar. 2004. Penyakit Jamur Kulit. EGC : Jakarta
Tauran, 2000. Studi profil Anak Jalanan Sebagai Upaya Perumusan Model
Siregar, 2005. Atlas Berwarna sari Pati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta 16
Kebijakan Penanggulangannya (Suatu Studi Terhadap Profil Anak Jalanan di Terminal Bus Tanjung Priok Kota Jakarta Utara). Jurnal Administrasi Negara Vol 1 No1
(http://publik. Brawijaya. Ac. Id/ smple/usjurnal/pdfile/10 profil% 20 anak %20 jalanan %20 tTauran Pdf) Diakses pada 2 Desember 2011
17