sumbangan efektif sebesar 51,5% terhadap penyesuaian sosial pada remaja, dengan sumbangan efektif masing-masing variabel adalah 3,1% untuk variabel pola pengasuhan dan 48,4% untuk variabel pola kelekatan. Hal ini berarti masih terdapat 48,5% faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian sosial pada remaja.
HUBUNGAN ANTARA POLA PENGASUHAN DAN POLA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SRAGEN Eki Dwi Maretawati H, Makmuroch, Rin Widya Agustin Program Studi Psikologi FK UNS
Kata kunci: Pola Pengasuhan, Pola Kelekatan, Penyesuaian Sosial pada Remaja
Abstrak: Kemampuan penyesuaian sosial yang positif dibutuhkan seorang remaja dalam membantunya mengantisipasi segala perubahan baik yang terjadi dalam diri mereka maupun lingkungan sosialnya yang lebih luas. Namun demikian, tidak semua remaja mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya jumlah penyimpangan perilaku remaja dalam berbagai bentuk. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuian sosial seorang remaja adalah lingkungan keluarga, terutama orangtua. Melalui bimbingan, perhatian, kasih sayang, hubungan yang aman serta respon yang diberikan orangtua akan menjadi modal dasar pembelajaran seorang remaja dalam bersosialisasi dan melakukan penyesuaian yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola pengasuhan dan pola kelekatan dengan penyesuaian sosial pada remaja. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sragen. Teknik pengambilan sampel dengan cluster random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala pola pengasuhan, skala pola kelekatan dan skala penyesuaian sosial. Analisis data menggunakan teknik analisis berganda variabel dummy. Hasil perhitungan menggunakan teknik analisis berganda variabel dummy, diperoleh pvalue 0,000 < 0,05 dan F hitung = 44,114 > dari F tabel = 3,1065 serta R sebesar 0,718. Hal ini berarti pola pengasuhan dan pola kelekatan dapat digunakan sebagai prediktor untuk memprediksi penyesuaian sosial pada remaja. Tingkat signifikansi p-value 0,000 (p<0,005) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola pengasuhan dan pola kelekatan dengan penyesuaian sosial pada remaja. Analisis data menunjukkan nilai R Square sebesar 0,515. Angka tersebut mengandung pengertian bahwa dalam penelitian ini, pola pengasuhan dan pola kelekatan memberikan
A. Pendahuluan Masa remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga pada usia ini terjadi banyak perubahan baik secara fisik, psikis, maupun sosial (Hurlock, 2004). Berbagai perubahan yang terjadi secara pesat tidak jarang akan menjadikan suatu permasalahan sendiri bagi seorang remaja ketika dia tidak mampu melakukan penyesuaian dengan baik. Ketidakmampuan remaja dalam melakukan penyesuaian sosial yang baik dapat
menyebabkan
terjadinya
penyimpangan
perilaku yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja (Staf IQEQ dalam Maharani, 2003). Berbagai bentuk kenakalan remaja semakin berkembang di masyarakat, seperti yang diulas dalam media cetak maupun media visual, antara lain: perkelahian pelajar (tawuran), penggunaan narkoba dan meningkatnya perilaku merokok pada usia remaja, semakin bebasnya pergaulan remaja, serta kenakalan-kenakalan remaja dalam bentuk lain. Hasil survei Synovate Research tentang perilaku seksual remaja (15-24 tahun) di kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan, September 2004 mengungkapkan bahwa 44% responden mengaku mereka sudah pernah punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun. Sementara 16% lainnya 46
mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat
mempengaruhi
antara usia 13-15 tahun (syabab.com, 2008).
menjadikan
Penyimpangan perilaku remaja ini merupakan
penyesuaian yang dilakukan dalam kehidupannya
bentuk kesalahan atau ketidakmampuan remaja
dan menjadi teladan dasar (Chandola dan Bhanot,
dalam melakukan penyesuaian baik dengan dirinya
2008). Apa yang ditampilkan seorang remaja dalam
sendiri maupun penyesuaian terhadap lingkungan
lingkungan
sosial.
cerminan dari pengasuhan yang diterimanya dalam Penyesuaian
sosial
adalah
perilaku orangtua
sosialnya
sosialnya. sebagai
dapat
Remaja
model
diamati
dari
sebagai
lingkungan keluarga.
kemampuan
remaja untuk menyesuaiakan diri dalam kelompok
Dalam suatu keluarga interaksi antara
dan lingkungan, mereaksi secara tepat terhadap
orangtua dan remaja akan menciptakan suatu bentuk
realitas sosial dan situasi yang terjadi dengan
kelekatan yang juga mempengaruhi keberhasilan
mematuhi norma-norma dan peraturan sosial di
penyesuaian sosial yang dilakukan seorang remaja.
masyarakat (Hurlock, 2005). Salah satu faktor yang
Kehadiran orang dewasa, yaitu orangtua yang
menentukan penyesuaian sosial yang dilakukan oleh
mampu memahami dan memperlakukannya secara
seorang
keluarga
bijaksana dan sesuai dengan kebutuhannya dapat
(Shneiders dalam Ali, 2004). Kemampuan remaja
membantunya dalam menghadapi berbagai problem
dalam melakukan penyesuaian sosial tersebut
perkembangannya (Maharani, 2003). Ikatan yang
diperoleh remaja dari bekal kemampuan yang telah
sehat dan hangat antara orangtua dan remaja akan
di pelajari dari lingkungan keluarga dan proses
membantu remaja dalam melakukan penyesuaian
belajar dari pengalaman-pengalaman baru yang
sosial di masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut
dialami
lingkungan
menunjukkan peran orangtua yang diwujudkan
sosialnya. Keluarga merupakan lingkungan pertama
dalam pola pengasuhan dan pola kelekatan pada
yang memberikan pengaruh terhadap berbagai
penyesuaian sosial remaja.
remaja
dalam
adalah
interaksi
lingkungan
dengan
termasuk
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang
antara pola pengasuhan dan pola kelekatan dengan
kondusif bagi sosialisasi anak (Sunarto dan
penyesuaian sosial pada remaja. Selain itu, untuk
Hartono,
keluarga
mengetahui ada atau tidak adanya hubungun antara
memberikan rasa aman untuk dapat berkembang
masing-masing variabel bebas dengan variabel
wajar, menerima pengalaman-pengalaman sosial
tergantung.
aspek
sebagai
perkembangan
2006).
bekal
remaja,
Kemesraan
kehidupan
dalam
bersama
Hasil
didalam
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
masyarakat (Meichati, 1983).
secara praktis yaitu berupa informasi bagi remaja
Salah satu bagian terpenting dari sistem keluarga adalah pola pengasuhan. Pola pengasuhan
dan
yang diterapkan
perubahan pada usia remaja dengan melakukan
dalam suatu keluarga akan 47
orangtua
dalam
mengantisipasi
segala
penyesuaian sosial yang positif serta diharapkan
dasar pengasuhan permisif adalah keyakinan bahwa
dapat memberikan masukan bagi para praktisi
secara alamiah anak telah dibekali oleh perangkat
dibidang psikologi dalam penanganan permasalahan
kemampuan mengurus dan mengatur diri sendiri,
penyimpangan perilaku remaja baik secara kuratif
hingga tidak perlu dibantu pengaturannya oleh
maupun berupa tindakan preventif.
orang tua. Musssen (1994) menyatakan bahwa ada
B. Dasar Teori
beberapa aspek yang secara umum mempengaruhi
1. Pola Pengasuhan Pola pengasuhan merupakan suatu aktivitas
pola pengasuhan, yaitu: aspek kontrol, aspek
kompleks yang didalammya terdapat beberapa
tuntutan kedewasaan, aspek komunikasi orang tua
kebiasaan khusus yang dilakukan secara individu
dan anak, dan aspek kasih sayang. Menurut
maupun bersama-sama yang akan mempengaruhi
Maccoby & Martin (dalam Darling 1999) terdapat
sikap dan perilaku anak (Darling, 1999). Baumrind
dua aspek penting dalam pola pengasuhan, yaitu:
(dalam
tanggapan orangtua (kehangatan dan dukungan) dan
Darling,
1999)
menjelaskan
pola
perhatian orang tua (kontrol perilaku).
pengasuhan orangtua sebagai suatu konstruk yang digunakan untuk menangkap variasi normal pada
2. Pola Kelekatan Kelekatan
orangtua dalam mengontrol dan mensosialkan anak.
merupakan
suatu
ikatan
Pola pengasuhan adalah seperangkat sikap yang
emosional yang kuat yang dikembangkan anak
berkenaan
tua
melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai
membantu anak untuk membentuk suatu perasaan
arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang
emosional disekitar anak dengan orangtua yang
tua. (Mc Cartney dan Dearing, 2002). Kelekatan
saling memberi. Kombinasi dari kehangatan orang
(attachment) mengacu kepada suatu relasi antara
tua dan perhatian orang tua adalah konsep dasar dari
dua orang yang memiliki perasaan yang kuat satu
pola pengasuhan (Salkind, 2002).
sama lain dan melakukan banyak hal bersama untuk
dengan
anak,
dimana
orang
melanjutkan
Diana Baumrind (dalam Santrock, 2005)
relasi
tersebut.
Dalam
psikologi
menekankan tiga jenis cara menjadi orang tua yang
perkembangan, kelekatan diartikan sebagai adanya
berhubungan dengan aspek-aspek yang berbeda
daya suatu relasi antara figur sosial tertentu dengan
dalam perilaku sosial remaja, yaitu: authoritarian,
suatu
authoritative,
mencerminkan
dan
permissive.
Pengasuhan
fenomena
tertentu
karakteristik
yang relasi
dianggap yang
unik
autoritarian adalah gaya yang membatasi dan
(Santrock, 2002). Pola kelekatan adalah derajat
bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk
keamanan
mengikuti
untuk
interpersonal (Baron & Byrne, 2005). Pola yang
menghormati pekerjaan dan usaha. Pengasuhan
berbeda pada awalnya dibangun pada saat masih
autoritatif adalah gaya yang mendorong remaja
bayi, tetapi perbedaan dalam kelekatan tampak
untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan
mempengaruhi perilaku interpersonal sepanjang
mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Konsep
masa. Hubungan kelekatan yang terbentuk dengan
petunjuk
orang
tua
dan
48
yang
dialami
dalam
hubungan
orang tua dan orang lain yang mempunyai arti
Kelekatan (attachment) dibentuk dari aspek-aspek
penting
berlangsung
yang mendasarinya. Menurut Papalia dkk (2008)
sepanjang kehidupan (McCartney & Dearing,
aspek kelekatan antara lain: (a) sensitivitas figur, (b)
2002).
responsivitas figur. Ditambahkan oleh Bashori
Pola kelekatan yang terbentuk pada masa remaja
(dalam Martina, 2007) bahwa aspek kelekatan yang
tidak dapat dilepaskan langsung dengan pola
lainnya adalah: (a) percaya; (b) komunikasi; (c)
kelekatan
kedekatan.
dalam
pengasuhan
akan
yang terbentuk
Dijelaskan
oleh
ketika masa bayi.
Bowlby
dan
Ainsworth
Pembentukan
suatu
pola
kelekatan
individu
menjelaskan bahwa keterikatan yang aman pada
terhadap figur kelekatan dapat dipengaruhi oleh
masa bayi adalah pokok bagi perkembangan
berbagai faktor. Menurut Monks dkk (2004)
kecakapan sosial. Kelekatan tidak aman diteorikan
pembentukan kelekatan dapat dipengaruhi oleh dua
berkaitan dengan kesulitan berhubungan dengan
faktor, yaitu: (a) faktor alami atau genetis, yaitu
masalah-masalah
selanjutnya
merupakan kecenderungan dasar pada anak yang
(Santrock, 2005). Ainsworth, Blehar, Waters dan
sudah ada sebelum proses-proses belajar dapat
Wall (dalam Yessi, 2003), berdasarkan konsep
terjadi; (b) faktor lingkungan, yaitu munculnya
kelekatan (attachment) dari Bowlby menurunkan
suatu kelekatan karena adanya proses belajar,
tiga pola kelekatan, yaitu (a) secure attachment
dimana terjadi interaksi antara individu dengan
(aman), yaitu pola yang terbentuk dari interaksi
lingkungannya, terutama dengan ibu. Ditambahkan
antara orangtua dan anak, anak merasa percaya
oleh Papalia dkk (2008) faktor lain yang dapat
terhadap orangtua sebagai figur yang selalu siap
mempengaruhi
mendampingi, sensitif dan responsif, penuh cinta
temperamen individu.
perkembangan
pembentukan
kelekatan
adalah
dan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan Manfaat hubungan kelekatan yang terbentuk antara
atau kenyamanan, dan selalu menolong atau
orangtua dan remaja, antara lain adalah (Rini,
membantunya dalam menghadapi situasi yang
2002): (a) meningkatkan rasa percaya diri; (b)
mengancam dan menakutkan; (b) anxious resistant
kemampuan membina hubungan yang hangat; (c)
attachment (cemas ambivalen), yaitu pola yang
mengasihi sesama dan peduli pada orang lain; (d)
terbentuk dari interaksi orangtua dan anak, anak
disiplin; (e) pertumbuhan intelektual dan psikologis.
merasa tidak pasti bahwa orangtua selalu ada dan
3. Penyesuian Sosial pada Remaja
responsif atau cepat membantu serta datang kepadanya pada saat ia membutuhkan mereka; dan
Penyesuaian mengacu pada seberapa jauhnya
(c)
kepribadian seorang individu berfungsi secara
anxious
avoidant
attachment
(cemas
menghindar), yaitu pola yang terbentuk dari
efisien
interaksi orangtua dan anak, anak tidak memiliki
Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan
kepercayaan diri karena ketika mencari kasih
seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang
sayang ia tidak direspon atau bahkan ditolak..
lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya 49
dalam
masyarakat
(Hurlock,
2005).
Seluruh uraian diatas menjelaskan bahwa
pada khususnya (Hurlock, 2005). Orang yang dapat mempelajari
secara teoritik terlihat adanya hubungan pola
berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan
pengasuhan dan pola kelekatan akan mempengaruhi
untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan
penyesuaian sosial yang dilakukan remaja. Keluarga
orang lain, baik teman maupun orang yang tidak
menjadi salah satu faktor yang penting karena
dikenal, sehingga sikap orang lain terhadap mereka
merupakan
menyenangkan. Dalam proses penyesuaian sosial
seseorang dalam melakukan penyesuaian. Di dalam
individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah
keluarga terdapat praktik pengasuhan serta bentuk
dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya
interaksi antara orangtua dan remaja yang dapat
sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa
dijadikan suatu acuan ketika remaja melakukan
sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku
penyesuaian sosial
kelompok (Mu’tadin, 2002). Penyesuaian sosial
keluarganya. Pola pengasuhan yang tepat dalam
pada remaja adalah kemampuan yang dimiliki oleh
sebuah keluarga dan adanya pola kelekatan yang
seorang
berbagai
sesuai antara orangtua dan remaja memiliki
perubahan pada usia ini dengan cara mereaksi
hubungan yang erat dengan kemampuan remaja
secara tepat terhadap realitas sosial, situasi, dan
dalam melakukan penyesuaian sosial yang baik.
relasi yang terjadi dengan mematuhi norma-norma
C. Metode Penelitian
menyesuaikan
diri
remaja
dengan
dalam
baik
menghadapi
dan peraturan sosial kemasyarakatan.
pengasuhan dan pola kelekatan sebagai variabel bebas dan penyesuaian sosial sebagai variabel
yaitu: (a) penampilan nyata; (b) penyesuaian diri
tergantung. Definisi operasional dari masing-
terhadap berbagai kelompok; (c) sikap sosial; dan
masing variabel tersebut adalah sebagai berikut
(d) kepuasan pribadi.
a. Pola Daradjat (1985) menguraikan faktor-faktor yang
sesuai dengan aturan dan norma. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala pola
proses penyesuaian sosial pada remaja, yaitu: (a) (b)
kepribadian;
(c)
yang
membimbing, dan mengarahkan perilaku anak
menjelaskan
setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhi
fisik;
cara-cara
dukungan yang bertujuan untuk mendidik,
(pertentangan batin); (c) kecemasan (anxiety). 2004)
adalah
dengan anak dalam bentuk perhatian dan
berikut: (a) frustasi (tekanan perasaan); (b) konflik
Ali,
pengasuhan
dilakukan orangtua dalam melakukan interaksi
mempengaruhi penyesuaian sosial adalah sebagai
kondisi
yang lebih luas di luar
Variabel dalam penelitian ini adalah pola
yang dapat diterapkan dalam penyesuaian sosial,
(dalam
pertama dan utama bagi
1. Variabel Penelitian
Hurlock (2005) menjelaskan ada beberapa aspek
Schneiders
tempat
pengasuhan yang disusun berdasarkan tiga pola
tingkat
pengasuhan yang dikemukakan oleh Baumrind
pendidikan; dan (d) lingkungan (keluarga, sekolah,
(dalam Santrock, 2005) yaitu pola pengasuhan
masyarakat).
autoritarian
(otoriter),
pola
pengasuhan
autoritatif (demokratis), dan pola pengasuhan 50
permisif. Penilaian pola pengasuhan orang tua
3. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
berdasarkan mean terbesar dari skor jawaban
ini terdiri dari tiga buah skala, yaitu skala pola
masing-masing pola pengasuhan. b. Pola kelekatan adalah suatu bentuk ikatan
pengasuhan, skala pola kelekatan, dan skala
emosional yang kuat yang dikembangkan
penyesuaian sosial. Skala pola pengasuhan orangtua
seseorang melalui interaksinya dengan orang
dalam penelitian ini menggunakan lima kategori
lain
dalam
jawaban, yaitu: Tidak Pernah (TP), Jarang (JRG),
kehidupannya yang berlangsung lama dan terus
Sering (SRG), Hampir Selalu (HS) dan Selalu
menerus. Dalam penelitian ini variabel disusun
(SLL). Pernyataan dalam skala ini mengandung
berdasarkan
yang
aitem favourable (mendukung) dan unfavourable
dikemukakan oleh Bowlby (dalam Yessi, 2003)
(tidak mendukung). Pemberian skor untuk aitem
dan diungkap dalam skala pola kelekatan yang
favourable bergerak dari nol sampai empat untuk
meliputi: pola secure attachment, pola anxious
TP, JRG, SRG, HS dan SLL, sedangkan skor untuk
resistant attachment, dan pola anxious avoidant
aitem unfavourable bergerak dari empat sampai nol
attachment.
untuk TP, JRG, SRG, HS dan SLL.
yang
memiliki
tiga
arti
khusus
pola
kelekatan
Penilaian
pola
kelekatan
Model skala yang digunakan pada skala pola
berdasarkan mean terbesar dari skor jawaban
kelekatan dan skala penyesuaian sosial pada remaja
masing-masing pola kelekatan. c. Penyesuaian sosial adalah kemampuan individu
adalah model likert yang telah dimodifikasi menjadi
untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
empat kategori jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS),
sosial
Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak
kemasyarakatan
yang
berhubungan Dalam
Sesuai (STS). Pernyataan dalam skala penelitian ini
penelitian ini variabel disusun berdasarkan
mengandung aitem favorable (mendukung) dan
aspek-aspek
yang
unfavorable (tidak mendukung). Pemberian skor
dikemukakan oleh Hurlock (2005) dan diungkap
untuk aitem favorable bergerak dari tiga sampai nol
dalam skala penyesuaian sosial yang meliputi
untuk SS, S, TS dan STS, sedangkan skor untuk
aspek-aspek: penampilan nyata, penyesuaian
aitem unfavorable bergerak dari nol sampai tiga
diri terhadap kelompok, sikap sosial dan
untuk SS, S, TS dan STS. Uji validitas dilakukan
kepuasan pribadi
dengan meggunakan korelasi product moment,
2. Subjek Penelitian
sedangkan
dengan
tugas-tugas
perkembangan.
penyesuaian
sosial
uji
reliabilitas
dilakukan
dengan
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja
menggunakan formula Alpha Cronbach yang akan
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sragen yang diambil
diolah dengan program Statistical Product and
dengan tehnik ”cluster random sampling”. Subjek
Service Solution (SPSS) versi 16.0.
berjumlah 86 siswa dari tiga kelas yaitu XI IPA 2,
Dalam penelitian ini, skala pola pengasuhan
XI IPA 3, dan XI IPA 4. pengambilan data
dan skala pola kelekatan menggunakan atribut
dilakukan pada bulan Maret 2009.
komposit 51
dalam
perhitungan
validitas
dan
reliabilitas skala penelitian. Hal ini dikarenakan
variabel bebas yang digunakan merupakan dummy
skala yang digunakan dirancang untuk mengukur
variable. Dummy variable adalah variabel yang
satu atribut namun atribut tersebut dikonsepkan
digunakan untuk membuat kategori data yang
dalam
bersifat kualitatif atau nominal (Santoso, 2005).
beberapa
aspek
atau
dimensi
yang
mengungkapkan subdomain yang berbeda satu
Uji korelasi digunakan untuk menguji
sama lain (Azwar, 2008). Dengan demikian, dalam
hubungan antara masing-masing variabel bebas
pemilihan aitem harus dilakukan analisis aitem bagi
yaitu pola pengasuhan dan pola kelekatan dengan
setiap aspek (menghitung korelasi aitem dengan
variabel tergantung yaitu penyesuaian sosial pada
skor
dengan
remaja. Uji korelasi yang digunakan adalah korelasi
membandingkan indeks diskriminasinya dalam
Pearson karena jumlah sampel penelitian yang
masing-masing aspek, bukan secara keseluruhan.
digunakan jumlahnya lebih dari 30.
aspek,
bukan
skor
skala),
Skala pola pengasuhan terdiri dari 20 butir
D. Hasil dan Pembahasan
dengan nilai koefisen reliabilitas 0,708 untuk
Perhitungan analisis data dengan analisis
subskala demokratis, koefisien reliabilitas 0,689
regresi berganda variabel dummy dapat digunakan
untuk subskala permisif, dan koefisien reliabilitas
ketika data penelitian tersebut memenuhi asumsi
0,738 untuk subskala otoriter. Skala pola kelekatan
normalitas data, linieritas, serta terbebas dari
terdiri dari 36 aitem valid dengan koefisien
asumsi-asumsi klasik statistik yaitu multikolineritas,
reliabilitas 0,881 untuk subskala secure attachment,
autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
koefisien reliabilitas 0,752 untuk subskala anxious
1. Hasil uji asumsi
resistant attachment, dan koefisien reliabilitas 0,918
a. Uji Normalitas
untuk subskala anxious avoidant attachment.
Uji
normalitas
ini
bertujuan
untuk
Sedangkan, Skala penyesuaian sosial pada remaja
mengetahui distribusi data dalam variabel yang
terdiri dari 39 aitem valid dengan koefisien
akan digunakan dalam penelitian. Data yang layak
reliabilitas 0,913.
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki
4. Teknik Analisis
distribusi
Pengujian
Analisis data yang digunakan untuk menguji
normal
statistik
(Nugroho,
dalam
berganda variabel dummy dan korelasi Pearson
mempunyai
yang diolah dengan program program Statistical
Kolmogrov-Smirnov (K-S) dengan menggunakan
Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.
bantuan SPSS 16.0 (Ghozali, 2005). Hasil Uji
Regresi berganda variabel dummy digunakan untuk
Kolmogorov-Smirnov
memprediksi besarnya variabel tergantung yaitu
1,001 dan signifikan pada nilai 0,269 jauh diatas
penyesuaian
α = 0,05 atau 0,269 > 0,05, sehingga dapat
remaja
dengan
keakuratan
menggunakan data variabel bebas yaitu pola
disimpulkan
pengasuhan dan pola kelekatan, dimana kedua
berdistribusi normal. 52
data
termudah
ini
menggunakan
pada
yang
penelitian
hipotesis penelitian adalah dengan analisis regresi
sosial
teknik
2005).
yang
(K-S)
tersebut
tinggi
memberikan
memenuhi
namun yaitu
nilai
syarat
b. Uji Linieritas
pengasuhan dan pola kelekatan memiliki nilai VIF
Uji linieritas hubungan ini dilakukan untuk
tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang
melihat adanya linieritas hubungan antara variabel
dari 0,1. Maka dapat dinyatakan antara variabel
bebas dan variabel tergantung yang dilakukan
bebas pola pengasuhan dan pola kelekatan tidak
dalam penelitian. Dalam penelitian ini uji linieritas
terjadi multikolineritas
dilakukan dengan menggunakan metode Polynomial
d. Uji Autokorelasi
yang akan dihitung dengan alat bantu statistik SPSS
Pengujian autokorelasi dalam suatu model
16.0. Uji linieritas dari hubungan pola pengasuhan
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
dengan penyesuaian sosial diperoleh nilai Fbeda
antara variabel pengganggu pada periode tertentu
sebesar 1,319 dengan nilai probabilitas sebesar
dengan variabel pengganggu periode sebelumnya
0,254
(Nugroho, 2005). Selanjutnya penelitian dikatakan
> 0,05. Hasil uji linearitas menunjukkan
bahwa variabel
pengasuhan mempunyai
bebas dari autokorelasi apabila nilai DW berada
korelasi yang linier dengan variabel penyesuaian
diantara nilai du dan 4-du. Pengujian autokorelasi
sosial. Hubungan antara pola kelekatan dengan
dilakukan dengan alat bantu uji SPSS 16.0.
penyesuaian sosial diperoleh nilai Fbeda sebesar
Berdasarkan hasil perhitungan autokorelasi, dapat
2,664 dengan nilai probabilitas sebesar 0, 106 >
dilihat dari nilai Durbin Watson (DW) sebesar
0,05. Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa
1,830 yang kemudian nilai ini akan dibandingkan
variabel pola kelekatan mempunyai korelasi yang
dengan
linier dengan variabel penyesuaian sosial.
signifikansi 5% dimana jumlah sampel (n) sebesar
c. Uji Multikolineritas
86 dan jumlah variabel independen (k) = 2. Dengan
Uji
pola
multikolineritas
diperlukan
nilai
tabel
dengan
menggunakan
untuk
melihat nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,830
menguji ada tidaknya variabel bebas yang memiliki
yang lebih besar dari batas atas (du) 1,61 dan
kemiripan dengan variabel bebas lain dalam satu
kurang dari nilai 4-du sebesar 2,39 (4-1,61), maka
model. Selain itu, deteksi terhadap multikolineritas
dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi.
juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam
e. Uji Heteroskedastisitas.
proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
uji parsial masing-masing variabel bebas terhadap
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variabel
variance
tergantung
(Nugroho,
2005).
Hasil
dari
residual
satu
pengamatan
ke
perhitungan dari nilai Tolerance dan Variance
pengamatan yang lain (Ghozali, 2005). Dalam
Inflation Factor (VIF) pada bagian Coefficient
penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan
menunjukkan VIF sebesar 1,147 untuk variabel pola
dengan
pengasuhan
pola
membandingkan nilai probabilitas signifikansi hasil
kelekatan. Sedangkan nilai Tolerance sebesar 0,872
regresi nilai absolut residual terhadap variabel bebas
untuk pola pengasuhan dan pola kelekatan. Ini
dengan nilai α nya. Pengujian dilakukan dengan
berarti masing-masing variabel bebas yaitu pola
menggunakan alat bantu statistik SPSS 16.0.
dan
1,147
untuk
variabel
53
menggunakan
uji
Glejser
yaitu
Berdasarkan hasil perhitungan heteroskedastisitas
Berdasarkan tabel korelasi dapat dilihat hasil
menunjukkan tidak ada satupun variabel bebas,
koefisien korelasi antara pola pengasuhan dengan
yaitu pola pengasuhan dan pola kelekatan yang
penyesuaian sosial pada remaja (rx1y) adalah sebesar
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
0,414. Tingkat signifikansi atau probabilitas sebesar
tergantung penyesuaian sosial nilai Absolut Ut
p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat
(AbsUt).
probabilitas
hubungan yang signifikan antara pola pengasuhan
signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% atau
dengan penyesuaian sosial pada remaja. Uji korelasi
0,164 > 0,05 untuk variabel pola pengasuhan dan
menunjukkan hubungan antara pola kelekatan
0,124 > 0,05 untuk variabel pola kelekatan. Jadi
dengan penyesuaian sosial pada remaja (rx2y)
dapat
sebesar 0,696. Tingkat signifikansi atau probabilitas
Hal
ini
terlihat
disimpulkan
dari
bahwa
tidak
terjadi
sebesar p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan bahwa
heteroskedastisitas dalam pengujian ini.
terdapat hubungan yang signifikan antara pola
2. Hasil Uji Hipotesis Perhitungan
analisis
data
dengan
kelekatan dengan penyesuaian sosial pada remaja.
menggunakan analisis regresi berganda variabel
3. Pembahasan
dummy diperoleh nilai R sebesar 0,718, ini menunjukkan
bahwa
hubungan
antara
Hasil analisis data penelitian mengenai
pola
hubungan
antara pola
pengasuhan
dan
pola
pengasuhan dan pola kelekatan dengan penyesuaian
kelekatan dengan penyesuaian sosial pada remaja
sosial pada remaja adalah kuat. Dari perhitungan
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
ANOVA, didapatkan nilai F hitung sebesar 44,114
antara pola pengasuhan dan pola kelekatan dengan
lebih besar dari Ftabel 3,1065 dengan tingkat
penyesuaian sosial pada remaja. Hasil analisis uji
signifikansi atau propabilitas sebesar p = 0,000 (p <
korelasi
0,05) yang artinya signifikan. Hal ini berarti model
pengasuhan dengan penyesuaian sosial pada remaja
regresi
memprediksi
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
penyesuaian sosial pada remaja. Artinya, pola
antara pola pengasuhan dengan penyesuian sosial
pengasuhan dan pola kelekatan secara bersama-
pada
sama berpengaruh terhadap penyesuaian sosial pada
penelitian
yang
dilakukan
remaja. Koefisien determinasi yang digunakan
Chandola
(2008)
tentang
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
pengasuhan dalam penyesuaian pada anak SMA,
variabel pola pengasuhan dan pola kelekatan
yang menyatakan bahwa ada hubungan signifikan
menjelaskan
sosial
antara pola pengasuhan dan penyesuaian pada anak
ditunjukkan oleh nilai R Square sebesar 0,515, yang
SMA. Dalam penelitian tersebut, dikatakan bahwa
berarti sumbangan efektif pola pengasuhan dan pola
seorang anak dengan pengasuhan yang rendah akan
kelekatan terhadap penyesuaian sosial pada remaja
mengalami ketidaknyamanan dalam penyesuaian
adalah sebesar 51,5%.
yang dilakukan bila dibandingkan dengan anak
dapat
dipakai
variabel
untuk
penyesuaian
mengenai
remaja.
hubungan
Hasil
tersebut
antara
sejalan
pola
dengan
sebelumnya
oleh
peran
pola
dari
yang memiliki tingkat pengasuhan yang tinggi. 54
mengatakan bahwa pada remaja dengan orangtua
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kopko dengan
autoritarian pada perkembangannya mempunyai
pengasuhan autoritatif mengetahui bagaimana untuk
penyesuaian yang kurang baik bila dibandingkan
melakukan negoisasi dan terlibat dalam diskusi.
dengan remaja yang memiliki orangtua autoritatif.
(2007)
dilaporkan
bahwa
Mereka
memahami
bahwa
bernilai.
Sebagai
hasilnya
remaja
pendapat
Hasil
mereka
mereka
hubungan
lebih
analisis antara
uji pola
korelasi
mengenai
kelekatan
dengan
sosial,
penyesuaian sosial pada remaja menunjukkan
bertanggungjawab, dan mandiri. Pada remaja
adanya hubungan yang signifikan antara pola
dengan pengasuhan autoritarian mempelajari bahwa
kelekatan dengan penyesuaian sosial pada remaja.
mengikuti peraturan orang tua dan ketaatan pada
Kelekatan dengan orangtua selama masa remaja
disiplin yang keras akan lebih diutamakan daripada
dapat
perilaku mandiri. Sebagai hasilnya remaja mungkin
menyediakan landasan yang kokoh dimana remaja
menjadi sukar diatur atau tergantung. Remaja yang
dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-
sukar diatur akan ditunjukkan dalam perilaku yang
lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang luas
agresif, sedangkan remaja yang lebih patuh akan
dalam suatu cara yang secara psikologis sehat
bergantung kepada orangtuanya. Pada remaja
(Santrock, 2005).
dimungkinkan
memiliki
kompetensi
berlaku
sebagai
fungsi
adaptif,
yang
dengan pengasuhan permisif kurang mematuhi
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
batasan dan aturan, sebagai akibatnya menjadikan
diungkapkan oleh Doyle (2000) yang menyatakan
mereka remaja yang kurang serius. Sebagai
bahwa remaja dengan kelekatan aman lebih sedikit
hasilnya, remaja dapat mengalami kesulitan dalam
terlibat dalam tindakan kekerasan, antisosial dan
mengontrol diri dan menunjukkan kecenderungan
perilaku
egois yang dapat bertentangan dengan kesesuaian
melanggar kesopanan. Dengan kelekatan yang aman
perkembangan hubungan teman sebaya.
remaja
agresi
akan
dan
kegiatan
mengalami
seksual
keberhasilan
yang
dalam
Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada
menjalankan proses perubahan yang dialaminya di
lebih dari 4000 remaja dengan usia 14-18 tahun,
SMA dan menikmati hubungan yang lebih positif
diketahui bahwa remaja yang menggambarkan
dengan keluarga dan teman sebaya. Mereka juga
orangtua mereka sebagai orangtua autoritatif lebih
menunjukkan
mempunyai kompetensi sosial dan lebih baik dalam
kesendirian dan penolakan sosial dibandingkan
penyesuaian sosial dibandingkan remaja lain.
dengan remaja dengan kelekatan tidak aman dan
Remaja dengan pengasuhan autoritarian, cenderung
mereka memperlihatkan cenderung lebih mudah
lebih patuh terhadap aturan dan jauh dari masalah.
menerapkan strategi coping. Lebih lanjut dikatakan
Akan
sedikit
oleh Doyle (2000) hubungan orangtua dan anak
lain.
mengalami perubahan penting selama masa remaja,
(Lamborn dalam Daccey, 1997). Penelitian yang
termasuk berkurangnya waktu yang dihabiskan
dilakukan Steinberg (dalam Chandola, 2008) juga
bersama
tetapi,
kepercayaan
mereka diri
mempunyai
dibandingkan
remaja
55
sedikit
orangtua
kecemasan
dan
perubahan
tentang
dari
ketergantungan menjadi hubungan saling timbal
selayaknya. Dengan demikian, adanya penerapan
balik. Orangtua memainkan peranan yang signifikan
pola pengasuhan yang tepat dalam suatu keluarga
dalam mendukung kelekatan yang aman selama
dan
masa perubahan ini. Dukungan orangtua selama
membantu remaja dalam penyesuaian sosial yang
masa tekanan yang dialami remaja ketika berada
dilakukannya.
dalam proses perubahan diramalkan menjadikan
E. Penutup
remaja memiliki penyesuaian yang positif.
terciptanya
kelekatan
yang
aman
akan
1. Kesimpulan Berdasarkan
Cara-cara yang dilakukan orangtua dalam
hasil
hubungan
perhatian dan kasih sayang yang bertujuan untuk
kelekatan dengan penyesuaian sosial pada remaja
mendidik dan mengarahkan remaja dapat menjadi
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
suatu pembelajaran bagi remaja dalam penerapan
signifikan antara pola pengasuhan dan pola
penyesuaian
Adanya
kelekatan dengan penyesuaian sosial pada remaja.
kesempatan bagi remaja untuk mengeluarkan
Hasil uji korelasi masing-masing variabel bebas
pendapat, berkomunikasi secara aktif dalam diskusi-
terhadap variabel tergantung menunjukkan adanya
diskusi
yang
hubungan yang signifikan, yaitu pola pengasuhan
bertanggungjawab yang diberikan orangtua dapat
secara siginifikan berhubungan dengan penyesuaian
melatih remaja untuk bersosialisasi, sehingga
sosial pada remaja serta adanya hubungan yang
remaja dapat meningkatkan kemampuannya dalam
siginifikan
melakukan penyesuaian di lingkungan yang lebih
penyesuaian sosial pada remaja. Tingkat kontribusi
luas di luar keluarganya. Kelekatan yang aman
dari variabel bebas terhadap variabel tergantung
dengan orang tua dapat membantu remaja dari
terungkap sebesar 51,5%.
keluarga,
dilakukannya.
dan
kebebasan
kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan atau
antara
pengasuhan
mengenai
melakukan interaksi dengan remaja dalam bentuk
yang
antara pola
penelitian
pola
dan
kelekatan
pola
dengan
2. Saran Bagi
ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi
remaja,
diharapkan
dapat
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa
mengantisipasi segala perubahan yang terjadi pada
(Santrock, 2003). Sehingga membantu remaja
masa remaja, satunya yaitu adanya interaksi yang
dalam memahami berbagai situasi sosial yang baru
lebih luas diluar lingkungan keluarganya dengan
dan kemudian menentukan perilaku yang sesuai dan
melakukan
tepat
Meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial yang
dalam
situasi
sosial
tertentu
dengan
penyesuain
sosial
yang
positif.
positif antara lain dapat dilakukan dengan cara
penyesuaian sosial yang dilakukannya. Seorang remaja yang memiliki hubungan
menciptakan kedekatan dan membuka komunikasi
yang erat dengan anggota keluarganya, terutama
dengan orangtua sehingga remaja mempunyai
orangtua, maka di dalam lingkungan masyarakat ia
seseorang yang mampu untuk memahami dan
akan mampu menjadi anggota masyarakat yang baik
memperlakukannya secara bijaksana dan sesuai
dan
dengan kebutuhannya.
dapat
melakukan
penyesuaian
dengan 56
Azwar, Saifudin. 2005. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bagi orangtua, dapat mengupayakan suatu hubungan yang hangat serta menciptakan interaksi
. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang aman dengan remaja dan responsif dalam menanggapi segala hal yang terjadi dengan remaja.
2008. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kondisi tersebut merupakan kesempatan bagi remaja untuk mengembangkan penyesuaian sosial
Baron, A. R., Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial. Jilid 2. (terjemahan Ratna Djuwita, dkk). Jakarta: Erlangga
yang positif yang dapat menjadi bekal dalam menciptakan hubungan yang lebih luas di luar keluarganya.
Chandola, A., Bhanot, S,. 2008. Role of Parenting Style in Adjusment of High School Children. Department of Child Development, N. D. University of Agriculture & Tecnology, Kumarganj, Faizabad, Uttar Pradesh, India. Journal Hum. Ecol., 24(1): 27-30
Bagi praktisi di bidang psikologi, dalam penanganan kasus-kasus yang berkaitan dengan ketidakberhasilan
penyesuaian
sosial
seorang
remaja selain memberikan intervensi langsung kepada remaja juga dapat melibatkan orangtua.
Daccey, John. 1997. Adolescent Development. London: Brown & Benchmark.
Selain itu, secara preventif praktisi di bidang psikologi
dapat
membekali
orangtua
untuk
Darling, N. 1999. Parenting Style and Its Correlates. The ERIC Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education. http://www.ericeece.org. diakses 19 Juni 2008
mengembangkan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan
dengan
dunia
remaja
dan
permasalahannya. Bagi peneliti lain, dapat menggunakan
Daradjat, Z. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
tinjauan teoritis dari ahli lain yang belum terdapat dalam penelitian ini. Bagi peneliti selanjutnya yang
Dewi, K. S., Sri, H. 2005. Studi Korelasi Persepsi Terhadap Afeksi Ayah Dengan Kemampuan Penyesuaian Sosial Remaja di Sekolah Lanjutan Pertama Negeri Kecamatan Semarang Selatan. Jurnal Psikologi Undip, Vol. 2, no.1, 18-32.
berminat untuk mengadakan penelitian dengan topik yang sama, bisa lebih melihat hubungan dari masing-masing pola pengasuhan, pola kelekatan dan penyesuaian sosial sehingga dapat dilihat pola
Doyle, A. Beth. 2000. Attachment to Parents and Adjusment in Adolescence. Literature Review and Policy Implications. Canada: Concordia Univesity.
mana yang paling sesuai untuk diterapkan dalam suatu keluarga. Peneliti selanjutnya juga dapat membandingkan penyesuaian sosial yang dilakukan oleh remaja pria dan remaja wanita.
Ervika, E. 2005. Kelekatan (Attachment) pada Anak. e-USU Repository. diakses 19 Juni 2008.
DAFTAR PUSTAKA Ali, M., Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 57
McCartney, K., Dearing, R. 2002. Cild Development. Neil J. Salkind. Macmillan Reference USA
Helmi, A. F. 2004. Model Teoritik Gaya Kelekatan, Atribusi, Respon Emosi, dan Perilaku Marah. Buletin Psikologi, Tahun XII, No.2, 92-104.
Meichati, S. 1983. Kesehatan Mental: Dasar-dasar Praktis Bagi Pengetahuan dan Kehidupan Bersama. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Hurlock, E. B. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan Instiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditomo, S. R. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mussen, P. H. 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak (terjemahan, Budiyanto, FX, dkk). Jakarta: Arcan.
_____________. 2005. Perkembangan Anak. Edisi Keenam. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. _____________ 2005. Perkembangan Anak. Edisi Keenam. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Mu’tadin, Z. 2002. Penyesuaian Diri Remaja. http://www.e-psikologi.com. diakses 15 Juni 2008
Irmawati. 2003. Motivasi Berprestasi dan Pola Pengasuhan pada Suku Bangsa Batak Toba di Desa Parparean II Kecamatan PorseaKabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Jurnal Psikologi Sosial. Fakultas Psikologi UI. Vol. 9, no.01, 22-32.
Nasution, S. 2001. Metode Research. Jakarta: PT Bumi Aksara Nugroho, A. A. 2003. Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dan Kecemasan terhadap Prestasi Belajar. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Surakarta. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kopko, K. 2007. Parenting Style and Adolescent. Cornel University. http:www.parenting.cit.cornell.edu. Lerner, R, M,. Steinberg, L., 2004. Handbook of Adolescent Psychology. second edition. John Wiley & Sons. Inc.
Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.
Maharani, O. P. 2003. Hubungan Antara Dukungan Sosial Ayah Dengan Penyesuaian Sosial pada Remaja Laki-laki. Jurnal Psikologi, no 1, 23-35. UGM.
Panuju, P., Umami, I. 2005. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana. Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, R. D. 2008. Human Development (terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: Prenada Media Group.
Makmuroch. 2007. Hubungan Pola Pengasuhan dan Kepercayaan Diri Mahasiswa Semester III Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS. Penelitian (tidak diterbitkan). Surakarta. Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS
Rini, J. F. 2002. Problem Kelekatan. http://www.epsikologi.com. diakses 15 Juni 2008 Salkind, N. J. 2002. Child Development. Macmillan Reference USA
Martina, D. B. 2007. Hubungan Antara Pola Attachment Dengan Kecerdasan Emosi pada Remaja. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Surakarta. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Santoso, Singgih. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPPS 16. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
58
______________ 2005. Menggunakan SPSS untuk Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Sekaran, V. 2000. Research Method for Bussiness: A Skill Building Aproach. Third Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development. Jilid 2 (terjemahan Chusairi Achmad dan Damanik Judo). Jakarta: Erlangga. ______________ 2005. Adolescence Perkembangan Remaja (terjemahan Adelar, S. B., dan Saragih, S). Jakarta: Erlangga. Soelaiman, R., Queljoe, D., Hartanti. 1993. Hubungan Persepsi Terhadap Kualitas Komunikasi Orangtua Anak Dalam Keluarga Dengan Perilaku Agresi pada Remaja Laki-laki dan Perempuan. Anima, Vol. VIII, no.31. Sunarto, H., Hartono, B, A,. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Syahab.com. 2008. Budaya Mesum Menjerat Remaja. Hafidz/bukamata/syahab.com. diakses 15 Oktober 2008 Winarsunu, Tulus.2004. Statistika dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press. Yessi. 2003. Hubungan Pola Attachment Dengan Kemampuan Menjalin Relasi Pertemanan pada Remaja. Jurnal Psikologi, Vol. 12, no. 2, 1-12. Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
59