PENGARUH KELEKATAN REMAJA DENGAN IBU DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) REMAJA PADA KELUARGA BERCERAI
NURALIAH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kelekatan Remaja dengan Ibu dan Teman Sebaya terhadap Kecerdasan sosial (Social intelligence) Remaja pada Keluarga Bercerai adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Nuraliah NIM I24090001
ABSTRAK NURALIAH. Pengaruh Kelekatan Remaja dengan Ibu dan Teman Sebaya terhadap Kecerdasan Sosial Remaja pada Keluarga Bercerai. Dibimbing oleh DWI HASTUTI. Dampak perceraian yang dialami oleh keluarga tidak hanya dirasakan oleh orang tua namun juga oleh anak. Memasuki usia remaja, pengaruh lingkungan luas semakin meningkat menyebakan remaja harus memiliki kecerdasan sosial yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelekatan ibu dan teman sebaya terhadap kecerdasan sosial remaja pada keluarga bercerai. Desain penelitian menggunakan cross-sectional study dengan teknik penarikan contoh convenience. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 50 orang yang bersekolah wilayah Kecamatan Tanah Sareal dan Bogor Barat, Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik kelekatan ibu dan teman sebaya maka semakin baik pula kecerdasan sosial remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan lama perceraian orang tua berpengaruh terhadap kecerdasan sosial remaja. Selain itu, remaja perempuan menunjukkan kecerdasan sosial yang lebih baik dibandingkan remaja laki-laki. Kata kunci: kelekatan ibu, kelekatan teman, kecerdasan sosial, perceraian, remaja
ABSTRACT NURALIAH. The Influence of Teenagers Attachment with Mothers and Peer Group to Social Intelligence of Teenagers among Divorced Families. Supervised by DWI HASTUTI. The Effect of divorce is not only affected to parents but also to their children. In adolescence, influence of environment will increase that make them to have good social intelligence. The aim of this research to analyze the influence of Teenager’s Attachment with Mother’s and Peer Group to Social Intelligence of Teenager’s among Divorced Families. In this was cross sectional design with convenience sampling techniques. Participants in this study were 50 adolescenct in Tanah Sareal and West Bogor Sub Districts, Bogor City. The results showed that better the mother and peer attachment it is likely the better the adolescent social intelligence. The results also showed length of divorce influenced to social intelligence. In addition, girls showed better social intelligence than boys. Key words: adolescence, divorce, mother attachment, peer attachment, social intelligence
PENGARUH KELEKATAN REMAJA DENGAN IBU DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) REMAJA PADA KELUARGA BERCERAI
NURALIAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul
Nama NIM
: Pengaruh Kelekatan Rernaja dengan Ibu dan Ternan Sebaya terhadap Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Remaja pada Keluarga Bercerai : Nuraliah : 124090001
Disetujui oleh
Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc
Dosen Pernbirnbing
Dr. Ir. Hartoyo, M .Sc
Ketua Departernen Ilmu Keluarga dan Konsurnen
Tanggal Lulus:
l2.0 AUG
2Q1.1
Judul
Nama NIM
: Pengaruh Kelekatan Remaja dengan Ibu dan Teman Sebaya terhadap Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Remaja pada Keluarga Bercerai : Nuraliah : I24090001
Disetujui oleh
Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Alhamdulillahirabbil alalmin. Tiada kalimat yang tepat untuk disampaikan selain puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai pertolongan dan kemudahan. Rampungnya hasil penelitian ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu, saya ingin berterima kaih kepada Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dan meluangkan waktunya untuk memberikan saran perbaikan skripsi yang lebih baik. Kepada Ir. M. D. Djamaluddin, M.Sc dan Alfiasari, SP, M. Si selaku dosen penguji sidang, terimakasih atas sarannya. Kepada Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA sebagai pembimbing akademik dan Dr. Ir. Hartoyo, M. Sc sebagai Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, dan segenap staf pengajar, pegawai, dan rekanrekan mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, khususnya IKK 46 yang selalu memberi dukungan bagi terciptanya suasana sarat pengetahuan bagi penulis. Tiada yang lebih berjasa dalam menjadi semangat penulis selain segenap keluarga. Kepada Almarhum nenek Hatidja yang selalu memberikan bimbingan, doa, dan motivasi kepada penulis. Kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta, kakak dan adikku tersayang terima kasih atas dukungannya selama ini. Tidak lupa kepada sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasinya. Teman-teman satu bimbingan penelitian Asilah, Pretty Dinda Srikandi, dan Rina Apriantini atas kebersamaannya, dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini menyumbangkan pengetahuan yang bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013 Nuraliah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Defensi Operasional HASIL Karakteristik Keluarga Kelekatan Ibu Kelekatan Teman Sebaya Kecerdasan Sosial Remaja Hubungan Karakteristik Keluarga dan Remaja dengan Kelekatan Ibu Hubungan Karakteristik Keluarga dan Remaja dengan Kelekatan Teman Sebaya Hubungan Karakterstik Keluarga dan Remaja dengan Kecerdasan Sosial Remaja Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecerdasan Sosial Remaja PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 2 2 3 1 5 5 6 6 9 10 10 11 12 13 13 14 14 15 16 18 18 19 19 22 29
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Data, Variabel, Alat Bantu, Skala Data, dan Sumber Informasi Data dan Cara Pengolahannya Nilai Rerata dan Simpangan Baku Variabel Karakteristik Keluarga Sebaran Contoh Menurut Usia dan Jenis Kelamin Sebaran Menurut Dimensi Kecerdasan Sosial Remaja Nilai Koefisien Korelasi Variabel Karakteristik Keluarga, Karakterisik Remaja, dengan Kelekatan Ibu-Remaja Koefisien Korelasi Karakteristik Keluarga, Karakterisik Remaja, dengan Kelekatan Teman Sebaya-Remaja Koefisien Korelasi Karakteristik Keluarga, Karakterisik Remaja, Kelekatan Ibu dan Teman Sebaya dengan Kecerdasan Sosial Remaja Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Sosial Remaja
6 7 10 11 13 14 14 15 15
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Kerangka Pemikiran Teknik Penarikan Contoh Sebaran Contoh Menurut Dimensi Kelekatan Remaja-Ibu Sebaran Contoh Menurut Tipe Kelekatan Remaja-Ibu Sebaran Contoh Menurut Dimensi Kelekatan Remaja-Teman Sebaya Sebaran Contoh Menurut Tipe Kelekatan Remaja-Teman Sebaya
4 5 11 12 12 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Ringkasan Studi Penelitian Hasil Uji Instrumen Statistik Deskriptif Hasil Uji Korelasi Pearson Hasil Uji Korelasi Spearman Hasil Uji Regresi Linear
23 24 25 26 27 28
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan data Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Ditjen Badilag MA), selama tahun 2010 terdapat 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian ke Pengadilan Agama se-Indonesia. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Sedangkan berdasarkan data SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) tahun 2011, Kota Bogor merupakan kota dengan jumlah perceraian tertinggi di Jawa Barat. Informasi yang diperoleh dari pengadilan Negeri Kota Bogor, menunjukkan Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal merupakan dua kecamatan tertinggi diantara kecamatan lainnya sejak tahun 2008-2012. Pada tahun 2008 dari 4.528 pernikahan, terdapat 5,58 persen yang berakhir dengan perceraian, dan tahun 2009 angka perceraian meningkat menjadi 8,14 persen dari 7.669 pernikahan di Kota Bogor. Akibat dari perceraian menyebabkan hilangnya salah satu figur orang tua. Suhendi (2001) menjelaskan bahwa dalam pembentukan kepribadian anak faktor yang paling menentukan adalah keteladanan orang tua. Kehadiran orang tua atau orang-orang dewasa dalam keluarga mempunyai fungsi pendidikan yang pertama. Proses sosialisasi orang tua dilakukan dengan memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perceraian orang tua memberikan dampak terhadap anak. Seperti yang diungkapkan oleh Amato dan Keith (1991) dalam Amato (2000) bahwa anak yang orang tuanya bercerai memiliki skor yang lebih rendah dalam berbagai aspek perkembangannya, meliputi prestasi akademik, penyesuaian psikologis, konsep diri, dan keterampilan sosial remaja. Dampak yang lebih ekstrim akibat perceraian orang tua adalah kenakalan remaja yang ditunjukkan dengan perilaku pemarah, suka berkelahi dengan siapa pun, melawan terhadap orang tua, mencoba hal-hal yang bersifat kriminal seperti mencopet, mencoba obat-obatan terlarang yaitu sabu-sabu, pil estasy dan ganja (Prihatinningsih 2012). Hasil penelitian Nair dan Murray (2005) menyatakan perceraian dapat mengubah kelekatan ibu dengan anak dimana kelekatan menjadi lebih rendah. Kelekatan ibu yang kuat membantu anak untuk memiliki kepuasan hidup yang lebih baik (Claudia & Huebner 2008), hal ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Greenberg dan Armsden (1987). Kelekatan yang tidak aman dengan ibu akan membuat anak mengalami gangguan kelekatan (attachment disorder), dan akan membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial anak. Memasuki usia remaja, pengaruh teman sebaya menjadi lebih kuat (Papalia 2007). Perceraian dan keadaan keluarga yang tidak lengkap menyebabkan ikatan keluarga dan suasana keluarga tidak dapat memberikan rasa aman kepada anak, sehingga akan mencari perlindungan dan rasa aman di tempat lain, tempat lain ini adalah teman sebaya atau teman dekat (Gunarsa 2009). Hasil penelitian Gulleno dan Robinson (2005) menunjukkan bahwa kelekatan ibu menjadi menurun ketika anak memasuki usia remaja dan menjadi lebih lekat dengan teman sebayanya. Ditambahkan oleh Rose dan Boyce (2002) remaja yang berasal dari keluarga bercerai, teman sebaya menjadi sumber dukungan sosial yang membantu remaja untuk mengembangkan berbagai keterampilannya. Namun, peran teman sebaya
2 tidak selamanya memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitawati (2006) justru menunjukkan remaja yang memiliki keterikatan yang kuat dengan teman sebayanya berpeluang melakukan kenakalan kriminal. Penelitian yang dilakukan oleh Anggia (2008) membandingkan keterampilan sosial remaja dari keluarga utuh dengan keluarga bercerai. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang berasal dari keluarga bercerai cenderung memiliki keterampilan sosial atau kecerdasan sosial yang rendah. Individu yang memiliki kecerdasan sosial yang rendah dicirikan dengan perilaku tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik (Kustiyarini 2007). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan yang dihadapi remaja mengenai kecerdasan sosialnya berkaitan dengan hubungan dalam membentuk kelekatan ibu dan teman sebaya. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh kelekatan ibu dan kelekatan teman sebaya serta kecerdasan sosial remaja dari keluarga yang mengalami perceraian. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Menganalisis pengaruh kelekatan remaja dengan ibu dan kelekatan teman sebaya terhadap kecerdasan sosial remaja pada keluarga bercerai. Tujuan Khusus Adapun tujuan khususnya yaitu: 1. Mengidentifikasi kelekatan ibu dan kelekatan teman sebaya 2. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga dan remaja dengan kelekatan ibu 3. Menganalisis hubungan karaktersitik keluarga dan remaja dengan kelekatan teman sebaya 4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, remaja, kelekatan ibu dan kelekatan teman sebaya dengan kecerdasan sosial remaja Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah mengenai pengaruh dari perceraian terhadap perkembangan remaja sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait perceraian. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran kepada orang tua mengenai kelekatan ibu dan teman sebaya yang berpengaruh terhadap kecerdasan sosial remaja dari keluarga yang mengalami perceraian. Bagi remaja, penelitian ini dapat menjadi sumber infomasi mengenai kecerdasan sosial sehingga membantu remaja untuk memahami bagaimana membangun hubungan yang baik di lingkungan sosial. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang tertarik dengan topik penelitian sejenis.
3
KERANGKA PEMIKIRAN Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional. Pendekatan teori struktural fungsional selain digunakan untuk menganalisis fungsi keluarga utuh juga dapat digunakan untuk menganalisis keluarga bercerai (single parent)(Puspitawati 2012). Selain teori struktural fungsional juga digunakan pendekatan teori sistem yang menjelaskan adanya komponen-komponen yang saling tergantung antara yang satu dengan yang lainnya (Parsons dalam Puspitawati 2009). Apabila keluarga memiiki pondasi yang kuat dan menjalankan semua fungsinya dengan baik, maka akan menghasilkan outcome yang baik pada seluruh anggota keluarganya. Sistem yang paling dekat dengan anak ketika memasuki usia remaja yaitu teman sebaya. Teman sebaya mempunyai andil yang cukup besar dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosial remaja, dengan demikian terdapat keterkaitan yang erat antara individu (perkembangan remaja), keluarga (sebagai pondasi primer dari remaja), dan teman sebaya (sebagai pengaruh dari sistem di luar keluarga). Kecerdasan sosial merupakan outcome dari suatu proses antara anggota keluarga dengan sistem di lingkungan sekitarnya (teman sebaya). Tidak berjalannya fungsi keluarga dengan baik mengakibatkan interkasi yang kurang baik antara keluarga dan remaja. Ditambah lagi hubungan yang kurang baik antara remaja dengan teman sebaya di sekolah maupun tetangga dekat maka, secara perlahan-lahan akan membuat remaja tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Kedua hal tersebut dapat mempengaruh kecerdasan sosial remaja. Santrock (2003) menyatakan bahwa peran esensial keluarga yaitu pengasuhan. Melalui pengasuhan maka akan terbentuk hubungan antara anak dan orang tua yaitu kelekatan (attachment). Kelekatan merupakan ikatan emosional yang kuat, dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus (Bowlby 1992). Beberapa penelitian membuktikan bahwa, anak yang memiliki kelekatan yang aman akan menunjukkan kompetensi sosial yang baik (Parker, Rubin, Price dan Rosier 1995). Keadaan keluarga yang tidak harmonis karena perceraian membuat remaja kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kelekatan diantara keduanya. Menurut Nair dan Murray (2005), anak yang berasal dari keluarga bercerai memiliki kelekatan yang tidak aman dengan ibunya. Kelekatan yang tidak aman dengan ibu juga akan berdampak pda rendahnya kelekatan dengan teman sebaya. Deborah J, Laible GC, dan Marcela F (2000) dalam penelitiannya menemukan hubungan antara kelekatan dengan penyesuaian diri remaja. Remaja yang memiliki kelekatan yang tidak aman dengan orang tua dan teman sebayanya tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sosialnya. Penyesuaian diri yang baik disebabkan oleh faktor kecerdasan sosial. Amato (2000) menyatakan bahwa keutuhan keluarga sangat berpengaruh terhadap penyesuaian diri remaja. Ditambahkan oleh Kustiyarini (2007), ciri-ciri remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik yaitu memiliki rasa rendah diri, dikucilkan dalam pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normal, dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, serta tindakan kekerasan. Model kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
1 4
Kualitas Pengasuhan Karakteristik keluarga 1. Usia ibu 2. Usia menikah ibu 3. Perkawinan ke/riwayat pernikahan ibu 4. Pendidikan ibu 5. Pendapatan keluarga 6. Pekerjaan ibu 7. Lama perceraian ibu 8. Besar keluarga
Kelekatan ibu
Kecerdasan sosial remaja
Kelekatan teman sebaya
Lingkungan sekolah Karakteristik anak 1. Usia 2. Jenis kelamin
Keterangan: Tidak diteliti Diteliti Gambar 1 Kerangka Pemikiran
5
METODE Desain Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian menggunakan Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu tertentu dan tidak berkelanjutan. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive, yaitu di Kota Bogor dengan pertimbangan bahwa wilayah Kota Bogor memiliki karakteristik yang cenderung seragam dan merupakan bagian dari wilayah di Jawa Barat, dimana Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki tingkat perceraian yang cukup tinggi. Adapun kecamatan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal yang merupakan dua kecamatan yang memiliki tingkat perceraian tertinggi di Kota Bogor. Sembilan sekolah yang berada di Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal yang dijadikan lokasi penelitian diantaranya SMAN 5 Bogor, SMA BBS, SMA Pembangunan 1, Mts. Yasiba, SMPN 6, SMP N 5, SMPN 12, SMPN 8, dan SMPN 14. Waktu penelitian dilakukan mulai Januari-Juni 2013 yang meliputi persiapan, observasi, pengumpulan data, analisis, serta penulisan. Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah anak usia 12-18 tahun yang berasal dari keluarga bercerai (cerai hidup) dan tinggal bersama ibu. Pemilihan usia contoh didasarkan pada pertimbangan bahwa usia 12-18 tahun tergolong masa remaja (Hurlock 1980). Jumlah contoh dalam penelitian ini berjumlah 50 orang dengan teknik penarikan contoh yaitu convenience. Keluarga Bercerai di Kota Bogor
Diperoleh dari angket
Purposive
Kecamatan Bogor Barat
Kecamatan Tanah Sareal
6 sekolah
3 sekolah
96 contoh 50 contoh
Purposive
Convenience
Convenience
Convenience
Gambar 1 Teknik penarikan contoh Data contoh yang terkumpul dari sembilan sekolah yang menjadi lokasi penelitian dilakukan dengan cara menyebarkan angket terkait status orang tua setelah dilakukan screeaning terpilih sebanyak 96 contoh yang sesuai kriteria
6 (cerai hidup, tinggal bersama ibu, dan ibu belum menikah). Setelah dilakukan konfirmasi kepada orang tua dan anak, hanya 50 yang bersedia untuk dijadikan contoh penelitian. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian mencakup data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data primer diperoleh melalui self report dengan alat bantu kuesioner yang meliputi karakteristik anak (usia dan jenis kelamin), karakteristik keluarga (usia ibu, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, lama perceraian, lama perceraian, status perceraian, usia menikah, riwayat pernikahan, dan besar keluarga), kelekatan ibu dan teman sebaya serta kecerdasan sosial remaja. Sedangkan data sekunder berupa angka perceraian di Kota Bogor (Tabel 1). Tabel 1 Jenis data, variabel, alat bantu, skala data, dan sumber informasi Jenis Data Primer
Primer
Primer
Primer
Primer
Sekunder
Variabel Karakteristik keluarga - Usia ibu - Usia menikah ibu - Pendidikan ibu - Pendapatan - Status pekerjaan ibu - Lama perceraian ibu - Riwayat pernikahan ibu - Besar keluarga Karakteristik anak - Usia - Jenis kelamin Kelekatan ibu - Kepercayaan - Komunikasi - Pengasingan Teman sebaya - Kepercayaan - Komunikasi - Pengasingan Kecerdasan sosial - Kesadaran sosial - Fasilitas sosial Data perceraian di Kota Bogor
Alat bantu dan skala data Kuesioner Rasio Rasio Ordinal Rasio Nominal Rasio Nominal Rasio Kuesioner Rasio Nominal Kuesioner (Armsden & Greenberg 1987) Rasio
Sumber informasi Ibu
Kuesioner (Armsden & Greenberg 1987) Rasio
Anak
Goleman (2007) Rasio
Anak
Anak
Anak
Instansi pemerintahan setempat
Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul diolah melalui proses editing, coding, scoring, entrying, cleaning, recoding, serta analyzing dengan menggunakan program Microsoft exel dan SPSS for windows. Analisis data yang digunakan meliputi uji korelasi Pearson, uji korelasi Spearman, dan analisis regresi linear berganda. Sebelum melakukan penelitian alat ukur kuesioner melalui uji realibilitas dan validitas. Nilai Cronbach’s alpha kelekatan ibu, kelekatan teman, dan kecerdasan
7 sosial berturut-turut yaitu 0,837, 0,732, dan 0,833. Sistem scoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor maka semakin tinggi kategorinya, kecuali pada dimensi pengasingan. Kelekatan ibu dan teman sebaya diukur dengan menggunakan instrumen Inventory of Parent and Peer Attachment (Armsden & Greenberg 1987) terdiri dari tiga dimensi yaitu kepercayaan, komunikasi, dan pengasingan. Tipe kelekatan ibu dan teman sebaya dibedakan menjadi dua yaitu, kelekatan aman (high security) dan kelekatan tidak aman (low security). Dikatakan memiliki kelekatan aman apabila dimensi komunikasi dan kepercayaan minimal berada pada kategori sedang dan dimensi pengasingan minimal berada pada kategori rendah. Sedangkan tipe kelekatan tidak aman apabila dimensi pengasingan minimal berada pada kategori sedang dan dimensi komunikasi dan kepercayaan berada pada kategori rendah (Armsden & Greenberg 1987, dalam Wahyuni 2012). Kecerdasan sosial diukur dengan menggunakan instrumen Wulandari (2009) pengembangan dari Social Intelligence (Goleman 2007), terdiri dari dua dimensi yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Skor total dari kelekatan ibu, teman sebaya, dan kecerdasan sosial remaja kemudian dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rendah (<60), sedang (60-80), tinggi (>80). Tabel 2 Data dan cara pengolahannya -
Variabel Karakteristik keluarga 1. pendidikan terakhir ibu
2. Pendapatan ibu
3. Status pekerjaan ibu 4. Lama perceraian ibu
5. Usia ibu
6. Usia menikah ibu
7. Riwayat pernikahan ibu 8. Besar keluarga
Kategori 1. Tidak tamat Sekolah Dasar 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. Diploma 6. S1/S2/S3 1.<1.000.000 2.1.000.000-2.500.000 3.500.000-5.000.000 4.5.000.000-7.500.000 5.7.500.000-10.000.000 6.≥10.000.000 0. Tidak bekerja 1. Bekerja 1. < 1 tahun 2. 5-10 tahun 3. ≥10 tahun Papalia, Old, Feldman (2009) 1.Dewasa awal (21-40 tahun) 2.Dewasa madya (40-65 tahun) 3.Dewasa akhir (>65 tahun 1.Remaja Madya (15-18 tahun) 2.Remaja akhir (18-21 tahun) 3.Dewasa awal (21-40 tahun) 1.Pertama 2.Kedua Menurut BKKBN (1998) 1.Keluarga kecil (≤4 orang) 2.Keluarga sedang (5-7 orang) 3.Keluarga besar (≥8 orang)
8
-
-
-
-
Tabel 2 Data dan cara pengolahannya (lanjutan) Variabel Kategori Karakteristik remaja 1.Remaja awal (12-15 tahun) 1. Usia 2.Remaja madya (15-18 tahun) 3.Remaja akhir (18-21 tahun) 2. Jenis kelamin 0.Perempuan 1. Laki-laki Kelekatan ibu Pertanyaan berjumlah 20 dengan penilaian 1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3=ragu-ragu; 4=setuju; 5=sangat setuju. Kelekatan teman sebaya Pertanyaan berjumlah 15 dengan penilaian 1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3=ragu-ragu; 4=setuju; 5=sangat setuju. Kecerdasan sosial Pertanyaan berjumlah 30 dengan penilaian 1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3=ragu-ragu; 4=setuju; 5=sangat setuju.
Analisis korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan variabel dengan skala data interval dan rasio. Sementara itu, korelasi Spearman digunakan untuk melihat hubungan antar variabel dengan skala data nominal dan ordinal. Sedangkan regresi linear berganda digunakan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecerdasan sosial remaja. berikut ini persamaan regresi liniear berganda: Yi= α+β1x1+ β2x2+ β3x3+ β4x4+ β5 x5+ β6x6+ β7 x7+ β8x8+ β9x9+ β10 x10 +γ1D1 + γ2D2 +𝜀 Keterangan : Yi = kecerdasan sosial remaja α = konstanta βn = koefisien regresi x1 = usia ibu x2 = pendapatan keluarga x3 = pendidikan trakhir ibu x4 = besar keluarga x5 = usia menikah ibu x6 = lama perceraian ibu x7 = riwayat nikah x9 = usia remaja x9 = kelekatan ibu x10 = kelekatan teman sebaya γ1- 2= koefisien dummy D1 = ekerjaan ibu (0=tidak bekerja; 1=bekerja) D2 = jenis kelamin anak (0=anak laki-laki; 1=anak perempuan) 𝜀 = galat
9 Defensi Operasional Keluarga bercerai adalah keluarga yang pernah bercerai (cerai hidup) dalam riwayat perkawinannya dan belum menikah lagi. Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh keluarga dengan latar belakang keluarga yang mengalami perceraian diukur dari usia ibu, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, lama perceraian, riwayat menikah, usia menikah dan besar keluarga. Usia ibu adalah umur ibu saat pengambilan data ketika penelitian dilakukan (dalam tahun). Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan terakhir yang pernah ditempuh atau yang sedang di tempuh. Status pekerjaan ibu adalah status pekerjaan ibu setelah bercerai. Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang didapat keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lama perceraian adalah lama ibu berpisah dengan ayah terhitung dari keputusan perceraian. Riwayat pernikahan adalah latar belakang pernikahan (dihitung perceraian dengan urutan pernikahan ke-) yang pernah dilakukan ibu pada keluarga yang mengalami perceraian. Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga inti. Usia menikah adalah usia ibu pada pernikahan awal, di ukur dengan satuan tahun. Karakteristik remaja adalah ciri yang melekat pada diri remaja yang meliputi usia dan jenis kelamin. Remaja adalah anak yang masuk dalam rentan usia remaja usia 12 sampai 18 tahun dan belum menikah. Jenis kelamin anak adalah karakteristik remaja yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Usia anak adalah umur remaja pada keluarga yang mengalami perceraian. Teman sebaya adalah remaja dengan tingkat usia atau kedewasaan yang hampir sama dengan remaja. Kelekatan ibu adalah ikatan emosional yang dibentuk oleh remaja terhadap ibunya dan dikembangkan melalui interaksi meliputi tiga dimensi, yaitu kepercayaan, komunikasi dan pengasingan. Kelekatan teman sebaya adalah ikatan emosional yang dibentuk oleh remaja dengan teman dan dikembangkan melalui interaksi meliputi dimensi kepercayaan, komunikasi, dan pengasingan. Kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk mengerti orang lain dan bagaimana bereaksi terhadap situasi sosial yang berbeda. Unsur kecerdasan sosial meliputi kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial adalah kemampuan remaja untuk memahami diri sendiri dan perasaan orang lain. Fasilitas sosial adalah tindakan yang kemudian dilakukan oleh remaja dengan kesadaran yang dimiliki.
10
HASIL Karakteristik Keluarga Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh usia ibu berada pada kategori dewasa madya (52%). Rata-rata usia ibu 41,08 tahun dengan kisaran usia 30 sampai 53 tahun. Berdasarkan usia menikah, dua per tiga (64%) ibu yang mengalami perceraian menikah di usia dewasa awal (21-40 tahun) dengan ratarata usia 22,08 tahun. Kisaran usia menikah ibu yaitu 15 sampai 38 tahun. Pendapatan yang diperoleh ibu bekerja berkisar antara Rp300 000 sampai Rp12 000 000 per bulan. Hasil penelitian menunjukkan sebaran terbesar (17%) ibu memiliki pendapatan berkisar antara Rp300 000 sampai Rp1 000 000 per bulan. Hampir seluruhnya ibu berstatus bekerja (92%). Ibu dengan status tidak bekerja pemenuhan kebutuhan sehari-hari bersumber dari anak, mantan suami, dan anggota keluarga luas. Besar keluarga inti merupakan banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah serta menggunakan sumber daya yang sama (BKKBN 1998). Berdasarkan besar keluarga inti, sebesar 90 persen keluarga remaja berada pada kategori keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga 1 sampai 4 orang dan rata-rata jumlah anggota keluarga yaitu 3 orang. Sebaran terbesar (46%) lama perceraian yaitu 1 sampai 5 tahun. Terdapat 4 persen lama perceraian orang tua kurang dari satu tahun dan 20 persen lama perceraian orang tua lebih dari 10 tahun. Hampir seluruhnya ibu memiliki riwayat pernikahan pertama (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu cukup bervariasi. Sebaran terbesar pendidikan ibu berada pada kelompok SMA atau sederajat sebesar 44 persen. Terdapat 22 persen ibu berada pada tingkat pendidikan S1/S2, dan 16 persen berada pada tingkat pendidikan Diploma. Selain itu terdapat 2 persen ibu tidak menamatkan pendidikan Sekolah Dasar. Tabel 3 Nilai rerata dan simpangan baku variabel karakteristik keluarga Karakteristik Keluarga Usia ibu (tahun) Usia menikah ibu (tahun) Pendapatan keluarga (Rp) Besar keluarga (orang) Lama perceraian (tahun)
Min – Max 30-50 15-38 300 000-12 000 000 2-5 0,3-18
Rata-rata±sd 41,08±5,22 22,60±4,09 2 995000±2855503,9 3,18±0,89 6,52±4,55
Karakteristik Remaja Usia remaja berkisar antara 12 tahun sampai 18 tahun dengan rata-rata usia 15 tahun. Berdasarkan Tabel 4, lebih dari separuh (78%) berada pada kategori remaja awal, sebesar 18 persen berada pada kategori remaja madya, dan hanya 4 persen berada pada kategori remaja akhir. Proporsi remaja perempuan lebih besar (60%) dibandingkan dengan remaja laki-laki (40%). Remaja laki-laki lebih dari tiga per empat (80%) berada pada kategori remaja awal, begitu pula dengan remaja perempuan (76,67%).
11 Tabel 4 Sebaran contoh menurut usia dan jenis kelamin Usia Remaja awal (12-15) Remaja madya (15-18) Remaja akhir (18-21) Total Min-maks Rata-rata± sd
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan n % n % 16 80,0 23 76,7 3 15,0 6 20,0 1 5,0 1 3,3 20 100,0 30 100,0 12-18 tahun 13,68 ± 1,50
Total n 39 9 2 50
% 78,0 18,0 4,0 100,0
Kelekatan Ibu Kelekatan adalah adalah ikatan emosional yang dibentuk oleh remaja terhadap figur lekatnya dan dikembangkan melalui interaksi yang meliputi tiga dimensi, yaitu kepercayaan, komunikasi dan pengasingan (Armsden & Greenberg 1987). Kepercayaan diartikan sebagai perasaan aman ketika mempercayai orang lain dan juga percaya bahwa orang tersebut bisa memenuhi apa yang dibutuhkan. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam hubungan orang tua remaja. Komunikasi dapat menumbuhkan emotional bonding serta merupakan jalan untuk saling memahami antara orang tua dan anak. Pengasingan merupakan suatu tindakan orang tua yang tidak menganggap anaknya. Terdapat dua faktor yang sering dilakukan yaitu menghindar dan penolakan, kedua faktor ini dapat mengganggu kelekatan antara ibu dan anak. Berdasarkan Gambar 3, kepercayaan remaja terhadap ibu lebih baik (60%) dibandingkan komunikasi (20%). Terdapat 8 persen dimensi komunikasi berada pada kategori rendah. Hal ini dinyatakan remaja bahwa mereka tidak pernah menunjukkan perasaannya dan menceritakan masalah yang dihadapinya kepada ibu. Sementara itu dimensi pengasingan hampir seluruhnya berada pada kategori kurang (94%) yang berarti remaja rendah dalam sikap penolakan atau menghindar dari ibu. 94
100% 60
60%
40
40% 20%
rendah (<60) sedang (60-80) tinggi (>80)
72
80%
20 0
8
6
0
0% Kepercayaan
Komunikasi
Pengasingan
Gambar 3 Sebaran contoh menurut dimensi kelekatan remaja-ibu Armsden dan Greenberg (1978) mengklasifikasikan kelekatan menjadi dua tipe yaitu kelekatan aman dan kelekatan tidak aman. Remaja berada pada kelekatan aman apabila dimensi kepercayaan dan komunikasi minimal berada pada kategori sedang dan dimensi pengasingan berada minimal pada kategori rendah. Sedangkan dikatakan memiliki kelekatan tidak aman apabila dimensi pengasingan minimal berada pada kategori sedang dan dimensi komunikasi dan kepercayaan berada pada kategori rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
12 sebesar 88 persen remaja berada pada tipe kelekatan aman dan masih terdapat 12 persen remaja yang memiliki kelekatan yang tidak aman dengan ibu. 100%
88
80% 60% 40% 12
20% 0% High security Kelekatan aman
Low security Kelekatan tidak aman
Gambar 4 Sebaran contoh menurut tipe kelekatan ibu-remaja Kelekatan Teman Sebaya Teman sebaya adalah kelompok anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Seperti halnya dengan kelekatan ibu, kelekatan teman sebaya juga diukur dengan tiga dimensi yaitu kepercayaan, komunikasi, dan pengasingan. Berdasarkan Gambar 5, terdapat 6 persen pada dimensi kepercayaan berada pada kategrori rendah. Hal ini dinyatakan remaja bahwa teman tidak mendengarkan apa yang remaja ingin katakan dan menganggap teman bukan orang yang paling baik. Sedangkan pada dimensi komunikasi terdapat 2 persen remaja berada pada kategori rendah. Remaja menyatakan bahwa teman tidak mengetahui dan tidak menanyakan jika remaja memiliki masalah. Selain itu, teman juga tidak mengetahui jika remaja merasa tidak ingin diganggu. Pada dimensi pengasingan, lebih dari empat per lima berada pada kategori rendah (88%), yang berarti remaja rendah dalam sikap menolak atau menghindar dari teman sebayanya. 100%
88
86
rendah (<60) sedang (60-80) tinggi(>80)
72
80% 60% 40% 20%
22 6
2
12
12 0
0% Kepercayaan
Komunikasi
Pengasingan
Gambar 5 Sebaran contoh menurut dimensi kelekatan remaja-teman sebaya Sebesar 78 persen kelekatan teman sebaya berada pada tipe kelekatan tidak aman. Hal ini menunjukkan masih terdapat 22 persen remaja memiliki kelekatan yang tidak aman dengan teman sebayanya. Jika dibandingkan dengan tipe kelekatan ibu, tipe kelekatan teman sebaya memiliki persentase lebih rendah pada tipe kelekatan aman (Gambar 6).
13 100% 80%
78
60% 40% 22 20% 0% Kelekatan aman High security
Kelekatan aman Low tidak security
Gambar 6 Sebaran contoh menurut tipe kelekatan remaja-teman sebaya Kecerdasan Sosial Remaja Kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk mengerti orang lain dan bagaimana bereaksi terhadap situasi sosial yang berbeda. Unsur kecerdasan sosial meliputi kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain, sedangkan fasilitas sosial adalah tindakan yang kemudian remaja lakukan atas kesadaran yang dimilikinya (Goleman 2007). Pada Tabel 5, sebaran terbesar kesadaran sosial remaja berada pada kategori tinggi (72%). Jika dibandingkan dengan fasilitas sosial, sebaran terbesar remaja berada pada kategori sedang (54%). Hal ini menunjukkan bahwa beberapa remaja mampu memahami dirinya sendiri dan orang lain namun belum mampu untuk melakukan tindakan berdasarkan kesadaran yang sudah dimilikinya. Hasil dari penelitian menunjukkan hampir dua per tiga berada pada kategori sedang (70%) dan tidak ada remaja yang berada pada kategori rendah. Tabel 5 Sebaran menurut dimensi kecerdasan sosial remaja Kategori Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80) Min-maks Rata-rata± sd
Kesadaran sosial n % 0 0,0 14 28,0 36 72,0 63,07-92,30 77,41±6,50
Fasilitas sosial n % 1 0,2 27 54,0 12 24,0 58,82-92,65 75,34±8,38
Total n
% 0,0 0,0 35 70,0 15 30,0 60,67-95,33 76,24± 7,1223
Hubungan Karakteristik Keluarga dan Remaja dengan Kelekatan Ibu Hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga dengan kelekatan ibu menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu, pendidikan terakhir, besar keluarga, usia menikah ibu, dan lama perceraian dengan kelekatan ibu. Pada karakteristik remaja juga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara usia anak dan jenis kelamin dengan kelekatan ibu. Hal ini berarti bahwa karakteristik keluarga dan remaja tidak berhubungan dengan kelekatan ibu (Tabel 6).
14 Tabel 6 Nilai koefisien korelasi variabel karakteristik keluarga, karakterisik remaja, dengan kelekatan ibu-remaja Variabel Karakteristik keluarga Usia ibu Status pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Pendidikan terakhir ibu Besar keluarga Usia menikah ibu Riwayat nikah ibu Lama perceraian Karakteristik remaja Usia Jenis kelamin
Kelekatan ibu -0,210 0,101 -0,005 -0,012 -0,184 -0,131 0,184 -0,058 -0,235 -0,129
Keterangan: *signifikan pada p<0.05, **signifikan pada p<0.01
Hubungan Karakteristik Keluarga dan Remaja dengan Kelekatan Teman Sebaya Berdasarkan Tabel 7, terdapat hubungan negatif dan signifikan antara pendidikan ibu dengan kelekatan teman sebaya (r=0,294; p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu yang rendah menunjukkan kelekatan teman sebaya yang semakin baik. Tabel 7 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakterisik remaja, dengan kelekatan teman sebaya-remaja Variabel Karakteristik keluarga Usia ibu Status pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Pendidikan terakhir ibu Besar keluarga Usia menikah ibu Riwayat nikah ibu Lama perceraian Karakteristik remaja Usia Jenis kelamin
Kelekatan teman sebaya -0,121 -0,020 -0,180 -0,294* -0,008 -0,228 -0,127 0,003 0,037 -0,072
Keterangan: *signifikan pada p<0.05, **signifikan pada p<0.01
Hubungan Karakterstik Keluarga dan Remaja dengan Kecerdasan Sosial Remaja Seperti halnya pada hubungan pendidikan ibu dengan kelekatan teman sebaya, pendidikan ibu juga memiliki hubungan yang negatif dan signifikan (r=0,319; p<0,01) dengan kecerdasan sosial remaja. Hal ini berarti bahwa, semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin rendah kecerdasan sosial remaja. Remaja dengan dengan orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki akses lebih luas terhadap media massa (Gozhaly 2011). Menurut Goleman (2007) akses media massa dapat menghambat kemampuan sosial. Media elektronik, seperti komputer, notebook, atau handphone dapat menghancurkan kemampuan
15 anak-anak dan kalangan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial, membaca bahasa tubuh dan pengurangan aktivitas dan interaksi langsung dengan sesama. Sementara itu, kelekatan ibu dan kelekatan teman sebaya memiliki hubungan positif dan signifikan, yang berarti semakin baik kelekatan ibu dan kelekatan teman sebaya maka semakin baik pula kecerdasan sosial yang dimiliki oleh remaja. Tabel 8 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakterisik remaja, kelekatan ibu dan teman sebaya dengan kecerdasan sosial remaja Variabel Karakteristik keluarga Usia ibu Status pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Pendidikan terakhir ibu Besar keluarga Usia menikah ibu Riwayat nikah Lama perceraian Karakteristik remaja Usia anak Jenis kelamin Kelekatan ibu-remaja Kelekatan teman sebaya-remaja
Kecerdasan sosial -0,104 0,052 -0,200 -0,319* -0,179 -0,224 0,184 0,262 0,136 -0,240 0,492** 0,646**
Keterangan: *signifikan pada p<0.05, **signifikan pada p<0.01
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecerdasan Sosial Remaja Untuk melihat sejauh mana faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial remaja, maka dilakukan uji regresi linear berganda dengan variabel terikat adalah kecerdasan sosial dan karakteristik keluarga, karakteristik remaja, kelekatan ibu, dan teman sebaya sebagai variabel bebas. Hasil dari uji regresi menggunakan metode enter, menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,727. Artinya, sebesar 72,7 persen kecerdasan sosial remaja dipengaruhi oleh faktorfaktor yang diinput, sedangkan sisanya (27,3%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini (Tabel 9). Hasil penelitian menunjukkan lama perceraian (β=0,587), kelekatan ibu (β=0,403), dan kelekatan teman sebaya (β=0,504) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kecerdasan sosial remaja. Namun, pada jenis kelamin remaja (β=-0,330) menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap kecerdasan sosial remaja Tabel 9 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial remaja Model
Unstandarized Coefficients
ᵝ (Constant) Usia ibu Status pekerjaan ibu (0=tdk bkj, 1=bkj) Pendapatan keluarga Pendidikan ibu
180,922 0,278 -30,097
Std. Error 300,862 0,444 40,602
-10,823E-7 -0,710
0,000 10,678
Standardized Coefficients
ᵝ
t
P-Value
0,144 -0,097
0,613 0,626 -0,673
0,547 0,539 0,509
-0,031 -0,061
-0,223 -0,423
0,826 0,677
16 Tabel 9 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial remaja (lanjutan) Unstandarized Coefficients B Std. Error 0,254 20,559
Model Jumlah anggota keluarga Usia menikah ibu Riwayat nikah Lama perceraian Jenis kelamin remaja(0=pr, 1=lk) Usia remaja Kelekatan ibu Kelekatan teman sebaya P-Value of regression R-Square Adj R-Square
Standardized Coefficients Beta 0,021
0,099
0,922
t
P-Value
-0,041 160,628 10,283 -70,339
0,427 90,112 0,483 30,438
-0,017 0,274 0,587 -0,330
-0,096 10,825 20,656 -20,134
0,925 0,084 0,016* 0,046*
-10,963 0,498 10,609
10,253 0,188 0,465
-0,306 0,403 0,504
-10,567 20,642 30,458
0,134 0,016* 0,003**
0,003 0,727 0,555
Keterangan: *signifikan pada p<0.05
PEMBAHASAN Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang utama dan pertama bagi anak, keluarga juga menjadi media sosialisasi bagi anak untuk mengembangkan berbagai keterampilannya. Perceraian yang dialami oleh keluarga dapat mengubah struktur dan fungsi keluarga. Fungsi ekspresif dan instrumental diperankan sekaligus oleh ibu sebagai orang tua tunggal. Dampak perceraian ini tidak hanya dirasakan oleh ibu, namun juga oleh anak. Keadaan keluarga yang tidak lengkap dapat mempengaruhi kelekatan antara anak dengan orang tuanya. Nair dan Murray (2005) dalam penelitiannya menunjukkan anak yang berasal dari keluarga bercerai memiliki kelekatan yang tidak aman dengan orang tuanya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 12 persen remaja memiliki kelekatan tidak aman dengan ibu, hal ini disebabkan oleh faktor komunikasi. Terdapat 6 persen remaja memiliki komunikasi yang rendah dengan ibu, remaja menyatakan bahwa mereka tidak pernah menunjukkan perasaan dan menceritakan masalah yang dihadapinya kepada ibu. Puspitawati (2006) mengatakan bahwa permasalahan yang semakin rentan akhir-akhir ini adalah kualitas komunikasi antar anggota keluarga sehingga memudarkan fungsi keluarga dalam melindungi anggotanya dari pengaruh luar. Komunikasi dan interaksi di dalam keluarga adalah bagian dari proses sosialisasi yang dilakukan oleh keluarga. Keterikatan yang aman dengan orang tua dapat menumbuhkan hubungan sebaya yang kompeten dan hubungan yang dekat dan positif di luar keluarga (Cassidy 1999 dalam Santrock 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Armsden dan Greenberg (1987) mengukur kelekatan remaja dengan orang tua dan teman sebaya. Remaja yang memiliki kelekatan yang aman dengan orang tuanya juga cenderung memiliki kelekatan yang aman dengan teman sebayanya. Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara
17 kelekatan ibu dengan kelekatan teman sebaya. Kelekatan remaja dengan ibu yang semakin baik akan menumbuhkan kelekatan teman sebaya yang semakin baik pula. Remaja meskipun menginginkan outonomi namun juga tetap membutuhkan rasa aman, nyaman, kasih sayang, dan simpati dari orang tuanya. Remaja yang memiliki kelekatan yang aman dengan ibunya dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan kelekatan ibu memiliki hubungan positif dengan kecerdasan sosial remaja. Artinya, semakin baik kelekatan ibu maka semakin baik pula kecerdasan sosial remaja. Lee (2011) merangkum berbagai hasil penelitian mengenai efek kelekatan ibu terhadap perilaku penyesuaian diri dan persahabatan, hasilnya menunjukkan anak yang memiliki kelekatan yang kuat dengan orang tua sejak kecil menunjukkan kesejahteraan dan penyesuaian sosial yang lebih baik. Dukungan sosial membantu remaja untuk dapat mengembangkan kompetensinya. Salah satu sumber dukungan sosial remaja dari keluarga bercerai adalah teman sebaya (Rose dan Boyce 2002). Hasil uji korelasi menunjukkan semakin baik kelekatan teman sebaya maka semakin baik pula kecerdasan sosialnya. Pada penelitian ini, Sebesar 78 persen remaja memiliki kelekatan yang aman dengan teman sebayanya. Sesuai dengan pernyataan Seifer dan Haffnung (Puspitawati 2006) bahwa kelompok teman sebaya memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial dan pencapaian identitas remaja dan menurut Buhmester (1990) remaja dengan teman yang tidak begitu dekat, atau tidak ada sahabat dekat sama sekali, memiliki perasaan yang lebih sepi dan lebih depresi dan tegang, serta memiliki harga diri yang lebih rendah. Terdapat 22 persen remaja yang memiliki kelekatan yang tidak aman dengan teman sebayanya. Ditinjau dari dimensinya, terdapat 6 persen pada dimensi komunikasi dan 2 persen pada dimensi kepercayaan berada pada kategori rendah. Beberapa remaja yang memiliki kelekatan yang rendah dengan teman sebayanya dapat disebabkan keluarga yang berpindah tempat tinggal sehingga remaja kehilangan teman lamanya dan mejalin hubungan pertemanan baru. Menurut Fatimah (2006), keluarga yang sering berpindah tempat tinggal menyebabkan remaja sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru seperti sekolah dan teman sebaya. Beberapa keluarga dalam penelitian menyatakan setelah bercerai mereka berpindah tempat tinggal, kembali ke rumah orang tua atau mengontrak rumah. Namun, variabel ini tidak dimasukkan dalam penelitian. Berkaitan dengan status orang tua, beberapa peneliti setuju bahwa anak dari keluarga yang bercerai menunjukkan penyesuaian diri yang lebih buruk dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga utuh (Amato 2000). Walaupun demikian, hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang menunjukkan tidak ada remaja yang memiliki kecerdasan sosial yang rendah. Kecerdasan sosial berkaitan dengan kelekatan yang terbentuk antara remaja dengan ibu dan teman sebaya. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa kelekatan yang aman pada masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan remaja (Santrock 2007). Sejalan dengan hasil penelitian, kelekatan ibu dan teman sebaya memiliki hubungan dan pengaruh yang positif terhadap kecerdasan sosial remaja. Menurut Hurlock (1995) masa remaja termasuk masa tersulit dalam melakukan penyesuaian sosial yaitu berupa bagaimana berkomunikasi menyampaikan pendapat, perasaan, dan pikiran kepada orang lain. Kesulitan
18 komunikasi ini dapat terjadi baik itu di keluarga, sekolah, dan masyarakat yang biasanya disebabkan oleh faktor lingkungan, meliputi pola asuh, budaya, streotipe, status sosial, ekonomi, jenis kelamin dan pendidikan orang tua. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara pendidikan ibu dengan kelekatan teman sebaya dan kecerdasan sosial remaja. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Hastuti, Yourista dan Suprihatin (2011) dimana lama pendidikan ibu berpengaruh positif terhadap sosial-emosi anak. Menurut Gozhaly (2011) remaja dengan dengan orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki akses lebih luas terhadap media massa. Goleman (2007) menyatakan bahwa akses media massa dapat menghambat kemampuan sosial. Media elektronik, seperti komputer, notebook, atau handphone (ponsel) dapat menghancurkan kemampuan anak-anak dan kalangan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial, membaca bahasa tubuh dan pengurangan aktivitas dan interaksi langsung dengan sesama. Hasil penelitian menunjukkan lama perceraian orang tua memiliki pengaruh negatif terhadap kecerdasan sosial remaja. Hal ini diduga adanya sikap penerimaan remaja terhadap kondisi perceraian yang terjadi pada orang tua. Hasil penelitian Ningrum (2013) menyatakan bahwa sebagian besar dari subjek penelitian yang berasal dari keluarga bercerai mampu menerima kenyataan yang terjadi, dapat mengatasi masalah dan memiliki kontrol emosi yang baik serta menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain. Berbagai penelitian melaporkan adanya respon terhadap perceraian berdasarkan jenis kelamin. Perceraian lebih berdampak negatif pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dimana ibu memegang hak asuh (Santrock 2007). Pernyataan ini mendukung hasil penelitian. Berdasarkan hasil uji regresi, remaja laki-laki menunjukkan kecerdasan sosial yang lebih brendah dibandingkan remaja perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ghozaly (2011) juga menunjukkan remaja perempuan memiliki kecerdasan sosial yang lebih baik dibandingkan remaja laki-laki. Cavins (2005) menyatakan bahwa pada usia remaja, laki-laki maupun perempuan tidak memiliki perbedaan adalah hal empati. Namun dalam hal tanggung jawab sosial, perempuan jauh lebih baik.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan sebesar 36 persen lama perceraian ibu berkisar antara 1 sampai 5 tahun dan sebesar 14 persen lama perceraian lebih dari 10 tahun. Hampir dua pertiga (64%) ibu yang bercerai menikah di usia dewasa awal (21-40 tahun) dengan rata-rata usia 22,6 tahun. Akibat dari perceraian mendorong ibu untuk melakukan peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruhnya ibu berstatus bekerja (92%). Tipe kelekatan ibu menunjukkan sebesar 88 persen remaja berada pada kelekatan aman. Artinya, masih terdapat 12 persen remaja yang memiliki kelekatan yang tidak aman dengan ibu. Sedangkan tipe kelekatan teman sebaya, 78 persen berada pada kelekatan aman dan 22 persen remaja berada pada kelekatan yang tidak aman dengan teman sebayanya.
19 Hasil penelitian menujukkan semakin baik kelekatan ibu dan kelekatan teman sebaya maka semakin baik pula kecerdasan sosial remaja, dalam penelitian tidak terdapat remaja yang memiliki kecerdasan soisal yang rendah. Selanjutnya, hasil penelitian juga menunjukkan remaja dengan perceraian orang tua yang sudah cukup lama menunjukkan kecerdasan sosial yang lebih baik. Sementara itu, remaja perempuan memiliki kecerdasan sosial yang lebih baik dibandingkan remaja laki-laki. Saran Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa remaja yang memiliki kelekatan yang tidak aman dengan ibu dan teman sebayanya. Disaran bagi ibu agar tetap menjaga kelekatan dengan anak meskipun telah memasuki usia remaja, agar tetap mempunyai kontrol mengenai perilaku anak dengan teman sebayanya dan interaksinya di lingkungan sosial. Selain itu, ibu juga perlu membantu remaja agar memiliki hubungan baik denga teman sebayanya. Saran untuk penelitian lanjutan yaitu membandingkan antara keluarga utuh dan bercerai untuk melihat perbedaan diantara keduanya. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik penarikan contoh nonprobability sampling, sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan.
DAFTAR PUSTAKA Amato. 2000. The consequences of divorce for adults and children. Journal of marriage and the family : 1269–1287. Anggia PN. 2008. Perbedaan keterampilan sosial remaja dari keluarga utuh dan keluarga bercerai [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara. Armsden G, Greenberg MT. 1987. The inventory of parent and peer attachment: individual different and their relationship to psychological well-being in adolescence. Journal of Youth and Adolescence. 16:427-454. [Badilag] Badan Pengadilan Agama. 2010. Melonjaknya Angka Perceraian Jadi Sorotan Lagi [internet]. Waktu unduh [20 Januari 2013]. Jakarta (ID): Badilag. BKKBN. 1998. Gerakan keluarga berencana dan keluarga sejahtera [internet]. Waktu unduh [15 Februari 2013]. Jakarta (ID) : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Bowlby J. (1992). The origins of attachment theory:John Bowlby and Mary Ainsworth [referensi]. Developmental Psychology. 28: 759-775. Boyce RK, Rose HA. 2002. Risk and resiliency factors among adolescents who experience marital transitions. Journal Marriage and Famaily. 64: 10241037 Buhrmester D. 2008. Intimacy of friendship, interpersonal competence, and adjustment during preadolescence and adolescence. Child Development, 61(4),1101–1111. doi: 10.1111/j.1467-8624.1990.tb02844.x Cavins BJ. 2005. The relationship between emotional-social intelligence and leadership practice among college student leaders [dissertation]. Ohio (US): Bowling Green State university.
20 Claudia QM, Huebner ES. 2008. Attachment relationships and adolescents’ life satisfaction: some relationships matter more to girls than boys. Psychology in the Schools. 45(2):177-190. Deborah JL, Gustav C, Marcela R. 2000. The differential relations of parent and peer attachment to adolescent adjustment. Journal of Youth and Adolescence. 29(1): 45–59. Fatimah E. 2007. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta didik. Bandung (ID): Pustaka Setia. Goleman. 2007. Social Intelegence: Ilmu Baru Tentang Hubungan Antar Manusia. Jakarta (ID): Gramedia. Gozhaly LF. 2011. Pengaruh kelompok teman sebaya dan media massa terhadap kecerdasan sosial atlet muda di SMA Negeri Ragunan Jakarta. [skripsi]. Bogor (ID):Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Gulleno E, Robinson K. 2005. The inventory of parent and peer attachmentrevised (IPPA-R) for children: a psychometric investigation. Journal Clinical Psychologhy and Psychother (12): 67–79 Gunarsa SD, GunarsaYS. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta (ID): PT BPK Gunung Mulia. Hastuti D, Yourista DI, Suprihatin. 2011. Kualitas lingkungan pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak usia balita. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. (4):57-65. Kustyarini. 2007. Mengembangkan Kecerdasan sosial bagi Remaja [referensi]. Di unduh [20 Februari 2013]. Lee GK. 2011. Effects of attachment on adjustment and friendship[ulasan]. California (US): Polytechnic State University, San Luis Obispo. Meijs et al. 2010. Social Intellijence and Academic Achievement as Predictors of Adolescence Popularity. Vol 39 (1):62-72. Nair H, Murray AD. 2005. Predictor of attachment security in preschool children from intact and divorced families. The Jounal of Genetic Psychology. 166 (3): 245-263. Ningrum PR. 2013. Perceraian orang tua dan penyesuaian diri remaja: Studi pada remaja sekolah menengah atas/kejuruan di kota Samarinda. E-journal Psikologi. 1 (1): 69-79. Papalia DE, Olds SW, Fieldman RD. 2001. Human Developmen 8th Edition. Jakarta (ID): Salemba Humanika. Parker JG, Rubin KH, Erath SA, Wojslawowicz JC, Buskirk AA. 2005. Peer relationships, child development, and adjustment: a developmental psychopathology perspective. (12): 419-493. Prihatinningsih S. 2012. Jurnal Juvenile Delinquency (Kenakalan Remaja) pada Remaja Putra Korban Perceraian Orang tua. Jurnal Psikologi : Fakultas Psikologi, Gunadarma. Puspitawati H. 2006. Pengaruh faktor keluarga, lingkungan teman dan sekolah terhadap kenakalan pelajar di sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) di Kota Bogor. [disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. . 2009. Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya dalam Kehidupan Keluarga [diktat]. Departemen Ilmu Keluarga, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
21 Santrock JW. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. 1. Shinto B. Adelar, Sherly Saragih, Penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari Adolescence 6th Edition. . 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Mila Rachmawati, Anna Kuswanti, penerjemah; Wibi Hardani, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari Child Development. [SIAK] Sistem Informasi Administrasi Kependudukan. 2011. Profil kependudukan Jawa Barat 2011. Bandung (ID): SIAK Suhendi, RW. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung (ID): Pustaka Setia. Wahyuni SR. 2012. Gaya pengasuhan, pola komunikasi, kelekatan, dan hubungannya dengan kepuasan remaja. [skripsi]. Bogor (ID):Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Weiss RS. (1976). The emotional impact of marital separation. Journal of Social Issues, 32, 135-145. Wulandari A. 2009. Analisis Persepsi Gaya Pengasuhan Orang tua, Keterampilan Sosial, Prestasi Akademik, dan Self Esteem Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
22
LAMPIRAN Lampiran 1 Ringkasan Studi Penelitian Tahun 1987
Peneliti Armsdem ,Greenberg
Judul The Inventory of Parent and Peer Attachment: Individual Different and Their Relationship to Psychological Well-Being in Adolescence Research on the consequences of divorce For children
2000
Amato
2000
Deborah J. Laible,Gustavo Carlo,and Marcela Raffaelli
The Differential Relations of Parent and Peer Attachment to Adolescent Adjustment
2002
Boyce RK, Rose HA
Risk and resiliency factors among adolescents who experience marital transitions.
Sampel 179 remaja usia 16-20 tahun
Hasil Hasil penelitian menunjukkan dimana keterikatan pada orang tua dan teman sebaya diukur, remaja yang terikat secara aman pada orang tua juga terikat aman dengan teman sebaya, mereka yang tidak terikat secara aman pada orang tua juga cenderung tidak terikat dengan aman pada teman sebaya. Meta analisis Hasil meta analisis dari 92 studi menunjukkan anak dari penelitian keluarga bercerai lebih mengenai banyak menunjukkan dampak kesejahteraan negatif pada anak dari perkembangannya seperti keluarga dalam hal prestasi akademik, bercerai tingkah laku, penyesuaian psikologis, konsep diri dan kompetensi sosial 89 remaja Remaja yang memiliki (M=16,1) kelekatan yang kuat dengan orang tua dan teman sebayanya menunjukkan perilaku penyesuaian diri yang lebih baik, sedangkan remaja yang memiliki kelekatan yang rendah dengan orang tua dan teman sebayanya memiliki penyesuaian diri yang rendah. selanjutnya, pengaruh teman sebaya lebih kuat dibandingkan orang tua terhadap penyesuaian sosial remaja. 2011 remaja remaja yang berasal dari usia 9 sampai keluarga bercerai, teman 11 tahun sebaya menjadi sumber dukungan sosial yang membantu remaja untuk mengembangkan berbagai keterampilannya.
23 Tahun 2005
Peneliti Gulleno E, Robinson K
Judul The inventory of parent and peer attachmentrevised (IPPA-R) for children Attachment relationships and adolescents’ life satisfaction: some relationships matter more to girls than boys Perceraian orang tua dan penyesuaian diri remaja: Studi pada remaja sekolah menengah atas/kejuruan di kota Samarinda
Sampel Remaja usia 9-11 tahun dan usia 1315 tahun
2008
Claudia QM, Huebner ES.
2013
Ningrum PR
Remaja usai 15 tahun
menyatakan bahwa sebagian besar dari subjek penelitian yang berasal dari keluarga bercerai mampu menerima kenyataan yang terjadi, dapat mengatasi masalah dan memiliki kontrol emosi yang baik serta menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain
2011
Dwi Hastuti, Dinda Yourista Ike, Suprihatin Guradja
Kualitas Lingkungan Pengasuhan dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Balita
300 keluarga
Sutji Prihatinningsih
Kenakalan remaja pada remaja korban perceraian orang tua
Remaja yang melakukan kenakalan usia 14-19 tahun
Perkembangan sosial emosi berhubungan signifikan dan positif dengan lama pendidikan ibu, usia anak, pengeluaran keluarga, dan kualitas lingkungan pengasuhan. Kualitas lingkungan pengasuhan merupakan faktor yang berhubungan paling kuat dengan perkembangan sosial emosi anak. Bentuk kenakalan remaja karena perceraian orang tua yang dialami pada subjek adalah menjadi pemarah, suka berkelahi dengan siapa pun, melawan terhadap orang tua, mencoba hal-hal yang bersifat kriminal seperti mencopet, mencoba-coba
2012
587 anak usia remaja awal
Hasil kelekatan ibu menjadi menurun ketika anak memasuki usia remaja dan menjadi lebih lekat dengan teman sebayanya. Remaja laki-laki lebih lekat dengan orang tua dibandingkan remaja perempuan. Anak yang memiliki kelekatan yang baik dengan orangtuanya memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi.
24 Tahun
Peneliti
Judul
Sampel
Hasil obat-obatan terlarang yaitu sabu-sabu, pil estasy dan ganja. Subjek juga suka minum-minuman keras sampai mabuk. Perceraian kedua orang tua berdampak terhadap kehidupan subjek. Perasaan yang dialami subjek adalah perasaan terluka, marah, terabaikan dan tidak dicintai secara terusmenerus. Hal ini membuat remaja putra akan mengalami beberapa emosi yang umum selama dan sesudah perpisahan orang tuanya.
Lampiran 2 Hasil uji coba instrumen Kelekatan Ibu Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha
Standardized Items .816
N of Items .838
20
Scale Statistics Mean
Variance 79.10
Std. Deviation
58.541
N of Items 7.651
20
Kelekatan Teman Sebaya Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha
Standardized Items .802
N of Items .819
15
Scale Statistics Mean
Variance 54.72
Std. Deviation
36.777
N of Items 6.064
15
Kecerdasan Sosial Remaja Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha
Standardized Items .846
N of Items .862
30
25
Scale Statistics Mean
Variance 114.36
Std. Deviation
114.153
N of Items 10.684
30
Lampiran 3 Statistik Deskriptif Variabel
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
usia_anak
12
18
13.68
1.504
usia_ibu
30
53
41.08
5.221
Pendptn
300000
12000000
2995000.00
2855503.994
lam_cerai
.3
18.0
6.526
4.5505
u_nikah
15
38
22.60
4.096
2
5
3.18
.896
66.6667
100.0000
83.555556
8.5537737
44.0
100.0
71.280
10.1801
53.3333
100.0000
78.933333
9.3177713
48.0
100.0
76.000
10.5366
Komunikasi teman
40
90
73.60
9.478
Pengasingan teman
15
26
21.00
2.726
59
100
79.10
7.651
Kelekatan teman
46.67
89.33
72.9600
8.08589
Kesadaran sosial
63.0769
92.3077
77.415385
6.5007408
Fasilitas sosial
58.8235
97.6471
75.341176
8.3661698
60.67
95.33
76.2402
7.12237
jak Kepercayaan ibu Komunikasi ibu Pengasingan ibu (invers) Kepercayaan teman
(invers) Kelekatan ibu
Kecerdasan sosial Valid N (listwise)
La
5
26
Lampiran 4 Hasil Uji Korelasi Pearson
usia_anak
usia_ anak 1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 50 jnisklamin Pearson Correlation .011 Sig. (2-tailed) .940 N 50 ** usia_ibu Pearson Correlation .396 Sig. (2-tailed) .004 N 50 pendptn Pearson Correlation -.089 Sig. (2-tailed) .541 N 50 pekerjaan Pearson Correlation -.113 Sig. (2-tailed) .435 N 50 lam_cerai Pearson Correlation .409** Sig. (2-tailed) .003 N 50 total-ibu Pearson Correlation -.235 Sig. (2-tailed) .101 N 50 tot_teman Pearson Correlation .037 Sig. (2-tailed) .799 N 50 sos_tot Pearson Correlation .136 Sig. (2-tailed) .348 N 50 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
jniskl amin .011 .940 50 1 50 .240 .093 50 -.032 .827 50 -.060 .678 50 .267 .061 50 -.129 .371 50 -.072 .618 50 -.240 .093 50
Correlations usia pen _ibu dptn .396** -.089 .004 .541 50 50 .240 -.032 .093 .827 50 50 1 .028 .849 50 50 .028 1 .849 50 50 -.138 .169 .339 .241 50 50 .296* -.295* .037 .037 50 50 -.210 -.005 .144 .973 50 50 -.121 -.180 .403 .210 50 50 -.104 -.200 .472 .164 50 50
peker jaan -.113 .435 50 -.060 .678 50 -.138 .339 50 .169 .241 50 1 50 .079 .587 50 .101 .484 50 -.020 .892 50 .052 .721 50
lam_ cerai .409** .003 50 .267 .061 50 * .296 .037 50 -.295* .037 50 .079 .587 50 1 50 -.081 .575 50 .003 .981 50 .262 .066 50
total -ibu -.235 .101 50 -.129 .371 50 -.210 .144 50 -.005 .973 50 .101 .484 50 -.081 .575 50 1 50 .364** .009 50 ** .492 .000 50
tot_te man .037 .799 50 -.072 .618 50 -.121 .403 50 -.180 .210 50 -.020 .892 50 .003 .981 50 ** .364 .009 50 1 50 ** .646 .000 50
sos _tot .136 .348 50 -.240 .093 50 -.104 .472 50 -.200 .164 50 .052 .721 50 .262 .066 50 ** .492 .000 50 .646** .000 50 1 50
6
Lampiran 5 Hasil Uji Korelasi Spearman Correlations
Spearman's rho
riw_nikah
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
total-ibu
Correlation Coefficient
totalibu -.069
tot_tema n -.154
sos_tot .203
.
.719
.632
.285
.157
50
50
50
50
50
-.052
1.000
-.020
-.255
-.319*
.719
.
.892
.074
.024
50
50
50
50
50
**
.413**
-.020
1.000
.632
.892
.
.006
.003
50
50
50
50
50
-.154
-.255
**
1.000
.700**
.285
.074
.006
.
.000
50
50
50
50
50
Correlation Coefficient
.203
-.319
*
**
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.157
.024
.003
.000
.
50
50
50
50
50
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N sos_tot
pendidika n -.052
-.069
Sig. (2-tailed)
tot_teman
riw_nika h 1.000
N
.387
.413
.387
.700
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
27
28
Lampiran 6 Hasi Uji Regresi Linear Berganda Model Summary Model R 1
a
.853
R Square .727
Adjusted R Square .555
Std. Error of the Estimate 7.15034
d imensio n0
a. Predictors: (Constant), tot_teman, pendptn, jak , usia_anak, jnisklamin, pekerjaan, pendidikan, u_nikah, riw_nikah, total-ibu, lam_cerai, usia_ibu b
1
Model Regression Residual Total
Sum of Squares 2590.456 971.419 3561.875
ANOVA df Mean Square 12 215.871 19 51.127
F 4.222
Sig. .003a
31
a. Predictors: (Constant), tot_teman, pendptn, jak , usia_anak, jnisklamin, pekerjaan, pendidikan, u_nikah, riw_nikah, total-ibu, lam_cerai, usia_ibu b. Dependent Variable: sos_tot a
Model
1 (Constant)
Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 18.922 30.862
jnisklamin -7.339 usia_anak -1.963 usia_ibu .278 pendptn -1.823E-7 lam_cerai 1.283 riw_nikah 16.628 u_nikah -.041 jak .254 pekerjaan -3.097 pendidikan -.710 total-ibu .498 tot_teman 1.609 a. Dependent Variable: sos_tot
3.438 1.253 .444 .000 .483 9.112 .427 2.559 4.602 1.678 .188 .465
-.330 -.306 .144 -.031 .587 .274 -.017 .021 -.097 -.061 .403 .504
t .613
Sig. .547
-2.134 -1.567 .626 -.223 2.656 1.825 -.096 .099 -.673 -.423 2.642 3.458
.046 .134 .539 .826 .016 .084 .925 .922 .509 .677 .016 .003
29
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Kinabalu pada tanggal 20 Agustus 1990. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara, pasangan H. Rahman dan Hj. Mariati. Memiliki empat orang saudara laki-laki dan satu orang saudara perempuan. Pendidikan dasar diselesaikan penulis di SD Negeri 051 Lantora, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Polewali pada tahun 20032006 dan SMA Negeri 1 Polewali pada tahun 2006-2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan USMI di jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2009. Selama diperkuliahan, penulis aktif dalam organisasi dan kepanitiaan, diantaranya: SOSLING KM (Kementrian Sosial dan Lingkungan) sebagai pejuang lingkungan (2010-2011), Bina Desa SAMISAENA sebagai staf divisi PAUD (2010-2011), HIMAIKO (Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen) sebagai staf divisi Family Club (2011-2012), Organisasi Mahasiswa Daerah SULSELBAR (2011-2012) sebagai staf divisi KOMINFO (Komunikasi dan Informasi), kepanitiaan IPB Green Living movement#1 (2011), IPB Green Living movement#2 (2012), IPB Green Living movement#3 (2013), Green Festival (2011), dan kepanitiaan Hari Keluarga (2012). Selain itu, penulis juga aktif dalam Komunitas Bara Improvement Project (BIP) suatu komunitas yang memberikan edukasi lingkungan kepada anak-anak di lingkungan sekitar kampus IPB.
1